Upload
dinar-kukuh-prasetyo
View
230
Download
14
Embed Size (px)
DINAR KUKUH PRASETYO01.209.5876
1. ANATOMI SSP Otak manusia merupakan struktur yg relatif kecil yaitu dng berat 1400 g dan merupakan 2% dari BB. Encephalon (otak) terdiri atas 3 subdivisi yaitu :
a. Hemispherium cerebrib. Truncus encephali (batang otak)c. Cerebellum Truncus encephali (batang otak) terdiri atas 3 bagian yaitu :a. Mesencephalonb. Ponsc. Medulla oblongata
Hemispherium CerebriTerdiri atas :
- Substansia gricea / pallium sangat berlipat – lipat.Satu rigi lipatan cortex disebut gyrus sedangkan parit yg memisahkan gyrus cerebri disebut sulcus cerebri
Berdasarkan gyrus serebri dan sulcus cerebri yg konstan maka cerebrum dibagi menjadi 6 lobi, yaitu :
1. lobus frontalis2. lobus temporalis3. lobus parietalis4. lobus occipitalis5. lobus insularis6. lobus limbicus
- Substansia albaTerdiri atas 3 jenis serabut yaitu :
1. neurofibrae projections (serabut proyeksi) menghantarkan impuls dari cortex ke bangunan di caudalnya atau sebaliknya
2. neurofibrae associations (serabut asosiasi) yg menghubungkan berbagai daerah cortex dalam hemispherium yg sama
3. neurofibrae commisurales (serabut commisura) serabut yg menghubungkan daerah2 antara kedua hemispherium cerebri
- Kumpulan neuron2 profunda yg disebut nuclei (ganglia) basalesKedua hemispherium cerebri terpisah satu sama lain oleh fissure longitudinal cerebriSumber : Systema Nervosum Centrale Laboratorium Anatomi FK UNDIP
Saraf kranialis No dan Nama Komponen Asal Fungsi I : saraf olfaktorius Viseral aferen spesial Neuron olfaktorius Penciuman
(fasikulus olfaktorius) bipolar dlm mukosa olfaktorius
II : saraf optikus (fasikulus opticus)
Somatik aferen spesial Lapisan sel ganglion dan retina
Penglihatan
III : saraf okulomotorius
Somatik eferen
Viseral eferen (parasimpatis)
Nukleus okulomotorius (otak tengah)
Nukleus edinger - westphal
- Mm.rektus superior, inferior, medialis
- M.oblikus inf- M levator palpebra
M sfingter pupillaeM siliaris
Somatik aferen Propioseptor otot2 mata
propiosepsi
IV : saraf troklearis somatik eferen
somatik aferen
Nukleus troklearis (otak tengah)propioseptor
M oblikus superior
propioseptorV : saraf trigeminus
Arkus brankial I
Somatik aferen
Brankial eferenSomatik aferen
Sel bipolar pd ganglion semilunar
Nukleus motorik VPropioseptor pd otot2 pengunyah
Sensibilitas kulit wajah & mukosa hidung & mulutOtot2 pengunyahpropiosepsi
VI : saraf abdusen somatik eferen somatik aferen
Nukleus abdusen Propioseptor
M rectus lateralisPropioseptor
VII : saraf fasialis Brankial eferen Nukleus fasialis Otot2 ekspresi wajah, platisma, m stilohioideus, m digastricus
Arkus brankialis II Viseral eferen Nukleus salivatorius superior
Nasal, lakrimal, kelenjar liur (sublingual&submandibular)
Saraf intermediat Viseral aferen spesial Ganglion genikuli Pengecapan, 2/3 anterior lidahSomatik aferen Ganglion genikuli Telinga luar, bgn kanalis
auditorius, permukaan luar membran timpani(sensibilitas)
VIII : saraf vestibulokoklearis
Somatik aferen spesial Ganglion vestibularis Keseimbangan, Krista kanalis semilunaris, macula utrikuli & sakuli
Ganglion spiralis Pendengaran, organ kortiIX : saraf glosofaringeus
Arkus brankialis III
Brankial eferen
Viseral eferen (parasimpatis)Viseral aferen spesial
Viseral aferen
Viseral aferen
Nukleus ambigus
Nukleus salivatorius inferiorGanglion inferius
