Upload
medissa-moth
View
135
Download
7
Embed Size (px)
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. J
Umur : 54 Tahun
Jenis kelamin : perempuan
Status Perkawinan: Menikah
Pekerjaan : ibu Rumah Tangga
Alamat : RT 09/01 no.21 kel. Makasar
II. ANAMNESIS
Anamnesis diperoleh secara autoanamnesis tanggal 31 Mei 2011 pukul 12.00
WIB
Keluhan utama
Nyeri pada kedua lutut sejak 1 minggu lalu
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke Poli Bedah RSUD Budhi Asih pada tanggal 31 Mei 2011 dengan
keluhan nyeri pada kedua lutut sejak 1 minggu yang lalu. Pasien mengaku nyeri
pertama kali timbul pada kaki sebelah kiri sekitar 6 tahun yang lalu, kemudian
kaki kanan lama kelamaan ikut nyeri. Nyeri lutut dirasakan semakin lama semakin
berat setiap harinya. Pasien mengatakan nyeri lutut terutama dirasakan saat
menaiki tangga atau jalan menanjak. Saat istirahat atau tidak melakukan aktivitas
lutut tidak terasa nyeri atau nyeri berkurang. Pasien sering mengalami kaku
mendadak pada lututnya yang tidak berlangsung lama. Pasien mengatakan tidak
ada penonjolan-penonjolan tulang dan pasien juga tidak merasakan adanya
perubahan bentuk dari kedua lututnya. Pasien juga tidak pernah mendengar bunyi
saat lutut digerakkan. Selama ini pasien selalu berobat ke bagian penyakit dalam
dan tidak pernah ke orthopedi sebelumnya.
Riwayat penyakit dahulu
Sebelumnya pasien belum pernah mengalami patah tulang atau trauma lainnya.
Pasien menderita sakit maag sudah lebih dari 5 tahun yang lalu. Pasien memiliki
1
riwayat penyakit hipertensi sejak 6 tahun yang lalu dan melakukan pengobatan
secara teratur. Pasien menyangkal adanya riwayat DM.
III. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami gejala yang sama seerti pasien.
Riwayat hipertensi dan DM dalam keluarga juga disangkal.
IV. RIWAYAT KEBIASAAN, SOSEK DAN TEMPAT TINGGAL
Sebagai ibu rumah , pasien sering melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga.
Pasien tidak pernah pantang dalam makanan dan hampir tidak pernah melakukan
olahraga. Kondisi rumah pasien tidak tingkat dan tidak terlalu luas. Kondisi toilet
dirumah pasien menggunakan wc duduk.
V. PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital :
Tekanan darah : 130/90mmHg Nadi : 84x/menit
Suhu : 36,4 C⁰ Pernapasan : 18x/menit
Keadaan umum
Kesan sakit : Tampak sakit ringan
Mobilitas : Baik
Sikap pasien : Kooperatif
Gizi : BB : 80kg
TB : 150cm Gizi Lebih
Kulit
Warna kulit : putih
Kelembapan : Baik
Turgor kulit : Baik
Suhu raba : Hangat
2
Kepala : normosefali, atraumatik, rambut hitam keputihan, distribusi
merata, tidak mudah dicabut.
Mata : Kelopak mata oedema -/-, konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik
-/-, pupil iskokor kanan dan kiri, reflex cahaya langsung +/+,
reflex cahaya tidak langsung +/+.
Telinga : Normotia, nyeri tekan tragus -/-, nyeri tekan mastoid -/-, nyeri
tarik daun telinga -/-, sekret -/-,
Mulut : bibir merah muda, sianosis (-), lidah normoglosia, termor (-),
deviasi (-), lidah kotor (-), papil atrofi (-),mukosa faring tidak
hiperemis, tonsil T1-T1 tenang, hygiene mulut baik.
