Author
ddelindaaa
View
31
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tuberkulosis paru
TUBERKULOSIS PARU
I. PENDAHULUAN
Penyakit tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan Masyarakat. Di Indonesia maupun diberbagai belahan dunia, Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit menular yang kejadiannya paling tinggi dijumpai di India sebanyak 1.5 juta orang, urutan kedua dijumpai di Cina yang mencapai 2 juta orang dan Indonesia menduduki urutan ketiga dengan penderita 583.000 orang. 1Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberkulosis. Penularan penyakit ini melalui perantaraan ludah atau dahak penderita yang mengandung basil berkulosis paru. Pada waktu penderita batuk butir-butir air ludah beterbangan diudara dan terhisap oleh orang yang sehat dan masuk kedalam paru-parunya yang kemudian menyebabkan penyakit tuberkulosis paru. 1Menurut WHO (1999), di Indonesia setiap tahun terjadi 583 kasus baru dengan kematian 130 penderita dengan tuberkulosis positif pada dahaknya. Sedangkan menurut hasil penelitian kusnindar 1990, jumlah kematian yang disebabkan karena tuberkulosis diperkirakan 105,952 orang pertahun. Kejadian kasus tuberkulosa paru yang tinggi ini paling banyak terjadi pada kelompok masyarakat dengan sosio ekonomi lemah. 1Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia.2
II. ANATOMI SALURAN NAPAS
TrakeaTrakea (batang tenggorok) adalah tabung berbentuk pita seperti huruf C yang dibentuk oleh tulang-tulang rawan yang disempurnakan oleh selaput. Trakea terletak di antara vertebrata servikalis ke-6 sampai ke tepi bawah kartilago. Trakea mempunyai dinding fibroelastis yang panjangnya sekitar 13 cm, berdiameter 2,5 cm dan dilapisi oleh otot polos. Diameter trakea tidak sama pada seluruh bagian, pada daerah servikal agak sempit, bagian pertengahan agak sedikit melebar dan mengecil.Bagian dalam trakea terdapat sel-sel bersilia untuk mengeluarkan benda asing yang masuk. Bagian dalam trakea terdapat septum yang disebut karina yang terletak agak ke kiri dari bidang median.3BronkusBronkus (cabang tenggorok) merupakan lanjutan trakea yang terdapat ketinggian vertebrata torakalis ke-4 dan ke-5. Bronkus memiliki struktur yang sama dengan trakea, yang dilapisi oleh sejenis sel yang sama dengan trakea yang berjalan ke bawah menuju paru-paru.
Bronkus terbagi menjadi dua cabang :a. Bronkus prinsipalis dekstra.Panjangnya sekitar 2,5 cm masuk ke hilus pulmonalis paru-paru kanan dan mempercabangkan bronkus lobularis superior. Pada masuk ke hilus, bronkus prinsipalis dekstra bercabang tiga menjadi bronkus lobularis medius, bronkus lobularis inferior, bronkus lobularis superior.b. Bronkus prinsipalis sinistra.Lebih sempit dan lebih panjang serta lebih horizontal dibanding bronkus kanan, panjangnya sekitar 5 cm berjalan ke bawah aorta dan di depan esophagus, masuk ke hilus pulmonalis kiri dan bercabang menjadi dua, yaitu bronkus lobularis inferior, bronkus lobularis superior.Dari tiap-tiap bronkiolus masuk ke dalam lobus dan bercabang lebih banyak dengan diameter kira-kira 0,5 mm bronkus yang terakhir membangkitkan pernapasan dan melepaskan udara ke permukaan pernapasan di paru-paru. Pernapasan bronkiolus membuka dengan cara memperluas ruangan pembuluh alveoli yang merupakan tempat terjadinya pertukaran udara antara oksigen dengan karbondioksida.3ParuParu adalah salah satu organ sistem pernapasan yang berada di dalam kantong yang dibentuk oleh pleura parietalis dan viseralis. Kedua paru sangat lunak, elastis dan berada dalam rongga torak, sifatnya ringan dan terapung di air. Masing-masing paru memiliki apeks yang tumpul yang menjorok ke atas mencapai bagian atas iga pertama.Paru-paru kiri :Pada paru-paru kiri terdapat satu fisura yaitu fisura obliges. Fisura ini membagi paru-paru kiri atas menjadi dua lobus, yaitu :a. lobus superior, bagian yang terletak di atas dan di depan fisura.b. lobus inferior, bagian paru-paru yang terletak di belakang dan di bawah fisura.Paru-paru kanan :Pada paru-paru kanan terdapat dua fisura, yaitu : fisura oblique (interlobularis primer) dan fisura transversal (interlobularis sekunder). Kedua fisura ini membagi paru-paru kanan menjadi tiga lobus, lobus atas, lobus tengah dan lobus bawah.3PleuraPleura adalah suatu membaran serosa yang halus membentuk suatu kantong tempat paru-paru berada yang jumlahnya ada dua buah dan masing-masing tidak berhubungan.Pleura mempunyai dua lapisan, parietalis dan viseralis.a). lapisan permukaan disebut permukaan parietalis, lapisan ini langsung berhubungan dengan paru-paru serta memasuki fisura dan memisahkan lobus-lobus dari paru-paru.b). lapisan dalam disebut pleura viseralis, lapisan ini berhubungan denganfasia endotorakika dan merupakan permukaan dalam dari dinding toraks.3