Ganglion superius
Ganglion superius
M stilofaringeus, otot faring
Salivasi, glandula parotis
Pengecapan (1/3 posterior lidah)Sensibilitas, 1/3 posterior lidah&faring (refleks muntah)Telinga tengah, kanalis eustachii (sensibilitas)
X : saraf vagus Brankial eferen
Viseral eferen (parasimpatis)
Nukleus ambigus
Nukleus dorsalis saraf vagus
Otot2 faring & laring
Visera rongga dada dan abdomen (motorik)
Viseral aferen
Viseral aferen spesial
Viseral aferen
Ganglion inferius (nodosum)
Ganglion inferius (nodosum)
Ganglion superius (jugularis)
Rongga abdomen (sensibilitas)
Pengecapan, epiglotis
Kanalis auditorius
XI : saraf asesorius Brankial eferen
Somatik eferen
Nukleus ambigus (radiks kranialis)Sel kornu anterior (radiks spiralis)
Otot2 faring & laring
M sternokleidomastoideus, m trapezius
XII: saraf hipoglosus Somatik eferen Nucleus hipoglosus Otot2 lidahSumber : diagnosis topik neurologi (anatomi, fisiologi, tanda, gejala) ; Peter Duus
Embriologi
2. TRAUMA KAPITISa. Definisi
Trauma mekanis yang biasa terjadi pada kecelakaan dengan :
Kepala bergerak terbentur atau terpelanting pada benda diam.
Kepala diam yang dibentur oleh benda yang bergerak, terjadi bila kepala tertimpa
sesuatu atau dipukul.
Kepala tidak dapat bergerak karena tertahan sesuatu mengalami benturan yang
menggencetnya.
b. KlasifikasiKlasifikasi Cedera kepala
mekanik Tumpul
Tembus
α Kecepatan tinggi ( tabrakan mobil )
α Kecepatan rendah ( jatuh, di pukul )
α Luka tembakα Cedera tembus lain
Beratnya Ringan SedangBerat
GCS 14-15GCS 9-13GCS 3-8
Morfologi Fraktur tengkorak1. Kalvaria
2. Dasar tengkorak
Lesi intra kranial1. Fokal
2. Difus
Garis vs bintangDepresi/ non depresiTerbuka/tertutupDengan / tanpa kebocoran CSSDengan / tanpa paresis N VII
Epidural SubduralIntraserebraKonkusiKonkusi multipleHipoksia/iskemik
ATLS AMERICAN COLLEGE OF SURGEONS COMMITTEE ON TRAUMA HAL 174BERDASARKAN PATOLOGIS :
1. Komosio serebri : trauma kepala yang tidak disertai kerusakan jaringan otak2. Kontusio serebri : trauma kepala yang disertai kerusakan jaringan otak3. Laserasi serebri : terlepasnya jaringan orak.
c. Patofisiologia.trauma kapitis yg menimbulkan pingsan sejenak ( comosio serebri/gigar otak)
trauma kapitis yg tampaknya berat / ringan bisa hanya mengakibatkan pingsan sejenak dg / tanpa amnesia retrograd. Tidak terdapat tanda2 kelainan neurologik, derajat kesadaran ditentukan oleh integritas ” diffuse ascending reticular system ”.
Pada waktu terjadi gerakan akslerasi pada kepala sec mendadak dapat meregangkan dan merentangkan sambungan antara batang otak yg pd ujung rostral bersambung dg otak dan pada ujung kaudalnya bersambung dg medula spinalis.
Peregangan menurut poros batang otak ini bisa menyebabkan blokade reversibel pd lintasan retikularis ascendens diffuse shg selama blokade itu berlangsung otak
tidak mendapatkan ” input ” aferen, shg kesadaran menurun – derajat yg terendah ( pingsan ). Hilangnya blokade terhdap lintasan ascendens itu akan disusul dg pulihnya kesadaran.
b. trauma kapitis yg menimbulkan kelainan neurologik adanya contusio serebri, laserasio serebri, hemoragia subdural, hemoragia
epidural, hemoragia intraserebral akibat gaya destruksi trauma muncul mekanisme2 yg ikut menentukan lesi akibat trauma kapitis : tekanan positif dan negatif
- tengkorak dianggap sbg kotak yg tertutup dg tekanan didalamnya tidak boleh berubah – ubah.
