makalah jadi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jujujuju

Citation preview

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit gizi salah di Indonesia yang terbanyak di Indonesia adalah gizi kurang yang mencakup susunan hidangan yang tidak seimbang maupun konsumsi keseluruhannya yang tidak mencukupi kebutuhan badan. Gejala subyektif yang terutama diderita adalah perasaan lapar. Sedangkan pada penyakit gizi lebih, susunan hidangan mungkin seimbang, tetapi kuantum yang dikonsumsi secara keseluruhan melebihi apa yang diperlukan tubuh (Sediaoetama, 2010).

Penyakit gizi dapat dituntaskan secara tuntas pada seseorang, tetapi sebagai penyakit gizi masayarakat Indonesia, masih belum dianggap telah ditanggulangi dan diberantas secara tuntas, jika tidak adanya kerajsama dari semua pihak (Sediaoetama, 2010).

Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan strata pertama bertanggung jawab untuk menanggulangi masalah kesehatan gizi masyarakatdi wilayah kerjanya, dengan memaksimalkan program kerjanya khususnya pada program kerja KIA, P2B, dan gizi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah yang dimaksud dengan indikator kesehatan?

2. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan gizi buruk?

3. Bagaimanakah akibat gizi buruk terhadap pasien?

4. Bagaimana upaya penanganan gizi buruk?

5. Apakah yang dengan puskesmas?

6. Apa saja Visi dan Misi puskesmas?

1.3 Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah, penulisan makalah ini memiliki tujuan untuk mengetahui dan memahami status gizi masyarakat, indikatornya, serta peran serta puskesmas dalam kesehatan masyarakat.

1.4 Hipotesa

Puskesmas sebagai saran pelayanan kesehatan masyarakat berperan penting untuk memperbaiki dan meningkatkan kesehatan dan status gizi masyarakat.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA2.1 Pengertian indikator kesehatan

Indikator kesehatan adalah variabel yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keadaan atau statistik dari hal normatif yang menjadi perhatian kita yang dapat membantu kita dalam membuat penilaian ringkas, komperhensif, dan berimbang terhadap kondisi-kondsi atau aspek-aspek penting dari suatu kesehatan masyarakat. Misalkan berat badan bayi berdasarkan umur adalah indikator bagi status gizi bayi tersebut (Sujudi, 2003).

2.1.1 Indikator sehat dan sakit

Sehat adalah suatu keadaan sempurna baik jasmani, rohani, maupun kesejahteraan seseorang. Sedangkan sakit dianggap sebagai suatu keadaan badan yang kurang menyenangakan, bahkan dirasakan sebagai siksaaan sehingga menyebabkan seseorang tidak dapat menjalankan aktifitas sehari-hari seperti halnya orang yang sehat (WHO, 1981 dalam Sunanti 2001).

2.1.2 Indikator sehat menurut WHOIndikator sehat menurut WHO (Arya, 2011) dibagi menjadi tiga yaitu:

1. Indikator komprehensif

Angka kematian kasar menurun

Rasio angka mortalitas (kematian) proporsional rendah

Umur harapan hidup meningkat

2. Indikator spesifik

Angka kematian ibu dan anak menurun

Angka kematian karena penyakit menular menurun

Angka kelahiran menurun

3. Berhubungan dengan pelayanan kesehatan

Rasio antara pelayanan kesehatan dan jumlah penduduk seimbang

Distribusi tenaga kesehatan merata

Informasi lengkap tentang fasilitas kesehatan

Informasi tentang sarana Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, Puskesmas, dan lain-lain

Indikator kesehatan merupakan tanggung jawab kita bersama, bukan hanya menjadi tugas pemerintah. Untuk itulah dicanangkan Indonesia sehat. Cita-cita tersebut menggambarkan keadaan bangsa kita dengan masyarakat yang berperilaku hidup sehat. Dalam lingkungan sehat dan dapat menikmati layanan kesehatan yang merata dan bermutu (Ahira, 2008).

2.2 Gizi buruk

Konsumsi gizi makanan pada seseorang dapat menentukan tercapainya tingkat kesehatan, atau sering disebut status gizi. Apabila tubuh berada dalam tingkat kesehatan gizi optimum, di mana jaringan jenuh oleh semua zat gizi, maka disebut status gizi optimum. Dalam kondisi demikian tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya tahan tubuh yang setinggi-tingginya. Apabila konsumsi gizi makanan pada seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh, maka akan terjadi kesalahan akibat gizi (malnutrition). Malnutrition ini mencakup kelebihan nutrisi/gizi disebut gizi lebih (overnutrition), dan kekurangan gizi atau gizi kurang (undernutrition). Banyak penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan akibat dari kelebihan atau kekurangan zat gizi. Salah satu penyakit akibat kekurang zat gizi adalah penyakit kurang kalori dan protein (KKP). Penyakit ini terjadi akibat ketidak seimbangan antara konsumsi kalori atau karbohidrat dan protein dengan kebutuhan energi, atau terjadinya defisiasi atau defisit energi dan protein. Pada umumnya penyakit ini terjadi pada anak balita, karena pada umur tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Apabila konsumsi makan tidak seimbang dengan kebutuhan kalori, maka akan terjadi defisiensi tersebut (kurang kalori dan protein). Penyakit ini terbagi dalam tingkat-tingkat, yakni :

