56
LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK MENINGKATKAN AKSES PASAR PRODUK CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT PUSAT KEBIJAKAN KERJASAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL BADAN PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA 2015

LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK MENINGKATKAN AKSES

PASAR PRODUK CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT

PUSAT KEBIJAKAN KERJASAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL BADAN PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN

KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA

2015

Page 2: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

ABSTRAK

1. Amerika Serikat sebagai salah satu pasar utama di dunia, ternyata sangat banyak

mengimpor produk minyak dan lemak hewani dan nabati (HS 15). Khusus untuk

produk Palm oil & its fraction (HS 1511), berdasarkan data UN Comtrade (ITC,

2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar dari Malaysia

(63,2 persen) dan Indonesia (35,4 persen), serta beberapa negara lain dengan

pangsa dibawah 1 persen seperti Singapura, Ekuador, Kolombia dan Brasil.

2. Salah satu kebijakan Amerika Serikat yang dianggap menghambat ekspor minyak

sawit Indonesia yang termasuk dalam kategori Palm oil & its fraction (HS 1511)

adalah produk yang berasal dari Indonesia dianggap tidak ramah lingkungan.

Hambatan ini mulai diberlakukan Amerika Serikat di tahun 2012 dan masih

berlaku sampai saat ini. Kebijakan tersebut disebut Notice of Data Availability

(NODA) yang menentukan kandungan emisi gas rumah kaca agar produk minyak

sawit dapat digolongkan sebagai produk ramah lingkungan.

3. Kajian ini dengan menggunakan metode structure-conduct-performance dari data

sekunder dan survey bertujuan untuk (a) mengetahui pemanfaatan, pola

perdagangan dan kebijakan terkait minyak nabati khususnya minyak sawit di

Amerika Serikat, serta (b) merumuskan usulan rekomendasi kebijakan untuk

meningkatkan akses pasar dan ekspor minyak sawit Indonesia ke Amerika

Serikat.

4. Pemanfaatan minyak sawit di Amerika Serikat khususnya digunakan untuk fatty

acid, fatty alcohol, biodidesel dan glycerin yang akan digunakan sebagai bahan

baku industri makanan dan farmasi. Adapun pemasok utama minyak sawit

Amerika Serikat adalah Malaysia dan Indonesia.

5. Kebijakan yang saat ini dikenakan terhadap produk dari minyak sawit antara lain

terdiri dari tarif import dan kebijakan Notice of Data Availability (NODA) dari

Environmental Protection Agency (EPA), serta ketidakinginan distributor dan

wholesale di Amerika Serikat menjual minyak goreng dari Crude Palm Oil (CPO)

Page 3: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

di Indonesia. Kebijakan ini sangat menghambat akses pasar minyak sawit

Indonesia di Amerika Serikat.

6. Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka direkomendasikan untuk melakukan

perbaikan citra kelapa sawit Indonesia sebagai produk yang ramah lingkungan,

perbaikan akses informasi pasar minyak sawit di Amerika Serikat bagi eksportir

Indonesia, secara aktif terus melakukan pertemuan dan negosiasi dengan

berbagai pihak terkait di Amerika Serikat dan pemangku kepentingan kelapa sawit

di Amerika Serikat terkait EPA-NODA tersebut, meningkatkan ekspor jenis produk

turunan minyak sawit yang bernilai tambah tinggi, dan sosialisasi sertifikasi RSPO

sebagai bukti bahwa perkebunan di Indonesia telah memberlakukan sistem

perkebunan lestari.

Page 4: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunianya

sehingga analisis yang berjudul Analisis Strategi Indonesia Untuk

Meningkatkan Akses Pasar Produk Crude Palm Oil (CPO) Indonesia Ke

Amerika Serikat dapat diselesaikan.

Selain itu Tim Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala

Pusat Kerjasama Perdagangan Internasional, BP2KP dan Kepala Bidang

Multilateral di Pusat Kerjasama Perdagangan Internasional atas arahan dan

bimbingan dalam penulisan ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih

kepada rekan dan pihak lain yang memberikan bantuan dan tidak dapat

disebutkan satu per satu.

Menyadari laporan ini masih banyak kekurangan, diharapkan masukan

yang membangun untuk memperbaiki laporan ini dimasa mendatang.

Jakarta, November 2015

Tim Penulis

Page 5: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

ii

DAFTAR ISI

Halaman

Bab I. PENDAHULUAN ................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................ 1

1.2 Perumusan Masalah ....................................................... 2

1.3 Tujuan ............................................................................. 2

1.4 Hasil Analisis................................................................... 3

1.5 Dampak/Manfaat ............................................................. 3

1.6 Ruang Lingkup ................................................................ 3

Bab II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... 4

2.1 Hasil Studi Terdahulu ..................................................... 4

Bab III. DATA DAN METODOLOGI ................................................. 11

3.1 Data ............................................................................... 11

3.2 Analisa Data................................................................... 11

Bab IV. KELAPA SAWIT DI INDONESIA .......................................... 14

4.1 Produksi Kelapa Sawit ................................................... 14

4.2 Ekspor Kelapa Sawit Indonesia ..................................... 19

Bab V. PASAR MINYAK NABATI DI AMERIKA SERIKAT .............. 23

5.1 Pasar Minyak Nabati Amerika Serikat ............................ 23

Bab VI. PASAR MINYAK SAWIT INDONESIA DI AMERIKA SERIKAT 29

6.1 Analisa Deskriptif Struktur Perilaku dan Kinerja Minyak

Sawit di Pasar Amerika Serikat ...................................... 29

6.2 Penggunaan Minyak Sawit di Amerika Serikat............... 37

6.3 Hambatan Ekspor Minyak Sawit Indonesia ke Amerika

Serikat ............................................................................ 40

Bab VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ................................ 42

7.1 Kesimpulan .................................................................. 42

7.2 Rekomendasi ............................................................... 43

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 44

Page 6: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

iii

DAFTAR GAMBAR DAN DAFTAR TABEL

Daftar Gambar Halaman 4.1 Pangsa Produksi Kelapa Sawit Dunia Tahun 2013 .............. 15

4.2 Perkembangan Luas Areal Kelapa Sawit Berdasarkan Status

Pengusahaan Tahun 1968-2015 (Ha) .................................. 16

4.3 Perkembangan Produksi Kelapa Sawit (CPO) Menurut Sta-

tus Pengusahaan Tahun 1968-2014 (ton) ............................ 17

4.4 Pangsa Produksi CPO Menurut Status Pengusahaan Tahun

2015 ...................................................................................... 18

4.5 Perkembangan Produksi Inti Sawit Menurut Status Pengusa-

haan Tahun 1968-2015 (ton) ................................................. 18

4.6 Pangsa Produksi Inti Sawit Menurut Status Pengusahaan

Tahun 2015 ........................................................................... 19

5.1 Perkembangan Pangsa Volume Impor Empat Jenis Minyak

Nabati di Amerika Serikat Tahun 2010-2014 (%) .................. 25

5.2 Perkembangan Harga Empat Jenis Minyak Nabati di Pasar

Amerika Serikat ..................................................................... 26

5.3 Perkembangan Pangsa Nilai Impor Empat Jenis Minyak Nabati

Di Amerika Serikat Tahun 2010-2014 ................................... 28

6.1 Perkembangan RCA Indonesia dan Malaysia di Pasar Minyak

Sawit Amerika Serikat Tahun 2010-2014 .............................. 36

6.2 Perkembangan RSCA Indonesia dan Malaysia di Pasar Minyak

Sawit Amerika Serikat Tahun 2010-2014 .............................. 37

Daftar Tabel Halaman 4.1 Volume Ekspor dan Pangsa Ekspor Minyak Sawit dan Turun-

annya ke 20 Negara Tujuan Tahun 2010 dan 2014 .............. 20

4.2 Nilai Ekspor dan Pangsa Ekspor Minyak Sawit dan Turunan-

nya ke 20 Negara Tujuan Tahun 2010 dan 2014 ................... 21

5.1 Perkembangan Volume Impor Minyak Nabati dan Hewani di

Page 7: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

iv

Amerika Serikat Tahun 2010-2014 (ton) ................................ 23

5.2 Produktivitas Beberapa Jenis Minyak Nabati ......................... 27

5.3 Perkembangan Nilai Impor Minyak Nabati dan Hewani di Ame-

rika Serikat Tahun 2010-2014 (000 US$) .............................. 27

6.1 Perkembangan Volume Impor dan Pangsa Negara Eksportir

Minyak Kelapa Sawit di Amerika Serikat Tahun 2010-2014 .. 30

6.2 Perkembangan Nilai Impor dan Pangsa Negara Eksportir Minyak

Kelapa Sawit di Amerika Serikat Tahun 2010-2014 .............. 30

6.3 Ketentuan Tarif Impor Kelapa Sawit di AS ............................. 31

6.4 Perkembangan Harga Impor Minyak Sawit Yang Diterima Negara

Eksportir Tahun 2010-2014 (US $/ton) ................................. 36

6.5 Temuan Turun Lapang .......................................................... 40

Page 8: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 1

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Amerika Serikat sebagai salah satu pasar utama di dunia, ternyata sangat

banyak mengimpor produk minyak dan lemak hewani dan nabati (HS 15).

Berdasarkan data UN Comtrade (ITC, 2015), sebagian besar produk impor

Amerika Serikat untuk HS 15 ditahun 2014 terdiri dari 34,67 persen produk Rape

Seed, Colza and Mustard OIl (HS 1514), 25,97 persen untuk Palm oil & its

fraction (HS 1511), dan 17,97 persen untuk Coconut (copra),palm

kernel/babassu oil & their fractions (HS 1513). Sebagian besar minyak dan

lemak hewani dan nabati tersebut digunakan dalam industri makanan dan non

makanan, untuk dikonsumsi di Amerika Serikat atau diekspor kembali.

Khusus untuk produk Palm oil & its fraction (HS 1511), berdasarkan data UN

Comtrade (ITC, 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

dari Malaysia (63,2 persen) dan Indonesia (35,4 persen), serta beberapa negara

lain dengan pangsa dibawah 1 persen seperti Singapura, Ekuador, Kolombia dan

Brasil. Kondisi tingginya impor Palm oil & its fraction (HS 1511) dari Amerika

Serikat untuk produk Indonesia cukup mengherankan mengingat mereka selalu

mempermasalahkan kandungan Carbon Dioksida (CO2) dan berbagai hal lain

untuk produk yang berasal dari Indonesia. Selain itu juga sangat aneh

mengetahui bahwa Malaysia yang memiliki banyak kesamaan dengan produk

Indonesia mampu meraih pangsa pasar sebesar 63,2 persen ditahun 2014 dan

tidak banyak mengalami kendala seperti produk Indonesia.

Salah satu kebijakan Amerika Serikat yang dianggap menghambat ekspor

minyak sawit Indonesia yang termasuk dalam kategori Palm oil & its fraction (HS

1511) adalah produk yang berasal dari Indonesia dianggap tidak ramah

lingkungan. Hambatan ini mulai diberlakukan Amerika Serikat di tahun 2012 dan

masih berlaku sampai saat ini. Kebijakan tersebut disebut Notice of Data

Availability (NODA) yang menentukan kandungan emisi gas rumah kaca agar

produk minyak sawit dapat digolongkan sebagai produk ramah lingkungan.

Adapun institusi yang berperan dalam penentuan kebijakan tersebut adalah

Environmental Protection Agency (EPA) dengan ketetapan setiap produk yang

Page 9: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 2

termasuk dalam produk ramah lingkungan harus dapat memenuhi pengurangan

20 persen emisi gas rumah kacar dari kegiatan budidaya produk bersangkutan

(EPA, 2011).

Besaran 20 persen yang ditetapkan oleh EPA menuai banyak kecaman

karena kurangnya bukti ilmiah atas hal tersebut. Indonesia aktif berupaya

mengatasi hal tersebut, salah satunya melalui keterlibatan dalam Peer Review

kebijakan tersebut, sebagaimana tercantum dalam Surat Direktur Jenderal

Kerjasama Perdagangan Internasional, Kementerian Perdagangan No

84/KPI/ND/01/2015 yang meminta masukan rekomendasi usulan posisi nasional

atas kebijakan dimaksud. Namun, menyadari tidak konsistennya pelaksanaan

kebijakan tersebut dan masih tingginya volume impor minyak sawit di Amerika

Serikat, perlu dilakukan analisis mengenai pemanfaatan minyak nabati,

khususnya minyak sawit di Amerika Serikat, pola perdagangan dan kebijakan

negara tersebut terkait produk minyak sawit. Pelaksanaan analisis ini diharapkan

dapat merumuskan rekomendasi kebijakan yang tepat untuk meningkatkan

akses pasar dan ekspor minyak sawit Indonesia ke Amerika Serikat.

1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan pembahasan dalam latar belakang, permasalahan dari analisis

ini adalah :

a. Bagaimanakah pemanfaatan, pola perdagangan dan kebijakan terkait minyak

nabati khususnya minyak sawit di Amerika Serikat ?

b. Bagaimanakah usulan rekomendasi kebijakan untuk meningkatkan akses

pasar dan ekspor minyak sawit Indonesia ke Amerika Serikat ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan analisis ini adalah :

a. Mengetahui pemanfaatan, pola perdagangan dan kebijakan terkait minyak

nabati khususnya minyak sawit di Amerika Serikat.

b. Merumuskan usulan rekomendasi kebijakan untuk meningkatkan akses pasar

dan ekspor minyak sawit Indonesia ke Amerika Serikat.

