View
228
Download
0
Embed Size (px)
8/14/2019 ave lbm 2 KGD
1/29
01.208.5615 [AVE MARYA PAMILIH]
LBM 2 MODUL KGD SGD 7
Sesak Napas
a. Mekanisme terjadinya sesak napas
Dispnea terjadi bila kerja pernapasan berlebihan. Peningkatan generasi tekanan
diperlukan otot pernapasan untuk menimbulkan perubahan volume yang diberikan
jika dinding dada atau paru kurang lentur atau jika resistensi terhadap aliran udara
ditingkatkan. Peningkatan kerja pernapasan juga terjadi bila ventilasi berlebihan
untuk tingkat aktivitas.Sebenarnya dengan beban respirasi seperti penambahan
resistensi pada mulut,terdapat peningkatan haluaran pusat pernapasan diukur
dengan indeks terbaru,yang tidak sesuai terhadap peningkatan kerja pernapasan.
Telah dipostulasikan bahwa setiap saat tekanan yang ditimbulkan otot selama
pernapasan mendekati beberapa fraksi kemampuan yang menimbulkan takanan
maksimalnya. Sinyal dari paru dan atau jalan udara beredar melalui saraf vagus ke
sistem saraf pusat untuk menimbulkan sensasi.
(Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam vol 1,Harrison) Kapasitas pernapasan terganggu akibat kelemahan otot2 pernapasan, dinding
dada yang abnormal, kapasitas paru total menurun, dan hambatan aliran udara
pernapasan
Ventilasi aktual terganggu atau kenaikan kebutuhan ventilasi aktual, yang
disebabkan oleh kekurangan difusi udara pernapasan selular. Keadaan ini dapat
terjadi karena kekurangan Oksigen dalam arteri atau hipoksia, kelebihan
karbondioksida dalam arteri atau hiperkapnia, dan kadar ion hidrogen darah
arteri meningkat atau asidemia
Gangguan pernapasan karena kombinasi gangguan kapasitas pernafasan dan
gangguan ventilasi aktual sehingga terjadi gangguan pada ventilasi paru dan
gangguan difusi dalam paru2
Perasaan sesak napas karena gangguan psikis (keadaan cemas, neurosis, dan
sindrom hiperventilasi)
Patofisiologi buku2.sylvia A.priece.1995(*)
b. Etiologi
8/14/2019 ave lbm 2 KGD
2/29
01.208.5615 [AVE MARYA PAMILIH]
o Obstruksi jalan napas besar : seringkali menyebabkan kesulitan napas dengan
bunyi kasar (stirdor) saat inhalasi (sebagaimana pada stirdor laryngeal).
o Obstruksi napas kecil : menghasilkan mengi ekspiratorik (sebagaimana pada
asma). Kesulitan paling besar terdapat saat ekspirasi; jalan napas kecil cenderung
kolaps pada saat tekanan di dalam dada naik.
o Cairan di dalan parenkim atau alveolus (sebagaimana pada gagal jantung kiri
dan edema paru) menghasilkan penurunan komplians dan kapasitas vital.
o Kolaps dan konsolidasi parenkim paru (sebagaimana pada pneumonia)
mengurangi kapasitas vital.
o Kerusakan jaringan paru (sebagaimana pada emfisema) mengurangi kapasitas
vital.
o Fibrosis paru difus : menurunkan komplians dan menyebabkan abnormalitas
difusi.
o Hipoksemia dan hiperkapnia menstimulasi pusar pernapasan, mengingkatkan
kecepatan ventilasi.
o Lesi dada atau pleura yang nyeri (pleuritis dan trauma) atau penyakit dada
restriktif yang menyebabkan pengembangan dada terbatas.
o Cairan atau udara (khususnya di bawah tekanan) di dalam rongga pleura,
sebagaimana pada efusi pleura atau pneumotoraks, mengurangi ekspansi paru.
o Emboli paru dan infark menyebabkan cact perfusi dan kerusakan paru.
Sumber : Ringkasan Patologi Anatomi, Parakrama Chandrasoma ed.2.
peningkatan kerja pernafasan
ketidakseimbangan antara kerja pernafasan dengan kapasitas ventilasi
lemahnya otot pernafasan
penyakit kardiovaskuler
emboli paru
penyakit obstruksi paru
penyakit paru interstitial atau alveolar
gangguan dinding dada atau otot2
kecemasan
obstrukski saluran nafas
gangguan inflasi paru( gangguan restriksi)
pneumothorax
gagal jantung kiri
anemia
gangguan metabolik
8/14/2019 ave lbm 2 KGD
3/29
01.208.5615 [AVE MARYA PAMILIH]
( Patofisiologi, Sylvia A. Price dan Lorraine M. Wilson)
c. Mengapa sesak nafasnya menghebat setelah diberi suntikan ketoprofen?
d. Adakah hub.antara penyakit sekarang dg riwayat penyakit hipertensi ?
