23
LAPORAN SGD 5 LBM 6 BLOK 19 “GERODONTOLOGY” KELOMPOK SGD 5 : 1. Bayyin Bunayya C (112110183) 2. Desy Rachmawati N (112110189) 3.Karina (112110203) 4. Ken Sekar Langit (112110205) 5. Laily Maghfira N.R (112110207) 6.Lola Carola (112110208) 7. M Yaqiudin A (112110209) 8. Rahmadika K F (112110221) 9. Riska Perwitasari (112110223) 10. Umi Kulsum (112110231)

LAPORAN SGD 4 LBM 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bahan

Citation preview

Page 1: LAPORAN SGD 4 LBM 2

LAPORAN SGD 5 LBM 6 BLOK 19

“GERODONTOLOGY”

KELOMPOK SGD 5 :

1. Bayyin Bunayya C (112110183)

2. Desy Rachmawati N (112110189)

3. Karina (112110203)

4. Ken Sekar Langit (112110205)

5. Laily Maghfira N.R (112110207)

6. Lola Carola (112110208)

7. M Yaqiudin A (112110209)

8. Rahmadika K F (112110221)

9. Riska Perwitasari (112110223)

10. Umi Kulsum (112110231)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

2014

Page 2: LAPORAN SGD 4 LBM 2

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahirabbil’alamin, kami panjatkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan SGD LBM 6 mengenai

“Gerodontology” Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas SGD yang telah dilaksanakan. Meskipun banyak

rintangan dan hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaan laporan, Alhamdulillah kami berhasil

menyelesaikannya dengan baik.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu kami

dalam mengerjakan laporan ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang sudah

bersusah payah membantu membuat laporan ini baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Oleh karena

itu, kami akan menerima kritik dan saran dengan terbuka dari para pembaca.Tentunya ada hal-hal yang ingin

kami berikan kepada para pembaca dari hasil laporan ini. Karena itu, kami berharap semoga laporan ini dapat

menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kita semua. Pada bagian akhir, kami akan mengulas mengenai pendapat-

pendapat dari para ahli. Oleh karena itu, kami berharap hal ini dapat berguna bagi kita. Semoga laporan ini dapat

membuat kita mencapai kehidupan yang lebih baik lagi. Amin.

Jazakumullahi khoiro jaza’

  

Semarang, 22 Mei 2014

Penyusun

Page 3: LAPORAN SGD 4 LBM 2

SKENARIO LBM VI

Judul Skenario : Kakek Geriatri yang ingin memakai gigi tiruan.

Seorang pasien geriatri, pria berusia 70tahun, datang ke poliklinik gigi spesialis

RSIGM. Kedatangannya ke bagian poliklinik gigi karena ingin dibuatkan gigi tiruan supaya

penampilannya tetap menarik. Pasien tersebut adalah pensiunan suatu perusahaan BUMN dan

dahulu pernah menjabat sebagai direktur utama. Pada saat dilakukan pemeriksaan pasien

tampak kurang kooperatif dan mudah tersinggung. Pasien merupakan penderita hipertensi

dan diabetes tipe 2 yang kurang terkontrol dan mempunyai riwayat perokok aktif pada saat

masih muda. OHIS pasien buruk. Dokter melakukan pendekatan psikologis untuk melakukan

perawatan selanjutnya.

Page 4: LAPORAN SGD 4 LBM 2

PEMBAHASAN

A. Usia Lanjut

Definisi

Menurut Ernawati lansia adalah orang yang berusia 50 tahun atau lebih. Lansia

merupakan kelompok orang lanjut usia yang mengalami proses penuaan yang terjadi secara

bertahap dan merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari. Menurut BKKBN 1998,

penduduk lansia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus,

ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik dan rentan terhadap penyakit yang

mengakibatkan kematian. Secara ekonomi lansia dianggap sebagai beban sumber daya.

