36
LAPORAN LBM 1 MANAGEMENT DENTAL FOR CHILD SGD 1 Addina Aimana Sabila Agustia Fardeli Akhmad Zaida Gresfullah Anfa Nihlatul Firdausy Muqsitha Fitri Nugrahani Nurhidayati Saputri Hasmy Raisa Rosi Rizqi Wahyu Lestari Suwarto Sofiana Farida Wilda Noor Izzati Muslim FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

Laporan Sgd 1 Lbm 1 Blok 16

Embed Size (px)

DESCRIPTION

fkg

Citation preview

Page 1: Laporan Sgd 1 Lbm 1 Blok 16

LAPORAN LBM 1MANAGEMENT DENTAL FOR CHILD

SGD 1

Addina Aimana Sabila

Agustia Fardeli

Akhmad Zaida Gresfullah

Anfa Nihlatul Firdausy

Muqsitha Fitri Nugrahani

Nurhidayati Saputri Hasmy

Raisa Rosi

Rizqi Wahyu Lestari Suwarto

Sofiana Farida

Wilda Noor Izzati Muslim

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

2015/2016

Page 2: Laporan Sgd 1 Lbm 1 Blok 16

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.,

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-

Nya kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan laporan hasil SGD 1 “ Managemen dental

for child ”. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas SGD yang telah dilaksanakan.

  Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah

membantu kami dalam mengerjakan laporan ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada

teman-teman mahasiswa yang juga sudah bersusah payah membantu baik langsung maupun

tidak langsung dalam pembuatan laporan ini.

Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan laporan ini masih jauh dari

kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah berupaya

dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik

dan oleh karenanya, tim penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima

masukan,saran dan usul guna penyempurnaan laporan ini ini. Kami berharap semoga laporan ini

dapat berguna bagi kita bersama.

 Wassalamualaikum Wr. Wb.

Semarang, 17 Oktober 2015

Penyusun

Page 3: Laporan Sgd 1 Lbm 1 Blok 16

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Skenario Kasus

1.2 Tujuan

1.3 Rumusan Masalah

BAB II PEMBAHASAN

BAB III PETA KONSEP

BAB IV PENUTUP

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Laporan Sgd 1 Lbm 1 Blok 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Skenario Kasus

a. JUDUL : kunjungan pertama anak ke dokter gigi Sekenario Seorang anak Dara umur 6 tahun diajak ibunya untuk memeriksakan gigi. An. Dara datang dengan berani karena disambut oleh dental team dengan ramah, tetapi saat dipersilahkan duduk di dental unit kelihatan ragu ragu. Melihat tingkah laku dara tersebut dokter gigi pipit melakukan berbagai upaya pendekatan non pharmakologis behaviour, tetapi tetep sukar meyakinkan Dara. Akhirnya dokter pipit mencoba dengan mengenakan instrumen sederhana yang akan digunakan pada saat perawatan, ternyata dara mulai bisa membuka mulut.

1.2 Tujuan

Tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana cara manegemen perawatan dan tata

laksama pada anak dan mengetahui peran dental team.

1.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara dokter gigi dalam menangani anak saat kunjungan pertama ?

2. Bagaimana teknik komunikasi dokter gigi terhadap anak ?

3. Apa saja tingkah laku anak dari psikologinya ?

4. Bagaimana upaya untuk mengatasi anak dalam keragu raguan, kritis, takut, hiperaktif,

tempramen ?

5. Hal apa yang menyebabkan anak takut ke dokter gigi?

6. Bagaimana Peranan orang tua terhadap kunjungan ke dokter gigi ?

7. Bagaimana dokter gigi memberikan edukasi pada orang tua anak, agar anak termotivasi

pergi ke doketer gigi?

8. Bagaimana teknik pendekatan dalam pengendalian tingkah laku ank selama perawatan ?

9. Tujuan dari pendekatan non farmakologi behavior?

10. Bagaimana penanganan ank berdasarkan usianya ?

Page 5: Laporan Sgd 1 Lbm 1 Blok 16

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tehnik Managemen Anak Saat Kunjungan Pertama

1. Komunikasi yang baik pada anak :

a. Menciptakan komunikasiYakni mengikutsertakan anak dalam percakapan, diperlukan selain agar dokter

gigi dapat memahami pasien, juga sekaligus membuat anak jadi lebih rileks. Banyak cara untuk menciptakan komunikasi verbal, dan keefektivan dari komunikasi ini tergantung dari usia anak. Tahap awal yang sangat baik untuk memulainya ialah dengan memberikan komentar-komentar yang bersifat pujian dan diikuti dengan pertanyaan-pertanyaan yang merangsang timbulnya jawaban dari anak, selain kata “ya” atau “tidak”.

b. Melalui KomunikatorBiasanya, asisten dental yang berbicara dengan anak selama perjalanan pasien

dari ruang resepsionis sampai ke ruang operator dan juga selama proses preparasi di dental unit.

c. Kejelasan pasienKomunikasi ialah sesuatu yang kompleks dan multisensoris. Didalamnya

mencakup penyampai pesan (dokter gigi), media (kata-kata yang diucapkan), dan penerima pesan (pasien). Pesan yang disampaikan harus dapat dimengerti dengan satu pemikiran yang sama antara penyampai pesan dan penerima pesan. Sangat sering digunakan eufimisme (pengganti kata) untuk lebih dimengerti dalam menjelaskan prosedur terhadap pasien muda.Berikut contohnya:Terminologi dental kata ganti :

- alginate : puding- crown : gigi robot- bur : sikat kecil- radiograf : gambar gigi- anestesi : obat penidur untuk gigi- karies : kutu / cacing pada gigi

d. Kontrol suaraDokter gigi sebaiknya mengeluarkan kata-kata yang tegas tetapi lembut, agar

dapat menarik perhatian anak atan memberhentikan si anak dari segala aktivitas yang sedang dikerjakannya.

e. Komunikasi multisensori

Page 6: Laporan Sgd 1 Lbm 1 Blok 16

Komunikasi verbal fokus pada apa yang diucapkan dan bagaimana kata-kata itu diucapkan. Komunikasi non-verbal juga dapat disampaikan melalui kontak tubuh. Contohnya, dokter gigi meletakkan tangannya pada pundak anak saat duduk di dental chair agar merasakan kehangatan dan lebih merasa bersahabat. Kontak mata juga penting. Dokter gigi sebaiknya menatap anak dengan tatapan lembut dan tidak melotot.

f. Masalah kepemilikanPada suatu masa, adakalanya dokter gigi lupa dengan siapa dia berhadapan.