Page 10: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 3

1.4 Hasil Analisis Adapun hasil dari analisis ini adalah tersedianya satu laporan mengenai

Analisis Strategi Indonesia untuk Meningkatkan Akses Pasar Produk Crude

Petroleum Oil (CPO) Indonesia ke Amerika Serikat.

1.5 Dampak/Manfaat Tersedianya informasi mengenai a) pemanfaatan, pola perdagangan dan

kebijakan terkait minyak nabati khususnya minyak sawit di Amerika Serikat dan

b) usulan rekomendasi kebijakan untuk meningkatkan akses pasar dan ekspor

minyak sawit Indonesia ke Amerika Serikat.

1.6 Ruang Lingkup Adapun ruang lingkup dalam analisis ini adalah :

a. Produk minyak nabati yang dikaji dalam analisis ini adalah yang termasuk

dalam golongan Harmonized System (HS)15, sedangkan untuk minyak sawit

yang digolongkan dalam HS 1511).

b. Pola perdagangan yang dimaksud dalam analisis ini adalah jalur ekspor

produk minyak nabati dan minyak sawit dari negara produsen ke pasar

Amerika Serikat.

c. Pemanfaatan yang dimaksud dalam analisis ini adalah penggunaan minyak

nabati dan minyak sawit di pasar Amerika Serikat.

d. Hambatan yang dimaksud dalam analisis ini adalah segala bentuk prosedur,

peraturan atau ketentuan yang mempersulit atau meningkat biaya dalam

melakukan kegiatan ekspor dari negara produsen ke Amerika Serikat.

e. Peningkatan Akses pasar yang dimaksud dalam analisis ini adalah yang

segala upaya untuk menyederhanakan prosedur, peraturan atau mengurangi

biaya dalam melakukan kegiatan ekspor dari negara produsen ke Amerika

Serikat. f. Kebijakan yang dianalisis akan ditentukan berdasarkan Focus Group

Discussion dengan Asosiasi dan pengusaha terkait.

Page 11: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Studi Terdahulu Banyak penelitian yang telah dilakukan mengenai perdagangan

internasional minyak kelapa sawit dan minyak nabati lainnya serta keterkaitannya

dengan kebijakan domestik. Berikut ini beberapa hasil penelitian yang dilakukan

pada tahun 2000-an.

Menurut Zulkifli (2000) dalam penelitiannya mengenai Dampak Liberalisasi

Perdagangan terhadap Keragaan Industri Kelapa Sawit Indonesia dan

Perdagangan Minyak Sawit Dunia menggunakan tiga jenis minyak nabati

(minyak kelapa sawit kasar (CPO), minyak inti kelapa sawit dan minyak kedelai).

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ekspor CPO Indonesia dan Malaysia

inelastic dan lamban merespon perubahan harga yang terjadi (time lag) dan

hanya dipengaruhi oleh tingkat produksi CPO. Ekspor CPO Papua New Guinea

dipengaruhi oleh tingkat produksi dan nilai tukar, meskipun tidak respon terhadap

perubahan semua peubah penjelas, sedangkan ekspor CPO Ivory Coast memiliki

respon terhadap perubahan produksi dan harga eskpor CPO. Dari keempat

negara tersebut, ekspor Indonesia relatif lebih responsif terhadap perubahan

harga ekspor yang mencerminkan bahwa dari aspek harga, Indonesia

menpunyai daya saing yang lebih baik, dalam jangka pendek respon impor CPO

terhadap perubahan harga impor inelastis di semua negara importir. Amerika

Serikat dan Belanda relatif lebih responsif terhadap perubahan harga impor

dibandingkan negara importir lainnya, dalam jangka panjang respon impor

Jepang dan Amerika Serikat elastis terhadap perubahan harga impor.

Dalam penelitian Purwanto (2002) mengenai Dampak kebijakan Domestik

dan Faktor Eksternal terhadap perdagangan Dunia Minyak Nabati memasukkan

empat jenis minyak nabati (minyak kelapa sawit, minyak kedelai, minyak biji

bunga matahari dan minyak kelapa) menyatakan bahwa perilaku ekspor minyak

sawit Indonesia sangat dipengaruhi oleh perkembangan produksi dan pajak

ekspor sedangkan perilaku ekspor minyak kelapa sawit Malaysia sangat

dipengaruhi oleh produksi dan stok minyak kelapa sawit. Perilaku impor minyak

kelapa sawit di Cina, Pakistan dan Jepang menunjukkan respon yang elastis

Page 12: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 5

terhadap konsumsi dan inelastis terhadap harga dunia minyak kelapa sawit,

respon negatif terhadap kenaikan harga inpor dan positif terhadap kenaikan

pendapatan. Perilaku harga dunia minyak kelapa sawit menunjukkan respon

negatif terhadap kenaikan ekspor dan positif terhadap impor. Hubungan minyak

kelapa sawit dengan minyak kedelai dan minyak minyak biji matahari bersifat

substitusi dan minyak kelapa bersifat komplemen. Pengaruh harga dunia minyak

kelapa sawit terhadap harga ekspor, impor dan harga domestik masing-masing

eksportir utama dan importer utama pada umumnya juga positif dan inelastis.

Dampak kebijakan domestic Indonesia menunjukkan bahwa ekspor, luas areal

dan produktifitas minyak kelapa sawit lebih respon terhadap kebijakan pajak

ekspor dan harga domestik. Dampak faktor eksternal menunjukkan bahwa

kenaikan produksi minyak kelapa sawit Malaysia dan kebijakan domestik

Indonesia menyebabkan peningkatan tajam ekspor minyak kelapa sawit dan

menurunkan harga dunia minyak kelapa dan minyak biji matahari menyebabkan

penurunan harga dunia, ekspor dan impor yang tidak terlalu besar.

Khamis et al. (2003) mengenai Permodelan Harga Minyak Sayuran

menggunakan Analisis Regresi Linier Berganda menyatakan bahwa harga

minyak kelapa sawit dipengaruhi secara positif oleh minyak kedelai dan minyak

minyak inti kelapa sawit namun secara negatif oleh minyak kelapa, dalam

permodelan masih dijumpai masalah multikolinearitas yang menunjukkan bahwa

terdapat hubungan imbal balik dalam pembentukan harga keempat minyak.

Drajat, Suprihatini, Herman dan Anwar (2005) dalam penelitiannya

mengenai Dampak Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai pada Kinerja Komoditas

Perkebunan, memberikan informasi penting tentang posisi dan daya saing

minyak sawit Indonesia di pasar internasional dikaitkan dengan situasi pasar

domestik. Analisis yang digunakan adalah pendekatan pangsa pasar (market

share approach), yakni dengan menerapkan Partial Adjusment Model atau

Adaptive Model. Kedua model tersebut digunakan untuk menganalisis (1) respon

harga dan (2) tingkat akselerasi. Dari respon harga diperoleh parameter

elastisitas harga minyak sawit Indonesia sebagai akibat dari adanya perubahan

rasio harga minyak sawit dari negara lain atau terhadap perubahan harga minyak

kedele di negara importir. Sedangkan analisis akselerasi dapat diketahui

Page 13: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 6

seberapa cepat penyesuaian yang dapat dilakukan Indonesia dalam

mengantisipasi perubahan harga minyak sawit di negara importer.

Yu et al. (2006) dalam analisisnya mengenai keterkaitan antara harga

minyak nabati dengan minyak bumi dengan menggunakan data mingguan dari

Januari 1999 sampai Maret 2006 menggunakan teknik kointegrasi multivariate

menyimpulkan bahwa kejutan harga minyak bumi tidak berpengaruh signifikan

pada variasi dari harga minyak nabati. Sementara itu Hameed dan Arshad (2008)

menggunakan metode Johansen Cointegration dan Granger Causality,

menyimpulkan bahwa harga minyak bumi memberikan pengaruh terhadap harga

minyak nabati.

Helbling et al. (2008) menyatakan bahwa selain diakibatkan oleh faktor

spesifik dari setiap komoditas, yaitu resiko geopolitik, kondisi iklim dan cuaca

serta kegagalan panen, peningkatan harga juga diakibatkan oleh faktor

penawaran dan permintaan yang saling mempengaruhi. Faktor-faktor yang

memberikan pengaruh pada peningkatan harga komoditas adalah pertumbuhan

ekonomi. Pertumbuhan ekonomi telah mendorong permintaan akan berbagai

komoditas. Biofuel telah mendorong permintaan akan berbagai tanaman pangan

yang dapat dikonversi menjadi biofuel, respon penawaran yang lambat,

keterkaitan diantara berbagai komoditas dan tingkat suku bunga yang rendah

dan apresiasi nilai US Dollar.

Dewi dan Fatimah (2009) melakukan penelitian mengenai dampak

permintaan biodiesel dari kelapa sawit Malaysia dengan menggunakan

pendekatan ekonometrik. Dalam penelitiannya menyatakan bahwa beberapa

tahun terakhir dengan mempertimbangkan keamanan pasokan energi dan

kepedulian lingkungan telah meningkatkan minat untuk pemakaian sumber

energi terbarukan. elemen sistem yang dimasukkan ke dalam model adalah

pasokan, permintaan domestik, permintaan ekspor, harga dunia, harga domestik

dan saham. Hasil penelitiaan menunjukkan model secara umum mampu

memperlihatkan keterkaitan antar variabel yang ada dalam sistem dan dapat

digunakan untuk mempelajari efek perubahan dalam satu lebih peubah pada

sistem model.

Page 14: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 7

Efendi, et al. (2010) dalam penelitiannya mengenai Analisis Harga Minyak

Sawit, Tinjauan Kointegrasi Harga Minyak Nabati dan Minyak Bumi

menggunakan prosedur Vektor Error Correction Model (VECM) dengan data

yang digunakan merupakan data bulanan pada periode Januari 1980 sampai

Desember 2008, yaitu data harga dari tiga jenis minyak nabati yang paling

banyak diproduksi di dunia meliputi minyak kelapa sawit, minyak kedelai dan

minyak rapeseed. Selain itu dimasukkan ke dalam sistem yang diamati adalah

harga minyak bumi. Hal ini untuk mengkaji pengaruh harga minyak bumi pada

minyak nabati dalam pemanfaatan minyak nabati sebagai bahan baku biodiesel.

Untuk mengetahui dinamika yang terjadi pada periode peningkatan harga

komoditas, maka analisis dilakukan terhadap periode sebelum peningkatan

harga komoditas (1980 – 2003) dan pada periode peningkatan harga komoditas

(2004 – 2008). Hasil penelitian menunjukkan adanya kointegrasi jangka

panjang di antara minyak nabati dan minyak bumi, dan minyak bumi memberikan

pengaruh kuat pada minyak nabati terutama pada periode peningkatan harga

komoditas.

Purba dan Hartoyo (2010) dalam penelitiannya mengenai Dampak Kenaikan

Harga Minyak Bumi terhadap Permintaan CPO untuk Biodiesel dan Beberapa

Aspek Industri Kelapa Sawit Indonesia, memberikan informasi bahwa terdapat

korelasi yang kuat antara kenaikan harga minyak bumi dengan harga CPO dunia.

Kenaikan harga minyak bumi mempengaruhi kenaikan harga CPO dunia. CPO

merupakan salah satu bahan baku biodiesel, sehingga untuk meningkatkan

produksi biodiesel, permintaan CPO meningkat. Akibatnya harga ekspor CPO

dan harga domestik CPO Indonesia juga meningkat. Kenaikan ekspor CPO

mendorong kenaikan produksi CPO domestik. Tetapi, presentase kenaikan

produksi CPO lebih kecil dibandingkan dengan persentase kenaikan ekspor,

sehingga ketersediaan CPO domestik menurun. Penurunan penawaran CPO

yang disertai dengan peningkatan harga CPO menyebabkan permintaan CPO

sebagai bahan baku minyak goreng menurun. Akibatnya produksi minyak goring

menurun secara nyata.

Sulistyanto (2011) melakukan penelitian dengan judul Faktor-faktor yang

mempengaruhi Kinerja Ekspor Minyak Sawit Mentah Indonesia. Penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis yang mempengaruhi kinerja ekspor minyak sawit

Page 15: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 8

mentah. Alat analisis utama adalah regresi berganda dengan data 38 tahun.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah tidak optimal dalam

mendukung ekspor minyak sawit mentah, sementara pembiayaan ekspor

merupakan faktor yang penting dimana faktor lain adalah harga minyak sawit di

pasar dunia. Harga minyak bunga matahari dan kedelai memiliki pengaruh positif

terhadap ekspor minyak sawit mentah. Peubah yang tidak memiliki pengaruh

adalah harga minyak mentah dalam negeri, konsumsi, volume produksi minyak

mentah, nilai tukar, PDB perkapita dan kebijakan pemerintah.

Purba (2012), menyatakan bahwa ekspor CPO Indonesia tidak elastis

terhadap perubahan produksi CPO Indonesia dalam jangka pendek namun

elastis dalam jangka panjang. Jika produksi CPO naik 10 persen, maka ekspor

CPO naik 7.01 persen pada jangka pendek dan naik 12.44 persen pada jangka

panjang. Pajak ekspor menurunkan ekspor CPO Indonesia. Nilai tukar Rupiah

terhadap USD berpengaruh positif terhadap ekspor CPO Indonesia.

