49
REFERAT GLAUKOMA Referat Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Bagian Ilmu Penyakit Mata Program Studi Pendidikan Profesi Dokter Pembimbing: dr. Amaranita, Sp.M Disusun oleh: Marissa Skolastika Sopi Indrayati Oddy Litanto Fifi Arvin Sudibyo

Referat Glaukoma Kronis

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Referat Glaukoma Kronis

REFERAT

GLAUKOMA

Referat Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Bagian Ilmu Penyakit Mata

Program Studi Pendidikan Profesi Dokter

Pembimbing:

dr. Amaranita, Sp.M

Disusun oleh:

Marissa Skolastika

Sopi Indrayati

Oddy Litanto

Fifi

Arvin Sudibyo

BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

RUMAH SAKIT IMMANUEL

BANDUNG

2012

Page 2: Referat Glaukoma Kronis

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................. i

BAB I.    PENDAHULUAN ………………………………………………..1

BAB II.  ANATOMI &FISIOLOGI MATA ………………………………..3

2.1  Anatomi Mata........................................................................................... 3

2.2  Fisiologi Aquos Humor.............................................................................9

BAB III GLAUKOMA SUDUT TERBUKA...............................................14

3.1  Definisi.....................................................................................................14

3.2  Epidemiologi............................................................................................14

3.3  Klasifikasi.................................................................................................15

3.4  Faktor Risiko............................................................................................15

3.5  Patogenesis...............................................................................................15

3.6   Gejala Klinis............................................................................................18

3.7  Diagnosis..................................................................................................19

3.8  Pemeriksaan Penunjang............................................................................19

3.9  Penatalaksanaan Glaukoma......................................................................26

3.10  Prognosis.................................................................................................29

BAB IV. KESIMPULAN ...............................................................................30

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................31

1

Page 3: Referat Glaukoma Kronis

BAB I

PENDAHULUAN

Mata merupakan salah satu panca indera yang sangat penting untuk

kehidupan manusia. Trauma seperti debu sekecil apapun yang masuk kedalam mata,

sudah cukup untuk  menimbulkan  gangguan  yang  hebat,  apabila  keadaan  ini

diabaikan,  dapat menimbulkan penyakit yang sangat gawat. Salah satu penyakit

mata yaitu glaukoma.

Glaukoma berasal dari kata Yunani “Glaukos” yang berarti hijau kebiruan,

yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Glaukoma

adalah penyakit mata yang ditandai oleh meningkatnya tekanan intraokuler yang

disertai oleh pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapang pandang.

Di seluruh dunia glaukoma dianggap sebagai penyebab kebutaan yang

tinggi, 2 % penduduk berusia lebih dari 40 tahun menderita glaukoma.  Glaukoma

dapat juga didapatkan pada usia 20 tahun, meskipun jarang. Pria lebih sering

terserang dari pada wanita.

Berdasarkan etiologi, glaukoma dibagi menjadi 4 bagian ; glaukoma primer,

glaukoma kongenital ,glaukoma sekunder dan glaukoma absolut sedangkan

berdasarkan mekanisme  peningkatan  tekanan  intraokular  glaukoma  dibagi

menjadi  dua,  yaitu glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup.

Penatalaksanaan glaukoma berupa pengobatan medis, terapi bedah dan laser.

ECP (endoscopic cyclophotocoagulation) menggunakan laser untuk mengurangi

produksi  humor  aquoeus dan  tekanan  intraocular  merupakan  salah  satu

penatalaksanaan glaukoma.

 Di seluruh dunia, kebutaan menempati urutan ketiga sebagai ancaman yang

menakutkan setelah kanker dan penyakit jantung koroner. Di Amerika Serikat, kira-

kira 2,2 juta orang pada usia 40 tahun dan yang lebih tua mengidap glaukoma,

sebanyak 120.000 adalah buta disebabkan penyakit ini.

2

Page 4: Referat Glaukoma Kronis

BAB II

ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA

2.1 Anatomi Mata

I. Cavitas Orbita

A. Tulang-Tulang Pembentuk Cavitas Orbita

1. Struktur

a. Atap Orbita, dibentuk oleh os.frontale dan sedikit kontribusi ala

minor ossis sphenoidale

(1) Lateral : terdapat fossa glandulae lacrimalis, tempat

bertumpunya kelenjar air mata

(2) Anterior : terapat os frontale, pada margo supraorbitalis

didapatkan foramen supraorbitale.

(3) Superior : terbentuk oleh dasar fossa crania anterior

b. Dinding Medial, terdiri dari os.ethmoidale dan os.lacrimale

(1) Lamina Papyracea, bagian os.ethmoidales yang terbentuk dari

cellulae ethmoidales

(2) Lekukan saccus lacrimale pada os.lacrimale

c. Dinding Lateral, dibentuk os.zygomaticus dan ala mayor ossis

spenoidales

d. Dasar Orbita, dibentuk oleh os.maxilla, dengan sedikit kontribusi

dari os.palatinum.

2. Lubang dan celah pada cavitas orbita

a. Canalis Opticus didapatkan pada ala minor ossis sphenoidale, dan

merupakan penghubung cavitas orbitalis dengan fossa cranii media.

Sauran ini dilalui oleh :

(1) N.Opticus (N.II) yang mengurus persyarafan sensoris

penglihatan.

(2) A.Ophtalmica

3

Page 5: Referat Glaukoma Kronis

b. Fissura Orbitalis Superior , memisahkan ala mayor dan ala minor

ossis sphenoidale, juga sebagai penghubung cavitas orbitas dan

fossa crania anterior, dilewati oleh :

(1) N.Oculomotorius (N.III)

Mempersyarafi otot-otot ekstrinsik bola mata, juga mengandung

komponen parasimpatis yang mempersyarafi m.ciliaris dan

m.sphincter pupillae

(2) N.Trochlearis (N.IV), mempersyarafi m.obliquus superior

(3) N.Ophtalmicus (N.V1), merupakan divisi dari N.trigeminus yang

juga mengurus persyarafan sensoris wajah.

(4) N. Abduscens (N.VI), mempersyarafi m. rectus lateralis

(5) V.Ophtalmica, yang mengalirkan pengembalian darah vena mata

yang sebagian besar ke sinus cavernosus.

B. Palpebra

1. Kelopak Mata, melindungi aspek anterior mata

a. Membentuk saccus konjunctiva yang membuka ke arah kulit

muka sebagai rima palpebrarum.

b. Rima palpebrarum dibatasi oleh margo palpebrarum dibatasi

oleh margo palpebrae superior dan inferior.

c. Kedua margo palpebrales bertemu paga canthus medialis dan

lateralis.

d. Pada margo palpebrae dapat ditemukan 2 baris supercilia.