Proses menua merupakan proses yang normal terjadi pada setiap manusia dan bukan

merupakan penyakit. Penuaan juga dapat didefinisikan sebagai suatu proses menghilangnya

secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mnegganti dan

mempertahankan fungsi normalnya sehingga lebih rentan terhadap infeksi dan tidak dapat

memperbaiki kerusakan yang dideritanya.

Berdasarkan kelompok usia, lanjut usia menurut DEPKES RI dibagi menjadi 3

kelompok, yaitu :

1. Kelompok usia dalam masa virilitas (45-54 tahun) merupakan kelompok yang

berada dalam keluarga dan masyarakat luas.

2. Kelompok usia dalam masa pra-senium (55-64 tahun) merupakan kelompok yang

berada dalam keluarga, organisasi usia lanjut dan masyarakat pada umumnya.

3. Kelompok usia masa senecrus ( > 65 tahun) merupakan kelompok yang

umumnya hidup sendiri, terpencil, hidup dalam panti, penderita penyakit berat.

Berdasarkan WHO lansia dibagi atas :

1. Middle aged antara 45-59 tahun

2. Elderly antara 60-74 tahun

3. Aged > 75 tahun

Gerondology

Gerondology adalah cabang kedokteran yang membahas fisiologis proses penuaan

dan diagnosa serta pengobatan penyakit yang dipengaruhi oleh usia, terfokus pada kondisi

abnormal dan penatalaksanaan medik terhadap kondisi itu.

Tujuan dilaksanakannya perawatan pelayanan kesehatan bagi lansia adalah :

1. Mempertahankan derajat kesehatan setinggi-tingginya sehingga terhindar dari

penyakit atau gangguan kesehatan.

2. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktivitas fisik sesuai kemampuan dan

aktivitas mental yang mendukung.

3. Melakukan diagnosis dini secara tepat dan memadai.

Page 5: LAPORAN SGD 4 LBM 2

4. Melakukan pengobatan yang tepat.

5. Memelihara kemandirian secara maksimal.

6. Memberikan bantuan moril dan perhatian para lansia agar dapat mengupayakan

kesehatan dan ketenangan jiwa sampai akhir hayat mereka.

Ada empat ciri-ciri yang dapat dikategorikan sebagai pasien Geriatri dan psikogeriatri, yaitu :

1. Keterbatasan fungsi tubuh yang berhubungan dengan makin meningkatnya usia.

2. Adanya akumulasi dari penyakit-penyakit degeneratif.

3. Lanjut usia secara psikososial yang dinyatakan krisis bila : a) Ketergantungan pada orang

lain (sangat memerlukan pelayanan orang lain), b) Mengisolasi diri atau menarik diri dari

kegiatan kemasyarakatan karena berbagai sebab, diantaranya setelah menajalani masa

pensiun, setelah sakit cukup berat dan lama, setelah kematian pasangan hidup dan lain-

lain.

4. Hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan (homeostasis) sehingga

membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan (deteriorisasi) yang progresif terutama

aspek psikologis yang mendadak, misalnya bingung, panik, depresif, apatis dsb. Hal itu

biasanya bersumber dari munculnya stressor psikososial yang paling berat, misalnya

kematian pasangan hidup, kematian sanak keluarga dekat, terpaksa berurusan dengan

penegak hukum, atau trauma psikis.

Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap psikologi lansia. Faktor-faktor

tersebut hendaklah disikapi secara bijak sehingga para lansia dapat menikmati hari tua

mereka dengan bahagia. Adapun beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang sangat

mempengaruhi kesehatan jiwa mereka adalah sebagai berikut :

- Penurunan Kondisi Fisik

Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik

yang bersifat patologis berganda (multiple pathology), misalnya tenaga berkurang,

enerji menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dsb.

Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami

penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau

kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan

suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain. Dalam kehidupan lansia agar dapat

tetap menjaga kondisi fisik yang sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhan-

kebutuhan fisik dengan kondisi psikologik maupun sosial, sehingga mau tidak mau

harus ada usaha untuk mengurangi kegiatan yang bersifat memforsir fisiknya.

- Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual

Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali berhubungan

dengan berbagai gangguan fisik seperti : Gangguan jantung, gangguan metabolisme,

misal diabetes millitus, vaginitis, baru selesai operasi : misalnya prostatektomi,

Page 6: LAPORAN SGD 4 LBM 2

kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau nafsu makan sangat

kurang, penggunaan obat-obat tertentu, seperti antihipertensi, golongan steroid,

tranquilizer.

Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain :

a. Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia.

b. Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh

tradisi dan budaya.

c. Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya.

d. Pasangan hidup telah meninggal.

e. Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa

lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb.

- Perubahan Aspek Psikososial

Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi

kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi,

pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan

perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif)

meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan,

tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.

Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan

aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia. Beberapa

perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai

berikut :

a. Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini tidak

banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.

b. Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada

kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia

tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.

c. Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya

sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu

harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup

meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika

tidak segera bangkit dari kedukaannya.

d. Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah

memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak

keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga

menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-marit.

Page 7: LAPORAN SGD 4 LBM 2

e. Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini

umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain

atau cenderung membuat susah dirinya.

- Perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan

Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal

pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua,

namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering

diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status

dan harga diri. Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari

model kepribadiannya seperti yang telah diuraikan pada point tiga di atas.

Bagaimana menyiasati pensiun agar tidak merupakan beban mental setelah lansia?

Jawabannya sangat tergantung pada sikap mental individu dalam menghadapi masa

pensiun. Dalam kenyataan ada menerima, ada yang takut kehilangan, ada yang

merasa senang memiliki jaminan hari tua dan ada juga yang seolah-olah acuh

terhadap pensiun (pasrah). Masing-masing sikap tersebut sebenarnya punya dampak

bagi masing-masing individu, baik positif maupun negatif. Dampak positif lebih

menenteramkan diri lansia dan dampak negatif akan mengganggu kesejahteraan

hidup lansia. Agar pensiun lebih berdampak positif sebaiknya ada masa persiapan

pensiun yang benar-benar diisi dengan kegiatan-kegiatan untuk mempersiapkan diri,

bukan hanya diberi waktu untuk masuk kerja atau tidak dengan memperoleh gaji

penuh.

- Perubahan dalam peran sosial di masyarakat.

Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan

sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia.

Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan

kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya

dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang

bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika

keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain

dan kdang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung

diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta merengek-rengek dan menangis

bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil.

Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya lansia yang

memiliki keluarga bagi orang-orang kita (budaya ketimuran) masih sangat beruntung

karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat

umumnya ikut membantu memelihara (care) dengan penuh kesabaran dan

pengorbanan. Namun bagi mereka yang tidak punya keluarga atau sanak saudara

Page 8: LAPORAN SGD 4 LBM 2

karena hidup membujang, atau punya pasangan hidup namun tidak punya anak dan

pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup dalam perantauan sendiri, seringkali

menjadi terlantar.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia

a) Perubahan fisik

Sel

- Jumlah sel lebih sedikit dan berukuran besar.

- Cairan tubuh berkurang.

Sistem persyarafan

- Cepat penurun hubungan persyarafan.

- Lambat dalam merespon dan waktu untuk beraksi, khususnya dalam stress.

- Mengecilnya syaraf panca indera, berkurangnya penglihatan, kehilangan

pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman, dan perasa, lebih sensitif terhadap

perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap cuaca yang dingin.

Sistem gastro intestinal

- Kehilangan gigi

- Penurunan indera pengecap

- Rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu pengosongan lambung

menurun.

- Peristaltic lemah, biasanya konstipasi.

- Fungsi absorbsi melemah.

Sistem endokrin

- Produksi dari hampir seluruh hormon menurun.

Sistem genitourinaria

- Otot-otot kandung kemih menurun.