- TIK = jumlah total tekanan yg mewakili volume jar otak, volume cairan serebrospinal, volume darah intrakranial, merupakan hukum monroe-kellie pada wkt2 tertentu dpt meningkat krn peningkatan volume salah satu unsur tsb diatas.
- Misal : krn edema serebri, TIK , dg dikurangi volume darah intra kranium dan cairan serebrospinal, TIK bs kembali pd TIK yg semula. Proses peningkatan TIK dan mekanisme Homeostatis nya memakan waktu.
- Pada trauma kapitis lonjakan TIK terjd dlm wkt milidetik, shg mekanisme penurunan TIK belum sempat bekerja shg bs terdpt tekanan positif dan negatif setempat. Ini terjd pd trauma kapitis yg mengakibatkan indentasi tempat benturan / tamparan yg menjadi cekung sejenak utk menjdi rata kembali sperti keadaan semula.
- Tekanan positif mengakibatkan kompresi pada jaringan otak- Tekanan negatif mengakibatkan terpisahnya udara dari darah / cairan
serebrospinal, shg terjd gelembung2 udara yg berakibat terjdnya lubang2 ( kavitasi ) pada jaringan otak.
akslerasi dan de-akslerasi- akslerasi : gerakan cepat yg terjd sec mendadak ( terjd pd saat kepala jatuh) - de-akslerasi : penghentian akslerasi sec mendadak ( terjd pada saat kepala
terbanting pada tanah / lantai).- Saat terjd akslerasi berlangsung terjd 2 kejadian yaitu :
akslerasi tengkorak kearah kearah ” impact ” pergeseran otak kearah yg berlawanan dg arah impact pd saat de-akslerasi terdpt sekali lagi pergeseran otak, tetapi kali ini
kearah ” impact ” primer.- lesi akibat impact dapat berupa : perdarahan pada permukaan otak yg
berbentuk titik2 besar dan kecil, tanpa kerusakan pada durameter dan dinamakan lesi kontusio.
- Lesi contusio dibawah impact disebut ” lesi contusio coup ” diseberang impact disebut “ lesi contusio contrecoup “. keadaan ini terjd apabila kepala jatuh terbanting kebelakang.
c. akslerasi linear dan rotatorik
- lesi contusio coup dan contre coup bersifat linear. - gaya destruktif yg berkembang krn “ impact “, akslerasi kepala serta
pergeseran otak menimbulkan lesi kontusio pd tempat yg tidak mempunyai fiksasi kuat dan pada tempat2 yg menggerasak seperti pada tepi ala magna sfenoid, krista gali, folks serebri, dan tentorium.
- penggeseran otak pada akslerasi dan de-aklserasi linear serta rotatorik, bisa menarik dan memutuskan vena – vena yg menjembatani selaput arachnoidea dan dura. Shg perdarahan subdural akan timbul vena2 tsb dinamakan “ bridging veine “.
- kebanyakan dari pemb.darah tsb berada didaerah sekitar fisura sylvii dan pada kedua belah sisi sinus sagital superior.
d. kontusio serebri
- terjdnya lesi kontusio akibat adanya akslerasi kepala yg seketika itu jg menimbulkan penggeseran otak serta pengembangan gaya kompresi yg destruktif.- akslerasi yg kuat berarti pula hiperekstensi kepala, shg otak membentang batang otak terlampau kuat, shg menimbulkan blokade reversible thd lintasan ascendens retikularis difus akibat blokade itu otak tidak mendapat “ input “ aferen dan karena itu kesadaran hilang selama blokade reversible berlangsung.- timbulnya lesi kontusio didaerah Impact coup, contrecoup, dan intermediate “. Menimbulkan gejala déficit neurologik , yg bisa berupa reflek babinski + , dan kelumpuhan UMN. setelah pulih penderita biasanya menunjukkan gejala “ Organik braine síndrome “.- akibat kejadian tsb autorregulási pemb.darah cerebral terganggu, shg terdpt vasoparalisis. Tekanan darah , dan nadi menjd lambat, mjd cepat, dan lemah.Krn pusat vegetatif jg terganggu maka timbal rasa mual, muntah dan ggn pernafasan bisa timbul.
