Upload
anfa
View
83
Download
9
Embed Size (px)
DESCRIPTION
laporan
LAPORANSGD 7 LBM 4 Blok 12
Hubungan Kelainan Kongenital dengan Komunikasi pada
Anak
ANGGOTA KELOMPOK :
Abdillah Zunarto Omivar 31101300326Adiana Vikasanti 31101300328Agnes Dwi Putri Ningrum 31101300329Ahdiahtus Safiah 31101300332Anfa Nihlatul Firdausy 31101300337Faiqotul Kumala Ayuna Kahfi 31101300349Junizaf Iqbaal Ashar 31101300356Muqsitha Fitri Nugrahani 31101300364Nur Azi Firman Syah 31101300370Rahajeng Manik Kartikandari 31101300374Siti Diah Nirmala 31101300387
FAKULTAS KEDOTERAN GIGIUNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG2015
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN
SGD 7 LBM 4 Blok 12
Hubungan Kelainan Kongenital dengan Komunikasi pada Anak
Telah Disetujui oleh :
Semarang, 23 Maret 2015
Tutor
drg. Andina Novitasari, Sp.KG
i
DAFTAR ISILEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................3
A. Latar Belakang............................................................................................................3
B. Skenario....................................................................................................................... 4
C. Rumusan Masalah.......................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................6
A. Landasan Teori............................................................................................................6
1. Bad Habit..................................................................................................................6
1. Thumb and Digit Sucking....................................................................................6
2. Lip Sucking.........................................................................................................11
3. Tongue Thrusting...............................................................................................13
4. Mouth Breathing................................................................................................16
5. Bruxism...............................................................................................................18
2. Maloklusi................................................................................................................21
1. Klasifikasi Angle.................................................................................................21
2. Klasifikasi Deway Modifikasi Angle................................................................23
3. Klasifikasi Lischer Modivikasi Angle...............................................................24
B. Konsep Mapping........................................................................................................25
BAB III KESIMPULAN......................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................27
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar BelakangOral habit pada anak-anak berhubungan dengan perkembangan oklusi. Anak-anak
dengan habit tertentu yang temporary atau permanen dapat mengganggu oklusi dental dan
struktur penyangga gigi (Iyyer, 2006).
Habit adalah kecenderungan tentang tindakan berulang kali dilakukan, relatif tetap,
konsisten dan mudah dilakukan oleh individu (Iyyer, 2006).
Habit yang seperti ini adalah hasil dari pengulangan (repetisi). Pada tahap inisial, ada
usaha yang dilakukan dengan sadar untuk melakukan tindakan. Kemudian tindakan
dilakukan dengan kurang sadar dan bila dilakukan berulang-ulang secara cukup sering
maka dapat dilakukan secara tidak sadar (Iyyer, 2006).
Habits mula-mula merupakan suatu respon autonomik yang hanya terjadi pada respon
motorik. Respon otomatis yang diperoleh dari hasil pengulangan dan pembelajaran ini
dapat menjadi semakin tidak disadari dan menjadi kebiasaan yang menetap, mudah
dilakukan dan tidak disadari atau hampir otomatis (Tilakraj, 2003; Singh, 2007). Bad
habits atau kebiasaan oral yang merusak, terjadi bila habits yang melibatkan rongga mulut
berkelanjutan, menyebabkan gangguan pada struktur dentofasial (Rao dan Arathi, 2008).
Mathewson dan Primosch (1995) menyatakan bahwa oral habits merupakan suatu pola
yang dilakukan untuk menyesuaikan kontraksi muscular.
Seorang dokter gigi perlu memahami pengaruh oral habits terhadap gigi dan
manifestasi kebiasaan tersebut untuk mendapatkan hasil yang baik dalam perawatannya.
Salah satu perawatan penting yang dapat dilakukan adalah dengan perawatan orthodontik
interseptif untuk mengeliminasi kebiasaan tersebut sebelum berkembang lebih lanjut dan
menyebabkan kerusakan pada gigi-gigi (Dutta dan Sachdeva, 2007). Oral habits pada
anak-anak, menimbulkan ketidakseimbangan tekanan yang berbahaya bagi posisi gigi-
geligi dan oklusi sehingga menjadi malposisi dan maloklusi. Jika kebiasaan jelek tersebut
berhenti pada usia kurang dari 3 tahun, maka kemungkinan tidak akan mempengaruhi
keadaan gigi-gigi. Apabila terjadi kelainan, sifatnya hanya sementara, oklusi akan normal
kembali dengan sendirinya. Tetapi apabila ditemukan adanya kebiasaan jelek pada usia
setelah 3 tahun, maka perlu adanya perhatan khusus, karena akan terjadi gangguan pada
oklusi (Mathewson dan Primosch, 1995).
1
2
B. SkenarioSeorang ibu datang bersama anak perempuan yang berumur 10 tahun ke praktek
dokter gigi bermaksud untuk merapikan giginya yang tonggos. Keadaan ini membuat
ibunya khawatir dan anak merasa malu karena tidak percaya diri. Alloanamnesis:
didapatkan bahwa sang anak suka menghisap ibu jari, setiap akan tidur. Sejak 2 tahun
sampai sekarang, jari/jempol “kapalen”. Diperoleh juga keterangan bahwa anaknya sering
menganga (ngowoh), pernah cek up dan diketahui adanya pembesaran kelenjar adenoid
dan ketika menelan dengan menjulurkan lidah.
