Upload
aning
View
51
Download
0
Embed Size (px)
BAB I
LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
a. Nama/ Jenis Kelamin/ Umur : Ny. R/ Perempuan/33 Tahun
a. Pekerjaan/ Pendidikan : IRT / SMA
b. Alamat : RT. 08 Ulu Gedong
2. Latar belakang sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga
a. Status Perkawinan : Menikah
b. Jumlah Anak/ Saudara : Anak 2 orang
c. Status Ekonomi Keluarga : Social ekonomi kurang
d. Kondisi Rumah : Baik, ventilasi cukup, WC leher angsa
dengan septik tank, penerangan cukup, sumber air bersih PDAM.
e. Kondisi Lingkungan Keluarga : Pasien tinggal di tempat yang padat
penduduk
3. Aspek Psikologis Dalam Keluarga : Pasien merupakan seorang ibu
rumah tangga mempunyai 1 orang suami yang bekerja sebagai buruh dan 2
orang anak.
4. Riwayat Penyakit Dahulu/Keluarga :
Pasien tidak pernah mengalami gejala ini sebelumnya.
Riwayat alergi obat dan makanan disangkal.
Riwayat bersin-bersin pagi hari disangkal.
Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama disangkal
5. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan utama : Gatal-gatal pada pinggir kuku kaki kiri dan tangan kanan
sejak± 3 minggu
Riwayat penyakit sekarang :
1
Pasien datang dengan keluhan gatal-gatal pada pinggir kuku kaki kiri
dan tangan kanan awalnya muncul bercak merah dan kulit mengelupas di
pinggir kuku kaki kiri dan tangan kanan. Keluhan dirasakan sejak 3
minggu yang lalu. Keluhan bertambah luas sejak pertama kali muncul.
Pasien mengatakan keluhan muncul setelah ia sering mencuci pakaian dan
piring menggunakan sabun bubuk merk BOOM. Pertama kali muncul
berupa merah berair yang terasa gatal Pasien mengatakan sering
menggaruk kedua tangannya tersebut. Lama-kelamaan menjadi bercak-
bercak merah disertai kulit mengelupas.
Selama 1 minggu ini pasien mengganti sabun cuci detejen dengan
sabun cuci batangan. Pasien mengatakan merah sedikit berkurang, tetapi
masih terasa gatal . gatal- gatal dirasakan pada pinggir jari kaki dan
tangan.
6. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : compos mentis
Vital sign : TD : 110/80 mmHg
N : 84 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,5˚ C
Tinggi badan : 155 cm
Berat Badan : 65 kg
Kepala : normochepal
Mata : Conjugtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-, pupil bulat isokor,
Diameter 3mm/3mm, Udem palpebra -/-, mata merah -/-
Telinga : normotia, sekret -/-, tidak ada tanda perdarahan
Hidung : lapang, deviasi septum (-), konka hiperemis (-), sekret bening (-),
pernafasan cuping hidung (-)
Mulut : Bibir basah, selaput lendir basah, palatum utuh, lidah kotor (-)
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan tidak ada
pembesaran getah bening,
2
Dada
Inspeksi : bekas luka (-), retraksi (-)
Perkusi : sonor +/+
Palpasi : pengembangan dada simetris +/+
Fremitus (+) normal
Auskultasi :
Cor : S1 S2 reguler, bising jantung (-)
Pulmo : vesikuler +/+, suara tambahan ronkhi (-), wheezing (-)
Abdomen : Abdomen :bekas operasi (-),bising usus (+) , nyeri tekan
epigastrium (-)
Genitalia : tidak dilakukan
Anggota Gerak : akral hangat, RCT <2 detik, oedem (-)
Status Dermatologik :
Lokasi : Pinggir kuku kaki kiri dan tangan tangan kanan
Efloresensi : eritem, skuama
7. Laboratorium Dan Usulan pemeriksaan :
Usulan pemeriksaan penunjang: Tes alergi pacths test
8. Diagnose Kerja : Dermatitis Kontak Alegen et causa Sabun Deterjen
9. Manajemen:
1. Promotif :
- Menjelaskan kepada pasien tentang penyebab penyakitnya
- Menjelaskan kepada pasien cara menghindari dan mengurangi
berulangnya gejala tersebut
2. Preventif :
Menggunakan alat pelindung (sarung tangan, kantong plastik
dan sepatu boat) saat kontak dengan sabun
Mencegah atau menghindari bahan yang mengiritasi (deterjen).
