Upload
willyagung4557
View
87
Download
19
Embed Size (px)
FUNGSI OTAK:1. lobus frontalis
untuk proses belajar, abstraksi2. lobus temporal
untuk diskriminasi bunyi,
3. lobus parietaldiskriminasi waktu
4. oocipitaldiskriminasi visual dan beberapa aspek memori
5. sistim limbicperhatian, memori, daya ingat, flight of idea
Gangguan mental organic
Definisi
Gangguan mental yang berkaitan dengan penyakit/gangguan sistemik
atau otak yang dapat didiagnosis tersendiri, termasuk gangguan mental
simtomatik, dimana pengaruh terhadap otak merupakan akibat sekunder
dari penyakit/gangguan sistemik di luar otak (extracerebral)
PPDGJ III
Etiologi
o Etiologi Organobiologik
Penyakit otak (serebral) seperti gangguan degenerative, infeksi pada
otak, gangguan cerebrovaskular, trauma kapitis, epilepsy, neoplasma,
toksik (NAPZA), dan herediter.
Penyakit sistemik (Ekstracerebral) seperti gangguan metabolisme,
endokrin/hormonal, infeksi sistemik atau penyakit autoimun.
o Etiologi Psikologik
Seperti krisis yaitu suatu kejadian yang mendadak ; konflik, suatu
pertentangan batin; tekanan khususnya dalam dirinya, seperti kondisi
fisik yang tidak ideal; frustasi, suatu kegagalan dalam mencapai
tujuan; dan sudut pendidikan dan perkembangan seperti salah asih,
salah asah, salah asuh; dan tak perpenuhinya kebutuhan psikologik
seperti rasa aman, nyaman, perhatian, kasih saying.
o Etiologi Sosio-kultural
Problem keluarga, problem dengan lingkungan, pendidikan, pekerjaan,
perumahan, ekonomi, akses ke pelayanan kesehatan, problem hokum /
criminal dan problrm psikososial lainnya.
Simposium Sehari Kesehatan Jiwa, dr. Dan Hidayat SpKJ
MANIFESTASI KLINIS
1. Gangguan fungsi kognitif
Misalnya, daya ingat (memory), daya pikir (intellect), daya
belajar (learning).
2. Gangguan sensorium
Misalnya, gangguan kesadaran (consciousness) dan perhatian
(attention).
3. Sindrom dengan manifestasi yang menonjol dalam bidang:
Persepsi (halusinasi)
Isi pikiran (waham/delusi)
Suasana perasaandan emosi (depresi, gembira, cemas)
PPDGJ III
Klasifikasi
Blok Gangguan Mental Organik menggunakan 2 kode :
Sindrom psikopatologik (misalnya, Demensia)
Gangguan yang mendasari (misalnya, Penyakit Alzheimer) PPDGJ III
DEMENSIA
Definisi
Demensia merupakan sindroma yang ditandai oleh berbagai gangguan
fungsi kognitif tanpa gangguan kesadaran. Fungsi kognitif yang dapat
dipengaruhi pada demensia adalah inteligensia umum, belajar dan
ingatan, bahasa, memecahkan masalah, orientasi, persepsi, perhatian,
dan konsentrasi, pertimbangan, dan kemampuan sosial. Kepribadian
pasien juga terpengaruhi.
SINOPSIS PSIKIATRI , KAPLAN DAN SADOCK
Suatu sindrom akibat penyakit/gangguan otak yang biasanya bersifat
kronik-progresif, dimana terdapat gangguan fungsi luhur kortikal yang
multipel
(PPDGJ-III )
Suatu defisit yang didapat dalam fungsi intelektual, termasuk gangguan
bahasa, kognisi ( perhitungan, pertimbangan, dan abstraksi ), ketrampilan
visuo-spasial, dan ingatan
( BUKU SAKU PSIKIATRI, EGC )
etiologi
Obat-obatan : anticholinergics (mis.Atropin dan senyawa sejenis); antikonvulsan (mis. Phenytoin, barbiturat); antihipertensi (clonidirie, methydopa, propranolol); psychotropics (haloperidol, phenothiazines); dan lain-lain (misalnya: quinidine, bromide, paraldehyde, disulfiram).
Metabolic-gangguan sistemik gangguan elektrolit atau asam-basa; hypo-, hyperglycemia; anemia berat; polycythemia Vera; hyperlipidemia; gagal hepar; uremia; insufisiensi pulmonal; hypopituitarism; dysfungsi thyroid, adrenal, atau parathyroid; dysfungsi cardiac; degenerasi hepatolenticular.
Gangguan Intracranial : insufisiensi cerebrovascular, meningitis atau encephalitis khronis, neurosyphilis, epilepsy, tumor, abscess, hematoma subdural, multiple sclerosis, normal pressure hydrocephalus.
Keadaan defisiensi : vitamin B12, defisiensi folat, pellagra (niacin).
Gangguan collagen-vascular : systemic lupus erythematosus, temporal arteritis, sarcoidosis, syndrom Behcet.
lntoksikasl eksogen : alcohol, carbon monoxide, organophosphates, loluene, trichloroethylene, carbon disulfide, timbal (lead), mercury, arsenic, thallium, manganese, nitrobenzene, anilines, btomide, hydrocarbons.
(Kecerdasan pada usia lanjut dan demensia,FKUI,Prof.Dr.dr.SM.Lumbantobing)
Dari segi etiologi dibedakan antara demensia reversibel dan
irreversibel. Untuk demensia reversible penyebabnya adalah :
1. Drugs
Antidepresi, antiansietas, sedatif, antiaritmia, antihipertensi,
antikonvulsan, obat-obat jantung termasuk digitalis, obat-obat
antikolmergik.
2. Emosi/depresi
Depresi, shizofrenta, mania, psikosis.
3. Metabolik / endokrin
Penyakit tiroid, hipoglikemi, hipernatremi dan hiponatremi,
hiperklasemi, gagal ginjal, gagal hati, penyakit Cushing, penyakit
wilson.
4. Eye/ear nutrisi
Difensiasi tiamin, difensiasi vitamin B12 (anemia pernisiosa), Difensiasi
asam fosfat, difensiasi vitamin B6 (pellagra).
5. Trauma
Trauma kranioserebal, hematon subdural akut dan kronis.
6. Tumor
Glioma, meningioma, tumor metastatis.
7. Infeksi
Meningitis dan ensefalitis bakterialis, meningitis dan ensefalitis Akibat
jamur, meningitis akibat kriptokokus, meningitis dan Ensefalitis viral,
abses otak, neurosifilis, AIDS.
8. Autoimun
Lupus eritematosus diseminata, multiple sklerosis. Dan di samping itu
ada juga arterioseklerosis dan alkohol.
Untuk dementia yang irreversibel penyebabnya adalah:
1. Penyakit degeneratif
Penyakit Alzaimer, dementia Frontotemporal, penyakit Huntington,
penyakit Parkinson, penyakit Lewy bodies, atrofi olivopontoserebelar,
amiotropik lateral sklerosis/ dementia parkinsonism kompleks.
2. Penyakit vaskular
Infrak multipel, emboli serebral, arteritis, anoksia skunder akibat henti
jantung, gagal jantung atau keracunan karbon monoksida.
