58
LBM 3 STEP 1 STEP 2 1. Mengapa didapat keluhan nyeri dada kiri seperti diremas- remas dijalarkan ke rahang kiri ? mengapa tidak di rahang kanan ? 2. Mengapa keluhan disertai mual dan muntah ? 3. Mengapa didapat KU lemah & kesadaran apatis ? 4. Mengapa didapat takikardi dan hipotensi ? 5. Mengapa didapat kardiomegali ? 6. Mengapa dilakukan pemeriksaan abdomen ? 7. Interpretasi dari hasil EKG di skenario ? 8. Apa interpretasi ST elevasi di lead II, III, Avf ? 9. Mengapa pasien diberi O2 2-4 liter/ menit ? 10. Mengapa pasien diberi infus cristaloid ? 11. Mengapa pasien diberi ISDN sublingual ? 12. Apa interpretasi dari hasil lab mana yang abnormal dan mengapa ? 13. Mengapa dilakukan pemeriksaan radiologi ? 14. Bagaimana cara pengukuran CTR ? 15. Mengapa pasien mendapat terapi aspilet ? 16. Mengapa pasien mendapat terapi Clopidogrel ? 17. Mengapa pasien mendapat terapi simvastatin ? 18. Bagaimana farmakodinamik dari masing-masing obat ? 19. Mengapa pasien dirujuk ke ICU ? 20. Apa komplikasi lanjut dari skenario ? 21. Mengapa pasien menjadi tidak responsif ? 22. Kenapa didapat gambaran ventrikel fibrilasi ? 23. Apa saja Obat-obat defibrilasi dan emergensi menurut AHA 2010 ? 24. Indikasi pemberian defibrilasi ? 25. Bagaimana cara melakukan tindakan resusitasi jantung paru sesuai standar AHA 2010 ?

Dian Ayu Lbm 3 Kgd Sgd 7

Embed Size (px)

DESCRIPTION

semangats

Citation preview

LBM 3

LBM 3 STEP 1 STEP 21. Mengapa didapat keluhan nyeri dada kiri seperti diremas-remas dijalarkan ke rahang kiri ? mengapa tidak di rahang kanan ?2. Mengapa keluhan disertai mual dan muntah ?3. Mengapa didapat KU lemah & kesadaran apatis ?4. Mengapa didapat takikardi dan hipotensi ?5. Mengapa didapat kardiomegali ?6. Mengapa dilakukan pemeriksaan abdomen ?7. Interpretasi dari hasil EKG di skenario ?8. Apa interpretasi ST elevasi di lead II, III, Avf ?9. Mengapa pasien diberi O2 2-4 liter/ menit ?10. Mengapa pasien diberi infus cristaloid ?11. Mengapa pasien diberi ISDN sublingual ?12. Apa interpretasi dari hasil lab mana yang abnormal dan mengapa ?13. Mengapa dilakukan pemeriksaan radiologi ?14. Bagaimana cara pengukuran CTR ?15. Mengapa pasien mendapat terapi aspilet ?16. Mengapa pasien mendapat terapi Clopidogrel ?17. Mengapa pasien mendapat terapi simvastatin ?18. Bagaimana farmakodinamik dari masing-masing obat ?19. Mengapa pasien dirujuk ke ICU ?20. Apa komplikasi lanjut dari skenario ?21. Mengapa pasien menjadi tidak responsif ?22. Kenapa didapat gambaran ventrikel fibrilasi ?23. Apa saja Obat-obat defibrilasi dan emergensi menurut AHA 2010 ?24. Indikasi pemberian defibrilasi ?25. Bagaimana cara melakukan tindakan resusitasi jantung paru sesuai standar AHA 2010 ?

STEP 71. Mengapa didapat keluhan nyeri dada kiri seperti diremas-remas dijalarkan ke rahang kiri ? mengapa tidak di rahang kanan ?

Jawab:

Secara fisiologi sel endotel darah melepas endothelial derived relaxing factor (EDRF) yang menyebabkan relaksasi vascular, endothelial derived constriction factor (EDCF) yang menyebabkan kontraksi vascular.

EDRF diatur oleh asetilkolin melalui perangsangan reseptor muskarinik, serta ADP, serotonin, trombin, adrenalin, vasopresin, histamin dan noradrenalin juga ikut berperan selain memiliki efek tersendiri pada pembuluh darah. Pada keadaan patologis (misal lesi aterosklerotik), maka asetilkolin, ADP, dan serotonin justru merangsang pelepasan EDCF. Hipoksia akibat aterosklerotik juga merangsang pelepasan EDCF. sebagian besar penderita AP menderita aterosklerotik di a. Coronaria produksi EDRF peningkatan tonus a. coronaria. Walaupun demikian, jantung memiliki coronary reserve yang besar; maka pada keadaan biasa penderita yang mengalami aterosklerotik a. koronaria mungkin tidak ada gejala. Namun saat beraktivitas, beban jantung meningkat atau karena peningkatan saraf simpatis, aliran darah koroner tidak cukup untuk menyuplai oksigen ke miokard sehingga terjadi hipoksia miokard mampu merangsang pelepasan berbagai substansi vasoaktif seperti katekolamin dari ujung-ujung saraf simpatis jantung; ditambah dengan meningkatnya produksi EDCF, maka terjadilah vasokontriksi a. koronaria yang lebih lanjut terjadi iskemik jantung. Hipoksia dan iskemik merubah proses glikolisis dari aerobik dan anaerobik, sehingga terjadi penurunan sintesis ATP dan penimbunan asam laktat. Selain itu, penurunan oksidasi metabolik mengakibatkan terlepasnya banyak adenin nukleotida yang menghasilkan adenosin. Adenosin sebenarnya memiliki efek kardioprotektif karena substansi ini menghambat pelepasan enzim proteolitik, menghambat interaksi neutrofil dan endotel, menghambat agregasi platelet dan menghambat pelepasan tromboksan, walaupun begitu, adenosin ikut menyebabkan terjadinya nyeri dada angina. Nyeri dada AP disalurkan melalui aferen saraf simpatis jantung. Saraf ini bergabung dengan saraf somatic cervico-thoracalis pada jalur ascending dari dalam medulla spinalis, sehingga keluhan AP yang khas adalah neri dada bagian kiri atau substernal yang menjalar ke bahu kiri terus ke kelingking kiri (Karim, 2000).