III. FISIOLOGI PERNAPASANFungsi utama pernapasan adalah untuk memperoleh O2 agar dibutuhkan oleh sel-sel tubuh dan mengeliminasi CO2 yang dihasilkan oleh sel. 4Udara cenderung bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke bertekanan rendah, yaitu menuruni gradien tekanan. Udara mengalir masuk dan keluar paru selama proses bernapas denagn mengikuti penurunan gradien tekanan yang berubah berselang-seling antara alveolus dan atmosfer akibat aktivitas siklik otot-otot pernapasan, terdapat 3 tekanan penting pada ventilasi 4Tekanan atmosfer : tekanan yang ditimbulkan oleh berat berat udara di atmosfer terhadap benda-benda dipermukaan bumi, tekanan ini = 760 mmHgTekanan intra alveolus : tekanan yang ada di dalam alveolus, karena alveolus berhubungan dengan atmosfer melalui saluran pernapasan, udara dengan cepat mengalir mengikuti penurunan gradien tekanan setiap kali terjadi perbedaan antara tekanan intraalveolus dan tekanan atmosfer, udara terus mengalir sampai keduanya seimbangTekanan intrapleura adalah tekanan di dalam kantung pleura. Tekanan ini juga dikenal sebagai tekanan intrathorax, yaitu tekanan yang terjadi di luar paru di dalam rongga thoraks. Tekanan intrapleura biasanya lebih kecil daripada tekanan atmosfer,rata-rata 756 mmHg saat istirahat.Aksi otot pernapasanSatu siklus pernapasan, terdiri dari inspirasi dan ekspirasi, sebelum inspirasi dimuliai, otot-otot pernapasan melemas, tidak ada udara yang mengalir, dan tekanan intraalveolus setara dengan tekanan atmosfer. 4Pada saat inspirasi otot-otot inspirasi diafragma, suatu lembaran otot antariga eksternal terangsang untuk berkontraksi, sehingga terjadi pembesaran rongga torak, sewaktu berkontraksi, karena stimulasi saraf frenikus, diafragma bergerak ke bawah dan memperbesar volume rongga torak dengan menambah panjang vertikalnya. Pada saat rongga torak mengembang, paru juga dipaksa mengembang, untuk mengisi rongga torak yang membesar. Sewaktu paru mengembang, tekanan intralaveolus menurun karena molekul dalam jumlah yang sama kini menempati volume paru yang lebih besar,pada inspirasi biasa, tekanan intraalveolus menurun 1 mmHg menjadi 759 mmHg. Karena tekanan intra alveolus lebih rendah dari tekanan atmosfer, udara mengalir masuk ke dalam paru mengikuti penurunan gradien tekanan dari tekanan tinggi ke rendah. Udara terus mengalir kedalam paru karena turunnya tekanan intra-alveolus akibat paru yang mengembang.4Selama inspirasi tekanan intrapleura turun ke 754 mmHg akibat pengembangan torak.Pada akhir inspirasi otot-otot inspirasi melemas, saat melemas diafragma kembali ke bentuknya dan dinding dada serta paru yang teregang menciut kembali ke ukuran prainspirasi. Sewaktu paru menciut dan berkurang volumenya, tekanan intraalveolus meningkat 1 mmHg diatas tekanan atmosfer menjadi 761 mmHg. Udara sekarang keluar paru mengikuti penurunan gradien dari tekanan intra alveolus menjadi sama dengan tekanan atmosfer dan tidak lagi terdapat gradient tekanan.4
Singkatnya dalam keadaan normal ekspirasi merupakan suatu proses pasif karena terjadi akibat pernciutan elastis paru saat otot-otot melemas tanpa memerlukan kontraksi otot atau pengeluaran energi, sebaliknya inspirasi selalu aktif, karena ditimbulkan oleh kontraksi otot-otot inspirasi dan menggunakan energi.4DifusiTahap kedua dari proses pernapasan mencakup proses difusi gas-gas melintasi membran alveolus-kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari 0,5 m). Kekuatan pendorong untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan parsial O2 (PO2) dalam atmosfer pada permukaan laut besarnya sekitar 159 mm Hg (21% dari 760 mm Hg). Namun, pada waktu O2 sampai di trakea, tekanan parsial ini akan mengalami penurunan sampai sekitar 149 mm Hg karena dihangatkan dan dilembabkan oleh jalan napas (760-47 x 0,21 = 149). Tekanan parsial uap air pada suhu tubuh adalah 47 mm Hg. Tekanan parsial O2 yang diinspirasi akan menurun kira-kira 103 mm Hg pada saat mencapai alveoli karena tercampur dengan udara dalam ruang mati anatomi ini dalam keadaan normal mempunyai volume sekitar 1 ml udara per pound berat badan ideal (misal, 150 ml/150 pound laki-laki). Hanya udara bersih yang mencapai alveolus yang merupakan ventilasi efektif. Tekanan parsial O2 dalam darah vena campuran (PVO2) di kapiler paru kira-kira sebesar 40 mm Hg. PO2 kapiler lebih rendah daripada tekanan dalam alveolus (PAO2 = 103 mm Hg) sehingga O2 mudah berdifusi ke dalam aliran darah. Perbedaan tekanan antara darah dan PaCO2 yang