33
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Konsep Dasar Medis 2.1.1Pengertian Diabetes Mellitus adalah penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat di negara berkembang ditandai dengan glukosa darah yang tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin atau keduanya. Diabetes Mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Brunner and Suddarth, 2002). Diabetes Melitus a dalah suatu kelainan metabolisme kronis yang terjadi karena berbagai penyebab, ditandai oleh konsentrasi glukosa darah melebihinormal, disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, danprotein yang diakibatkan oleh kelainan sekresi hormon insulin, kelainan kerjainsulin atau kedua-duanya (Depkes RI, 2005) . Diabetes Melitus merupakan suatu kumpulan problema anatomik dankimiawi yang merupakan akibat

Askep Dm Praktek

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Askep Dm Praktek

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar Medis

2.1.1 Pengertian

Diabetes Mellitus adalah penyakit yang banyak diderita oleh

masyarakat di negara berkembang ditandai dengan glukosa darah yang tinggi

karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin atau

keduanya.

Diabetes Mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang

ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia

(Brunner and Suddarth, 2002).

Diabetes Melitus adalah suatu kelainan metabolisme kronis yang

terjadikarena berbagai penyebab, ditandai oleh konsentrasi glukosa darah

melebihinormal, disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak,

danprotein yang diakibatkan oleh kelainan sekresi hormon insulin, kelainan

kerjainsulin atau kedua-duanya (Depkes RI, 2005).

Diabetes Melitus merupakan suatu kumpulan problema anatomik

dankimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor dimana

didapatdefisiensi insulin yang absolut atau relatif gangguan fungsi insulin

(WHO,2005).

Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis

termasuk heterogen dengan manifestasi klinis berupa hilangnya toleransi

karbohidrat.

(Lorraine, 2005).

Diabetes Tipe I (IDDM) adalah bila tubuh perlu pasokan insulin dari

luar, karena sel-sel dari pulau-pula langerhans telah mengalami kerusakan,

sehingga pankreas berhenti memproduksi insulin. Diabetes Tipe II (NIDDM)

Page 2: Askep Dm Praktek

adalah tipe diabetes yang umum dijumpai, juga sering disebut diabetes yang

dimulai pada masa dewasa, dikenal sebagai NIDDM jenis diabetes ini

mewakili sekitar 90% dari seluruh kasus diabetes.

2.1.2 Anatomi dan Fisiologi

Keterangan:

1. Head of pancreas

2. Uncinate process

3. Pancreatic notch

4. Body of pancreas

5. Anterior surface

6. Inferior surface

7. Superior margin

8. Anterir margin

9. Inferior margin

Page 3: Askep Dm Praktek

10. Omental tuber

11. tail of pancreas

2.1.3 Etiologi

a. Diabetes Tipe I

Ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas kombinasi faktor

genetik, imunologi dan juga lingkungan (misalnya : infeksi virus).

b. Diabetes Tipe II

Mekanisme yang tepat untuk menyebabkan resistensi insulin dan

gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui.

Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya

diabetes tipe II. Faktor-faktor ini adalah :

- Usia

Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang secara

drastis menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering

muncul setelah seseorang memasuki usia rawan tersebut.

Terutama setelah usia 45 tahun pada mereka yang berat badannya

berlebih, sehingga tubuhnya tidak peka lagi terhadap insulin.

- Obesitas

Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan

maka kena diabetes, kurang gizi (malnutrisi) dapat merusak pankreas),

sedangkan obesitas (gemuk berlebihan/mengakibatkawn gangguan

kerja insulin/potensi insulin).

- Riwayat keluarga

Diabetes dapat menurun, menurut Ishlak sesudah keluarga yang

mengidap diabetes, karena kelainan gen yang mengakibatkan

tubuhnya tidak dapat menghasilkan insulin dengan baik tetapi

Page 4: Askep Dm Praktek

resikonya terkena diabetes yang tergantung pada faktor kelebihan

berat badan, stres dan kurang bergerak.

- Gaya hidup stres

Stres kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang

manis-manis dan berlemak tinggi untuk mengakibatkan kadar

serotonin otak. Serotonin ini memiliki efek penenang sementara untuk

meredakan stresnya.

2.1.4 Patofisiologi

a. Diabetes Tipe I

Ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel beta pankreas

telah dihancurkan oleh proses autoimun. Akibat glukosa yang berasal dari

makanan tidak dapat disimpan di dalam hati dalam bentuk glikogen melainkan

dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia.