terjadinya penyempitan pembuluh darah (ex.timbunan lemak) yang menyebabkan suplai oksigen berkurang dan kerja jantung semakin meningkat pada orang-orang tertentu yang mempunyai predisposisi genetik bagi ateroskerosis/pada orang-orang yang makan kolesterol dan lemak dalam jumlah berlebihan,kolesterol dalam jumlah banyak secara berangsur-angsur ditumpukkan dibawah lapisan intima pada banyak tempat didalam arteri. Kemudian daerah penumpukan ini dimasuki oleh jaringan fibrosa, dan mereka juga sering mengalami kalsifikasi. Hasil akhirnya adalah timbulnya plak aterosklerosis yang menonjol kedalam pembuluh darah dan menghalangi sebagian atau seluruh aliran darah. Bahwa iskemia menyebabkan otot-otot melepaskan zat-zat asam seperti asam laktat /produk-produk lain yang menimbulkan nyeri seperti histamin/kinin yang tidak dikeluarkan dengan cukup cepat oleh darah yang bergerak dengan lambat.impuls nyeri dihantarkan terutama melalui serabut saraf aferen simpatis kedalam susunan saraf pusat.(fisiologi manusia,Guyton) Kebutuhan jantung akan oksigen ditentukan oleh beratnya kerja jantung (kecepatan dan kekuatan denyut jantung). Aktivitas fisik dan emosi menyebabkan jantung bekerja lebih berat dan karena itu menyebabkan meningkatnya kebutuhan jantung akan oksigen. Jika arteri menyempit atau tersumbat sehingga aliran darah ke otot tidak dapat memenuhi kebutuhan jantung akan oksigen, maka bisa terjadi iskemia dan menyebabkan nyeri. Bila aliran darah yang menuju jaringan terhambat dalam waktu beberapa menit saja jaringan sering menjadi terasa nyeri sekali Bila metabolisme jaringan meningkat, rasa nyeri yang timbul akan semakin cepat pula Diduga, salah satu penyebabnya adalah terkumpulnya sejumlah besar asam laktat dalam jaringan (metabolisme tanpa oksigen) Mungkin juga ada bahan2 kimiawi lainnya, seperti bradikinin dan enzim proteolitik yang terbentuk dalam jaringan akibat kerusakan sel merangsang ujung serabut saraf nyeri iskemik menyebabkan otot membebaskan substansi asam, seperti asam laktat, atau produk2 penyebab nyeri, seperti histamin, kinin, atau enzim preteolitik seluler, yang tidak cepat dibawa pergi oleh darah yang mengalir lambat. Konsentrasi yang tinggi dari produk yang abnormal ini kemudian merangsan ujung2 nyeri di otot jantung, dan impuls nyeri dihantarkan serat saraf aferen simpatis kedalam sistem saraf pusat.Sumber : Guyton & hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC.Iskemik miokard akan menimbulkan rasa tertekan atau nyeri substernal yang menjalar ke aksila dan turun ke bawah ke bagian dalam lengan terutama lebih sering ke lengan kiri. Rasa nyeri juga dapat menjalar ke epigasterium, leher, rahang, lidah, gigi, mastoid dengan atau tanpa nyeri dada substernal. Nyeri disebabkan karena saraf eferan viseral akan terangsang selama iskemik miokard, akan tetapi korteks serebral tidak dapat menentukan apakah nyeri berasal dari miokard. Karena rangsangan saraf melalui medula spinalis T1-T4 yang juga merupakan jalannya rangsangan saraf sensoris dari sistem somatis yang lain.(Buku Ajar Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi IV)

Jantung mula2 tumbuh di bagian leher dan dada bagian atas serabut nyeri viseral untuk jantung naik sepanjang saraf sensorik simpatis medulla spinalis antara segmen C3 dan T5 Rasa nyeri dari jantung dialihkan ke bagian leher, dengan melewati bahu otot pektoralis turun ke lengan dan ke dalam daerah substernal bagian atas dada Ini semua adalah daerah permukaan tubuh yang mengirimkan serabut saraf somatosensorik ke segmen C3-T5 medula spinalis Paling sering rasa nyeri timbul pada sisi kiri daripada sisi kanan karena pada penyakit jantung koroner, sisi kiri jantung jauh lebih sering terkena daripada sisi kanan

Sumber : Buku ajar fisiologi kedokteran. Guyton & Hall.

2. Mengapa keluhan disertai mual dan muntah ?

Jawab:

Sinyal sensoris yang menentukan muntah terutama berasal dari faring, esofagus, lambung dan bagian atas usus halus. Impuls saraf kemudian ditransmisikan baik oleh serabut aferen vagal maupun oleh saraf simpatis ke berbagai nucleus yang tersebar dibatang otak yang bersama sama disebut pusat muntah. Dari sini impuls impuls motorik yang menyebabkan muntah sesungguhnya ditransmisikan dari pusat muntah melalui jalur saraf kranial V,VII, IX, X dan XII ke GIT bagian atas, melalui saraf vagus dan simpatis ke traktus yang lebih bawah, dan melalui saraf spinalis ke diafragma dan otot abdomen.Sumber : Buku ajar fisiologi kedokteran. Guyton &HallMekanisme nyeri pada Infark Miokard Akut

Hipoksia jaringan otot jantung metabolisme CO2 (metabolisme anaerob) asam laktat, merangsang pengeluaran zat-zat iritatif lainnya: histamine, kinin, atau enzim proteolitik sleuler merangsang ujung-ujung syaraf reseptor nyeri di otot jantung dihantarkan melalui serat sraf aferen simpatis thalamus korteks serebri serat saraf aferen dipersepsikan nyeri.