a. KKP ringan, kalau berat badan anak mencapai antara 84%-95% dari berat badan menurut Standar Harvard.

b. KKP sedang, kalau berat badan anak hanya mencapai 44%-60% dari berat badan menurut Standar Havard.

c. KKP berat (gizi buruk), kalau berat badan anak kurang dari 60% dari berat badan menurut Standar Havard.

Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau nutrisinya di bawah standar rata-rata. Status gizi buruk dibagi menjadi tiga bagian, yakni gizi buruk karena kekurangan protein (kwashiorkor), karena kekurangan karbohidrat atau kalori (marasmus), dan kekurangan kedua-duanya. Gizi buruk ini biasanya terjadi pada anak balita. Gizi buruk adalah suatu kondisi dimana seseorang dinyatakan kekurangan zat gizi, atau dengan ungkapan lain status gizinya berada di bawah standar rata-rata (Nency, 2005).

Anak balita sehat atau kurang gizi dapat diketahui dari pertambahan berat badannya tiap bulan sampai usia minimal 2 tahun (baduta). Apabila pertambahan berat badan sesuai dengan pertambahan umur menurut suatu standar organisasi kesehatan dunia, dia bergizi baik. Kalau sedikit dibawah standar disebut bergizi kurang yang bersifat kronis. Apabila jauh dibawah standar dikatakan bergizi buruk. Jadi istilah gizi buruk adalah salah satu bentuk kekurangan gizi tingkat berat atau akut (Pardede, 2006).

Mereka yang tergolong rentan gizi buruk dalam masyarakat ialah (1) wanita hamil dan menyusui, karena kebutuhan akan zat gizi mereka meningkat, (2) bayi dan anak balita, karena mereka belum mampu mengkonsumsi atau mencerna makanan yang tersedia dan mereka cenderung cepat mengalami malnutrisi karena kebutuhan akan zat gizi yang juga tinggi, (3) keluarga atau orang yang kebutuhannya tak tercukupi oleh sistem distribusi makanan yang lazim, karena jumlah keluarga yang besar, atau lansia yang tinggal sendiri, atau janda (Lamabelawa, 2006).

2.2.1 Faktor penyebab gizi buruk

1. Penyebab langsung

Gizi buruk dapat terjadi karena asupan makanan yang di konsumsi sehari-hari kurang memenuhi nilai gizi pada tubuh. Selain itu dapat disebabkan karena penyakit infeksi yang sudah di derita pasien karena kurangnya pemasukan gizi pada tubuh (Supariasa, dkk., 2002).

2. Penyebab tidak langsung

a. Persediaan makanan di rumah

apabila persediaan makanan dirumah tidak mencukupi nilai gizi hal ini jika berlangsung lama maka persediaan/ cadangan jaringan akan digunakan untuk memenuhi ketidakcukupan itu.(Supariasa, dkk., 2002).

b. Perawatan anak

minimnya perhatian orang tua terhadap perawatan anaknya. Hal ini dapat terjadi karena orang tua yang terlalu sibuk terhadap pekerjaannya, atau rendahnya status ekonomi sehingga perawatannya kurang, misalnya: mempunyai anak yang terlalu banyak tetapi faktor ekonominya rendah (Supariasa, dkk., 2002).

c. Pelayanan Kesehatan

minimnya pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh staff puskesmas terhadap masyarakat. Misalnya staff puskesmas tidak melakukan penyuluhan (Supariasa, dkk., 2002).

d.kesehatan lingkungan

Masyarakat kurang mempedulikan kesehatan lingkungan (Supariasa, dkk., 2002).

2.2.2 Akibat gizi kurang pada proses tubuh

Akibat gizi kurang pada proses tubuh bergantung pada zat-zat gizi apa yang kurang. Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang dalam kualitas dan kuantitas) menyebabkan gangguan pada proses-proses:

1. Pertumbuhan

Anak-anak tidak tumbuh menurut potensialnya. Protein digunakan sebagai zat pembakar, sehingga otot-otot menjadi lembek dan rambut mudah rontok. Anak-anak yang berasal dari tingkat social ekonomi menengah ke atas rata-rata lebih tinggi daripada yang berasal dari keadaan social ekonomi rendah (Sunita, 2009).