jauh lebih rendah (6 mm Hg) menyebabkan CO2 berdifusi ke dalam alveolus. CO2 ini kemudian dikeluarkan ke atmosfer, yang konsentrasinya pada hakekatnya nol. Kendati selisih CO2 antara darah dan alveolus amat kecil namun tetap memadai, karena dapat berdifusi melintasi membran alveolus kapiler kira-kira 20 kali lebih cepat dibandingkan O2 karena daya larutnya yang lebih besar.4Dalam keadaan beristirahat normal, difusi dan keseimbangan antara O2 di kapiler darah paru dan alveolus berlangsung kira-kira 0,25 detik dari total waktu kontak selama 0,75 detik. Hal ini menimbulkan kesan bahwa paru normal memiliki cukup cadangan waktu difusi. Pada beberapa penyakit, (misalnya, fibrosis paru), sawar darah dan udara dapat menebal dan difusi melambat sehingga keseimbangan mungkin tidak lengkap, terutama sewaktu berolah raga ketika waktu kontak total berkurang. Jadi, blok difusi dapat mendukung terjadinya hipoksemia, tetapi tidak dianggap sebagai faktor utama. Pengeluaran CO2 dianggap tidak dipengaruhi oleh kelainan difusi.4IV. EPIDEMIOLOGI TUBERKULOSISMenurut data WHO, estimasi insiden terjadinya penyakit TB secara global di tahun 2010 sekitar 8,8 juta (8,5-9,2 juta) penduduk terkena TB, sama dengan 128 kasus per 100.000 populasi, dan sekitar 0,9 juta 1,2 juta diantaranya meninggal. Perkiraan di tahun kasus di tahun 2010 terjadi di Asia (59 %),Africa (26%), Eropa (5%), dan Amerika (3%), Tahun 2009 sekitar 1,9 juta anak menjadi yatim dikarenakan orang tua menderita TB. Data secara global menunjukan bahwa kasus TB per tahun mengalami penurunan sejak tahun 2006 (per 100.000 populasi) insiden rata-rata turun 1,3 % sejak tahun 2002.5
Lima negara insiden kasus TB terbanyak di tahun 2010 adalah India (2,0 juta 2,5 juta), China (0,9 juta 1,2 juta ), Indonesia (0,37 juta 0,54 juta ), dan Pakistan ( 0,33 juta 0,48 juta ).5Morbiditas dan mortalitas yang terkait dengan TB terbesar di negara berkembang, di mana 95% dari semua kasus dan 98% dari semua kematian terkait dengan TB terjadi pada tahun 1990.The highest prevalence and estimated annual risk of infection are found in Southeast Asia (rate, 237 per 100,000) and sub-Saharan Africa (rate, 191 per 100,000) ( 7 ). Prevalensi tertinggi dan risiko infeksi tahunan diperkirakan ditemukan di Asia Tenggara (tingkat, 237 per 100.000) dan sub-Sahara Afrika (tingkat, 191 per 100.000).Of the 3.3 million cases of TB notified to the World Health Organization in 1995, 78% were from Asia, sub-Saharan Africa, and island regions ( 8 ). Dari 3,3 juta kasus TB diberitahukan kepada Organisasi Kesehatan Dunia pada tahun 1995, 78% berasal dari Asia, sub-Sahara Afrika, dan wilayah pulau .By contrast, during these same time periods, industrialized countries (Western Europe, Australia, Canada, Japan, New Zealand, and United States) had an average annual incidence of 23 per 100,000 and accounted for only 4% of total notified cases ( 7 , 8 ). Sebaliknya, selama periode waktu yang sama, negara-negara industri (Eropa Barat, Australia, Kanada, Jepang, Selandia Baru, dan Amerika) memiliki kejadian tahunan rata-rata 23 per 100.000 dan hanya menyumbang 4% kasus diberitahu total. 6Distinct differences in the epidemiology of TB are observed between developing and industrialized nations. Perbedaan jelas dalam epidemiologi TB diamati antara negara berkembang dan industri. In countries where the standard of living is low and health resources are scarce, the risk of recent infection is high and 80% of cases involve persons in their productive years (1559 years of age) ( 7 ). Di negara-negara di mana standar hidup yang rendah dan sumber daya kesehatan yang langka, risiko infeksi baru tinggi dan 80% kasus melibatkan orang dalam usia produktif (15-59 tahun)In economically developed countries where progressive declines in the incidence of TB have been achieved, the annual risk of infection is low.. Di negara-negara ekonomi maju di mana penurunan progresif dalam kejadian TB telah dicapai, risiko tahunan infeksi rendah. The majority of TB cases arise as a result of endogenous reactivation of remote infection acquired when TB was more prevalent; this results in disease rates highest in the elderly (65 years of age). Mayoritas kasus TB muncul sebagai akibat dari reaktivasi endogen infeksi terpencil diperoleh ketika TB adalah lebih umum, ini hasil tingkat penyakit tertinggi pada orang tua ( 65 tahun). Active disease manifesting in younger patients usually arises in racial and ethnic minorities or in association with human immunodeficiency virus (HIV) infection ( 7 ). Penyakit aktif mewujudkan pada pasien muda biasanya muncul dalam ras dan etnis minoritas atau dalam hubungan dengan infeksi human immunodeficiency virus (HIV). 6V. ETIOLOGI
Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP). 2Cara Penularan : Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikrobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah) dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru. 2Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen. 2Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). Seseorang yang telah memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC. 2Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC. 2VI. PATOGENESIS TUBERKULOSIS
Paru merupakan port dentre lebih dari 98% kasus infeksi TB. Karena ukurannya yang sangat kecil, kuman TB dalam percik renik (droplet nuclei) yang terhirup, dapat mencapai alveolus. Masuknya kuman TB ini akan segera diatasi oleh mekanisme imunologis non spesifik. Makrofag alveolus akan menfagosit kuman TB dan biasanya sanggup menghancurkan sebagian besar kuman TB. Akan tetapi, pada sebagian kecil kasus, makrofag tidak mampu menghancurkan kuman TB dan kuman akan bereplikasi dalam makrofag. Kuman TB dalam makrofag yang terus berkembang biak, akhirnya akan membentuk koloni di tempat tersebut. Lokasi pertama koloni kuman TB di jaringan paru disebut Fokus Primer GOHN. Dari focus primer, kuman TB menyebar melalui saluran limfe menuju kelenjar limfe regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai saluran limfe ke lokasi focus primer. Penyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamasi di focus primer terletak di lobus paru bawah atau tengah, kelenjar limfe yang akan terlibat adalah kelenjar limfe parahilus, sedangkan jika focus primer terletak di apeks paru, yang akan terlibat adalah kelenjar paratrakeal. Kompleks primer merupakan gabungan antara focus primer, kelenjar limfe regional yang membesar (limfadenitis) dan saluran limfe yang meradang (limfangitis).7E6ajWaktu yang diperlukan sejak masuknya kuman TB hingga terbentuknya kompleks primer secara lengkap disebut sebagai masa inkubasi TB. Hal ini berbeda dengan pengertian masa inkubasi pada proses infeksi lain, yaitu waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman hingga timbulnya gejala penyakit. Masa inkubasi TB biasanya berlangsung dalam waktu 4-8 minggu dengan rentang waktu antara 2-12 minggu. Dalam masa inkubasi tersebut, kuman tumbuh hingga mencapai jumlah 103-104, yaitu jumlah yang cukup untuk merangsang respons imunitas seluler. 7Selama berminggu-minggu awal proses infeksi, terjadi pertumbuhan logaritmik kuman TB sehingga jaringan tubuh yang awalnya belum tersensitisasi terhadap tuberculin, mengalami perkembangan sensitivitas. Pada saat terbentuknya kompleks primer inilah, infeksi TB primer dinyatakan telah terjadi. Hal tersebut ditandai oleh terbentuknya hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein, yaitu timbulnya respons positif terhadap uji tuberculin. Selama masa inkubasi, uji tuberculin masih negatif. Setelah kompleks primer terbentuk, imunitas seluluer tubuh terhadap TB telah terbentuk. Pada sebagian besar individu dengan system imun yang berfungsi baik, begitu system imun seluler berkembang, proliferasi kuman TB terhenti. Namun, sejumlah kecil kuman TB dapat tetap hidup dalam granuloma. Bila imunitas seluler telah terbentuk, kuman TB baru yang masuk ke dalam alveoli akan segera dimusnahkan. 7Setelah imunitas seluler terbentuk, focus primer di jaringan paru biasanya mengalami resolusi secara sempurna membentuk fibrosis atau kalsifikasi setelah mengalami nekrosis perkijuan dan enkapsulasi. Kelenjar limfe regional juga akan mengalami fibrosis dan enkapsulasi, tetapi penyembuhannya biasanya tidak sesempurna focus primer di jaringan paru. Kuman TB dapat tetap hidup dan menetap selama bertahun-tahun dalam kelenjar ini. Kompleks primer dapat juga mengalami komplikasi. Komplikasi yang terjadi dapat disebabkan oleh focus paru atau di kelenjar limfe regional. Fokus primer di paru dapat membesar dan menyebabkan pneumonitis atau pleuritis fokal. Jika terjadi nekrosis perkijuan yang berat, bagian tengah lesi akan mencair dan keluar melalui bronkus sehingga meninggalkan rongga di jaringan paru (kavitas). Kelenjar limfe hilus atau paratrakea yang mulanya berukuran normal saat awal infeksi, akan membesar karena reaksi inflamasi yang berlanjut. Bronkus dapat terganggu. Obstruksi parsial pada bronkus akibat tekanan eksternal dapat menyebabkan ateletaksis. Kelenjar yang mengalami inflamasi dan nekrosis perkijuan dapat merusak dan menimbulkan erosi dinding bronkus, sehingga menyebabkan TB endobronkial atau membentuk fistula. Massa kiju dapat menimbulkan obstruksi komplit pada bronkus sehingga menyebabkan gabungan pneumonitis dan ateletaksis, yang sering disebut sebagai lesi segmental kolaps-konsolidasi. Selama masa inkubasi, sebelum terbentuknya imunitas seluler, dapat terjadi penyebaran limfogen dan hematogen. Pada penyebaran limfogen, kuman menyebar ke kelenjar limfe regional membentuk kompleks primer. Sedangkan pada penyebaran hematogen, kuman TB masuk ke dalam sirkulasi darah dan menyebar ke seluruh tubuh. Adanya penyebaran hematogen inilah yang menyebabkan TB disebut sebagai penyakit sistemik. 