Upload
fiqy-n
View
147
Download
0
Embed Size (px)
STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. E
Umur : 56 th
Jenis kelamin : laki-laki
Suku bangsa : sunda
Pekerjaan : perangkat desa dan peternak ayam
Alamat : singkup RT 04 RW 02 kecamatan jepara
Tanggal Pemeriksaan : 2 Oktober 2013 jam 10.00 WIB
II. Anamnesa
Keluhan utama:
Penglihatan kabur pada mata kiri
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke poliklinik mata RSUD 45 Kuningan dengan keluhan penglihatan
kabur sejak 10 hari yang lalu. Keluhan tersebut terjadi pada mata kiri pasien. Pada saat
melihat pasien juga merasa silau. Pasien juga mengatakan matanya merah dan berair.
Selain itu pasien merasakan nyeri pada mata kiri pasien. Pasien merasakan seperti ada
benda asing pada mata kirinya. Pasien menceritakan pada awalnya 2 bulan yang lalu
pasien merasakan mata pasien merah, belekan dan berair. Belekan dirasakan pasien
terutama pada saat bangun tidur dipagi hari. Pada saat itu penglihatan pasien belum
kabur. Pasien kemudian berobat ke puskesmas. Namun pasien tidak merasakan
perubahan. Kemudian pasien berobat ke dokter umum, dan tidak ada perubahan.
Beberapa hari selanjutnya pasien kembali berobat ke dokter umum yang lainya dan masih
saja tidak ada perubahan yang berarti. Satu bulan yang lalu akhirnya pasien berobat ke
poliklinik mata RSUD 45 Kuningan, diberikan obat, pasien merasakan ada sedikit
perubahan. Namun setelah obat habis pasien merasakan penglihatan menjadi kabur. Dan
pada akhirnya pada hari ini pasien kembali berobat dengan keluhan penglihatan mata kiri
menjadi kabur.
Pasien mengatakan sering “mengucek-ngucek” matanya. Selain itu pasien juga
mengatakan mata pasien terkena debu akibat sering membersihkan kandang ayam
miliknya.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien belum pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya
Riwayat Penyakit Keluarga:
tidak ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama denga pasien
Riwayat Pengobatan Sebelumnya:
pasien sudah pernah berobat ke puskesmas dan ke dokter umum sebanyak dua kali
III.Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : composmentis
Vital sign: TD : 160/90
IV. Pemeriksaan Oftalmologi
Pemeriksaan Ocular Dextra Ocular Sinistra
Visus 5/12 1/300
Pinhole - -
Refraksi - -
Lapang pandang - -
Gerakan bola mata Gerak bola mata bebas ke
segala arah
Gerak bola mata bebas
ke segala arah
Palpebra Superior
Edema
Hiperemis
Papil
Entropion
Silia
Pseudoptosis
Sikatriks
Trikiasis
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
Palpebra Inferior
Edema
Hiperemis
Entropion
Silia
Sikatriks
Trikiasis
- -
- -
- -
- -
- -
- -
Konjungtiva palpebra
Superior
Inferior
- + hiperemis
- + hiperemis
Konjungtiva bulbi
Injeksi konjungtiva
Injeksi silier
- +
- +
Kornea
Keadaan
Permukaan
DBN Terdapat ulkus central.
Pada bag.tengah
terdapat descemetokel.
Tepi tidak rata
Bilik mata depan
Hifema - -
- -
Hipopion
Iris
- Warna
Sinekia - +
Pupil
Bentuk
Refleks cahaya
reguler Sulit dinilai
+ Sulit dinilai
Lensa normal Detail sulit dinilai
Apparatus lakrimalis normal Lakrimasi +
Tonometri Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
V. Resume
Pasien datang dengan keluhan penglihatan mata kiri menjadi kabur sejak 10 hari yang
lalu. Keluhan disertai mata merah, berair, nyeri dan silau. 2 bulan sebelumnya pasien
sudah mengeluhkan mata merah tetapi penglihatn belum kabur seperti sekarang. Pasien
sudah beberapa kali berobat dan belum ada perubahan sampai akhirnya timbul keluhan
seperti sekarang.
