Upload
indahpermatasari
View
20
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
fggfs
LAPORAN PENDAHULUAN
DIABETES MELITUS
A. Pengertian
Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hyperglikemia atau suatu penyakit
kronis yang menimbulkan gangguan multisistem dan mempunyai karakteristik
hyperglikemia yang disebabkan difesiensi insulin atau akibat kerja insulin yang tidak
adekuat ( Brunner dan Suddarth ).
Pengertian lain dari diabetes melitus yaitu berupa gangguan metabolisme
karbohidrat,yang disebabkan kekurangan insulin relatif atau absolut yang dapat
timbul pada berbagai usia dengan gejala, hyperglikemmia, glikosuria, poliuria,
polidipsi, polipagi, kelemahan umum, dan penurunan berat badan.
B. Etiologi
Penyebab diabetes melitus belum diketahui pasti tapi umumnya diketahui
kekurangan insulin adalah penyebab utama dan faktor herediter memegang peranan.
Diabetes mellitus dapat dibedakan atas dua yaitu :
1. Diabetes type I (Insulin Depedent Diabetes Melitus/IDDM ) tergantung
insulin dapat disebabkan karena faktor genetik, imunologi dan mungkin
lingkungan misalnya infeksi virus.
Faktor genetik, penderita diabetes tidak mewarisi diabetes type 1
itu sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik
kearah terjadinya diabetes type 1.
Faktor immunologi, pada diabetes type 1 terdapat bukti adanya
suatu proses respon autoimun.
Faktor lingkungan, virus ataau vaksin menurut hasil penelitian
dapat memicu destruksi sel beta atau dapat memicu proses autoimun yang
dapat menimbulkan destruksi sel beta.
2. Diabetes type II (Non Insulin Depedent Diabetes Melitus /NIDDM) yaitu
tidak tergantung insulin. Faktor genetik diperkirakan memegang peranan penting
dalam proses terjadinya resistensi insulin.
C. Faktor Resiko
Yang menjadi faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan proses
terjadinya diabetes melitus yaitu:
Usia ( Resistensi insulin cendrung meningkat pada usia 65 tahun ).
Obesitas.
Riwayat keluarga.
Kelainan pankreas.
Kelompok etnik ( belum ada pendapat yang pasti ).
D. Patofisiologi Dan Penyimpangan KDM
(Lihat pada lampiran)
E. Manifestasi Klinik
1. Gejala utama adalah akibat tingginya kadar gula darah (hyperglikemia )
antara lain poliuria, polidipsi, polipagi.
2. Kelainan kulit yaitu gatal-gatal.
3. Kelainan ginekologis misalnya keputihan.
4. Kesemutaan, rasa gatal.
5. Kelemahan tubuh.
6. Luka yang tidak sembuh.
7. Infeksi saluran kemih.
8. Penurunan berat badan.
F. Diagnosa Keperawatan
Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan polyuria dan
dehydrasi.
Gangguan pola napas berhubungan dengan asidosis metabolik.
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hipermetabolik,
penurunan intake oral.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan produksi energi
metabolik dan kelemahan fisik.
Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan peningkatan diuretik
osmotik.
Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/
insulin, hilangnya konduksi nervus system.
Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan kurangnya
informasi yang diperoleh.
G. Intervensi Keperawatan
1. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan polyuria dan dehydrasi.
Tujuan : Kebutuhan cairan elektrolit terpenuhi.
Intervensi :
- Kaji intensitas muntah dan pengeluaran urine yang berlebihan.
Rasional: Membantu dalam memperkirakan kekurangan volume total.
Bila terjadi infeksi akan ditemukan adanya demam dan
hipermetabolik yang meningkatkan intensitas IWL.
- Monitor tanda-tanda vital.
Rasional: Hipovolemia dimanifestasikan dengan hipotensi dan takikardia.
- Kaji pola pernapasan kusmaul, kualitasnya dan napas bau aseton.
Rasional: Paru-paru akan mengeluarkan asam karbonaat sebagai akibat
ketoasidosis. Napas bau aseton sebagai akibat pemecahan
asam acetoasetik sehingga akan menyebabkan pernapasan
kusmaul.
- Monitor intake dan out put cairan. Timbang BB secara teratur.
Rasional: Memperkirakan kebutuhan kebutuhan cairan tubuh, kerja
ginjal dan efektifitas pengobatan. Penurunan BB menunjukan
adanya pengeluaran cairan yang berlebihan.
- Pertahankan asupan cairan 2500 ml/hari dalam batas toleransi jantung.
Rasional: Mempertahankan hidrasi/volume sirkulasi.
- Obervasi kemungkinan adanya perubahan tingkat kesadaran.
Rasional: Perubahan status mental klien sebagai akibat peningkatan atau
penurunan kadar glukosa, gangguan elektrolit, asidosis,
pernurunan perfusi serebral dan hipoksia.
- Pasang urin bag/kateter.
Rasional: Memfasilitasi pengukuran out put secara akurat (terutama
pada klien yang mengalami retensi urine/inkontinen).
- Monitor pemeriksaan laboratorium seperti hematokrit.
Rasional: Hasil pemeriksaan akan menunjukan tingkat hydrasi. Bila
terjadi peningkatan menunjukan gangguan diuresis osmotik.
- Monitor BUN dan kalium
Rasional: Peningkatan BUN menunjukan adanya peningkatan pemecahan
sel akibat dehydrasi dan hiperkalemia terjadi sebagai respon
terhadap asidosis.
2. Gangguan pola napas berhubungan dengan asidosis metabolik.
Tujuan : Klien dapat menunjukan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
pada jaringan serta tidak adanya peningkatan resistensi pembuluh
paru, yang ditandai dengan klien bebas dari gejala distress
pernapasan seperti kusmaul.
Intervensi :
- Monitor kualitas dan irama pernapasan.
Rasional : Jalan napas yang kolaps dapat menurunkan jumlah alveoli
yang berfungsi, secara negative mempengaruhi pertujaran gas.
- Berikan posisi semi fowler.
Rasional : Menurunkan konsumsi atau kebutuhan oksigen dan
mempermudah pernapasan yang meningkatkan kenyamanan
fisiologi dan psikologi.
- Anjurkan kepada klien untuk istirahat yang cukup.