Drajat dan Andrianto (2013) melakukan penelitian dengan judul Menuju

Kebijakan Bea Keluar CPO yang Lebih Proposional. Menurut penelitian ini

penerapan bea keluar (BK) memunculkan pro dan kontra bagi pelaku industri

hulu kelapa sawit. BK dipercaya menguntungkan industri hilir tetapi merugikan

industri hulu yang memproduksi tandan buah segar (TBS) dan minyak sawit

mentah (CPO). Daya saing CPO Indonesia melemah dan marjin yang diterima

produsen juga turun. Dengan menggunakan metode analisis Revealed

Comparative Advantage (RCA), BK progresif dianggap mempengaruhi daya

saing CPO. Sedangkan dengan menggunakan analisis marjin perusahaan kelapa

sawit, BK progresif dapat dianggap menimbulkan distribusi marjin (pendapatan

negara, biaya dan profit perusahaan) tidak proporsional. Untuk mencegah

penurunan daya saing dan ketimpangan marjin, BK diusulkan flat 5 persen. BK

flat juga tidak mempengaruhi pasokan bahan baku industri hilir sawit dalam

negeri mengingat produksi CPO berlebih dengan kelebihan lebih dari dua kali

kebutuhan sawit domestik serta memudahkan perencanaan.

Munandar, et al., (2013) melakukan penelitian dengan judul Analisis Daya

Comparative Advantage (RCA), Revealed Symetric Comparative Advantage

(RSCA) dan Trade Specialization Ratio (TSR). Berdasarkan hasil analisis RCA

minyak sawit mentah Indonesia lebih berdaya saing dibandingkan minyak sawit

Page 16: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 9

Malaysia di negara Tiongkok, Pakistan dan India. Berdasarakan nilai RSCA

produk minyak sawit Indonesia kalah bersaing dengan Malaysia di negara Cina,

Pakistan dan India. Berdasarkan analisis TSR Indonesia menuju kekhususan

dalam ekspor minyak sawit mentah dan produk olahannya. Gambaran ini

mengindikasikan bahwa produksi produk olahan sawit di Indonesia ada

kemungkinan berkembang dan mendorong kinerja ekspor menuju negara

eksportir produk olahan disamping minyak sawit mentah.

Yoyo, et al. (2013) melakukan penelitian dengan judul Analisis Kesenjangan

Industri Asam Lemak dan Alkohol Lemak Berbasis Minyak Kelapa Sawit di

Indonesia dan Proyeksi Produksi dan Konsumsinya. Penelitian ini bertujuan

untuk menganalisis kesenjangan antara kondisi aktual dengan kondisi

seharusnya (ideal) di masa depan industri asam lemak dan alkohol lemak

berbasis minyak sawit di Indonesia, menggunakan kerangka penilaian daya

saing International Institute for Management Development (IMD) dan World

Economic Forum (WEF). Penelitian ini juga bertujuan untuk menentukan model

yang lebih baik dalam memproyeksikan jumlah produksi dan konsumsi asam

lemak dan alkohol lemak berbasis minyak sawit di Indonesia (2013 – 2022).

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kesenjangan paling besar

berdasarkan kerangka penilaian daya saing IMD adalah kelompok efisiensi

pemerintahan dan berdasarkan kerangka penilaian daya saing WEF adalah

kelompok persyaratan dasar. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa bahwa

proyeksi produksi asam lemak di Indonesia lebih baik menggunakan model

eksponensial, sedangkan proyeksi produksi alkohol lemak di Indonesia

sebaiknya menggunakan metode dekomposisi. Adapun proyeksi konsumsi asam

lemak oleh industri-industri penggunanya di Indonesia lebih baik di Indonesia

menggunakan model eksponensial atau dekomposisi, sedangkan proyeksi

konsumsi alkohol lemak di Indonesia lebih baik menggunakan model

eksponensial.

Nila Rifai (2014) melakukan penelitian dengan judul Evaluasi Kebijakan

Ekonomi Ekspor Minyak Sawit Dan Produk Turunannya Ke Pasar Amerika

Serikat. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa nilai tukar tidak terlalu

berpengaruh terhadap peningkatan ekspor produk sawit Indonesia ke Amerika

Serikat sehingga permerintah tidak perlu khawatir terhadap fluktuasi nilai tukar

Page 17: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 10

mata uang Rupiah terhadap Dolar. Pemerintah hanya perlu menjaga stabilitas

nilai tukar mata uang Rupiah. Simulasi juga menunjukkan bahwa dengan

pengembangan industri produk turunan minyak sawit akan mampu meningkatkan

ekspor produk turunan minyak sawit ke Amerika Serikat dan akan mampu

menurunkan ekspor minyak sawit mentah yang memiliki nilai tambah yang

rendah. Sedangkan kombinasi kebijakan yang lebih baik adalah dengan program

peningkatan pajak ekspor CPO yang didukung oleh pengembangan industri

produk turunan minyak sawit dan pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap US

Dolar. Kebijakan ini akan mampu mendongkrak peningkatan lebih besar atas

ekspor produk turunan minyak sawit Indonesia ke Amerika Serikat dan akan

menurunkan secara signifikan atas ekspor minyak sawit dalam bentuk CPO.

Selain kebijakan fiskal dan moneter, pemerintah juga perlu menerapkan

kebijakan peningkatan promosi atas produk turunan minyak sawit Indonesia di

luar negeri terutama Amerika Serikat yang merupakan salah satu kekuatan

ekonomi dunia.

Page 18: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 11

BAB III DATA DAN METODOLOGI

3.1 Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh melalui survey, wawancara pakar serta FGD

(Focus Group Discussion) yang melibatkan praktisi industri minyak sawit. Data

sekunder diperoleh dari Kementerian Perindustrian, Kementerian Perta nian,

Kementerian Perdagangan, Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian

Keuangan, Bank Indonesia, PPKS (Pusat Penelitian Kelapa Sawit), Asosiasi

Produsen Minyak Sawit Indonesia seperti GAPKI (Gabungan Pengusahan

Kelapa Sawit Indonesia), GIMNI (Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia),

dan dari lembaga penerbit data perdagangan internasional (ITC) serta dari

berbagai instansi atau asosiasi terkait lainnya.

3.2 Analisa Data Untuk menjawab tujuan penelitian 1 yaitu mengetahui pemanfaatan, pola

perdagangan dan kebijakan terkait minyak nabati khususnya minyak sawit di

Amerika Serikat digunakan metode deskriptif Structure, Conduct and

Performance (SCP). SCP adalah pendekatan organisasi industri yang digunakan

untuk menganalisis hubungan antara struktur pasar, perilaku pasar dan kinerja

pasar secara deskriptif. SCP menunjukkan bahwa struktur pasar menentukan

perilaku pasar dan kemudian menentukan tingkat kinerja pasar begitupun

sebaliknya.

Struktur Pasar Struktur pasar didefinisikan sebagai jumlah penjual dan pembeli serta

besarnya pangsa pasar (market share) yang ditentukan oleh adanya diferensiasi

produk, serta dipengaruhi oleh keluar masuknya pendatang atau pesaing (Greer,

1992). Struktur pasar dapat menunjukkan lingkungan persaingan antara penjual

dan pembeli melalui proses terbentuknya harga dan jumlah produk yang

ditawarkan. Struktur industri biasanya dijelaskan oleh ukuran distribusi

perusahaan dalam pasar. Terdapat tiga ukuran utama yang biasa diperhatikan

Page 19: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 12

dalam struktur pasar yaitu pangsa pasar (market share), konsentrasi dan

hambatan masuk pasar (barrier to entry).

Perilaku (Conduct) Perilaku pasar dimaksudkan sebagai pola tanggapan dan penyesuaian yang

dilakukan suatu produsen di dalam pasar untuk mencapai tujuannya. Perilaku

pasar terkait dengan tindakan apa yang harus dilakukan suatu produsen dalam

menghadapi pesaingnya terhadap harga, tingkat produksi, kualitas produk,

tindakan promosi, dan hal penting lainnya yang berkaitan dengan kegiatan

operasional industri (Greer, 1992). Menurut Martin (1993) perilaku strategis

industri hanya ada pada pasar oligopoli. Pada pasar persaingan sempurna

produsen akan menjual pada harga pasar yang berlaku (price taker) dan tidak

perlu melakukan promosi atau bereaksi terhadap pesaing. Pada pasar oligopoly

diperlukan strategi perilaku karena adanya interdependensi antar pelaku dalam

industri tersebut. Perilaku industri dapat terlihat pada strategi industri dalam

menentukan jumlah dominasi output, promosi, pemilihan teknologi, research and

development, koordinasi dalam pasar dan kebijakan produk.

Kinerja (Performance)

Kinerja pasar dapat diartikan sebagai sebuah usaha yang disesuaikan

dengan struktur dan perilaku pasar dengan tujuan akhir memperoleh

keuntungan. Selain itu, tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan/negara dalam

hal kinerja adalah efisiensi, inovasi atau kualitas produk yang lebih baik karena

berkembangnya teknologi, serta distribusi yang merata (Stepherd, 1990). Kinerja

biasanya didekati dengan indikator-indikator seperti profitability,

progresiveness,efficiency dan social welfare.

Dalam analisis ini untuk mengukur kinerja dilakukan analisa terhadap daya

saing dengan menghitung nilai RCA.

Rumus untuk menghitung RCA adalah sebagai berikut:

= Xij/Xit

Xiw/Xw

Keterangan: Xij : nilai ekspor komoditas i dari negara j ke pasar terkait

Xit : total nilai ekspor dari negara j ke pasar terkait

Page 20: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 13

Xiw : nilai ekspor dunia komoditas i ke pasar terkait

Xwt : total nilai ekspor dunia ke pasar terkait

Nilai RCA yang didapatkan berkisar mulai dari negatif tak hingga sampai

positif tak hingga. Apabila nilai RCA yang didapatkan lebih besar dari satu maka

negara tersebut memiliki daya saing dalam produk tersebut, begitu juga

sebaliknya. Untuk memudahkan dalam interpretasi data, maka dilakukan

normalisasi terhadap hasil RCA yang didapatkan. Metode normalisasi tersebut

disebut Revealed Symmetric Comparative Advantage (RSCA) dengan rumus:

RSCA = 𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅−1

𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅+1

Hasil yang didapat dari perhitungan RSCA adalah dari -1 sampai dengan 1.

Suatu komoditas memiliki daya saing apabila nilai RSCA yang didapat lebih

besar dari 0

Focus Group Discussion (FGD) Untuk merumuskan usulan rekomendasi kebijakan untuk meningkatkan

akses pasar dan ekspor minyak sawit Indonesia ke Amerika Serikat akan

dilakukan Diskusi Kelompok Terarah yang melibatkan berbagai pihak pemangku

kepentingan industri kelapa sawit Indonesia.

Page 21: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 14

BAB IV KELAPA SAWIT DI INDONESIA

4.1 Produksi Kelapa Sawit Indonesia merupakan negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia. Pada

tahun 2013 produksi CPO dunia mencapai 55.82 juta ton sedangkan produksi

kelapa sawit Indonesia sebesar 31 juta ton. Kondisi ini mengukuhkan Indonesia

sebagai penghasil kelapa sawit terbesar yaitu dengan pangsa 55.5 persen

terhadap total produksi kelapa sawit dunia. Produsen kelapa sawit yang

menempati urutan kedua adalah Malaysia dengan jumlah produksi sebesar 19.2

juta ton atau 18.9 persen. Selanjutnya negara produsen kelapa sawit yang lain

adalah Thailand, Colombia, Nigeria dan Papua NG.

Pada sekitar tahun 60an Nigeria merupakan negara penghasil kelapa sawit

yang utama. Namun sejak tahun 1970 Malaysia berhasil menggeser dominasi

Nigeria dengan pangsa sebesar 30.71 persen. Malaysia terus mendominasi

produksi CPO dunia hingga tahun 2005. Sejak tahun 2006 Indonesia berhasil

mengungguli Malaysia dengan produksi CPO sebesar 16.6 juta ton sedangkan

Malaysia sebesar 15.29 juta ton. Kondisi ini terus berlanjut hingga saat ini. Hal

ini menunjukkan bahwa pertumbuhan produksi kelapa sawit Indonesia lebih

besar dibanding Malaysia. Keberhasilan Indonesia menjadi negara produsen

kelapa sawit terbesar di dunia merupakan hasil dari perluasan areal kelapa sawit

yang secara besar-besaran dilakukan oleh perkebunan rakyat dan perkebunan

swasta. Gambar dibawah ini menjelaskan pangsa produksi negara-negara

penghasil kelapa sawit pada tahun 2013.

Page 22: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 15

Gambar 4.1 Pangsa Produksi Kelapa Sawit Dunia Tahun 2013

(Sumber: Diolah, 2015)

Tanaman kelapa sawit yang berkembang dengan pesat di tanah air

sesungguhnya bukanlah tanaman asli Indonesia. Bermula dari dibawanya 4 biji

kelapa sawit dari Afrika yang dibawa orang Belanda dan ditanam di Kebun Raya

Bogor pada tahun 1848. Kemudian kelapa sawit tersebut diuji coba di berbagai

daerah dan hasilnya dapat tumbuh dengan subur sehingga pada tahun 1901

kelapa sawit dibudidayakan secara komersial di Sumatera.

Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis dan sepanjang

garis khatulistiwa. Oleh karena itu kelapa sawit dapat menyebar dari provinsi

paling barat Indonesia hingga propinsi paling timur. Saat ini lebih dari 60%

perkebunan kelapa sawit terletak di Sumatra, tempat industri ini dimulai sejak

masa kolonial Belanda. Sebagian besar dari sisanya - sekitar 30% - berada di

pulau Kalimantan. Sedangkan dari sisi produksi, pangsa Sumatera hamper

mencapai 70 persen terhadap total produksi Indonesia. Propinsi penghasil sawit

terbesar adalah Riau dengan pangsa produksi sebesar 23,93 persen disusul oleh

Kalimantan Tengah, Sumatera Utara dan Sumatera Selatan.