Pemeriksaan IO:
Makroglosi
Protrusi anterior RA
Open bite anterior
Palatum tinggi dan sempit
Posterior cross bite
Pemeriksaan EO:
Pemeriksaan pernafasan dengan kaca mulut di bawah hidung tidak terdapat
embun pada kaca mulut (-), di depan mulut terdapat embun pada kaca mulut
(+)
Dari hasil pemeriksaan tersebut, dokter gigi menyarankan untuk menunda perawatan
gigi.
C. Rumusan Masalah1. Apa macam-macam oral bad habit?
2. Akibat dari kelainan di skenario?
3. Macam-macam kelainan dentoskeletal?
4. Hubungan hisap ibu jari dengan skenario?
5. Apa kelainan pada skenario dan etiologinya?
6. Hubungan kelenjar adenoid dari skenario?
7. Hubungan pemeriksaan embun + pada mulut dan – pada hidung dengan skenario?
8. Hubungan pada pemeriksaan io dengan diagnosa?
9. Kenapa pada skenario ketika pasien menelan, menjulurkan lidah?
10. Apa kriteria oklusi yang normal dan macam-macam oklusi?
3
11. Macan-macam maloklusi?
12. Kenapa dokter gigi menunda perawatan gigi?
13. Apa penatalaksanaan yang tepat untuk skenario?
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori1. Bad Habit
Habit adalah kecenderungan tentang tindakan berulang kali dilakukan, relatif tetap,
konsisten dan mudah dilakukan oleh individu (Iyyer, 2006).
Habit yang seperti ini adalah hasil dari pengulangan (repetisi). Pada tahap inisial, ada
usaha yang dilakukan dengan sadar untuk melakukan tindakan. Kemudian tindakan
dilakukan dengan kurang sadar dan bila dilakukan berulang-ulang secara cukup sering
maka dapat dilakukan secara tidak sadar (Iyyer, 2006).
Macam-macam Bad Habit
1. Thumb and Digit SuckingDigit sucking adalah penggantian jari
jempol/ jari lainnya atau lebih banyak jari dalam
variasi kedalaman ke dalam mulut. Kehadiran
habit ini dianggap normal sampai usia 3 ½ - 4
tahun. Bila habit ini diteruskan setelah usia ini
dapat menyebabkan berbagai maloklusi.
Etiologi
Teori Freudian (Sigmond Freud)
Anak-anak melewati berbagai tahap yang berbeda dari perkembangan psikologikal
dimana tahap oral dan anal terjadi pada 3 tahun pertama kehidupan. Pada tahap oral,
mulut dipercaya sebagai zona oro-erotic. Anak mempunyai kecenderungan untuk
meletakkan jarinya atau objek lain pada rongga mulut. Pencegahan tindakan ini
dipercaya menghasilkan insekuritas emosional dan mempunyai resiko untuk
berpindah ke berbagai macam habit lain.
Oral drive theory of Sears and Wise
Sears and Wise (1950) mengusulkan bahwa suckling yang berlarut-larut dapat
mengakibatkan thumb sucking.
5
Teori Benjamin
Thumb sucking tumbuh dari reflek rooting atau placing yang terlihat pada semua bayi
mamalia. Reflek rooting adalah pergerakan kepala dan lidah bayi ke arah objek
menyentuh pipi. Objek ini biasanya mother’s breast tetapi mungkin juga jari atau
pacifier (dot). Reflek rooting ini menghilang pada bayi normal sekitar usia 7 – 8
bulan.
Aspek psikologikal
Anak-anak yang kehilangan cinta, perhatian dan kasih sayang orang tua dipercaya
untuk melakukan habit ini yang disebabkan oleh perasaan tidak aman.
Pola belajar
Thumb sucking hanya merupakan pola belajar tanpa sebab atau hubungan
psikologikal yang mendasarinya.
Tahap Perkembangan
Tahap I (Normal and sub-clinically significant)
o Tahap ini terlihat selama 3 tahun pertama kehidupan.
o Kehadiran thumb sucking selama tahap ini adalah cukup normal dan biasanya
berakhir pada akhir tahap ini.
Tahap II (Clinically significant sucking)
o Tahap II terjadi antara usia 3 ½ - 6 tahun. Kehadiran sucking pada periode ini
adalah indikasi bahwa anak ini dalam anxiety (kegelisahan) yang besar.
o Perawatan untuk mengatasi problem dental ini harus diinisiasikan dalam tahap
ini.