Pemeriksaan oftalmologi : (OS)
Visus : 1/300
Konjungtiva palbebra sinistra : hiperemis
Konjungtiva bulbi : terdapat injeksi conjunctiva dan injeksi silier
Kornea : terdapat ulkus central. Pada bag.tengah terdapat descemetokel. Tepi
tidak rata
Lakrimalis : lakrimasi +
VI. Pemeriksaan yang telah dilakukan
-tes flouresen : +
pada slitlamp terlihat hilangnya jaringan kornea pada bagian sentral dan pada bagian
tengah tampak descemetokel
VII. Pemeriksaan Anjuran
- Pewarnaan gram dan KOH
- Kultur
VIII. Diagnosis Banding
OS ulkus kornea susp.bakteri + descemetocel
OS ulkus kornea susp jamur +descemetocel
IX. Diagnosis Kerja
OS ulkus kornea susp.bakteri + descemetocel
X. Penatalaksanaan
- pasien dirawat dirumah sakit
- infuse Ringer Laktat
- inj.ciprofloxacin 3x1
- inj. Gentamicin 3x1
- inj. Ranitidine 3x1
- inj. Kaltrofen 2x1
- giflox ditetes tiap ½ jam
- gentamicin e.d tiap ½ jam
- tropin e.d tiap 5x 1tetes
- acyclovir 5x 800mg
- ketokonazol 2x1
- glaukom tab
XI. Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad malam
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Kornea
Bola mata terdiri atas dinding bola mata dan isi bola mata. Dinding bola mata
terdiiri dari sclera dan kornea. Pada kornea terdiri dari lima lapisan, yaitu :
Epitel
Merupakan lapisan paling luar kornea dan berbentuk epitel berlapis gepeng tanpa
tanduk
Membrane bowman
Suatu membrane tipis yang homogeny terdiri atas susunan serat kolagen kuat yang
mempertahankan bentuk kornea.
Stroma
Lapisan paling tebal dari kornea. Bersifat higroskopis yang menarik air dari bilik mata
depan.
Membrane descemet
Lapisan ini merupakan pelindung atau barier infeksi dan masuknya pembuluh darah.
Endotel
Merupakan jaringan terpenting untuk mempertahankan kejernihan kornea. Endotel
merupakan sebagai pengatur cairan didalam stroma kornea.
Gambar lapisan kornea
(www.duniamata.blogspot.com)
B. Definisi Ulkus Kornea
Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea sampai lapisan
stroma akibat kematian jaringan kornea.1
C. Epidemiologi1
Penelitian di United Kingdom melaporkan beberapa factor berkaitan dengan
meningkatnya resiko terjadinya invasi pada kornea yaitu penggunaan lensa kontak yang
sama, laki-laki, merokok dan sering terjadi pada bulan maret sampai juli. Dari penelitian
juga didapatkan insidensi terjadinya ulkus kornea meningkat hingga 8 kali lipat pada
mereka yang tidur masih menggunakan lensa kontak.
Ulkus kornea dapat mengenai semua umur. Di Indonesia ulkus kornea tahun 1993
adalah 5,3 per 100.000 penduduk di Indonesia, sedangkan predisposisi terjadinya ulkus
kornea antara lain terjadi karena trauma, pemakaian lensa kontak, dan kadang-kadang
tidak di ketahui penyebabnya.
D. Patogenesis
Ulkus kornea terjadi akibat organisme yang memproduksi toksin yang
menyebabkan nekrosis dan pembentukan pus dijaringan kornea. Kornea merupakan
bagian mata yang avaskuler, sehingga apabila terjadi infeksi maka proses infiltrasi dan
vaskularisasi dari limbus baru akan terjadi 48 jam kemudian. Maka badan kornea,
wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja sebagai
makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat di
limbus dan tampak sebagai injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-
sel mononuclear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan
timbulnya infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-
batas tak jelas dan permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan
timbulah ulkus kornea.2
Patologi dari ulkus kornea
- Tahap progresif infiltrasi
Pada tahap ini dikarakteristikan dengan infiltrasi dari PMN dan/atau limfosit kedalam
epithelium dari sirkulasi perifer. Pada tahap ini nekrosis dapat muncul pada jaringan
tergantung dari virulensi agen pathogen dan kekuatan mekanisme pertahana dari host
tersebut.
