Makalah Lumayan Jadi

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangInstrument penelitian adalah salah satu yang penting dalam sebuah penelitian dalam fungsinya untuk mencapai tujuan dari penelitian. Baik atau tidaknya hasil dari suatu penelitian terpengaruhi dari instrument yang digunakan. Instrumen berfungsi mengungkapkan fakta menjadi data, sehingga jika instrumen yang digunakan mempunyai kualitas yang memadai dalam arti valid dan reliabel maka data yang diperoleh akan sesuai dengan fakta atau keadaan sesungguhnya di lapangan. Jika instrumen yang digunakan tidak baik, dilihat dari validitas dan reabilitasnya maka data yang diperoleh dalam penelitian akan tidak sesuai dengan fakta yang terjadi di lapangan yang berdampak pada hasil dan kesimpulan dari penelitian yang keliru. Maka dari itu peran instrument sangatlah penting dalam suatu penelitian, penyusunan makalah ini dimaksudkan agar menambah pengetahuan yang lebih mendalam tentang instrument baik oleh penyusun maupun pembaca.

1.2 Rumusan MasalahSebagaimana latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:1. Apakah pengertian instrumen penelitian?2. Apasajakah macam instrument penelitian?3. bagaimanakah persyaratan instrument yang baik dan kiat pengembangannya dalam penelitian?

1.3 Tujuan PenulisanPenulisan makalah ini agar penyusun maupun pembaca makalah ini dapat memahami beberapa hal sebagai berikut:1. Mengetahui pengertian dari instrument penelitian2. Mengetahui macam dari instrumen penelitian3. mengetahui tentang persyaratan instrumen yang baik dan kiat pengembangannya dalam penelitian

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Pengertian Instrumen PenelitianInstrument penelitian adalah salah satu yang penting dalam sebuah penelitian dalam fungsinya untuk mencapai tujuan dari penelitian. Baik atau tidaknya hasil dari suatu penelitian terpengaruhi dari instrument yang digunakan. Definisi dari instrument itu sendiri disebutkan oleh Sugiyono dalam bukunya Jadi instrument Penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun social yang diamati. (Sugiyono, 2013: 148). Karena instrument adalah alat guna mendapatkan hasil penelitian, maka agar penelitian tersebut memiliki hasil yang tepat maka pemilihan instrumenya juga harus tepat serta syarat instrument yang baik juga harus terpenuhi.Instrument yang akan digunakan ketika akan melakukan penelitian perlu dibedakan antara yang menggunakan pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif yang menjadi instrumennya dapat berupa test, pedoman wawancara, pedoman observasi, dan kuisioner.. sedangkan pendekatan kualitatif yang dilakukan pada latar yang alami, lebih menitik beratkan pada proses. Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen adalah peneliti itu sendiri. Karena manusia memiliki kemampuan menggapai dan menilai makna dari suatu peristiwa atau berbagai interaksi sosial. Beberapa hal yang melatari manusia sebagai instrumen yang baik, yaitu: 1.Responsif, 2. adaptif, 3. holistik, 4. memahami konteks yang tak terkatakan, 5. mampu memproses data secara langsung, 5. mampu memproses data secara langsung, 6. mampu mengklasifikasi dan meringkas data dengan segera, dan 7. mampu mengeksplorasi respon yang khusus dan istimewa. (Moehnilabib, 2003: 71)Jadi instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk pengumpulan data. Instrumen penelitian sangat erat kaitannya dengan teknik pengumpulan data. Setiap teknik pengumpulan data akan memiliki bentuk instrumen yang berbeda pula. Tidak semua instrumen cocok digunakan dalam semua jenis penelitian. Instrumen yang dapat digunakan sangat tergantung pada jenis data yang diperlukan sesuai dengan masalah penelitian. Oleh karena itu, sebelum kita menetapkan instrumen penelitian, maka terlebih dahulu kita perlu memahami jenis data yang akan kita kumpulkan dalam penelitian.

2.2 Macam Instrumen Penelitian1. Instrumen penelitian kuantitatifMenurut suhadi ibnu,dkk (2003:72) secara garis besar instrumen penelitian sosial dan pendidikan yang menggunakan pendekatan kuantitatif dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu : kuesioner, tes dan pedoman observasi. Namun jika dikaji lebih jauh, sebagainmana yang akan ditunjukkan pada bahasan mengenai tes, akan lebih tepat kalau instrumen penelitian dipilahkan menjadi empat bagian, yakni : kuesioner, tes, inventori, dan pedoman observasi.1. Tes instrumenIstilah tes digunakan untuk menunjukkan semua jenis instrumen yang dirancang untuk mengukur kemampuan seseorang dalam bidang tertentu, seperti bakat matematika, bakat musik, dan kemampuan bahasa.2. InventoriInventori dapat diartikan sebagai instrumen yang dipakai untuk mengetahui karateristik (psikologis) tertentu dari individu. Instrumen penelitian yang berupa skala sikap adalah salah satu contoh instrumen yang tergolong dalam katagori inventori.3. kuesionerkuesioner dikenekan kepada instrumen yang digunakan untuk menjaring data yang sifatnya informatif-faktual (fakta konkrit). Misalnya, data tentang umur, tingkat pendidikan, jenis penataran yang pernah diikuti, dan yang sejenisnya.4. pedoman pengamatanpedoman pengamatan adalah instrumen yang dipakai sebagai alat bantu dalam melakukan observasi terfokus. Daftar cek (cheek list) adalah contoh instrumen yang termasuk dalam klasifikasi pedoman observasi.