- contusio serebri yg tdk terlampau berat bs berakhir dg kematian beberapa hari setelah mengidap kecelakaan pd umumnya kematian tsb tdk disebabkan oleh beratnya lesi contusio tetapi krn komplikasi kardio-pulmonal
- mekanisme : volume sirkulasi bertambah menjurus ke hemodilusi jika diinfus cairan tanpa plasma / darah tekanan osmotik & O2 ( Po2) CO jantung ( krn trauma ) tek vena central asidosis pernafasan terganggu depresi pernafasan bronkopneumonia aspirasi PO2 arteri dan P CO2 takikardia memperburuk asidosis Blood Brain barrier rusak edema serebri aliran darah keotak koma ( shock dan hiperpireksia ) sindroma metabolik, otak tergeser traksi thd hipotalamus produksi ADH terganggu ( ADH ) ekskresi urin berkurang osmolalitas plasma konsentrasi Na + klorida serum ( < 115 – 118 mEKL) sel2 otak tdk dpat berfungsi confusion apatia, & stupor bahkan koma.
d. Lesi yang dapat timbul pada trauma kepala1) Kulit kepala robek atau mengalami perdarahan subkutan
2) Otot-otot dan tendo pada kepala mengalami kontusio3) Perdarahan terjadi di bawah galea aponeurotika4) Tulang tengkorak patah
Biasanya terjadi pada tempat benturan. Garis fraktur dpt menjalar hingga basis kranii. Pada trauma kepala mungkin hanya terjadi perenggangan sutura
5) Gegar otak (komosio serebri)Adalah keadaan pingsan yang berlangsung tidak lebih dari 10 menit akibat trauma kepala, yg tidak disertai kerusakan jaringan otak. Keluhan : vertigo, mungkin muntah, tampak pucat
6) Edema serebri traumatik Otak dapat menjadi sembab tanpa disertai perdarahan pada trauma kapitis terutama pada anak2. Pada keadaan ini pingsan berlangsung > 10 menit dan
pada pemeriksaan neurologik juga tidak dijumpai tanda2 kerusakan jaringan otak. Pasien mengeluh nyeri kepala, vertigo, mungkin muntah7) Kontusio serebri
Atau memar otak terjadi perdarahan2 didalam jaringan otak tanpa adanya robekan jaringan yg kasat mata, meskipun neuron2 mengalami kerusakan atau terputus
8) Perdarahan subaraknoidalKarena robeknya pembuluh2 darah didalamnya.Bila perdarahan agak besar
dan terjadi lebih dekat ke basis serebri dapat timbul kaku tengkuk. Pada trauma kapitis yg berat dapat timbul campuran kontusio serebri dan perdarahan subaraknoidal.9) Perdarahan epidural
Perdarahan terjadi diantara tulang tengkorak dan duramater. Perdarahan ini lebih sering terjadi didaerah temporal bila salah satu cabang arteri meningea media robek. Robekan ini sering terjadi bila terjadi fraktura tulang
tengkorak didaerah bersangkutan. Hematoma epidural dapat pula terjadi didaerah frontal atau oksipital10) Perdarahan subdural
Perdarahan ini terjadi diantara duramater dan araknoidea. Perdarahan dapat terjadi akibat robeknya vena jembatan yg menghubungkan vena dipermukaan otak dan sinus venosus didalam duramater atau karena robekan araknoideaSumber : Kapita selekta neurologi ; dr.Harsono, DSS
e. Gambaran klinis Kesadaran :
- Commotio serebri hilangnya kesadaran sementara dan berlangsung dari beberapa detik sampai beberapa menit
- Edema atau contusio dan laserasi otak coma berlangsung selama beberapa jam atau beberapa hari. Periode coma tergantung luas dan letak cedera. Pada kasus2 yg berat, coma dapat berlangsung berjam-jam, berhari-hari atau berminggu-minggu
Setelah penderita pulih kesadarannya, keluhan dan gejala berhubungan dng berat dan sifat cedera otak yg menyertai- Pada commotio yang ringan, pasien dapat terlihat normal kembali dlm waktu
beberapa menit saja - Pada laceratio atau contusio otak cenderung terjadi mental confusion- Hemiplegia, aphasia, paralisis nervus cranialis, dan gejala fokal neurologis
lainnya dapat pula dijumpai, yg bergantung pada sifat dan luasnya cedera otak
- Pupil yg ipsilateral,acapkali mengadakan dilatasi pada hemarrhage duramater
Dalam fase kesembuhan dan selama berbulan-bulan sesudahnya dapat terjadi keluhan nyeri kepala, dizzines, dan perubahan kepribadian (posttraumatik cerebral syndrome)
Hilangnya daya ingatan selama beberapa saat terjadi segera setelah pulihnya kesadaran (amnesia pretraumatica) dan selama beberapa saat sebelum cedera (amnesia pretraumatica atau amnesia retrograde). Amnesia ini berhubungan dengan luasnya kerusakan otak
Sumber : neuroanatomi korelatif dan neurologi fungsional bagian 2 ; J.G Chusid
Mengapa bisa timbul battle’s sign bilateral?
