21
Tuberkulosis Paru pada Anak Pendahuluan Penyakit Tuberculosis (TBC) merupakan masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia. Penyakit TBC merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan pada semua kelompok umur. Pada tahun 1999, WHO memperkirakan setiap tahun terjadi 583.000 kasus baru TBC dengan kematian sekitar 140.000. Secara kasar diperkirakan setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 penderita baru TBC paru dengan BTA positif. Dengan meningkatnya kejadian TBC pada orang dewasa, maka jumlah anak yang terinfeksi TBC akan meningkat dan jumlah anak dengan penyakit TBC juga meningkat. Seorang anak dapat terkena infeksi TBC tanpa menjadi sakit TBC dimana terdapat uji tuberkulin positif tanpa ada kelainan klinis, radiologis dan laboratoris. Tuberkulosis primer pada anak kurang membahayakan masyarakat karena kebanyakan tidak menular, tetapi bagi anak itu sendiri cukup berbahaya oleh karena dapat timbul TBC ekstra thorakal yang sering kali menjadi sebab kematian atau menimbulkan cacat, Misal pada TBC Meningitis. TBC merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, suatu basil tahan asam yang ditularkan melalui udara. Penyakit ini ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi. Komplikasi penyakit TBC paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi seperti: pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis dan TBC usus. 1 |