Tahap III (Intractable sucking) (Keras kepala)
o Thumb sucking yang masih terjadi setelah usia 4/ 5 tahun harus diperhatikan
pokok aspek psikologikal dari habit harus diwaspadai drg.
o Psikolog mungkin dikonsultasikan selama tahap ini.
o Saat lahir, anak telah mengembangkan reflex dari fungsi neuromuscular
Sucking Reflex membuat bayi dapat menyusui dan mengenali ibunya
o Walaupun kedua reflex tersebut mempengaruhi anak pada situasi belajar awal
dan berkontribusi terhadap perkembangan psikis, hangatnya susu yang masuk ke
dalam badannya dan untuk mengatasi rasa lapar yang membuat sucking reflex
menjadi yang dominant
6
o Ketika pendengaran dan penglihatannya berkembang, bayi berusaha untuk
mencapai dan menggerakan mulutnya terhadap apa yang dilihat dan
didengarnya dari jauh. Krena kemapuan anggota gerak dan koordinasi digital
yang masih terbatas, bayi cenderung untuk bertahan sampai objek tersebut
dibawa mendekati mulutnya untuk dijilat, dirasa dan diperiksa dengan sensasi
oral.
o Objek terasa enak akan terus dimakan introjection
o Objek terasa tidak enak dikeluarkan ditandai dengan mimik wajahnya
Kepala dipalingkan dari objek projection
Patofisiologi
Open bite anterior terjadi akibat penempatan secara langsung jari yang dihisap pada
gigi-gigi insisivus. Keadaan ini mencegah terjadinya erupsi lanjutan atau erupsi lengkap
dari gigi-gigi insisivus, sedangkan gigi-gigi posterior tetap bebas bererupsi. Tanda lain
yang akan terlihat adalah pergerakan gigi-gigi insisivus atas ke arah labial dan gigi-gigi
insisivus bawah ke arah lingual. Pergerakan gigi-gigi insisivus ini tergantung pada jari
yang dihisap dan diletakkan serta banyaknya jari yang dimasukkan ke dalam mulut. Ibu
jari yang diletakkan ke dalam mulut akan menekan permukaan lingual gigi-gigi insisivus
rahang atas dan pada permukaan labial gigi insisivus bawah. Anak yang secara aktif
menghisap jari dapat menghasilkan daya yang cukup pada ujung gigi insisivus rahang
atas, sehingga menjadi lebih protrusif dan gigi insisivus bawah lebih retrusif dengan
demikian bertambahnya overjet dan overbite semakin besar (Fields, 1993; Moyers, 1988).
Keadaan lain yang dapat muncul adalah kontraksi maxilla. Kontraksi maxilla biasa
terjadi pada kebiasaan menghisap jari karena lengkung maxilla gagal untuk berkembang
karena perubahan keseimbangan antara tekanan pipi dan lidah. Ketika ibu jari diletakkan
di dalam mulut, lidah akan tertekan ke bawah dan menjauh palatum serta menurunkan
tekanan lidah pada bagian lingual gigi posterior rahang atas. Tekanan otot pipi terhadap
gigi-gigi posterior rahang atas ini meningkat akibat kontraksi muskulus bucinator selama
menghisap. Hilangnya keseimbangan daya yang diberikan oleh lidah pada permukaan
lingual menyebabkan lengkung posterior maksila berkontraksi menjadi crossbite
posterior. Tekanan pipi terbesar terjadi pada sudut mulut dan menyebabkan lengkung
maksila berubah menjadi bentuk V (Fields, 1993; Moyers, 1988).
7
8
Efek Thumb Sucking
Thumb sucking menyebabkan perubahan pada dental arch dan struktur
pendukungnya
Jika kebiasaan ini berhenti sebelum gigi permanent erupsi tidak ada residual
damage terhadap keteraturan atau terhadap oklusi dari gigi yang berhubungan
Terjadi selama periode mixed dentition 6-12 tahun muncul konsekuensi yang
mengganggu
Keparahannya bergantung dari 3 faktor:
o Durasi berapa lama waktu yang digunakan untuk melakukan habit ini
o Frekuensi berapa kali habit ini dilakukan dalam 1 hari
o Intensitas seberapa kuat gaya yang digunakan untuk habit ini
Displacement dari gigi atau terhambatnya erupsi normal berasal dari 2 sumber:
o Posisi jempol atau jari di dalam mulut
o Efek leverage (pengungkitan) yang anak peroleh terhadap gigi lainnya dan
alveolus dengan gaya yang diberikannya jika ia menekan gigi tersebut seperi
halnya menghisap
Tipe maloklusi yang terjadi bergantung dari:
o Digit position
o Kontraksi otot orofacial yang berhubungan
o Posisi mandibula ketika menghisap
o Morfologi facial skeletal
o Durasi, dsb.
Paling sering open bite
Akibat
Labial tipping dari gigi anterior maxilla proclinasi dari anterior maxilla
peningkatan overjet
Lingual tipping dari gigi anterior mandibula peningkatan overjet
Anterior open bite sebagai hasil terhambatnya erupsi insicive dan supraerupsi dari
gigi-gigi di bukal
Otot pipi berkontraksi selama thumb sucking maxillary arch menyempit
posterior crossbite
9
Open bite tounge thrust
Bibir atas hipotonic wajah bagian bawah menunjukan aktivitas mentalis
hiperaktif
Perawatan
Salah satu cara untuk menghentikan kebiasaan menghisap jari adalah dengan
menggunakan thumb splint maupun sarung tangan sehingga ketika dalam kondisi tidur
anak akan terbiasa tidak menghisap jarinya. Jika anak tidak kooperatif dengan pemakaian
alat fungsional lepasan seperti palatal crib, perawatan pada open bite anterior akibat
kebiasaan menghisap jari dapat dilakukan dengan alat cekat mekanik. Pada dasarnya
perawatan terhadap open bite anterior ini dapat dilakukan dengan penghilangan habit,
modifikasi pertumbuhan, kamuflase ortodontik, dan pembedahan (Millett dan Welbury,
2005). Perawatan dalam menghilangkan finger sucking habit diantaranya memberikan
sarung, perekat, atau material termoplastik yang digunakan pada jari yang sering
digunakan anak untuk menghisap. Benda tersebut menimbulkan ketidaknyaman dalam
menghisap jarinya sehingga kebiasaan tersebut dapat dihentikan.
