66
Kelas B / Kelompok 3 Helen Ismaya, S.Farm Hillery Christiani, S.Farm Idha Yunita Rizki, S.Farm Iis Parwati, S.Farm Inas Sharfina H, S.Farm TUBERKULOS IS (TBC)

Tuberkulosis (TBC) Paru

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Presentasi mengenai penyakit TB Paru

Citation preview

PowerPoint Presentation

Kelas B / Kelompok 3 Helen Ismaya, S.FarmHillery Christiani, S.Farm Idha Yunita Rizki, S.Farm Iis Parwati, S.Farm Inas Sharfina H, S.Farm

TUBERKULOSIS (TBC)ETIOLOGI DAN PATOGENESISTuberculosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.

M. Tuberculosis termasuk basil gram positif, umumnya bakteri ini menyerang paru dan sebagian kecil organ lain (tulang, kulit, usus, ginjal,dll) dan mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan sehingga disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA).

M. Tuberculosis ditransmisikan dari orang ke orang melalui batuk dan bersin. Kontak yang terlalu dekat dengan penderita TB akan memperbesar kemungkinan penularan.

HIV adalah faktor paling tinggi pada TB aktif, terutama pada umur sekitar 25-44 tahun. Penderita yang terinfeksi HIV dengan infeksi tuberculosis, akan berkembang menjadi penyakit yang aktif 100 kali lebih besar dibandingkan dengan penderita yang tidak terinfeksi dengan HIV.

KLASIFIKASI TBCBerdasarkan tempat/organ yang diserang oleh kuman maka tuberkulosisi dibedakan menjadi, tuberkulosis paru dan tuberkulosisi ekstra paru.

Tuberkulosis paru : menyerang jaringan parenkim paru yang tidak termasuk plura atau selaput paru. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB paru dibagi dalam :Tuberkulosis paru BTA positifTuberkulosis paru BTA negatif

Tuberkulosis ekstra paru : menyerang organ tubuh lain selain paru, co : plura, selaput otak, selaput jantung (perikardium), dll.

EPIDEMIOLOGIIndonesia menduduki urutan ketiga dengan 10% dalam jumlah penderita tuberkulosis terbesar setelah India (30%) dan China (15%).Resiko penularan setiap tahun di Indonesia dianggap cukup tinggi dan bervariasi antara 1-3 %.Masalah lain yang muncul dalam pengobatan TB adalah adanya resistensi dari kuman yang disebabkan oleh obat (multidrug resistent organism). Kuman yang resisten terhadap banyak obat semakin meningkat.MANIFESTASI KLINIK

Pemeriksaan FisikSuara khas pada perkusi dadaBunyi dadaPeningkatan suara yang bergetar

Pemeriksaan Laboratorium, terjadi peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit, sampel : sputum,bilasan bronkus,jaringan paru,cairan pleura.

Radiografi Dada,Infiltrasi nodus pada daerah apikal di lobus bagian atas dan bagian superior dari lobus bagian paling bawah.Kavitasi yang menunjukkan kadar udara-air sebagai tanda perkembangan infeksi.

PRINSIP PENGOBATANMenghindari penggunaan monoterapi. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Hal ini untuk mencegah timbulnya kekebalan (resistensi) terhadap obat.Untuk menjamin kepatuhan penderita dalam menelan obat, pengobatan dilakukan dengan pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatmen) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).

Pengobatan TB diberikan, dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.

1. Tahap Intensif :Penderita mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan obat.Bila pengobatan tahap intensif itu diberikan secara tepat, biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.Sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi BTA negatif dalam 2 bulan.

2. Tahap Lanjutan :Penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama.Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister (dorman) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.