Perangsangan syaraf simpatis yang berlebihan akan menyebabkan : Meningkatkan kerja jantung dengan menstamulasi SA Node sehingga menghasilkan frekuensi denyut jantung lebih dari normal (takikardi). Merangsang kelenjar keringat sehingga ekresi keringat berlebihan. Menekan kerja parasimpatis, sehingga gerakan peristaltik menurun, akumulai cairan di saluran pencernaan, rasa penuh di lambung, sehingga merangsang saraf mual / muntah. Vasokonstriksi pembuluh darah perifer, sehinga alir balik darah vena ke atrium kanan meningkat, dan akhirnya tekanan darah meningkat.

Sinyal sensoris yang menentukan muntah terutama berasal dari faring, esofagus, lambung dan bagian atas usus halus. Impuls saraf kemudian ditransmisikan baik oleh serabut aferen vagal maupun oleh saraf simpatis ke berbagai nucleus yang tersebar dibatang otak yang bersama sama disebut pusat muntah. Dari sini impuls impuls motorik yang menyebabkan muntah sesungguhnya ditransmisikan dari pusat muntah melalui jalur saraf kranial V,VII, IX, X dan XII ke GIT bagian atas, melalui saraf vagus dan simpatis ke traktus yang lebih bawah, dan melalui saraf spinalis ke diafragma dan otot abdomen.(Buku ajar fisiologi kedokteran. Guyton &Hall)Gejala Gastrointestinal: Peningkatan aktivitas vagal menyebabkan mual dan muntah, dan biasanya lebih sering pada infark inferior, dan stimulasi diafragma pada infak inferior juga bisa menyebabkan cegukan

3. Mengapa didapat KU lemah & kesadaran apatis ?

Jawab:

LELAHHipoksia dan iskemik merubah proses glikolisis dari aerobik dan anaerobik, sehingga terjadi penurunan sintesis ATP dan penimbunan asam laktat LELAH

APATIS keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.Penurunan tingkat kesadaran mengindikasikan difisit fungsi otak. Tingkat kesadaran dapat menurun ketika otak mengalami kekurangan oksigen (hipoksia); kekurangan aliran darah (seperti pada keadaan syok); penyakit metabolic seperti diabetes mellitus (koma ketoasidosis) ; pada keadaan hipo atau hipernatremia ; dehidrasi; asidosis, alkalosis; pengaruh obat-obatan, alkohol, keracunan: hipertermia, hipotermia; peningkatan tekanan intrakranial (karena perdarahan, stroke, tomor otak); infeksi (encephalitis); epilepsi.

4. Mengapa didapat takikardi dan hipotensi ?

Jawab:

TEKANAN DARAH kurang dari normal :

Perangsangan syaraf simpatis yang berlebihan akan menyebabkan : Meningkatkan kerja jantung dengan menstamulasi SA Node sehingga menghasilkan frekuensi denyut jantung lebih dari normal (takikardi). Merangsang kelenjar keringat sehingga ekresi keringat berlebihan. Menekan kerja parasimpatis, sehingga gerakan peristaltik menurun, akumulai cairan di saluran pencernaan, rasa penuh di lambung, sehingga merangsang saraf mual / muntah. Vasokonstriksi pembuluh darah perifer, sehingga alir balik darah vena ke atrium kanan meningkat, dan akhirnya tekanan darah meningkat.

NADI : cepat TD rendah maka da kompensasi agar darahnya dpat terdistribusi k jaringan2nya

RR: meningkat krn O2 kurang jadi nafasnya dikompensasi jd cepat

SUHU : normal, tidak ada tanda infeksi.

i

5. Mengapa didapat kardiomegali ?

Jawab:

JANTUNG : cardiomegali kompensasi dri miokardium utuk memompa darah dan akhirnya ototnya jd lebih besar

6. Mengapa dilakukan pemeriksaan abdomen ?Untuk menyingkirkan diagnosis banding dari pasien karena didapat mual dan muntah

7. Interpretasi dari hasil EKG di skenario ?

Jawab:

EKG: ST elevasi di lead II, III, AVF

Letak infark miokard berada pada dinding inferior jantung.(Patofisiologi Sylvia A.Price, Ed.6. Vol.2)

Lokasi infark miokard berdasarkan perubahan gambaran EKG:6NoLokasiGambaran EKG

1AnteriorElevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di V1-V4/V5

2AnteroseptalElevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di V1-V3

3AnterolateralElevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di V1-V6 dan I dan aVL

4LateralElevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di V5-V6 dan inversi gelombang T/elevasi ST/gelombang Q di I dan aVL

5InferolateralElevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di II, III, aVF, dan V5-V6 (kadang-kadang I dan aVL).

6InferiorElevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di II, III, dan aVF

7InferoseptalElevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di II, III, aVF, V1-V3

8True posteriorGelombang R tinggi di V1-V2 dengan segmen ST depresi di V1-V3. Gelombang T tegak di V1-V2

9RV InfractionElevasi segmen ST di precordial lead (V3R-V4R).Biasanya ditemukan konjungsi pada infark inferior.Keadaan ini hanya tampak dalam beberapa jam pertama infark.