Leher : KGB tidak teraba membesar
Thoraks
Inspeksi : bentuk toraks simetris kanan dalam keadaan statis dan
dinamis, retarksi sela iga (-),
Palpasi : tidak dilakukan
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : cor; BJ I dan II normal, regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo; suara nafas vesikuler +/+, Ronkhi -/-, Wheezing -/-
Abdomen
Inspeksi : dinding perut datar
Palpasi :abdomen teraba supel, masaa (-), nyeri tekan (-), nyeri lepas (-)
Perkusi : timpani
Auskultasi : Bising usus (+), 4x/menit
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), gerak aktif (+), cyanosis (-)
Nodus heberden (-), nodus bouchard (-)
3
Status Lokalis
At Regio Genu dextra-sinistra
Look : tampak deformitas pada kedua genu
Bengkak (-), hiperemis (-)
Feel : teraba hangat, nyeri tekan (+)
Move : gerak aktif (+), gerak sendi terbatas (+), nyeri (+), krepitasi (-)
gerak pasif(+), gerak sendi terbatas (+), krepitasi (-)
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto Rontgen at regio genu dextra-sinistra AP
Keterangan Gambar :
Kualitas foto kurang baik
Jaringan lunak baik, tidak ada soft tissue swelling
Alignment tulang tidak baik
Celah sendi menyempit
Tampak gambaran osteofit pada tepi lateral distal femur dan proximal tibia
VII. RESUME
Pasien J perempuan 54 tahun datang ke poli bedah RSUD Budhi Asih dengan
keluhan nyeri pada ke dua lutut sejak 1 minggu yang lalu. Nyeri pertama kali
dirasakan pada lutut kiri sekitar 6 tahun yang lalu, kemudian lama kelamaan lutut
kanan ikut nyeri juga. Nyeri lutut dirasakan terutama saat menaiki tangga, dan
4
berkurang saat istirahat. Pasien sering mengalami kaku pada lututnya yang tidak
berlagsung lama. Pasien belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya.
Riwayat trauma disangkal. Pasien mempunyai riwayat penyakit maag sejak 5
tahun yang lalu dan hipertensi sejak 6 tahun yang lalu. Pasien tidak pernah
pantang dalam makan dan hampir tidak pernah berolahraga. Pemeriksaan fisik
secara keseluruhan dalam batas normal. Status lokalis at regio genu dextra-sinistra
tampak deformitas pada kedua genu, bengkak (-), hiperemis (-), teraba hangat,
nyeri tekan (+). Gerak aktif (+),gerak sendi terbatas (+), nyeri (+), krepitasi (-).
Gerak pasif (+), gerak sendi terbatas (+), krepitasi (-). Pada pemeriksaan rontgent
genu dextra-sinistra didapatkan kesan susp. Osteoartritis genu dextra-sinistra.
VIII. DIAGNOSIS KERJA
Osteoarthritis grade III dextra-sinistra
IX. DIAGNOSIS BANDING
Rhematoid Artritis
X. PENATALAKSAAN
Non-medikamentosa:
- Istirahat yang teratur untuk mengurangi penggunaan beban pada sendi
- Mengurangi berat badan dengan diet
- Proteksi sendi, dapat menggunakan tongkat atau splint
- Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi rasa nyeri, menguatkan otot dan
menambah luas pergerakan sendi
Medikamentosa:
- Piroxicam 1x20mg
- Ranitidin 2x150mg
Operatif
Pro Arthroplasty
XI. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
5
Ad fungsionam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad bonam
6
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi
Osteoartritis adalah gangguan sendi yang bersifat kronis disertai kerusakan tulang
rawan sendi berupa disintergrasi dan perlunakan progresif, diikuti pertambahan
pertumbuhan pada tepi tulang dan tulang rawan sendi yang di sebut osteofit, diikuti
dengan fibrosis pada kapsul sendi. Kelainan ini timbul akibat mekanisme abnormal pada
proses penuaan, trauma atau akibat kelainan lain yang menyebabkan kerusakan tulang
rawan sendi. Keadaan ini tidak berkaitan dengan faktor sistemik ataupun infeksi.
II. Insidens
Insidens Oteoartritis meningkat seiring dengan proses penuaan dan terutama
ditemukan pada usia diatas 50 tahun, tetapi dapat pula ditemukan pada usia muda akibat
kerusakan pada tulang rawan sendi oleh salah satu sebab.
III. Etiologi
Faktor predisposisi terjadinya osteoartritis dipengaruhi oleh :
1. Usia
Merupakan faktor resiko tertinggi untuk osteoarthrisis. Umumnya ditemukan pada
usia lanjut (diatas 50 tahun), oleh karena pada orang lanjut usia pembentukan
kondrotin sulfat yang merupakan substansia dasar tulang rawan berkurang dan dapat
terjadi fibrosis tulang rawan.