- Tahap ulserasi aktifUlserasi aktif terjadi disebabkan karena nekrosis dan pengelupasan dari epithelium,
membrane bowman dan stroma. Dinding dari ulserasi aktif ini akan membengkak
disebabkan oleh lamella yang terimbibis oleh cairan dan leukosit diantaranya. Pada tahap
ini disekitar dan dasar dari ulserasi akan memperlihatkan infiltrasi abu-abu dan
pengelupas.
Pada tahap ini akan muncul hyperemia dari jaringan sirkumkorneal yang merupakan hasil
dari akumulasi eksudar purulen dari kornea. Kongesti vaskular pada iris, badan siliaris
dan iritis terjadi akibat dari absorpsi toxin dari ulserasi. Eksudasi dapat masuk kedalam
COA melalui pembuluh iris dan bandan siliaris menyebabkan hipopion. Ulserasi dapat
berkembang hanya pada bagian superficial ataupuan dapat lebih menembus kedalam
hingga menyebabkan formasi descemetocele hingga perforasi kornea.
- Tahap regresiTahap regersi merupakan tahapan yang diinduksi dari mekanisme pertahanan dan
tatalaksana yang didapatkan yang meningkatkan respon host. Garis demarkasi kemudian
terbentuk di sekitar ulkus, yang terdiri dari leukosit yang menetralkan dan memakan agen
patogen dan debris-debris nekrosis. Digesti dari materi nekrosis ini dapat menyebabkan
ulkus yang semakin besar. Proses ini kemudian diikut dengan vaskularisasi superfisial
yang meningkatkan respon imun humoral dan selular. Ulkus pada tahap ini mulai sembuh
beregenerasi.
- Tahap sikatrik
Pada tahap ini terjadi epitelisasi yang progresif yang membentuk lapisan penutup yang
permanen. Dibawah epitel, terdapat jaringan fibrosa terdiri dari fibroblas kornea dan sel
endotel dari pembuluh darah baru. Stroma kemudian menebal dan memenuhi bagian
bawah epitelium, sehingga mendorong epitel ke arah anterior.
Tahap sikatrik dari proses penyembuhan berbeda-beda. Pada ulkus sangat superfisal dan
hanya meliputi epitel, penyembuhan akan terjadi tanpa meninggalkan opasitas.
Sedangkan jika ulkus mencakup membran Bowman dan lamela stroma superfisial,
sikatrik yang tebentuk akan membentuk nebula. Makula dan leukoma dapat terjadi pada
proses penyembuhan ulkus yang meliputi sepertiga dan melebihi stroma kornea.
Gambar 3. Tahap dari Ulkus Kornea Lokal4
Patologi dari ulkus kornea perforasi:
Perforasi pada ulkus kornea muncul jika proses ulserasi menembus hingga membran
descemet. Membran ini kemudian akan menonjol keluar sebagai Descemetocele. Pada
tahap ini, batuk, buang air besar, dapat membuat terjadinya perforasi ulkus kornea.
Segera setelah terjadinya perforasi, aquous humor akan keluar, tekanan intra okular
menurun dan diafragma iris-lensa akan bergerak kearah anterior. Jika perforasinya
kecil dan berlawanan dengan jaringan iris, maka iris dapat prolaps. Leukoma
merupakan hasil yang sering terjadi pada ulkus ini.
Patologi dari ulkus kornea mengelupas dan pembentukan staphyloma anterior:
Pada keadaan dimana agen pathogen memiliki virulensi yang tinggi ataupun
membran resistensi dari host sangat rendah, seluruh kornea dapat terkelupas kecuali
pada bagian ujung rim dan seluruh iris akan prolaps. Iris kemudian akan inflamasi
dan eksudat akan menyumbat pupil dan menutupi iris membentuk pseudokornea.
Pseudokornea yang terbentuk dari eksudat ini merupakan layar tipis fibrosa dimana
konjuntiva dan epitel kornea akan tumbuh diatasnya. Karena tipis, dan tidak dapat
menahan tekanan intraocular, pseudokornea ini akan menonjol keluar bersamaan
dengan jaringan iris yang menempel. Sikatrik ini kemudian disebut dengan anteriotr
staphyloma yang bergantung dari perkembnagnnya dapat bersifat parsial atau total.