- Pembesaran kelenjar prostat.

Sistem integumen

- Kulit mengkerut atau keriput

- Kulit kepala dan rambut menipis, warna kelabu

- Berkurangnya elastisitas karena menurunnya cairan dan vaskularisasi

- Kuku jari keras dan kaku

- Kelenjar keringat berkurang

Sistem muskuloskeletal

- Tulang kelihatan densiti dan makin rapuh

- Kiposis

- Persendian besar dan kaku

b) Perubahan mental

Page 9: LAPORAN SGD 4 LBM 2

Perubahan kepribadian yang drastis

Kenangan lama tidak berubah, kenangan jangka panjang diingat sedangkan kenangan

jangka pendek tidak dapat diingat.

IQ tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal. Berkurangnya

penampilan, persepsi dan keterampilan psikomotor.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :

- Perubahan fisik

- Kesehatan umum

- Tingkat pendidikan

- Keturunan

- Lingkungan.

c) Perubahan psikosis

Merasakan atau sadar akan kematian

Perubahan dalam cara hidup

Penyakit kronis dan ketidakmampuan

Kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial

Gangguan syaraf indera, timbul kebutaan dan ketulian

Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan

Hilangnya kekuatan dan ketegangan fisik, perubahan terhadap gambaran diri,

perubahan konsep diri.

d) Perubahan fisiologis dalam rongga mulut

Perubahan mukosa mulut

- Sel epitel pada mukosa mulut mengalami penipisan

- Berkurangnya keratinisasi

- Berkurangnya kapiler dan suplai darah

- Penebalan serabut kolagen pada lamina propia

- Secara klinis mukosa mulut terlihat lebih pucat, tipis dan kering, sehingga

memudahkan terjadinya iritasi atau trauma.

Perubahan lengkung rahang

- Proses penuaan disertai dengan adanya osteoporosis pada tulangnya. Pada rahang

atas arah resorpsinya kebawah dan keluar, maka pengurangan tulangnya pada

umumnya juga terjadi kearah atas dan dalam. Karena tulang kortikal bagian luar

lebih tipis daripada bagian dalam. Resopsi bagian luar lempeng kortikal tulang

berjalan lebih banyak dan lebih cepat. Demikian lengkung maksila akan

berkurang menjadi lebih kecil sehingga permukaan landasan gigi menjadi

berkurang.

Page 10: LAPORAN SGD 4 LBM 2

- Pada rahang bawah, inklinasi gigi anterior umumnya keatas dan kedepan dari

bidang oklusal, sedangkan gigi-gigi posterior lebih vertikal atau sedikit miring ke

arah lingual. Permukaan luar lempeng kortikal tulang lebih tebal. Resorpsi pada

tulang alveolar mendibula terjadi kearah bawah dan kebelakang kemudian

kedepan. Terjadi perubahan-perubahan pada otot disekitar mulut, hubungan jarak

antara mandibula dan maksila sehingga terjadi perubahan posisi mandibula dan

maksila.

Resorpsi lingir alveolar

- Tulang akan mengalami resorpsi berlebihan pada puncak tulang alveolar

mengakibatkan bentuk linggir yang datar dan merupakan masalah karena gigi

tiruan lengkap kurang baik dan terjadi ketidak seimbangan oklusi. Resorpsi

paling besar terjadi 6bulan pertama sesudah pencabutan gigi anterior atas dan

bawah. Pada rahang atas sesudah 3bulan dan resorpsi sangat kecil dibandingkan

rahang bawah.

Perubahan aliran saliva

- Dengan bertambahnya usia menyebabkan perubahan dan kemunduran kelenjar

saliva. Banyak pasien lansia dengan penyakit sistemik menerima pengobatan

akan mempengaruhi fungsi saliva dan mungkin mengalami xerostomia.

Pengurangan aliran saliva akan mengganggu retensi gigi tiruan. Keadaan ini

menyebabkan kemampuan pemakaian gigi tiruan berkurang sehingga fungsi

pengunyahan berkurang, kecekatan gigi tiruan berkurang.