Mereka memanggil “kamu” kepada anak tersebut. Panggillan si anak dengan panggilan di rumahnya karena kata “kamu” lebih mengimplikasikan bahwa anak tersebut salah.

g. Aktif mendengarkanMendengarkan juga penting dalam merawat anak. Aktif mendengarkan ialah

tahap kedua terbaik yang diungkapkan Wepman dan Sonnenberg dalam teknik berkomunikasi. Sehingga pasien terstimulasi untuk mengungkapkan apa yang dirasakannya.

h. Respon yang tepatDokter gigi juga harus memberikan respon yang positif terhadap apa-apa yang

diungkapkan anak.

i. komunikasi verbal dan non verbalMemberikan dukungan verbal dan meyakinkan pasien merupakan strategi yang

sering dilakukan. Pendekatan ini harus diadopsi oleh seluruh tim pada saat berinteraksi dengan pasien (Hmud & Walsh, 2009). Banyak cara untuk memulai komunikasi secara verbal, misalnya untuk anak kecil dapat ditanyakan tentang pakaian baru, kakak adik, benda atau binatang kesayangannya, sedangkan anak besar ditanyakan tentang sekolah, aktifitas, olah raga atau teman sebaya (Finn, 1973)

j. bimbingan kerjasamaModel komunikasi bimbingan kerjasama antara dokter gigi dan pasien merupakan

strategi yang baik. Pada perawatan ini diharapkan pasien dapat mematuhi dokter gigi dan anak dapat bersifat kooperatif selama perawatan. Perubahan nada dan volume suara dapat digunakan untuk mengubah perilaku dan mengkomunikasikan perasaan kepada anak (karolina, 2008)

Contoh komunikasi dengan bimbingan kerjasama yang dapat dilakukan oleh dokter gigi antara lain:

“buka sedikit lebih lebar mulutnya, anak manis” “apakah engkau siap untuk dimulai sekarang, maukah manis?” “sayang, saya suka caramu membuat mulutmu tetap terbuka lebar”

Page 7: Laporan Sgd 1 Lbm 1 Blok 16

2. ModellingModelling merupakan prinsip psikolgis yaitu belajar dari pengamatan model. Anak

diajak mengamati anak lain sebayanya yang sedang dirawat giginya yang berperilaku kooperatif, baik secara langsung atau melalui film dan video demonstrasi tentang perawatan gigi. Pengamatan terhadap model yang diamati dapat memberikan pengaruh positif terhadap perilaku anak. Teknik ini sangat memberikan efek pada anak-anak yang berumur 3-5 tahun dan sangat baik digunakan pada saat kunjungan pertama anak ke dokter gigi.

3. Tell Show Do (TSD)Addelston memperkenalkan konsep Tell Show Do (TSD) sebagai prosedur pengelolaan

atau manajemen perilaku untuk merawat gigi anak dan cara ini sangat sederhana dan cukup efektif.

Tell : artinya mengatakan kepada anak dengan bahasa yang bisa dimengerti oleh anak tersebut. Tentang apa yang akan dilakukan. Dalam hal ini dijelaskan juga alat-alat yang mungkin akan digunakan. Setiap kali anak akan menunjukkan hal yang positif diberikan penghargaan.

Show :artinya enunjukkan objek sesuai dengan yang diterangkan sebelumnya tanpamenimbulkan rasa takut. Dalam hal ini dapat dipergunakan modelgigi,menunjukkan alat yang akan dipergunakan misalnya bur dan kalau perlu dipegangpasien.

Do : yaitu tahap akhir yang dilakukan jika tahap show telah dapat diterima olehanak. Pada tahap doanak didiberikan perlakuan sesuai dengan apa yang telah diceritakan maupun ditunjukkan.

Pada waktu melakukan TSD harus sesuai dengan yang diceritakan atau ditunjukkan, jadi jangan sampai anak merasa dibohongi. Pendekatan dengan cara TSD dapat dilakukan bersama-sama dengan cara modeling. Cara pendekatan dengan TSD dapat diterapkan untuk semua jenis perawatan pada anak kecuali melakukan suntikan.

a. TujuanUntuk memungkinkan anak untuk mempelajari dan memahami prosedur perawatan gigi dengan cara yang meminimalkan kecemasan. Digunakan dengan imbalan, secara bertahap membentuk perilaku anak terhadap penerimaan prosedur invasif lebih.

b. IndikasiBisa digunakan dengan semua pasien. Dapat digunakan untukberurusan dengan yang sudah ada kecemasan dan ketakutan, atau dengan pasienmenghadapi kedokteran gigi untuk pertama kalinya.

4. Hand Over Mouth Exercise (HOME)Hand Over Mouth Exercise(HOME) adalah suatu teknik manajemen perilaku

digunakan pada kasus yang selektif misalnya pada anak yang agresif dan histeris yang

Page 8: Laporan Sgd 1 Lbm 1 Blok 16

tidak dapat ditangani secara langsung. Teknik ini juga sering digunakan bersama teknik sedasi inhalasi.Tujuannya ialah untuk mendapatkan perhatian dari anak sehingga komunikasi dapat dijalin dan diperoleh kerjasama dalam melakukan perawatan yang aman. Teknik ini hanya digunakan sebagai upaya terakhir dan tidak boleh digunakan secara rutin.31

5. DistraksiTeknik distraksi adalah suatu proses pengalihan dari fokus atau perhatian pada nyeri ke

stimulus yang lain. Distraksi digunakan untuk memusatkan perhatian anak agar menghiraukan rasa nyeri. Beberapa teknik distraksi yang dikenal dalam pendekatan pada anak antara lain distraksi visual seperti melihat gambar di buku, bermain video games, distraksi pendengaran dengan mendengarkan musik atau bercerita juga sangat efektif. Dokter gigi yang berbicara selagi mengaplikan pasta topical ataupun anastesi local juga menggunakan distraksi verbal.

