Upload
rahma-indah
View
58
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
status pasien ilmu penyakit mata
STATUS PASIEN ILMU PENYAKIT MATA
RSPAD GATOT SOEBROTO JAKARTA
Nama : Indah Puspita Dewi
NIM : 110.2004.110
Fak. Kedokteran : Universitas Yarsi
I. Identitas
Nama : Tn. N
Umur : 57 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pensiun
Alamat : Jl. Pulomas I Jakarta Timur
II. Anamnesa
Autoanamnesa tanggal 14 Januari 2009
Keluhan Utama : Mata kanan merah sejak 3 hari yang lalu disertai penglihatan mata kanan yang turun
Keluhan Tambahan : Sakit mata, mata bengkak, sakit kepala sebelah, mual, muntah
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poli mata RSPAD Gatot Soebroto dengan keluhan mata
sebelah kanan sakit sejak 3 hari yang lalu, keluhan disertai sakit kepala berdenyut
hebat sebelah kanan, pasien juga mengeluhkan matanya merah disertai rasa panas,
keluhan ini berlangsung beberapa jam dan hilang jika pasien tidur.
Pandangan pasien juga makin tidak jelas dan hanya dapat melihat cahaya.
Selama rasa sakit menyerang, pasien mengeluh mual dan terkadang sampai muntah.
Pasien mengaku melihat berkas cahaya seperti pelangi setiap melihat ke arah
cahaya. Pasien menyangkal riwayat trauma, mata tidak berair, tidak kelilipan, tidak
Presentasi kasus - Glaukoma akut 1
demam. Mata kiri pasien tidak merah, tidak sakit dan tidak mengalami penurunan
tajam penglihatan. Bola mata pasien dapat digerakkan.
Sejak satu tahun yang lalu pasien mengeluhkan pandangan mata kanan berkabut seperti terhalang asap yang makin lama makin berat serta silau ketika melihat cahaya
Riwayat Penyakit Dahulu :
Hipertensi : disangkal
diabetes melitus : disangkal
Trauma : disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan yang sama
III. Pemeriksaan FisikA. Status Generalis
Keadaan Umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Tanda-tanda Vital :
o Tekanan Darah : 120/80 mmHg
o Nadi : 75 x/menit
o Suhu : afebris
o Frekuensi nafas : 18x /menit,teratur
Kepala : mesochepal
Mata : Konjungtiva bulbi hiperemis, sclera hiperemi, kornea udem.
THT : Tidak diperiksa
Thoraks : Tidak diperiksa
Abdomen : Tidak diperiksa
Ekstermitas : Tidak diperiksa
KGB : Tidak diperiksa
Presentasi kasus - Glaukoma akut 2
B. Status oftalmologikus
Keterangan OD OS
1. Visus
Tajam penglihatanTajam penglihatan 1/∞1/∞ 6/6/7.57.5
KoreksiKoreksi Tidak dikoreksiTidak dikoreksi Tidak dikoreksiTidak dikoreksi
AddisiAddisi Tidak dilakukanTidak dilakukan Tidak dilakukanTidak dilakukan
Distansia pupilDistansia pupil 6644/6/622
Kacamata lamaKacamata lama Tidak adaTidak ada Tidak adaTidak ada
2. Kedudukan bola mata
Eksoftalmus Tidak ada Tidak ada
Endoftalmus Tidak ada Tidak ada
Deviasi Tidak ada Tidak ada
Gerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah
3. Supersilia
WarnaWarna HitamHitam HitamHitam LetakLetak SimetrisSimetris SimetrisSimetris
4. Palpebra superior dan inferior
EdemaEdema Tidak adaTidak ada Tidak adaTidak ada Nyeri TekanNyeri Tekan adaada Tidak adaTidak ada EktropionEktropion Tidak adaTidak ada Tidak adaTidak ada EntropionEntropion Tidak adaTidak ada Tidak adaTidak ada BlefarospasmeBlefarospasme Tidak adaTidak ada Tidak adaTidak ada TrikiasisTrikiasis Tidak adaTidak ada Tidak adaTidak ada SikatrikSikatrik Tidak adaTidak ada Tidak adaTidak ada Fissura palpebraFissura palpebra 1010 mm mm 1010 mm mm
Presentasi kasus - Glaukoma akut 3
PtosisPtosis Tidak adaTidak ada Tidak adaTidak ada HordeulumHordeulum Tidak adaTidak ada Tidak adaTidak ada KalazionKalazion Tidak adaTidak ada Tidak adaTidak ada PseudoptosisPseudoptosis Tidak adaTidak ada Tidak adaTidak ada
