Pemeriksaan Nervus Cranialis Good

  • Upload
    drfinix

  • View
    371

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

GUN MENDANSelamat datang di blog "Dayak Boy"

Jumat, 10 Desember 2010PEMERIKSAAN NERVUS CRANIALIS

Terdapat 12 pasang syaraf kranial dimana beberapa diantaranya adalah serabut campuran, yaitu gabungan syaraf motorik dan sensorik, sementara lainnya adalah hanya syaraf motorik ataupun hanya syaraf sensorik. 1. Nervus Olfaktorius/N I (sensorik) Nervus olfaktorius diperiksa dengan zat-zat (bau-bauan) seperti : kopi, teh dan tembakau. Pada pemeriksaan ini yang perlu diperhatikan adalah adanya penyakit intranasal seperti influenza karena dapat memberikan hasil negatif atau hasil pemeriksaan menjadi samar/tidak valid. Cara pemeriksaan : tiap lubang hidung diuji terpisah. Pasien atau pemeriksa menutup salah satu lubang hidung pasien kemudian pasien disuruh mencium salah satu zat dan tanyakan apakah pasien mencium sesuatu dan tanyakan zat yang dicium. Untuk hasil yang valid, lakukan dengan beberapa zat/bau-bauan yang berbeda, tidak hanya pada 1 macam zat saja. Penilaian : Pasien yang dapat mengenal semua zat dengan baik disebut daya cium baik (normosmi). Bila daya cium kurang disebut hiposmi dan bila tidak dapat mencium sama sekali disebut anosmi. 2. Nervus Optikus/N II (sensorik) Kelainan-kelainan pada mata perlu dicatat sebelum pemeriksaan misalnya : katarak, infeksi konjungtiva atau infeksi lainnya. Bila pasien menggunakan kaca mata tetap diperkenankan dipakai. a. Ketajaman penglihatan Pasien disuruh membaca buku dengan jarak 35 cm kemudian dinilai apakah pasien dapat melihat tulisan dengan jelas, kalau tidak bisa lanjutkan dengan jarak baca yang dapat digunakan klien, catat jarak baca klien tersebut. Pasien disuruh melihat satu benda, tanyakan apakah benda yang dilihat jelas/kabur, dua bentuk atau tidak terlihat sama sekali /buta.

b. Lapangan penglihatan Cara pemeriksaan : alat yang digunakan sebagai objek biasanya jari pemeriksa. Fungsi mata diperiksa bergantian. Pasien dan pemeriksa duduk atau berdiri berhadapan, mata yang akan diperiksa berhadapan sejajar dengan mata pemeriksa. Jarak antara pemeriksa dan pasien berkisar 60-100 cm. Mata yang lain ditutup. Objek digerakkan oleh pemeriksa pada bidang tengah kedalam sampai pasien melihat objek, catat berapa derajat lapang penglihatan klien. 3. Nervus Okulomotorius/N III (motorik) Merupakan nervus yang mempersarafi otot-otot bola mata ekstena, levator palpeora dan konstriktor pupil. Cara pemeriksaan : Diobservasi apakah terdapat edema kelopak mata, hipermi konjungtiva,hipermi sklerata kelopak mata jatuh (ptosis), celah mata sempit (endophthalmus), dan bola mata menonjol (exophthalmus). 4. Nervus Trokhlearis/N IV (motorik) Pemeriksaan pupil dengan menggunakan penerangan senter kecil. Yang diperiksa adalah ukuran pupil (miosis bila ukuran pupil < 2 mm, normal dengan ukuran 4-5 mm, pin point pupil bila ukuran pupil sangat kecil dan midiriasis dengan ukuran >5 mm), bentuk pupil, kesamaan ukuran antara kedua pupil (isikor / sama, aanisokor / tidak sama), dan reak pupil terhadap cahaya (positif bila tampak kontraksi pupil, negative bila tidak ada kontraksi pupil. Dilihat juga apakah terdapat perdarahan pupil (diperiksa dengan funduskopi). 5. Nervus Trigeminus/N V (motorik dan sensorik) Merupakan syaraf yang mempersarafi sensoris wajah dan otot pengunyah . Alat yang digunakan : kapas, jarum, botol berisi air panas, kuliper/jangka dan garpu penala. Sensibilitas wajah. Rasa raba : pemeriksaan dilakukan dengan kapas yang digulung memanjang, dengan menyentuhkan kapas kewajah pasien dimulai dari area normal ke area dengan kelainan. Bandingkan rasa raba pasien antara wajah kiri dan kanan. Rasa nyeri : dengan menggunakan tusukan jarum tajam dan tumpul. Tanyakan pada klien apakah merasakan rasa tajam dan tumpul. Dimulai dari area normal ke area dengan kelainan. Rasa suhu : dengan cara yang sama tapi dengan menggunakan botol berisi air dingin dan air panas, diuji dengan bergantian (panas-dingin). Pasien disuruh meyebutkan panas atau dingin yang dirasakan Rsa sikap : dilakukan dengan menutup kedua mata pasien, pasien diminta menyebutkan area wajah yang disentuh (atas atau bawah)

Rasa gelar : pasien disuruh membedakan ada atau tidak getaran garpu penala yang dientuhkan ke wajah pasien. a. Otot mengyunyah Cara periksaan : pasien disuruh mengatup mulut kuat-kuat kemudian dipalpasi kedua otot pengunyah (muskulus maseter dan temporalis) apakah kontraksinya baik, kurang atau tidak ada. Kemudian dilihat apakah posis mulut klier. Simetris atau tidak, mulut miring. 6. Nervus Abdusens/N VI (motorik) Fungsi otot bola mata dinilai dengan keenam arah utama yaitu lateral. Lateral atas, medial atas, medial bawah, lateral bawah, keatas dan kebawah. Pasien disuruh mengikuti arah pemeriksaan yang dilakukan pemeriksa sesuai dengan keenam arah tersebut. Normal bila pasien dapat mengikuti arah dengan baik. Terbatas bila pasien tidak dapat mengikuti dengan baik karena kelemahan otot mata, ninstagmus bila gerakan bola mata pasien bolak balik involunter. 7. Nervus Fasialis/N VII (motorik dan sensorik) Cara pemeriksaan : dengan memberikan sedikit berbagai zat di 2/3 lidah bagian depan seperti gula, garam dan kina. Pasien disuruh menjulurkan lidah pada waktu diuji dan selama menentukan zat-zat yang dirasakan klien disebutkan atau ditulis dikertas oleh klien. 8. Nervus Akustikus/N VIII (sensorik) 1. Pendengaran : diuji dengan mendekatkan, arloji ketelinga pasien di ruang yang disunyi. Telinga diuji bergantian dengan menutup salah telinga yang lain. Normal klien dapat mendengar detik arloji 1 meter. Bila jaraknya kurang dari satu meter kemungkinan pasien mengalami penurunan pendengaran. 2. Keseimbangan : dilakukan dengan memperhatikan apakah klien kehilangan keseimbangan hingga tubuh bergoyang-goyang (keseimbangan menurun) dan normal bila pasien dapat berdiri/berjalan dengan seimbang. 9. Nervus Glosso-faringeus/N IX (motorik dan sensorik) Cara pemeriksaan dengan menyentuhkan tongs patel keposterior faring pasien. Timbulnya reflek muntah adalah normal (positif), negative bila tidak ada reflek muntah. 10. Nervus Vagus/N X (motorik dan sensorik) Cara pemeriksaan : pasien disuruh membuka mulut lebar-lebar dan disuruh berkata aaah kemudian dilihat apakah terjadi regurgitasi kehidung. Dan observasi denyut jantung klien apakah ada takikardi atau brakardi. 11. Nervus Aksesorius/N XI (motorik) Cara pemeriksaan : dengan menyuruh pasien menengok kesatu sisi melawan tangan pemeriksa sedang mempalpasi otot wajah Test angkat bahu dengan pemeriksa menekan bahu pasien ke bawah dan pasien berusaha mengangkat bahu ke atas. Normal bila klien dapat

melakukannya dengan baik, bila tidak dapat kemungkinan klien mengalami parase. 12. Nervus Hipglosus (motorik) Cara pemeriksaan : pasien disuruh menjulurkan lidah dak menarik lidah kembali, dilakukan berulang kali. Normal bila gerakan lidah terkoordinasi dengan baik, parese/miring bila terdapat lesi pada hipoglosus. Sensibilitas. Syarat pemeriksaan : pasien harus sadar dan kooperatif, perlu diterangkan kepada pasien maksud, cara dan respon yang diharapkan dan dilakukan dengan rileks. Alat pemeriksaan : kapas, jarum, botol berisi air dingin dan air panas, garpu penala dan kaliper/jangka. Sensibilitas permukaan dan dalam : Rasa raba, rasa nyeri dan rasa suhu, rasa getar rasa sikap, cara pemeriksaanya sama dengan cara pemeriksaan sensibilitas wajah di atas. Hanya dilakukan pada seluruh tubuh dari kepala sampai ujung jari. Koordinasi a. Test hidung-jari hidung Dilakukan dengan cara : pasien dengan menggunakan jari telunjuknya menyentuhkan jari telunjuk tersebut kejari pemeriksa kemudian kehidung pasien sendiri. Dilakukan berulang kali. b. Test jari-hidung Dilakukan dengan cara pasien menyentuh hidung dengan kelima jarring secara bergantian. c. Test pronasi-supinasi Dilakukan dengan cara pasien mengubah posisi telapak tangannya dengan cepat dengan posisi dan supinasi. Status Motorik Diobservasi bentuk otot pasien apakah ada perubahan bentuk otot normal, membesar/hipertrofi mengecil/hipotrofi. Dinilai semua otot tubuh klien. Tonus otot : diperiksa dengan cara pasien berbaring rileks, perhatiannya dialihkan dengan mengajak klien bicara sambil pemeriksa mngengkat lengan klien dalam posisi fleksi pada siku dan tangan secara pasif, kemudian menjauhkan lengan tersebut. Cara jatuh lengan dinilai. Hipotoni bila anggota gerak jatuh dengan berat, atau tonus otot meninggi/hipertoni/spatik. Pemeriksaan ini dilakukan juga pada tungkai dengan mengangkat tungkai fleksi pada tanggal kemudian dijatuhkan.

Kekuatan otot : Untuk memeriksa kekuatan otot sebaiknya dilakukan satu arah pada sendi dan otot langsung dinilai. Kekuatan otot dinilai dengan derajat : Derajat 5 : Kekuatan normal Seluruh gerakan dapat dilakukan otot tersebut dengan tahan maksimal dari pemeriksa yang dilakukan berulang-ulang tanpa terlihat kelelahan. Derajat 4 : Seluruh gerakan otot dapat dilakukan melayang gaya berat dan juga melawan tahanan ringan dan sedang dari pemeriksa. Derajat 3 : Seluruh gerakan otot dapat dilakukan melawan gaya berat, tetapi tidak tidak dapat melawan tahanan ringan dan sedang dari pemeriksa. Derajat 2 : Otot hanya dapat bergerak bila gaya berat dihilangkan. Derajat 1 : Kontraksi otot minimal dapat terasa atau teraba pada otot bersangkutan tanpa mengakibatkan gerak Derajat 0 : Tidak ada kontraksi sama sekali. Parlise total Kekuatan gerak yang diperiksa : keempat anggota gerak a. Anggota gerak atas : artikulasi humeri, artikulasi kubiti, artikulasimanus dan artikulasi metakarpoflank. b. Anggota gerak bawah : artkulasi kokse, artikulasi genus, artikulasi manus dan artikulasi metaka pofalank. Gaya berjalan : diobservasi dengan menyuruh pasien berjalan mondar- mandir. Langkah normal : pasien berjalan dengan gaya biasa orang sehat. Langkah : pasien berjalan dengan mengangkat kaki tinggi-tinggi supaya jari kaki yang masih tertinggal menyentuh tanah dapat terangkat. Kemudian kaki seolah-olah dijatuhkan ketanah dengan jari lebih dulu menyentuh tanah sebelum tumit. Langkah mabuk : pasien berjalan dengan kedua kakinya terpisah jauh dan waktu, harus berjalan lurus ada kecenderungan terhuyung kesatu sisi. Langkah menggeser : Pasien berjalan dengan langkah pendek-pendek, menyeret tanah hampir-hampir kaki tidak terlepas dari tanah. Bila langkah makin pendek dan cepat pasien cenderung jatuh. Langkah spastik : biasanya terjadi pada hemipare, pasien berjalan dengan tungkai yang parase dilempar keluar membentuk lingkaran dengan jari kaki tetap menyentuh tanah.

Gerakan tubuh : diobservasi apakah normal, tremor/gematar, spasme (adanya ketegangan otot sehingga gerakan terbatas) atau gerakan tubuh berulang tanpa kendali. Refleks Refleks merupakan jawaban motorik dari rangsangan sensorik. Nilai refleks : 1. Arefleksi merupakan jawaban motorik dari rangsangan sensorik. 2. Hiporefleksi berarti ada kontraksi otot tetapi tidak terjadi gerakan pada sendinya, refleks = + 3. Refleksi normal = + 4. Hiperefleksi bila kontaksi dan gerakan sendi berlebihan, refleks = + + 1. Refleks Tendon a. Refleksi biseps Dalam keadaan duduk : lengan bawah dalam pronasi rileks di atas paha Dalam keadaan berbaring : lengan ditaruh di atas bantal, lengan bawah dan tangan di atas abdomen. Taruh ibu jari pemeriksa di atas tendon biseps, tekan bila perlu untuk meyakinkan regang otot optimal, sebelum mengetok. b. Refleks brakioradialis Posisi sama dengan refleks biseps. Kecuali lengan bawah harus berada antara pronasi dan supinasi. Ketok dengan sambil mengamati dan merasakan adanya kontraksi. c. Refleks triceps Posisi hampir sama dengan refleks biseps. Oleh karena tendon pendek, kadang-kadang sukar mengetok sejumlah seribu : sekaligus. Sebaiknya pemeriksa melakukan dari arah samping belakang pasien untuk memeriksa kontraksi. Ketokan dilakukan 5 cm di atas siku. d. Refleks Lutut / Patela Dalam posisi duduk : kaki tergantung dan rileks. Dalam posisi berbaring : tangan atau lengan bawah pemeriksa ditaruh. Di bawah lutut pasien, refleksi sendi lutut kira-kira 20 derajat, sedangkan tumit pasien harus tetap berada di atas tempat tidur. Bila perlu tangan pemeriksa diganti bantal supaya kontraksi otot disamping terlihat dapat diraba pula. Palu refleks diketokan di atas tendon lutut berganti-ganti kanan dan kiri.

e. Refleks archilles Dalam posisi duduk : sama dengan posisi refleks biseps, kaki dorsoflrkdi optimal untuk mendapatkan regangan otot cukup. Dalam posisi berbaring : dilakukan fleksi panggul dan lutut sambil sedikit rotasi paha keluar ketok tendon tumit/archilles dengan palu refleks. Respon refleks tendon normal : Refleks biseps : respon normal berupa fkleksi dari siku dan tampak kontraksi otot biseps Refleks triseps : ekstensi dari siku dan tampak kontraksi otot triseps Refleks lutut : gerakan dari tungkai disertai kontraksi otot gastrokmius. 2. Refleks patologik a. Refleks Babinski Dengan sebuah benda yang berujung agak tajam, telapak kaki digores dari tumit menyusur bagian lateral menuju pangkal ibu jari. Positif bila terjadi dari ibu jari dan biasnya disertai dengan pemekaran jari-jari kaki. b. Refleks Chaddok Tanda babinski timbul dengan menggoreskan bagian bawah dari maleous lateral kearah depan. c. Reflek Oppenheim Dengan mengurut tulang tibia dengan ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah mulai dari lutut tengah mulai dari lutut menyusur ke bawah. Positif bila timbul tanda babinski. d. Refleks Gordon Otot gastrokmius/betis ditekan. Positif bila timbul tanda babinski. Fungsi Luhur a. Kesadaran Coma : keadaan tidak sadar yang terendah. Tidak ada respon terhadap rangsangan nyeri, refleks tendon, refleks pupil dan refleks batuk menghilang, inkontinensia urin dan tidak ada aktivitas motorik spontan. Soporocoma : keadaan tidak sadar menyerupai koma, tetapi respon terhadap rangsangan nyeri masih ada,refleks tendon dapat ditimbulkan. Biasanya masih ada inkontinensia urin dan belum ada gerakan motorik spontan.

Delirium : keadaan kacau motorik yang sangat, memberontak, berteriak-teriak dan tidak sadar terhadap orang lain, tempat dan waktu. Somnolen/letargi : pasien dapat dibangunkan dengan rangsangan dan akan membuat respon motorik dan verbal yang layak. Pasien akan cepat tertidur lagi bila rangsangan dihentikan. Apatis : pasien tampak segan berhubungan dengan sekitarnya, tampak acuh tak acuh. Compos Mentis : sadar sepenuhnya, dapat menjawab pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya. Selain cara seperti tersebut diatas, dapat juga digunakan GCS (Glasgow Coma Scale), yang dinilai yaitu : - Eye/membuka mata (E) : 4 = dapat membuka mata spontan 3 = membuka mata dengan dipanggil/atas perintah 2 = membuka mata bila dirangsang nyeri 1 = selalu tertutup walaupun dirangsang nyeri - Motorik (M) : 6 = dapat bergerak sesuai perintah 5 = dapat bereaksi menyingkirkan rangsangan nyeri/reaksi setempat 4 = bereaksi fleksi siku pada rangsangan nyeri/menghindar 3 = dengan rangsangan nyeri dapat bereaksi fleksi pada pergelangan tangan atau jari atau fleksi spastic pada tungkai atau abduksi lengan atas/fleksi abnormal 2 = respon ekstensi 1 = tidak bereaksi - Verbal/bicara (V) : 5 = orientasi baik : orang, tempat, waktu

4 = jawaban kacau 3 = kata-kata tak berarti 2= suara tidak komprehensif 1 = tidak ada suara b. Reaksi emosi Dinilai apakah pasien tampak tegang, depresi, cemas, rasa bermusuhan atau emosi uang tidak terkontrol. c. Fungsi intelektual Memori : pasien dapat mengingat kembali pengalaman yang dialami Berhitung : pasien dapat melakukan berhitung pertambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Persamaan : pasien diminta menjelaskan persamaan benda/keaadaan, misal raja dengan kaisar atau presiden Pendapat : diminta pendapat pasien tentang beberapa pasien tentang beberapa persoalan yang ada di lingkungannya. Pengertian : pasien disuruh membaca suatu serita kemudian dapat menjelaskan kembali isi cerita tersebut. d. Proses pikir Proses pikir ini dinilai dari jawaban-jawaban pasien dari pertanyaan pemeriksa tentang halhal di atas. Kemudian disimpulkan apakah isi pikiran pasien masih baik, kurang atau kelainan. e. Fungsi psikomotor Pasien dapat melakukan perintah dengan baik tau terganggu/menurun. f. Fungsi ekspresif Yang dinilai adalah : pasien mampu mengulang kata, kalimat dengan baik, mampu mengucapkan nama hari, bulan, nama benda, gambar dan dapat memahami hubungan pengertian dan perkataan missal : ditanyakan dengan apa kita makan nasi dan jawaban pasien yang diharapkan adalah kita makan nasi dengan sendok garpu g. Kemampuan baca tulis Pasien mampu membaca dalam hati dan menuliskan kembali apa yang telah dibacanya. Pasien mampu membaca dengan suara keras dan menerang arti kalimat, pasien mampu

menyalin kata dan kalimat yang diminta pemeriksa, dapat menulis identitasnya dan melakukan dikte. Derajat afasia Derajat 0 : afasia global yaitu pasien tidak dapat bicara ataupun mengerti pembicaraan sama sekali. Derajat 1 : pembicaraan mengenai soal yang mudah dapat dilakukan dengan bantuan pemeriksa. Derajat 2 : pembicaraan mengenai soal yang mudah dapat dilakukan dengan bantuan pemeriksa Derajat 3 : pasien dapat membicarakan persoalan sehari-hari dengan sedikit/tanpa bantuan pemeriksa. Derajat 4 : pasien tampak sukar dalam berbicara tetapi tidak mempengaruhi isi dan pikiran yang dikemukakan. Derajat 5 : kesukaran bicara tidak tampak nyata, tetapi subyektif pasien mengalami kesukaran. Diposkan oleh Gun Pyo di 01:15 0 komentar: Poskan Komentar Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Tampilan slide

Mengenai Saya Arsip Blog

2011 (1) o Mei (1) Terjadinya Kehamilan Kembar Anak kembar adalah ... 2010 (16) o Desember (8) Komponen komponen Otak: Etnis Suku Dayak Kenyah di Kalimantan Timur

Gun Pyo Tanjung Selor, kalimantan timur, Indonesia saya orangnya biasa-biasa saja,

yang tak luput dari kesalahan Lihat profil lengkapku

o

o

o

HORDEOLUM ATAU TIMBILAN AKIBAT ROKOK PROTAP TATA CARA PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH PEMERIKSAAN NERVUS CRANIALIS Kode 666 Dalam Microchip Mondex Jauhjauh hari se... STRUKTUR & FUNGSI SISTEM KARDIOVASKULER PENDAHUL... November (4) d'massiv - aku padamu d'massiv - dunia pasti berputar D'massiv - apa salahku Bondan - Kita Selamanya April (1) MAKALAH TENTANG HEMOFILIA =>Pengertian Hemofilia ... Januari (3) GENETIKA KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOE

2009 (1) o Juni (1) SMAN1 TANJUNG PALAS

Pengikut

Total Tamu

Template Picture Window. Gambar template oleh konradlew. Diberdayakan oleh Blogger.

Facebook Twitter RSS Email

Akatsuki Ners Blogshare

Mencoba adalah pengalaman

Home Ners Info o Askep o Alkes o Prosedur Tindakan o Prosedur Operasi o Test Laboratorium o KDM o Manajemen o Info Perawat Health Info o Lifestyle o Seksologi o Psikologi News and Motivator o Lintas Peristiwa o Motivasi o Religius Download Area o Video o E - Book o File

Search my search

Prosedur Pemeriksaan Saraf KranialZen Akatsuki Ners pada Selasa, Februari 22, 2011 0 Komentar Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Categories : Prosedur Tindakan Saraf kranial adalah 12 pasang saraf pada manusia yang mencuat dari otak, berbeda dari saraf spinal yang mencuat dari sumsum tulang belakang. Saraf kranial merupakan bagian dari sistem saraf sadar. Dari 12 pasang saraf, 3 pasang memiliki jenis sensori (saraf I, II, VIII); 5 pasang jenis motorik (saraf III, IV, VI, XI, XII) dan 4 pasang jenis gabungan (saraf V, VII, IX, X). Pasangan saraf-saraf ini diberi nomor sesuai urutan dari depan hingga belakang, lazimnya menggunakan angka romawi Saraf-saraf ini terhubung utamanya dengan struktur yang ada di kepala dan leher manusia seperti mata, hidung, telinga, mulut dan lidah. Pasangan I dan II mencuat dari otak besar, sementara yang lainnya mencuat dari batang otak.

Berikuta adalah cara pemeriksaan setiap Saraf kranial dalam menentukan suatu diagnosa. 1. Test nervus I (Olfactory)

Fungsi penciuman Test pemeriksaan, klien tutup mata dan minta klien mencium benda yang baunya mudah dikenal seperti sabun, tembakau, kopi dan sebagainya. Bandingkan dengan hidung bagian kiri dan kanan.

2. Test nervus II ( Optikus)

Fungsi aktifitas visual dan lapang pandang Test aktifitas visual, tutup satu mata klien kemudian suruh baca dua baris di koran, ulangi untuk satunya. Test lapang pandang, klien tutup mata kiri, pemeriksa di kanan, klien memandang hidung pemeriksa yang memegang pena warna cerah, gerakkan perlahan obyek tersebut, informasikan agar klien langsung memberitahu klien melihat benda tersebut, ulangi mata kedua.

3. Test nervus III, IV, VI (Oculomotorius, Trochlear dan Abducens)

Fungsi koordinasi gerakan mata dan kontriksi pupil mata (N III). Test N III (respon pupil terhadap cahaya), menyorotkan senter kedalam tiap pupil mulai menyinari dari arah belakang dari sisi klien dan sinari satu mata (jangan keduanya), perhatikan kontriksi pupil kena sinar. Test N IV, kepala tegak lurus, letakkan obyek kurang lebih 60 cm sejajar mid line mata, gerakkan obyek kearah kanan. Observasi adanya deviasi bola mata, diplopia, nistagmus. Test N VI, minta klien untuk melihat kearah kiri dan kanan tanpa menengok.

4. Test nervus V (Trigeminus)

Fungsi sensasi, caranya : dengan mengusap pilihan kapas pada kelopak mata atas dan bawah.

Refleks kornea langsung maka gerakan mengedip ipsilateral. Refleks kornea consensual maka gerakan mengedip kontralateral. Usap pula dengan pilihan kapas pada maxilla dan mandibula dengan mata klien tertutup. Perhatikan apakah klien merasakan adanya sentuhan. Fungsi motorik, caranya : klien disuruh mengunyah, pemeriksa melakukan palpasi pada otot temporal dan masseter.

5. Test nervus VII (Facialis)

Fungsi sensasi, kaji sensasi rasa bagian anterior lidah, terhadap asam, manis, asin pahit. Klien tutup mata, usapkan larutan berasa dengan kapas/teteskan, klien tidak boleh menarik masuk lidahnya karena akan merangsang pula sisi yang sehat. Otonom, lakrimasi dan salivasi Fungsi motorik, kontrol ekspresi muka dengancara meminta klien untuk : tersenyum, mengerutkan dahi, menutup mata sementara pemeriksa berusaha membukanya

6. Test nervus VIII (Acustikus)

Fungsi sensoris : Cochlear (mengkaji pendengaran), tutup satu telinga klien, pemeriksa berbisik di satu telinga lain, atau menggesekkan jari bergantian kanan-kiri. Vestibulator (mengkaji keseimbangan), klien diminta berjalan lurus, apakah dapat melakukan atau tidak.

7. Test nervus IX (Glossopharingeal) dan nervus X (Vagus)

N IX, mempersarafi perasaan mengecap pada 1/3 posterior lidah, tapi bagian ini sulit di test demikian pula dengan M.Stylopharingeus. Bagian parasimpatik N IX mempersarafi M. Salivarius inferior. N X, mempersarafi organ viseral dan thoracal, pergerakan ovula, palatum lunak, sensasi pharynx, tonsil dan palatum lunak. Test : inspeksi gerakan ovula (saat klien menguapkan ah) apakah simetris dan tertarik keatas. Refleks menelan : dengan cara menekan posterior dinding pharynx dengan tong spatel, akan terlihat klien seperti menelan.

8. Test nervus XI (Accessorius)

Klien disuruh menoleh kesamping melawan tahanan. Apakah Sternocledomastodeus dapat terlihat ? apakah atropi ? kemudian palpasi kekuatannya. Minta klien mengangkat bahu dan pemeriksa berusaha menahan - test otot trapezius.

9. Test Nervus XII (Hypoglosus)

Mengkaji gerakan lidah saat bicara dan menelan Inspeksi posisi lidah (mormal, asimetris / deviasi) Keluarkan lidah klien (oleh sendiri) dan memasukkan dengan cepat dan minta untuk menggerakkan ke kiri dan ke kanan.

Sumber Referensi : - http://andiminhajuddin.wordpress.com/2010/09/12/saraf-kranial

Leave a ReplyBerkomentarlah dengan bijak, Semoga dapat memberi wawasan yang lebih bermanfaat! Posting Lebih Baru Posting Lama Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Dapatkan Update Artikel Terbaru di Facebook Anda

Recent Popular Label Tragis! Muka Bocah Ini Seperti Pakai Topeng Karena Luka Bakar 3 Hal yang Dapat Terjadi Jika Orang Tiba - Tiba "Mogok" Olahraga Tahukah Anda? Pria dan Wanita Hanya Butuh Waktu 12 Menit untuk Terangsang Apakah Miss V Basah Pengaruhi Gairah Bercinta Pria? Obat - Obatan yang Punya Efek Samping Paling Berbahaya Pasien Pertama yang Tumornya Diangkat Dengan Tangan Bionik Sudahkah Anda Tahu? Air yang Diminum Hari Ini akan Keluar dari Tubuh 10-50 Hari Lagi Pria Loyo Langsung "Tancap Gas" Saat Disemprot Hormon Oksitosin Edan! Ibu dan Anak Kompak Perbesar Payudara di Hari yang Sama 6 Tanda - Tanda Bahaya di Alat Vital yang Harus Diwaspadai Pria

Top 10

Tips dan Cara Nikmat Memasukkan Penis ke Vagina Kepribadian Pria Dari Posisi Bercinta Mata Lelaki VS Mata Perempuan Edan! Ibu dan Anak Kompak Perbesar Payudara di Hari yang Sama Jika Payudara Keseringan Memantul Saat Olahraga (Akibat) 6 Gambar Posisi Dasar Dalam Bercinta Apakah Miss V Basah Pengaruhi Gairah Bercinta Pria? Ekspresi Bercinta yang Membuat Pria Terangsang Hebat 12 Tipe Puting Payudara 6 Tanda - Tanda Bahaya di Alat Vital yang Harus Diwaspadai Pria

Kategori

Alat Kesehatan Biografi Cedera Olahraga Dokumentasi Download Area Endokrin Farmasi Gawat Darurat Hematologi Imunitas Info Perawat Kardiovaskuler KDM Kebidanan Komunitas Kulkel Lintas Peristiwa Manajemen Maternitas Motivasi Muskuloskeletal Neonatus - Anak Pencernaan Potret Kehidupan Prosedur Operasi Prosedur Tindakan Psikiatri - Napza Psikologi Referensi Penyakit Religius Respirasi Seksologi Syaraf Tes Diagnostik Tes Laboratorium THT - Mata Tips dan Info Kesehatan Trauma Urologi

Top Rekomendasi

6 Hal yang Harus Dilakukan Wanita Jika Tak Pernah Orgasme Dalam Bercinta 7 Penyebab Anda Sulit Konsentrasi (Fokus) 9 Gerakan Olahraga yang Sering Dilakukan Dengan Salah

Jenis Makanan yang Harus Dihindari Untuk Sarapan Mukjizat Berdzikir Bagi Otak Manusia Operasi Dengan Terapi Hipnotis Sebagai "Anastesi" (Full Pic) Perhatian! Antibiotik yang Tidak Boleh Diminum Saat Anda Berencana Hamil Risiko dan Efek Samping Operasi Kencangkan & Merapatkan Vagina Sarapan Putih Telur Bikin Tak Cepat Ngantuk

Perpustakaan

2012 (163) o 04/08 (28) Tragis! Muka Bocah Ini Seperti Pakai Topeng Karena... 3 Hal yang Dapat Terjadi Jika Orang Tiba - Tiba "M... Tahukah Anda? Pria dan Wanita Hanya Butuh Waktu 12... Apakah Miss V Basah Pengaruhi Gairah Bercinta Pria... Obat - Obatan yang Punya Efek Samping Paling Berba... Pasien Pertama yang Tumornya Diangkat Dengan Tanga... Sudahkah Anda Tahu? Air yang Diminum Hari Ini akan... Pria Loyo Langsung "Tancap Gas" Saat Disemprot Hor... Edan! Ibu dan Anak Kompak Perbesar Payudara di Har... 6 Tanda - Tanda Bahaya di Alat Vital yang Harus Di... Menyedihkan! Kepala Hilang Setengah Karena Narkoba... 10 Tipe Libido Wanita Part 2 10 Tipe Libido Wanita Part 1 Ternyata Lemak Perut Bisa Ditransfer Untuk Memperb... Plebitis (Pembengkakan Pembuluh Darah Vena) 8 Hal yang Harus Dipahami Sebelum Berhubungan Inti... Cara Sederhanan Agar Terbebas dari Penyakit Batu G... 6 Tanda dan Ciri Krim Pemutih yang Berbahaya Tahukah Anda? Kelebihan Garam Bisa Hipertensi, Kek... Ups! Tahukah Anda? Hipoglikemia Parah Disebabkan O... 7 Hal yang Ditakuti Pria Saat "Asyik" Bercinta 4 Jenis Sayuran yang Dapat Memperkecil Pori - Pori... Ambigu! Luka Vagina Akibat Bercinta Biasa dan Peme... Astaga! Anak Menderita Cacat Otak Karena Disusui P... Tahukah Anda? 80 Persen Wanita Kehilangan Gairah S... Wah! Ternyata Pria Lebih Berisiko Kanker Mulut Kar... Bahayanya Mencukur Rambut Ketiak Risiko dan Efek Samping Operasi Kencangkan Vagina ... o 04/01 (6) Agar Sehat, Tetaplah Bangun Pagi Meski Hari Libur Bagaimana Cara Agar Semburan Sperma Jauh Saat Orga... Mitos Orgasme Wanita yang Keliru Tapi Masih Diperc... 5 Hal Ini Melintas di Otak Wanita Saat Bercinta 4 Alasan Mengapa Orgasme Itu Nikmat Awas! Pasang Gigi Palsu di Tukang Gigi Seperti Mem... o 03/25 (36) Wanita Berpayudara Montok Harus Lebih Sering Panta...

o o o o o

Tragis! Meninggal 90 Menit Sebelum Menikah Karena ... Jangan Tertawakan Orang Ngorok, Karena Ia Meregang... Tips Tidur yang Baik Untuk Wanita Hamil Tahukah Anda? Besar atau Kecil, Payudara Tetap Har... Jenis Makanan yang Harus Dihindari Untuk Sarapan Manfaat Menikmati Rasa Lapar Gaya Bercinta "Cengkraman Samping" Menyulut Energi... 10 Alasan Para Wanita Nonton Film Porno Hindari Ngemil Sesaat Setelah Olahraga Tips Bercinta Nikmat Bagi Wanita Dengan Vagina Lon... Pasang Behel Buat Gaya-gayaan Itu Berbahaya! Mana Lebih Berbahaya Kebanyakan Minum atau Kurang ... 6 Reaksi Aneh yang Dialami Wanita Setelah Bercinta... 5 Posisi yang Bisa Buat Pria Lebih Tahan Lama Saat... Ciri-Ciri Sosis yang Berbahan Alami dan Aman Dikom... 03/18 (5) 03/11 (1) 01/15 (28) 01/08 (31) 01/01 (28)

2011 (1883) o 12/11 (5) o 12/04 (29) o 11/27 (56) o 11/20 (59) o 11/13 (23) o 11/06 (54) o 10/30 (36) o 10/23 (20) o 10/16 (34) o 10/09 (12) o 10/02 (65) o 09/25 (20) o 09/18 (60) o 09/11 (46) o 09/04 (62) o 08/28 (26) o 08/21 (32) o 08/14 (36) o 08/07 (30) o 07/31 (61) o 07/24 (65) o 07/17 (35) o 07/10 (12) o 07/03 (41) o 06/26 (25) o 06/19 (40) o 05/29 (49) o 05/22 (30)

o o o o o o o o o o o o

05/15 (45) 05/08 (40) 04/24 (34) 04/17 (21) 04/10 (48) 04/03 (53) 03/27 (42) 03/20 (38) 03/13 (49) 03/06 (52) 02/27 (58) 02/20 (42) 3 Gaya Seks Posisi Wanita di Atas (Video) Askep Anak Dengan Child Abuse 5 Titik Sensitif Wanita Wajib Eksplor Berhubungan Intim Wajib Saat Ramadhan Menahan Desahan Saat Bercinta Bisa Bikin Penyakit 9 Keuntungan Punya Payudara Kecil 6 Trik Membuat Wanita Having Fun Dengan Payudara Askep Jiwa Dengan Waham Askep Klien Dengan Central Serous Chorioretinopath... Tanpa Diberi Antiseptik, Luka Bisa Disembuhkan den... Cinta..?Bagaimana Psikologinya..? Askep Klien Dengan Pterygium Membangun Pribadi Caring Seorang Perawat Askep Klien Dengan Osteomalasia Askep Jiwa Dengan Gangguan Kognitif Prosedur Bilas Lambung (Gastric Lavage) Askep Klien Dengan Lithotripsi Apa yang Terjadi Saat Orgasme?? Prosedur Irigasi Telinga Lidocaine Dosis Rendah Diberikan Secara Intravena ... Informasi Menarik Tantang Cara Unik Olahraga Otak Misteri Angka yang Ada Dalam Tubuh Manusia 5 Gangguan Seks yang Paling Menyengsarakan Bakteri Salmonella Bisa Melawan Sel Kanker Membuat Mr. P Semakin Keras Prosedur Pemeriksaan Saraf Kranial Saraf Kranial 20 Rahasia Hidup Sehat dan Panjang Umur Askep Klien Dengan Kelebihan Volume Cairan Hematoma Subdural 7 Mitos Kesehatan yang Banyak Dipercaya Tapi Salah... Askep Klien Dengan Acne Vulgaris (Jerawat) Askep Klien Dengan Lepra 50 Fakta Tentang Pria Rahasia Keinginan Seks Wanita Kepuasan Seks Gaya Liar Perioperative Nurse Tonometer

o o o o o o o

Askep Klien Dengan Skin Graft Askep Anak Dengan Sindroma Hiperaktivitas Makan Coklat Lebih Sehat daripada Buah? Mengenal Bakteri Enterobacter Sakazakii 02/13 (51) 02/06 (56) 01/30 (63) 01/23 (49) 01/16 (40) 01/09 (23) 01/02 (16)

2010 (143) o 12/26 (19) o 12/19 (12) o 12/12 (70) o 11/28 (41) o 11/21 (1)

Follow Me

Kabar Akatsuki

Uniqpost.com Bullying, Dari Pembunuhan Karakter Hingga Penyesalan Mendalam

Nyata-Nyata Fakta Foto Keindahan Taman Cahaya di Museum Holburne

Anime Manga Naruto SD 03

Detik.com Orang Gemuk Lebih Sering Lakukan Hubungan Intim Berisiko

Inilah.com Deteksi Dini Sejak Dalam Kandungan

Perlihatkan Semua

Akatsuki Ners Blogshare 2011 DheTemplate.com & Main Blogger. Supported by Makeityourring Diamond Engagement Rings You can add link or short description here