Rasional : Istirahat akan membantu respon klien terhadap aktivitas dan
kemampuan berpartisipasi dalam perawatan.
- Ajarkan klien untuk bernapas efektif.
Rasional : Meminimalkan fungsi paru dan jantung serta memudahkan
aliran oksigen.
- Berikan oksigen jika ada indikasi.
Rasional : Meningkatkan konsentrasi oksigen alveolar, yang dapat
memperbaiki atau menurunkan hipoksemia jaringan.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hipermetabolik, penurunan
intake oral.
Tujuan : Klien akan mempertahankan intake makanan dan minuman yang
adekuat untuk mepertahankan berat badan dalam rangka
pertumbuhan, dengan criteria hasil porsi makan dihabiskan, BB
meningkat atau dipertahankan.
Intervensi :
- Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
Rasional: Merupakan indikator terhadap asupan makanan yang adekuat.
- Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan
makanan yang dapat dihabiskan.
Rasional : mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari
kebutuhan terapeutik.
- Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen.
Rasional : Hiperglikemia dan gangguan keseimbangaan cairan elektrolit
dapat menurunkan motilitas/fungsi lambung.
- Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan dan elektrolit dengan
segera jika klien dapat mentoleransinya melalui pemberian cairan oral.
Rasional : Pemberian makanan melalui oral lebih baik jika klien sadar
dan fungsi ganstrointestinalnya baik.
- Identifikasi makanan yang disukai termasuk kebutuhan kultural/etnik.
Rasional : Menghindari kelelahan saat makan, meminimalkan anoreksia
dan mual serta untuk mempertahankan kebutuhan nutrisi klien.
- Libatkan keluarga pada perencanaan makanan sesuai indikasi.
Rasional : Meningkatkan rasa keterlibatan keluarga dalam perawatan
klien dan memberikan informasi untuk memahami kebutuhan
nutrisi pasien.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik
dan kelemahan fisik.
Tujuan : Klien menunjukan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi
dalam melakukan aktivitas secara mandiri.
Intervensi :
- Kaji tingkat kemampuan klien dalam beraktivitas.
Rasional: Menerapkan kemam-puan klien dalam memenuhi kebutuhan-
nya dan memudahkan intervensi selanjutnya.
- Libatkan keluarga dalam membantu aktivitas klien sehari-hari.
Rasional: Memungkinkan keluarga terlibat secara aktif dalam pemenuhan
ADL klien.
- Observasi TTV.
Rasional: Untuk mengetahui keadaan klien secara umum.
- Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien.
Rasional: Membantu memenuhi aktivitas klien dengan menggunakan
energi minimal.
- Tingkatkan partisipasi klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai
dengan yang dapat ditoleransi.
Rasional: Meningkatkan kepercayaan diri yang positif sesuai tingkat
aktivitas yang ditoleransi klien.
5. Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan peningkatan diuretik osmotik.
Tujuan : Klien dapat beristirahat dan tidur sesuai dengan kebutuhan secara
teratur.
Intervensi :
- Kaji kebiasaan tidur dan perubahan yang terjadi.
Rasional: Mengidentifikasi dan menentukan intervensi yang tepat.
- Ciptakan tempat tidur yang nyaman dan beberapa barang pribadi klien
seperti bantal guling.
Rasional: Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologi –
psikologis.
- Ciptakan lingkungan yang kondusif dengan mengurangi kebisingan dan
lampu yang terlalu terang
Rasional: Memberikan situasi yang kondusif untuk tidur/istirahat.
- Atur klien dalam posisi yang nyaman dan bantu dalam mengubah posisi.
Rasional: Pengubahan posisi akan mengubah area tekanan dan mening-
katkan kenyamanan dalam beristirahat.
- Hindari mengganggu klien bila mungkin (misalnya; membangunkan untuk
obat dan terapi)
Rasional: Tidur tanpa gangguan lebih menimbulkan rasa segar dan klien
mungkin tidak dapat tidur setelah di bangunkan.
6. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/
insulin, hilangnya konduksi nervus system.
Tujuan : Tidak terjadi perubahan sensori persepsi.
Intervensi :
- Pantau tanda-tanda vital dan status mental
Rasional: Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal seperti
suhu yang meningkat dapat mempengaruhi status mental.
- Kaji respon sensori terhadap rabah/sentuhan, panas/dingin, tajam/tumpul
dan catat perubahan yang terjadi.
Rasional: Informasi yang didapat melalui pengkajian penting untuk
mengetahui tingkat kegawatan dan kerusakan otak
- Kaji persepsi pasien dan kemampuan berorientasi terhadap orang, tempat
dan waktu.
Rasional: Mmembantu memberikan intervensi selanjutnya.
- Memberikan stimulus yang berarti seperti mengajak bicara dan berikan
sentuhan.
Rasional: Untuk merangsang kembali kemampuan persepsi sensori.
- Bicaralah dengan pasien secara tenang dan lembut.
Rasional: Membantu pasien berkomunikasi semaksimal mungkin.
- Berikan keamanan pasien pada sisis tempat tidur dan bantu latihan jalan.
Rasional: Buruknya keseimbangan dapat meningkatkan resiko terjadinya
injuri
7. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan kurangnya
informasi yang diperoleh.
Tujuan : Klien dan orang tua tidak menunjukkan kecemasan, ditandai dengan
anak dapat berespon terhadap prosedur pengobatan, orang tua akan
mengekspresikan perasaaannya karena memiliki anak dengan
kelainan jantung, mendiskusikan rencana pengobatan, dan memiliki
keyakinan bahwa orang tua memiliki peranan penting dalam
keberhasilan pengobatan.
Intervensi :
- Jelaskan prosedur dengan cermat sesuai dengan tingkat pemahaman klien.
Rasional : Untuk menurunkan rasa takut atau cemas terhadap hal-hal
yang tidek diketahuinya.
- Tingkatkan ekspresi perasaan dan takut, seperti menolak dan marah.
Biarkan klien/keluarga mengetahui ini sebagai reaksi normal.
Rasional : Perasaan yang tidak diekspresikan dapat menimbulkan
kekacauan internal dan meningkatkan kecemasan.
- Dorong keluarga untuk menganggap klien seperti sebelumnya
Rasional : Meyakinkan klien dan keluarga bahwa perannya di dalam
keluarga tidak berubah.