KATEGORITBKASUS(Pasien TB)FASE INTENSIF (AWAL)FASE LANJUTANIKasus baru TB positif BTA (+) Kasus baru TB paru BTA (-) dg kerusakan parenkim yg luas,Kasus baru dgn kerusakan yg berat pada TB ekstra pulmoner2HRZE

4H3R3 4HR6HEIITB paru BTA (+) dengan riwayat pengobatan sebelumnya: kambuh, kegagalan pengobatan, dan pengobatan tdk selesai

2HRZES + 1 HRZE

5H3R3 E35RHEIIIKasus baru TB paru dengan BTA (-) (diluar katagori I), kasus baru yg berat dg TB ekstra pulmoner2HRZ

4H3R34HR6HESisipanBTA masih positif pada akhir fase awal, pada pasien kategori I dan II1HRZERujuk ke dokter spesialis paruH = IsoniasidR = RifampisinE = EtambutolZ = PirazinamidS = Streptomisin

4H3R3 = selama 4 bulan minum R dan H tiga kali per minggu4HR = setiap hari selama 4 bulan minum R dan H

Kelompok obat sekunder (lini kedua) : antibiotik golongan fluorokuinolon (siprofloksasin, ofloksasin, levofloksasin), sikloserin, etionamid, amikasin, kanamisin, kapreomisin, dan paraaminosalisilat.

MEKANISME KERJA OBATIsoniazid : bekerja dengan menghambat sintesis asam mikolat pada dinding sel bakteri.Rifampisin : menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan gram negatif.Pirazinamid : asam pirazinoat dari hasil hidroslisis pirozinamid di dalam tubuh oleh enzim pirazinamidase aktif sbg tuberkulostatik hanya pada media yg bersifat asam.Etambutol : menghambat sintesis metabolit sel.Streptomisin : menghambat sintesis protein bakteri (bakterisid dan bakteristatik).

MDR (Multi Drug Resistent)

PENYEBAB MDR

YANG BERESIKO TERKENA TB MDR

DIAGNOSIS

PENGOBATAN

PENCEGAHAN

MDR MENURUT WHOTemuan tentang resistensi terhadap INH dan Rifampisin, yang cukup tinggi seperti yang dilaporkan WHO, menuntut penggunaan obat anti tuberkulosis generasi kedua ( Second lines anti-tuberculosis drugs)WHO menganjurkan penggunaan obat obatan berikut dan diawasi langsung oleh para ahli, yaitu :

OBAT TBC

Directly Observed Treatment Short Course (DOTS)DOTs Merupakan strategi penanggulangan Tuberkulosis di Rumah Sakit melalui pengobatan jangka pendek dengan pengawasan langsung. Khusus bagi pelayanan pasien tuberkulosis di Rumah Sakit dilakukan dengan strategi DOTS.Penanggulangan Tuberkulosis merupakan program nasional yang harus dilaksanakan di seluruh Unit Pelayanan Kesehatan termasuk Rumah Sakit. Khusus bagi pelayanan pasien tuberkulosis di Rumah Sakit dilakukan dengan strategi DOTS. Hal ini memerlukan pengelolaan yang lebih spesifik, karena dibutuhkan kedisplinan dalam penerapan semua standar prosedur operasional yang ditetapkan, disamping itu perlu adanya koordinasi antar unit pelayanan dalam bentuk jejaring serta penerapan standar diagnosa dan terapi yang benar, dan dukungan yang kuat dari jajaran direksi rumah sakit berupa komitmen dalam pengelolaan penanggulangan TB.Tujuan dari pelaksanaan DOTS adalah menjamin kesembuhan bagi penderita, mencegah penularan, mencegah resistensi obat, mencegah putus berobat dan segera mengatasi efek samping obat jika timbul, yang pada akhirnya dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat tuberkulosis di duniaFokus utama DOTS adalah penemuan dan penyembuhan pasien, prioritas diberikan kepada pasien TB tipe menular. Strategi ini akan memutuskan penularan TB dan dengan demikian menurunkan insidens TB di masyarakat. Menemukan dan menyembuhkan pasien merupakan cara terbaik dalam upaya pencegahan penularan TB.Upaya penanggulangan TB dimulai pada awal tahun 1990-an WHO dan IUALTD (International Union Against Tb and Lung Diseases)telah mengembangkan strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai strategi DOTS, dan telah terbukti sebagai strategi penanggulangan yang secara ekonomis paling efektif(cost efective).WHO telah merekomendasikan strategi DOTS sebagai strategi dalam penanggulangan TB sejak tahun 1995. Bank dunia menyatakan strategi DOTS sebagai salah satu intervensi kesehatan yang paling efektif. Integrasi ke dalam pelayanan kesehatan dasar sangat dianjurkan demi efisiensi dan efektifitasnya.STRATEGI DOTSStrategi yang diperkenalkan oleh WHO terdiri, yaitu :Dukungan politik dari lingkungan wilayah, sehingga program ini menjadi salah satu prioritas, sehingga akan tersedia dana.Mikroskop sebagai komponen utama dalam mendiagnosa TBC melalui pemeriksaan sputum secara langsung pada pasien tersangka dengan penemuan secara pasif.Adanya pengawasan minum obat, yaitu orang yang dikenal baik dan dipercaya oleh pasien, sehingga obat betul-betul diminum oleh penderita.Pencatatan dan pelaporan dengan baik dan benar sebagai bagian dari surveilans penyakit ini, sehingga pemantauan pasien dapat berjalan.Panduan obat TBC jangka pendek yang benar, termasuk dosis dan jangka waktu yang tepat.