6. DesensitasiDesensitasi tradisional digunakan untuk anak yang gelisah, takut, ataupun fobia pada

perawatan gigi. Prinsip ini dapat dengan mudah di gunakan dan di manfaatkan oleh dokter gigi anak dengan semua pasien, yang meana pasien memiliki riwayat buruk pada perawatan dokter gigi.

a. TujuanUntukmembantu anakmengatasikecemasan pada perawatan gigi dan untuk memberikan serangkaian pengalaman mengatasi kecemasan anak pada perawatan gigi. Bisa di lakukan dengan : latih pasienserileks mungkin jangan membuat perilaku yang menakut - nakuti pasien mengatur waktu dan lama perwatan : karena lama perawatan akan mempengaruhi

perilaku anak dan di jadwalkan dengan baik kapan pasien akan masuk ke ruang perawatan

mengalihkan perhatian : berguna untuk mengurangi rasa takut bosan dan memberikan kesempatan dalam memberikan prosedur perawatan

hipnotis : bisa di berikan pada pasien yang kooperatif dimana akan mempengaruhi dari pikiran pasien agar mengubah fikiran buruk soal perawatan menjadi fikiran positif

modifikasi tingkah laku : mengukuhkan tingkah laku anak di berikan senyum penghargaan dan perilaku yang baik dari dokter

kehadiran orang tua di dalam ruangan : memberikan rasa aman dan mengurangi rasa aman karena anak biasanya lebih percaya dan merasa aman terhadap keluarganya

Indikasi :Bisa digunakan dengan semua pasien anak.

7. Pengaturan Suara (Voice Control)Nada suara dapat juga digunakan untuk mengubah perilaku anak.Perubahan nada dan

volume suara dapat digunakan untuk mengkomunikasikan perasaan kepada anak.Perintah yang tiba-tiba dan tegas dapat mengejutkan dan menarik perhatian anak dengan cepat. Dengan adanya perhatian anak yang diperoleh melalui intonasi tersebut, dokter gigi dapat

Page 9: Laporan Sgd 1 Lbm 1 Blok 16

melanjutkan komunikasinya atau untuk menghentikan apa yang sudah dilakukan oleh anak. Tujuannya untuk mengontrol perilaku mengganggu dan untuk mendapatkan perhatian anak. Teknik ini dapat digunakan dengan semua pasien.

8. ReinforcementMerupakan tindakan untuk menghargai prestasi yang telah dicapai, agar prestasi

tersebut diulang. Pada umumnya anak akan senang jika prestasi yang telahditunjukkan dihargai dan diberi hadiah. Hal ini dapat meningkatkan keberaniananak dan dipertahankan untuk perawatan dikemudian hari. Reinforcementmempunyai keuntungan karena dokter gigi secara langsung dapat mengontrol pemberian hadiah yang akan diberikan dipraktek untuk meningkatkan frekwensi tingkah laku yang diinginkan.

9. Negatif range formens Adalah teguran yang di kalukan dengan tujuan menjelaskan apa yang tidak boleh di

kaukan di lakukan dikter gig dengan baik dengan caraa yang halus dan membuat anak mengerti apa yang dokter gigi dengan baik tanpa membua anak merasa tertekan dan merasa takut di laukan dengan baik dan perlahan.

10. Fisikal rist range by the dentis Tehnik ini di gunakan dengan cara menahan tangan anak dengan kasih sayang agar

anak tidak melakukan gerakan yang tidak di inginkan karena setiap anak terkadang sering melakukan gerakan yang tidak di inginkan oleh dokter, tampa terkendali dan secara reflek dan hal ini harus di kendalikan dengan baik oleh seorang dokter gig.

11. Physical restraint by the assistant

Pengekangan fisik yang dilakukan oleh asisten dokter gigi yaitu dengan menahan pergerakan anak dengan menahan tangan anak, menstabilkan kepala, dan mengontrol pergerakan kaki. Sama halnya dengan physical restraint by the dentist , teknik ini juga termasuk salah satu teknik yang kontroversial

2.2 Metode pengelolaan tingkah laku secara farmakologi

1. Sedasi (SED)Sedasi merupakan penanganan tingkah laku secara farmakologi.Sedasi dapat diberikan melalui oral, intravena, intramuskular, dan inhalasi. Pasien yang diberikan sedasi, kesadarannya masih ada dan refleksnya normal termasuk refleks batuk.1,2

Obat yang digunakan untuk menenangkan anak yang tidak merespon teknik pengelolaan tingkah laku lain atau tidak dapat memahami prosedur gigi. Seringkali, obat ini diberikan secara oral.

a. Memfasilitasi perawatan yang berkualitasb. Meminimalisasi tingkah laku buruk yang ekstrimc. Meningkatkan respon fisiologis positif terhadap perawatand. Meningkatkan kenyamanan dan keamanan pasiene. Mengembalikan pasien ke kondisi fisiologis yang aman

Page 10: Laporan Sgd 1 Lbm 1 Blok 16

Syarat penggunaan sedasi:a. Operator harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai agen yang akan digunakan

dan telah terlatih secara formal untuk mengadmisitrasikan agen tersebut.b. Penggunaan sedatif harus direncanakan dengan matang dan didokumentasikan jenis agen,

ital pasien, efek samping. Keputusan untuk menggunakan harus berdasarkan analisis terhadap profil tingkah laku pasien, asal dan tingkat perawatan, perbandingan risk vs benefit terhadap status fisik pasien, kemampuan ekonomi dan kemampuan keluarga untuk memenuhi tuntutan perawatan yang luas.

c. Pasien harus dievaluasi dengan hati-hati dari waktu onset agen sampai pulih kembali untuk memastikan bahwa tidak ada kondisi yang dapat mengubah respon yang diharapkan terhadap agen sedatif yang dapat membahayakan pasien.

d. Harus ada informed consent yang ditandatangani oleh orang tua/wali.e. Fasilitas klinik harus cukup nyaman dan lengkap untuk menangani kondisi gawat darurat

yang mungkin muncul.