2. Produksi Tenaga

Kekurangan energi berasal dari makanan, menyebabkan seorang kekurangan tenaga untuk bergerak, bekerja, dan melakukan aktifitas. Orang menjadi malas, merasa lemah, dan produktivitas kerja menurun (Sunita, 2009).

3. Pertahanan Tubuh

Daya tahan terhadap tekanan atau stress menurun. Sistem imunitas dan antibodi berkurang, sehingga orang mudah terserang infeksi seperti pilek, batuk, dan diare. Pada anak-anak hal ini dapat membawa kematian (Sunita, 2009).

4. Struktur dan fungsi otak

Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental, dengan demikian kemampuan berpikir. Otak mencapai bentuk maksimal pada usia dua tahun. Kekurangan gizi dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara permanen (Sunita, 2009).

5. Perilaku

Baik anak-anak maupun orang dewasa yang kurang gizi menunjukkan perilaku tidak tenang. Mereka mudah tersinggung, cengeng, apatis. Dari keterangan di atas tampak, bahwa gizi yang baik merupakan modal bagi pengembangan sumberdaya manusia (Sunita, 2009).

Selain itu status gizi buruk dapat dibagi menjadi 3, diantaranya adalah marasmus, kwasiorkor, dan marasmus-kwasiorkor:

a. Tanda tanda yang dapat dikenali dari penderita marasmus adalah:

1. Wajah seperti orang tua

2. Cengeng dan rewel

3. Sering pula ada penyakit- penyakit infeksi yang menyertai seperti : diare,TBC dan umumnya penyakit kronis berulang

4. Tampak sangat kurus ( tulang terbungkus kulit )

5. Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada

6. Perut cekung

b. Tanda tanda yang dapat dikenali dari penderita kwashiorkor diantaranya:

1. Rambut tipis, merah seperti warna jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit dan rontok

2. Odem terutama pada kedua betis kaki atau anasarka ( odem seluruh tubuh)

3. Kelainan kulit dermatosis

4. Bentuk wajah bulat dan raut muka sembab

5. Pandangan mata sayu

6. Pembesaran hati

7. Terdapat juga penyakit infeksi akut sama seperti marasmus

8. Anak / penderita bersikap apatis dan rewel

9. Otot mengecil atau terjadi hipotrofi

Gabungan tanda tanda yang dapat dikenali antara Marasmus kwashiorkor pada dasarnya adalah yang sudah disebutkan diatas namun ciri yang utama disini terlihat jelas secara klinis yakni dalam hal berat badan (Adzani, Hariza 2011).

2.2.3 Solusi penanganan kesehatan pada gizi buruk

Program Pelayanan Kesehatan pada gizi buruk sebagaimana pelayanan kesehatan masyarakat pada umumnya, pelayanan kesehatan masyarakat dilaksanakan dengan pendekatan menyeluruh (komprehensif) yaitu meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. A. Pelayanan PromotifPeningkatan kesehatan (promotif) pada pasien dimaksudkan agar keadaan fisik dan mental pasien senantiasa dalam kondisi baik. Pelayanan ini diberikan kepada pasien atau masyarakat yang sehat dengan tujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Kegiatannya antara lain meliputi:

1. Pendidikan dan penerangan tentang kesehatan 2. Pemeliharaan dan peningkatan kondisi lingkungan yang sehat3. Peningkatan status kesehatan (bebas penyakit) pada umumnya

4. Perbaikan status gizi5. Konsultasi psikologi

6. Olah raga dan rekreasiB. Pelayanan Preventif

Pelayanan ini diberikan guna mencegah terjadinya penyakit akibat, penyakit menular dilingkungan masyarakat dengan menciptakan kondisi atau tempat yang sehat, menjaga kondisi fisik maupun lingkungan yang memadai dan tidak menyebabkan sakit atau mebahayakan masyarakat atau keluarga serta menjaga pasien tetap sehat. Kegiatannya antara lain meliputi:

1. Pemeriksaan kesehatan yang terdiri atas:

a. Pemeriksaan awalb. Pemeriksaan berkala

c. Pemeriksaan khusus

2. Imunisasi3. Kesehatan lingkungan4. Perlindungan diri terhadap bahaya dari penyakit menular5. Penyerasian manusia dengan lingkungan6. Pengendalian bahaya lingkungan agar ada dalam kondisi amanC. Pelayanan KuratifPelayanan pengobatan terhadap pasien yang menderita sakit akibat lingkungan yang kurang sehat dengan pengobatan spesifik berkaitan dengan pengobatan umumnya serta upaya pengobatan untuk mencegah meluas penyakit menular dilingkungan masyarakat. Pelayanan ini diberikan kepada pasien yang sudah memperlihatkan gangguan kesehatan atau gejala dini dengan mengobati penyakitnya supaya cepat sembuh dan mencegah komplikasi atau penularan terhadap keluarganya ataupun teman. Kegiatannya antara lain meliputi:

1. Pengobatan terhadap penyakit umum2. Pengobatan terhadap penyakit dan kecelakaanD. Pelayanan RehabilitatifPelayanan ini diberikan kepada pasien karena penyakit parah atau kecelakaan parah yang telah mengakibatkan cacat, sehingga menyebabkan ketidakmampuan secara permanen, baik sebagian atau seluruh kemampuan yang biasanya mampu dilakukan sehari-hari. Kegiatannya antara lain meliputi:

1. Latihan dan pendidikan pasien untuk dapat menggunakan kemampuannya yang masih ada secara maksimal2. Penempatan kembali pasien yang cacat secara selektif sesuai kemampuannya3. Penyuluhan pada masyarakat dan pengusulan agar mau menerima pasien yang cacat2.2.4 Prosedur tindakan pengobatan dan perawatan terhadap anak balita gizi buruk sebelum dirujuk1) Pengobatan atau pencegahan hipoglikemia

2) Pengobatan dan pencegahan hipotermia

3) Pengobatan dan pencegahan dehidrasi

4) Pemulihan gangguan keseimbangan elektrolit

5) Pengobatan atau pencegahan infeksi

6) Pemberian makanan yang sesuai dengan kondisi anak balita

7) Pemberian multivitamin

8) Pemantauan masa tumbuh kejar

2.2.5 Prosedur tetap penatalaksanaan fase rehabilitasi di puskesmasA. Prosedur tetap penatalaksanaan fase rehabilitasi di puskesmas meliputi:

1) mengkaji berat badan

2) observasi keadaan kesehatan

3) memberikan makanan secara bertahap

4) menentukan kebutuhan energi dan protein pada anak

5) memberikan makanan porsi kecil dan sering

6) menganjurkan ASI sampai 2 tahun

7) menimbang berat badan anak setiap 2 minggu

8) penyuluhan pada orangtua

9) menganjurkan keluarga untuk memantau kesehatan secara teratur ke

posyandu

B. Perawatan Tindak Lanjut di Rumah Bagi Anak Gizi Buruk Setelah anak pulang

dari tempat perawatan, harus dilakukan :

1) pemberian makan yang baik,

2) stimulasi tumbuh kembang,

3) penyuluhan kepada orang tua untuk kunjungan ulang, pemberian makanan,

terapi bermain, serta imunisasi

4) pemberian vitamin A

5) pemantauan anak di rumah Perawatan fase tindak lanjut bagi anak gizi buruk

meliputi:a. Melanjutkan pola pemberian makan yang baik dan stimulasi dilanjutkan di rumah setelah pulang dari rumah sakit

b. Memberikan contoh kepada orang tua cara membuat menu dan makanan dengan kandungan energi dan zat gizi yang padat sesuai dengan umur dan berat badan anakc. Memberikan contoh pada orang tua cara terapi bermaind. Menyarankan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan porsi kecil tapi sering sesuai dengan umur anake. Menyarankan kepada orang tua untuk membawa control secara teratur yaitu :

- bulan I : 1 x setiap minggu- bulan II : 1x setiap 2 minggu- bulan III - IV : 1x setiap bulan

6) Memberikan imunisasi dasar dan ulangan (booster)

7) Memberikan vitamin A dosis tinggi setiap 6 bulan sekali

C. Cara Memberikan Stimulasi Sensorik Dan Dukungan Emosional Pada anak

Gizi Buruk.

1. Pada anak gizi buruk terjadi keterlambatan perkembangan mental dan

perilaku, oleh karena itu harus diberikan :

a. Kasih sayang

b. Lingkungan yang ceria

c. Terapi bermain selama 15-30 menit setiap hari, contohnya bermain

cilukba

d. Aktifitas fisik segera setelah sembuh

e. Keterlibatan ibu dalam memberi makan, memandikan, bermain dll2. Pemulangan Anak Gizi Buruk dari Ruang Rawat Inap

a. Kriteria pada anak

1) selera makan sudah bagus, makanan yang diberikan dapat dihabiskan

2) ada perbaikan kondisi mental

3) anak sudah dapat tersenyum, duduk, merangkak, berdiri atau berjalan

sesuai dengan umurnya

4) suhu tubuh antara 36,5 37,5

5) tidak ada muntah atau diare

6) tidak ada edema

7) terdapat kenaikan berat badan lebih dari atau sama dengan 5g/kg

BB/hari selama 3 hari berturut-turut atau kenaikan sekitar lebih dari

atau sama dengan 50g/kg BB/minggu selama 2 minggu berturut-turut

sudah berada di kondisi gizi kurang (BB/TB)33

b. Kriteria pada Ibu / pengasuh

1) sudah dapat membuat makanan yang diperlukan untuk tumbuh kejar

di rumah

2) ibu sudah mampu merawat serta memberikan makanan dengan benar

kepada anak

Kriteria pada Institusi Lapangan Bagi puskesmas atau Pos Pemulihan Gizi telah siap untuk menerima rujukan pasca perawatan.2.2.6 Pedoman Pemberian Makanan Balita Gizi Buruk Pemberian makanan bagi anak dengan gizi buruk

a. Apabila anak belum mencapai umur 2 tahun maka ASI tetap diberikan. Bila selama dirawat anak tidak diberi ASI, maka setelah kembali dari rawat inap anak harus tetap diberi ASI.

b. Balita gizi buruk setelah kembali dari rawat inap di Puskesmas / Rumah Sakit, perlu diikuti dengan pengamatan dan perhatian terus menerus terhadap kesehatan dan gizi, antara lain dengan pemberian makanan yang sesuai dengan kebutuhannya.

c. Pemberian makanan sedapat mungkin dibuat dari bahan makanan yang tersedia di rumah tangga, harga murah dan pembuatannya mudah. Disamping itu anak gizi buruk setelah kembali dari rawat inap harus tetap mendapat vitamin A di posyandu dua kali setahun dan sirup besi.

d. Anak yang menderita gizi buruk biasanya mempunyai masalah pada fungsi alat pencernaan, sehingga dalam pemberian makanannya memerlukan perhatian khusus. Sebagai patokan yang digunakan dalam pemberian makanan kepada anak gizi buruk adalah berat badan, bukan umur.

e. Karena sebagian alat pencernaan tubuh anak yang menderita gizi buruk belum berfungsi dengan baik, maka bentuk makanan sampai anak mencapai berat badan 7kg mengikuti bentuk makanan pendamping ASI (MP ASI), berupa makanan cair, lembik dan lunak

f. Petugas harus selalu memantau dan membina melalui konseling dengan cara kunjungan ke rumah tangga paling sedikit sekali dalam seminggu

g. Jika anak sudah diberi makan sesuai ketentuan, tetapi dalam satu bulan berat badan tidak naik, anak harus segera dirujuk ke puskesmas

h. Jika anak sudah mencapai berat badan 7 kg dan telah diberi makanan orang dewasa, akan tetapi berat badannya tidak naik,maka anak harus kembali diberi makanan formula seperti semula

i. Dalam mempersiapkan dan memberikan makanan formula, harus selalu dijaga kebersihannya, antara lain : mencuci tangan sebelum memasak, alat makan harus selalu dicuci terlebih dahulu, bahan makanan harus dimasak, harus selalu menggunakan air yang sudah dimasak

j. Bila menggunakan produk hasil industri, gunakan jenis produk makanan bayi untuk umur 4 bulan keatas, dan untuk anak dibawah 4 bulan bila ada indikasi medis anak diberi susu formula.

2.3 Puskesmas2.3.1 Pengertian Puskesmas Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.

1. Unit pelaksana teknis

Sebagai unit pelaksanaa teknis (UPTD) dinas kesehatan kabupaten/kota,berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional dinas kesehatan kabupaten/kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.

2. Pembangunan kesehatan

Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran,kemauan,dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

3. Pertanggun jawaban penyelenggaraan

Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di wilayah kabupaten/kota, sedangkan puskesmas bertanggungjawab hanya untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya.4. Wilayah kerja

Secara nasional,standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan. Tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas,maka bertanggungjawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggungjawab langsung kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.

2.3.2. Visi Puskesmas

Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat, bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama yakni (1) lingkungan sehat, (2) perilaku sehat, (3) cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu serta (4) derajat kesehatan penduduk kecamatan.

Rumusan visi untuk masing-masing puskesmas harus mengacu pada visi pembangunan kesehatan puskesmas diatas yakni terwujudnya Kecamatan Sehat, yang harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah kecaamatan setempat.

2.3.3 Misi Puskesmas

Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah :

1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan diwilayah kerjanya.

Puskesmas akan selalu menggerakan pembangunan sektor lain yang diselenggarakan diwilayah kerjanya, agar memperhatikanaspek kesehatan, yaitu pembangunan yang tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku masyarakat.

2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya.

3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan, dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.

4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, dan masyarakat dan lingkungannya.

2.3.4 Tujuan Puskesmas

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan nasional, yakni meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan bagi setiap orang bagi yang bertempat tinggal diwilayah kerja puskesmas, agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2010.