f. Px. Penunjang Hasil pemeriksaan laboratorium
- Punksi lumbal dapat menegakkan adanya perdarahan subarachnoid dan menentukan tekanan LCS
- LCS tetap normal pada contusio otak atau edema cerebri- Pada contusio atau laceratio otak dapat dijumpai LCS yg berdarah dengan
tekananya yg meninggi Hasil pemeriksaan sinar – X
- Angiography cerebral dapat membantu memperlihatkan hematoma subdural atau intracerebral
- Pneumogram bermanfaat dalam memperlihatkan dilatasi, pergeseran atau distorsi ventrikel yg terjadi setelah cedera kepala
- CT scanning dapat mengungkapkan adanya hematoma intracerebral atau extracerebral, dilatasi, pergeseran atau distorsi ventrikel
Pemeriksaan khusus- Electroencephalography dapat menajdi pembantu diagnosa dan prognosa
pada kasus2 tertentu- Echoencephalogram dapat menunjukkan adanya pergeseran garis tengah
sebagaimana halnya pada contusio otak, hematoma dan edema cerebri - Brain scanning dapat memperlihatkan peningkatan uptake isotop didaerah
hematoma, contusio, atau edema- Psikometri sangat berguna setelah fase akut dlm menilai derajat dan tipe
defisit organikSumber : neuroanatomi korelatif dan neurologi fungsional bagian 2 ; J.G Chusid
g. Differential diagnosa Riwayat kekerasan pada kepala menunjukkan penyebab keadaan tidak sadar.
Kalau riwayat trauma kurang jelas, kita harus membedakan cedera kepala dengan penyebab lainnya dari keadaan tidak sadar seperti diabetic, hepatic atau alkoholik coma, cerebrovascular accident dan epilepsi (dimana trauma pada kepala terjadi selama serangan)Bedakan gejala2 neurologi yg terjadi setelah cedera kepala dengan gejala2 neurologi yg disebabkan oleh hematoma epidural, hematoma subdural, tumor otak, dllSumber : neuroanatomi korelatif dan neurologi fungsional bagian 2 ; J.G Chusid
h. Penatalaksanaan 1) Tindakan darurat
- Atasi shock kalau terjadi pemberian cairan dan darah secara parenteral mungkin diperlukan
- Mempertahankan jalannya pernafasan yg baik dan ventilasi pulmonal merupakan tindakan yg vital. Pasien harus diletakkan terlentang dengan kepala dimiringkan ke satu sisi agar memudahkan pengaliran sekresi dari mulut dan menjaga agar supaya lidah tidak menyumbat pharynx. Intratracheal intubation atau tracheostomy mungkin sangat diperlukan. Oksigen diberikan kalau perlu
2) Tindakan umum- Selama fase akut atau fase initial, kegelisahan dapat menjadi salah satu
faktor. Perawatan yg khusus dan tranquilizer dapat dibutuhkan. Hindarkan pemakaian morphin karena efek depresantnya pada medulla oblongata. Kateterisasi vesica urinaria yg penuh akan meredakan kegelisahan. Punksi lumbal dan pengeluaran sejumlah kecil LCS yg berdarah dapat juga meredakan agitasi
- Pengobatan antibiotika selalu merupakan indikasi jikalau terdapat perdarahan aktif atau keluarnya cairan dari hidung atau telinga. Berikan broad spectrum antibiotika sampai bahaya infeksi berlalu
- Observasi yg kontinyu merupakan tindakan pentingSumber : neuroanatomi korelatif dan neurologi fungsional bagian 2 ; J.G Chusid
i. Komplikasi Komplikasi cedera kepala :- Lesi2 vascular (hemarrhage, trombosis, pembentukan aneurysma)- Infeksi (meningitis, abses, osteomyelitis)