10
2. Lip SuckingLip sucking adalah kebiasaan menahan
bibir bawah dibelakang gigi anterior atas dan
menekan bibir bagian dalam oleh gigi
anterior bawah dengan terus-menerus.
Fukumitsu dkk., 2003. Lip sucking
merupakan pengganti kebiasaan menghisap
jari (Gartika, 2008). Kebiasaan ini juga dapat
terjadi dalam bentuk lip wetting (Karacay
dkk., 2006).
Etiologi
Beberapa hal yang dapat menyebabkan kebiasaan buruk menggigit bibir adalah
kemunduran mental, psikosis, gangguan karakter, sindrom genetik, dan neuropati sensori
congenital (Karacay dkk., 2006). Lip sucking dalam beberapa kasus merupakan suatu
aktivitas kompensasi yang timbul karena overjet berlebihan sehingga menimbulkan
kesulitan menutup bibir pada saat deglutisi (Singh, 2003).
Patofisiologi
Protrusif gigi anterior rahang atas dan retrusif gigi anterior rahang bawah disebabkan
karena dengan adanya bibir diantara gigi anterior rahang atas dan bawah maka gaya gigi
anterior rahang bawah diteruskan ke gigi anterior rahang atas dari arah lingual, sedangkan
gigi incisivus atas juga akan memberikan gaya ke gigi incisivus bawah dari arah labial
(Fukumitsu dkk., 2003; Gartika, 2008). Pasien dengan overjet yang besar memiliki
kesulitan penelanan akibat tidak adanya anterior lip seal. Hal ini disebabkan kondisi bibir
atas yang inkompeten, sehingga pasien terbiasa menempatkan bibir bawah di lingual gigi
anterior rahang atas untuk mendapatkan anterior lip seal. Hal itu menyebabkan muskulus
mentalis memanjang untuk menarik bibir bawah ke atas, sehingga terjadi hiperaktivitas
muskulus mentalis (Singh, 2003).
Akibat
1. Protrusif gigi anterior rahang atas
2. Retrusif gigi anterior rahang bawah
11
3. Peningkatan overjet
4. Diastemata anterior rahang atas
5. Crowding gigi anterior rahang bawah
6. Hiperaktivitas muskulus mentalis
7. Pendalaman sulkus mentolabialis
Dampak pada bibir yang dihisap diantaranya:
1. Vermilion border hipertrofi dan tampak berlebihan pada posisi istirahat/diam
2. Kemerahan di bagian bawah vermilion border
3. Bibir menjadi lembek/lunak
4. Kadang terdapat herpes kronis dengan area iritasi dan bibir pecah-pecah
Perawatan
1. Latihan bibir. Latihan bibir yang dapat dilakukan adalah memanjangkan bibir atas
melewati gigi incisivus dan menempatkan bibir bawah di atas bibir atas.
2. Memainkan alat musik tiup. Alat musik tiup dapat memperkuat otot-otot bibir dan
memberikan tekanan dengan arah yang benar.
3. Lip bumper. Alat ini digunakan untuk mendapatkan ruang pada lengkung untuk
mengkoreksi kondisi gigi berjejal
ringan hingga sedang pada
lengkung gigi, gigi molar rotasi,
mengontrol kehilangan
penjangkaran, memperbaiki
12
aktivitas otot-otot bibir, dan menghiangkan kebiasaan menghisap maupun
menggigit bibir. Kebiasaan menghisap bibir dicegah dengan labial shield pada alat
ini. Posisi bibir bawah akan terkoreksi setelah perawatan.
4. Metal Button. Metal button pada permukaan lingual dari gigi anterior rahang atas.
Button harus dipasang tanpa menggangu kontak oklusi dan pasien harus menjaga
oral hygiene dengan baik. Untuk pasien yang memiliki kebiasaan mengisap bibir
yang berat, button dipasan pada seluruh gigi anterior rahang atas. Tetapi jika
menggunakan alat ini, alat lain seperti oral screen, lingual arches with soldered
cribs, dan lip bumpers tidak dapat digunakan.
3. Tongue ThrustingTongue thrusting adalah suatu kondisi
lidah berkontak dengan gigi saat proses
menelan. Tulley (1969) mengatakan bahwa
keadaan tongue thrusting adalah gerakan
maju dari ujung lidah di antara gigi untuk
memenuhi bibir bawah selama menelan dan
berbicara. Tongue thrusting adalah pola oral
habits terkait dengan bertahannya pola
menelan yang salah selama masa kanak-kanak dan remaja, sehingga menghasilkan
gigitan terbuka dan penonjolan segmen gigi anterior.
13
Etiologi
Etiologi tongue thrust dapat dibagi ke dalam 4 jenis yaitu:
1. Genetik atau herediter
2. Learned behavior (habit atau kebiasaan)
3. Maturasional
4. Fungsional
Klasifikasi
1. Tipe fisiologis, meliputi bentuk normal pola menelan tongue thrust anak-anak
2. Tipe habitual, tongue thrust merupakan suatu kebiasaan yang dilakukan bahkan
setelah dilakukan koreksi maloklusi.