Kelainan lidah pada lansia

- Fissured tongue

- Coated tongue

- Geographic tongue

- Sublingual varikositis

- Atropi papilla lidah

- Candidiasis dan keganasan.

B. Pendekatan Lansia

Pendekatan pelayanan kepada lansia antara lain :

1. Pendekatan biologis, yaitu pendekatan pelayanan kesehatan lansia yang

menitikberatkan perhatian pada perubahan-perubahan biologis yang terjadi pada

lansia. Perubahan-perubahan tersebut mencakup aspek anatomis dan fisiologis serta

berkembangnya kondisi patologis yang bersifat multiple dan kelainan fungsional pada

pasien-pasien lanjut usia.

Page 11: LAPORAN SGD 4 LBM 2

2. Pendekatan psikologis, yaitu pendekatan pelayanan kesehatan lansia yang

menekankan pada pemeliharaan dan pengembangan fungsi-fungsi kognitif, afektif,

konatif dan kepribadian lansia secara optimal.

- Fungsi kognitif

a. Kemampuan Belajar (Learning)

Lanjut usia yang yang sehat dalam arti tidak mengalami demensia atau

gangguan Alzemeir, masih memiliki kemampuan belajar yang baik. Hal ini

sesuai dengan prinsip belajar seumur hidup (long study) bahwa manusia itu

memiliki kemampuan untuk belajar sejak dilahirkan sempai akhir hayat. Oleh

karena sudak seyogyanya jika mereka tetap diberikan kesempatan untuk

mempelajari sesuatu hal yang baru. Implikasi praktis dalam pelayanan

kesehatan jiwa lanjut usia baik yang bersifat promotif-preventif, kuratif dan

rehabilitatif adalah untuk memberikan kegiatan yang berhubungan dengan

proses belajar yang sudah disuaikan dengan kondisi masing-masing lanjut

usia yang dilayani.

b. Kemampuan pemahaman (Comprehension)

Pada lanjut usia, kemampuan pemahaman atau menangkap pengertian

dipengaruhi oleh fungsi pendengarannya. Dalam pelayanan terhadap lanjut

usia agar tidak timbul salah paham sebaiknya dilakukan kontak mata; saling

memandang. Dengan kontak mata, mereka akan dapat membaca bibir lawan

bicaranya, sehingga penurunan pendengarannya dapat diatasi dan dapat lebih

mudah memahami maksud orang lain. Sikap yang hangat dalam

berkomunikasi akan menimbulkan rasa aman dan diterima. Mereka akan

lebih tenang, lebih senang, merasa aman, merasa diterima, merasa dihormati

dan sebagainya.

c. Kinerja (Performance)

Pada lanjut usia yang sangat tua memang akan terlihat penurunan kinerja baik

secara kuantitatif maupun kualitatif. Penurunan itu bersifat wajar sesuai

perubahan organ-organ biologis ataupun perubahan yang sifatnya patologis.

Dalam pelayanan kesehatan jiwa lanjut usia, mereka perlu diberikan latihan-

latihan ketrampilan untuk tetap mempertahankan kinerja.

d. Pemecahan masalah (Problem Solving)

Pada lanjut usia masalah-masalah yang dihadapi tentu semakin banyak.

