36
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Diabetes Melitus adalah salah satu penyakit yang berbahaya yang kerap disebut sebagai silent killer selain penyakit jantung, Orang lazim menyebutnya sebagai penyakit gula atau kencing manis. Sebelum menjelaskan lebih lanjut soal penyebab dan cara perawatan pasien diabetes melitus ada baiknya kita simak dulu definisi mengenai diabetes melitus itu sendiri. Diabetes melitus (DM) yang dikenal sebagai non communicable disease adalah salah satu penyakit sistemik yang paling memprihatinkan di Indonesia saat ini. Setengah dari jumlah kasus diabetes melitus tidak terdiagnosis karena pada umumnya diabetes tidak disertai gejala sampai terjadinya komplikasi. Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat (Silvia. Anderson Price, 1995). Penyakit diabetes melitus semakin hari semakin meningkat dan hal ini dapat dilihat dari meningkatnya frekuensi kejadian penyakit tersebut di 1

askep DM

Embed Size (px)

DESCRIPTION

asuhan keperawatan pasien dengan DM

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar belakang

Diabetes Melitus adalah salah satu penyakit yang berbahaya yang kerap disebut sebagai silent killer selain penyakit jantung, Orang lazim menyebutnya sebagai penyakit gula atau kencing manis. Sebelum menjelaskan lebih lanjut soal penyebab dan cara perawatan pasien diabetes melitus ada baiknya kita simak dulu definisi mengenai diabetes melitus itu sendiri.

Diabetes melitus (DM) yang dikenal sebagai non communicable disease adalah salah satu penyakit sistemik yang paling memprihatinkan di Indonesia saat ini. Setengah dari jumlah kasus diabetes melitus tidak terdiagnosis karena pada umumnya diabetes tidak disertai gejala sampai terjadinya komplikasi. Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat (Silvia. Anderson Price, 1995).

Penyakit diabetes melitus semakin hari semakin meningkat dan hal ini dapat dilihat dari meningkatnya frekuensi kejadian penyakit tersebut di masyarakat.Diabetes melitus adalah salah satu penyakit yang paling sering ditemukan di dunia khususnya di Indonesia pada saat ini. Berdasarkan klasifikasi WHO, diabetes melitus terbagi atas beberapa tipe yaitu diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, diabetes gestasional dan diabetes tipe lainnya. Diabetes melitus tipe 2 merupakan jenis diabetes yang paling banyak diderita masyarakat. Karena dari semua kasus diabetes pada populasi di beberapa negara diketahui bahwa sekitar 90% adalah diabetes melitus tipe 2. Peningkatan ini umumnya terjadi di negara-negara berkembang disebabkan karena pertumbuhan penduduk, proses penuaan, obesitas, diet serta pola hidup yang tidak sehat.

1.2 Tujuan

Mahasiswa mampu mengetahui tentang konsep dasar dan asuhan keperawatan pada pasien diabetes mellitus, serta dapat mengaplikasikan tindakan keperawatan pada pasien diabetes mellitus.1.3 Manfaat

Agar mahasiswa mampu mengetahui tentang konsep dasar dan asuhan keperawatan pada pasien diabetes mellitus, serta dapat mengaplikasikan tindakan keperawatan pada pasien diabetes mellitus.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia). Penyakit ini akibat defisiensi atau penurunan efektivitas insulin. Insulin merupakan hormon yang berperan dalam metabolisme glukosa dan disekresikan oleh sel Beta pada pankreas. Kurangnya sekresi insulin dapat menyebabkan kadar glukosa darah meningkat dan melebihi batas normal jumlah glukosa yang seharusnya ada dalam darah. Kondisi ini mengarah pada hiperglikemia, yang dapat menyebabkan terjadinya komplikasi metabolik akut seperti ketoasidosis diabetik dan sindrom hiperglikemik hiperosmolar non-ketosis (HHNK). Gangguan metabolik glukosa pada kasus diabetes mellitus akan mempengaruhi metabolisme tubuh yang lain, seperti metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan air. Gangguan metabolisme tersebut akhirnya menimbulkan kerusakan seluler pada beberapa jaringan tubuh. Hiperglikemia jangka panjang dapat menunjang terjadinya komplikasi mikrovaskular kronis (penyakit ginjal dan mata) serta komplikasi neuropati. Diabetes juga berkaitan dengan suatu peningkatan kejadian penyakit makrovaskuler, termasuk infark miokard, stroke, dan penyakit vaskuler perifer.2.2 Klasifikasi 1. Tipe I: Insulin-Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)

a. 5% sampai 10% penderita diabetik adalah Tipe I. Sel-sel Beta dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses autoimun, diperlukan suntikan untuk mengontrol kadar gula darah.

b. Awitan mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.

c. Ditemukan adanya predisposisi yang diturunkan berkaitan dengan HLA-DR3 dan HLA-DR4.