3. Fungsional, mekanisme tongue thrust merupakan perilaku adaptif untuk
membentuk oral seal.
4. Anatomis, individu dengan lidah besar atau terjadi perbesaran (enalrgement) dapat
memiliki postur lidah ke depan.
Akibat
1. Proklinasi pada gigi anterior
2. Anterior open bite
3. Bimaxilarry protrusti
4. Posterior open bite pada kasus lateral tongue thrusting
5. Posterior crossbite
Perawatan
Perawatan tongue thrust dapat dibagi ke dalam berbagai langkah:
14
a. Terapi Myofungsional: latihan menelan dan postur lidah yang benar. Pasien
diajarkan pola menelan normal dengan meminta pasien untuk menjaga ujung lidah
pada perbatasan palatum lunak dan keras. Berbagai latihan otot lidah dapat
membantu dalam untuk beradaptasi dengan pola menelan baru.
b. Pemakaian alat untuk memandu posisi lidah yang benar. Jika pasien sudah akrab
dengan posisi lidah baru, maka alat diberikan untuk melatih posisi lidah yang
benar. Tongue trainer dapat membantu dalam posisi yang benar lidah dengan
bantuan dari tongue tag. Tongue guard untuk mencegah memajukan lidah. Dapat
juga digunakan untuk meningkatkan kebiasaan mulut pernapasan.
c. Terapi mekanis. Baik alat cekat dan lepasan (cribs atau rakes) dapat dibuat untuk
menahan gerakan lidah ke anterior selama menelan dengan tujuan untuk melatih
bagian belakang lidah ke posisi superior posterior di rongga mulut. Peralatan ini
cenderung memaksa lidah ke bawah dan belakang selama menelan. Cribs
ditempatkan di palatal berfungsi sebagai dinding penghalang lidah selama
menyodorkan (thrusting). Alat ini juga mengkondisikan refleks dan memandu
posisi lidah sehingga dorsum lidah berada di palatal dan ujung lidah berada pada
rughae palatina selama proses menelan. Hasilnya adalah lidah akan menyebar ke
lateral dan tekanan pada daerah bukal maksila akan tersebar sehingga mencegah
penyempitan lengkung rahang.
Pemilihan Alat
1. Lingual arch yang disolder dengan taji yang pendek dan tajam dapat
diadaptasikan dengan baik, akan menjaga posisi lidah dengan benar saat
menelan
2. Oral screen untuk pasien kooperatif
3. Alat lepasan dengan tongue spur atau spikes dapat digunakan juga pada pasien
kooperatif
4. Crib cekat dapat dipakai bersamaan dengan alat korektif cekat.
15
4. Mouth BreathingChopra (1951) mendefinisikan mouth breathing sebagai kebiasaan bernapas melalui
mulut daripada hidung. Chacker (1961) mendefinisikan mouth breathing sebagai
perpanjangan atau kelanjutan terpaparnya jaringan mulut terhadap efek pengeringan dari
udara inspirasi. Sassouni (1971) mendefinisikannya sebagai kebiasaan bernapas melalui
mulut daripada hidung (Singh, 2007).
Etiologi
Mouth breathing dapat disebabkan secara fisiologis maupun kondisi anatomis, dapat
juga bersifat transisi ketika disebabkan karena obstruksi nasal. True mouth breathing
terjadi ketika kebiasaan tetap berlanjut ketika obstruksi telah dihilangkan (Kohli, 2010).
Klasifikasi
Beberapa tipe mouth breathing dalam tiga kategori menurut Finn (1962):
a. Tipe Obstruktif. Tipe ini adalah anak yang bernafas melalui mulut karena adanya
hambatan, seperti (a) rinitis alergi, (b) polip hidung, (c) deviasi atau
penyimpangan septum nasal, dan (d) pembesaran adenoid.
b. Tipe Habitual. Tipe habitual adalah anak yang terus menerus bernafas melalui
mulutnya karena kebiasaan, walupun obstruksi sudah dihilangkan.
c. Tipe Anatomis. Tipe anatomi merupakan anak yang mempunyai bibir atas yang
pendek atau lips incompetent sehingga tidak memungkinkan menutup bibir
dengan sempurna tanpa adanya tekanan.
16
Patofisiologi
Kebiasaan bernafas melalui mulut yang kronis mengakibatkan perubahan pada
pertumbuhan tulang rahang dan keseimbangan otot-otot wajah. Untuk mendapatkan suatu
oklusi yang baik, perlu dijaga keseimbangan dari ketiga otot yang disebut triangular force
conseps, yaitu otot lidah, pipi dan bibir. Apabila terjadi ketidakseimbangan dari ketiga
otot ini maka, akan terjadi maloklusi. Pada saat bernafas lewat mulut, bibir dalam
keadaan istirahat tidak bertemu. Bernafas lewat mulut memerlukan posisi postural yang
berubah dari mandibula. Mandibula diturunkan dan jarak interoklusal meningkat
berlebihan, kepala akan bertambah tinggi, posisi tulang hyoid semakin rendah, dan lidah
akan bertambah ke depan dan bawah. Posisi lidah yang ke depan mengakibatkan
lengkung mandibula lebih mendapat pelebaran ke arah lateral dibanding dengan lengkung
maksila yang menjadi sempit oleh karena pertumbuhannya tidak sempurna, sehingga
sebagian gigi posterior miring ke lingual.