Ketebalan dari staphyloma ini berbeda-beda yang menghasilkan permukaan lobul-
lobul yang menghitam dengan jaringan iris sehingga nampak seperti anggur hitam.
E. Etiologi2,3
Infeksi
Infeksi Bakteri : P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies Moraxella
merupakan penyebab paling sering
Infeksi Jamur : disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus, Cephalosporium
dan spesies mikosis fungoides.
Infeksi virus
Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai. Bentuk khas dendrit
dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang bila pecah akan
menimbulkan ulkus.
Acanthamoeba
Infeksi kornea oleh acanthamoeba sering terjadi pada pengguna lensa kontak lunak,
khususnya bila memakai larutan garam buatan sendiri. Infeksi juga biasanya
ditemukan pada bukan pemakai lensakontak yang terpapar air atau tanah yang
tercemar.
b. Noninfeksi
Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung PH.
Radiasi atau suhu
Sindrom Sjorgen
Defisiensi vitamin A
Obat-obatan (kortikosteroid, idoxiuridine, anestesi topical, immunosupresif)
Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma.
Pajanan (exposure)
Neurotropik
c. Sistem Imun (Reaksi Hipersensitivitas)
Terjadinya ulkus kornea biasanya didahului oleh faktor pencetus yaitu rusaknya
sistem barier epitel kornea oleh penyebab-penyebab seperti:3
a. Kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan sistem air mata (insufisiensi air mata, sumbatan
saluran lakrimal)
b. Oleh faktor-faktor eksternal yaitu : luka pada kornea (erosi kornea) karena trauma,
penggunaan lensa kontak, luka bakar pada muka
c. Kelainan lokal pada kornea, meliputi edema kornea kronik, keratitis exposure (pada
lagoftalmos, anestesi umum, koma), keratitis karena defisiensi vitamin A, keratitis
neuroparalitik, keratitis superficialis virus
d. Kelainan sistemik, meliputi malnutrisi, alkoholisme, sindrom Steven-Johnson, sindrom
defisiensi imun
e. Obat-obatan penurun sistem imun, seperti kortikosteroid, obat anestesi lokal
F. Klasifikasi1,4
Dikenal dua bentuk ulkus pada kornea yaitu sentral dan perifer
- Ulkus Kornea Sentral
Biasanya merupakan ulkus infeksi yang terjadi sekunder akibat kerusakan epitel
kornea. Lesi terletak disentral, jauh dari limbus yang mempunyai vascularisasi.
Ulkus ini sering disertai dengan hipopion- kumpulan sel-sel radang yang tampak
sebagai suatu lapisan pucat dibagian bilik mata depan yang juga terdapat pada
uveitis anterior berat.
a. Ulkus kornea bakterialis
Ulkus Streptokokus
Khas sebagai ulkus yang menjalar dari tepi ke arah tengah kornea
(serpinginous). Ulkus bewarna kuning keabu-abuan berbentuk cakram
dengan tepi ulkus yang menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam dan
menyebabkan perforasi kornea, karena eksotoksin yang dihasilkan oleh
streptokokus pneumonia.
Ulkus Stafilokokus
Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putik kekuningan disertai infiltrat
berbatas tegas tepat dibawah defek epitel. Apabila tidak diobati secara
adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai edema stroma dan
infiltrasi sel leukosit. Walaupun terdapat hipopion ulkus sering kali
indolen yaitu reaksi radangnya minimal.
Ulkus Pseudomonas
Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral kornea.ulkus sentral ini dapat
menyebar ke samping dan ke dalam kornea. Penyerbukan ke dalam dapat
mengakibatkan perforasi kornea dalam waktu 48 jam. Gambaran berupa
ulkus yang berwarna abu-abu dengan kotoran yang dikeluarkan berwarna
kehijauan. Kadang-kadang bentuk ulkus ini seperti cincin. Dalam bilik
mata depan dapat terlihat hipopion yang banyak.