Konsentrasi glukosa yang tinggi menyebabkan ginjal tidak menyerap

kembali semua glukosa yang terasing sehingga muncul dalam urine

(glukouria) glukosa yang diekskresikan di dalam urin disertai pengeluaran

cairan dan elektrolit yang berlebihan disebut diuresis osmotic akibat

terjadinya peningkatan dalam berkemih (poliuria) rasa haus yang berlebihan

(polidipsi).

Defisiensi insulin dapat mengganggu metabolisme protein dan lemak

yang menyebabkan penurunan berat badan dan pasien mengalami peningkatan

selera makan (polipagia) akibat menurunnya simpanan kalori dan

mengakibatkan kelemahan dan kelelahan, sehingga dengan pemberian insulin

bersamaan dengan cairan dan elektrolit sesuai dengan kebutuhan tubuh akan

memperbaiki dan cepat untuk mengatasi hiperglikemia serta ketoasidosis, diet

dan latihan disertai dengan pemantauan kadar glukosa dalam darah.

Page 5: Askep Dm Praktek

b. Diabetes Tipe II

Terjadi resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin reaksi entrasel

akibatnya makin tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh

jaringan gangguan toleransi glukosa terjadi akibat sekresi insulin yang

berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat normal atau

meningkat dimana sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan

kebutuhan akan insulin maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi

diabetes tipe II. Ini sering terjadi pada usia diatas 40 tahun, obesitas,

kelelahan, iritabilitas luka pada kulit yang lama sembuh, infeksi saluran

kemih, gangguan pandangan (kabur). Komplikasi jangka panjang yang sering

terjadi : kelainan mata, neuropati perifer, kelainan vascular perifer, (Brunner

and Suddarth, 2002).

c. Diabetes Gestasional

Terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes sebelum

kehamilannya hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat sekresi hormon-

hormon plasenta. Sesudah melahirkan bayi, kadar glukosa darah pada wanita

menderita diabetes tipe II.

2.1.5 Gambaran Klinis

a. Tanda/gejala klinik

1. Polidipsi (banyak minum)

2. Poliuri (banyak kencing)

3. Poliphagia (banyak makan)

4. Adanya perasaan haus yang terus menerus.

5. Sering buang air kecil (kencing) dalam jumlah yang banyak.

6. Timbulnya rasa letih yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.

7. Timbulnya rasa gatal dan peradangan kulit yang menahun pada pasien

penderita berat.

8. Terjadinya penurunan berat badan.

Page 6: Askep Dm Praktek

9. Timbulnya rasa kesemutan (mati rasa) atau sakit pada tangan atau kaki.

b. Pemeriksaan diagnostik medis

1. Gula darah

a. Gula darah puasa lebih dari ≥126 mg%

b. Gula darah 2 jam post prandial lebih dari 200 mg%.

c. Gula darah acak (adrandom) ≥200 mg%.

d. Gangguan intoleransi glukosa

Puasa lebih dari ≤120 mg%.

2 jam post prandial 140-200 mg/dl.

2. Test toleransi glukosa oral (TT60)

Hanya diambil 2 sampel darah yaitu 1 dan 2 jam sesudah 75 gr glukosa.

3. Pemamylase dan lipase untuk mengetahui penyebab diabetes mellitus

yang bersumber dari pankreas menghasilkan insulin kurang dari 60%.

4. Pemeriksaan urin untuk melihat adanya gula dalam urin.

5. Kolesterol plasma puasa 240 mg%.

6. Trigliserida plasma darah 250 mg%.

Adapun kriteria diagnostik WHO diabetes mellitus pada orang dewasa

yang tidak hamil dilakukan 3x pemeriksaan :

1. Glukosa plasma sewaktu (random) lebih dari 200 mg%.

2. Glukosa plasma puasa/nuditer lebih dari 14 mg%, 11 mmol/L1.

3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah

mengkonsumsi 75 mgr karbohidrat (2 jam PP ≥200 mg/dl) (Brunnner

and Suddarth, 2002).

2.1.6 Penatalaksanaan

Tujuan :

a. Mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam

upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler neuropatik.

b. Mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadinya hiperglikemia dan

gangguan serius pada pola aktivitas protein.