2. Tipe II: Non-Insulin-Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)

a. 90% sampai 95% penderita diabetik adalah Tipe II. Kondisi ini diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin atau akibat penurunan jumlah pembentukan insulin.

b. Pengobatan pertama adalah diit dan olahraga; jika kenaikan kadar glukosa darah menetap, suplemen dengan preparat hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan jika preparat oral tidak dapat mengontrol hiperglikemia).

c. Terjadi sering pada mereka yang berusia lebih dari 30 tahun dan pada mereka yang obesitas.

d. Tidak ada kaitannya dengan HLA, tetapi ada kecenderungan familial untuk mendapat penyakit ini.2.3 EtiologiPenyebab Diabetes Melitus berdasarkan klasifikasi menurut WHO tahun 1995 adalah :

1. DM Tipe I (IDDM: DM tergantung insulin)a. Faktor genetik / herediterFaktor herediter menyebabkan timbulnya DM melalui kerentanan sel-sel beta terhadap penghancuran oleh virus atau mempermudah perkembangan antibodi autoimun melawan sel-sel beta, jadi mengarah pada penghancuran sel-sel beta.b. Faktor infeksi virusBerupa infeksi virus coxakie dan Gondogen yang merupakan pemicu yang menentukan proses autoimun pada individu yang peka secara genetik.2. DM Tipe II (NIDDM: DM tidak tergantung insulin)Terjadi paling sering pada orang dewasa, dimana terjadi obesitas pada individu obesitas dapat menurunkan jumlah resoptor insulin dari dalam sel target insulin diseluruh tubuh. Jadi membuat insulin yang tersedia kurang efektif dalam meningkatkan efek metabolik yang biasa.

2.4 Patofisiologi

DM Tipe I DM Tipe II

Ibarat suatu mesin, tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan mengganti sel yang rusak. Disamping itu tubuh juga memerlukan energi supaya sel tubuh dapat berfungsi dengan baik. Energi yang dibutuhkan oleh tubuh berasal dari bahan makanan yang kita makan setiap hari. Bahan makanan tersebut terdiri dari unsur karbohidrat, lemak dan protein (Suyono,1999).

Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi glikogen dan 20% sampai 40% diubah menjadi lemak. Pada Diabetes Mellitus semua proses tersebut terganggu karena terdapat defisiensi insulin. Penyerapan glukosa kedalam sel macet dan metabolismenya terganggu. Keadaan ini menyebabkan sebagian besar glukosa tetap berada dalam sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglikemia.

Penyakit Diabetes Mellitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon insulin. Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring dan mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan sifat gula yang menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urine yang disebut glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air hilang dalam urine yang disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra selluler, hal ini akan merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus sehingga pasien akan minum terus yang disebut polidipsi.

Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa ke sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak dan protein menjadi menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan merasa lapar sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia. Terlalu banyak lemak yang dibakar maka akan terjadi penumpukan asetat dalam darah yang menyebabkan keasaman darah meningkat atau asidosis. Zat ini akan meracuni tubuh bila terlalu banyak hingga tubuh berusaha mengeluarkan melalui urine dan pernapasan, akibatnya bau urine dan napas penderita berbau aseton atau bau buah-buahan. Keadaan asidosis ini apabila tidak segera diobati akan terjadi koma yang disebut koma diabetik (Price,1995).2.5 Manifestasi klinis

2.5.1 Diabetes Tipe I:1. Hiperglikemia berpuasa2. Glukosuria, dieresis osmotik, poliuria, polidipsia, dan polifagia3. Keletihan dan kelemahan4. Ketoasidosis diabetik (DAK) menyebabkan tanda-tanda nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, napas bau buah; jika tidak ditangani, perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian 2.5.2 Diabetes Tipe II:1. Lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif2. Gejala-gejala seringkali ringan dan dapat letih, mudah tersinggung, poliuria, polidipsia, luka pada kulit yangsembuhnya lambat, infeksi vaginal, atau penglihatan kabur (jika kadar glukosa sangat tinggi).2.6 Komplikasi

Diabetes Mellitus bila tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti mata, ginjal, jantung, pembuluh darah kaki, saraf, dan lain-lain (Corwin, 2000).

Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe diabetes digolongkan sebagai berikut:1. Komplikasi akut:a. Hipoglikemia b. Ketoasidosis diabetik (DKA)c. Sindrom hiperglikemik hiperosmolar non-kerotic (HHNK)2. Komplikasi kronis

a. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil): mengenai ginjal dan matab. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar): mengenai sirkulasi koroner, vascular serebral, dan vaskular perifer)

c. Penyakit neuropati; mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi serta menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki2.7 Penatalaksanaan medik

Diabetes Mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan berbagai penyakit dan diperlukan kerjasama semua pihak ditingkat pelayanan kesehatan. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan berbagai usaha dan akan diuraikan sebagai berikut :1. Perencanaan Makanan

Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak yang sesuai dengan kecukupan gizi baik yaitu:

a. Karbohidrat sebanyak

60 70 %

b. Protein sebanyak

10 15 %

c. Lemak sebanyak

20 25 %Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut dan kegiatan jasmani. Untuk kepentingan klinik praktis, penentuan jumlah kalori dipakai rumus Broca yaitu Barat Badan Ideal = (TB-100)-10%, sehingga didapatkan:a. Berat badan kurang: < 90% dari BB Ideal

b. Berat badan normal: 90-110% dari BB Ideal

c. Berat badan lebih: 110-120% dari BB Ideal

d. Gemuk: > 120% dari BB IdealMakanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut diatas dibagi dalam beberapa porsi yaitu :

a. Makanan pagi sebanyak

20%

b. Makanan siang sebanyak

30%

c. Makanan sore sebanyak

25%

d. 2-3 porsi makanan ringan sebanyak

10-15 % diantaranya.Kolesterol < 300 mg/H, kandungan serat 25 gr/H, Konsumsi garam dibatasi ( ada hipertensi).

2. Latihan JasmaniDianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih 30 menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit penyerta. Sebagai contoh olah raga ringan adalah berjalan kaki biasa selama 30 menit, olehraga sedang berjalan cepat selama 20 menit dan olah raga berat jogging.3. Obat Hipoglikemik

a. SulfonilureaObat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara :1) Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan.

2) Menurunkan ambang sekresi insulin.

3) Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa.Obat golongan ini biasanya diberikan pada pasien dengan BB normal dan masih bisa dipakai pada pasien yang beratnya sedikit lebih.

b. BiguanidPreparat yang ada dan aman dipakai yaitu metformin. Sebagai obat tunggal dianjurkan pada pasien gemuk (imt 30), untuk pasien yang berat lebih (imt 27-30) dapat juga dikombinasikan dengan golongan sulfonylurea.

c. InsulinIndikasi pengobatan dengan insulin adalah :

1) Semua penderita DM dari setiap umur (baik IDDM maupun NIDDM) dalam keadaan ketoasidosis atau pernah masuk kedalam ketoasidosis.

2) DM dengan kehamilan/ DM gestasional yang tidak terkendali dengan diet (perencanaan makanan).

3) DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral dosif maksimal. Dosis insulin oral atau suntikan dimulai dengan dosis rendah dan dinaikkan perlahan lahan sesuai dengan hasil glukosa darah pasien. Bila sulfonylurea atau metformin telah diterima sampai dosis maksimal tetapi tidak tercapai sasaran glukosa darah maka dianjurkan penggunaan kombinasi sulfonylurea dan insulin.

4) Penyuluhan untuk merancanakan pengelolaan sangat penting untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Edukator bagi pasien diabetes yaitu pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan keterampilan yang bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai keadaan sehat yang optimal. Penyesuaian keadaan psikologik kualifas hidup yang lebih baik. Edukasi merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan diabetes (Bare & Suzanne, 2002)

2.8 Pemeriksaan penunjang1. Glukosa darah: meningkat 200-100 mg/dL atau lebih.2. Aseton plasma (keton): positif secara mencolok.3. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat.4. Osmolalitas serum: meningkat tapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l5. Elektrolit:

a. Natrium: mungkin normal, meningkat atau menurun.b. Kaliaum: normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler), selanjutnya akan menurun.c. Fosfor: lebih sering menurun.