5. Konjunctiva tarsalis superior dan inferior.
Hiperemis Ada Tidak ada
Folikel Tidak ada Tidak ada
Papil Tidak ada Tidak ada
Sikatrik Tidak ada Tidak ada
Anemia Tidak ada Tidak ada
Kemosis Tidak ada Tidak ada
6. Konjungtiva Bulbi
Injeksi KonjunctivaInjeksi Konjunctiva Tidak adaTidak ada Tidak adaTidak ada Injeksi SiliarInjeksi Siliar AdaAda Tidak adaTidak ada Perdarahan Perdarahan
SubkonjunctivaSubkonjunctiva Tidak adaTidak ada Tidak adaTidak ada
PterigiumPterigium Tidak adaTidak ada Tidak adaTidak ada PinguekulaPinguekula Tidak adaTidak ada Tidak adaTidak ada Nervus PigmentosusNervus Pigmentosus Tidak adaTidak ada Tidak adaTidak ada Kista DermoidKista Dermoid Tidak adaTidak ada Tidak adaTidak ada
PerPerforasiforasi Tidak adaTidak ada Tidak adaTidak ada Arkus SenilisArkus Senilis Tidak adaTidak ada Tidak adaTidak ada EdemaEdema AdaAda Tidak adaTidak ada Tes PlasidoTes Plasido Bayangan tampak tidakBayangan tampak tidak
konsentriskonsentris Bayangan tampakBayangan tampak
konsentriskonsentris
Presentasi kasus - Glaukoma akut 4
Keterangan OD OS
Keterangan OD OS
7. Sistem lakrimalis
Punctum LakrimalPunctum Lakrimal TerbukaTerbuka TerbukaTerbuka Tes AnelTes Anel Tidak dilakukanTidak dilakukan Tidak dilakukanTidak dilakukan
8.8. Sklera
WarnaWarna MerahMerah PutihPutih IkterikIkterik Tidak adaTidak ada Tidak adaTidak ada
9. Kornea
KejernihanKejernihan KeruhKeruh JernihJernih PermukaanPermukaan LicinLicin LicinLicin UkuranUkuran 12 mm12 mm 12 mm12 mm SensibilitasSensibilitas BaikBaik BaikBaik InfiltratInfiltrat Tidak adaTidak ada Tidak adaTidak ada UlkusUlkus Tidak adaTidak ada Tidak adaTidak ada
9. Bilik m10. B
10. Bilik mata depan
Kedalaman Dangkal Dalam
Kejernihan Jernih Jernih
Hifema Tidak ada Tidak ada
Hipopion Tidak ada Tidak ada
Efek Tyndall Tidak dilakukan Tidak dilakukan
11. Iris
Warna Coklat kehitaman Coklat kehitaman
Presentasi kasus - Glaukoma akut 5
Keterangan OD OS
Kriptae Tidak Jelas jelas
Bentuk Bulat Bulat
Sinekia Tidak ada Tidak ada
Koloboma Tidak ada Tidak ada
12. Pupil
Letak Di tengah Di tengah
Bentuk Bulat Bulat
Ukuran 6 mm 3 mm
Reflek cahaya langsung Positif Positif
Reflek cahaya tak
langsung
Positif Positif
13. Lensa
Kejernihan Keruh Jernih
Letak Di tengah Di tengah
Shadow Test Positif Negatif
14. Badan Kaca
Kejernihan Tidak dapat dinilai Jernih
15. Fundus okuli
Presentasi kasus - Glaukoma akut 6
Keterangan OD OS
a. Papil
Bentuk Tidak dapat dinilai Bulat
Batas Tidak dapat dinilai Tegas
Warna Tidak dapat dinilai Kuning kemerahan
b. Makula Lutea
Refleks Tidak dapat dinilai Positif
Edema Tidak dapat dinilai Tidak ada
c. Retina
Perdarahan Tidak dapat dinilai Tidak ada
CD ratio Tidak dapat dinilai 0,3
Rasio A/V Tidak dapat dinilai 2 : 3
Sikatrik Tidak dapat dinilai Tidak ada
