Upload
dinny-ria-pertiwi
View
156
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
GASTRITIS
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI LAMBUNG
1. ANATOMI LAMBUNG (GASTER)
Lambung berbentuk seperti huruf J dan merupakan pembesaran dari
saluran pencernaan. Lambung terletak tepat dibawah diafragma pada daerah
epigastrik, umbilikal, dan hipokardiak kiri di perut. Bagian superior
lambung merupakan kelanjutan dari esofagus. Bagian inferior berdekatan
dengan duodenum yang merupakan bagian awal dari usus halus. Pada setiap
individu, posisi dan ukuran lambung bervariasi. Sebagai contoh, diafragma
mendorong lambung ke bawah pada setiap inspirasi dan menariknya
kembali pada setiap ekspirasi. Jika lambung berada dalam keadaan kosong
bentuknya menyerupai sosis yang besar, tetapi lambung dapat meregang
untuk menampung makanan dalam jumlah yang sangat besar. Kapasitas
normal lambung 1 sampai 2 liter.
Lambung dibagi oleh ahli anatomi menjadi empat bagian, yaitu bagian
fundus, kardiak, “body” atau badan, dan pilorus. Bagian kardiak
mengelilingi lower esophageal sphincter. Sfingter kedua ujung lambung
mengatur pengeluaran dan pemasukan. Sfingter kardia atau sfingter
esofagus bawah, mengalirkan makanan yang masuk kedalam lambung dan
mencegah refluks isi lambung memasuki esofagus kembali. Daerah
lambung tempat pembukaan sfingter kardia dikenal dengan nama daerah
kardia. Disaat sfingter pilorikum berelaksasi makanan masuk kedalam
duodenum, dan ketika berkontraksi sfingter ini akan mencegah terjadinya
aliran balik isis usus halus kedalam lambung. Bagian bulat yang terletak
diatas dan disebelah kiri bagian kardiak adalah fundus. Di bawah fundus
adalah bagian pusat yang terbesar dari lambung, yang disebut dengan
“body” atau badan lambung. Bagian yang menyempit, pada daerah inferior
adalah pilorus. Tepi bagian tengah yang berbentuk cekung dari lambung
disebut dengan lesser curvature atau lekukan kecil. Tepi bagian lateral
( samping ) yang berbentuk cembung disebut dengan greater curvature atau
lekukan besar. Pilorus berkomunikasi dengan bagian duodenum dari usus
halus melalui sphincter yang disebut dengan pyloric sphincter.
2. HISTOLOGI LAMBUNG
Dinding lambung terdiri atas 4 lapisan, yaitu :
a. Mukosa
Mukosa merupakan lapisan tebal dengan permukaan halus dan licin
yang kebanyakan berwarna coklat kemerahan namun berwarna pink di
daerah pylorik. Pada lambung yang berkontraksi, mukosa terlipat
menjadi beberapa lipatan rugae, kebanyakan berorientasi longitudinal.
Rugae ini kebanyakan ditemukan mulai dari pinggir daerah pyloric
hingga kurvatur mayor. Rugae ini merupakan lipatan-lipatan besar pada
jaringan konektif submukosa dan bukan variasi ketabalan mukosa yang
menutupinya, dan rugae ini akan menghilang jika lambung mengalami
distensi. Seperti pada semua saluran cerna lainnya, mukosa ini tersusun
oleh epitel permukaan, lamina propria, dan mukosa muskuler.
Pemeriksaan mikroskopis dari mukosa menampakkan lapisan epitel
kolumna yang sederhana (sel permukaan mukosa) mengandung
banyak lubang sempit yang memanjang sampai lamina propria yang
disebut gastric pits. Pada bagian bawah lubang adalah mulut atau
lubang dari kelenjar lambung (gastric glands).
Lamina propria
Lamina propria membentuk kerangka jaringan konektif antara
kelenjar dan mengandung jaringan lymphoid yang terkumpul dalam
massa kecil folikel lymphatic gastrik yang membentuk folikel
intestinal soliter (terutama pada masa awal kehidupan). Lamina
propria juga memiliki suatu pleksus vaskuler periglanduler yang
kompleks, yang diperkirakan berperan penting dalam menjaga
lingkungan mukosa, termasuk membuang bikarbonat yang diproduksi
pada jaringan sebagai pengimbang sekresi asam. Pleksus neural juga
ditemukan dan mengandung ujung saraf motorik dan sensorik.
Mucosa Muskularis
Mukosa muskularis merupakan lapisan tipis dari serat otot halus
yang terdapat pada bagian eksternal dari kelenjar. Serat muskular ini
teratur dalam bentuk sirkuler di dalam, lapisan longitudinal di bagian
luar, terdapat pula lapisan sirkuler diskontinu bagian luar. Lapisan
dalam mengandung jelujur sel otot polos terletak di antara kelenjar
dan kontraksinya kemungkinan membantu dalam mengosongkan
foveola gastrik.
Setiap kelenjar terdiri dari empat tipe sel sekretori, yaitu :
Zymogenic
Zymogenic (peptic) atau sel kepala (chief cells) merupakan
sumber enzim pencernaan yaitu enzim pepsin dan lipase. Sel chief
ini biasanya terletak pada bagian basal, bentuknya berupa silindris
(kolumner) dan nukleusnya berbentuk bundar dan euchromatik. Sel
ini mengandung granul zimogen sekretoris dan karena banyaknya
sitoplasmik RNA maka sel ini sangat basophilic. Sel parietal
(Oxyntic) merupakan sumber asam lambung dan faktor intrinsik,
yaitu glycoprotein yang penting untuk absorbsi vitamin B12. Sel ini
berukuran besar, oval, dan sangat eosinophilic dengan nukleus
terletak pada pertengahan sel. Sel ini terletak terutama pada apical
kelenjar hingga bagian isthmus. Sel ini didapati hanya pada interval
sel-sel lainnya disepanjang dinding foveola dan menggembung di
lateral dalam jaringan konektif.
Parietal
Sel parietal memiliki ultraktruktur yang unik terkait dengan
kemampuan mereka untuk mengsekresikan asam hydrochloric.
Bagian luminal dari sel ini, berinvaginasi membentuk beberapa
kanal buntu yang menyokong sangat banyak microvili ireguler. Di
dalam sitopaslma yang berhadapan dengan kanal ini adalah
membran tubulus yang sangat banyak (sistem tubulovesicular).
Terdapat sangat banyak mitokondria yang tersebar di seluruh
organella ini. Membran plasma yang menyelimuti mikrovili
memiliki kosentrasi H+/K+ ATPase yang sangat tinggi yang secara
aktif mengsekresikan ion hidrogen kedalam lumen, ion chloride
pun keluar mengikuti gradien eletrokimia ini. Struktur yang akurat
dari sel ini beragam tergantung dari fase sekretoriknya : ketika
terstimulasi, jumlah dan area permukaan dari mikrovili membesar
hingga lima kali lipat, diduga akibat fusi segera dari sistem
tubulovesikuler dengan membran plasma. Pada akhir sekresi
terstimulasi, proses ini terbalik, membran yang berlebihan kembali
pada sistem tubuloalveolar dan mikrovili menghilang.
Mukus
Sel leher mukosa sangat banyak pada leher kelenjar dan tersebar
sepanjang dinding regio bagian basal. Sel ini mengsekresikan
mukus, dengan vesikel sekretorik apikalnya mengandung musin
dan nukelusnya terletak pada bagian basal. Namun, produksinya
secara histokimia berbeda dengan produksi dari sel mukosa
permukaan
Neuroendocrine
Sel neuroendokrin ditemukan disemua jenis kelenjar gastrik
namun lebih banyak ditemukan pada corpus dan fundus. Sel ini
terletak pada bagian terdalam dari kelenjar, diantara kumpulan sel
chief . Sel ini berbentuk pleomorfik dengan nukleus ireguler yang
diliputi oleh granular sitoplasma yang mengandung kluster granul
sekretorik yang besar (o,3 microm). Sel ini mensintesis beberapa
amino biogenic dan polipeptide yang penting dalam mengendalikan
motilitas dan sekresi glanduler. Pada lambung sel ini termasuk sel
G(yang mensekresi gastrin), sel D (somatostatin), dan sel
enterochromaffin-like/ECL (histamine). Sel-sel ini membentuk
sistem sel neuroendokrin yang berbeda-beda.
Didalam mukosa terdapat kalenjar yang berbeda yang dibagi
menjadi tiga zona, yaitu :
kelenjar kardia, berfungsi menghasikan lisozom
kelenjar lambung, berfungsi mensekresikan asam, enzim-enzim,
mukus, dan hormon-hormon.
kelenjar pilorus, berfungsi menghasilkan hormon dan mukus.
2. Submukosa
Submukosa merupakan lapisan bervariabel dari jaringan konektif yang
terdiri dari bundel kolagen tebal, beberapa serat elastin, pembuluh darah,
dan pleksus saraf, termasuk pleksus submukosa berganglion (Meissner's)
pada lambung.
3. Muscularis eksterna
Muscularis eksterna merupakan selaput otot tebal berada tepat
dibawah serosa, dimana keduanya terhubung melalui jaringan konektif
subserosa longgar. Dari lapisan terdalam keluar, jaringan ini memiliki
lapisan serat otot oblique, sirkuler, dan longitudinal, walaupun celah
antara tiap lapisan tidak berbeda satu sama lain. Lapisan sirkuler kurang
begiru berkembang pada bagian oesofagus namun semakin menebal pada
distal antrum pyloric untuk kemudian membentuk sphincter pyloric
annular. Lapisan longitudinal luar kebanyakan terdapat pada 2/3 bagian
kranial lambung dan lapisan oblique dalam pada setengah bagian bawah
lambung.
Kerja dari muskularis eksterna ini adalah menghasilkan pergerakan
adukan yang mencampur makanan dengan produk sekresi lambung.
Ketika otot berkontraksi, volume lambung akan berkurang dan
menggerakkan mukosa menjadi lipatan longitudinal atau rugae (lihat
atas). Rugae ini akan datar kembali dan menghilang ketika lambung
penuh akan makanan dan muskulatur berelaksasi dan menipis. Aktivitas
otot diatur oleh jaringan saraf autonom yang tidak bermyelin, yang
terdapat pada lapisan otot dalam plexus myenterik (Auerbach's)
4. Serosa atau Peritoneum
Serosa merupakan perpanjangan dari peritoneum visceral yang
menutupi keseluruhan permukaan pada lambung kecuali sepanjang
kurvatura mayor dan minor pada pertautan omentum mayor dan minor,
dimana lapisan peritoneum meninggal suatu ruang untuk saraf dan
vaskler. Serosa juga tidak ditemukan pada bagian kecil di posteroinferior
dekat dengan orificium kardiak dimana lambung berkontak dengan
diafragma pada refleksi gastrophrenik dan lipatan gastropancreatik.
Serosa mengandung banyak lemak apabila umur bertambah.
Persarafan lambung sepenuhnya otonom. Suplai saraf parasimpatis
untuk lambung dan duodenum dihantarkan ke dan dari abdomen melalui
saraf vagus. Trunkus vagus mempercabangkan ramus gastrik, pilorik,
hepatik dan seliaka.
Persarafan simpatis adalah melalui saraf splenikus major dan ganlia
seliakum. Serabut-serabut aferen menghantarkan impuls nyeri yang
dirangsang oleh peregangan, dan dirasakan di daerah epigastrium.
Serabut-serabut aferen simpatis menghambat gerakan dan sekresi
lambung. Pleksus saraf mesentrikus (auerbach) dan submukosa
(meissner) membentuk persarafan intrinsik dinding lambung dan
mengkordinasi aktivitas motoring dan sekresi mukosa lambung.
Seluruh suplai darah di lambung dan pankreas (serat hati, empedu, dan
limpa) terutama berasal dari daerah arteri seliaka atau trunkus seliaka,
yang mempecabangkan cabang-cabang yang mensuplai kurvatura minor
dan mayor. Dua cabang arteri yang penting dalam klinis adalah arteri
gastroduodenalis dan arteri pankreas tikoduodenalis (retroduodenalis)
yang berjalan sepanjang bulbus posterior duodenum. Tukak dinding
postrior duodenum dapat mengerosi arteria ini dan menyebabkan
perdarahan. Darah vena dari lambung dan duodenum, serta berasal dari
pankreas, limpa, dan bagian lain saluran cerna, berjalan kehati melalui
vena porta.
3. FISIOLOGI LAMBUNG
Mencerna makanan secara mekanikal.
Sekresi, yaitu kelenjar dalam mukosa lambung mensekresi 1500 – 3000
mL gastric juice (cairan lambung) per hari. Komponene utamanya yaitu
mukus, HCL (hydrochloric acid), pensinogen, dan air. Hormon gastrik
yang disekresi langsung masuk kedalam aliran darah.
Mencerna makanan secara kimiawi yaitu dimana pertama kali protein
dirobah menjadi polipeptida
Absorpsi, secara minimal terjadi dalam lambung yaitu absorpsi air,
alkohol, glukosa, dan beberapa obat.
Pencegahan, banyak mikroorganisme dapat dihancurkan dalam lambung
oleh HCL.
Mengontrol aliran chyme (makanan yang sudah dicerna dalam lambung)
kedalam duodenum. Pada saat chyme siap masuk kedalam duodenum,
akan terjadi peristaltik yang lambat yang berjalan dari fundus ke pylorus.
Getah asam lambung yang dihasilkan:
Pepsin, fungsinya memecah putih telur menjadi asam amino (albumin
dan pepton)
HCl, fungsinya mengasamkan makanan, sebagai antiseptik dan
desinfektan, dan membuat suasana asam pada pepsinogen sehingga
menjadi pepsin
Renin, fungsinya sebagai ragi yang membekukan susu dan membentuk
kasein dari kaseinogen (kaseinogen dan protein susu)
Lipase lambung, jumlahnya sedikit memecah lemak menjadi asam lemak
yang merangsang sekresi getah lambung
4. PENCERNAAN DI LAMBUNG
a. MEKANIK
Beberapa menit setelah makanan memasuki perut, gerakan peristaltik
yang lembut dan berriak yang disebut gelombang pencampuran (mixing
wave) terjadi di perut setiap 15-25 detik. Gelombang ini merendam
makanan dan mencampurnya dengan hasil sekresi kelenjar lambung dan
menguranginya menjadi cairan yang encer yang disebut chyme. Beberapa
mixing wave terjadi di fundus, yang merupakan tempat penyimpanan
utama. Makanan berada di fundus selama satu jam atau lebih tanpa
tercampur dengan getah lambung. Selama ini berlangsung, pencernaan
dengan air liur tetap berlanjut. Selama pencernaan berlangsung di perut,
lebih banyak mixing wave yang hebat dimulai dari tubuh dan makin
intensif saat mencapai pilorus. Pyloric spinchter hampir selalu ada tetapi
tidak seluruhnya tertutup. Saat makanan mencapai pilorus, setiap mixing
wave menekan sejumlah kecil kandungan lambung ke duodenum melalui
pyloric spinchter. Hampir semua makanan ditekan kembali ke perut.
Gelombang berikutnya mendorong terus dan menekan sedikit lagi
menuju duodenum. Pergerakan ke depan atau belakang (maju/mundur)
dari kandungan lambung bertanggung jawab pada hampir semua
pencampuran yang terjadi di perut.
b. KIMIAWI
Prinsip dari aktivitas di perut adalah memulai pencernaan protein.
Bagi orang dewasa, pencernaan terutama dilakukan melalui enzim
pepsin. Pepsin memecah ikatan peptide antara asam amino yang
membentuk protein. Rantai protein yang terdiri dari asam amino dipecah
menjadi fragmen yang lebih kecil yang disebut peptide. Pepsin paling
efektif di lingkungan yang sangat asam di perut (pH=2) dan menjadi
inakatif di lingkungan yang basa. Pepsin disekresikan menjadi bentuk
inakatif yang disebut pepsinogen, sehingga tidak dapat mencerna protein
di sel-sel zymogenic yang memproduksinya. Pepsinogen tidak akan
diubah menjadi pepsin aktif sampai ia melakukan kontak dengan asam
hidroklorik yang disekresikan oleh sel parietal. Kedua, sel-sel lambung
dilindungi oleh mukus basa, khususnya setelah pepsin diaktivasi. Mukus
menutupi mukosa untuk membentuk hambatan antara mukus dengan
getah lambung. Enzim lain dari lambung adalah lipase lambung. Lipase
lambung memecah trigliserida rantai pendek menjadi molekul lemak
yang ditemukan dalam susu. Enzim ini beroperasi dengan baik pada pH
5-6 dan memiliki peranan terbatas pada lambung orang dewasa. Orang
dewasa sangat bergantung pada enzim yang disekresikan oleh pankreas
(lipase pankreas) ke dalam usus halus untuk mencerna lemak. Lambung
juga mensekresikan renin yang penting dalam mencerna susu. Renin dan
Ca bereaksi pada susu untuk memproduksi curd. Penggumpalan
mencegah terlalu seringnya lewatnya susu dari lambung menuju ke
duodenum (bagian pertama dari usus halus). Rennin tidak terdapat pada
sekresi lambung pada orang dewasa.
B. SEKRESI LAMBUNG
Mukosa lambung mempunyai dua tipe kelenjar tubular yang penting:
kelenjar oksintik(atau gastrik) dan kelenjar apilorik. Kelenjar oksontik
(pembentuk asam) menyekresi asam hidriklorida, pepsinogen, faktor intrinsic,
dan mukus. Kelenjar pilorik terutama menyekresi , untuk melindungi mukosa
pilorus, juga beberapa pepsinogen dan, yang sangat penting, hormon gastrin.
Kelenjar oksintik terletak pada bagian dalam korpus dan fundus lambung,
meliputi 80 % bagian proksimal lambung. Kelenjar pilorik terletak pada bagian
antral lambung.
1. Sekresi dari kelenjar Oksintik
Kelenjar terdiri dari tiga tipe sel:
Sel leher mukus → menyekresi mukus, namun juga beberapa pepsinogen
Sel peptik (atau chief cells) → menyekresi sejumlah besar pepsinogen
Sel parietal(atau oksintik) → menyekresi asam hidroklorida dan factor
intrinsik.
Sekresi dan Aktivasi Pepsinogen
Beberapa tipe pepsinogen yang berbeda sedikit disekresi oleh sel peptik
dan sel mukus kelenjar gastrik. Walaupun demikian, semua pepsinogen
melakukan fungsi yang sama. Ketika pepsinogen pertama kali disekresikan,
pepsinogen ini tidak memepunyai aktivitas pencernaan. Akan tetapi, segera
setelah pepsinogen berkontak dengan asam HCl, dan khususnya ketika
berkontak dengan pepsin yang sudah terbentuk sebelumnya ditambah
dengan asam HCl, akan segera diaktifkan untuk membentuk pepsin yang
aktif.
Pepsin adalah enzim proteolitik aktif dalam medium yang sangat asam
(pH optimal 1,8-3,5), tetapi diatas pH 5 mempunyai aktivitas proteolitik
yang kecil dan sebenarnya menjadi tidak aktif dalam waktu yang singkat.
Oleh karena itu, asam HCl sama seperti pepsin dibutuhkan untuk mencerna
protein dalam lambung.
Sekresi Enzim yang Lain. Sejumlah kecil enzim lainnya juga
disekresikan dalam getah lambung, termasuk lipase gastrik, amilase
gastrik,dan gelatinase. Lipase gasrtik kurang begitu penting dan sebenarnya
merupakan tributirase karena aktivitas utamanya adalah pada tributirin, yang
merupakan lemak mentega; hampir tidak mempunyai aktivitas lipolitik
terhadap lemak yang lain. Amylase gastric memainkan peranan yang kecil
pada pencernaan serat, dan gelatinase akan membantu mencairkan beberapa
proteoglikan yang terdapat di dalam daging.
Sekresi Faktor Intrinsik. Substansi faktor intrinsik, yang penting untuk
absorbsi vitamin B12 di dalam ileum, disekresi oleh sel parietal bersama
dengan sekresi asam HCl. Oleh karena itu, jika sel pembentuk asam
lambung rusak, yang sering terjadi pada gastritis kronis, orang tidak hanya
mengalami aklorhidria tetapi juga sering mengalami anemia pernisiosa
akibat kegagalan maturasi sel-sel darah merah pada keadaan tidak adanya
rangsangan vitamin B12 dari sumsum tulang.
2. Sekresi dari kelenjar Pilorus
Kelenjar-kelenjar Pilorus secara struktural mirip dengan kelenjar oksintik
tetapi mengandung beberapa sel peptik dan hamper tidak ada sel parietal.
Sebaliknya, kelenjar terutama mengandung sel-sel mukus yang identik
dengan sel-sel leher mukus pada kelenjar gaster. Sel-sel ini menyekresikan
sejumlah kecil pepsinogen dan terutama sejumlah besar mucus tipis yang
membantu melumasi pergerakan makanan demikian juga melindungi
dinding lambung dari pencernaan enzim-enzim gaster.
Sel-sel mukus permukaan. Seluruh permukaan mukosa lambung di
antara kelenjar-kelenjar memiliki lapisan yang bersambungan dari berbagai
jenis sel mucus, yang secara sederhana diseut “sel-sel mukus permukaan.”
Sel-sel tersebut menyekresikan sejumlah besar mukus kental yang terutama
tidak larut dan melapisi mukosa dengan selapis mucus gel, seringkali
dengan ketebalan lebih dari 1 milimeter, sehingga menyediakan suatu
rangka proteksi utama bagi dinding lambung yang juga berperan untuk
melumaskan transport makanan.
Ciri lain dari mukus adalah alkalis. Oleh karena itu, dinding normal
lambung tidak pernah secara langsung terpapar dengan sekresi lambung
yang sangat asam dan proteolitik. Bahkan kontak yang ringan sekalipun
dengan makanan atau terutama setiap iritasi mukosa, secara langsung akan
merangsang sel-sel mukus untuk menyekresikan sejumlah besar mukus
kental yang alkalis dan tebal ini.
Fase Sekresi Lambung
Sekresi lambung dikatakan terjadi dalam tiga fase: fase sefalik, fase
gastrik dan fase intestinal.
Fase Sefalik.
Fase sefalik dari sekresi lambung berlangsung bahkan sebelum
makanan masuk ke dalam lambung atau sewaktu makanan masih
dimakan. Fase ini timbul dari melihat, mambaui, membayangkan, atau
mengecap makanan; dan semakin besar nafsu makan, semakin kuat
rangsangan. Sinyal neurogenik yang menyebabkan fase sefalik dari
sekresi dapat berasal dari korteks serebri atau pada pusat nafsu makan di
amiglada atau hipotalamus. Sinyal ditransmisikan melalui nucleus
motorik dorsalis nervus vagus ke lambung. Fase sekresi ini normalnya
menghasilkan sekitar 20% sekresi lambung yang berkaitan dengan
memakan makanan.
Fase Gastrik
Sekali makanan masuk ke lambung, makanan akan membangkitkan
refleks vagogal yang panjang, refleks enterik setempat dan mekanisme
gastrin, yang kemudian menyebabkan terjadinya sekresi getah lambung
yang kontinu selama beberapa jam selama makanan masih tetap berada
di dalam lambung.
Fase gastrik dari sekresi membentuk sekitar 70% dari total sekresi
lambung yang berkaitan dengan makan makanan dank arena itu
merupakan sebagian besar dari total sekresi lambung sehari-hari, yaitu
sebanyak 1500ml.
Fase Intestinal
Keberadaan makanan di bagian atas usus halus, khususnya pada
duodenum, dapat mengakibatkan lambung menyekresi sejumlah kecil
getah lambung, mungkin sebagian akibat sejumlah kecil gastrin yang
juga dilepaskan oleh mukosa duodenum sebagai respons terhadap
peregangan atau rangsang kimiawi jenis yang sama seperti yang
merangsang mekanisme gastrin lambung. Selain itu, asam-asam amino
diabsorbsi ke dalam darah juga beberapa hormon lain atau refleks yang
memegang peranan kecil dalam menimbulkan sekresi getah lambung.
Hambatan Sekresi Lambung oleh Faktor Intestinal
Walaupun kimus merangsang sekresi lambung selama fase sekresi
intestinal, kimus sebaliknya sering menghambat sekresi selama fase gastrik.
Hambatan ini sekurang-kurangnya disebabkan oleh dua pengaruh, yaitu:
a. Keberadaan makanan di dalam usus halus merangsang refleks
enterogastrik, yang ditansmisikan melalui system saraf enteric dan
melalui nervus simpatis ekstrinsik dan nervus vagus, yang menghambat
sekresi lambung. Refleks ini dapat disebabkan oleh peregangan usus,
keberadaan asam pada usus bagian atas, keberadaan produk pemecahan
protein, atau iritasi mukosa.
b. Keberadaan asam, lemak, produk pemecahan protein, cairan
hiperosmotik atau hipoosmotik, atau setiap factor iritan pada usus halus
bagian atas menyebabkan pelepasan beberapa hormone intestinum. Satu
diantaranya adalah sekreterin, yang terutama penting dalam mengontrol
sekresi pancreas. Selain memiliki efek ini, sekretin melawan sekresi
lambung. Tiga hormone lain-peptida penghambat gastric, polipeptida
intestinal vasoaktif, dan somatostatin, semuanya mempunyai efek ringan
maupun sedang terhadap penghambat sekresi lambung.
Tujuan fungsional pengahambatan sekresi lambung oleh factor-faktro
intestinal kemungkinan untuk memperlambat pengeluaran kimus dari
lambung ketika usus halus sudah terisi. Kenyataannya, reflex
enterogastrik dan juga hormone-hormone penghambat ini biasanya
mengurangi motilitas lambung pada saat yang bersamaan ketika mereka
mengurangi sekresi lambung.
Sekresi Selama Periode antar Pencernaan
Lambung hanya menyekresi beberapa millimeter getah lambung yang
per jam nya selama “periode antar pencernaan” ketika tidak ada atau
hanya sedikit aksi pencernaan di usus. Sekresi yang terbentuk hampir
seluruhnya berasal dari jenis non-oksintik, yang berarti bahwa skresi
terutama terdiri dari mucus yang mengandung hanya sedikit pepsin dan
hamper tidak mengandung asam. Rangsangan emosional yang kuat
meingkatkan sekresi antar pencernaan sampai 50ml atau lebih getah
lambung yang sangat peptic dan asam perjamnya, dengan cara yang sama
seperti fase sefalik sekresi lambung merangsang sekresi pada awal
masuknya makanan. Peningkatan sekresi selama adanya rangsang
emosional yang kuat ini dianggap sebagai salah satu factor
perkembangan tukak lambung.
C. PENGOSONGAN LAMBUNG
Pegosongan lambung ditimbulkan oleh kontraksi yang kuat pada trum
lambung. Pada saat yang sama, pengosaongan dilawan oleh berbagai tingkat
resistan si terhadap pasae kimus di pilorus.
Pada umumnya, kontraksi-kontraksi ritmis lambung bersifat lemah dan
terutama berfungsi untuk menyebabkan pencampuran makanan dan seksresi
gaster. Akan tetapi, sekitar 20% dari seluruh waktu dimana peletakkan
makanan berda dalam lambung, kotraksi menjadi kuat, bermula pada bagian
pertengahan lambung, kontraksi menjadi kuat, bermula pada bagian
pertengahan lambung dan menyebar melalui bagian kaudal lambung tidak lagi
sebagai kontraksi mencampur yang lemah tetapi sebagai perisaltik yang kuat,
kontraksi sebagai cincin yang kuat , kontriksi sebagai cicin yang sangat ketat.
Sewaktu lambung secara progresif menjadi semakain kososng, kontriksi ini
mulai makin menjauh dalam korpus lambung, secara berangsur-angsur
menjepit bagian bawah tempat penyimpanan makanan dalam korpus lambung
dan membantu makanan ini menjadi kimus dalam antrum. Kontriksi peristaltik
yang kuat ini sering memmbuat tekanan air sebesar 50-70 cm, yang kira-kira
6x lebih kuat dari jenis gelombang perisaltik pencampuran yang biasa.
Intensitas lambung antrum ini merupakan faktor utama yang menentukan
kecepatan pengosongan lambung.
Bila tonus pilorus normal, setiap gelombang perisaltik yang kuat akan
mendorong beberapa mililiter kimus ke dalam duodenum. Jadi, gelombang
perisaltik menyediakan kerja pemompaan yang disebut “pompa pilorus”.
Peranan pilorus dalam mengontrol pengosongan lambung. Pembukaan
bagian distal lambung adalah pilorus. Di sini ketebalan otot sirkular menjadi
50-100 % lebih besar daripada bagian awal antrum lambung, dan secara tonik
tetap berkontraksi secar ringan hampir sepanjang waktu. Oleh karena itu, otot
sirkular pilorus disebut sfingter pilorus.
Walaupun terdapat kontriksi tonik sfingter pilorus, pilorus biasanya terbuka
bagi air dan cairan lain untuk dikosongkan dari lambung dengan muda.
Sebaliknya, kontriksi biasanya mencegah pasase sebagian besar partikel
makanan semuanya telah tercampur dalam kimus hingga memiliki konsisitensi
hampir cair.
Derajat kontriksi pilorus dapat ditingkatkan atau diturunkan dibawah
pengaruh sinyal saraf humoral dari lambung dan duodenum, seperti yang akan
didiskusikan secara singkat.
Pengaturan Pengosongan Lambung
Kecepatan pengosongan lambung dan duodenum. Akan tetapi, duodenum
memberi sinyal yang lebih kuat, selalu mengontrol pengosongan pengosongan
kimus kedalam duodenum pada kecepatan yang tidak melebihi kecepatan
kimus dicerna dan di absorpsi dalam usus halus
Faktor-Faktor Ringan dari Lambung yang Mengakibatkan Pengosongan
Lambung:
1. Volume Makanan
Peningkatan volume makanan dalam lambung menimbulkan peningkatan
pengososongan dari lambung. Bukan peningkatan tekanan makanan yang
disimpan dalam lambung yang meneybabkan peningkatan kekososongan
karena dalam jangkauan volume normal yang biasa, peningkatan volume
tidak meningkatkan peningkatan tekanan secara bermakna. Sebaliknya,
peregangan dinding lambung terutama menghasilkan refleks-refleks
mienterik setempat dalam dinding yang sangat merangsang aktivitas pompa
pilorus dan pada saat yang bersamaan sedikit menghambat pilorus.
2. Hormon Gastrin
Hasil pencernaan daging terutama menghasilkan pelepasan hormon
yang disebut gastrin dari mukosa antrum. Gastrin mempunyai efek yang
kuat untuk menyebabkan sekresi cairan lambung yang sangat asam oleh
kelenjar lambung. gastrin kelihatannya meningkatkan aktivitas pompa
pilarus. Jadi gastrin mungkin membantu sedikitnya beberapa derajat
peningkatan pengosongan lambung.
Faktor-Faktor yang Kuat dari Duodenum yang Menghambat Pengososngan
1. Refleks-refleks saraf enterogastrik dari duodenum.
Saat makanan masuk ke dalam duodenum, berbagai saraf timbul dari
dinding duodenum yang kembali melewati lambung dan melambatkan atau
bahkan menghentikan pengosongan lambung sewaktu volume kimus
didalam duodenum menjadi terlalu banyak. Refleks-reflek ini dipengaruhi
oleh 3 jalur : 1) langsung dari duodenum ke lambung melalui sistem sara
enterik pada dinding lambung 2) melalui saraf-saraf ekstrinsik yang pergi ke
ganglia simpatis prevertebral dan kemudian kembali ke lambung melalui
serat-serat saraf simpatis yang inhibitor dan 3) mungkin sedikit meluas
melalui nerveus vagus ke batang otak , dimana mereka menghambat sinyal
elektrositatorik normal yang di transmisikan ke lambung melalui nerveus
vagus.
Semua refleks paralel ini mempunyai dua efeks pada pengosongan
lambung: pertama, mereka dengan kuat menghambat kontraksi pendorongan
di antrum, dan kedua, mereka mungkin meningkatkan tonus sfingter pilorus
dari ringan sampai sedang.
Jenis-jenis faktor yang terus-menerus dimonitor di dalam duodenum dan
yang dapat membangkitkan refleks entrogastrik adalah sebagai berikut :
a. Derajat peregangan duodenum
b. Adanya iritasi dengan derajat berapapun dalam mukosa duodenum.
c. Derajat keasaman kimus duodenum.
d. Derajat osmolalitas
e. Adanya hasil-hasil pemechan tertentu dalam kimus, terutama hasil
pemecahan tertentu dalam kimus, terutama hasil pemecahan protein dan
mungkin sedikit lemak.
Refleks–refleks enterogastrik terutama sensitif terhadap adanya zat-zat
iritan dan asam di dalam duodenum, seringkali menjadi teraktivasi dengan
kuat dalam waktu 30 detik. Pemecahan produk pencernaan protein juga
menimbulkan refleks-refleks ini; dengan memperlambat kecpatan
pengosongn lambung, dipastikan terdapat cukup waktu untuk pencernaan
protein yang adekuat dibagian atas usus halus.
2. Umpan balik hormonal dari duodenum.
Hormon-hormon dilepaskan oleh usus bagian atas juga menghambat
pengosongan lambung. Secara tepat hormon mana yang menyebabkan
penghambatan umpan balik hormonal lambung tidak sepenuhnya diketahui.
Yang paling poten kelihatannya adalah CCK, yang dilepaskan mukosa
jejenum sebagai respons terhdap subtansi lemak dan kimus. Hormon ini
bertindak sebagai inhibitor kompetitif untuk menghambat peningkatan
motilitas lambung yang disebabkan oleh gastrin. Kemungkinan inhibitor
pengosongan lambung lain adalah hormon seretin dan peptida penghambat
gaster (GIP). Sekretin terutama dilepskan dari mukosa duodenum sebagai
respons terhadap asam lambung yang dilepaskan dari lambung melalui
pilorus. Hormon ini mempunyai efek menyeluruh tetapi lemah untuk
menurunkan motilitas gastrointestinal. GIP dilepaskan dari bagian atas usus
halus terutama sebagai respons terhadap lemak dan dalam kimus tetapi juga
terhadap lemak karbohidrat. Walaupun GIP diketahui dapat menghambat
motilitas gaster pada beberapa keadaan tertentu, pengrauhnya pada
konsentrasi fisiologis mungkin untuk merangsang sekresi insulin oleh
pankreas.
Ringkasnya beberapa hormon yang diketahui dapat bekerja sebagai
mekanisme hormonal untuk menghambat pengosongan labung bila terdapat
jumlah kinus yang berlebihan, terutama kimus yang asam atau berlemak ,
memasuki duodenum dari lambung. CCK mungkin merupakan yang paling
penting.
D. MEKANISME MUAL DAN MUNTAH
1. Mual
Setiap orang pernah merasakan sensasi mual dan mengetahui bahwa
mual sering merupakan gejala awal dari muntah. Mual adalah pengenalan
secara sadar terhadap eksitasi bawah sadar pada daerah medulla yang secara
erat berhubungan dengan atau merupakan bagian dari pusat muntah,dan
mual dapat disebabkan oleh implus iritasi yang datang dari traktus
gastrointestinal, implus yang berasal dari otak bawah yang berhubungan
dengan motion sickness, atau implus dari korteks serebri untuk memulai
muntah. Muntah kadang terjadi tanpa di dahului perangsangan prodromal
mual,yang menunjukkan bahwa hanya bagian-bagian tertentu dari pusat
muntah yang berhubungan dengan perangsangan mual. Terdapat bebagai
perubahan aktivitas saluran cerna yang berkaitan dengan mual, seperti
meningkatnya salivasi, menurunnya tonus lambung, dan peristaltic.
Peningkatan tonus duodenum dan jejunum menyebabkan terjadinya refluks
isi duodenum ke lambung. Namun demikian,tidak terdapat bukti yang
mengesankan bahwa hal ini menyebabkan mual. Gejala dan tanda mual
seringkali adalah pucat, meningkatnya salivasi,hendak muntah,hendak
pingsan,berkeringat,dan takikardia.
2. Muntah
Definisi
Secara sederhana, muntah adalah keluarnya kembali isi lambung
melalui mulut. Namun, jika memperhatikan bagaimana proses muntah itu
terjadi,ternyata tidak sesedrhana itu. Muntah merupakan suatu cara
dimana traktus gastrointestinal membersihkan dirinya sendiri dari isinya
ketika hampir semua bagian atas traktus gastrointestinal terisi secara
luas,sangat mengembang,atau bahkan sangat terangsang. Pusat-pusat
koordinasi muntah ini dapat diaktifkan oleh berbagai cara.Pusat muntah
menerima masukan dari korteks serebral, organ vestibular, daerah
pemacu kemoreseptor (chemoreseptor tringger zone,CTZ). Secara
anatomis, pusat muntah ini berada di dekat pusat salivasi dan pernapasan,
sehingga pada waktu muntah sering terjadi hipersalivasi (peningkatan
produksi air ludah), peningkatan kecepatan pernapasan dan detak jantung
serta pelebaran pupil mata.
Etiologi
Penyebab muntah secara umum bisa dikarenakan :
1) Penyakit infeksi atau radang di saluran atau di pusat keseimbangan.
2) Penyakit–penyakit karena gangguan metabolism kelainan
metabolism karbohidrat (galaktosemia dan sebagainya), kelainan
metabolisme asam amino/asam organic (misalnya gangguan siklus
urea dan fenilketonuria).
3) Gangguan pada system syaraf (neurologic) bisa karena gangguan pada
struktur (misalnya hidrosefalus), adanya infeksi (misalnya meningitis
dan ensefalitis), maupun karena keracunan (misalnya keracunan syaraf
oleh asiodosis dan hasil samping metabolisme lainnya).
4) Kondisi fisiologis misalnya yang terjadi pada anak-anak yang sedang
mencari perhatian dari lingkungan sekitarnya dengan mengorek
kerongkongan dengan jari telunjuknya, stress fisiologis, pergerakan
yang cepat.
5) Lain-lain, seperti mabuk perjalanan.
Kerja dari muntah
Sekali pusat muntah telah cukup dirangsang dan timbul perilaku
muntah, efek yang pertama adalah:
1. Bernafas dalam
2. Naiknya tulang lidah dan laring untuk menarik sfringter esophagus
bagian atas agar terbuka
3. Penutupan glotis, dan
4. Pengangkatan palatum mole untuk menutupi nares posterior.
Kemudian dating kontraksi yang kuat ke bawah diafragma dan otot-
otot abdomen, membentuk suatu tekanan intragastrik sampai ke batas
yang tinggi. Akhirnya, sfringter esophagus bagian bawah berelaksasi
secara lengkap,membuat pengeluaran isi lambung ke atas melalui
esophagus. Jadi, kerja muntah berasal dari suatu kerja memera otot-otot
abdomen bersama dengan pembukaan sfringter esophagus secara tiba-
tiba sehingga isi lambung dapat dikeluarkan.
Muntah dianggap penting karena dapat menjadi indikator berbagai
keadaan, seperti obstruksi usus, infeksi, nyeri, penyakit metabolic,
kehamilan, penyakit labirin dan vestibular, substansi emetic eksogen
seperti racun,uremia atau gagal ginjal,penyakit radiasi,kondisi psikologis,
migren, infark miokard, dan sinkop sirkulatorik. Mual dan muntah dapat
terjadi akibat banyak jeins penyakit sehingga penting untuk membedakan
antar gejala-gejala yang khas. Gejala yang timbul dalam beberapa jam
atau beberapa hari dapat menunjukkan adanya infeksi akut, penyakit
peradangan, atau kehamilan. Mual dan muntah yang telah berlangsung
selama beberapa minggu dapat menunjukkan adanya penyebab
obstruktif, karsinogenik, atau psikogenik. Faktor-faktor yang harus
dipertimbangkan adalah adalah waktu mual dan muntah, dan gejala yang
terkait seperti nyeri, penurunan BB, demam, menstruasi, massa abdomen,
sakit kepala, dan factor lain-lain yang dapat memengaruhi penegakan
diagnosis dan pengobatannya. Muntah juga dapat mengancam jiwa
karena berkaitan dengan system saraf otonom. Mual dan muntah juga
berpengaruh pada cairan dan elektrolit tubuh.
Faktor Predisposisi
Iritasi pada saluran pencernaan terutama pada Traktus
Gastointestinal
Kadar prostagladin
mukosa menurun
Menghambat sikloogeresis
Merangsang sistem saraf usus dan nervus vagal (n.x.vagus)
Merusak sel-sel epitel mukosa
Asam dalam obat bersifat korosif
Pemakaian obat-obatan tertentu, seperti: Apomorfin, Morfin, dan
beberapa Derivat Digitalis
Pergerakan yang cepatStress fisiologis
Peningkatan rasa kembung
Makanan tertahan di lambung rasa penuh dengan gas
Bikarbonat dan mukus dalam lambung menurun
Membran mukosa terluka/iritasi/radan
g
Asam lambung ↑
Kemampuan faktor defensif terganggu
Menekan rangsangan sistem saraf parasimpatis
Pengaktifan pusat muntah
Merangsang reseptor dari labirin yang terdapat pada
telinga bagian dalam
Penurunan peristaltik sistem akumulasi gas usus pencernaan
(usus dan lambung) di sistem pencernaan
MUNTAH
Impuls ditransmisikan terutama melalui inti vestibular ke dalam
serebellum ke Zona CTZ
Gerakan pernapasan spasmodik melawan glotis dan gerakan inspirasi dinding dada dan
diafragmaKontraksi otot-otot abdomen saat ekspirasi mengendalikan inspirasi
Obat-obatan pernapasan berkontraksi
Mengirim sinyal dari lapisan otak luar dan lymbic system ke
Vomiting Center (VC)/pusat muntah
Menstimulasi jalur saraf aferen
MUAL
Perasaan tidak enak di belakang tenggoroknan dan epigastrium
Pembesaran kerongkongan
Melawan celah yang tertutup
RR ↑
Sebagian duodenum dan sekresi pankreas masuk ke dalam lambung
Isi kerongkongan masuk lagi ke dalam lambung
Relaksasi otot-otot perut
Isi lambung didorong ke kerongkongan
Menekan aktivitas lambung
Otot-otot perut berkontraksi
Pelebaran pupil mata
Hypersalivasi
HR↑
Patofisiologi Mual dan Muntah
E. MEKANISME DIARE
Diare merupakan suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan
bentuk dan konsistensi pada tinja, yang melembek atau mencair dan
bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya (empat kali atau
lebih dalam sehari). Umumnya diare disebabkan karena adanya infeksi (oleh
virus, bakteri, maupun parasit), malabsorbsi, alergi, dan juga intoksikasi.
Disebut sebagai diare bila tinja berbentuk cair dan dengan frekuensi
pengeluaran lebih dari empat kali dalam sehari. Ada dua mekanisme dasar
terjadinya diare, yaitu:
1. Pengeluaran cairan di usus yang berlebihan akibat toksin, disebut juga
dengan diare sekresi. Pada diare jenis ini, permukaan dinding usus tidak
rusak.
2. Absorbsi karbohidrat dan lemak yang buruk, disebut juga dengan diare
osmotik. Pada diare jenis ini, dinding usus mengalami kerusakan.
Etiologi
Sebagian besar (85%) diare disebabkan oleh virus dan sisanya (15%)
disebabkan oleh bakteri, parasit, jamur, alergi makanan, keracunan
makanan, malabsorpsi makanan dan lain-lain. Golongan virus penyebab
diare, terdiri dari Rotavirus, virus Norwalk, Norwalk like virus, Astrovius,
Calcivirus, dan Adenovirus. Golongan bakteri penyebab diare, antara lain
Escherichia coli (EPEC, ETEC, EHEC, EIEC), Salmonella, Shigella, Vibrio
cholera, Clostridium difficile, Aeromonas hydrophilia, Plesiomonas
shigelloides, Yersinia enterocolitis, Campilobacter jejuni, Staphilococcus
aureus dan Clostridium botulinum. Golongan parasit penyebab diare, antara
lain Entamoeba histolytica, Dientamoeba fragilis, Giardia lamblia,
Cryptosporidium parvum, Cyclospora sp, Isospora belli, Blastocyctis
hominis dan Enterobius vermicularis. Golongan cacing penyebab diare,
antara lain Strongiloides stercoralis, Capillaria philippinensis dan
Trichinella spiralis. Golongan jamur penyebab diare, antara lain
Candidiasis, Zygomycosis dan Coccidioidomycosis.
Patofisiologi
Patofisiologi dasar terjadinya diare adalah absorpsi yang berkurang dan
atau sekresi yang meningkat. Adapun mekanisme yang mendasarinya adalah
mekanisme sekretorik, mekanisme osmotik dan campuran. Mekanisme
sekretorik atau disebut juga dengan diare sekretorik disebabkan oleh sekresi
air dan elektrolit ke dalam usus halus. Hal ini terjadi, bila absorpsi natrium
oleh villi gagal sedangkan sekresi klorida di sel epitel berlangsung terus atau
meningkat. Kalau pada diare infeksi prinsip dasarnya adalah kemampuan
bakteri mengeluarkan toksin-toksin yang bertindak sebagai reseptor untuk
melekat pada enterosit, merusak membran enterosit dan kemudian
menghancurkan membran enterosit, mengaktifkan enzim-enzim intraseluler
sehingga terjadi peningkatan sekresi, sehingga terjadi diare sekresi. Tapi
jika ada kerusakan enterosit, maka disamping diare sekresi juga dapat terjadi
diare osmotik tergantung dari derajat kerusakannya. Diare osmotik terjadi
karena tidak dicernanya bahan makanan secara maksimal, akibat dari
insufisiensi enzim. Makanan dicerna sebagian, dan sisanya akan
menimbulkan beban osmotik intraluminal bagian distal. Hal ini memicu
pergerakan cairan intravascular ke intraluminal, sehingga terjadi okumulasi
cairan dan sisa makanan. Di kolon sisa makanan tersebut akan
didecomposisi oleh bakteri-bakteri kolon menjadi asam lemak rantai
pendek, gas hydrogen dan lain-lain. Adanya bahan-bahan makanan yang
sudah didecomposisi ini menyebabkan tekanan osmotik intraluminal kolon
akan lebih meningkat lagi, sehingga sejumlah cairan akan tertarik lagi ke
intraluminal kolon sehingga terjadi diare osmotik.
Ada beberapa macam mekanisme yang mendasari terjadinya diare.
a. Terjadi peningkatan sekresi. Hal ini biasanya disebabkan oleh zat yang
merangsang terjadinya peningkatan sekresi, baik dari luar (misalnya toksin
kolera) atau dari dalam (pada penyakit inklusi mikrovili kongenital). Pada
diare jenis ini terjadi penurunan penyerapan dan peningkatan sekresi air dan
transport elektrolit ke dalam usus. Fesesnya akan berupa cairan dengan
osmolaritas yang normal (= 2x [Na + K]), dan tidak ditemukan adanya sel
lekosit (sel darah putih). Contoh diare jenis ini adalah diare karena penyakit
kolera, E. coli toxigenik, karsinoid, neuroblastoma, diare klorida kongenital,
Clostridium difficile, dan cryptosporidiosis (AIDS). Diare jenis ini tidak
akan berhenti meskipun penderita puasa.
b. Diare Osmotik. Diare jenis ini terjadi karena kita menelan makanan yang
sulit diserap, baik karena memang makanan tersebut sulit diserap
(magnesium, fosfat, laktulosa, sorbitol) atau karena terjadi gangguan
penyerapan di usus (penderita defisiensi laktose yang menelan laktosa).
Karbohidrat yang tidak diserap di usus ini akan difermentasi di usus besar,
dan kemudian akan terbentuk asam lemak rantai pendek. Meskipun asam
lemak rantai pendek ini dapat diserap oleh usus, tetapi jika produksinya
berlebihan, akibatnya jumlah yang diserap kalah banyak dibandingkan
jumlah yang dihasilkan, sehingga menyebabkan peningkatan osmolaritas di
dalam usus. Peningkatan osmolaritas ini akan menarik air dari dalam
dinding usus untuk keluar ke rongga usus. Akibatnya, terjadi diare cair yang
bersifat asam, dengan osmolaritas yang tinggi (> 2x[Na + K]), tanpa disertai
adanya leukosit di feses. Contoh diare jenis ini adalah diare pada penderita
defisiensi enzym laktase yang mengkonsumsi makanan yang mengandung
laktosa. Ciri diare jenis ini adalah diare akan berhenti jika penderita puasa
(menghentikan memakan makanan yang menyebabkan diare tersebut).
c. Peningkatan gerak usus. Peningkatan gerak usus yang berlebihan akan
mengakibatkan penurunan waktu transit makanan di usus. Infeksi usus dapat
menyebabkan diare jenis ini. Feses yang terbentuk biasanya sedikit cair,
lembek, sampai menyerupai bentuk feses normal dengan volume yang tidak
terlalu besar. Contoh diare jenis ini adalah diare pada thyrotoksikosis dan
sindrom iritasi saluran cerna.
d. Peningkatan gerak usus. Diare ini terjadi karena terjadi gangguan
neuromuskular, dapat disebabkan oleh pertumbuhan bakteri usus yang
berlebihan. Feses yang dihasilkan biasanya sedikit cair, lembek, sampai
menyerupai bentuk feses normal. Contoh diare jenis ini adalah pada keadaan
pseudo-obstruksi.
e. Penurunan permukaan usus. Penurunan permukaan usus ini akan
menyebabkan gangguan pergerakan dan osmolaritas usus. Feses pada diare
ini berbentuk cair, dan untuk tata laksananya kadang membutuhkan
penambahan nutrisi yang mungkin perlu diberikan secara parenteral. Contoh
diare jenis ini adalah diare pada penyakit celiac dan enteritis karena
rotavirus.
f. Terjadi invasi patogen mukosa usus. Invasi patogen pada mukosa usus
akan menyebabkan reaksi peradangan, penurunan penyerapan di usus, dan
peningkatan gerak usus. Feses yang dihasilkan biasanya disertai darah yang
dapat dilihat dengan jelas (dengan mata telanjang) atau dengan bantuan
mikroskop (terlihat adanya sel darah merah). Contoh diare jenis ini adalah
diare yang disebabkan oleh infeksi kuman Salmonela, Shigela, Yersinia,
Campylobacter, atau infeksi amuba.
MEKANISME KEMBUNG
Penyebab kembung:
1. Produksi gas yang berlebihan.
Produksi gas yang berlebihan biasanya disebabkan oleh bakteri,
melalui 3 mekanisme. Pertama, jumlah gas yang dihasilkan oleh setiap
individu tidak sama sebab ada bakteri tertentu yang menghasilkan banyak
gas sementara yang lainnya tidak. Kedua, makanan yang sulit dicerna
dan diabsorbsi di usus halus menyebabkan banyaknya makanan yang
sampai di usus besar sehingga makanan yang harus dicerna bakteri akan
bertambah dan gas yang dihasilkan bertambah banyak. Contohnya adalah
pada kelainan intoleransi laktosa, sumbatan pankreas, dan saluran
empedu. Ketiga, karena keadaan tertentu bakteri tumbuh dan
berkembang di usus halus dimana biasanya seharusnya di usus besar.
Biasanya hal ini berpotensi meningkatkan flatus (buang Angin/kentut).
2. Sumbatan mekanis.
Sumbatan dapat terjadi di sepanjang lambung sampai rectum, jika
bersifat sementara dapat menyebabkan kembung yang bersifat sementara.
Contohnya adalah adanya parut di katub lambung Yang dapat
mengganggu aliran dari lambung ke usus. Sesudah makan makanan
bersama udara tertelan, kemudian setelah 1-2 jam lambung mengeluarkan
asam dan cairan dan bercampur dengan makanan untuk membantu
pencernaan. Jika terdapat sumbatan yang tidak komplit makan makanan
dan hasil pencernaan dapat masuk ke usus dan dapat mengatasi kembung.
Selain itu kondisi feces yang terlalu keras juga dapat menjadi sumbatan
yang dapat memperparah kembung.
3. Sumbatan fungsional.
Yang dimaksud sumbatan fungsional adalah akibat kelemahan yang
tejadi pada otot lambung dan usus sehingga gerakan dari saluran cerna
tidak baik yang menyebabkan pergerakan makanan menjadi lambat
sehingga terjadi kembung. Hal ini bisa terjadi pada penyakit
gastroparesis, irritable bowel syndrome(IBS) dan Hirschprung's. Selain
itu faktor makanan seperti lemak juga akan memperlambat pergerakan
makanan, gas, dan cairan ke saluran cerna bawah yang juga berakibat
kembung. Serat yang digunakan untuk mengatasi sembelit juga dapat
menyebabkan kembung tanpa adanya peningkatan jumlah gas, namun
adanya kembung ini disebabkan oleh melambatnya aliran gas ke usus
kecil akibat serat.
4. Hipersensitifitas saluran cerna.
Beberapa orang ada yang memang hipersensitif terhadap kembung ,
mereka merasakan kembung padahal jumlah makanan, gas, dan cairan di
saluran cerna dalam batas normal, biasanya bila mengkonsumsi makanan
yang mengandung lemak.
Untuk memahami kembung ada 2 hal yang harus diketahui:
1. Gejala/bloating: merupakan perasaan (subyektif) perut seperti lebih besar
dari normal, jadi merupakan suatu tanda atau gejala ketidaknyamanan,
merupakan hal yang lebih ringan dari distention.
2. Tanda/distention: merupakan hasil pemeriksaan fisik (obyektif) dimana
didapatkan bahwa perut lebih besar dari normal, bisa didapatkan dari
observasi saat menggunakan baju jadi kesempitan dan lambung jelas lebih
besar dari biasanya.
Ada 3 hal yang dapat menyebabkan membesarnya ukuran perut dan harus
dibedakan, yaitu air,udara, dan jaringan dalam perut. Kembung dibedakan
menjadi 2 bagian yaitu:
1. Berkelanjutan, biasanya akibat adanya massa atau pembesaran organ dalam
perut seperti tumor, cairan (asites), atau jaringan lemak (kegemukan).
2. Sementara/hilang timbul , yang berhubungan dengan peningkatan gas atau
cairan dalam lambung, usus halus maupun usus besar.
Ada beberapa hal yang berkaitan dengan kembung:
1. Sendawa (burping/belching) adalah keluarnya gas dari saluran cerna
(kerongkongan dan lambung) ke mulut yang disertai adanya suara dan
kadang-kadang bau. Timbulnya suara tersebut disebabkan oleh getaran
udara / gas pada katub kerongkongan saat keluarnya gas. Hal ini merupakan
hal yang sangat umum bisa terjadi pada siapa saja, dan merupakan usaha
untuk melepaskan udara yang terperangkap di lambung yang biasanya
menimbulkan ketidak nyamanan di saluran cerna.
Penyebab sendawa:
- Makan/minum terlalu cepat
- Menelan udara
- Minum minuman berkarbonasi
- Obat-obatan tertentu seperti metformin
- Orang yang sedang cemas
- Jika disertai gejala-gejala dispepsia merupakan salah satu tanda penyakit
maag.
Sendawa terjadi akibat meningkatnya kadar gas dalam lambung sehingga
tekanan dalam lambung meningkat yang merangsang reflex untuk
melakukan sendawa, dimana terjadi peningkatan tekanan di rongga prerut
dan penurunan tekanan di rongga dada yang menyebabkan keluarnya udara
dari lambung (di rongga perut) ke kerongkongan (di rongga dada). Selain
karena banyaknya gas yang terperangkap di lambung sendawa juga dapat
disebabkan karena kebiasaan semata. Untuk beberapa orang sendawa
dianggap sebagai suatu cara untuk mengurangi ketidaknyamanan di perut
walaupun bukan karena peningkatan kadar gas. Sendawa tidak sesederhana
yang dipikirkan, namun berhubungan erat dengan koordinasi beberapa
aktivitas. Laring harus selalu tertutup supaya cairan ataupun makanan yang
naik dari lambung tidak masuk ke paruparu. Saat menelan laring terangkat
secara otomatis dan sejalan dengan itu katup kerongkongan atas terbuka
sehingga mempermudah gas keluar dari kerongkongan ke tenggorokan.
Katup kerongkongan bawah juga terbuka sehingga gas dapat naik dari
lambung ke kerongkongan. Saat itu semua terjadi diafragma turun ketika
menarik nafas. Terjadi peningkatan tekanan di rongga perut dan penurunan
tekanan di rongga dada yang menyebabkan keluarnya udara dari lambung
(di rongga perut) ke kerongkongan (di rongga dada).
Jika rasa tidak nyaman di perut bukan karena peningkatan gas, sendawa
tidak menyelesaikan masalah. Jika demikian berarti ada hal lain di perut
yang perlu ditatalaksana dan harus dicari penyebabnya. Sendawa merupakan
suatu gejala yang bisa disebabkan oleh penyakit di saluran cerna dan kondisi
yang menyebabkan ketidaknyamanan di rongga perut.
2. Flatus/Kentut
Flatus merupakan keluarnya gas dalam saluran cerna melalui anus yang
bersumber dari udara yang tertelan atau hasil produksi dari bakteri. Namun
terjadinya flatus lebih sering diakibatkan oleh produksi dari bakteri di
saluran cerna atau usus besar berupa hidrogen dan atau methan pada
keadaan banyak mengkonsumsi kandungan gula dan polisakarida. Contoh
gula adalah seperti laktosa (gula susu) , sorbitol sebagai pemanis rendah
kalori, dan fruktosa pemanis yang biasanya digunakan pada permen dan
minuman.
Zat tepung juga sering menjadi sumber gas, kandungan polisakarida dari
gandum, kentang, jagung dan beras. Beras menghasilkan gas yang relatif
lebih sedikit dibanding yang lainnya. Zat tepung dari padi-padian yang
belum diproses menyebabkan lebih banyak gas dibandingkan dengan biji-
bijian yang sudah mengalami proses karena kandungan seratnya masih utuh,
dimana serat merupakan bahan yang tidak dapat dicerna oleh enzim
pencernaan namun akan dimetabolisme oleh bakteri sehingga menghasilkan
gas.