3
Menggunakan pelembab kulit atau emolien untuk mengatasi
kulit kering.
Jangan menggaruk luka karena bisa menjadi tempat infeksi
baru dan dapat meninggalkan bekas garukan yang permanen.
Kontrol bila obat habis.
3. Kuratif :
- Non Farmakologik
Menggunakan alat pelindung (sarung tangan) saat
kontak dengan sabun
- Farmakologik
Chlorpheniramini maleas tab 4mg 3x1
Dexamethason tab 0,5 mg 3x1
krim hidrokortison 1%
- Tradisional
Rebusan daun sirih yang bersifat antiseptik bisa
digunakan sebagai pembersih daerah yang gatal
sebelum diobati dengan obat oles
Rebus 15 lembar daun sirih dengan 2 liter air.
Jika sudah mendidih dan warnanya berubah, air rebusan
daun srih yang masih ruam-ruam kuku bisa digunakan
untuk membersihkan daerah yang terkena dermatitis
kontak alergi
4. Rehabilitatif :
- Minum obat sesuai anjuran dan jangan menggaruk agar tidak
terjadi infeksi.
- Menghindari kontak dengan penyebab alergi
- Jika semakin bertambah berat dan tidak sembuh, maka segera
periksa ke RS
4
Dinas Kesehatan Kota JambiPuskesmas Perawatan Pasir Panjang
Kelurahan Olak Kemang Kecamatan Danau Teluk
Dokter : Ricky SukyantiSIP : No. 6032/SIK/2013
Tanggal: 09 Desember 2013
R/ Chlorpheniramini maleas tab 4mg no. X
S3ddtab1
R/ Dexamethason tab 0,5 mg no.X
S3ddtabI
R/ krim hidrokortison 1% no.I
S3ddSUE 1
Pro : Ny. R
Umur : 33 tahun
Alamat: RT.08Ulu Gedong
5
BAB II
Tinjauan Pustaka
1. Definisi
Dermatitis kontak alergi adalah suatu dermatitis (peradangan kulit) yang
timbul setelah kontak dengan alergen melalui proses sensitisasi. 1
2. Etiologi
Penyebab dermatitis kontak alergik adalah alergen, paling sering berupa
bahan kimia dengan berat molekul kurang dari 500-1000 Da, yang juga disebut
bahan kimia sederhana. Dermatitis yang timbul dipengaruhi oleh potensi
sensitisasi alergen, derajat pajanan, dan luasnya penetrasi di kulit. 2
Penyebab utama kontak alergen di Amerika Serikat yaitu dari tumbuh-
tumbuhan. Sembilan puluh persen dari populasi mengalami sensitisasi terhadap
tanaman dari genus Toxicodendron, misalnya poison ivy, poison oak dan poison
sumac. Toxicodendron mengandung urushiol yaitu suatu campuran dari highly
antigenic 3- enta decyl cathecols. Bahan lainnya adalah nikel sulfat (bahan-bahan
logam), potassium dichromat (semen, pembersih alat -alat rumah tangga),
formaldehid, etilendiamin (cat rambut, obat-obatan), mercaptobenzotiazol (karet),
tiuram (fungisida) dan parafenilendiamin (cat rambut, bahan kimia fotografi). 3
3. Predisposisi
Berbagai faktor berpengaruh dalam timbulnya dermatitis kontak alergi.
Misalnya antara lain:2
Faktor eksternal
1. Potesi sensitisasi allergen
2. Dosis per unit area
3. Luas daerah yang terkena
4. Lama pajanan
5. Oklusi
6
6. Suhu dan kelembaban lingkungan
7. Vehikulum
8. pH
b. Faktor Internal/ Faktor Individu
1. Keadaan kulit pada lokasi kontak :Contohnya ialah
ketebalan epidermis dan keadaan stratum korneum.
2. Status imunologik: Misal orang tersebut sedang menderita
sakit, atau terpajan sinar matahari.