Ulkus Pneumokokus
Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang dalam.Tepi ulkus akan
terlihat menyebar ke arah satu jurusan sehingga memberikan gambaran
karakteristik yang disebut ulkus serpen. Ulkus terlihat dengan infiltrasi sel
yang penuhdan berwarna kekuning-kuningan. Penyebaran ulkus sangat
cepat dan sering terlihat ulkus yang menggaung dan di daerah ini terdapat
banyak kuman. Ulkus ini selalu ditemukan hipopion yang tidak selamanya
sebanding dengan beratnya ulkus yangterlihat.diagnosa lebih pasti bila
ditemukan dakriosistitis.
b. Ulkus kornea fungi
Mata dapat tidak memberikan gejala selama beberapa hari sampai beberapa
minggu sesudah trauma yang dapat menimbulkan infeksi jamur ini. Pada
permukaan lesi terlihat bercak putih dengan warna keabu-abuan yang agak
kering. Tepi lesi berbatas tegas irregular dan terlihat penyebaran seperti
bulu pada bagian epitel yang baik. Terlihat suatu daerah tempat asal
penyebaran di bagian sentral sehingga terdapat satelit-satelit disekitarnya.
Tukak kadang-kadang dalam, seperti tukak yang disebabkan bakteri. Pada
infeksi kandida bentuk tukak lonjong dengan permukaan naik.Dapat
terjadi neovaskularisasi akibat rangsangan radang. Terdapat injeksi siliar
disertai hipopion.
c. Ulkus kornea virus
Ulkus kornea Herpes Zoster
Biasanya diawali rasa sakit pada kulit dengan perasaan lesu. Gejala ini timbul
satu 1-3 hari sebelum timbulnya gejala kulit. Pada mata ditemukan vesikel
kulit dan edem palpebra, konjungtiva hiperemis, kornea keruh akibat
terdapatnya infiltrat subepitel dan stroma. Infiltrat dapat berbentuk dendrit
yang bentuknya berbeda dengan dendrit herpes simplex. Dendrit herpes
zoster berwarna abu-abu kotor. Kornea hipestesi tetapi dengan rasa sakit.
Keadaan yang berat pada kornea biasanya disertai dengan infeksi
sekunder.
Ulkus kornea Herpes Simplex
Infeksi primer yang diberikan oleh virus herpes simplex dapat terjadi tanpa
gejala klinik. Biasanya gejala dini dimulai dengan tanda injeksi siliar yang
kuat disertai terdapatnya suatu dataran sel di permukaan epitel kornea
disusul dengan bentuk dendrit atau bintang infiltrasi. terdapat hipertesi
pada korneasecara lokal kemudian menyeluruh. Terdapat pembesaran
kelenjar preaurikuler. Bentuk dendrit herpes simplex kecil, ulseratif, jelas
diwarnai dengan fluoresin dengan benjolan diujungnya
d. Ulkus kornea acanthamoeba
Awal dirasakan sakit yang tidak sebanding dengan temuan kliniknya,
kemerahan dan fotofobia. Tanda klinik khas adalah ulkus kornea indolen,
cincin stroma, dan infiltrat perineural.
- Ulkus Kornea perifer
Kebanyakan ulkus kornea marginal bersifat jinak namun sangat sakit.
Ulkus ini timbul akibat konjungtivitis bakteri akut atau menahun, khususnya
blefarokonjungtivitis stafilokokus dan lebih jarang konjungtivitis Koch-Weeks.
Ulkus ini timbul akibat sensitasi dari produk bakteri, antibodi pembuluh limbus
bereaksi dengan antigen yang telah berdifusi melalui epitel kornea.
Ulkus kornea marginal merupakan peradangan kornea bagian perifer
berbentuk khas yang biasnya terdapat daerah jernih antara limbus kornea dengan
tempat kelainanya. Sumbu memanjang daerah peradangan biasanya sejajar
dengan limbus kornea. Diduga dasar kelainanya ialah suatu reaksi
hipersensitivitas terhadap eksotoksin stafilokokus.
G. Gejala Klinis
Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa:2
1. Gejala subjektif
Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva
Sekret mukopurulen
Merasa ada benda asing di mata
Pandangan kabur
Mata berair
Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus
Silau
Nyeri
Infiltat yang steril dapat menimbulkan sedikit nyeri, jika ulkus terdapat pada perifer
kornea dan tidak disertai dengan robekan lapisan epitel kornea.
2. Gejala objektif
Injeksi silier
Hilangnya sebagian kornea dan adanya infiltrat
Hipopion
H. Diagnosa1,2
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium.