- Berikan informasi kepada klien dan keluarga yang jelas tentang kondisinya
Rasional : Menambah pengetahuan keluarga tentang penyakit anaknya
sehingga dapat meminmalkan kecemasannya.
- Berikan beberapa cara pada klien untuk melibatkannya dalam prosedur,
misalnya memegang suatu alat, seperti balutan.
Rasional : Untuk meningkatkan rasa kontrol, mendorong kerja sama dan
mendukung keterampilan koping klien.
- Kaji tingkat pengetahuan klien/keluarga dan keinginannya untuk belajar.
Rasional : Mengidentifikasi secara verbal tingkat pemahaman
klien/keluarga serta kesalahpahaman dan memberikan
penjelasan.
H. Komplikasi
Komplikasi yang biasanya menyertai atau yang timbul pada penyakit
diabetes antara lain :
1. Kelebihan cairan, edema pulmoner, gagal jantung kongestif.
2. Hipokalemia
3. Hiperglikemia dan ketoasidosis
4. Hipoglikemia
5. Edema serebri
6. Komplikasi jangka panjang misalnya penyakit arteri koroner, penyakit
serebro vaskuler, retinopaty diabetik, nefropaty, neuroipaty, penyakit vasculer
perifer (luka dan ganggren).
I. Penatalaksanaan
Ada lima (5) komponen dalam penatalaksanaan diabetes melitus yaitu :
1. Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan
diabetes mielitus.
- Penentuan gizi, hitung persentase, Relatief Body Weigth.
- Jika kerja berat atau latihan berat maka jumlah kalori bertambah.
- Untuk klien DM pekerja biasa:
1) Kurus; < 90% : BB x 40-60 kal/hr.
2) Normal; 90-110% : BB x 30 kal/hr.
3) Gemuk; > 110% : BB x 20 kal/hr.
- Komposisi diet
1) Lemak 20%
2) Protein 20%
3) Karbohidrat 60%
2. Latihan atau Olahraga
Menimbulkan penurunan kadar gula darah yang disebabkan oleh tingginya
penggunaan glukosa didarah perifer dan mengurangi faktor resiko
kardiovaskuler. Tidak berlaku bagi klien dengan kadar gula darah tinggi.
3. Pemantauan Glukosa
4. Terapi atau Obat-obatan
Pengobatan dengan oral, hipoglikemik agent yaitu bagi klien yang belum
pernah mendapat terapi insulin, ibu atau klien yang tidak hamil, pasien gemuk
dan pasien yang berusia >40 tahun. Pengobatan dengan injeksi insulin 2
x/hari atau bahkan lebih sering lagi dalam sehari.
5. Pendidikan dan Pertimbangan Perawatan di Rumah
Diabetes merupakan penyakit kronis yang memerlukan perilaku penanganan
mandiri yang khusus seumur hidup, sehingga harus belajar keterampilan
untuk merawat diri sendiri setiap hari. Pasien diabetes juga harus memiliki
perilaku prepentif dalam gaya hidupnya untuk mencegah komplikasi sehingga
memerlukan pendidikan atau informasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Price Wilson, 1995, Pathofisiologi II Edisi 4, EGC, Jakarta.
2. Brunner & Suddart, 2001, Keperawatn Medikal Bedah Edisi 8, Vol. II, EGC, Jakarta.
3. Corwin Elisabeth J., 2000, Pathofisiologi, EGC, Jakarta.
4. Doenges, Moorhouse & Geisser, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. J
DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR
DI RUANG PERAWATAN BAJI ADA II
RSU. LABUANG BAJI
TANGGAL 8 – 13 AGUSTUS 2005
A. Data Demografi
1. Identitas klien
Nama : Ny.” J “
Umur : 55 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Glora masa No. 21
Agama : Islam
Suku/bangsa : Makassar / Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pedagang
Status perkawinan : Kawin
Tanggal masuk : 19 Juli 2005
Tanggal pengkajian : 08 Agustus 2005
Diagnosa medik : Diabetes melitus
No. medikal record : 00231
2. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny. F
Umur : 25 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Glora Masa No. 21
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Hubungan dengan klien : Anak kandung klien
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama : Luka pada tumit kaki kanan.
2. Riwayat keluhan utama :
Klien masuk rumah sakit tanggal 19 juli 2005 dengan keluhan luka pada tumit
kaki kanan. Keadaan ini dialami sejak lima hari yang lalu (tanggal 14 juli 2005).
Luka tersebut disebabkan karena tertusuk benda tajam yang tidak diketahui.
Daerah tusukan dirasakan sakit, bengkak, bernanah, dan berbau busuk. Rasa sakit
tersebut dirasakan hilang timbul, dan keadaan ini menyebabkan klien tidak dapat
beraktifitas dengan baik. Menurut klien rasa sakit biasanya bertambah saat ia
melakukan aktifitas dan berkurang bila klien beristirahat.
3. Riwayat kesehatan masa lalu :
Klien mengatakan pernah dirawat dirumah sakit dengan keluhan yang sama.
Klien sudah lupa kapan ia dirawat, Klien telah menderita penyakit DM selama 16
tahun. Klien tidak alergi terhadap makanan maupun obat - obatan, klien tidak
pernah menderita penyakit kronik lainnya.
4. Riwayat kesehatan sekarang :
Klien mengalami luka pada kaki kanan.klien tidak menderita penyakit yang lain
selain luka pada kakinya.
5. Riwayat kesehatan keluarga :
Genogram tiga generasi.
G I
G II
G III
Keterangan gambar :
: Laki-laki X : Meninggal
XX
XX
X X
XX
? ? X ? ?X 624851 42 3945
: Perempuan : Tinggal serumah
: Klien : Garis keturunan
? : Tidak diketahui : Ikatan perkawinan
Klien tinggal serumah dengan suami dan anak-anaknya.
Tidak ada keluarga klien yang menderita penyakit yang sama.
G I dan G II meninggal karena faktor usia.