3. Trauma
Trauma kranioserebral berat
4. Infeksi
Sub akut spongiform ensefalopati (creutzfeldt-jacob disease), post
ensefalitis, Leukoensefalopati multifokal progresif.
Klasifikasi
Demensia tipe Alzheimer
Demensia Vaskular
Demensia karena kondisi medis umum
Demensia karena penyakit HIV
Demensia karena trauma kepala
Demensia karena penyakit Parkinson
Demensia karena penyakit Huntington
Demensia karena penyakit pick
Demensia karena penyakit Creutfeldt- Jacob
Demensia menetap akibat zat
Demensia karena penyebab multiple
Demensia yang tidak ditentukan (YTT)
Sinopsis Psikiatri Jilid I, Kaplan dan Sadock
1) Dari segi gambaran klinik :
Demensia global
Global : menyeluruh. Kemunduran fungsi diseluruh bidang
Demensia afasik
Afasia : tidak bisa berbahasa. Kemunduran terutama di bidang bahasa.
Demensia visuoperseptif.
Kemunduran terutama di bidang visual, memahami rangsang visual ( penglihatan )
2) Dari segi anatomi dibedakan antara ;
Demensia kortikal
Demensia yang terjadi karena kerusakan di daerah korteks otak
Demensia subkortikal
Demensia yang terjadi karena kerusakan di daerah subkorteks, misalnya di daerah ganglia basal.
3) Dari segi etiologi dan perjalanan penyakit
Demensia yang reversibel
Demensia irreversibel
(NEUROGERIATRI,FKUI,Prof.Dr.dr.S.M.Lumbantobing,SpS(K),SpKJ)
KLASIFIKASI
a. Demensia tipe alzheimerSINOPSIS PSIKIATRI PPDGJ-III
Perkembangan defisit kognitif yang dimanifestasikan oleh baik :1) Gangguan daya ingat ( gangguan
kemampuan dalam mempelajari informasi baru dan untuk mengingat informasi yang telah dipelajari sebelumnya )
2) Satu ( atau lebih ) gangguan kognitif berikut :a) Afasia ( gangguan bahasa )b) Apraksia ( gangguan kemampuan
untuk aktivitas motorik walaupun fungsi motorik adalah utuh )
c) Agnosia ( kegagalan untuk mengenali atau mengidentifikasi benda walaupun fungsi sensorik adalah utuh )
d) Gangguan dalam fungsi eksekutif ( yaitu merencanakan, mengorganisasi, mengurutkan dan abstrak )
Defisit kognitif dalam kriteria A1 dan A2 masing” menyebabkan gangguan yang bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan dan menunjukkan suatu penurunan bermakna dari tingkat fungsi sebelumnya
Perjalanan penyakit ditandai oleh onset yang bertahap dan penurunan kognitif yang terus-menerus
Defisit kognitif dalam kriteria A1 dan A2 bukan salah satu dari berikut :1) Kondisi sistem saraf pusat lain yang
menyebabkan defisit progresif dalam daya ingat dan kognisi ( misalnya, penyakit serebrovaskular, penyakit Parkinson, penyakit Huntington, hematoma subdural, hidrosefalus tekanan normal, tumor otak )
2) Kondisi sistemik yang diketahui menyebabkan demensia ( misalnya, hipotiroidisme, defisiensi vitamin B12 atau asam folat, defisiensi niasin, hiperkalsemia, neurosifilis, infeksi HIV )
3) Kondisi akibat zat Defisit tidak terjadi semata-mata selama
perjalanan suatu delirium Gangguan tidak lebih baik diterangkan
oleh gangguan aksis I lainnya ( misalnya, gangguan depresif berat, skizofrenia )
Terdapatnya gejala demensia Onset bertahap ( insidious onset
) dengan deteriorasi lambat. Onset biasanya sulit ditentukan waktunya yang persis, tiba” orang lain sudah menyadari adanya kelainan tersebut. Dalam perjalanan penyakitnya dapat terjadi suatu taraf yang stabil ( plateau ) secara nyata
Tidak adanya bukti klinis, atau temuan dari pemeriksaan khusus, yang menyatakan bahwa kondisi mental itu dapat disebabkan oleh penyakit otak atau sistemik lain yang dapat menimbulkan demensia ( misalnya hipotiroidisme, hiperkalsemia, defisiensi vitamin B12, defisiensi niasin, neurosifilis, hidrosefalus bertekanan normal, atau hematoma subdural
Tidak adanya serangan apoplektik mendadak, atau gejala neurologik kerusakan otak fokal seperti hemiparesis, hilangnya daya sensorik, defek lapangan pandang mata, dan inkoordinasi yang terjadi dalam masa dini dari gangguan itu ( walaupun fenomena ini dikemudian hari dapat bertumpang tindih )
b.Demensia vaskularSINOPSIS PSIKIATRI PPDGJ-III
Perkembangan defisit kognitif yang dimanifestasikan oleh baik :1) Gangguan daya ingat ( gangguan
kemampuan dalam mempelajari informasi baru dan untuk mengingat informasi yang telah dipelajari sebelumnya )
2) Satu ( atau lebih ) gangguan kognitif berikut :a) Afasia ( gangguan bahasa )b) Apraksia ( gangguan kemampuan
untuk aktivitas motorik walaupun fungsi motorik adalah utuh )
c) Agnosia ( kegagalan untuk mengenali atau mengidentifikasi benda walaupun fungsi sensorik adalah utuh )
d) Gangguan dalam fungsi eksekutif ( yaitu merencanakan, mengorganisasi, mengurutkan dan abstrak )
Defisit kognitif dalam kriteria A1 dan A2 masing” menyebabkan gangguan yang bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan dan menunjukkan suatu penurunan bermakna dari tingkat fungsi sebelumnya
Tanda dan gejala neurologis fokal ( misalnya, peninggian refleks tendon dalam, respon ekstensor plantar, palsi pseudobulbar, kelainan gaya berjalan, kelamahan pada satu ekstremitas ) atau tanda” laboratorium adalah indikatif untuk penyakit serebrovaskular ( misalnya, infark multipel yang mengenai korteks dan substansia putih di bawahnya )yang dianggap berhubungan secara etiologi dengan gangguan
Defisit tidak terjadi semata” selama perjalanan delirium
Terdapatnya gejala demensia Hendaya fungsi kognitif
biasanya tidak merata ( mungkin terdapat hilangnya daya ingat, gangguan daya pikir, gejala neurologis fokal ). Daya tilik dari ( insight ) dan daya nilai (judgment) secara relatif tetap baik
Suatu onset yang mendadak atau deteriorasi yang bertahap, disertai adanya gejala neurologis fokal, meningkatkan kemungkinan diagnosis demensia vaskuler. Pada beberapa kasus, penetapan hanya dapat dilakukan dengan pemeriksaan CT-Scan atau pemeriksaan neuropatologis
c. Demensia karena kondisi medis umum lainSINOPSIS PSIKIATRI
Perkembangan defisit kognitif yang dimanifestasikan oleh baik :1) Gangguan daya ingat ( gangguan kemampuan dalam mempelajari
informasi baru dan untuk mengingat informasi yang telah dipelajari sebelumnya )
2) Satu ( atau lebih ) gangguan kognitif berikut :a) Afasia ( gangguan bahasa )b) Apraksia ( gangguan kemampuan untuk aktivitas motorik walaupun
fungsi motorik adalah utuh )c) Agnosia ( kegagalan untuk mengenali atau mengidentifikasi benda
walaupun fungsi sensorik adalah utuh )d) Gangguan dalam fungsi eksekutif ( yaitu merencanakan,