Strategi DOTS tersebut telah dikembangkan oleh kemitraan global dalam penanggulangan TB(stop TB partnership) dengan memperluas strategi DOTS sebagai berikut:Mencapai, mengoptimalkan dan mempertahankan mutu DOTSMerespon masalah TB-HIV, MDR-TB dan tantangan lainnyaBerkontribusi dalam penguatan sistem kesehatanMelibatkan semua pemberi pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swastaMemberdayakan pasien dan masyarakatMelaksanakan dan mengembangkan riset.

TATA LAKSANA PASIEN TB DI DOTS1. Penemuan tersangka TBPasien dengan gejala utama pasien TB paru: batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih dianggap sebagai seorang tersangka pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung.Pemeriksaan terhadap kontak pasien TB, terutama mereka yang BTA positif dan pada keluarga anak yang menderita TB yang menunjukkan gejala sama, harus diperiksa dahaknya

2. Diagnosis TB Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitusewaktu-pagi-sewaktu (SPS).Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB melalui pemeriksaan dahak :BTA. Pemeriksaan lain seperti foto thoraks, biakan dan uji kepekaan dapat juga sebagai penunjang diagnosis.

3. Pengobatan TBPengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT (obat anti tuberkulosis).Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap awal (intensif) dan lanjutan. Tahap AwalPada tahap awal ini pasien mendapatkan obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat, bila pengobatan tahap awal ini diberikan secara tepat biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu, sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif dalam 2 bulan. Tahap LanjutanPasien mendapat obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama (kurang lebih4 -6 bulan), tahap lanjutan ini penting untuk membunuh kumanpersistersehingga mencegah kekambuhan.

4. RujukanMelakukan rujukan ke UPK lain bagi pasien yang ingin pindah dengan menggunakan formulir rujukan yang ada.Formulir Pencatatan dan Pelaporan TB di DOTS :FormulirTB.01: Kartu Pengobatan Pasien TBFormulirTB.02: Kartu Identitas PasienFormulirTB.03: Register TB KabupatenFormulirTB.04: Register Laboratorium TBCFormulirTB.05: Formulir PermohonanLaboratorium TBC Untuk Pemeriksaan DahakFormulirTB.06: Daftar Suspek Yang Diperiksa Dahak SPSFormulirTB.09: Formulir Rujukan/Pindah pasien TBFormulirTB.10: Formulir Hasil Akhir Pengobatan Dari Pasien TB Pindahan

DOTS PLUSDOTS Plus merupakan sistem strategi penanggulangan tuberculosis yang resisten terhadap berbagai macam obat/MDR (Multi Drug Resistant). Resistensi terhadap pengobatan muncul sebagai akibat penggunaan antibiotika yang tidak tepat, termasuk di dalamnya pengaturan pemberian obat yang kurang baik oleh petugas kesehatan dan lemahnya sistem kontrol terhadap penderita.Pada tahun 1998, WHO dan beberapa organisasi lain di seluruh dunia meluncurkan DOTS Plus, suatu strategi yang terus dikembangkan dan diuji dalam menangani MDR-TB.Pada strategi DOTS Plus upaya pengobatan untuk menyembuhkan tuberkulosis dengan resistensi terhadap obat anti tuberkulosis (MDR-TB) adalah dengan menggunakan anti tuberkulosissecond-line

STUDI KASUSNama pasien G.HJenis kelaminlaki lakiUmur 75 tahun (lansia)Keadaan fisikPikun Tidak Nafsu Makan Memiliki batuk produktif Kurus- Mengalami kesulitas pernapfasan ringan

