98
KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK MAKANAN OLAHAN Pusat Penelitian dan Pengembangan Perdagangan Luar Negeri Badan Penelitian Dan Pengembangan Perdagangan Departemen Perdagangan 2008

KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR

PRODUK MAKANAN OLAHAN

Pusat Penelitian dan Pengembangan Perdagangan Luar NegeriBadan Penelitian Dan Pengembangan Perdagangan

Departemen Perdagangan2008

Page 2: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR

PRODUK MAKANAN OLAHAN

Tim Peneliti:

Hari Widodo (Kordinator)Yosua Simanjuntak

Siswanti T.P.Umar Fakhrudin

HasniSri MulyatiRakiman

Sri MulatsihAlla Asmara

Pusat Penelitian dan Pengembangan Perdagangan Luar NegeriBadan Penelitian Dan Pengembangan Perdagangan

Departemen Perdagangan2008

Page 3: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

i

RINGKASAN EKSEKUTIF

Industri makanan merupakan salah satu sektor industri yang memiliki kontribusi

penting dalam perekonomian Indonesia, baik dalam pembentukan PDB, ekspor dan

penciptaan lapangan kerja, maupun dalam mendukung perkembangan sektor industri lainnya.

Peranan industri makanan (termasuk minuman dan tembakau) dalam pembentukan PDB pada

tahun 2007 sekitar 7 persen dengan nilai Rp. 136,7 triliun atau tumbuh 5 persen dibandingkan

dengan tahun 2006. Di bidang ekspor, produk makanan olahan merupakan komoditi yang

potensial untuk dikembangkan dalam upaya peningkatan ekspor non migas Indonesia. Nilai

ekspor produk makanan olahan pada tahun 2007 mengalami peningkatan 14,7 persen, dari

US$ 1,96 miliar pada tahun 2006 menjadi US$ 2,25 miliar. Jumlah usaha dalam bidang

industri ini di Indonesia mencapai sekitar 916 ribu unit usaha dengan melibatkan sekitar 3,5

juta tenaga kerja.

Di pasar dunia, produk makanan olahan tumbuh rata-rata 12 persen per tahun. Namun,

pertumbuhan ini tidak dibarengi oleh pertumbuhan ekspor produk makanan olahan Indonesia

yang hanya rata-rata 5 persen per tahun. Selain itu, pangsa pasar produk makanan olahan

Indonesia di pasar dunia masih relatif rendah sekitar 0,7 persen. Hal ini tentu saja masih

membuka peluang bagi Indonesia untuk memperluas pasarnya di dunia. Agar dapat

memperoleh gambaran yang jelas tentang sejauhmana Indonesia dapat merebut peluang pasar

tersebut, maka dilakukan kajian tentang pengembangan pasar ekspor produk makanan olahan

Indonesia, yang bertujuan : 1) memperoleh gambaran tentang perkembangan ekspor makanan

olahan Indonesia dan dunia; 2) menentukan produk makanan olahan prioritas ekspor

Indonesia; 3) menganalisis daya saing produk makanan olahan Indonesia dalam peta

persaingan pasar dunia; dan akhirnya diharapkan dapat 4) menyusun strategi dan kebijakan

pengembangan ekspor produk produk makanan olahan.

Metode analisis kajian ini adalah analisis deskriftif, analisis indeks penentuan produk

prioritas ekspor dari ITC (International Trade Centre) dan analisis daya saing dengan

menggunakan CMSA (Constant Market Share Analysis). Berdasarkan analisis dengan

menggunakan metode yang dikembangkan ITC dalam menentukan industri prioritas

pengembangan ekspor diperoleh hasil sebagai berikut: (a) Prioritas tinggi: produk ikan, teh

Page 4: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

ii

dan tembakau; (b) Prioritas sedang: produk gula, cokelat, kopi, sereal, sayur dan buah; (c)

Prioritas rendah: produk susu, daging dan minuman beralkohol.

Dari analisis yang dilakukan diketahui bahwa daya saing produk makanan olahan

prioritas tinggi Indonesia mengalami penurunan di pasar internasional, dengan penjelasan

sebagai berikut: (a) Produk ikan menurun di semua pasar yang dianalisis dan memiliki

peluang pasar di Brazil dan India, namun tingkat tarif relatif tinggi (35,5%); (b) Produk teh

memiliki daya saing tinggi di pasar Jepang dan India, namun permintaan di negara tersebut

sudah levelling off. Permintaan pasar di Amerika Serikat, Rusia, China, Arab Saudi dan

Afrika masih tinggi, serta pengembangan ekspor ke pasar Brazil cukup potensial; dan (c)

Daya saing produk tembakau menurun di semua pasar yang dianalisis, kecuali pasar Afrika.

Permintaan pasar impor dari Jepang, Brazil, Rusia, China dan Arab Saudi masih memiliki

potensi untuk dimanfaatkan.

Peluang dan hambatan ekspor yang dihadapi setiap produk memiliki kesamaan di

banyak negara tujuan, namun setiap produk juga memiliki keunikan masing-masing yang

tidak dapat digeneralisasi. Untuk itu diperlukan strategi promosi yang dilakukan secara

berkala, terarah dan tepat sasaran sesuai dengan prioritas produk dan pasarnya.

Untuk meningkatkan daya saing, strategi dan kebijakan yang harus diambil antara

lain: (a) meningkatkan ketersediaan pasokan bahan baku lokal melalui peningkatan produksi

dan produktivitas sektor/industri penyedia bahan baku serta mendorong pengembangan

industri pendukung lainnya; (b) meningkatkan efisiensi industri untuk menekan biaya

produksi akibat kenaikan harga BBM dan listrik; (c) meningkatkan ketersediaan infrastruktur

utama (listrik, air, gas, jalan dan sistem teknologi informasi) untuk mengurangi biaya

ekonomi tinggi serta memberikan insentif yang dapat mendorong produktivitas dan daya

saing industri, serta (d) meningkatkan kualitas produk diiringi dengan brand image

development produk nasional di pasar internasional.

Page 5: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

iii

KATA PENGANTAR

Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa peranan ekspor sebagai salah satu sumber

utama penerimaan devisa negara adalah sangat strategis dan penting dalam menunjang

kelangsungan pembangunan perekonomian nasional. Oleh sebab itu, keberhasilan dalam

membangun dan meningkatkan ekspor akan sangat menentukan terhadap kelangsungan

pembangunan perekonomian nasional.

Pada tahun 2008 pemerintah mentargetkan ekspor tumbuh 12,5 persen. Untuk

mencapai target tersebut, pemerintah mencanangkan program pengembangan ekspor non

migas melalui peningkatan ekspor 10 produk utama dan 10 produk potensial, diantaranya

produk makanan olahan. Selama lima tahun terakhir (2003-2007) ekspor produk makanan

olahan Indonesia mengalami pertumbuhan rata-rata 15,6 persen per tahun. Pada tahun 2008

ekspor produk makanan olahan ditargetkan mencapai US$ 2,3 miliar, atau meningkat sekitar

18,7 persen.

Di pasar impor dunia, produk makanan olahan tumbuh rata-rata 12 persen per tahun,

namun pertumbuhan tersebut tidak dibarengi dengan pertumbuhan ekspor Indonesia yang

hanya 5 persen per tahun. Pangsa pasar Indonesia yang masih relatif rendah (0,7%) di pasar

internasional masih membuka peluang bagi Indonesia. Oleh sebab itu, Pusat Penelitian dan

Pengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar

ekspor produk makanan olahan Indonesia. Hasil kajian ini diharapkan dapat bermanfaat

sebagai bahan referensi bagi semua pihak yang memerlukannya.

Akhirnya, kami menyadari bahwa laporan hasil kajian ini masih terdapat banyak

kekurangan. Untuk itu, kami sangat berterimakasih kepada semua pihak atas segala komentar

dan sarannya demi kesempurnaan laporan ini.

Jakarta, Desember 2008

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

PERDAGANGAN LUAR NEGERI

Page 6: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

iii

DAFTAR ISI

Halaman

EXECUTIVE SUMMARY ........................................................................................ iKATA PENGANTAR ............................................................................................ iiDAFTAR ISI ........................................................................................................... iiiDAFTAR TABEL ................................................................................................... vDAFTAR GAMBAR .............................................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 11.1. Latar Belakang............................................................................. 11.2. Tujuan Penelitian.......................................................................... 51.3. Ruang Lingkup............................................................................. 61.4. Output yang Diharapkan ............................................................. 61.5. Kerangka Konseptual Penelitian ................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 92.1. Perdagangan Internasional ........................................................... 92.2. Konsep Keunggulan Komparatif .................................................. 92.3. Konsep Daya Saing....................................................................... 12

BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................. 173.1. Produk Makanan Olahan .............................................................. 173.2. Analisis Daya Saing ..................................................................... 173.3. Indeks Produk Makanan Olahan Prioritas Metode ITC ............... 183.4. Jenis dan Sumber Data ................................................................. 193.5. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 203.6. Analisis Data ................................................................................ 21

BAB IV PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK MAKANANOLAHAN INDONESIA ....................................................................... 264.1. Perkembangan Ekspor Makanan Olahan Indonesia dan

Dunia …………………………………....................................... 264.1.1. Pasar Makanan Olahan Dunia …………………………………. 264.1.2. Ekspor Produk Makanan Olahan Indonesia ................................ 294.1.3. Posisi Produk Makanan Olahan Indonesia di Pasar Dunia .........4.2. Penentuan Prioritas Ekspor Produk Makanan Olahan Indonesia.

3338

4.2.1. Indeks-1 Performa Ekspor ……………………………………... 384.2.2. Indeks-2 Performa Impor Pasar Dunia ………………………… 394.2.3. Indeks-3 Suplai Domestik ........................................................... 404.2.4. Indeks-4 Dampak Sosial Ekonomi .............................................. 424.2.5. Kombinasi Indeks ........................................................................ 42

Page 7: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

iv

4.3. Analisis Daya Saing Produk Makanan Olahan Indonesia di PasarInternasional ................................................................................ 46

4.3.1. Produk Makanan Olahan Prioritas Tinggi ................................... 464.3.2. Produk Makanan Olahan Prioritas Sedang .................................. 484.3.3. Produk Makanan Olahan Prioritas Rendah ................................. 514.4. Hasil Survey Lapangan ............................................................... 524.4.1. Dalam Negeri .............................................................................. 524.4.2. Luar Negeri ................................................................................. 60

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN ............................... 635.1. Kesimpulan .................................................................................. 635.2. Implikasi Kebijakan .................................................................... 645.2.1. Rumusan Strategi dan Kebijakan Umum .................................... 645.2.2. Rumusan Strategi dan Kebijakan Komoditi ................................ 65

DAFTAR PUSTAKA 69Lampiran 70

Page 8: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

v

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Klasifikasi Produk Makanan Olahan ............................................................ 18Tabel 3.2. Jenis dan Sumber Data .................................................................................. 21Tabel 4.1. Impor Makanan Olahan Dunia 2002 – 2006 ................................................. 29Tabel 4.2. Nilai Impor Produk Makanan Olahan Berdasarkan Pasar Tujuan ................ 31Tabel 4.3. Perkembangan Ekspor Makanan Olahan Indonesia Periode 2003–2007 ..... 32Tabel 4.4. Ekspor Makanan Olahan Indonesia Menurut Negara Tujuan

Periode 2003 – 2007 ..................................................................................... 34Tabel 4.5. Nilai Ekspor Produk Makanan Olahan Indonesia Berdasarkan Pasar Tujuan

Tahun 2007 ................................................................................................... 35Tabel 4.6. Indeks Spesialisasi Perdagangan Produk Makanan Olahan Indonesia

Periode 2003 – 2007 ..................................................................................... 36Tabel 4.7. Pemasok Utama Produk Makanan Olahan di Pasar Impor Dunia ................ 37Tabel 4.8. Pemasok Makanan Olahan Daging dan Ikan di Pasar Dunia 2002–2006 .... 39Tabel 4.9. Pemasok Makanan Olahan Kopi dan Teh di Pasar Impor Dunia

2002–2006 ..................................................................................................... 40Tabel 4.10. Pemasok Makanan Olahan Berbahan Baku Coklat di Pasar Impor Dunia

2002–2006 ..................................................................................................... 41Tabel 4.11. Indeks-1 Performan Ekspor Produk Makanan Olahan Indonesia ................. 43Tabel 4.12. Indeks-2 Pasar Dunia .................................................................................... 44Tabel 4.13. Indeks-3 Suplai Domestik ............................................................................. 45Tabel 4.14. Indeks-4 Dampak Sosial Ekonomi ................................................................ 46Tabel 4.15. Performan Ekspor Produk Makanan Olahan Indonesia ................................ 50Tabel 5.1. Rumusan Strategi dan Kebijakan untuk Produk Prioritas Tinggi ................. 74Tabel 5.2. Rumusan Strategi dan Kebijakan untuk Produk Prioritas Sedang ................ 75Tabel 5.3. Rumusan Strategi dan Kebijakan untuk Produk Prioritas Rendah ............... 76

Page 9: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

vi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1. Skema Kerangka Pemikiran ........................................................... 8

Gambar 2.1. Kurva Perdagangan Internasional .................................................. 11

Gambar 2.2. Diagram Porter’s Diamond ............................................................ 14

Gambar 3.1. Komponen Indeks Produk Unggulan ............................................. 20

Gambar 4.1. Overlay Performa Ekspor dengan Pasar Impor ............................. 47

Gambar 4.2. Overlay Performa Ekpor Dengan Sosio-Economi ......................... 49

Gambar 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan Bahan Baku danJenis Usaha .................................................................................... 59

Gambar 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Pasar yangDigunakan ...................................................................................... 60

Gambar 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Informasi Pasar yangDibutuhkan .................................................................................... 60

Gambar 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Hal Penting untukPengembangan Ekspor ................................................................... 61

Gambar 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Penghambat Produksi 62

Gambar 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Permasalahan Internal ........... 62

Gambar 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Keunggulan Produk NegaraPesaing ........................................................................................... 63

Gambar 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Kebijakan PeningkatanProduktivitas .................................................................................. 64

Gambar 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Kebijakan Peningkatan SDM 65

Gambar 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Kebijakan MendorongEkspor ............................................................................................ 65

Page 10: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Klasifikasi Produk Makanan Olahan ............................................................ 18Tabel 3.2. Jenis dan Sumber Data .................................................................................. 21Tabel 4.1. Impor Makanan Olahan Dunia 2002 – 2006 ................................................. 29Tabel 4.2. Nilai Impor Produk Makanan Olahan Berdasarkan Pasar Tujuan ................ 31Tabel 4.3. Perkembangan Ekspor Makanan Olahan Indonesia Periode 2003–2007 ..... 32Tabel 4.4. Ekspor Makanan Olahan Indonesia Menurut Negara Tujuan

Periode 2003 – 2007 ..................................................................................... 34Tabel 4.5. Nilai Ekspor Produk Makanan Olahan Indonesia Berdasarkan Pasar Tujuan

Tahun 2007 ................................................................................................... 35Tabel 4.6. Indeks Spesialisasi Perdagangan Produk Makanan Olahan Indonesia

Periode 2003 – 2007 ..................................................................................... 36Tabel 4.7. Pemasok Utama Produk Makanan Olahan di Pasar Impor Dunia ................ 37Tabel 4.8. Pemasok Makanan Olahan Daging dan Ikan di Pasar Dunia 2002–2006 .... 39Tabel 4.9. Pemasok Makanan Olahan Kopi dan Teh di Pasar Impor Dunia

2002–2006 ..................................................................................................... 40Tabel 4.10. Pemasok Makanan Olahan Berbahan Baku Coklat di Pasar Impor Dunia

2002–2006 ..................................................................................................... 41Tabel 4.11. Indeks-1 Performan Ekspor Produk Makanan Olahan Indonesia ................. 43Tabel 4.12. Indeks-2 Pasar Dunia .................................................................................... 44Tabel 4.13. Indeks-3 Suplai Domestik ............................................................................. 45Tabel 4.14. Indeks-4 Dampak Sosial Ekonomi ................................................................ 46Tabel 4.15. Performan Ekspor Produk Makanan Olahan Indonesia ................................ 50Tabel 5.1. Rumusan Strategi dan Kebijakan untuk Produk Prioritas Tinggi ................. 74Tabel 5.2. Rumusan Strategi dan Kebijakan untuk Produk Prioritas Sedang ................ 75Tabel 5.3. Rumusan Strategi dan Kebijakan untuk Produk Prioritas Rendah ............... 76

Page 11: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

viii

DAFTAR ISI

Halaman

EXECUTIVE SUMMARY ........................................................................................ iKATA PENGANTAR ............................................................................................ iiDAFTAR ISI ........................................................................................................... iiiDAFTAR TABEL ................................................................................................... ivDAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 11.6. Latar Belakang............................................................................. 11.7. Tujuan Penelitian.......................................................................... 51.8. Ruang Lingkup............................................................................. 61.9. Output yang Diharapkan ............................................................. 61.10. Kerangka Konseptual Penelitian ................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 92.1. Perdagangan Internasional ........................................................... 92.2. Konsep Keunggilan Komparatif ................................................... 92.3. Konsep Daya Saing....................................................................... 12

BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................. 173.1. Produk Makanan Olahan .............................................................. 173.2. Analisis Daya Saing ..................................................................... 173.3. Indeks Produk Makanan Olahan Prioritas Metode ITC ............... 183.4. Jenis dan Sumber Data ................................................................. 193.5. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 203.6. Analisis Data ................................................................................ 21

BAB IV PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK MAKANANOLAHAN INDONESIA ....................................................................... 264.1. Perkembangan Ekspor Makanan Olahan Indonesia dan

Dunia …………………………………....................................... 264.1.1. Pasar Makanan Olahan Dunia …………………………………. 264.1.2. Ekspor Produk Makanan Olahan Indonesia ................................ 294.1.3. Posisi Produk Makanan Olahan Indonesia di Pasar Dunia .........4.2. Penentuan Prioritas Ekspor Produk Makanan Olahan Indonesia..

3338

4.2.1. Indeks-1 Performa Ekspor ……………………………………... 384.2.2. Indeks-2 Performa Impor Pasar Dunia ………………………… 394.2.3. Indeks-3 Suplai Domestik ........................................................... 404.2.4. Indeks-4 Dampak Sosial Ekonomi .............................................. 424.2.5. Kombinasi Indeks ........................................................................ 42

Page 12: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

ix

4.3. Analisis Daya Saing Produk Makanan Olahan Indonesia di PasarInternasional ................................................................................ 46

4.3.1. Produk Makanan Olahan Prioritas Tinggi ................................... 464.3.2. Produk Makanan Olahan Prioritas Sedang .................................. 484.3.3. Produk Makanan Olahan Prioritas Rendah ................................. 514.4. Hasil Survey Lapangan ............................................................... 524.4.1. Dalam Negeri .............................................................................. 524.4.2. Luar Negeri ................................................................................. 60

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN ............................... 635.1. Kesimpulan .................................................................................. 635.2. Implikasi Kebijakan .................................................................... 645.2.1. Rumusan Strategi dan Kebijakan Umum .................................... 645.2.2. Rumusan Strategi dan Kebijakan Komoditi ................................ 65

DAFTAR PUSTAKALampiran

Page 13: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

iii

DAFTAR ISI

Halaman

EXECUTIVE SUMMARY ........................................................................................ iKATA PENGANTAR ............................................................................................ iiDAFTAR ISI ........................................................................................................... iiiDAFTAR TABEL ................................................................................................... vDAFTAR GAMBAR .............................................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 11.1. Latar Belakang............................................................................. 11.2. Tujuan Penelitian.......................................................................... 51.3. Ruang Lingkup............................................................................. 61.4. Output yang Diharapkan ............................................................. 61.5. Kerangka Konseptual Penelitian ................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 92.1. Perdagangan Internasional ........................................................... 92.2. Konsep Keunggulan Komparatif .................................................. 92.3. Konsep Daya Saing....................................................................... 12

BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................. 173.1. Produk Makanan Olahan .............................................................. 173.2. Analisis Daya Saing ..................................................................... 173.3. Indeks Produk Makanan Olahan Prioritas Metode ITC ............... 183.4. Jenis dan Sumber Data ................................................................. 193.5. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 203.6. Analisis Data ................................................................................ 21

BAB IV PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK MAKANANOLAHAN INDONESIA ....................................................................... 264.1. Perkembangan Ekspor Makanan Olahan Indonesia dan

Dunia …………………………………....................................... 264.1.1. Pasar Makanan Olahan Dunia …………………………………. 264.1.2. Ekspor Produk Makanan Olahan Indonesia ................................ 294.1.3. Posisi Produk Makanan Olahan Indonesia di Pasar Dunia .........4.2. Penentuan Prioritas Ekspor Produk Makanan Olahan Indonesia.

3338

4.2.1. Indeks-1 Performa Ekspor ……………………………………... 384.2.2. Indeks-2 Performa Impor Pasar Dunia ………………………… 394.2.3. Indeks-3 Suplai Domestik ........................................................... 404.2.4. Indeks-4 Dampak Sosial Ekonomi .............................................. 424.2.5. Kombinasi Indeks ........................................................................ 42

Page 14: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

iv

4.3. Analisis Daya Saing Produk Makanan Olahan Indonesia di PasarInternasional ................................................................................ 46

4.3.1. Produk Makanan Olahan Prioritas Tinggi ................................... 464.3.2. Produk Makanan Olahan Prioritas Sedang .................................. 484.3.3. Produk Makanan Olahan Prioritas Rendah ................................. 514.4. Hasil Survey Lapangan ............................................................... 524.4.1. Dalam Negeri .............................................................................. 524.4.2. Luar Negeri ................................................................................. 60

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN ............................... 635.1. Kesimpulan .................................................................................. 635.2. Implikasi Kebijakan .................................................................... 645.2.1. Rumusan Strategi dan Kebijakan Umum .................................... 645.2.2. Rumusan Strategi dan Kebijakan Komoditi ................................ 65

DAFTAR PUSTAKA 69Lampiran 70

Page 15: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

v

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Klasifikasi Produk Makanan Olahan ............................................................ 18Tabel 3.2. Jenis dan Sumber Data .................................................................................. 21Tabel 4.1. Impor Makanan Olahan Dunia 2002 – 2006 ................................................. 29Tabel 4.2. Nilai Impor Produk Makanan Olahan Berdasarkan Pasar Tujuan ................ 31Tabel 4.3. Perkembangan Ekspor Makanan Olahan Indonesia Periode 2003–2007 ..... 32Tabel 4.4. Ekspor Makanan Olahan Indonesia Menurut Negara Tujuan

Periode 2003 – 2007 ..................................................................................... 34Tabel 4.5. Nilai Ekspor Produk Makanan Olahan Indonesia Berdasarkan Pasar Tujuan

Tahun 2007 ................................................................................................... 35Tabel 4.6. Indeks Spesialisasi Perdagangan Produk Makanan Olahan Indonesia

Periode 2003 – 2007 ..................................................................................... 36Tabel 4.7. Pemasok Utama Produk Makanan Olahan di Pasar Impor Dunia ................ 37Tabel 4.8. Pemasok Makanan Olahan Daging dan Ikan di Pasar Dunia 2002–2006 .... 39Tabel 4.9. Pemasok Makanan Olahan Kopi dan Teh di Pasar Impor Dunia

2002–2006 ..................................................................................................... 40Tabel 4.10. Pemasok Makanan Olahan Berbahan Baku Coklat di Pasar Impor Dunia

2002–2006 ..................................................................................................... 41Tabel 4.11. Indeks-1 Performan Ekspor Produk Makanan Olahan Indonesia ................. 43Tabel 4.12. Indeks-2 Pasar Dunia .................................................................................... 44Tabel 4.13. Indeks-3 Suplai Domestik ............................................................................. 45Tabel 4.14. Indeks-4 Dampak Sosial Ekonomi ................................................................ 46Tabel 4.15. Performan Ekspor Produk Makanan Olahan Indonesia ................................ 50Tabel 5.1. Rumusan Strategi dan Kebijakan untuk Produk Prioritas Tinggi ................. 74Tabel 5.2. Rumusan Strategi dan Kebijakan untuk Produk Prioritas Sedang ................ 75Tabel 5.3. Rumusan Strategi dan Kebijakan untuk Produk Prioritas Rendah ............... 76

Page 16: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

vi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1. Skema Kerangka Pemikiran ........................................................... 8

Gambar 2.1. Kurva Perdagangan Internasional .................................................. 11

Gambar 2.2. Diagram Porter’s Diamond ............................................................ 14

Gambar 3.1. Komponen Indeks Produk Unggulan ............................................. 20

Gambar 4.1. Overlay Performa Ekspor dengan Pasar Impor ............................. 47

Gambar 4.2. Overlay Performa Ekpor Dengan Sosio-Economi ......................... 49

Gambar 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan Bahan Baku danJenis Usaha .................................................................................... 59

Gambar 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Pasar yangDigunakan ...................................................................................... 60

Gambar 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Informasi Pasar yangDibutuhkan .................................................................................... 60

Gambar 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Hal Penting untukPengembangan Ekspor ................................................................... 61

Gambar 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Penghambat Produksi 62

Gambar 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Permasalahan Internal ........... 62

Gambar 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Keunggulan Produk NegaraPesaing ........................................................................................... 63

Gambar 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Kebijakan PeningkatanProduktivitas .................................................................................. 64

Gambar 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Kebijakan Peningkatan SDM 65

Gambar 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Kebijakan MendorongEkspor ............................................................................................ 65

Page 17: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kondisi perekonomian global yang relatif sangat dinamis pada beberapa bulan

terakhir, mulai dari fenomena kenaikan harga BBM dan lonjakan harga komoditi di pasar

internasional sampai dengan gejolak krisis keuangan di Amerika Serikat, memberikan

pengaruh yang sangat signifikan terhadap kondisi perekonomian Indonesia. Berbagai

kebijakan ditempuh oleh pemerintah untuk mengatasi berbagai dampak negatif yang terjadi

akibat perubahan perekonomian global tersebut.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada semester pertama tahun 2008 tercatat sebesar

6,4 persen dibanding semester pertama tahun 2007. Sektor pertanian meningkat 4,6 persen,

sektor industri pengolahan 4,1 persen, sektor listrik, gas dan air bersih 11,2 persen, sektor

konstruksi 8,0 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran 7,9 persen, sektor

pengangkutan dan komunikasi 19,6 persen, sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan

8,7 persen, serta sektor jasa-jasa 6,5 persen. Sedangkan sektor pertambangan dan penggalian

mengalami perlambatan sebesar -0,9 persen.

Sektor industri pengolahan memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar 27,39

persen pada tahun 2007, dimana industri migas dan non migas masing-masing berkontribusi

sebesar 24,96 persen dan 2,43 persen. Dalam sub sektor industri pengolahan non migas,

industri makanan, minuman dan tembakau menyumbang 6,96 persen terhadap PDB nasional,

dengan nilai Rp. 136.722,4 miliar. Peran industri makanan, minuman dan tembakau

merupakan yang terbesar kedua setelah peran industri alat angkut, mesin dan peralatannya

yang menyumbang 8,22 persen terhadap PDB nasional tahun 2007.

Dalam struktur pengembangan ekspor non migas, produk makanan olahan termasuk

di dalamnya minuman dan tembakau merupakan salah satu dari sepuluh produk ekspor

potensial untuk dikembangkan. Untuk sepuluh produk potensial, pemerintah mentargetkan

pertumbuhan ekspornya sebesar 24,7 persen, yaitu dari US$ 5 miliar pada tahun 2007

menjadi US$ 6,2 miliar pada tahun 2008. Ke-10 produk potensial tersebut adalah kerajinan

tangan, ikan dan produk ikan, kulit dan produk kulit, makanan olahan, perhiasan, minyak

atsiri, bumbu rempah-rempah, peralatan kantor bukan kertas, alat-alat kesehatan, serta

Page 18: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

2

tumbuhan obat. Ekspor produk makanan olahan pada tahun 2008 ditargetkan mencapai US$

2,3 miliar, atau tumbuh sekitar 18,7%.

Sementara itu, Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI)

memperkirakan bahwa pertumbuhan industri makanan dan minuman pada tahun 2008

minimal tumbuh sebesar 15 persen. Pertumbuhan tersebut didukung dengan telah

diterbitkannya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 Tahun 2007 tentang penghapusan Pajak

Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10 persen terhadap komoditas pertanian primer, yang

menjadi bahan baku utama industri makanan olahan, serta PP Nomor 1 Tahun 2007 tentang

pemberian insentif berupa keringanan Pajak Penghasilan (PPh) untuk sektor usaha tertentu

dan daerah tertentu seperti industri makanan dan minuman.

Perhatian pemerintah yang besar terhadap industri makanan tidak terlepas dari

kontribusinya yang cukup penting dalam perekonomian Indonesia, baik dalam pembentukan

PDB, ekspor dan penciptaan lapangan kerja, maupun pendukung bagi perkembangan sektor

industri lainnya. Saat ini, jumlah industri makanan dan minuman di Indonesia mencapai 916

ribu perusahaan dengan menyerap tenaga kerja sekitar 3,5 juta orang (Bisnis Indonesia).

Sementara itu, apabila dikaji dari struktur biaya yang dikeluarkan oleh industri makanan

olahan maka umumnya biaya terbesar yang dikeluarkan dalam proses produksi adalah biaya

bahan baku sekitar 40-50 persen. Lebih lanjut, proporsi biaya yang juga relatif besar adalah

biaya kemasan sekitar 20-30 persen, dan biaya energi sekitar 5 persen. (Republika, 14/01/08).

Dengan struktur biaya yang demikian, maka efisiensi industri dalam hal penggunaan bahan

baku akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap total biaya yang harus dikeluarkan

oleh industri yang pada akhirnya akan meningkatkan daya saing di pasaran internasional.

Menurut data BPS, perkembangan ekspor makanan olahan Indonesia pada tahun 2007

telah mencapai sekitar US$ 2,0 miliar atau meningkat sebesar 10,6% dibandingkan tahun

2006. Ekspor makanan olahan yang meningkat pada tahun 2007 antara lain: ekspor ke

Amerika Serikat sebesar 18,02%, Singapura (9,66%) dan Malaysia (7,98%).

Lebih lanjut apabila dikaji berdasarkan pasar tujuan ekspor makanan olahan Indonesia

diketahui bahwa pasar Uni Eropa, Amerika Serikat dan Jepang merupakan pasar yang

dominan menyerap produk makanan olahan untuk jenis produk tertentu. Untuk produk

daging, ekspor terbesar Indonesia adalah ke pasar Uni Eropa yaitu senilai US$ 21,48 juta

dengan share ekspor sebesar 22,2% dari total ekspor produk daging Indonesia. Ikan paling

banyak diimpor oleh Amerika Serikat dengan nilai US$ 203,3 juta (53,4%). Jepang

Page 19: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

3

merupakan importir terbesar kopi Indonesia dengan nilai sebesar US$ 3,8 juta (7,3%),

sedangkan teh dan cokelat paling banyak diimpor oleh Uni Eropa dengan nilai masing-

masing sebesar US$ 32,4 juta (25,6 %) dan US$ 120,0 juta (40,0%). Gula dan produk

berbahan baku gula paling banyak diimpor oleh Brazil dan Prancis dengan nilai masing-

masing US$ 4.024,0 juta (14,9%) dan US$ 2.497,3 (9,2%). Produk berbahan baku sayur dan

sereal paling banyak diimpor oleh Jerman dan Italia dengan nilai masing-masing sebesar US$

4.026,1 juta (10,1%) dan US$ 3.480,1 juta (8,8%). Sedangkan Amerika Serikat dan Belanda

banyak mengimpor tembakau dengan nilai US$ 4.407,5 juta (16,5%) dan US$ 3.993,6 juta

(15,0%). Sementara Prancis merupakan importir terbesar untuk produk minuman alkohol dan

non alkohol yaitu sebesar US$ 14.033,2 juta (21,0%). (Wits, 2006).

Kecenderungan impor makanan yang tinggi nilainya dan terus meningkat di pasar

dunia menunjukkan tingkat kebutuhan dunia yang semakin besar. Menurut data WITS tahun

2002-2006 ekspor daging dan ikan dunia mengalami peningkatan dari US$ 60.769,94 juta

pada tahun 2002 menjadi US$ 93.376,95 juta pada tahun 2006 atau meningkat sebesar 65%.

Untuk komoditi kopi dan teh, peningkatan ekspor terjadi dari US$ 4.406,22 juta pada tahun

2002 menjadi US$ 7.042,79 milyar pada tahun 2006. Adapun ekspor dunia terhadap makanan

olahan berbahan baku coklat mengalami peningkatan dari US$ 10.975,12 juta pada tahun

2002 menjadi US$ 17.811,73 juta pada tahun 2006. Peningkatan permintaan dunia tersebut

menunjukan bahwa terdapat peluang bagi Indonesia untuk terus meningkatkan ekspor produk

makanan olahan ke pasar dunia.

Namun demikian pertumbuhan nilai ekspor Indonesia cenderung lebih lambat

daripada pertumbuhan permintaan pasar impor dunia. Ekspor Indonesia tumbuh rata-rata

sekitar 5% per tahun, sementara pasar impor dunia tumbuh rata-rata sekitar 12% per tahun.

Disamping itu, pangsa ekspor Indonesia masih relatif rendah dibandingkan negara eksportir

lainnya. Eksportir daging dan ikan dunia antara lain: Amerika Serikat dengan pangsa pasar

sebesar 9,0%; Brazil (8,2%); Jerman (8,0%); Belanda (7,2%) dan Indonesia berada pada

urutan ke-22 dengan pangsa pasar sebesar 0,9%. Sementara itu, Eksportir kopi dan teh antara

lain: Jerman dengan pangsa pasar 11,11%; Sri Lanka (8,28%); China (7,74%); India (6,71%);

Kenya (6,65%); sedangkan Indonesia berada pada posisi ke-13 dengan pangsa pasar sebesar

2,43%. Eksportir makanan olahan berbahan baku coklat antara lain: Belanda dengan pangsa

pasar sebesar 13,61%; Jerman (12,80%); Belgia (9,84%); Prancis (7,61%); Italia (4,64%) dan

Indonesia berada pada urutan ke-20 dengan pangsa pasar sebesar 1,31%.

Page 20: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

4

Pangsa pasar industri makanan olahan Indonesia yang masih relatif rendah di pasar

internasional, tidak terlepas dari berbagai kendala dan permasalahan yang dihadapi oleh

industri tersebut. Kendala dan permasalahan tersebut antara lain terkait struktur biaya,

ketersediaan bahan baku, tingkat utilitas industri, dan penerapan teknologi.

Industri makanan olahan Indonesia masih menghadapi biaya tinggi untuk bahan baku

kaleng, seperti pada produk daging kalengan, yaitu mencapai 30-40% dari harga produksi.

Disamping itu yang juga menjadi kendala adalah kapasitas industri kaleng di dalam negeri

yang masih relatif rendah, sedangkan untuk mengimpor kaleng untuk produk tertentu

(kornet) dikenakan anti dumping duty sebesar 15%. Bahkan untuk mengimpor kaleng dari

Jepang dikenakan anti dumping duty sebesar 67%;

Sementara itu, untuk industri pengolahan ikan permasalahan yang dihadapi adalah

masih maraknya ilegal fishing yang menyebabkan ketersediaan bahan baku industri semakin

berkurang. Permasalahan lain yang juga terjadi pada industri pengolahan ikan adalah industri

pengolahan ikan tradisional belum sepenuhnya dapat menerapkan HACCP; semakin

tingginya tuntutan traceability untuk udang di pasar Uni Eropa; serta belum memadainya

sistem mata rantai pendinginan (cold chain system) mulai penangkapan ikan sampai tempat

pengolahan.

Pada industri pengolahan kakao, kendala yang dihadapi adalah terkait dengan pasar

bahan baku untuk industri pengolahan kakao yang dikuasai oleh pihak asing. Disamping itu,

rendahnya utilisasi industri pengolahan kakao sebagai dampak rendahnya produktivitas bahan

baku karena banyaknya tanaman yang tua dan mengandung hama.

Pada industri gula dan industri yang menggunakan gula sebagai bahan baku/bahan

penolong, permasalahan utama yang dihadapi adalah terkait dengan kurangnya ketersediaan

gula. Pembatasan izin impor gula rafinasi oleh pemerintah diperkirakan akan memicu

kelangkaan produk makanan-minuman. Sementara itu, untuk menggunakan gula rafinasi

dalam negeri ternyata tidak semua produk makanan dan minuman dapat menggunakannya

karena kualitasnya yang tidak sesuai dengan yang dibutuhkan. Ketua Umum Asosiasi Industri

Gula Rafinasi (Agri) Melvin Korompis menjelaskan bahwa pada awal tahun 2008 industri

gula rafinasi menjalankan utilisasinya hingga 70 sampai 80 persen dengan kapasitas produksi

pada waktu itu mencapai 2,15 juta ton per tahun. Namun hingga kini para produsen gula

rafinasi telah mengurangi produksinya sampai 1,2 juta ton saja. Salah satu penyebabnya

Page 21: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

5

adalah pengurangan impor raw sugar sebagai bahan baku gula rafinasi. Jatah impor raw

sugar dikurangi 300.000 ton per tahun menjadi hanya setahun 1,2 juta ton.

Kendala yang juga dihadapai oleh industri makanan olahan Indonesia adalah juga

terkait dengan pemberlakuan tariff dan non-tariff barrier. Pemberlakuan tarif bea masuk yang

bervariasi di negara tujuan ekspor berdasarkan jenis produk serta hambatan non tarif yang

cukup kompleks di negara tujuan ekspor kerapkali menjadi kendala bagi eksportir untuk

dapat menjual produknya di pasar internasional. Tantangan lain yang dihadapi adalah isu

global seperti isu lingkungan, food safety, sanitary and phytosanitary (SPS) sebagai

hambatan teknis (technical barrier). Disamping itu, produk makanan olahan Indonesia

banyak yang belum memenuhi standar dan labelling di negara tujuan.

Adanya peluang pasar untuk ekspor produk makanan olahan Indonesia sebagai

implikasi peningkatan permintaan dunia pada satu sisi dan adanya berbagai kendala yang

dihadapi pada sisi lain akan menentukan posisi produk makanan olahan Indonesia di pasar

dunia. Sejauh mana Indonesia dapat merebut peluang pasar tersebut, dengan berbagai kondisi

yang dihadapi, menjadi pertanyaan pokok yang penting untuk dikaji. Lebih lanjut, untuk

merebut peluang pasar tersebut maka pertanyaannya adalah produk makanan olahan apa yang

harus diprioritaskan dan bagaimana posisi produk makanan olahan tersebut di pasar dunia,

serta strategi dan kebijakan apa yang perlu dilakukan dalam rangka pengembangan pasar

ekspor produk makanan olahan Indonesia.

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Memperoleh gambaran tentang perkembangan ekspor makanan olahan Indonesia

dan dunia;

2. Menentukan prioritas ekspor produk makanan olahan Indonesia;

3. Menganalisis daya saing produk makanan olahan Indonesia di pasar internasional;

dan

4. Merumuskan strategi dan kebijakan Indonesia dalam mempertahankan dan

mengembangkan pasar dan produk makanan olahan.

Page 22: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

6

1.3. Ruang Lingkup

Lingkup kegiatan yang dilakukan dalam kajian ini dapat dijelaskan sebagai

berikut :

1. Penyusunan kerangka konseptual dan penentuan alat analisis, baik analisis

deskriptif maupun kuantitatif.

2. Pengelompokan produk makanan olahan yang mencakup 169 item HS 6 Digit

menjadi 12 kelompok produk berdasarkan bahan baku utamanya yaitu daging, ikan,

cokelat, kopi, teh, susu, buah-buahan, sayuran, tembakau, sereal, gula, dan minuman

beralkohol.

3. Penyusunan instrumen pengumpulan data primer dalam bentuk kuesioner dan

penentuan responden.

4. Penentuan produk prioritas ekspor makanan olahan Indonesia dan identifikasi posisi

produk tersebut di pasar dunia.

5. Perumusan strategi dan kebijakan pengembangan pasar ekspor produk makanan

olahan Indonesia.

1.4. Output yang Diharapkan

Dari kegiatan yang dilakukan dalam kajian ini diharapkan dapat memberikan

gambaran data dan informasi sebagai berikut:

1. Perkembangan ekspor makanan olahan Indonesia dan dunia;

2. Prioritas produk ekspor makanan olahan Indonesia;

3. Posisi produk makanan olahan Indonesia dalam peta persaingan pasar dunia; dan

4. Rumusan strategi dan kebijakan Indonesia dalam mempertahankan dan

mengembangkan pasar dan produk makanan olahan.

1.5. Kerangka Konseptual Penelitian

Industri makanan olahan memiliki peranan yang cukup penting dalam perekonomian

Indonesia. Dibidang ekspor, produk makanan olahan merupakan komoditi yang potensial

untuk dikembangkan dalam upaya peningkatan ekspor non migas. Nilai ekspor pada tahun

2007 mengalami peningkatan 14,7 persen, dari US$ 1,96 miliar pada tahun 2006 menjadi

US$ 2,25 miliar. Namun demikian, pertumbuhan ekspor Indonesia terlihat lebih lambat

daripada pertumbuhan permintaan pasar impor dunia. Di pasar dunia pangsa Indonesia baru

mencapai sekitar 0,7 persen pada tahun 2006, dan menduduki urutan ke-17. Selama kurun

waktu lima tahun (2002-2006) ekspor Indonesia tumbuh rata-rata sekitar 9,3 persen per

Page 23: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

7

tahun, sementara pasar impor dunia tumbuh rata-rata sekitar 11,8 persen per tahun.

Berdasarkan uraian tersebut, Indonesia masih memiliki peluang dalam meningkatkan ekspor

produk makanan olahannya ke pasar dunia. Oleh karena itu, diperlukan kajian tentang

pengembangan ekspor produk makanan olahan Indonesia di dunia.

Kajian akan menentukan komoditi yang memiliki potensi ekspor dan merumuskan

strategi pengembangan ekspornya. Penentuan komoditi ekspor merupakan pekerjaan yang

rumit. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan, baik faktor internal (kondisi dalam

negeri) maupun faktor eksternal (kondisi luar negeri).

Lingkungan dalam negeri dengan birokrasi yang rumit dapat mengurangi fleksibilitas

proses produksi. Pungutan liar akan mengurangi keuntungan yang diterima perusahaan dan

meningkatkan biaya produksi. Lingkungan dengan infrastruktur ekonomi yang kurang

memadai menghambat masuknya investasi produktif. Secara keseluruhan, kondisi tersebut

akan mengurangi tingkat daya saing suatu komoditi.

Demikian juga dengan hambatan akses pasar ke negara tujuan ekspor. Hambatan

tersebut tidak hanya dijumpai dalam bentuk tarif, tetapi juga non tarif. Tarif bea masuk

produk makanan olahan di negara-negara tujuan ekspor bervariasi sesuai jenis produknya,

sementara hambatan non tarif diterapkan beragam mulai dari isu lingkungan, food safety dan

sanitary and phytosanitary (SPS) serta packaging and labelling.

Menurut Afari (2004), daya saing merupakan indikator yang relevan untuk

pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penentuan komoditi yang memiliki potensi

ekspor. Karena daya saing pada umumnya didasarkan pada variabel-variabel yang dapat

mendukung kegiatan ekonomi sekaligus dapat mensejahterakan masyarakatnya.

Kajian tentang pengembangan pasar ekspor produk makanan olahan ini,

menggunakan indikator daya saing, dengan alat analisis CMSA (Constant Market Share

Analysis) dan indeks daya saing dari ITC (International Trade Centre). Penggunaan kedua

indikator tersebut didasarkan atas pertimbangan: (1) CMSA dan indeks daya saing bisa

menunjukkan tingkat daya saing suatu komoditi di pasar internasional; (2) kedua metode

tersebut telah banyak digunakan oleh banyak peneliti untuk menentukan komoditi ekspor

yang perlu dikembangkan; (3) hasil analisis dengan metode CMSA dan indeks daya saing

adalah berupa perbandingan (ranking) antara satu komoditi dengan komoditi lainnya

berdasarkan kriteria tertentu sesuai kebijakan, dan (4) bisa menampilkan informasi tentang

perkembangan daya saing antar periode, yang diperlukan bagi para pengambil kebijakan,

Page 24: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

8

khususnya yang berkaitan dengan investasi dan untuk evaluasi jangka panjang. Secara

spesifik, kerangka pemikiran kajian pengembangan ekspor produk makanan olahan

ditampilkan pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1 Skema Kerangka Pemikiran

Page 25: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perdagangan Internasional

Ekspor memberikan efek yang positif terhadap kegiatan perekonomian, karena

pembayaran dari negara lain atas barang dan jasa yang dihasilkan didalam negeri. Pada abad

ke 19 perdagangan luar negeri sudah membuktikan peranannya yang sangat penting dalam

pembangunan negara-negara yang kini sudah maju (Kindleberger, 1997). Suatu negara

melakukan perdagangan dengan negara lain karena dua alasan. Pertama, karena setiap

negara mempunyai perbedaan dalam pemilikan sumberdaya alam dan pengolahannya.

Kedua, karena negara-negara yang berdagang bermaksud untuk mencapai skala ekonomis

(economics of scale) dalam berproduksi, sehingga semakin efisien.

Perbedaan dalam kepemilikan sumberdaya memberi peluang bagi terjadinya

perdagangan antar-negara dan masing-masing memperoleh keuntungan dari aktifitas

perdagangan (Krugman dan Obstfeld, 1994; dan Chacoliades, 1978). Suatu negara akan

memperoleh keuntungan dari perdagangan dengan negara lain bila negara tersebut

berspesialisasi dalam komoditi yang dapat diproduksi dengan lebih efisien (mempunyai

keunggulan absolut) kemudian mengekspornya, serta mengimpor komoditi yang kurang

efisien (mengalami kerugian absolut).

Menurut pandangan kaum klasik dan neo-klasik, alasan utama terjadinya perdagangan

internasional adalah terciptanya keuntungan bagi kedua negara yang melakukan perdagangan.

Teori tentang perdagangan internasional telah berkembang mulai dari teori merkantilis

hingga teori Adam Smith (Keunggulan Absolut), David Ricardo (Keunggulan Komparatif)

dan Haberler (Keunggulan Komparatif dengan Pendekatan Biaya Imbangan) serta teori Porter

tentang keunggulan kompetitifnya.

2.2. Konsep Keunggulan Komparatif

Konsep keunggulan komparatif yang dipopulerkan oleh David Ricardo (1823),

selanjutnya disebut model Ricardian, menyatakan bahwa meskipun sebuah negara kurang

efisien dibandingkan negara lain dalam memproduksi kedua komoditi, masih tetap terdapat

dasar untuk melakukan perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak.

Page 26: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

10

Dalam model Ricardian diasumsikan bahwa tenaga kerja merupakan satu-satunya

faktor produksi. Teori nilai kerja ini menyatakan bahwa nilai atau harga dari suatu komoditi

sama dengan curahan waktu kerja yang dipakai memproduksi komoditi. Hal ini secara tidak

langsung mengasumsikan bahwa: (1) tenaga kerja merupakan satu-satunya faktor produksi

yang dipakai untuk memproduksi komoditi, dan (2) kualitas tenaga kerja semua pekerja

homogen. Asumsi-asumsi yang terdapat dalam teori nilai kerja tersebut merupakan

kelemahan dari model Ricardian.

Ahli ekonomi lainnya yaitu Eli Heckser dan Bertil Ohlin dalam Salvatore (1997)

menelaah sebab-sebab dan dampak keunggulan komparatif bagi tiap negara dalam hubungan

perdagangan terhadap pendapatan faktor produksi di kedua negara. Teori Heckser-Ohlin

menyatakan bahwa suatu negara memiliki keunggulan komparatif dalam menghasilkan

komoditi secara intensif dengan memanfaatkan kepemilikan faktor-faktor produksi yang

berlimpah di negaranya. Teori ini disebut juga sebagai teori keunggulan komparatif

berdasarkan keberlimpahan faktor (factor endowment theory of comparative advantage) yang

mengasumsikan bahwa tiap negara memiliki kesamaan fungsi produksi, sehingga faktor

produksi yang sama menghasilkan output yang sama namun dibedakan oleh harga-harga

relatif faktor produksi tiap negara.

Konsep perdagangan diatas mengimplikasikan keunggulan komparatif (comparatif

advantage) suatu negara. Oleh karena itu dengan melakukan perdagangan, suatu negara

dapat membeli dengan harga yang lebih rendah dibandingkan apabila memproduksi sendiri

dan mungkin dapat menjual ke luar negeri pada tingkat harga yang relatif tinggi (Salvatore,

1997).

Gambar 2.1. memperlihatkan proses terciptanya harga komoditi ekuilibrium dengan

adanya perdagangan, ditinjau dari keseimbangan parsial. Panel A memperlihatkan bahwa

dengan adanya perdagangan internasional, negara 1 akan mengadakan produksi dan

konsumsi di titik A berdasarkan harga relatif komoditi X sebesar P1. Negara 2 akan

berproduksi dan berkonsumsi di titik A’ berdasarkan harga relatif P3. Setelah hubungan

perdagangan berlangsung diantara kedua negara tersebut, harga relatif komoditi X akan

berkisar antaara P1 dan P3 seandainya kedua negara tersebut cukup besar kekuatan

ekonominya.

Page 27: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

11

Apabila harga yang berlaku di atas P1, maka negara 1 akan memasok atau

memproduksi komoditi X lebih banyak daripada tingkat permintaan (konsumsi) domestik.

Kelebihan produksi itu selanjutnya akan diekspor (lihat panel A) ke negara 2. Dilain pihak

jika harga yang berlaku lebih kecil dari P3, maka negara 2 akan mengalami peningkatan

permintaan sehingga tingkatnya lebih tinggi daripada produksi domestiknya. Hal ini akan

mendorong negara 2 untuk mengimpor kekurangan kebutuhannya atas komoditi X itu dari

negara 1 (lihat panel C).

Negara 1 mengalami kelebihan penawaran komoditi X (Panel A) karena Px/Py lebih

besar dari P1, sehingga kurva penawaran ekspornya atau S mengalami peningkatan (Panel B).

Dilain pihak, karena Px/Py lebih rendah dari P3, maka negara 2 mengalami kelebihan

permintaan untuk momoditi X (Panel C) dan ini mengakibatkan permintaan impor negara 2

terhadap komoditi X atau D, mengalami kenaikan (Panel B). Panel B juga menunjukkan

bahwa hanya pada tingkat harga P2 maka kuantitas impor komoditi X yang diminta oleh

negara 2 akan persis sama dengan kuantitas ekspor yang ditawarkan oleh negara 1.

Dengan demikian P2 merupakan Px/Py atau harga relatif ekuilibrium setelah

berlangsungnya perdagangan diantara kedua negara tersebut. Tapi jika Px/Py lebih besar dari

E

Px/PyPanel APasar diNegara 1 untuk

P2

B

ADx

0

Sx

P1

Ekspor

X X X0 0

A*

B*

E*

D

S

Px/PyPanel BHubunganPerdaganganInternasionaldalam KomoditiX

Panel CPasar di Negara 2untuk Komoditi X

Px/Py

A'

E'B’

P3

Dx

Sx

Impor

Gambar 2.1. Kurva Perdagangan Internasional

P3 A"

Sumber: Salvatore (1997)

Page 28: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

12

P2 maka akan terdapat kelebihan penawaran ekspor komoditi X dan hal ini akan menurunkan

harga relatifnya atau Px/Py, sehingga pada akhirnya harga itu akan bergerak mendekati atau

sama dengan P2. Sebaliknya jika Px/Py lebih kecil daripada P2, maka akan tercipta kelebihan

permintaan impor komoditi X yang selanjutnya akan menaikkan Px/Py sehingga akan sama

dengan P2.

Secara keseluruhan terdapat tiga implikasi dari konsep keunggulan komparatif dalam

perdagangan internasional. Pertama, bahwa pasar dunia memberikan kesempatan pada suatu

negara untuk membeli komoditi pada tingkat harga yang lebih murah sehingga negara

tersebut dapat meningkatkan pendapatannya dibandingkan produksi di dalam negeri tanpa

terjadi perdagangan. Kedua, jika suatu negara kurang mampu menguasai akses perdagangan,

maka tetap akan memperoleh manfaat potensial dari adanya perdagangan meskipun negara

lain akan memperoleh manfaat juga. Ketiga, suatu negara akan memperoleh manfaat lebih

besar dari perdagangan dengan mengekspor komoditi dengan faktor produksi berlimpah yang

dipunyai dan mengimpor komoditi dengan kelangkaan faktor produksi.

Keunggulan komparatif tidak hanya bersumber dari faktor alamiah saja, tetapi juga

dapat diciptakan (Anggarwal dan Agmon, 1990). Selain itu, dinamika dari keberlimpahan

dan pengelolaan sumberdaya, mengakibatkan keunggulan komparatif tidak hanya bersifat

statis melainkan dinamis (Klein, 1971).

2.3. Konsep Daya Saing

Konsep daya saing sering digunakan dalam mengukur keunggulan produk suatu

negara terhadap negara pesaingnya. Suatu negara dapat dikatakan memiliki suatu daya saing

atau keunggulan kompetitif terhadap negara pesaingnya jika keberlanjutan pangsa suatu

negara lebih besar dari negara pesaingnya.

Daya saing dapat diartikan dari sisi permintaan (demand side) dan dari sisi penawaran

(supply side). Dari sisi permintaan (demand side) kemampuan bersaing mengandung arti

bahwa produk yang dijual haruslah produk yang sesuai dengan atribut yang dituntut

konsumen atau produk yang dipersepsikan bernilai tinggi oleh konsumen (consumer’s value

perception). Sementara dari sisi penawaran, kemampuan bersaing berkaitan dengan

kemampuan merespon perubahan atribut-atribut produk yang dituntut oleh konsumen secara

efisien.

Page 29: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

13

Konsep keunggulan kompetitif dikembangkan pertama kali oleh Porter dengan

bertitik tolak dari kenyataan-kenyataan perdagangan nasional yang ada. Menurut Porter

(1990), ada empat faktor utama yang menentukan daya saing yaitu kondisi faktor (factor

condition), kondisi permintaan (demand condition), industri terkait dan industri pendukung

yang kompetitif (related and supporting industry), serta kondisi struktur, persaingan dan

strategi industri (firm strategy, structure, and rivalry). Ada dua faktor yang mempengaruhi

interaksi antara keempat faktor tersebut yaitu faktor kesempatan (chance event) dan faktor

pemerintah (goverment). Secara bersama-sama faktor-faktor ini membentuk sistem dalam

peningkatan keunggulan daya saing yang disebut Porter’s Diamond Theory. Sistem ini dapat

dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Diagram Porter’s DiamondSumber : Porter (1990)

Kondisi Faktor (factor condition). Sumberdaya yang dimiliki suatu bangsa merupakan

suatu faktor produksi yang sangat penting untuk bersaing. Faktor sumberdaya terdiri dari

lima kelompok, pertama adalah sumberdaya manusia. Sumberdaya manusia terdiri dari

jumlah tenaga kerja yang tersedia, kemampuan manajerial dan keterampilan yang dimiliki,

tingkat upah yang berlaku juga etika kerja. Kesemuanya ini sangat berpengaruh pada daya

saing nasional. Kedua adalah sumberdaya fisik atau alam yang mencakup biaya, aksebilitas,

mutu dan ukuran. Selain itu juga ketersediaan air, mineral, energi serta sumberdaya pertanian,

perikanan termasuk kelautan, perkebunan, perhutanan serta sumberdaya lainnya, baik yang

dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui. Begitu juga kondisi cuaca dan

StrategiPerusahaan,Struktur danPersaingan

Kondisi Faktor Kondisi Permintaan

Industri terkait danIndustri pendukung

Page 30: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

14

iklim, luas wilayah geografis, kondisi topografis, dan lain-lain. Ketiga adalah sumberdaya

ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Sumberdaya ini terdiri dari ketersediaan

pengetahuan pasar, pengetahuan teknis, pengetahuan ilmiah yang menunjang dan diperlukan

dalam memproduksi barang dan jasa. Sumberdaya IPTEK lainnya adalah ketersediaan

sumber-sumber pengetahuan dan teknologi, seperti perguruan tinggi, lembaga penelitian dan

pengembangan, lembaga statistik, literatur bisnis dan ilmiah, basis data, laporan penelitian.

Keempat adalah sumberdaya modal yang terdiri dari jumlah dan biaya yang tersedia, jenis

pembiayaan atau sumber modal, aksetabilitas terhadap pembiayaan, kondisi lembaga

pembiayaan dan perbankan. Selain itu juga diperlukan peraturan keuangan, peraturan

moneter dan fiskal untuk mengetahui tingkat tabungan masyarakat dan kondisi moneter dan

fiskal. Kelima adalah sumberdaya infrastruktur terdiri dari ketersediaan jenis, mutu dan biaya

penggunaan infrastruktur yang mempengaruhi daya saing. Seperti sistem transportasi,

komunikasi, pos dan giro, serta sistem pembayaran dan transfer dana, air bersih, energi

listrik, dan lain-lain. Kelima kelompok sumberdaya tersebut sangat mempengaruhi daya saing

nasional.

Kondisi Permintaan (demand condition). Kondisi permintaan yaitu sifat dari permintaan

pasar untuk barang dan jasa industri. Kondisi permintaan sangat mempengaruhi penentuan

daya saing, terutama mutu permintaan. Mutu persaingan memberikan tantangan untuk

meningkatkan daya saing dengan memberikan tanggapan terhadap persaingan yang terjadi.

Industri Terkait dan Industri Pendukung (related and supporting industry). Keberadaan

industri terkait dan pendukung (related and supporting industry) mempengaruhi daya saing

secara global. Untuk menjaga dan memelihara keunggulan daya saing perlu selalu dijaga

kontak dan koordinasi dengan pemasok (supplier), terutama menjaga value chain.

Persaingan, Struktur dan Strategi Perusahaan (firm strategy, structure, and rivalry).

Tingkat persaingan akan mendorong kompetisi dan inovasi. Keberadaan pesaing lokal yang

handal merupakan penggerak untuk memberikan tekanan dalam meningkatkan daya saing.

Perusahaan yang teruji dalam persaingan yang ketat akan memenangkan persaingan

dibandingkan perusahaan yang berada dalam kondisi persaingan yang rendah. Struktur

perusahaan maupun struktur industri menentukan daya saing dengan cara melakukan

perbaikan dan inovasi. Hal ini jika dikembangkan dalam situasi persaingan akan

berpengaruh pada strategi yang dijalankan oleh perusahaan.

Page 31: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

15

Peran Pemerintah (role of government). Peranan pemerintah sebenarnya tidak berpengaruh

langsung terhadap upaya peningkatan daya saing global, tetapi berpengaruh terhadap faktor-

faktor penentu daya saingnya. Pemerintah dapat mempengaruhi tingkat daya saing global

melalui kebijakan yang memperlemah atau memperkuat faktor penentu daya saing industri,

tetapi pemerintah tidak dapat menciptakan keunggulan bersaing secara langsung. Peran

pemerintah dalam upaya peningkatan daya saing adalah memfasilitasi lingkungan industri

yang mampu memperbaiki kondisi faktor daya saing sehingga bisa didayagunakan secara

aktif dan efisien.

Peran Kesempatan (chance event). Peran kesempatan berada diluar kendali perusahaan

maupun pemerintah namun mempengaruhi tingkat daya saing. Beberapa hal yang dianggap

keberuntungan merupakan peran kesempatan, seperti adanya penemuan baru yang murni,

biaya perusahaan yang tidak berlanjut akibat perubahan harga minyak atau depresiasi mata

uang. Selain itu juga terjadinya peningkatan permintaan produk industri yang lebih besar dari

pasokannya atau kondisi politik yang menguntungkan bagi peningkatan daya saing.

Daya saing suatu produk di suatu negara dapat ditetapkan dengan menggunakan alat

analisis pangsa pasar konstan (Constant Marker Share Analysis, CMSA). Metode CMSA

digunakan untuk mengetahui determinan yang mempengaruhi pertumbuhan ekspor produk

pangan olahan Indonesia di dunia. Latar belakang penggunaan metode analisis pangsa pasar

konstan adalah adanya kemungkinan bahwa suatu negara selama suatu periode mengalami

pertumbuhan eskpor lebih rendah dibanding dunia (sebagai standar).

Menurut Leamer and Stern (1970), faktor penyebab lebih rendahnya pertumbuhan

ekspor tersebut antara lain adalah : (1) Suatu negara pengekspor hanya memfokuskan

ekspornya pada suatu produk atau kelompok produk tertentu yang pertumbuhan permintaan

ekspornya lambat; (2) Ekspor tersebut lebih ditujukkan ke negara-negara yang pertumbuhan

ekonominya lambat; dan (3) Negara pengekspor yang bersangkutan tidak mampu atau

enggan bersaing dengan negara-negara pesaingnya. Berdasarkan tiga alasan ini, daya saing

ekspor suatu negara relatif terhadap negara-negara pesaingnya dapat dilihat dari segi

komposisi produk yang diekspor, kondisi ekonomi negara tujuan ekspor, dan posisi negara

pengekspor tersebut terhadap negara-negara pesaingnya.

Asumsi Dasar Analisis Pangsa Pasar Konstan adalah bahwa pangsa pasar (market share)

suatu negara pengekspor dipasar dunia atau kawasan tertentu seperti Asia Pasifik antar waktu

adalah konstan. Jika terjadi perbedaan pertumbuhan ekspor yang dinyatakan oleh perbedaan

Page 32: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

16

antara pangsa pasar ekspor konstan dan pangsa pasar ekspor aktual, hal itu disebabkan oleh

efek daya saing dan pertumbuhan aktual yang bersumber dari efek komposisi produk yang

diekspor, efek distribusi pasar dan efek daya saing. Walaupun perubahan pangsa pasar

ekspor tidak ditentukan seluruhnya oleh perubahan daya saing, perubahan pangsa pasar

ekspor merupakan salah satu indikator daya saing yang dapat digunakan untuk mengukur

perubahan daya saing ekspor suatu negara di pasar dunia, di kawasan tertentu Asia Pasifik,

atau di negara tertentu.

Page 33: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

17

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Produk Makanan Olahan

Makanan olahan adalah produk pangan yang telah melalui proses pengolahan satu

tahap dari produk primernya (produk segar). Mengacu pada klasisifikasi sektor berdasarkan

OECD, produk makanan olahan adalah produk yang termasuk kedalam sektor pertanian

(dengan kode dua digit dari 01 sampai 14) dan sektor teknologi rendah, terutama antara kode

15 sampai 24. Klasifikasi produk makanan olahan seperti ditampilkan pada Tabel 3.1

Tabel 3.1. Klasifikasi Produk Makanan Olahan

Klasifikasi Produk MakananOlahan

Kode Produk 2 digit yangTermasuk

Daging & ikan 02, 04, 05, 13, 16, 21Tembakau 24Cokelat 18Sereal 19, 21Lainnya 04, 08, 12, 20, 21Kopi dan teh 09, 21Buah-buahan 08Makanan mengandung gula 12, 17Berbahan baku sayuran

Minuman beralkohol dan non alkohol 20, 22Berbahan baku susu 04, 21

3.2. Analisis Daya Saing

Daya saing menurut Kamus Bahasa Indonesia (1995) adalah kemampuan untuk

melakukan sesuatu atau bertindak untuk merebut pasar. Daya saing sering diidentikan

dengan produktifitas (tingkat output yang dihasilkan untuk setiap unit input yang digunakan).

Peningkatan produktifitas meliputi peningkatan jumlah input fisik (modal dan tenaga kerja),

peningkatan kualitas input yang digunakan dan peningkatan teknologi (total faktor

produktifitas). Sehingga daya saing merupakan kemampuan suatu produsen untuk

memproduksi suatu komoditi dengan biaya yang cukup rendah sehingga pada harga-harga

yang terjadi di pasar internasional kegiatan produksi tersebut menguntungkan (Indriyati,

2007).

Constant Market Share Analysis (CMSA) merupakan pendekatan untuk menghitung

perkembangan daya saing suatu negara. CMSA dapat membandingkan pertumbuhan ekspor

Page 34: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

18

nasional relatif terhadap pertumbuhan rata-rata dunia. CMSA juga menampilkan komposisi

komoditi ekspor, pertumbuhan impor dan daya saing .

3.3. Indeks Produk Makanan Olahan Prioritas Metode ITC

Indeks produk makanan olahan prioritas pada dasarnya menghitung potensi nasional

dan dunia untuk pengembangan produk ekspor Indonesia yang meliputi potensi dalam negeri

dan potensi luar negeri. Potensi pengembangan ekspor berkaitan dengan: (1) performa

ekspor yang meliputi nilai ekspor tahun terakhir, pertumbuhan ekspor dan neraca

perdagangan relatif; (2) kondisi eksternal yang menjadi peluang untuk masuk ke pasar dunia

yaitu pertumbuhan pasar impor dunia dan akses terhadap pasar dunia yang dicerminkan dari

nilai tarif; (3) suplai domestik yang meliputi potensi nilai tambah dan eisiensi penggunaan

asset serta (4) potensi produk ekspor dalam mengatasi permasalahan sosial dalam negeri yang

dicerminkan dari kemampuannya dalam menyerap tenaga kerja. Variabel penentu indeks

produk makanan olahan prioritas secara lebih lengkap ditampilkan pada Gambar 3.1.

Page 35: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

19

Gambar 3.1. Komponen Indeks Produk Unggulan

3.4. Jenis dan Sumber Data

Data yang diperlukan dalam penelitian meliputi data kuantitatif dan data kualitatif.

Data kuantitatif bersumber dari data sekunder dan data primer, sedangkan data kualitatif

seluruhnya berasal dari data primer. Sesuai dengan tujuan penelitian, data dan sumber data

yang diperlukan seperti ditampilkan pada Tabel 3.2.

Indeks Potensi Ekspor Makanan Olahan

Potensi Ekspor

PerformanEkspor

- Ekspor- Pertumbuhan

Ekspor- Neraca

PerdaganganRelatif

- SharePerdaganganDunia

Dampak SosialEkonomi

- Penyerapan TenagaKerjaPerforma

Perdagangan

Pasar dunia- Pertumbuhan

Impor Dunia- Akses

Pasar

Kondisi SuplaiDomestik:

- Nilai tambah- Efisiensi asset

Page 36: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

20

Tabel 3.2. Jenis dan Sumber Data

Tunjuan Data diperlukan Sumber data

Perkembanganekspor makananolahan Indonesiadan dunia

Data sekunderkuantitatif

World Integrated Trade Solution(WITS), www.comtrade.un.org

Makanan olahanprioritas ekspor

Data sekunderkuantitatif

BPS, Dept Perdagangan, WITS,www.comtrade.un.org

Posisi produkmakanan olahanIndonesia di pasardunia

Data sekunderkuantitatif

World Integrated Trade Solution(WITS), www.comtrade.un.org

Persepsi pelakuusaha terhadappermasalahanindustri makananolahan

Data kualitatif dankuantitatif; primerdan sekunder

Wawancara dengan produsen daneksportir, serta Asosiasi produsenmakanan olahan

Strategipengembanganekspor

Hasil analisis dijadikan sebagaiindikator kebijakan

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Data sekunder diperoleh dari dokumen atau arsip tertulis, laporan hasil penelitian, dan

publikasi lainnya. Dokumen yang (misalnya) hanya berupa catatan pribadi responden,

mengikuti pendapat Poplin (1979), tetap bisa dinilai sebagai data penting dalam penelitian

survey seperti pada penelitian ini. Data sekunder yang diperlukan merupakan data time series

selama 5 tahun yaitu periode tahun 2002-2006, yang meliputi volume ekpor, harga, investasi

industri, nilai tambah industri, kebijakan yang berkaitan dengan ekspor, dan data penunjang

industri makanan olahan.

Data primer diperoleh dari pencatatan di lapangan melalui wawancara dan

pengamatan atas kejadian-kejadian yang secara langsung dapat diikuti peneliti. Wawancara

dilakukan terhadap responden sample. Wawancara terhadap responden dilakukan dengan

dua cara, yaitu dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang sudah disiapkan secara

terstruktur (kuesioner) (Poplin, 1979); dan yang hanya berpedoman pada daftar pertanyaan

kunci (key questions).

Teknik diskusi dilakukan untuk menggali pemahaman lebih dalam tentang suatu

gejala atau kejadian, yang memungkinkan peneliti mengetahui aspek ideografis (Von Wright,

Page 37: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

21

1979) yaitu suatu kejadian yang berkaitan dengan kegiatan ekspor. Hasil wawancara dengan

berpedoman dengan key questions dan diskusi dicatat dalam catatan lapangan, atau dikenal

sebagai note taking (Bailey, 1982).

Responden sample diambil secara purposive, berdasarkan posisi, jabatan responden

dalam perusahaan atau profesi responden, kesediaan responden untuk diwawancara dan

tujuan penelitian. Sample responden produsen yang diambil dari perusahaan yang mewakili

perusahaan kecil, menengah dan perusahaan besar sesuai dengan kriteria Departemen

Perindustrian.

3.6. Analisis Data

Kegiatan analisis data meliputi: (1) penyuntingan data secara manual; (2) pengkodean

data; dan (3) pengolahan data dengan komputer. Penyuntingan data manual dimaksudkan

untuk merapikan data yang kurang jelas. Pengkodean data diperlukan terutama untuk

mentransfer data dari data disagregat menjadi data agregat. Pengolahan data dengan

komputer diperlukan untuk menganalisis data kuantitatif, dengan menggunakan program

Excel.

Analisis Deskriptif Statistik. Analisis ini digunakan untuk mengetahui struktur dan kinerja

industri serta perkembangan ekspor Indonesia dan pasar dunia.

Constant Market Share Analysis (CMSA). CMSA digunakan untuk mengetahui posisi dan

peluang pasar ekspor produk pangan olahan Indonesia. Mengacu pada formulasi umum

seperti yang digunakan Tyers et.al. (1985), model analisis pangsa pasar konstan dapat

dituliskan sebagai berikut:

gE

EE

t

tt

..

....

)1(

)1((pertumbuhan standar)

..

)(

)1(

)1(

t

iiti

E

Egg

(pengaruh komposisi komoditas)

Page 38: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

22

+..

)(

)1(

)1(

t

i jijtiij

E

Egg

(pengaruh distribusi pasar)

+..

)(

)1(

)1()1()(

t

i jijtijijtijt

E

EgEE

(pengaruh daya saing)

Keterangan :

g =..

....

)1(

)1()(

t

tt

W

WW

gi =it

itit

W

WW

)1(

)1()(

gij=ijt

ijtijt

W

WW

)1(

)1()(

E(t).. = nilai total ekspor Indonesia untuk seluruh produk pangan pangan

olahan tahun ke-t

E(t-1).. = nilai total ekpor Indonesia untuk seluruh produk pangan olahan tahunt-1

E(t)i. = nilai total ekspor Indonesia tahun t untuk produk pangan olahan x(jenis produk pangan olahan tertentu)

E(t).j = nilai total seluruh ekspor komoditas produk pangan olahanindonesia tahun ke-t ke negara tujuan j.

E(t)ij = nilai total ekspor Indonesia tahun t untuk jenis produk panganolahan x ke negara j

W(t)i = nilai total ekspor standar (dunia atau negara-negara pengeksportertentu) tahun t untuk produk pangan olahan x (jenis produkpangan olahan tertentu)

W(t)ij = nilai total ekspor standar dunia tahun t untuk produk pangan olahanx (jenis produk pangan olahan tertentu) ke negara j

W (t).. = nilai total ekspor standar (dunia atau negara-negara pengeksportertentu) untuk seluruh komoditas pangan olahan tahun ke-t

Pertumbuhan Standar

Dalam analisis ini, parameter pertumbuhan standar mengindikasikan standar umum

pertumbuhan ekspor produk negara-negara dunia ke kawasan Asia Pasifik. Pertumbuhan ini

mencerminkan kinerja ekspor dari negara atau kelompok negara pesaing terhadap Indonesia

Page 39: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

23

atau negara-negara di kawasan Asia Pasifik lainnya. Jika parameter pertumbuhan ekspor

standar lebih tinggi (atau lebih rendah) dibanding parameter pertumbuhan ekspor Indonesia

ke kawasan Asia Pasifik, berarti kinerja ekspor Indonesia lebih baik (lebih buruk).

Efek Komposisi Produk

Parameter efek komposisi produk bisa bernilai negatif atau positif. Parameter yang

bernilai positif, mengindikasikan bahwa negara pengekspor yang menjadi perhatian

(misalnya Indonesia) mengekspor suatu produk ke negara yang mempunyai pertumbuhan

impor produk itu lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan impor kelompok produk tersebut.

Misalnya, apabila pertumbuhan ekspor produk pangan olahan Indonesia ke kawasan Asia

Pasifik daripada pertumbuhan impor kelompok produk pangan olahan (gabungan berbagai

macam produk pangan olahan) oleh negara-negara di kawasan Asia Pasifik, berarti efek

komposisi produk pangan olahan Indonesia di pasar kawasan Asia Pasifik akan positif. Jika

yang terjadi sebaliknya, maka efek komposisi produk akan negatif.

Efek Distribusi Pasar

Parameter efek distribusi pasar bisa bernilai positif atau negatif. Parameter akan

bernilai positif jika negara pengekspor yang menjadi perhatian, (misalnya Indonesia)

mendistribusikan pasarnya ke pusat pertumbuhan permintaan. Misalnya, apabila ekspor

produk pangan olahan Indonesia ke negara dengan perumbuhan impor produk pangan olahan

asal Indonesia adalah yang tertinggi (misalnya Uni Eropa), maka efek distribusi pasar akan

positif. Jika sebaliknya, maka efek distribusi pasar akan negatif.

Efek Daya Saing

Parameter efek daya saing mengindikasikan kenaikan atau penurunan bersih (net

gain or loss) dalam pangsa pasar ekspor produk pangan olahan Indonesia secara relatif

terhadap standar setelah memperhitungkan perubahan komposisi produk dan distribusi pasar.

Asumsinya adalah bahwa efek daya saing yang didasarkan pada perubahan pangsa pasar

ekspor negara pengekspor yang menjadi perhatian (misalnya Indonesia) di pasar kawasan

Asia Pasifik (atau negara tertentu) untuk produk tertentu hanya dapat terjadi selama periode

analisis sebagai respon terhadap peubahan harga relatif produk asal Indonesia. Nilai

parameter daya saing bisa positif atau negatif. Jika parameter bernilai postif, berarti Indonesia

Page 40: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

24

merupakan pesaing kuat dibawah potongan harga pesaingnya. Jika negatif, berarti Indonesia

lemah dalam persaingan.

Analisis Indeks Produk Makanan Olahan Unggulan. Analisis indeks produk unggulan

diukur dengan metode komposit menggunakan empat (4) indeks, yaitu indeks performa

ekspor (I1), performa pasar dunia (I2), performa suplai domestik (I3) dan performa dampak

sosial ekonomi (I4). Indeks produk unggulan merupakan rataan dari keempat indeks

tersebut.

a. Indeks performa ekspor. Mengukur kinerja ekspor produk tahun terakhir

analisis yang mencakup nilai ekspor, pangsa pasar dunia, neraca perdagangan relatif, dan

pertumbuhan ekspor.

b. Indeks performa pasar dunia. Mengukur permintaan produk di pasar dunia Saat

ini yang mencakup pertumbuhan permintaan dunia dan akses pasar internasional

berdasarkan tarif.

c. Indeks performa suplai domestik. Indeks yang dilihat adalah nilai tambah dan efisiensi

penggunaan asset

d. Indeks performa dampak sosial ekonomi. Indikator yang dinilai adalah kemampuan

menyerap tenaga kerja.

Penentuan komoditi prioritas dilakukan dengan menghitung nilai indeks indikator,

nilai indeks performa dan indeks komposit. Indikator yang memiliki nilai terendah diberi

indeks 1 dan indikator yang nilainya tertinggi diberi indeks 5. Indikator yang nilainya berada

diantara nilai terendah dan nilai tertinggi dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

NrNt

IrItNjNtItIIj

)()(

dimana:

IIj = Indeks indikator ke-j (yang dicari indeksnya)

It = indeks tertinggi (yaitu 5)

Ir = indeks terendah (yaitu 1)

Nt = nilai indikator tertinggi

Nr = nilai indikator terendah

Nj = nilai indikator ke-j (yang dicari indeksnya)

Page 41: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

25

Nilai indeks performa ke-i merupakan rataan dari j indeks indikatornya. rumus yang

digunakan adalah:

j

IIjIP

dimana:

IP = indeks performa

Iij = indeks indikaot ke-j

j = jumlah indikator performa

Indeks komposit Ik dihitung dengan menggunakan rumus:

pip

piIPiIPpIk

..1

...11

dimana:

Ik = indeks komposit

IPi = indeks performa ke-i

pi = pembobot indeks performa ke-i

i = jumlah performa yang dipertimbangkan

Prioritas tertinggi adalah industri makanan olahan yang memiliki indeks komposit

tertinggi. Sebaliknya industri yang memiliki indeks komposit terendah, prioritas

pengembangannya juga paling rendah.

Page 42: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

26

BAB IV

PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR

PRODUK MAKANAN OLAHAN INDONESIA

4.1. Perkembangan Ekspor Makanan Olahan Indonesia dan Dunia

4.1.1. Pasar Makanan Olahan Dunia

Ekspor-impor produk makanan olahan terdiri dari produk segar dan olahan. Produk

segar adalah produk yang diperdagangkan dalam bentuk produk aslinya, tanpa melalui proses

pengolahan. Sedangkan produk olahan berarti produk yang diperdagangkan setelah melalui

proses pengolahan satu tahap dari produk primernya (segar). Volume dan nilai produk olahan

yang diperdagangkan di pasar dunia biasanya lebih tinggi dari volume dan nilai produk

segarnya.

Perdagangan produk makanan olahan di pasar dunia cenderung mengalami

peningkatan. Peningkatan tersebut dapat ditunjukan oleh pertumbahan impor dunia terhadap

produk makanan olahan yang meningkat dari waktu ke waktu. Pertumbuhan impor dunia

untuk 13 kelompok produk makanan olahan yang menjadi fokus kajian disajikan pada Tabel

3.1.

Berdasarkan Tabel 4.1. secara umum dikatahui bahwa selama periode 2002-2006

seluruh produk makanan olahan mengalami trend pertumbuhan nilai impor yang positif.

Pertumbuhan yang positif pada permintaan impor dunia tersebut mengindikasikan bahwa

pasar produk makanan olahan dunia berada dalam situasi yang semakin berkembang dan

memberikan peluang kepada negara-negara produsen untuk dapat terus meningkatkan

volume ekspornya.

Pada tahun 2002 nilai impor produk makanan olahan adalah sebesar US$ 500.970,5

juta meningkat menjadi US$ 786.684,8 juta pada tahun 2006. Dengan demikian selama

periode 2002-2006, nilai impor produk makanan olahan mengalami trend pertumbuhan

sebesar 11,99 persen. Pertumbuhan impor dunia yang relatif besar tersebut tentunya tidak

terlepas dari jumlah penduduk dunia yang juga terus mengalami peningkatan dan

pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh negara-negara di dunia.

Lebih lanjut, apabila dikaji untuk masing-masing produk maka selama periode 2002-

2006 diketahui bahwa kopi merupakan produk yang mengalami pertumbuhan impor terbesar

Page 43: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

27

di dunia yaitu 15,04 persen. Produk lain yang juga mengalami pertumbuhan relatif besar

yaitu gula, minuman beralkohol, coklat dan sereal dengan trend pertumbuhan masing-masing

sebesar 13,99 persen, 13,34 persen, 13,13 persen dan 12,50 persen. Pertumbuhan impor yang

relatif besar untuk produk-produk tersebut merupakan indikator bahwa pasar dunia untuk

produk tersebut relatif lebih berkembang dibandingkan dengan produk lainnya.

Tabel 4.1. Impor Makanan Olahan Dunia2002 – 2006 (US$ Ribu)

Produk 2002 2003 2004 2005 2006Trend(%)

Daging 85,341,135.1 98,127,341.5 110,949,246.4 124,041,080.3 130,999,073.0 11.36

Ikan 35,356,166.5 39,805,585.4 45,527,216.9 50,990,845.0 55,972,248.2 12.18

Kopi 4,486,721.3 5,901,703.3 6,083,534.8 7,048,142.6 7,730,751.5 15.04

T e h 4,366,324.0 4,972,397.2 5,612,546.3 6,512,464.3 6,442,673.3 10.43

Coklat 22,161,312.3 28,128,097.6 31,355,079.4 34,036,363.9 35,998,788.1 13.18

Gula 32,048,708.9 36,122,279.0 39,817,347.1 47,843,988.4 53,996,558.7 13.99

Buah 67,772,228.3 80,598,772.0 88,590,531.1 98,034,195.1 106,625,915.2 12.07

Sayuran 30,943,404.7 34,799,610.3 39,481,890.9 42,618,722.5 46,532,257.5 10.76

Sereal 49,842,777.6 59,186,111.3 69,231,304.5 75,768,617.7 79,436,635.8 12.50

Tembakau 42,938,262.8 46,251,819.8 51,439,674.9 54,286,687.2 53,378,815.7 5.70

Susu 17,347,475.9 22,002,259.6 24,824,868.6 25,848,966.9 27,262,818.1 12.31

Minol 80,990,126.7 93,912,669.8 107,448,358.2 117,739,467.6 133,513,187.6 13.34

Lain-lain 27,375,882.4 33,040,169.4 40,456,659.2 45,898,345.6 48,795,088.3 15.72

TOTAL 500,970,526.5 582,848,816.2 660,818,258.3 730,667,887.0 786,684,810.9 11.99

Sumber: WITS 2008, diolah Balitbang Perdagangan.

Namun demikian apabila dikaji dari nilai impor diketahui bahwa pada tahun 2006,

nilai impor terbesar dicapai oleh produk minuman beralkohol yaitu sebesar US$ 133.513,2

juta. Nilai impor tersebut jauh melebihi nilai impor kopi yang hanya sebesar 7.730,8 juta.

Produk lain yang juga mencapai nilai impor yang relative besar adalah produk daging, buah-

buahan dan sereal dengan nilai masing-masing sebesar US$ 130.999,1 juta; US$ 106.625,9

juta dan 79.436,6 juta.

Sementara itu, produk yang mengalami pertumbuhan relatif rendah dan jauh berada di

bawah pertumbuhan rata-rata adalah tembakau. Dalam periode 2002-2006, pertumbuhan nilai

impor tembakau hanya 5,70 persen. Namun demikian apabila dilihat dari nilai impor yang

dicapai pada tahun 2006, nilai impor tembakau (US$ 53,378,8 juta) jauh lebih besar

dibandingkan nilai impor teh (US$ 6.442,7 juta) dan kopi (7.730,8 juta) yang secara relatif

Page 44: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

28

pertumbuhannya jauh lebih tinggi dibandingkan tembakau. Produk lain yang

pertumbuhannya juga lebih rendah dari pertumbuhan rata-rata adalah teh, sayuran dan

daging. Pertumbuhan untuk setiap produk tersebut masing-masing adalah 10,43 persen, 10,76

persen dan 11,36 persen.

Perkembangan pasar impor produk makanan olahan dunia juga dapat dilihat dari

perkembangan yang terjadi pada setiap pasar impor. Sejalan dengan pertumbuhan nilai impor

produk makanan olahan di pasar dunia, untuk setiap pasar impor ternyata juga mengalami

pertumbuhan yang positif. Berdasarkan Tabel 4.2. diketahui bahwa selama periode 2002-

2006 pasar impor Saudi Arabia mengalami trend pertumbuhan yang paling pesat (18,0

persen), kemudian diikuti pasar impor Rusia, Uni Eropa dan Canada dengan pertumbuhan

masing-masing 16,1 persen, 13,2 persen dan 12,4 persen. Besarnya pertumbuhan impor yang

terjadi pada beberapa pasar impor tersebut menunjukan bahwa pasar tersebut merupakan

pasar-pasar yang potensial bagi pemasaran produk makanan olahan.

Page 45: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

29

Tabel 4.2. Nilai Impor Produk Makanan Olahan Berdasarkan Pasar Tujuan

Sumber: WITS 2008, diolah Balitbang Perdagangan.

Lebih lanjut, apabila dikaji dari share setiap pasar impor terhadap nilai impor produk

makanan olahan dunia maka diketahui bahwa pasar impor Uni Eropa, yang merupakan

gabungan dari 27 negara, merupakan pasar dengan share terbesar yaitu 53,4 persen. Hal

tersebut bermakna bahwa 53,4 persen pangsa nilai perdagangan produk makanan olahan

dunia terjadi di pasar Uni Eropa. Hal tersebut menunjukan bahwa Uni Eropa merupakan

pasar impor terbesar untuk produk makanan olahan di dunia dan menjadi pasar yang

potensial bagi negara-negara produsen yang ingin melakukan ekspansi pasar. Pasar lain yang

juga relatif besar share-nya adalah pasar Amerika Serikat dan Jepang dengan share masing-

masing sebesar 7,9 persen dan 6,4 persen.

4.1.2. Ekspor Produk Makanan Olahan Indonesia

Dalam jangka panjang pengembangan ekspor sektor pertanian Indonesia difokuskan

kepada produk-produk olahan hasil pertanian yang memberikan nilai tambah lebih besar bagi

perekonomian nasional. Makanan olahan merupakan produk turunan dari produk pertanian

yang perlu mendapatkan perhatian besar dari berbagai kalangan, agar pangsa ekspornya dapat

semakin ditingkatkan.

Berdasarkan data WITS diketahui bahwa nilai ekspor produk makanan olahan

Indonesia pada tahun 2007 mencapai US$ 2.248,6 juta atau meningkat sebesar 14,69 %

dibandingkan dengan tahun 2006. Nilai ekspor makanan olahan selama periode 2003-2007

2002 2004 2006 % Trend % Share

All countries 201.689 268.435 314.778 11,8 100,0

1 European Union (27) 101.701 143.870 168.150 13,2 53,4

2 Japan 19.994 24.030 24.735 6,1 7,9

3 United States 14.457 18.002 20.093 8,8 6,4

4 Russian Federation 6.664 7.497 12.222 16,1 3,9

5 Canada 5.582 6.746 9.141 12,4 2,9

6 Mexico 3.659 4.329 5.346 10,1 1,7

7 Hong Kong, China 4.529 4.750 5.279 3,8 1,7

8 Korea, Rep. 3.392 3.435 5.089 9,9 1,6

9 Switzerland 3.092 4.088 4.539 9,4 1,4

10 Saudi Arabia 2.389 3.306 4.527 18,0 1,4

SUB TOTAL 165.457 220.054 259.121 11,8 82,3

OTHERS 36.232 48.381 55.658 12,1 17,7

Page 46: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

30

meningkat rata-rata sebesar 15,60% per tahun (Tabel 4.3). Produk yang mengalami

peningkatan nilai ekspor terbesar adalah kelompok produk makanan olahan lain yang

mengalami peningkatan rata-rata sebesar 26,9% pertahun, selanjutnya diikuti oleh makanan

olahan berbahan baku susu (25,1 persen), daging dan ikan (22,8 persen) dan tembakau (8,4

persen).

Lebih lanjut diketahui bahwa produk makanan olahan yang mencapai nilai ekspor

tertinggi pada tahun 2007 adalah kelompok daging dan ikan yang mencapai US$ 477,2 juta,

disusul ekspor tembakau dan coklat yang masing-masing sebesar US$ 424,7 juta dan US$

300,9 juta. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kelompok produk tersebut merupakan

kelompok produk yang memiliki daya saing yang relatif baik di pasar internasional. Oleh

karena itu, pengembangan produk dan pengembangan pasar untuk kelompok produk tersebut

perlu mendapatkan prioritas agar pangsa pasar yang ada terus dipertahankan bahkan

ditingkatkan.

Tabel 4.3. Perkembangan Ekspor Makanan Olahan Indonesia periode (US$ Juta)Periode 2003–2007

No. Uraian 2003 2004 2005 2006 2007 Trend(%)

Makanan Olahan 1,251.5 1,488.2 1,781.6 1,960.6 2,248.6 15.6

1 Daging & Ikan 191.8 311.4 336.0 391.5 477.2 22.8

2 Tembakau 209.9 257.2 323.7 339.8 424.7 18.4

3 Cokelat 213.5 179.1 199.7 234.8 300.9 10.0

4 Sereal 133.0 159.8 196.8 199.7 226.1 13.7

5 Kopi dan Teh 111.7 131.1 146.5 166.1 178.6 12.5

6 Buah-Buahan 157.4 153.3 213.9 218.1 177.0 6.1

7 Gula 70.1 85.4 84.8 111.8 94.2 9.0

8 Berbahan Baku Sayuran 52.8 54.7 73.0 78.5 93.3 16.2

9 Minuman Alkohol & Non Alkohol 24.3 32.0 29.0 38.7 40.5 12.9

10 Berbahan Baku Susu 4.5 6.1 7.1 9.3 11.3 25.1

11 Lain-lain 82.6 118.0 171.0 172.3 224.7 26.9

Sumber: WITS 2008, diolah Balitbang Perdagangan.

Lebih lanjut apabila dikaji berdasarkan negara tujuan utama ekspor produk makanan

olahan Indonesia maka diketahui bahwa Amerika Serikat merupakan importir terbesar

dengan pangsa sebesar 18,02% dan nilai sebesar US$ 405,26 juta (Tabel 3.4). Singapura

berada di urutan kedua dengan nilai ekspor ke negara tersebut sebesar US$ 217,23 juta dan

Page 47: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

31

pangsa pasar sebesar 9,66%. Selanjutnya diikuti oleh Malaysia, Jepang dan Pilipina dengan

nilai ekspor dan pangsa masing-masing sebesar US$ 179,54 juta (7,98 persen); US$ 121,39

juta (5,40 persen); dan Pilipina sebesar US$ 18,08 juta (5,25%).

Apabila dibandingkan dengan kondisi di pasar dunia, yang sebagian besar impor

produk makanan diserap oleh pasar Uni Eropa, maka negara tujuan ekspor utama produk

makanan olahan Indonesia relatif berbeda. Pasar Uni Eropa yang merupakan pasar yang

sangat potensial bagi perdagangan produk makanan olahan ternyata belum secara optimal

dapat dimanfaatkan oleh Indonesia. Hal tersebut ditunjukan oleh share ekspor produk

makanan olahan Indonesia ke pasar Uni Eropa yang relatif lebih rendah dibandingkan pasar

Amerika Serikat (Tabel 4.4.)

Tabel 4.4. Ekspor Makanan Olahan Indonesia Menurut Negara TujuanPeriode 2003 – 2007 (US$ Juta)

No. Uraian 2003 2004 2005 2006 2007Trend

%Share

%Dunia 1251.49 1488.22 1781.58 1960.59 2248.56 15.58

1 Amerika Serikat 194.26 279.40 329.40 380.93 405.26 19.49 18.02

2 Singapura 100.57 120.88 161.93 165.65 217.23 20.39 9.66

3 Malaysia 110.77 120.15 114.10 143.55 179.54 12.12 7.98

4 Jepang 73.98 76.64 94.74 102.48 121.39 13.67 5.40

5 Pilipina 51.65 82.34 99.09 93.40 118.08 19.48 5.25

6 Belanda 60.61 64.38 80.35 95.57 98.86 14.72 4.40

7 Vietnam 19.60 25.85 36.93 61.38 91.29 48.31 4.06

8 Australia 45.08 38.45 44.84 62.33 82.07 18.31 3.65

9 Kamboja 32.58 41.43 60.26 64.71 80.26 25.22 3.57

10 Jerman 28.67 39.39 56.84 54.89 65.30 21.88 2.90

SUB TOTAL 717.76 888.91 1078.49 1224.90 1459.28 19.00 64.90

LAINNYA 533.73 599.30 703.09 735.69 789.28 10.38 35.10

Sumber: BPS, diolah Balitbang Perdagangan

Berdasarkan Tabel 4.4. diketahui bahwa pangsa nilai total ekspor produk makanan

olahan Indonesia ke pasar Uni Eropa adalah sebesar 17,99 persen, relatif lebih rendah

dibandingkan pangsa Amerika Serikat yang mencapai 19,33 persen. Namun demikian, untuk

produk-produk tertentu pangsa pasar Uni Eropa relatif jauh lebih tinggi dibandingkan dengan

pangsa pasar Amerika Serikat dan pasar tujuan ekspor lainnya. Produk yang dimaksud adalah

daging, teh, cokelat dan buah-buahan. Sedangkan untuk produk ikan dan sayuran, pasar

Amerika mendominasi tujuan ekspor Indonesia. Lebih rinci share untuk setiap negara tujuan

ekspor dan untuk setiap komoditi ditunjukan pada Tabel 4.4.

Page 48: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

32

Untuk menganalisis bagaimana posisi produk makanan olahan Indonesia dalam

analisis ekspor dan impor maka dapat digunakan analisis Indeks Spesialisasi Perdagangan

(ISP). ISP tersebut juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi tingkat pertumbuhan

komoditi atau produk makanan olahan Indonesia dalam perdagangan internasional. Secara

lebih rinci ISP dari produk makanan olahan Indonesia ditunjukan pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Nilai Ekspor Produk Makanan Olahan IndonesiaBerdasarkan Pasar Tujuan, Tahun 2007

Sumber: WITS 2008, diolah Balitbang Perdagangan.

Berdasarkan Tabel 4.5. diketahui bahwa pada periode 2003-2007 produk makanan

olahan Indonesia memiliki ISP sebesar 0,0; angka ini menunjukkan bahwa produk makanan

olahan secara total masih tergolong dalam substitusi impor. Namun demikian apabila dilihat

pada setiap jenis produk maka terdapat beberapa produk makanan olahan yang tergolong

dalam perluasan ekspor. Produk yang tergolong dalam perluasan ekspor tersebut merupakan

produk yang memiliki daya saing yang relatif baik dalam pasar dunia.

Produk makanan olahan yang tergolong dalam perluasan ekspor adalah cokelat, kopi

dan teh, daging dan ikan, tembakau, dan buah-buahan, masing-masing memiliki nilai ISP

sebesar 0,7; 0,7; 0,5; 0,2 dan 0,2. Sedangkan produk yang tergolong dalam substitusi impor

adalah minuman alkohol dan non alkohol, produk berbahan baku sayuran, sereal, produk

berbahan baku susu dan produk makanan olahan lain. Sementara itu, gula memiliki ISP

sebesar -0,7 artinya gula masih berada dalam tahap pengenalan. Berdasarkan ISP tersebut

maka produk-produk yang tergolong dalam kelompok perluasan ekspor merupakan produk

Page 49: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

33

yang seharusnya diprioritaskan untuk terus dikembangkan sebagai produk yang berorientasi

ekspor.

Tabel 4.6. Indeks Spesialisasi Perdagangan Produk Makanan Olahan Indonesia Periode2003 – 2007

No. URAIAN 2003 2004 2005 2006 2007 Rata-Rata

MAKANAN OLAHAN 0.0 0.2 0.1 0.1 -0.1 0.0

1. COKELAT 0.8 0.7 0.7 0.8 0.7 0.7

2. KOPI & TEH 0.9 0.7 0.7 0.7 0.5 0.7

3. DAGING & IKAN 0.6 0.6 0.5 0.5 0.5 0.5

4. TEMBAKAU 0.2 0.2 0.3 0.3 0.2 0.2

5. BUAH - BUAHAN 0.3 0.2 0.3 0.2 0.0 0.2

6. OTHER 0.0 0.0 0.1 0.0 0.1 0.0

7.MINUMAN ALKOHOL DANNON ALKOHOL 0.3 0.1 0.0 0.0 -0.2 0.0

8. BERBAHAN BAKU SAYURAN 0.0 -0.1 0.0 0.0 0.0 0.0

9. SEREAL -0.4 0.1 0.3 0.0 -0.4 -0.1

10. BERBAHAN BAKU SUSU -0.6 -0.5 -0.4 -0.3 -0.3 -0.4

11. GULA -0.7 -0.6 -0.8 -0.7 -0.8 -0.7

Sumber: BPS, diolah Balitbang Perdagangan

Keterangan:ISP = (Eksporj – Imporj)/(Eksporj + Imporj)Kategori Isp-1,0 s/d -0,5 pengenalan-0,4 s/d 0,0 substitusi impor0,1 s/d 0,7 perluasan ekspor0,8 s/d 1,0 pematangan ekspor

4.1.3. Posisi Produk Makanan Olahan Indonesia di Pasar Dunia

Perkembangan yang selama ini terjadi dalam perdagangan produk makanan olahan di

pasar dunia telah memposisikan setiap negara pada peta perdagangan dunia untuk produk

makanan olahan tersebut. Apabila dikaji berdasarkan pemasok utama produk makanan olahan

di pasar dunia maka diketahui bahwa Uni Eropa merupakan pemasok utama produk makanan

olahan di pasar dunia (Tabel 4.7). Share Uni Eropa dalam perdagangan produk makanan

olahan di pasar dunia adalah sebesar 51,6 persen dengan trend pertumbuhan sebesar 11,8

persen. Lebih lanjut, negara pemasok lainnya yang juga relative dominan adalah Amerika

Serikat, Brazil, China dan Canada dengan share masing-masing sebesar 5,6 persen, 5,4

persen, 4,5 persen dan 3,5 persen.

Sementara itu, apabila dikaji dari trend pertumbuhan yang dicapai oleh negara

pemasok utama produk makanan olahan di pasar dunia maka diketahui bahwa Argentina

merupakan negara pemasok produk makanan olahan dengan trend pertumbuhan terbesar

Page 50: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

34

yaitu 22,7 persen dan dengan share sebesar 1,3 persen. Lebih lanjut, negara yang mengalami

trend pertumbuhan dan share yang relative besar adalah Brazil. Brazil mencapai trend

pertumbuhan sebesar 20,1 persen lebih besar dari trend pertumbuhan yang dicapai oleh China

dan Uni Eropa yang masing-masing mencapai trend pertumbuhan sebesar 13,2 persen dan

12,9 persen. Sementara itu, Amerika serikat justru mengalami trend pertumbuhan yang

negatif yaitu sebesar -0,5 persen.

Tabel 4.7. Pemasok Utama Produk Makanan Olahan di Pasar Impor Dunia

Sumber: WITS 2008, diolah Balitbang Perdagangan.

Posisi Indonesia sebagai salah satu negara pemasok produk makanan olahan di dunia

adalah berada pada urutan ke-17. Share Indonesia dalam perdagangan produk makanan

olahan adalah sebesar 0,7 persen dan dengan trend pertumbuhan sebesar 9,3 persen. Posisi

Indonesia tersebut masih berada jauh di bawah Thailand yang menduduki posisi ke-7 dengan

share-nya sebesar 2,6 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa secara umum produk makanan

olahan yang dihasilkan oleh Thailand relatif lebih unggul dibandingkan Indonesia. Oleh

karena itu, produk makanan olahan Indonesia harus terus dikembangkan agar share Indonesia

dalam perdagangan dunia dapat terus ditingkatkan. Dengan sumberdaya alam yang dimiliki

selayaknya Indonesia memiliki posisi yang lebih baik dibandingkan negara lain yang

sumberdaya alamnya relatif terbatas.

2002 2004 2006 % Trend % Share

All countries 201.689,3 268.434,8 314.778,2 11,8 100,0

1 European Union 99.397,8 139.622,5 162.495,8 12,9 51,62 United States 17.158,3 15.716,2 17.636,0 -0,5 5,63 Brazil 8.577,5 12.345,6 17.074,7 20,1 5,4

4 China 8.684,8 10.863,4 14.049,5 13,2 4,55 Canada 7.534,2 9.420,1 9.558,1 7,0 3,06 Australia 6.056,3 8.187,5 9.437,7 12,9 3,07 Thailand 6.195,2 7.861,5 8.189,8 6,4 2,68 New Zealand 3.060,8 4.481,5 4.734,7 12,7 1,59 Argentina 1.855,3 3.034,7 4.083,4 22,7 1,3

10 India 2.498,2 2.858,7 3.840,6 11,7 1,2

SUB TOTAL 161.018,4 214.391,7 251.100,2 11,7 79,8

17 Indonesia 1.616,0 2.166,0 2.317,9 9,3 0,7

Page 51: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

35

Untuk produk makanan olahan Indonesia dengan nilai ISP yang relatif tinggi atau

produk yang masuk dalam kelompok perluasan ekspor ternyata posisi Indonesia relative tidak

lebih baik dibandingkan negara produsen utama lainnya. Selama periode 2002-2006, ekspor

makanan olahan daging dan ikan dunia meningkat rata-rata sebesar 11,39 persen/tahun (Tabel

4.8). Negara yang mengalami trend pertumbuhan tertinggi sebagai eksportir daging dan ikan

dunia selama periode 2002-2006 adalah Brazil yaitu meningkat rata-rata sebesar 25,24

persen/tahun, disusul Jerman, Australia yang masing-masing tumbuh sebesar 19,54

persen/tahun dan 14,65 persen/tahun. Sedangkan Indonesia mencapai trend pertumbuhan

sebesar 11,64 persen/tahun.

Jika dilihat dari nilai ekspor makanan olahan daging dan ikan dunia pada tahun 2006,

Amerika Serikat menduduki peringkat pertama dengan nilai ekspor sebesar US$ 8.431,59

juta, disusul Brazil dan Jerman dengan nilai ekspor masing-masing sebesar US$ 7.612,42 juta

dan US$ 7.432,32 juta. Adapun Indonesia berada di urutan ke 22 dengan nilai ekspor sebesar

US$ 829,55 juta.

Tabel 4.8. Pemasok Makanan Olahan Daging dan Ikan di Pasar Dunia

Periode 2002–2006 (US$ Juta)

No 2002 2003 2004 2005 2006Trend(%)

World 60,769.94 69,779.50 79,984.40 86,889.46 93,376.95 11.39

1 USA 8,879.84 10,045.39 6,698.99 7,716.45 8,431.59 (3.61)

2 Brazil 3,258.90 3,984.00 5,586.52 6,933.18 7,612.42 25.24

3 Jerman 3,626.71 4,527.13 5,635.61 6,447.38 7,432.31 19.59

4 Belanda 4,563.66 5,111.86 6,292.41 6,323.60 6,761.81 10.51

5 Australia 3,407.87 3,674.20 5,099.72 5,436.91 5,549.46 14.65

6 Denmark 4,157.43 4,611.16 5,524.24 5,372.04 5,426.03 7.09

7 China 3,213.42 3,257.96 3,864.70 4,429.59 5,011.14 12.70

8 Prancis 3,154.85 3,807.67 4,388.97 4,372.20 4,624.59 9.45

9 Kanada 4,214.52 4,021.00 5,014.25 5,037.04 4,517.37 3.71

10 Thailand 2,933.16 3,217.06 2,848.77 3,189.96 3,613.74 4.17

22 Indonesia 555.55 581.17 647.79 783.59 829.55 11.64

Sumber: UNCOMTRADE diolah Balitbang Perdagangan

Untuk produk olahan kopi dan teh, menurut data UNCOMTRADE ekspor dunia

untuk produk tersebut selama periode 2002-2006 meningkat rata-rata sebesar 11,66

persen/tahun. Pada tahun 2002, nilai ekspornya sebesar US$ 4.406,22 juta, kemudian pada

Page 52: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

36

tahun 2006 nilai ekspornya mencapai US$ 7.042,79 juta. Pemasok terbesar ekspor makanan

olahan kopi dan teh adalah Jerman dengan nilai ekspor sebesar US$ 782,27 juta. Eksportir

terbesar kedua dan ketiga adalah Sri Lanka dan Cina dengan nilai ekspor masing-masing

sebesar US$ 582,90 juta dan US$ 545,19 juta. Indonesia menempati peringkat ke-13 dengan

nilai ekspor sebesar US$ 170,79 juta.

Tabel 4.9. Pemasok Makanan Olahan Kopi dan Teh di Pasar Impor Dunia2002 – 2006 (US$ Juta)

No 2002 2003 2004 2005 2006 Trend(%)

World 4,406.22 5,423.95 5,776.90 6,394.05 7,042.79 11.66

1 Jerman 444.32 555.86 582.34 692.24 782.27 14.46

2 Sri Lanka 415.56 434.99 513.23 551.35 582.90 9.57

3 China 368.89 398.73 475.39 479.01 545.19 10.13

4 India 378.26 409.47 412.27 430.20 472.42 5.06

5 Kenya 212.07 365.44 405.82 454.04 468.10 19.73

6 Inggris 278.36 322.16 365.61 374.51 435.93 11.05

7 Brazil 198.40 240.65 288.68 371.41 410.08 20.76

8 Belanda 194.79 180.14 228.39 250.43 270.09 10.33

9 Swiss 122.21 160.50 213.39 215.13 237.98 17.65

10 USA 187.00 496.90 178.14 178.49 199.93 (8.52)

13 Indonesia 113.32 133.13 147.83 162.72 170.79 10.75

Sumber: UNCOMTRADE diolah Balitbang Perdagangan

Sementara itu, ekspor yang mencapai trend pertumbuhan tertinggi untuk periode

2002-2006 adalah Brazil yaitu sebesar 20,76 persen/tahun, disusul Kenya dan Swiss masing-

masing sebesar 19,73 persen/tahun dan 17,65 persen/tahun. Adapun Indonesia mengalami

pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 10,75 persen/tahun

Lebih lanjut, ekspor dunia makanan olahan dengan bahan baku coklat mengalami

kenaikan per tahunnya sebesar 12,14 persen/tahun selama periode 2002 -2006 yaitu dari US$

10,9 milyar pada tahun 2002 meningkat menjadi US$ 17,9 milyar pada tahun 2006.

Mengingat semakin banyaknya ragam makanan berbahan coklat dan semakin populernya

makanan jenis ini maka dapat diprediksikan untuk makan olahan berbahan baku coklat akan

selalu mengalami peningkatan.

Page 53: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

37

Tabel 4.10. Pemasok Makanan Olahan Berbahan Baku Coklat di Pasar Impor Dunia,2002 – 2006 (US$ Juta)

No Negara 2002 2003 2004 2005 2006 Trend(%)

World 10,975.12 14,048.60 15,732.75 16,589.22 17,911.73 12.141 Belanda 1,703.32 2,160.29 2,257.80 2,351.46 2,436.94 8.342 Jerman 1,256.35 1,612.39 1,964.76 1,961.24 2,292.75 15.023 Belgia 1,029.66 1,339.33 1,591.30 1,621.84 1,762.59 13.504 Prancis 922.66 1,264.00 1,394.02 1,256.37 1,363.72 8.065 Italia 461.24 579.36 716.91 773.94 830.48 15.796 USA 569.62 637.91 688.10 704.60 779.74 7.557 Kanada 556.22 736.75 763.25 752.98 760.34 6.68

8CoteDivoire

507.49 739.12 706.56 711.46 711.47 6.58

9 Inggris 533.42 546.72 553.96 584.75 560.23 1.6710 Malaysia 205.16 325.50 412.44 509.39 556.61 27.6920 Indonesia 227.40 266.52 262.60 256.11 234.91 0.25

Sumber: UNCOMTRADE diolah Balitbang Perdagangan

Pemasok makanan olahan berbahan baku coklat, jika di urutkan menurut nilai ekspor,

pemasok terbesar tahun 2006 adalah Belanda. Dunia mengimpor makanan olahan berbahan

baku coklat dari Belanda sebesar US$ 2,4 milyar dengan pertumbuhan per tahun sebesar 8.34

persen selama periode 2002–2006. Pada periode yang sama, posisi pemasok utama setelah

Belanda adalah Jerman, Belgia, Prancis, Italia, USA, Kanada, Cote Divoire (Pantai Gading),

Inggris dan Malaysia dengan besaran impor dunia dari masing–masing negara tersebut

adalah US$ 2,3 milyar; US$ 1,8 milyar; US$ 1,4 Milyar; US$ 830,48 juta; US$ 779,74 juta;

US$ 760,34 juta; US$ 711,47 juta; US$ 560,23 juta; US$ 556,61 juta dan US$ 234,91 juta.

Sementara itu, posisi Indonesia hanya menjadi pemasok makanan berbahan coklat di

urutan ke-20. Posisi Indonesia tersebut jauh berada di bawah Malaysia. Indonesia tertinggal

dibandingkan negara tetangga Malaysia bukan hanya dalam nilai ekspornya tetapi juga dalam

trend pertumbuhannya. Trend pertumbuhan Malaysia adalah sebesar 27,69 persen selama

periode 2002-2006, sedangkan trend pertumbuhan Indonesia pada periode yang sama hanya

mencapai 0,25 persen. Dengan kondisi yang demikian, maka pengembangan industri coklat

perlu mendapatkan perhatian yang serius agar posisi Indonesia di pasar dunia dapat

ditingkatkan.

Page 54: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

38

4.2. Penentuan Prioritas Ekspor Produk Makanan Olahan Indonesia

Industri makanan olahan prioritas ditetapkan berdasarkan nilai indeks performa. Ada

empat indeks yang dihitung secara komposit untuk menentukan indeks performa yaitu:

indeks-1 performa ekspor, indeks-2 performa impor pasar dunia, indeks-3 performa suplai

domestik dan indeks-4 dampak sosial ekonomi.

Masing-masing indeks performa terdiri dari beberapa sub-indeks. Nilai indeks

performa merupakan rataan dari nilai sub-indeks. Nilai sub-indeks didasarkan pada capaian

tiap-tiap indikator performa. Nilainya berkisar antara 1 (satu) diberikan pada industri

makanan olahan yang nilai indikator performanya terendah, sampai 5 (lima) untuk industri

makanan olahan dengan nilai indikator performa tertinggi. Kedua batas nilai indeks industri

terendah dan tertinggi tersebut selanjutnya digunakan untuk menentukan nilai indeks industri

lainnya, berdasarkan rasio nilai indikator performa.

Seluruh indikator sub-indeks bersifat aditif terhadap performa produk. Semakin

tinggi nilai sub-indeks, maka akan semakin tinggi pula nilai indeks. Industri prioritas

ditetapkan berdasarkan nilai rataan dari ke-empat indeks, selanjutnya disebut indeks

komposit.

4.2.1. Indeks-1 Performa Ekspor

Indeks performa ekspor dihitung dari nilai ekspor tahun 2006, pangsa pasar ekspor

terhadap pasar dunia tahun 2006, neraca perdagangan relatif tahun 2006 serta pertumbuhan

nilai ekspor rata-rata tahun 2002-2006. Hasil penilaian indeks performa ekspor ditampilkan

pada Tabel 4.11.

Nilai ekspor tertinggi tahun 2006 adalah produk makanan olahan kelompok ikan

dengan nilai US$ 541.8 juta, dengan pertumbuhan ekspor yang juga tinggi mencapai 36.82

persen per tahun selama periode tahun 2002-2006. Indeks nilai ekspor terendah adalah

produk makanan olahan kelompok susu dengan nilai US$ 14.10 juta. Namun selama kurun

waktu 2002-2006, pertumbuhan nilai ekspor susu berada di urutan kedua setelah kelompok

industri ikan.

Page 55: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

39

Tabel 4.11. Performan Ekspor Produk Makanan Olahan Indonesia

Komoditi

Nilai Ekspor(2006)

Pangsa PasarDunia(2006)

NeracaPerdaganganRelatif (2006)

Pertumb. NilaiEkspor (2002-

2006)

IndeksPerformEkspor

000US$ Indeks % Indeks % Indeks % IndeksIkan 541.80 5.00 0.97 2.79 90.36 5.00 36.82 5.00 4.45T e h 137.20 1.93 2.13 5.00 87.85 4.94 7.93 1.95 3.46Coklat 235.00 2.67 0.65 2.19 75.44 4.63 4.78 1.62 2.78Kopi 37.90 1.18 0.49 1.88 10.37 3.01 19.83 3.21 2.32Susu 14.10 1.00 0.05 1.05 (27.72) 2.06 27.16 3.98 2.02Buah 284.90 3.05 0.27 1.46 19.56 3.24 6.90 1.84 2.40Tembakau 302.80 3.19 0.57 2.03 27.97 3.45 11.23 2.30 2.74Sayuran 71.42 1.43 0.15 1.25 (1.83) 2.70 9.05 2.07 1.86Sereal 186.80 2.31 0.24 1.40 (2.89) 2.68 21.32 3.36 2.44Gula 129.80 1.88 0.24 1.41 (70.25) 1.00 11.67 2.35 1.66Daging 30.30 1.12 0.02 0.99 (55.46) 1.37 (1.07) 1.00 1.12Minol 32.00 1.14 0.02 1.00 (4.12) 2.65 8.39 2.00 1.70Rata-rata 2.45

Produk makanan olahan kelompok susu, sayuran, sereal, gula, daging, dan minuman

beralkohol (minol), memiliki neraca perdagangan yang negatif. Selama ini impor Indonesia

untuk keenam kelompok makanan olahan tersebut, terutama gula dan daging, masih sangat

tinggi untuk memenuhi kebutuhan permintaan dalam negeri. Artinya bahwa secara ekonomi

empat komoditi tersebut kurang strategis untuk dijadikan komoditi unggulan ekspor. Ekpor

ke luar negeri justru akan mengurangi stock untuk pasar dalam negeri.

Nilai indeks performa ekspor rata-rata adalah 2.41. Berdasarkan indikator ini

kelompok bahan makanan olahan yang memiliki indeks di atas rata-rata adalah kelompok

ikan, teh, cokelat, dan tembakau.

4.2.2. Indeks-2 Performa Impor Pasar Dunia

Performa impor pasar dunia dihitung dari pertumbuhan impor selama kurun waktu

2002-2006, dan akses ke pasar dunia yang dihitung dari rata-rata tarif di pasar impor dunia.

Hasil perhitungan indeks performa pasar dunia ditampilkan pada Tabel 4.12.

Page 56: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

40

Tabel 4.12. Indeks-2 Pasar Dunia

MakananOlahan

Pertumbuhan ImporDunia

Akses ke Pasar Dunia(Tarif Impor)

IndeksPasarDunia% indeks % indeks

Ikan 3.84 4.16 19.24 4.25 4.21T e h 3.17 3.42 16.95 4.59 4.01Coklat 3.84 4.16 15.49 4.81 4.49Kopi 4.61 5.00 15.97 4.74 4.87Susu 3.08 3.33 20.66 4.05 3.69Buah 3.13 3.38 18.35 4.39 3.88Tembakau 0.96 1.00 26.49 3.19 2.09Sayuran 3.23 3.49 14.20 5.00 4.24Sereal 1.95 2.09 16.24 4.70 3.40Gula 3.23 3.49 15.06 4.87 4.18Daging 2.85 3.08 18.95 4.30 3.69Minol 2.04 2.18 41.29 1.00 1.59Rata-rata 3.69

Pasar impor dunia yang pertumbuhannya paling tinggi (4.61%), adalah kelompok

makanan olahan kopi. Pertumbuhan impor dunia yang paling kecil adalah kelompok

tembakau (0.96%).

Kelompok minuman beralkohol mempunyai akses ke pasar dunia terkecil (tarif

paling tinggi) dibandingkan kelompok makanan olahan lainnya, dengan tarif impor sebesar

41.29 persen. Akses ke pasar dunia yang paling besar (nilai tarif terkecil) adalah sayuran

dengan tarif sebesar 14.20 persen.

Indeks pasar dunia tertinggi adalah kelompok kopi (4.87), sedangkan minuman

beralkohol mempunyai nilai indeks pasar dunia terkecil yaitu 1.59. Nilai indeks pasar dunia

rata-rata adalah 3.69. Berdasarkan indikator ini kelompok bahan makanan olahan yang

memiliki indeks pasar dunia di atas rata-rata adalah kelompok ikan, teh, cokelat, kopi, buah,

sayuran dan gula.

4.2.3. Indeks-3 Suplai Domestik

Nilai indeks suplai domestik diperoleh dari data BPS. Indeks suplai domestik

dihitung dari nilai tambah dan efesiensi penggunaan asset. Efesiensi penggunaan asset

merupakan rasio antara nilai tambah dengan nilai asset (nilai tambah yang dihasilkan per

satuan asset yang digunakan. Asset industri sekaligus menunjukkan besarnya nilai investasi

Page 57: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

41

atau modal yang ditanamkan dalam industri tersebut. Sehingga efesiensi asset bisa

mencerminkan efesiensi penggunaan modal.

Dari data nilai tambah dan efesiensi penggunaan asset, didapatkan indeks tiap

kelompok industri makanan olahan seperti ditampilkan pada Tabel 4.13. Nilai rata-rata

indeks suplai domestik sebesar 2.03. Kelompok kopi, ikan, dan coklat memiliki nilai indeks

suplai domestik yang relatif rendah, masing-masing 1.01, 1.25 dan 1.26. Sedangkan

tembakau dan teh memiliki nilai indeks suplai domestik relatif tinggi, masing-masing 4.69

dan 3.00.

Tabel. 4.13. Indeks-3 Suplai Domestik

Makanan Olahan Nilai Tambah Efesiensi Asset Suplai DomestikIkan 1.10 1.40 1.25T e h 1.00 5.00 3.00Coklat 1.05 1.47 1.26Kopi 1.01 1.00 1.01Susu 1.14 1.81 1.48Buah 1.07 1.62 1.35Tembakau 5.00 4.38 4.69Sayuran 1.27 3.42 2.34Sereal 1.21 2.53 1.87Gula 2.60 2.00 2.30Daging 1.00 3.95 2.47Minol 1.24 1.37 1.31Rata-rata 2.03

Industri tembakau memiliki nilai suplai domestik tertinggi karena memiliki performa

nilai tambah tertinggi, meskipun efesiensi penggunaan asset kalah dengan teh. Industri teh

memiliki nilai indeks tertinggi pada sub-indeks efisiensi penggunaan asset.

Suplai domestik untuk industri kopi memiliki nilai paling rendah. Nilai tambah

industri kopi dan efesiensi penggunaan asset relatif rendah. Demikian juga untuk

penggunaan bahan baku lokal, nilai indeksnya pada kisaran sedang.

Berdasarkan nilai indeks-3, kopi, ikan dan coklat, tidak bisa dijadikan sebagai

komoditas ekspor unggulan, karena suplai domestik kurang mendukung. Kelompok

tembakau dan teh memiliki nilai indeks-3 relatif tinggi, artinya dukungan dalam negeri untuk

mengembangkannya sebagai komoditas ekspor cukup tinggi.

Page 58: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

42

4.2.4. Indeks-4 Dampak Sosial Ekonomi

Indeks Dampak sosial ekonomi dihitung dari sub indeks penyerapan tenaga kerja.

Data penyerapan tenaga kerja tiap-tiap kelompok industri makanan olahan merupakan data

sekunder dari BPS

Tabel 4.14. Indeks-4 Dampak Sosial Ekonomi

Kelompok Makanan OlahanJumlah Tenaga Kerja Terserap

Orang IndeksIkan 48,920 1.60T e h 10,516 1.10Coklat 21,834 1.25Kopi 12,874 1.13Susu 13,074 1.13Buah 65,492 1.82Tembakau 280,058 4.61Sayuran 45,685 1.56Sereal 149,140 2.90Gula 310,344 5.00Daging 2,806 1.00Minol 43,815 1.53Rata-rata 2.05

Tabel 4.14. menunjukkan bahwa industri gula memiliki nilai indeks penyerapan

tenaga kerja terbesar dan penyerapan tenaga kerja terkecil pada industri daging. Industri

gula menyerap tenaga kerja dari mulai tingkat petani tebu, transportasi sampai pabrik gula.

Industri rokok menyerap tenaga kerja terbesar kedua. Dibandingkan dengan industri lainnya,

industri rokok termasuk padat karya.

4.2.5. Kombinasi Indeks

Overlay Indeks-1 dengan Indeks-2. Dari nilai indeks-1 dan indeks-2 industri makanan

olahan bisa dipetakan ke dalam empat kuadran. Kuadran I: kelompok industri yang memiliki

performa ekspor kurang pada pasar potensial; Kuadran II: kelompok industri yang memiliki

performa ekspor bagus pada pasar potensial; Kuadran III: kelompok industri yang memiliki

performa ekpor bagus, pada pasar kurang potensial; dan Kuadran IV: kelompok industri yang

memiliki performa kurang pada pasar tidak potensial.

Page 59: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

43

Gambar 4.1. Overlay Performa Ekspor dengan Pasar Impor

Gambar 4.1. menunjukkan status industri makanan olahan berdasarkan performa

ekspor dan pasar impor. Paling ideal adalah kelompok industri yang berada di kuadran III,

dimana peluang pasar dimanfaatkan secara maksimal. Industri pada kelompok kuadran II,

menghadapi pasar yang relatif mudah, namun belum dimanfaatkan secara maksimal.

Sehingga pada kuadran II potensi ekspor masih bisa ditingkatkan. Kelompok industri pada

kuadran IV, kondisinya berlawanan dengan kuadran II. Pada kuadran IV kemampuan ekspor

sudah tinggi, namun masih bisa ditingkatkan lagi dengan membuka akses pasar ke negara-

negara tujuan ekpor. Kelompok kuadran I, kondisinya paling sulit dikembangkan, karena

kemampuan ekspor masih rendah dan pasar duniapun kurang terbuka.

Overlay Indeks-1 dengan Indeks-4. Perdagangan komoditi tidak hanya sekedar untuk

memperoleh manfaat ekonomi saja. Namun yang lebih penting adalah memperoleh dampak

positif bagi masyarakat secara luas, yang diindikasikan dari tingginya nilai indeks-4 (dampak

sosial ekonomi). Indikator dampak sosial ekonomi penting karena, dampak yang positif

selanjutnya akan menciptakan kondisi yang kondusif bagi produksi komoditi tersebut. Oleh

sebab itu, kombinasi performa ekspor yang bagus dengan dampak sosial ekonomi yang

kuadran I kuadran IV

kuadran IIIkuadran II

Page 60: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

44

positif dapat menetapkan komoditi ekspor prioritas yang tepat. Gambar 4.2. menampilkan

kelompok komoditi sesuai dengan performa ekspor dan dampak sosial ekonomi.

Paling ideal adalah kelompok industri yang berada di kuadran III, potensi ekspor

tinggi dan dampak sosial ekonomi juga tinggi. Di dalam negeri dukungan masyarakat untuk

melestarikan komoditi tersebut cukup tinggi. Industri pada kelompok kuadran II, memiliki

dampak sosial ekonomi yang baik, namun performa ekspor kurang, sehingga sulit

dikembangkan. Kelompok industri pada kuadran IV, berlawanan dengan kuadra II, dimana

performa ekspor tinggi, namun dampak sosial ekonominya rendah. Kelompok kuadran I,

kondisinya paling sulit dikembangkan, karena kemampuan ekspor masih rendah, dampak

sosial ekonomi juga rendah.

Gambar 4.2. Overlay Performa Ekpor Dengan Sosio-Economi

Indeks Komposit. Indeks komposit merupakan nilai akhir, yang merupakan rataan dari nilai

empat indeks dengan pembobotan. Indeks-1 (performa ekspor) diberi bobot 4, indeks-2

(performa impor pasar dunia) diberi bobot 3, indeks-3 (suplai domestik) diberi bobot 2 dan

indeks-4 (dampak sosial ekonomi) diberi bobot 1.

kuadran IV

kuadran IIIkuadran II

kuadran I

Page 61: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

45

Bobot terbesar diberikan bagi indeks-1 dan bobot terbesar kedua indeks-2 dengan

pertimbangan bahwa untuk tujuan pengembangan ekspor, maka peforma ekspor dan

performa pasar dunia menjadi penting karena mencerminkan potensi ekspor langsung baik di

dalam negeri maupun di luar negeri. Sedangkan indeks-3 yang menunjukkan dukungan

dalam negeri yang dilihat dari sisi nilai tambah dan efisiensi aset diberi bobot 2, lebih tinggi

dari bobot indeks-4 yang menunjukkan penyerapan tenaga kerja, yaitu dengan bobot 1.

Tabel 4.15. menampilkan nilai indeks komposit masing-masing kelompok industri

makanan olahan. Berdasarkan nilai indeks komposit yang dicapai tiap semua industri

makanan, kemudian dicari nilai rata-rata indeks (R) dan standar deviasi (SD). Hasil

perhitungan ini digunakan untuk mengelompok status pengembangan ekspor industri

makanan olahan yaitu: (1) kelompok industri prioritas tinggi (nilai indeks ≥ R + ½ SD); (2)

kelompok industri prioritas sedang (nilai indeks pada kisaran (R - ½ SD)< I<(R + ½ SD) dan

(3), kelompok industri prioritas rendah (nilai indeks R - ½ SD).

Tabel 4.15. Performan Ekspor Produk Makanan Olahan Indonesia

Produkmakanan olahan

Pembobot Indekskompositsetelahdibobot

Kriteriaprioritasekspor4 3 2 1

indeks-1 indeks-2 indeks-3 indeks-4Ikan 4.45 4.21 1.25 1.60 3.45 TinggiT e h 3.46 4.01 3.00 1.10 3.29 TinggiTembakau 2.74 2.09 4.69 4.61 3.12 TinggiGula 1.66 4.18 2.30 5.00 2.88 SedangCoklat 2.78 4.49 1.26 1.25 2.83 SedangKopi 2.32 4.87 1.01 1.13 2.70 SedangSereal 2.44 3.40 1.87 2.90 2.66 SedangSayuran 1.86 4.24 2.34 1.56 2.64 SedangBuah 2.40 3.88 1.35 1.82 2.58 SedangSusu 2.02 3.69 1.48 1.13 2.32 RendahDaging 1.12 3.69 2.47 1.00 2.15 RendahMin. beralkohol 1.70 1.59 1.31 1.53 1.57 Rendah

Dari Tabel 4.15. dapat dilihat bahwa komoditi yang memiliki prioritas tinggi untuk

dikembangkan adalah kelompok ikan, teh dan tembakau. Prioritas sedang yaitu kelompok

gula, coklat, kopi, sereal, sayuran, dan buah. Sedangkan kelompok susu, daging dan

minuman beralkohol, prioritasnya rendah.

Indeks komposit sudah memperhitungkan dimensi ekspor, impor dan pasar dunia

serta dimensi sosial dan ekonomi. Nilai indeks komposit sekaligus menunjukkan

Page 62: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

46

keberlanjutan komoditi dimasa yang akan datang, karena didukung oleh banyak faktor.

Komoditi yang indeks kompositnya rendah, dalam jangka panjang sulit dikembangkan

menjadi komoditas ekspor.

4.3. Analisis Daya Saing Produk Makanan Olahan Indonesia di Pasar Internasional

Berdasarkan analisis Trade Performance Index diketahui bahwa 12 produk yang

dikaji dapat dikelompok kedalam tiga kelompok yaitu produk dengan nilai indeks tinggi

(prioritas tinggi), nilai indeks sedang (prioritas sedang) dan nilai indeks rendah (prioritas).

Produk-produk yang termasuk dalam prioritas tinggi adalah: (1) ikan, (2) teh, dan (3)

tembakau; produk dengan prioritas sedang adalah: (1) gula, (2) coklat, (3) kopi, (4) sereal, (5)

sayuran, dan (5) buah-buahan; dan produk dengan prioritas rendah adalah: (1) susu, (2)

daging dan (3) minuman beralkohol.

Untuk menganalisis daya saing dari setiap produk di pasar internasional maka

digunakan Constant Market Share Analysis. Dengan CMSA juga dapat ditentukan aspek-

aspek yang paling signifikan mempengaruhi pertumbuhan ekspor setiap produk. Pada bagian

berikut akan dibahas hasil dari analisis CMSA.

4.3.1. Produk Makanan Olahan Prioritas Tinggi

Ikan. Hasil analisis CMSA untuk kelompok produk ikan disajikan pada Lampiran 1.

Berdasarkan lampiran tersebut secara umum diketahui bahwa produk ikan mencapai total

perubahan yang positif pada setiap periode analisis dan setiap pasar tujuan. Hal tersebut

bermakna bahwa produk ikan mengalami pertumbuhan ekspor yang positif.

Apabila dikaji lebih lanjut ternyata diketahui bahwa pertumbuhan ekspor yang terjadi

pada produk ikan lebih disebabkan oleh pertumbuhan impor di pasar dunia. Disamping itu,

peningkatan ekspor produk ikan juga didorong oleh adanya efek komposisi komoditi dan efek

distribusi pasar yang positif. Efek komposisi komoditi yang positif tercapai di Pasar Amerika

Serikat, Jepang, Uni Eropa, Rusia, Cina, Arab Saudi dan Afrika Selatan pada periode 2004-

2006. Nilai efek komposisi komoditi yang positif tersebut menunjukan bahwa permintaan

terhadap produk ikan dari Indonesia mengalami peningkatan di masing-masing pasar tujuan

ekspor.

Untuk nilai efek distribusi yang positif pada periode analisis 2004-2006 terjadi di

Pasar Jepang, Uni Eropa, Afrika Selatan, Rusia, Cina dan Arab Saudi. Nilai distribusi pasar

Page 63: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

47

yang positif menunjukan bahwa pasar-pasar yang menjadi tujuan ekspor merupakan pasar-

pasar yang memiliki pertumbuhan relatif cepat. Adapun pada Pasar Amerika, efek distribusi

pasar bernilai negatif yang artinya ekspor terkonsentrasi di pasar yang pertumbuhannya

relatif lambat (stagnan). Untuk Brazil dan India mempunyai nilai 0 (nol) karena Indonesia

tidak melakukan ekspor produk ikan ke Negara tersebut pada periode analisis.

Sementara itu terkait dengan daya saing, berdasarkan Lampian 1 juga diketahui

bahwa produk ikan Indonesia mempunyai daya saing yang relatif rendah. Hal tersebut

ditunjukan oleh nilai efek daya saing yang negatif. Nilai daya saing yang tinggi (positif)

hanya dicapai pada periode analisis 2002-2004 pada pasar Rusia dan Cina.

Teh. Untuk produk teh, ekspor Indonesia ke Pasar Dunia mengalami peningkatan pada

periode 2002-2004 dan mengalami penurunan pada periode 2004-2006. Penurunan ekspor teh

Indonesia ke pasar dunia pada periode 2004-2006 lebih dikarenakan efek pertumbuhan impor

yang bernilai negatif (Lampiran 2). Dengan efek pertumbuhan impor tersebut, sekalipun

terjadi peningkatan permintaan terhadap produk teh (efek komposisi komoditi positif), tetap

tidak dapat mencegah kemerosatan nilai ekspor teh Indonesia pada periode tersebut.

Sementara itu untuk pasar tujuan ekspor tertentu, pada periode 2004-2006 efek

komposisi komoditi bernilai negatif di Pasar Amerika, Jepang, Uni Eropa, Afrika Selatan,

Rusia, India, Cina dan Arab Saudi. Adapun efek distribusi pasar mencapai nilai negatif di

Pasar Jepang, Uni Eropa dan India. Nilai efek distribusi pasar positif dicapai untuk ekspor the

ke Pasar Amerika Serikat, Afrika Selatan, Rusia, Cina dan Arab Saudi.

Berdasarkan Lampiran 2 juga diketahui bahwa Indonesia mempunyai daya saing yang

rendah untuk produk teh. Hal tersebut ditunjukan oleh nilai efek daya saing yang negatif pada

periode 2004-2006 di sebagian besar pasar yang dikaji, kecuali Pasar Jepang, Brazil dan India

yang mempunyai nilai efek daya saing positif.

Tembakau. Untuk produk tembakau, terjadi penurunan pertumbuhan konsumsi tembakau di

dunia pada periode 2004-2006 (27.8 miliar US$) dibandingkan periode 2002-2004 (123.5

miliar US$). Hal tersebut berpengaruh terhadap tingkat ekspor produk tembakau dari

Indonesia ke pasar dunia. Namun demikian, produk tembakau Indonesia mengalami

peningkatan daya saing sebesar 56.1 juta US$ pada periode 2004-2006, sehingga mendorong

tingkat permintaan produk tembakau Indonesia.

Page 64: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

48

Berdasarkan Lampiran 3 diketahui bahwa semua pasar tujuan yang dianalisis

mempunyai nilai efek komposisi komoditi yang negatif. Sementara itu untuk efek distribusi

pasar sebagian pasar mencapai nilai positif dan sebagian mencapai nilai negatif. Pada periode

2004-2006, efek distribusi pasar positif terjadi di Pasar Jepang, Brazil, Rusia, India dan Arab

Saudi, sedangkan Pasar Amerika Serikat, Uni Eropa dan Afrika Selatan mempunyai nilai

negatif yang artinya bahwa pasar-pasar tersebut merupakan pasar yang relatif stagnan.

Untuk efek daya saing, produk tembakau Indonesia mempunyai daya saing yang

rendah pada Pasar Amerika Serikat, Jepang, Uni Eropa, Brazil, Rusia, Cina dan Arab Saudi.

Hal tersebut ditunjukan oleh nilai efek daya saing yang negatif pada periode analisis 2004-

2006. Sementara itu, efek daya saing positif dapat dicapai produk tembakau Indonesia di

Pasar Afrika Selatan dan India. Hal tersebut menunjukan bahwa produk tembakau Indonesia

mampu bersaing dengan produk-produk sejenis dari negara pesaing.

4.3.2. Produk Makanan Olahan Prioritas Sedang

Gula. Untuk produk gula, ekspor Indonesia ke Pasar Dunia mengalami peningkatan pada

setiap periode analisis. Peningkatan tersebut lebih disebabkan oleh efek pertumbuhan impor

dunia. Sementara itu, dorongan peningkatan ekspor dari efek komposisi komoditi dan daya

saing relatif kecil.

Pada periode 2004-2006, untuk semua pasar tujuan yang dianalisis mempunyai nilai

efek komposisi komoditi yang positif (Lampiran 4). Adapun untuk efek distribusi pasar, nilai

positif dicapai di Pasar Amerika Serikat, Rusia, Cina dan Arab Saudi, sedangkan Jepang, Uni

Eropa, Afrika Selatan, Brazil dan India mempunyai nilai negatif.

Berdasarkan Lampiran 4 juga diketahui bahwa Indonesia mempunyai daya saing yang

relative rendah untuk produk gula di sebagian besar pasar tujuan ekspor. Hal ini ditunjukan

oleh nilai efek daya saing yang negatif pada Pasar Amerika Serikat, Uni Eropa, Afrika

Selatan, Brazil, Rusia, Cina dan Arab Saudi. Sementara itu, pada pasar Jepang dan India,

ekspor produk gula Indonesia mempunyai nilai efek daya saing positif. Artinya ekspor

produk gula Indonesia mempunyai daya saing yang tinggi pada pasar-pasar tersebut.

Cokelat. Untuk produk coklat, pertumbuhan tingkat konsumsi dunia akan coklat menurun

pada periode 2004-2006 (efek perdagangan dunia) (Lampiran 5). Sementara itu, pertumbuhan

permintaan akan produk coklat dari Indonesia justru mengalami peningkatan pada periode

Page 65: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

49

tersebut. Hal ini dikarenakan produk coklat dari Indonesia mengalami peningkatan daya

saing.

Pada periode 2002-2004, untuk semua pasar yang dianalisis mempunyai nilai efek

komposisi komoditi yang positif, sedangkan pada periode 2004-2006 nilainya negatif. Untuk

efek distribusi pasar, nilai positif terjadi untuk ekspor produk coklat ke Pasar Afrika Selatan,

Brazil, Rusia India, Cina dan Arab Saudi, sedangkan pada Pasar Amerika Serikat, Jepang dan

Uni Eropa mempunyai nilai negatif. Berdasarkan Lampiran 5 diketahui bahwa Indonesia

mempunyai daya saing yang rendah untuk produk coklat, ditunjukan dengan nilai efek daya

saing yang negatif.

Kopi. Ekspor produk kopi Indonesia ke Pasar Dunia mengalami peningkatan pada setiap

periode análisis (Lampiran 6). Peningkatan tersebut lebih disebabkan oleh dorongan dari

pertumbuhan impor dunia. Sementara itu, efek daya saing dari produk kopi bernilai negatif

untuk semua periode analisis. Hal tersebut menunjukan bahwa daya saing produk kopi

Indonesia relatif lebih rendah dibandingkan negara pesaing.

Untuk ekspor ke Pasar Amerika Serikat, Jepang, Uni Eropa, Rusia, Cina dan Arab

Saudi mencapai nilai efek komposisi komoditi yang positif pada periode 2004-2006. Untuk

efek distribusi pasar, nilai positif dicapai pada Pasar Uni Eropa, Rusia dan Cina, sedangkan

Pasar Amerika Serikat, Jepang dan Arab Saudi mempunyai nilai negatif. Nilai efek distribusi

pasar positif artinya Indonesia mampu meningkatkan ekspor di pasar yang tumbuh relatif

cepat. Untuk Brazil dan India mempunyai nilai 0 (nol) karena Indonesia tidak melakukan

ekspor produk kopi ke negara tersebut pada periode analisis.

Untuk efek daya saing diketahui bahwa produk kopi mempunayai daya saing yang

relatif rendah di sebagian besar pasar tujuan ekspor. Hal ini ditunjukan oleh nilai efek daya

saing yang negatif. Daya saing yang tinggi pada produk kopi Indonesia dapat dicapai pada

Pasar Jepang dan Afrika Selatan.

Sereal. Untuk produk sereal, terjadi penurunan pertumbuhan konsumsi produk sereal di

dunia (Lampiran 7). Penurunan tersebut berpengaruh terhadap tingkat ekspor produk sereal

dari Indonesia ke pasar dunia. Pertumbuhan ekspor sereal Indonesia menurun. Namun disisi

lain, produk sereal Indonesia mengalami peningkatan daya saing, sehingga mendorong

tingkat permintaan produk sereal Indonesia.

Page 66: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

50

Pada periode 2004-2006, Semua pasar tujuan yang dianalisis mempunyai nilai efek

komposisi komoditi yang negatif. Sementara itu, nilai efek distribusi pasar berbeda pada

setiap negara tujuan ekspor. Nilai distribusi pasar positif terjadi di Pasar Amerika Serikat,

Afrika Selatan, Rusia, Cina dan Arab Saudi, sedangkan Pasar Jepang, Uni Eropa, Brazil dan

India mempunyai nilai negative.

Berdasarkan Lampiran 7 juga diketahui bahwa Indonesia mempunyai daya saing yang

rendah untuk produk sereal pada periode 2004-2006 di sebagian besar pasar yang dianalisis.

Nilai daya saing yang relative baik dari produk sereal Indonesia terjadi di Pasar Rusia.

Sayuran. Ekspor produk sayuran Indonesia ke Pasar Dunia mengalami peningkatan pada

setiap periode análisis (Lampiran 8). Peningkatan tersebut lebih disebabkan oleh efek

pertumbuhan impor yang mendorong. Peningkatan ekspor produk sayuran Indonesia ke pasar

dunia pada periode 2004-2006 juga dikarenakan adanya peningkatan efek daya saing dan

efek komposisi komoditi. Pada saat yang sama pertumbuhan permintaan produk sayuran dari

Indonesia mengalami peningkatan (efek komposisi komoditas).

Untuk pasar tujuan ekspor yang dikaji, efek komposisi komoditi bernilai negatif di

Pasar Amerika Serikat, Jepang, Uni Eropa, Afrika Selatan, Rusia India, Cina dan Arab Saudi.

Untuk efek distribusi pasar nilai positif dicapai di Pasar Afrika Selatan, Rusia, India, Cina

dan Arab Saudi, sedangkan Amerika, Jepang dan Uni Eropa mempunyai nilai negatif. Untuk

Brazil mempunyai nilai 0 (nol) karena Indonesia tidak melakukan ekspor produk sayuran ke

negara tersebut pada tahun 2004.

Berdasarkan Lampiran 8 juga diketahui bahwa produk sayuran Indonesia mempunyai

daya saing yang rendah di sebagian besar pasar yang dikaji. Hal ini menunjukan bahwa

produk sayuran Indonesia kalah bersaing dengan produk dari negara produsen lainnya. Nilai

positif untuk efek daya saing produk sayuran hanya dicapai di Pasar Brazil.

Buah-buahan. Untuk produk buah-buhan, ekspor Indonesia ke Pasar Dunia mengalami

peningkatan pada setiap periode analisis (Lampiran 9). Peningkatan tersebut lebih disebabkan

oleh efek pertumbuhan impor yang mendorong. Sementara itu, dorongan peningkatan ekspor

dari efek komposisi komoditi dan daya saing relatif kecil

Untuk semua pasar tujuan yang dianalisis mempunyai nilai efek komposisi komoditi

yang negatif. Pada periode 2004-2006, nilai efek distribusi pasar positif dicapai di Pasar Uni

Page 67: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

51

Eropa, Afrika Selatan, Brazil, Rusia, India, Cina dan Arab Saudi, sedangkan di Pasar

Amerika Serikat dan Jepang mempunyai nilai negatif.

Indonesia mempunyai daya saing yang rendah untuk produk buah. Hal ini ditunjukan

oleh nilai efek daya saing yang negatif pada periode analisis 2004-2006. Efek daya saing

positif hanya terjadi di Pasar Jepang. Hal ini menunjukan bahwa produk buah Indonesia

mampu bersaing dengan produk sejenis dari negara pesaing hanya di Pasar Jepang sedangkan

di pasar lainnya produk buah Indonesia kalah bersaing.

4.3.3. Produk Makanan Olahan Prioritas Rendah

Berbahan Baku Susu. Untuk susu, penurunan pertumbuhan konsumsi makanan berbahan

baku susu di dunia, memiliki pengaruh terhadap tingkat ekspor susu dari Indonesia ke pasar

dunia. Pada periode 2002-2004 pertumbuhan ekspor produk barbahan baku susu Indonesia

adalah positif dan susu Indonesia mengalami peningkatan daya saing dari periode 2002-2004

ke periode 2004-2006, sehingga mendorong tingkat permintaan susu Indonesia (Lampiran

10).

Berdasarkan Lampiran 10 diketahui bahwa semua pasar tujuan yang dianalisis

mempunyai nilai efek komposisi komoditi 0 (nol). Hal ini dikarenakan pada tahun 2004

Indonesia belum melakukan ekspor susu ke pasar tujuan yang dianalisis, kecuali untuk

Amerika dan Arab Saudi yang mempunyai nilai efek komoditi negatif. Adapun nilai efek

distribusi pasar positif dicapai di Pasar Arab Saudi, sedangkan Amerika mempunyai nilai

negatif. Untuk daya saing, Indonesia mempunyai daya saing yang rendah untuk produk susu

di Pasar Amerika Serikat dan Arab Saudi. Hal ini ditunjukan oleh nilai efek daya saing yang

negatif pada periode analisis 2004-2006.

Daging. Untuk produk daging, ekspor Indonesia ke Pasar Dunia mengalami peningkatan

pada setiap periode analisis. Peningkatan tersebut lebih disebabkan oleh efek pertumbuhan

impor yang mendorong (Lampiran 11). Disamping itu, peningkatan ekspor juga didorong

oleh peningkatan dari efek komposisi komoditi pada periode 2004-2006.

Pada periode 2004-2006, untuk semua pasar tujuan yang dianalisis mempunyai nilai

efek komposisi komoditi yang negatif. Untuk efek distribusi pasar, nilai positif dicapai di

Pasar Uni Eropa, Afrika Selatan, India, Cina dan Arab Saudi, sedangkan di Pasar Amerika

Serikat dan Jepang mempunyai nilai negatif yang artinya kedua pasar tersebut merupakan

Page 68: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

52

pasar yang relatif stagnan. Untuk Brazil dan Rusia mempunyai nilai 0 (nol) karena Indonesia

tidak melakukan ekspor produk daging ke negara tersebut pada periode analisis.

Berdasarkan Lampiran 11 juga diketahui bahwa produk daging Indonesia pada pasar

Uni Eropa, Afrika Selatan, India dan Cina mempunyai daya saing yang rendah sedangkan

pada Pasar Amerika Serikat, Jepang dan Arab Saudi, ekspor produk daging Indonesia

mempunyai daya saing yang relative meningkat.

Minuman Beralkohol. Untuk produk minuman beralkohol, ekspor Indonesia ke Pasar Dunia

mengalami peningkatan pada setiap periode analisis (Lampiran 12). Peningkatan tersebut

lebih disebabkan oleh dorongan dari pertumbuhan impor dunia. Disamping itu, juga didorong

oleh peningkatan permintaan terhadap minuman beralkohol dari Indonesai untuk periode

2004-2006.

Pada periode 2004-2006, untuk Pasar Jepang, Uni Eropa, Afrika Selatan, India dan

Arab Saudi mempunyai nilai efek komposisi komoditi yang positif. Adapun nilai efek

distribusi pasar positif dicapai di Pasar Amerika Serikat, Afrika Selatan, Cina dan Arab

Saudi, sedangkan pada Pasar Jepang, Uni Eropa dan India mempunyai nilai negatif.

Indonesia mempunyai daya saing yang rendah untuk produk minuman beralkohol

pada pasar Amerika, Jepang, Uni Eropa, Cina dan Arab Saudi. Hal ini ditunjukan oleh nilai

efek daya saing yang negatif pada periode analisis 2004-2006. Efek daya saing positif dapat

dicapai di pasar Afrika Selatan dan India.

4.4. Hasil Survei Lapangan

4.4.1. Dalam Negeri

Berdasarkan hasil pengolahan data yang diperoleh dari hasil survei lapangan diketahui

bahwa jenis usaha responden sebagian besar berperan sebagai eksportir sekaligus produsen

(77 persen). Sementara itu, yang hanya berperan sebagai eksportir adalah sebanyak 8 persen

dan sebagai produsen sebanyak 15 persen. Lebih lanjut, informasi yang diperoleh

menunjukan bahwa sebagian besar industri makanan olahan Indonesia menggunakan bahan

baku lokal. Penggunaan bahan baku lokal lebih dari 60 persen diungkapkan oleh 54 persen

responden. Adapun industri yang menggunakan 100 persen bahan baku lokal diungkapkan

Page 69: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

53

oleh 38 persen responden. Namun demikian terdapat industri (8 persen responden) yang

menggunakan bahan baku impor lebih dari 80 persen (Gambar 4.3.).

Penggunaan bahan baku produksi responden

100% LOKAL

38%

>60% LOKAL

54%

>80% IMPOR

8%

Jenis usaha responden:

100% berbentuk PT dan berstatus PMDN

Eksportir

Produsen;

77%

Produsen;

15%

Eksportir;

8%

Gambar 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan Bahan Baku dan JenisUsaha

Dalam penggunaan informasi, berbagai media informasi yang ada umumnya

digunakan oleh seluruh responden. Sumber informasi dari pameran, internet dan badan

pengembangan ekspor nasional diungkapkan oleh 18 persen responden. Sementara itu,

informasi yang bersumber dari asosiasi eksportir dalam negeri, asosiasi importir negera

tujuan dan instansi pembina produksi diungkapkan oleh 15 persen responden. Namun

demikian, berdasarkan tingkat frekuensi penggunaan informasi pasar ekspor diketahui bahwa

internet merupakan sumber informasi yang sering digunakan oleh responden. Hal tersebut

diungkapkan oleh 37 persen responden. Sumber informasi lainnya yang juga sering

digunakan oleh responden adalah pameran (diungkapkan oleh 22 persen responden), asosiasi

eksportir dalam negeri (17 persen), badan pengembangan ekspor nasional (15 persen) dan

asosiasi importir luar negeri (9 persen).

Page 70: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

54

17%

9%

15%

0%

37%

22%Pameran

Internet

Instansi pembina produksi

BPEN

Asosiasi Importir LN

Asosiasi Eksportir DN

Sumber informasi pasar ekspor yang sering digunakan responden

Gambar 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber InformasiPasar yang Digunakan

Terkait dengan informasi yang dibutuhkan, terungkap bahwa berbagai informasi

dibutuhkan oleh responden. Informasi yang dibutuhkan oleh responden tersebut mencakup

informasi 1) market sizes, segment and development; 2) market restriction (standar and

legislation); market players (domestic and foreign); 3) product (characterictics,

development, innovation); 4) price (ritel, wholesale, industry, profit margin); and 5)

packaging/label. Distribusi responden untuk setiap jenis informasi tersebut disajikan pada

Gambar 4.5.

27%

18%

18%

14%

9%

14%Market sizes, segments, and

development

Market restrictions (standard &

legislation)

Market players (domestic &

foreign)

Products (characteristics,

development, innovation)

Prices (ritel, wholesale, industry,

profit margin)

Packaging/Label

Informasi yang sangat dibutuhkan oleh responden

Gambar 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis InformasiPasar yang Dibutuhkan

Sementara itu, terkait pengembangan ekspor diketahui bahwa 28 persen responden

mengungkapkan pengembangan pasar baru sebagai hal yang sangat penting dalam

pengembangan ekspor. Lebih lanjut hal yang dianggap sangat penting terkait pengembangan

Page 71: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

55

ekspor adalah memelihara pasar yang sudah ada diungkapkan oleh 61 persen responden.

Informasi lebih rinci terkait dengan hal-hal penting untuk pengembangan ekspor disajikan

pada Gambar 4.6.

Pengembangan pasar baru

Perluasan segmen pasar

Memelihara pasar yang ada

28%

11%

61%

Faktor penting dalam pengembangan pasar ekspor menurut responden

Gambar 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Hal Penting untukPengembangan Ekspor

Untuk faktor-faktor yang dinilai menghambat oleh responden dalam pengembangan

usaha disajikan pada Gambar 4.7. Berdasarkan gambar tersebut diketahui bahwa biaya listrik

yang makin mahal, biaya BBM, ketersediaan bahan baku dalam negeri, ketersedian bahan

baku impor dan biaya bahan baku sebagai faktor–faktor yang dinilai sangat menghambat

produksi.

Ketersediaan bahan baku dari dalam negeri

Ketersediaan bahan baku dari impor

Ketersediaan tenaga kerja terampil

Biaya bahan baku yang makin mahal

Biaya tenaga kerja yang makin mahal

Biaya listrik yang makin mahal

Biaya BBM yang makin mahal

Peraturan Pemda yang memberatkan

Pungutan oleh oknum Pemda

Pemanfaatan dan penguasaan tehnologi

7%

7%

5%

13%

12%

13%

13%

12%

10%

8%

Faktor penghambat produksi menurut responden

Gambar 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Penghambat Produksi

Page 72: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

56

Penilaian responden untuk faktor permasalahan internal yang dihadapi perusahaan

ditunjukan pada Gambar 4.8. Berdasarkan gambar tersebut diketahui bahwa pasokan bahan

baku, kualitas, mitra dagang sulit dicari, terbatasnya komponen pendukung, kontinuitas

pengiriman barang dan harga bersaing sebagai faktor–faktor internal yang dinilai bermasalah

oleh responden.

Rendahnya produktivitas

Pasokan bahan baku

Pemenuhan kualitas sesuai permintaan

Persaingan harga

Kesulitan mencari pembeli di luar negeri

Kontinuitas pengiriman barang

21%

37%

11%

11%

11%

11%

Permasalahan internal yang dihadapi perusahaan menurut responden

Gambar 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Permasalahan Internal

Penilaian responden terkait faktor-faktor keunggulan negara pesaing ditunjukan pada

Gambar 4.9. Berdasarkan gambar tersebut diketahui bahwa harga yang lebih murah, promosi

yang lebih efektif dan mendapat fasilitas dari pemerintahnya sebagai faktor-faktor

keunggulan produk negara pesaing yang dinilai sangat penting oleh sebagian besar

responden. Untuk faktor keunggulan lainnya yang juga cukup dominan diungkapkan oleh

responden adalah kualitas yang lebih baik, kemasan yang lebih menarik, kontinuitas supply

yang terjamin, dan ketepatan waktu pengiriman.

Harga yang lebih murah

Kualitas yang lebih baik

Kemasan yang lebih menarik

Promosi yang lebih intensif

Memperoleh fasilitas daripemerintahnya

Kontinuitas suplai yang terjamin

17%

15%

17%

17%

17%

17%

Faktor keunggulan produk dari negara pesaing menurut responden

Page 73: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

57

Gambar 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Keunggulan ProdukNegara Pesaing

Penilaian responden terkait kebijakan pemerintah yang harus dilakukan untuk

meningkatkan produktivitas ditunjukan pada Gambar 4.10. Berdasarkan gambar tersebut

diketahui bahwa insentif pajak, perbaikan infrastruktur, perbaikan kebijakan ketenagakerjaan

dan fasilitas tarif bahan baku sebagai kebijakan yang dinilai sangat prioritas oleh sebagian

besar responden.

13%

13%

12%

13%

12%

12%

12%

13%Perbaikan infrastruktur

Penyediaan utilitas (Gas, Listrik, Air)

Ketersediaan transportasi

Meminimumkan pungli

Pemberian fasilitas tarif bahan baku impor

Pembinaan produksi

Perbaikan kebijakan ketenagakerjaan

Insentif pajak

Prioritas kebijakan yang harus dilakukan pemerintah untuk meningkatkan

produktivitas menurut responden

Gambar 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan KebijakanPeningkatan Produktivitas

Penilaian responden terkait kebijakan pemerintah yang harus dilakukan untuk

peningkatan SDM ditunjukan pada Gambar 4.11. Berdasarkan gambar tersebut diketahui

bahwa pengembangan sistem informasi dan teknologi sebagai kebijakan yang dinilai sangat

prioritas oleh sebagian besar responden. Untuk kebijakan prioritas lainnya yang juga cukup

dominan diungkapkan oleh responden adalah peningkatan kompetensi SDM ekspor-impor

dan perbaikan kesejahteraan SDM ekspor-impor.

Page 74: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

58

Peningkatan Kompetensi SDM

Peningkatan Kesejahteraan SDM

Pengembangan Sistem Informasidan Teknologi

33%

22%

44%

Kebijakan Pemerintah yang sangat prioritas untuk meningkatkan SDM dalamrangka peningkatan ekspor menurut responden

Gambar 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Kebijakan Peningkatan SDM

Penilaian responden terkait kebijakan pemerintah yang harus dilakukan untuk

mendorong ekspor ditunjukan pada Gambar 4.12. Berdasarkan gambar tersebut diketahui

bahwa membangun image produk Indonesia, aktif dalam pameran dan trade mission dan

revitalisasi badan promosi ekspor merupaka kebijakan yang dinilai sangat prioritas untuk

mendorong ekspor oleh sebagian besar responden.

Peningkatan kompetensi SDM

Peningkatan kemampuan ekspor perusahaan

Membangun image produk Indonesia

Revitalisasi badan promosi ekspor

Kemitraan dg KADIN & Asosiasi Pengusaha

Pemanfaatan bantuan LN & DN

Aktif dlm pameran & trade mission

12%

12%

23%

19%

4%

9%

22%

Prioritas kebijakan pemerintah dalam mendorong ekspor menurut responden

Gambar 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Kebijakan Mendorong EksporLebih lanjut, berdasarkan berbagai sumber literatur diketahui beberapa permasalahan

yang masih dihadapi oleh industri makanan olahan dalam negeri adalah a) masih banyaknya

ekspor dalam bentuk produk primer hasil pertanian seperti CPO, biji kakao, mete dan lain-

lain; b) Pemanfaatan (utilisasi) industri masih belum optimal (rata-rata 50%) sebagai dampak

Page 75: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

59

adanya kekurangan bahan baku; c) Pengolahan produk pasca panen masih dilakukan secara

tradisional sehingga mempengaruhi mutu produk industri makanan; d) tingginya suku bunga

dan kurangnya dukungan permodalan; e) terbatasnya industri pendukung terutama mesin,

peralatan dan kemasan; f) belum berkembangnya kesamaan persepsi mengena otonomi

daerah sehingga iklim usaha cenderung kurang kondusif dan kebijakan di daerah menjadi

beragam; g) masih rendahnya nilai tambah dan mutu produk berbasis SDA; h) Indonesia

belum terintegrasi dalam production network/supply chain (industri hulu-industri

manufaktur-industri hilir); h) produk makanan olahan Indonesia banyak yang belum

memenuhi standar dan labelling di negara tujuan; dan i) produk makanan olahan belum

memiliki pangsa pasar yang kuat di pasar dunia; dan j) struktur biaya pada industri makanan

di Indonesia masih terlalu tinggi.

Sementara itu, permasalahan yang dihadapi oleh industri makanan olahan dalam

melakukan ekspor adalah:

1) Tarif bea masuk yang bervariasi di negara tujuan ekspor berdasarkan jenis produk;

2) Meningkatnya issue global seperti issue lingkungan, food safety, dan sanitary and

phytosanita (SP) sebagai hambatan teknis (Technical Barriers to Trade);

3) Munculnya negara pesaing seperti Cina, Taiwan, Thailand, Vietnam dan Malaysia;

4) Tuntutan pasar dunia terhadap produk-produk yang aman dikonsumsi dan akrab

lingkungan yang semakin besar;

5) Meningkatnya penolakan produk makanan yang diekspor ke beberapa negara karena

adanya kontaminasi fisik, biologi/mikrobiologi, kimia dan lingkungan;

6) Sulitnya memasuki pasar ASEAN karena produk serupa dari ASEAN kualitasnya lebih

baik dan harganya lebih murah. Di samping itu, banyaknya perusahaan multinasional

yang membuka pabrik di ASEAN.

Adapun beberapa peluang yang dapat diidentifikasi berdasarkan hasil analisis adalah

(1) pertumbuhan impor dunia untuk produk makanan olahan yang cenderung akan terus

terjadi sebagai konsekuensi peningkatan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi dunia;

(2) adanya kesepakatan WTO yang mendorong penghapusan berbagai bentuk hambatan

perdagangan baik dalam bentuk tarif maupun non-tarif akan membuka kesempatan untuk

meningkatkan ekspor ke berbagai negara tujuan; dan (3) masih relatif terbukanya pasar tujuan

ekspor baru bagi produk makanan olahan Indonesia, seperti pasar Timur Tengah.

Page 76: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

60

4.4.2. Luar Negeri

a) Jepang

o Ketentuan Jepang yang mengatur keamanan produk makanan (food safety) sangat

ketat dan kompleks. Ketentuan tersebut bertujuan untuk melindungi konsumen dari

produk makanan impor yang tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan.

o Ketentuan food safety yang dikeluarkan oleh pemerintah Jepang memperoleh

dukungan dari masyarakatnya.

o Menurut persepsi konsumen Jepang bahwa produk makanan impor memiliki

ketidakamanan yang tinggi terhadap kesehatan.

b) Korea

o Produk Makanan Olahan Indonesia di Korea di konsumsi terutama oleh orang

Indonesia yang bermukim disana selain diminati pula oleh konsumen asal Malaysia,

Thailand, Vietnam, dan sedikit warga setempat.

o Beberapa Produk makana olahan Indonesia kurang memenuhi persyaratan standar

Korean Food Drug Administration (KFDA).

o Beberapa Produk yang sudah memenuhi KFDA merupakan produk dengan modifikasi

bahan seperti tidak menggunakan siklamat, MSG, dan CMC thickening agent.

o Produk Kopi Three in One produk nestle yang laku merupakan produk dari Vietnam.

o Akan dilakukan kerjasama untuk pengembangan produk pure mengkudu dari

Indonesia.

c) Vietnam

o Produk-produk makanan olahan yang paling banyak diimpor oleh Vietnam meliputi

produk-produk yang masuk dalam kategori HS 15 (Animal,vegetable fats and oils,

cleavage products, etc), 08 (Edible fruits, nuts, peel of citrus fruit, melons), HS 03

(Fish, crustaceans, molluscs, aquatic invertebrates nes), HS 09 (Coffee, tea, mate and

spices), HS 24 (Tobacco and manufactured tobacco substitutes) dan HS 21

(Miscellaneous edible preparations).

o Ekspor Indonesia untuk produk 0910 (Ginger, saffron, turmeric, thyme, bay leaves &

curry) dan 0901 (coffee) yang saat ini pangsa pasarnya di Vietnam hanya mencapai

7.64% dan 0%.

o Peluang lain adalah untuk produk yang masuk dalam kategori HS 21 (Miscellaneous

edible preparations) dan HS 24 (Tobacco and manufactured tobacco substitutes)

terutama untuk produk-produk yang masuk dalam kelompok 2103 (sauces mixed

Page 77: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

61

condimants&mixed seasonings), 2105 (ice cream), 2104 (soups, broths&preparations

thereof), dan 2102 (yeast) yang pangsa pasarnya di Vietnam relatif kecil bahkan nol.

o Importir makanan olahan dari Indonesia masih kalah dibanding produk dari Thailand,

Vietnam, Malaysia, dan China produk terutama dalam hal kemasan.

o Produk Indonesia sangat sedikit sekali yang memiliki produk makanan yang diolah

(less processed food product).

o Vietnam memberikan beberapa insentif bagi investor yang mengembangkan usahanya

di Vietnam.

d) Uni Eropa

Secara umum, Uni Eropa merupakan Negara tujuan ekspor penting bagi tiga produk yang

dihasilkan oleh negara berkembang yaitu kopi, teh, dan cokelat.

Kopi. Total konsumsi kopi di Uni Eropa sebesar 2,5 juta ton, dengan rata-rata konsumsi

perkapita sebesar 5 kg per tahun (2006). Konsumen utama kopi Uni Eropa adalah Jerman,

Italia dan Prancis (+50 % total konsumsi kopi Uni Eropa). Dengan mengambil pasar bersama

yang organic dan jujur mereka dapat mewakili 2 persen dari total pasar kopi. Antara tahun

2002 dan 2006, nilai impor kopi meningkat 14% per tahun, dan volumenya meningkat 3%,

sebesar 6,3 milyar euro/3,3 juta ton pada tahun 2005. Jerman merupakan Negara importir

utama Uni Eropa, diikuti oleh Prancis, Italia dan Belgia. Pada umumnya impor datang

langsung dari negara berkembang, penyuplai utama adalah Brazil dan Vietnam, dengan

impor langsung sebesar 67% dari nilai dan 80% dari volume total impor.

Teh. Tahun 2006, jumlah konsumsi teh di Uni Eropa sebesar 243,3 ribu ton, sekitar 135,4

ribu ton dikonsumsi oleh masyarakat Inggris (International Tea Committee, 2008), disusul

Polandia, Jerman, Prancis, Irlandia, dan Belanda. Konsumsi teh perkapita yang terbesar ada

di Negara Irlandia dan Inggris. Secara umum konsumsi teh di UE mengalami penurunan,

namun demikian konsumsi teh hijau mengalami peningkatan. Impor teh yang masuk ke Uni

Eropa menurun setiap tahun sejak tahun 2002 hingga 2006. Periode 2004-2006 impor sebesar

801 juta euro/336 ratus ton. Kecuali Belanda, impor oleh negara pengkonsumsi utama di Uni

Eropa mengalami penurunan. Bagaimanapun, impor negara-negara Eropa Timur, Eropa

Selatan dan Eropa Tengah menunjukkan perkembangan yang jauh lebih baik. Lebih dari 60%

impor teh Uni Eropa bersumber langsung dari Uni Eropa, kemudian diekspor kembali oleh

Page 78: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

62

negara-negara Uni Eropa. Impor teh hitam menunjukkan penurunan, sedangkan impor teh

hijau meningkat.

Cokelat. Negara anggota Uni Eropa yang utama mengkonsumsi cokelat adalah Belanda dan

Jerman. Negara lain yang mempengaruhi peningkatan konsumsi cokelat adalah Prancis dan

Inggris. Pada tahun 2005/ 2006 konsumsi cokelat di Uni Eropa sebesar 1,4 juta ton,

meningkat 3% per tahun sejak tahun 2001/2002. Negara konsumen terbesar adalah Jerman,

Prancis dan Inggris. Produk coklat sangat terkenal di Belgia, Jerman, Irlandia, Inggris dan

Austria, masing-masing memiliki konsumsi 8 kg per kapita atau lebih tinggi dari tahun 2005.

Pada tahun yang sama, konsumsi total sebesar 2,4 juta ton dan diperkirakan akan terus

mengalami peningkatan. Share produksi cokelat terhitung masih kecil dibanding dengan total

pasarnya, tapi share ini diyakini akan meningkat secara cepat. Baik dari sisi nilai maupun

volume, impor negara Uni Eropa terhadap biji coklat, pasta coklat dan coklat bubuk menurun

pada periode 2002-2006, khusunya coklat bubuk, sebesar 2,1 miliyar euro, 565 juta euro dan

294 juta euro pada tahun terakhir. Impor mentega coklat meningkat menjadi sebesar 1,3

milyar euro. Belanda, Jerman, Belgia dan Prancis merupakan Negara importir utama biji

coklat dan produk-produk turunannya. Hampir 90% dari impor biji coklat yang asli berasal

dari negara berkembang. Impor bubuk coklat lebih banyak dan meningkat dengan cepat dari

Negara-negara Uni Eropa.

Page 79: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

63

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

5.1. Kesimpulan

Industri makanan merupakan salah satu sektor industri yang memiliki kontribusi

penting dalam perekonomian Indonesia, baik dalam pembentukan PDB, ekspor dan

penciptaan lapangan kerja, maupun pendukung bagi perkembangan sektor industri lainnya.

Peranan industri makanan (termasuk minuman dan tembakau) dalam pembentukan PDB pada

tahun 2007 sekitar 7% dengan nilai Rp. 136,7 triliun atau tumbuh 5% dibandingkan dengan

tahun 2006. Di bidang ekspor, produk makanan olahan merupakan komoditi yang potensial

untuk dikembangkan dalam upaya peningkatan ekspor non migas. Nilai ekspor produk

makanan olahan pada tahun 2007 mengalami peningkatan 14,7%, dari US$ 1,96 miliar pada

tahun 2006 menjadi US$ 2,25 miliar. Jumlah usaha dalam industri ini di Indonesia mencapai

sekitar 916 ribu unit usaha dengan melibatkan sekitar 3,5 juta tenaga kerja. Trend

pertumbuhan impor makanan dunia yang tinggi (12%) tidak dibarengi dengan pertumbuhan

ekspor makanan olahan Indonesia (5%). Pangsa pasar produk makanan olahan Indonesia

yang masih relatif rendah (0,7%) di pasar internasional. Hasil kajian pengembangan ekspor

produk olahan sebagaimana diuraikan pada bab-bab terdahulu dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Berdasarkan analisis dengan menggunakan metode yang dikembangkan ITC dalam

menentukan industri prioritas pengembangan ekspor diperoleh hasil sebagai berikut:

Prioritas tinggi : produk ikan, teh dan tembakau

Prioritas sedang: produk gula, coklat, kopi, sereal, sayur dan buah

Prioritas rendah: produk susu, daging dan minuman beralkohol

Hasil analisis tersebut sudah memperhitungkan dimensi ekspor, impor dan pasar dunia

serta dimensi produksi dan sosial ekonomi. Hasil tersebut sekaligus mempertimbangkan

faktor keberlanjutan ekspor produk pada masa yang akan datang.

2. Daya saing produk makanan olahan prioritas tinggi Indonesia mengalami penurunan di

pasar internasional :

Page 80: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

64

Produk ikan menurun di semua pasar yang dianalisis dan memiliki peluang pasar di

Brazil dan India, namun tingkat tarif relatif tinggi (35,5%).

Produk teh memiliki daya saing tinggi di pasar Jepang dan India, namun permintaan

di negara tersebut sudah levelling off. Permintaan pasar di Amerika Serikat, Rusia,

China, Arab Saudi dan Afrika masih tinggi, serta pengembangan ekspor ke pasar

Brazil cukup potensial.

Daya saing produk tembakau menurun di semua pasar yang dianalisis kecuali pasar

Afrika. Permintaan pasar impor di Jepang, Brazil, Rusia, China dan Arab Saudi masih

memiliki potensi untuk dimanfaatkan.

3. Peluang dan hambatan ekspor yang dihadapi setiap produk memiliki kesamaan di banyak

negara tujuan, namun setiap produk juga memiliki keunikan masing-masing yang tidak

dapat digeneralisasi. Untuk itu, promosi harus dilakukan secara terarah dan tepat sasaran,

apakah suatu produk dipromosikan untuk mempertahankan pasar atau membuka peluang

pasar baru.

5.2. Implikasi Kebijakan

Perumusan strategi dan kebijakan pengembangan pasar eskpor merupakan satu hal

yang sangat penting untuk dilakukan guna mendorong pertumbuhan ekspor produk makanan

olahan. Perumusan strategi harus didasarkan suatu pendekatan yang bersifat komprehensif

dan menyeluruh dalam menangkap berbagai fenomena yang terjadi. Perumusan strategi dan

kebijakan yang akan diuraikan pada bagian berikut merupakan hasil analisis dari berbagai

temuan dari kajian yang telah diuraikan pada bab-bab terdahulu.

5.2.1. Rumusan Strategi dan Kebijakan Umum

Berdasarkan kesimpulan dari analisis ITC, CMSA dan persepsi pelaku usaha maka

strategi dan kebijakan umum yang perlu dilakukan oleh pemerintah untuk mendorong ekspor

produk makanan olahan Indonesia adalah:

1) Peningkatan ketersediaan pasokan bahan baku lokal melalui peningkatan produksi dan

produktivitas sektor/industri penyedia bahan baku dan mendorong pengembangan

industri pendukung lainnya;

2) Peningkatan efisiensi industri untuk menekan biaya produksi akibat kenaikan harga

BBM dan listrik;

Page 81: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

65

3) Peningkatan ketersediaan infrastruktur utama (listrik, air, gas, jalan dan sistem teknologi

informasi) untuk mengurangi biaya ekonomi tinggi serta pemberian insentif yang dapat

mendorong produktivitas dan daya saing industri;

4) Pengembangan pasar baru yang potensial di luar Jepang dan Amerika Serikat (seperti:

timur tengah) melalui peningkatan promosi ekspor;

5) Mempertahankan kerjasama dengan mitra dagang dan mengembangkan jejaring untuk

memperluas mitra dagang di negara tujuan ekspor; dan

6) Peningkatan kualitas produk diiringi dengan brand image development produk nasional

di pasar internasional.

5.2.2. Rumusan Strategi dan Kebijakan Spesifik Komoditi

Hasil kajian menunjukan bahwa peluang dan hambatan yang dihadapi masing-masing

industri makanan olahan Indonesia memiliki kesamaan dalam hal-hal tertentu tetapi juga

memiliki keunikan masing-masing yang tidak dapat digeneralisasikan. Oleh karena itu, pada

bagian berikut akan diuraikan rumusan strategi dan kebijakan untuk masing-masing produk

industri makanan olahan Tabel 5.1. sampai dengan Tabel 5.3.

Page 82: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

66

Tabel 5.1. Rumusan Strategi dan Kebijakan untuk Produk Prioritas Tinggi

Page 83: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

67

Tabel 5.2. Rumusan Strategi dan Kebijakan untuk Produk Prioritas Sedang

Page 84: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

68

Tabel 5.3. Rumusan Strategi dan Kebijakan untuk Produk Prioritas Rendah

Page 85: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

DAFTAR PUSTAKA

Bailey, K. D. 1982. Method of Social Research. The Free Press. London.

Biro Pusat Statistik. 2000-2007. Ekspor Indonesia. Biro Pusat Statistik, Jakarta.

Biro Pusat Statistik. 2000-2007. Impor Indonesia. Biro Pusat Statistik, Jakarta.

Chacholiades, M. 1997. International Trade Theory and Policy. Mc Graw-Hill Inc.Singapore.

Hady, H. 2004. Ekonomi Internasional. Jakarta: Ghalia Indonesia.

ITC, 2007. The Trade Performance Index. Technical Note. Marker Analysis Section. ITC.Geneva, Switzerland.

Jaya, W.K., 2001. Krugman, P. R. dan Obstfeld, M. 2004. Ekonomi Internasional, Teori danKebijakan. Edisi Kelima. Jilid 1. PT. Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta.

Kindleberger,C. P. 1997. Ekonomi Internasional. Edisi Ke-8. Erlangga: Jakarta.

Kustanto, H. 1999. Sistem Pengembangan Agroindustri Komoditas Unggulan padaKawasan Andalan: Studi Kasus di Kawasan Ciamis, Jawa Barat. [tesis]. PPS-IPB.Bogor.

Leamer, E dan Stern. 1970. International Economic Relation – Mathematical Models. Allynand Bacon, Boston.

Lindert, P.H & C.P. Kendleberger. 1995. Ekonomi Internasional. Edisi Kedelapan.Penerjemah Burhanuddin Abdullah. Jakarta: Erlangga.

Mankiw, G. 2003. Teori Makroekonomi. Edisi Kelima. Penerjemah Imam Nurmawan.Erlangga. Jakarta.

Marimin, 2005. Tehnik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. PTGramedia Widia Sarana Indonesia. Jakarta.

Mulyono, S. 1996. Teori Pengambilan Keputusan. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi-UI.Jakarta.

Paulmier, T, 2006. Trade Development Strategies: ITC Method and Approaches.International Trade Centre UNCTAD/WTO (ITC). Geneva, Switzerland.

Perdagangan, Atase. 2008. Sekilas Ketentuan Impor Beberapa Komoditi Pertanian DanKehutanan Di Jepang. Tokyo: Kedutaan Besar Republik Indonesia.

Page 86: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

Poplin, D. E. 1979. Communities: a Survey of Theories and Methods of Research. MacmillanPublishing Co. Inc. New York.

Porter, E. Michael. 1994. Competitive Advantage of Nations. The Macmillan Press. Ltd.Hampshire, UK.

Saaty, T. L. 1988. Decision-Making for Leaders. The Analytical Hierarchy Process forDecisions in Complex World. University of Pittsburgh. Pittsburgh.

Salvatore, Dominick. 1997. Ekonomi Internasional. Haris Munandar [Penerjemah]. Erlangga,Jakarta.

Tambunan, T.H. Tulus. 2001. Industrialisasi Di Negara sedang Berkembang :kasusIndonesia. Ghalia Indonesia, Jakarta.

TRADE of Cambodia’s Ministry of Commerce dan UNDP Cambodia. 2007. Cambodia’s2007 Trade Integration Strategy. Phnom Penh.

United Nations Statistic Division. 2006. Commodity Trade. www.comtrade.un.org. [20September 2008].

United Nations Comodity Trade (COMTRADE) Statistical Database. 2002, 2004, 2005,2006, 2007. http://unstat.un.org/unsd/comtrade. [diakses 13 September -Oktober2008].

Von Wright, G.H. 1979. Two Traditions in Social Research: Principles and Procedures.Longman and The Open Univ. Press. New York.

World Integrated Trade Solution (WITS). 2008.

World Trade Organization. 2006. World Trade Report. World Trade Organization,Switzerland.

Bisnis Indonesia. www.bisnisindonesia.com

CBI Market. 2008. Information Database. www.cbi.eu

Darmawan, Thomas. Indonesian Market Outlook 2008 – Asosiasi. www.apfood-indo.com.

Republika. www.republika.com

Tambunan, Tulus. 2006. Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia dan Permasalahannya.http://www.kadin-indonesia.or.id [16 September 2008]

Page 87: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

70

Lampiran 1. Hasil Kalkulasi CMSA Produk Ikan Periode 2002-2004 dan Periode 2004-2006

Komponen Dunia Amerika JepangUni

EropaBrazil Rusia India Cina

ArabSaudi

AfrikaSelatan

2002-2004EfekPerdaganganDunia

174629839.8 12018649.6 12018649.6 12018649.6 12018649.6 12018649.6 12018649.6 12018649.6 12018649.6 12018649.6

Efek KomposisiKomoditi

27592647.2 -65573.1 -54642.1 -22967.6 0.0 0.0 -192.3 0.0 -4170.7 -721.5

Efek DistribusiPasar

-128161.3 -223795.4 205546.1 0.0 0.0 11973.1 0.0 -8836.3 23059.6

Efek Daya Saing -60599.7 -813044.7 -625304.8 -534018.7 0.0 217.3 -15106.1 100.7 -57117.4 -34378.3

Total Perubahan 202161887.3 11011870.6 11114907.3 11667209.5 12018649.6 12018866.9 12015324.3 12018750.3 11948525.2 12006609.5

2004-2006EfekPerdaganganDunia

94121822.0 7789685.8 7789685.8 7789685.8 7789685.8 7789685.8 7789685.8 7789685.8 7789685.8 7789685.8

Efek KomposisiKomoditi

2374032.1 586978.0 189827.0 211108.9 0.0 1003.9 0.0 465.2 9203.8 2012.1

Efek DistribusiPasar

-207375.8 32104640.6 115115.4 0.0 5302.2 0.0 3001.3 85960.6 5850.2

Efek Daya Saing51297.5 -2563705.5

-33024017.3 -1134661.8 0.0 -10334.7 0.0 -4973.0 -121005.6 -15073.7

Total Perubahan 96547151.7 5605582.4 7060136.1 6981248.3 7789685.8 7785657.1 7789685.8 7788179.2 7763844.5 7782474.4

Page 88: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

71

Lampiran 2. Hasil Kalkulasi CMSA Produk Teh Periode 2002-2004 dan Periode 2004-2006

Komponen Dunia Amerika JepangUni

EropaBrazil Rusia India Cina

ArabSaudi

AfrikaSelatan

2002-2004EfekPerdaganganDunia

97788504.5 3045058.3 3045058.3 3045058.3 3045058.3 3045058.3 3045058.3 3045058.3 3045058.3 3045058.3

Efek KomposisiKomoditi

-90907312.9 -14055.1 -4035.7 -70286.2 0.0 -31870.1 -9218.2 -177.9 -719.4 -75.6

Efek DistribusiPasar

-61363.4 -34164.2 -408391.9 0.0 -11079.4 -19957.5 6924.2 -9011.6 -206.0

Efek DayaSaing

12378.7 -102813.1 -12955.2 -412227.0 0.0 -358042.1 -89378.3 -9063.9 519.0 -707.5

Total Perubahan 6893570.3 2866826.7 2993903.2 2154153.2 3045058.3 2644066.7 2926504.3 3042740.7 3035846.2 3044069.2

2004-2006EfekPerdaganganDunia

-14053905.9 2253650.7 2253650.7 2253650.7 2253650.7 2253650.7 2253650.7 2253650.7 2253650.7 2253650.7

Efek KomposisiKomoditi

5330343.9 -23047.0 -6695.3 -116660.8 0.0 -63698.7 -9091.2 -66.2 -856.6 -14.0

Efek DistribusiPasar

149116.9 -39294.8 -101230.1 0.0 126859.9 -65072.1 359.8 1723.4 171.1

Efek DayaSaing

15547.9 -236557.9 12839.4 -342440.1 4.0 -373071.4 29636.6 -352.2 -5031.8 -218.6

Total Perubahan -8708014.1 2143162.7 2220500.0 1693319.7 2253654.8 1943740.5 2209124.1 2253592.1 2249485.7 2253589.3

Page 89: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

72

Lampiran 3. Hasil Kalkulasi CMSA Produk Tembakau Periode 2002-2004 dan Periode 2004-2006

Komponen Dunia Amerika JepangUni

EropaBrazil Rusia India Cina

ArabSaudi

AfrikaSelatan

2002-2004EfekPerdaganganDunia

116867058.5 8055561.1 8055561.1 8055561.1 8055561.1 8055561.1 8055561.1 8055561.1 8055561.1 8055561.1

EfekKomposisiKomoditi

6560840.7 -115033.5 -12308.4 -450962.9 -2703.5 -30535.6 -289.5 -541.5 -2647.3 -430.9

Efek DistribusiPasar

-228099.0 -8962.4 369404.4 -9965.7 -54321.4 3987.1 11.8 1490.7 3147.0

Efek DayaSaing

44132.7 26388.1 -12071.4 -1179033.5 4927.9 690.1 -4530.7 -993.9 -5756.0 -3910.6

TotalPerubahan

123472031.9 7738816.6 8022218.9 6794969.1 8047819.7 7971394.1 8054728.0 8054037.4 8048648.5 8054366.5

2004-2006EfekPerdaganganDunia

18181710.3 6396318.8 6396318.8 6396318.8 6396318.8 6396318.8 6396318.8 6396318.8 6396318.8 6396318.8

Efek KomposisiKomoditi

9584350.0 -200975.3 -29256.7 -521424.9 -525.2 -52117.9 0.0 -485.4 -9946.1 -639.4

Efek DistribusiPasar

-24593.9 33160.8 -21784.6 1800.0 55719.4 0.0 1893.2 4994.7 -1227.6

Efek DayaSaing

56054.1 -22300.1 -37460.5 -92254.8 -1734.0 -65682.4 5.8 -1495.2 -6954.2 1193.4

TotalPerubahan

27822114.5 6148449.5 6362762.4 5760854.5 6395859.6 6334238.0 6396324.6 6396231.4 6384413.2 6395645.2

Page 90: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

73

Lampiran 4. Hasil Kalkulasi CMSA Produk Gula Periode 2002-2004 dan Periode 2004-2006

Komponen Dunia Amerika JepangUni

EropaBrazil Rusia India Cina

ArabSaudi

AfrikaSelatan

2002-2004EfekPerdaganganDunia

131643720.7 2163126.3 2163126.3 2163126.3 2163126.3 2163126.3 2163126.3 2163126.3 2163126.3 2163126.3

Efek KomposisiKomoditi

-1628861.4 -30573.1 -16484.9 -34903.5 -161.2 -8337.7 -2292.1 -7741.1 -14900.8 -900.1

Efek DistribusiPasar

-37191.8 -25166.6 83256.1 -583.5 -63638.7 504844.3 -4586.0 -123332.0 30911.3

Efek Daya Saing 4041.4 -74824.0 -34672.5 -207936.4 -22.3 33362.8 -509999.1 -23783.1 70486.4 -33087.9

Total Perubahan 130018900.7 2020537.4 2086802.4 2003542.6 2162359.4 2124512.8 2155679.5 2127016.2 2095380.0 2160049.7

2004-2006EfekPerdaganganDunia

128456365.7 1622177.8 1622177.8 1622177.8 1622177.8 1622177.8 1622177.8 1622177.8 1622177.8 1622177.8

Efek KomposisiKomoditi

-503390.1 51015.3 36923.4 112134.1 14.0 18497.0 58421.4 12802.5 54309.1 20381.0

Efek DistribusiPasar

35875.0 -256224.7 -146072.8 -7.0 45503.2 -434955.7 37266.1 1510846.8 -23366.2

Efek Daya Saing 18242.6 -138367.3 181287.0 -84507.2 -22.4 -84311.1 311919.0 -63172.0-

1621743.5-19391.9

Total Perubahan 127971218.3 1570700.8 1584163.6 1503731.9 1622162.5 1601866.9 1557562.5 1609074.4 1565590.2 1599800.7

Page 91: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

74

Lampiran 5. Hasil Kalkulasi CMSA Produk Coklat Periode 2002-2004 dan Periode 2004-2006

Komponen Dunia Amerika JepangUni

EropaBrazil Rusia India Cina

ArabSaudi

AfrikaSelatan

2002-2004EfekPerdaganganDunia

155529418.0 7146274.2 7146274.2 7146274.2 7146274.2 7146274.2 7146274.2 7146274.2 7146274.2 7146274.2

Efek KomposisiKomoditi

-6546054.1 458044.9 43744.6 864165.7 27885.9 31438.2 15221.5 12846.2 1114.8 50747.1

Efek DistribusiPasar

120834.4 -42006.5 334.8 -187000.2 -5280.9 -50476.2 30013.6 852.5 308681.8

Efek Daya Saing 8106.8-

1922665.7-132033.7

-3435469.7

74915.8 -121396.5 -10164.5 -78285.0 -5286.9 -509336.9

Total Perubahan 148991470.7 5802487.8 7015978.5 4575305.0 7062075.6 7051035.0 7100855.0 7110849.0 7142954.5 6996366.2

2004-2006EfekPerdaganganDunia

42375183.5 4734484.6 4734484.6 4734484.6 4734484.6 4734484.6 4734484.6 4734484.6 4734484.6 4734484.6

Efek KomposisiKomoditi

3813256.6 -157024.5 -9228.1 -191114.9 -2531.1 -1926.9 -2972.1 -11061.2 -237.4 -14368.9

Efek DistribusiPasar

-371379.6 -10018.0 -57883.9 28868.8 9542.9 42953.4 19949.4 3208.7 255068.2

Efek Daya Saing 38361.4 -403929.1 -33973.3 -879015.1 -40442.3 -19744.5 -57200.2 -76591.6 -4442.8 -329409.8

Total Perubahan 46226801.5 3802151.3 4681265.2 3606470.6 4720380.0 4722356.1 4717265.6 4666781.1 4733013.0 4645774.1

Page 92: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

75

Lampiran 6. Hasil Kalkulasi CMSA Produk Kopi Periode 2002-2004 dan Periode 2004-2006

Komponen Dunia Amerika JepangUni

EropaBrazil Rusia India Cina

ArabSaudi

AfrikaSelatan

2002-2004EfekPerdaganganDunia

26956932.4 516470.9 516470.9 516470.9 516470.9 516470.9 516470.9 516470.9 516470.9 516470.9

Efek KomposisiKomoditi

14465633.1 227.0 2933.2 1257.3 0.0 0.0 1013.0 39.2 91.9 0.0

Efek DistribusiPasar

-756.4 -11756.7 1795.3 0.0 0.0 -5888.1 904.3 509.9 0.0

Efek Daya Saing -122550.7 -1053.8 -11817.0 -11522.2 0.0 26.4 -2368.0 -1153.1 -914.5 0.0

Total Perubahan 41300014.7 514887.7 495830.4 508001.2 516470.9 516497.3 509227.8 516261.4 516158.2 516470.9

2004-2006EfekPerdaganganDunia

14830599.4 488563.5 488563.5 488563.5 488563.5 488563.5 488563.5 488563.5 488563.5 488563.5

Efek KomposisiKomoditi

2590931.9 350.6 2918.7 4566.0 0.0 231.8 0.0 621.5 3024.5 0.0

Efek DistribusiPasar

-508.5 -9068.2 923.7 0.0 126.8 0.0 6054.2 -3994.7 0.0

Efek Daya Saing -1446.6 -420.4 1899.7 -14966.0 0.0 -837.3 0.0 -7725.7 -5143.4 57.9

Total Perubahan 17420084.6 487985.2 484313.7 479087.1 488563.5 488084.8 488563.5 487513.6 482449.9 488621.4

Page 93: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

76

Lampiran 7. Hasil Kalkulasi CMSA Produk Sereal Periode 2002-2004 dan Periode 2004-2006

Komponen Dunia Amerika JepangUni

EropaBrazil Rusia India Cina

ArabSaudi

AfrikaSelatan

2002-2004EfekPerdaganganDunia

328165870.4 3298058.3 3298058.3 3298058.3 3298058.3 3298058.3 3298058.3 3298058.3 3298058.3 3298058.3

Efek KomposisiKomoditi

3546869.8 64543.5 28539.8 85420.9 0.0 195.9 1212.9 1137.6 9346.4 1589.5

Efek DistribusiPasar

-104110.0 -28929.0 80543.4 0.0 295.1 -5751.3 8005.9 21123.9 7449.1

Efek Daya Saing 23551.4 -205221.8 -108664.5 -496381.2 1.4 -1094.3 -100.7 -9813.1 -67304.7 -14426.6

Total Perubahan 331736291.6 3053270.1 3189004.6 2967641.3 3298059.7 3297454.9 3293419.1 3297388.6 3261223.8 3292670.3

2004-2006EfekPerdaganganDunia

91518205.4 2854585.0 2854585.0 2854585.0 2854585.0 2854585.0 2854585.0 2854585.0 2854585.0 2854585.0

Efek KomposisiKomoditi

2092875.0 -61679.2 -24135.6 -56750.0 -5.5 -725.4 -1007.8 -15147.6 -3579.6 -3988.9

Efek DistribusiPasar

124652.5 -82003.8 -1834.3 -36.5 5045.2 -2315.9 121850.6 5384.6 14668.1

Efek Daya Saing 29951.2 -338035.5 -3290.8 -201769.3 15.4 -7836.2 -399.4 -178069.4 -17623.3 -29110.9

Total Perubahan 93641031.6 2579522.7 2745154.8 2594231.3 2854558.4 2851068.6 2850861.9 2783218.6 2838766.7 2836153.4

Page 94: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

77

Lampiran 8. Hasil Kalkulasi CMSA Produk Sayuran Periode 2002-2004 dan Periode 2004-2006

Komponen Dunia Amerika JepangUni

EropaBrazil Rusia India Cina

ArabSaudi

AfrikaSelatan

2002-2004EfekPerdaganganDunia

199979064.1 1565550.8 1565550.8 1565550.8 1565550.8 1565550.8 1565550.8 1565550.8 1565550.8 1565550.8

Efek KomposisiKomoditi

-3205658.3 -50949.8 -3221.0 -27340.2 0.0 -28.8 -1755.4 -4756.1 -3080.4 -6.5

Efek DistribusiPasar

-73347.7 -6154.7 77173.7 0.0 30.2 -28523.2 -2231.5 15821.2 59.0

Efek Daya Saing -19017.2 -328267.7 -14688.9 -299566.7 0.0 -210.9 14093.3 -36497.4 -40462.8 -111.0

Total Perubahan 196754388.6 1112985.6 1541486.2 1315817.5 1565550.8 1565341.3 1549365.5 1522065.8 1537828.8 1565492.3

2004-2006EfekPerdaganganDunia

42967060.1 962575.5 962575.5 962575.5 962575.5 962575.5 962575.5 962575.5 962575.5 962575.5

Efek KomposisiKomoditi

2748338.4 -9540.9 -2793.6 -1804.0 0.0 -27.7 -43.3 -293.9 -403.3 -0.8

Efek DistribusiPasar

-54154.0 -48497.0 -16988.4 0.0 2027.9 10820.3 6323.3 2345.4 52.6

Efek Daya Saing 13558.6 -288260.7 -50917.3 -47842.4 4.0 -1815.6 -11613.5 -17141.1 -16060.3 -5.5

Total Perubahan 45728957.2 610619.9 860367.5 895940.7 962579.4 962760.2 961739.0 951463.8 948457.3 962621.8

Page 95: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

78

Lampiran 9. Hasil Kalkulasi CMSA Produk Buah-Buahan Periode 2002-2004 dan Periode 2004-2006

Komponen Dunia Amerika JepangUni

EropaBrazil Rusia India Cina

ArabSaudi

AfrikaSelatan

2002-2004EfekPerdaganganDunia

351680760.5 5665754.7 5665754.7 5665754.7 5665754.7 5665754.7 5665754.7 5665754.7 5665754.7 5665754.7

Efek KomposisiKomoditi

2270226.4 -2479.7 -548.6 -4399.7 -110.7 -103.7 -47.0 -39.7 -69.7 -78.5

Efek DistribusiPasar

-631596.3 -39761.4 411105.5 -54277.6 51374.0 28516.4 14839.5 -3244.6 154381.2

Efek Daya Saing 26103.6 -510280.0 -211758.5-

2439490.24024.7 -98507.8 -49644.0 -32185.6 -28331.2 -190522.0

Total Perubahan 353977090.5 4521398.6 5413686.2 3632970.3 5615391.1 5618517.2 5644580.1 5648368.8 5634109.1 5629535.4

2004-2006EfekPerdaganganDunia

196543437.5 4252909.8 4252909.8 4252909.8 4252909.8 4252909.8 4252909.8 4252909.8 4252909.8 4252909.8

Efek KomposisiKomoditi

3780970.5 -99835.8 -25856.3 -168953.8 -6898.8 -6270.8 -3594.2 -4852.7 -4600.7 -3106.4

Efek DistribusiPasar

-616.2 -113800.9 66642.7 218103.3 108318.9 596316.8 25913.1 15412.4 65564.8

Efek Daya Saing 37257.9 -339.0 7185.7 -757680.9 -246586.7 -132286.2 -573426.7 -43359.0 -34357.0 -78138.2

Total Perubahan 200361665.8 4152118.8 4120438.3 3392917.7 4217527.6 4222671.8 4272205.7 4230611.1 4229364.5 4237230.0

Page 96: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

79

Lampiran 10. Hasil Kalkulasi CMSA Produk Berbahan Baku Susu Periode 2002-2004 dan Periode 2004-2006

Komponen Dunia Amerika JepangUni

EropaBrazil Rusia India Cina

ArabSaudi

AfrikaSelatan

2002-2004EfekPerdaganganDunia

63599487.6 98506.7 98506.7 98506.7 98506.7 98506.7 98506.7 98506.7 98506.7 98506.7

Efek KomposisiKomoditi

1102807.4 3384.3 0.0 163.2 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

Efek DistribusiPasar

2982.9 0.0 31.2 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

Efek DayaSaing

-5221.1 -14895.1 0.0 -610.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.5 0.0

TotalPerubahan

64697073.8 89978.8 98506.7 98090.9 98506.7 98506.7 98506.7 98506.7 98507.3 98506.7

2004-2006EfekPerdaganganDunia

10788737.7 176010.1 176010.1 176010.1 176010.1 176010.1 176010.1 176010.1 176010.1 176010.1

Efek KomposisiKomoditi

378808.7 -829.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 -4.6 0.0

Efek DistribusiPasar

-616.2 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 18.3 0.0

Efek DayaSaing

1536.8 -339.0 0.3 58.0 0.0 0.0 0.03 1.9 -12.3 0.01

TotalPerubahan

11169083.2 174225.4 176010.4 176068.1 176010.1 176010.1 176010.1 176011.9 176011.5 176010.1

Page 97: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

80

Lampiran 11. Hasil Kalkulasi CMSA Produk Daging Periode 2002-2004 dan Periode 2004-2006

Komponen Dunia Amerika JepangUni

EropaBrazil Rusia India Cina

ArabSaudi

AfrikaSelatan

2002-2004EfekPerdaganganDunia

447983815.3 933169.7 933169.7 933169.7 933169.7 933169.7 933169.7 933169.7 933169.7 933169.7

Efek KomposisiKomoditi

-811562.8 51.2 199.0 480.1 0.0 0.0 0.0 4.8 0.0 0.0

Efek DistribusiPasar

2620.3 -46246.8 207075.2 0.0 0.0 0.0 -6276.4 0.0 0.0

Efek Daya Saing -2387.0 -49178.0 -135040.3-

632681.60.0 0.0 3.1 2174.1 0.04 0.13

Total Perubahan 447169865.6 886663.2 752081.6 508043.4 933169.7 933169.7 933172.9 929072.2 933169.7 933169.8

2004-2006EfekPerdaganganDunia

174915015.1 438747.8 438747.8 438747.8 438747.8 438747.8 438747.8 438747.8 438747.8 438747.8

Efek KomposisiKomoditi

541851.4 -353.5 -879.6 -13631.6 0.0 0.0 -3.1 -251.9 -0.04 -0.1

Efek DistribusiPasar

-10306.2 -96145.4 72447.5 0.0 0.0 551.4 598.2 0.3 5.9

Efek Daya Saing 4624.5 6142.0 82127.2-

305032.40.0 0.0 -607.2 -5004.5 20.2 -8.2

Total Perubahan 175461491.0 434230.1 423850.0 192531.4 438747.8 438747.8 438688.9 434089.6 438768.3 438745.4

Page 98: KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/07/Makol.pdfPengembangan Perdagangan Luar Negeri melaksanakan kajian tentang pengembangan pasar ekspor

81

Lampiran 12. Hasil Kalkulasi CMSA Produk Minuman Beralkohol Periode 2002-2004 dan Periode 2004-2006

Komponen Dunia Amerika JepangUni

EropaBrazil Rusia India Cina

ArabSaudi

AfrikaSelatan

2002-2004EfekPerdaganganDunia

446614509.2 769157.0 769157.0 769157.0 769157.0 769157.0 769157.0 769157.0 769157.0 769157.0

Efek KomposisiKomoditi

-3095476.0 1315.5 11883.8 264.0 0.0 0.0 0.0 63.9 72.2 0.0

Efek DistribusiPasar

-9479.1 -92610.8 683.1 0.0 0.0 0.0 1851.7 -2383.0 0.0

Efek Daya Saing -94608.0 -19526.6 -168462.2 -5739.1 0.0 0.0 37.8 -3265.1 979.8 0.1

Total Perubahan 443424425.3 741466.8 519967.8 764365.1 769157.0 769194.9 767807.5 767826.0 769157.2

2004-2006EfekPerdaganganDunia

239074107.8 462040.5 462040.5 462040.5 462040.5 462040.5 462040.5 462040.5 462040.5 462040.5

Efek KomposisiKomoditi

-129953.8 2570.6 29589.5 5591.9 0.0 0.0 250.9 88.0 1393.2 0.8

Efek DistribusiPasar

5071.6 -62864.7 -6947.6 0.0 0.0 -2168.4 1327.2 4059.3 3.6

Efek Daya Saing 5307.7 -14573.4 -33486.5 -13466.1 0.0 0.0 1455.8 -1320.9 -9189.0 31.9

Total Perubahan 238949461.7 455109.4 395278.9 447218.6 462040.5 462040.5 461578.8 462134.9 458304.0 462076.9