2. Local Anasthesia (Anatesi lokal)Anastesi lokal, diberikan untuk menghilangkan rasa sakit pada perawatan. Anastesi local secara topikal, injeksi secara perlahan dapat membuat anak tidak lagi merasa sakit sehingga anak dapat bekerja sama dengan baik.7

3. General Anasthesia General anesthesia digunakan sebagai suatu jalan terakhir dalam memberikan perawatan gigi dan mulut. Hal ini dilakukan apabila anak memerlukan perawatan sesegera mungkin namun memiliki trauma emosional pada perawatan dental. Biasanya juga dilakukan pada anak yang sudah ada pembengkakan, cellulitis yang sudah parah, dan anak dalam keadaan sakit

2.3 psikologi anak ( tingkah laku anak )

1. Klasifikasi perilaku anak menurut Wright MenurutWright, perilaku anaksecara umum dapatdiklasifikasikan menjadi tiga kategori yakni

a. Kooperatif(Cooperative) Sikap kooperatif ini ditunjukkan dengan sikap anak yang cukup tenang, memiliki rasa takut yang minimal, dan antusias terhadap perawatan gigi dan mulut yang diberikan. Anak dengan sikap kooperatif memudahkan dokter gigi dalam melakukan perawatan dan pendekatan yang dapat dilakukan, yakni dengan menggunakan teknik tell show do (TSD). b. Tidak mampu kooperatif (Lacking in cooperative ability) Kategori ini terdapat pada anak-anak yang masih sangat muda misalnya anak usia dibawah 3 tahun dengan kemampuan komunikasi yang terbatas dan pemahaman yang kurang mengenai perawatan yang akan dilakukan. Kelompok lain yang termasuk dalam kategori tidak mampu kooperatif adalah mereka dengan keterbatasan fisik maupun mental. Oleh

Page 11: Laporan Sgd 1 Lbm 1 Blok 16

karena itu, anak dengan kondisi seperti ini membutuhkan teknik manajemen perilaku yang khusus, misalnya dengan menggunakan premedikasi maupun anastesi umum.

c. Berpotensikooperatif(Potentially cooperative) Kategori perilaku ini berbeda dengan tidak mampu kooperatif.Karena anak dalam kategori

ini memiliki kapabilitas untuk menjadi kooperatif.Sehingga diperlukan kompetensi dokter

gigi yang mampu melakukan manajemen perilaku dalam mengembangkan potensi

kooperatif menjadi kooperatif.

2. Klasifikasi perilaku anak menurut Frankl Salah satu sistem klasifikasi perilaku anak dalam perawatan gigidiperkenalkan oleh Frankl dikenal sebagai skala yang disebut : “FranklBehavioral Rating Scale”.Frankl mengklasifikasikanperilaku anak menjadi empatkelompok sesuai dengansikapanak dan kerjasama pada perawatan gigi dan mulut,yakni:

a. Jelas negatif (--) Anak menolak perawatan gigi yang akan dilakukan. Penolakan ini ditunjukkan dengan cara menangis keras, penuh rasa takut, mengisolasi diri, anak bersikap menentang dan tidak mau mendengar apapun yang dikatakan oleh dokter gigi.

b. Negatif (-) Anak enggan menerima perawatan, bersikap tidak kooperatif, menunjukkan beberapa perilaku negatif, tetapi tidak diucapkan misalnya cemberut atau menyendiri.

c. Positif (+) Anak mau menerima perawatan tetapi selalu bersikap hati-hati, bersedia untuk menuruti dokter giginya dengan mengajukan syarat tetapi si anak tersebut tetap mengikuti arahan dokter giginya secara kooperatif.

d. Jelas positif (++) Anak menjalin hubungan yang baik dengan dokter gigi, anak tertarik dengan prosedur perawatan gigi, anak juga merasa senang, menikmati prosedur perawatan gigi, menunjukkan kontak verbal yang baik, dan banyak bertanya.

3. Klasifikasi perilaku anak menurut White Pada dasarnya pembagian perilaku yang diajukan oleh White merupakan penjelasan atas dua klasifikasi perilaku sebelumnya, khususnya penjelasan atas klasifikasi potensial kooperatif yang masih belum jelas. Klasifikasi perilaku anak terhadapat perawatan gigi dan mulut menurut White, yaitu:

1. Perilaku kooperatif (Cooperative patient)

Page 12: Laporan Sgd 1 Lbm 1 Blok 16

Perilaku kooperatif merupakan kunci keberhasilan dokter gigi dalam melakukan perawatan gigi dan mulut.Anak dapat dirawat dengan baik jika dia menunjukkan sikap positif terhadap perawatan yang dilakukan.Kebanyakan pasien gigi anak menunjukkan sikap kooperatif dalam kunjungannya ke dokter gigi. Tanda-tanda pasien anak dan remaja yang tergolong kooperatif adalah:

a. Tampak rileks dan menikmati kunjungan sejak di ruang tunggu

b. Mengikuti semua instruksi yang disampaikan dengan rileks

c. Memahami sendiri semua perintah

d. Terlihat antusias terhadap perawatan yang akan dilakukan

e. Penanganan dalam klinik biasanya cukup dengan teknik tell show do (TSD)

f. Adanya hubungan antara dokter

2. Perilaku tidak mampu kooperatif (Inability to cooperative patient) Ada dua kelompok pasien yang termasuk dalam kelompok perilaku tidak mampu kooperatif, yakni:

a. Anak yang berumur di bawah 3 tahun yang masih sangat bergantung kepada ibunya.

b. Pasien anak atau remaja yang handicapped, baik retardasi mental maupun keterbatasan fisik/cacat. Kedua kelompok pasien ini pada dasarnya adalah ketidak mampuan untuk berkomunikasi dan untuk memahami segala instruksi.Hal ini sangat menyulitkan dokter gigi dalam melakukan perawatan.Pasien anak dengan kategori tidak mampu kooperatif dapat ditangani dengan premedikasi dan menggunakan anastesi umum.