Tuberkulosis Paru Pada Anak

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tbc

Citation preview

Tuberkulosis Paru pada AnakPendahuluanPenyakit Tuberculosis (TBC) merupakan masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia. Penyakit TBC merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan pada semua kelompok umur. Pada tahun 1999, WHO memperkirakan setiap tahun terjadi 583.000 kasus baru TBC dengan kematian sekitar 140.000. Secara kasar diperkirakan setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 penderita baru TBC paru dengan BTA positif.Dengan meningkatnya kejadian TBC pada orang dewasa, maka jumlah anak yang terinfeksi TBC akan meningkat dan jumlah anak dengan penyakit TBC juga meningkat. Seorang anak dapat terkena infeksi TBC tanpa menjadi sakit TBC dimana terdapat uji tuberkulin positif tanpa ada kelainan klinis, radiologis dan laboratoris. Tuberkulosis primer pada anak kurang membahayakan masyarakat karena kebanyakan tidak menular, tetapi bagi anak itu sendiri cukup berbahaya oleh karena dapat timbul TBC ekstra thorakal yang sering kali menjadi sebab kematian atau menimbulkan cacat, Misal pada TBC Meningitis.TBC merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, suatu basil tahan asam yang ditularkan melalui udara. Penyakit ini ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi. Komplikasi penyakit TBC paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi seperti: pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis dan TBC usus.Diagnosis yang paling tepat untuk TBC adalah bila ditemukan basil TBC dari bahan-bahan seperti sputum, bilasan lambung, biopsy dan lain-lain, tetapi hal ini pada anak sulit didapat. Oleh karena itu, sebagian besar diagnosis TBC anak didasarkan atas gambaran klinik, gambaran radiologis dan uji tuberkulosis.AnamnesisAnamnesis dilakukan untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya yang dapat digunakan juga untuk menegakkan diagnosis. Anamnesa adalah riwayat kesehatan dari seorang pasien dan merupakan informasi yang diperoleh dokter dengan cara menanyakan pertanyaan tertentu, dan pasien dapat memberikan jawaban yang sesuai. Perihal yang perlu ditanyakan baik secara auto anamnese ataupun allo anamnese adalah perihal keluhan utama dan keterangan tambahan lainnya, riwayat /pengobatan terdahulu, penyakit penyerta lainnya, tindakan bedah yg pernah dialami, riwayat keluarga dan status sosial ekonomi.1Mulai penilaian pernapasan dengan wawancara pasien dan menanyakan riwayat pernapasan. Selama anamnesis, anda akan mengumpulkan informasi tentang saat pasien dan masalah pernapasan sebelumnya. Pada penyakit respiratori, keluhan utama dari pasien paru dikenal dengan Kardinal Simtom sebagai penyataan pasien bahwa dia mengalami kelainan pada parunya seperti batuk, sesak nafas, batuk berdarah dan nyeri dada. Selain itu, keterangan lain yang perlu didapatkan dari pasien adalah mengenai:1. Menentukan durasi batuk, apakah menghasilkan sputum?2. Apa warna dan berapa banyak sputum? Apakah ada darah (hemoptisis)?3. Adakah demam, takikardia, takipnea, nyeri dada atau sesak nafas?4. Adakah riwayat penyakit pernafasan kronis?5. Adakah tanda-tanda sinusitis (nyeri gigi maksilaris, secret hidung purulen atau nyeri wajah)?6. Adakah tanda sistemik yang menunjukkan penyakit serius (penurunan berat badan, demam, anoreksia)?7. Pernahkah pasien terpajan penyebab infeksi khusus (pertusis, allergen, TBC, atau obat baru khususnya inhibitor ACE)?Begitu selesai mendapatkan keterangan tentang keluhan utama, tentukan segera status keadaan umun tersebut akut atau kronis. Perihal menentukan status keluhan ini penting sekali karena dalam manajemen penanganan untuk kedua jenis penyakit tersebut berbeda satu dengan lainnya. Dari anamnesis, pertimbangkan TBC pada anak jika:1. Berkurangnya berat badan 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas atau gagal tumbuh.2. Demam tanpa sebab jelas, terutama jika berlanjut sampai 2 minggu.3. Batuk kronik lebih 3 minggu, dengan atau tanpa wheeze.4. Riwayat kontak dengan pasien TB paru dewasa.1,2Pemeriksaan FisikPemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis yang akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi. Inspeksi dilakukan dengan mengobservasi penampilan umum dada pasien. Diameter anterior posterior dalam proporsi dengan diameter lateral. Postur, posisi tulang belakang, lengkung tulang iga dan simetrisitas tulang scapula. Simetrisitas ekspansi dinding dada, kedalaman dan panjangnya pernapasan. Mengkaji reaksi interkosta dan penggunaan otot tambahan. Mengevaluasi kuku, kulit, membran mukosa dan bibir. Terakhir adalah menginspeksi posisi trakea pasien. Palpasi adalah teknik pemeriksaan fisik dengan sentuhan, rabaan maupun sedikit tekanan pada bagian tubuh yang akan diperiksa dan dilakukan secara teroganisir dari satu bagian ke bagian yang lain. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah mendeterminasi ciri-ciri jaringan atau organ.Perkusi adalah pemeriksaan dengan cara mengetuk. Tujuan dari perkusi adalah berusaha menangkap getaran suara yang dihasilkan dari phalange (tulang jari). Perkusi secara sitematis dada ante/posterior, lateral perhatikan intensitas, nada, kwalitas dan lamanya buyi,vibrasi yang keluar. Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada nafas adalah ronki basah, ronki kering, wheezing dan amforik. Pada pemeriksaan fisik pasien TBC paru, dapat ditemukan antara lain suara nafas bronchial, amforik suara nafas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum. Pada penderita TBC juga bisa ditemukan pembesaran kelenjar limfe leher, aksila, inguinal dan pembengkakan progresif atau deformitas tulang, sendi, lutut, falang.2Pemeriksaan Penunjang1. Uji TuberkulinPerkembangan hipersensitivitas tipe lambat pada kebanyakan individu yang terinfeksi dengan basil tuberculosis membuat uji tuberculin sangat dibutuhkan.Pemeriksaan ini merupakan alat diagnosis yang penting dalam menegakkan diagnosis tuberkulosis. Uji tuberkulin lebih penting lagi artinya pada anak kecil bila diketahui adanya konvensi dari negatif. Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin yaitu dengan cara mono dengan salep, dengan goresan (patch test), cara von pirquet dan cara mantoux. Uji kulit Mantoux adalah injeksi intradermal 0.1 mL yang mengandung 5 unit tuberculin (UT) derivate protein yang dimurnikan dan distabilkan dengan Tween 80. Sampai sekarang cara Mantoux masih dianggap sebagai cara yang paling dapat dipertanggung jawabkan karena jumlah tuberkulin yang dimasukkan dapat diketahui banyaknya. Reaksi lokal yang terdapat pada uji Mantoux terdiri atas:1. Eritema karena vasodilatasi perifer2. Edema karena reaksi antara antigen yang dimasukkan dengan antibodi3. Indurasi yang dibentuk oleh sel mononukleus.Pembacaan uji tuberculin dilakukan 48 72 jam dan diukur diameter melintang dari indurasi yang terjadi. Kadang kadang penderita akan mulai berindurasi lebih dari 72 jam sesudah perlakuan uji, ini adalah hasil positif. Pembacaan hasil tes Mantoux adalah seperti berikut:Ukur indurasiHasil tes