2.3.5 Fungsi PuskesmasAda 3 fungsi puskesmas, yaitu :1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan .Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan lintas sektor termasuk dunia usaha diwilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan masyarakat.Disamping itu puskesmas juga aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan diwilayah kerjanya.2. Pusat pemberdayaan masyarakat

Puskesmas selalu berupaya agar perorangan utama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan melayani dir sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan, termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan.Pemberdayaan perorangan, keluarga, dan masyarakat ini dieselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi khususnya sosial budaya setempat.3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama.

Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab puskesmas meliputi :a. Pelayanan kesehatan perorangan

pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan kesehatan dan pencegahan penyakit.Pelayanan orang tersebut adalah rawat jalan, dan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.b. Pelayanan kesehatan masyarakat

Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain adalah :promosi kesehatan, pembrantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan masyarakat, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program kesehatanmasyarakat lainnya.

2.3.6 Kedudukan

Kedudukan puskesmas dibedakan keterkaitannya dengan sistem kesehatan nasional, sistem kesehatan kabupaten/kota, dan sistem pemerintahan daerah :

1. Sistem kesehatan nasional

Kedudukan puskesmas dalam sistem kesehatan nasional adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggung jawab menyelenggarakan kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat diwilayah kerjanya.

2. Sistem kesehatan kabupaten/kota

Kedudukan kesehatan kabupaten/kota adalah sebagai unit pelaksana dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan kabupaten/kota diwilayah kerjanya.

3. Sistem pemerintahan daerah

Kedudukan puskesmas dalam kabupaten/kota adalah sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang meupakan unit struktural pemerintah daerah kabupaten atau kota bidang kesehatan ditingkat kecamatan.

4. Antar sarana pelayanan kesehatan strata

Di wilayah kerja puskesmas terdapat berbagai organisasi kese kesehathatan strata pertama yang dikelola oleh lembaga masyarakat dan swasta seperti praktek dokter, praktek dokter gigi, praktek bidan, poli klinik, dan lain itu juga di wilayah kerja puskesmas juga terdapat berbagai bentuk upaya kesehatan yang berbasis dan bersumberdaya masyarakat seperti posyandu,polindes,POD(pos obat desa) dan pos UKK(upaya kesehatan kerja).Kedudukan puskesmas di antara berbagai sarana pelayanan kesehatan berbasis dan bersumberdaya masyarakat adalah sebagai pembina.

2.3.7 Upaya Dan Asas PenyelenggaraanUpaya kesehatan tersebut dikelompokan menjadi dua yakni :

1. Upaya kesehatan wajib

Upaya kesehatan wajib adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan gelobal serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas, yang ada diwilayah indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah :

a. Upaya promosi kesehatan

b. Upaya kesehatan lingkungan

c. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana

d. Upaya perbaikan gizi masyarakat

e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular

f. Upaya pengobatan.

Berikut ini merupakan program rencana kerja PHBS oleh Puskesmas :

Upaya Kesehatan WajibKegiatanIndikator

Promosi KesehatanPromosi hidup bersih dan sehatTatanan sehat

Perbaikan perilaku sehat

Kesehatan LingkunganPenyehatan permukimanCakupan air bersih

Cakupan jamban keluarga

Cakupan SPAL

Cakupan rumah sehat

Kesehatan Ibu Anak ( KIA )ANC,

Pertolangan persalinan

MTBS,

Imunisasi

KB Cakupan K1, K4.

Cakupan linakes

Cakupan MTBS

Cakupan imunisasi

Cakupan PUS

Pemberantasan Penyakit Menular ( P2M )Diare

ISPA

Malaria

TuberkulosisCakupan kasus diare

Cakupan kasus ISPA

Cakupan pneumonia balita

Cakupan kasus malariaCakupan kasus penemuan kasus

Angka penyembuhan

GiziDistribusi vit. A/Fe/cap yod

PSG

Promosi giziCakupanVit A/Fe/cap yod

% gizi kurang atau buruk, SKDN

% Kadarzi

PengobatanMedik dasar

UGD

Laboratorium sederhanaCakupan pelayanan

Jumlah kasus yang ditangani

Jumlah pemeriksaan

Kualitas Pelayanan KesehatanJaga mutu

Provider

Konsumen Tingkat kepatuhan

Kepuasan pasien

2. Upaya kesehatan pengembangan

upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan masyarakat sertang yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang ada yakni :

a. Upaya kesehatan sekolah

b. Upaya kesehatan olahraga

c. Upaya perawatan kesehatan masyarakat

d. Upaya kesehatan kerja

e. Upaya kesehatan gigi dan mulut

f. Upaya kesehatan jiwa

g. Upaya kesehatan mata

h. Upaya kesehatan usia lanjut

i. Upaya pembinaan pengobatan tradisional

Upaya laboratium medis dan laboratorium kesehatan masyarakat serta upaya pencatatan pelaporan tidak termasuk pilihan, karena ketiga upaya ini merupakan pelayanan penunjang dari setiap upaya wajib dan upaya pengembangan puskesmas.