Dari hasil laboratorium, secara keseluruhan menunjukan hasil yang normal, kecuali terjadi sedikit peningkatan pada :

Keterangan Hasil labNilai normal BUN (Blood Urea Nitrogen)25mg/dL7 20 mg/dL Kadar serum kreatinin1,3 mg/dL 0,5 1,2 mg/dLRadiografi paru-parupada lobus kanan bawah tidak terjadi penyaringan udara ; dia memiliki sejarah kegagalan jantung kognesif dimana terkontrol dengan baik-Hasil pewarnaan Gram (pemeriksaan awal) menunjukan hasil yang negatif (tidak terjadi perubahan warna).

Karena pada perawatan di panti jompo sebelumya sudah terjadi 2 kasus TB aktif, maka diperlukan tes kulit PPD ( Purified Protein Derivative ) dan sputum smear untuk AFB( Acid Fast Bacillus ).

Keterangan Hasil pemeriksaan kulit PPD penebalan kulit sebesar 16 mm dimana pada pemeriksaan awal hasil menunjukkan hasil negatifpemeriksaan sputum menunjukan hasil positif.PEMBAHASANDATA KLINIS Gejala- Disorientasi - Tidak nafsu makan- Batuk produktif- Kesulitas pernafasan ringan

Dari gejala-gejala yang dialami oleh pasien, terdapat indikasi pasien menderita TB. Pemeriksaan laboratorium

TESHASILKESIMPULANBUN (Blood Urea Nitrogen)25mg/dL

Di atas Normal indikasi penurunan fungsi ginjalKadar serum kreatinin

1,3 mg/dL

Di atas Normal indikasi penurunan fungsi ginjalRadiografi paru-paru

pada lobus kanan bawah tidak terjadi penyaringan udara Indikasi terjadi infeksi pernafasanPemeriksaan kulit PPD

Penebalan kulit sebesar 16 mm Indikasi adanya infeksi M. TuberculosisPemeriksaan sputum

Positif BTA (Basil Tahan Asam)Positif TBTERAPI PENGOBATANPada dasarnya, pengobatan TB pada pasien usia lanjut sama dengan pasien pada umumnya.

Ada 3 kemungkinan terapi pengobatan yang mungkin dilakukan:1. INH 300 mg + Rifampisin 600 mg + pyrazinamide 20-25 mg/kg + Etambutol 15-20 mg/kg sehari sekali selama 8 minggu. Dilanjutkan dengan INH + Rifampisin 1-3 kali seminggu selama 16 minggu

2. INH + Rifampisin + Pyrazinamide + Etambutol sehari sekali selama 2 minggu. Dilanjutkan 2 kali seminggu selama 6 minggu. Dilanjutkan INH + Rifampisin 2 kali seminggu selama 16 minggu.

3. INH + Rifamspisin selama 9 bulan. Dan dapat ditambahkan Piridoksin 10-50 mg .INTERAKSI OBATINH + Rifampin mula kerja obat pada saat dikombinasi lebih cepat namun dapat menyebabkan meningkatnya insiden hepatotoksikINH + Etambutol etambutol tidak mempengaruhi level serum inh tetapi ada beberapa kejadian yang menyebutkan optik neuropatin karena etambutol meningkat jika diberi bersamaan dengan INH (Stockley 2008)INH + Piridoksin jika digunakan tunggal menyebabkan hilangnya B6 dari tubuh sehingga dikombinasi dengan b6 suplemenPirazinamid anoreksia, mual kemerahan pada kulitEtambutol tunggal mempunyai efek bakteriostatik, bila dikombinasikan dengan INH dan Rifampisin bisa mencegah terjadinya resistensi obat

DAFTAR PUSTAKADirektorat Bina Farmasi Komunitas Klinik, Ditjen Bina Farmasi & Alkes. 2005. Pharmaceutical care untuk penyakit tuberculosis. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.Koda-Kimble MA, et al. 2009. Applied therapeutics the clinical use of drugs 8th edition. United States of America : Lippincott Williams & WilkinsWHO. Guidelines for the programmatic management of drug-resistents tuberculosis.http://dinkes.jogjaprov.go.id/berita/detil_berita/602-apa-itu-program-dots-untuk-tb