- Anamnesis
Didapatakan keluhan berupa mata merah, nyeri, penglihatan kabur, silau jika
melihat cahaya, kelopak teras berat. Adanya riwayat trauma, kemasukan benda
asing, pemakaian lensa kontak, ataupun penggunaan steroid jangka panjang.
- Pemeriksaan fisik
Visus : didapatkan adanya penurunan visus pada mata yang mengalami infeksi
oleh karena adanya defek pada kornea
Slit lamp: seringkali iris, pupil, dan lendsa sulit dinilai oleh karena kekeruhan
pada kornea
- Tes Flouresin
Pada ulkus kornea didaptkan hilangnya sebagian permukaan kornea. Utntuk
melihat adanya daerah yang defek pada kornea ( waran hijau menunjukan daerah
yang defek pada kornea)
- Pewarnaan gram dan KOH
Untuk menentuka mikroorganisme penyebab ulkus dan juga jamur
- Kultur
Kadangkala dibutuhkan untuk mengisolasi organism kausatif pada beberapa
kasus
I. Penatalaksanaan2.5
Ulkus kornea adalah keadan darurat yang harus segera ditangani oleh spesialis
mata agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea. Pengobatan pada ulkus
kornea tergantung penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang mengandung antibiotik,
anti virus, anti jamur dan sikloplegik. Pasien dirawat bila mengancam perforasi, pasien
tidak dapat memberi obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat dan perlunya obat sistemik.
Tujuan pengobatan ulkus kornea secara umum adalah untuk mencegah
berkembangnya bakteri dan mengurangi reaksi radang, dengan cara:
1. Benda asing dan bahan yang merangsang harus segera dihilangkan. Erosi kornea
yang sekecil apapun harus diperhatikan dan diobati sebaik-baiknya.
2. Antibiotik
Antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum luas dapat
diberikan sebagai salep, tetes, atau suntikan subkonjungtiva.
3. Pemberian sikloplegika
Sikloplegika yang sering digunakan adalah sulfas atropin karena masa kerjanya lama,
hingga 1-2 minggu. Efek kerja atropin adalah sebagai berikut :
Sedatif, menghilangkan rasa sakit
Dekongestif, menurunkan tanda radang
Menyebabkan paralise m.siliaris dan m.konstriktor pupil. Dengan lumpuhnya
m.siliaris mata tidak mempunyai daya akomodasi sehingga mata dalam keadaan
istirahat. Dengan lumpuhnya m.konstriktor pupil, terjadi midriasis, sehingga
sinekia posterior yang telah terjadi dapat dilepaskan dan dicegah pembentukan
sinekia posterior yang baru.
4. Bedah
Tindakan bedah meliputi
Keratektomi superficial tanpa membuat perlukaan pada membran Bowman
Tissue adhesive atau graft amnion multilayer
Flap konjungtiva
Patch graft dengan flap konjungtiva
Keratoplasti tembus
Fascia lata graft
J. Komplikasi6
Komplikasi yang paling sering timbul berupa kebutaan parsial atau komplit dalam waktu
sangat singkat, kornea perforasi dapat berlanjut menjadi endoptalmitis dan
panopthalmitis, prolaps iris, sikatrik kornea, katarak, glaukoma sekunder.
K. Prognosis
Tergantung dari cepat lambatnya pasien mendapatkan pengobatan, jenis mikroorganisme
penyebab, dan adanya penyulit maupun komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Referat Ulkus kornea, available from: skydrugz.blogspot.com
2. Alboneh,H.2012. LapKas Ulkus Kornea. FK UNDIP
3. Ilyas.S, dkk.Ed. 2002. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Dan Mahasiswa Kedokteran Edisi Ke 2. CV.Sagung Seto: Jakarta
4. Riordan,P.Whitcher,J.2010. Vaughan and Asbury Oftalmologi Umum. EGC: Jakarta
5. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, Edisi ketiga FKUI, Jakarta, 2004
6. Mills TJ, Corneal Ulceration and Ulcerative Keratitis in Emergency Medicine. Avaible
from: http://www.emedicine.com/emerg/topic 115.htm.
7. Andrian. Lutfie. Diskusi Keratitis dan Ulkus Kornea. FKUI : Jakarta