Menurut Arikunto (2002:127) tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok.1. Macam-macam Instrumen tes:a. Tes kepribadian yaitu tes yang digunakan untuk mengungkap kepribadian seseorang. Yang diukur bisa self-concept, kreativitas, disiplin, kemampuan khusus,dll.b. Tes bakat yaitu tes yang digunakan untuk mengukur atau mengetahui bakat seseorang.c. Tes intelegensi yaitu tes yang digunakan untuk mengadakan estimasi atau perkiraan terhadap tingkat intelektual seseorang dengan cara memberikan berbagai tugas kepada orang yang akan diukur intelegensinya.d. Tes sikap yaitu alat yang digunakan untuk mengadakan pengukuran terhadap berbagai sikap seseorang.e. Tes minat yaitu alat untuk menggali minat seseorang terhadap sesuatu.f. Tes prestasi yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu.

2. Angket atau kuesioner.Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.Keuntungan kuesioner :a) Tidak memerlukan hadirnya peneliti.b) Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden.c) Dapat dijawab oleh responden menurut waktu senggang responden.Kelemahan kuesioner :a) Seringkali sukar dicari validitasnyab) Walaupun dibuat anonim, kadang-kadang responden dengan sengaja memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur.c) Waktu pengembaliannya tidak bersama-sama, bahka kadang-kadang ada yang terlalu lama sehingga terlambat.

3. Observasi.Di dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi, mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap. Apa yang di katakan ini sebenarnya adalah pengamatan langsung. Di dalam artian penelitian observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, rekaman gambar, rekaman suara.

Observasi dapat di bagi menjadi 2 jenis yaitu:a) Observasi non-sistematis yang dilakukan oleh pengamat dengan tiak menggunakan instrumen pengamatan.b) Observasi sistematis yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan.Sedangkan observasi dilakukan dengan 2 cara yaitu:a) Sign system digunakan sebagai instrumen pengamatan situasi pengajaran sebagai sebuah potret sesuai pengajaran. Instrumen tersebut berisi sederetan sub-variabel. Misalnya guru menerangkan, guru menulis di papan tulis, guru bertanya kepada kelompok, guru bertanya kepada seorang anak, guru menjawab, murid berteriak,dsb. Setelah pengamatan dalam satu periode tertentu misalnya 5 menit, semua kejadian yang telah muncul di cek. Kejadian yang muncul lebih arti satu kali dalam satu periode pengamatan, hanya di cek satu kali. Dengan demikian akan diperoeh gambar tentang apa kejadian yang muncul dalam situasi pengajaran.b) Category system adalah sistem pengamatan yang membatasi pada sejumlah variabel misalnya pengamatan ingin mengetahui keaktivan atau partisipasi murid dalam proes belajar-mengajar. Dalam hal ini pengamat hanya memperhatikan kejadian-kejadian yang masuk ke dalam kategori keaktifan atau partisipasi murid misalnya : murid bertanya, murid berdebat dengan guru, murid membahas pertanyaan, dsb.Dalam penelitian pendidikan, pengambilan data dengan menggunakan metode observasi dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:a) Observasi terbuka, yaitu pada posisi ini kehadiran peneliti dalam menjalankan tugasnya di tengah-tengah kegiatan responden diketahui secara terbuka, sehingga antara responden dengan peneliti terjadi interaksi secara langsung.b) Observasi tertutup, yaitu pada kondisi ini kehadiran peneliti dalam menjalankan misinya, yaitu mengambil data dari responden, tidak diketahui responden yang bersangkutan.c) Observasi tidak langsung, yaitu pada kondisi inipeneliti dapat melakukan pengambilan data dari responden walaupun mereka tidak hadir secara langsung di tengah-tengah responden.

2. Instrumen penelitian kualitatifDalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri sehingga peneliti harus divalidasi. Validasi terhadap peneliti, meliputi; pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian -baik secara akademik maupun logiknya- (Sugiono,2013:305).Peneliti kualitatif sebagaihuman instrumenberfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiono,2013:306).Peneliti sebagai instrumen atau alat penelitian karena mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:1.Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian,2.Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus,3.Tiap situasi merupakan keseluruhanartinyatidak ada suatu instrumen berupa test atau angket yng dapat menangkap keseluruhan situasi kecuali manusia,4.Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia tidak dapat dipahami dengan pengetahuan sematadan untuk memahaminya, kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita,5.Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika,6.Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau perlakuan (Sugiono 2013: 307).

2.3 Persyaratan Instrumen yang Baik dan Kiat dalam Pengembangan PenelitianInstrumen yang baik disebutkan dalam buku Metodologi Penelitian Pendidikan yang ditulis oleh Sugiyono kualitas instrument penelitian berkenaan dengan validitas dan reabilitas instrument (Sugiyono, 2013: 305)

Selain validitas dan reabilitas kualitas instrument penelitian juga dipengaruhi oleh cara-cara yang digunakan dalam pengumpulan data. Oleh karena itu instrument yang telah teruji validitas dan reabilitasnya belum tentu menghasilkan data yang valid dan reliable jika instrument tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan data. Dalam penelitian kuantitatif yang menjadi instrumennya dapat berupa.Hasil penelitian yang valid dan realibel berbeda maksudnya dengan instrumen yang valid dan realibel. Hasil penelitian yang valid terjadi apabila data yang terkumpul mempunyai kesamaan dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Sedangkan hasil penelitian yang realibel adalah data-data yang diteliti mempunyai kesamaan dalam waktu yang berbeda-beda. Jadi perbedaan antara valid dengan realibel dalam maksud hasil penelitian disini adalah jika hasil data sama dengan obyek berarti itu dinamakan valid dan jika hasil data dalam waktu yang berbeda hasilnya sama berarti itu realibel.Untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan realibel dibutuhkan instrumen penelitian yang valid dan realibel pula. Kembali pada pengertiannya, instrumen merupakan alat ukur untuk meneliti. Tapi tidak semua hasil data menjadi valid dan realibel jika menggunakan instrumen yang telah teruji validitas dan realibilitasnya. Tergantung dari keadaan obyek yang diteliti dan juga bagaimana si peneliti menggunakan instrumen itu sendiri. Maka dari itu peneliti harus memahami benar obyek yang akan diteliti dan harus benar-benar mempunyai keahlian dalam menggunakan instrumen yang dipilihnya.Instrumen valid, dalam pengertiannya disini adalah instrumen tersebut digunakan untuk mengukur yang seharusnya diukur. Contohnya adalah timbangan, timbangan digunakan untuk mengukur berat. Timbangan tersebut tidak akan valid jika digunakan untuk mengukur panjang. Sedangkan instrumen yang realibel adalah instrumen yang apabila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang sama.

Validitas dan Reliabilitas Penelitian KuantitatifAda tiga kriteria pokok yang harus dipenuhi oleh suatu instrument penelitian agar dapat dinyatakan memiliki kualitas yang baik. Kriteria tersebut adalah: (1) validitas, (2) reliabilitas, (3) praktikabilitas (Gronlund & Linn, 1997:47). Dua kriteria yang disebutkan pertama perlu mendapatkan perhatian yang seksama dalam pengembangan instrument penelitian. Seperti yang dinyatakan oleh Kerlinger (1973:442), Apabila seorang peneliti tidak mengetahui validitas dan reliabilitas instrument yang digunakannya, maka sedikit keyakinan yang dapat diberikannya kepada data yang diperoleh dan kesimpulan yang diambil dari data tersebut.

1. ValiditasSuatu instrument dikatakan telah memiliki validitas (kesahihan/ketepatan) yang baik jika instrument tersebut benar benar mengukur apa yang seharusnya hendak diukur. (Nunnally, 1978:86).Ketepatan beberapa alat ukur relative mudah ditetapkan, seperti penggaris untuk mengukur panjang dan timbangan untuk mengukur berat. Validitas instrument lebih tepat diartikan sebagai derajat kedekatan hasil pengukuran dengan keadaan yang sebenarnya (kebenaran), bukan masalah sama sekali benar atau seluruhnya salah.Validitas mengacu pada ketepatan interpretasi yang dibuat dari data yang dihasilkan oleh suatu instrument dalam hubungannya dengan suatu tujuan tertentu. Sebagai contoh, sebuah tes yang dipakai untuk keperluan seleksi mahasiswa baru mungkin valid untuk tujuan tersebut, namun kurang atau tidak valid untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran di SMTA.Berkenaan dengan hal tersebut, validitas instrument dibedakan menjadi tiga bagian besar yang dikenal dengan nama validitas isi, validitas kriteria, dan validitas konstruk(Gronlund& linn, 1990; Anastasi, 1988; Kerlinger, 1973)a. Pengujian Validitas isiValiditas isi yang sering juga disebut dengan validitas kurikuler, validitas intrinsik atau validitas kerevrentatipan, diartikan sebagai derajat keterwakilan aspek kemampuan yang hendak diukur di dalam butir butir instrument. Untuk mengetahui validitas isi suatu instrument ialah dengan jalan membandingkan butir butir instrument dengan spesifikasi (kisi kisi) instrument yang merupakan deskripsi dari aspek yang hendak diukur.

Secara teknis, pengujian validitas isi dan konstruksi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen atau matrik pengembangan instrumen.Untuk menguji validitas butir-butir instrumen lebih lanjut, maka setelah dikonsultasikan dengan ahli, maka selanjutnya diujicobakan dan dianalisis dengan analisis item atau uji pembeda. Analisis item dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor butir instrumen dengan skor total dan uji pembeda dilakukan dengan menguji signifikansi perbedaan antara 27% skor kelompok atas dan 27% skor kelompok bawah. b. Pengujian Validias EksternalValiditas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan. (Sugiono, 2013:129)Instrumen penelitian yang mempunyai validitas eksternal yang tinggi akan mengakibatkan hasil penelitian mempunyai validitas eksternal yang tinggi pula. Untuk meningkatkan validitas eksternal penelitian selain dengan meningkatkan validitas eksternal instrumen, maka dapat dilakukan dengan memperbesar jumlah sampel.c. Pengujian Validitas KonstrukMerupakan hal yang paling sulit untuk diketahui, karena hal ini menunjuk pada seberapa jauh suatu instrument mampu mengukur secara akurat hal hal yang berdimensi psikologis. Untuk keperluan ini biasanya digunakan analisis faktor, suatu jenis teknik analisis statistik yang tergolong dalam statistik lanjut.Untuk menguji validitas konstruksi digunakan pendapat para ahli (judgment experts) setelah sebelumnya instrumen tersebut dikonstruksi aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu. Jumlah tenaga ahli yang digunakan minimal tiga orang dan umumnya mereka telah bergelar doktor sesuai dengan lingkup yang diteliti.Langkah selanjutnya yaitu melakukan uji coba instrumen kepada sampel dari mana populasi diambil.Jumlah anggota sampel yang digunakan sekitar 30 orang.Setelah data ditabulasikan, maka pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen dalam satu faktor, dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total.Berikut ini adalah contoh menguji validitas konstruksi dengan analisis faktor.Misalnya akan dilakukan pengujian validitas konstruksi melalui analisis faktor terhadap instrumen untuk mengukur prestasi kerja pegawai. Jadi dalam hal ini variabel penelitiannya adalah prestasi kerja. Berdasarkan teori dan konsultasi ahli, indikator pretasi kerja pegawai meliputi dua faktor yaitu: kualitas hasil kerja dan kecepatan kerja. Selanjutnya indikator (faktor) kecepatan kerja dikembangkan menjadi tiga pertanyaan, dan kualitas hasil kerja dikembangkan menjadi 4 butir pertanyaan.Instrumen yang terdiri dari 7 butir pertanyaan tersebut, selanjutnya diberikan kepada 5 orang pegawai sebagai responden untuk menjawabnya.Jawaban responden ditunjukkan pada tabel 2.Arti angka: 4 berarti sangat tinggi, 3 tinggi, 2 rendah, 1 sangat rendah prestasinya. Analisis faktor dilakukan dengancara mengkorelasikan jumlah skor faktor dengan skor total. Bila korelasi tiap faktor tersebut positif dan besarnya 0,3 ke atas maka faktor tersebut merupakan construct yang kuat. Jadi berdasarkan analisis faktor itu dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut memiliki validitas konstruksi yang baik.

Tabel 2Data Prestasi Kerja PegawaiNo. Res.Skor Faktor 1 untuk butir no:Jml 1 (X1)Skor Faktor 2 untuk butir no:Jml 2 (X2)Jml Total (Y)

1231234

1. 3431033241222

2. 432943441524

3. 12143212812

4. 333944331423

5. 22483121715

Berdasarkan tabel 2 tersebut telh dihitung bahwa korelasi antara jumlah faktor 1 (X1) dengan skor total (Y) = 0,85 dan korelasi antara jumlah faktor 2 (X2) dengan skor total (Y) = 0,94. Karena koefisien korelasi kedua faktor tersebut di atas 0,3, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas hasil kerja dan kecepatan kerja merupakan konstruksi (construct) yang valid untuk variabel prestasi kerja pegawai. Selanjutnya apakah setiap butir dalam instrumen itu valid atau tidak, dapat diketahui dengan cara mengkorelasikan antara skor butir dengan skor total (Y). Jadi untuk keperluan ini ada tujuh koefisien korelasi yang perlu dihitung. Bila harga korelasi di bawah 0,3, maka dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut tidak valid, sehingga harus dperbaiki atau dibuang. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa korelasi ketujuh butir instrumen dengan skor total ditunjukkan pada tabel 3.

Tabel 3Hasil Perhitungan Pengujian Validitas KonstrukNo.r hitungr kritisKeputusan

r1y0,950,30valid

r2y0,790,30valid

r3y0,220,30tidak valid

r4y0,730,30valid

r5y0,790,30valid

r6y0,840,30valid

r7y0,830,30valid

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa butir no 2 (faktor 1) tidak valid karena koreasi butir tersebut dengan skor total hanya 0,22. Butir tersebut tidak selaras dengan butir yang lain. Pengujian seluruh butir instrumen dalam satu variabel dapat juga dilakukan dengan mencari daya pembeda skor tiap item dari kelompok yang memberikan jawaban tinggi dan jawaban rendah.Jumlah kelompok yang tinggi diambil 27% dan kelompok yang rendah diambil 27% dari sampel uji coba.Pengujian analisis daya pembeda dapat menggunakan t-test.Berikut ini diberikan contoh analisis daya pembeda untuk menguji validitas instrumen.

Tabel 4Kelompok Skor Tinggi dan Rendah pada Instrumen untuk mengukur kinerja aparatur NegaraSkor-skor kelompok tinggiSkor-skor kelompok rendah

12681

12896

135104

135107

135108

140108

142109

X1 = 135,1S1 = 6,1S12 = 38,1X2 = 101,85S2 = 10,2S22 = 104,4

Contoh:Suatu instrumen penelitian akan digunakan untuk mengukur kinerja aparatur Negara. Instrumen tersebut telah dikonsultasikan kepada paara ahli aparatur dn dinyatakan siap untuk diujicoba. Uji coba diberlakukan terhadap sampel 25 responden yang tahu maslaah aparatur.Berdasarkan 25 responden tersebut dapat dikelompokkan 27% responden yang memberikan skor tinggi dan 27% skor rendah.Untuk menguji daya pembeda digunakan rumus t-test sebagai berikut:t = Di mana:Sgab = Berdasarkan data yang ada pada tabel 4 dan rumus tersebut, maka:Sgab = Sgab = 8,4t = jadi t hitung = 7,37

Untuk mengetahui apakah perbedaan tu signifikan atau tidak, maka harga t hitung tersebut peru dibandingkan dengan t tabel. Bila t hitung lebih besar daripada t tabel, maka perbedaan itu signifikan, sehingga instrumen dinyatakan valid.Pengujian validitas dengan uji beda ini didasarkan asumsi bahwa kelompok responden yang digunakan sebagai uji coba berdistribusi normal.Dengan demikian, kelompok skor tinggi dan rendah harus berbeda secara signifikan, sesuai dengan kurva normal.

2. ReliabilitasPengujian reliabilitas instrumen penelitian dapat dilakukan secara eksternal maupun internal.Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan test-retest (stability), equivalent, dan gabungan keduanya.Secara internal, reliabilitas instrumen dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu.a. Test-retestPengujian ini dilakukan dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali pada koresponden. Jadi dalam hal ini instrumennya sama, responden sama, dan waktu yang berbeda. Reliabiitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya.Bila koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel.b. EkuivalenInstrumen yang ekuivalen adalah pernyataan yang secara bahasa berbeda, tetapi maksudnya sama. Pengujian dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetai instrumennya dua, pada responden yangsama, waktu yang juga sama, dan instrumen berbeda.c. GabunganPengujian reliabilitas ini dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang ekuivalen itu beberapa kali ke responden yang sama. Reliabilitas instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan dua instrumen, setelah itu dikorelasikan pada penguian kedua, dan selanjutnya dikorelasikan secara silang.

d. Internal consistencyPengujian dengan cara ini dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja. Kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu.Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrument

3. PraktikabilitasSyarat ketiga yang harus dipenuhi oleh instrumen untuk dapat dikatakan baik ialah kepraktisan atau keterpakaian (usability). Instrumen yang baik pertama-tama harus ekonomis baik ditinjau dari sudut uang maupun waktu. Kedua, ia harus mudah dilaksanakan dan mudah diberi skor, dan yang terakhir, instrumen itu harus mampu menyediakan hasil yang dapat diinterpretasikansecara akurat serta dapat digunakan oleh pihak-pihak yang memerlukan (Grounlund & linn, 1990)

Pengujian Validitas Dan Reliabilitas Penelitian KualitatifDalam penelitian kuantitatif, untuk mendapatkan data yang valid, reliabel dan obyektif, maka penelitian digunakan dengan menggunakan instrumen yang valid dan releabel, dilakukan pada sampel yang mendekati jumla populasi dan pengompulan serta analisis data dilakukan dengan cara yang benar. Dalam penelitian kuantitatif, untuk mendapatkan data yang valid dan releabel yang diuji validitas dan reliabilitasnya adalah instrumin penelitiannya, oleh karena itu susunan stainback (1988) menyatakan bahwa penelitian kuantitatif lebih menekankan pada aspek reliabilitas, sedangkan penelitian kualitatif lebih pada aspek validitas.Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tiadak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang ditiju, tetepi perlu diketahui bahwa kebenaran realita data menurut penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal, tetapi jamak dan tergantung pada konstruksi manusia, dibentuk dalam dri sesorang vsebagai hasil proses mental tiap individu dengan berbagai latar belakangnya. Oleh karena itu bila terdapat 10 peneliti dangan latar belakang yang berbeda meneliti pada obyek yang sama akan mendapatkan 10 teman, dan semuanya dinyatakan valid, kalau apa yang ditemukan itu tidak berbeda dengan kenyataan yang sesungguhnya yang terjadi pada obyek yang diteliti dalam obyek yang sama peneliti yang berlatar belakang manajemen, antropologi, sosiologi, kedokteran, tiknik dan sebainya Pengertian reliabilitas dalam penelitian kuantitatif, sangat berbeda dengan reliabilitas dalam penelitian kualitatif.hal ini terjadi karena terdapat perbedaan pradigma dalam melihat realitas, selain itu, cara meleporkan penelitian bersifat ideosyneratic dan individualistik, selalu berbeda dari orang perorang. Tipe peneliti memberi laporan menurut bahasa dan jalan pikiran sendiri. Dalam pengujian keabsahan data, metode penelitian kualitatif menggunakan istilah yang berbeda dengan pengan penelitian kuantitatif. Perbedaan tersebut diteunjukkan pada table berikut:

AspekMetode KualitatifMetode Kuantitatif

Nilai kebenaranValiditas InternalKredibilitas(credibility)

PenerapanValiditas Eksternal(generalisasi)Transferability/ keteralihan

KonsistensiReliabilitas Auditability, Dependability

NatralisObyektivitasConfirmability

1. Uji kredibilitasBermacam-macam cara pengojian kredibilitas data ditunjukkan pada gambar 1. Berdasarkan gamber tersebut terlihat bahwa uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, diskusi dengan teman sejawab, antara lain kasus negatif.a. Perpanjangan pengamatanDengan perpanjang pengamatan berarti lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. Perpanjangn pengamatan ini perarti hubungan peneliti dengan narasumber akan semkin terbentu rapport, semakin akrab (tidak ada jarak lagi), semakin terbukti, saling mempercayai sehingga tidak ada imformasi yang disembunyikan lagi. Pada tahap awal peneliti memasuki lapangan, peneliti masih dianggap orang asing, masih dicurigai, sehingga imformasi yang diberikan belum lengkap, tidak mendalam, dan mungkin masih banyak yang dirahasiakan. Berapa lama perpanjangan ini dilakukan, akan sangat tergantung pada keadaan, keluasan dan kepastian data. Kedalaman artinya apkah peneliti ingin menggali data sampai pada tingkat makna. Makna berarti data yang di balik yang tampak. Yang tampak orang sedang menangis, tetapi sebenarnya dia tidak sedih tetapi mala sedang bahagi. Keluasan berarti, banyak sedikitnya imformasi yang diperoleh. Dalam perpanjangn pengamatan untuk mengoji kreadibilitas data penelitian ini, sebaiknya difokuskan pada pengujian terhadap data yang telah diperoleh, apa data yang diperoleh itu setelah dicek kembali kelapangan benar atau tidak, berubah atau tidak, bilah setelah dicek kembali ke lapangan data suda benar berarti kredibel, maka wakyu perpanjangn pengamatan dapat diakhiri.b. Meningkatkan ketekunanMeningkatkan ketekunan berarti melakukankan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Sebagai conto melihat sekelompok masyarakat yang sedang olah raga pagi. Mengapa dengan meningkatkan ketekunan dapat meningkatkan kredibilitas data? Meningkatkan ketekunan itu ibarat kitamengecek soal-soal, atau makala yang telah dikerjakan, ada yang salah satu tidak. Dengan meningkatkan katekunan itu, maka peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak. Dengan demikian juga dengan meningkatkan ketekunan maka, peneliti dapat memberikan diskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.sebagai bekal peneliti untuk menigkatkan ketekunan dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumintasi yang terkait dengan temuan yang diteliti.

c.TriangulasiTriangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara. Dan berbagai waktu dengan demikian terdapat triangulasi sumber, trangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.1)Triangulasi sumber Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberap asumber. Sebagai contoh, untuk menguji kredibilitas data tentang daya kepemimpinan seseorang, maka pengompulan data pengujian data yang telah diperoleh dilakukan kebawahan ke bawahan yang dipimpin,ke atasan yang menugasi , dan keteman kerja yang merupakan kelompok kerjasama.2) Triangulasi teknikTriangulasi teknik untu menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang derbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan opservasi, dokumentasi atau kuesioner.

3) Triangulasi waktuTriangulasi juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawncara dipagi hari saat nara sumber masi segar belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel.

d.Analisis kasus negatifKasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil penelitian hingga pada saat tertentu. Mengapa dengan analisis kasus nigatif akan dapat meningkatkan kredibilitas data? Melakukan analisis kasus nigatif bersrti peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang tela ditemuka. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan data yang ditemukan, maka peneliti mungkin akan meruba temuannya.

e. Mengunakan bahan referensi Yang dimaksud menggunakan referensi di sini adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai contoh, data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara.

f. Mengadakan Member Check Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan member check adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Agar informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan.Pelaksanaan member check dapat dilakukan setelah satu periode pengumpulan data selesai, atau setelah mendapat suatu temuan atau kesimpulan. Caranya dapat dilakukan secara individual, dengan cara peneliti datang ke pemberi data, atau melalui forum kelompok.

Peneliti kualitatif biasanya tidak menggunakan kata bias dalam penelitian; mereka akan mengatakan bahwa semua peneliti adalah interpretif dan bahwa peneliti harus menjadi reflektif diri mengenai perannya dalam penelitian, bagaimana dia menginterprestasikan temuan, dan sejarah personal dan politiknya yang membangun interprestasinya. Dengan demikian, akurasi dan kredibilitas temuan adalah sangat penting. Terdapat berbagai istilah yang digunakan peneliti kualitatif untuk mendiskripsikan akurasi dan kredibilitas ini (misalnya authenticity dan trustwortiness), dan strategi yang digunakan untuk validasi perhitungan kualitatif bervariasi dalam jumlah. Perhatian kita disini pada tiga bentuk yang biasa digunakan oleh peneliti kualitatif: triangulation, member checking, dan auditing.

2. Pengujian TransferabilityTransferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif. Validitas eksternal menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian kepada populasi tempat sampel penelitian diperoleh. Nilai transfer ini berkenaan dengan pertanyaan sejauh mana hasil penelitian dapat digunakan dalam situasi yang lain. Bagi peneliti naturalistik, nilai transfer bergantung kepada pemakai.Kriteria transferabiliti merujuk pada tingkat kemampuan hasilpenelitian kualitatif dapat digeneralisasikan atau ditransfer. Penelitian kualitatif dapat meningkatkan transferabilitas dengan melakukan suatu pekerjaan mendiskripsikan konteks penelitian dan asumsi-asumsi yang menjadi sentral pada penelitian tersebutAgar orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut, peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. Dengan demikian, pembaca menjadi jelas dalam memahami hasil penelitian tersebut sehingga ia dapat memutuskan dapat atau tidaknya mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat lain.