2. Obesitas
Pemeliharaan struktur dan fungsi sendi synovial yang normal dilakukan melalui
penggunaan sendi yanng teratur dalam aktivitas sehari-hari. Namun, beban berlebihan
dan berulang-ulang dari sendi yang normal dapat meningkatkan resiko kerusakan
degeneratif pada sendi. Pada keadaan normal berat badan akan melalui medial sendi
lutut dan akan diimbangi otot paha bagian lateral sehingga resultan gaya akan
melewati bagian tengah/ sentral sendi lutut. Sedangkan pada orang yang mengalami
obesitas, resultan gaya akan bergeser ke medial sehingga beban gaya yang diterima
sendi lutut tidak seimbang (Parjoto, 2000).
3. Aktifitas Fisik
7
Pekerjaan aktivitas fisik yang banyak membebani sendi lutut akan mempunyai resiko
terserang OA lebih besar (Parjoto, 2000). Osteoarthritis lebih sering terjadi pada sendi
yang digerakkan secara berulang daripada sendi lain di tangan. Laki-laki yang
pekerjaannya memerlukan penekukan lutut dan paling sedikit tuntutan fisik tingkat
sedang lebih sering memiliki tanda radiografik OA lutut, dan gambaran
radiografiknya cenderung lebih berat daripada laki-laki yang pekerjaannya tidak
memerlukan keduanya (Kalim, 1996).
4. Jenis kelamin
Kelainan ini dapat ditemukan baik pada pria maupun wanita dimana OA primer lebih
sering ditemukan pada wanita pasca menopause. Sedangkan OA sekunder lebih
banyak ditemukan pada laki-laki. Hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada
patogenesis OA.
IV. Klasifikasi
Osteoarthritis dapat dibagi atas 2 jenis :
1. Osteoarthritis Primer : dialami setelah usia 45 tahun, sebagai akibat dari proses
penuaan alami, tidak diketahui penyebab pastinya, menyerang secara perlahan
tapi progresif, dan dapat mengenai lebih dari satu persendian. Biasanya
menyerang sendi yang menanggung berat badan seperti lutut dan panggul, bisa
juga menyerang punggung, leher, dan jari-jari.
2. Osteoarthritis Sekunder: dialami sebelum usia 45 tahun, biasanya disebabkan
oleh trauma (instabilitas) yang menyebabkan luka pada sendi (misalnya patah
tulang atau permukaan sendi tidak sejajar), akibat sendi yang longgar, dan
pembedahan pada sendi. Penyebab lainnya adalah faktor genetik dan penyakit
metabolik.
V. Patologi
Kelainan yang dapat di temukan pada osteoarthritis adalah :
1. Tulang rawan sendi
Kelainan Osteoarthritis berawal dari berkurangnya/ tidak terbentuknya
substansi tulang rawan sendi (kondrotin sulfat). Terjadi perlunakan dan
iregularitas pada tulang rawan sendi. Permukaan menjadi kasar. Perubahan
yang mencolok pada OA biasanya dijumpai di daerah tulang rawan sendi yang
mendapatkan beban. Pada stadium awal, tulang rawan lebih tebal daripada
8
normal, tetapi seiring dengan perkembangan OA permukaan sendi menipis,
tulang rawan melunak, integritas permukaan terputus dan terbentuk celah
vertikal (fibrilasi). Dapat terbentuk ulkus kartilago dalam yang meluas ke
tulang. Dapat timbul daerah perbaikan fibrokartilaginosa, tetapi mutu jaringan
perbaikan lebih rendah daripada kartilago hialin asli, dalam kemampuannya
menahan stres mekanik. Semua kartilago secara metabolis aktif, dan kondrosit
melakukan replikasi, membentuk kelompok (klon). Namun, kemudian
kartilago menjadi hiposeluler (Brandt, 2000). Proses degradasi yang timbul
sebagai akibat dari ketidakseimbangan antara regenerasi (reparasi) dengan
degenerasi rawan sendi melalui beberapa tahap yaitu fibrilasi, pelunakan,
perpecahan dan pengelupasan lapisan rawan sendi. Proses ini dapat
berlangsung cepat atau lambat. Yang cepat dalam waktu 10 – 15 tahun, sedang
yang lambat 20 – 30 tahun. Akhirnya permukaan sendi menjadi botak tanpa
lapisan rawan sendi (Parjoto, 2000).