C. Keadaan Kesehatan Umum
Pada saat dikaji kilen tampak lemah, klien tampak dalam keadaan sadar penuh
(Compos Mentis/GCS = 15). Dari pengukuran GCS diperoleh hasil sebagai
berikut; respon membuka mata nilainya 4 (membuka mata spontan), respon
motorik nilainya 6 (mengikuti perintah), dan respon verbal nilainya 5 (orientasi
baik). Klien tidak dapat melakukan aktifitas sebagaimana biasanya.
Tanda – tanda vital : TD = 120/90 mmHg
P = 20 kali/mnt.
N = 100 kali /mnt.
S = 36,2 ° C
D. Pemeriksaan Fisik
1. Kulit
Inspeksi : Warna kulit sawo matang, integritas kulit baik, tidak tampak
adanya kelainan pada kulit, serta massa atau benjolan.
Palpasi : Turgor kulit baik, tidak ada nyeri tekan dan massa pada kulit.
2. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala bulat, keadaan rambut bersih, warna rambut hitam,
penyebaran rambut merata dan tidak mudah tercabut, kulit kepala
bersih, tidak berketombe.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya massa/benjolan.
3. Wajah
Inspeksi : Bentuk wajah bulat, simetris kiri dan kanan, tidak tampak
gerakan abnormal.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya massa/benjolan.
4. Mata
Inspeksi : Kelopak mata simetris kiri dan kanan, pertumbuhan bulu mata
merata, sklera tidak ikterus, konjungtiva anemi, tidak ada
nistagmus, tidak terdapat tanda-tanda peradangan pada mata,
gerakan bola mata kesegala arah.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya massa/benjolan.
5. Telinga
Inspeksi : Aurikula simetris kiri dan kanan, tidak tampak adanya cairan atau
serumen dari liang telinga, tidak tampak adanya tanda-tanda
radang, tidak menggunakan alat bantu dengar.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya massa/benjolan.
6. Hidung dan Sinus
Inspeksi : Posisi hidung simetris kiri dan kanan, tidak tampak adanya sekret,
tidak ada tanda-tanda radang, tidak ada septum deviasi.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya massa/benjolan.
7. Mulut dan Farings
Inspeksi : Bibir tidak pucat, lidah dan gigi tampak bersih, tidak terdapat
tanda-tanda radang, posisi ovula terletak ditengah, tidak ada
kesulitan menelan, tidak terdapat labiopalatozkisis, struktur gigi
berdasarkan rumus; 2 1 2 3 3 2 1 2
2 1 2 3 3 2 1 2
8. Leher
Inspeksi : Tidak nampak adanya pembesaran kelenjar thyoroid dan limfe,
tidak nampak peningkatan tekanan vena jugularis.
Palpasi : Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar thyroid dan limfe, tidak
teraba peningkatan tekanaan vena jugularis, tidak ada nyeri tekan.
9. Dada dan Paru-paru
Inspeksi : Bentuk dada normal chest, gerakan dada mengikuti gerakan
napas, pengembangan dada simetris kiri dan kanan, frekuensi
pernapasan 20 kali/menit.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya massa/benjolan.
Auskultasi : Terdengar bunyi napas vesikuler, tidak terdengar adanya bunyi
napas tambahan.
Perkusi : Terdengar bunyi sonor pada ics 1-III kiri dan ics 1-VI kanan,
batas paru hepar pada ics VI kanan, batas jantung pada ics III.
10. Abdomen
Inspeksi : Abdomen nampak datar, simetris kiri dan kanan, gerakan
abdomen mengikuti gerakan napas, warna kulit sama dengan
daerah disekitarnya.
Auskultasi : Peristaltik usus 20 kali/menit.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adaanya massa/benjolan.
Perkusi : Terdengar bunyi timpani.
11. Genitalia
Menurut klien tidak ada kelainan sehingga tidak dikaji.
12. Ekstremitas
a) Ekstremitas atas : Simetris kiri dan kanan, tidak ada atrofi otot, tidak ada
keterbatasan gerak, klien dapat menggerakan kedua
tangannya secara aktif.
b) Ekstremitas bawah : Tampak luka pada tumit sebelah kanan berukuran ±
3 x 4 cm yang sedikit tertutupi jaringan mati, dorsal
pedis nampak bengkak dan kehitaman.
13. Status Neurologis
a Tingkat kesadaran : Komposmentis (GCS : 15)
Respon membuka mata; 4 (membuka secara spontan)
Respon motorik; 6 (mengikuti perintah)
Respon verbal; 5 (orientasi baik)
b Koordinasi : Baik
c Memory : Klien mampu mengingat peristiwa masa lalu
dengan baik.
d Orientasi : Tidak ada gangguan orientasi waktu, orang
dan tempat
e Sensasi : Klien dapat membedakan suhu dingin dan
panas.
E. Pola Kegiatan Sehari – hari
Kebiasaan Sebelum Sakit Setelah Sakit
Nutrisi- Pola Makan- Frekuensi- Menu Makan- Makanan Pantang- Jumlah Minum- Nafsu Makan
Eliminasi- BAB : Frekuensi
WarnaKonsistensi
- BAK : FrekuensiWarna BauJumlah
Istirahat tidur- Tidur Malam- Tidur Siang- Kesulitan
Tidak teratur2 atau 3 kali/hariNasi, lauk, sayur-± 2 liter/hariBaik
1 kali/hariKuningLunak
6 – 8 kali/hariKuningAmoniakTidak diukur
21.30 s/d 05.0015.00 s/d 16.00Tidak ada
Teratur3 kali/hariNasi, lauk, sayur-1 - 1,5 liter/hariBaik
1 kali/hariKuningLunak
8 kali/hariKuningAmoniakTidak diukur
23.30 s/d 04.30Tidak teraturAda, sering BAK
Personal Hygiene- Mandi- Gosok Gigi- Mencuci Rambut- Pakaian
Olahraga dan Aktivitas- Jenis Olahraga- Pola Olahraga- Frekuensi
2 kali/hari2 kali/hari2 –3 kali/mingguDiganti setelah mandi
---
2 kali/hr dgn waslap1 kali/hr dgn pasta gigiTidak pernahDiganti 1 kali/hari
---
F. Pola Interaksi Sosial
Orang terdekat dengan klien adalah suami dan anaknya, klien mudah dan cepat
akrab dengan perawat, dokter dan orang-orang disekitarnya, dan setiap masalah
yang ada dikeluarga klien selalu diselesaikan dengan musyawarah.