Px : diperiksa paru dan abdomen normal brti tdk ada kelainan di organ tsb, dan keluhannya berate bukan dari ekstracardioAda kelainan di jantungnya, ada syndrome coronary acute, IMA dan trjd kelemahan jantung

Respon tubuh terhadap kondisi kegagalan pemompaan jantung atau kardiogenik. Jika kondisi ini tidak ditangani dengan baik maka akan timbul syok. Syok adalah suatu kondisi dimana ketidak normalan sistem pembuluh darah sehingga menyebabkan perfusi organ dan oksigenasi jaringan yang tidak adekuat yang berdampak kepada kematian sel dan jaringan. Kondisi tersebut akan menyebabkan berkurangnya curah jantung atau cardic out put (CO). Penurunan curah jantung akan menyebabkan penurunan tekanan darah sekaligus mean arterial pressure (MAP) dimana MAP: CO X Total Peripheral Resistente (TPR). Respon dini yaitu vasokonstriksi pembuluh darah kulit, otot dan sirkulasi viseral dengan tujuan untuk menjamin sirkulasi ke ginjal, jantung dan otak. Hampir selalu bahwa takikardia segagai gejala awal syok. Tubuh berusaha meningkatkan denyut jantungnya sebagai usaha untuk meningkatkan cardiac output. Pelepasan katekolamin endogen akan meningkatkan tahan pembuluh darah sehingga akan meningkatkan tekanan darah diastolik dan akan mengurangi tekanan nadi.Respon simpatik ini berupa vasokonstriksi perifer, peningkatan denyut dan kontraktilitas jantung dimana semuanya bertujuan untuk mengembalikan curah jantung dan perfusi jaringan yang normal sehingga mencegah terjadinya syok. Pengurangan volume cairan serta vasokonstriksi menyebabkan perfusi ke ginjal terganggu sehingga merangsang mekanisme renin-angiotensin-aldosteron. Angiotensin II merangsang vasokonstriksi sisitemik dan aldosteron meningkatkan reabsorbsi natrium (dan air) oleh ginjal. Perubahan-perubahan ini meningkatkan curah jantung dengan memulihkan volume sirkulasi efektif dan tekanan darah. Jika kekurangan cairan tidak banyak (500ml), aktivitas simpatik umumnya memadai untuk memulihkan curah jantung. Jika terjadi hipovolemia yang lebih berat (1000ml atau lebih), maka vasokonstriksi simpatik dan yang diperantarai oleh angiotensi II juga meningkat. Terjadi penahanan aliran darah menuju ginjal, saluran cerna, otot, dan kulit. Sedangkan aliran yang menuju koroner dan otak relatif dipertahankan.Sumber : Guyton & hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC.

8. Mengapa pasien diberi O2 2-4 liter/ menit ?Pemberian dengan kanul, Untuk memperbaiki oksigenasi dari pasien akibat dari sumbatan sehingga organ- organ lain mendapat kecukupan suplai O2

Jawab:

9. Mengapa pasien diberi infus cristaloid ?

Jawab:

Cairan Kristaloid larutan dengan air (aqueous) yang terdiri dari molekul-molekul kecil yang dapat menembus membran kapiler dengan mudah. Biasanya volume pemberian lebih besar, onset lebih cepat, durasinya singkat, efek samping lebih sedikit dan harga lebih murah.Yang termasuk cairan kristaloid antara lain a. salin (salin 0,9%, ringer laktat, ringer asetat), biasa digunakan untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh sehari-hari dan saat kegawat daruratanb. glukosa (D5%, D10%, D20%), biasa digunakan pada penanganan kasus hipoglikemiac. serta sodium bikarbonat, terapi pilihan pada kasus asidosis metabolik dan alkalinisasi urin. Mekanisme secara umum larutan kristaloid menembus membran kapiler dari kompartemen intravaskuler ke kompartemen interstisial, kemudian didistribusikan ke semua kompartemen ekstra vaskuler. Hanya 25% dari jumlah pemberian awal yang tetap berada intravaskuler, sehingga penggunaannya membutuhkan volume 3-4 kali dari volume plasma yang hilang. Bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah cairan kedalam pembuluh darah dengan segera dan efektif untuk pasien yang membutuhkan cairan segera. Cairan kristaloid bersifat mudah keluar dari intravaskuler, terutama pada kasus dimana terjadi peningkatan resistensi kapiler seperti pada sepsis. Pada kondisi tersebut, penting untuk dipikirkan penggantian cairan yang memiliki molekul lebih besar, yaitu jenis koloid.1. Normal SalineKomposisi (mmol/l) : Na = 154, Cl = 154.Kemasan : 100, 250, 500, 1000 ml.Indikasi :a. ResusitasiPada kondisi kritis, sel-sel endotelium pembuluh darah bocor, diikuti oleh keluarnya molekul protein besar ke kompartemen interstisial, diikuti air dan elektrolit yang bergerak ke intertisial karena gradien osmosis. Plasma expander berguna untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang pada intravaskuler.b. DiareKondisi diare menyebabkan kehilangan cairan dalam jumlah banyak, cairan NaCl digunakan untuk mengganti cairan yang hilang tersebut.c. Luka BakarManifestasi luka bakar adalah syok hipovolemik, dimana terjadi kehilangan protein plasma atau cairan ekstraseluler dalam jumlah besar dari permukaan tubuh yang terbakar. Untuk mempertahankan cairan dan elektrolit dapat digunakan cairan NaCl, ringer laktat, atau dekstrosa.d. Gagal Ginjal AkutPenurunan fungsi ginjal akut mengakibatkan kegagalan ginjal menjaga homeostasis tubuh. Keadaan ini juga meningkatkan metabolit nitrogen yaitu ureum dan kreatinin serta gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Pemberian normal saline dan glukosa menjaga cairan ekstra seluler dan elektrolit.Kontraindikasi : hipertonik uterus, hiponatremia, retensi cairan. Digunakan dengan pengawasan ketat pada CHF, insufisiensi renal, hipertensi, edema perifer dan edema paru.Adverse Reaction : edema jaringan pada penggunaan volume besar (biasanya paru-paru), penggunaan dalam jumlah besar menyebabkan akumulasi natrium.2. Ringer Laktat (RL)Komposisi (mmol/100ml) : Na = 130-140, K = 4-5, Ca = 2-3, Cl = 109-110, Basa = 28-30 mEq/l.Kemasan : 500, 1000 ml.Cara Kerja Obat : keunggulan terpenting dari larutan Ringer Laktat adalah komposisi elektrolit dan konsentrasinya yang sangat serupa dengan yang dikandung cairan ekstraseluler. Natrium merupakan kation utama dari plasma darah dan menentukan tekanan osmotik. Klorida merupakan anion utama di plasma darah. Kalium merupakan kation terpenting di intraseluler dan berfungsi untuk konduksi saraf dan otot. Elektrolit-elektrolit ini dibutuhkan untuk menggantikan kehilangan cairan pada dehidrasi dan syok hipovolemik termasuk syok perdarahan.Indikasi : mengembalikan keseimbangan elektrolit pada keadaan dehidrasi dan syok hipovolemik. Ringer laktat menjadi kurang disukai karena menyebabkan hiperkloremia dan asidosis metabolik, karena akan menyebabkan penumpukan asam laktat yang tinggi akibat metabolisme anaerob.Kontraindikasi : hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati, asidosis laktat.Adverse Reaction : edema jaringan pada penggunaan volume yang besar, biasanya paru-paru.Peringatan dan Perhatian : Not for use in the treatment of lactic acidosis. Hati-hati pemberian pada penderita edema perifer pulmoner, heart failure/impaired renal function & pre-eklamsia.3. DekstrosaKomposisi : glukosa = 50 gr/l (5%), 100 gr/l (10%), 200 gr/l (20%).Kemasan : 100, 250, 500 ml.Indikasi : sebagai cairan resusitasi pada terapi intravena serta untuk keperluan hidrasi selama dan sesudah operasi. Diberikan pada keadaan oliguria ringan sampai sedang (kadar kreatinin kurang dari 25 mg/100ml).Kontraindikasi : Hiperglikemia.Adverse Reaction : Injeksi glukosa hipertonik dengan pH rendah dapat menyebabkan iritasi pada pembuluh darah dan tromboflebitis.4. Ringer Asetat (RA)Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup banyak diteliti. Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana laktat terutama dimetabolisme di hati, sementara asetat dimetabolisme terutama di otot. Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki komposisi elektrolit mirip dengan plasma, RA dan RL efektif sebagai terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok, terlebih pada kondisi yang disertai asidosis. Metabolisme asetat juga didapatkan lebih cepat 3-4 kali dibanding laktat. Dengan profil seperti ini, RA memiliki manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat masif yang terjadi pada diare.Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat seperti sirosis hati dan asidosis laktat. Hal ini dikarenakan adanya laktat dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat.Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara. Cairan ini terutama diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut (resusitasi), misalnya pada diare, DBD, luka bakar/syok hemoragik; pengganti cairan selama prosedur operasi; loading cairan saat induksi anestesi regional; priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal; dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi.Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi, misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2 menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-parameter volume kinetik. Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral, yang umum terjadi setelah anestesi umum/spinal.Untuk kasus obstetrik, Onizuka dkk (1999) mencoba membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap metabolisme maternal dan fetal, serta keseimbangan asam basa pada 20 pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum seksio sesarea. Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas, karena dapat memperbaiki asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia).Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke iskemik/hemoragik akut, sehingga umumnya para dokter spesialis saraf menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap edema otak. Namun, Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel, karena itu dapat diberikan pada stroke akut, terutama bila ada dugaan terjadinya edema otak.Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5, 50, 55, dan 65, tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-diastolik).

10. Mengapa pasien diberi ISDN sublingual ?

Jawab:

ISDN tambahan jika ada keluhan angina atau sesak. Dengan pemakaian dosis yang sering, dapat terjadi toleran (takipilaksis), oleh itu dianjurkan interval 8 atau 12 jam, atau kombinasi dengan ACEI Pemberian nitrat (sublingual, buccal dan intravenus) mengurangi preload serta tekanan pengisian ventrikel dan berguna untuk pasien dengan angina serta gagal jantung. Pada dosis rendah bertindak sebagai vasodilator vena dan pada dosis yang lebih tinggi menyebabkan vasodilatasi arteri termasuk arteri koroner. Sehingga dosis pemberian harus adekuat sehingga terjadi keseimbangan antara dilatasi vena dan arteri tanpa mengganggu perfusi jaringan.

Kekurangannya adalah toleransi terutama pada pemberian intravena dosis tinggi, sehingga pemberiannya hanya 16 24 jam.

Keuntungan pemberian nitrat terletak pada efek dilatasi vena yang mengakibatkan berkurangnya preload dan volume akhir diastolik ventrikel kiri sehingga konsumsi oksigen miokardium berkurang. Efek lain dari nitrat adalah pembuluh darah koroner baik yang normal maupun yang mengalami aterosklerosis Nitral oral atau intravena efektif menghilangkan keluhan dalam fase akut dari episode angina Pasien dgn UAP/STEMI yang mengalami nyeri dada berlanjut sebaiknya mendapat nitrat sublingual setiap 5 menit sampai maksimal 3 kali pemberian, setelah itu harus dipertimbangkan penggunaan nitrat iv jika tidak ada KI Nitrat iv diindikasikan pada iskemia yang persisten, gagal jantung, atau hipertensi dalam 48 jam pertama UAP/NSTEMI. Keputusan menggunakan nitrat iv tidak boleh menghalangi pengobatan yang terbukti menurunkan mortalitas seperti penyekat beta atau ACE-I Nitrat tidak diberikan pada pasien dengan TDS 30 mmHg dibawah nilai awal, bradikardia berat (50 % kardiomegali

14. Mengapa pasien mendapat terapi aspilet ?

Jawab:

ASPILET salah satu nama obat paten dari Aspirin. Aspirin termasuk kategori obat non-steroidal anti-inflammatory drug (NSAID). NSAID memiliki efek anti-inflamasi, analgesik, dan antipiretik, serta dapat menghambat agregasi trombosit. Mekanisme kerja dari obat ini adalah terkait dengan penghambatan aktivitas COX-1, yang berperan untuk metabolisme enzim utama dari asam arakidonat yang merupakan prekursor prostaglandin yang memainkan peran utama dalam patogenesis peradangan, nyeri dan demam.