16. Palpasi
Nyeri tekan Ada Tidak ada
Masa tumor Tidak ada Tidak ada
Tensi okuli N + 2 per palpasi N per palpasi
Tonometri Schiotz 2/10 = 59,1 mmHg 7/7,5 = 18,5 mmHg
17. Kampus Visi
Tes Konfrontasi Lebih sempit dari
pemeriksa
Sama dengan pemeriksa
IV. Resume
Presentasi kasus - Glaukoma akut 7
Pasien datang ke poli mata RSPAD Gatot Soebroto dengan keluhan mata
sebelah kanan sakit sejak 1 minggu yang lalu, keluhan disertai sakit kepala berdenyut
hebat sebelah kanan, pasien juga mengeluhkan matanya merah disertai rasa panas,
keluhan ini berlangsung beberapa jam dan hilang jika pasien tidur.
Pandangan pasien juga makin tidak jelas dan hanya dapat melihat cahaya.
Selama rasa sakit menyerang, pasien mengeluh mual dan terkadang sampai muntah.
Pasien mengaku melihat berkas cahaya seperti pelangi setiap melihat ke arah
cahaya.
Sejak satu tahun yang lalu pasien mengeluhkan pandangan mata kanan
berkabut seperti terhalang asap yang makin lama makin berat serta silau ketika
melihat cahaya
Pada status Oftalmologi didapatkan:
o Tajam penglihatan OD 1/∞
Tajam penglihatan OS 6/7,5
o Konjungtiva bulbi : Terdapat injeksi konjungtiva dan injeksi siliar OD
o Sklera : berwarna merah OD
o Kornea : kekeruhan pada OD disertai edema dan tes placido OD bayangan tidak
tampak simetris
o Pupil : OD 6 mm
o Lensa : kejernihannya keruh OD, shadow test ODpositif
o Badan kaca : kejernihan tidak dapat dinilai
o Fundus okuli : tidak dapat dinilai
o Palpasi: Terasa nyeri, tensi okuli OD N + 2 per palpasi, tonometri Schiotz 2/10 =
59,1 mmHg
o Tes konfrontasi : OD lebih sempit dengan pemeriksa
V. Diagnosis kerja
Glaukoma sekunder akut e.c Katarak senilis hipermatur OD
Presentasi kasus - Glaukoma akut 8
VI. Diagnosis banding
a. Keratitis
b. Ulkus kornea
c. Abses kornea
d. Uveitis
e. Opthalmik simpatika
f. Enopthalmitis
g. Panopthalmitis
h. Hifema
VII. Pemeriksaan anjuran
a. Gonioskopi
b. Kampimetri
c. Efek tyndall
VIII. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa untuk OD :
Protogenta 3 kali sehari 1 tetes
Novicart 3 kali sehari 1 tetes
Acetozalamide 3 x 1
Aspar K 3 x 1
Beta blocker: Timolol 0,5 % 2 kali sehari 1 tetes
Penderita dievaluasi sampai tekanan intraokuler terkontrol kemudian dapat dilakukan
operasi definif yaitu EKEK dan IOL
IX. Prognosis
OD OS
Ad vitam : dubia ad bonam dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam dubia ad bonam
Presentasi kasus - Glaukoma akut 9
ANALISIS KASUS
Diagnosa pada pasien ini adalah glaukoma sekunder akut OD berdasarkan :
I. Identitas Pasien
Pasien seorang perempuan usia 57 tahun, hal ini sesuai dengan faktor predisposisi
dari glaukoma akut yaitu biasa terjadi pada usia lebih dari 40 tahun serta sesuai dengan
faktor predisposisi katarak senilis yaitu usia di atas 50 tahun.