Ada beberapa obat antihipertensi yang dapat memperburuk asma :- Obat beta blockerdapat menimbulkan serangan asma
- Obat inhibitor ACEdapat meninggikan hiper aktivitas bronkus
Anjuran
a. Pada penderita hipertensi dan menderita asma bronchial jangan
diberikan beta blocker dalam pengobatan hipertensinya
b. Pada penderita hipertensi dan menderita asma, bila diberikan obat anti
hipertensi dengan inhibitor ACE perlu monitor ketat kemungkinan
terjadinya serangan asmaPada asma berat dan status asmatikus, pemberian steroid sistemik intravena
dapat diberikan untuk waktu yang singkat, selanjutnya dianjurkan
menggunakan steroid inhaler.
e. Apa saja klasifikasi & derajat sesak napas
Menurut American Thoracic Society
Tingkat Derajat Criteria
0 Normal Tidak ada kesulitan bernapas
kecuali dengan aktivitas berat.
1 Ringan Terdapat kesulotan bernapas,
napas pendek-pendek ketika
terburu-buru atau ketika
berjalan menuju puncak landai.
2 Sedang Berjalan lebih lambat daripada
kebanyakan orang berusia sama
karena sulit bernapas atau harusberhanti berjalan untuk
bernapas.
3 Berat Berhanti berjalan setelah 90
meter (100 yard) untuk bernapas
atau setelah berjalan beberapa
menit.
4 Sangat berat Terlalu sulit untuk bernapas bila
meninggalkan rumah atau sulit
bernapas ketika memakai bajuatau membuka baju.
8/14/2019 ave lbm 2 KGD
4/29
01.208.5615 [AVE MARYA PAMILIH]
Sumber :Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Sylvia A. Price, vol II ed. VI.
ASMA BRONCHIALE
f. Bagaimanakah patofisiologinya?
Patogenesis
Suatu serangan asthma timbul karena seorang yang atopi terpapar dengan alergen yang ada
dalam lingkungan sehari-hari dan membentuk imunoglobulin E ( IgE ). Faktor atopi itu
diturunkan. Alergen yang masuk kedalam tubuh melalui saluran nafas, kulit, dan lain-lain
akan ditangkap makrofag yang bekerja sebagai antigen presenting cell (APC). Setelah
alergen diproses dalan sel APC, alergen tersebut dipresentasikan ke sel Th. Sel Th memberikan
signal kepada sel B dengan dilepaskanya interleukin 2 ( IL-2 ) untuk berpoliferasi menjadi sel
plasma dan membentuk imunoglobulin E ( IgE ).
IgE yang terbentuk akan diikat oleh mastosit yang ada dalam jaringan dan basofil yang ada
dalan sirkulasi. Bila proses ini terjadi pada seseorang, maka orang itu sudah disensitisasi atau
baru menjadi rentan. Bila orang yang sudah rentan itu terpapar kedua kali atau lebih
dengan alergen yang sama, alergen tersebut akan diikat oleh Ig E yang sudah ada dalampermukaan mastosit dan basofil. Ikatan ini akan menimbulkan influk Ca++ kedalam sel dan
perubahan didalam sel yang menurunkan kadar cAMP.
Penurunan pada kadar cAMP menimbulkan degranulasi sel. Degranulasi sel ini akan
menyebabkan dilepaskanya mediator-mediator kimia yang meliputi : histamin, slow releasing
suptance of anaphylaksis ( SRS-A), eosinophilic chomotetik faktor of anaphylacsis (ECF-A) dan
lain-lain. Hal ini akan menyebabakan timbulnya tiga reaksi utama yaitu : kontraksi otot-otot
polos baik saluran nafas yang besar ataupun yang kecil yang akan menimbulkan
bronkospasme, peningkatan permeabilitas kapiler yang berperan dalam terjadinya edema
mukosa yang menambah semakin menyempitnya saluran nafas , peningkatan sekresi kelenjar
mukosa dan peningkatan produksi mukus. Tiga reaksi tersebut menimbulkan gangguan
ventilasi, distribusi ventilasi yang tidak merata dengan sirkulasi darah paru dan gangguan
difusi gas ditingkat alveoli, akibatnya akan terjadi hipoksemia, hiperkapnea dan asidosis pada
tahap yang sangat lanjut, (Barbara C.L,1996, Karnen B. 1994, William R.S. 1995 )
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan sukar
bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhiolus terhadap benda-benda
asing di udara.
8/14/2019 ave lbm 2 KGD
5/29
01.208.5615 [AVE MARYA PAMILIH]
Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut :
seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E
abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan
antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang
terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil.
Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen
bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan
mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi
lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek
gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada dinding
bronkhiolus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhiolus dan spasme
otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat
meningkat. Pada asma , diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada
selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama ekspirasi paksa menekan
bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan
selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat