of 57 /57
Kharima Sari Delia J510155086 Laporan Kasus TB PARU DEWASA KASUS BARU

CASE REPORT TUBERKULOSIS PARU

Embed Size (px)

Text of CASE REPORT TUBERKULOSIS PARU

  1. 1. Kharima Sari Delia J510155086 Laporan Kasus TB PARU DEWASA KASUS BARU
  2. 2. Nama : Nn. T Usia : 21 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Suku : Jawa Alamat : Purwodadi Tgl periksa : Selasa, 9 agustus 2016 No Reg : 09xxxx IDENTITAS
  3. 3. ANAMNESIS Keluhan Utama Pasien datang dengan keluhan batuk RPS Pasien datang ke BBKPM Surakarta dengan keluhan batuk, disertai dahak putih kekuningan, jumlah 1 sendok teh setiap kali batuk, mudah keluar, darah (-) pilek (-). Keluhan sudah dirasakan 2 bulan, terus menerus, tidak dipengaruhi cuaca, mengganggu terutama pada malam hari
  4. 4. demam sumer sumer hilang timbul Belum berobat Menggigil (-)
  5. 5. nafsu makan lemas berat badan berkeringat pada malam hari tanpa didahului aktivitas. Mual, sudah berkurang dlm 1 bulan nyeri dada (-) nyeri ulu hati (-) sesak napas (-). BAB dan BAK DBN
  6. 6. RPD keluhan serupa (-) hipertensi (-) diabetes (-) Asma (-) alergi (+) diakui, pasien mudah gatal saat terkena udara dingin RPK keluhan serupa: diakui, (nenek pasien, namun tidak tinggal serumah, tidak pernah berobat) hipertensi (-) diabetes melitus (-) asma(-) alergi : diakui (ibu dan adik alergi udara dingin)
  7. 7. Pasien tinggal di kos ukuran 3x4 m, dengan 1 jendela ukuran 60cm x 180cm. Pasien adalah seorang mahasiswa yang sedang dalam program PPL di Pabrik Tekstil. Keadaan sosial ekonomi
  8. 8. Sistem serebrospinal: penurunan kesadaran (-), kejang (-), demam (+) Sistem kardiovaskuler: Sesak nafas (-), nyeri dada (-), berdebar-debar (-) Sistem respirasi: Batuk (+), sesak nafas (-) Sistem gastrointestinal: Konstipasi (-), mual (-), muntah (-) Sistem muskuloskeletal: Lemah anggota gerak (-), nyeri otot (-), BAB TAK Sistem integumen: Pucat (-) gatal (-) Sistem urogenital: Nyeri pinggang (-), BAK TAK Anamnesis Sistem:
  9. 9. PEMERIKSAAN FISIK KU: Tampak sakit ringan Kes: CM TD 130/90 RR 20X/mnt S: 37,1 N: 120 x/mnt BB: 45kg TB: 153cm Status gizi menurut BMI: 19,2 (gizi baik)
  10. 10. Kepala : Normocephal, konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), nafas cuping hidung (-), Leher: Pembesaran KGB leher (-/-), sklofuloderma (- ) Paru Inspeksi : Normothorax, simetris, ketertinggalan gerak -/-, retraksi dada -/-, massa -/-, SIC melebar -/- Palpasi : Trakhea di tengah, Fremitus sama antara dada kanan dan kiri, ketertinggalan gerak -/-, nyeri tekan -/- Perkusi: Sonor -/- nyeri ketok -/- Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