3. Perilaku histeris (Out of control patient) Ada beberapa karakteristik pada pasien anak yang tergolong dalam perilaku histeris, yakni: a. Pasien umumnya berumur 3-6 tahun dan merupakan kunjungan pertama

b. Tangisan yang keras, memekik, dan marah

c. Merengek dan mudah marah

d. Memiliki tingkat kecemasan dan ketakutan yang tinggi

Perilaku jenis ini dapat ditangani dengan mengevaluasi pasien sebelum melakukan perawatan dan melakukan pendekatan kepada anak secara lembut disertai pemberian penjelasan mengenai prosedur perawatan untuk mengurangi tingkat kecemasannya.

Page 13: Laporan Sgd 1 Lbm 1 Blok 16

4. Perilaku keras kepala (Obstinate/ defiant patient) Beberapa karakteristik anak dengan perilaku keras kepala, yakni:

a. Melawan pada setiap instruksi

b. Pasif mempertahankan diri dan tidak ada perhatian terhadap perintah

c. Berdiam diri tidak mau bergerak dan membuka mulut.

d. Bersikap menentang dan tidak sopan

Pasien anak dengan perilaku keras kepala dapat ditangani dengan mencoba memahami dan melakukan komunikasi dengan pasien tersebut tanpa melakukan paksaan. Karena dengan paksaan akan semakin menyulitkan dokter gigi dalam melakukan perawatan.

5. Perilaku pemalu (Timid patient) Perilaku pemalu dalam perawatan gigi dan mulut merupakan suatu perasaan gelisah atau mengalami hambatan dalam membentuk hubungan atau komunikasi antara dokter gigi dan pasien anak sehingga mengganggu tercapainya keberhasilan perawatan. Pemalu dapat berubah menjadi fobia yang menjadikan pasien tersebut menjadi tidak kooperatif terhadap perawatan gigi dan mulut.16 Karakteristik anak dengan perilaku pemalu, yakni:a. Pemalu karena takut berbuat salah dan susah mendengarkan instruksi

b. Menghindari kontak mata dan berlindung di belakang orang tua

c. Tidak banyak bicara, menjawab secukupnya saja

d. Membutuhkan dorongan kepercayaan diri

e. Berasal dari lingkungan keluarga yang bersifat overprotektif.

6. Perilaku tegang (Tense patient)

a. Anak tersebut tampak tegang secara fisik, dahi dan tangan berkeringat, bibir kering

b. Suara terdengar tremor

c. Memulai percakapan dengan “tidak” dan “saya tidak akan”

d. Tangan bergetar

e. Menatap ke sekeliling ruang klinik

f. Menerima perawatan yang diberikan

Page 14: Laporan Sgd 1 Lbm 1 Blok 16

g. Anak jenis ini ingin tampak berani dan tumbuh dewasa.

7. Perilaku cengeng (Whining patient)

a. Merengek atau menangis sepanjang prosedur perawatan

b. Masih tetap bisa menerima perawatan

c. Bisa menerima perhatian dari dokter gigi

d. Penangan yang paling tepat adalah dokter gigi harus bersikap sabar dan tenang. Dokter gigi sebaiknya memberikan pujian terhadap mereka jika bersikap kooperatif selama perawatan gigi dan menyampaikan bahwa tidak akan lama lagi dan mereka bisa pulang ke rumah. 4. Menurut Thomas Enches

- Easy child : anaknya mudah diatur, mudah gembira, mudah untuk menerima pengalaman baru

- Difficult child : sulit ditenangkan, sulit mengekspresikan emosinya- Slow to warm up child : interaksi dg cara perlahan, mebutuhkan waktu utk interaksi

2.3 Upaya untuk mengatasi anak dalam tempramen, takut, kritis, keragu raguan, hiperaktif,

Tempramen : - Harus menerima watak anak apa adanya - Lihat sisi positifnya setiap kepribadaian ada manfaatnya - Kita harus bisa membedakan tempamen ( susah menyesuaikan diri ) dan

Berperilaku negartif ( marah marah karena nakal tidak seperti biasanya )- Tetep tenanag dan tidak emosi - Bantu anak untuk mengendaalikan emosi - Sisikan waaktu secara fokus kepada hal positif - Memberikan hal yang positif dan di berikan hadiah agar termotivasi - Mengenalkan terlebih dahulu terhadap siuasi, kondisi dan di kenalkan alatnya

dahulu - Bersikap tulus dan menyayangi - Menghargai apa yang di pilih anak- Hindari labeling pada anak- Hand over mouth : dengan menutup mulut anak kontra indikasi : anak kurang

kooperatif, menahan dgn handuk contohnya dan memberikan bisikan dengan baik.

Page 15: Laporan Sgd 1 Lbm 1 Blok 16

Rasa takut ( tangku):- Cara desensitisasi memberikan tangangan de yang takut dampai tidak lagi dimana

di gantikan rasa takut dengan cara berulang kali dgn 3 tahap :1. Santai 2. Menakutkan dari takut sampei tidak takut 3. Dan di ualang terus menerus

Karena drg yang tidak langsung melakukan hal hal pendaahuluan Kritis :- Mendengarkan apa yang di ucapkan anak - Perhaatikan apa yang di lakukan dan di tanyakan - Dengan respon positif dan bersikap ramah pada anak- Kejujuran di jawab dengan sejujur jujurnya dan apa adannya- Mengunakan bahasa yang tidak tinggi - Di rangsang dengan penalaran analogi - Ramah dalam sikap - Jangan menolak pertanyaan

Strategi drg agar anak tidak takut :1. Primer :

Mengondisikan tempat praktek Dokter gigi yang bersikap baik Memberikan rasaa anak dan nyaman agar berhasil dalam penanganan

2. Sekunder : komunikasi verval dan non 3. Tersier : sensitisasi, modelling

Hiperaktif Anak dengan karakter hiperaaktif bisa di tangani dengan memfokuskan anak pada suatu barang atau tindakan. Bida dengan di berikan suatuhadiah sebagai jaminan dimana akan harus memaatuhi terlebih dahulu apa yang di perintahkan oleh seorang dokter gigi. Ada mainan anak-anak kecil untuk mengalihkan perhatian atau berupa hadiah.