Infeksi dan meningitis merupakan bahaya yg mengancam pd keadaan rhinorrhea dan otorrhea serta dapat dicegah dengan terapi prophylactic antibiotika
- rhinorrhea dan otorrhea,rhinorrhea (bocornya LCS dari hidung) dpt terjadi setelah fractural os frontalis yg disertai robekan duramater dan arachnoid. Sikap tegak, mengejan, dan batuk biasanya menyebabkan bertambahnya liquor yg mengalir keluar
otorrhea (bocornya LCS dari telinga) biasanya merupakan petunjuk prognosa yg serius karena disebabkan trauma pada daerah yg lebih vital didasar otak
- pneumatocele, - kista leptomeningen, - cedera saraf cranialis
saraf yg sering mengalami cedera ialah n.olfactorius (anosmia), n facialis (paralisis), n auditorius (tinnitus dan ketulian) dan n opticus (atrofi)
- lesi2 fokal otak - meningkatnya tekanan intracranial dapat terlihat dengan adanya penurunan
kesadaran, nyeri kepala, gelisah, pupil anisocoria, frekuensi pernafasan yg turun secara perlahan-lahan, papilledema, hemiparesis dan tekanan LCS yg meninggi
- infeksi pulmonum atau atelectasis dapat dicegah atau diobati dengan menggunakan suction yg tepat, mengatur posisi dengan berbaring pada sisi tubuh atau kalau perlu dapat dilakukan intubation atau tracheostomy
- hyperthermia dapat terjadi akibat cedera pada hypothalamus atau batang otak, infeksi lokal atau umum, atau karena dehydrasi yg menyolok
- shock biasanya terjadi pada pasien cedera kepala dengan komplikasi cedera lainnya yg berat pada badan dan extremitas
sequelae mencakup :- serangan kejang- psikosa- gangguan mental- sindrom cerebral post-traumatica
keluhan umum : nyeri kepala, pusing, mudah lelah, gangguan daya ingat dan gangguan kemampuan konsentrasi. Sering terjadi gangguan personalitas. Perubahan sikap tubuh, cahaya matahari atau panas, exercise dan minum alkohol cenderung membuat gejala semakin burukSumber : neuroanatomi korelatif dan neurologi fungsional bagian 2 ; J.G Chusid
Jangka pendek :
1. Hematom Epidural
o Letak : antara tulang tengkorak dan duramater
o Etiologi : pecahnya A. Meningea media atau cabang-cabangnya
o Gejala : setelah terjadi kecelakaan, penderita pingsan atau hanya nyeri kepala
sebentar kemudian membaik dengan sendirinya tetapi beberapa jam kemudian
timbul gejala-gejala yang memperberat progresif seperti nyeri kepala, pusing,
kesadaran menurun, nadi melambat, tekanan darah meninggi, pupil pada sisi
perdarahan mula-mula sempit, lalu menjadi lebar, dan akhirnya tidak bereaksi
terhadap refleks cahaya. Ini adalah tanda-tanda bahwa sudah terjadi herniasi
tentorial.
o Akut (minimal 24jam sampai dengan 3x24 jam)
o Interval lucid
o Peningkatan TIK
o Gejala lateralisasi → hemiparese
o Pada pemeriksaan kepala mungkin pada salah satu sisi kepala didapati hematoma
subkutan
o Pemeriksaan neurologis menunjukkan pada sisi hematom pupil melebar. Pada sisi
kontralateral dari hematom, dapat dijumpai tanda-tanda kerusakan traktus
piramidalis, misal: hemiparesis, refleks tendon meninggi dan refleks patologik
positif.
o CT-Scan : ada bagian hiperdens yang bikonveks
o LCS : jernih
o Penatalaksanaannya yaitu tindakan evakuasi darah (dekompresi) dan pengikatan
pembuluh darah.