Page 7: Askep Dm Praktek

Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :

1. Diet

Tujuan :

a. Memperbaiki kesehatan umum penderita.

b. Mengarahkan ke berat badan normal.

c. Memberikan sejumlah diet gizi yang cukupo untuk memelihara tingkat

kesehatan yang optimal.

d. Menormalkan pertumbuhan anak yang menderita diabetes mellitus.

e. Mempertahankan KGD sekitar normal.

f. Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati.

g. Memberikan modifikasi diet sesuai dengan keadaan penderita.

h. Menarik dan mudah diterima penderita.

2. Olahraga atau latihan fisik

Tujuan :

a. Untuk menurunkan berat badan normal/ideal.

b. Mengontrol kadar gula darah.

c. Memperlancar jantung.

d. Mengurangi stres.

e. Memacu pengaktifan produksi insulin.

3. OAD (Oral Anti Diabetis)

Untuk menurunkan atau menormalkan KGD baik berupa insulin ataupun

obat-obat yang membantu insulin agar bekerja lebih keras, pemeliharaan

kaki, kegiatan jasmani, pengaturan saat sakit.

4. Penkes

a. Meningkatkan pengetahuan

Memahami untuk dapat menjalani perilaku yang diinginkan yaitu

waktu, lama prosesnya tidak sama untuk setiap orang.

Page 8: Askep Dm Praktek

b. Mengubah sikap

Merupakan bagian dari kepribadian, sikap, kencenderungan tertentu

berpikir cara pemberian obat, jenis pengobatan, olah raga.

c. Mengubah perilaku serta meningkatkan kepatuhan.

Untuk mewujudkan sikap yang nyata terhadap keteraturan berolahraga

karena keterbatasan waktu.

2.1.7 Komplikasi Diabetes Melitus

a. Komplikasi akut

Sebelum menunjukkan tanda-tanda OKA, penderita sering mengeluh

poliuri, polidipsi, selama beberapa hari yang disertai dengan mual muntah,

tidak ada nafsu makan, dan kadang-kadang sakit perut. Pemeriksaan darah

pada penderita OKA menunjukkan hiperglikemia, gula darahnya berkisar

200-1000 mg/dl, selain terdapat peningkatan kadar keton plasma <7,2 dan

HCO3 15 mEq, tanda-tanda dehidrasi takipnea (nafas cepat), dan aseton

halitosis (nafas berbau seperti aseton).

Gejala akut timbul akibat kurangnya konsumsi cairan yang dapat

dipercepat dengan adanya infeksi stroke, infark, jantung atau gangguan

pencernaan dengan adanya kekurangan cairan dan mengakibatkan

gangguan kesadaran penderita.

Gejala hipoglikemia ringan sering terjadi pada penderita yang lambat

makan dan penderita yang meningkatkan latihan (olahraga) menunjukkan

gejala pada orang yang menderita kelaparan.

Contoh : keringat dingin, gemetar, berdebar-debar pusing atau sakit

kepala ringan, bila tidak cepat diatasi, penderita akan merasa

berputar-putar dan dapat pingsan.

b. Komplikasi kronis

Page 9: Askep Dm Praktek

Komplikasi kronis bersifat menahun pada umumnya terjadi pada penderita

yang telah mengidap penyakit diabetes melitus selama 5-10 tahun dan

mempunyai dan golongan komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler.

Komplikasi mikrovaskuler yang merupakan komplikasi khas dari diabetes

lebih disebabkan hipoglikemia yang tidak terkontrol komplikasi

makrovaskuler lebih disebabkan karena kelainan kadar lipid darah, bisa

mengakibatkan hipertrigliseridemia.