3. Genetik :Faktor predisposisi genetic berperan kecil,
meskipun misalnya mutasi null pada kompleks gen fillagrin
lebih berperan karena alergi nickel.
4. status higinie dan gizi
4. Patofisiologi
Dermatitis kontak alergi atau DKA disebabkan oleh pajanan secara
berulang oleh suatu alergen tertentu secara berulang, seperti zat kimia yang
sangat reaktif dan seringkali mempunyai struktur kimia yang sangat sederhana.
Struktur kimia tersebut bila terkena kulit dapat menembus lapisan epidermis yang
lebih dalam menembus stratum corneum dan membentuk kompleks sebagai
hapten dengan protein kulit. Konjugat yang terbentuk diperkenalkan oleh sel
dendrit ke sel-sel kelenjar getah bening yang mengalir dan limfosit-limfosit secara
khusus dapat mengenali konjugat hapten dan terbentuk bagian protein karier yang
berdekatan. Kojugasi hapten-hapten diulang pada kontak selanjutnya dan limfosit
yang sudah disensitisasikan memberikan respons, menyebabkan timbulnya
sitotoksisitas langsung dan terjadinya radang yang ditimbulkan oleh limfokin. 4
Sebenarnya, DKA ini memiliki 2 fase yaitu fase sensitisasi dan fase
elisitasi yang akhirnya dapat menyebabkan DKA. Pada kedua fase ini akan
melepaskan mediator-mediator inflamasi seperti IL-2, TNFα, leukotrien, IFNγ,
dan sebagainya, sebagai respon terhadap pajanan yang mengenai kulit tersebut.
Pelepasan mediator-mediator tersebut akan menimbulkan manifestasi klinis khas
khas yang hampir sama seperti dermatitis lainnya. DKA ini akan terlihat jelas
7
setelah terpajan oleh alergen selama beberapa waktu yang lama sekitar berbulan-
bulan bahkan beberapa tahun.4
Secara khas, DKA bermanifestasi klinis sebagai pruritus, kemerahan dan
penebalan kulit yang seringkali memperlihatkan adanya vesikel-vesikel yang
relatif rapuh. Edema pada daerah yang terserang mula-mula tampak nyata dan jika
mengenai wajah, genitalia atau ekstrimitas distal dapat menyerupai eksema.
Edema memisahkan sel-sel lapisan epidermis yang lebih dalam (spongiosus) dan
dermis yang berdekatan. Lebih sering mengenai bagian kulit yang tidak memiliki
rambut terutama kelopak mata. 4
5. Penegakan Diagnosis
1. Anamnesa
Pertanyaan mengenai kontaktan yang dicurigai didasarkan
kelainan kulit berukuran numular di sekitar umbilikus berupa
hiperpigmentasi, likenifikasi, dengan papul dan erosi, maka perlu
ditanyakan apakah penderita memakai kancing celana atau kepala ikat
pinggang yang terbuat dari logam (nikel). Data yang berasal dari
anamnesis juga meliputi riwayat pekerjaan, hobi, obat topikal yang pernah
digunakan, obat sistemik, kosmetika, bahan-bahan yang diketahui
menimbulkan alergi, penyakit kulit yang pernah dialami, riwayat atopi,
baik dari yang bersangkutan maupun keluarganya.2
8
Tabel 2.1 Penelusuran riwayat pada DKA
Demografi dan riwayat
pekerjaan
Umur, jenis kelamin, ras, suku, agama, status
pernikahan, pekerjaan, deskripsi dari pekerjaan,
paparan berulang dari alergen yang didapat saat
kerja, tempat bekerja, pekerjaan sebelumnya.
Riwayat penyakit dalam
keluarga
Faktor genetik, predisposisi
Riwayat penyakit
sebelumnya
Alergi obat, penyakit yang sedang diderita, obat-
obat yang digunakan, tindakan bedah
Riwayat dermatitis yang
spesifik
Onset, lokasi, pengobatan
6. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik sangat penting, karena dengan melihat lokasi dan pola
kelainan kulit seringkali dapat diketahui kemungkinan penyebabnya. Berbagai
lokasi terjadinya DKA dapat dilihat pada tabel 2.2. Misalnya, di ketiak oleh
deodoran; di pergelangan tangan oleh jam tangan; di kedua kaki oleh
sepatu/sandal. Pemeriksaan hendaknya dilakukan di tempat yang cukup terang,
pada seluruh kulit untuk melihat kemungkinan kelainan kulit lain karena sebab-
sebab endogen.2
Tabel 2.2 Berbagai Lokasi Terjadinya DKA
Lokasi Kemungkinan Penyebab
Tangan Pekerjaan yang basah (‘Wet Work’) misalnya
memasak makanan (getah sayuran, pestisida)
dan mencuci pakaian menggunakan deterjen.