TERIMA KASIH

CONTOH SOAL UKAI 1Seorang wanita berumur 25 tahun dengan berat badan 65 kg, melakukan tes uji basil tahan asam (BTA) dan hasilnya menunjukkan positif. Pasien mengkonsumsi obat TBC yaitu INH, Rifampisin, Etambutol dan Pirazinamid. Pasien mengeluhkan kesemutan dan rasa terbakar di kaki akibat penggunaan obat tersebut. Hal tersebut dapat di atasi dengan pemberian?a. Vitamin B1b. Vitamin B2c. Vitamin B6d. Vitamin B12e. Vitamin D

CONTOH SOAL UKAI 2Seorang pria berumur 23 tahun dengan berat badan 65kg, melakukan tes uji basil tahan asam (BTA) dan hasilnya menunjukkan positif. Pasien telah mengonsumsi obat TBC selama 3 bulan. Dan pada 2 bulan pertama pasien mengalami gangguan pendengaran dengan tanda-tanda telinga mendenging (tinitus), pusing dan hilang keseimbangan. Berdasarkan keluhan tersebut, pasien mengonsumsi obat:a. Rifampisinb. Isoniazidc. Etambutold. Pirazinamide. Streptomisin

CONTOH SOAL UKAI 3Tn XY, umur 50 tahun pergi ke dokter dengan keluhan batuk berdahak selama 3 minggu yang disertai dengan sesak nafas dan nyeri dada. Gambaran radiologik menunjukkan adanya bayangan berawan/nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan segmen superior lobus bawah. Hasil uji BTA sputum menunjukkan hasil positif (+). Tn XY belum pernah mendapatkan pengobatan Tuberkulosis sebelumnya.Menurut anda sebagai apoteker, obat apakah yang tepat untuk diberikan kepada Tn XY ? a. Etambutol b. Rifampisin dan INH c. Rifampisin dan Pirazinamidd. 2 HRZE dengan fase lanjutan 4 HR e. 2 HRZES dengan fase lanjutan 5 HRE

CONTOH SOAL UKAI 4Ny. ZW dengan umur 45 tahun adalah penderita TBC dan sedang menjalani terapi menggunakan obat TBC. Penggunaan obat TBC seringkali menimbulkan efek samping seperti anemia dan dapat diatasi melalui pemberian kombinasi dengan Vitamin B6.Obat TBC yang dapat menimbulkan efek samping tersebut adalah ?a. INH b. Etambutolc. Rifampisin d. Pirazinamide. Streptomisin

CONTOH SOAL UKAI 5Seorang wanita berumur 30 tahun mengeluhkan batuk kronis, demam, berkeringat pada malam hari, malaise, keluhan pernafasan, letih, hilang nafsu makan, dan rasa nyeri di dada. Dahak penderita mengandung darah. Hasil tea uji basil tahan asam menunjukkan hasil positif. Lalu pasien tersebut melakukan pengobatan dengan obat anti TBC (OAT) . Setelah meminum obat tersebut, pasien mengeluhkan bahwa ia mendapati warna kemerahan pada urinnya. Obat yang di maksud adalah?a. Rifampisinb. Etambutolc. Isoniazidd. Pirazinamide. Streptomisin

CONTOH SOAL UKAI 6Pasien berusia 28 tahun yang menderita TBC mendapatkan terapi obat Anti TBC (OAT) antara lain dengan Isoniazid, Etambutol, Pirazinamid, Rifampisin, serta Piridoksin Setelah beberapa bulan melakukan terapi OAT pasien mengeluhkan terjadinya gangguan penglihatan dimana berkurangnya ketajaman penglihatan. Obat manakah yang di konsumsi pasien yang menyebabkan efek samping tersebut?a. Isoniazidb. Etambutolc. Pirazinamidd. Rifampisine. Piridoksin