Banyak mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan yang mengandung
selulosa tidak menghasilkan banyak gas sebab selulosa dimetabolisme
sedikit oleh bakteri, kecuali jika buah atau sayuran tersebut mengandung
lebih banyak gula atau polisakarida dibanding selulosa. Gas tertelan dalam
jumlah wajar tidak dapat dihindari dan gas dari hasil produksi bakteri juga
akan terus berlangsung namun secara fisiologis gas itu akan dikeluarkan
dari saluran cerna melalui flatus dengan mekanisme kontraksi otot usus
untuk menghindari menumpuknya gas di saluran cerna. Gas juga dapat
diserap ke aliran darah dan akan dikeluarkan melalui pernafasan.
Gas tertelan dalam jumlah wajar tidak dapat dihindari dan gas dari hasil
produksi bakteri juga akan terus berlangsung namun secara fisiologis gas itu
akan dikeluarkan dari saluran cerna melalui flatus dengan mekanisme
kontraksi otot usus untuk menghindari menumpuknya gas di saluran cerna.
Gas juga dapat diserap ke aliran darah dan akan dikeluarkan melalui
pernafasan.
Ada beberapa tips cara mengatasi perut kembung maag:
1. Hindari mengkonsumsi makanan-makanan yang bisa menyebabkan perut
kembung, misalnya kol, pisang, bawang merah, brokoli, makanan pedas,
soda, minuman karbonasi, es kirim, dan sebagainya.
2. Hindari makanan-makanan berlemak dan gorengan karena makanan jenis
ini dapat menghambat pengosongan perut dan meningkatkan sensasi rasa
kenyang.
3. Kurangi konsumsi produk susu. Carilah produk susu yang rendah
kandungan laktosanya, misalnya yoghurt.
4. Konsumsilah obat-obatan yang mengandung simethicone karena bisa
membantu memecah gelembung-gelembung gas yang mengakibatkan
perut kembung.
Hubungan sendawa dan kembung dengan sakit maag. Sakit maag
ditandai oleh adanya sindrom dispepsia yang terdiri dari beberapa gejala
seperti rasa tidak nyaman di ulu hati, sendawa, kembung, mual dan muntah.
Jika seseorang sering sendawa atau perut kembung yang disertai rasa tidak
nyaman di ulu hati kemungkinan besar sedang menderita sakit maag. Jadi
sendawa dan kembung dengan sakit maag saling berhubungan sebab
sendawa dan kembung merupakan salah satu tanda seseorang sedang
menderita sakit maag. Terutama jika seseorang mempunyai resiko tinggi
untuk menderita sakit maag seperti makan tidak teratur, suka makan pedas
dan asam, merokok dan minum alkohol, suka minum kopi, dan rentan
terhadap stress.
Faktor Predisposisi Diare
Infeksi : Virus, bakteri, parasit
Masuk saluran cerna
Menempel pada mukosa epitel
Peningkatan daya dorong kontraksi otot sal cerna
Merusak vili usus Hiperperistaltik
Gerak usus↑
↓ Waktu transit makanan di usus
Absorbsi makanan tidak sempurna
Gangguan neuromuscular
Defisiensi enzim laktase
Makanan tidak diserap di usus
halus
Mak masuk usus besar
Fermentasi makanan
Asam lemak rantai pendek
Osmolaritas usus ↑
Menarik cairan ke lumen usus
Psikologis
Stimulasi simpatik ↑
Sekresi HCl ↑
Iritasi sal cerna
Dinding usus teregang
Depolarisasai ↑
Motilitas usus ↑
Alergi/ agen toxigenic
Enterotoxin
Menembus dinding usus halus
Inflamasi local pada usus halus
Nekrosis jaringan
Ulkus
DIARE
Kehilangan Cairan
Di intravaskular Di interstitial
Beban jantung↓
Tek darah ↓
Kekentalan darah ↑
Hematocrite ↑
SV ↓
HR ↑
Perfusi jaringan ↓Glikolisis anaerob
Shock hipovol
emik
Kehilangan Na↓Na = ↓ air/BB
Kehilangan HCO3
RatioH2CO3 : NaHCO3
1 : < 2
Kehilangan K
Hiperpolarisasi usus
Perubahan aktivitas
listrik jantung
Bising usus Udara di sal cerna
Kembung
Tanda dehidrasi:Turgor ↓Mukosa keringBB ↓
Asidosis Metabolik
Patofisiologi Diare
F. DEFINISI GASTRITIS
GASTRITIS
( www.indofarmacorporate.com)
1. Definisi
Gastritis atau lebih dikenal sebagai magg berasal dari bahasa yunani
yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti
inflamasi/peradangan. Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi
terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan
peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat
dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat
mengakibatkan ulserasi di lambung yaitu Helicobacter pylori. Tetapi factor
– factor lain seperti trauma fisik dan pemakaian secara terus menerus
beberapa obat penghilang sakit dapat juga menyebabkan gastritis.
Gastritis merupakan peradangan mukosa lambung. Tergantung pada
penyebabnya, gastritis bisa berlangsung akut atau kronik dan bisa
menyerupai kondisi yang lebih berat seperti atrofi mukosa lambung. Nyeri
perut sebelah atas merupakan gejala yang paling sering dialami oleh
penderita gastritis, dan kadang disebut sebagai dispepsia. Pada beberapa
kondisi, gastritis bisa mengarah pada pembentukkan tukak dan beresiko
terhadap kanker lambung. Akan tetapi, sebagian besar penderita, gastritis
bukanlah kondisi yang berbahaya dan bisa sembuh cepat dengan
pengobatan.
Pada pemeriksaan endoskopi yang dilakukan pada klien gastritis
ditemukan eritema mukosa, sedangkan hasil foto memperlihatkan
iregularitas mukosa. Gastritis terbagi dua, yaitu:
a. Gastritis akut
Merupakan kelainan klinis akut yang jelas penyebabnya dengan tanda
dan gejala yang khas. Biasanya ditemukan sel inflamasi akut dan
neutrofil. Jenisnya adalah: gastritis stress akut, gastritis erosive kronis,
gastritis eosinofilik, gastritis bakterialis.
b. Gastitis kronik
Penyebabnya tidak jelas, sering bersifat multifaktor dengan
perjalanan kilnik bervariasi. Kelainan ini berkaitan erat dengan infeksi H.
pylori. Jenisnya adalah: gastritis sel plasma, penyakit meniere.
2. Etiologi
Lambung adalah sebuah kantung otot yang kosong, terletak pada bagian
kiri atas perut tepat dibawah tulang iga. Lambung orang dewasa mempunyai
panjang berkisar antara 10 inchi dan dapat mengembang untuk menampung
makanan atau minuman sebanyak 1 gallon. Bila lambung dalam keadaan
kosong, maka ia akan melipat, mirip seperti sebuah akordion. Ketika
lambung mulai terisi dan mengembang, lipatan - lipatan tersebut secara
bertahap membuka.
Lambung memproses dan menyimpan makanan dan secara bertahap
melepaskannya ke dalam usus kecil. Ketika makanan masuk ke dalam
esophagus, sebuah cincin otot yang berada pada sambungan antara
esophagus dan lambung (esophageal sphincter) akan membuka dan
membiarkan makanan masuk ke lambung. Setelah masuk ke lambung cincin
in menutup. Dinding lambung terdiri dari lapisan lapisan otot yang kuat.
Ketika makanan berada di lambung, dinding lambung akan mulai
menghancurkan makanan tersebut. Pada saat yang sama, kelenjar - kelenjar
yang berada di mukosa pada dinding lambung mulai mengeluarkan cairan
lambung (termasuk enzim-enzim dan asam lambung) untuk lebih
menghancurkan makanan tersebut.
Salah satu komponen cairan lambung adalah asam hidroklorida. Asam ini
sangat korosif sehingga paku besi pun dapat larut dalam cairan ini. Dinding
lambung dilindungi oleh mukosa-mukosa bicarbonate (sebuah lapisan
penyangga yang mengeluarkan ion bicarbonate secara regular sehingga
menyeimbangkan keasaman dalam lambung) sehingga terhindar dari sifat
korosif asam hidroklorida.
Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung ini kewalahan dan
mengakibatkan rusak dan meradangnya dinding lambung. Beberapa
penyebab yang dapat mengakibatkan terjadinya gastritis antara lain :
a. Gastritis Akut.
1) Gastritis stress akut, merupakan jenis Gastritis yang paling berat,
yang disebabkan akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar
atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga borok serta
pendarahan pada lambung.
2) Gastitis erosif kronis, bisa merupakan akibat dari :
Crohn's disease. Walaupun penyakit ini biasanya menyebabkan
peradangan kronis pada dinding saluran cerna, namun kadang-
kadang dapat juga menyebabkan peradangan pada dinding
lambung. Ketika lambung terkena penyakit ini, gejala-gejala dari
Crohn's disease (yaitu sakit perut dan diare dalam bentuk cairan)
tampak lebih menyolok daripada gejala-gejala gastritis.
Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus. Obat
analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin,
ibuprofen dan naproxen dapat menyebabkan peradangan pada
lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas
melindungi dinding lambung. Jika pemakaian obat - obat tersebut
hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah lambung
akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus
atau pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan
peptic ulcer.
3) Gastritis esinofilik, terjadi akibat dari reaksi alergi terhadap infestasi
cacing gelang. Eosinofil (sel darah putih) terkumpul di dinding
lambung.
b. Gastritis kronik
1) Gastritis sel plasma, merupakan Gastritis yang penyebabnya tidak
diketahui. Sel plasma (salah satu jenis sel darah putih) terkumpul di
dalam dinding lambung dan organ lainnya.
2) Penyakit meniere, merupakan jenis gastritis yang pnyebabnya tidak
diketahui. Dinding lambung menjadi tebal, lipatannya menebal,
kelenjarnya membesar dan memiliki kista yang terisi cairan. Sekitar
10% penderita penyakit ini menderita kanker lambung.
3) Gastritis Bakterialis.
Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri H. Pylori
yang hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding
lambung. Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti bagaimana bakteri
tersebut dapat ditularkan, namun diperkirakan penularan tersebut
terjadi melalui jalur oral atau akibat memakan makanan atau minuman
yang terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi H. pylori sering terjadi
pada masa kanak - kanak dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak
dilakukan perawatan. Infeksi H. pylori ini sekarang diketahui sebagai
penyebab utama terjadinya peptic ulcer dan penyebab tersering
terjadinya gastritis. Infeksi dalam jangka waktu yang lama akan
menyebabkan peradangan menyebar yang kemudian mengakibatkan
perubahan pada lapisan pelindung dinding lambung. Salah satu
perubahan itu adalah atrophic gastritis, sebuah keadaan dimana
kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung secara perlahan rusak.
Peneliti menyimpulkan bahwa tingkat asam lambung yang rendah
dapat mengakibatkan racun-racun yang dihasilkan oleh kanker tidak
dapat dihancurkan atau dikeluarkan secara sempurna dari lambung
sehingga meningkatkan resiko (tingkat bahaya) dari kanker lambung.
Tapi sebagian besar orang yang terkena infeksi H. pylori kronis tidak
mempunyai kanker dan tidak mempunyai gejala gastritis, hal ini
mengindikasikan bahwa ada penyebab lain yang membuat sebagian
orang rentan terhadap bakteri ini sedangkan yang lain tidak.
c. Penyebab Lainnya
Penggunaan alkohol secara berlebihan. Alkohol dapat mengiritasi
dan mengikis mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding
lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun pada kondisi
normal.
Penggunaan kokain. Kokain dapat merusak lambung dan
menyebabkan pendarahan dan gastritis.
Kelainan autoimmune. Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika
sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat yang berada dalam
dinding lambung. Hal ini mengakibatkan peradangan dan secara
bertahap menipiskan dinding lambung, menghancurkan kelenjar-
kelenjar penghasil asam lambung dan menganggu produksi faktor
intrinsic (yaitu sebuah zat yang membantu tubuh mengabsorbsi
vitamin B-12). Kekurangan B-12, akhirnya, dapat mengakibatkan
pernicious anemia, sebuah konsisi serius yang jika tidak dirawat dapat
mempengaruhi seluruh sistem dalam tubuh. Autoimmune atrophic
gastritis terjadi terutama pada orang tua.
Radiasi and kemoterapi. Perawatan terhadap kanker seperti
kemoterapi dan radiasi dapat mengakibatkan peradangan pada dinding
lambung yang selanjutnya dapat berkembang menjadi gastritis dan
peptic ulcer. Ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan
yang terjadi biasanya sementara, tapi dalam dosis besar akan
mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi permanen dan dapat
mengikis dinding lambung serta merusak kelenjar-kelenjar penghasil
asam lambung.
Penyakit bile reflux. Bile (empedu) adalah cairan yang membantu
mencerna lemak-lemak dalam tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati.
Ketika dilepaskan, empedu akan melewati serangkaian saluran kecil
dan menuju ke usus kecil. Dalam kondisi normal, sebuah otot
sphincter yang berbentuk seperti cincin (pyloric valve) akan mencegah
empedu mengalir balik ke dalam lambung. Tapi jika katup ini tidak
bekerja dengan benar, maka empedu akan masuk ke dalam lambung
dan mengakibatkan peradangan dan gastritis.
Faktor-faktor lain. Gastritis sering juga dikaitkan dengan konsisi
kesehatan lainnya seperti HIV/AIDS, infeksi oleh parasit, dan gagal
hati atau ginjal.
3. Manifestasi Klinis
Walaupun banyak kondisi yang dapat menyebabkan gastritis, gejala dan
tanda – tanda penyakit ini sama antara satu dengan yang lainnya. Gejala-
gejala tersebut antara lain :
Perih atau sakit seperti terbakar pada perut bagian atas yang dapat menjadi
lebih baik atau lebih buruk ketika makan
Mual
Muntah
Kehilangan selera
Kembung
Terasa penuh pada perut bagian atas setelah makan
Kehilangan berat badan
Gastritis yang terjadi tiba – tiba (akut) biasanya mempunyai gejala mual
dan sakit pada perut bagian atas, sedangkan gastritis kronis yang
berkembang secara bertahap biasanya mempunyai gejala seperti sakit yang
ringan pada perut bagian atas dan terasa penuh atau kehilangan selera. Bagi
sebagian orang, gastritis kronis tidak menyebabkan apapun.
Kadang, gastritis dapat menyebabkan pendarahan pada lambung, tapi hal
ini jarang menjadi parah kecuali bila pada saat yang sama juga terjadi borok
pada lambung. Pendarahan pada lambung dapat menyebabkan muntah darah
atau terdapat darah pada feces dan memerlukan perawatan segera.
Karena gastritis merupakan salah satu dari sekian banyak penyakit
pencernaan dengan gejala - gejala yang mirip antara satu dengan yang
lainnya, menyebabkan penyakit ini mudah dianggap sebagai penyakit
lainnya seperti :
Gastroenteritis. Juga disebut sebagai flu perut (stomach flu), yang
biasanya terjadi akibat infeksi virus pada usus. Gejalanya meliputi diare,
kram perut dan mual atau muntah, juga ketidaksanggupan untuk
mencerna. Gejala dari gastroenteritis sering hilang dalam satu atau dua
hari sedangkan untuk gastritis dapat terjadi terus menerus.
Heartburn. Rasa sakit seperti terbakar yang terasa di belakang tulang dada
ini biasanya terjadi setelah makan. Hal ini terjadi karena asam lambung
naik dan masuk ke dalam esophagus (saluran yang menghubungkan
antara tenggorokan dan perut). Heartburn dapat juga menyebabkan rasa
asam pada mulut dan terasa sensasi makanan yang sebagian sudah
dicerna kembali ke mulut.
Stomach ulcers. Jika rasa perih dan panas dalam perut terjadi terus
menerus dan parah, maka hal itu kemungkinan disebabkan karena adanya
borok dalam lambung. Stomach (peptic) ulcer atau borok lambung adalah
luka terbuka yang terjadi dalam lambung. Gejala yang paling umum
adalah rasa sakit yang menjadi semakin parah ketika malam hari atau
lambung sedang kosong. Gastritis dan stomach ulcers mempunyai
beberapa penyebab yang sama, terutama infeksi H. pylori. Penyakit ini
dapat mengakibatkan terjadinya gastritis dan begitu juga sebaliknya.
Nonulcer dyspepsia. Merupakan kelainan fungsional yang tidak terkait
pada penyakit tertentu. Penyebab pasti keadaan ini tidak diketahui, tetapi
stress dan terlalu banyak mengkonsumsi gorengan, makanan pedas atau
makanan berlemak diduga dapat mengakibatkan keadaan ini. Gejalanya
adalah sakit pada perut atas, kembung dan mual.
4. Komplikasi
Jika dibiarkan tidak terawat, gastritis akan dapat menyebabkan peptic
ulcers dan pendarahan pada lambung. Beberapa bentuk gastritis kronis
dapat meningkatkan resiko kanker lambung, terutama jika terjadi penipisan
secara terus menerus pada dinding lambung dan perubahan pada sel-sel di
dinding lambung.
Kebanyakan kanker lambung adalah adenocarcinomas, yang bermula
pada sel-sel kelenjar dalam mukosa. Adenocarcinomas tipe 1 biasanya
terjadi akibat infeksi H. pylori. Kanker jenis lain yang terkait dengan infeksi
akibat H. pylori adalah MALT (mucosa associated lymphoid tissue)
lymphomas, kanker ini berkembang secara perlahan pada jaringan sistem
kekebalan pada dinding lambung. Kanker jenis ini dapat disembuhkan bila
ditemukan pada tahap awal.
5. Terapi
Terapi gastritis sangat bergantung pada penyebab spesifiknya dan
mungkin memerlukan perubahan dalam gaya hidup, pengobatan atau, dalam
kasus yang jarang, pembedahan untuk mengobatinya.
a. Terapi terhadap asam lambung
Asam lambung mengiritasi jaringan yang meradang dalam lambung
dan menyebabkan sakit dan peradangan yang lebih parah. Itulah
sebabnya, bagi sebagian besar tipe gastritis, terapinya melibatkan obat-
obat yang mengurangi atau menetralkan asam lambung seperti :
Anatsida. Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk
cairan atau tablet dan merupakan obat yang umum dipakai untuk
mengatasi gastritis ringan. Antasida menetralisir asam lambung dan
dapat menghilangkan rasa sakit akibat asam lambung dengan cepat.
Penghambat asam. Ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatasi
rasa sakit tersebut, dokter kemungkinan akan merekomendasikan obat
seperti cimetidin, ranitidin, nizatidin atau famotidin untuk mengurangi
jumlah asam lambung yang diproduksi.
Penghambat pompa proton. Cara yang lebih efektif untuk
mengurangi asam lambung adalah dengan cara menutup “pompa”
asam dalam sel-sel lambung penghasil asam. Penghambat pompa
proton mengurangi asam dengan cara menutup kerja dari “pompa-
pompa” ini. Yang termasuk obat golongan ini adalah omeprazole,
lansoprazole, rabeprazole dan esomeprazole. Obat-obat golongan ini
juga menghambat kerja H. pylori.