2. Struktur : palpebra superior lebih lebar dan lebih aktif daripada

palpebra inferior. Setiap kelopak terbentuk oleh jaringan ikat

tarsus superior dan inferior, yang berfungsi sebagai pemberi

bentuk pada kelopak mata serta sebagai pelindung bola mata.

3. Otot-Otot

a. M.Orbicularis oculi pars palpebralis, salah satu otot mimik

wajah, terletak diantara kulit kelopak mata dan tarsus.

4

Page 6: Referat Glaukoma Kronis

(1) Kontraksi otot ini menghasilkan kedipan mata, antara lain

berfungsi dalam mengalirkan air mata untuk membasahi

bola mata bagian luar.

(2) Memperoleh persyarafan oleh N.facialis (N.VII)

b. M.Levator palpebrae superior, termasuk otot ekstrinsik mata

(1) Bersama otot-otot ekstrinsik lainnya melekat di belakang

bola mata kemudian melebar membentuk aponeurosis dan

berakhir pada tarsus superior.

(2) Berfungsi mengangkat palpebra pada saat elevasi bola mata

(3) Dipersyarafi oleh N.oculomotorius (N.III)

c. M. Tarsalis superior merupakan otot involunter

(1) Kontraksi otot ini memperlebar pembukaan rima

palpebrarum

(2) Diinervasi oleh persyarafan simpatis

4. Conjunctiva

a. Conjunctiva palpebra, melapisi permukaan dalam kelopak

mata

b. Conjunctiva bulbi, melapisi bagian depan sclera

c. Lekukan yang terjadi karena peralihan kedua conjunctiva

disebut fornix conjunctivae, superior dan inferior

5. Glandula Lacrimalis bertumpu pada fossa glandule lacrimalis

mengalirkan sekresi glandula lacrimalis ke bagian lateral fornix

conjunctivae superior.

6. Apparatus lacrimalis

a. Lacus Lacrimalis, suatu area berbentuk segitiga pada medial

canthus, tertutup oleh plica semilunaris

b. Papilla lacrimalis dengan punctum lacrimale yang diteruskan

sebagai canaliculi lacrimalis.

5

Page 7: Referat Glaukoma Kronis

c. Canaliculi Lacrimales Superior dan Inferior bersatu

membentuk saccus lacrimalis.

d. Saccus lacrimalis terletak dalam os lacrimalis dan dilanjutkan

sebagai ductus nasolacrimalis.

C. Musculi Externi Bulbi Oculi. Didalam cavitas orbita didapatkan tujuh otot-

otot volunter, enam diantaranya merupakan otot penggerak bola mata.

1. Aksis Orbita. Bola mata bergerak dalam 3 aksis yang bekerja

secara mutual

a. Elevasi dan depresi, terjadi pada axis trasnversa

b. Abduksi dan adduksi, pada axis vertical

c. Intorsi dan ekstorsi, pada axis anteroposterior

2. Annulus tendineus (Zinn) terbentuk oleh origo empat otot rektus

yang melekat pada apex orbita.

3. Empat otot rectus dari Annulus tendineus menuju ke depan bola

mata kemudian berinsersi pada bagian anterior bola mata :

a. M.Rectus Superior, untuk elevasi bola mata, dipersyarafi oleh

N.Oculomotorius (N.III)

b. M.Rectus Inferior, untuk depresi bola mata,

c. M.Rectus Lateralis, untuk abduksi bola mata

d. M.Rectus Medialis, untuk adduksi bola mata

II. Bulbus Oculi (Bola Mata)

Bola mata merupakan struktur yang lentur dengan bagian luar

terbungkus oleh jaringan ikat fibrosa, sedangkan bagian dalam diisi oleh

cairan yang mempertahankan bentuk bola mata.

1. Tunica Fibrosa Bulbi

a. Sclera, tampak berwarna putih dan menempati 5/6 bagian bola mata.

Merupakan tempat perlekatan otot-otot ekstraokular. Bagian depannya dilapisi

oleh konjungtiva bulbi yang transparan dan mengandung banyak pembuluh-

6

Page 8: Referat Glaukoma Kronis

pembuluh darah kecil. Peralihan sclera dan kornea disebut dengan limbus

corneae.

b. Cornea,berwarna transparan dan menempati 1/6 bagian bola mata depan.

Bagian ini tidak mengandung pembuluh darah (avascular), sangat sensitif,

dipersyarafi oleh N.V1 dan berperan dalam reflek kornea.

2. Tunica Vasculosa Bulbi

a. Choroid, terutama terdiri dari pembuluh-pembuluh darah yang berasal dari

a.cilliaris brevis, dan pengembalian darah oleh venae verticose.

b. Corpus Cilliare merupakan lanjutan choroid ke bagian anterior.

(1) Corpus Ciliare menopang lensa melalui serabut-serabut Zonula Zinii yang

berinsertio ke dalam kapsula lensa.

(2) M. Ciliaris yang memanjang sampai limbus corneae. Otot ini berperan

dalam mengatur ketegangan Zonula Ciliaris Zinii yang kemudian berefek

pada pencembungan lensa.

c. Iris

Membagi ruangan antara cornea dengan lensa menjadi Camera Anterior dan

Posterior. Iris mengandung pigmen yang bervariasi, pada ujung-ujungnya

membentuk gambaran papilla. Otot-otot pada iris dapat mempengaruhi

besarnya papilla, yaitu (i) M.Spihncter papillae yang dikontrol oleh komponen

parasimpatis (N.III), (ii) M.Dilator Pupilae yang dikontrol oleh persyarafan

simpatis.

3. Tunica Interna Bulbi

Retina

Suatu membran yang tipis dan bening, terdiri atas penyebaran daripada

serabut-serabut saraf optik. Dibagian retina yang letaknya sesuai dengan sumbu

penglihatan terdapat macula lutea (bintik kuning) kira-kira berdiameter 1 - 2 mm

yang berperan penting untuk tajam penglihatan. Kira-kira 3 mm kearah nasal

kutub belakang bola mata terdapat daerah bulat putih kemerah-merahan, disebut

papil saraf optik, yang ditengahnya agak melekuk dinamakan ekskavasi faali.

7

Page 9: Referat Glaukoma Kronis

Retina terdiri atas lapisan:

1. Lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang

yang mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucut.

2. Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi.

3. Lapis nukleus luar, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan

batang. Ketiga lapis diatas avascular dan mendapat metabolisme dari

kapiler koroid.

4. Lapis pleksiform luar, merupakan lapis aselular dan merupakan tempat

sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal

5. Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel

Muller. Lapis ini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral

6. Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aselular merupakan tempat

sinaps sel bipolar, sel amakrin dengan sel ganglion.

7. Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua.

8. Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke arch

saraf optik. Di dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh

darah retina.

9. Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara retina dan

badan kaca.

4. Anatomi Sudut Filtrasi

Sudut filtrasi merupakan bagian yang penting dalam pengaturan cairan bilik

mata. Sudut ini terdapat di dalam limbus kornea. Limbus terdiri dari 2 lapisan

yaitu epitel dan stroma. Di dalam stromanya terdapat serat-serat saraf dan cabang

akhir dari arteri siliaris anterior. Bagian terpenting dari sudut filtrasi adalah

trabekular, yang terdiri dari :

1. Trabekula korneoskleral

Serabutnya berasal dari lapisan stroma kornea dan menuju ke belakang

mengelilingi kanalis Schlemm untuk berinsersi pada sklera.

8

Page 10: Referat Glaukoma Kronis

2. Trabekula uveal

Serabutnya berasal dari lapisan dalam stroma kornea, menuju ke scleral spur

(insersi dari m.siliaris) dan sebagian ke m.siliaris meridional.

3. Serabut yang berasal dari akhir membran Descemet (garis Schwalbe)

Serabut ini menuju ke jaringan pengikat m.siliaris radialis dan sirkularis.

4. Ligamentum Pektinatum Rudimenter

Ligamentum ini berasal dari dataran depan iris menuju ke depan trabekula.

Trabekula terdiri dari jaringan kolagen, homogen, elastis dan seluruhnya

diliputi oleh endotel. Keseluruhannya merupakan spons yang tembus pandang,

sehingga bila ada darah di dalam kanalis Schlemm, dapat terlihat dari luar.

2.2 Fisiologi Aquos Humor

2.2.1 Produksi Cairan Aquos

Cairan aquos diproduksi epitel non pigmen dari korpus siliaris,

tepatnya dari plasma darah di jaringan kapiler proccesus siliaris. Fungsi

Cairan aquos adalah : Sebagai cairan yang mengisi  bilik mata depan, cairan

aquos berfungsi untuk menjaga tekanan intraokuler, memberi nutrisi ke

kornea dan lensa dan juga memberi bentuk ke bola mata anterior. Volumenya

sekitar  250  µL  dengan  jumlah  yang  diproduksi  dan dikeluarkan setiap

9

Page 11: Referat Glaukoma Kronis

harinya berjumlah 5 mL/hari. Cairan ini bersifat asam dengan tekanan

osmotik yang lebih tinggi dibandingkan plasma.

Tiga Proses Produksi Humor Aquous oleh proc. Ciliar (epitel ciliar):

1. Transpor aktif (sekresi)

Transpor  aktif  menggunakan  energi  untuk  memindahkan  substansi

melawan gradien elektro kimia dan tidak bergantung pada tekanan. Ciri-ciri tepatnya

ion atau ion-ion yang ditranspor tidak diketahui, akan tetapi sodium, klorida,

potasium, asam askorbat, asam amino dan bikarbonat ikut terlibat.Transpor  aktif

diperhitungkan  untuk  sebagian  besar  produksi akueus dan melibatkan, setidaknya

sebagian, aktivitas enzim carbonic anhydrase II dan Na+ K + pump diaktivasi

ATPase.

2. Ultrafiltrasi

Ultrafiltasi berkenaan dengan pergerakan yang bergantung pada tekanan

sepanjang gradien tekanan. Pada prosesus siliaris, tekanan hidrostatik dibedakan

antara tekanan kapiler dan tekanan intraokular yang menyokong pergerakan cairan

kedalam mata, sedangkan gradien onkotik diantara keduanya menghambat

pergerakan cairan. Hubungan antara sekresi dan ultrafiltrasi tidak diketahui.

3. Difus

Difusi  adalah  pergerakan  pasif  ion-ion  melewati  membran  yang

berhubungan  dengan  pengisian.  Sodium  sangat  bertanggungjawab

untuk pergerakan cairan kedalam kamera okuli posterior.

2.2.3 Komposisi Cairan Aquos

Humor akueus adalah suatu cairan jernih yang mengisi bilik mata depandan

bilik mata belakang.

Humor akueus dibentuk dari plasma didalam jalinan kapiler  prosesus  siliaris.

Tekanan  osmotiknya  sedikit  lebih  tinggi  dari pada plasma. Komposisinya serupa

dengan plasma kecuali bahwa cairan ini memiliki konsentrasi askorbat, piruvat, dan

10

Page 12: Referat Glaukoma Kronis

laktat yang lebih tinggi; dan protein, urea danglukosa yang lebih rendah. Unsur pokok

dari humor akueus normal adalah air (99,9%), protein (0,04%) dan lainnya dalam

mmol/kg adalah Na+(144), K+(4,5), Cl-(110), glukosa (6,0), asam laktat (7,4), asam

amino (0,5) dan inositol(0,1). Normal produksi rata-rata adalah 2,3 µl/menit.

2.2.4 Mekanisme Pengaliran Cairan Aquos

Humor akuous diproduksi oleh epitel non pigmen dari korpus siliaris dan

mengalir ke dalam bilik posterior, kemudian masuk diantara permukaan posterior iris

melalui sudut pupil. Selanjutnya masuk ke bilik anterior. Humor akuous keluar dari

bilik anterior melalui dua jalur konvensional (jalur trabekula) dan jalur

uveosklera(jalur non trabekula).

1. Jalur trabekulum (konvensional) 

Kebanyakan humor  akueus keluar  dari  mata  melalui  jalur jalinan

trabekula-kanal Schlemm-sistem vena. Jalinan trabekula dapat dibagi

kedalamtiga bagian :

-   Uveal

-   Korneoskleral

-    Jukstakanalikular

Tahanan utama aliran keluar terdapat pada jaringan juksta kanalikular.

Fungsi jalinan trabekula adalah sebagai katup satu jalan yang membolehkan

akueus meninggalkan mata melalui aliran terbesar pada arah lain yang

tidak bergantung pada energi. Akueus bergerak melewati dan diantara sel

endotelialyang membatasi dinding dalam kanal Schlemm.Sekali berada dalam

kanal Schlemm , Akueus memasuki saluran kolektor menuju pleksus vena

episkleramelalui kumpulan kanal sklera.