Perawatan kesehatan masyarakat merupakan pelayanaan penunjang baik upaya kesehatan wajib maupun kesehatan pengembangan. Apabila perawatan kesehatan masyarakat menjadi permasalahan spesifik di daerah tersebut, maka dapat dijadikan sebagai salah satu upaya kesehatan pengembangan.

Upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula bersifat upaya inovasi, yakni upaya lain diluar upaya puskesmas tersebut diatas yang sesuai dengan kebutuhan. Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovasi ini adalah dalam rangka mempercepat tercapainya visi puskesmas.

Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh puskesmas bersama dinas kesehtan kabupaten atau kota dengan mempertimbangkan masukan dari konses/ BBKN/ BPP. Upaya kesehatan pmgembangan dilakukan apabila upaya kesehtan wajib puskesmas telah terlaksana secra optimal dalam arti target cakupan serta peningkatan mutu pelayanan telah tercapai. Penetapan upaya kesehatan pengembangan pilihan puskesmas ini dilakukan oleh dinas kabupaten atau kota. Dalam keadaan tertentu upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula ditetapkan sebagai penugasan oleh dinas kabupaten atau kota.

Apabila puskesmas belum mampu menyelenggarakan upaya kesehatan pengembangan padahal sudah menjadi kebutuhan masyarakat, maka dinas kabupaten atau kota bertanggung jawab dan wajib menyelenggarakannya. Untuk itu dinas kabupaten/kota perlu dilengkapi dengan berbagai unit fungsionmal lainnya.

Dalam keadaan tertentu, masyarakat membutuhkan pula pelayanan raawat inap. Untuk ini di puskesmas dapat dikembangkan pelayanan rawat inap tersebut, yang dalam pelaksanaannya harus memperhatikan berbagai persyaratan tenaga, sarana dan prasarana sesuai dengan standar yang ditetapkan.

Lebih lanjut, di beberapa daerah tertentu telah muncul pula kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan medik spesialistik. Dalam keadaan ini, medik spesialistik tersebut, baik dalam bentuk rawat jalan aupun rawat inap. Keberadaan pelayanan medik spesialistik dipueskesmas hanya dalam rangka mendekatkan pelayanan rujukan kepada masyarakat yang membutuhkan. Status dokter dan atau tenaga spesialis bekerja dipuskesmas dapat sebagai tenaga konsulen atau tenaga tetap fungsional puskesmaas yang diatur oleh dinas kesehatan kabupaten/kota setempat.

Perlu diingat meskipun puskesmas menyelenggarakan pelayanan spesialistik dan memiliki tenaga spesialis, kedudukan dan fungsi puskesmas tetap sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat diwilayah kerjanya.

BAB III

KONSEP MAPPING

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Status Gizi.

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara gizi buruk, kurang, baik dan lebih. (sunita, 2009).

Pada saat ini, Indonesia mengahadapi masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih. Masalah gizi kurang pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan (sanitasi), kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan, dan adanya daerah miskin gizi(iodium). Sebaliknya masalah gizi lebih disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi, menu seimbang, dan kesehatan. (Sunita, 2009)Gangguan gizi pada umumnya secara kuantitas tidak pernah berkurang. Penyebab timbulnya gizi kurang pada anak balita dapat dilihat dari beberapa faktor penyebab di antaranya penyebab langsung, penyebab tidak langsung, akar masalahnya dan pokok masalah. Faktor penyebab langsung yaitu makanan dan penyakit infeksi yang mungkin di derita anak. Penyebab tidak langsung di antaranya adalah ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, pelayanan kesehatan, serta kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan adalah sarana dan prasarana pelayanan kesehatan dasar yang dapat di jangkau oleh keluarga, serta tersedianya air bersih. Gizi buruk merupakan permasalahan yang disebabkan oleh penyebab langsung yaitu intake zat gizi dari makanan yang kurang dan adanya penyakit infeksi. Penyebab langsung dipengaruhi oleh tiga factor yaitu ketersediaan pangan keluarga yang rendah, prilaku kesehatan termasuk pola asuh ibu dan anak yang tidak benar, serta pelayanan kesehatan rendah dan lingkungan yang tidak sehat. (Soekirman, 2000)