7Penyebaran hamatogen yang paling sering terjadi adalah dalam bentuk penyebaran hematogenik tersamar (occult hamatogenic spread). Melalui cara ini, kuman TB menyebar secara sporadic dan sedikit demi sedikit sehingga tidak menimbulkan gejala klinis. Kuman TB kemudian akan mencapai berbagai organ di seluruh tubuh. Organ yang biasanya dituju adalah organ yang mempunyai vaskularisasi baik, misalnya otak, tulang, ginjal, dan paru sendiri, terutama apeks paru atau lobus atas paru. Di berbagai lokasi tersebut, kuman TB akan bereplikasi dan membentuk koloni kuman sebelum terbentuk imunitas seluler yang akan membatasi pertumbuhannya. Di dalam koloni yang sempat terbentuk dan kemudian dibatasi pertumbuhannya oleh imunitas seluler, kuman tetap hidup dalam bentuk dormant. Fokus ini umumnya tidak langsung berlanjut menjadi penyakit, tetapi berpotensi untuk menjadi focus reaktivasi. Fokus potensial di apkes paru disebut sebagai Fokus SIMON. Bertahuntahun kemudian, bila daya tahan tubuh pejamu menurun, focus TB ini dapat mengalami reaktivasi dan menjadi penyakit TB di organ terkait, misalnya meningitis, TB tulang, dan lain-lain. 7Bentuk penyebaran hamatogen yang lain adalah penyebaran hematogenik generalisata akut (acute generalized hematogenic spread). Pada bentuk ini, sejumlah besar kuman TB masuk dan beredar dalam darah menuju ke seluruh tubuh. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya manifestasi klinis penyakit TB secara akut, yang disebut TB diseminata. TB diseminata ini timbul dalam waktu 2-6 bulan setelah terjadi infeksi. Timbulnya penyakit bergantung pada jumlah dan virulensi kuman TB yang beredar serta frekuensi berulangnya penyebaran. Tuberkulosisdiseminata terjadi karena tidak adekuatnya system imun pejamu (host) dalam mengatasi infeksi TB, misalnya pada balita. Tuberkulosis milier merupakan hasil dari acute generalized hematogenic spread dengan jumlah kuman yang besar. Semua tuberkel yang dihasilkan melalui cara ini akan mempunyai ukuran yang lebih kurang sama. Istilih milier berasal dari gambaran lesi diseminata yang menyerupai butur padi-padian/jewawut (millet seed). 7Secara patologi anatomik, lesi ini berupa nodul kuning berukuran 1-3 mm, yang secara histologi merupakan granuloma. Bentuk penyebaran hematogen yang jarang terjadi adalah protracted hematogenic spread. Bentuk penyebaran ini terjadi bila suatu focus perkijuan menyebar ke saluran vascular di dekatnya, sehingga sejumlah kuman TB akan masuk dan beredar di dalam darah. Secara klinis, sakit TB akibat penyebaran tipe ini tidak dapat dibedakan dengan acute generalized hematogenic spread. Hal ini dapat terjadi secara berulang. Pada anak, 5 tahun pertama setelah infeksi (terutama 1 tahun pertama), biasanya sering terjadi komplikasi. Menurut Wallgren, ada 3 bentuk dasar TB paru pada anak, yaitu penyebaran limfohematogen, TB endobronkial, dan TB paru kronik. Sebanyak 0.5-3% penyebaran limfohematogen akan menjadi TB milier atau meningitis TB, hal ini biasanya terjadi 3-6 bulan setelah infeksi primer. Tuberkulosis endobronkial (lesi segmental yang timbul akibat pembesaran kelenjar regional) dapat terjadi dalam waktu yang lebih lama (3-9 bulan). Terjadinya TB paru kronik sangat bervariasi, bergantung pada usia terjadinya infeksi primer. TB paru kronik biasanya terjadi akibat reaktivasi kuman di dalam lesi yang tidak mengalami resolusi sempurna. Reaktivasi ini jarang terjadi pada anak, tetapi sering pada remaja dan dewasa muda. Tuberkulosis ekstrapulmonal dapat terjadi pada 25-30% anak yang terinfeksi TB. TB tulang dan sendi terjadi pada 5-10% anak yang terinfeksi, dan paling banyak terjadi dalam 1 tahun tetapi dapat juga 2-3 tahun kemudian. TB ginjal biasanya terjadi 5-25 tahun setelah infeksi primer. 7