2.4 Hal apa yang menyebabkan anak takut ke dokter gigi1. Pengalaman pertama ke drg 2. Imajinasi anak , yg meras tersakiti 3. 3 rasa takut , subjektif(anka memiliki perasaan yg menyebabkan rasa takut), objektif(ada

pengalaman yg tidak menyenangkan , seperti trauma), sugesti ( rasa takut yg didapat dr orang disekitarnya)

4. Anak mudah gelisah dan sensitive 5. internal :

- Usia - Pengalaman pertama - Sugesti : dari cerita org lain

Page 16: Laporan Sgd 1 Lbm 1 Blok 16

- Perasaan trauma terhadap perawatan sebelumnya - Ketakukan dan kecemasan

6. Eksternal : - Orang tua - Dental faktor : dari alat alat yang menyebabkan ketakutan - dari dokter gigi sendiri yang mempengaruhi - Pendidikan : dimana anak akan tidak takut jika sebelumnya sudah mengetahui

ilmunya atau tujuan baiak yang akan di dapatkan manfaat - Sosisla ekonomi- Dari pola asuh org tua yang cemas

2.5 Bagaimana peranan orang tua terhadap perawatan gigi anak Untuk mencapai keberhasilan dalam perawatan gigi maka hendaknya dokter gigi

terutama memahami konsep “Pedodontic Treatment Triangle.Pedodontic Treatment Triangle adalah gambaran hubungan antar komponen dalam segitiga perawatan pedodontik dimana setiap komponen saling berhubungan erat, posisi anak pada puncak segitiga dan posisi orang tua serta dokter gigi pada masing-masing sudut kaki segitiga.Garis menunjukan komunikasi berjalan dua arah antar masing komponen dan merupakan hubungan timbal balik.Anak menjadi fokus dari dokter gigi dan dibantu oleh orang tua. Perawatan gigi anak akan dipusatkan pada orientasi anak sebagai pasien dan orangtuanya, dokter gigi akan bertindak untuk mengarahkan orang tua pada perawatan yang diindikasikan kepada anaknya. Pada usia bayi sampai dengan 18 tahun diperlukan komunikasi dan kerja sama dari dokter gigi dengan anak dan orang tua dalam perawatan gigi anak.

Gambar 2.1 Pedodontic treatment triangle (Sumber: Soeparmin S. Pedodontic treatment tringle berperan dalam proses keberhasilan perawatan gigi anak. 2011

Page 17: Laporan Sgd 1 Lbm 1 Blok 16

Hal yang perlu di perhatikan sebaagai orang tua anak agar dapat tercipta komunikasi antar personel oleh dokter gigi dengan pasien anak dan orang tuanya terdapat syarat yang harus dipenuhi, yaitu:

a. Positiveness (sikap positif) Dokter gigi diharapkan mau menunjukkan sikap positif pada pesan yang

disampaikan oleh pasien anak atau orang tuanya seperti keluhan, usulan, pendapat, pertanyaan.

b. Supportiveness (sikap mendukung) Ketika pasien atau orang tua pasien anak Nampak ragu untuk memutuskan sebuah pilihan tindakan, maka dokter gigi diharapkan memberikan dukungan agar keraguan tersebut berkurang atau bahkan hilang.

c. Equality (keseimbangan antara pelaku komunikasi) Yang dimaksud dengan kesamaan atau kesetaraan adalah bahwa diantara dokter

gigi, pasien, dan orang tua pasien tidak boleh ada kedudukan yang sangat berbeda misalnya dokter yang menguasai semua keadaan dan pasien yang tidak berdaya.

d. Openess (sikap dan keinginan untuk terbuka) Dokter gigi bila perlu juga mengatakan kesulitan yang dihadapinya saat

menangani masalah pasien. Dengan keterbukaan komunikasi ini maka akan terbangun kepercayaan dari pasien anak dan orang tuanya.

- Ibu mempengaruhi rasa takut pada anak ( sebagai dokter gigi harus bisa mengantisipasi dari ibunya terlebih dahulu)

- Memotivator ( memberikan anak apa maksud dan tujuan demi kebaikan anak dengan baik agar anak mau dan tidak ragu pergi ke dokter gigi) edukator ( memberikan pendidikan kesehatan dan perilaku sehat dan diinginkan ) fasilitator ( sebagai perantara dalam pemecahan masalah sebagai panutan )

- Sebisa mungikin orang tua tau apa yang akan di lakukan dan tanggap terhadap apa yang terjadi pad anak upaya prefentif dan mencegah sebelum sakit harus segera di konsiltasika ( agar kunjungan menyenagkan )

- Dasar menejemen dari dokter gigi memahami ilmu pedodontik : konponen triangulasi Orientasi anak dan mengarahkan org tua kepada anak dan harus terjalin komunikasi baik antar drg dan orang tua dalam perawatan gigi.