Cytoprotective agents. Obat-obat golongan ini membantu untuk
melindungi jaringan-jaringan yang melapisi lambung dan usus kecil.
Yang termasuk ke dalamnya adalah sucraflate dan misoprostol. Jika
meminum obat-obat AINS secara teratur (karena suatu sebab), dokter
biasanya menganjurkan untuk meminum obat-obat golongan ini.
Cytoprotective agents yang lainnya adalah bismuth subsalicylate yang
juga menghambat aktivitas H. pylori.
b. Terapi terhadap H. pylori
Terdapat beberapa regimen dalam mengatasi infeksi H. pylori. Yang
paling sering digunakan adalah kombinasi dari antibiotik dan
penghambat pompa proton. Terkadang ditambahkan pula bismuth
subsalycilate. Antibiotik berfungsi untuk membunuh bakteri, penghambat
pompa proton berfungsi untuk meringankan rasa sakit, mual,
menyembuhkan inflamasi dan meningkatkan efektifitas antibiotik.
Terapi terhadap infeksi H. pylori tidak selalu berhasil, kecepatan
untuk membunuh H. pylori sangat beragam, bergantung pada regimen
yang digunakan. Akan tetapi kombinasi dari tiga obat tampaknya lebih
efektif daripada kombinasi dua obat. Terapi dalam jangka waktu yang
lama (terapi selama 2 minggu dibandingkan dengan 10 hari) juga
tampaknya meningkatkan efektifitas.
Untuk memastikan H. pylori sudah hilang, dapat dilakukan
pemeriksaan kembali setelah terapi dilaksanakan. Pemeriksaan
pernapasan dan pemeriksaan feces adalah dua jenis pemeriksaan yang
sering dipakai untuk memastikan sudah tidak adanya H. pylori.
Pemeriksaan darah akan menunjukkan hasil yang positif selama beberapa
bulan atau bahkan lebih walaupun pada kenyataanya bakteri tersebut
sudah hilang.
6. Pencegahan
Walaupun infeksi H. pylori tidak dapat selalu dicegah, berikut beberapa
saran untuk dapat mengurangi resiko terkena gastritis :
Makan secara benar. Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama
makanan yang pedas, asam, gorengan atau berlemak. Yang sama
pentingnya dengan pemilihan jenis makanan yang tepat bagi kesehatan
adalah bagaimana cara memakannya. Makanlah dengan jumlah yang
cukup, pada waktunya dan lakukan dengan santai.
Hindari alkohol. Penggunaan alkohol dapat mengiritasi dan mengikis
lapisan mukosa dalam lambung dan dapat mengakibatkan peradangan
dan pendarahan.
Jangan merokok. Merokok mengganggu kerja lapisan pelindung
lambung, membuat lambung lebih rentan terhadap gastritis dan borok.
Merokok juga meningkatkan asam lambung, sehingga menunda
penyembuhan lambung dan merupakan penyebab utama terjadinya
kanker lambung. Tetapi, untuk dapat berhenti merokok tidaklah mudah,
terutama bagi perokok berat. Konsultasikan dengan dokter mengenai
metode yang dapat membantu untuk berhenti merokok.
Lakukan olah raga secara teratur. Aerobik dapat meningkatkan
kecepatan pernapasan dan jantung, juga dapat menstimulasi aktifitas otot
usus sehingga membantu mengeluarkan limbah makanan dari usus secara
lebih cepat.
Kendalikan stress. Stress meningkatkan resiko serangan jantung dan
stroke, menurunkan sistem kekebalan tubuh dan dapat memicu terjadinya
permasalahan kulit. Stress juga meningkatkan produksi asam lambung
dan melambatkan kecepatan pencernaan. Karena stress bagi sebagian
orang tidak dapat dihindari, maka kuncinya adalah mengendalikannya
secara effektif dengan cara diet yang bernutrisi, istirahat yang cukup,
olah raga teratur dan relaksasi yang cukup.
Ganti obat penghilang nyeri. Jika dimungkinkan, hindari penggunaan
AINS, obat-obat golongan ini akan menyebabkan terjadinya peradangan
dan akan membuat peradangan yang sudah ada menjadi lebih parah.
Ganti dengan penghilang nyeri yang mengandung acetaminophen.
Ikuti rekomendasi dokter.
GASTRITIS
(www.medicastore.com)
1. Jenis Gastritis berdasarkan Etiologinya
a. Gastritis bakterialis biasanya merupakan akibat dari infeksi oleh
Helicobacter pylori (bakteri yang tumbuh di dalam sel penghasil lendir di
lapisan lambung). Tidak ada bakteri lainnya yang dalam keadaan normal
tumbuh di dalam lambung yang bersifat asam, tetapi jika lambung tidak
menghasilkan asam, berbagai bakteri bisa tumbuh di lambung. Bakteri ini
bisa menyebabkan gastritis menetap atau gastritis sementara.
b. Gastritis karena stres akut, merupakan jenis gastritis yang paling berat,
yang disebabkan oleh penyakit berat atau trauma (cedera) yang terjadi
secara tiba-tiba. Cederanya sendiri mungkin tidak mengenai lambung,
seperti yang terjadi pada luka bakar yang luas atau cedera yang
menyebabkan perdarahan hebat.
c. Gastritis erosif kronis bisa merupakan akibat dari:
Bahan iritan seperti obat-obatan, terutama aspirin dan obat anti
peradangan non-steroid lainnya.
Penyakit Crohn
Infeksi virus dan bakteri.
Gastritis ini terjadi secara perlahan pada orang-orang yang sehat, bisa
disertai dengan perdarahan atau pembentukan ulkus (borok, luka
terbuka). Dan paling sering terjadi pada alkoholik.
d. Gastritis karena virus atau jamur bisa terjadi pada penderita penyakit
menahun atau penderita yang mengalami gangguan sistem kekebalan.
e. Gastritis eosinofilik bisa terjadi sebagai akibat dari reaksi alergi
terhadap infestasi cacing gelang.
Eosinofil (sel darah putih) terkumpul di dinding lambung.
f.Gastritis atrofik terjadi jika antibodi menyerang lapisan lambung,
sehingga lapisan lambung menjadi sangat tipis dan kehilangan sebagian
atau seluruh selnya yang menghasilkan asam dan enzim. Keadaan ini
biasanya terjadi pada usia lanjut. Gastritis ini juga cenderung terjadi pada
orang-orang yang sebagian lambungnya telah diangkat (menjalani
pembedahan gastrektomi parsial). Gastritis atrofik bisa menyebabkan
anemia pernisiosa karena mempengaruhi penyerapan vitamin B12 dari
makanan.
g. Penyakit Meniere merupakan jenis gastritis yang penyebabnya tidak
diketahui.
Dinding lambung menjadi tebal, lipatannya melebar, kelenjarnya
membesar dan memiliki kista yang terisi cairan. Sekitar 10% penderita
penyakit ini menderita kanker lambung.
h. Gastritis sel plasma merupakan gastritis yang penyebabnya tidak
diketahui. Sel plasma (salah satu jenis sel darah putih) terkumpul di
dalam dinding lambung dan organ lainnya.
i.Gastritis juga bisa terjadi jika seseorang menelan bahan korosif atau
menerima terapi penyinaran kadar tinggi.
2. Manifestasi Klinis berdasarkan jenisnya
Gejalanya bermacam-macam, tergantung kepada jenis gastritisnya.
Biasanya penderita gastritis mengalami gangguan pencernaan (indigesti)
dan rasa tidak nyaman di perut sebelah atas.
Pada gastritis karena stres akut, penyebabnya (misalnya penyakit berat,
luka bakar atau cedera) biasanya menutupi gejala-gejala lambung; tetapi
perut sebelah atas terasa tidak enak. Segera setelah cedera, timbul memar
kecil di dalam lapisan lambung. Dalam beberapa jam, memar ini bisa
berubah menjadi ulkus. Ulkus dan gastritis bisa menghilang bila penderita
sembuh dengan cepat dari cederanya. Bila penderita tetap sakit, ulkus bisa
membesar dan mulai mengalami perdarahan, biasanya dalam waktu 2-5 hari
setelah terjadinya cedera. Perdarahan menyebabkan tinja berwarna
kehitaman seperti aspal, cairan lambung menjadi kemerahan dan jika sangat
berat, tekanan darah bisa turun. Perdarahan bisa meluas dan berakibat fatal.
Gejala dari gastritis erosif kronis berupa mual ringan dan nyeri di perut
sebelah atas. Tetapi banyak penderita (misalnya pemakai aspirin jangka
panjang) tidak merasakan nyeri. Penderita lainnya merasakan gejala yang
mirip ulkus, yaitu nyeri ketika perut kosong.
Jika gastritis menyebabkan perdarahan dari ulkus lambung, gejalanya
bisa berupa:
tinja berwarna kehitaman seperti aspal (melena)
muntah darah (hematemesis) atau makanan yang sebagian sudah dicerna,
yang menyerupai endapan kopi.
Pada gastritis eosinofilik, nyeri perut dan muntah bisa disebabkan oleh
penyempitan atau penyumbatan ujung saluran lambung yang menuju ke
usus dua belas jari.
Pada penyakit Meniere, gejala yang paling sering ditemukan adalah
nyeri lambung.
Hilangnya nafsu makan, mual, muntah dan penurunan berat badan, lebih
jarang terjadi. Tidak pernah terjadi perdarahan lambung. Penimbunan cairan
dan pembengkakan jaringan (edema) bisa disebabkan karena hilangnya
protein dari lapisan lambung yang meradang. Protein yang hilang ini
bercampur dengan isi lambung dan dibuang dari tubuh.
Pada gastritis sel plasma, nyeri perut dan muntah bisa terjadi bersamaan
dengan timbulnya ruam di kulit dan diare.
Gastritis akibat terapi penyinaran menyebabkan nyeri, mual dan
heartburn (rasa hangat atau rasa terbakar di belakang tulang dada), yang
terjadi karena adanya peradangan dan kadang karena adanya tukak di
lambung. Tukak bisa menembus dinding lambung, sehingga isi lambung
tumpah ke dalam rongga perut, menyebabkan peritonitis (peradangan
lapisan perut) dan nyeri yang luar biasa. Perut tampak kaku dan keadaan ini
memerlukan tindakan pembedahan darurat. Kadang setelah terapi
penyinaran, terbentuk jaringan parut yang menyebabkan menyempitnya
saluran lambung yang menuju ke usus dua belas jari, sehingga terjadi nyeri
perut dan muntah. Penyinaran bisa merusak lapisan pelindung lambung,
sehingga bakteri bisa masuk ke dalam dinding lambung dan menyebabkan
nyeri hebat yang muncul secara tiba-tiba.
G. PENGARUH KANDUNGAN JAMU TERHADAP GANGGUAN
LAMBUNG
Bocor Lambung karena Jamu
Kompas, 7 Sept 2007
Jamu merupakan ramuan tradisional yang sangat umum ditemukan di
Indonesia, yang digunakan baik sebagai tambahan/suplemen sehari-hari
maupun sebagai "obat" untuk berbagai macam penyakit. Khusus bagi golongan
masyarakat menengah-bawah, jamu masih kerap menjadi pilihan pertama
untuk mengatasi gangguan kesehatan sehari-hari.
Tidak semua jamu-jamuan di Indonesia masuk ke dalam daftar Badan
Pengawas Obat dan Makanan (POM). Jamu gendong, misalnya, yang
pembuatannya dilakukan langsung oleh si penjual jamu dengan ilmu yang
turun-temurun. Akan tetapi, banyak pula jamu-jamuan yang masuk ke dalam
daftar Badan POM dan Depkes serta memiliki nomor registrasi resmi.
Sayangnya, ada juga jamu-jamuan yang pada bungkus luarnya tertera nomor
registrasi Badan POM dan Depkes, tetapi ternyata—setelah ditelusuri lebih
lanjut—palsu. Padahal, masyarakat sulit untuk mengecek apakah nomor Badan
POM tersebut asli atau karangan belaka. Inilah yang membahayakan sebab kita
tidak pernah tahu apa saja bahan-bahan yang terkandung dalam jamu-jamuan
tersebut.
Kompas edisi Kamis, 14 Desember 2006, menurunkan tulisan berjudul
"Cara Bijak Pilih Obat Tradisional". Di dalamnya dibahas mengenai adanya 93
jenis jamu yang mengandung obat keras. Bahan-bahan obat keras tersebut di
antaranya fenibutason, metampiron, CTM, piroksikam, deksametason,
allupurinol, sildenafii sitrat, sibutramin hidroklorida, dan parasetamol.
Hampir semua bahan tersebut dapat menyebabkan efek samping langsung
terhadap lapisan sel pelindung pada lambung (mukosa lambung), yaitu peptic
ulcer (borok pada dinding mukosa lambung). Peptic ulcer, merupakan
penyebab utama bocor lambung (± 70 persen) selain keganasan/kanker pada
lambung (± 30 persen). Masyarakat pada umumnya mengetahui penyakit
peptic ulcer sebagai penyakit mag. Pengobatan yang tidak adekuat akan
mengakibatkan komplikasi lebih lanjut berupa perdarahan lambung, keganasan
dan akhirnya bocor lambung.
Penyebab tersering dari peptic ulcer adalah produksi asam lambung yang
berlebih, obat-obatan, serta infeksi Helicobacter pylori, sejenis bakteri tahan
asam yang memiliki sifat khusus dapat memproduksi enzim urease yang dapat
mengubah derajat keasarnan di dalam lambung menjadi suasana basa. Dengan
demlkian, bakteri itu dapat hidup dan berkembang biak di dalam mukosa
lambung.
Produksi asam lambung berlebih dapat disebabkan oleh faktor stres dan
rokok, sedangkan infeksi H.Pylori dapat dieradikasi dengan obat-obatan
tertentu sehingga pameo saat ini berubah dari no acid, no ulcer (1910) menjadi
no H.Pylori, no ulcer (1989).
Obat-obatan yang paling sering menyebabkan peptic ulcer adalah golongan
anti-inflamasi non-steroid (misalnya, paracetamol, fenilbutason, metampiron),
serta golongan obat-obat steroid (misalnya, prednison, deksametason). Semua
hal di atas menjadi penyebab utama terjadinya kebocoran lambung yang
belakangan ini meningkat tajam insidensinya di rumah sakit-rumah sakit di
Indonesia.
Bukan obat-obatan
Jamu-jamuan sebenarnya dimasukkan ke dalam golongan suplemen
makanan, bukan obat-obatan, yang dibuat dari bahan-bahan alami berupa
bagian dari tumbuhan, seperti akar-akaran, daun-daunan, dan kulit batang. Ada
juga yang menggunakan bahan dari tubuh hewan, seperti empedu kambing atau
tangkur buaya. Efeknya juga tidak akan langsung dirasakan oleh peminumnya.
Karena sifatnya berupa suplemen, jika ada jamu yang efeknya "cespleng",
justru harus dicurigai mengandung bahan obat-obatan kimia tertentu.
Dalam tahun ini, kejadian pasien dengan bocor lambung (perforasi gastef)
meningkat drastis. Di RS Hasan Sadikin, Bandung, kasus pasien dengan bocor
lambung pada tahun 2005 sejumlah 26 orang, tahun 2006 sejumlah 38 orang,
dan 2007 dari Januari hingga Juli (6 bulan) saja terdapat peningkatan menjadi
53 pasien.
Insidensi ini tampaknya akan meningkat terus. Hal ini serupa dengan
penelitian di RS Immanuel, Bandung, di mana kasusnya pada tahun 2006 tidak
lebih dari 10 orang, tetapi dalam enam bulan terakhir (Januari-Juli 2007)
kasusnya mencapai 40 orang dan cenderung bertambah. Mayoritas kasusnya
adalah pria (77 persen), yang sesuai dengan insidensi populasi di seluruh dunia.
Usia terbanyak berada di kisaran 50-70 tahun, dengan usia penderita termuda
22 tahun, dan tertua 80 tahun (rata-rata 60 tahun).
Hal yang menarik mengenai kasus-kasus bocor lambung di kedua rumah
sakit pendidikan di Bandung tersebut adalah seluruh penderita adalah
pengonsumsi jamu-jamuan kronis (menahun) akibat penyakit rematik, nyeri
kepala, flu, dan sebagainya. Kebanyakan penderita membeli jamu-jamu
tersebut dari warung-warung jamu dan bukan dari produsen yang terpercaya.
Hubungan langsung antara konsumsi jamu-jamuan "gelap" ini dengan
peningkatan kasus bocor lambung yang sangat drastis memang belum jelas
terbukti. Namun, dari hasil pemeriksaan patologi anatomi (pemeriksaan
jaringan di sekifar dinding lambung yang bocor) menunjukkan tidak adanya
kuman H.pylori yang merupakan penyebab paling banyak borok dinding
mukosa lambung, maupun adanya keganasan/tumor pada mukosa lambung
penderita.
Hal ini yang menimbulkan suatu hipotesis penyebab lainnya, yaitu
konsumsi obat-obat yang dapat mengiritasi mukosa lambung. Salah satunya
adalah jamu-jamuan, yang menurut Badan POM dicampur dengan obat-obat
kimia keras.
Beberapa gejala
Penderita dengan perforasi gaster umumnya datang dengan keluhan nyeri
perut mendadak dan sangat hebat dirasakan di perut bagian atas (ulu hati, mirip
gejala penyakit mag), wajah pucat, keringat dingin, napas pendek-pendek,
demam, dan muntah-muntah, khususnya pa-da jam-jam pertama setelah
kebocoran terjadi.
Setelah beberapa jam, penderita biasanya tampak lebih baik, nyeri
berkurang, muntah-muntah berhenti, suhu dan nadi normal, bahkan penderita
bisa tidur. Namun, justru pada periode "intermediate' inilah waktu yang paling
baik untuk dilakukan tindakan segera berupa operasi/pembedahan sehingga
diagnosis penderita harus dilakukan dengan cepat dan benar.
Pada periode lanjut (lebih dari 12 jam setelah kebocoran lambung terjadi),
pasien akan memburuk dengan cepat dan mulai masuk ke dalam keadaan peri-
tonitis (peradangan hebat pada rongga perut) dan sepsis (infeksi hebat.
Racun/toksin bakteri sudah menyebar ke seluruh tubuh) akibat kontaminasi
rongga perut oleh asam lambung dan isi lambung lainnya, berupa sisa makanan
dan enzim-enzim pencernaan.
Jika penderita baru ditangani pada periode lanjut ini, atau bahkan lebih
lama, prognosis (kemungkinan yang terjadi pada penderita) pada pasien
tersebut akan menjadi lebih buruk. Apalagi diperberat lagi dengan faktor usia
penderita yang umumnya sudah lanjut, serta penyakit-penyakit usia lanjut
lainnya.
Penanganan penderita yang sudah didiagnosis sebagai perforasi gaster
adalah penanganan secara pembedahan karena kebocoran tersebut harus dicari
dan ditutup oleh ahli bedah yang bersangkutan. Umumnya, jika penderita
datang pada periode-periode awal penyakitnya, pasien dapat sembuh sempurna
dalam waktu 7-10 hari.
Namun, penelitian di RS Immanuel pada enam bulan terakhir menunjukkan
57 persen saja penderita dengan perbaikan atau sembuh sempurna, 22 persen
meninggal dunia, sisanya dibawa pulang paksa oleh keluarga atau hal lainnya.