2. Jalur uveosklera (nonkonvensional) 

Pada mata normal setiap aliran non-trabekular disebut dengan aliran

uveoskleral. Mekanisme yang beragam terlibat, didahului lewatnya akueus

dari camera oculi anterior kedalam otot muskularis dan kemudian kedalam

11

Page 13: Referat Glaukoma Kronis

ruang suprasiliar dan suprakoroid. Cairan kemudian keluar dari mata melalui

sclera yang utuh ataupun sepanjang nervus dan pembuluh darah yang

memasukinya. Aliran  uveoskleral  tidak  bergantung  pada  tekanan.  Aliran

uveoskleral ditingkatkan oleh agen sikloplegik, adrenergik, dan prostaglandin

dan beberapa bentuk pembedahan (misal siklodialisis) dan diturunkan oleh

miotikum.

Humor akuos berperan sebagai pembawa zat makanan dan oksigen

untuk organ di dalam mata yang tidak berpembuluh darah yaitu lensa dan

kornea,disamping itu juga berguna untuk mengangkut zat buangan hasil

metabolism pada kedua organ tersebut. Adanya cairan tersebut akan

mempertahankan bentuk mata dan menimbulkan tekanan dalam bola mata

(tekanan intra okuler). Untuk mempertahankan keseimbangan tekanan di

dalam bola mata cairan  aquos  diproduksi  secara  konstan  serta  dialirkan

keluar  melalui sistem drainase mikroskopik.

Kecepatan pembentukan cairan aquos dan hambatan pada mekanisme

pengaliran  keluarnya  menentukan  besarnya  tekanan  intraokuler.

Normalnya tekanan di dalam bola mata berkisar antara 10-20 mmHg.

Peningkatan tekanan intraokuler dapat terjadi akibat produksi cairan

aquos yang meningkat misalnya pada reaksi peradangan dan tumor intraokuler

atau karena  aliran  keluarnya  yang  terganggu  akibat  adanya  hambatan

pada pratrabekular, trabekular atau post trabekular.

Resistensi utama terhadap aliran keluar humor aquous dari COA

adalahlapisan endotel saluran schlemm dan bagian-bagian jalinan trabekula di

dekatnya,bukan dari sistem pengumpul vena. Tetapi tekanan di jaringan vena

episklera menentukan besar minimum tekanan intraokular yang dicapai oleh

terapi medis.

2.2.5 Faktor yang mempengaruhi tekanan intraokuler (TIO)

Variasi tekanan intraokular dengan sejumlah faktor termasuk berikut ini

12

Page 14: Referat Glaukoma Kronis

• Waktu siang

• Detak jantung

• Pernafasan

• Intake cairan

• Medikasi sistemik 

• Obat-obatan topical

13

Page 15: Referat Glaukoma Kronis

BAB III

GLAUKOMA SUDUT TERBUKA (KRONIS)

3.1. Definisi

Glaukoma sudut terbuka primer, sering disebut juga sebagai glaukoma kronis,

bersifat progresif, yang umumnya merupakan penyakit mata yang menyerang orang

dewasa, bilateral, dengan karakteristik :

- Peningkatan TIO > 21 mmHg

- Kerusakan nervi optici glaukomatosa

- Sudut COA terbuka

- Kehilangan lapang pandang yang progresif

- Tidak adanya tanda-tanda glaukoma sekunder atau neuropati non-

glaukomatosa

Glaukoma sudut terbuka sekunder dimana glaukoma tidak didapatkan kelainan

pada pangkal iris serta kornea perifer melainkan terhambatnya aliran humor aquos di

jalinan trabekuler karena hal lain yang mendasari.

3.2 Epidemiologi Glaukoma

Di seluruh dunia, glaukoma dianggap sebagai penyebab kebutaan yang

tertinggi,2% penduduk berusia lebih dari 40 tahun menderita glaukoma. Glaukoma

dapat juga didapatkan pada usia 20 tahun, meskipun jarang. Pria lebih banyak

diserang daripada wanita.

Di Amerika Serikat, kira-kira 2,2 juta orang pada usia 40 tahun dan yang lebih tua

mengidap glaukoma, sebanyak 120.000 adalah buta disebabkan penyakit ini.

Banyaknya Orang Amerika yang terserang glaukoma diperkirakan akan

meningkatkan sekitar 3,3 juta pada tahun 2020.

Diketahui bahwa angka kebutaan di Indonesia menduduki peringkat pertama

untuk kawasan Asia Tenggara. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), angka

kebutaan di Indonesia mencapai 1,5% atau sekitar 3 juta orang. Persentase itu

14

Page 16: Referat Glaukoma Kronis

melampaui Negara Asia lainnya seperti Bangladesh dengan 1%, India 0,7% dan

Thailand 0,3%.

Menurut Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran tahun 1993-1996,

kebutaan tersebut disebabkan oleh katarak (0,78%), glaukoma (0,2%), kelainan

refraksi (0,14%) dan penyakit lain yang berhubungan dengan usia lanjut (0,38%).

3.3 Klasifikasi

- Glaukoma Sudut Terbuka Primer

- Glaukoma Sudut Terbuka Sekunder

3.4 Faktor Risiko

3.5 Patogenesis

Gambaran patologik utama pada glaukoma sudut terbuka primer adalah proses

degeneratif di jalinan trabekular, termasuk pengendapan bahan ekstra sel di jalinan

dan di bawah lapisan endotel kanalis Schlemm. Hal ini berbeda dari proses penuaan

normal. Akibatnya adalah penurunan drainase humor akueus yang menyebabkan

peningkatan tekan intra-okuler. Peningkatan tekanan intra-okuler mendahului

kelainan diskus optikus dan lapangan pandang selama bertahun-tahun. walaupun

terdapat hubungan yang jelas antara besarnya tekanan intra-okuler dengan keparahan

15

Page 17: Referat Glaukoma Kronis

penurunan penglihatan, efek besar tekanan pada saraf optikus sangat bervariasi antar

individu. Sebagian orang dapat mentoleransikan peningkatan tekanan intra-okuler

tanpa mengalami kelainan diskus atau lapangan pandang (hipertensiokuler); yang lain

memperlihatkan kelainan-kelainan glaukomatosa pada tekanan intra-okuler “normal”

(glaukoma tekanan darah).

Mekanisme kerusakan neuron pada glaukoma sudut terbuka primer dan

hubungannya dengan tingginya tekanan intra-okuler masih diperdebatkan. Teori-teori

utama memperkirakan adanya perubahan-perubahan elemen penunjang struktural

akibat tekanan intra-okuler di saraf optikus setinggi lamina kibrosa atau si pembuluh

yang memperdarahi kepala/ujung saraf optikus. Tekanan intra-okuler yang lebih

tinggi saat pertama kali diperiksa berkaitan dengan penurunan lapangan pandang

yang lebih luas. Apabila pada pemeriksaan pertama dijumpai penurunan lapangan

pandang glaukomatosa, risiko perkembangan lebih lanjut manjadi jauh lebih besar.