2. Tulang
Terjadi peningkatan vaskularisasi serta pembentukan osteofit yang merupakan
reparasi dari degenerasi rawan pada ujung persendian, terutama pada sendi
interfalangeal distal. Pembentukan tulang baru ini berupa eburnasi dan
pembentukan kista-kista. Kista ini dapat berhubungan dengan sendi dan berisi
cairan synovial, melalui defek pada tulang subkondral.
3. Kapsul sendi
Terjadi fibrosis dan kontraktur pada kapsul sendi
4. Badan lepas (loose bodies)
Tulang rawan yang nekrosis dapat mengalami aberasi, terlepas ke dalam ruang
sendi dan berupa benda-benda lepas yang dapat menimbulkan reaksi pada
membran sinovial sehingga terjadi efusi dalam sendi.
5. Efusi
Efusi dapat terjadi pada stadium awal atau pada stadium eksaserbasi inflamasi
akut. Cairan bersifat jernih, mempunyai viskositas tinggi dengan kadar protein
yang rendah.
6. Nodus Heberden dan Bouchard
Nodus ini terjadi kerena degenerasi membran kapsul dan jaringan lunak sendi
yang membentuk kista yang mengandung asam hialuronat, kemudian terjadi
metaplasia tulang adan tulang rawan.
9
VI. Stadium
Grade I :
Grade II :
Grade III :
Grade IV :
10
VII. Gejala Klinis
1. Nyeri
Nyeri erutama pada sendi-sendi yang menanggung beban tubuh seperti pada
sendi panggul dan lutut. Nyeri ini terutama terjadi bila sendi digerakkan dan
pada waktu berjalan. Nyeri yang terjadi berhubungan dengan :
- Inflamasi yang luas
- Kontraktur kapsul sendi
- Peningkatan tekanan intra-artikuler akibat kongesti vaskuler
- Nyeri berkurang setelah dilakukan aspirasi yang mengurangi tekanan intra-
artikuler
tidak ada hubungan antara beratnya nyeri tang terjadi dengan luasnya
kerusakan pada pemeriksaan radiologis.
2. Kekakuan
Persendian terasa kaku dan nyeri apabila digerakkan .Pada mulanya hanya
terjadi pagi hari, tetapi apabila dibiarkan akan bertambah buruk dan
menimbulkan rasa sakit setiap melakukan gerakan tertentu , terutama pada
waktu menopang berat badan, namun bisa membaik bila diistirahat kan.
3. Pembengkakan
Pembengkakan terutama ditemukan di lutut dan siku. Pembengkakan dapat
disebabkan oleh cairan dalam sendi pada stadium akut oleh karena
pembengkakan pada tulang yang disebut osteofit. Juga dapat terjadi oleh
karena adanya pembengkakan dan penebalan pada sinovia yang berupa kista.
4. Gangguan pergerakan
11
Gangguan pergerakan pada sendi disebabkan oleh adanya fibrosis pada kapsul,
osteofit atau irregularitas permukaan sendi. Pada pergerakan sendi dapat
ditemukan atau didengar adanya krepitasi.
5. Deformitas
Deformitas sendi yang ditemukan akibat kontraktur kapsul, serta instabilitas
sendi karena kerusakan pada tulang dan tulang rawan.
6. Nodus heberden dan Bouchard
Nodus heberden ditemukan pada bagian dorsal sendi interfalangeal distal,
sedangkan nodus Bouchard pada bagian proksimal sendi interfalangeal tangan
terutama pada wanita dengan osteoartritis primer. Nodus Heberden kadang-
kadang tanpa disertai rasa nyeri tapi sering ditemui parestesia dan kekakuan
sendi jari-jari tangan pada stadium lanjut disertai dengan deviasu jari ke
laateral.
VIII. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
- Laju endap Darah biasanya normal
- Serum kolesterol sedikit meninggi
- Pemeriksaan faktor reumatoid negatif
2. Pemeriksaan radiologis
Foto polos
Gambaran yang khas pada foto polos adalah :
Densitas tulang normal atau meninggi
Penyempitan ruang sendi yang asimetris karena hilangnya tulang rawan
sendi.
Sklerosis tulang subkondral
Kista tulang pada permukaan sendi terutamasubkondral
Osteofit pada tepi sendi
Gambaran ini terutama ditemukan pada sendi-sendi besar.
IX. Diagnosis
Bentuk klasik osteoartritis monoartikuler berupa nyeri dan disfungsi dari satu
sendi, terutama sendi yang menopangbeban tubuh yaitu pada sendi panggul dan
lutut. Pada osteoartritissekunder mungkin dapat ditemukan penyebab sebelumnya
seperti displasia asetabuler, pasca trauma, atau fraktur pada daerah panggul.