Lengan Jam tangan (nikel), sarung tangan karet, debu
semen, dan tanaman.
Ketiak Deodoran, anti-perspiran, formaldehid yang ada
9
di pakaian.
Wajah Bahan kosmetik, spons (karet), obat topikal,
alergen di udara (aero-alergen), nikel (tangkai
kacamata).
Bibir Lipstik, pasta gigi, getah buah-buahan.
Kelopak mata Maskara, eye shadow, obat tetes mata, salep
mata.
Telinga Anting yang terbuat dari nikel, tangkai
kacamata, obat topikal, gagang telepon.
Leher Kalung dari nikel, parfum, alergen di udara, zat
warna pakaian.
Badan Tekstil, zat warna, kancing logam, karet
(elastis, busa), plastik, deterjen, bahan pelembut
atau pewangi pakaian.
Genitalia Antiseptik, obat topikal, nilon, kondom,
pembalut wanita, alergen yang berada di
tangan, parfum, kontrasepsi.
Paha dan tungkai bawah Tekstil, kaus kaki nilon, obat topikal,
sepatu/sandal.
Pada pemeriksaan fisik dermatitis kontak alergi secara umum dapat
diamati beberapa ujud kelainan kulit antara lain edema, papulovesikel, vesikel
atau bula. Ujud kelainan kulit dapat dilihat pada beberapa gambar berikut :
a. Dermatitis kontak alergi pada di lengan tempat tali jam tangan karena
alergi terhadap nikel menyebabkan eritema. Lesi yang timbul pada lokasi
kontak langsung dengan nikel (lesi eksematosa dan terkadang popular).
Lesi eksematosa berupa papul-papul, vesikel-vesikel yang dijumpai pada
lokasi kontak langsung.
10
b. Dermatitis kontak alergi akut pada bibir yang terjadi karena lipstick. Pasien
hipersensitif terhadap eosin mengakibatkan eritema pada bibir
c. Telinga. Anting atau jepit telinga terbuat dari nikel, penyebab dermatitis
kontak pada telinga. Penyebab lain misalnya obat topikal, tangkai kaca
mata, cat rambut, alat bantu dengar, gagang telepon. Alat bantu dengar
dapat mengandung akrilak, bahan plastik, serta bahan kimia lainnya.
Anting-anting yang menyebabkan dermatitis pada telinga umumnya yang
terbuat dari nikel dan jarang pada emas. Tindikan pada telinga mungkin
menjadi fase sensitisasi pada dermatitis karena nikel yang bisa mengarah
pada dermatitis kontak kronik. Dermatitis kontak alergi subakut pada telinga
dan sebagian leher. Akhirnya diketahui bahwa pasien alergi terhadap bahan
plastik
11
d. Badan. Dermatitis kontak di badandapatdisebabkanolehtekstil,
zatwarnakancinglogam, karet (elastis, busa), plastik, deterjen bahan
pelembutatau pewangi pakaian. Dermatitis kontak pada perut karena pasien
alergip ada karet dari celananya. Terlihata dan yaeritema yang berbatas
tegas sesuai dengan daerah yang terkenaalergen.