  11. 11. Jantung Inspeksi: Ictus Cordis tidak tampak Palpasi : Ictus Cordis tidak teraba, tidak kuat angkat Perkusi: Batas jantung tidak melebar Auskultasi : Bunyi Jantung I dan II reguler, gallop (-), murmur (-) Abdomen Inspeksi : distended (-), tumor (-) jejas (-) dinding abdomen lebih rendah dari dinding dada Auskultasi : Suara peristaltik + normal Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepato/splenomegali -/- Perkusi: Timpani pada seluruh lapang perut
  12. 12. Ekstremitas Edema ekstremitas (-) Akral hangat (+) jari tabuh (-) PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan sputum Sewaktu : negatif Pagi : negatif Sewaktu : negatif Pemeriksaan foto thorax: pada pemeriksaan foto thorax didapatkan infiltrat pada apeks dextra
  13. 13. DIAGNOSIS BANDING TB Paru Bronkitis DIAGNOSIS KERJA TB Paru Kasus Baru TERAPI OAT kategori 1, 4 FDC 1X3 tablet Paracetamol 3x500mg Curcuma 3x1
  14. 14. TINJAUAN PUSTAKA tuberkulosis (TB): infeksi bakteri oleh Mycobacterium, ditandai dengan pembentukan jaringan granulasi pada gambaran histopatologi Definisi Mycobacterium tuberculosis mikobakteria yang masih dekat seperti M. bovis, M. africanum, dan M. microti yang bersama sama disebut tuberkulosis komplek Etiologi
  15. 15. Epidemiologi 8,7 juta kasus TB baru di dunia 5,1 juta kasus di Asia, 2,2 juta terjadi di Afrika WHO tahun 2013 (DEPKES, 2014) 8,6 juta kasus TB pada tahun 2012, 1,1 juta (13%) pasien TB dengan HIV positif. TB paru tertinggi adalah Jawa Barat (0.7%) Papua (0.6%) DKI Jakarta (0.6%) Gorontalo (0.5%) Banten (0.4%) Papua Barat (0.4%)
  16. 16. Kuman TB masuk saluran nafas bersarang di jaringan paru membentuk afek primer dapat timbul di mana saja dalam paru peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal). Peradangan diikuti pembesaran kelenjar getah bening di hilus (limfadenitis regional). Afek primer bersama sama dengan limfangitis regional diekenal sebagai kompleks primer yang akan: Patogenesis dan Patofisiologi
  17. 17. Afek primer Sembuh tanpa cacat Meninggalkan bekas sarang Ghon, garis fibrotik, sarang perkapuran di hilus Menyebar dengan cara Perkontinuitatu m hematogen bronkogen
  18. 18. dimulai dengan sarang dini di segmen apikal lobus superior maupun inferior awalnya akan membentuk sarang pneumonik kecil yang selanjutnya akan: Diresopsi kembali, sembuh tidak meninggalkan cacat Meluas, terjadi penyembuhan dengan jaringan fibrosis, membungkus diri menjadi lebih keras, terjadi perkapuran dan sembuh dalam bentuk perkapuran. TB post primer
  19. 19. Meluas, membentuk jaringan kaseosa. Kaviti akan muncul dengan dibatukkannya jaringan keju keluar, awalnya berdinding tipis kemudian menjadi tebal (kaviti sklerotik). Kaviti ini akan terjadi: Meluas kembali dan membentuk sarang pneumonik baru. Memadat dan membungkus diri (encapsulated) dan disebut tuberkuloma, Tuberkuloma dapat mengapur dan menyenmbuh tapi dapat aktif kembali, mencair lagi menjadi kaviti.