Banyak hal yang dahulunya dengan mudah dapat dipecahkan menjadi

terhambat karena terjadi penurunan fungsi indra pada lanjut usia. Hambatan

yang lain dapat berasal dari penurunan daya ingat, pemahaman dan lain-lain,

yang berakibat bahwa pemecahan masalah menjadi lebih lama. Dalam

Page 12: LAPORAN SGD 4 LBM 2

menyikapi hal ini maka dalam pendekatan pelayanan kesehatan jiwa lanjut

usia perlu diperhatikan ratio petugas kesehatan dan pasien lanjut usia.

e. Daya ingat (Memory)

Daya ingat adalah kemampuan psikis untuk menerima, mencamkan,

menyimpan dan menghadirkan kembali rangsangan/peristiwa yang pernah

dialami seseorang. Daya ingat merupakan salah satu fungsi kognitif yang

banyak berperan dalam proses berfikir, memecahkan masalah, maupun

kecerdasan (intelegensia), bahkan hampir semua tingkah laku manusia itu

dipengaruhi olah daya ingat. Pada lanjut usia, daya ingat merupakan salah

satu fungsi kognitif yang seringkali paling awal mengalami penurunan. Pada

lanjut usia yang menderita demensia, gangguan yang terjadi adalah mereka

tidak dapat mengingat peristiwa atau kejadian yang baru dialami, akan tetapi

hal-hal yang telah lama terjadi, masih diingat. Keadaan ini sering

menimbulkan salah paham dalam keluarga. Oleh sebab itu dalam proses

pelayanan terhadap lanjut usia, sangat perlu dibuatkan tanda-tanda atau

rambu-rambu baik berupa tulisan, atau gambar untuk membantu daya ingat

mereka.

f. Motivasi

Motivasi adalah fenomena kejiwaan yang mendorong seseorang untuk

bertingkah laku demi mencapai sesuatu yang diinginkan atau yang dituntut

oleh lingkungannya. Motivasi dapat bersumber dari fungsi kognitif dan

fungsi afektif. Motif Kognitif lebih menekankan pada kebutuhan manusia

akan informasi dan untuk mencapai tujuan tertentu. Motif ini mendorong

manusia untuk belajar dan ingin mengetahui. Motif Afektif lebih

menekankan aspek perasaan dan kebutuhan individu untuk mencapai tingkat

emosional tertentu. Motif ini akan mendorong manusia untuk mencari dan

mencapai kesenangan dan kepuasan baik fisik, psikis dan sosial dalam

kehidupannya dan individu akan menghayatinya secara subyektif. Pada lanjut

usia, motivasi baik kognitif maupun afektif untuk mencapai/memperoleh

sesuatu cukup besar, namun motivasi tersebut seringkali kurang memperoleh

dukungan kekuatan fisik maupun psikologis, sehingga hal-hal diinginkan

banyak berhenti di tengah jalan.

g. Pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan termasuk dalam proses pemecahan masalah.

Pengambilan keputusan pada umumnya berdasarkan data yang terkumpul,

kemudian dianalisa, dipertimbangkan dan dipilih alternatif yang dinilai

positif (menguntungkan ) kemudian baru diambil suatu keputusan.

Page 13: LAPORAN SGD 4 LBM 2

Pengambilan keputusan pada lanjut usia sering lambat atau seolah-olah

terjadi penundaan, oleh sebab itu, mereka membutuhkan petugas atau

pendamping yang dengan sabar sering mengingatkan mereka. Keputusan

yang diambil tanpa dibicarakan dengan mereka, akan menimbulkan

kekecewaan dan mungkin dapat memperburuk kondisinya. Oleh karena itu

dalam pengambilan keputusan, kaum tua tetap dalam posisi yang dihormat.

h. Kebijaksanaan

Bijaksana (wisdom) adalah aspek kepribadian (personality), merupakan

kombinasi dari aspek kognitif, afektif dan konatif. Kebijaksanaan

menggambarkan sifat dan sikap individu yang mampu mempertimbangkan

antara baik dan buruk serta untung ruginya sehingga dapat bertindak secara

adil atau bijaksana. Kebijaksanaan sangat tergantung dari tingkat kematangan

kepribadian seseorang. Atas dasar hal tersebut, dalam melayani lanjut usia

termasuk psikogeriatik mereka harus memperoleh pelayanan yang penuh

bijaksana sehingga kebijaksanaan yang ada pada masing-masing individu

yang dilayani tetap terpelihara.