II. Anamnesis
Keluhan utama pasien adalah mata sebelah kanan sakit sejak 3 hari yang lalu, hal ini
sesuai dengan gejala subjektif dari glaukoma akut yaitu nyeri pada mata.
Keluhan tambahan pasien adalah sakit kepala sebelah yang hebat, berlangsung
beberapa jam, hilang jika pasien tidur, pandangannya kabur mendadak, adanya rasa mual,
terkadang muntah, melihat bayangan pelangi, keluhan-keluhan pasien di atas juga dengan
gejala glaukoma subjektif akut.
III. Status Oftalmologi
Tajam penglihatan OD 1/∞
Tajam penglihatan OS 6/7,5
Konjungtiva bulbi : Terdapat injeksi konjungtiva dan injeksi siliar OD
Sklera : berwarna merah OD
Kornea : kekeruhan pada OD disertai edema dan tes placido OD bayangan tidak tampak
simetris
Pupil : OD 6 mm
Lensa : kejernihannya keruh OD, shadow test OD positif
Badan kaca : kejernihan tidak dapat dinilai
Fundus okuli : tidak dapat dinilai
Palpasi: Terasa nyeri, tensi okuli OD N + 2 per palpasi, tonometri Schiotz 2/10 = 59,1
mmHg
Tes konfrontasi : OD lebih sempit dengan pemeriksa
Presentasi kasus - Glaukoma akut 10
IV. Kesimpulan
Pada mata kanan pasien mengalami Glaukoma sekunder akut yang disebabkan katarak
senilis hipermatur, hal ini sesuai dengan usia pasien, gejala subjektif pasien dan hasil
pemeriksaan fisik pada mata kanannya.
V. Pemeriksaan anjuran
a. Gonioskopi : Untuk menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan
b. Kampimetri : Untuk menilai akibat yang ditimbulkan glaukoma yaitu
berkurangnya lapang pandang
c. Efek tyndall : Untuk melihat sebukan sel radang pada bilik mata depan dan
mengetahui apakah disertai uveitis
o Penatalaksanaan
a. Acetazolamid 3x1
Acetazolamid merupakan inhibitor karbonik anhidrase sehingga mengurangi
bikarbonat dalam cairan bola mata dan air yang disekresi bersamanya dengan akibat
penurunan tekanan intraokular.
b. Aspar K 3x1
Diberikan pada pasien untuk mencegah kekurangan kalium, yang merupakan efek
samping pemakaian dari acetazolamid.
c. Pilokarpin 2 % setiap jam, 1 tetes
Merupakan golongan miotik yang berfungsi membuka saluran drainase pada
trabecular meshwork, sehingga membantu menurunkan tekanan intraokular.
d. Timolol 0,5 % 2 x 1, 1 tetes
Merupakan beta bloker yang berguna untuk menurunkan tekanan intraokular
Presentasi kasus - Glaukoma akut 11
X. Prognosis
OD OS
Ad vitam : dubia ad bonam dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam dubia ad bonam
Dengan penanganan glaukoma yang tepat sejak dini dapat mencegah kebutaan pada
pasien
Presentasi kasus - Glaukoma akut 12
TINJAUAN PUSTAKA
GLAUKOMA AKUT
Definisi
Glaukoma adalah penyakit mata yang disebabkan oleh peningkatan tekanan cairan di
dalam mata sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan penurunan
fungsi penglihatan. Glaukoma akut terjadi secara tiba-tiba. Kondisi ini harus segera diatasi
untuk menyelamatkan penglihatan.
Anatomi dan Fisiologi Humor akuos
Humor akuos adalah suatu cairan jernih yang mengisi kamera anterior dan
posterior mata. Aqueous humor diproduksi oleh prosesus siliaris dan disekresikan ke dalam
camera oculi posterior dengan kecepatan sekitar 2–6 μL/min, dan total volume cairan di
camera okuli anterior dan posterior adalah sekitar 0,2 – 0,4 ml, sekitar 1-2% aqueous humor
digantikan setiap menit. Aqueous humor melalui pupil masuk ke kamera okuli anterior. Oleh
karena iris terletak mendatar pada permukaan anterior lensa, aqueous humor tidak dapat
melalui resistensi pupil sampai terdapat tekanan yang cukup untuk mengangkat iris ke atas.