< 5 mmTes negatif

10 mmTes positif, infeksi TBC

>15 mm, imunisasi BCG Tes positif superinfeksi basil TBC

Tabel 1. Hasil Tes Mantoux.32. Pemeriksaan RadiologisPada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis untuk menemukan lesi tuberkulosis. Pemeriksaan ini memang membutuhkan biaya lebih dibanding pemeriksaan sputum, tapi dalam beberapa hal pemeriksaan radiologis memberikan beberapa keuntungan seperti tuberkulosis pada anak anak dan tuberkulosis millier. Pada kedua hal tersebut diagnosa dapat diperoleh melalui pemeriksaan radiologi dada, sedangkan pemeriksaan sputum hampir selalu negatif. Pada anak dengan uji tuberkulin positif dilakukan pemeriksaan radiologis. Pemeriksaan radiologis pun saja tidak dapat digunakan untuk membuat diagnosistuberkulosis, tetapi harus disertai data klinis lainnya. Gambaran radiologis paru yang biasanya dijumpai pada tuberkulosis paru:2,41. Kompleks primer dengan atau tanpa pengapuran.2. Pembesaran kelenjar paratrakeal.3. Penyebaran milier.4. Penyebaran bronkogen5. Atelektasis6. Pleuritis dengan efusi.3. Pemeriksaan Laboratoriuma. DarahPemeriksaan ini kurang mendapat perhatian karena hasilnya kadang-kadang meragukan. Pada saat tuberkulosis baru dimulai (aktif) akan didapatkan sedikit leukosit yang sedikit meningkat. Jumlah limfosit masih normal. Laju Endap Darah mulai meningkat. Bila penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit kembali normal dan laju endap darah mulai turun kearahnormal lagi.b. SputumPemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukannya kuman BTA, diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Disamping itu pemeriksaan sputum juga dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang sudah diberikan, tetapi kadang-kadang tidak mudah untuk menemukan sputum terutama penderita yang tidak batuk atau pada anak-anak. Pada pemeriksaan sputum kurang begitu berhasil karena pada umumnya sputum langsung ditelan, untuk itu dibutuhkan fasilitas laboratorium berteknologi yang cukup baik, yang berarti membutuhkan biaya yang banyak.c. Pemeriksaan BakteriologisAdapun bahan-bahan yang digunakan untuk pemeriksaan bakteriologi adalah bilasan lambung, sekret bronkus, sputum, cairan pleura, liquor cerebrospinalis dan cairan asites. Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang-kurang nya ditemukan tiga batang kuman BTA pada suatu sediaan. Dengan kata lain diperlukan 5.000 kuman dalam 1 ml sputum.4Differential Diagnosis1. Bronkitis kronikBronkitis kronik adalah suatu keadaan klinis yang disebabkan oleh berbagai penyebab dengan gejala batuk yang berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu berturut-turut dan atau berulang paling sedikit 3 kali dalam 3 bulan dengan atau tanpa gejala respiratorik lainnya. Etiologinya dapat disebabkan oleh Rhinovirus, Parainfluenza, Influenza, Adenovirus, Enterovirus, maupun bakteri (H.influenza, Strep.pneumonia, Staf.aureus).Gejala utama yang terlihat pada pederiita bronkitis kronis adalah batuk baik yang produktif maupun yang kering. Selain itu kadangkala ditemukan wheezing, rasa nyeri di dada, dan memburuk saat malam hari. Karena itulah, pada anak yang datang dengan gejala seperti bronkitis kronis, harus dipikirkan pula kemungkinan terjadinya asma. Williams dan McNicol pada tahun 1969 telah menemukan kesamaan klinis, patologi dan epidemologi antara bronkitis kronik dan asma. Pengobatan yang dapat dilakukan antara lain dengan pemberian bronkodilator bila berhubungan dengan asma dan antibiotik seperti ampisilin maupun eritromisin bila diperlukan.4

2. PneumoniaPneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli) biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala klinis batuk, demam tinggi dan disertai adanya napas cepat ataupun tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Pneumonia yang ada di kalangan masyarakat umumnya disebabkan oleh bakteri, virus, mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus) dan protozoa.Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran napas atas akut selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat mencapai 40 0C, sesak napas, nyeri dada dan batuk dengan dahak kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau. Pada sebagian penderita juga ditemui gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu makan, dan sakit kepala. Selain itu, tanda-tanda penyakit pneumonia pada balita antara lain batuk nonproduktif, ingus (nasal discharge), suara napas lemah, penggunaan otot bantu napas, demam, cyanosis (kebiru-biruan), thorax photo menujukkan infiltrasi melebar, sakit kepala, kekakuan dan nyeri otot, sesak napas, menggigil, berkeringat, lelah, mual dan muntah.4,53. Asma BronkialPenyakit asma bronkial secara umum adalah penyakit saluran pernapasan yang ditandai dengan: 1. Sesak napas/sukar bernapas yang diikuti dengan suara mengi (bunyi yang meniup sewaktu mengeluarkan udara/napas) 2. Rasa berat dan kejang pada dada sehingga napas jadi terengah-engah 3. Biasanya disertai batuk dengan dahak yang kental dan lengket 4. Perasaan menjadi gelisah dan cemas Penyakit asma bronkial adalah penyakit saluran pernapasan dengan ciri-ciri saluran pernapasan tersebut akan bersifat hipersensitif (kepekaan yang luar biasa) atau hiperaktif (bereaksi yang berlebihan) terhadap bermacam-macam rangsangan, yang ditandai dengan timbulnya penyempitan saluran pernapasan bagian bawah secara luas, yang dapat berubah derajat penyempitannya menjadi normal kembali secara spontan dengan atau tanpa pengobatan.6 Working DiagnosisTuberkulosis masih merupakan penyakit yang sangat luas didapatkan di Negara yang berkembang seperti Indonesia, baik pada anak maupun pada orang dewasa yang juga dapat menjadi sumber infeksi. Penyakit tuberculosis pada bayi dan anak dapat disebut sebagai penyakit tuberculosis primerdan merupakan suatu penyakit sistemik.tuberkulosis primer biasanya mulai secara perlahan-lahan sehingga sukar ditentikan saat timbulnya gejala pertama, kadang-kadang disertai dengan keluhan yang tidak diketahui sebabnya dan disertai infeksi saluran nafas. Penyakit ini jika tidak diobati sedini mungkin dan setepat-tepatnya dapat menimbulkan komplikasi yang berat dan reinfeksi.6Untuk memudahkan penegakan diagnosis TBC anak, diagnosis TBC dapat dilakuan dengan dengan menggunakan sistem scoring yang disusun Kementerian Kesehatan bersama dengan IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia), yaitu pembobotan terhadap gejala atau tanda klinis yang dijumpai, seperti terlihat pada tabel 2. Setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang, maka dilakukan pembobotan dengan sistem skoring. Pasien dengan jumlah skor 6 (sama atau lebih dari 6), harus ditatalaksana sebagai pasien TBC dan mendapat pengobatan dengan obat anti tuberkulosis (OAT). Bila skor kurang dari 6 terapi secara klinis kecurigaan ke arah TB kuat maka perlu dilakukan pemeriksaan diagnostik lainnya sesuai indikasi, seperti bilasan lambung, patologi anatomi, pungsi lumbal dan lain-lainnya.7