6. Hemoglobin glikosilat: kadarnya meningkat 2 sampai 4 kali lipat dari normal yang mencermikan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir (lma hidup SDM) dan sangat bermanfaat dalm membedakan DKA dengan kontrol yang tidak adekuat versus DKA yang berhubungan dengan insiden (misalnya ISK baru).7. Gas darah arteri: biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3 (asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.8. Trombosit darah: Ht mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis, hemokonsentrasi, merupakan respon terhadap stres atau infeksi.9. Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/penurunan fungsi ginjal)10. Amilase darah: mungkin meningkat yang mengidikasikan adanya pankreatitis akut sebagai penyebab dari DKA. 11. Insulin darah: mungkin menurun atau bahkan sampai tidak ada (pada tipe I) atau normal sampai tinggi (pada tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin atau gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan antibodi (autoantibodi).12. Pemeriksaan fungsi tiroid: peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.13. Urine: gula dan aseton positif; berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.14. Kultur dan sensitifitas: kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi pernapasan, dan infeksi pada luka.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELLITUS

3.1 Pengkajian

3.1.1 Riwayat Penyakit Sekarang

1. Sejak kapan pasien mengalami tanda dan gejala penyakit diabetes melitus dan apakah sudah dilakukan cara untuk mengatasi gejala tersebut.

2. Apakah pernah melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 4 kg.

3. Apakah pernah mengalami penyakit pankreas seperti pankreatitis, neoplasma, trauma/pancreatectomy, penyakit infeksi seperti kongenital rubella, infeksi citomegalovirus, serta sindrom genetik diabetes seperti Sindrom Down.

4. Penggunaan obar-obatan atau zat kimia seperti glukokortikoid, homon tiroid, dilantin, nicotinic acid.

5. Hipertensi lebih dari 140/90 mmHg atau hiperlipidemia, kolesterol atau trigliserida lebih dari 150 mg/dl.

6. Perubahan pola makan, minum, dn eliminasi urine.

7. Apakah ada riwayat keluarga dengan penyakit Diabetes Melitus.

8. Adakah riwayat luka yang lama sembuh.9. Penggunaan obat Diabetes Melitus sebelumnya.

3.1.2 Keluhan Utama Pasien Saat Ini

1. Nutrisi

Peningkatan nafsu makan, mual, muntah, penurunan atau peningkatan berat badn, banyak minum air putih dan rasa haus.2. Eliminasi

Perubhan pola berkemih (poliuria), nokturia, kesulitan berkemih, diare.

3. Neurosensori

Nyeri kepala, parathesia, kesemutan pada ekstremitas, penglihatan kabur, gangguan penglihatan.

4. Integumen

Gatal pada kulit, gatal pada sekitar penis dan vagina, luka gangren.

5. Muskuloskeletal

Kelemahan dan keletihan.

6. Fungsi Seksual

Ketidakmampuan ereksi (impoten), regiditas, penurunan libido, kesulitan orgasme pada wanita. 3.2 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan3.2.1 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya produksi insulin.Tujuan: kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.Kriteria hasil:

1. Pasien mengungkapkan tidak ada mual dan nafsu makan baik.

2. Berat badan pasien dalam rentng ideal.

3. Intake makanan sesuai dengan kebutuhan tubuh, Indeks Massa Tubuh (BMI)4. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.

5. Nilai Hb dalam batas normal.

6. Kadar glukosa tubuh dalam rentang toleransi.Data yang mungkin muncul:1. Mual dan tidak nafsu mkan.

2. Intake kalori kurang dari kebutuhan tubuh.

3. Berat badan 10 sampai 20% dibawah berat badan ideal.

4. Hiperglikemia.

5. Hb kurang dari normal.IntervensiRasional

Kaji status nutrisi pasien.Menentukan kebutuhan nutrisi pasien.

Timbang berat badan pasien dan lakukan secara berkala 3 hari sekali atau sesuai indikasi.Berat badan indikator status nutrisi pasien. dapat menentukan Basal Massa Indeks dan merencanakan terapi nutrisi.

Ukur body massa indeks pasien.Kebutuhan nutrisi tubuh ditentukan juga oleh BMI.

Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi status nutrisi pasien.Banyak faktor yang mempengaruhi status nutrisi sehingga perlu diketahui penyebab kurang nutrisi dan merencanakan pemenuhan nutrisi.