Hingga tahun 2015 berdasarkan data sementara Statistik Perkebunan

Indonesia total luas areal kelapa sawit di Indonesia mencapai lebih dari 11 juta

hektar. Dari luasan areal kelapa sawit tersebut lebih dari separuhnya dikelola

55,534,4

3,8

1,9 1,7 1,1 1,6

Negara Produsen CPO Dunia

Indonesia

Malaysia

Thailand

Colombia

Nigeria

Papua NG

Lainnya

Page 23: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 16

oleh perkebunan besar swasta. Perkebunan negara yang semula mendominasi

pengusahaan kelapa sawit dalam perkembangannya terus mengalami

penurunan peran. Pada tahun 1970 perkebunan milik negara memiliki pangsa 65

persen secara keseluruhan namun berdasarkan data terakhir (2015) pangsa

tersebut terus mengalami penyusutan hingga hanya 6,72 persen. Hal tersebut

berlawanan dengan perkebunan sawit yang diusahakan oleh rakyat. Bila pada

tahun 1980 luas kelapa sawit yang diusahakan oleh rakyat hanya sebesar 6.175

hektar atau 2,1 persen terhadap total luas kelapa sawit Indonesia maka pada

tahun-tahun selanjutnya areal kelapa sawit yang diusahakan oleh rakyat terus

mengalami peningkatan hingga mencapai lebih dari 4,7 juta hektar atau 41.42

persen terhadap keseluruhan pada tahun 2015.

Gambar 4.2 Perkembangan Luas Areal Kelapa Sawit Berdasarkan Status

Pengusahaan Tahun 1968-2015 (Ha)

(Sumber: Diolah,2015)

Dari total luas perkebunan sawit Indonesia tersebut, sekitar 1.5 – 2.0 juta ha

dimiliki oleh perusahaan Malaysia (GAPKI, 2013). Beberapa perusahaan

Malaysia yang memiliki perkebunan sawit di Indonesia antara lain Sime Darby,

KL Kepong, IOI, TH Plantations dan Kulim. Perusahaan Malaysia ini memperoleh

0

2000000

4000000

6000000

8000000

10000000

12000000

14000000

1968

1970

1972

1974

1976

1978

1980

1982

1984

1986

1988

1990

1992

1994

1996

1998

2000

2002

2004

2006

2008

2010

2012

2014

Perkebunan Rakyat Perkebunan Besar Negara Perkebunan Besar Swasta Total

Page 24: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 17

lahan sawit di Indonesia dengan cara akuisisi perkebunan sawit perusahaan lokal

berskala kecil (dibawah 3000 ha) dan menengah (3000 – 10000 ha) dan dengan

cara non akuisisi dengan melakukan kerjasama operasi (KSO) dengan BUMN

perkebunan sawit.

Seiring dengan meningkatnya luas areal kelapa sawit di Indonesia, produksi

kelapa sawit juga mengalami peningkatan yang sangat pesat. Bila pada tahun

1968 jumlah produksi kelapa sawit Indonesia yang berupa CPO hanya 181.444

ton maka tahun 2015 menurut data sementara BPS produksi CPO sudah

mencapai 30.948 931 ton atau meningkat lebih dari 170 kali lipat dibandingkan

tahun 1968. Perkembangan yang sangat fantastis dalam tempo kurang dari 50

tahun. Demikian pula produksi kelapa sawit yang berupa minyak inti sawit; jika di

tahun 1968 produk minyak inti sawit hanya mencapai 37.486 ton maka tahun

2015 sudah mencapai lebih dari 6 juta ton. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit

Indonesia (Gapki) menyatakan bahwa Indonesia memiliki target jangka panjang

untuk memproduksi 40 juta ton CPO per tahun mulai dari tahun 2020 karena

pemerintah ingin meningkatkan peran CPO dalam ekonomi domestik di tengah

terus meningkatnya permintaan dunia akan CPO yang meningkat sekitar 5 juta

ton setiap tahunnya.

Gambar 4.3 Perkembangan Produksi Kelapa Sawit (CPO) Menurut Status

Pengusahaan Tahun 1968-2014 (ton)

(Sumber: Diolah,2015)

0

5000000

10000000

15000000

20000000

25000000

30000000

35000000

1968

1970

1972

1974

1976

1978

1980

1982

1984

1986

1988

1990

1992

1994

1996

1998

2000

2002

2004

2006

2008

2010

2012

2014

Perkebunan Rakyat Perkebunan Besar Negara

Perkebunan Besar Swasta Jumlah

Page 25: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 18

Gambar 4.4 Pangsa Produksi CPO Menurut Status Pengusahaan

Tahun 2015

(Sumber: Diolah,2015)

Gambar 4.5 Perkembangan Produksi Inti Sawit Menurut Status

Pengusahaan Tahun 1968-2015 (ton)

(Sumber: Diolah,2015)

36,55

7,11

56,33

0

Perkebunan Rakyat Perkebunan Besar Negara Perkebunan Besar Swasta

0

1000000

2000000

3000000

4000000

5000000

6000000

7000000

1968

1970

1972

1974

1976

1978

1980

1982

1984

1986

1988

1990

1992

1994

1996

1998

2000

2002

2004

2006

2008

2010

2012

2014

Perkebunan Rakyat Perkebunan Besar Negara Perkebunan Besar Swasta Jumlah

Page 26: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 19

Gambar 4.6 Pangsa Produksi Inti Sawit Menurut Status Pengusahaan

Tahun 2015

(Sumber: Diolah,2015) 4.2. Ekspor Kelapa Sawit Indonesia

Minyak sawit dan produk turunannya merupakan produk yang mempunyai

peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Seiring dengan pertumbuhan

penduduk dunia, perkembangan ekonomi dan perubahan selera masyarakat,

permintaan terhadap produk minyak sawit dan turunannya juga semakin

meningkat. Konsumsi minyak sawit dunia cenderung mengalami peningkatan

sebesar 9.66 persen per tahun sementara pertumbuhan produksi minyak sawit

dunia hanya 7.94 persen per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa minyak sawit

Indonesia dan produk turunannya memiliki peluang besar dan memegang

peranan penting sebagai produsen terbesar minyak sawit dunia dunia untuk

memenuhi konsumsi dunia tersebut.

Dengan meningkatnya areal perkebunan sawit dan produksi tandan buah

segar menyebabkan terjadinya peningkatan produksi minyak sawit Indonesia.

Kelapa sawit Indonesia ditujukan untuk memenuhi kebutuhan domestik sebagai

bahan baku berbagai industri pengolah kelapa sawit dan sebagai komoditi

ekspor. Kebutuhan minyak sawit atau CPO domestik diolah menjadi produk

pangan, oleokimia dan bioenergi, sedangkan sisa produksi CPO Indonesia

36,55

7,11

56,33

0

Perkebunan Rakyat Perkebunan Besar Negara Perkebunan Besar Swasta

Page 27: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 20

tersebut diekspor. Pada tahun 2014 minyak sawit dan produk turunannya yang

diekspor Indonesia ke seluruh negara sejumlah 22,89 juta ton. Data yang ada

menunjukkan terjadinya peningkatan jumlah ekspor selama tahun 2010-2-014.

Pada tahun 2010 1511 jumlah yang diekspor adalah 16,29 juta ton sehingga

selama periode tersebut terjadi pertumbuhan volume ekspor minyak sawit dan

produk turunannya sebesar 9 persen pertahun.

India, Tiongkok dan negara-negara Uni Eropa merupakan negara tujuan

ekspor utama untuk minyak sawit Indonesia. Pada tahun 2014 pangsa India

sebesar 21,26 persen sedangkan Tiongkok 10,30 persen. Dengan

membandingkan data tahun 2010 dan 2014 terlihat bahwa pangsa India dan

Tiongkok mengalami penurunan yang cukup signifikan. Jika tahun 2010 pangsa

India dan Tiongkok masing-masing sebesar 32,48 persen dan 13,35 persen

maka pada tahun 2014 pangsa India menjadi 21,26 persen demikian pula

Tiongkok menjadi 10,30 persen.

Turunnya volume ekspor Tiongkok juga disebabkan masalah perekonomian

dimana pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang melambat, tingkat kepercayaan

bank yang menurun sehingga para trader kesulitan mencari pinjaman, Tiongkok

juga memberlakukan syarat regulasi standar residu pestisida, hal lainnya adalah

stok kedelai yang tinggi di dalam negeri.

Peningkatan pangsa yang cukup signifiikan terjadi pada negara Pakistan,

pada 2010 pangsa Pakistan hanya 0,55 persen namun pada 2014 telah

meningkat menjadi 7,93 persen. Meningkatnya ekspor ke Pakistan merupakan

salah satu hasil dari Preferential Trade Agreeement (PTA) Indonesia dan

Pakistan.

Tabel 4.1 Volume Ekspor dan Pangsa Ekspor Minyak Sawit dan

Turunannya ke 20 Negara Tujuan Tahun 2010 dan 2014

Negara Tujuan Ekspor

2010 2014

juta ton (%) Juta ton (%)

India 5.29 32.48 4.87 21.26 Tiongkok 2.17 13.35 2.36 10.30 Pakistan 0.09 0.55 1.81 7.93 Italy 0.68 4.18 1.35 5.91 Netherlands 1.20 7.35 1.22 5.32 Bangladesh 0.77 4.73 1.04 4.56

Page 28: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 21

Egypt 0.49 3.00 1.01 4.41 Spain 0.35 2.15 0.90 3.95 Singapore 0.70 4.28 0.79 3.45 Malaysia 1.49 9.14 0.57 2.47 Russian Federation 0.23 1.43 0.53 2.31 Myanmar 0.15 0.89 0.40 1.77 United States of America 0.04 0.23 0.40 1.76 Ukraine 0.37 2.25 0.36 1.57 South Africa 0.18 1.09 0.34 1.47 Saudi Arabia 0.04 0.24 0.30 1.32 Djibouti 0.02 0.11 0.29 1.26 United Arab Emirates 0.07 0.40 0.28 1.24 Nigeria 0.04 0.22 0.26 1.12 Iran, Islamic Republic of 0.31 1.90 0.25 1.10 Lainnya 1.64 10.04 3.56 15.53 Total 16.29 100.00 22.89 100.00

(Sumber:Diolah, 2015)

Dari sisi nilai, ekspor CPO merupakan komoditas yang memberikan

sumbangan devisa sangat besar bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun

2014 nilai ekspor minyak sawit dan turunannya mencapai 17,46 milyar US $.

Pada tahun 2013 nilai ekspor 1511 tersebut mengalami penurunan yang cukup

signifikan sebagai dampak dari melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia.

Namun demikian selama periode 2010-2014 nilai ekspor dari minyak sawit dan

turunannya mengalami pertumbuhan sebesar 7,59 persen pertahun.

Nilai ekspor minyak sawit dan turunannya ke berbagai negara tujuan dapat

dilihat pada tabel dibawah ini. Dengan membandingkan data tahun 2010 dan

2014, terlihat pula nilai ekspor dari India dan Tiongkok mengalami penurunan

pangsa sedangkan Pakistan mengalami peningkatan.

Tabel 4.2 Nilai Ekspor dan Pangsa Ekspor Minyak Sawit dan Turunannya

ke 20 Negara Tujuan Tahun 2010 dan 2014

Negara Tujuan Ekspor

2010 2014 milyar US

$ (%) milyar US

$ (%)

India 4.34

32.22

3.64

20.82 Tiongkok

Page 29: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 22

1.87 13.86 1.79 10.25

Pakistan

0.08

0.60

1.35

7.75

Italy

0.52

3.85

1.03

5.89

Netherlands

1.01

7.47

0.91

5.20

Bangladesh

0.63

4.65

0.80

4.56

Egypt

0.41

3.04

0.75

4.31

Spain

0.27

2.03

0.67

3.85

Singapore

0.57

4.20

0.60

3.45

Malaysia

1.21

8.99

0.40

2.31

Russian Federation

0.20

1.50

0.39

2.25

Myanmar

0.13

0.96

0.33

1.88

United States of America

0.03

0.24

0.30

1.72

Ukraine

0.30

2.23

0.28

1.58

Djibouti

0.02

0.12

0.26

1.48

South Africa

0.15

1.09

0.26

1.47

Saudi Arabia

0.03

0.21

0.23

1.33

United Arab Emirates

0.06

0.42

0.22

1.24

Iran, Islamic Republic of

0.28

2.06

0.20

1.17

Nigeria

0.03

0.22

0.19

1.10

Lainnya

1.35

10.03

2.86

16.39

Total

13.47

100.00

17.46

100.00 (Sumber: Diolah,2015)

Page 30: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 23

BAB V

PASAR MINYAK NABATI DI AMERIKA SERIKAT

5.1. Pasar Minyak Nabati Amerika Serikat Pemerintah Indonesia mengeluarkan beberapa kebijakan yang telah

mendorong pertumbuhan areal dan produksi minyak sawit nasional rata-rata

sebesar 13.48 persen dan 11.45 persen per tahun (Kementerian Pertanian,

2013). Dengan target produksi minyak sawit 40 juta ton pada tahun 2020,

Indonesia perlu mencari pasar ekspor baru atau diversifikasi pasar dan tidak

bergantung kepada pasar ekspor konvensional (Asia dan Eropa). Salah satu

negara yang berpeluang menjadi tujuan ekspor adalah Amerika Serikat yang

mengalami peningkatan konsumsi akan minyak nabati baik digunakan sebagai

produk pangan, oleokimia maupun bioenergi. Amerika Serikat merupakan pasar

yang cukup besar dengan jumlah penduduk terbesar ketiga di dunia. Tingkat

konsumsi minyak sawit Amerika Serikat akan terus mengalami peningkatan

seiring dengan peningkatan populasi dan pendapatan masyarakat Amerika

Serikat serta program biofuel Amerika Serikat yang membutuhkan minyak sawit

sebesar 400 juta galon pada tahun 2020 sebagai bahan baku bioenerginya.