Pada kasus penderita yang meninggal dunia, 89 persen akibat menolak
dioperasi atau keadaannya yang sudah sangat berat sehingga tidak mungkin
lagi untuk dilakukan pembiusan. Hal ini menunjukkan bahwa level of patient
awareness (tingkat kesadaran) masyarakat kita masih sangat rendah untuk
kasus ini, apalagi jika dokter yang pertama menanganinya juga kurang aware
terhadap penyakit ini.
Manajemen paling baik untuk penderita perforasi gaster adalah pencegahan.
Sebab, jika kebocoran lambung sudah terjadi, penanganannya akan
menghabiskan banyak biaya kesehatan yang harus ditanggung oleh pasien,
keluarga, rumah sakit, dan ujungnya adalah negara kita. Untuk itu, perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan langsung konsumsi jamu-
jamuan "gelap" dengan penyakit bocor lambung pada penderita.
Kasus 2
Nn. Alice 27 th, mengeluh nyeri seperti terbakar pada area epigastrium
yang dirasakan lebih nyeri setelah makan, disertai perasaan mual dan
kadang-kadang muntah. Ia juga mengeluh perutnya kembung dan disertai
diare. Berdasarkan wawancara Nn. Alice seringkali menggunakan aspirin
saat ia merasa tidak enak badan. Ia juga bekerja pada perusahaan garment
yang mengharuskan bekerja dengan target tertentu sehingga setiap hari
duburu-buru tugas. Ia adalah karyawan baru yang bertugas sebagai Quality
Control (QC) dengan 60 pegawai perempuan dan rata-rata bekerja lebih
dari 4 tahun. Ia dibawa ke klinik perusahaan dan mendapatkan terapi
cimetidhine dan mylanta.
H. PENGKAJIAN
1. Data demografi
Nama : Nn. Alice
Usia : 27 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Untuk tambahan, lakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan
2. Pengkajian
Keluhan Utama
Nyeri seperti terbakar pada area epigastrium yang dirasakan lebih
nyeri setelah makan, disertai mual dan muntah
- Paliative
Apa yang menjadi faktor pemicu terjadinya nyeri ?
- Quality
Bagaimanakah rasa nyerinya? Tajam ataukah tumpul ?
- Region
Area epigastrium ; tanyakan pula apakah nyeri ini menyebar ke area
lain, mis. punggung
- Severity
Berapa skala nyerinya (1-10) ?
- Time
Nyeri bertambah setelah makan
Riwayat Kesehatan Saat Ini
- Nyeri seperti terbakar pada area epigastrium yang dirasakan lebih nyeri
setelah makan, disertai mual dan muntah
- Perut kembung dan disertai diare
- Tanyakan pada klien seberapa sering frekuensi mual dan muntah.
- Apakah menganggu pola tidur atau tidak ? Apa warna muntahannya ?
- Tanyakan berapa lama frekuensi diare klien.
Riwayat kesehatan masa lalu
- Klien seringkali menggunakan aspirin saat ia tidak enak badan
- Klien pernah mendapatkan terapi cimetidhine dan mylanta
Dapat ditanyakan pada klien apakah :
- Pernah melakukan diet atau tidak ?
- Pernah mengalami pembedahan pada saluran cerna ?
- Tanyakan pada klien berapa frekuensi pasti penggunaan aspirin.
Riwayat Penyakit Keluarga
- Dapat ditanyakan apakah anggota keluarga klien ada yang menderita
penyakit yang sama.
- Dapat ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang memiliki riwayat
kanker saluran cerna.
Hal-hal yang perlu dikaji pada klien :
- Pengetahuan mengenai nutrisi dan diet yang seimbang, termasuk cara
pengolahan dan penyajiannya.
- Kehilangan berat badan
- Kaji berat badan normal, sebelum dan saat ini.
- Berapa berat badan yang hilang.
- Kapan terjadi perubahan berat badan.
- Perubahan selera makan.
Pola Hidup
a. Pola Aktivitas dan Lingkungan
- Klien bekerja dengan target sehingga setiap hari diburu-buru tugas.
- Klien bekerja di lingkungan yang mayoritas perempuan.
- Tanyakan bagaimana kondisi lingkungan tempat klien tinggal.
b. Pola Hubungan dan Peran
- Tanyakan pada klien apakah aktivitas sehari-harinya terganggu .
c. Pola persepsi dan konsep diri
- Tanyakan pada klien apakah dia memiliki pandangan yang salah
terhadap dirinya.
d. Pola Penanggulangan Stress
- Tanyakan apakah klien sering merasa stress/tertekan dengan
pekerjaannya.
- Tanyakan apakah klien merasa cemas dengan kondisinya saat ini.
- Tanyakan bagaimana cara klien menghadapi hal tersebut.
e. Pola praktik kesehatan
- Klien seringkali menggunakan aspirin saat ia tidak enak badan.
- Tanyakan apakah klien rajin berolahraga atau tidak.
- Tanyakan apakah klien pernah berobat menggunakan obat-obatan
tradisional (mis. Jamu).
- Tanyakan apakah klien pernah pergi berobat ke pengobatan
alternatif (non-medis).
f. Gaya Hidup
- Tanyakan apakah klien sering mengonsumsi jenis makanan tertentu
(berlemak, goreng-gorengan, pedas, kafein dsb).
- Tanyakan apakah klien merokok atau mengonsumsi alkohol.
Pengkajian Psikososial
Sangat penting untuk mengetahui apakah klien merasa cemas atau
tidak nyaman dengan kondisinya saat ini karena kondisi psikologis
seseorang dapat memicu atau memperberat suatu penyakit. Kaji fungsi
kognitif, afektif, dan koping klien dalam menghadapi masalah, terutama
pada saat nyeri terasa hebat.
Pengkajian spiritual
Kaji bagaimana perasaan klien terhadap keadaannya saat ini ; apakah
ia memiliki keyakinan bahwa ia dapat sembuh dan sejauh mana
keinginannya untuk sembuh.
Pengkajian Sosial-Ekonomi
- Tanyakan apakah selama ini klien mampu membeli makanan yang
bergizi.
- Tanyakan apakah klien sering berdialog dengan keluarga mengenai
penyakitnya ini dan bagaimana tanggapan keluarga.
- Tanyakan pada klien bagaimana kondisi tempat dia tinggal.
Dampak masalah terhadap kondisi bio-psikososial klien
- Karena nyeri dirasakan bertambah pada saat makan, klien bisa saja
merasa enggan atau cemas apabila waktu untuk makan tiba. Ini dapat
menyebabkan nafsu makan klien berkurang.
Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
- Keadaan bibir, gusi, palatum dan gigi.
- Kemampuan mengunyah & menelan.
- Sklera, warna kulit.
b. Auskultasi
- Bising Usus.
c. Palpasi
- Distensi Abdomen.
- Nyeri tekan atau nyeri lepas.
- Turgor
- Lingkar perut
d. Perkusi
- Abdomen : shifting dullness, edema.
e. Pemeriksaan Diagnostik
- Barium Swallow
Untuk memeriksa kemungkinan adanya ulkus.
- Endoskopi
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada
saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X.
Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil
yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam
esophagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan
terlebih dahulu dimati-rasakan (anestesi) sebelum endoskop
dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani
tes ini. Apabila diperlukan, pada saat endoskopi dapat dilakukan
juga pengambilan sampel untuk biopsi mukosa lambung.
- Pemeriksaan Feses, meliputi : warna, konsistensi, bau, lendir, sisa
makanan, parasit
Untuk memeriksa kemungkinan adanya H. pylori (penyebab
ulkus peptikum).
- Kultur darah/Feses
Untuk memeriksa kemungkinan adanya H. pylori (penyebab
ulkus peptikum).
- Pemeriksaan Isi Lambung
Untuk memeriksa kemungkinan aklorhidrida (tidak adanya HCl
dalam getah lambung).
- Tes Serologis
Untuk mengetahui adanya pembentukan antibodi terhadap
antigen H. Pylori.
- Tes Pernafasan
Klien diberi minuman yang mengandung zat karbon urea.
Beberapa saat kemudian tubuhnya dimiringkan ke kiri dan ke
kanan dalam posisi berbaring. Selanjutnya, ia diminta
mengembuskan napas kuat-kuat, udara yang ke luar ditampung
dalam tabung. Udara tersebut dipantau oleh kadar karbon yang
dilabel tersebut.
- X-Ray Saluran Cerna Bagian Atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit
pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium
terlebih dahulu sebelum dilakukan rontgen. Cairan ini akan
melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di
rontgen.
merusak sel-sel epitel mukosa
Merangsang hipotalamus di medula spinalis
kemampuan faktor defensif terganggu
Stress
Asam dalam obat bersifat korosif
kadar prostaglandin mukosa
HCl tetap di produksi
Lambung kosongMenghambat aktivitas siklogenase mukosa
membran mukosa lambung teiritasi / terluka / radang
Pola makan tidak teratur Penggunaan NSAID secara berlebihan
Sekresi kelenjar getah lambung meningkat
asam lambung
Kerja s.otonom
stimulasi s.simpatikmukus dalam lambung
Mtiltas ususdegenerasi superficial
gangguan absorbsi
produksi HCl
Keasaman interstitial
Gangguan keseimbangan cairan< kebutuhan
Diaregangguan digesti
H+ masuk ke jar gaster
Merangsang sel-sel pariental
I. PATOFISIOLOGI
Edema, infiltrasi limfosit dan sel lasma
Reseptor nyeri
Ujung-ujung saraf bebas
permeabilitas kapiler
nyeri epigastrum Anorexia
muntah
Merangsang pengeluaran zat vasoaktif
kembung, mual
Terbentuk gas >>>
sisa makanan di digesti bakteri colon
vasodilatasi
BB
Gangguan rasa nyaman : nyeri
Gangguan nutrisi < kebutuhan
diare
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman: nyeri
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan.
3. Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan diare.
4. Kecemasan
5. Kurang pengetahuan
J. ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan TujuanAsuhan Keperawatan
Intervensi Rasional
1 Gangguan rasa nyaman: nyeri
berhubungan dengan rasa
terbakar pada epigastrium
karena membran mukosa
yang terluka ditandai dengan:
DS:
Klien mengeluh nyeri
seperti terbakar pada area
epigastrium yang
dirasakan lebih nyeri
setelah makan.
DO: -
Tupan :
Tidak terjadi iritasi
berlanjut.
Setelah dilakukan
asuhan selama 3 x 24
jam, diharap nyeri klien
menghilang.
Tupen:
Setelah dilakukan
asuhan selama 1 x 24
jam, Klien mengatakan
rasa nyeri berkurang.
Klien mampu
mendemonstrasikan
kembali teknik
distraksi atau relaksasi.
Mandiri
Puasakan pasien pada 6 jam
pertama.
Catat keluhan nyeri,
termaguk lokasi, lamanya,
intensitas (skala 0-10).
Kaji ulang faktor yang
meningkatkan atau
menurunkan nyeri.
Berikan makanan sedikit
tapi sering sesuai indikasi
Mengurangi inflamasi
pada mukosa lambung.
Nyeri tidak selalu ada
tetapi bila ada harus
dibandingkan dengan
gejala nyeri pasien
sebelumnya dimana dapat
membantu mendiagnosa
etiologi perdarahan dan
terjadinya komplikasi.
Membantu dalam
membuat diagnosa dan
terapi.
Makanan mmpunyai efek
penetralisir asam, juga
untuk pasien.
Identifikasi dan batasi
makanan yang
menimbulkan
ketidaknyamanan.
Kolaborasi
Berikan obat, sesuai
indikasi, mis.,:
a. Analgesik, mis., morfin
sulfat.
menghancurkan
kandungan gaster. Makan
sedikit mencegah distensi
dan haluaran gastrin.
Makanan khusus yang
meneybabkan distres
bermacam-macam antara
individu. Penelitian
menunjukkan merica
berbahaya dan kopi
(termasuk dekafein) dapat
menimbulkan dispepsia.
a. Mungkin pilihan
narkotik untuk
menghilangkan nyeri
akut/hebat dan
b. Aseraminofen (tylenol);
c. Antasida;
d. Antikolinergik, mis.,
belladona,atropin.
menurunkan aktivitas
peristaltik.
b. Meningkatkan
kenyamanan dan
istirahat.
c. Menurunkan keasaman
gster dengan absrpsi
atau dengan
menetralisir kimia.
Evaluasi tipe antasida
dalam gambaran
kesehatan total, mis.,
pembatasan natrium.
d. Diberikan pada waktu
tidur untuk
menurunkan motilitas
gaster, menekan
produksi asam,
memperlambat
pengosongan gaster,
dan menghilangkan
nyeri noktural
sehubungan dengan
ulkus gaster.
2 Gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan berhubungan
dengan masukan makanan tak
adekuat; rangsangan muntah
sendiri, ditandai dengan:
DS:
Klien mengeluh merasa
mual dan kadang-kadang
muntah.
DO: -
Tupan:
Mempertahankan BB
tetap seimbang.
Setelah dilakukan
perawatan selama 3x24
kebutuhan nutrisi
terpenuhi.
Tupen:
Pemasukan nutrisi yang
adekuat.
Setelah dilakukan
perawatan selama
1x24jam nutrisi
terpenuhi dengan
Mandiri:
Timbang berat badan tiap
hari.
Awasi toleransi terhadap
masukan cairan dan
makanan, catat distensi
abdomen, laporkan
peningkatan nyeri/kram,
mual/muntah.
Buat program kebutuhan
nutrisi harian & standar BB
minimum.
Izinkan klien memilih
Memberikan informasi
tentang kebutuhan
diet/keefektifan terapi
Komplikasi paralitik ileus,
obsruksi, pengosonga
lambung lambat, dan
dilatasi gaster dapat
terjadi.
Sebagai acuan dalam
pemenuhan kebutuhan
nutrisi pasien.
Klien mencapai
kriteria:
- Porsi makan habis
- Keadaan umum
klien mengalami
kemajuan
makanan (makanan rendah
kalori tidak diperbolehkan).
Buat struktur waktu makan
dengan batasan waktu
(misalnya 40 menit).
Hilangkan distraksi
(misalnya pembicaraan,
menonton televisi) selama
waktu makan.
Berikan perawatan mulut
sebelum & sesudah makan.
Monitor aktivitas fisik dan
catat tingkat aktivitas
tersebut.
Hindari makanan yang
peningkatan berat badan
setiap hari karena adanya
keinginan dari klien.
Perpisahan dari keluarga
selama beberapa waktu
akan sangat membantu.
Beralih pada aktivitas
yang menyenangkan.
Memberikan rasa nyaman
pada mulut dan dapat
mengurangi rasa mual.
Membantu dalam
mempertahankan tonus
otot dan berat badan juga
untuk mengontrol tingkat
pembakaran kalori.
Dapat mempengaruhi
menimbulkan gas.
Sediakan makanan dengan
ventilasi yang baik,
lingkungan yang
menyenangkan, dengan
situasi yang tidak terburu-
buru.
Kolaborasi:
Berikan cairan IV,
hiperalimentasi dan lemak
sesuai indikasi.
Awasi pemeriksaan
laboratorium, mis., Hb/Ht
dan elektrolit.
Berikan obat sesuai
indikasi:
nafsu makan / pencernaan
dan membatasi masukan
nutrisi.
Lingkungan yang
menyenangkan dapat
menurunkan stress dan
lebih kondusif untuk
makan.
Memenuhi kebutuhan
cairan/nutrisi sampai
masukan oral dimulai.
Indikator kebutuhan
cairan/nutrisi da
keefektifan terapi dan
terjadinya komplikasi.
a. Antikolinergik, contoh
atropin, propantelin
bromida (ProBanthine).
b. Tambahan vitamin yang
dapat larut dalam lemak,
termasuk B12, kalsium.
c. Sediaan besi.
d. Tambahan protein.
a. Mengontrol sindrom
dumping,
meningkatkan
pencernaan dan
absorpsi nutrien.
b. Pengangkatan lambung
mencegah absorpsi B12
(sehubungan dengan
kehilangan faktor
intrinsik) dan dapat
menimbulkan anemia
pernisiosa. Selain itu
pengosongan cepat
lambung menurunkan
absorpsi kalsium.
c. Memperbaiki/
mencegah anemia
defisiensi besi.
d. Protein tambahan dapat
e. Enzim pankreas.
f. Trigliserida rantai
sedang (TRS).
membantu perbaikan
dan penyembuhan
jaringan.
e. Meningkatkan proses
pencernaan.
f. Meningkatkan absorpsi
lemak dan vitamin larut
dalam lemak untuk
mencegah masalah
malabsorpsi.
3 Gangguan keseimbangan
cairan berhubungan dengan
diare, ditandai dengan:
DS:
Klien mengeluh perutnya
kembung dan disertai
diare.
DO: -
Tupan:
Kebutuhan cairan dan
elektrolit terpenuhi
sepenuhnya.
Keluhan klien berhenti.
Tupen:
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
2x24 jam kebutuhan
Mandiri:
Awasi masukan dan
haluaran, karakter, dan
jumlah feses; perkirakan
kehilangan yang tak
terlihat, mis., berkeringat.
Ukur berat janis urine;
observasi oliguria.
Observasi tanda-tanda vital,
Memberikan informasi
tentang keseimbangan
cairan, fungsi ginjal dan
kontrol penyakit usus juga
merupakan pedoman
untuk penggantian cairan.
Hipotensi (termasuk
cairan dan elektrolit
akan terpenuhi.
Mempertahankan
volume cairan adekuat
dibuktikan oleh
membran mukosa
lembab, turgor kulit
baik, dan pengisian
kapiler baik; tanda vital
stabil, keseimbangan
masukan dan haluaran
dengan urine normal
dalam
konsentrasi/jumlah.
bandingkan dengan hasil
normal pasien sebelumnya.
Observasi kulit kering
berlebihan dan membran
mukosa, penurunan turgor
kulit, pengisian kapiler
lambat.
Ukur berat badan tiap hari.
Pertahankan pembatasan
per oral, tirah baring;
hindari kerja.
Observasi perdarahan dan
tes feses tiap hari untuk
adanya darah samar.
postural), takikardia,
demam dapat
menunjukkan rspons
terhadap dan/atau efek
kehilangan cairan.
Menunjukkan kehilangan
cairan
berlebihan/dehidrasi.
Indikator cairan dan status
nutrisi.
Kolon diistirahatkan untuk
penyembuhan dan untuk
menurunkan kehilangan
cairan usus.
Diet tak adekuat dan
penurunan absorpsi dapat
menimbulkan defisiensi
Kolaborasi:
Awasi hasil hasil
laboratorium, contoh
elektrolit (khususnya
kalium, magnesium) dan
GDA (keseimbangan asam-
basa).
Berikan obat sesuai
indikasi:
a. Antidiare.
b. Antiemetik, mis.,
trimetobenzamida
(Tigan); hidroksin
(Vistaril); proklorperazin
(Compazine).
vitamin K dan merusak
koagulasi, potensial risiko
perdarahan.
Menentukan kebutuhan
penggantian dan
keefektifan terapi.
a. Menurunkan
kehilangan cairan dari
usus.
b. Digunakan untuk
mengontrol
mual/muntah pada
eksaserbasi akut.
c. Antipiretik, mis.,
asetaminofen (Tyenol).
d. Elektrolit, mis.,
tambahan kalium (LCI-
IV: K-lyte, Slow-K).
e. Vitamin K (Mephyton).
c. Mengontrol demam,
menurunkan
kehilangan tak terlihat.
d. Elektrolit hilang dalam
jumlah besar, khusus
pada usus yang gundul,
area ulkus, dan diare
dapat juga
menimbulkan asidosis
metabolik karena
kehilangan bikarbonat
(HCO3).
e. Merangsang
pembentukan
protrombin hepatik,
menstabilisasi
koagulasi dan
menurunkan risiko
perdarahan.