3. Pengujian DependabilityKriteria dependabilitas sama dengan reliabilitas dalam penelitian kuantitatif. Pandangan kuantitatif tradisional tentang realibilitas didasarkan pada asumsi replikabilitas (replikability) atau keterulangan (repeatability). Secara esensial itu berhubungan dengan apakah kita akan memperoleh hasil yang sama jika kita melekukan pengamatan yang sama untuk kali yang kedua. Untuk menetapkan reliabilitas peneliti kuantitatif biasanya membangun berbagai pikiran hipotesis ( misalnya teori skor benar ) untuk menyelesaikan hal ini. Dalam penelitian kualitatif, uji dependability ditempuh dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Audit dilakukan oleh auditor yang independen atau pembimbing.4. Pengujian ConformabilityPengujian conformability dalam penelitian kualitatif disebut juga objektivitas penelitian. Penelitian dikatakan objektif jika hasil penelitian telah disepakati banyak orang. Menguji conformability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, dapat dikatakan bahwa penelitian tersebut telah memenuhi standar conformability. Dalam penelitian jangan sampai proses tidak ada, tetapi hasilnya ada. Konfirmabilitas (Konfirmability) Penelitian kualitatif cenderung berasumsi bahwa setiap peneliti membawa perspektif yang unik kedalam penelitian.

2.4.Langkah-Langkah Penyusunan Dan Pengembangan InstrumenMenurut Hadjar, dalam suatu penelitian tertentu, peneliti harus mengikuti langkah-langkah pengembangan instrumen, yaitu: 1). Mendefinisikan variabel; 2). Menjabarkan variabel ke dalam indikator yang lebih rinci; 3). Menyusun butir-butir; 4). Melakukan uji coba; 5). Menganalisis kesahihan (validity) dan keterandalan (reliability). Suryabrata berpendapat bahwa langkah-langkah pengembangan alat ukur khususnya atribut non-kognitif adalah: 1). Pengembangan spesifikasi alat ukur; 2). Penulisan pernyataan atau pertanyaan; 3). Penelaahan pernyataan atau pertanyaan; 4). Perakitan instrumen (untuk keperluan uji-coba); 5). Uji-coba; 6). Analisis hasil uji-coba; 7). Seleksi dan perakitan instrumen; 8). Administrasi instrumen; 9). Penyusunan skala dan norma.Secara lebih rinci, Djaali dan Muljono menjelaskan langkah-langkah penyusunan dan pengembangan instrumen yaitu:1. Sintesa teori-teori yang sesuai dengan konsep variabel yang akan diukur dan buat konstruk variabel2. Kembangkan dimensi dan indikator variabel sesuai dengan rumusan konstruk variabel3. Buat kisi-kisi instrumen dalam bentuk tabel spesifikasi yang memuat dimensi, indikator, nomor butir dan jumlah butir untuk setiap dimensi dan indicator4. Tetapkan besaran atau parameter yang bergerak dalam suatu rentangan kontinum dari suatu kutub ke kutub lain yang berlawanan.

5. Tulis butir-butir instrumen baik dalam bentuk pertanyaan maupun pernyataan. Biasanya butir instrumen digolongkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok pernyataan atau pertanyaan positif dan kelompok pernyataan atau pertanyaan negative6. Butir yang ditulis divalidasi secara teoritik dan empiric7. Validasi pertama yaitu validasi teoritik ditempuh melalui pemeriksaan pakar atau panelis yang menilai seberapa jauh ketepatan dimensi sebagai jabaran dari konstruk, indikator sebagai jabaran dimensi dan butir sebagai jabaran indicator8. Revisi instrumen berdasarkan saran pakar atau penilaian panelis9. Setelah konsep instrumen dianggap valid secara teoritik dilanjutkan penggandaan instrumen secara terbatas untuk keperluan uji coba10. Validasi kedua adalah uji coba instrumen di lapangan yang merupakan bagian dari proses validasi empirik. Instrumen diberikan kepada sejumlah responden sebagai sampel yang mempunyai karakteritik sama dengan populasi yang ingin diukur. Jawaban responden adalah data empiris yang kemudian dianalisis untuk menguji validitas empiris atau validitas kriteria dari instrumen yang dikembangkan11. Pengujian validitas krtieria atau validitas empiris dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria internal maupun kriteria eksternal12. Berdasarakn kriteria tersebut dapat diperoleh butir mana yang valid dan butir yang tidak valid13. Untuk validitas kriteria internal, berdasarkan hasil analisis butir yang tidak valid dikeluarkan atau direvisi untuk diujicobakan kembali sehingga menghasilkan semua butir valid.14. Dihitung koefisien reliabilitas yang memiliki rentangan 0-1, makin tinggi koefisien reliabilitas instrumen berarti semakin baik kualitas instrumen15. Rakit semua butir yang telah dibuat menjadi instrumen yang final

Terkait dengan penilaian kinerja, Gronlund menjelaskan langkah-langkah penyusunan performance assessment yaitu :1) Spesifikasi kinerja yang ingin dicapai2) Tentukan fokus penilaian (proses atau hasil)3) Tentukan derajat (tingkat) kesesuaian dengan kenyataan4) Tentukan situasi performance5) Tentukan metode observasi, menyimpan dan menskor

Dari beberapa teori langkah-langkah pengembangan instrumen di atas, dapat disimpulkan bahwa secara garis besar langkah-langkah pengembangan instrumen penilaian kinerja adalah sebagai berikut:

1) Merumuskan definisi konseptual dan operasionalLangkah yang pertama kali harus dilakukan dalam pengembangan instrumen adalah merumuskan konstruk variabel yang akan diukur sesuai dengan landasan teoritik yang dikembangkan secara menyeluruh dan operasionalkan definisi konseptual tersebut sesuai dengan sifat instrumen yang akan dikembangkan kemudian rumuskan dan jabarkan indikator dari variabel yang akan diukur.