Oleh karena itu, aliran aqueous humor dari kamera okuli posterior ke anterior tidak bersifat
kontinu, melainkan pulsatif.
Humor akuos berperan sebagai pembawa zat makanan dan oksigen untuk organ di
dalam mata yang tidak berpembuluh darah yaitu lensa dan kornea, disamping itu juga
Presentasi kasus - Glaukoma akut 13
berguna untuk mengangkut zat buangan hasil metabolisme pada kedua organ tersebut.
Adanya cairan tersebut akan mempertahankan bentuk mata dan menimbulkan tekanan dalam
bola mata/tekanan intra okuler. Tekanan intraokuler inilah yang berperan dalam terjadinya
glaukoma sehingga menimbulkan kerusakan pada saraf optik.
Tekanan intraokuli normal pada orang dewasa sekitar 15-20 mmHg lebih tinggi
daripada tekanan rata-rata pada jaringan tubuh di organ lain. Tekanan ini penting untuk
formasi visual, menjaga permukaan kurvatura kornea agar tetap halus, menjaga jarak yang
konstan antara kornea, lensa, dan retina, serta menjaga pengaturan fotoreseptor retina dan
membran epitelial Bruch.
Humor akuos masuk ke dalam bilik mata belakang kemudian mengalir ke bilik mata
depan melalui pupil. Setelah sampai ke bilik mata depan humor akuos akan meninggalkan
bola mata melalui suatu bangunan yang disebut trabekulum yang terletak di sudut
iridokornea. Keseimbangan antara produksi dan pengeluaran/ pembuangan humor akuos
inilah yang menentukan jumlah humor akuos di dalam bola mata.
Jaringan trabekulum akan menerima sekitar aliran aqueous humor yang kemudian
mengalami drainase di kanal Schlem, dan diteruskan melalui 20-30 kanal yang tersusun
secara radier menuju ke pleksus vena episklera (conventional pathway). Selain itu, sistem
vascular uveosklera menerima 15% aliran aqueous humor yang akan berdifusi ke dalam
sirkulasi vena. Trabekulum merupakan struktur avaskular menyerupai spons yang terletak
antara scleral spur dan Schwalbe’s line, dan bila merupakan sumber kedua peningkatan
resistensi pada glaukoma sudut terbuka primer.
Presentasi kasus - Glaukoma akut 14
Klasifikasi
Pembagian glaukoma dikenal dengan berbagai macam bentuk. Vaughan
mengklasifikasikannya sebagai berikut :
1. Glaukoma Primer
Glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya, dimana tidak didapatkannya kelainan
yang merupakan penyebab glaukoma. Biasanya didapatkan pada orang yang telah
memiliki bakan bawaan glaukoma dan didapatkan bentuk :
- Glaukoma sudut sempt/tertutup (Closed angle glaukoma, cute congestive
glaukoma).
- Glaukoma sudut terbuka (Glaukoma simpleks, open angel glaukoma, chronic
simple glaukoma).
2. Glaukoma Sekunder
Timbulnya sebagai akibat penyakit lain dalam bola mata, disebabkan :
- Kelainan lensa; misalnya luksasi, pembengkakan (intumesen), fakolitik.
- Kelainan uvea; misalnya uveitis, tumor.
- Trauma; misalnya perdarahan dalam bilik mata depan (hifema), perforasi kornea
dan prolaps iris.
- Pembedahan; misalnya pada pembedahan katarak.
- Rubeosis iridis (akibat trombosis vena retina sentral).
- penggunaan kortikosteroid berlebihan.
3. Glaukoma Kongenital
- Kongenital primer, dengan kelainan congenital lain.
- infantile, tanpa kelainan kongenital lain.
4. Glaukoma Absolut
Keadaan terakhir suatu glaukoma, yaitu dengan kebutaan total dan bola mata nyeri.