Minyak sawit merupakan salah satu diantara beberapa jenis minyak nabati dan

hewani yang diimpor Amerika Serikat. Uraian dibawah ini akan menjelaskan

berbagai karakteristik menyangkut impor minyak nabati tersebut.

Tabel 5.1 Perkembangan Volume Impor Minyak Nabati dan Hewani di Amerika

Serikat Tahun 2010-2014 (ton)

Code Product label 2010 2011 2012 2013 2014

1514 Rape,colza or mustard oil & their fractions

1,086,406

1,514,799

1,427,636

1,271,678

1,586,009

1511 Palm oil & its fraction 948,112

1,087,626

991,282

1,373,179

1,187,801

1513 Coconut (copra),palm kernel/babassu oil & their fractions

886,023

819,861

767,902

850,759

822,233

1509 Olive oil and its fractions 262,244

276,036

306,845

281,406

296,475

1515 Fixed vegetable fats&oils & their fractions

108,146

114,345

119,579

133,316

136,539

1517 Margarine 81,975

95,191

101,681

123,464

107,451

1512 Safflower,sunflower/cotton-seed oil&fractions

48,019

83,556

109,410

70,508

73,823

1507 Soya-bean oil&its fractions 53,784

71,715

64,702

84,587

69,602

1520 Glycerol (glycerine)

Page 31: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 24

63,412 57,449 13,822 42,672 67,615

1502 Bovine,sheep&goat fats 46,207

49,093

62,573

59,461

62,603

1522 Degras and residues 6,406

24,401

35,094

39,335

37,889

1501 Lard and other pig&poultry fat 10,424

10,684

18,518

22,248

21,474

1508 Ground-nut oil&its fractions 26,193

15,180

8,552

19,123

19,583

1504 Fish/marine mammal,fat,oils&their fractions

20,531

22,116

23,618

24,059

18,731

1518

Animal or vegetable fats & oils chemically modified; inedible mixtures

9,292

20,299

16,084

20,576

17,235

1516 Animal or veg fats, oils&fract, hydrogenated

25,763

23,367

18,925

16,746

16,267

1510 Other oils from olives 15,318

16,890

16,212

9,208

14,725

1521 Vegetable waxes, beeswax & other insect waxes

13,449

11,651

12,987

13,562

13,184

1505

Wool grease and fatty substances derived therefrom (including lanolin)

5,547

4,372

3,417

5,125

4,540

1503

Lard stearin&oil,oleostearin&oil&tallow oil

199

624

306

120

417

1506 Animal fats&oils&their fractions 53

34

174

249

304

15 3,717,503

4,319,289

4,119,319

4,461,381

4,574,500

(Sumber:Diolah,2015)

Untuk memenuhi kebutuhan minyak nabati dan hewani Amerika Serikat

melakukan impor dimana pada tahun 2014 volume impor minyak nabati tersebut

adalah 4.574.500 ton dengan nilai 5,97 milyar US $. Selama tahun 2010 hingga

2014 volume impor minyak nabati dan hewani Amerika Serikat terus mengalami

peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan 5,59 persen pertahun sedangkan

untuk pertumbuhan nilai impor adalah 10,39 persen pertahun.

Diantara minyak nabati dan hewani tersebut ada empat jenis minyak nabati

yang memiliki peran besar dalam pemenuhan impor minyak nabati Amerika

Serikat yaitu: minyak rape (1514), minyak kelapa sawit (1511), minyak kelapa

1513 dan minyak zaitun (1509). Perkembangan pangsa impor minyak nabati

tersebut selama tahun 2010-2014 disajikan pada gambar dibawah ini.

Page 32: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 25

Gambar 5.1 Perkembangan Pangsa Volume Impor Empat Jenis Minyak

Nabati di Amerika Serikat Tahun 2010-2014 (%)

(Sumber: Diolah, 2015)

Dari grafik tersebut terlihat bahwa pada tahun 2014 jenis minyak nabati yang

memiliki pangsa volume impor paling besar di Amerika Serikat adalah golongan

1514 yaitu rape, colza, mustard oil and their fractions yaitu 35 persen.

Selanjutnya adalah palm oil and its fractions (1511) sebesar 26 persen, coconut

(kopra), palm kernel, babassu oil and their fraction (1513) sebesar 18 persen dan

olive oil and its fractions (1509) sebesar 6 persen.

Dari gambar.. terlihat pada tahun 2012-2013 terjadi peningkatan pangsa

volume impor minyak sawit yang diikuti dengan penurunan pangsa volume

minyak rape. Hal tersebut diduga karena adanya penurunan minyak sawit yang

terjadi sejak 2011 dan terus menurun hingga berada pada kisaran 800an US $

perton pada tahun 2013 sedangkan harga minyak rape cenderung stabil pada

periode tersebut. Pangsa volume impor minyak rape kembali meningkat pada

tahun 2014 ketika harga minyak rape mengalami penurunan. Hal ini

menunjukkan bahwa volume impor minyak nabati tersebut sensitive terhadap

perubahan harga dan memiliki sifat subtitusi antara satu dengan yang lainnya.

2010 2011 2012 2013 2014

1514 29,22408 35,07056 34,65709 28,50413 34,67065

1511 25,504 25,18067 24,06422 30,77924 25,9657

1513 23,83382 18,98139 18,64148 19,06941 17,97427

1509 7,054305 6,390774 7,448925 6,307598 6,481036

0

5

10

15

20

25

30

35

40

1514 1511 1513 1509

Page 33: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 26

Dari ke empat jenis minyak nabati tersebut, kelapa sawit (1511) merupakan

minyak nabati yang harganya paling murah dibanding yang lain. Pada tahun

2014 harga minyak sawit adalah 841 US $ per ton sedang minyak zaitun 3.683

US $ per ton. Grafik dibawah ini menunjukkan perkembangan harga dari empat

jenis minyak nabati di Amerika Serikat tahun 2010-2014.

Gambar 5.2 Perkembangan Harga Empat Jenis Minyak Nabati di Pasar

Amerika Serikat

(Sumber: Diolah,2015)

Harga yang tergolong murah tersebut merupakan suatu keunggulan bagi

minyak sawit untuk dapat menguasai pasar minyak nabati di Amerika Serikat.

Tingkat harga minyak sawit yang tergolong murah bila dibandingkan dengan

jenis minyak yang lain tidak terlepas dari keunggulan yang dimiliki minyak sawit.

Minyak sawit merupakan tanaman minyak nabati yang paling efisien dan efektif

dalam menghasilkan minyak. Untuk setiap hektar lahan, kelapa sawit dapat

menghasilkan minyak sebesar 4.27 ton sedangkan produktivitas jenis tanaman

lain berkisar antara 8-16 persen dari kelapa sawit. Tabel dibawah ini

menunjukkan produktifitas dari berbagai jenis minyak.

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

2010 2011 2012 2013 2014

1514 1513 1509 1511

Page 34: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 27

Tabel 5.2 Produktivitas Beberapa Jenis Minyak Nabati

Jenis Minyak Nabati Produktivitas Minyak

(ton/Ha)

Kebutuhan Lahan Untuk

Per Ton Minyak Nabati

Kedele 0,45 2,2

Rape 0,69 1,4

Bunga Matahari 0,52 1,9

Kacang tanah 0,45 2,2

Kelapa 0,34 2,9

Kelapa Sawit 4,27 0,2

Sumber : Oil World (2008)

Tabel 5.3 Perkembangan Nilai Impor Minyak Nabati dan Hewani di Amerika

Serikat Tahun 2010-2014 (000 US $)

Code Product label 2010 2011 2012 2013 2014

1514 Rape,colza or mustard oil & their fractions

1,035,133

1,932,907

1,824,125

1,569,775

1,553,350

1513 Coconut (copra),palm kernel/babassu oil & their fractions

852,553

1,444,262

1,040,794

851,797

1,139,546

1509 Olive oil and its fractions

868,651

925,183

938,319

1,084,035

1,095,379

1511 Palm oil & its fraction

784,397

1,209,158

1,053,058

1,160,838

998,615

1515 Fixed vegetable fats&oils & their fractions

230,226

303,946

294,989

322,592

352,099

1517 Margarine

128,770

164,033

184,616

216,185

173,472

1504 Fish/marine mammal,fat,oils&their fractions

93,041

105,871

110,547

128,619

117,662

1512 Safflower,sunflower/cotton-seed oil&fractions

60,892

135,696

169,358

112,724

114,094

1521 Vegetable waxes, beeswax & other insect waxes

45,972

49,342

69,918

60,470

71,847

1507 Soya-bean oil&its fractions

50,031

91,515

79,010

98,125

68,504

1516 Animal or veg fats, oils&fract, hydrogenated

54,520

69,525

70,895

61,876

57,677

1502 Bovine,sheep&goat fats

34,309

53,597

61,394

52,263

52,711

1510 Other oils from olives

28,683

34,686

31,266

23,364

36,168

1505 Wool grease and fatty substances derived therefrom (including lanolin)

27,724

23,992

31,282

36,795

31,392

1520 Glycerol (glycerine)

15,969

20,086

5,013

24,891

22,100

1508 Ground-nut oil&its fractions

Page 35: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 28

29,650 21,434 15,588 30,378 21,309

1506 Animal fats&oils&their fractions

4,599

10,344

14,972

18,450

19,735

1501 Lard and other pig&poultry fat

10,062

13,459

18,993

21,409

18,819

1518 Animal or vegetable fats & oils chemically modified; inedible mixtures

17,593

23,617

19,992

21,988

15,649

1522 Degras and residues

1,997

6,030

8,416

8,998

7,397

1503 Lard stearin&oil,oleostearin&oil&tallow oil

88

111

63

98

280

15 Animal, vegetable, fat and oils, cleavage products ets

4,374,860

6,638,794

6,042,608

5,905,670

5,967,805

(Sumber: Diolah,2015)

Untuk minyak nabati golongan 1514 terdapat konsistensi antara pangsa

volume impor dengan pangsa nilai impor. Golongan 1514 merupakan jenis

minyak nabati yang dari tahun ke tahun merupakan jenis minyak nabati yang

memiliki pangsa nilai paling besar dibandingkan jenis minyak nabati lainnya.

Gambar 5.3 Perkembangan Pangsa Nilai Impor Empat Jenis Minyak Nabati

di Amerika Serikat Tahun 2010-2014

(Sumber: Diolah,2015)

0

5

10

15

20

25

30

35

2010 2011 2012 2013 2014

'1514 '1513 '1509 '1511

Page 36: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 29

BAB VI PASAR MINYAK SAWIT INDONESIA DI AMERIKA SERIKAT

6.1. Analisa Deskriptif Struktur Perilaku Dan Kinerja Minyak Sawit Di Pasar

Amerika Serikat Impor Amerika Serikat untuk minyak kelapa sawit dan produk turunannya

(1511) dari tahun ke tahun menunjukkan kecenderungan meningkat. Pada tahun

2010 jumlah impor kelapa sawit dan produk turunannya ke Amerika Serikat

adalah 948 087 ton dengan nilai 784 397 000 US $ dan pada tahun 2014

meningkat menjadi 1 187 801 ton dengan nilai 998 615 000 US $. Selama kurun

waktu 2010-2014 nilai impor 1511 terus mengalami peningkatan dengan tingkat

pertumbuhan sekitar 5 persen pertahun. Sedangkan bila ditinjau dari sisi

kuantitas selama periode yang sama mengalami peningkatan dengan tingkat

pertumbuhan sebesar 7 persen. Untuk mengetahui lebih rinci tentang pasar

minyak sawit di Amerika Serikat dilakukan analisa deskriptif dengan

menggunakan kerangka Struktur, Perilaku dan Kinerja yang akan diuraikan

dibawah ini.

Struktur

Selama ini impor kelapa sawit ke Amerika Serikat didominasi oleh Malaysia.

Pada tahun 2010 pangsa Malaysia lebih dari 90 persen; sedangkan Indonesia

hanya sebesar 5 persen. Namun pada tahun-tahun berikutnya Indonesia makin

meningkatkan perannya dalam menyuplai kebutuhan kelapa sawit Amerika

Serikat. Pada tahun 2014 pangsa Indonesia telah mencapai lebih dari 30

persen sedangkan pangsa Malaysia menjadi sekitar 60 persen. Secara terinci

perkembangan jumlah dan nilai impor kelapa sawit dan produk turunan ke

Amerika Serikat dapat dilihat pada Tabel berikut.