mengorganisasi, mengurutkan dan abstrak ) Defisit kognitif dalam kriteria A1 dan A2 masing” menyebabkan gangguan
yang bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan dan menunjukkan suatu penurunan bermakna dari tingkat fungsi sebelumnya
Terdapat bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium bahwa gangguan adalah akibat fisiologis langsung dari salah satu kondisi medis yang tertulis di bawah ini
Defisit tidak terjadi semata” selama perjalanan delirium
d.Demensia menetap akibat zatSINOPSIS PSIKIATRI
Perkembangan defisit kognitif yang dimanifestasikan oleh baik :1) Gangguan daya ingat ( gangguan kemampuan dalam mempelajari
informasi baru dan untuk mengingat informasi yang telah dipelajari sebelumnya )
2) Satu ( atau lebih ) gangguan kognitif berikut :a) Afasia ( gangguan bahasa )b) Apraksia ( gangguan kemampuan untuk aktivitas motorik walaupun
fungsi motorik adalah utuh )c) Agnosia ( kegagalan untuk mengenali atau mengidentifikasi benda
walaupun fungsi sensorik adalah utuh )d) Gangguan dalam fungsi eksekutif ( yaitu merencanakan,
mengorganisasi, mengurutkan dan abstrak ) Defisit kognitif dalam kriteria A1 dan A2 masing” menyebabkan gangguan
yang bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan dan menunjukkan suatu penurunan bermakna dari tingkat fungsi sebelumnya
Defisit tidak terjadi semata” hanya selama perjalanan suatu delirium dan menetap melebihi lama yang lazim dari intoksikasi atau putus zat
Terdapat bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium bahwa defisit secara etiologis berhubungan dengan efek menetap dari pemakaian zat ( misalnya, suatu obat yang disalahgunakan, medikasi )
e.Demensia karena penyebab multipelSINOPSIS PSIKIATRI
Perkembangan defisit kognitif yang dimanifestasikan oleh baik :3) Gangguan daya ingat ( gangguan kemampuan dalam mempelajari
informasi baru dan untuk mengingat informasi yang telah dipelajari sebelumnya )
4) Satu ( atau lebih ) gangguan kognitif berikut :e) Afasia ( gangguan bahasa )f) Apraksia ( gangguan kemampuan untuk aktivitas motorik walaupun
fungsi motorik adalah utuh )g) Agnosia ( kegagalan untuk mengenali atau mengidentifikasi benda
walaupun fungsi sensorik adalah utuh )h) Gangguan dalam fungsi eksekutif ( yaitu merencanakan,
mengorganisasi, mengurutkan dan abstrak ) Defisit kognitif dalam kriteria A1 dan A2 masing” menyebabkan gangguan
yang bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan dan menunjukkan suatu penurunan bermakna dari tingkat fungsi sebelumnya
Terdapat bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium bahwa gangguan memiliki lebih dari satu penyebab ( misalnya,
trauma kepala ditambah penggunaan alkohol kronis, demensia tipe Alzheimer dengan perkembagan demensia vaskular selanjutnya )
Defisit tidak terjadi semata” selama perjalanan delirium
f. Demensia yang tidak ditentukanSINOPSIS PSIKIATRI
Kategori ini digunakan untuk mendiagnosis demensia yang tidak memenuhi kriteria tipe spesifik yang dijelaskan dalam bagian ini. Contohnya adalah gambaran klinis demensia yang tidak terdapat bukti cukup untuk menegakkan etiologi spesifik
Berdasarkan tahapannya:
1. Normal / ditentukan dengan BSF dan AAMI (Aged associated memory impairtment)
2. Pre demensia (CIND dan MCI) Pikunnya pasiennya lebih singkat.
3. Demensia
Patofisiologi
Dementia Degeneratif Primer
Dikenal juga dengan nama dementia tipe alzheimer, adalah suatu keadaan yang
meliputi perubahan dari jumlah, struktur dan fungsi neuron di daerah tertentu
dari kortex otak. Terjadi kekusutan neurofiblier dan plak-plak neurit dan
perubahan aktivitas kolinergik di daerah-daerah tertentu di otak. Penyebab tidak
diketahui secara pasti, tetapi beberapa teori menerangkan kemungkinan adanya
faktor kromosom atau genetik, radikal bebas, toksin amiloid, pengaruh logam
aluminium, akibat infeksi virus lambat/ pengaruh lingkungan lain.
Dementia Multi Infark
Dementia ini merupakan jenis kedua terbanyak setelah penyakit alzheimer. Bisa
didapatkan secara tersendiri atau bersama dengan dementia jenis lain.
Didapatkan sebagai akibat/ gejala sisa dari stroke kortikal atau subkortikal yang
berulang. Oleh karena lesi di otak seringkali tidak terlalu besar, gejala strokenya
( berupa defisit neurologik) tidak jelas terlihat. Dapatan yang khas adalah bahwa
gejala dan tanda menunjukkan penurunan bertingkat (stepwise), di mana setiap
episode akut menurunkan keadaan kognitifnya. Hal ini berbeda dengan dapatan
pada penyakit alzheimer, di mana gejala dan tanda akan berlangsung progresif
pada penyakit alzheimer, di mana gejala dan tanda akan berlangsung progresif.
Dementia pada Penyakit Neurologik
Berbagai penyakit neurologik sering disertai dengan gejala dementia.
Diantaranya yang tersering adalah penyakit parkinson, khorea huntington dan
hidrocephalus bertekanan normal. Gejala mirip dementia sub kortikal, yaitu
selain didapatkan dementia juga gejala postur dan langkah (gait) serta depresi.
Sindroma Amnestik dan Pelupa Benigna Akibat Penuaan
Pada dementia amnestik terdapat gangguan menori (daya ingat)/ hal yang baru
terjadi, biasanya penyebabnya adalah :
–>Defisiensi tiamin ( sering akibat pemakaian alkohol berlebihan )
–>Lesi pada struktur otak bagian temporal tengah ( akibat trauma atau anoksia )
–>Iskemia global translen (sepintas) akibat insufisiensi cerebrovaskuler.
4.Penyakit alzheimer
Patologi anatomi dari Penyakit Alzheimer meliputi dijumpainya Neurofibrillary
Tangles (NFTs), plak senilis dan atropi serebrokorteks yang sebagian besar
mengenai daerah asosiasi korteks khususnya pada aspek medial dari lobus
temporal.
Meskipun adanya NFTs dan plak senilis merupakan karakteristik dari Alzheimer,
mereka bukanlah suatu patognomonik. Sebab, dapat juga ditemukan pada
berbagai penyakit neurodegeneratif lainnya yang berbeda dengan Alzheimer,
seperti pada penyakit supranuklear palsy yang progresif dan demensia
pugilistika dan pada proses penuaan normal. Distribusi NFTs dan plak senilis
harus dalam jumlah yang signifikan dan menempati topograpfik yang khas untuk
Alzheimer. NFTs dengan berat molekul yang rendah dan terdapat hanya di
hippokampus, merupakan tanda dari proses penuaan yang normal. Tapi bila
terdapat di daerah medial lobus temporal, meski hanya dalam jumlah yang kecil
sudah merupakan suatu keadaaan yang abnormal.