Akibat
1. Maloklusi Klas II divisi 1. Anak yang bernafas melalui mulut memiliki bibir
pendek sehingga diperlukan usaha otot yang besar untuk mendapatkan penutupan
bibir, maka diperoleh penutupan lidah-bibir bawah dan ini terdapat hubungan Klas
II divisi 1. Akibat dorongan lidah ketika pasien mencoba membasahi bibir yang
kering mengakibatkan mahkota insicivus terdorong ke labial.
2. Anterior open bite. Mouth breathing dapat mengakibatkan open bite dengan
susunan gigi maksila yang sempit.
Penutupan bibir pada anak yang
bernafas melalui mulut yaitu
penutupan lidah-bibir bawah, di
mana ujung lidah berada pada incisal
insicivus mandibula yang mencegah
erupsi lebih lanjut dan menghalangi
perkembangan vertical dari segmen
insicivus tersebut. Hal ini yang menyebabkan anterior open bite pada anak yang
bernafas melalui mulut.
3. Maksila yang sempit dengan palatum tinggi. Perubahan pola pernapasan dapat
mengubah ekuilibrium tekanan pada rahang dan gigi dan mempengaruhi
17
pertumbuhan rahang dan posisi gigi. Lidah tergantung di antara lengkung maksila
dan mandibula menyebabkan konstriksi segmen bukal sehingga menyebabkan
bentuk v maksila dan palatum yang tinggi. Hal ini dikarenakan kurangnya
stimulasi muskulus yang normal dari lidah dan tekanan yang meningkat pada
kaninus dan area molar pertama akibat tegangnya muskulus orbicularis oris dan
bucinator, segmen bukal maksila tidak berkembang dan memberikan bentuk v
pada maksila dan palatum yang tinggi dan pasien biasanya mengalami cross bite
posterior.
Perawatan
Manajemen dilakukan terapi myofungsional, yaitu (1) setiap hari: pegang pensil
diantara kedua bibir, (2) malam hari: plester bibir atas dan bawah bersama-sama dengan
tape surgical (plester bedah), (3) pegang selembar kertas diantara bibir atas dan bawah (4)
meregangkan/melebarkan bibir atas untuk menjaga agar bibir menutup atau
merenggangkan dengan melengkungkan kebawah kearah dagu untuk pasien dengan
hipotonus bibir atas yang pendek. Manajemen dengan menggunakan alat dilakukan jika
anak masih melakukan kebiasaan oral ketika anak telah berumur 6 tahun/ ketika gigi
permanennya mulai erupsi.
Oral screen merupakan salah satu alat fungsional yang digunakan untuk mencegah
mouth breathing. Oral screen adalah alat untuk mengepaskan vestibulum yang akan
mengunci aliran udara melewati mulut dan langsung berkontraksi oleh bibir untuk
melawan beberapa gigi depan yang labioversi. Oral screen didesain untuk mengaktifkan
otot-otot bibir dan muka sehingga dapat menggerakkan gigi-gigi incisivus atas ke posisi
yang lebih baik dan meningkatkan fungsi bibir sebagai upaya untuk mengimbangi gaya
dari lidah yang melawan gigi-gigi. Oral screen dapat digunakan untuk meretraksi bibir,
mengoreksi labioversi ringan pada gigi depan rahang atas, membantu retrain dan
memperkuat gerakan bibir.
5. BruxismBruxism adalah istilah yang digunakan untuk mengindikasikan kontak nonfungsional
gigi yang meliputi clenching, grinding, dan tapping dari gigi dapat terjadi selama siang
hari atau malam hari dan berlangsung secara sadar dan tidak sadar. terjadi dalam kondisi
sadar dengan adanya ketidaknormalan fungsi pada otak. Bruxism dapat menyebabkan
18
beberapa komplikasi dental, oral, maupun fasial. Kondisi ini sering merupakan sumber
sakit kepala, kerusakan gigi yang membutuhkan perawatan restoratif, penyebab
kegagalan implan, dan bahkan rasa sakit pada leher dan TMJ.
Etiologi
1. Faktor lokal, suatu gangguan oklusal ringan, usaha yang dilakukan pasien tanpa
sadar untuk memperbanyak jumlah gigi yang berkontak atau reaksi atas adanya
iritasi local
2. Faktor sistemik, gangguan gastrointestinal, defisiensi nutrisi dan alergi atau
gangguan endokrin telah dilaporkan menjadi salah satu faktor penyebab
3. Faktor psikologis, tekanan emosi yang tidak dapat di tunjukan oleh pasien seperti
rasa takut, marah, dan penolakan, perasaan tersebut disembunyikan dan secara
tidak sepenuhnya sadar diekspresikan melalui berbagai cara seperti
menggeretakkan gigi
4. Faktor pekerjaan, seperti para pembuat arloji, orang-orang yang suka mengunyah
permen karet, tembakau atau benda-benda lain seperti pensil atau tusuk gigi.