2.2 Konsep Keperawatan

2.2.1 Pengkajian menurut Lewis (2000):

a. Data subyektif

imformation kesehatan yang penting

Riwayat kesehatan masa lalu: gondok, rubella, coxsackievirus atau infeksi

virus lainnya, baru-baru ini trauma, infeksi, atau stres, kehamilan,

melahirkan bayi > £ 9, pankreatitis kronis, sindrom Cushing, akromegali

Sejarah famaly: sejarah tipe 1 atau tipe 2 diabetes mellitus

Obat: penggunaan dan kepatuhan terhadap insulin atau OAS, penggunaan

glukokortikoid, diuretik, phenytoin (dilantin) operasi dan perawatan

lainnya, setiap operasi baru-baru ini

Pola kesehatan fungsional

Manajemen kesehatan persepsi kesehatan : sejarah famaly positif, malaise

nutrisi-metabolik : obesitas, penurunan berat badan (tipe 1), berat badan

(tipe 2) : haus, lapar, mual dan muntah, penyembuhan miskin terutama

yang melibatkan kaki, compliace dengan diet pada pasien dengan diabetes

didiagnosis sebelumnya

Eliminasi : konstipasi atau diare, sering buang air kecil, nokturia ,

inkontinensia, infeksi kulit

Kegiatan latihan : kelemahan otot, kelelahan

Page 10: Askep Dm Praktek

Kognitif - perseptual : sakit perut , sakit kepala , penglihatan kabur , mati

rasa atau kesemutan dari ekstremitas ; pruritus

Seksualitas-reproduksi : impotensi, infeksi vagina sering, penurunan libido

toleransi mengatasi - stres : depresi , iritability, apatis

Nilai - keyakinan , komitmen untuk perubahan gaya hidup yang melibatkan

pola diet, obat-obatan, dan aktivitas

Mata

lembut, bola mata cekung, perdarahan vitreal, katarak yg menutupi kering,

hangat, kulit elastis, lesi berpigmen, borok, kehilangan rambut di jari kaki

pernafasan

cepat, pernapasan dalam (kusmaul respirasi)

Kardiovaskular

hypotention, lemah, nadi cepat

Gastroentestinal

mulut kering, muntah, napas fruity

Neurologis

refleks diubah, kegelisahan, kebingungan, pingsan, koma

Musculuskeletal

pengecilan otot

Temuan mungkin

serum kelainan Elektrolit ; puasa kadar glukosa darah > 126 mg / dl ( 7,0

mmol/dl ) ; tes toleransi glukosa ≥ 200 mmmol/dl (11,1 mmol/dl),

leukositosis, peningkatan nitrogen urea darah, kreatinin, trigliserida,

kolesterol, LDL, VLDL, hemoglobin glikosilasi. 6%, glikosuria, ketonuria,

albuminuria, asidosis

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan

masukan oral dan mual muntah

Page 11: Askep Dm Praktek

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan voolume

cairan secara aktif

3. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi/metabolik

perubahan kimia darah : insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan

energi, status hipermetabolik/infeksi.

2.2.3 Intervensi Keperawatan

Diagnosa 1 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidakcukupan insulin (penurunan ambilan penggunaan

glukosa oleh jaringan mengakibatkan peningkatan metabolisme

lemak/protein), penurunan masukan oral anoreksia, mual,

lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan kesadaran,

Hasil yang diharapkan :

- Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat.

- Menunjukkan tingkat energi biasanya.

- Mendemonstrasikan berat badan stabil atau penambahan kearah rentang

biasanya/yang diinginkan dengan nilai laboratorium normal.

Intervensi :

- Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.

Rasionalisasi : Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk

absorbsi atau utilisasinya).

- Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan

makanan yang dapat dihabiskan pasien.

Rasionalisasi : Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari

kebutuhan teraupetik

- Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien dan

elektrolit) dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui

Page 12: Askep Dm Praktek

pemberian cairan melalui oral. Dan selanjutnya terus mengupayakan

pemberian makanan yang lebih padat sesuai dengan yang dapat ditoleransi

Rasionalisasi : Pemberian makanan melalui oral lebih baik jika pasien

sadar dan fungsi gastrointestinal baik.

- Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan

etnik/kultural.

Rasionalisasi : Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam

perencanaan makan, kerjasama ini dapat diupayakan

setelah pulang.

- Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan ini sesuai dengan

indikasi

Rasionalisasi : Meningkatkan rasa keterlibatannya memberikan informasi

kepada keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi

pasien, catatan : berbagai metode bermanfaat untuk

perencanaan diet meliputi pergantian daftar menu, sistem

perhitungan kalori, indeks glikemia atau seleksi awal menu

- Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat kesadaran,

kulit lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit

kepala, pusing, sempoyongan.

Rasionalisasi : Karena metabolisme karbohidrat mulai terjadi (gula darah

akan berkurang, dan sementara diberikan insulin maka

hipoglikemia mungkin terjadi tanpa memperlihatkan

perubahan tingkat kesadaran ini secara potensial dapat

mengancam kehidupan yang harus dikaji dan ditangani

secara cepat melalui tindakan protokol yang direncanakan.