Selain NFTs dan plak senilis, juga masih terdapat lesi lain yang dapat dijumpai
pada Alzheimer yang diduga berperan dalam gangguan kognitif dan memori,
meliputi : (1) Degenerasi granulovakuolar Shimkowich (2) Benang-benang
neuropil Braak , serta (3) Degenerasi neuronal dan sinaptik.
Berdasarkan formulasi di atas, tampak bahwa mekanisme patofisiologis yang
mendasari penyakit Alzheimer adalah terputusnya hubungan antar bagian-
bagian korteks akibat hilangnya neuron pyramidal berukuran medium yang
berfungsi sebagai penghubung bagian-bagian tersebut, dan digantikan oleh lesi-
lesi degeneratif yang bersifat toksik terhadap sel-sel neuron terutrama pada
daerah hipokampus, korteks dan ganglia basalis. Hilangnya neuron-neuron yang
bersifat kolinergik tersebut, meneyebabkan menurunnya kadar neurotransmitter
asetilkolin di otak. Otak menjadi atropi dengan sulkus yang melebar dan
terdapat peluasan ventrikel-ventrikel serebral.
gejala klinis
Pada stadium awal demensia pasien menunjukkan kesulitan untuk mempertahankan kinerja mental, fatigue, dan kecenderungan
untuk gagal jika suatu tugas adalah baru atau kompleks atau memerlukan penggeseran strategi pemecahan maslah. Defek utama dalam demensia melibatkan orientasi, ingatan, persepsi, fungsi intelektual, dan pemikiran, dan semua fungsi tersebut menjadi secara progresif terkena saat proses penyakit berlanjut.
G angguan Daya Ingat
Gangguan ingatan biasanya merupakan ciri yang awal dan menonjol pada demensia, khususnya pada demensia yang mengenai korteks, seperti demensia tipe Alzheimer. Pada awal perjalanan demensia, gangguan daya ingat adalah ringan dan biasanya paling jelas untuk peristiwa yang baru terjadi, seperti melupakan nomor telepon, perca-kapan, dan peristiwa hari tersebut. Saat perjalanan dimensia berkembang, gangguan emosional menjadi parah, dan hanya informasi yang dipelajari paling baik (sebagai contohnya, tempat kelahiran) dipertahankan.
Orientasi
Karena daya ingat adalah penting untuk orientasi terhadap orang, tempat, dan waktu, orientasi dapat terganggu secara progresif selama perjalanan penyakit demensia. Sebagai contohnya, pasien dengan demensia mungkin lupa bagaimana kembali ke ruangannya setelah pergi ke kamar mandi. Tetapi, tidak masalah bagaimana beratnya disorientasi, pasien tidak menunjukkan gangguan pada tingkat kesadaran.
Gangguan Bahasa
Proses demensia yang mengenai korteks, terutama demensia tipe Alzheimer dan demensia vaskular, dapat mempengaruhi kemampuan berbahasa pasien. Kesulitan berbahasa mungkin ditandai oleh cara berkata yang samar-samar, stereotipik, tidak tepat, atau berputar-putar. Pasien mungkin juga memiliki kesulitan dalam menyebutkan nama suatu benda.
Perubahan Kepribadian
Perubahan kepribadian pasien demensia merupakan gambaran yang paling mengganggu bagi keluarga pasien yang terkena. Sifat kepribadian sebelumnya mungkin diperkuat selama perkembangan demensia. Pasien dengan demensia juga mungkin menjadi introvert dan tampaknya kurang memperhatikan tentang efek perilaku mereka terhadap orang lain. Pasien demensia yang mempunyai waham paranoid biasanya bersikap bermusuhan terhadap anggota keluarga dan pengasuhnya. Pasien dengan gangguan frontal dan temporal kemungkinan mengalami perubahan kepribadian yang jelas dan mungkin mudah marah dan meledak-ledak.
Psikosis
Diperkirakan 20 sampai 30 persen pasien demensia, terutama pasien dengan demensia tipe Alzheimer, memiliki halusinasi, dan 30 sampai 40 persen pasien memiliki waham, terutama dengan sifat paranoid atau persekutorik (kejar) dan tidak sistematik, walaupun waham yang kompleks, menetap, tersistematik dengan baik juga dilaporkan pada pasien demensia. Agresi fisik dan bentuk kekerasan lainnya adalah sering pada pasien demensia yang juga mempunyai gejala psikotik.
Gangguan Lain
Psikiatrik. Di samping psikosis dan perubahan kepribadian, depresi dan kecemasan adalah gejala utama pada kira-kira 40 sarnpai 50 persen pasien demensia, walaupun sindroma gangguan depresif yang sepenuhnya mungkin hanya ditemukan pada 10 sampai 20 persen pasien demensia. Pasien dengan demensia juga menunjukkan tertawa atau menangis yang patologis-yaitu, emosi yang ekstrim tanpa provokasi yang terlihat.
Neurologis. Tanda neurologis lain yang dapat berhubungan dengan demensia adalah kejang, yang terlihat pada kira-kira 10 persen pasien dengan demensia tipe Alzheimer dan 20 persen pasien dengan demensia vaskular, dan presentasi neurologis yang atipikal, seperti sindroma lobus parietalis nondominan. Refleks primitif-seperti refleks menggenggam, moncong, mengisap, kaki-tonik, dan palmomental mungkin ditemukan pada pemeriksaan neurologis, dan jerks mioklonik ditemukan pada 5 sampai 10 persen pasien.
Pasien dengan demensia vaskular mungkin mempunyai gejala neurologis tambahan-seperti nyeri kepala, pusing, pingsan,
kelemahan, tanda neurologis fokal, dan gangguan tidur-mungkin menunjukkan lokasi penyakit serebrovaskular. Palsi serebrobulbar, disartria, dan disfagia juga lebih sering pada demensia vaskular dibandingkan demensia lain.
Reaksi katastropik. Pasien mempunyai kesulitan dalam generalisasi dari suatu contoh tunggal dalam membentuk konsep, dan dalam mengambil perbedaan dan persamaan di antara konsep-konsep. Selanjutnya, kemampuan untuk memecahkan masalah, untuk memberikan alasan secara logis dan untuk membuat pertimbangan yang sehat adalah terganggu. Goldstein juga menggambarkan suatu reaksi katastropik, yang ditandai oleh agitasi sekunder karena kesadaran subjektif tentang defisit intelektualnya di bawah keadaan yang me-negangkan. Pasien biasanya berusaha untuk mengkompensasi defek tersebut dengan menggunakan strategi untuk menghindari terlihatnya kegagalan dalam daya intelektual, seperti mengubah subyek, membuat lelucon, atau mengalihkan pewawancara dengan cara lain. Tidak adanya pertimbangan kontrol impuls yang buruk sering ditemukan khususnya pada demensia yang terutama mempengaruhi lobus frontalis. Contoh dari gangguan tersebut adalah bahasa yang kasar, humor yang tidak sesuai, pengabaian penampilan dan higine pribadi, dan mengabaikan aturan konvensional tingkah laku sosial.