Tabel 2. Sistem Skoring.7EpidemiologiWorld Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa sepertiga populasi dunia terinfeksi dengan M.tuberculosis. Angka infeksi tertinggi di Asia Tenggara, China, India, Afrika, dan Amerika Latin. Tuberkulosis terutama menonjol di populasi yang mengalami stress nutrisi jelek, penuh sesak, perawatan kesehatan tidak cukup, dan perpindahan tempat. Kebanyakan orang di Negara maju tetap berisiko rendah untuk tuberkulosis kecuali untuk kelompok-kelompok tertentu yang sangat terbatas. Bayi dan anak-anak paling sering tertular oleh anggota rumah dewasa yang merupakan anggota keluarga yang dekat. tapi tidak selalu sumber infeksi ini diketahui. Di negara-negara maju, TBC sudah jarang, sementara di negara-negara berkembang insiden masih tinggi. Terbanyak terdapat pada anak di bawah usia lima tahun. Walaupun tubuh kemasukan kuman TBC, tidaklah berarti selalu menimbulkan penyakit. Terjadinya infeksi dan suatu infeksi menjadi infeksi berbahaya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : Jumlah kuman, virulensi kuman dan daya tahan tubuh.8EtiologiTBC merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (M.tuberculosis) dan Mycobacterium bovis. Basil tuberkulosis dapat hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi dalam cairan mati pada suhu 600C dalam 15-20 menit. Fraksi protein basil tuberkulosis menyebabkan nekrosis jaringan sedangkan lemaknya menyebabkan sifat tahan asam dan merupakan faktor penyebab terjadinya fibrosis dan terbentuknya sel epiteloid dan tuberkel. Basil tuberkulosis tidak membentuk toksin.Penularan M.tuberculosis biasanya melalui udara, hingga sebagian besar focus primer tuberculosis terdapat dalam paru. Selain melalui udara, penularan dapat peroral misalnya minum susu yang mengandung basil tuberculosis, biasanya M.bovis. Dapat juga terjadi dengan kontak langsung misalnya melalui luka atau lecet di kulit. Tuberkulosis kongenital sangat jarang dijumpai.PatofisiologiMasuknya basil tuberculosis dalam tubuh tidak selalu menimbulkan penyakit. Terjadinya infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya basil tuberculosis serta daya tahan tubuh manusia. Infeksi primer biasanya terjadi dalam paru.Basil tuberculosis masuk ke dalam paru melalui udara dan dengan masuknya basil tuberculosis maka terjadi eksudasi dan konsolidasi yang terbatas dan disebut focus primer.8,9 Basil tuberculosis akan menyebar dengan cepat melalui saluran getah bening menuju kelenjar regional yang kemudian akan mengadakan reaksi eksudasi. Fokus primer, limfangitis dan kelenjar getah bening regional yang membesar, membentuk kompleks primer. Kompleks primer terjadi 2-10 minggu setelah infeksi. Bersamaan dengan terbentuknya kompleks primer terjadi hipersensitivitas terhadap tuberkuoprotein yang dapat diketahui dari uji tuberculin. Waktu antara terjadinya infeksi sampai terbentuknya kompleks primer disebut masa inkubasi.Pada anak, lesi dalam paru dapat terjadi dimana pun, terutama di periferi dekat pleura. Lebih banyak terjadi di lapangan bawah paru disbanding dengan lapangan atas, sedangkan pada orang dewasa lapangan atas paru merupakan tempat predileksi. Pembesaran kelenjar regional lebih banyak terdapat pada anak disbanding orang dewasa. Pada anak penyembuhan terutama kea rah kalsifikasi, sedangkan pada orang dewasa terutama kea rah fibrosis. Penyebaran hematogen lebih banyak terjadi pada bayi dan anak kecil.Tuberkulosis primer cenderung sembuh sendiri, tetapi sebagian akan menyebar lebih lanjut dan dapat menimbulkan komplikasi. Tuberkulosis dapat meluas dalam jaringan paru sendiri. Selain itu, basil tuberculosis dapat masuk ke dalam aliran darah dapat mati tetapi dapat pula berkembang terus, hal ini bergantung kepada keadaan penderita dan virulensi kuman. Melalui aliran darah basil tuberculosis dapat mencapai alat tubuh lain seperti bagian paru lain, sotak, otak, tulang, hati, ginjal dan lain-lain. Dalam alat tubuh tersebut basil tuberculosis dapat segera menimbulkan penyakit, tetapi dapat pula menjadi tenang dulu setelah beberapa waktu