G. Keadaan Psikologis Selama Sakit
Keadaan Psikologis
1) Gambaran diri
Menurut klien saat ini ia merasa ia tidak dibutuhkan didalam keluarga
dan masyarakat, karena ia tidak dapat beraktivitas. Keadaan ini
membuat ia malu dan merasa tersisih dari pergaulan.
2) Ideal diri
Klien mengatakan meskipun ia tidak dapat melakukan aktivitas sendiri,
tetapi ia tetap berharap bahwa keluarganya akan melibatkannya dalam
setiap kegiatan dalam keluarga. Klien yakin bahwa dengan kondisinya
ia dapat membantu keluarganya.
3) Citra tubuh
Menurut klien ia merasa malu dengan kondisi yang dialaminya
sehingga ia tidak dapat melaksanakan perannya.
4) Harga diri
Menurut klien ia merasa kurang puas dengan keadaan yang dialaminya.
Kadang ia merasa disisihkan dalam lingkungan dimana ia tinggal, juga
di dalam keluarganya karena ia tidak dapat melaksanakan aktivitasnya
setiap hari.
5) Peran diri
Selama sakit klien tidak dapat melaksanakan perannya sebagai ibu dan
isteri bagi anak-anak dan suaminya. Meskipun demikian klien
mengharapkan agar ia dapat dilibatkan dalam melakukan aktivitas
dalam keluarganya.
Interaksi
Klien kurang mengerti tentang penyakit DM, klien mengatakan kurang tahu
tentang penyakit yang dialaminya, dan sering bertanya tentang penyakitnya.
H. Pengobatan Dan Perawatan
1. Pengobatan : Infus NaCl 0,9 % 20 tetes/menit
Metronidazole 500 mg 3 x 1 / 1-1-1
Ceproflaxacine 500 mg 2 x 1 / 1-0-1
Neurobion 1 amp/drips
Acirapid 12-12 10
2. Perawatan : - Diet DM 1500 kalori.
- Rawat luka setiap pagi dan sore.
- Kontrol gula darah puasa setiap pagi.
I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Tidak ada pemeriksaan diagnostik/penunjang yang dilakukan.
LAPORAN PENDAHULUAN
AKTIVITAS DAN EXERCISE
Aktivitas dan exercise adalah suatu toleransi seseorang terhadap aktivitas
atau kegiatan yang memerlukan tenaga dan dipengaruhi oleh rasa nyeri, kekuatan
fisik dimana dalam melakukan aktivitas memerlukan suatu latihan. Oleh karena itu
kita membutuhkan energi yang lebih banyak.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas dan exercise yaitu sebagai
berikut :
a. Gaya hidup
seseorang
b. Proses cedera
atau penyakit
c. Kebudayaan
d. Tingkat energi
individu
e. Usia dan status
perkembangan
f. Keadaan emosi
g. Gangguan fisik
misalnya nyeri
Indikator yang digunakan untuk mengukur toleransi aktivitas :
Heart Rate (nadi radialis)
Irama jantung
Kekuatan denyut nadi
Tekanan darah
Pernapasan meliputi kedalaman dan kecepatan
Status emosional
Latihan dan exercise mempunyai tujuan :
1. Memperbaiki, mempertahankan/meningkatkan kekuatan otot
2. Mempertahankan dan meningkatkan kekuatan sendi
3. Mempertahankan dan menimbulkan pertumbuhan tulang melalui sternum
fisik
4. Meningkatkan fungsi dan sistem tubuh yang kaku.
Macam-macam latihan/exercise :
a. Latihan aktif
Energi yang diperlukan klien untuk menggerakan bagian tubuh dihasilkan
oleh klien sendiri (tanpa bantuan).
b. Latihan pasif
Energi yang diperlukan untuk menggerakan bagian tubuh berasal dari
penolong atau perawat yang memberikan latihan.
c. Latihan aktif dan bantuan
Pasien melakukan latihan sendiri dengan sedikit bantuan dari perawat ataupun
keluarga.
Efek latihan fisik pada tubuh :
1. Sistem otot rangka
Mempertahankan knou otot dan kekuatan otot
2. Sistem kardiovaskuler
Sirkulasi darah meningkat saat latihan dilakukan, dan meningkatnya sirkulasi
darah ini akan meningkatkan pembuatan hasil nutrisi kejaringan dan oksigen
dan juga akan meningkatkan sisa metabolisme sel. Pergerakan otot pada
ekstremitas akan membantu mendorong darah kembali kejantung.
3. Metabolisme
Latihan menyebabkan peningkatan metabolisme rate , energi yang diperlukan
untuk fungsi otot, dan juga akan merangsang napsu makan.
4. Sistem pernapasan
Irama ventilasi dan kedalaman akan meningkat dengan latihan. Tubuh
membutuhkan lebih banyak oksigen untuk berespon terhadap peningkatan
metabolisme.
5. Sistem perkemihan
Latihan meningkatkan fungsi sistem perkemihan dengan meningkatnya aliran
darah dan dari ginjal sehingga pembuangan sisa metabolisme lebih efektif.
DAFTAR PUSTAKA
1. Brunner & Suddart, 2001, Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2, EGC, Jakarta.
2. Doenges E., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.
3. Skach, 1996, Penuntun Terapi Medis Edisi 18, EGC, Jakarta.
LAPORAN PENDAHULUAN PADA Ny. “J”
DENGAN GANGGUAN POLA TIDUR DAN ISTIRAHAT
Defenisi :
Istirahat adalah kondisi dimana tubuh berada dalam status aktifitas yang
rendah yang memberikan kesempatan untuk tubuh memperbaiki sel-sel
tubuh yang rusak.
Tidur adalah kondisi tidak sadar yang mana individu dapat menggunakaan
sensori atau stimuli yang sesuai. Tidur adalah kebutuhan dasar fisiologis
manusia (Guyton, 1986).
Tidur disebabkan oleh menurunnya aktifitas dan mempermudah meningkatnya
karbondioksida dan oksigen relatif akan menjadi berkurang (tidak adekuat)
sehingga menyebabkan orang mengantuk.
Tujuan istirahat dan tidur :
1) Mempercepat relaksasi otot daan mengurangi ketegangan otot dan sendi.