Sindroma "sundowner." Sindroma downer ditandai oleh mengantuk, konfusi, ataksia dan terjatuh secara tidak disengaja. Keadaan ini terjadi pada pasien lanjut usia yang mengalami sedasi berat dan pada pasien demensia yang bereaksi secara menyimpang bahkan terhadap dosis kecil obat psikoaktif. Sindroma juga terjadi pada pasien demensia jika stimuli eksternal, seperti cahaya dan isyarat yang menyatakan interpersonal adalah menghilang.
Onset yang perlahan-lahan dengan perjalanan yang memburuk secara progresif, tidak adanya tanda neurologis, tidak adanya riwayat trauma atau penyakit serebrovaskular, hasil tes darah yang normal, dan bukti atrofi kortikal pada CT scan berarti diagnosis demensia tipe Alzheimer. Karena tidak terdapat ciri psikotik atau gangguan mood, diagnosis dicatat tanpa komplikasi. Beratnya demensia dinyatakan sebagai moderat karena pasien memerlukan suatu pengawasan.
Sinopsis Psikiatri Jilid I, Kaplan dan Sadock
Gangguan Psikologis Gangguan Perilaku
Jenis Bentuk Jenis Bentuk
1. Waham (Delusi)
· Isi pikiran yang salah diyakini kebenarannya
· Tidak dpt dikoreksi melalui bukti-bukti yang ada
1. Wandering
· Mondar-mandir· Mencari-cari/
membututi pengasuh/keluarga/ orang lain kemana pun pergi.
· Berjalan mengelilingi rumah
· Keluar rumah /kabur /keluyuran
2. Halusinasi · Halusinasi dengar
· Halusinasi penglihatan
· Halusinasi Haptic
2. Restlessness
Sangat gelisah sehingga tidak bisa diam barang sejenak
3. Misidentifikasi / Mispersepsi
· Merasa bukan dirinya
· Merasa bahwa istri/suami bukan lagi pasangan hidupnya
· Tidak dapat mengidentifikasi kejadian
3. Agitasi Aktivitas verbal (bicara) maupun motorik (fisik) yang berlebihan dan tidak selaras. Misalnya marah-marah, ngamuk-ngamuk, ngomel terus, dsb.
4. Depresi · Murung, sedih, menangis
· Ingin mengakhiri hidupnya
· Uring-uringan dan mudah tersinggung
4. Agresivitas · Agresivitas fisik seperti : memukul, menendang, mendorong, mencakar, menggigit orang atau menggerayangi barang orang lain
· Agresivitas Verbal seperti : menjerit, berteriak, membuat
suara gaduh, marah meledak-ledak.
5. Apatis · Tak ada minat terhadap hal-hal yang biasanya disukai, termasuk kegiatan sehari-hari.
· Perawatan diri terganggu.
· Interaksi sosial menjadi sangat berkurang.
5. Disinhibisi Kelakuan yang tidak sesuai budaya dan norma-norma sosial yang berlaku karena terganggunya/hilangnya fungsi pengendalian diri. Perilakunya menjadi kurang sopan, kurang terpuji, memalukan dan sebagainya.
6. Cemas · Menanyakan hal yang sama berulang-ulang
· Meremas-remas tangan
· Tidak dapat duduk diam
Pedoman diagnostic
ANAMNESIS
Data anamnesis diambil dari pasien dan anggota keluarganya. Karena umumnya pasien tidak lagi dapat memberikan keterangan yang akurat karena gangguan fungsi mentai yang dideritanya, maka keterangan keluarga, kawan ataupun teman sekerjanya sangat penting untuk maksud verifikasi informasi yang telah disampaikan oleh paisen. Di samping itu alo-anamnesis juga berguna untuk penelusuran informasi lebih jauh.
Alo-anamneis tersebut lebih bail< dilakukan tanpa pasien ikut serta dalam wawancara, untuk menghindari distorsi informasi yang timbul akibat rasa sungkan pada pasien. Sehingga data yang diambil benar-benar akurat. Bagi seorang dokter perlu mencari data pokok menuju diagnosis
demensia. Sintomatologi yang penting dan harus dicari tersebut adalah :
1. Perubahan tingkah laku. Secara umum, apakah pasien menunjukkan tingkah laku yang berubah dibanding sebelumnya ? Bila ya, bagaimana perubahan yang terjadi tersebut ? Apakah perubahaan tersebut secara pelan-pelan namun konsisten ( penyakit degeneratif ) ? Atau berciri bertahap, setiap tahap terjadi mendadak. dan semakin memburuk (stepwise alterations) sebagai ciri DMI ?
2. Perubahan emosi dan hubungan sosial. - Perubahan emosi bisa merupakan simton dari demensia maupun
depresi. Maka perlu dicari lebih lanjut tanda-tanda depresi lainnya.
- Adakah kecemasan dan agitasi ? Apakah pasien merasa ”semua serba tidak betul" ?
- Apakah gairah kerja, kehangatan dengan keluarga. dan kegiatan hobinya menurun ?
- Adakah tanda-tanda paranoia atau konfabulasi ?
- Adakah keluhan-keluhan fisik yang tak ada kaitannya dengan kelainan fisiknya (psikosomatik) ?
- Apakah pasien menunjukkan perubahan tingkah laku yang memalukan ?
- Adakah penurunan gairah seksual ?
- Apakah tidak mau lagi melakukan perkumpulan atau pertemuan sosial lainnya? Juga apakah pertimbangan dan keputusan sosialnya terganggu ?
- Apakah sekarang lebih temperamental, mudah tersinggung atau agresif ?
3. Kemunduran fungsi kognitif. - Apakah daya ingat ( memori ) nya terganggu ?
Daya ingat ini merupakan data yang paling penting, mengingat demensia apapun penyebabnya mempunyai gejala awal berupa kemunduran daya ingat. Pada stadium awal, memori yang terganggu adalah memori yang baru. Jadi, mintalah pasien untuk mengingat hal-hal yang baru terjadi. Umumnya ingatan jangka panjangnya masih cukup baik.
- Apakah pasien mendapat kesulitan dalam melakukan pekerjaannya ?
Karena " abstract reasoning" dan konseptualisasi pasien terganggu, umumnya akan mendapat kesulitan dalam bekerja, khususnya menyelesaikan masalah yang non-rutin atau yang agak rumit.
- Apakah (pasien sering tersesat ketika berjalan atau berkendaraan di lingkungan yang baru/tempat yang tidak rutin dilalui ?
Pasien demensia, khususnya karena penyakit Alzheimer sering mengalami disorientasi visuospasial dan geografi.
- Apakah pasien mendapat kesulitan dan sering membuat kesalahan dalam melakukan aktivitas motorik yang kompleks?
Hal ini untuk mengetahui ada tidaknya apraksia. Bila dengan menanyakan apakah ada kesulitan dalam mengancingkan baju, memasang tali sepatu dan kegiatan sehan-hari yang membutuhkan ketrampilan motorik kompleks lainnya.
- Bagaimana kemampuan berbahasanya ?
Apakah ada tanda-tanda bicara melantur lepas dari konteks (tangensial)? Bicara tidak " to the pint " ( sirkumlokusi ) ? Kesulitan dalam menjelaskan hal-hal yang kompleks apalagi ka!au materinya banyak? Kesulitan dalam mengingat nama orang atau benda (anomia)? Kesulitan dalam menulis ( agrafia ) ?