Presentasi kasus - Glaukoma akut 15
Sedangkan klasifikasi glaukoma berdasarkan bentuknya diklasifikasikan sebagai berikut :
Tabel 1 Klasifikasi glaukoma berdasarkan bentuknya
Sumber : Ophtalmology, a Pocket Textbook Atlas, 2nd Ed, Thieme, pg 242
Presentasi kasus - Glaukoma akut 16
Patofisiologi
Mekanisme peningkatan tekanan intraokular pada glaukoma adalah gangguan aliran
keluar humor akueus akibat kelainan sistem drainase sudut kamera anterior (glaukoma sudut
terbuka) atau gangguan akses humor akueus ke sistem drainae (glaukoma sudut tertutup).
Peningkatan tekanan didalam mata (intraocular pressure) adalah salah satu penyebab
terjadinya kerusakan saraf mata (nervus opticus) dan menunjukkan adanya gangguan dengan
cairan di dalam mata yang terlalu berlebih. Ini bisa disebabkan oleh mata yang
memproduksi cairan terlalu berlebih, cairan tidak mengalir sebagaimana mestinya melalui
fasilitas yang ada untuk keluar dari mata (jaringan trabecular meshwork) atau sudut yang
terbentuk antara kornea dan iris dangkal atau tertutup sehingga menyumbat/memblok
pengaliran daripada cairan mata.
Glaukoma sekunder akibat kelainan lensa dapat dikarenakan dislokasi lensa,
intumesensi lensa, glaukoma fakolitik. lensa kristalina apat mengalami dislokasi akibat
trauma atau secara spontan. Dislokasi anterior dapat menimbulkan sumbatan pada bukaan
pupil yang menyebabkan iris bombe dan penutupan sudut. Dislokasi posterior ke dalam
korpus vitreum juga berkaitan dengan glaukoma. Pada dislokasi anterior terapi definif
adalah ekstraksi lensa setelah tekanan intraokular terkontrol secara medis. Pada dislokasi
posterior, lensa biasanya dibiarkan dan glaukoma diobati sebagai glaukoma sudut terbuka.
Intumensi lensa pada katarak imatur, karena lensa dapat menyerap cukup banyak
cairan sewaktu mengalami kelainan karaktosa sehingga ukurannya membesar. Lensa ini
kemudian dapat melanggar batas kamera anterior yang menimbulkan sumbatan pupil dan
pendesakan sudut serta menyebabkan glaukoma sudut tertutup
Presentasi kasus - Glaukoma akut 17
Katarak stadium lanjut dapat mengalami kebocoran lensa anterior, sehingga protein-
protein lensa yang mencair masuk ke kamera anterior. Jalinan trabekular menjadi edematosa
dan tersumbat oleh protein-protein lensa yang menimbulkan peningkatan mendadak tekanan
intraokular.
Etiologi
Bilik anterior dan bilik posterior mata terisi oleh cairan encer yang disebut humor
akuos. Dalam keadaan normal, cairan ini dihasilkan di dalam bilik posterior, melewati pupil
masuk ke dalam bilik anterior lalu mengalir dari mata melalui suatu saluran. Jika aliran
cairan ini terganggu (biasanya karena penyumbatan yang menghalangi keluarnya cairan dari
bilik anterior), maka akan terjadi peningkatan tekanan. Peningkatan tekanan intraokuler
akan mendorong perbatasan antara saraf optikus dan retina di bagian belakang mata.
Akibatnya pasokan darah ke saraf optikus berkurang sehingga sel-sel sarafnya mati. Karena
saraf optikus mengalami kemunduran, maka akan terbentuk bintik buta pada lapang pandang
mata. Yang pertama terkena adalah lapang pandang tepi, lalu diikuti oleh lapang pandang
sentral. Jika tidak diobati, glaukoma pada akhirnya bisa menyebabkan kebutaan.
Diagnosis
Diagnosis didapatkan anamnesis biasanya terjadi pada orang tua, mengalami
hiperopia, nyeri hebat periorbita dan penurunan tajam penglihatan serta sakit kepala. Pada
beberapa kasus terdapat mual, muntah dan sakit perut.