Page 37: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 30

Tabel 6 1. Perkembangan Volume Impor dan Pangsa Negara Eksportir

Minyak Kelapa sawit di Amerika Serikat Tahun 2010-2014

Eksportir 2010 2011 2012 2013 2014

(ton) (%) (ton) (%) (ton) (%) (ton) (%) (ton) (%) Malaysia 885,855 93.43 1,025,511 94.29 933,299 94.15 989,020 72.02 751,234 63.25 Indonesia 48,476 5.11 50,244 4.62 43,263 4.36 372,767 27.15 420,108 35.37 Lainnya 13,781 1.45 11,871 1.09 14,720 1.48 11,392 0.83 16,459 1.39

Total 948,112 100.00 1,087,626 100.00 991,282 100.00 1,373,179 100.00 1,187,801 100.00 (Sumber:Diolah,2015)

Pada tahun 2014 impor kelapa sawit USA secara keseluruhan mengalami

penurunan. Namun untuk impor yang berasal dari Indonesia tetap mengalami

peningkatan. Peningkatan tersebut merupakan hal yang sangat baik mengingat

pada tahun 2014 pasokan kedelai melimpah di Amerika, dan pada pertengahan

tahun pemerintah AS menggalakkan peningkatan penggunaan biodiesel dengan

kedelai sebagai feedstock yang pendanaannya disalurkan melalui USDA.

Tabel 6.2 Perkembangan Nilai Impor dan Pangsa Negara Eksportir Minyak

Kelapa Sawit di Amerika Serikat Tahun 2010-2014

Eksportir

2010 2011 2012 2013 2014 (000 US $) (%)

(000 US $) (%)

(000 US $) (%)

(000 US $) (%)

(000 US $) (%)

Malaysia

732,795

93.42

1,131,939

93.61

984,068

93.45

832,914

71.75

627,037

62.79

Indonesia

34,908

4.45

58,249

4.82

46,480

4.41

309,964

26.70

346,328

34.68

Lainnya

16,694

2.13

18,970

1.57

22,510

2.14

17,960

1.55

25,250

2.53

Total

784,397

100.00

1,209,158

100.00

1,053,058

100.00

1,160,838

100.00

998,615

100.00 (Sumber:Diolah,2015)

Salah satu bagian penting struktur suatu pasar adalah mengetahui

hambatan perdagangan yang ada di pasar tersebut. Hambatan untuk masuk ke

pasar digolongkan menjadii dua yaitu hambatan tariff dan hambatan non tariff.

Perilaku

Tarif dan kewajiban secara lengkap ekspor produk ke Amerika Serikat dapat

dilihat di website U.S. Custom & Border Protection (CBP). CBP merupakan salah

satu lembaga terbesar di Amerika Serikat yang berada di bawah Departemen

Page 38: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 31

Keamanan Dalam Negeri yang bertanggungjawab untuk mengamankan

perbatasan, memfasilitasi perdagangan Internasional yang sah, melindungi

kepentingan pertanian dan ekonomi serta bisnis Amerika Serikat dari pencurian

kekayaan intelektual serta menegakkan hukum dan peraturan perdagangan

Amerika Serikat.

Pemerintah Federal Amerika Serikat mengenakan tarif impor minyak sawit

dan produk turunannya berdasarkan revisi tarif yang dikeluarkan USITC yang

berlaku efektif 1 Januari 2014 yang dibagi atas 5 kelompok Kode HTS

(Harmonized Tariff Schedule). Produk-produk minyak sawit yang masuk dalam

kode HTS 15111000, 15119000, 15132100 dan 15132900 dikenakan tarif

sebesar 0 persen kecuali produk-produk yang masuk dalam kriteria HTS

38231920 akan dikenakan tarif impor 2.3 persen seperti terlihat pada Tabel

dibawah ini. Sedangkan setiap negara bagian menerapkan tambahan bea masuk

yang berbeda-beda berdasarkan kebijakan masing-masing negara bagian.

Tabel 6.3 Ketentuan Tarif Impor Kelapa Sawit di AS

Kode HS Produk Tarif

15111000 Palm oil, crude and its fractions wheteher or not

refined not chemically modified

0 %

15119000 Palm oil, other than crude and their fractions not

chemically modified

0 %

15132100 Palm kernel or babassu oil, crude and its

fractions wheteher or not refined not chemically

modified

0 %

15132900 Palm kernel oil or babassu oil, other than crude

and their fractions wheteher or not refined but not

chemically modified

0 %

38231920 Industrial monocarboxylic fatty acids or acid oils

from refining derived from coconut, palm kernel or

palm oil

2.3 %

Sumber: USITC 2014

Page 39: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 32

Hambatan non tarif atau NTB merupakan intervensi kebijakan selain tariff

yang mempengaruhi dan mendistorsi perdagangan barang, jasa dan faktor

produksi. Berbagai kebijakan yang diterapkan Pemerintah Amerika Serikat

merupakan kebijakan yang bersifat non tariff. Kebijakan tersebut antara lain

adalah program subsidi (US Soybean Loan Program) yang dapat mendorong

petani untuk menanam kedele secara besar-besaran sehingga supplai kedele

naik, bahkan petani lebih terpacu mendapatkan bantuan pemerintah daripada

harga jual kedele di pasaran, dampak lanjutannya adalah menambah cadangan

minyak dan lemak dunia, sekaligus menurunkan harga minyak nabati dunia.

Program ini dikaji semenjak tahun 1991 namun efektif diterapkan tahun 1999

dengan tujuan untuk menurunkan harga minyak kedelai di pasar internasional

dan menaikkan jumlah ekspor kedele, secara tidak langsung berdampak pada

turunnya harga minyak sawit dunia.

Disamping itu, untuk melindungi industri minyak nabati domestiknya,

Amerika Serikat menerapkan NTB dalam beberapa bentuk. Bentuk hambatan

yang kemungkinan memiliki efek yang sangat besar bagi ekspor minyak sawit

Indonesia ke Amerika Serikat adalah regulasi EPA-NODA. Pada 27 Februari

2012 melalui Federal Registry Volume 77 No.18, EPA mempublikasikan notifikasi

yang dikenal dengan US-EPA (NODA) mengenai permintaan tanggapan dari

para pemangku kepentingan industri kelapa sawit di negara-negara pemasok

minyak kelapa sawit (CPO) global. Notifikasi tersebut berisi hasil analisis EPA

(Environmental Protection Agency) mengenai ramalan penggunaan minyak

kelapa sawit sebagai bahan baku produksi biodiesel dan diesel yang terbarukan

di Amerika Serikat, di bawah program Standar Energi yang Terbarukan / RFS

(Renewable Fuel Standar). Esensi dari notifikasi itu pada dasarnya menyiratkan

peringatan awal kepada negara-negara pemasok CPO dunia untuk mengurangi

emisi karbon dari rantai kegiatan industri kelapa sawit sesuai RFS, yakni minimal

20 persen. Hasil analisis US-EPA menyimpulkan biodiesel dan renewable diesel

yang diproduksi dari minyak kelapa sawit baru menghasilkan pengurangan emisi

karbon masing-masing sebesar 17 persen dan 11 persen. Isu lingkungan dan

kesehatan ini menjadi non technique trade barrier yang mengganggu ekspor

minyak sawit Indonesia.

Page 40: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 33

Hasil wawancara dengan pelaku bisnis kelapa sawit yang melakukan ekspor

minyak sawit ke Amerika Serikat menunjukkan bahwa adanya EPA-NODA

tersebut hingga saat ini belum menjadi kendala. Hal tersebut disebabkan karena

pelaku usaha di Amerika Serikat hingga saat ini masih membutuhkan kelapa

sawit dari Indonesia. Sebagian pelaku usaha kelapa sawit memandang bahwa

EPA-NODA tersebut terkait dengan usaha pihak Amerika Serikat untuk

melindungi petani kedelainya.

Hambatan perdagangan minyak sawit dengan dalih masalah lingkungan ini

sudah terjadi sejak beberapa tahun lampau. Pada awal tahun 2000an muncul

kritikan bahwa pengembangan kelapa sawit menyebakan kerusakan lingkungan

dan mengancam satwa liar. Propaganda seperti ini sangat merugikan industri

kelapa sawit karena sebagian besar produksi kelapa sawit di ekspor ke negara

lain. Menanggapi berbagai propaganda negatif setelah melalui berbagai dialog

dibentuklah the Roundtable on Sustainable Palm Oil pada tahun 2004 berpusat

di Zurich Switzerland sementara secretariat RSPO saat ini berpusat di Kuala

Lumpur dengan kantor satelit di Jakarta. Dinamakan meja bundar karena semua

pihak duduk sejajar sama pentingnya sebagalah mitra. Tujuan dibentuknya

RSPO adalah untuk mempromosikan perkembangan dan penggunaan produk

minyak kelapa sawit berkelanjutan melalui suatu standar yang dapat dipercaya

dengan melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan.

RSPO merupakan organisasi nirlaba yang menyatukan pihak pihak

berkepentingan (stakeholder) dari tujuh sector industri minyak kelapa sawit untuk

mengembangkan dan menerapkan standar bagi minyak kelapa sawit yang

berkelanjutan. Ketujuh sector industri tersebut adalah: 1. Produsen kelapa sawit;

2. Pengolah atau pedagang kelapa sawit; 3. Manufaktur barang konsumen; 4.

Retailer (pedagang pengecer); 5. Bank dan investor; 6. LSM konservasi

lingkungan hidup/alam; 7. LSM Sosial.

Bagi industri kelapa sawit yang telah memenuhi syarat yang telah ditentukan

dapat dilakukan sertifikasi untuk menunjukkan bahwa minyak kelapa sawit yang

digunakan untuk suatu produk diproduksi secara bertanggungjawab. Hingga

kuartal I 2015, produksi minyak sawit yang sudah mendapat Certified Sustainable

Palm Oil (CSPO) mencapai 12,65 juta ton.

Page 41: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 34

Selain menjadi anggota RSPO, pada tahun 2009 pemerintah Indonesia

membentuk ISPO. Indonesia Sustainability Palm Oil System dibentuk oleh

pemerintah Indonesia untuk memastikan bahwa semua pihak pengusaha kelapa

sawit memenuhi standar pertanian yang diizinkan. ISPO bertujuan untuk

meningkatkan daya saing minyak sawit Indonesia di pasar dunia dan ikut

berpartisipasi dalam rangka memenuhi komitmen Presiden Republik Indonesia

untuk mengurangi gas rumah kaca serta memberi perhatian terhadap masalah

lingkungan.

ISPO dikritik karena tidak melibatkan LSM dan auditor independen. Namun

demikian ISPO bersifat mengikat bagi perusahaan perkebunan kelapa sawit yang

ada di Indonesia. Pemerintah mewajibkan seluruh pemilik perkebunan untuk

bersertifikat hingga tahun 2015. Pemerintah pun akan melarang ekspor produk

minyak sawit mentah (CPO) jika perusahaan tidak mengantongi sertifikat ISPO

mulai tahun 2014.

Meski telah bersifat wajib dan pemerintah Indonesia menargetkan 100

persen perusahaan bersertifikat sebelum 2014 berakhir, namun perusahaan

perkebunan sawit pemegang sertifikat ISPO hingga saat ini masih jauh dari

jumlah yang ditargetkan pemerintah. Pada bulan April 2014 baru 40 perusahaan

dari total 1500.

Selain adanya regulasi EPA-NODA hambatan lain bagi eksportir minyak

sawit Indonesia adalah keterbatasan akses informasi untuk memasuki pasar

minyak sawit Amerika Serikat. Berdasarkan hasil wawancara dengan pelaku

usaha minyak sawit, diperoleh informasi bahwa sebagian dari pelaku bisnis

minyak sawit Indonesia melakukan ekspor dengan bantuan jasa pedagang

perantara di Singapura. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian pelaku bisnis

kelapa sawit masih kurang memiliki akses informasi untuk melakukan ekspor.

Hal lain yang dikeluhkan adalah infrastruktur jalan yang tidak baik sehingga

memungkinkan terjadinya pungli dalam kegiatan transportasi di dalam negeri.

Hal ini mengakibatkan meningkatnya biaya yang harus dikeluarkan oleh

pengusaha.

Page 42: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 35

Kinerja

Kinerja pasar dapat diartikan sebagai sebuah usaha yang disesuaikan

dengan struktur dan perilaku pasar dengan tujuan akhir memperoleh

keuntungan. Selain itu, tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan/negara dalam

hal kinerja adalah efisiensi, inovasi atau kualitas produk yang lebih baik karena

berkembangnya teknologi, serta distribusi yang merata (Stepherd, 1990). Dalam

analisis ini untuk mengukur kinerja dilakukan penghitungan terhadap nilai per unit

jumlah minyak sawit yang diterima masing-masing negara eksportir di pasar

Amerika Serikat. Besar kecilnya nilai per unit yang diterima tersebut secara tidak

langsung juga menggambarkan daya saing. Ukuran lain untuk mengetahui

kinerja minyak sawit Indonesia di pasar Amerika Serikat adalah dengan

melakukan penghitungan RCA dan RSCA. Untuk mengetahui harga yang diterima masing-masing negara eksportir

kelapa sawit di Amerika Serikat maka dilakukan penghitungan dengan cara

membagi antara nilai ekpor dengan jumlah minyak kelapa sawit yang diekspor.

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa harga yang diterima eksportir yang

tergolong lainnya adalah yang tertinggi, dimana pada tahun 2014 eksportir

lainnya mendapatkan harga 1.534 US $ untuk setiap ton minyak sawit yang

diekspor sedangkan Indonesia hanya 824 US $/ton dan Malaysia 835 US $/ton.