4. Tingkat kesadaran. Apakah tingkat kesadarannya berfluktuasi ? Bila ya, hal tersebut bukan ciri dari demensia tetapi lebih cocok untuk delirium. Tingkat kesadaran pada demensia umumnya baik dan konsisten .
. Data anamnesis sebagaimana yang terlera di atas diperlukan untuk keperluan diagnosis klinik demensia. Selanjutnya, karena faktor penyebab demensia cukup banyak maka hal-hal di bawah ini juga perlu ditanyakan pada pasien-pasien yang diduga mengidap demensia. - Penyaki serebrovaskuler. Tanyakan riwayat TIA, hipertensi,
DM, riwayat stroke sebeiumnya.
- Serangan epilepsi. Bila karena sebab-sebab vaskuler atau neoptastik.
- Sakit kepala. Dapat dikaitkan dengan tumor otak, infeksi susunan saraf pusat, hidrosefalus atau depresi.
- Gerak involunter. Adanya khorea rrlengarahkan pernikiran ke khorea Huntington.
- Keseimbangan tubuh terganggu. Mengarah ke parkinsonisme dan ”progressive supranuclear palsy". Dapat juga terjadi pada hidrosefalus.
- Riwayat operasi kelenjar tiroid atau gejala hipotiroidi. Demensia bisa merupakan simton dari miksudema.
- Riwayat perdarahan subarakhnoidea. Bisa berkembang menjadi hidrosefalus.
- Trauma. Trauma bisa menimbulkan demensia akihat hematom subdural. Riwayat trauma sebelumnya bisa membawa pemikiran adanya kerusakan jaringan otak yang menyebabkan demensia.
- Riwayat penyakit kelamin. Sifilis bisa menyebabkan demensia paralitka.
- Karsinoma. Secara khusus yang berasal dari jaringan retikuloendotelium. Pengaruh metastase langsung ke otak atau " remote effect" bisa menimbulkan simtom demensia.
- Penggunaan obat-obatan jangka panjang. Obat yang potensial menimbulkan efek demensia adalah barbiturat, anti depresan. dan obat-obat psikotropik.
- Penggunaan alkohol dan obat-obat tertarang/narkotika.
- Riwayat AIDS.
a. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan Laboratorium rutin
- Darah lengkap mendeteksi kelainan sistemik dan blood dyscrasia.
- Urinalisis infeksi saluran kemih dan diabetes- Elektrolit serum mendeteksi gangguan elektrolit/metabolik- Kalsium darah mendeteksi hiper/hipokalsemia- BUN mendeteksi uremia- Fungsi hati mendeteksi ensefalopati hepatik- Hormon tiroid mendeteksi hipo/hipertiroidisme- Kadar asam folat & vit.B12 serum mendeteksi defisiensi.- Absorpsi antibodi treponemal fluresen mendeteksi neurosifilis
dann pemeriksaan HIV pd pasien resiko tingi hanya atas indikasi. Diagnosis Pencitraan (imaging)
CT scan, MRI sangat membantu dan harus dilakukan bila perjalanan klinis demensia atipikal, awitan (onset) demensia dibawah 60 tahun, ada kecurigaan meningitis, hidrosefalus, riwayat tumor/kanker, riwayat pemakaian obat antikoagulan/blood discrasia, strbke, lesi fokal, riwayat inkontinensia urine, gangguan gait pada awal demensia atau curiga
hematom (trauma kapitis) sebagai penyebab demensia.
PET (positron emission tomography) dan SPEeT (single photon emission computed tomography) dapat memperlihatkan kelainan metabolik pasien Alzheimer di kedua kortek temporoparietal namun pemeriksaan ini tidak spesifik dan tidak dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin demensia,
Pemeriksaan EEG Pemeriksaan cairan otak
Pungsi lumbal diindikasikan bila klinis dijumpai awitan (onset) demensia akut (< 8 minggu), penyandang dengan imunosupresan, rangsangan meningen dan panas, demensia presentasi atipikal (nyeri kepala, kejang dan neuropati saraf otak), hidrosefalus normotensif, tes Sifilis (+), penyangatan meningeal pada CT scan (meningitis).
Pemeriksaan genetikaApolipoprotein E (APOE) adalah suatu protein pengangkut lipid
polimorfik yang memiliki 3 allel yaitu epsilon 2, epsilon 3, dan epsilon 4. Setiap allel mengkode bentuk APOE yang berbeda. Meningkatnya frekuensi epsilon 4 diantara penyandang demensia Alzheimer tipe awitan (onset) lambat atau tipee sporadik menyebabkan pemakaian genotip APOE epsilon 4 sebagai penanda semakin meningkat. Namun demikian evaluasi genotipe APOE adalah tidak berguna bila secara klinis tidak ditemukan gejala Alzheimer karena banyak orang dengan tes allel 4 positif tidak memperlihatkan tanda-tanda Alzheimer. National Institute of Health U.S.A (1997) menganjurkan penyelidikan ulang dalam pemakaian marker ini.
Marker-marker lain yaitu tau, Amiloid beta 42, protein p 97, dan mutasi mitokondria masih dalam penelitian. Pemeriksaan marker-marker ini masih terlalu dini dan tidak dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin.