menimbulkan penyakit atau dapat pula tidak pernah menimbulkan penyakit sama sekali.8Sebagian besar komplikasi tuberculosis primer terjadi dalam 12 buln setelah terjadinya penyakit. Penyebaran hematogen atau milier dan meningitis biasanya terjadi dalam 4 bulan, tetapi jarang sekali sebelum 3-4 minggu setelah terjadi kompleks primer.Manifestasi KlinisPenyakit TBC pada anak tidak mempunyai gejala yang khas, bahkan sering tanpa gejala dan baru diketahui adanya kelainan dengan pemeriksaan foto rontgen paru. Namun ada gejala yang sering ditemukan pada anak penderita TBC, di antaranya:1. Demam. Biasanya merupakan gejala awal, timbul pada sore dan malam hari disertai keringat dan kemudian mereda. Demam dapat berulang beberapa waktu kemudian.2. Lemah dan Lesu (malaise). Gejala ini ditandai dengan rasa tidak enak badan, pegal-pegal, nafsu makan berkurang, badan bertambah kurus atau berat badan tidak naik. Anak akan berpenampilan lesu dan kurang ceria.3. Batuk. Batuk baru timbul bila telah terdapat gangguan di paru, awalnya dapat berupa batuk kering, lama-kelamaan dapat berupa batuk berlendir. Batuknya tetap bertahan lebih dari dua minggu walau telah mendapat pengobatan atau batuk sering berulang lebih dari tiga kali dalam tiga bulan berturut-turut.4. Pembesaran Kelenjar Getah Bening. Kelenjar getah bening yang meruapakan salah satu benteng pertahanan terhadap serangan kuman, dapat membesar bila diserang oleh kuman. Pada penderita TBC dapat ditemui pembesaran kelenjar getah bening di sepanjang leher samping dan di atas tulang selangkangan.Apabila gejala-gejala tersebut ada dan tidak hilang setelah diobati, sebaiknya waspada akan adanya TBC pada anak, apalagi ada riwayat kontak atau hubungan yang erat dan sering dengan penderita TBC dewasa. Selain itu, gejala spesifik pada TBC terdiri dari:1. TB kulit (scrofuloderma)2. TB tulang seperti: gibbus (spondilitis), coccitis, pincang, bengkak3. TB otak dan syaraf: meningitis TB, ensefalitis TB4. TB mata: konjungtifitis fliktenuaris, tubercle choroidAda beberapa klasifikasi tuberculosis. Tuberkulosis menurut klasifikasinya dibagi dalam 3 stadium, yaitu : 1. Stadium pertama yang merupakan kompleks primer dengan penyebaran limfogen. 2. Stadium kedua yaitu pada waktu terjadi penyebaran hematogen3. Stadium ketiga yaitu tuberkulosis paru menahun (chronic pulmonary tuberculosis) Klasifikasi lain dari tuberculosis ialah tuberculosis primer, tuberculosis subprimer dan tuberculosis pascaprimer. Tuberculosis primer merupakan infeksi pertama dari tuberculosis. Tuberculosis subprimer pula merupakan komplikasi tuberculosis primer. Tuberculosis pascaprimer merupakan reinfeksi yang dapat terjadi endogen dan eksogen setelah infeksi primer sembuh.9PenatalaksaanPengobatan tuberkulosis ditentukan berdasarkan dua pertimbangan bakteriologis. Pertama adalah adanya mutan yang resisten terhadap obat. Hal ini dapat dicegah terjadinya resistensi dengan pemakaian 2 obat atau lebih. Kedua adalah adanya basil tuberkulosis yang hidup karena pertumbuhannya yang lambat dan intermitten. Hal ini biasanya ditanggulangi dengan mamperpanjang masa pengobatan sampai 18 bulan atau lebih. Kalau tidak ada masalah resistensi terhadap rimfapicin dan INH maka pemberian kombinasi rimfapicin dan INH dikatakan cukup berhasil.dalam 9 bulan. Adapun dosis untuk pengobatan TBC jangka pendek selama 6 atau 9 bulan, yaitu:1. 2HR/7H2R2 : INH+Rifampisin setiap hari selama 2 bulan pertama, kemudian INH +Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu selama 7 bulan (ditambahkan Etambutol bila diduga ada resistensi terhadap INH).2. 2HRZ/4H2R2 : INH+Rifampisin+Pirazinamid: setiap hari selama 2 bulan pertama, kemudian INH+Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu selama 4 bulan (ditambahkan Etambutol bila diduga ada resistensi terhadap INH).Pengobatan TBC pada anak-anak jika INH dan rifampisin diberikan bersamaan, dosis maksimal perhari INH 10 mg/kgbb dan rifampisin 15 mg/kgbb. Dosis obat TBC untuk anak yang diberikan berdasarkan kasus:TBC tidak beratTB berat (milier dan meningitis TBC)