Presentasi kasus - Glaukoma akut 18
Gejala Klinis
Pada jenis glaukoma akut biasanya terjadi secara mendadak, dengan gejala nyeri
mata yang berat atau sakit kepala, melihat pelangi di sekitar lampu, mata buram, mual, dan
muntah. Penglihatan dirasakan menurun drastis dan mata terlihat merah. Keadaan ini disebut
glaukoma akut yang terjadi akibat peningkatan TIO yang mendadak. Pada beberapa kasus,
keadaan ini sering disalahartikan dengan sakit kepala migren, hipertensi (tekanan darah
tinggi), gastritis (sakit maag) ataupun infeksi mata biasa (konjungtivitis).
Glaukoma akut lebih sering terjadi pada malam hari karena pupil secara alami akan
melebar di bawah cahaya yang redup.
Glaukoma umumnya mengenai kedua mata, namun biasanya kebutaan yang timbul
tidak bersamaan. Pada banyak kasus kebutaan terjadi pada satu mata baru kemudian
mengenai mata lainnya.
Presentasi kasus - Glaukoma akut 19
Pemeriksaan untuk mendeteksi glaukoma
Beberapa pemeriksaan perlu dilakukan untuk mendeteksi adanya penyakit glaukoma.
Selain pemeriksaan mata secara umum seperti tajam penglihatan dan keadaan mata, perlu
dilakukan beberapa tambahan pemeriksaan, yaitu:
1. Tonometri (pengukuran tekanan bola mata)
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengukur besarnya tekanan bola mata/tekanan
intraokuler/TIO.
Tonometri dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
a. T. Schiotz b. T. non contact c. T. aplanasi Goldmann
2. Funduskopi (pemeriksaan retina dan saraf mata)
Yaitu pemeriksaan untuk menentukan adanya kerusakan saraf optik berdasarkan
penilaian bentuk saraf optik.
Pemeriksaan funduskopi dapat dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop, lensa
pembesar (78D, 90D) atau dengan funduskopi indirek (Schepen).
3. Perimetri (pemeriksaan luas penglihatan)
Pemeriksaan perimetri dapat berupa konfrontasi (sangat sederhana),
perimetri kinetik (Goldmann) ataupun perimatri statik (Humphrey, Octopus).
Presentasi kasus - Glaukoma akut 20
Alat ini berguna untuk melihat adanya kelainan lapang pandangan yang disebabkan
oleh kerusakan saraf optik.
Berikut ini contoh hasil pemeriksaan perimetri:
4. Gonioskopi (pemeriksaan sudut bilik mata depan)
Gonioskopi, menggunakan lensa gonioskop. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
melihat sudut pembuangan humor akuos sehingga dapat ditentukan jenis
glaukomanya sudut terbuka atau tertutup.
Penatalaksanaan
Penanganan glaukoma dilakukan berdasarkan kepada prinsip-prinsip di bawah ini:
1. Makin tinggi TIO, makin besar risiko kerusakan saraf optik.
2. Terdapat beberapa faktor lain selain TIO yang mempengaruhi kerusakan saraf optk,
tetapi faktor tsb belum diketahui dengan jelas.
3. Pada pasien glaukoma, penurunan tekanan akan menurunkan risiko kerusakan lebih
lanjut tetapi belum dapat diketahui pada tekanan berapa kerusakan tersebut berhenti,
jadi perlu follow-up terus menerus.
Presentasi kasus - Glaukoma akut 21
4. Setiap pengobatan atau tindakan untuk menurunkan TIO pasti mempunyai efek
samping dan membutuhkan biaya.
5. Keberhasilan penanganan glaukoma adalah penurunan TIO secukupnya sehingga
selama hidup pasien masih mempunyai penglihatan yang bagus, dengan efek
samping sekecil mungkin dan biaya seringan mungkin.
Terapi inisial terdiri dari Asetazolamid 500 mg iv dilanjutkan dgn oral 500
mg/1000mg oral, tetes mata beta-bloker (Timolol 0.5% atau betaxolol 0.5%) dan
kortikosteroid topikal dengan atau tanpa antibiotik untuk mengurangi inflamasi dan
kerusakan saraf optik. Terapi simtomatik penghilang rasa sakit dapat diberikan.