Monitoring gula darah pasien secara periodik sesuai indikasi.Perubahan kadar gula darah dapat terjadi setiap saat serta dapat menentukan perencanaan kebutuhan kalori.

Monitor nilai labotarium yang terkait dengan status nutrisi seperti albumin, Hb, transferring, elektrolit. Penurunan albumin indikasi penurunan protein, penurunan Hb indikasi penurunan leukosit darah, penurunan transferring indikasi penurunan serum protein. Kadar otassium dan sodium menurun pada malnutrisi.

Monitor kadar serum lipid seperti kolesterol total, low density lipoprotein (LDL) kolesterol, high density lipoprotein (HDL) kolesterol, dan trigliserida.Peningkatan kadar lemak dapat meningkatkan resiko penyakit jntung dan stroke.

Kaji pengetahuan pasien dan keluarga tentang diet diabetik.Pasien DM rentan terjadi komplikasi sehingga pasien dan keluarga harus memahami komplikasi akut dan kronik.

Kaji pola makan dan aktivitas pasien.Aktivitas latihan yang rutin membantu menurunkan komplikasi penyakit jantung dan menurunkan kadar gula darah.

Konsultasikan dengan ahli diet untuk mengidentifikasi dan merencanakan kebutuhan nutrisi pasien.Ahli gizi lebih kompeten dalam penentuan dan merencanakan kebutuhan nutrisi pasien.

Libatkan pasien dan keluarga dalam merencanakan kebutuhan nutrisi.Keluarga dan pasien merupakan subjek dan objek yang dapat menentukan sesuai dengan sumber daya yang dimiliki dan memberikan keyakinan rencana program nutrisi dapat dilaksanakan.

Laksanakan program terapi seperti pemberin obat antidiabetik atau insulin.Pengobatan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari peningkatan status nutrisi pasien.

Monitoring tanda-tanda adanya hipoglikemia.Pemberian obat antidiabetik atau insulin dapat menimbulkan hipoglikemia.

Berikan pendidikan kesehatan tentang diet DM, obat-obatan dan resiko tidak mentaati apa yang sudah diprogramkan dan program aktivitas.Pasien kooperatif dalam program pemulihan status nutrisi.

Berikan dukungan yang positif jika pasien mampu melaksanakan program nutrisi dengan benar. Memberikan motivasi dan percara diri pasien untuk tetap melaksanakan program diet.

3.2.2 Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan hiperglikemia dan poliuria.Tujuan: pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan.

Kriteria hasil:

1. Pola BAK normal2. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi3. Konsentrasi urine normal.4. Berat badan pasien stabil atau tidak ada penurunan berat badan.5. Intake cairan 1500 3000 ml/hari6. Kadar gula darah dalam rentang toleransiData yang mungkin muncul:1. Pasien sering BAK 2. Pasien sering haus dan minum3. Konsentrasi urine meningkat4. Penurunan berat badan5. Kulit kering, turgor kulit kurang6. Kadar gula darah meningkat7. Penurunan tekanan darah8. Peningkatan nadiIntervensiRasional

Kaji pola eliminasi urine pasien, konsentrasi urine, keadaan turgir kulit pasien.Menentukan status ciran tubuh.

Timbang berat badan pasien setiap hari.Penurunan bert badan mudah sekali terjadi pada pasien dengan kehilangan cairan.

Monitor intake dan output cairan pasien.Menentukan kebutuhan dan keseimbangan cairan tubuh. Defisit volume ciran menunjukkan penurunan filtrasi glomerulus dan aliran darah ke ginjal yang dapat mengakibatkan oliguria atau anuria.

Anjurkan pasien untuk minum dengan jumlah yang cukup (1500-3000 ml)Pemenuhan kebutuhan cairan tubuh.

Monitoring tanda vital.Kekurangan cairan dapat menurunkan tekanan darah, sinus takikardia dapat terjadi pada hipovolemia.

Monitor keadaan albumin dan elektrolit.Penurunan albumin indikasi penurunan protein, penurunan Hb indikasi penurunan eritrosit darah, penurunan transferring insikasi penurunan serum protein. Kadar potassium dan sodium menurun pada malnutrisi.

Laksanakan program pengobtan pemberian insulin atau obat antidiabetik.Menurunkan kadar gula darah sehingga efektif dalam mengatasi poliuria.