THE ENDFARMAKOLOGI LAINNama obatDosisIndikasiEfek sampingIsoniazidDewasa : 300mg 1x sehari ; anak-anak: 10-300 mg/BB 1x sehariTerapi untuk semua bentuk tuberkolosis aktif yang disebabkan kuman yang peka dan untuk profilaksis orang berisiko tinggi mendapatkan infeksi.Hepatitis dan neuropati perifer, kemerahan dikulit, anemia, kejang.Rifampisin Dewasa : 600mg 1x sehari atau 600mg 2-3x seminggu. Anak-anak : 7,5-15mg /BB 2-3x semingguObat antituberkolosis yang dikombinasikan dengan antituberkolosis yang lain untuk terapi awal maupun ulang.Gangguan gastrointestina;, hepatitis, kemerahan pada kulit, anemia hemolitik, trombositopenia, imunosupresiNama obatDosisIndikasiEfek sampingPirazinamidaDewasa dan anak sebanyak 15-30 mg/BB 1x sehari atau 50-70 mg/BB 2-3x semingguObat antituberkolosis yang dikombinasikan dengan antituberkolosis yang lain untuk terapi awal maupun ulang.

Hepatotoksik, Hiperurisemia, mual, muntah, anemia.EthambutolDewasa : 15-25 mg/BB 1x sehari. Tidak diberikan pada anak dibawah 13 tahun dan bayi.Etambutol digunakan sebagai terapi kombinasi tuberkolosis dengan obat lain, sesuai regimen pengobatan jika diduga ada resistensiNeuritis optik, hiperurisemia,mual, muntah dan sakit perut. (Bila terjadi gangguan penglihatan, harus segera dihentikan agar fungsi penglihatan pulih).Haruskah pasien lain yang berada dekat sekitar G.H menerima terapi INH?

Jawab :Perlu, bila pada hasil tes kulit awal positif.Jika, hasil tes kulit awal negatif, tes tersebut perlu diulang sebulan kemudian. Jika setelah sebulan, hasil tes kulit menunjukkan positif maka perlu terapi INH, tetapi jika hasilnya negatif maka perlu pemantauan dan pemeriksaan lebih lanjut. PEMBAHASANKasus-kasus baru pada infeksi TB telah meningkat pada kalangan lansia yang tinggal di panti jompo. Kasusnya meningkat 39,2 / 100000 lebih besar dibanding dari lansia yang tinggal di rumah ( 18,7 / 100000). Walaupun penyakit Tb aktif pada lansia berkaitan dengan menurunnya sistem imun yang diikuti oleh reaktivasi dari infeksi awal , penyakit TB aktif adalah hal yang umum terjadi pada kasus infeksi endemik di panti jompo yang pada penghuninya belum diberikan kekebalan imun ( hasil tes kulitnya negatif pada M.tubercolosis). Kasus tes kulit positif meningkat setelah pasien tinggal dalam panti jompo lebih dari 1 bulan. Kemudian semua pasien yang masuk panti jompo harus dites dengan 5 TU PPD. Jika tes awal menunjukan hasil negatif dan sumber penyakit berasal dari panti jompo ( seperti yang digambarkan dalam kasus ini) maka tes ini harus diulang setelah 1 bulan. Perubahan hasil tes kulit tuberculin ( negatif menjadi positif) pada populasi ini sekitar 5%. Jika para penghuni panti jompo yang mengalami perubahan tersebut tidak diterapi dengan INH, sekitar 8% wanita dan 12% pria akan meningkatkan kemungkinan perubahan dari infeksi menajdi penyakit aktif dalam waktu 2 tahun.DIAGNOSISDiagnosis TB aktif pada pasien usia lanjut mungkin sangat sulit karena gejala umum TBC seperti batuk, demam, berkeringat di malam hari, penurunan berat badan sering tidak terlihat, dan pasien usia lanjut mungkin menggambarkan gejala mereka dengan buruk. radiograf paru-paru dan tes kulit PPD mungkin hanya satu-satunya petunjuk yang menunjukkan infeksi TB. Seringkali, radiograf paru-paru bersifat atipikal, menyerupai radang paru-paru atau gagal jantung yang memburuk. radiograf paru-paru pada pasien usia lanjut cenderung kurang memiliki kemampuan filtrasi pada lobus atas tetapi lebih sering terjadi infiltrasi yang luas pada kedua paru-paru. Jika penyakit pasien secara klinis disebabkan oleh kerusakan granuloma (Reaktivasi), radiograf paru-paru sering menunjukkan apikal infiltrat atau nodul. Namun, jika penyakit ini berkembang dari infeksi awal, seperti dalam kasus G.H, mungkin dapat terjadi infiltrasi pada lobus bawah. Penderita TB pada keadaan ini,secara klinis menunjukkan perubahan dalam aktifitas sehari-hari, kelelahan kronis, kerusakan kognitif, anoreksia, atau demam ringan yang tidak diketahui penyebabnya. Tanda non-Spesifik dan gejala yang meningkat dari subakut menjadi kronis dan terjadi selama berminggu-minggu menjadi berbulan-bulan, dokter harus mengantisipasi kemungkinan adanya TB yang tidak terdeteksi. Tes dahak pada M. tuberculosis dan AFB smear serta kultur bakteri harus dilakukan pada semua pasien, termasuk pasien usia lanjut.