2. Hematom subdural
o Letak : di bawah duramater
o Etiologi : pecahnya bridging vein, gabungan robekan bridging veins dan laserasi
piamater serta arachnoid dari kortex cerebri
o Gejala subakut : mirip epidural hematom, timbul dalam 3 hari pertama
Kronis : 3 minggu atau berbulan-bulan setelah trauma
o CT-Scan : setelah hari ke 3 diulang 2 minggu kemudian
Ada bagian hipodens yang berbentuk cresent.
Hiperdens yang berbentuk cresent di antara tabula interna dan parenkim otak
(bagian dalam mengikuti kontur otak dan bagian luar sesuai lengkung tulang
tengkorak)
Isodens → terlihat dari midline yang bergeser
o Operasi sebaiknya segera dilakukan untuk mengurangi tekanan dalam otak
(dekompresi) dengan melakukan evakuasi hematom. Penanganan subdural
hematom akut terdiri dari trepanasi-dekompresi.
3. Perdarahan Intraserebral
Perdarahan dalam cortex cerebri yang berasal dari arteri kortikal, terbanyak pada lobus
temporalis. Perdarahan intraserebral akibat trauma kapitis yang berupa hematom
hanya berupa perdarahan kecil-kecil saja. Jika penderita dengan perdarahan
intraserebral luput dari kematian, perdarahannya akan direorganisasi dengan
pembentukan gliosis dan kavitasi. Keadaan ini bisa menimbulkan manifestasi
neurologik sesuai dengan fungsi bagian otak yang terkena.
4. Oedema serebri
Pada keadaan ini otak membengkak. Penderita lebih lama pingsannya, mungkin hingga
berjam-jam. Gejala-gejalanya berupa commotio cerebri, hanya lebih berat. Tekanan
darah dapat naik, nadi mungkin melambat. Gejala-gejala kerusakan jaringan otak juga
tidak ada. Cairan otak pun normal, hanya tekanannya dapat meninggi.
TIK meningkat
Cephalgia memberat
Kesadaran menurun
Jangka Panjang :
1. Gangguan neurologis
Dapat berupa : gangguan visus, strabismus, parese N.VII dan gangguan N. VIII, disartria,
disfagia, kadang ada hemiparese
2. Sindrom pasca trauma
Dapat berupa : palpitasi, hidrosis, cape, konsentrasi berkurang, libido menurun, mudah
tersinggung, sakit kepala, kesulitan belajar, mudah lupa, gangguan tingkah laku,
misalnya: menjadi kekanak-kanakan, penurunan intelegensia, menarik diri, dan depresi.
prognosis
j. PrognosaPrognosa dan perjalanan penyakitnya berhubungan dengan beratnya dan letak cedera
cranial.- Pada commotio biasa, biasanya kesembuhan terjadi dengan cepat- Pada laceratio otak, angka mortalitasnya dapat 40 – 50%- Hematoma subdural atau epidural umumnya memerlukan pembedahan evakuasi yg
segera agar mencegah kematian atau komplikasi neurologis yg serius- Umumnya keluhan dan gejala sisa pada pasien2 trauma kepala tampak lebih intensif
dan mengganggu pada tipe cedera otak yg lebih parah. Akan tetapi, kerapkali keluhan pasien tetap ada (nyeri kepala, pusing, daya ingat terganggu, perubahan personalitas) sekalipun pemeriksaan diagnostik neurologis negatif
- Penderita yg hematoma subduralnya berhasil dikeluarkan, dapat sembuh sempurna- Sebaliknya banyak penderita tetap mengeluarkan keluhan yg berat setelah cedera
kepala yg tampaknya sepeleSumber : neuroanatomi korelatif dan neurologi fungsional bagian 2 ; J.G Chusid
Skala Koma Glasgow adalah berdasarkan penilaian/pemeriksaan atas tiga parameter, yaitu :
a. Buka mata. (E)4=spontan3=dgn perintah2=dgn rangsang nyeri1=tdk ada reaksi
b. Respon motorik terbaik.6 = mengikuti perintah5 = melokalisir nyeri4= menghindari nyeri3 = fleksi abnormal2 = ekstensi abnormal1 = tdk ada geraak
c. Respon verbal terbaik5= orientasi baik dan sesuai4 = disorientasi tempat dan waktu3 = bicara kacau2 = mengerang1 = tdk ada suara
Ringan = 14-15Sedang = 9-13Berat = 3-8
TEKANAN INTRAKRANIAL
Berbagai proses patologis yang mengenai otak dapat menyebabkan kenaikan tekanan
intracranial. Kenaikan TIK dapat menurunkan perfusi otak dan menyebabkan ate memperberat
ischemia. TIK normal pada keadaan istirahat sebesar 10mmHg. TIK lebih tinggi dari 20 mmHg,
terutama bila menetap, berhubungan dengan hasil akhir yang buruk.