Karena merupakan satu-satunya faktor risiko yang dapat diobati, tekanan intra-okuler

tetap menjadi fokus terapi. Terdapat bukti kuat bahwa kontrol tekanan intra-

okuler memperlambat kerusakan diskus optikus dan pengecilan lapangan pandang.

mekanisme terjadinya glaukoma sudut terbuka adalah adanya hambatan pada jaringan

trabekulum sendiri. Akuos humor dengan leluasa mencapai lubang – lubang

trabekulum, tetapi sampai di dalam terbentur celah – celah trabekulum yang sempit,

hingga akuos humor tidak dapat keluar dari bola mata yang bebas.

Mutasi pada lokus 15 dalam genom manusia sejauh ini telah diidentifikasi

memiliki hubungan dengan glaukoma sudut terbuka primer. Empat gen telah

diidentifikasi antara lain: MYOC gene (chromosome 1q21-q31), coding for the

glycoprotein myocilin that is found in the trabecular meshwork and other ocular

tissues, the OPTN gene on chromosome 10p, which codes for optineurin, the WDR36

gene on chromosome 5q22, and the NTF4 gene on chromosome 19q13.3. Dari

keempat ini, MYOC adalah gen paling sering bermutasi dalam glaukoma sudut

terbuka primer: penelitian terhadap pasien yang tidak berhubungan glaukoma sudut

terbuka primer menemukan mutasi myocilin di setidaknya 4% dari orang dewasa.

16

Page 18: Referat Glaukoma Kronis

Sejumlah mutasi yang berbeda telah dijelaskan dalam gen MYOC, meskipun fungsi

normal myocilin dan perannya dalam menyebabkan glaukoma masih belum

sepenuhnya dapat ditentukan.

Penggunaan steroid topikal juga berperan dalam peningkatan tekanan intra

okuler; steroid poten memiliki kecenderungan lebih besar untuk meningkatkan TIO.

Kecenderungan ini lebih ditandai pada pasien dengan glaukoma sudut terbuka primer.

Steroid sistemik jauh kurang rentan menyebabkan elevasi TIO, tapi substansial,

mungkin tergantung dosis. Sehingga dianjurkan skrining untuk semua pasien yang

menggunakan steroid sistemik, terutama deksametason. Mekanisme yang tepat dari

respon steroid belum pasti, tetapi mungkin dimediasi oleh peningkatan produksi

myocilin trabecular meshwork cell.

Sedangkan glaukoma sekunder sudut terbuka antara lain :

a. Glaukoma pigmentasi 

Sindrom ini tampaknya disebabkan oleh degenerasi epitel pigmen iris dan korpus

siliaris. Granula pigmen terkelupas dari iris akibat friksi dengan serat-serat

zonular di bawahnya sehingga terjadi transiluminasi iris. Pigmen mengendap

dipermukaan kornea posterior (Krukenberg’s spindle) dan tersangkut di jalinan

trabekular, mengganggu aliran keluar humor aquos. Sindrom ini terjadi paling

sering pada pria miopia usia antara 25-40 tahun yang memiliki bilik mata depan

yang dalam dengan sudut bilik mata yang lebar.

b. Sindrom pseudo-exfoliasi 

Pada sindrom eksfoliasi, dijumpai endapan-endapan bahan berserat mirip serpihan

di permukaan lensa anterior (berbeda dengan eksfoliasi kapsul lensa sejati akibat

pajanan terhadap radiasi inframerah, yakni “glass blower cataract”),prosesus

siliaris, zonula, permukaan posterior iris, dan di jalinan trabekular (disertai

peningkatan pigmentasi). Penyakit ini biasanya dijumpai pada orang berusia lebih

dari 65 tahun.

c. Glaukoma akibat steroid 

17

Page 19: Referat Glaukoma Kronis

Kortikosteroid topikal dan periokular dapat menimbulkan sejenis glaucoma yang

mirip dengan glaukoma primer sudut terbuka, terutama pada individu dengan

riwayat penyakit ini pada keluarga dan akan memperparah peningkatan tekanan

intraokuler pada para pengidap glaukoma primer sudut terbuka. Hal

inikemungkinan disebabkan karena meningkatnya deposit mukopolisakarida yang

terdapat pada humor aquos sehingga drainasenya terganggu.

d. Glaukoma Fakolitik 

 Sebagian katarak stadium lanjut dapat mengalami kebocoran kapsul lensa

anterior, sehingga protein-protein lensa yang mencair masuk ke bilik mata depan.

Jalinan trabekular menjadi oedema dan tersumbat oleh protein-protein lensa dan

menimbulkan peningkatan mendadak tekanan intraokular.

3.6 Gejala klinis :

Menahun, sukar untuk menemui gejala dini karena jalan penyakit yang

sangat pelan-pelan (a silent disease)

Hampir selalu penderita datang berobat dalam keadaan penyakit yang sudah

berat.

Hampir selalu bilateral,sering satu mata terkena terlebih dahulu dan

keadaannya sering lebih berat dari mata yang satu lagi.

Injeksi siliar umumnya tidak terlihat.

Refleks pupil agak lamban.

Tekanan bola mata meninggi.

COA mungkin normal dan pada gonioskopi terdapat sudut terbuka.

Lapangan pandangan mengecil atau menghilang.

Atropi nervus optikus dan terdapat cupping.

Tes provokasi positif.

3.7 Diagnosis

Untuk mendiagnosis Glaukoma sebelumnya lakukan anamnesis untuk

mengetahui riwayat pasien mulai dari keluhan, riwayat keluarga, riwayat penyakit

18

Page 20: Referat Glaukoma Kronis

terdahulu, apakah ada alergi pada pengobatan ataupun ada intoleransi pengobatan.

Setalah itu lakukan pemeriksaan mata pasien.