e. Genitalia.Penyebabnya data antiseptik, obat topikal, nilon,
kondom,pembalut wanita alergen yang berada di tangan, parfum,
kontrasepsi, deterjen. Dermatitis kontak yang terjadi pada daerah vulva
karena alergi pada cream yang mengandung neomisin, terlihat eritema
12
f. Paha dan tungkai bawah. Dermatitis di tempat ini dapat disebabkan oleh
tekstil, dompet, kunci (nikel), kaos kaki nilon, obat topikal, semen,
sepatu/sandal. Pada gambar dermatitis kontakalergi yang terjadi karena
Quaternium-15,bahan pengawet pada pelembab.Kaki mengalami skuama,
krusta
7. Pemeriksaan Penunjang2
a. Uji Tempel
Kelainan kulit DKA sering tidak menunjukkan gambaran
morfologik yang khas, dapat menyerupai dermatitis atopik, dermatitis
numularis, dermatitis seboroik, atau psoriasis. Diagnosis banding yang
utama ialah dengan Dermatitis Kontak Iritan (DKI). Dalam keadaan ini
pemeriksaan uji tempel perlu dipertimbangkan untuk menentukan, apakah
dermatitis tersebut karena kontak alergi.
Tempat untuk melakukan uji tempel biasanya di punggung. Bahan
yang secara rutin dan dibiarkan menempel di kulit, misalnya kosmetik,
pelembab, bila dipakai untuk uji tempel, dapat langsung digunakan apa
adanya. Bila menggunakan bahan yang secara rutin dipakai dengan air
untuk membilasnya, misalnya sampo, pasta gigi, harus diencerkan terlebih
dahulu. Bahan yang tidak larut dalam air diencerkan atau dilarutkan dalam
vaselin atau minyak mineral. Produk yang diketahui bersifat iritan,
13
misalnya deterjen, hanya boleh diuji bila diduga keras penyebab alergi.
Apabila pakaian, sepatu, atau sarung tangan yang dicurigai penyebab
alergi, maka uji tempel dilakukan dengan potongan kecil bahan tersebut
yang direndam dalam air garam yang tidak dibubuhi bahan pengawet, atau
air, dan ditempelkan di kulit dengan memakai Finn chamber, dibiarkan
sekurang-kurangnya 48 jam. Perlu diingat bahwa hasil positif dengan
alergen bukan standar perlu kontrol (5 sampai 10 orang) untuk
menyingkirkan kemungkinan terkena iritasi.
Aplikasi Patch Test (Uji Tempel) pada pasien
Berbagai hal berikut ini perlu diperhatikan dalam pelaksanaan uji tempel : 2
1. Dermatitis harus sudah tenang (sembuh). Bila masih dalam
keadaan akut atau berat dapat terjadi reaksi ‘angry back’ atau
‘excited skin’ reaksi positif palsu, dapat juga menyebabkan
penyakit yang sedang dideritanya semakin memburuk.
2. Tes dilakukan sekurang-kurangnya satu minggu setelah pemakaian
kortikosteroid sistemik dihentikan (walaupun dikatakan bahwa uji
tempel dapat dilakukan pada pemakaian prednison kurang dari 20
mg/hari atau dosis ekuivalen kortikosteroid lain), sebab dapat
menghasilkan reaksi negatif palsu. Sedangkan antihistamin
sistemik tidak mempengaruhi hasil tes, kecuali diduga karena
urtikaria kontak.
14
3. Uji tempel dibuka setelah dua hari, kemudian dibaca; pembacaan
kedua dilakukan pada hari ke-3 sampai ke-7 setelah aplikasi.
4. Penderita dilarang melakukan aktivitas yang menyebabkan uji
tempel menjadi longgar (tidak menempel dengan baik), karena
memberikan hasil negatif palsu. Penderita juga dilarang mandi
sekurang-kurangnya dalam 48 jam, dan menjaga agar punggung
selalu kering setelah dibuka uji tempelnya sampai pembacaan
terakhir selesai.
5. Uji tempel dengan bahan standar jangan dilakukan terhadap
penderita yang mempunyai riwayat tipe urtikaria dadakan
(immediate urticaria type), karena dapat menimbulkan urtikaria
generalisata bahkan reaksi anafilaksis. Pada penderita semacam ini
dilakukan tes dengan prosedur khusus.