Pengurangan prostaglandin (terutama E1) di pusat termoregulasi menyebabkan penurunan suhu tubuh akibat perluasan pembuluh darah pada kulit dan sekresi keringat meningkat. Efek analgesik yang baik karena memiliki efek sentral (pusat) dan perifer (tepi).

Mengurangi agregasi trombosit, adhesi platelet dan pembentukan trombus melalui penekanan sintesis tromboksan A2 dalam trombosit. Mengurangi risiko infark miokard pada stenocardia yang tidak stabil.

Obat ini efektif untuk pencegahan primer penyakit kardiovaskular dan pencegahan sekunder infark miokard.

Obat ini dapat meningkatkan aktivitas fibrinolitik dan mengurangi plasma konsentrasi vitamin K dalam faktor-faktor koagulasi (II, VII, IX, X). Meningkatkan tingkat komplikasi perdarahan dalam pelaksanaan prosedur bedah.

Blokade COX-1 dalam mukosa lambung dapat menyebabkan penghambatan prostaglandin gastroprotektif, yang dapat menyebabkan ulserasi pada membran mukosa. mual muntah?

Komposisi

Mengandung acetylsalicylic acid

Indikasi

1. Rheumatoid arthritis2. Demam selama penyakit menular dan inflamasi3. Untuk mengatasi nyeri4. Neuralgia5. Mialgia6. Sakit kepala7. Pencegahan penyakit berbasis trombosis dan emboli8. Pencegahan primer dan sekunder infark miokard

Kontraindikasi

1. Pasien yang sensitif dengan aspirin2. Asma3. Tukak lambung4. Perdarahan subkutan5. Hemofilia6. Trombositopenia7. Pasien dengan terapi antikoagulan

Dosis

Untuk dosis melalui mulut (per oral) tergantung dari indikasi penggunaannya, misalnya:

1. Untuk antipiretik (penurun demam) dan analgesik (pereda nyeri)Dewasa: 3 x 500-1000 mg/hari

2. Pencegahan primer dan sekunder infark miokard1 x 40-325 mg/hari (biasanya 160 mg)

3. Sebagai inhibitor agregasi trombosit300-325 mg/hari

Efek samping

1. Sistem pencernaan:Mual, muntah, anoreksia, nyeri epigastrium, diare, luka erosif dan ulseratif.

2. Sistem saraf pusat:Penggunaan jangka panjang mungkin dapat menyebabkan pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan reversibel, tinnitus, meningitis aseptik.

3. Sistem Hemopoietik:Trombositopenia dan anemia, namun jarang terjadi.

4. Sistem pembekuan darah:Perpanjangan waktu perdarahan.

5. Sistem urine:Dalam penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan disfungsi ginjal, gagal ginjal akut, sindrom nefrotik, namun jarang terjadi.

6. Reaksi alergi:Ruam kulit, edema, bronkospasme, "aspirin triad" (kombinasi dari asma bronkial, poliposis hidung kambuhan, sinus paranasal, intoleransi asam asetilsalisilat, dan obat-obatan seri pirazolonic).

7. Efek samping lain:Dalam beberapa kasus dapat menyebabkan sindrom Reye dan pada penggunaan jangka panjang dapat meningkatkan gejala gagal jantung kronis.

(Sumber: Drugs-About.com, Drugs.com(ir/ir))

15. Mengapa pasien mendapat terapi Clopidogrel ?

Jawab:

Clopidogrel adalah obat golongan antiagregasi trombosit atau antiplatelet yang bekerja secara selektif menghambat ikatan Adenosine Di-Phosphate (ADP) pada reseptor ADP di platelet, yang sekaligus dapat menghambat aktivasi kompleks glikoprotein GPIIb/IIIa yang dimediasi oleh ADP, yang dapat menimbulkan penghambatan terhadap agregasi platelet.

Indikasi:Untuk menghambat pembentukan bekuan di pembuluh darah sehingga dapat mencegah terjadinya serangan jantung dan stroke yang diakibatkan dari penyumbatan pembuluh darah.

Dosis:Melalui mulut (per oral).300 mg dan diikuti dengan 75 mgDiminum sehari 1 kali.

Efek Samping:

Efek GI (N/V, gangguan pencernaan, gastritis, diare dan konstipasi).Efek Hematologis (perdarahan GI, perdarahan intrakranial, memar, purpura, epistaksis, hematoma, hematuria).Dermatologis (ruam dan gatal-gatal).

Instruksi Khusus:

Penggunaan obat secara bersamaan harus dihindari (misalnya,omeprazole, esomeprazole, cimetidine, fluconazole, ketoconazole, voriconazole, etravine, felbamate, fluoxetine, fluvoxamine & ticlodipine). Memisahkan waktu pemberian obat tidak mengurangi kesempatan obat tersebut untuk berinteraksi.Perhatian:Pasien yang mungkin dalam resiko peningkatan perdarahan dari cedera, pembedahan, atau kondisi patologis lainnya.Pasien dengan penyakit hati atau gagal ginjal yang mempengaruhi perdarahandiatheses.Penggabungan penggunaan obat dengan Warfarin, Heparin,thrombolytics, NSAIDs dan obat lainnya yang meningkatkan risiko perdarahan.