INH5 mg/kgbb/hari10 mg/kgbb/hari

Rifampisin10 mg/kgbb/hari15 mg/kgbb/hari

Prednison-1-2 mg/kgbb/hari (maks. 60 mg)

Tabel 3. Dosis obat TBC untuk anak berdasarkan kasus TBC.8,10Pencegahan1. Vaksinasi BCGPemberian BCG meninggikan daya tahan tubuh terhadap infeksi oleh basil tuberculosis yang virulen. Imunitas timbul 6-8 minggu setelah pemberian BCG. Imunitas yang terjadi tidaklah lengkap sehingga masih mungkin terjadi superinfeksi meskipun biasanya tidak progresif dan menimbulkan komplikasi yang berat. BCG biasanya diberikan pada anak dengan uji tuberculin negative dan biasanya uji tuberculin di ulangi 6 minggu setelah BCG dan kalau masih negative dianjurkan untuk mengulangi BCG. Tetapi sekarang dianjurkan pemberian BCG secara langsung tanpa didahului uji tuiberkulin karena cara ini dapat menghemat ongkos dan mencakup lebih banyak anak.8-102. KemoprofilaksisKemoprofilaksis primer diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi TBC pada anak dengan kontak tuberkulosis dan uji tuberkulin masih negatif yang berarti masih belum terkena infeksi atau masih dalam masa inkubasi. Dalam hal ini, anak diberikan INH 5-10 mg/kgBB/hari selama 2 bulan. Setelah Kemoprofilaksis sekunder diberikan untuk mencegah berkembangnya infeksi menjadi penyakit, misalnya pada anak yang berumur kurang dari 5 tahun dengan uji tuberculin positif tanpa kelainan radiologis paru dan pada anak dengan konsensi uji tuberkulin tanpa kelainan radiologis paru.8,10KomplikasiKomplikasi yang dapat terjadi pada TBC adalah sebagai berikut :1. Meningitis2. Spondilitis 3. Pleuritis4. Bronkopneumoni5. Atelektasis Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial. Bronkiectasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru. Pneumotorak (adanya udara didalam rongga pleura) spontan: kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya. Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).9,11PrognosisDipengaruhi oleh banyak faktor seperti umur anak, berapa lama setelah mendapat infeksi, luasnya lesi, keadaan gizi, keadaan sosial ekonomi keluarga, diagnosa dini, pengobatan adekuat, kepatuhan minum obat, dan adanya infeksi lain seperti morbilli, pertusis, diare yang berulang dan lain-lain.11KesimpulanDari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahawa penyakit TBC adalah penyakit infeksi kronis menular yang masih tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Gambaran klinis TBC pada anak dapat dilihat dari berat badan yang turun, nafsu makan turun, demam tidak tinggi dapat disertai keringat malam, pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit, batuk lama lebih dari 30 hari. Uji tuberkulin positif bila indurasi lebih dari 10 mm (pada gizi baik), atau lebih dari 5 mm pada gizi buruk. Uji tuberkulin positif menunjukkan TBC. Tatalaksana TBC pada anak merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan antara pemberian medikamentosa, penataaan gizi dan lingkungan sekitarnya.Usaha preventif dilakukan dengan vaksin BCG dan kemoprofilaksis. Keterlambatan motorik kasar menunjukkan adanya kerusakan pada susunan saraf pusat seperti serebral palsi (gangguan motorik yang di sebabkan oleh kerusakan bagian otok yang mengatur otot-otot tubuh).

Daftar Pustaka1. G Jonathan. Medicine at a glance. Jakarta: Erlangga; 2007. p. 87.2. Bickley, Lynn S. Buku saku pemeriksaan fisik & riwayat kesehatan bates. Edisi XI. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2012.p.324-9.3. Centers for Disease Control and Prevention. Tuberculin skin testing. 1 Sept 2012. diunduh dari : http://www.cdc.gov/tb/publications/factsheets/testing/skintesting.htm. 20 February 20154. Widoyono. Tuberkulosis paru. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan & Pembanterasannya. Edisi II. Penerbit Erlangga:2008. p.108-125. Burke AC. Pneumonia essentials. London: Jones& Bartlett Publishers; 2010. p.159-696. WW Robert, FB Thomas. Kendig and Chernicks disorders of the respiratory tract in children. Edisi VIII. Philadelphia:Elsevier; 2012. p. 506-29, 650-66.7. International Child Health. Tuberkulosis: Diagnosis. 2012. Diunduh dari : http://www.ichrc.org/481-tuberkulosis-diagnosis. 20 Februari 2015.8. Staf pengajar ilmu kesehatan anak FKUI. Ilmu kesehatan anak. Edisi 11. Jakarta; Infomedika; 2007.h.573-88.9. Behrman, Kliegman, Arvin. Nelson textbook of pediatrics. Edisi 18. Jakarta; EGC; 2007.h.785-96.10. Sumner JY, Jacob VA. Neonatal and pediatric pharmacology: therapeutic principles in practice. Edisi IV. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2010. p.487-95.11. TB Indonesia. Tuberculosis Anak. Diunduh dari: http://www.tbindonesia.or.id/tb-anak/. 21 Februari 2015.

1 |