2) Melepaskan lelah.
3) Memberikan kesempatan pada tubuh untuk membentuk kekuatan baru.
4) Menambaah kesegaran dan kekuatan untuk melakukan pekerjaan.
5) Mengurangi stres, cemas, dan membantu seseorang memperoleh energi
untuk konsentrasi, pertahanan, dan memelihara aktifitas sehari-hari.
6) Untuk pemenuhan istirahat dan tidur.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pola istirahat dan tidur :
- Immobilisasi
- Nyeri
- Kecemasan
- Takut, depresi
- Stress
Tanda-tanda pasien mengalami gangguan pola tidur dan istirahat :
a. Pasien kelihatan lelah
b. Gelisah
c. Kadang mata kelihatan merah dan kelopak mata bengkak
d. Konjungtiva merah dan mata terasa perih
e. Meningkatnya kegelisahan
f. Gangguan persepsi
g. Pasien kelihatan bingung
h. Timbul perubahan perilaku dan kepribadian
i. Terjadi gangguan koordinasi
j. Cara bicara serta informasi yang dibicarakan tidan sesuai dengan
keadaannya.
Penatalaksanaan :
a. Libatkan klien dalam membuat jadwal tidur.
b. Memberikan obat-obat analgetik sesuai dengan program terapi.
c. Menjelaskan dan memberikan suport pada klien agar tidak takut dan cemas.
d. Memasang kelambu.
e. Meredupkan atau memadamkan lampu.
Kebutuhan istirahat dan tidur menurut usia :
a. Bayi dan anak kecil
Dalam kesehariannya (24 jam) bayi menghabiskan sebagian besar
waktunya untuk tidur yaitu sekitar 16-20 jam/hari.
b. Anak sekolah
Setelah anak mencapai usia sekolah kebutuhan tidurnya berkurang menjadi
10-11 jam/hari dan tidur REMnya hanya 1/6 dari waktu tidurnya.
Kebanyakan anak-anak pada usia ini sulit tidur karena stimulasi aktifitas
pada siang harinya.
c. Remaja/adolesents
Pada usia ini kebutuhan tidurnya menurun secara kontinu (bertahap). Pada
usia ini kebutuhan tidur berkisar antara 8-9 jm dengan 1/5-nya adalah tidur
REM. Pada usia ini juga kehidupannya dipenuhi dengan kegiatan sekolah
dan aktifitas sosial lainnya.
d. Dewasa
Pada usia ini individu memerlukan waktu tidur sekitar 7-8 jam yang
mengandung 4-6 jam siklus tidur sempurna, dan 1/5-nya adalah tidur REM.
Tidak ada perbedaan yang esensial antara laki-laki dan perempuan.
e. Usia lanjut
Pada usia ini, individu akan mengalami pengurangan pada tahap 3, tahap 4
dan tidur REM-nya hanya 1/5 – 18 %. Pada usia ini umumnya mengalami
kesulitan dalam tidurnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Muh. Yusuf, 2004, Kebutuhan Dasar Manusia.
2. Price, 2001, Pathofisiologi Edisi 4, EGC, Jakarta.
3. Tarwoto dan Wartonah, 2004, Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan, Jakarta, Salemba Medika.
DATA FOKUS
Nama : Ny. “J”
No. Med. Rec : 00231
Ruangan : Baji Ada II RSU. Labuang Baji
Data Subyektif Data ObyektifKlien mengatakan dalam melakukan aktivitas sehari-hari dibantu oleh keluarga.
Klien mengatakan terdapat luka terbuka pada tumit kaki kanan.
- Dalam beraktivitas klien dibantu oleh keluarganya.
- Klien tampak lemah- TTV : TD : 120/80 mmHg
N : 80 x/mnt S : 36 ºC P : 18 x/mnt
- Tampak luka terbuka pada tumit kaki kanan.
ANALISA DATA
Nama : Ny. “J”
No. Med. Rec : 00231
Ruangan : Baji Ada II RSU. Labuang Baji
Data Etiologi MasalahDS :- Klien mengatakan ia
selalu dibantu oleh ke-luarganya dalam melaku-kukan aktivitas.
- Klien mengatakan ter- dapat luka terbuka pada tumit kaki kanannya.
DO :- Klien tampak dibantu o/
keluarga dlm beraktivitas.- Tampak luka terbuka
pada tumit kaki kanan.- Klien tampak lemah- TTV :
TD : 120/80 mmHgN : 80 x/mntS : 36 ºCP : 18 x/mnt
Metabolisme lemak & protein terganggu
Penurunan simpanan kalori
Daya tahan tubuh menurun
Mempengaruhi sistem muskuloskeletal
Kelemahan kondisi fisik
Intoleransi aktivitas
Gangguan pemenuhan ADL
Gangguan pemenuhan ADL
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : Ny. “J”
No. Med. Rec : 00231
Ruangan : Baji Ada II RSU. Labuang Baji
Diagnosa Keperawatan Tanggal ditemukan Tanggal teratasi
Gangguan pemenuhan ADL
berhubungan dengan kele-
mahan kondisi fisik.
8 Agustus 2005 -
RENCANA TINDAKAN
Nama : Ny. “J”No. Med. Rec : 00231Ruangan : Baji Ada II RSU. Labuang Baji
NDx dan Data Tujuan Intervensi RasionalGangguan peme-nuhan ADL ber-hubungan dengan kelemahan kon-disi fisik, ditandai dengan :DS :- Klien
mengatakan ia selalu dibantu oleh keluarganya dalam melakukan aktivitas.
ADL dapat terpenuhi de-ngan kriteria :- Klien dapat
melakukan aktivitas sehari-hari secara man-diri.
- Keadaan umum klien baik.
1. Kaji tingkat kemampuan klien dalam ber-aktivitas.
2. Libatkan keluarga dalam membantu aktivitas klien sehari-hari.
3. Observasi TTV.
Menerapkan kemam-puan klien dalam memenuhi kebutuhan-nya dan memudahkan intervensi selanjutnya.
Memungkinkan kelu-arga terlibat secara aktif dalam peme-nuhan ADL klien.
Untuk mengetahui keadaan klien secara umum
- Klien mengatakan terdapat luka terbuka pada tumit kaki kanannya.