16. Mengapa pasien mendapat terapi simvastatin ?

SIMVASTATIN obat yang menurunkan kadar kolesterol (hipolidemik) hasil sintesa dari hasil fermentasi Aspergillus terreus. Secara invivo simvastatin akan dihidrolisa menjadi metabolit aktif. Mekanisme kerja dari metabolit aktif tersebut adalah dengan cara menghambat kerja 3-Hidroksi-3-metilglutaril koenzim A reduktase (HMG Co-A reduktase), dimana enzim ini mengkatalisa perubahan HMG Co-A menjadi asam mevalonat yang merupakan langkah awal dari sintesa kolesterol.

.: Indikasi :. Terapi dengan lipid-altering agents dapat dipertimbangkan penggunaannya pada individu yang mengalami peningkatan resiko artherosclerosis vaskuler yang disebabkan oleh hiperkolesterolemia. Terapi dengan lipid-altering agents merupakan penunjang pada diet ketat, bila respon terhadap diet dan pengobatan non-farmakologi tunggal lainnya tidak memadai. Penyakit jantung koroner.Pada penderita dengan penyakit jantung koroner dan hiperkolesterolemia, simvastatin diindikasikan untuk : Mengurangi resiko mortalitas total dengan mengurangi kematian akibat penyakit jantung koroner. Mengurangi resiko infark miokardial non fatal. Mengurangi resiko pada pasien yang menjalani prosedur revaskularisasi miokardial. Hiperkolesterolemia.Menurunkan kadar kolesterol total dan LDL pada penderita hiperkolesterolemia primer (Tipe IIa dan IIb). Rekomendasi umum :Sebelum memulai terapi dengan simvastatin, agar disingkirkan terlebih dahulu penyebab sekunder dari hiperkolesterolemia (seperti diabetes melitus yang tidak terkontrol, hipotiroid, sindrom nefrotik, disproteinemia, penyakit hati obstruktif, terapi dengan obat lain, alkoholism), dan lakukan pengukuran profil kolesterol total, kolesterol HDL dan trigliserida (TG). .: Kontra Indikasi :. Hipersensitif terhadap simvastatin atau komponen obat. Penyakit hati aktif atau peningkatan transaminase serum yang menetap yang tidak jelas penyebabnya. Wanita hamil dan menyusui. .: Dosis :. Pasien harus melakukan diet pengurangan kolesterol sebelum dan selama pengobatan dengan simvastatin. Dosis awal yang dianjurkan 5-10 mg sehari sebagai dosis tunggal pada malam hari. Dosis awal untuk pasien dengan hiperkolesterolemia ringan sampai sedang 5 mg sehari. Pengaturan dosis dilakukan dengan interval tidak kurang dari 4 minggu sampai maksimum 40 mg sehari sebagai dosis tunggal malam hari. Lakukan pengukuran kadar lipid dengan interval tidak kurang dari 4 minggu dan dosis disesuaikan dengan respon penderita. Pasien yang diobati dengan immunosupresan bersama HMG Co-A reduktase inhibitor, agar diberikan dosis simvastatin terendah yang dianjurkan. Bila kadar kolesterol LDL turun dibawah 75 mg/dl (1,94 mmol/l) atau kadar total kolesterol plasma turun dibawah 140 mg/dl (3,6 mmol/l) maka perlu dipertimbangkan pengurangan dosis simvastatin. Penderita gangguan fungsi ginjal : tidak diperlukan penyesuaian dosis, karena simvastatin tidak diekskresikan melalui ginjal secara bermakna. Walaupun demikian, hati-hati pemberian pada insufisiensi ginjal parah, dosis awal 5 mg sehari dan harus dipantau ketat. Terapi bersama obat lain : simvastatin efektif diberikan dalam bentuk tunggal atau bersamaan dengan bile-acid sequestrants. .: Efek Samping :. Abdominal pain, konstipasi, flatulens, astenia, sakit kepala, miopati, rabdomiolisis. Pada kasus tertentu terjadi angioneurotik edema. Efek samping lain yang pernah dilaporkan pada golongan obat ini : Neurologi : disfungsi saraf cranial tertentu, tremor, pusing, vertigo, hilang ingatan, parestesia, neuropati perifer, kelumpuhan saraf periferal. Reaksi hipersensitif : anafilaksis, angioedema, trombositopenia, leukopenia, anemia hemolitik. Gastrointestinal : anoreksia, muntah. Kulit : alopecia, pruritus. Reproduksi : ginekomastia, kehilangan libido, disfungsi ereksi. Mata : mempercepat katarak, optalmoplegia. .: Peringatan dan Perhatian :. Selama terapi dengan simvastatin harus dilakukan pemeriksaan kolesterol secara periodik. Pada pasien yang mengalami peningkatan kadar serum transaminase, perhatian khusus berupa pengukuran kadar serum transaminase harus dilakukan jika terjadi peningkatan yang menetap (hingga 3 kali batas normal atas) pengobatan segera dihentikan. Dianjurkan melakukan tes fungsi hati sebelum pengobatan dimulai, 6 dan 12 minggu setelah pengobatan pertama, dan berikutnya secara periodik (misalnya secara semianual). Hati-hati penggunaan pada pasien alkoholism dan / atau yang mempunyai riwayat penyakit hati. Pada penggunaan jangka panjang dianjurkan melakukan tes laboratorium secara periodik tiap 3 bulan untuk menentukan pengobatan selanjutnya. Terapi dengan simvastatin harus dihentikan sementara atau tidak dilanjutkan pada penderita dengan miopati akut dan parah atau pada penderita dengan resiko kegagalan ginjal sekunder karena rabdomiolisis atau terjadi kenaikan creatinin phosphokinase (CPK). Penderita agar segera memberitahukan kepada dokter apabila terjadi nyeri otot yang tidak jelas, otot terasa lemas dan lemah. Simvastatin tidak diindikasikan dimana hipertrigliseridemia merupakan kelainan utama (misalnya hiperlipidemia tipe I, IV dan V). Keamanan dan efektivitas pada anak-anak dan remaja belum pasti. .: Interaksi Obat :. Pemakaian bersama-sama dengan immunosupresan, itrakonazol, gemfibrozil, niasin dan eritromisin dapat menyebabkan peningkatan pada gangguan otot skelet (rabdomiolisis dan miopati). Dengan antikoagulan kumarin dapat memperpanjang waktu protrombin. Antipirin, propanolol, digoksin