TEKANAN INTRAKRANIAL
Kenaikan tekanan intracranial didefinisikan sbg kenaikan tekanan yg timbul dlm
rongga tengkorak. Dlm keadaan normal, rongga tengkorak ditempati oleh jaringan otak,
darah dan cairan serebrospinal. Setiap bagian ditempati oleh suatu volume tertentu yg
memberikan tekanan intracranial normal 50-200 mm air atau 4-15 mmHg.
Tekanan intracranial dlm keadaan normal dipengaruhi oleh aktivitas sehari2 dan
meningkat sementara waktu sampai tingkat yg lbh dr normal. Beberapa kegiatan dlm
keadaan ini diantaranya adalah sbb : pernapasan perut yg dlm, batuk, dan ketegangan.
Kenaikan sementara TIK tdk menimbulkan kesulitan, tetapi kenaikan Tekanan yg
menetap mempunyai akibat merusak pd kehidupan jaringan otak.
Rongga tengkorak adalah suatu ruangan keras yg terisi penuh sesuai dengan
kapasitasnya dengan bahan yg tdk dpt ditekan (incompressible) otak (beratnya 1400
gram), cairan serebrospinalis (kira2 75 ml) dan drh (kira2 75 ml). kenaikan volume salah
satu diantara ketiga bhn utama ini yg mengakibatkan ggn pd ruangan yg ditempati oleh
bhn lainnya dan menaikkan TIK. Kenaikan TIK tdk hanya dijumpai setelah cedera kepala
saja tetapi mempunyai byk penyebab lainnya.
Penyebab kenaikan TIK adalah :
1. Tumor otak adalah suatu massa tambahan dr jaringna yg menempati rongga
tengkorak. Setiap hambatan aliran cairan serebrospinal memungkinkan terjdnya
luapan dlm ventrikulus, menambah ruangan yg ditempati oleh cairan
serebrospinal dan mengurangi ruangan yg tersedia bagi jaringan otak dan drh.
Tumor yg menyyumbat vena jugularis dan oleh krn nya menyumbat aliran vena
dr rongga tengkorak mengakibatkan kenaikan TIK
2. oedem serebral : merupakan sebab paling lazim kenaikan TIC dan mempunyai
byk penyebab. TIK pd umumnya bertambah secara berangsur2. setelah cedera
kepala, pembentukan udem memerlukan wkt 36-48 jam utk mencapai
maksimumnya. Kenaikan TIK sampai 33 mmHg (450 mm air) mengurangi aliran
darah otak secara bermakna. Iskemia yg ditimbulkan merangsang pusat
vasomotor, dan tekanan darah sistemik meningkat. Rangsangan pd pusat kardio-
inhibitor mengakibatkan bradikardi dna pernapasan menjd lbh lambat.
Mekanisme kompensasi ini dikenal sbg refleks Cushing.
manifestasi klinik adanya kenaikan TIC adalah banyak dan bervariasi dan tdk jelas
timbulnya perubahan tingkat kesadaran penderita merupakan indikator ygpaling
sensitif dr semua tanda kenaikan TIC ketiga gejala klasik adalah :
a. sakit kepala disebabkan oleh regangan dura dan pemblh drh;
b. papiledema disebabkan oleh tekanan dan pembengkakan N. Optikus
c. adanya tekanan nadi yg lebar dan berkurangnya denyut nadi dan pernapasan
mendadakan dekompensasi otak dan kematian akan datang
d. tanda2 lain : hipertermia, perubahan motoris dan sensoris, perubahan
kemampuan bicara dan serangan kejang (seizures).