Catatan : DM tipe I yang telah berlangsung lama mungkin

tidak akan menunjukkan tanda-tanda hipoglikemia seperti

biasanya karena respon normal terhadap gula darah yang

rendah mungkin dikurangi.

Page 13: Askep Dm Praktek

- Lakukan pemeriksaan gula darah dengan menggunakan “finger stick”.

Rasionalisasi : Analisa ditempat tidur terhadap gula darah lebih akurat

(menunjukkan keadaan saat dilakukan pemeriksaan

daripada memantau gula dalam urine reduksi urine) yang

tidak cukup akurat untuk mendeteksi fluktuasi kadar gula

darah dan dapat dipengaruhi oleh ambang ginjal pasien

secara individual atau adanya retensi urine/ginjal. Catatan :

beberapa penelitian telah menemukan bahwa glukosa urine

20% berhubungan dengan gula darah antara 140-360 mg/dl

- Pantau pemeriksaan laboratorium, seperti glukosa darah, aseton, PH dan

HCO3.

Rasionalisasi : Gula darah akan menurun perlahan dengan penggantian

cairan dan terapi insulin terkontrol. Dengan pemberian

insulin dosis optimal glukosa kemudian dapat masuk

kedalam sel dan digunakan untuk sumber kalori. Ketika hal

ini terjadi, kadar aseton akan menurun dan asidosis dapat

dikoreksi.

- Berikan pengobatan insulin secara teratur dengan metode IV, secara

intermitten atau secara kontinu, seperti bolus IV diikuti dengan tetesan

yang kontinu melalui alat pompa kira-kira 5-10 unit perjam sampai

glukosa darah mencapai 250 mg/dl.

Rasionalisasi : Insulin reguler memiliki awaitan cepat dan karenanya

dengan cepat pula dapat membantu memindahkan glukosa

ke sel darah pemberian melalui IV merupakan rute pilihan

utama karena absorbsi dari jaringan subkutan mungkin

tidak menentu/sangat lambat. Banyak orang percaya/

berpendapat bahwa metode kontinu ini merupakan cara

yang optimal untuk mempermudah transisi pada

Page 14: Askep Dm Praktek

metabolisme karbohidrat dan menurunkan insiden

hipoglikemia.

- Berikan larutan glukosa, misalnya dekstrosa dan setengah salin normal.

Rasionalisasi : Larutan glukosa ditambah setelah insulin dan cairan

membawa gula darah kira-kira 250 mg/dl. Dengan

metabolisme karbohidrat mendekati normal perawatan

harus diberikan untuk menghindari terjadinya

hipoglikemia.

- Lakukan konsultasi dengan ahli diet.

Rasionalisasi : Saat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet

untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien, menjawab

pertanyaan dan dapat pula membantu pasien atau orang

terdekat dalam mengembangkan perencanaan makan.

- Berikan diet 60% karbohidarat, 20% protein, dan 20% lemak dalam

penataan makan/pemberian makanan tambahan.

- Rasionalisasi : Kompleks karbohidrat (seperti jagung, wortel, brokoli,

buncis, gandum dan lain-lain). Menurunkan kadar glukosa/kebutuhan

insulin, menurunkan kadar kolesterol darah dan meningkatkan rasa

kenyang. Pemasukan makanan akan dijadwalkan sesuai karakteristik

insulinnya spesifik (misal : efek puncaknya) dan respon pasien secara

individual. Catatan : makanan tambahan dari kompleks karbohidrat

terutama sangat penting dan jika insulin diberikan dalam dosis terbagi

untuk menghindari hipolikemia selama tidur dan potensial respon

romogyl.

- Berikan obat metaklopramit (reglan) tetrasiklin.

Rasionalisasi : Dapat bermanfaat dalam mengatasi gejala yang

berhubungan dengan neuropati otonom yang

mempengaruhi saluran cerna yang selanjutnya

Page 15: Askep Dm Praktek

meningkatkan pemasukan melalui oral dan observasi zat

makanan ( nutrient)

Diagnosa 2 : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis

osmotic (dari hiperglikemia), kehilangan gastric berlebihan

: diare muntah, masukan dibatasi, mual, kacau mental

Hasil yang diharapkan :

- Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil.

- Nadi perifer diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urine

tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas normal.

Intervensi :

- Dapatkan riwayat pasien/orang terdekat sehubungan dengan

lamanya/intensitas dari gejala seperti muntah, pengeluaran urine yang

sangat berlebihan.