17. Mengapa pasien dirujuk ke ICU ?

18. Apa komplikasi lanjut dari skenario ?

Jawab:

KOMPLIKASI DAN PENATALAKSANAAN

1. Gagal jantungKegagalan ventrikel kiri selama fase akut dari infark miokard dihubungkan dengan prognosis yang buruk jangka pendek dan panjang. Gambaran klinis berupa sesak nafas, suara jantung ketiga (S3)dan ronchi paru yang mulanya pada daerah basal namun dapat meluas ke seluruh lapangan dari kedua paru. Namun demikian, kongesti paru yang nyata dapat terjadi tanpa tanda-tanda yang jelas. Auskultasi diulang pada daerah jantung dan paru dan dilakukan pada semua pasien selama periode awal infark miokard, bersama-sama dengan pengamatan tanda-tanda vital lainnya (Amstrong, 1972).Pengawasan umum termasuk pemantauan aritmia, pemeriksaan kelainan elektrolit, dan penegakan diagnosa dari keadaan yang terjadi bersamaan seperti disfungsi katub atau kelainan paru. Kongesti pulmonal dapat dinilai dengan menggunakan alat foto X-ray thorax yang mudah dibawa. Echokardiografi berguna dalam menilai fungsi ventrikel, dan menentukan kelainan, seperti regurgitasi mitral dan defek septum ventrikel, yang menyebabkan fungsi jantung menurun. Pada beberapa kasus, angiografi koroner mampu memberikan penilaian tambahan program terapetik.Dearajat kegagalan jantung dapat dikategorikan menurut klasifikasi killip; kelas 1 : tidak ada ronchi atau S3; kelas 2 : ronchi pada kurang dari 50% lapangan paru atau adanya S3; kelas 3 : ronchi lebih dari 50% dari lapangan paru; kelas 4 : shock.

Gagal Jantung Ringan dan SedangOksigen harus diberikan awal melalui masker atau intranasal, namun perlu juga diperhatikan adanya penyakit paru menahun.Derajat ringan gagal jantung seringkali berespons secara cepat terhadap diuretik, seperti halnya furosemid 10-40 mg yang diberikan perlahan iv, diulang dengan jarak setiap 1-4 jam, bila diperlukan. Bila tidak terdapat respons yang memuaskan, nitrogliserin iv atau nitrat oral dianjurkan. Dosisnya harus dititrasi sambil memantau tekanan darah untuk menghindari hipotensi. Pemakaian terapi ACE perlu dipertimbangkan dalam 24-48 jam berikutnya tanpa bukti hipotensi atau gagal ginjal.

Gagal Jantung BeratOksigen harus diberikan segera dan diuretik loop diberikan seperti di atas. Kecuali jika pasien mengalami hipotensi, nitrogliserin iv sebaiknya diberikan, dimulai dengan 0,25 ug.kg-1 per menit, dan ditingkatkan setiap 5 menit sampai terjadi penurunan tekanan darah sampai 15mmHg atau sampai tekanan diastolik turun menjadi 90mmHg. Harus dipertimbangkan untuk mengukur tekanan aorta, dan output jantung dengan kateter serta cardiac index per menit.Obat inotropik mungkin berguna jika ada hipotensi. Jika ada tanda-tanda hipoperfusi pada ginjal, dopamin dianjurkan untuk memberikan dengan dosis 2,6-5 ug.kg-1 per menit secara intra vena. Jika kongesti pulmoner dominan, dobutamin lebih dianjurkan dengan dosis awal 2,5 ug.kg-1 per menit dan ditingkatkan secara bertahap setiap 5-10 menit sampai 10 ug.kg-1 per menit atau sampai diperoleh perbaikan hemodinamik. Terapi ACE inhibitor dan phosphodiesterase mungkin dapat dipertimbangkan.Analisa gas darah juga harus dilakukan. Pemberian tekanan udara yang positif dapat diindikasikan bila tekanan oksigen tidak dapat dipertahankan sampai >60mmHg per 8-10 menit.

Tabel 2. Keadaan Hemodinamik pada IMA.No.STATUSDATA HEMODINAMIK

1.NormalTD normal HR dan RR normal, sirkulasi perifer baik

2.HiperdinamikTakhikardi, BJ keras, sirkulasi perifer baik

3.Bradikardi hipotensiBradikardi, venodilatasi, JVP normal, perfusi jaringan meningkat

4.HipovolumiVenokonstriksi, JVP rendah, perfusi jaringan menurun

5.Infark ventrikel kananJVP meningkat, syok, perfusi jaringan turun, hipotensi, bradikardi

6.Gagal pompaTakhipnu, takhikardi perfusi jaringan jelek, udema paru

7.Kardiogenik syokOliguri, hipotensi, takhikardi, udema paru, perfusi jaringan jelek

(Eur. Heart. J. 1996)

2. Syok KardiogenikDidefinisikan sebagai tekanan sistolik