Author
baiq-novaria-rusmaningrum
View
301
Download
4
Embed Size (px)
8/12/2019 sgd lbm 4 saraf
1/32
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar BelakangKeseimbangan adalah suatu keadaan yang menunjukkan konsentrasi cairan dalam tubuh
atau posisi tubuh dalam suatu ruangan. Keseimbangan dalam tubuh kita di atur oleh sel-
sel rambut didalam cairan pada daerah vestibular dan kanalis semisirkularis telinga
dalam.
Aparatus vestibular merupakan organ yang mendeteksi sensasi keseimbangan.
Alat ini terdiri atas suatu sistem tabung tulang dan ruangan-ruangan yang terletak dalam
bagian petrosus dari tulang temporal yang disebut labirin tulang dan dalam labirin tulang
ada sistem membran dan ruangan yang disebut labirin membranosa. Aparatus vestibularis
ini memberikan informasi yang penting untuk sensasi keseimbangan dan untuk koordinasi
gerakan-gerakan kepala dengan gerakan-gerakan mata dan postur tubuh. Aparatus
vestibular terdiri dari dua set struktur yang terletak didalam tulang temporalis di dekat
koklea yaitu kanalis semisirkularis dan organ otolit ( utrikulus dan sakulus). Aparatus
vestibularis mendeteksi perubahan posisi dan gerakan kepala. Semua aparatus vestibularis
mengandung endolimfe dan dikelilingi oleh perilimfe. Kanalis semisirkularis mendeteksi
akselerasi atau deselerasi angular atau rotasional kepala, misalnya ketika memulai atau
berhenti berputar, berjungkir balik atau memutar kepala. Tiap-tiap telinga memiliki tiga
kanalis smisirkularis, sel-sel rambut disetiap kanalis semisirkularis terletak di atas suatu
bubungan yang terletak diampula. Rambut-rambut terbenam dalam suatu lapisan
gelatinosa yaitu kupula, yang menonjol kedalam endolimfe didalam ampula. Kupula
bergoyang sesuai arah gerakan cairan.
Akselerasi (percepatan) atau deselerasi (perlambatan) selama rotasi kepala ke
segala arah menyebabkan pergerakan endolimfe. Ketika kepala mulai bergerak, saluran
tulang dan bubungan sel rambut yang terbenam dalam kupula bergerak memgikuti
gerakan kepala. Namun, cairan didalam kanalis, yang tidak melekat ketengkorak, mula-
mula tidak ikut bergerak sesuai arah rotasi, tetapi tinggal dibelakang karena adanya
inersia (kelembaman). Ketika endolimfe tertinggal saat kepala mulai berputar, endolimfe
yang terletak sebidang dengan gerakan kepala pada dasarnya bergeser dengan arah yang
berlawanan dengan arah gerakan kepala. Gerakan cairan ini menyebabkan kupula
condong ke arah yang berlawanan dengan arah gerakkan kepala, membengkokkan
rambut-rambut sensorik yang terbenam didalamnya. Apabila gerakan kepala berlanjut
8/12/2019 sgd lbm 4 saraf
2/32
2
dalam arah dan kecepatan yang sama, endolimfe akan menyusul dan bergerak bersama
dengan kepala, sehingga rambut-rambut kembali keposisi tegak mereka. Ketika kepala
melambat dan berhenti, keadaan yang sebaliknya terjadi. Endolimfe secara singkat
melanjutkan diri begerak searah dengan rotasi kepala sementara kepala membengkok
sesuai dengan arah rotasi semula, yaitu berlawanan dengan arah mereka ketika akselerasi.
Pada saat endolimfe secara bertahap berhenti, rambut-rambut kembali tegak. Dengan
demikian, kanalis semisirkularis mendeteksi perubahan kecepatan gerakan rotasi kepala.
Kanalis tidak berespons jika kepala tidak bergerak atau ketika bergerak secara sirkuler
dengan kecepatan tetap.
Gangguan keseimbangan merupakan salah satu gangguan yang sering kita jumpai
dan dapat mengenai segala usia. Seringkali pasien datang berobat walaupun tingkat
gangguan keseimbangan masih dalam taraf yang ringan. Hal ini disebabkan oleh
terganggunya aktivitas sehari-hari dan rasa ketidaknyamanan yang ditimbulkannya.
1.2Tujuana. Agar mahasiswa mampu mengtahui tentang penyebab keluhan pada pasien
b. Agar mahasisiwa mampu mengetahui tentang penatalaksanaan yang tepat padapasien
8/12/2019 sgd lbm 4 saraf
3/32
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Skenario
Seorang perempuan 30 tahun diantar keluarganya ke RS dengan keluhan
pusing sejak 2 hari yang lalu. Pusing dirasakan seperti berputar. Keluhan ini dirasakan
muncul tiba-tiba saat pasien beranjak dari posisi duduk-berdiri. Pusing kemudian
berkurang setelah pasien tidurdan mata ditutup. Pusing dirasakan kembali sejak 1 hari
yang lalu. Pusing dirasakan seperti berputar secara tiba-tiba saat kepala pasien
menoleh terutama ke sebalah kanan dalam keadaan berbaring. Pusing dirasakan
selama kurang lebih 10 menit. Pasien mengatakan ruang/lingkungan sekitar terasa
seperti berputar. Keluhan lain disertai mual, muntah dan tubuh dirasakan lemas.
Muntah tidak menyemprot. Muntahan berupa makanan dan minuman yang dimakan.
BAB dan BAK dalam batas normal. Keluhan rasa tebal atau kesemutan disekitar bibir
disangkal.
Pasien mengaku pernah mengalami keluhan yang sama 1 tahun yang lalu.
Riwayat trauma kepala (+) 1,5 tahun yang lalu, otitis (-), sinusitis (-), sakit gigi (-) /
gigi berlubang (-), Hipertensi (-), DM (-). Keliarga pasien tidak ada yang menderita
keluhan yang sama dengan pasien. Pasien adalah pekerja yang cukup sibuk dengan
jam kerja 8-10 jam sehari, kebiasaan merokok dan minum alcohol disangkal.
Hasil pemeriksaan vital sign dalam batas normal, pemeriksaan fisik Manuver
Hallplike (+), didapatkan nistagmus
8/12/2019 sgd lbm 4 saraf
4/32
4
4. Normal adanya gerakan tubuh dengan sedikit bergoyang5. Bila pasien jatuh kesamping karena hilangnya keseimbangan (test
romberg positip)
NistagmusNistagmus adalah gerak bola mata kian kemari yang terdiri dari dua fase, yaitu
fase lambat dan fase cepat. Fase lambat merupakan reaksi sistem vestibuler
terhadap rangsangan, sedangkan fase cepat merupakan reaksi kompensasinya.
Nistagmus merupakan parameter yang akurat untuk menentukan aktivitas
sistem vestibuler. Nistagmus dan vertigo adalah gejala yang berasal dari satu
sumber, meskipun nistagmus dan vertigo tidak selalu timbul bersama.
Manuver HallpikeTes hallpike manuver adalah tes neurologi yang digunakan untuk
mengevaluasi adanya vertigo.