VII. GEJALA KLINIS TUBERKULOSISGejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.Gejala sistemik/umum:Demam, biasanya subfebril menyerupai demam influenza, tetapi kadang panas mencapai 40-41oC, serangan demam hilang timbul tergantung dari daya tahan tubuh pasien dan berat ringan nya infeksi kuman tuberkulosis yang masuk.8Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu, batuk/batuk darah merupakan gejala yang paling sering ditemukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, batuk ini digunakan untuk mengeluarkan produk-produk radang. Karena terlibatnya broknus pada pada setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat batuk mulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum), keadaan yang lanjut adalah menjadi batuk darah karena pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberkulosis terjadi pada cavitas, tetapi juga dapat terjadi pada ulkus dinding bronkus.8Gejala khusus:Sesak nafas, pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak nafas, sesak nafas baru ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru. 8Nyeri dada, gejala ini jarang terjadi,nyeri dada ini timbul bila infiltrasi radang telah mencapai pleura sehingga menimbulkan pleuritis.7Malaise, penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun, gejala malaise sering ditemukan berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan makin kurus, sakit kepala dan keringat malam. 8Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit diatasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.7Pemeriksaan FisisPemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu demam (subfebris), badan kurus atau berat badan turun. 8Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apeks paru. Bila dicurigai ada infiltrate agak luas, maka didapatkan perkusi yang redup dan auskultasi napas bronchial. Akan didapatkan juga suara napas tambahan berupa ronki basah kasar dan nyaring. Bila terdapat kavitas yang cukup besar, perkusi memberikan suara hipersonor atau timpani dan auskultasi memberikan suara amorfik. 8Dalam penampilan klinis, TB paru sering asimtomatik dan penyakit baru dicurigai dengan didapatkannya kelainan radiologis dada pada pemeriksaan rutin atau uji tuberculin yang positif. 8Pemeriksaan radiologiPada tuberkulosis primer, hal-hal berikut dapat terlihat pada pemeriksaan sinar-X dada :Daerah konsolidasi pneumonik perifer (focus ghon) dengan pembesaran kelenjar hilus mediastnum (kompleks primer). Keadaan ini dapat sembuh dengan gambaran kalsifikasi8Daerah kosilidasi yang dapat berukuran kecil, lobaris, atau lebih luas hingga seluruh lapangan paru. 8Sarang berbenutk awan atau bercak-bercak dengan densitas rendah atau sedang dengan batas tidak tegas. Sarang-sarang ini biasanya menunjukan bahwa proses aktif.Lubang (cavitas), selalu menunjukan proses aktif kecuali bila lubang sudah sangat kecil.Sarang seperti garis-garis fibrotik atau bintik kapur (kalsifikasi) yang menunjukan proses tenang.
Kalsifikasi yang sudah lama sembuh pada focus TBKonsolidasi kavitas pada lobus atas kiri : TB aktif
Pemeriksaan laboratriumSputumPemeriksaan sputum merupakan pemeriksaan yang cukup sensitif untuk menemukan kuman BTA sehingga diagnosis dapat ditegakan, pemeriksaan ini juga dapat memberikan evaluasi terhadap respon pengobatan. Kriteria sputum BTA (+) adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu sediaan,dengan kata lain di butuhkan 5000 kuman dalam 1 mL sputum. 8Pemeriksaan BTA sputum ini dilakukan dengan cara :1. Pemeriksaan langsung dengan mikroskop biasa2. Pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroskop flouresens (pewarnaan khusus). Pemeriksaan ini jarang digunakan karena pewarnaan bersifat karsinogenik (auramin-rho-dhamin)3. Pemeriksaan dengan biakan (kultur)Penanaman sputum dalam medium biakan dilakukan selama 4-6 minggu dan koloni kuman TB, mulai tampak. Bila setelah 8 minggu tidak tampak koloni biakan, biakan dinyatakan (-).Selain itu pembiakan bisa dilakukan dengan cara Bactec, dimana kuman dapat di deteksi 7-10 hari.4. Pemeriksaan dengan resistensi obatUntuk pemeriksaan mikroskopik biasa dan sediaan biakan, bahan-bahan selain sputum dapat juga diambil dari bilasan bronkus, jaringan paru, pleura, cairan lambung, jaringan kelenjar, urin dan tinja. 8
VIII. DIAGNOSIS TUBERKULOSIS
Suspek TBAlur penegakan diagnosis
Periksa BTA sputum
3 BTA negatifHanya 1 BTA positif2/3TA positif
Beri antibiotik
perbaikanTidak ada perbaikan
3 BTA negatifForo thoraks dan pertimbang dokterPeriksa ulang BTA sputum
Foto thoraks dan pertimbangan dokter 1 BTA positif
Bukan TBTB
Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC, maka beberapa hal yang perludilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah8 Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya. Pemeriksaan fisik. Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak). Pemeriksaan patologi anatomi (PA). Rontgen dada (thorax photo). Uji tuberkulin.