2) Pengembangan spesifikasi dan penulisan pernyataanPengembangan spesifikasi yaitu menempatkan dimensi dan indikator dalam bentuk tabel spesifikasi pada kisi-kisi instrumen yang kemudian dilanjutkan dengan penulisan pernyataan. Rumusan pernyataan sangat tergantung kepada model skala yang digunakan. Dari setiap pernyataan dicantumkan nomor butir dan jumlah butir sesuai dengan dimensi dan indikator yang akan diukur. Format yang telah dirumuskan dalam spesifikasi perlu diikuti secara tertib.

3) Penelaahan pernyataanButir-butir pernyataan yang telah ditulis merupakan konsep instrumen yang harus melalui proses validasi, baik validasi teoritik maupun validasi empirik. Tahap validasi pertama yang ditempuh adalah validasi teoritik, yaitu melalui pemeriksaan pakar atau melalui panel yang pada dasarnya menelaah seberapa jauh dimensi merupakan jabaran yang tepat untuk konstruk, seberapa jauh indikator merupakan jabaran yang tepat dari dimensi, dan seberapa jauh butir-butir instrumen yang dibuat secara tepat dapat mengukur indikator.[10] Selanjutnya jika semua butir pernyataan sudah valid secara teoritk atau konseptual maka dilakukan validasi empirik melaui uji coba.

4) Uji cobaUji coba di lapangan merupakan bagian dari proses validasi empirik. Melalui uji coba tersebut, instrumen diberikan kepada sejumlah responden sebagai sampel uji coba yang mempunyai karakteristik sama atau ekivalen dengan karakteristik populasi penelitian. Jawaban atau respon dari sampel uji coba merupakan data empiris yang akan dianalisis untuk menguji validitas empiris atau validitas kriteria yang dikembangkan.

5) AnalisisBerdasarkan data hasil uji coba selanjutnya dilakukan analisis untuk mengetahui koefisien validitas butir dan reliabilitas instrumen.

6) Revisi InstrumenRevisi instrumen dilakukan jika setelah melalui analisis terdapat butir-butir yang tidak valid atau memiliki reliabilitas yang rendah. Butir-butir yang sudah direvisi dirakit kembali dan dihitung kembali validitas dan reliabilitasnya.

7) Perakitan instrumen menjadi Instrumen finalTerkait langkah-langkah pengembangan instrumen di atas, terdapat dua hal yang harus diperhatikan dan dipenuhi untuk memperoleh instrumen yang berkualitas yaitu instrumen tersebut harus valid dan reliabel. Untuk itu, perlu pemahaman yang mendalam tentang validitas dan reliabilitas instrumen. (Online) http://mahlinda-setulushati.blogspot.com/2010/06/instrumen-adalah-alat-yang-digunakan.html

BAB IIIKESIMPULAN

4.1 KesimpulanInstrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Data yang terkumpul dengan menggunakan instrumen tertentu akan dideskripsikan dan dilampirkan atau digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam suatu penelitian. Untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian, kita dapat menggunakan instrumen yang telah tersedia dan dapat pula menggunakan instrumen yang dibuat sendiri. Instrumen yang telah tersedia pada umumnya adalah instrumen yang sudah dianggap baku untuk mengumpulkan data variabel-variabel tertentu.Instrument penelitian memiliki kualitas yang baik bila memenuhi tiga dari criteria pokok instrument yaitu adalah: validitas, reliabilitas, dan praktikabilitas. Validitas adalah sejauh mana suatu instrumen melakukan fungsinya atau mengukur apa yang seharusnya diukur. Artinya sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen dalam melakukan fungsinya. Reliabilitas menunjukkan sejauh mana instrumen dapat dipercaya. Makin cocok dengan sekor sesungguhnya makin tinggi reliabilitasnya. Reliabilitas juga merupakan derajat kepercayaan dimana skor penyimpangan individu relatif konsisten terhadap tes sama yang diulangi.Praktikabilitas adalah aspek kemudahan pemakaian dari suatu instrument, baik dilihat dari aspek ekonomi,ketersediaan waktu, serta pemanfaatan hasilnya.Adapun prosedur/tahapan penyusunan dari ketiga instrument penelitian intinya sama. Yaitu adalah: 1. Menetapkan objek yang akan diamati, 2.Merumuskan definisi operasional mengenai objek yang akan diamati, 3.Memuat deskripsi tentang objek yang akan diamati, 4.Memuat dan menyusun butir butir pernyataan singkat tentang indikator dari objek yang diamati, 5.Melakukan uji coba, 6.Menyempurnakan dan menata butir butir pernyataan ke dalam satu kesatuan yang utuh dan sistematis.

Daftar Pustaka

Arikunto, S. 2002. Prosedur Suatu Penelitian: Pendekatan Praktek. Edisi RevisiKelima. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Moehnilabib, M. dkk. 2003. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian. Malang: Lembaga Penelitian Universitas Negeri Malang.

Mahlinda, 2010. Langkah-Langkah Penyusunan Dan Pengembangan Instrumen. (Online) http://mahlinda-setulushati.blogspot.com/2010/06/instrumen-adalah-alat-yang-digunakan.html diakses pada 23 maret 2014

Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

24