2.3 Permasalah
1. Fisiologi keseimbangan !2. Komponen pengontrol keseimbangan!3. Mengapa pusing dirasakan saat pasien beranjak dari posisi duduk-berdiri ?4. Penyebab pasien pusing sampai muntah !5. Hubungan trauma dengan keluhan pasien!
2.4Pembahasan Permasalahan1. Pada Alat keseimbangan berbentuk seperti kantong kecil sakula dan utrikula serta
mempunyai tiga saluran setengah lingkaran. Pangkal saluran setengah lingkaran
membesar disebut ampula. Di dalam ampula terdapat cairan limfa dan batu
keseimbangan yang disebut otolit. Bila posisi tubuh berubah, cairan limfa dalam
ampula juga berubah. Perubahan ini menyebabkan otolit bergerak. Selanjutnya, otolit
akan merangsang sel-sel saraf yang kemudian akan meneruskan impuls ke saraf
keseimbangan yang terdapat pada statoreseptor.
Saraf pendengaran dalam koklea dan saraf keseimbangan akan bersatu membentuk
nervus ke VIII. Keseimbangan tubuh tidak hanya diatur oleh alat keseimbangan,
tetapi juga dipengaruhi oleh saraf pengelihatan, rangsangan yang diterima tapak kaki,
dan juga rangsangan pada proprioseptor.
8/12/2019 sgd lbm 4 saraf
5/32
5
Bagian dari alat vestibulum atau alat keseimbangan berupa tiga saluran
setengah lingkaran yang dilengkapi dengan organ ampula (kristal) dan organ
keseimbangan yang ada di dalam utrikulus clan sakulus.
Ujung dari setup saluran setengah lingkaran membesar dan
disebutampula yang berisi reseptor, sedangkan pangkalnya berhubungan dengan
utrikulus yang menuju ke sakulus. Utrikulus maupun sakulus berisi reseptor
keseimbangan. Alat keseimbangan yang ada di dalam ampula terdiri dari kelompok
sel saraf sensori yang mempunyai rambut dalam tudung gelatin yang berbentuk
kubah. Alat ini disebut kupula. Saluran semisirkular (saluran setengah lingkaran) peka
terhadap gerakan kepala.
Alat keseimbangan di dalam utrikulus dan sakulus terdiri dari sekelompok sel
saraf yang ujungnya berupa rambut bebas yang melekat pada otolith, yaitu butiran
natrium karbonat. Posisi kepala mengakibatkan desakan otolith pada rambut yang
menimbulkan impuls yang akan dikirim ke otak.
2. Komponen-komponen pengontrol keseimbangan adalah :1) Sistem informasi sensoris
Sistem informasi sensoris meliputi visual, vestibular, dan somatosensoris.
a. VisualVisual memegang peran penting dalam sistem sensoris. Cratty & Martin
(1969) menyatakan bahwa keseimbangan akan terus berkembang sesuai
umur, mata akan membantu agar tetap fokus pada titik utama untuk
mempertahankan keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh selama
melakukan gerak statik atau dinamik. Penglihatan juga merupakan sumber
utama informasi tentang lingkungan dan tempat kita berada, penglihatan
memegang peran penting untuk mengidentifikasi dan mengatur jarak gerak
sesuai lingkungan tempat kita berada. Penglihatan muncul ketika mata
menerima sinar yang berasal dari obyek sesuai jarak pandang.
Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau bereaksi
terhadap perubahan bidang pada lingkungan aktivitas sehingga
memberikan kerja otot yang sinergis untuk mempertahankan
keseimbangan tubuh.
8/12/2019 sgd lbm 4 saraf
6/32
6
b. Sistem vestibularKomponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting
dalam keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata.
Reseptor sensoris vestibular berada di dalam telinga. Reseptor pada sistem
vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus, serta sakulus.
Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan sistem labyrinthine.
Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala dan percepatan
perubahan sudut. Melalui refleks vestibulo-occular, mereka mengontrol
gerak mata, terutama ketika melihat obyek yang bergerak. Mereka
meneruskan pesan melalui saraf kranialis VIII ke nukleus vestibular yang
berlokasi di batang otak. Beberapa stimulus tidak menuju nukleus
vestibular tetapi ke serebelum, formatio retikularis, thalamus dan korteks
serebri.
Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor labyrinth,
retikular formasi, dan serebelum. Keluaran (output) dari nukleus vestibular
menuju ke motor neuron melalui medula spinalis, terutama ke motor
neuron yang menginervasi otot-otot proksimal, kumparan otot pada leher
dan otot-otot punggung (otot-otot postural). Sistem vestibular bereaksi
sangat cepat sehingga membantu mempertahankan keseimbangan tubuh
dengan mengontrol otot-otot postural.
c. SomatosensorisSistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptif serta persepsi-
kognitif. Informasi propriosepsi disalurkan ke otak melalui kolumna
dorsalis medula spinalis. Sebagian besar masukan (input) proprioseptif
menuju serebelum, tetapi ada pula yang menuju ke korteks serebri melalui
lemniskus medialis dan talamus.
Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang sebagian
bergantung pada impuls yang datang dari alat indra dalam dan sekitar
sendi. Alat indra tersebut adalah ujung-ujung saraf yang beradaptasi
lambat di sinovia dan ligamentum. Impuls dari alat indra ini dari reseptor
raba di kulit dan jaringan lain , serta otot di proses di korteks menjadi
kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang.
2) Respon otot-otot postural yang sinergis (Postural muscles response synergies)
8/12/2019 sgd lbm 4 saraf
7/32
7
Respon otot-otot postural yang sinergis mengarah pada waktu dan jarak dari
aktivitas kelompok otot yang diperlukan untuk mempertahankan
keseimbangan dan kontrol postur. Beberapa kelompok otot baik pada
ekstremitas atas maupun bawah berfungsi mempertahankan postur saat berdiri
tegak serta mengatur keseimbangan tubuh dalam berbagai gerakan.
Keseimbangan pada tubuh dalam berbagai posisi hanya akan dimungkinkan
jika respon dari otot-otot postural bekerja secara sinergi sebagai reaksi dari
perubahan posisi, titik tumpu, gaya gravitasi, dan aligment tubuh. Kerja otot
yang sinergi berarti bahwa adanya respon yang tepat (kecepatan dan kekuatan)
suatu otot terhadap otot yang lainnya dalam melakukan fungsi gerak tertentu.
3) Kekuatan otot (Muscle Strength)
Kekuatan otot umumnya diperlukan dalam melakukan aktivitas. Semua
gerakan yang dihasilkan merupakan hasil dari adanya peningkatan tegangan
otot sebagai respon motorik. Kekuatan otot dapat digambarkan sebagai
kemampuan otot menahan beban baik berupa beban eksternal (eksternal force)
maupun beban internal (internal force). Kekuatan otot sangat berhubungan
dengan sistem neuromuskuler yaitu seberapa besar kemampuan sistem saraf
mengaktifasi otot untuk melakukan kontraksi. Sehingga semakin banyak
serabut otot yang teraktifasi, maka semakin besar pula kekuatan yang
dihasilkan otot tersebut.