Patofisiologi
Bruxism yang terjadi pada saat masa kanak-
kanak akan menyebabkan erupsi yang tidak
sempurna pada gigi posterior dan juga
menyebabkan menurunnya petumbuhan vertikal
dari maksila posterior, selain itu berakibat atrisi
pada gigi anterior yang akan menyebabkan
turunnya dimensi vertical sehingga
bermanifestasi pada deep overbite gigi anterior.
Bruxism akan mengahasilkan erupsi yang tidak
komplit pada gigi posterior sehingga menurunkan
petumbuhan vertical dari maksila posterior dan
proses pembentukan alveolar mandibula yang
menghasilkan kenaikan overbite anterior. Gigi
yang terkikis pada penderita bruxism
menyebabkan pengurangan jarak antara rahang atas dan rahang bawah, sehingga
19
mengurangi dimensi vertical. Penurunan dimensi vertikal bermanifestasi pada deep-
overbite pada gigi anterior.
20
Perawatan
Berdasarkan Singh (2007) dan Rosenthal (2007) penatalaksanaan bruxism dapat
dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu:
a. Obat seperti vapocoolant (etil klorid) untuk nyeri pada TMJ, injeksi
anestesi lokal pada area TMJ untuk menganastesi otot-otonya,dan obat
penenang serta obat pengurang ketegangan otot.
b. Occlusal adjusment untuk mengoreksi rahang ke keadaan relaks selama
pergerakan fisiologis. Dapat pula disertai dengan bite plane.
c. Restorasi dimensi vertikal yang hilang dengan mahkota tuang/ mahkota
stainless steel
d. Bite plane/occlusal splint/bite guards merupakan pembimbing bidang
oklusal,biasanya terbuat dari resin akrilik dan didesain menutupi seluruh
permukaan aklusal dan insisal gigi.
21
2. Maloklusi Terdapat berbagai macam klasifikasi maloklusi yaitu klasifikasi Angle, Achkerman
dan Profit, klasifikasi Deway modifikasi Angle, klasifikasi Lischer modifikasi Angle.
1. Klasifikasi Angle Angle mendasarkan klasifikasinya atas asumsi bahwa gigi molar pertama hampir
tidak pernah berubah posisinya. Klasifikasi Angle merupakan klasifikasi yang paling
banyak digunakan dalam penentuan maloklusi. Angle menggambarkan tujuh
malposisi individu gigi yaitu bukal atau labial, lingual, mesial, distal, rotasi,
infraposisi, supraposisi. Malposisi gigi ini dapat digunakan untuk menggambarkan
maloklusi secara lebih lengkap.
Klasifikasi maloklusi Angle :
Maloklusi Kelas I
Relasi lengkung anteroposterior yang normal dilihat dari relasi molar pertama
permanen meskipun mesiobukal cusp molar pertama permanen atas berada pada
bucal groove molar pertama permanen mandibula. Maloklusi kelas I dapat disertai
dengan openbite, protrusi bimaksila dan kelainan yang paling banyak adalah
disertai dengan crowded, sedangkan diastema multiple yang menyeluruh jarang
dijumpai.
Gambar 1. Oklusi normal
Maloklusi Kelas II
Relasi posterior dari mandibula terhadap maksila. Mesiobukal cusp molar
pertama permanen atas berada lebih mesial dari bucal groove gigi molar pertama
permanen mandibula. Karakteristik maloklusi kelas II adalah protrusive gigi
22
anterior atas dengan overjet yang besar dan kadang disertai retroklinasi gigi
insisivus.
Divisi I :Insisivus gigi rahang atas letakya labioversio (protrusi bilateral)
Subdivisi :Insisivus rahang atas letaknya labioversio (protrusi unilateral)
Menurut Moyers yang dikutip oleh Karin dan Yuniar pada penderita maloklusi
kelas II divisi I biasanya ditandai dengan profil muka yang konveks, overjet, yang
besar dan kadang-kadang disertai dengan deep bite. Pada keadaan demikian,
tekanan otot-otot muka tidak normal, sehingga sering dijumpai sulcus mentolabial
yang dalam atau disebut lip trap.
Selain itu menurut Staley maloklusi kelas II divisi I digambarkan dengan
maksila yang sempit, gigi insisivus atas yang terlihat lebih panjang dan protrusiv,
fungsi bibir yang tidak normal dan kadang-kadang dijumpai beberapa obstruksi
nasal serta bernafas melalui mulut.
Gambar 2. Maloklsi kelas II
Divisi II : insisivus sentral rahang atas letakya palatoversi.
Maloklusi Kelas III
Relasi anterior dari mandibula terhadap maksila. mesiobukal cusp molar
pertama permanen atas berada lebih distal dari bukal groove gigi molar pertama
permanen mandibula.
Gambar 3.Maloklusi kelas III
23
Klasifiksi Angle memiliki kekurangan. Beberapa kekurangan klasifikasi
Angle sebagai berikut : Klasifikasi Angle didasarkan atas relasi molar pertama
permanen. Bila molar pertama permanen bergeser karena prematur ekstraksi
molar sulung, maka relasi molar yang ada bukan relasi molar yang sebenarnya
sebelum terjadi pergeseran. Bila molar pertama permanen telah dicabut berarti
tidak ada relasi molar.
Bila terjadi pergeseran molar pertama permanen ke mesial maka perlu
dibayangkan letak molar pertama permanen sebelum terjadi pergeseran, baru
ditetapkan klasifikasinya, demikian juga jika molar permanen telah dicabut.