Hal ini menunjukkan bahwa minyak sawit yang diekspor oleh lainnya memiliki

nilai tambah paling tinggi dibanding Malaysia dan Indonesia. Nilai tambah

minyak sawit Indonesia lebih rendah dibanding Malaysia namun menunjukkan

kecenderungan semakin membaik. Hal tersebut terlihat dari selisih harga yang

diterima Indonesia dan Malaysia pada tahun 2010 dan 2014. Pada tahun 2010

harga yang diterima Indonesia lebih rendah sekitar 15 persen dibanding Malaysia

sedangkan tahun 2014 selisih harga tersebut hanya sekitar 1 persen.

Page 43: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 36

Tabel 6.4 Perkembangan Harga Impor Minyak Sawit Yang Diterima Negara

Eksportir Tahun 2010-2014 (US $/ton)

Eksportir 2010 2011 2012 2013 2014

Malaysia

827

1,104

1,054

842

835

Indonesia

720

1,159

1,074

832

824

Lainnya

1,211

1,598

1,529

1,577

1,534

Rata-rata

827

1,112

1,062

845

841 (Sumber: Diolah, 2015)

Dalam analisis ini penghitungan nilai RCA untuk Indonesia dan Malaysia

dilakukan dengan menggunakan data nilai ekspor. Hal tersebut dengan

pertimbangan bahwa nilai ekspor lebih sesuai dibanding volume impor untuk

mengukur perbandingan pada 1511 yang terdiri dari beberapa jenis barang.

Gambar 6.5 Perkembangan RCA Indonesia dan Malaysia di Pasar Minyak

Sawit Amerika Serikat Tahun 2010-2014

(Sumber: Diolah, 2015)

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa selama periode 2010 hingga 2014

nilai RCA Indonesia dan Malaysia bernilai > 1 yang berarti kedua negara memiliki

daya saing di pasar minyak sawit Amerika Serikat. Dengan melihat besaran nilai

RCA kedua negara selama periode 2010-2014 dapat disimpulkan bahwa

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

2010 2011 2012 2013 2014

Indonesia Malaysia

Page 44: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 37

Malaysia memiliki daya saing yang lebih baik dibanding Indonesia. Namun

demikian daya saing Indonesia menunjukkan kecenderungan makin membaik

sedangkan daya saing Malaysia menunjukkan kecenderungan makin menurun di

pasar minyak sawit Amerika Serikat. Grafik 10 menyajikan perkembangan nilai

RCA Indonesia dan Malaysia di pasar minyak sawit Amerika Serikat.

Hasil perhitungan nilai RSCA menunjukkan kesimpulan yang searah dengan

RCA. Perkembangan nilai RSCA Indonesia dan Malaysia di pasar minyak sawit

Amerika Serikat dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

Gambar 6.2 Perkembangan RSCA Indonesia dan Malaysia di Pasar Minyak

Sawit Amerika Serikat Tahun 2010-2014

(Sumber: Diolah,2015)

6.2. Penggunaan Minyak Sawit di Amerika Serikat

Peluang ekspor minyak sawit dan produk turunannya ke Amerika Serikat

masih sangat terbuka lebar karena permintaan minyak nabati di pasar Amerika

Serikat cukup besar seperti dalam bentuk oleokimia dasar dan turunannya

seperti fatty acid, metil ester, gliserol, fatty alkohol, dan berbagai macam produk

surfaktan. Dibawah diuraikan sekilas mengenai industri berbahan baku kelapa

sawit di Amerika Serikat.

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

2010 2011 2012 2013 2014

Indonesia Malaysia

Page 45: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 38

Refinery Beberapa industri refinery/minyak goreng sawit yang penting di dunia berada

di Amerika Serikat, Belanda, Belgia, Indonesia, Malaysia, Singapura dan

Thailand. Pemain utama dari industri refinery di Amerika Serikat adalah California

Oils Corporation dan Fuji Vegetable Oil Inc.

Fatty Acid Dalam beberapa tahun terakhir, terjadi peningkatan kapasitas produksi Fatty

Acid di kawasan Asia Tenggara. Produsen-produsen di kawasan ini membentuk

usaha patungan dengan perusahaan-perusahaan besar fatty acid di AS, Eropa

dan Jepang, yang kemudian produksinya diekspor kembali ke perusahaan-

perusahan induk tersebut. Banyak perusahaan induk fatty acid di AS, Eropa dan

Jepang mengalihkan produksinya ke kawasan Asia Tenggara dikarenakan biaya

produksi secara keseluruhan ternyata menjadi lebih rendah. Perusahaan

Amerika Serikat penghasil fatty acid berbahan baku minyak nabati adalah :

Crompton, Procter & Gamble Chemicals, dan Twin Rivers Technologies, Inc

Fatty Alcohol

Selama sepuluh tahun terakhir, pasar global fatty alcohol tumbuh rata-rata

4.0 persen per tahun. Konsumsi meningkat terutama di kawasan di mana

ketersediaan fatty alcohol meningkat, sebagai akibat dari peningkatan kapasitas

dan fasilitas produksi yang baru. Cina, Afrika, Amerika Tengah dan Selatan, dan

Asia merupakan pasar fatty alcohol potensial. Produsen fatty alcohol sintetis

(berbasis petrokimia) yang merupakan pesaing terkemuka untuk produk fatty

alcohol alami adalah Shell Chemicals dari Belanda, Sasol dari Afrika Selatan dan

BASF Jerman. Sedangkan produsen fatty alcohol alami (oleochemical based),

adalah Cognis (Jerman), Kao Corporation (Jepang), Liaoning HuaXing (Cina),

Ecogreen Oleochemicals (Indonesia) dan Procter & Gamble (Amerika Serikat).

Pasar fatty alkohol adalah untuk sabun dan detergen, personal care product,

lubricant, amines dan lain-lain. Lebih dari dua pertiga atau sekitar 80 persen dari

jumlah fatty alcohol yang diproduksi digunakan sebagai bahan baku pembuatan

surfaktan.

Page 46: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 39

Biodiesel Perkembangan industri biodiesel dalam beberapa tahun terakhir telah

mengalami pergeseran dominasi global. Sekitar lima tahun yang lalu, Eropa

adalah pemain dominan dalam industri biodiesel, yang memiliki pangsa lebih dari

83 persen dari kapasitas terpasang dunia dan 93 persen dari produksi dan

konsumsi dunia biodiesel. Amerika Utara dan Asia kemudian mulai

mengembangkan industri biodiesel. Produsen biodiesel di dunia tersebar

diberbagai belahan dunia. Saat ini produsen biodiesel didominasi oleh

perusahaan dari Amerika Serikat. Nama perusahan penghasil biodiesel di

Amerika Serikat disajikan pada Lampiran.

Glycerin

Sejak tahun 2007, Asia merupakan produsen dan konsumen glycerin murni

terbesar di dunia, dimana produksi dan konsumsinya mencapai 44 persen dan 35

persen dari produksi dunia dan konsumsi dunia. Eropa Barat merupakan

produsen dan konsumen terbesar kedua glycerin murni dengan tingkat produksi

dan konsumsi mencapai 35 persen dan 28 persen dari produksi dunia. Amerika

Utara adalah pasar terbesar ketiga glycerin murni. Ketiga wilayah tersebut

menyumbang hampir 91 persen dari produksi dunia dan 82 persen dari konsumsi

dunia. Diperkirakan pada tahun-tahun kedepan akan terjadi peningkatan

pertumbuhan konsumsi di Amerika Serikat, Tiongkok dan Thailand serta

pertumbuhan yang signifikan di Eropa Barat. Hal ini terutama disebabkan

meningkatnya permintaan glycerin dalam bentuk turunan produk baru, seperti

epiklorohidrin, syngas dan propilen glikol. Kebutuhan dunia untuk glycerin

disuplai oleh produsen yang tersebar diberbagai belahan dunia.

Konsumen glycerin adalah produsen/industri sabun/kosmetik/farmasi, alkyd

resin, makanan, polyurethan, tembakau, explosives dan lain-lain. Industri sabun

mengkonsumsi glycerin sebesar 37 persen dari total konsumsi dunia, kemudian

diikuti oleh alkyd resin 13 persen, makanan 12 persen dan polyurethan 11

persen. Berikut nama perusahaan penghasil glyserin berbahan baku minyak

nabati di Amerika Serikat.

Page 47: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 40

6.3. Hambatan Ekspor Minyak Sawit Indonesia ke Amerika Serikat

Survey dalam kajian ini dilakukan ke Sumatera Utara, Pekanbaru dan

Singapura. Pemilihan Sumatera Utara dan Pekanbaru disebabkan kedua propinsi

tersebut merupakan penghasil dan eksportir utama minyak sawit di Indonesia.

Adapun pemlihan lokasi Singapura disebabkan beberapa perusahaan besar

minyak sawit di Indonesia memilih membangun kantor pemasaran mereka di

Singapura. Pelaksanaan survey ke Singapura diharapkan dapat memberikan

informasi mengenai hambatan dan upaya yang harus dilakukan agar dapat

menembus pasar minyak nabati di Amerika Serikat

Tabel 6.5 Temuan Turun Lapang

Lokasi Perusahaan Hambatan Ekspor ke Amerika

Upaya Mengatasi Hambatan Tersebut

Sumatera Utara Sering ditemukan black

campaign tapi tidak

mengganggu ekspor

Kerjasama perdagangan

untuk menjamin akses

pasar

Pekanbaru Belum dapat menembus

pasar Amerika Serikat Mencari pasar alternatif

khususnya di Eropa

Singapura Distributor dan wholesales

di Amerika Serikat tidak

membeli minyak goreng

dari Indonesia akibat

kasus kebakaran hutan

Sosialisasi RSPO

terhadap distributor dan

wholesales di Amerika

Serikat

Sumber : Survey 2015, diolah

Responden di Sumatera Utara adalah perkebunan swasta besar yang telah

lama beroperasi dan banyak melakukan ekspor ke Amerika Serikat, Uni Eropa

dan China. Hasil temuan survey di Sumatera Utara adalah perkebunana sawit di

propinsi ini tidak merasakan dampak hambatan ekspor ke Amerika Serikat.

Mereka hanya mengikuti pesanan dari kantor pemasaran yang ada di Singapura.

Namun besar harapan responden di Sumatera Utara agar pemerintah

meningkatkan kerjasama akses pasar dengan Amerika Serikat untuk

mempermudah eskpor kenegara tersebut.

Temuan senada juga diperoleh dalam survey ke Pekanbaru. Pengusaha dan

juga ekspor di propinsi tersebut menyatakan sangat sulit menembus pasar

Page 48: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 41

Amerika Serikat karena ketatnya black campaign terhadap produk sawit

Indonesia. Berdasarkan kondisi ini, pengusaha di Pekanbaru lebih memilih

mengikuti pesanan buyer mereka di Singapura yang bertujuan ke ekspor ke

Eropa dibandingkan memaksa menembus pasar Amerika Serikat.

Hasil survey ke Singapura menemukan bahwa perusahaan minyak nabati

yang berbahan baku minyak sawit dari Indonesia saat ini menghadapi kendala

menembus pasar Amerika Serikat. Adapun kendala tersebut disebabkan

distributor dan wholesale di Amerika Serikat menolak menjual minyak goreng dari

Indonesia akibat kasus kebakaran hutan. Adapun penyebab munculknya

kebijakan ini diyakini disebabkan oleh lobby dari perusahaan minyak goreng

nabati lainnya yang berasal dari Amerika Serikat. Sebagai upaya untuk

mengatasi hal ini, perusahaan tersebut berusaha untuk mensosialisasikan

kebijakan perkebunan sawit Indonesia yang lestasi, atau Rountable Sustainable

Palm Oil (RSPO). Perusahaan eksportir CPO yang memiliki sertifikat RSPO

merupakan perusahaan yang telah melakukan perkebunan yang lestari dan tidak

melakukan pembakaran hutan.

Page 49: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 42

BAB VII

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

7.1. Kesimpulan Kesimpulan dalam kajian ini terdiri dari :

1. Amerika Serikat sebagai salah satu pasar utama di dunia, ternyata sangat

banyak mengimpor produk minyak dan lemak hewani dan nabati (HS 15).

Berdasarkan data UN Comtrade (ITC, 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat

mengimpor produk Palm oil & its fraction (HS 1511) sebagian besar dari

Malaysia (63,2 persen) dan Indonesia (35,4 persen), serta beberapa negara

lain dengan pangsa dibawah 1 persen seperti Singapura, Ekuador, Kolombia

dan Brasil.

2. Pemanfaatan minyak sawit di Amerika Serikat khususnya digunakan untuk

fatty acid, fatty alcohol, biodiesel dan glycerin yang akan digunakan sebagai

bahan baku industri makanan dan farmasi. Adapun pemasok utama minyak

sawit Amerika Serikat adalah Malaysia dan Indonesia.

3. Pola perdagangan minyak nabati di Amerika Serikat terdiri dari rape, colza,

mustard oil and their fractions (HS 1514) sebesar 35 persen, palm oil and its

fractions (HS 1511) sebesar 26 persen, coconut (kopra), palm kernel,

babassu oil and their fraction (HS 1513) sebesar 18 persen dan olive oil and

its fractions (HS 1509) sebesar 6 persen.

4. Kebijakan yang saat ini dikenakan terhadap produk dari minyak sawit antara

lain terdiri dari tarif impor dan kebijakan notice of data availability (NODA) dari

Environmental Protection Agency (EPA), serta ketidakinginan distributor dan

wholesale di Amerika Serikat menjual minyak goreng dari CPO di Indonesia.