Kekuatan otot dari kaki, lutut serta pinggul harus adekuat untuk
mempertahankan keseimbangan tubuh saat adanya gaya dari luar. Kekuatan
otot tersebut berhubungan langsung dengan kemampuan otot untuk melawan
gaya garvitasi serta beban eksternal lainnya yang secara terus menerus
mempengaruhi posisi tubuh.
4) Adaptive systems
Kemampuan adaptasi akan memodifikasi input sensoris dan keluaran motorik
(output) ketika terjadi perubahan tempat sesuai dengan karakteristik
lingkungan.
8/12/2019 sgd lbm 4 saraf
8/32
8
5) Lingkup gerak sendi (Joint range of motion)
Kemampuan sendi untuk membantu gerak tubuh dan mengarahkan gerakan
terutama saat gerakan yang memerlukan keseimbangan yang tinggi.
3. Gerakan atau perubahan kepala dan tubuh akan menimbulkan perpindahan cairanendolimfa di labirin dan selanjutnya silia sel rambut akan menekuk. Tekukan silia
menyebabkan permeabilitas membran sel berubah, sehingga ion kalsium akan masuk
ke dalam sel yang menyebabkan terjadinya proses depolari-sasi dan akan merangsang
pelepasan neurotransmiter eksitator yang selanjutnya akan meneruskan impuls
sensoris melalui saraf aferen ke pusat keseimbangan di otak. Organ vestibuler
berfungsi sebagai transduser yang mengubah energi mekanik akibat rangsangan otolit
dan gerakan endolimfa di dalam kanalis semisirkularis menjadi energi biolistrik,
sehingga dapat memberi informasi mengenai perubahan posisi tubuh akibat per-
cepatan linier atau percepatan sudut. Dengan demikian dapat memberi informasi
mengenai semua gerak tubuh yang sedang berlangsung. Sewaktu berkas silia
terdorong ke arah berlawanan, maka terjadi hiperpolarisasi yang menyebabkan pasien
menjadi pusing.
4. Muntah trerjadi karena gangguan keseimbangan pada labirin telinga dan metabolisme.Terjadi hiperpolarisasi, aliran impuls proprioseptik meningkat merangsang CTZ
(chemoreceptor trigger zone). Bila ada zat asing dalam sirkulasi akan merangsang
dopamine dan CTZ menerima sinyal dan menyalurkannya ke pusat muntah sehingga
terjadi muntah-muntah.
5. Hubungan riwayat trauma kepala dengan keluhan pasienDi duga pada saat terjadi trauma pada kepala pasien, sesuai dengan teori
cupulolithiasis menduga partikel organic otoconia utriculi lepas akibat trauma dan
akhirnya mengendap di cupula.
2.5Differential Diagnosis2.5.1 VERTIGODefinisi
Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau seolah-
olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai dengan mual
dan kehilangan keseimbangan.
8/12/2019 sgd lbm 4 saraf
9/32
9
Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa
jam bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa
terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali.
Epidemiologi
Dari keempat subtipe dizziness, vertigo terjad pada sekitar 32% kasus, dan sampai
dengan 56,4% pada populasi orang tua.1 Sementara itu, angka kejadian vertigo pada anak-
anak tidak diketahui,tetapi dari studi yang lebih baru pada populasi anak sekolah di
Skotlandia, dilaporkan sekitar 15% anak paling tidak pernah merasakan sekali serangan
pusing dalam periode satu tahun. Sebagian besar (hampir 50%) diketahui sebagai
paroxysmal vertigo yang disertai dengan gejala-gejala migren (pucat, mual, fonofobia, dan
fotofobia).
Jenis vertigo
Vertigo diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan saluran vestibular yang
mengalami kerusakan, yaitu vertigo periferal dan vertigo sentral. Saluran vestibular adalah
salah satu organ bagian dalam telinga yang senantiasa mengirimkan informasi tentang posisi
tubuh ke otak untuk menjaga keseimbangan.
Vertigo periferal terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang disebut kanalis
semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang bertugas mengontrol keseimbangan.
Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo periferal antara lain penyakit
penyakit seperti benign parozysmal positional vertigo (gangguan akibat kesalahan
pengiriman pesan), penyakit meniere (gangguan keseimbangan yang sering kali
menyebabkan hilang pendengaran), vestibular neuritis (peradangan pada sel-sel saraf
keseimbangan), dan labyrinthitis (radang di bagian dalam pendengaran).
Sedangkan vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di dalam otak,
khususnya di bagian saraf keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak dan serebelum (otak
kecil).
No. Vertigo Periferal (Vestibulogenik) Vertigo Sentral (Non-Vestibuler)
1. Pandangan gelap Pengelihatan ganda
2. Rasa lelah dan stamina menurun Sukar menelan
3. Jantung berdebar Kelumpuhan otot-otot wajah
4. Hilang keseimbangan Sakit kepala yang parah
8/12/2019 sgd lbm 4 saraf
10/32
10
5. Tidak mampu berkonsentrasi Kesadaran yang terganggu
6. Perasaan seperti mabuk Tidak mampu berkata-kata
7. Otot terasa sakit Hilangnya koordinasi
8. Mual dan muntah Mual dan muntah9. Memori dan daya pikir menurun Tubuh terasa lemah
10. Sensitif pada cahaya terang dan suara
11. Berkeringat
Jenis vertigo :
1. Fisiologik Mabuk gerakan Mabuk angkasa Vertigo ketinggian
2. Patologik Vestibular
Perifer- Labirin
1. BPPV2. Meniere3. Ototoksik4. Labirinitis
- Saraf vestibular1. Neuritis2. Neuroma akustikus
Sentral1. Infark brainstem2. Tumor otak3. Radang otak4. Insufisiensi a.v basiler5. epilepsi
Non vestibular Syncope
- Aritmia jantung
8/12/2019 sgd lbm 4 saraf
11/32
11
- Hipotensi otostatik- Vasovagal syncope
Disquilibrium- Parkinson- Serebral disease- Atrofi multisystem
Pusing samar (ill defined dizziness)- Ansietas- Hyperventilasi- Hysteria- Agoraphobia- Depresi
Penyebab Vertigo
Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui organ
keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang
berhubungan dengan area tertentu di otak.
Vertigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang
menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya sendiri. Vertigo juga bisa
berhubungan dengan kelainan penglihatan atau perubahan tekanan darah yang terjadi secara
tiba-tiba.
Penyebab umum dari vertigo:
1. Keadaan lingkungan Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)
2. Obat-obatan Alkohol Gentamisin
3. Kelainan sirkulasi Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya
aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri vertebral dan arteri basiler
4. Kelainan di teling Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga bagian
dalam(menyebabkan benign paroxysmal positional vertigo)
8/12/2019 sgd lbm 4 saraf
12/32
8/12/2019 sgd lbm 4 saraf
13/32
13
perifer menunjukkan bahwa kelainan atau gangguan ini dapat terjadi pada end-organ
(utrikulus maupun kanalis semisirkularis) maupun saraf perifer.