IX. PENGOBATAN TUBERKULOSISDalam mengobati tuberkulosis ada 2 prinsip/sifat obat yang harus diketahui :Aktivitas bakterisidObat bersifat membunuh kuman-kuman yang sedang tumbuh (metabolismenya masih aktif), aktivitas bakterisid biasanya diukur dari kecepatan obat itu membunuh atau melenyapkan kuman sehingga pada pembiakan akan didapatkan hasil yang negatif (2 bulan dari pengobatan)8Aktivitas sterilisasiSifat obat untuk membunuh kuman yang pertumbuhannya lambat, aktivitas steriliasasi diukur dari angka kekambuhan setelah pengobatan dihentikan.Hampir semua obat tuberkulosis memiliki sifat bakterisid kecuali etambutol yang hanya bersifat bakteriostatik dan masih berperan untuk mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap obat.8Rifampisin dan pirazinamid mempunyai aktivitas sterilisasi yang baik, sedangkan INH dan sterptomisin memiliki urutan yang lebih bawah dalam aktifitas bakterisid8.1. Rifampisin dan INH disebut bakterisid karena kemampuannya untuk masuk keseluruh populasi kuman.2. Pirazinamid hanya dapat bekerja pada lingkungan asam3. Streptomisin hanya bekerja dalam sifat basa.
Tujuan pengobatan :1. Untuk mengobati pasien dan mengembalikan kualitas hidup dan produktivitasnya2. Mencegah kematian dari penyakit TB aktif.3. Mencegah relaps TB4. Mengurangi penularan TB ke orang lain.5. Mencegah berkembangnya MRD.Dalam mengobati pasien TB kita harus mengetahui apakah pasien pernah mengalami pengobatan TB sebelumnya atau belum, dan mengetahui hasil dari pengobatan tersebut. Hal ini perlu dilakukan sebelumnya untuk mengobati pasien agar tidak meningkatkan resiko MRD (multi drug resistance)9Pasien baru : tidak pernah mengalami pengobatan TB, atau mengkonsumsi obat TB kurang dari sebulan, pasien baru bisa memiliki tes sputum yang positif atau negatif dan mengalami kerusakan anatomi.Pengobatan sebelumnya : pasien sebelumnya pernah mengkonsumsi obat anti TB selama sebulan atau lebih, dan memiliki tes sputum yang positif atau negatif dan mengalami kerusakan anatomi.Obat antituberkulosisWHO merekomendasikan obat-obat antituberkulosis serta dosis yang berdasarkan berat badan pasien.WHO juga merekomendasikan merumuskan obat antituberkulosis dan dosis kombinasi atau dikenal dengan FDC (fixed dose combination)9Faktor kuman tuberkulosis Penelitian Mitchison telah membagi kuman M. tuberculosae dalam beberapa populasi dalam hubungan antara pertumbuhannya dengan aktivitas obat yang membununya yakni: 8Populasi A. Dalam kelompok ini kuman tumbuh berkembang biak terus menerus dengan cepat. Kuman-kuman ini banyak terdapat pada dinding kavitas atau dalam lesi yang pH-nya netral. INH bekerja sangat baik pada populasi ini karena aktivitas bakterisid segera kerjanya adalah tertinggi. Rifampisin dan Streptomisin juga dapat bekerja pada populasi ini tetapi efeknya lebih kecil daripada INH.Populasi B. Dalam kelompok ini kuman tumbuh sangat lambat dan berada dalam lingkungan asam (pH rendah). Lingkungan asam ini melindungi kuman terhadap obat antituberkulosis tertetu. Hanya pirazinamid yang dapat bekerja di sini. Populasi C. Pada kelompok ini kuman berada dalam keadaan dormant (tidak ada aktivitas metabolisme) hamper sepanjang waktu. Hanya kdang-kadang saja kuman ini mengadakan metabolisme secara aktif dalam waktu yang singkat. Kuman jenis ini banyak terdapat pada dinding kavitas. Di sini hanya rifampisin yang dapat nekerja karena obat ini dapat segera bekerja bila kontak dengan kuman selama 20 menit.Populasi D. Dalam kelompok ini terdapat kuman-kuman yang sepenuhnya bersifat dormant (complete dormant), sehingga sama sekali tidak bisa dipengaruhi oleh obat anti tuberkulosis. Jumlah populasi ini tidak jelas dan hanya dapat dimusnahkan oleh mekanisme pertahanan tubuh manusia itu sendiri. Resimen pengobatan saat ini (metode DOTS)Keterangan lengkap: 8Kategori 1. Pasien tuberkulosis paru (TBP) dengan sputum BTA positif dan kasus baru, TBP lainnya dalam keadaan TB berat, seperti meningitis