Setelah dibiarkan menempel selama 48 jam, uji tempel dilepas. Pembacaan
pertama dilakukan 15-30 menit setelah dilepas, agar efek tekanan bahan yang
diuji telah menghilang atau minimal. Hasilnya dicatat seperti berikut:2
1 = reaksi lemah (nonvesikular) : eritema, infiltrat, papul (+)
2 = reaksi kuat : edema atau vesikel (++)
3 = reaksi sangat kuat (ekstrim) : bula atau ulkus (+++)
4 = meragukan : hanya makula eritematosa
5 = iritasi : seperti terbakar, pustul, atau purpura (IR)
6 = reaksi negatif (-)
7 = excited skin
8 = tidak dites (NT=non tested)
15
Hasil Patch Tes/Uji Tempel setelah 72 jam
Pembacaan kedua perlu dilakukan sampai satu minggu setelah aplikasi,
biasanya 72 atau 96 jam setelah aplikasi. Pembacaan kedua ini penting untuk
membantu membedakan antara respons alergik atau iritasi, dan juga
mengidentifikasi lebih banyak lagi respons positif alergen. Hasil positif dapat
bertambah setelah 96 jam aplikasi, oleh karena itu perlu dipesan kepada pasien
untuk melapor, bila hal itu terjadi sampai satu minggu setelah aplikasi. 2
Untuk menginterpretasi hasil uji tempel tidak mudah. Interpretasi
dilakukan setelah pembacaan kedua. Respon alergik biasanya menjadi lebih jelas
antara pembacaan kesatu dan kedua, berawal dari +/- ke + atau ++ bahkan ke +++
(reaksi tipe crescendo), sedangkan respon iritan cenderung menurun (reaksi tipe
decrescendo). 2
8. Gold Standard Diagnosis
Gold standard pada diagnosis dermatitis kontak alergika yaitu dilakukan
uji tempel. Tempat untuk melakukan uji tempel biasanya di punggung. Untuk
melakukan uji tempel diperukan antigen standar buatan pabrik, misalnya Finn
Chamber System Kit dan T.R.U.E Test. Adakalanya tes dilakukan dengan antigen
bukan standar, dapat berupa bahan kimia murni, atau lebih sering bahan campuran
yang berasal dari rumah, lingkungan kerja atau tempat rekreasi. Mungkin ada
16
T.R.U.E. Test® (Mekos Laboratories, Hillerod, Denmark) patch-test.
A. Hasil uji positif terhadap picaridin (KBR) 2,5%.
B. Hasil uji positif terhadap methyl glucose diolate (MGD) 10%.
sebagian bahan ini yang bersifat sangat toksik terhadap kulit, atau walaupun
jarang dapat memberikan efek toksik secara sistemik. Oleh karena itu, bila
menggunakan bahan tidak standar, apalagi dengan bahan industri, harus berhati-
hati sekali. Jangan melakukan uji tempel dengan bahan yang tidak diketahui .2
9. Penatalaksanaan2, 5
1. Non medikamentosa
a. Memotong kuku – kuku jari tangan dan jaga tetap bersih dan
pendek serta tidak menggaruk lesi karena akan menimbulkan
infeksi
b. Memberi edukasi mengenai kegiatan yang berisiko untuk terkena
dermatitis kontak alergi
c. Gunakan perlengkapan/pakaian pelindung saat melakukan aktivitas
yang bersentuhan dengan alergen
d. Memberi edukasi kepada pasien untuk tidak mengenakan
perhiasan, aksesoris, pakaian atau sandal yang merupakan
penyebab alergi
2. Medikamentosa
a. Simptomatis
Diberi antihistamin yaitu Chlorpheniramine Maleat (CTM)
sebanyak 3-4 mg/dosis, sehari 2-3 kali untuk dewasa dan 0,09
mg/dosis, sehari 3 kali untuk anak – anak untuk menghilangkan
rasa gatal
b. Sistemik
1) Kortikosteroid yaitu prednison sebanyak 5 mg, sehari 3 kali
2) Cetirizine tablet 1x10mg/hari
3) Bila terdapat infeksi sekunder diberikan antibiotika
(amoksisilin atau eritromisin) dengan dosis
3x500mg/hari, selama 5 hingga 7 hari
c. Topikal
17
1) Krim desoksimetason 0,25%, 2 kali sehari
10. Pencegahan
Pencegahan DKA dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :6
a. Memberi edukasi mengenai kegiatan yang berisiko untuk terkena
dermatitis kontak alergi
b. Menghindari substansi allergen
c. Mengganti semua pakaian yang terkena allergen
d. Mencuci bagian yang terpapar secepat mungkin dengan sabun, jika
tidak ada sabun bilas dengan air
e. Menghindari air bekas cucian/bilasan kulit yang terpapar allergen
f. Bersihkan pakaian yang terkena alergen secara terpisah dengan
pakaian lain
g. Bersihkan hewan peliharaan yang diketahui terpapar allergen\
Gunakan perlengkapan/pakaian pelindung saat melakukan aktivitas
yang berisiko terhadap paparan allergen
11. Prognosis
Prognosis dermatitis kontak alergi umumnya baik, sejauh bahan kontaknya
dapat disingkirkan. Prognosis kurang baik dan menjadi kronis bila bersamaan
dengan dermatitis yang disebabkan oleh faktor endogen(dermatitis atopik,
dermatitis numularisatau psoriasia) (Vorvick, 2011; Sularsito, 2007). Faktor lain
yang membuat prognosis kurang baik adalah pajanan alergen yang tidak mungkin
dihindari misalnya berhubungan dengan pekerjaan tertentu atau yang terdapat di
lingkungan penderita. 2
12. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi adalah infeksi kulit sekunder oleh bakteri
terutama Staphylococcus aureus, jamur, atau oleh virus misalnya herpes simpleks.