Lesi vertigo sentral dapat terjadi pada daerah pons, medulla, maupun serebelum.
Kasus vertigo jenis ini hanya sekitar 20% - 25% dari seluruh kasus vertigo, tetapi gejala
gangguan keseimbangan (disekulibrium) dapat terjadi pada 50% kasus vertigo.
Penyebab vertigo sentral ini pun cukup bervariasi, di antaranya iskemia atau infark
batang otak (penyebab terbanyak), proses demielinisasi (misalnya, pada sklerosis multipel,
demielinisasi pascainfeksi), tumor pada daerah serebelopontin, neuropati kranial, tumor
daerah batang otak, atau sebab sebab
lain. Perbedaan gambaran klinis antara vertigo sentral dan perifer adalah sebagai berikut:
Vertigo Vestibuler Perifer Vertigo Vestibuler Sentral
Kejadian Episodik, onset mendadak Konstan
Arah nistagmus (Spinning) Satu arah Bervariasi
Aksis nistagmus Horizontal atau rotatorik Horizontal, vertikal, oblik
atau rotatorik
Tipe nistagmus Fase lambat dan cepat Fase ireguler atau setimbang
(equal)
Hilang pendengaran, tinitus Bisa terjadi Tidak ada
Kehilangan kesadaran Tidak ada Dapat terjadi
Gejala neurologis lainnya Tidak ada Sering disertai defisit saraf
cranial serta tanda-tanda
serebelar dan piramidal
Beberapa penyakit ataupun gangguan sistemik dapat juga menimbulkan gejala
vertigo. Begitu pula dengan penggunaan obat, seperti antikonvulsan, antihipertensi, alkohol,
analgesik, dan tranquilizer. Selain itu, vertigo juga dapat timbul pada gangguan
kardiovaskuler (hipotensi, presinkop kardiak maupun non-kardiak), penyakit infeksi,
penyakit endokrin (DM, hipotiroidisme), vaskulitis, serta penyakit sistemik lainnya, seperti
anemia, polisitemia, dan sarkoidosis. Neurotransmiter yang turut berkontribusi dalam
patofisiologi vertigo, baik perifer maupun sentral, di antaranya adalah neurotransmiter
kolinergik, monoaminergik, glutaminergik, dan histamin.
8/12/2019 sgd lbm 4 saraf
14/32
14
Beberapa obat antivertigo bekerja dengan memanipulasi neurotransmiter-
neurotransmiter ini, sehingga gejala-gejala vertigo dapat ditekan. Glutamat merupakan
neurotransmiter eksitatorik utama dalam serabut saraf vestibuler. Glutamat ini memengaruhi
kompensasi vestibuler melalui reseptor NMDA (N-metil-D-aspartat). Reseptor asetilkolin
muskarinik banyak ditemukan di daerah pons dan medulla, dan akan menimbulkan keluhan
vertigo dengan memengaruhi reseptor muskarinik tipe M2, sedangkan neurotransmiter
histamin banyak ditemukan secara merata di dalam struktur vestibuler bagian sentral,
berlokasi di predan postsinaps pada sel-sel vestibuler.
Diagnosis
1. AnamnesisPertama-tama ditanyakan bentuk vertigonya: melayang, goyang, berputar,
tujuh keliling, rasa naik perahu dan sebagainya. Perlu diketahui juga keadaan yang
memprovokasi timbulnya vertigo: perubahan posisi kepala dan tubuh, keletihan,
ketegangan. Profil waktu: apakah timbulnya akut atau perlahan-lahan, hilang timbul,
paroksimal, kronik, progresif atau membaik. Beberapa penyakit tertentu mempunyai
profil waktu yang karakteristik.
Apakah juga ada gangguan pendengaran yang
biasanya menyertai/ditemukan pada lesi alat vestibuler atau n. vestibularis.
Penggunaan obat-obatan seperti streptomisin, kanamisin, salisilat,
antimalaria dan lain-lain yang diketahui ototoksik/vestibulotoksik dan adanya
penyakit sistemik seperti anemi, penyakit jantung, hipertensi, hipotensi, penyakit paru
juga perlu ditanyakan. Juga kemungkinan trauma akustik.
Profil waktu serangan Vertigo pada beberapa penyakit
8/12/2019 sgd lbm 4 saraf
15/32
15
2. Pemeriksaan FisikDitujukan untuk meneliti faktor-faktor penyebab, baik kelainan sistemik,
otologik atau neurologik vestibuler atau serebeler; dapat berupa pemeriksaan fungsi
pendengaran dan keseimbangan, gerak bola mata/nistagmus dan fungsi serebelum.
Pendekatan klinis terhadap keluhan vertigo adalah untuk menentukan
penyebab; apakah akibat kelainan sentral yang berkaitan dengan kelainan susunan
saraf pusat korteks serebri, serebelum,batang otak, atau berkaitan dengan sistim
vestibuler/otologik; selain itu harus dipertimbangkan pula faktor psikologik/psikiatrik
yang dapat mendasari keluhan vertigo tersebut.
Faktor sistemik yang juga harus dipikirkan/dicari antara lain aritmi jantung,
hipertensi, hipotensi, gagal jantung
kongestif, anemi, hipoglikemi.
Dalam menghadapi kasus vertigo, pertama-tama harus ditentukan bentuk
vertigonya, lalu letak lesi dan kemudian penyebabnya, agar dapat diberikan terapi
kausal yang tepat dan terapi simtomatik yang sesuai.
Pemeriksaan Fisik Umum:
Pemeriksaan fisik diarahkan ke kemungkinan penyebab sistemik; tekanan
darah diukur dalam posisi berbaring,duduk dan berdiri: bising karotis, irama (denyut
jantung) dan pulsasi nadi perifer juga perlu diperiksa.
3. Pemeriksaan Neurologis1.Fungsi vestibuler/serebeler
a. Uji RombergPenderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan
kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama
20-30 detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan
posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya atau suara tertentu). Pada
kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup badan penderita akan bergoyang
menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata terbuka badan
penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan serebeler badan penderita akan
bergoyang baik pada mata terbuka maupun pada mata tertutup.
8/12/2019 sgd lbm 4 saraf
16/32
16
b. Tandem GaitPenderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan pada
ujung jari kaki kanan/kiri ganti berganti.
Pada kelainan vestibuler perjalanannya akan menyimpang, dan pada
kelainan serebeler penderita akan cenderung jatuh.
c. Uji Unterberger.Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di
tempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit. Pada
kelainan vestibuler posisi penderita akan menyimpang/berputar ke arah lesi
dengan gerakan seperti orang melempar cakram, kepala dan badan berputar ke
arah lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun
dan yang lainnya naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase lambat ke
arah lesi.
8/12/2019 sgd lbm 4 saraf
17/32
17
d. Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany)Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita
disuruh mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai
menyentuh telunjuk tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang
dengan mata terbuka dan tertutup.
Pada kelainan vestibuler akan terlihat penyimpangan lengan penderita
ke arah lesi.
e. Uji Babinsky-WeilPasien dengan mata tertutup berulang kali berjalan lima langkah ke
depan dan lima langkah ke belakang seama setengah menit; jika ada gangguan
vestibuler unilateral, pasien akan berjalan dengan arah berbentuk bintang.