DO :- Klien tampak
dibantu oleh keluarga dalam beraktivitas.
- Tampak luka terbuka pada tumit kaki kanan.
- Klien tampak lemah
- TTV : TD : 120/80 mmHgN : 80 x/mntS : 36 ºCP : 18 x/mnt
4. Dekatkan alat-alat yang di-butuhkan klien.
5. Tingkatkan partisipasi klien dalam melaku-kan aktivitas sehari-hari sesuai dengan yang dapat di-toleransi.
Membantu memenuhi aktivitas klien dengan menggunakan energi minimal.
Meningkatkan keper-cayaan diri yang positif sesuai tingkat aktivitas yang ditole-ransi klien.
CATATAN TINDAKAN
Nama : Ny. “J”No. Med. Rec : 00231Ruangan : Baji Ada II RSU. Labuang Baji
Hari/tgl NDx Jam Implementasi dan HasilRabu, 10 Agustus 2005
Kamis, 11 Agustus
1
1
09.00
09.15
09.45
1. Mengkaji tingkat kemampuan klien dalam beraktivitas.Hasil : Klien beraktivitas dibantu keluarga.
2. Mendekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien seperti tempat air minum, gelas, sendok, tissue.Hasil : Klien dapat mengambil sendiri alat-
alat yang ada didekatkan tanpa dibantu keluarga.
3. Melibatkan keluarga dalam membantu aktivitas sehari-hari klien.
2005 Hasil : Keluarga membantu klien mandi, BAB dan BAK.
1. Mengkaji tingkat kemampuan klien dalam beraktivitas.Hasil : Aktivitas klien masih dibantu oleh keluarganya.
2. Melibatkan keluarga dalam membantu aktivitas sehari-hari klien.Hasil : Keluarga membantu klien untuk mandi, BAB, dan BAK.
3. Meningkatkan partisipasi klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan yang dapat ditoleransi.Hasil : Klien dapat makan sendiri tanpa bantuan.
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Ny. “J”No. Med. Rec : 00231Ruangan : Baji Ada II RSU. Labuang Baji
Hari/tgl NDx Jam Evaluasi Rabu,
10 Agustus
2005
Kamis,
11 Agustus
2005
1
1
09.00
09.15
09.45
S : Klien mengatakan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari masih dibantu oleh
keluarga.
O : - Klien mandi dengan bantuan keluarga
- Klien BAB dan BAK dengan bantuan
keluarga.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjut intervensi
S : Klien mengatakan aktivitas sehari-harinya
masih dibantu oleh keluarga.
O : Klien mandi, BAB, dan BAK dibantu
oleh keluarga
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjut intervensi
DATA FOKUS
Nama : Ny. “J”
No. Med. Rec : 00231
Ruangan : Baji Ada II RSU. Labuang Baji
Data Subyektif Data Obyektif
- Klien mengatakan sering terjaga
pada malam hari.
- Klien mengatakan merasa jantung-
nya berdebar-debar.
- Klien mengatakan sering terbangun
Untuk BAK.
- Klien mengatakan waktu tidur
malamnya antara pkl. 23.30 s/d pkl.
04.30, sedangkan tidur siang tidak
teratur.
- Klien tampak lemah
- Konjungtiva tampak pucat
- TTV : TD : 120/80 mmHg
N : 100 x/mnt
S : 36,2 ºC
P : 20 x/mnt
- Waktu tidur klien :
Malam; pkl. 23.30 - pkl. 04.30
Siang; tidak teratur.
ANALISA DATA
Nama : Ny. “J”
No. Med. Rec : 00231
Ruangan : Baji Ada II RSU. Labuang Baji
Data Etiologi Masalah
DS :- Klien mengatakan sering
terjaga pada malam hari.- Klien mengatakan merasa
jantung-nya berdebar-debar.
- Klien mengatakan sering terbangun untuk BAK
- Klien mengatakan waktu tidur malamnya antara pkl. 23.30 – 04.30, se-dangkan siang tidak ter-atur.
DO :- Klien tampak lemah- Konjungtiva tampak
pucat- TTV:TD : 120/80 mmHg
N : 100 x/mntS : 36,2 ºCP : 20 x/mnt
- Waktu tidur klienMalam; pkl. 23.30 - pkl. 04.30 Siang; tidak teratur.
Insulin berkurang
Hiperglikemia
Diuretik osmotik meningkat
Nocturia
RAS pada formasio retikulkaris teraktivasi
Klien sering terjaga
Gangguan kebutuhan istirahat tidur
Gangguan kebutuhan
istirahat tidur
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : Ny. “J”
No. Med. Rec : 00231
Ruangan : Baji Ada II RSU. Labuang Baji
Diagnosa Keperawatan Tanggal ditemukan Tanggal teratasi
Gangguan kebutuhan
istirahat tidur berhubungan
dengan peningkatan diuretik
osmotik.
8 Agustus 2005 -
RENCANA TINDAKAN
Nama : Ny. “J”No. Med. Rec : 00231Ruangan : Baji Ada II RSU. Labuang Baji
NDx dan Data Tujuan Intervensi RasionalGangguan kebutuhan istirahat tidur berhubu-ngan dengan pening-katan diuretik osmo-tik, yang ditandai dengan :DS :- Klien mengatakan
sering terjaga pada malam hari.
- Klien mengatakan merasa jantung-nya berdebar-debar.
- Klien mengatakan sering terbangun untuk BAK.
- Klien mengatakan waktu tidur malam-nya antara pkl. 23.30 – 04.30, se-dangkan siang tidak teratur.
DO :- Klien tampak
lemah
Kebutuhan istirahat tidur dapat terpe-nuhi dengan kriteria hasil :- Keadaan
umum klien membaik.
- Konjungtiva merah muda.
- Waktu tidur klien teratur.
1. Kaji kebiasaan tidur dan per-ubahan yang terjadi.
2. Ciptakan tem-pat tidur yang nyaman dan beberapa barang pribadi klien seperti bantal guling.
3. Ciptakan ling-kungan yang kondusif de-ngan mengu-rangi kebisi-ngan dan lam-pu yang terlalu terang.
4. Atur klien da-lam posisi yang nyaman dan
Mengidentifikasi dan menentukan intervensi yang tepat.