Rasionalisasi : Membantu dalam memperkirakan kekurangan volume

total. Tanda dan gejala mungkin sudah ada pada beberapa

waktu sebelumnya (beberapa jam sampai beberapa hari).

Adanya proses infeksi mengakibatkan demam dan keadaan

hipermetabolik yang meningkatkan kehilangan air tidak

karat mata.

- Pola nafas seperti adanya pernafasan kussmaul atau pernafasan yang

berbau keton.

Rasionalisasi : Paru-paru mengeluarkan asam karbonat melalui pernafasan

yang menghasilkan kompensasi alkalosis respiratoris

terhadap keadaan ketoasidosis. Pernafasan yang berbau

aseton berhubungan pemecahan asam aseton-asetat dan

harus berkurang bila ketosis harus terkoreksi

- Frekuensi dan kualitas pernafasan penggunaan otot bantu nafas dan

adanya periode apnea dan munculnya sianosis.

Page 16: Askep Dm Praktek

Rasionalisasi : Koreksi hiperglikemia dan asidosis akan menyebabkan

pola dan frekuensi pernafasan mendekati normal. Tetapi

peningkatan kerja pernafasan dangkal, pernafasan cepat

dan munculnya sianosis mungkin merupakan indikasi dari

kelelahan pernafasan dan/atau mungkin pasien itu

kehilangan kemampuannya untuk melakukan kompensasi

pada asidosis.

- Suhu, warna kulit atau kelembabannya.

Rasionalisasi : Meskipun demam, menggigil dan diaforesis merupakan hal

umum terjadi pada proses infeksi, demam dengan kulit

yang kemerahan, kering mungkin sebagai cerminan dari

dehidrasi.

- Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa.

Rasionalisasi : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi atau volume

sirkulasi yang adekuat.

- Pantau masukan dan pengeluaran catat berat jenis urine.

Rasionalisasi : Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti,

fungsi ginjal dan keefektifan dari terapi yang diberikan.

- Ukur berat badan setiap hari.

Rasionalisasi : Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status

cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam

memberi cairan pengganti.

- Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam

batas yang ditoleransi jantung jika pemasukan cairan melalui oral sudah

dapat diberikan.

Rasionalisasi : Mempertahankan dehidrasi/volume sirkulasi.

- Tingkatkan lingkungan yang dapat menimbulkan rasa nyaman, selimuti

pasien dengan selimut tipis.

Page 17: Askep Dm Praktek

Rasionalisasi : Menghindari pemanasan yang berlebihan terhadap pasien

lebih lanjut akan dapat meningkatkan kehilangan cairan

- Kaji adanya perubahan mental/sensori.

Rasionalisasi : Perubahan mental dapat berhubungan dengan glukosa yang

tinggi atau yang rendah (hiperglikemia atau hipoglikemia)

elektrolit yang abnormal, asidosis, penurunan perfusi

serebral dan berkembangnya hipoksia, penyebab yang tidak

tertangani, gangguan kesadaran dapat terjadi. Predisposisi

(pencetus) aspirasi pada pasien.

- Catat hal-hal yang dilaporkan seperti mual, nyeri abdomen, muntah dan

distensi lambung

Rasionalisasi : Kekurangan cairan dan elektrolit mengubah motilitas

lambung yang sering akan menimbulkan muntah dan

secara potensial akan menimbulkan kekurangan cairan dan

elektrolit.

Diagnosa 3 : Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi

energi/metabolik perubahan kimia darah : insufisiensi

insulin, peningkatan kebutuhan energi, status

hipermetabolik/infeksi

Hasil yang diharapkan :

- Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.

- Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi didalam

aktivitas yang diinginkan.

Intervensi :

- Diskusikan dengan pasien kebutuhan dan aktivitas buat jadwal

perencanaan dengan pasien dan identifikasi aktivitas yang menimbulkan

kelelahan.

Page 18: Askep Dm Praktek

Rasionalisasi : Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk

meningkatkan tingkat aktivitas meskipun pasien mungkin

sangat lemah.

- Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup, tanpa

diganggu.

Rasionalisasi : Mencegah kelelahan yang berlebihan

.Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah

melakukan aktivitas.

Rasionalisasi : Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi

secara fisiologis

- Diskusikan cara menghemat kalori selama mandi, berpindah tempat dan

sebagainya.

Rasionalisasi : Pasien akan dapat melakukan lebih banyak kegiatan dengan

penurunan kebutuhan akan energi pada setiap kegiatan.

- Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai

dengan yang dapat ditoleransi.

Rasionalisasi : Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif

sesuai tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi pasien.

Diagnosa 5 : Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai

penyakit prognosis dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan kurang pemajanan/mengingat

kesalahan interpretasi informasi, tidak mengenal sumber

informasi

Hasil yang diharapkan :

- Mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya.

- Mengidentifikasi hubungan anda gejala dengan proses penyakit dan

menghubungkan gejala dengan faktor penyebabnya.

Page 19: Askep Dm Praktek

- Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional

tindakan.

- Melakukan perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam program

pengobatan.

Intervensi :

- Ciptakan lingkungan saling percaya dengan mendengarkan penuh

perhatian dan selalu ada untuk pasien.

Rasionalisasi : Menanggapi dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum

pasien bersedia mengambil bagian dalam proses belajar.

- Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat dan

cara untuk melakukan makan di luar rumah.

Rasionalisasi : Kesadaran tentang penyakitnya kontrol diet akan

membantu pasien dalam merencanakan makanan mentaati

program serat dalam memperlambat absorbsi glukosa yang

akan menurun fluktuasi kadar gula dalam darah, tetapi

dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada saluran cerna,

flatus meningkat dan mempengaruhi absorbsi vitamin/

mineral.

- Tinjau ulang program pengobatan meliputi awitan, puncak dan lamanya

dosis insulin yang diresepkan bila disesuaikan dengan pasien atau

keluarga.

Rasionalisasi : Pemahaman tentang semua aspek yang digunakan obat

meningkatkan penggunaan yang tepat. Algoritme dosis

dibuat yang masuk dalam perhitungan dosis obat yang

dibuat selama evaluasi rawat inap. Jumlah dan jadwal

aktivitas fisik biasanya perencanaan makanan dengan

melibatkan orang terdekat/sumber untuk pasien.

Page 20: Askep Dm Praktek

- Tekankan pentingnya mempertahankan pemeriksaan gula darah setiap

hari, waktu dan dosis obat, diet, aktivitas, perasaan/sensasi peristiwa

dalam hidup

Rasionalisasi : Membantu dalam menciptakan gambaran nyata dari

keadaan pasien untuk melakukan kontrol penyakitnya

dengan lebih baik dan meningkatkan perawatan diri/

kemandiriannya.

- Buat jadwal latihan/aktivitas yang teratur dan identifikasi hubungan

dengan penggunaan insulin yang perlu menjadi perhatian.

Rasionalisasi : Waktu latihan tidak boleh bersamaan waktunya dengan

kerja puncak insulin. Makanan kudapan harus diberikan

sebelum atau selama latihan sesuai kebutuhan dan rotasi

injeksi harus menghindari kelompok otot yang akan

digunakan untuk aktivitas (misal : daerah abdomen lebih

dipilih daripada paha atau lengan sebelum melakukan

jogging atau berenang) untuk mencegah percepatan

ambilan insulin.

- Identifikasi gejala hipoglikemia (misal : lemah, pusing, letargi, lapar, peka

rangsang, diaforesis, pucat, takikardia, tremor, sakit kepala dan perubahan

mental) dan jelaskan penyebabnya.

Rasionalisasi : Dapat meningkatkan deteksi dan pengobatan lebih awal

dan mencegah/mengurangi kejadiannya. Catatan:

hiperglikemia saat bangun tidur dapat mencerminkan

fenomena fajar (indikasi perlunya insulin tambahan) atau

respon balik pada hipoglikemia selama tidur (efek

remogyl) yang memerlukan penurunan dosis insulin atau

perubahan diet (misal : pemberian makanan kudapan pada

malam hari). Pemeriksaan kadar gula darah pada jam 3

Page 21: Askep Dm Praktek

pagi membantu dalam mengidentifikasi masalah yang

spesifik.

- Demonstrasikan teknik penanganan stres, seperti latihan nafas dalam

bimbingan imajinasi, mengalihkan perhatian.

Rasionalisasi : Meningkatkan relaksasi dan pengendalian terhadap respon

stres yang dapat membantu untuk membatasi peristiwa

ketidakseimbangan glukosa/insulin.

- Identifikasi sumber-sumber yang ada dimasyarakat.

Rasionalisasi : Dukungan kontinu biasanya penting untuk menopang

perubahan gaya hidup meningkatkan penerimaan atas diri

sendiri.