Pemeriksaan Khusus Oto-Neurologis
Pemeriksaan ini terutama untuk menentukan apakah letak lesinya di sentral
atau perifer.
1. Fungsi Vestibulera. Uji Dix Hallpike
Perhatikan adanya nistagmus; lakukan uji ini ke kanan dan kiri
8/12/2019 sgd lbm 4 saraf
18/32
18
Kepala putar kesamping
Secara cepat gerakkan pasien ke belakang (dari posisi duduk ke posisi
terlentang)
Kepala harus menggantung ke bawah dari meja periksa
8/12/2019 sgd lbm 4 saraf
19/32
19
Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaring-kan ke
belakang dengan cepat, sehingga kepalanya meng-gantung 45 di bawah garis
horisontal, kemudian kepalanya dimiringkan 45 ke kanan lalu ke kiri.
Perhatikan saat timbul dan hilangnya vertigo dan nistagmus, dengan uji ini
dapat dibedakan apakah lesinya perifer atau sentral.
Perifer (benign positional vertigo): vertigo dan nistagmus timbul
setelah periode laten 2-10 detik, hilang dalam waktu kurang dari 1 menit, akan
berkurang atau menghilang bila tes diulang-ulang beberapa kali (fatigue).
Sentral: tidak ada periode laten, nistagmus dan vertigo ber-langsung
lebih dari 1 menit, bila diulang-ulang reaksi tetap seperti semula (non-fatigue).
b. Tes KaloriPenderita berbaring dengan kepala fleksi 30, sehingga kanalis
semisirkularis lateralis dalam posisi vertikal. Kedua telinga diirigasi
bergantian dengan air dingin (30C) dan air hangat (44C) masing-masing
selama 40 detik dan jarak setiap irigasi 5 menit. Nistagmus yang timbul
dihitung lamanya sejak permulaan irigasi sampai hilangnya nistagmus tersebut
(normal 90-150 detik).
Dengan tes ini dapat ditentukan adanya canal paresis atau directional
preponderance ke kiri atau ke kanan.Canal paresis ialah jika abnormalitas
ditemukan di satu telinga, baik setelah rangsang air hangat maupun air dingin,
sedangkan directional preponderance ialah jika abnormalitas ditemukan pada
arah nistagmus yang sama di masing-masing telinga.
Canal paresis menunjukkan lesi perifer di labirin atau n. VIII,
sedangkan directional preponderance menunjukkan lesi sentral.
c. ElektronistagmogramPemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit, dengan tujuan untuk
merekam gerakan mata pada nistagmus, dengan demikian nistagmus tersebut
dapat dianalisis secara kuantitatif.
2. Fungsi Pendengarana.
Tes garpu tala
8/12/2019 sgd lbm 4 saraf
20/32
20
Tes ini digunakan untuk membedakan tuli konduktif dan tuli perseptif,
dengan tes-tes Rinne, Weber dan Schwabach.
Pada tuli konduktif tes Rinne negatif, Weber lateralisasi ke sisi yang
tuli, dan Schwabach memendek.
b. AudiometriAda beberapa macam pemeriksaan audiometri seperti Loudness
Balance Test, SISI, Bekesy Audiometry, Tone Decay.
Pemeriksaan saraf-saraf otak lain meliputi: acies visus, kampus visus,
okulomotor, sensorik wajah, otot wajah, pendengaran, dan fungsi menelan.
Juga fungsi motorik (kelumpuhan ekstremitas),fungsi sensorik (hipestesi,
parestesi) dan serebeler (tremor, gangguan cara berjalan).
3. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium rutin atas darah dan urin, dan pemeriksaan lain
sesuai indikasi.
Foto Rontgen tengkorak, leher, Stenvers (pada neurinoma akustik) Neurofisiologi:Elektroensefalografi(EEG),Elektromiografi (EMG), Brainstem
Auditory Evoked Pontential (BAEP)
Pencitraan: CT Scan, Arteriografi, Magnetic Resonance Imaging (MRI)Penatalaksanaan
Penatalaksanaan vertigo bergantung pada lama keluhan dan ketidaknyamanan akibat
gejala yang timbul serta patologi yang mendasarinya. Pada vertigo, beberapa tindakan
spesifik dapat dianjurkan untuk mengurangi keluhan vertigo.
Pada penyakit Meniere, misalnya: pengurangan asupan garam dan penggunaan
diuretik disarankan untuk mengurangi tekanan endolimfatik. Untuk BPPV (benign
paroxysmal positional vertigo), dapat dicoba dengan bedside maneuver yang disebut
dengan Epley particle repositioning maneuver.
Penatalaksanaan Medikamentosa
Secara umum, penatalaksanaan medikamentosa mempunyai tujuan utama: (i)
Mengeliminasi keluhan vertigo, (ii) Memperbaiki proses-proses kompensasi vestibuler, dan
(iii) Mengurangi gejala-gejala neurovegetatif ataupun psikoafektif. Beberapa golongan obat
yang dapat digunakan untuk penanganan vertigo di antaranya adalah:
8/12/2019 sgd lbm 4 saraf
21/32
21
A. AntikolinergikAntikolinergik merupakan obat pertama yang digunakan untuk penanganan
vertigo, yang paling banyak dipakai adalah skopolamin dan homatropin. Kedua
preparat tersebut dapat juga dikombinasikan dalam satu sediaan antivertigo.
Antikolinergik berperan sebagai supresan vestibuler melalui reseptor muskarinik.
Pemberian antikolinergik per oral memberikan efek rata-rata 4 jam, sedangkan
gejala efek samping yang timbul terutama berupa gejala-gejala penghambatan
reseptor muskarinik sentral, seperti gangguan memori dan kebingungan (terutama
pada populasi lanjut usia), ataupun gejala-gejala penghambatan muskarinik perifer,
seperti gangguan visual, mulut kering, konstipasi, dan gangguan berkemih.
B. AntihistaminPenghambat reseptor histamin-1 (H-1 blocker) saat ini merupakan antivertigo
yang paling banyak diresepkan untuk kasus vertigo,dan termasuk di antaranya adalah
difenhidramin, siklizin, dimenhidrinat, meklozin, dan prometazin. Mekanisme
antihistamin sebagai supresan vestibuler tidak banyak diketahui, tetapi diperkirakan
juga mempunyai efek terhadap reseptor histamin sentral. Antihistamin mungkin juga
mempunyai potensi dalam mencegah dan memperbaiki motion sickness.
Efek sedasi merupakan efek samping utama dari pemberian penghambat
histamin. Obat ini biasanya diberikan per oral, dengan lama kerja bervariasi mulai
dari 4 jam (misalnya, siklizin) sampai 12 jam (misalnya, meklozin).
C. HistaminergikObat kelas ini diwakili oleh betahistin yang digunakan sebagai antivertigo di
beberapa negara Eropa, tetapi tidak di Amerika. Betahistin sendiri merupakan
prekrusor histamin. Efek antivertigo betahistin diperkirakan berasal dari efek
vasodilatasi, perbaikan aliran darah pada mikrosirkulasi di daerah telinga tengah dan
sistem vestibuler.