Meningkatkan kenya-manan tidur serta dukungan fisiologi - psikologis.
Memberikan situasi yang kondusif untuk tidur/istirahat.
Pengubahan posisi akan mengubah area tekanan dan mening-
- Konjungtiva tampak pucat
- TTV:TD:120/80mmHgN : 100 x/mntS : 36,2 ºP : 20 x/mnt
- Waktu tidur klien malam; pkl. 23.30 - pkl. 04.30 dan siang; tidak teratur.
bantu dalam mengubah posisi.
5. Hindari meng-ganggu klien bila mungkin (mis; memba-ngunkan untuk obat dan terapi)
katkan kenyamanan dalam beristirahat.
Tidur tanpa gangguan lebih menimbulkan rasa segar dan klien mungkin tidak dapat tidur setelah di bangunkan.
CATATAN TINDAKAN
Nama : Ny. “J”No. Med. Rec : 00231Ruangan : Baji Ada II RSU. Labuang Baji
Hari/tgl NDx Jam Implementasi dan HasilSelasa, 11 Agustus 2005
1 20.30 1. Mengkaji kebiasaan tidur klien dan perubahan yang terjadi selama sakit.Hasil: Waktu tidur klien antara 5-6
jam/hr, tidak teratur dan sering terbangun di malam hari.
2. Menciptakan tempat tidur yang nyaman dan beberapa barang pribadi klien seperti bantal guling.Hasil: Tempat tidur klien bersih dan rapi.
3. Menciptakan lingkungan yang kondusif dengan mengurangi kebisingan dan lampu yang terang.Hasil: Klien lebih mudah tidur dan
meningkatkan kenyamanan tidur.4. Mengatur klien dalam posisi yang nyaman
dan membantu dalam mengubah posisi.Hasil: Klien merasa nyaman dan lebih
mudah tidur.5. Menghindari mengganggu klien bila
memungkinkan.Hasil: Waktu tidur klien masih berkisar 5
– 6 jam/hr.
Rabu, 12 Agustus 2005
Kamis, 13 Agustus 2005
1
1
20.00
20.00
1. Mengkaji kebiasaan tidur klien dan perubahan yang terjadi selama sakit.Hasil: Waktu tidur klien antara 5-6
jam/hr, tidak teratur dan sering terbangun di malam hari.
2. Menciptakan tempat tidur yang nyaman dan beberapa barang pribadi klien seperti bantal guling.Hasil: Tempat tidur klien bersih dan rapi.
3. Menciptakan lingkungan yang kondusif dengan mengurangi kebisingan dan lampu yang terang.Hasil: Klien lebih mudah tidur dan meningkatkan kenyamanan tidur.
4. Mengatur klien dalam posisi yang nyaman dan membantu dalam mengubah posisi.Hasil: Klien merasa nyaman dan lebih
mudah tidur.5. Menghindari mengganggu klien bila
memungkinkan.Hasil: Waktu tidur klien masih berkisar 5
– 6 jam/hr.
1. Mengkaji kebiasaan tidur klien dan perubahan yang terjadi selama sakit.Hasil: Waktu tidur klien antara 5-6
jam/hr, tidak teratur dan sering terbangun di malam hari.
2. Menciptakan tempat tidur yang nyaman dan beberapa barang pribadi klien seperti bantal guling.Hasil: Tempat tidur klien bersih dan rapi.
3. Menciptakan lingkungan yang kondusif dengan mengurangi kebisingan dan lampu yang terang.Hasil: Klien lebih mudah tidur dan meningkatkan kenyamanan tidur.
4. Mengatur klien dalam posisi yang nyaman dan membantu dalam mengubah posisi.Hasil: Klien merasa nyaman dan lebih
mudah tidur.5. Menghindari mengganggu klien bila
memungkinkan.Hasil: Waktu tidur klien masih berkisar 5
Jumat, 14 Agustus 2005
1 20.30
– 6 jam/hr.
1. Mengkaji kebiasaan tidur klien dan perubahan yang terjadi selama sakit.Hasil: Waktu tidur klien antara 5-6
jam/hr, tidak teratur dan sering terbangun di malam hari.
2. Menciptakan tempat tidur yang nyaman dan beberapa barang pribadi klien seperti bantal guling.Hasil: Tempat tidur klien bersih dan rapi.
3. Menciptakan lingkungan yang kondusif dengan mengurangi kebisingan dan lampu yang terang.Hasil: Klien lebih mudah tidur dan meningkatkan kenyamanan tidur.
4. Mengatur klien dalam posisi yang nyaman dan membantu dalam mengubah posisi.Hasil: Klien merasa nyaman dan lebih
mudah tidur.5. Menghindari mengganggu klien bila
memungkinkan.Hasil: Waktu tidur klien masih berkisar 5
– 6 jam/hr.
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Ny. “J”No. Med. Rec : 00231Ruangan : Baji Ada II RSU. Labuang Baji
Hari/tgl NDx Jam Evaluasi Selasa, 12 Agustus 2005
Rabu,
1
1
08.00
07.30
S : Klien mengatakan dapat tidur dengan nyaman meskipun sering terjaga pada malam hari.
O : - Waktu tidur klien antara 5-6 jam/hr- Klien sering terbangun pada malam
hari.A : Masalah belum teratasiP : Lanjutkan intervensi
S : Klien mengatakan dapat tidur dengan
13 Agustus 2005
Kamis, 14 Agustus 2005
Jumat,15 Agustus2005
1
1
07.15
07.00
nyaman meskipun sering terjaga pada malam hari.
O : - Waktu tidur klien antara 5-6 jam/hr- Klien sering terbangun pada malam
hari.A : Masalah belum teratasiP : Lanjutkan intervensi
S : Klien mengatakan dapat tidur dengan nyaman meskipun sering terjaga pada malam hari.
O : - Waktu tidur klien antara 5-6 jam/hr- Klien sering terbangun pada malam
hari.A : Masalah belum teratasiP : Lanjutkan intervensi
S : Klien mengatakan dapat tidur dengan nyaman meskipun sering terjaga pada malam hari.
O : - Waktu tidur klien antara 5-6 jam/hr- Klien sering terbangun pada malam
hari.A : Masalah belum teratasiP : Lanjutkan intervensi