Glaukoma sudut terbuka primer ditegakkan apabila ditemukan kelainan -

kelainan glaukomatosa pada diskus optikus dan lapang pandang disertai peningkatan

tekanan intraokular, sudut kamera anterior terbuka dan tampak normal, dan tidak

terdapat sebab lain yang menyebabkan peningkatan tekanan intraokular. Sekitar 50 %

pasien glaukoma sudut terbuka primer memperlihatkan tekanan intraokular yang

normal sewaktu pertama kali diperiksa, sehingga untuk menegakan diagnosis

diperlukan pemeriksaan Tonometri berulang

3.8 Pemeriksaan Penunjang

Untuk  mendiagnosis  glaukoma  dilakukan  sejumlah  pemeriksaan  yang  rutin

dilakukan pada seseorang yang mengeluh rasa nyeri di mata, penglihatan dan gejala

prodromal lainnya. Pemeriksaan yang dilakukan secara berkala dan dengan lebih dari

satu metode akan lebih bermakna dibandingkan jika hanya dilakukan 1 kali

pemeriksaan.Pemeriksaan tersebut meliputi:

a. Tajam penglihatan 

Pemeriksaan ketajaman penglihatan bukan merupakan cara yang khusus

untuk glaukoma, namun tetap penting, karena ketajaman penglihatan yang baik,

misalnya 6/6 belum berarti tidak glaukoma.

b. Tonometri 

Tonometri diperlukan  untuk memeriksa tekanan intraokuler.  Ada 3 macam

tonometri, yaitu:

1. Digital

Merupakan  teknik  yang  paling  mudah  dan  murah  karena  tidak memerlukan

alat. Caranya dengan melakukan palpasi pada kelopak mata atas, lalu

membandingkan  tahanan  kedua  bola  mata  terhadap  tekanan  jari.  Hasil

pemeriksaan ini diinterpretasikan sebagai T.N yang berarti tekanan normal,  T

19

Page 21: Referat Glaukoma Kronis

n+1 untuk tekanan yang agak tinggi, dan T n-1 untuk tekanan yang agak rendah.

Tingkat ketelitian teknik ini dianggap paling rendah karena penilaian dan

interpretasinya bersifat subjektif.

2. Tonometer Schiotz

Tonometer Schiotz ini bentuknya sederhana, mudah dibawa, gampang

digunakan dan harganya murah. Pasien tidur terlentang tanpa menggunakan

bantal, dan diberi anestesi local (pantokain) pada kedua mata. Dengan pasien

menatap lurus ke depan, kelopak mata ditahan agar tetap terbuka dengan menarik

kulit palpebra dengan hati-hati pada tepian orbita. Tonometer diturunkan oleh

tangan lainnya sampai ujung cekung laras menyentuh kornea. Dengan gaya yang

ditetapkan dengan beban terpasang, tonjolan plunger berujung tumpul menekan

pada kornea dan sedikit melekukkan pusat kornea. Tahanan kornea, yang

sebanding dengan tekanan inraokuler, akan mendesak plunger ke atas. Sewaktu

bergeser ke atas didalam selongsong, plunger menggeser jarum penunjuk skala.

Makin tinggi tekanan intraokuler, makin besar tahanan kornea terhadap indentasi,

makin tinggi pula geseran plunger ke atas, sehingga makin jauh menggeser jarum

penunjuk skala. Pembacaan skala disesuaikan dengan kalibrasi dari Zeiger-

Ausschlag Scale yang diterjemahkan ke dalam tekanan intraokuler.

3. Tonometer aplanasi Goldmann

20

Page 22: Referat Glaukoma Kronis

Alat ini cukup mahal dan tidak praktis, selain itu memerlukan slitlamp yang

juga mahal. Dengan alat ini, kekakuan sclera dapat diabaikan sehingga hasil yang

didapatkan menjadi lebih akurat. Setelah anestesi lokal dan pemberian

flourescein, pasien duduk di depan slitlamp dan tonometer disiapkan. Agar dapat

melihat flourescein, dipakai filter cobalt blue dengan penyinaran paling terang.

Setelah memasang tonometer didepan kornea, pemeriksa melihat melalui

slitlamp okuler saat ujungnya berkontak dengan kornea. Sebuah percounter

balance yang dikendalikan dengan tangan mengubah-ubah beban yang diberikan

pada ujung tonometer. Setelah berkontak, ujung tonometer meratakan bagian

tengah kornea dan menghasilkan garis flourescein melingkar tipis. Sebuah

prisma di ujung visual memecah lingkaran ini menjadi dua setengah lingkaran

yang tampak hijau melalui okuler slitlamp. Beban tonometer diatur secara man

ual sampai kedua setengah lingkaran tersebut tepat bertumpuk.

c. Gonioskopi 

Gonioskopi sangat penting untuk ketepatan diagnosis glaukoma. Gonioskopi

dapat menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan. Pemeriksaan ini sebaiknya

dilakukan pada semua pasien yang menderita glaukoma, pada semua pasien

suspek glaukoma, dan pada semua individu yang diduga memiliki sudut bilik

mata depan yang sempit. Dengan gonioskopi dapat dibedakan glaukoma sudut

21

Page 23: Referat Glaukoma Kronis

tertutup dan glaukoma sudut terbuka, juga dapat dilihat adanya perlekatan iris

bagian perifer kedepan (peripheral anterior sinechiae)

Pada gonioskopi terdapat 5 area spesifik yang dievaluasi di semua kuadran

yang menjadi penanda anatomi dari sudut bilik mata depan yang dilihat pada

prisma goniolen :1) Iris perifer, khususnya insersinya ke badan siliar.2) Pita

badan siliar, biasanya tampak abu-abu atau coklat.3) Sclera spur, biasanya tampak

sebagai garis putih prominen di alas pita badan shier.4) Trabekulum meshwork 5)

Garis Schwalbe, suatu tepi putih tipis tepat di tepi trabekula Meshwork. Dengan

lensa goniskopi dapat melihat keadaan sudut bilik mata yang dapat menimbulkan

glaukoma. Pemeriksaan ini dilakukan dengan meletakkan lensa sudut (goniolens)

di dataran depan kornea setelah diberikan anestesi local. Lensa ini dapat

digunakan untuk melihat sekeliling sudut bilik mata dengan memutarnya 360

derajat.Nilai derajat 0, bila terlihat struktur sudut dan terdapat kontak kornea

dengan iris (sudut tertutup), derajat 1 bila tidak terlihat ½ bagian jalinan

trabekulum sebelah belakang dangaris Schwalbe terlihat disebut sudut sangat

sempit, derajat 2 bila sebagian kanal Schlem terlihat, derajat 3 belakang kanal

Schlemm dan skleral spur masih terlihat, derajat 4 badan siliar terlihat (sudut

terbuka)

22

Page 24: Referat Glaukoma Kronis

d. Lapang Pandang (perimetry)  

Yang  termasuk  ke  dalam pemeriksaan  ini  adalah  lapangan pandang sentral

dan lapangan pandang perifer. Pada stadium awal, penderita tidak  akan

menyadari  adanya kerusakan  lapangan  pandang  karena tidak  mempengaruhi

ketajaman penglihatan sentral. Pada tahap yang sudah  lanjut,  seluruh  lapangan

pandang  rusak  dengan  tajam penglihatan  sentral  masih  normal sehingga

penderita seolah-olah melihat melalui suatu teropong (tunnel vision).