tuberkulosis, miliaris, perikarditis, peritonitis, pleuritis massif atau bilateral, spondilitis dengan gangguan neurologic, sputum BTA negatif tetapi kelainan di paru luas, tuberkulosis usus dan saluran kemih. Pengobatan fase inisial resimennya terdiri daroi 2 HRZE (E), setiap hari selama dua bulan obat H, R, Z dan S atau E. sputum BTA awal yang positif setelah dua bulan diharapkan menjadi negatif, dan kemudian dilanjutkan ke fase lanjutan 4HR atau 4H3R3 atau 6HE. Apabila sputum BTA masih tetap positif setelah dua bulan, fase intensif diperpanjang dengan 4 minggu lagi, tanpa melihat apakah sputum sudah negatif atau tidak.Kategori 2. Pasien kasus kambuh atau gagal dengan sputum BTA positif. Pengobatan fase inisial terdiri dari 2HRZES/1HRZE, yaitu R dengan H,Z,E setiap hari selama 3 bulan, ditambah dengan S selama 2 bulan pertama. Apabila sputum BTA menjadi negatif, fase lanjutan bisa segera dimulai. Apabila sputum BTA masih positif pada minggu ke-12, fase inisial dengan 4 obat dilanjutkan 1 bulan lagi. Bila akhir bulan ke-4 sputum BTA positif, semua obat dihentikan selama 2-3 hari dan dilakukan kultur sputum untuk uji kepekaan, obat dilanjutkan memakai resimen fase lanjutan, yaitu 5H3R3E3 atau 5HRE.Kategori 3. Pasien TBP dengan sputum BTA negatif tetapi kelainan paru tidak luas dan kasus ekstra-pulmonal (selain dari kategori I). Pengobatan fase inisial terdiri dari 2HRZ atau 2H3R3E3Z3, yang diteruskan dengan fase lanjutan 2HR atau H3R3.Kategori 4. Tuberkulosis kronik. Pada pasien ini mungkin mengalami resistensi ganda, sputumnya harus dikultur dan uji kepekaan obat. Untuk seumur hidup diberi H saja (WHO) atau sesuai rekomendasi WHO untuk pengobatan TB resistensi ganda (multidrugs resistant tuberculosis (MDR-TB).Dosis obat8Nama ObatDosis HarianDosis Berkala 3 x Seminggu
BB 50 kg
Isoniazid 300 mg400 mg600 mg
Rifampisin450 mg600 mg600 mg
Pirazinamid1000 mg2000 mg2-3 g
Streptomisin750 mg1000 mg1000 mg
Etambutol750 mg1000 mg1-1,5 g
Etionamid500 mg750 mg
PAS9910 g
Pasien yang mengalami MDRMenurut pengobatan WHO tahun 2010,pengobatan pada kasus MDR menjadi 4 lini9.GrupJenisObat
IObat lini pertamaPyrazinamide
Etambutol
Rifabutin
IIObat suntikKanamycin
Amikacin
Streptomycin
IIIFluoroquinolonesLevofloxacin
Ofloxacin
IVObat bakteriostaik lini IIPara aminosallcylic acid (PAS)
Cycloserine
Terizidone
Pengobatan TB Pada Keadaan Khusus91. TB miliera. Rawat inapb. Obat : 2 RHZE/ 4 HR2. Efusi Pleura TBa. Obat : 2 RHZE/ 4 HRb. Evakuasi cairan, dikeluarkan seoptimal mungkin, sesuai keadaan pasien dan dapat diberikan kortikosteroid.c. Evakuasi cairan dapat dilakukan berulang bila diperlukan.3. TB dengan DMa. OAT pada prinsipnya sama dengan TB tanpa DM, dengan syarat kadar gula darah terkontrolb. Apabila kadar gula darah tidak terkontrol, pengobatan dilanjutkan sampai 9 bulanc. Hati-hati pemberian etambutol, karena berefek samping pada mata, sedangkan pasien DM sering mengalami komplikasi pada matad. Rifampisin dapat mengurangi efektivitas OHO (sulfonil urea)4. TB pada kehamilan dan menyusuia. OAT dapat diberikan kecuali streptomisin, karena berefek pada gangguan pendengaran janinb. Pada pasien yang menyusui, OAT dan ASI tetap dapat diberikan,walaupun beberapa OAT dapat masuk kedalam ASI, akan tetapi konsentrasinya kecil dan tidak menyebabkan toksik pada bayi.c. Tidak ada indikasi pengguguran pada pasien TB dengan kehamilan.5. TB dengan gagal ginjala. Hindari penggunaan etambutol, karena waktu paruhnya panjang dan terjadi akumulasi etambutol.b. Dosis disesuaikan dengan faal ginjal (ureum,creatinin)Kriteria sembuh : BTA mikroskopis negatif 2 kali (pada akhir fase intensif dan akhir pengobatan) Pada foto thoraks, gambaran radiologi serial tetap sama/perbaikan Bila ada fasilitas biakan, maka kriteria ditambah biakan negatif.
X. KOMPLIKASI Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut. Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis. Komplikasi lanjut: obstruksi jalan nafas, kor pulmonal, amiloidosis, TB milier. 8
11