3.2.3 Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan neuropati sensori perifer, defisit fungsi motorik, neuropati otonomik.Tujuan: pasien dapat mempertahankan integritas kulit.Kriteria hasil: 1. Keadaan jaringan kulit utuh.2. Neuropati tidak ada.3. Tidak terjadi luka/ulkus diabetikus.4. Vaskularisasi perifer baik.5. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi.6. Kebersihan kulit baik, keadaaan kuku baik dan utuh.7. Keadaan kaki utuh.

Data yang mungkin muncul:

1. Neuropati perifer

2. Vaskularisasi perifer kurang

3. Gangguan fungsi motorik

4. Adanya tanda kaki charcot

IntervensiRasional

Kaji penampilan atau keadaan dan kebersihan kki pasien.Kaki merupakan bagian tubuh yang sering mengalami gangguan integritas kulit pada pasien DM.

Kaji keadaan kuku pasien.Pasien DM sering mengalami gangguan imunitas sehingga infeksi jamur mudah terjadi, termasuk pada kuku.

Kaji integritas kulit pasien, catat warna kulit, ada atau tidaknya ulserasi, dermatitis.Autonomik neuropati menyebabkan kulit menjadi kering, kulit mudah pecah serta terjadi infeksi.

Kaji keadaan dan bentuk kaki apakah ada bentuk kaki charcot, catat adanya pembentukan kalus.Nuropati motorik menyebabkan kelemahan otot dan artropi sehingga terjadi perubahan bentuk kaki. Tekanan pada kaki berlebihan menimbulkan kalus yang akan mudah menjadi luka.

Kaji status sirkulasi vaskuler kaki dengan palpasi, pulpasi, ultrasound doppler.Pasien DM mudah menimbulkan arteriosklerosis sehingga terjadi penurunan suplai darah ke kaki.

Kaji adanya edema.Keadaan edema mempermudah terjadinya luka.

Kaji keadaan sensasi dengan menggunakan monofilament.Gangguan sensasi merupakan resiko tinggi terjadi luka.

Anjurkan kepada pasien untuk menjaga kebersihan kulit.Mengurangi resiko infeksi dan terjadi perlukaan.

Anjurkan pasien untuk menjaga kelembaban kulit kaki dengan menggunakan lotion.Kulit kaki yang kering beresiko terjadi luka.

Anjurkan pasien untuk melakukan latihan senam kaki DM.Meningkatkan sirkulasi darah pada kaki.

Anjurkan pasien untuk menggunakan alas kaki yang lebih lembut atau sepatu yang tidak keras.Mengurangi trauma dan terjadi perlukaan.

Instruksikan kepada pasien untuk menghindari resiko terjadi trauma seperti penggunaan kompres hangat, minum minuman yang panas.Mengurangi resiko trauma karena gangguan sensasi neuropati.

3.2.4 Resiko tidak efektifnya regimen terapeutik berhubungan dengan baru terpapar DM, pengobtan medik dan kurang pengetahuan tentang diabetes dan pengobatannya.Tujuan: pasien dapat memperlihatkan kemampuan untuk mempertahankan gula darh dalam rentang toleransi dan dapat menunjukkan pengetahuan tentang perawatan diri pada pasien DM.Kriteri hasil: 1. Pasien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala DM

2. Pasien memahami penyebab dan perjalanan penyakit DM

3. Pasien memahami kriteria penyakit DM

4. Pasien memahami resiko atau komplikasi yang mungkin terjadi pada pasien DM

5. Pasien memahami cara pengukuran gula darah

6. Pasien mengerti terapi yang diberikan

7. Pasien memahami perawatan pasien dengan DMData yang mungkin muncul:

1. Pasien pertama kali mengalami DM

2. Pasien mengatakan tidak mengetahui penyakit DM, pengobatan dan perawatannya

3. Pasien mengalami komplikasi penyakit DM

IntervensiRasional

Kaji latar belakang pendidikan pasien dan pengetahuan pasien tentang penyakit DM.Memahami dan mengukur kemampuan apa saja yang harus disampaikan kepada pasien.

Kaji faktor resiko penyakit DM yang dialami pasien.Informasi awal yang penting untuk perencanaan intervensi lebih lanjut.

Kaji komplikasi yang mungkin timbul pada pasien DM seperti hipertensi, penyakit jantung, ginjal, stroke, gangguan penglihatan dan gangguan seksual.Informasi adanya komplikasi pada pasien DM merupakan indikator pasien mengalami DM pada masa yang lama.