e.Oftalmoskopi 

Pada pemeriksaan oftalmoskopi, yang harus diperhatikan  adalah  keadaan

papil saraf optik. Perubahan yang terjadi pada papil dengan glaukoma  adalah

penggaungan  (cupping) dan  degenerasi  saraf  optik  (atrofi).  Jika terdapat

penggaungan lebih dari 0,3 dari diameter papil dan tampak tidak simetris antara

kedua mata, maka harus diwaspadai adanya ekskavasio glaukoma. Diskus

optikus normal. Lihat batas tegas dari diskus optikus, demarkasi yang jelas dari

‘cup’, dan warna pink cerah dari sisi neuroretinal.

f .Tonograf i  

23

Page 25: Referat Glaukoma Kronis

Tonografi dilakukan untuk mengukur banyaknya cairan aquos yang

dikeluarkan melalui trabekula dalam satu satuan waktu. Dengan tonografi diukur

derajat penurunan tekanan bola mata bila diberikan tekanan dengan tonometer

schiotz. Tonometer yang dipakai adalah semacam tonometer schiotz dan bersifat

elektronik yang merekam tekanan bola mata selama 4 menit dan berguna untuk

mengukur pengaliran keluar cairan air mata. Pada tonografi terlihat kurva fasilitas

pengeluaran cairan bilik mata, juga terlihat pulsasi nadi intraocular. Nilai tonografi

C=0, 18 adalah normal, bila C kurang dari 0,18 maka keadaan ini dicurigai menderita

glaukoma.

g. Tes Provokasi 

Tes ini dilakukan pada keadaan dimana seseorang dicurigai menderita

glaukoma. Untuk glaukoma sudut terbuka, dilakukan tes minum air, pressure

congestion test , dan tes steroid. Sedangkan untuk glaukoma sudut tertutup, dapat

dilakukan tes kamar gelap, tes membaca dan tes midriasis.

Uji lain pada glaucoma :

• Uji Kopi

Penderita meminum 1-2 mangkok kopi pekat, bila tekanan bola mata naik 15- 20

mmHg setelah minum 20-40 menit menunjukkan adanya glaukoma.

• Uji Minum Air 

Sebelum makan pagi tekanan bola mata diukur dan kemudian pasien disuruh minum

dengan cepat 1 liter air. Tekanan bola mata diukur setiap 15 menit. Bila tekanan bola

24

Page 26: Referat Glaukoma Kronis

mata naik 8-15 mmHg dalam waktu 45 menit pertama menunjukkan pasien menderita

glaukoma.

• Uji Steroid

Pada  pasien  yang  dicurigai  adanya  glaukoma  terutama  dengan  riwayat glaukoma

simpleks pada keluarga, diteteskan betametason atau deksametason 0,1% 3-4 kali

sehari. Tekanan bola mata diperiksa setiap minggu. Pada pasien berbakat glaukoma

maka tekanan bola mata akan naik setelah 2 minggu.

• Uji Variasi Diurnal

Pemeriksaan dengan melakukan tonometri setiap 2-3 jam sehari penuh,selama 3 hari

biasanya pasien dirawat. Nilai variasi harian pada mata normal adalah antara 2-4

mmHg, sedang pada glaukoma sudut terbuka variasi dapatmencapai 15-20 mmHg.

Perubahan 4-5 mmHg sudah dicurigai keadaan patologik.

• Uji Kamar Gelap

Pada uji ini dilakukan pengukuran tekanan bola mata dan kemudian pasien

dimasukkan ke dalam kamar gelap selama 60-90 menit. Pada akhir 90 menit tekanan

bola mata diukur. 55% pasien glaukoma sudut terbuka akan menunjukkan hasil yang

positif, naik 8 mmHg.

• Uji provokasi pilokarpin

Tekanan bola mata diukur dengan tonometer, penderita diberi pilokarpin 1%selama 1

minggu 4 kali sehari kemudian diukur tekanannya.

3.9 Penatalaksanaan Glaukoma

Prinsip dari pengobatan glaukoma yaitu untuk mengurangi produksi humor

akueus dan meningkatkan sekresi dari humor akueus sehingga dapat menurunkan

tekanan intraokuler. Pengobatan glaucoma sudut terbuka diberikan secara teratur

dan pembedahan hanya dilakukan bila pengobatan tidak mencapai hasil

memuaskan. Pengobatan dengan obat-obatan yaitu :

Miotik :

25

Page 27: Referat Glaukoma Kronis

o Pilokarpin 2-4%, 3-6 kali 1 tetes sehari meningkatkan pengeluaran

air mata –outflow

o Eserin ¼-1 %, 3-6 kali 1 tetes sehari meningkatkan pengeluaran

air mata –outflow

Pemberiannya disesuaikan dengan variasi diurnal yaitu diteteskan pada waktu

tekanan intaokuler menaik.

Efek samping : meskipun dengan dosis yang dianjurkan hanya sedikit yang

diabsorpsi ke dalam sirkulasi sistimik, dapat terjadi mual dan nyeri abdomen.

Dengan dosis lebih tinggi dapat menyebabkan keringat berlebih, salvias,

tremor, bradikardi, hipotensi.

Simpatomimetik

o Epinefrin 0,5-2%, 1-2 kali 1 tetes sehari menghambat produksi

humor aquos

Efek samping : pingsan, menggigil, berkeringat, sakit kepala, hipertensi.

Beta –blocker

o Timolol maleate 0,25-0,50%, 1-2 kali tetes sehari menghambat

produksi humor aquos

Efek samping : hiptensi, bradikardi, sinkop, halusinasi, kambuhnya asma,

payah jantung kongestif.

Nadi harus diawasi terus, pada wanita hamil harus dipertimbangkan dulu

sebelum memberikannya.

Carbonic anhidrase inhibitor

o Asetazolamid 250 mg, 4 x 1 tablet (menghambat produksi humor

aquos)

Efek samping : poliuria, anoreksia, muntah, mengantuk,

trombositopenia, granulositopenia kelainan ginjal

26

Page 28: Referat Glaukoma Kronis

Sebelumnya pasien harus diberikan edukasi untuk memahami bahwa

pengobatan glaucoma sudut terbuka adalah suatu proses seumur hidup dan

bahwa penilaian ulang secara teratur oleh dokter spesalis mata.

Dimulai dengan obat penghambat adrenergic-beta topical kecuali apabila

terdapat kontraindikasi pemakaiannya. Epinefrin (atau dipivefrin) dan pikokarpin

merupakan pilihan utama. Apabila tekanan intraocular belum dapat dikontrol

secara efektif denga terapi topical atau tekanan intraokuler masih lebih dari 21

mmHg, mungkin diperlukan trabekuloplasti dengan laser. Asetazolamid oral

biasanya diberikan setelah tindakan-tindakan tersebut dilakukan atau, dalam

penatalaksanaan jangka panjang, pasien tidak dapat dioperasi.