- Fungsi Efektif

Fungsi Afektif (emosi/perasaan) adalah fenomena kejiwaan yang dihayati secara

subyektif sebagai sesuatu yang menimbulkan kesenangan atau kesedihan. Afeksi

(emosi/perasaan) pada dasarnya dibedakan atas :

a. Biologis, meliputi perasaan indera (panas, dingin, pahit, asin dsb), perasaan

vital (lapar, haus, kenyang dsb) dan perasaan naluriah (kasih sayang, cinta,

takut dsb).

b. Psikologis, meliputi : perasaan diri, perasaan sosial, perasaan etis, estetis,

perasaan intelek serta perasaan religius.

Pada usia lanjut umumnya afeksi atau perasaan tetap berfungsi dengan baik

dan jika ada yang mengalami penurunan seringkali adalah afeksi biologis,

sebagai akibat dari penurunan fungsi organ tubuh. Sedangkan afeksi

psikologis relatif tetap berperan dengan baik, bahkan makin mantap, kecuali

bagi mereka yang mempunyai masalah fisik ataupun mental. Usia lanjut

kadang-kadang menunjukkan hidup emosi yang kurang stabil, hal ini dapat

ditangkap sebagai tanda bahwa terdapat masalah atau ada hal-hal yang

sifatnya patologis yang tidak mudah diamati, karena itu perlu dikonsultasikan

kepada para ahli.

Penurunan fungsi afektif nampak jelas pada usia lanjut yang sangat tua

(diatas 90 tahun), penurunan tersebut sering diikuti oleh tingkah laku regresi,

misalnya mengumpulkan segala macam barang kedalam tempat tidur. Pada

Page 14: LAPORAN SGD 4 LBM 2

umur tersebut, sering terjadi fungsi mentalnya semakin buruk dan sering

tidak tertolong dengan upaya terapi. Ada juga yang mengatakan lima tahun

terakhir pada usia lanjut yang sangat tua tersebut sering terjadi tragedi

penurunan segala fungsi mental yang semakin memburuk dan sering tidak

tertolong dalam upaya terapi.

Sehubungan dengan fungsi afektif dalam pelayanan kesehatan jiwa usia

lanjut perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Jika petugas menjumpai lansia dengan emosi yang labil atau menurun

fungsi mental lainnya, maka perlu diwaspadai kemungkinan adanya

masalah mental emosional atau hal-hal yang patologis. Untuk itu perlu

pemeriksaan para ahli.

b. Jika petugas mendapatkan lansia yang sangat tua (very old) disertai

penurunan fungsi mental yang drastis, maka perlu dilakukan upaya-upaya

terapi dan pelayanan yang sesuai dengan kondisi lansia tersebut.

- Fungsi Konatif

Konatif atau psikomotor adalah fungsi psikis yang melaksanakan tindakan dari

apa yang telah diolah melalui proses berpikir dan perasaan ataupun

kombinasinya. Konatif mengandung aspek psikis yang melakukan dorongan

kehendak baik yang positif maupun yang negatif, disadari maupun tidak disadari.

Pada usia lanjut umumnya dorongan dan kemauan masih kuat, akan tetapi

kadang-kadang realisasinya tidak dapat dilaksanakan, karena membutuhkan

organ atau fungsi tubuh yang siap/ mampu melaksanakannya. Misalnya usia

lanjut yang ingin sekali untuk dapat memenuhi kebutuhan dirinya (activity daily

living) tanpa bantuan orang lain. Ia ingin dapat makan dengan cepat, keluar

masuk kamar mandi sendiri. Namun keinginan tersebut yang tanpa mengingat

kondisi dirinya yang sudah menurun justru akan sering menimbulkan kecelakaan

pada usia lanjut. Atas dasar hal tersebut implikasi yang perlu diperhatikan dalam

pelayanan terhadap usia lanjut termasuk psikogeriatiknya yang berhubungan

dengan fungsi konatif, usia lanjut perlu dibantu untuk memilih hal yang penting

agar mereka tidak ragu dalam berbagai keinginannya. Perlu pula diperhatikan

keadaan yang dapat menimbulkan resiko bagi usia lanjut.