4.2 Penanggulangan Gizi Buruk.

Penanggulangan masalah gizi buruk perlu dilakukan secara terpadu antara departemen dan kelompok profesi, melalui upaya-upaya peningkatan pengadaan pangan, penganekaragaman produksi dan konsumsi pangan, peningkatan status sosial ekonomi, pendidikan dan kesehatan masyarakat serta penigkatan tekhnologi hasil pertanian dan tekhnolgi pangan. Semua upaya ini bertujuan untuk memperoleh perbaikan pola konsumsi pangan masyarakat yang beraneka ragam dan seimbang dalam mutu gizi. (almatsier, 2004)

Upaya penanggulangan gizi buruk dilakukan secara terpadu antara lain:

1. Upaya pemenuhan kesediaan pangan nasional terutama melalui penigkatan produksi beraneka ragam pangan.

2. Peningkatan usaha perbaikan gizi keluarga(UPGK) untuk meningkatkan ketahanan pangan tingkat keluarga.

3. Penigkatan upaya pelayanan gizi terpadu dan sistem rujukan dimulai dari tingkat posyandu, hingga puskesmas dan rumah sakit.

4. Peningkatan upaya keamanan pangan dan gizi melalui sistem kewaspadaan pangan dan GIZI(SKPG)

5. Peningkatan kumonikasi, informasi, dan edukasi dibidang pangan dan gizi masyarakat.

6. Penigkatan tekhnologi pangan untuk mengembangkan berbagai produk pengan yang bermutu dan terjangkau.

7. Interfensi langsung kepada sasaran melalui pemberian makanan tmbahan (PMT), distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi, tablet dan sirop zat besi serta kapsul minyak beriodium.

8. Peningkatan kesehatan lingkungan.

9. Upaya fortifikasi bahan pangan dengan vitamin A, iodium dan zat besi.

10. Upaya pengawasan makanan dan minuman

11. Upaya penelitian dan pengembangan pangan dan gizi (Almatsier, 2004)

Melalui instruksi Presiden NO 8 tahun 1999 telah dicanangkan Gerakan Nasional Penanggulangan Masalah Pangan dan Gizi, yang di arahkan pada:

1. Pemberdayaan keluargan untuk meningkatkan ketahan pangan tingkat rumah tangga

2. Pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan cakupan, kualitas pencegahan dan penanggulangan masalah pengan dan gizi di masyarakat.

3. Pemantapan kerja sama lintas sektor dalam pemantauan dan penangulangan masalah gizi melalui SKPG.

4. Peningkatan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan (Almatsier. 2004)

4.3 PuskemasPuskesmas adalah unit pelaksana tehnis (UPT) dari Dinas Kesehatan Kab/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau sebagian wilayah kecamatan ( Kepmenkes, 2004 )

Tujuan puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran,

kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas ( Kepmenkes, 2004 )

Pelayanan kesehatan strata pertama yang menjadi tanggung jawab puskesmas adalah :( Trihono,2009 )

1. Pelayanan kesehatan perorangan

Pelayanan kesehatan yangbersifat pribadi (Private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan kesehatan ini adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertenu ditambah dengan rawat inap.

2. Pelayanan kesehatan masyarakat

Pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit, tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan ini berkaitan dengan lima upaya kesehatan wajib yaitu:

a. Promosi kesehatan

b. Kesehatan lingkungan

c. Kesehatan ibu dan anak (KB, KIA dll)

d. Perbaikan gizi

e. Pemberantasan penyakit menular (P2M)

Disamping itu bagi puskesmas yang mampu pelayanana kesehatan dapat pula menambah upaya kesehatan pengembangan antara lain:

a. Upaya kesehatan sekolah

b. Upaya keseahatan olahraga

c. Upaya perawatan kesehatan masyarakat

d. Upaya kesehatan kerja

e. Upaya kesehatan gigi dan mulut

f. Kesehatan jiwa

g. Upaya kesehatan usia lanjut

h. Upaya kesehatan mata

i. Upaya pembinaan pengobatan tradisonal

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Puskesmas adalah suatu layanan kesehatan lini depan yang sangat berperan besar dalam mempengaruhi tingkat pengetahuan masyarakat tentang kesehatan dalam hal ini khususnya masalah gizi buruk secara langsung.

5.2 Saran

Penanggulangan gizi buruk hendaknya tidak hanya dapat diselesaikan dengan hanya mengandalkan petugas puskesmas saja karena tidak jarang ditemukan bahwa gizi buruk terjadi hanya karena kurang perhatian dan pedulinya orang tua terhadap tumbung kembang anak. Kata-kata yang lembut dan sentuhan penuh kasih sayang dapat meningkatkan hormon pertumbuhan dan daya tahan tubuh,tentunya hal ini juga sangat mempengaruhi status gizi seorang anak.

1

3

Puskesmas

Penanggulangan

Gizi Buruk

Status Gizi

Stustatus gizi

P2M

KIA

GIZI

Gizi Baik

22

23

27