2.6 Tujuan dari pendekatan non farmakologi behavior1. Untuk memahami prosedur perawatan gigi seminimal mungkin untuk mengurangi

kecemasan anak dengan cara : modeling, desensitifikasi, memperhatikan

Page 18: Laporan Sgd 1 Lbm 1 Blok 16

kontraindikasi, perilaku anak secara bertahap agar anak terbisa datang ke dokter gigi

2. Mengurangi kecemasan, menciptakan kerjasama anak dan drg, mengetahu riayat anak ke drg

3. Tujuan mengatur tingkah laku dan gejala koknitif dgn tujuan :mengurangi beban drg, akan membuat lingkungan yang aman karena trauma anak bisa di minimalisir

2.7 Penanganan anak berdasarkan usianya Kematangan anak bisa dikelompokkan mengikuti kronologis tingkatan usia sebagai berikut:1

1. Usia 2 tahun Anak yang berusia dua tahun memiliki kosakata yang bervariasi dari 15 sampai 1000

kata.Anak pada periode ini takut pada gerakan mendadak yang tidak terduga. Pergerakan mendadak pada kursi gigi(dental chair) tanpa peringatan akan menimbulkan rasa takut, cahaya yang terang juga terasa menakutkan bagi anak. Memisahkan anak pada usia ini dari orang tuanya sangat sulit. Sebisa mungkin anak pada periode usia dua tahun ditemani oleh orang tua atau pendamping selama berada di ruang perawatan.

2. Usia 3 tahun Anak usia tiga tahun memiliki keinginan untuk berbicara dan mendengarkan. Pada usia

ini, sikap kooperatif muncul dan dokter gigi bisa mulai menggunakan pendekatan positif dengan anak tersebut .

3. Usia 4 tahun Seorang anak usia empat tahun umumnya mendengarkan dan tertarik untuk menjelaskan.

Jika tidak diatur dengan baik pada beberapa situasi anak usia empat tahun bisa menjadi tidak patuh dan menentang.

4. Usia 5 tahun Usia ini merupakan periode dari penggabungan, dimana anak pada usia lima tahun

senang melakukan aktifitas berkelompok dan siap berpartisipasi didalamnya dan mereka juga memiliki sedikit rasa khawatir bila terpisah dari orangtuanya saat melakukan perawatan gigi.

5. Usia 6 sampai 12 tahun Biasanya anak pada usia ini bisa menangani ketakutan terhadap prosedur perawatan gigi

karena dokter gigi bisa menjelaskan apa yang akan dilakukan dan alasan kenapa perawatan tersebut dilakukan.

Usia 2 tahun : cenderung takut dengan gerakan yang mendadak, penanganan bias dilakukan desenditasi.Usia 3 tahun : sudah mulai mendengarkan kata dokter, sudah mulai kooperatif, penanganan bias dilakukan tell-show-do, modeling, bisa dengan memperlihatkan video.

Page 19: Laporan Sgd 1 Lbm 1 Blok 16

Usia 4 tahun : sudah mulai mendengarkan, cenderung ingin menjelaskan dan menentang, penanganan bias dilakukan parental presence, home jika anak sangat menentang.Usia 5 tahun : cenderung ingin melakukan hal baruUsia 6-12 tahin : anak cenderung waspada terhadap kegiatan yang akan dilakukan

2.8 Dental team DENTAL TEAMPengertian Tim Tenaga Kesehatan  Keperawatan gigi (Dental Auxilaries International)

adalah tim kesehatan yang terdiri dari dentist, hygienist, assistant, secretary, technician serta

therapist yakni :

·      Dentist        : Dokter gigi yang mempunyai wewenang lebih (mencakup keseluruhan)

dalam kesehatan gigi dibandingkan dengan anggota tim lainnya.

·      Hygiene      : memberikan pencegahan dan promosi kesehatan, mengelola anestesi lokal

dan radiografi, penggunaan X-ray, scaling, polishing, dan pemberian fluorida.

·      Assistant     : menyiapkan peralatan yang digunakan dalam praktik kesehatan gigi.

·      Secretary    : melayani, mendata data setiap pasien.

·      Technician : membuat, mencetak, memperbaiki gigi palsu serta membuat mahkota gigi.

·      Therapist     : terapi gigi atau pelengkap gigi.

STANDARD OF DENTAL TEAM1. Put patients interest first

Memperlakukan setiap pasien dengan bermartabat dan hormat setiap saat. Jujur dan bertindak dengan integritas. Mengambil pendekatan holistik dan pencegahan untuk pasien peduli yang tepat untuk masing-masing pasien. Mengobati pasien di lingkungan yang higienis dan aman. Mengobati pasien cukup, sebagai individu dan tanpa diskriminasi. Menempatkan kepentingan pasien sebelum Anda sendiri atau orang dari setiap rekan, bisnis atau organisasi. Memiliki pengaturan yang tepat di tempat untuk pasien untuk mencari kompensasi jika mereka mengalami kerusakan. Cari tahu tentang hukum dan peraturan yang mempengaruhi pekerjaan Anda dan mengikuti mereka

2. Berkomunikasi secara efektif dengan pasien Berkomunikasi secara efektif dengan pasien - mendengarkan mereka, memberi mereka

waktu untuk mempertimbangkan informasi dan mengambil mereka pandangan individu dan komunikasi perlu mempertimbangkan.

Page 20: Laporan Sgd 1 Lbm 1 Blok 16

Mengakui dan mempromosikan hak-hak pasien untuk dan tanggung jawab untuk membuat keputusan tentang kesehatan mereka prioritas dan perawatan.

Memberikan pasien informasi yang mereka butuhkan, dengan cara mereka bisa mengerti, sehingga mereka dapat membuat informasi keputusan.

Memberikan pasien informasi yang jelas tentang biaya.3. Mendapatkan persetujuan yang valid

Memperoleh persetujuan valid sebelum memulai pengobatan, menjelaskan semua pilihan yang relevan dan biaya yang mungkin.

Pastikan bahwa pasien (atau wakil mereka) memahami keputusan mereka diminta untuk membuat.

Pastikan bahwa persetujuan pasien tetap berlaku pada setiap tahap penyelidikan atau pengobatan.