Pada pemberian peroral, betahistin diserap dengan baik, dengan kadar puncak
tercapai dalam waktu sekitar 4 jam. Efek samping relatif jarang, termasuk di
antaranya keluhan nyeri kepala dan mual.
D. AntidopaminergikAntidopaminergik biasanya digunakan untuk mengontrol keluhan mual pada
pasien dengan gejala mirip-vertigo. Sebagian besar antidopaminergik merupakan
neuroleptik. Efek antidopaminergik pada vestibuler tidak diketahui dengan pasti,
8/12/2019 sgd lbm 4 saraf
22/32
22
tetapi diperkirakan bahwa antikolinergik dan antihistaminik (H1) berpengaruh pada
sistem vestibuler perifer.
Lama kerja neuroleptik ini bervariasi mulai dari 4 sampai 12 jam. Beberapa
antagonis dopamin digunakan sebagai antiemetik, seperti domperidon dan
metoklopramid. Efek samping dari antagonis dopamin ini terutama adalah hipotensi
ortostatik, somnolen, serta beberapa keluhan yang berhubungan dengan gejala
ekstrapiramidal, seperti diskinesia tardif, parkinsonisme, distonia akut, dan
sebagainya.
E. BenzodiazepinBenzodiazepin merupakan modulator GABA, yang akan berikatan di tempat
khusus pada reseptor GABA. Efek sebagai supresan vestibuler diperkirakan terjadi
melalui mekanisme sentral. Namun, seperti halnya obat-obat sedatif, akan
memengaruhi kompensasi vestibuler.
Efek farmakologis utama dari benzodiazepin adalah sedasi, hipnosis,
penurunan kecemasan, relaksasi otot, amnesia anterograd, serta antikonvulsan.
Beberapa obat golongan ini yang sering digunakan adalah lorazepam, diazepam, dan
klonazepam.
F. Antagonis kalsiumObat-obat golongan ini bekerja dengan menghambat kanal kalsium di dalam
sistem vestibuler, sehingga akan mengurangi jumlah ion kalsium intrasel. Penghambat
kanal kalsium ini berfungsi sebagai supresan vestibuler.
Flunarizin dan sinarizin merupakan penghambat kanal kalsium yang
diindikasikan untuk penatalaksanaan vertigo, kedua obat ini juga digunakan sebagai
obat migren. Selain sebagai penghambat kanal kalsium, ternyata flunarizin dan
sinarizin mempunyai efek sedatif, antidopaminergik, serta antihistamin Flunarizin dan
sinarizin dikonsumsi per oral. Flunarizin mempunyai waktu paruh yang panjang,
dengan kadar mantap tercapai setelah 2 bulan, tetapi kadar obat dalam darah masih
dapat terdeteksi dalam waktu 2-4 bulan setelah pengobatan dihentikan.
Efek samping jangka pendek dari penggunaan obat ini terutama adalah efek
sedasi dan peningkatan berat badan. Efek jangka panjang yang pernah dilaporkan
ialah depresi dan gejala parkinsonisme, tetapi efek samping ini lebih banyak terjadi
pada populasi lanjut usia.
8/12/2019 sgd lbm 4 saraf
23/32
23
G. SimpatomimetikSimpatomimetik, termasuk efedrin dan amfetamin, harus digunakan secara
hati-hati karena adanya efek adiksi.
H. AsetilleusinObat ini banyak digunakan di Prancis. Mekanisme kerja obat ini sebagai
antivertigo tidak diketahui dengan pasti, tetapi diperkirakan bekerja sebagai prekrusor
neuromediator yang memengaruhi aktivasi vestibuler aferen, serta diperkirakan
mempunyai efek sebagai antikalsium pada neurotransmisi. Beberapa efek samping
penggunaan asetilleusin ini di antaranya adalah gastritis (terutama pada dosis tinggi)
dan nyeri di tempat injeksi.
I. Lain-lainBeberapa preparat ataupun bahan yang diperkirakan mempunyai efek
antivertigo di antaranya adalah ginkgo biloba, piribedil (agonis dopaminergik), dan
ondansetron.
2.5.2 LABIRINITISA. Definisi
Labirinitis adalah infeksi pada telinga dalam (labirin) yang disebabkan olehbakteri atau virus. Labirinitis merupakan komplikasi intratemporal yang
paling sering dari radang telinga tengah.
B. EpidemiologiLabirinitis lebih sering terjadi setelah infeksi telinga tengah, meningitis , atau
infeksi saluran pernafasan atas. Hal ini juga dapat terjadi setelah trauma,
tumor, atau setelah menelan zat-zat beracun. Hal ini dianggap lebih umum
pada wanita dari pada laki-laki.Viral labirinitis adalah bentuk paling umum
labirinitis. Viral labirinitis biasanya diamati pada orang dewasa berusia 30-60
tahun dan jarang diamati pada anak-anak. Hal ini dapat dilakukan
perbandingan laki-laki banding perempuan 2:1 sekitar dekade empat.Pada era
pasca-antibiotik, labirinitis bakteria jarang ditemukan.Biasanya terlihat pada
anak-anak di bawah 2 tahun ketika anak-anak paling banyak resiko
meningitis.
C. Etiologi
8/12/2019 sgd lbm 4 saraf
24/32
24
a. Berikut adalah virus dan bakteria yang berpotensi menyebabkanlabirinitis:
Cytomegalovirus Mumps virus Rubella virus Parainfluenza virus Influenza virus Adenovirus Varicella-zooster virus Herpes simplex virus 1 S.pneumonia N.meningitidis Mycobacteria tuberculosis Bacteroides species Proteus species Moraxella catarrhalis Streptococus species Staphylococus species
b. Zat - zat toksik seperti dan obatan-obatan
D. KlasifikasiLabirinitis dapat disebabkan oleh virus, bacterial,zat-zat toksik dan obat-
obatan. Labirinitis yang di sebabkan oleh bakterial terdapat dalam dua bentuk
labirinitis, yaitu labirinitis serosa dan labirinitis supuratif. Labirinitis serosa
dapat berbentuk labirinitis serosa difus dan labirinitis serosa sirkumskripta.
Labirinitis supuratif dibagi dalam labirinitis supuratif akut difus dan
labirinitis supuratif kronik difus.
a. Labirinitis viral Etiologi
Infeksi saluran pernafasan atas, faktor kongenital yaitu infeksi
campak dan rubella pada trimester pertama atau infeksi
cytomegalovirus pada kontraksi uterus setelah persalinan yang
8/12/2019 sgd lbm 4 saraf
25/32
25
menyebabkan kokleolabirinitis. Infeksi virus ini menjalar secara
hematogen ke telinga dalam.