Pembedahan

Tindakan operasi dilakukan berdasarkan indikasi yaitu :

Tekanan intraokuler tidak dapat dipertahankan di bwah 22 mmHg

Lapangan pandang terus mengecil

Orang sakit tidak dapat dipercaya tentang pemakaian obatnya

Tidak mampu beli obat

Tidak tersedia obat-obat yang diperlukan

Jenis- jenis pembedahan :

1. Laser Trabeculoplasty  

Dilakukan  pada  glaucoma sudut terbuka. Sinar laser (biasanya argon)

ditembakkan  ke  anyaman trabekula  sehingga  sebagian anyaman

mengkerut.  Kerutan  ini dapat mempermudah aliran keluar cairan aquos. Pada

beberapa kasus,terapi  medikamentosa  tetapdiperlukan.  Tingkat

keberhasilan dengan argon laser trabeculoplasty mencapai  75%.  Karena

adanya proses  penyembuhan  luka  maka kerutan ini hanya akan bertahan

selama 2 tahun.

27

Page 29: Referat Glaukoma Kronis

2. Pembedahan Filtrasi

Indikasi: Pembedahan filtrasi dilakukan kalau glaukoma akut sudah

berlangsung lama atau penderita sudah masuk stadium glaukoma kongestif

kronik.

Trepanasi Elliot: sebuah lubang kecil berukuran 1,5 mm dibuat di daerah

kornea-skleral, kemudian ditutup oleh konjungtiva dengan tujuan agar

aquoeus mengalir langsung dari bilik mata depan ke ruang subkonjungtiva.

Sklerektomi Scheie : kornea-skleral dikauterisasi agar luka tidak menutup

kembali dengan sempurna, dengan tujuan agar aquoeus mengalir langsung

dari bilik mata depan ke ruang subkonjungtiva.

Trabekulektomi yaitu dengan mengangkat trabekulum sehingga terbentuk

celah untuk mengalirkan cairan mata masuk ke dalam kanal Schlemm.

Pengobatan glaukoma sudut terbuka diberikan secara teratur dan pembedahan

hanya dilakukan bila pengobatan tidak mencapai hasil memuaskan.

28

Page 30: Referat Glaukoma Kronis

3.10 Prognosis

Tanpa pengobatan, glaukoma dapat mengakibatkan kebutaan total. Apabila

obat tetes anti glaukoma dapat mengontrol tekanan intraokular pada mata yang belum

mengalami kerusakan glaukomatosa luas, prognosis akan baik. Apabila proses

penyakit terdeteksi dini sebagian besar pasien glaukoma dapat ditangani dengan baik

BAB IV

KESIMPULAN

Glaukoma  merupakan  sekelompok  penyakit  neurooptic  yang

menyebabkankerusakan serat optik (neuropati optik), yang ditandai dengan kelainan

atau atrofi papilnervus opticus yang khas, adanya ekskavasi glaukomatosa, serta

kerusakan lapangpandang dan  biasanya disebabkan oleh efek peningkatan tekanan

intraokular sebagai faktor risikonya.

Camera occuli anterior (COA) dan produksi humor aquous merupakan

struktur penting dalam hubungannya dengan pengaturan tekanan intraokuler. Camera

occulianterior dibentuk oleh persambungan antara kornea perifer dan iris. Bagian

mata yangpenting dalam glaukoma adalah sudut filtrasi. Sudut filtrasi ini berada

dalam limbuskornea. Bagian terpenting dari sudut filtrasi adalah trabekula.

Tiga Proses Produksi Humor Aquous oleh proc. Ciliar (epitel ciliar)

yaitu:Transport aktif (sekresi), ultrafiltrasi dan difusi. Humor akuous keluar dari

29

Page 31: Referat Glaukoma Kronis

Camera occulianterior melalui dua jalur konvensional (jalur trabekula) dan jalur

uveosklera (jalur nontrabekula).

Glaukoma sudut terbuka primer adalah neuropati optica yang kronis, progresif

lambat, dengan kerusakan syaraf optik yang tampak pada diskus optikus dan defek

lapang pandang.

Glaukoma sudut terbuka  sekunder  adalah  glaukoma  yang  tidak diketahui

penyebabnya.  Dapat disebabkan atau dihubungkan dengan keadaan-keadaan atau

penyakit yang telah diderita sebelumnya atau pada saat itu, yang dapat menyebabkan

terjadinya peningkatan tekanan intaokuler.

Pemeriksaan penunjang : pemeriksaan visus, Tonometri, Genioskopi,

Lapangpandang,  Oftalmoskopi,  Tonografi,  Tes  provokasi.  Penatalaksaan

Glaukoma  dapatmelalui Terapi Medikamentosa, Tindakan Pembedahan dan dapat

juga Terapi Laser.

DAFTAR PUSTAKA

Davey, Patrick. 2002. Mata Merah dalam At a Glance Medicine. Jakarta :

Penerbit Erlangga.Hal. 108-109

Ilyas, Sidarta.2009.Glaukoma.Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Edisi 3. Balai Penerbit FKUI : Jakarta. Hal 212-

216.Ed.2

James, Bruce. 2006. Glaukoma dalam Lecture Notes : Oftalmologi. Jakarta :

Penerbi Erlangga. Hal. 95-109

Kanski J.J., Bowling B. 2011. Glaucoma. Clinical Ophthalmology A

Systematic Approach. 11thEd. Elsevier Saunders. China; P.312-399.

Lang, F. 2003. Sistem Neuromuskular dan Sensorik dalam Teks dan Atlas

Berwarna Patofisiologi.Jakarta : penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 322-

323

30

Page 32: Referat Glaukoma Kronis

Lewis T.L., Barnebey H.S., Bartlett J.D., Blume A.J., Fingered M., Lalle

P.A., Mann D.F. 2002. Optometric Clinical Practice Guidelines Care of the

Patient with Open Angle Glaucoma. American Optometris Association. 2nd

Ed. USA.

Mansjoer, Arief. 2000. Glaukoma Akut dalam Kapita Selekta Kedokteran.

Jakarta : Media Aesculapius. Hal. 59-60

Mansjoer, Arief. 2000. Glaukoma Kronis dalam Kapita Selekta Kedokteran.

Jakarta : Media Aesculapius. Hal. 61-62

Robin and Cotran. 2005. Pathologic Basis of Disease ed. 7. Philadelphia :

Elsevier Saunders. Page 1444-1445.

Vaughan, Daniel.2000 .Glaukoma dalam Opthamologi Umum. Jakarta :

Widya Medika.Hal. 220-239

31