Ada kemungkinan relasi molar permanen kanan tidak sama dengan relasi
molar pertama permanen kiri. Angle memperbolehkan hal ini dan disebut
subdivisi pada kelas II dan kelas III. Angle berpendapat letak molar pertama
permanen tetap stabil dalam perkembangan pada rahag sehingga dengan melihat
relasi molar dapat juga dil;ihat relasi rahang.Hal ini tidak selamanya benar karena
letak gigi dalam perkembangannya tidak sama dengan letak rahang.
Dari kekurangan klasifikasi Angle maka beberapa penyempurnaan
klasifikasi dilakukan yaitu: Ackerman dan Profit yang dikutip oleh Bisara
meresmikan sistem tambahan informal pada metode Angle dengan
mengidentifikasi karakteristik utama dari maloklusi untuk digambarkan secara
sistematis pada klasifikasi Pendekatan tersebut menutupi kelemahan utama
skema Angle.
Menurut Ackerman dan Profit yang dikutip oleh Binasa membagi maloklusi
dalami 9 kategori antara lain:
1. Alignment (spacing,crowding)
2. Profil (convex, straight, concave)
3. Deviasi sagital (crossbite)
4. Deviasi vertikal (Kelas Angle)
5. Deviasi vertical (deep bite dan open bite)
6. Deviasi transsagital (kombinasi crossbite dan kelas Angle)
7. Sagitovertikal( kombinasi Angle dan deep over bite atau open bite)
8. Deviasi vertikotransver (kombinasi deep over bite atau open bite dengan
crossbite)
9. Deviasi transsagitovertikal
24
2. Klasifikasi Deway Modifikasi Angle Klasifikasi dewey yang dikutip oleh Dewanto, yaitu modifikasi dari Angle kelas I
dan kelas III.
Modifikasi Angle’s kelas I.
Maloklusi Klas 1: relasi lengkung anteroposterior normal dilihat dari relasi molar
pertama permanen (netroklusi)
Tipe 1 : kelas I dengan gigi anterior letaknya berdesakan atau crowded atau
gigi C ektostem.
Tipe 2 : kelas I dengan gigi anterior letaknya labioversi atau protrusi
Tipe 3 : kelas I dengan gigi anterior palatoversi sehingga terjadi gigitan
terbalik ( anterior crossbite).
Tipe 4 : kelas I dengan gigi posterior yang crossbite.
Tipe 5 : kelas I dimana terjadi pegeseran gigi molar permanen ke arah mesial
akibat premtur ekstraksi.
Modifikasi Angle’s kelas III.14
1. Tipe 1 : oklusi di anterior terjadi edge to edge.
2. Tipe 2 : insisivus mandibula crowding akibat insisivus maksila yang
terletak ke arah lingual.
3. Tipe 3 : Lengkung maksila kurang berkembang, gigi insisivus crowding
sedangkan lengkung mandibula berkembang normal.
3. Klasifikasi Lischer Modivikasi Angle Menurut Lischer yang dikutip oleh Dewanto, ia menyarankan penggunaan istilah
“neutroklusi” sebagai istilah bagi kelas I Angle, “distoklusi” untuk menjelskan kelas II
Angle dan “mesiokusi” untk menjelaskan kelas III Angle. Selanjutnya ia menyarankan
akhiran ”versi” pada sebuah kata untuk mengindikasikan penyimpangan dari posisi
normal yaitu mesioversi, distoversi, lingouversi, labioversi, infraversi, supraversi,
torsiversi, transversi.
25
B. Konsep Mapping
26
Tongue thrusting
Bernafas lewat mulut
Maloklusi
Lip sucking
Bruxism
Macam
Mouth Breathing
Perawatan
Thumb sucking
Bad habit
Etiologi
Pembesaran kelenjar adenoid
BAB III KESIMPULAN
Habit adalah kecenderungan tentang tindakan berulang kali dilakukan, relatif tetap, konsisten
dan mudah dilakukan oleh individu (Iyyer, 2006). Bad habit untuk rongga mulut terdapat
banyak jenis, yaitu thumb sucking, mouth breathing, tongue thrusting, lip sucking, bruxism,
dll. Penyebab dari bad habit tersebut bermacam-macam, mulai dari faktor psikologis, faktor
sosial ekonimi, ataupun faktor anatomis dari rongga mulut itu sendiri. Apabila bad habit tidak
segera ditangani maka akan menimbulkan beberapa kelainan oklusi ataupun kelainan rongga
mulut yang lain. Perawatan untuk bad habit dapat dilalui dalam beberapa cara, mulai dari
terapi myofungsional untuk menghilangkan bad habitnya sampai memperbaiki kelainan
oklusi.
27
DAFTAR PUSTAKAMoyers RE, 1988, Handbook of Orthodontics, 4th Ed., Chicago: Year Book Medical Publishers Inc.
Singh G. 2007. Textbook of Orthodontics. 2nd ed. Jaypee Brothers Medical Puliblisher (P) Ltd.: India. p. 581-2.
Gartika M. 2008. The Effect of Oral Habit in the Oral Cavity of Children and Its Treatment. Padjajaran Journal of Dentistry. 20(2): 123-129.
Bishara SE, 2001, Textbook of Orthodontics, Philadelphia: Saunders Company.
28