Gejala klinisMenyebabkan gejala vertigo,mual, muntah selama beberapa hari dan
minggu. Labirinitis viral bersifat tidak episodik dan tidak ada gejala
gangguan pendengaran.
b. Labirinitis bakterial .Labirinitis serosa difus
EtiologiLabirinitis serosa difus seringkali terjadi sekunder dari
labirinitis sirkumskripta atau dapat terjadi primer pada otitis
media akut dengan atau tanpa kolesteatoma dan reaktivasi
otomastoiditis kronis.Masuknya toksin bakteria dan zat-zat
yang diproduksi secara difus melalui membran fenestra ovale
dan fenestra rotundum.Infeksi tersebut mencapai endosteum
melalui saluran darah. Selain itu, labirinitis serosa sering terjadi
pada operasi telinga dalam misalnya pada stapedektomi.
Labirinitis serosa difus ini adalah satu proses inflamasi yang
steril.
PemeriksaanKelainan patologi yaitu inflamasi non purulen pada labirin.
Pemeriksaan histologik pada potongan labirin menunjukkan
infiltrasi seluler awal dengan eksudat serosa atau serofibrin.
Gejala klinisGejala dan tanda serangan akut labirinitis serosa difus adalah
vertigo spontan dengan derajat ringan- sedang dan nistagmus
rotatoar, biasanya ke arah telinga yang sakit. Terdapat juga tuli
sensorineural yang bersifat sementara.Kadang-kadang disertai
mual dan muntah, biasanya tidak berat.
8/12/2019 sgd lbm 4 saraf
26/32
26
Labirinitis supuratif akut difus Etiologi
Labirinitis supuratif akut difus dapat merupakan kelanjutan dari
labirinitis serosa yang infeksinya masuk melalui fenestra ovale
dan fenestra rotundum Pada banyak kejadian, labirinitis ini
terjadi sekunder dari otitis media akut maupun kronik atau
mastoiditis.Pada beberapa kasus abses subdural atau meningitis,
infeksi dapat menyebar ke dalam labirin dengan atau tanpa
terkenanya telinga tengah, sehingga menjadi labirin
supuratif.Bakteria secara langsung masuk ke dalam membran
dan erosi tulang labirin.
PemeriksaanPada pemeriksaan histologik didapatkan infiltrsi labirin oleh
sel-sel leukosit polimorfonuklear dan destruksi struktur jaringan
lunak.Sebagian dari tulang labirin nekrosis, dan terbentuk
jaringan granulasi yang dapat menutup bagian tulang yang
nekrotik tersebut.Keadaan ini akan menyebabkan osifikasilabirin.
Gejala klinisLabirinitis supuratif akut difus , ditandai dengan tuli total pada
telinga yang sakit diikuti dengan vertigo yang berat, mual,
muntah, dan nistagmus spontan ke arah telinga yang sehat.
Selama fase akut, posisi pasien sangat khas.Pasien akan
berbaring pada sisi yang sakit, jadi ke arah komponen lambat
nistagmus.Posisi ini akan mengurangi perasaan vertigo.Jika
fungsi koklea hancur, akan mengakibatkan tuli saraf total
permanen.
Labirinitis kronik (laten) difus Etiologi
8/12/2019 sgd lbm 4 saraf
27/32
27
Labirinitis supuratif stadium kronik atau laten dimulai, segera
sesudah gejala vestibuler akut berkurang. Hal ini mulai dari 2-6
minggu sesudah awal periode akut.
PemeriksaanPemeriksaan patologi menunjukkan telinga dalam hampir
seluruhnya terisi oleh jaringan granulasi setelah 10 minggu
serangan akut.Jaringan granulasi secara bertahap berubah
menjadi jaringan ikat dengan permulaan kalsifikasi.
Pembentukan tulang baru dapat mengisi penuh ruangan-ruangan
labirin dalam 6 bulan sampai beberapa tahun.
Gejala klinisTerjadi tuli total di sisi yang sakit. Vertigo ringan nistagmus
spontan biasanya ke arah telinga yang sehat dapat menetap
sampai beberapa bulan.
c. Labirinitis toksikLabirinitis toksik dapat disebabkan oleh keracunan zat-zat toksik seperti
arsen, zink, kuinin dan pemakaian obat antibiotik yang ototoksik seperti
streptomicin, aminoglikosida, dan dihydrostreptomicin.Gejala yang
timbul seperti vertigo, tinitus dan tuli.
2.5.3 TUMOR AKUSTIK NEURINOMA
DEFINISI
Acoustic neuroma adalah tumor bersifat kanker (jinak) dan biasanya lambat tumbuh yang
berkembang pada saraf akustikus. Dapat tumbuh pada saraf keluar dari pons,sepanjang
perjalanan saraf di fosa kranialis posterior atau di dalam liang telinga dalam menuju dari
telinga batin Anda ke otak Anda. Karena cabang-cabang saraf ini langsung mempengaruhi
keseimbangan dan pendengaran, tekanan dari neuroma akustik dapat menyebabkan gangguan
pendengaran, dering di telinga Anda dan kegoyangan.
Juga dikenal sebagai schwannoma vestibular, neuroma akustik adalah penyebab umum
gangguan pendengaran. Acoustic neuroma biasanya tumbuh lambat sekali yang dapatmengenai saraf akutikus, saraf fasialis, dan kemudian mengenai ungulus serebelopotin.Satu
8/12/2019 sgd lbm 4 saraf
28/32
28
telinga penderita semakin lama semakin tuli., tetapi dalam beberapa kasus mungkin tumbuh
pesat dan menjadi cukup besar untuk menekan otak dan mengganggu fungsi vital.
ETIOLOGY
IdiopatikNeuroma Akustik dapat terjadi secara idiopatik (artinya masih belum di ketahui
secara pasti penyebabnya).
Neurofibromatosis (NF2)Sebuah neuroma akustik disebabkan oleh perubahan atau tidak adanya kedua gen
supresor tumor di NF2 sel saraf. Setiap orang memiliki sepasang gen NF2 di setiap sel tubuh
mereka termasuk sel saraf mereka. Satu NF2 gen diwariskan dari sel telur ibu dan NF2 satu
gen diwariskan dari sel sperma dari ayah. NF2 gen bertanggung jawab untuk membantu
mencegah pembentukan tumor pada sel saraf. Khususnya gen NF2 membantu mencegah
neuromas akustik.
Hanya satu gen berubah dan berfungsi NF2 adalah diperlukan untuk mencegah
pembentukan neuroma akustik. Jika kedua gen NF2 menjadi berubah atau hilang di salah satu
sarung mielin sel saraf vestibular kemudian sebuah Neuroma akustik biasanya akan
berkembang. Kebanyakan sepihak neuromas akustik hasil ketika NF2 gen menjadi spontan
berubah atau hilang. Seseorang neuroma akustik dengan sepihak bahwa telah
mengembangkan secara spontan tidak pada peningkatan risiko untuk memiliki anak dengan
neuroma akustik. Beberapa akustik neuromas sepihak Hasil dari kondisi NF2 keturunan.
Hal ini juga kemungkinan bahwa beberapa neuromas akustik mungkin sepihak
disebabkan oleh perubahan dalam gen lainnya yang bertanggung jawab untuk mencegah
pembentukan tumor.