5. Semenjak diberlakukan NODA dan munculnya isu kebakaran hutan, ternyata

nilai dan volume ekspor serta pangsa ekspor CPO Indonesia ke Amerika

Serikat justru meningkat. Hal ini mengindikasikan dua kebijakan tersebut tidak

efektif menghambat ekspor produk CPO dari Indonesia ke Amerika Serikat.

Namun kedua kebijakan tersebut efektif menghambat ekspor biodiesel dan

minyak goreng. Temuan ini menunjukkan saat ini pasar Amerika Serikat

masih memanfaatkan CPO Indonesia sebagai bahan baku industri mereka

Page 50: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 43

dan belum berniat mengimpor produk olahan CPO karena bersaing dengan

produk Biodiesel dan minyak goreng Amerika Serikat.

7.2. Rekomendasi Berdasarkan kesimpulan tersebut saat ini ekspor CPO Indonesia ke Amerika

Serikat sebagai bahan baku industri tidak memperoleh hambatan. Namun, untuk

produk olahan CPO khususnya Biodiesel dan minyak goreng terkendala

kebijakan NODA dan isu kebakaran hutan. Direkomendasikan untuk

meningkatkan sosialisasi sertifikasi mengenai kebijakan perkebunan sawit yang

lestari (RSPO) sebagai bukti bahwa perkebunan di Indonesia telah

memberlakukan sistem perkebunan lestari dan berupaya mencegah kebakaran

hutan. Selanjutnya perlu dilakukan upaya agar sertifikasi RSPO dapat diterima

konsumen di Amerika Serikat melalui penyamaan standar atau mutual

recognition agreement (MRA) antara kebijakan RSPO dengan NODA.

Page 51: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 44

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2014. Statistik Perkebunan Indonesia Komoditas

Kelapa Sawit 2013-2015. Jakarta.

Drajat B, Suprihatini R, Herman dan Anwar K. 2005. Dampak Kebijakan

Pertambahan Nilai pada Kinerja Komoditas Perkebunan. Analisis Kebijakan

Pertanian, vol 3 (2): 108-132.

Efendi, et al. 2010. Analisis Harga Minyak sawit, Tinjauan Kointegrasi Harga Minyak

nabati dan Minyak Bumi. Jurnal Manajemen & Agribisnis, vol 9 (1).

[GAPKI] Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia. 2014. Industri Minyak Sawit

Indonesia Menuju 100 Tahun NKRI Membangun Kemandirian Ekonomi,

Energi dan Pangan Secara Berkelanjutan.

Hartoyo S, Kumala Putri E I dan Hastuti. 2009. Dampak Perubahan Permintaan

Crude Palm Oil Sebagai Bahan Bakar Alternatif (Nabati) Terhadap

Ketersediaan Pangan dan Kebijakan yang Terkait. Laporan Akhir Hibah

Kompetitif Penelitian Sesuai Prioritas Nasional Batch II. Lembaga Penelitian

dan Pengabdian kepada Masyarakat, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hebling T, Blackman V M and Cheng K. 2008. Riding a Wave. Finance Ana

Development March. [IEA] International Energy Agency. 2005. International

Energy Agency. IEA.

Kardiman. 2011. Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Kelapa Sawit di

Malaysia dan Implikasinya Bagi Pengembangan Industri Kelapa Sawit

Indonesia. Disertasi Doktor. Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Sekolah

Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor

Page 52: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 45

Khamis A, Zuhaimy dan Shabri A. 2003. Permodelan Harga Minyak Sayuran

Menggunakan Analisis Regresi Linear Berganda. Matematika, vol. 19 (1): 59

– 70.

Nayantakaningtyas, J S dan Henny K. Daryanto. 2012. Daya Saing dan Strategi

Pengembangan Minyak Sawit Indonesia. Jurnal Manajemen dan Agribisnis

Volume 9 no 3.

Purba J H V. 2012. Dampak Pajak Ekspor Crude Palm Oil Terhadap Industri Minyak

Goreng Indonesia. Disertasi. Institut Pertanian Bogor

Purwanto S K. 2002. Dampak Kebijakan Domestik dan Faktor Eksternal Terhadap

Perdagangan Dunia Minyak Nabati. Tesis. Institut Pertanian Bogor

Rifai, Nila. 2014. .Evaluasi Kebijakan Ekonomi Ekspor Minyak Sawit Dan Produk

Turunannya Ke Pasar Amerika Serikat. Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana,

Institut Pertanian Bogor.

Sipayung, Tungkot dan J H V Purba. 2015. Ekonomi Agribisnis Minyak Sawit. Palm

Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI).

Yu T H, Bessler DA and Fuller S. 2006. Cointegration and Causality Analysis of

World Vegetable Oil and Crude Oil Price. American Agricultural Economics

Association Annual Meeting, Long Beach, California, July 23 –26, 2006.

Zulkifli. 2000. Dampak Liberalisasi Perdagangan Terhadap Keragaan Industri Kelapa

Sawit Indonesia dan Perdagangan Minyak Sawit Dunia. Disertasi. Institut

Pertanian Bogor.

Page 53: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 46

LAMPIRAN 1.

Produksi Inti Sawit Menurut Status Pengusahaan Tahun 1968-2015 (ton)Perkebunan Rakyat Perkebunan Besar Negara Perkebunan Besar SwastaJumlah (Ton) Pangsa (%)Jumlah (Ton) Pangsa (%) Jumlah (Ton)Pangsa (%)

1968 - 24,213 64.59 13,273 35.41 37,486 1969 - 28,418 68.20 13,251 31.80 41,669 1970 - 33,344 68.38 15,419 31.62 48,763 1971 - 38,875 68.80 17,632 31.20 56,507 1972 - 42,093 71.20 17,028 28.80 59,121 1973 - 46,045 71.91 17,990 28.09 64,035 1974 - 52,454 71.77 20,631 28.23 73,085 1975 - 57,058 70.34 24,058 29.66 81,116 1976 - 55,750 67.31 27,071 32.69 82,821 1977 - 63,633 68.43 29,351 31.57 92,984 1978 - 72,254 76.37 22,351 23.63 94,605 1979 - 84,718 70.29 35,804 29.71 120,522 1980 - 89,731 70.13 38,218 29.87 127,949 1981 - 100,020 71.10 40,659 28.90 140,679 1982 410 0.26 109,976 70.04 46,642 29.70 157,028 1983 539 0.33 96,338 58.59 67,539 41.08 164,416 1984 826 0.33 177,477 71.75 69,058 27.92 247,361 1985 8,816 3.41 178,675 69.13 70,966 27.46 258,457 1986 11,663 4.11 198,865 70.14 73,000 25.75 283,528 1987 29,933 9.38 213,050 66.78 76,066 23.84 319,049 1988 31,230 9.11 220,538 64.36 90,899 26.53 342,667 1989 36,736 9.35 236,745 60.26 119,408 30.39 392,889 1990 75,390 14.96 249,431 49.51 178,982 35.53 503,803 1991 85,443 15.50 285,096 51.71 180,806 32.79 551,345 1992 99,822 17.85 287,896 51.48 171,556 30.67 559,274 1993 104,546 17.36 288,762 47.96 208,821 34.68 602,129 1994 162,307 20.38 338,741 42.53 295,489 37.10 796,537 1995 195,533 20.76 384,393 40.80 362,137 38.44 942,063 1996 233,462 21.52 396,850 36.59 454,364 41.89 1,084,676 1997 256,565 23.42 322,947 29.49 515,761 47.09 1,095,273 1998 268,914 22.67 300,349 25.32 616,820 52.00 1,186,083 1999 309,562 23.98 293,790 22.75 687,766 53.27 1,291,118 2000 381,131 27.22 292,191 20.87 726,780 51.91 1,400,102 2001 557,917 33.30 303,858 18.13 813,901 48.57 1,675,676 2002 621,346 33.93 313,390 17.12 896,333 48.95 1,831,069 2003 668,292 31.75 350,130 16.64 1,086,300 51.61 2,104,722 2004 730,960 32.24 355,895 15.70 1,180,416 52.06 2,267,271 2005 855,146 34.56 318,836 12.88 1,300,550 52.56 2,474,532 2006 1,156,618 33.33 462,746 13.33 1,850,806 53.33 3,470,170 2007 1,271,678 35.99 423,407 11.98 1,837,860 52.02 3,532,945 2008 1,384,608 39.47 387,627 11.05 1,735,722 49.48 3,507,957 2009 1,503,543 38.90 401,176 10.38 1,960,139 50.72 3,864,858 2010 1,691,742 38.52 378,101 8.61 2,321,781 52.87 4,391,624 2011 1,759,585 38.09 409,112 8.86 2,450,611 53.05 4,619,308 2012 1,839,546 35.35 426,601 8.20 2,936,957 56.45 5,203,104 2013 2,002,146 36.03 428,930 7.72 3,125,325 56.25 5,556,401 2014 2,136,657 36.41 431,299 7.35 3,300,980 56.24 5,868,936 2015 2,262,528 36.55 440,327 7.11 3,486,932 56.33 6,189,787

TotalTahun

Page 54: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 47

LAMPIRAN 2.

Produsen biodiesel berbahan baku minyak nabati di Amerika Serikat

1 Ag Environmental Products LLC 2 Ag Processing (AGP) 3 Ag Solutions, Inc 4 AGRA Biodiesel, Inc 5 Alabama Biodiesel Corporation 6 American Ag Fuels 7 Archer Daniels Midland Company 8 Atlantic BioEnergy LLC 9 Baker Commodities, Inc 10 Bay Area Biofuel, Inc 11 Bay Biodiesel 12 Bean Commercial Grease, Inc 13 Bently Biofuels 14 Best Energy Solutions, LLC 15 BIG Biodiesel, LLC 16 Bio Energy Of Colorado 17 Bio Friendly Fuel Partners 18 Biodiesel Industries 19 Biodiesel Industries Of Greater DallasFort 20 Biodiesel Industries Of Port Hueneme 21 Biodiesel of Las Vegas 22 Biodiesel of Mississippi, Inc 23 BioEnergy of Colorado LLC 24 BioEnergy Systems 25 BioFuels of Colorado, LLC 26 Biomass Energy Services, Inc 27 BioPreserve 28 Bioro 29 Blue Ridge Biofuels 30 Cargill, Inc 31 Central Iowa Energy LLC 32 Central Texas Biofuels LLC 33 Channel Chemical Corporation 34 Clinton County BioEnergy 35 Corsicana Chemical 36 Earth Biofuels, Inc 37 Earthship BioDiesel 38 Eastman Chemical Company 39 Ender LLC, Inc

Page 55: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 48

40 Energy Fuel Dynamics 41 Environmental Alternatives 42 Evergreen Renewables LLC 43 Filter Specialty Bioenergy LLC 44 Flint Hills Resources LP 45 Fumpa Biofuels 46 GeoGreen Fuels LLC 47 Great Lakes BioFuels, LLC 48 Green Country Biodiesel, Inc 49 Green Range Renewable Energy 50 Green Star Products, Inc 51 American Biofuels 52 Griffin Industries, Inc 53 HTH Wind Energy, Inc 54 PowerSHIFT Energy Company Inc 55 Imperial Western Products 56 Integrity Biofuels 57 Jatrodiesel, Inc 58 Johann Haltermann Ltd 59 Keystone BioFuels, Inc 60 LHE Energy Colorado 61 Louis Dreyfus Agriculture Industries LLC 62 Michigan Biofuels LLC 63 MidAmerica Biofuels LLC 64 Mid West Bio Diesel Producers LLC 65 MidStates Biodiesel, LLC 66 Minnesota Soybean Processors 67 Missouri Better Bean 68 Missouri Biofuels 69 New Fuel Company 70 Newgen Technologies, Inc 71 Refuel America, Inc 72 Nextgen Fuel, Inc 73 NFE Biofuel & Energy, Inc 74 Natural Fuel & Energy 75 North Prairie Energy 76 Northeast Biodiesel Co 77 Nova Energy Holding, Inc 78 NuOil, Inc 79 Ocean Air Environmental Fuels and Glycerin, LLC 80 Organic Fuels, LLC 81 Owensboro Grain 82 PA Biofuels

Page 56: LAPORAN AKHIR ANALISIS STRATEGI INDONESIA UNTUK ...bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Strategi... · 2015), di tahun 2014 Amerika Serikat mengimpor sebagian besar

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 49

83 Pacific Biodiesel, Inc 84 Peach State Labs, Inc 85 Peter Cremer North America LP 86 Piedmont Biofuels Industrial 87 Prairie Pride, Inc 88 Reclamation Consulting And Applications, Inc 89 Redland Industries 90 Renewable Alternatives 91 Riksch BioFuels 92 Rocky Mountain Biodiesel Industries 93 Seattle BioDiesel LLC 94 SequentialPacific Biodiesel, LLC 95 Smithfield Bioenergy LLC 96 SMS Envirofuels, Inc 97 Southern Iowa BioEnergy, LLC 98 Southern States Power Company, Inc 99 Soy Solutions 100 Soymor 101 Stepan Company 102 Sun Cotton Biofuel Corporation 103 Sustainable Systems, LLC 104 TexCom, Inc 105 Texoga Technologies 106 Safe Fuels, Inc 107 Triangle Biofuels Industries, Inc 108 TriCity Energy 109 United Biofuels, Inc 110 United Oil Company 111 US Biofuels, Inc (US) 112 Beatrice Biodiesel LLC 113 Virginia Biodiesel Refinery 114 West Central Cooperative 115 Western Iowa Energy 116 World Energy Alternatives LLC 117 Purada Processing LLC 118 Yasheng Group 119 Three Rivers Biofuels