Konsensus pengenalan & penatalaksanaan demensia Alzheimer & demensia lainnya, Asosiasi Alzheimer Indonesia,2003
Perbedaan delirium dan demensia
Gambaran Delirium DemensiaRiwayat Penyakit akut Penyakit kronikAwal Cepat Lambat launSebab Terdapat penyakit lain
(infeksi, dehidrasi, guna/putus obat
Biasanya penyakit otak kronik (spt Alzheimer, demensia vaskular)
Lamanya Ber-hari/-minggu Ber-bulan/-tahunPerjalanan sakit Naik turun Kronik progresifTaraf kesadaran Naik turun NormalOrientasi Terganggu, periodik Intak pada awalnyaAfek Cemas dan iritabel Labil tapi tak cemasAlam pikiran Sering terganggu Turun jumlahnyaBahasa Lamban, inkoheren,
inadekuatSulit menemukan istilah tepat
Daya ingat Jangka pendek terganggu nyata
Jangka pendek & panjang terganggu
Persepsi Halusinasi (visual) Halusinasi jarang kecuali sundowning
Psikomotor Retardasi, agitasi, campuran NormalTidur Terganggu siklusnya Sedikit terganggu siklus
tidurnyaAtensi & kesadaran
Amat terganggu Sedikit terganggu
Reversibilitas Sering reversibel Umumnya tak reversibelPenanganan Segera Perlu tapi tak segera
Delirium Demensia
Terjadi secara tiba-tiba Terjadi secara perlahan
Berlangsung selama beberapa minggu
Bisa menetap
Berhubungan dengan pemakaian Bisa tanpa penyakit
obat atau gejala putus obat, penyakit berat, kelainan metabolisme
Hampir selalu memburuk di malam hari
Sering bertambah buruk di malam hari
Tidak mampu memusatkan perhatian Perhatiannya 'mengembara'
Kesiagaan berfluktuasi dari letargi menjadi agitasi
Kesiagaan seringkali berkurang
Orientasi terhadap lingkungan bervariasi
Orientasi terhadap lingkungan terganggu
Bahasanya lambat, seringkali tidak dapat dimengerti & tidak tepat
Kadang mengalami kesulitan dalam menemukan kata-kata yg tepat
Ingatannya bercampur baur, linglungIngatannya hilang, terutama untuk peristiwa yang baru saja terjadi
Gambaran Demensia Delirium Pseudodemensia
Umur
Riwayat
Awal
Lamanya
Perjalanan
Biasanya lansia
Kronik
Lambat laun
Berbulan-bulan/
bertahun-tahun
Tak spesifik
Akut
Cepat
Berhari-hari/
berminggu-
minggu
Tak spesifik
Gangguan afek
Samar
Berhari-hari/
berminggu-minggu
Taraf
kesadaran
Orientasi
Afek
Alam pikiran
Daya Ingat
Persepsi
Psikomotor
Tidur
Atensi &
kesadaran
Reversibilitas
Kronik progresif
Normal
Intak pd awalnya
Labil tapi tidak
cemas
Turun jumlahnya
Jgk pendek dan
jgk panjang
terganggu
Halusinasi jarang
(kecuali fase
berat)
Normal (kecuali
fase berat)
Sedikit
terganggu
Sedikit
terganggu
Umumnya
ireversibel
Naik turun
Naik turun
Terganggu,perio
dik
Cemas dan
iritabel
Sering terganggu
Jgk pendek
terganggu secara
nyata
Halusinasi
(terutama visual)
Retardasi, agitasi
,atau campuran
Terganggu
Amat terganggu
Sering reversibel
Cepat
Distress
Apatis
Depresi
Turun jumlahnya
Agak terganggu
Kadang-kadang
Apatis
Terganggu
Apatis
Reversibel
DD
1.Delirium
Gangguan memori terjadi baik pada delirium maupun pada dementia. Delirium juga dicirikan oleh menurunnya kemampuan untuk mempertahankan dan memindahkan perhatian secara wajar. Gejala delirium bersifat fluktuatif, sementara dementia menununjukkan gejala yang relatif lebih stabil. Gangguan kognitif yang bertahan tanpa perubahan selama beberapa bulan lebih mengarah kepada dementia. Delirium dapat menutupi gejala dementia. Dalam keadaan sulit untuk membedakan apakah terjadi delirium atau dementia, maka dianjurkan untuk memilih dementia sebagai diagnosis sementara, dan mengamati penderita lebih lanjut secara cermat untuk menemukan gangguan yang sebenarnya
2. Amnesia
Amnesia dicirikan oleh gangguan memori yang berat tanpa gangguan fungsi kognitif lainnya (afasia, apraksia, agnosia, dan gangguan fungsi eksekutif)
3. Retardasi Mental
Retardasi mental dicirikan oleh fungsi intelektual di bawah rata-rata, yang diiringi oleh gangguan dalam penyesuaian diri, yang awitannya di bawah 18 tahun. Apabila dementia tampak pada usia di bawah 18 tahun, diagnosis dementia dan retardasi mental dapt ditegakkan bersama jika kriterianya terpenuhi
4. Skizofrenia
Pada skizofrenia, mungkin terjadi gangguan kognitif multipleks, tetapi skizofrenia muncul pada usia lebih muda, di samping itu, dicirikan oleh gejala yang khas tanpa disertai etiologi yang spesifik. Yang khas, gangguan kognitif pada skizofrenia jauh lebih berat daripada gangguan kognitif pada dementia
5. Depresi
Depresi yang berat dapat disertai keluhan tentang gangguan memori, sulit berpikir dan berkonsentrasi, dan menurunnya kemampuan intelektual secara menyeluruh. Terkadang penderita menunjukkan penampilan yang buruk pada pemeriksaan status mental
dan neuropsikologi. Terutama pada lanjut usia, seringkali sulit untuk menentukan apakah gejal kognitif merupakan gejala dementia atau depresi. Kesulitan ini dapat dipecahkan melalui pemeriksaan medik yang menyeluruh dan evaluasi awitan gangguan yang ada, urutan munculnya gejala depresi dan gangguan kognitif, perjalanan penyakit, riwayat keluarga, serta hasil pengobatan. Apabila dapat dipastikan bahwa terdapat perbedaan antara dementia dengan depresi, dengan etiologi yang berbeda, kedua diagnosis dapat ditegakkan bersama
Demensia Tipe Alzheimer lawan Demensia Vaskular
Biasanya, demensia vaskular telah dibedakan dari demensia tipe Alzheimer dengan pemburukan yang mungkin menyertai penyakit serebrovaskular selama suatu periode waktu. Walaupun pemburukan yang jelas dan bertahap mungkin tidak ditemukan pada semua kasus, gejala neurologis fokal adalah lebih sering pada demensia vaskular dibandingkan pada demensia tipe Alzheimer, demikian juga faktor risiko standar untuk penyakit serebrovaskular.
Demensia Vaskular lawan Serangan Iskemik Transien
Serangan iskemik transien (transient ischemic attacks) adalah episode singkat disfungsi neurologis fokal yang berlangsung kurang dari 24 jam (biasanya 5 sampai 15 menit). Walaupun terdapat berbagai mekanisme yang mungkin bertanggung jawab, episode seringkali disebabkan oleh mikroembolisasi dari suatu lesi intrakranial proksimal yang menyebabkan iskemia otak transien, dan episode biasanya menghilang tanpa perubahan patologis yang bermakna pada jaringan parenkim Kira-kira sepertiga pasien dengan serangan iske-mik transien yang tidak diobati selanjutnya mengalami suatu infark otak; dengan demikian, pengenalan serangan iskemik transien adalah suatu strategi klinis yang penting untuk mencegah infark otak.
Dokter harus membedakan episode yang mengenai sistem vertebrobasilar dari yang mengenai sistem arteri karotis. Pada umumnya, gejala penyakit vertebrobasilar mencerminkan suatu gang-guan fungsional transien pada batang otak atau lobus osipital; gejala distribusi karotis mencerminkan kelainan retina atau hemisferik unilateral. Terapi antikoagulan, obat anti-aglutinasi trombosit seperti acetylsalicylic acid (aspirin), dan pembedahan rekonstruktif pembuluh darah ekstrakranial dan intrakranial telah dilaporkan efektif dalam menurunkan risiko infark pada pasien dengan serangan iskemik transien.
Delirium
Pembedaan antara delirium dan demensia mungkin lebih sulit dibandingkan yang dinyatakan oleh DSM-IV. Tetapi, pada umumnya, delirium dibedakan oleh adanya onset yang cepat, durasi yang singkat, fluktuasi gangguan kognitif selama perjalanan hari, eksaserbasi nokturnal dari gejala, gangguan jelas pada siklus bangun-tidur, dan gangguan perhatian dan persepsi yang menonjol
Depresi
Beberapa pasien dengan depresi mempunyai gejala gangguan kognitif yang dapat sulit dibedakan dari gejala demensia. Gambaran klinis seringkali disebut sebagai pseudodemensia, walaupun istilah disfungsi kognitif yang berhubungan dengan depresi adalah istilah yang lebih disukai dan lebih deskriptif. Pada umumnya, pasien dengan disfungsi kognitif yang berhubungan dengan depresi mempunyai gejala depresif yang menonjol, mempunyai lebih banyak tilikan terhadap gejalanya dibandingkan pasien demensia, dan seringkali mempunyai riwayat episode depresif di masa lalu.