PENGOBATAN TB AKTIF PADA PASIEN USIA LANJUTPada dasarnya, pengobatan TB pada pasien usia lanjut sama dengan pasien pada umumnya. Karena GH memiliki gejala klinik yai: infeksi pernafasan, hasil positif pada AFB smear dan tes kulit PPD, aka pasien harus diobati dengan 4 regimen obat untuk penyakit TB aktif. Sebagian besar kasus TB pada pasien usia lanjut disebabkan oleh obat yang rentan terhadap M.tuberculosis, kecuali harus dilakukan untuk pasen usia lanjut dan berasal dari pedesaan atau wilayah dimana tingkat strain resisten obatnya tinggi, pada pasien yang tidak dirawat secara memadai sebelumnya atau pasien yang terkena infeksi secara kontak langsung pada penderita TB mereka diketahui dengan resisten terhadap M.tuberculosis.

Aturan penggunaan obat G.H, dapat meliputi INH 300 mg, rifampisin 500 mg, pirazinamid 20-25mg per kg dan etambutol 15-20mg per kg setiap hari selama 8 minggu diikuti dengan INH dan rifampisin setiap sehari atau 2 atau 3 kali seminggu selama 16 minggu. G.H juga dapat menerima INH, rifampisin, pirazinamid, etambutol setiap hari selama dua minggu, diikuti dengan dua kali seminggu selama enam minggu, kemudian INH dengan rifampisin dua kali seminggu selama 16 minggu. Beberapa dokter, lebih memilih pengobatan lansia dengan aturan penggunaan obat INH dan rifampisin selama sembilan bulan. G.H juga sebaiknya menerima piridoksin 10-50 mg dengan dosis tunggal.

EFEK INTERAKSI OBATMeskipun ada laporan mengenai kasus hepatitis yang lebih tinggi pada pasien usia lanjut yang mendapatkan INH, INH dan rifampisin secara umum dapat ditoleransi dengan baik untuk kelompok usia ini, dengan efek samping hematologi atau abnormalitas hepar yang terjadi pada 3-4% pasien. Karena itu, serum aminotransferase sebaiknya ditentukan dari awal dan G.H sebaiknya dipantau setiap bulan untuk gejala klinis dari hepatitis. Serum aminotransferase dapat dipantau setiap bulan, meskipun bertentangan karena bersifat sementara yaitu asimtomatik (tidak menunjukkan gejala) yang sering terjadi pada usia lanjut.

Meskipun penggunaan rifampisin pada dosis 600mg tidak lazim, rifampisin yang diberikan dua kali seminggu ini dapat menyebabkan flu dimana flu merupakan salah satu gejala TB karena interaksi obat potensial dengan INH dan rifampisin mungkin terjadi, penggunaan obat tambahan pada pasien, sebaiknya dievaluasi secara hati-hati. Etambutol dapat menyebabkan neuritis optic, meskipun pada dosis rendah, dan dapat terjadi penurunan fungsi ginjal pada pasien usia lanjut. G.H memiliki serum kreatinin yang meningkat dan sebaiknya dimonitor secara hati-hatiPENGOBATAN INFEKSI LATEN PADA LANSIAPengobatan pada pasien usia lanjut dengan tes kulit tuberklin positif dan bukan TB aktif dengan INH 300 mg setiap hari selama 6-9 bulan adalah penting jika kasus tesebut berasal dari perawatan di panti jompo. Hanya satu kasus pasien TB latent yang sudah menerima pengobatan menggunakan INH lalu berubah menjadi TB aktif dibandingkan dengan 69 kasus pasien yang tidak menerima pengobatan TB latent lalu berubah menjadi aktif.