PATOFISIOLOGI
Sebagian besar neuromas akustik berkembang dari investasi sel Schwann dari bagian
vestibular dari syaraf vestibulocochlear. Kurang dari 5% timbul dari saraf koklea. Saraf
superior dan inferior vestibular tampaknya saraf asal dengan sekitar frekuensi yang sama.
Secara keseluruhan, 3 pola pertumbuhan yang terpisah dapat dibedakan dalam tumor akustik,
sebagai berikut: (1) tidak ada pertumbuhan atau sangat lambat pertumbuhan, (2) pertumbuhan
yang lambat (yaitu 0,2 cm / y pada studi imaging), dan (3) pertumbuhan cepat ( yaitu 1,0
cm / y pada studi imaging). Meskipun neuromas akustik yang paling tumbuh lambat,
8/12/2019 sgd lbm 4 saraf
29/32
29
beberapa tumbuh cukup cepat dan dapat ganda dalam volume dalam waktu 6 bulan sampai
satu tahun.
Meskipun beberapa tumor mentaati satu atau lain dari pola-pola pertumbuhan, yang
lain tampaknya alternatif antara periode pertumbuhan tidak ada atau lambat dan pertumbuhan
yang cepat. Tumor yang telah mengalami degenerasi kistik (mungkin karena mereka telah
melampaui suplai darah mereka) kadang-kadang mampu ekspansi relatif cepat karena
pembesaran komponen kistik mereka. Karena tumor akustik timbul dari sel Schwann
investasi, pertumbuhan tumor umumnya kompres serat vestibular di permukaan.
Penghancuran serat vestibular lambat, akibatnya, banyak pasien mengalami
ketidakseimbangan sedikit atau tidak atau vertigo. Setelah tumor telah berkembang cukup
besar untuk mengisi kanal auditori internal, hal itu mungkin melanjutkan pertumbuhan tulang
baik dengan memperluas atau dengan memperluas ke sudut cerebellopontine. Pertumbuhan
dalam sudut cerebellopontine umumnya bulat.
Tumor akustik, seperti lesi menempati ruang-lain, menghasilkan gejala dengan salah
satu dari 4 mekanisme dikenali: (1) kompresi atau distorsi dari ruang cairan tulang belakang,
(2) perpindahan dari batang otak, (3) kompresi kapal memproduksi iskemia atau infark , atau
(4) kompresi dan / atau atenuasi saraf.
Karena sudut cerebellopontine relatif kosong, tumor dapat terus tumbuh sampai
mereka mencapai 3-4 cm sebelum mereka menghubungi struktur penting. Pertumbuhan
seringkali cukup lambat bahwa saraf wajah dapat menampung ke peregangan dikenakan oleh
pertumbuhan tumor tanpa kerusakan klinis jelas fungsi.
Tumor yang timbul dalam pendengaran kanal internal dapat menghasilkan gejala-
gejala yang relatif awal dalam bentuk gangguan pendengaran atau gangguan vestibular
dengan menekan saraf koklea, saraf vestibular, atau arteri labirin tulang dinding saluran
pendengaran internal.
Sebagai tumor pendekatan 2,0 cm diameter, ia mulai untuk kompres permukaan
lateral batang otak. pertumbuhan lebih lanjut dapat terjadi hanya dengan penekanan atau
menggusur batang otak ke sisi kontralateral. Tumor yang lebih besar dari 4 cm sering
memperpanjang cukup jauh anterior untuk menekan saraf trigeminal dan menghasilkan
hipestesia wajah. Sebagai tumor terus tumbuh di luar 4 cm, penghapusan progresif dari
saluran air otak dan ventrikel keempat terjadi dengan perkembangan akhir hidrosefalus.
8/12/2019 sgd lbm 4 saraf
30/32
30
MANIFESTASI KLINIS
Gejala-gejala neuroma akustik termasuk yang pertama dalam 90% dari mereka
dengan tumor adalah :
Gangguan pendengaran pada satu telinga, sering disertai dengan dering di telinga atautinnitus Hilangnya pendengaran biasanya halus dan memburuk secara perlahan,
meskipun kadang-kadang tiba-tiba kehilangan pendengaran dicatat tuli.
Hilangnya keseimbangan dan kegoyangan. Vertigo berhubungan dengan mual dan muntah, dan tekanan di telinga, yang
semuanya dapat dikaitkan dengan gangguan fungsi saraf vestibulocochlear normal.
Selain itu lebih dari 80% pasien telah melaporkan tinnitus (paling sering sepihak
dering bernada tinggi, kadang-kadang mesin seperti mengaum atau mendesis suara,
seperti ketel uap).
Karena bagian keseimbangan dari saraf kedelapan adalah tempat tumor muncul
tumors besar yang memampatkan berdekatan batang otak dapat mempengaruhi lokal saraf
kranial lainnya Paradoksnya, saraf tengkorak 7 jarang terlibat pra-bedah, keterlibatan dari
saraf trigeminal (CN V) dapat menyebabkan hilangnya sensasi di terlibat sisi wajah dan
mulut Kompresi saraf kranial ketujuh dapat menyebabkan kejang, kelemahan atau
kelumpuhan otot-otot wajah. Double visi adalah langka gejala tetapi dapat terjadi ketika saraf
kranial 6 dipengaruhi.
The glossopharyngeal dan saraf vagus yang jarang terlibat, tetapi keterlibatan mereka
dapat mengakibatkan muntah atau menelan dan / atau kesulitan berbicara diubah refleks.
Tumor yang lebih besar dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial , Tumor terkait
meningkatkan tekanan intrakranial dapat menyebabkan sakit kepala, kiprah kikuk dan
kebingungan mental. Ini bisa menjadi komplikasi yang mengancam jiwa yang memerlukan
perawatan mendesak.
8/12/2019 sgd lbm 4 saraf
31/32
31
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi berdasarkan keluhan pasien dalam scenario yaitu pusing berputar secara tiba-tiba
dari posisi duduk ke posisi berdiri. Pusing berkurang saat tidur dan menutup mata, pusing
tiba-tiba saat kepala menoleh kearah kanan ketika berbaring. Ruangan atau lingkungan
seputar terasa berputar, mual muntah, dan lemas. Muntah tidak menyemprot, terdapat riwayat
trauma kepala satu setengah tahun yang lalu. Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik, di
dapatkan maneuver hallpike (+), nistagmus
8/12/2019 sgd lbm 4 saraf
32/32
DAFTAR PUSTAKA
Bahrudin, Moch. 2013.Neurologi Klinis.Edisi 1.Universitas Muhammadiyah Malang:
Malang
Dewanto, George. Dr, Sp.S, dkk. 2009. Diagnosis & Tata Laksana Penyakit Saraf. EGC :
Jakarta
Efiati, A.S, Nurbaiti I. 1997. Vertigo dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung
Tenggorokan, Edisi ke-3. FKUI. Jakarta
Harsono. Kapita Selekta Neurologi. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta
Harsono. 2011.Buku Ajar Neurologi Klinis. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta
Marjono, Mahar & Sidharta, Priguna.2010. Neurologi Klinis Dasar.Dian Rakyat: Jakarta
Sidharta, Priguna.Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum.Dian Rakyat: Jakarta