  20. 20. Menjadi bersih dan menyembuh yang disebut open healed cavity, akhirnya mengcil. Kemungkinan berakhir sebagai kaviti yang terbungkus, dan menciut sehingga kelihatan seperti bintang (stellate shaped). (Aditama, et al, 2006)
  21. 21. Berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA) Klasifikasi Tuberkulosis Paru BTA (+) Minimal 2 dari 3 spesimen dahak BTA positif 1 hasil Px BTA positif, kelainan radiologik gambaran TB aktif 1 hasil Px BTA (+) dan kultur (+)
  22. 22. Tuberkulosis Paru BTA (-) BTA - - -, klinik dan radiologik menunjukkan tb aktif tidak respons dengan pemberian antibiotik spektrum luas Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M.tuberculosis positif Jika belum ada hasil pemeriksaan dahak, tulis BTA belum diperiksa
  23. 23. Berdasarkan Tipe Penderita Penderita yang belum pernah mendapat OAT atau sudah pernah menelan OAT < satu bulan (30 dosis harian). Kasus baru Penderita tuberkulosis pernah mendapat mendapat OAT , dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kembali berobat dengan BTA + / kultur + Kasus kambuh (relaps) Penderita yang sedang pengobatan di suatu kabupaten kmd pindah berobat ke kabupaten lain. harus membawa surat rujukan/pindah Kasus pindahan (Transfer In)
  24. 24. sudah berobat minimal 1 bulan, berhenti 2 minggu / lebih, kemudian datang kembali berobat. Biasanya dengan BTA positif. Kasus lalai berobat Penderita BTA positif dan kembali positif pada akhir bulan ke-5 hasil BTA negatif, menjadi + gambaran radiologik positif mnjadi perburukan pada akhir bulan 2 pengobatan Kasus Gagal
  25. 25. Kasus kronik Hasil pemeriksaan dahak BTA masih positif setelah selesai pengobatan ulang kategori 2 dengan pengawasan yang baik Bekas TB BTA/kultur negatif dan gambaran radiologik paru menunjukkan lesi TB inaktif, terlebih gambaran radiologik serial menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan OAT yang adekuat akan lebih mendukung
  26. 26. TB di luar paru ringan Misal: TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal. TB diluar paru berat Misal : meningitis, millier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kencing dan alat kelamin. TUBERKULOSIS EKSTRA PARU
  27. 27. Gejala Respiratorik dapat asimtomatik, sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Batuk 2 minggu, awalnya terjadi oleh karena iritasi bronkus, selanjutnya akibat peradangan pada bronkus batuk akan menjadi produktif. Batuk darah pecahnya pembuluh darah paling sering membawa penderita berobat ke dokter Gejala klinis
  28. 28. Nyeri dada Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik/melepaskan nafasnya. Mengi Terjadi karena penyempitan lumen endobronkus yang disebabkan oleh sekret, peradangan, jaringan granulasi dan ulserasi. Dispneu kerusakan paru yang cukup luas. Pada awal penyakit gejala ini tidak pernah didapatkan.
  29. 29. Demam Keringat malam Malaise dan nafsu makan berkurang Rasa tidak enak badan, pegal-pegal, nafsu makan berkurang, badan makin kurus, sakit kepala dan mudah lelah. Gejala Sistemik
  30. 30. Diagnosis Anamnesis Gejala yang meliputi batuk berdahak 2 minggu / > Diikuti gejala tambahan seperti batuk dahak bercampur darah, batuk darah sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. Riwayat kontak dengan penderita
  31. 31. Kelainan tergantung luas kelainan struktur paru Awal perkembangan penyakit sulit menemukan kelainan. Kelainan paru di daerah lobus superior terutama apex dan segmen posterior , serta daerah apex lobus inferior. Kelainan lanjut suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma & mediastinum. Pemeriksaan Fisik
  32. 32. Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung mengumpulkan 3 contoh uji dahak dalam dua hari kunjungan berurutan berupa dahak Sewaktu-Pagi- Sewaktu (SPS) Pemeriksaan biakan kuman identifikasi Mycobacterium tuberkulosis (M.tb) menegakkan diagnosis pasti TB pada pasien tertentu, misal: TB ekstra paru, TB anak, TB dengan hasil BTA negatif. Pemeriksaan Penunjang
  33. 33. Pemeriksaan Radiologik foto toraks PA dengan atau tanpa foto lateral. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat memberi gambaran multiform. Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai lesi TB aktif : Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan segmen superior lobus bawah
  34. 34. Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau nodular