Kaji adanya neuropati sensorik, neuropati motorik dan otonom.Mengetahui resiko terjadinya luka diabetik.

Eksplorasi pengetahuan psien tanda dan gejala DM, penyebab, pengobatan, cara pengukuran gula darah.Menggali kemampuan pasien dalam menganal tanda dan gejala, pengobatan dan cara pengukuran gula darah.

Jelaskan kepada pasien dan keluarga tanda dan gejala DM, penyebab, pengobatan, cara pengukuran gula darah.Memberikan informasi yang jelas kepada pasien.

Jelaskan kepada pasien tentang aktivitas atau olahraga.Latihan dapat menurunkan kadar HbA1c, meningkatkan sensitivitas insulin, menurunkan resiko penyakit jantung dan mempertahankan berat badan.

Jelaskan tentang diet pasien DM.Diet dapat membantu menurunkan dan mengatur kadar glukosa darah.

Jelaskan tentang obat-obatan DM Dosis obat dan resiko pemberian obat antidiabetes penting disampaikan kepada pasien agar lebih kooperatif dalam perawatan dan gula darah dapat terkontrol.

Ajarkan kepada pasien cara mengukur gula darah secara mandiri.Pasien DM harus dapat mengontrol gula darah secara mandiri sehingga dapat mengantisipasi resiko komplikasi.

Ajarkan kepada pasien cara penanggualangan resiko komplikasi seperti resiko terjadinya luka.Pasien terhindar dari resiko komplikasi.

Lakukan evaluasi tentang diet, latihan, pemberian obat.Mengetahui ketaatan pasien terhadap program yang sudah dilakukan.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia). Penyakit ini akibat defisiensi atau penurunan efektivitas insulin. Penyakit Diabetes Mellitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon insulin. Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Gangguan metabolik glukosa pada kasus diabetes mellitus akan mempengaruhi metabolisme tubuh yang lain, seperti metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan air. Gangguan metabolisme tersebut akhirnya menimbulkan kerusakan seluler pada beberapa jaringan tubuh. Diabetes Mellitus jika tidak dikelola dengan baik akamn menimbulkan berbagai penyakit dan diperlukan kerjasama semua pihak ditingkat pelayanan kesehatan. 4.2 Saran

Dari segi asuhan keperawatan yang sudah terbukti bahwasannya tindakan keperawatan juga sangat memberikan kontribusi yang besar bagi kesembuhan pasien, hendaknya tindakan keperawatan tersebut senantiasa dipertahankan terlebih bila bisa untuk ditingkatkan agar proses penyembuhan pasien dapat berlangsung lebih cepat.

Kecermatan serta ketelitian dalam pemberian tindakan keperawatan juga harus benar-benar diperhatikan agar pasien hanya menerima dampak positifnya tanpa merasakan dampak negatifnya. Tindakan edukasi oleh perawat kepada pasien dan keluarganya juga perlu diperhatikan melihat banyak penyakit yang menyerang pasien karena pasien dan keluarganya tidak mengetahui secara pasti mengenai penyakit yang dideritanya sehingga keadaan pasien menjadi lebih parah.DAFTAR PUSTAKA

Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan. (Edisi III). EGC: Jakarta.

Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2 (Edisi 8). EGC: Jakarta

Prof. H. M. Hembing Wijayakusuma. 2004. Bebas Diabetes Mellitus ala Hembing. KDT: JakartaBaughman, Diane C. 2000. Keperawatan medical-bedah: Buku Saku untuk Brunner dan Suddarth. EGC: Jakarta

Corwin,. J. Elizabeth. 2001. Patofisiologi. EGC: JakartaTarwoto, Ns, S.Kep, M.Kep, dkk. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin. TIM: Jakarta coma

ketonuria

ketoasidosis

Polidipsi

Hiperosmolaritas

Kehilangan cairan hipotonik

Ketogenesis

Gliserol asam lemak bebas meningkat

Kehilangan elektrolit urine

Glukoneogenesis meningkat

Penurunan BB polipagi

Hiperglikemia

Lipolisis meningkat

Katabolisme protein meningkat

Defisiensi insulin

Glukosuria

sel pancreas hancur

Jmh sel pancreas menurun

Idiopatik, usia, genetil, dll

Reaksi Autoimun

Diuresis Osmotik

23