4. Menjaga dan melindungi patients'information Membuat dan menjaga kontemporer, lengkap dan

catatan pasien akurat. Melindungi kerahasiaan informasi pasien dan

hanya menggunakannya untuk tujuan yang diberikan. Hanya merilis informasi pasien tanpa mereka izin dalam keadaan luar biasa. Memastikan bahwa pasien dapat memiliki akses ke catatan mereka. Menyimpan informasi pasien aman setiap saat, apakah

catatan Anda diadakan di atas kertas atau elektronik.5. Memiliki prosedur pengaduan yang jelas dan efektif

Pastikan bahwa ada prosedur pengaduan yang efektiftersedia bagi pasien untuk menggunakan, dan mengikutiProsedur setiap saat.

Menghormati hak pasien untuk mengeluh. Berikan pasien yang mengeluh prompt dan

respon konstruktif6. Bekerja dengan rekan-rekan dengan cara yang adalah kepentingan terbaik pasien '

Bekerja secara efektif dengan rekan-rekan Anda dan berkontribusiuntuk kerja sama tim yang baik.

Akan tepat didukung ketika merawat pasien. Delegasi dan merujuk secara tepat dan efektif. Hanya menerima rujukan atau delegasi jika Anda terlatih dan kompeten untuk

melaksanakan perawatan dan Anda percaya bahwa apa yang Anda diminta untuk lakukan adalah sesuai untuk pasien.

Berkomunikasi dengan jelas dan efektif dengan tim lain anggota dan rekan dalam kepentingan pasien.

Menunjukkan manajemen yang efektif dan kepemimpinanketerampilan jika Anda mengelola sebuah tim.

7. Menjaga, mengembangkan dan bekerja dalam pengetahuan profesional dan keterampilan

Page 21: Laporan Sgd 1 Lbm 1 Blok 16

Memberikan kualitas layanan yang baik berdasarkan bukti saat inidan bimbingan berwibawa.

Bekerja dalam pengetahuan, keterampilan, profesionalkompetensi dan kemampuan.

Memperbarui dan mengembangkan pengetahuan profesional Andadan keterampilan seluruh hidup Anda bekerja

8. Raise conserns if patients risk Selalu menempatkan keselamatan pasien pertama. Tindakan segera jika pasien atau rekan beresiko dan mengambil langkah-langkah

untuk melindungi mereka. Pastikan jika Anda menggunakan, mengelola atau memimpin sebuah tim yang

Andamendorong dan mendukung budaya di mana staf dapat meningkatkan keprihatinan secara terbuka dan tanpa takut akan pembalasan.

Pastikan jika Anda menggunakan, mengelola atau memimpin sebuah tim yang adamerupakan prosedur yang efektif di tempat untuk meningkatkan kekhawatiran, bahwa prosedur ini tersedia untuk semua staf dan bahwa itu adalah diikuti setiap saat.

Mengambil tindakan yang tepat jika Anda memiliki kekhawatiran tentang mungkin penyalahgunaan anak-anak atau orang dewasa yang rentan.

2.9 Tujuan pendekatan non pharmacologi behavior- Untuk mengatur tungkah laku dan menangani gejala kognitif pasien- Untuk menciptakan komunikasi anak dan orang tua- Untuk mengetahui riwayat pasien, karakter anak- Untuk melakukan prosedur perawatan yang sederhana- Menciptakn kerja sama antara dokter gigi dan anak- Untuk mengurangi beban dari dokter gigi- Mengurangi kecemasan anak- Bisa membuat lingkungan yang aman selama kita melakukan perawatan

Page 22: Laporan Sgd 1 Lbm 1 Blok 16

BAB III

PETA KONSEP

Anak erkunjung untuk melakukan perawatan gigi

Ragu ragu saat di ingin di lakukan perawatan

Pharmacology behavior

Penanganan non farmakologi behavior

Rasa takut

Faktor eksternal

Faktor interna

Page 23: Laporan Sgd 1 Lbm 1 Blok 16

BAB IV

PENUTUP

KESIMPULANSetiap anak yang datang berobat ke dokter gigi memiliki kondisi kesehatan gigi yang

berbeda-beda dan akan memperlihatkan perilaku yang berbeda pula terhadap perawatan gigi dan

mulut yang akan diberikan. Ada anak yang berperilaku kooperatif terhadap perawatan gigi dan tidak

sedikit yang berperilaku tidak kooperatif. Perilaku yang tidak kooperatif merupakan manifestasi dari

rasa takut dan cemas anak terhadap perawatan gigi dan mulut. Penyebabnya dapat berasal dari anak

itu sendiri, orang tua, dokter gigi, ataupun lingkungan klinik. Dimana sebagai seotang dokter gigi

haruslah bisa membuat seorang anak merasa aman dan tidak takut selama sebelum, sesudah, maupun

saat menjani perawatan agar tercipta suasana yang anak mau dan memudahkan dokter gigi dalam

melakukan perawatan dan menanganan.maka dari itu di perlukan beberapa tehnik non farmakologi

dan farmakologi sebagai upaya managemen dalam kedokteran gigi. Dan peran antara dental team,

anak sendiri, dan peran orang tua sangat berperan dan harus berjalan dengan baik dan di butuhkan

komunikasi yang baik diantaranya.

Page 24: Laporan Sgd 1 Lbm 1 Blok 16

DAFTAR PUSTAKA1. McDonal, R. and Avery, D. R. 2004. Dentistry for the Child and Aldolescent. 8 thed

St Louis, Mosby Years Book, Inc, p.357-3602. Pinkham JR. 1994. Pediatrik Dentistry Infancy ThroughAldolescence. Second edition,

Canada : W.B Saunders Company ; p. 451-4593. Suhariadji F.X, 1998. Penggunaan “Pit danFissure Sealant” sebagai Salah

SatuPencegahankaries Gigi padaAnak-anak, FakultasKedokteran Gigi Unair.4. Welbury, R. Raadal M, Lygidakis 2004, EAPD guidelines for the use of pitand fissure

sealant.

Page 25: Laporan Sgd 1 Lbm 1 Blok 16

LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN TUTORIAL

SGD 1 LBM 1

MANAGMENT DENTAL FOR CHILD

Telah Disetujui oleh :

Semarang, 17 oktober 2015

Tutor SGD 1

drg. Sandy Christiono, Sp.KGA