  35. 35. Bayangan bercak milier Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)
  36. 36. Fibrotik pada segmen apikal dan atau posterior lobus atas Kalsifikasi atau fibrotik Kompleks ranke Fibrotoraks/Fibrosis parenkim paru dan atau penebalan pleura Luluh Paru (Destroyed Lung ) Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif
  37. 37. Melalui biopsi paru dengan trans bronchial lung biopsy (TBLB), trans thoracal biopsy (TTB), biopsi paru terbuka, biopsi pleura, biopsi kelenjar getah bening dan biopsi organ lain diluar paru. Menegakkan diagnosis terutama TB ekstra paru gambaran berupa granuloma dengan perkejuan Pemeriksaan histopatologi jaringan
  38. 38. kurang menunjukkan indikator yang spesifik untuk tuberkulosis. Pemeriksaan darah
  39. 39. Tahap intensif: menurunkan jumlah kuman dalam tubuh pasien, meminimalisir pengaruh kuman yang mungkin sudah resisten sejak sebelum pasien mendapat pengobatan. diberikan selama 2 bulan Pengobatan secara teratur dan tanpa adanya penyulit daya penularan menurun setelah pengoatan selama 2 minggu Penatalaksanaan
  40. 40. Tahap lanjutan: tahap penting untuk membunuh sisa kuman yang masih ada khususnya kuman persister sehingga pasien sembuh dan mencegah terjadinya kekambuhan
  41. 41. Jenis Sifat Efek samping (H) Bakterisid Neuropati perifer, psikosis toksik, gangguan fungsi hari, kejang (R) Bakterisid Flu syndrome, gangguan gastrointestinal, urin berwarna merah, gangguan fungsi hati, trombositopeni, demam, skin rash, sesak nafas, anemia hemolitik (Z) Bakterisid Gangguan GIT, gangguan fungsi hati, gout artritis (S) Bakterisid Nyeri di tempat suntikan, gangguan keseimbangan dan pendengaran, renjatan anafilaktik, anemia, agranulositosis, trombositopeni (E) Bakteriostatik Gangguan penglihatan, buta warna, neuritis perifer OAT
  42. 42. Kategori 1: 2 (HRZE) /4 H3R3 Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru: Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis Pasien TB paru terdiagnosis klinis Pasien TB ekstra paru KATEGORI OAT
  43. 43. Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama 56 hari RHZE (150/75/400/275) Tahap lanjutan 3 kali seminggu selama 16 minggu RH (150/150) 30-37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2 KDT 38-54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2 KDT 55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 2 KDT 71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2 KDT
  44. 44. Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang pernah diobati sebelumnya (pengobatan ulang): Pasien kambuh Pasien gagal pada pengobatan dengan paduan OAT kategori 1 sebelumnya Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up) Kategori 2: 2(HRZE)S / (HRZE)/ 5 H3R3E3)
  45. 45. Kategori anak : 2(RHZ)/4(HR) atau 2HRZA(S)/4- 10HR
  46. 46. Menjelaskan bahwa gejala berasal dari gangguan paru, dan kekhawatiran mengenai komplikasi penyakit dapat dicegah bila pasien berobat dan kontrol teratur dan tidak putus obat. Menjelaskan tentang penyakit tuberkulosis menjelaskan tentang pentingnya ventilasi dan pencahayaan yang baik untuk menciptakan rumah yang sehat Non medikamentosa
  47. 47. TB paru disertai keadaan/komplikasi sbb : Batuk darah (profus) Keadaan umum buruk Pneumotoraks Empiema Efusi pleura masif / bilateral Sesak napas berat (bukan karena efusi pleura) Indikasi rawat inap :
  48. 48. Sumber pustaka Pasien - batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih. - Batuk dapat diikuti gejala tambahan seperti batuk dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas - badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. Riwayat kontak dengan penderita TB batuk berdahak selama kurang lebih 2 bulan disertai nafsu makan turun, BB berkurang 5 kg dalam 2 bulan, malaise, keringat malam hari tanpa aktivitas, demam sumer- sumer hilang timbul dan keringat malam hari. PEMBAHASAN
  49. 49. Pemeriksaan fisik tidak ada kelainan Pemeriksaan dahak, hasil: negatif, negatif, negatif Pemeriksaan Radiologi: infiltrat di apex paru dextra gambaran TB aktif
  50. 50. Pasien dengan sputum BTA negatif Pasien yang pada pemeriksaan sputumnya secara mikroskopis tidak ditemukan BTA minimal dua kali pemeriksaan tetapi gambaran radiologis sesuai dengan TB aktif atau Pasien yang pada pemeriksaan spiutumnya secara mikroskopis tidak ditemukan BTA sama sekali, tetapi pada biakannya positif. Kriteria WHO, TB dengan BTA (-)
  51. 51. SEKIAN, TERIMA KASIH