12
Osteoarthrosis poliartikuler ditemukan pada wanita umur pertengahan dengan
keluhan nyeri, kekakuan, dan pembengkakan pada sendi tangan yang terutama
mengenai sendi karpometakarpal pertama sendi tangan dan metatarsofalangeal
sendi kaki. Perubahan yang terlihat jelas pada tangan berupa pembengkakan sendi
interfalangeal dan pada tingkat awal disertai dengan reaksi inflamasi.
X. Diagnosis banding
1. Nekrosis avaskuler baik yang bersifat idiopatik ataupun sekunder oleh karena
sebab lain misalnya pasca trauma atau obat-obatan.
2. Reumatoid Artritis
Pada stadium awal osteoarthritis poli-artikuler sering sulit dibedakan dengan
RA karena pada stadim ini ditemukan pula nyeri dan inflamasi pada jari
tangan. pada RA kelainan terutama pada bagian distal interfalangeal dan
metacarpofalangeal.
3. Artritis Gout
Pada Artritis Gout biasanya bersifat poli-artritis kronik disertai dengan
benjolan berupa tofus pada pemeriksaan radologis terlihat adanya destruksi
tulang paeri-artikuler
XI. Pengobatan
Pada osteiarthritis terutama pada stadium awal, pemberian pengobatan bertujuan
untuk mengurangi rasa nyeri, menambah luas pergerakan atau mobilisasi sendi
dan mengurangi beban tubuh. Pengobatan terdiri atas :
1. Penanganan umun
- Istirahat yang teratur untuk mengurangi penggunaan beban pada sendi
- Mengurangi berat badan dengan diet
- Proteksi sendi, dapat menggunakan tongkat atau splint
- Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi rasa nyeri, menguatkan otot dan
menambah luas pergerakan sendi
2. Pemberian obat-obatan
- pemberian obat-obatan analgetik dan anti inflamasi untuk mengurangi nyeri
dan pembengkakan
- Injeksi steroid dilakukan pada sinovitis akut (intra-artikuler) atau bila ada
nyeri pada ligamen peri-artikuler.
13
3. Aspirasi bila ada cairan dalam sendi
4. Pemasangan bidai apabila ada nyeri pada stadium akut, mengoreksi deformitas
serta mengurangi bebantubuh.
5. Tindakan operasi
Tindakan operasi dilakukan apabila :
- Nyeri tidak dapat diatasi dengan obat-obatan atau tindakan lokal
- Sendi yang tidak stabil oleh karena subluksasi atau deformitas lokal
- Adanya kerusakan sendi pada tingkat lanjut
- Untuk mengoreksi beban pada sendi adar distribusi beban terbagi sama rata
Tindakan operasi yang dapat dilakukan :
- Osteotomi tinggi pada tibia untuk mengoreksi kelurusan pada sendi lutut
dimana belum ada kerusakan yang menyolok pada sendi
Permukaan sendi direposisikan dengan cara memotong tulang dan
merubah sudut dari weightbearing.
Tujuan : Membuat karilago sendi yang sehat menopang sebagian
besar berat tubuh.
Dapat pula dikombinasikan dengan ligamen atau meniscus repair
- Hemiartroplasti, bila kerusakan satu kompartemen sendi
14
- Artroplasti total, bila seluruh kompartemen rusak
Permukaan sendi yang arthritis dipindahkan, dan permukaan sendi
yang baru ditanam.
Permukaan penunjang biasanya terbuat dari logam yang berada
dalam high-density polyethylene.
- Artrodesis dilakukan bila terdapat kerusakan pada sendi dan sendi tidak stabil
pada orang muda.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Rasjad, chairuddin. 2009. Pengantar ilmu Bedah Ortopedi. PT Watapone. Jakarta
2. Isbagio, Harry. 2000. CDK: Struktur Rawan sendi dan Perubahannya pada
Osteoarthritis. Cermin dunia kedokteran
3. Chapman, Miichael W et al.2001. Chapman’s Orthopedic Surgery 3rd edition.
Chapter 107: Oateotomies of knee For Osteoartritis. Lippicott Williams &Wiikins.
USA,
4. Fransisca, Frank J, et al. 2007. 5-minutes Orthopedic Consult 2nd edition. Lippicott
Wiliams& wilkins.USA
15