Meskipun kerusakan saraf optik akibat glaukoma tidak dapat disembuhkan, penderita
glaukoma masih dapat hidup normal, dengan catatan ia menjalani pengobatan secara tepat
dan taat.
Apabila obat tidak dapat menurunkan tekanan mata, maka dapat dilakukan laser atau
operasi filtrasi tergantung pada keadaan pasien dan ketersediaan alat.
Berikut ini adalah skematik operasi filtrasi:
Operasi filtrasi pada dasarnya adalah pembuatan saluran keluar cairan dalam bola mata
( humor akuos), karena diketahui bahwa peninggian tekanan mata terjadi akibat hambatan
aliran akuos. Dengan operasi ini diharapkan akuos dapat mengalir dan tekanan bola mata
kembali normal.
Presentasi kasus - Glaukoma akut 22
PROGNOSIS
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan nomor dua di Indonesia dan dunia, setelah
katarak, namun kebutaan yang disebabkan glaukoma akan bersifat permanen (tidak dapat
disembuhkan). Kebutaan karena katarak akan membaik setelah menjalani operasi
pengangkatan katarak, sedangkan glaukoma tidak. Oleh karena itu, sebelum kebutaan terjadi
penyakit glaukoma harus diobati agar tidak semakin bertambah parah.
Pencegahan
Cara untuk mencegah glaukoma tak ada. Namun, orang di atas usia 40 tahun sangat
dianjurkan memeriksakan matanya secara teratur. Yang juga penting untuk dilakukan adalah
mengontrol faktor risiko., faktor risiko glaukoma adalah: usia di atas 40 tahun, berasal dari
keluarga dengan riwayat glaukoma (risiko meningkat tiga kali), tekanan bola mata yang
tinggi hingga lebih dari 21 mmHg, penderita myopia (pemakai kacamata minus),
hipermetropia (kacamata plus), trauma pada mata, dan penggunaan steroid jangka panjang.
Beberapa jenis penyakit yang juga meningkat risiko glaukoma yakni diabetes mellitus
(kencing manis), hipertensi, dan migrain.
Dapat dicegah dengan deteksi dini dan terapi tepat.
KATARAK SENIL
Definisi
Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu di atas 50
tahun.
Presentasi kasus - Glaukoma akut 23
Klasifikasi
Katarak senil secara klinik dibagi dalam empat stadium yaitu insipien, imatur, matur dan
hipermatur.
Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan
Cairan lensa
Iris
COA
< bilik mata
Shadow test
Penyulit
Ringan
Normal
Normal
Normal
Normal
Negatif
Tidak ada
Sebagian
Bertambah
Terdorong
Dangkal
Sempit
Positif
Glaukoma
Seluruh
Normal
Normal
Normal
Normal
Negatif
Tidak ada
Masif
Berkurang
Tremulans
Dalam
Terbuka
Positif palsu
Uveitis,
glaukoma
Pengobatan katarak senil terutama dalam pembedahan
Beberapa pembedahan yang dikenal:
1) EKEK (Ekstraksi katarak ekstra kapsular)
2) EKIK (Ekstraksi katarak intra kapsular)
3) Fakoemulsifikasi
Presentasi kasus - Glaukoma akut 24
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2005
2. Ilyas, H.S. Ilmu Perawatan Mata. Edisi 1. Sagung seto. Jakarta. 2004
3. James, B., Chew, C., Bron, A. Lecture Notes Ophthalmology. Edisi 9. Jakarta: Penerbit
Erlangga. 2006
4. Vaughan D, Asbury,T, Riordan P. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta: Widya Medika. 2000
5. Nana,W. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Keenam. Jakarta. 1993
6. http://www.indoforum.org/archive/index.php/t-6057.html
7. http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=328424&kat_id=123&kat_id1=& kat_id2 =
8. http://www.perdami.or.id/2008/berita_detail.php?sdet=12
9. http://www.indonesiaindonesia.com/f/13172-glaukoma/
10. http://www.rsmyap.com/content/view/70/38/
Presentasi kasus - Glaukoma akut 25
Presentasi kasus - Glaukoma akut 26