- Kepribadian

Kepribadian adalah semua corak kebiasaan manusia yang terhimpun dalam

dirinya dan digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala

rangsangan baik dari luar maupun dari dalam. Corak kebiasaan ini merupakan

kesatuan fungsional yang khas pada seseorang. Perkembangan kepribadian itu

bersifat dinamis artinya selama individu masih tetap belajar dan bertambah

Page 15: LAPORAN SGD 4 LBM 2

pengetahuan, pengalaman serta keterampilannya, ia akan semakin matang dan

mantap. Pada usia lanjut yang sehat, kepribadiannya tetap berfungsi baik, kecuali

mereka dengan masalah kesehatan jiwa atau tergolong patologik. Dalam

pelayanan usia lanjut termasuk psikogeriatik, hendaknya memperhatikan fungsi-

fungsi psikologik diatas agar pelayanan yang dilakukan dapat membantu

mempertahankan dan memperbaiki kondisi fisik, psikologik dan sosial usia

lanjut.

3. Pendekatan sosial budaya, yaitu pendekatan yang menitikberatkan perhatiannya pada

masalah-masalah sosial budaya yang dapat mempengaruhi lansia.

Ahli sosiologi membuat "disengagement theory of aging" yang berarti bahwa

ada proses pelepasan ikatan atau penarikan diri secara pelan-pelan tapi pasti dan

teratur daripada individu-individu atau masyarakat terhadap satu sama lainnya, dan

proses ini adalah terjadi secara alamiah dan tak dapat dihindarkan, dan hal ini akan

terjadi dan berlangsung sampai kepada penarikan diri yang terakhir, yaitu mati.

Teori lainnya adalah "Continuity Theory" yang berdasarkan atas asumsi

bahwa "identity" adalah fungsi daripada hubungan dan interaksi dengan orang lain.

Seseorang yang lebih sukses akan tetap memelihara interaksi dengan masyarakat

setelah masa pensiunnya, melibatkan diri dengan wajar dengan masalah-masalah

masyarakat, keluarga dan hubungan perseorangan. Mereka tetap memelihara

identitasnya dan kekuatan egonya.

Teori lainnya ialah "Activity Theory" yaitu yang menjelaskan bahwa orang

yang masa mudanya sangat aktif dan terus juga memelihara keaktifannya setelah dia

menua. Ahli jiwa mengatakan bahwa " sense of integrity" dibangun semasa muda dan

akan tetap terpelihara sampai tua.

Ericson, membuat suatu ringkasan tentang fase-fase perkembangan manusia

sejak bayisampai tua, yang mana tiap fase menerangkan tentang adanya krsisis-krisis

untuk memilih antara kearah mana seseorang akan berkembang. Dalam fase terakhir

disebut bahwa ada pilihan antara : " sense of integrity" dan " Sense of despair" karena

adanya rasa takut akan kematian.

Pada masa tua terjadi krisis antara deferensiasi egonya (ego differentitation)

melawan preokupasi peranannya dalam bekerja (work role preoccupation). Hal ini

dipengaruhi oleh pikiran-pikiran tentang pensiun. Juga ditambahkan bahwa pada

masa ini ada krisis, seseorang itu dapat membangun suatu hubungan-hubungan yang

memuaskan dengan orang lain dan mengembangkan aktivitas-aktivitas yang kreatif.

KONSEP MAPPING

Page 16: LAPORAN SGD 4 LBM 2

LANSIA

PERUBAHAN-PERUBAHAN PD LANSIA

PENDEKATAN PSIKOLOGIS

PSIKOSOSIAL

FISIOLOGIS

BIOLOGIS

DILAKUKAN TINDAKAN

KOMUNIKASI YG EFEKTIF PASIEN-DOKTER