Rasa gatal yang berkepanjangan serta perilaku menggaruk dapat dapat mendorong
kelembaban pada lesi kulit sehingga menciptakan lingkungan yang ramah bagi
18
bakteri atau jamur. Selain itu dapat pula menyebabkan eritema multiforme (lecet)
dan menyebabkan kulit berubah warna, tebal dan kasar atau disebut
neurodermatitis (lichen simplex chronicus). 6
19
BAB III
ANALISA KASUS
Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar
Pasien tinggal di RT.08 Ulu Gedong, rumah pasien adalah rumah
panggung terbuat dari kayu. Pasien dalam satu kamar terdapat 3 orang, jendela
ruangan 10 buah kamar selalu dibuka sehingga cahaya matahari masuk keruangan.
Sumber air berasal dari PAM untuk mencuci, mandi, dan mencuci peralatan
makan dan kondisi airnya bersih.
Tidak terdapat hubungan antara penyakit pasien dengan keadaan rumah
dan lingkungan sekitar karena jendela ruangan selalu. Dan rumah selalu
dibersihkan.
Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga
Pada penyakit ini jika salah satu atau lebih anggota kelurga mengalami
dermatitis maka kemungkinan anknya juga mengalami alergi.
Pada pasien ini tidak mempunyai hubungan dengan keluarga. Dari
anamnesis tidak ada riwayat keluarga terkena alergi
Analisis untuk mengurangi paparan
- Pasien kita edukasi dengan menjelaskan kepada pasien tentang
penyebab penyakitnya
- Menjelaskan kepada pasien cara menghindari dan mengurangi
berulangnya gejala tersebut
- Menggunakan alat pelindung (sarung tangan, kantong plastik dan
sepatu boat) saat kontak dengan sabun
- Mencegah atau menghindari bahan yang mengiritasi (deterjen).
- Menggunakan pelembab kulit atau emolien untuk mengatasi kulit
kering.
- Jangan menggaruk luka karena bisa menjadi tempat infeksi baru
dan dapat meninggalkan bekas garukan yang permanen.
- Kontrol bila obat habis.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Siregar, R.S,. 2004. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2. Jakarta:
EGC
2. Sularsito, Sri Adi dan Suria Djuanda. 2010. Dermatitis dalam Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin Edisi 6. Jakarta : FKUI
3. Trihapsoro, Iwan. 2003. Dermatitis Kontak Alergik pada Pasien Rawat
Jalan di RSUP Haji Adam Malik Medan. Universitas Sumatra Utara,
Medan. Tersedia dalam : http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/6372
4. Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses- Proses
Penyakit. Jakarta : EGC.
5. Morgan, Geri, Hamilton, Carole. 2009. Obstetri & Ginekologi: Panduan
Praktik Edisi 2. Jakarta : EGC
6. Sumantri, M.A., Febriani, H.T., Musa, S.T. 2005. Dermatitis Kontak.
Yogyakarta : Fakultas Farmasi UGM
21