Gangguan Buatan Factitious Disorders)
Orang yang berusaha mensimulasi kehilangan ingatan, seperti pada gangguan buatan, melakukan hal tersebut dalam cara yang aneh dan tidak konsisten. Pada demensia yang sesungguhnya, ingatan akan tempat dan waktu hilang sebelum ingatan terhadap orang, dan ingatan yang belum lama hilng sebelum ingatan yang lama.
Skizofrenia
Walaupun skizofrenia mungkin disertai dengan suatu derajat gangguan intelektual didapat, gejalanya jauh kurang berat dibandingkan gejala yang berhubungan dengan psikosis dan gangguan pikiran yang ditemukan pada demensia.
Penuaan Normal
Ketuaan tidak selalu disertai dengan adanya penurunan kognitif yang bermakna, tetapi suatu derajat ringan masalah ingatan dapat terjadi sebagai bagian dari proses penuaan normal. Kejadian normal tersebut seringkali disebut sebagai kelalaian akibat penuaan yang ringan (benign senescent forgetfulness) atau gangguan daya ingat yang berhubungan dengan penuaan (age-associarted memory impairment). Keadaan tersebut dapat dibedakan dari demensia oleh keparahannya yang ringan dan oleh kenyataan bahwa keadaan tersebut tidak mengganggu secara bermakna pada kehidupan sosial atau pekerjaan pasien.
Penatalaksanaan
• Penatalaksanaan
Pertama perlu diperhatikan keselamatan pasien, lingkungan dibuat senyaman mungkin, dan bantuan pengasuh perlu.
• Koridor tempat jalan, tangga, meja kursi tempat barang keperluannya
• Tidak diperbolehkan memindahkan mobil dsb.
• Diberi keperluan yang mudah dilihat, penerangan lampu terang, jam dinding besar, tanggalan yang angkanya besar
• Obat:
• Nootropika:
• o Pyritinol (Encephabol) 1 x 100 - 3 x 200 mg
• o Piracetam (Nootropil) 1 x 400 - 3 x 1200 mg
• o Sabeluzole (Reminyl)
• o Ca-antagonist:
• o Nimodipine(Nimotop 1- 3 x 30 mg)
• o Citicholine (Nicholin) 1 - 2 x 100 - 300 mg i.v./i.m.
• o Cinnanzine (Stugeron) 1 - 3 x 25 mg
• o Pentoxifylline (Trental) 2 - 3 x 400 mg (oral), 200 - 300 mg infuse
• o Pantoyl-GABA
• Acetylcholinesterase inhibitors
• o Tacnne 10 mg dinaikkan lambatlaun hingga 80 mg. Hepatotoxik
• o Donepezil (Aricept) centrally active reversible cholinesterase inhibitor, 5 mg 1x /hari
• o Galantamine (Riminil) 1 - 3 x 5 mg
• o Rivastigmin (Exelon) 1,5, 3, 4, 5, 6 mg
• o Memantine 2 x 5 mg 10 mg
Farmakologik1. Obat obat antipsikotik
Halloperidol ( obat anti psikotik)Cara kerja : menghambat kompetitif reseptor dopamine. Dopamine dihambat di post sinaptik pada system dopaminergik yg mesolimbik.
2. Rivastigmine, Tacrine, donepezil.Obat pikun Karen pasien sering mengalami lupa.Kerjanya : menghambat acetylcolinerase ( enzym yang bertujuan mengurangi salah 1 neurotransmitter dan acetyl colin) meningkatkan kadar Ach.Obat ini bersifat simptomatik sajaaaaaaaaaaaaaaa.Obat-obatan golongan Ach-esterase inhibitor.
Perbedaan demensia dengan gg psikotik?
DEMENSIA GG PSIKOTIKGg. Mental organic Gangguan Fungsional
Macam macam gangguan daya ingat1. Hiperamnesia2. Amnesia3. Paramnesia
Seperti déjà vu
4. Demensia
Definisi Gangguan yang ditandai oleh gejala tunggal suatu
gangguan daya ingat yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi social dan pekerjaan
Tidak dapat dibuat jika pasien mempunyai tanda lain dari gangguan kognitif, seperti pada demensia, atau gangguan perhatian dan kesadaran, seperti pada delirium
Etiologi Diensefalik (nuclei dorsomedial dan garis tengah dari
thalamus) dan struktur lobus midtemporalis (hipokampus, korpus mamilaris, amigdala)
Defisiensi tiamin, hipoglikemia, hipoksia, ensefalitis herpes simplekmerusak lobus temporalis terutama hipokampus
Tumor, penyakit serebrovaskuler, prosedur bedah, plak multiple sklerosis, kejang, terapi ECT, trauma kepalagangguan daya ingat
Epidemiologi Amnesia paling sering pada gangguan penggunaan alcohol
dan cedera kepalaDiagnosis
Menurut DSM-IV: perkembangan gangguan daya ingat yang
dimanifestasikan oleh gangguan kemampuan untuk mempelajari informasi baru atau ketidakmampuan untuk mengingat informasi yang telah dipelajari sebelumya
gangguan daya ingat yang menyebabkan gangguan bermakana pada fungsi social dan pekerjaan
Gambaran klinis Amnesia anterograd Amnesia retrograde disorientasi waktu dan tempat sering tjd, oarng jarang
Daya ingat jangka pendek biasanya terganggu, daya ingat jauh untuk informasi yang dipelajari secara mendalam baik, daya ingat segera tetap intak
Onset gejala mendadak (trauma, serebrovaskuler, zat kimia, neurotoksin), perlahan (defisiensi gizi, tumor)
Perjalanan: singkat (short duration/ transien) </= 1 bln, lama (long duration) > 1 bln
Gejala lain: perubahan kepribadian samar – jelas, apatis kurang inisiatif, agitasi, bersahabat mudah setuju, bingung, konfusi, konfabulasi, tilikan kuarng.
DD Demensiagangguan daya ingat + gangguan kognitif
lainnya Deliriumgangguan daya ingat + gangguan atensi dan
kesadaran Penuaan normalgangguan daya ingat tidak
menyebabkan gangguan bermakna pada fungsi social dan pekerjaan
Gangguan dissosiatiflebih mungkin mengalami kehilangan orientasi pada dirinya sendiri dan lebih mungkin menderita deficit daya ingat yang lebih selektif dibandingkan pasien gangguan amnestik
Gangguan buatandaya ingat tidak konsisten dan tidak mempunyai bukti-bukti penyebab
Pengobatan Psikodinamika:
fase pemulihan 1.: o tdk mampu memproses apa yg tjd, ego runtuh o klinisi sbg ego penolong: menjelaskan apa yg
tjd, mengembalikan fs ego yg hilang. fase 2: realisasi kejadian pasien mjd marah,
dikorbankan, orang lain jahat ( proyeksi)o klinisi menerima keadaan tsbt tanpa
membalas/menghukum, menjelaskan apa yg tjd/pengalaman internalnya dg perlahan
fase 3 integratif: dpt menerima apa yg tjd o klinisi memberi semangat, pasien kesedihan.