4 Ansietas tahap sedang
berhubungan dengan
perubahan status kesehatan,
ditandai dengan:
DO: -
DS: -
Tupan:
Menunjukkan rileks
dan laporan ansietas
menurun sampai
tingkat dapat ditangani.
Pasien dapat
memecahkan masalah
dengan
menggunakan sumber
yang efektif.
Tupen:
Pasien dapat
mendiskusikan
permasalahan yang
dihadapinya.
Menyatakan rentang
perasaan yang tepat.
Mandiri:
Observasi respon fisiologis,
mis: takipnea, palpitasi,
pusing, sakit kepala, dan
sensasi kesemutan.
Catat petunjuk perilaku,
mis: gelisah, mudah
tersinggung, kurang kontak
mata, perilaku
melawan/menyerang.
Dorong pernyataan takut
dan ansietas, berikan respon
umpan balik.
Dapat menjadi indikasi
derajat ansietas yang
dialami pasien tetapi juga
dapat berhubungan
dengan kondisi fisik/status
syok.
Indikator derajat ansietas
yang dialami pasien, mis.,
pasien akan merasa tak
terkontrol terhadap situasi
atau mencapai status
panik.
Membuat hubungan
therapeutik. Membantu
pasien untuk menerima
perasaan dan memberikan
kesempatan untuk
menjelaskan kesalahan
Akui bahwa ini merupakan
situasi menakutkan dan
lainnya diekspresikan mirip
dengan takut. Bantu pasien
dalam menyatakan perasaan
dengan mendegar dengan
aktif.
Berikan informasi akurat,
nyata tentang apa yang
dilakukan, mis., sensasi
yang diharapkan, prosedur
biasa.
Berikan lingkungan yang
tenang untuk beristirahat.
Dorong orang terdekat
konsep.
Bila pasien mengalami
takut sendiri, validasi
bahwa ini perasaan yang
normal dan dapat
membantu pasien merasa
kurang terisolasi.
Melibatkan pasien dalam
rencana asuhan dan
menurunkan ansietas yang
tak perlu tentang
ketidaktahuan.
Memindahkan pasien dari
stresor luar dan
meningkatkan relaksasi,
juga dapat meningkatkan
keterampilan koping.
Membantu menurunkan
tinggal dengan pasien.
Berespons terhadap tanda
panggilan yang cepat.
Gunakan sentuhan dan
kontak mata dengan tepat.
Berikan kesempatan pada
orang terdekat untuk
mengekspresikan
perasaan/masalah. Dorong
orang terdekat untuk
memperlihatkan perilaku
nyata positif.
Tunjukkan teknik relaksasi,
contoh visualisasi, latihan
napas dalam, bimbingan
imajinasi.
Bantu pasien untuk
mengidentifikasi dan
takut melalui pengalaman
menakutkan menjadi
seorang diri.
Membantu orang terdekat
manerima kecemasan/rasa
takutnya sendiri yang
dapat dipindahkan ke
pasien. Meningkatkan
perilaku dukungan yang
dapat mempermudah
penyembuhan.
Belajar cara untuk rileks
dapat membantu
menurunkan takut dan
ansietas.
Perilaku berhasil dapat
dikuatkan dalam enerima
mlakukan koping positif
yang digunakan dengan
berhasil pada waktu lalu.
Dorong dan dukung pasien
dalam evaluasi pola hidup.
Kolaborasi:
Berikan obat sesuai
indikasi, mis., :
a. Diazepam (Valium);
klorazepat (Tranxene);
alprazolam (Xanax).
b. Rujuk ke perawatan
takut, meningkatkan rasa
pasien terhadap kontrol
diri dan memberikan
keyakinan.
Perubahan mungkin perlu
untuk menghindari
berulangnya kondisi
ulkus.
a. Sedatif/tranquilizer
dapat digunakan
kadang-kadang untuk
menurunkan ansietas
dan meningkatkan
istirahat, khususnya
pada pasien ulkus.
b. Mungkin diperlukan
psikiatrik/penasehat
agama.
bantuan tambahan
selama penyembuhan
untuk menerima
konsekuensi
kedaruratan situasi/
keputusan untuk
perlunya/kebutuhan
perubahan pola hidup.
5 Kurang pengetahuan (kebutuhan
belajar), tentang proses penyakit,
prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan
kondisi dan kurangnya
keterampilan koping, ditandai
dengan:
DS: -
DO: -
Tupan:
Berpartisipasi dalam
program pengobatan.
Mengidentifikasi/
melakukan perubahan
pola hidup yang perlu.
Tupen:
Menyatakan
pemahaman penyebab
perdarahannya sendiri
(bila tahu) dan
Mandiri:
Tentukan persepsi pasien
tentang proses penyakit.
Berikan/kaji ulang
informasi tentang etiologi
penyakit, penyebab/efek
hubungan perilaku pola
hidup, dan cara
menurunkan risiko/faktor
Membuat pengetahuan
dasar dan memberikan
beberapa kesadaran yang
konstruktif pada pasien.
Memberikan pengetahuan
dasar dimana pasien dapat
membuat pilihan
informasi atau keputusan
tentang masa depan dan
kontrol masalah
penggunaan tindakan
pengobatan.
Mulai mendiskusikan
perannya dalam
mencegah
kekambuhan.
pendukung.dorong untuk
bertanya.
Bantu pasien untuk
mengidentifikasi hubungan
masukan makanan dan
pencetus atau hilangnya
nyeri epigastrik, termasuk
menghindari iritan gaster
mis., merica, kafein,
alkohol, minuman karbonat,
merokok, dan makanan
dengan suhu ekstrim, panas,
dingin, berlemak atau
makan pedas.
Anjurkan makan sedikit tapi
sering atau makanan kecil,
mengunyah makanan
dengan perlahan, makan
pada waktu yang teratur dan
kesehatan.
Kafein dan rokok
merangsang keasaman
lambung. Alkohol
mendukung untuk erosi
mukosa lambung. Individu
dapat menemukan bahwa
makanan atau minuman
tertentu meningkatkan
sekresi lambung dan
nyeri.
Sering makan
mempertahankan
netralisasi HCl,
melarutkan isi lambung
pada kerja minimal asam
menghindari makan
“banyak”.
Tekankan pentingnya
membaca label obat dijual
bebas dan menghindari
produk yang mengandung
aspirin atau menggantinya
dengan aspirin berlapis-
enterik.
Kaji ulang pentingnya tanda
atau gejala seperti muntah
warna kopi gelap, feses
hitam, distensi abdomen,
nyeri epigastrium berat
menyebar ke bahu atau
punggung.
Dukung penggunaan teknik
penanganan stress, hindari
mukosa lambung. Makan
sedikit mencegah distensi
gaster yang berlebihan.
Aspirin merusak mukosa
pelindung, memungkinkan
terjadi erosi gaster, ulkus
dan perdarahan.
Evaluasi medik cepat atau
intervensi dibutuhkan
untuk mencegah
komplikasi lebih serius,
mis., perforasi, sindrom
Zollinger-Ellison.
Menurunkan rangsang
eksentrik HCl,
stress emosi.
Kaji ulang program obat,
kemungkinan efek samping
dan interaksi dengan obat
lain dengan cepat.
Dorong pasien untuk
menginformasikan semua
pemberian asuhan tentan
riwayat penyakit.
menurunkan risiko
perdarahan ulang.
Membantu pemahaman
pasien tentang alasan
meminum obat, dan gejala
apa yang penting untuk
dilaporkan ke pemberian
asuhan. Catatan:
kandungan alumunium
antasida menghambat
absorpsi usus beberapa
obat sehingga
mempengaruhi jadwal
minum obat.
Dapat mempengaruhi
pilihan obat atau
penentuan resep, contoh
misoprostal (Cytotec)
dapat diberikan dengan
NSAID untuk
menghambat sekresi asam
lambung dan menurunkan
risiko kerentanan atau
luka gaster akibat terapi
NSAID.
K. MEDIKA MENTOSA
Aspirin dan Salisilat lain
Aspirin dan NSAID yang lebih baru (ibuprpfen, naproksen, dan lain-lain),
behubungan ssecara kimiawi di mana mereka adalah asam organic lemah;
nabumeton adalah suatu prodrug keton yang dimetabolisme menjadi obat aktif
berupa suatu asam. Obat-obat ini mempunyai sifat penting menghambat
prostaglandin.
Nama aspirin diciptakan dari gabungan kata bahasa Jerman untuk senyawa,
acetylspirsaure (Spirea, nama genus tanaman asal zat tersebut dan Saure yang
artinya asam).
Kimia dan Farmakokinetik
Asam salisilat adalah asam organuk sederhana dengan pKa 3,0. Aspirin
(asam asetilsalisilat;ASA) mempunyai pKa 3,5. Salisilat cepat diabsorpai dari
lambung dan usus halus bagian atas, kadar puncak dalam plasma dicapai dalam
waktu 1-2 jam. Suasana asam dalam lamung menyebabkan sebagian besar
salisilat terdapat dalam bentuk non-ionisasi, sehingga memudahkan absorpsi.
Walupun begitu, bila salisilat dalam konsentrasi tinggi memasuki sel mukosa,
maka obat tersebut dapat merusak barier mukosa. Jika pH lambung oleh
penyangga yang cocok sampai pH 3,5 atau lebih, maka iritasi terhadap
lambung berkurang.
Aspirin diabsorbsi begitu saja dan dihidrolisis menjadi asam asetat dan
salisilat oleh esterase di dalam jaringan dan darah. Salisilat terikat albumin,
tetapi karen konsentrasi salisilat dalam serum meningkat, sebagian besar tetap
tidak terikat dan terdapat dalam jaringan. Salisilat yang ditelan dan yang
berasal dari hidrolisis aspirin diekskresikan dalam bentuk tidak berubah, tetapi
sebagian besar dikonversi menjadi konyjugat yang larut dalam air, yang cepat
dibersihkan oleh ginjal. Jika jalur di atas telah jenuh, maka sedikit peningkatan
dosis aspirin akan mengakibatkan peningkatan besar dalam kadar plasma.
Alkainisasi urin meningkatkan kecepatan ekskresi salisilat bebas. Jika aspirin
digunakan dalam dosis rendah (600 mg), eliminasi sesuai dengan first order
kinetics dan waktu paruh serum 3-5 jam. Dengan dosis yang lebih besar , zero
order kinetics akan besar; pada idosis anti inflamasi (>_4 g/hari) , waktu paruh
meningkat sampai 15 jam atau lebih. Efek ini timbul sekitar seminggu dan
berhubungan dengan kejenuhan enzim hati yang mengkatalisis pembentukan
metabolit salisilat, salisilfenilglukuronida dan asam salisilurat.
Farmakodinamik
1. Mekanisme kerja
Efektivitas aspirin terutama disebabkan oleh kemampuannya mengambat
biosintetis prostaglandin. Kerjanya menghambat enzim siklooksigenase
secara irevesibel (poropstaglandin sintetase), yang mengkatalis perubahan
asam arakidonat menjadi senyawa endoperoksida; pada dosis yang tepat,
obat ini akan menurunkan pembentukan prostaglandin maupun tromboksan
A2, tetapi tidak Leukotrien. Sebagian besar dari dosis anti inflamasi aspirin \
cepat dideasetilase membentuk metabolit aktif salisilat. Salisilat
menghambat sitesi prostaglandin secara reversibel
2. Efek Anti-Inflamasi
Aspirin membpengaruhi mempengaruhi sistem kallikrein. Akibatnya,
aspirin menghambat perlekatan granulosit pada pembuluh darah yang rusak,
menstabilkan membran lisosom dan menghambat migrasi leukosit
polimorfonuklear dan makrofag ke tempat peradangan.
3. Efek Analgesik
Sangat efektif dalam meredakan nyeri dengan intensitas ringan sampai
berat. Aspirin bekerja secara perifer melalui efeknya terhadap peradangan,
tetapi mungkin juga menekan rangsangan nyeri di tingkat subkorteks.
4. Efek Antipiretik
Aspirin menurunkan demam, tetapi hanya sedikit membpengaruhi suhu
badan. Penurunan suhu badan berhubumngan dengan peningkatan
pengeluaran panas karena pelebaran pembuluh darah superfiosial.
Antipiretis mungkin disertai dengan pembentukan banyak keringat.
Demam yang menyertai infekasi dianggap akibat dari dua kerja. Pertama,
pembentukan prostaglandin di dalam susunan saraf pusat sebagai respon
terhadap bakteri pirogen. Kedua, efek interleukin-1 pada hiopotalamus. IL-1
diahasilkan oleh makrofag dan dioleapaskan selama proses peradangan,
dimana peranan utamanya adalah untuk mengaktivasi limposit. Aspirin
menghammbat pirogen yang diinduksi oleh pembentukan prodstaglandin
maupun respon SSP terhadap IL-1, sehingga dap mengatur kembali
”pengontrol suhu” di hipotalamus, sehingga memudahkan pelepasan panas
dengan jan vasodilatasi.
5. Efek terhadap Trombosit
Aspirin dosis tunggal sedikin memanjangkan waktu perdarahan dan
menjadi dua kali lipat, bila diteruskan selama seminggui. Perubahan ini
digambarkan dengan penghambatan agergasi trombosit sekunder akibat
penghambatan sintetis troboksan. Aspirin mengambat agregasi trombosit
selam 8 hari. Jika kemungkinan besar terjadi komplikasi perdarahan pada
operasi, sebaiknya aspirin dihentikan seminggu sebelum operasi.
Dosis
Dosis optimum analgesik atau antipiretik aspirin, lebih kecil dari dosis oral
0,6 mg yang lazim digunakan. Dosis yang lebih besar dapat memperpanjang
efeknya. Dosis lazim dapat diulang setiap 4 jam dan dosis lebih kecil (0,3 g)
setiap 3 jam. Dosis untuk anak-anak sebesar 50-75 mg/kg/hari dalam dosis
terbagi.
Dosis anti inflamasi rata-rata 4 gram per hari dapat ditoleransi oleh
kebanyakan orang dewasa. Pada anak-anak, biasanya doisis 50-75 mg/Kg/hari
mengahsilakan kadar darah yang adekuat. Kadar darah 15-30 mg/dL disertai
dengan efek anti-nflamasi. Karena waktui paruh metabolit aktif aspirin sekitar
12 jam, tidak perlu diberikan dosis yang sering, bila dibutuhkan dosis 4 gram
atau lebih. Denagn metode, membangi jumlah total dosis dalam tiga dosis,
yang diminum setelah makan.
Pemilihan Obat
Tablet salut enterik aspirin mungkjin cocok untuk penderita, bila pemberian
penyangga gagal mengontrol gastritis, karena tabel salut-enterik mencegah
larutnya tablet dam lambung dan obat akan diabsorbsi secara adekuat pada
lingkungan alkali usus halus.
Efek Samping
1. Efek Samping terhadap Saluran Cerna.
Pada dosis yang biasa, efek utama adalah gangguan pada lambung
(intoleransi). Efek ini dapat diperkecil dengan penyangga yang cocok
(minum aspirin bersama makanan yang didikuti oleh segelas air atau
antasid). Gastritis yang timbul pada aspirin mungkin disebabkan oleh iritasi
mukosa lambung oleh tablet yang tidak larut, karena penyebaran salisilat
nonionisasi dalam lambung atau karena penghambatan prostaglandin
pelindung. Misoprosol dapat mengurangi frekuensi kambuhnya tukak
lambung pada penderita yang mendapat dosis besar NSAID, tetapi dapat
timbul toksisitas misoprosol.
Perdaran saluran cerna bagaian atas yang berhubungan dengan
penggunana aspirin biasanya berkaitan dengan erosi lambung. Di lain pihak,
dengan terapi yang tepat ulkusnya sembuh. Meskipun begitu, sebaiknya
pemberian aspirin dihindari atau diberikan dengan penyangga yang efektif
atau prostaglandin pada penderita dengan penyakit tukak lambung. Muntah
dapat terjadi sebagai akibat rangsangan susunan saraf pusat setelah abrorbsi
dosis besar aspirin
2. Efek SSP
Dengan dosis lebih tinggi , pendertia bisa mengalami ”salisilisme”—
tinitus, penurunan pendengaran, dan vertigo—yang reversibel; dengan
pengurangan dosis. Dosis salisilat yang lebih besar lagi dapat menyebabkan
hiperpnea melalui efek langsung terhadap medula oblongata. Pada kada
salisilat toksik yang rendah, bisa timbul respirasi alkalosis sebagai akibat
peningkatan ventilasi. Kemudian ditrunggani oleh asidosis akibat
pengumpulan turunan asam salisilat dan depresi pusat pernafasan.
3. Efek Samping Lainnya
Aspirin dalam dosis harian 2 gram atu lebih kecil, biasanya
meningkatkan kadar asam urat serum, sedangkan dosis lebih dari 4 gram per
hari, akan menurunkan kadar serum urat sampai dibawah 2,5 mg/dL.
Aspirin dapat menimbulkan hepatitis ringan biasanya asimtomatik,
terutama pada penderita dengan kelainan yang mendasarinya, seperti LES
serta artitis reumatoid juvenilis dan dewasa.
Salisilat dapat menyebabkan penurunan laju filtrasi glomelurus yang
reversibel pada penderita dengan dasar penyakit ginjal, tetapi dapat pula
terjadi pada ginjal normal.
Aspirin dosis biasa mempunyai efek yang dapat diabaikan terhadap
toleransi glukosa. Sejumlah dosis toksik akan mempengaruhi s.
Kardiovaskular serta dapat menekan fungsi jantung, dan melebarkan
pembuluh darahperifer. Dosis besar akan mempengaruhi otot polos.
Reaksi hiversensitivitas bisa timbul setelah minum aspirin pada penderita
asma dan polip hidung serta bisa disertai dengan bronkokonstriksi dan syok.
Reaksi ini diperantarai oleh leukotrein.
Aspirin dikontraindikasikan pada penderita hemofilaia. Aspirin tidak bisa
dianjurkan bagi wanita hamil. Walupun begitu, beberapa penelituian
menyokong bahwa dosis rendah aspirin mungkin berguna pada penderita
hamil tertentu dengan reiko tinggi hipertensi dan komplikasi kehamilan
yang lain.
Penggunaan aspirin pada anak-anak selama atau segera setelah infeksi
virus dihubungkan dengan peningkatan insiden Sindrom Reye. Dala situasi
ini, asetamitofen sebaiknya digunakan untuk menggantikan kededukan
aspirin.
Interaksi Obat
Obat yang meningkatkan intoksikasi salisilat melipui asetazolamid dan
amonium klorida. Alkohol meningkatkan perdarahan saluran cerna akibat
salisilat. Aspirin mengeser sejumlah obat dari tempat ikatannya dengan protein
di dalam darah. Ini meliputi tolbutamid, klorpropamid, NSAID,
metotreksat,fenitoin, dan probenesid. Kortikosteroid dapat menurunkan
konsentrasi salisilat. Aspirin menurunkan menurunkan aktifitas farmakologi
spironolakton, berkompetisi dengan penisilin G dalam sekresi di tubulus ginjal
dan menghambat efek urikosurik sulfinpirazon dan probenesid.
Aspirin
Klasifikasi: Analgesik nonopioid, Agens anti inflamasi nonsteroid,
Antipiretik, Agen Antitrombosit
Indikasi:
Penatalaksanaan gangguan inflamasi seperti:Artritis Reumatoid,
Osteoartritis
Pengobatan nyeri ringan sampai berat
Pengobatan demam
Profilaksis serangan iskemik transien (TIA)
Profilaksis infark miokard
Kerja Obat:
Menghasilan analgesia dan mengurangi infalamasi
Penurunan insiden TIA ddan infark miokard
Farmakokinetik:
Absorpsi: diabsorbsi dengan baik dari usus halus bagian atas. Absorbsi
preparat salut enterik tidak dapat diandalkan. Absorbsi rektal lambat dan
bervariasi.
Distribusi: Terdistribusi secara sepat dan luas. Menembus plasenta dan
memasuki ASI.
Metabolisme dan Ekskresi: Sebagian besar dimetabolisme oleh hati.
Metabolit inaktif diekskresi melalui ginjal
Waktu paruh: 2-3 jam untuk dosis rendah ( 15-30 jam untuk dosis besar)
Kontraindikasi dan Perhatian:
Dikontraindikasikan pada:
- Hipersensittivitas terhadap aspirin, tartrazin (pewarna kuning FDC#5),
atau salisilat lainnya.
- Dapat terjadi sensitivitas silang dengan NSAID lainnya
- Gangguan perdarahan dan trombositosis.
Gunakan secara hati-hati pada:
- Riwayat perdarahan GI atau penyakit ulkus
- Penyakit hati dan ginjal berat
- Kehamilan
- Laktasi
- Pengobatan sendiri selam 10 hari pada orang dewasa atau 5 hari pada
anak-anak tanpa pengawasan medis
Reaksi Merugikan dan Efek Samping:
Mata dan THT: tinitus, kehilangan pendengaran
GI: dispepsia, nyeri ulu hati, distres efigastrik, mual, anoreksia, nyeri
abdomen, perdarahan GI, hepatotoksisias
Hemat: anemia, hemolisis
Lain-lain: Edema paru non kardiogenik, reaksi alergi termasuk anafiklaksis
dan edema laring
Interaksi:
Obat-obat: dapat memperkuat antikoagilan oral, heparin, atu agens
trombolitik
Dapat meningkatkan aktivitas penisilin, fenitoin, metotreksat, asam
valproat, agen hipoglikemik oral, sulfonamid
Dapat melawan efek menguntungkan dari probenesid dan sulfinpirazon
Glukokortikoid dapat menurunkan kadar salisilat serum
Asidifikasi menurunkan kadar salisilat serum
Asidifikasi urin meingkatkan reabsorbsi dan kadar salisilat serum
Alakalinisasi urin atau konsumsi antasid dalam jumlah besar dapat
meningkatkan ekskresi dan menurunkan kadar salisilat serum
Dapat menumpulkan respons terapeutik terhadap diuretik, antihipertensi
atau agen inflamasi nonsteroid
Dapat meningkatkan risiko perdarahan dengan sefamandol,
setoperazoon,sefotetan, asam valproat, atau plikamisin
Meningkatkan resiko iritasi GI bila digunakan dengan bersama agens anti
inflamasi nonsteroid
Meningkatkan risiko ototoksisitas bila digukanakan bersama vankomisin
Obat-makanan:
Makanan yang mampu mengasamkan urine dapat meningkatkan kadar
salisilat serum.
Rute dan Dosis:
Analgesia dan antipiretis
- PO, Rekt (dewasa): 325-1000 mg tiap 4-6 jam sesuai kebutuhan (tidak
lehih dari 4 gr/hari)
- PO, Rekt (anak-anak 2-11 thn); 60-80 mg/Kg/hari dalam 4-6 dosis
terbagi
Antiinflamsi
- PO (dewasa): 2,6-6,2 g/hari dalam dosis terbagi.
- PO (anak2): 60-110 mg/Kg/hari dalam dosis terbagi
Pencegahan TIA
- PO (dewasa):1,3 gr/hari dalm 2-4 dosis terbagi
Pencegahan Infark Miokard
- PO(dewasa): 300-325 mg/hari
Penyakit Kawasaki
- PO (anak2): 80-180 mg/Kg/hari.
Sediaan:
Tablet: 325 mg,500 mg,650 mg
Permen karet: 227 mg
Tablet dipersibel: 325 mg, 500 mg
Tablet salut enterik (lepas lambat): 80 mg, 165 mg, 300 mg, 325 mg,500
mg, 600 mg, 975 mg
Tablet lepas terjadwal: 650 mg
Tablet lepas terkendali: 800mg
Kapsul lepas lambat: 325, 500 mg
Supositoria: 60,120,125,130,150,,160,195,200,300,320,325,600,640,650mg,
1.2 g
Dal kombinasi dengan: antihistamin, dekongestan, supresan batuk
AWITAN PUNCAK DURASI
PO 5-30 menit 1-3 jam 3-6 jam
Rekt 1-2 jam 4-5 jam 7 jam
Implementasi
PO: berikan aspirin setelah makan atau bersama makanan atau antasid untuk
mengurangi iritasi lambung. Makanan akan memperlambat tetapi tidak
mengubah jumlah total yang dibsorbsi
Jangan menggerus atau mengunyah tablet salut enterik. Jangan meminum
antasi 1-2 jam setelah meminum tablet salut enterik. Tabel kunyah boleh
dikunyah, dilarutkan dalam ciran, atau ditelan utuh.
SIMETIDIN
Simetidin tergolong dalam obat-obat AntiHistamin Penghambat Reseptor H2
(AH2). Reseptor histamine H2 berperan terhadap sekresi cairan lambung.
Beberapa jaringan seperti otot polos pembuluh darah mempunyai kedua
reseptor yaitu H1 dan H2.
http://javedsirupang.wordpress.com/?attachment_id=39
FARMAKODINAMIK
Simetidin menghambat reseptor H2 secara selektif dan reversible.
Perangsangan reseptor H2 akan merangsang sekresi cairan lambung, sehingga
pada pemberian Simetidin sekresi cairan lambung akan dihambat. Pengaruh
fisiologi simetidin trehadap reseptor H2 lainnya, tidak begitu penting.
Walaupun tidak lengkap, simetidin dapat menghambat sekresi cairan lambung
akibat perangsangan obat muskarinik atau gastrin. Simetidin mengurangi
volume dan kadar ion hydrogen cairan lambung. Penurunan sekresi asam
lambung mengakibatkan perubahan pepsinogen menjadi pepsin juga menurun.
FARMAKOKINETIK
Bioavaibilitas oral simetidin sekitar 70%, sama dengan setelah pemberian
IV atau IM. Ikatan protein plasmanya hanya 20%. Absorbsi simetidin
diperlambat oleh makanan, sehingga Simetidin diberikan bersama atau segera
setelah makan dengan maksud untuk memperpanjang efek pada periode pasca
makan. Absorbsi simetidin terutama terjadi pada menit ke 60-90. simetidin
masuk kedalam SSP dan kadarnya dalam cairan spinal 10-20% dari kadar
serum. Sekitar 50-80% dari dosis IV dan 40% dari dosis oral simetidin
diekskresi dalam bentuk asal dalam urin. Masa paruh eliminasinya sekitar 2
jam.
EFEK SAMPING
Insiden efek samping obat ini rendah dan umumnya berhubungan dengan
penghambatan terhadap reseptor H2, beberapa efek samping lain tidak
berhubungan dengan penghambatan reseptor. Efek samping ini antara lain
nyrei kepala, pusing, malaise, mialgia, mual, diare, konstipasi, ruam kulit,
pruritus, kehilangan libido dan impoten. Simetidin mengikat reseptor androgen
dengan akibat disfungsi seksual dan ginekomastia.
INTERAKSI OBAT
Antasid dan Metoklopramid mengurangi bioavaibilitas oral simetidin
sebanyak 20-30%. Interaksi ini mungkin tidak bermakna secara klinis, akan
tetapi dianjurkan selang waktu minimal 1 jam antara penggunaan antasid atau
metoklopramid dan simetidin oral.
Ketokonazol harus diberikan 2 jam sebelum pemberian simetidin karena
absorbsi ketokonazol berkurang sekitar 50% bila diberikan bersama simetidin.
Selain itu ketokonazol membutuhkan pH asam untuk dapat bekerja dan
menjadi kurang efektif pada pH lebih tinggi yang terjadi pada pasien yang juga
mendapat AH2 Simetidin terikat sitokrom P-450 sehingga menurunkan aktifitas
enzim mikrosom hati, jadi obat lain akan terakumulasi bila diberikan bersama
simetidin. Obat yang metabolismenya dipengaruhi oleh simetidin ialah
warfarin, fenitoin, kafein, teofilin, fenobarbital, karbamazepin, diazepam,
propanolol, metoprolol dan imipramin.
Simetidin cenderung menurunkan aliran darah hati sehingga akn
memperlambat bersihan obat lain. Simetidin dapat menghambat alkohol
dehidrogenase dalam mukosa lambung dan menyebabkan peningkatan kadar
alkohol serum. Simetidin juga mengganggu disposisi dan meningkatkan kadar
lidokain serta meningkatkan antagonis kalsium dalam serum. Obat ini tak
tercampurkan dengan barbiturat dalam larutan IV. Simetidin dapat
menyebabkan berbagai gangguan SSP terutama pada pasien usia lanjut atau
dengan penyakit hati atau ginjal. Gejala gangguan SSP berupa slurred speech,
somnolen, letargi, gelisah, bingung, disorientasi, agitasi, halusinasi dan kejang.
Gejal-gejala tersebut hilang/ atau membaik bila pengobatan dihentikan. Gejala
seperti demensia dapat timbul pada penggunaan simetidin bersama obat
psikotropik atau sebagai efek samping simetidin.
Efek samping simetidin yang jarang terjadi ialah Trombositopenia,
granulositopenia. Toksisitas terhadap ginjal atau hati. Peningkatan ringan
kreatinin plasma mungkin disebabkan oleh kompetisi ekskresi simetidin dan
kreatinin. Simetidin dapat meningkatkan beberapa respons imunitas seluler
(cell- imediated immune response) terutama pada individu dengan depresi
sistem imunologik. Pemberian simetidin IV sesekali menyebabkan bradikardi
dan efek kardiotoksik lain.
POSOLOGI
Simetidin tersedia dalam bentuk tablet 200, 300, 400 mg. Dosis yang
dianjurkan untuk pasien tukak duodeni dewasa ialah 4 x 300 mg, bersama
makan atau sebelum tidur; atau 200 mg bersama makan dan 400 mg sebelum
tidur. Simetidin juga tersedia dalam bentuk sirup 300 mg/ 5 ml, dan larutan
suntik 300 mg/ 2 ml.
INDIKASI
Simetidin diindikasikan untuk tukak peptik. Penghambatan 50% sekresi
asam lambung dicapai bila kadar simetidin plasma 800 ng/ml. Tetapi yang
penting adalah efek penghambatannya selama 24 jam. Simetidin 1000 mg/hari
menyebabkan penurunan kira-kira 50%, sedangkan terhadap sekresi asam
malam hari yakni 70%.
Simetidin mempercepat penyembuhan tukak lambung dan tukak duodenum.
Pada sebagian besar pasien pemberian obat-obat tersebut sebelum tidur dapat
mencegah kekambuhan tukak duodeni bila obat diberikan sebagai terapi
pemeliharaan.
ANTASID
Antasida ( anti = lawan , acidus = asam ), sehingga antasida adalah zat yang
sifatnya berlawanan dengan asam, yaitu basa. Lambung kita antara lain berisi
zat yang bersifat asam, yaitu asam klorida. Kondisi lambung bisa terganggu
apabila asam tersebut keberadaannya menjadi lebih besar dari keadaan normal
atau asam yang terkandung dalam lambung sangat berlebihan sehingga
menyebabkan gangguan pada lambung.
Antasida adalah obat yang mengandung basa - basa lemah yang digunakan
untuk menetralkan asam lambung yang berlebihan. Antasida terdiri dari
senyawa magnesium, aluminium, bismut, Hidrotalsit, kalsium karbonat, dan
Na-Bikarbonat.
Antasida penggunaannya bermacam - macam selain pada tukak lambung - usus
juga pada indigesti dan rasa terbakar, pada reflux oesophagitis ringan dan
gastritis. Obat ini mampu mengurangi rasa nyeri di lambung dengan cepat.
Efeknya bertahan 20 - 60 menit bila diminum pada perut kosong dan sampai 3
jam bila diminum sesudah makan.
MYLANTA GENERIK
Per 5 ml : Mg(OH)2 200 mg, Al(OH)3 200 mg, Simetikon 20 mg.
INDIKASI
Refluks esofagitis, tidak bisa mencerna asam.
Rasa panas pada ulu hati, rasa tidak enak pada perut, hiperasiditas yang
berhubungan dengan diagnosis ulkus peptikum, gastritis, esofagitis peptikum, &
hernia hiatus, untuk mengurangi atau menghilangkan gejala-gejala dari kembung
(gas), nyeri setelah operasi karena gas atau untuk penggunaan pada pemeriksaan
endoskopik.
PERHATIAN
Gangguan fungsi ginjal.
Interaksi obat :
Mempengaruhi absorpsi obat-obatan, terutama Fe, Tetrasiklin, Simetidin,
Digoksin, INH, Warfarin, antagonis reseptor H2.
Alkalisasi urin bisa meningkatkan Quinidin dalam plasma.
EFEK SAMPING
Jarang: susah buang air besar, diare.
Hipofosfatemia (pada pemakaian jangka panjang).
KEMASAN
Cairan 150 mL.
DOSIS
1-2 sendok teh diberikan 1 jam sesudah makan dan sebelum tidur.
HARGA :
Rp. 28.463,00- / kemasan
MYLANTA GENERIK
Per tablet : Mg(OH)2 200 mg, Al(OH)3 200 mg, Simetikon 20 mg.
INDIKASI
Refluks esofagitis, tidak bisa mencerna asam.
Rasa panas pada ulu hati, rasa tidak enak pada perut, hiperasiditas yang
berhubungan dengan diagnosis ulkus peptikum, gastritis, esofagitis peptikum, &
hernia hiatus, untuk mengurangi atau menghilangkan gejala-gejala dari kembung
(gas), nyeri setelah operasi karena gas atau untuk penggunaan pada pemeriksaan
endoskopik.
PERHATIAN
Gangguan fungsi ginjal.
Interaksi obat :
Mempengaruhi absorpsi obat-obatan, terutama Fe, Tetrasiklin, Digoksin, INH,
Warfarin, antagonis reseptor H2.
Alkalisasi urin bisa meningkatkan Quinidin dalam plasma.
EFEK SAMPING
Jarang: susah buang air besar, diare.
Hipofosfatemia (pada pemakaian jangka panjang).
KEMASAN
Tablet 100 biji.
DOSIS
1-2 tablet dimakan 1 jam setelah makan dan pada malam hari sebelum tidur.
HARGA :
Rp. 45.856,00- / kemasan
L. PENDIDIKAN KESEHATAN DAN TERAPI NUTRISI
1. Pendidikan kesehatan pada pasien dengan gastritis
Sebelum perawat memberikan pendidikan kesehatan, ada baiknya jika
pengetahuan pasien tentang gastritis dievaluasi sehingga rencana
penyuluhan dapat bersifat individual. Diet diresepkan dan disesuaikan
dengan jumlah kebutuhan kalori harian pasien, makanan yang disukai, dan
pola makan. Pasien diberi daftar tentang makanan dan zat-zat yang harus
dihindari(mis,. kafein;nikotin;bumbu pedas;alkohol,dll). Antibiotik, garam
bismut, obat-obatan untuk menurunkan sekresi lambung dan melindungi sel-
sel mukosa dari sekresi lambung diberikan sesuai resep.
a. Pengobatan setelah menderita gastritis
Penanganan Gastritis yang utama adalah dengan menghilangkan
penyebabnya. Misalnya, untuk beberapa tipe gastritis, mengurangi asam
lambung dengan mengonsumsi obat akan sangat membantu. Antibiotik
untuk infeksi. Jika disebabkan oleh alkohol, AINS dan aspirin, maka
konsumsinya harus dikurangi hingga dihentikan.
Selain itu, langkah-langkah yang perlu diperhatikan adalah sebagai
berikut :
Sebagai langkah awal konsumsi makanan lunak dalam porsi yang
kecil-kecil, berhenti mengonsumsi makanan yang pedas dan asam, dan
berhenti merokok serta minuman beralkohol. Jika memang
diperlukan, kita dapat meminum antasida sekitar setengah jam
sebelum makan atau sewaktu makan. Namun bila keluhan pada ulu
hati tetap terjadi, secepatnya harus diperiksakan lebih lanjut ke dokter.
Yang dapat menyembuhkan sakit maag adalah jika dapat mengatur
agar produksi asam lambung terkontrol kembali sehingga tidak
berlebihan, yaitu dengan menghilangkan stres dan makan dengan
teratur. Jika sudah dapat mengendalikan produksi asam lambung,
Insya Allah tidak akan lagi memerlukan obat-obat maag. Tetapi
selama dalam proses penyembuhan, tetaplah makan obat seperti yang
disarankan dokter.
Hindari makanan yang sulit dan susah dicerna pada saat-saat pertama
serangan maag, berikan istirahat pada lambung dan pilihan utama
minumlah liguid saja. Seperti air dan susu kemudian tambahkan
dengan makanan lunak perlahan-lahan seperti sereal, pisang, nasi,
kentang dan roti serta hindari makanan yang pedas dan asam.
Sementara itu, untuk meredakan rasa sakit akibat penyakit ini,
penderita bisa mengonsumsi obat sakit maag yang biasanya
mengandung antasida. Obat ini berguna untuk menetralisir asam
lambung.
Minum obat secara teratur.
Selain dengan klien, perawat juga harus bekerja sama dengan keluarga
klien, pengawasan keluarga klien terhadap pola makan, jenis makanan
yang dimakan dan aktivitas klien dapat membantu klien agar gejala yang
dialami dapat berkurang.
Berikut beberapa saran untuk mengurangi resiko kambuhnya gastritis :
Makan secara benar.
Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan yang
pedas, asam, gorengan atau berlemak, keras dll yang dapat
mempengaruhi radang lambung seperti kopi, mie, ketan, kangkung,
kol, daun singkong, seledri, durian, nanas, nangka, salak, pisang
ambon, ubi, nangka, sofdrink (makanan dan minuman yang banyak
mengandung gas), dll. Yang sama pentingnya dengan pemilihan jenis
makanan yang tepat bagi kesehatan adalah bagaimana cara
memakannya. Makanlah dengan jumlah yang cukup,tidak berlebihan,
pada waktunya dan lakukan dengan santai.
Hindari alkohol.
Penggunaan alkohol dapat mengiritasi dan mengikis lapisan
mukosa dalam lambung dan dapat mengakibatkan peradangan dan
pendarahan.
Jangan merokok.
Merokok mengganggu kerja lapisan pelindung lambung, membuat
lambung lebih rentan terhadap gastritis dan borok. Merokok juga
meningkatkan asam lambung, sehingga menunda penyembuhan
lambung dan merupakan penyebab utama terjadinya kanker lambung.
Lakukan olah raga secara teratur.
Aerobik dapat meningkatkan kecepatan pernapasan dan jantung,
juga dapat menstimulasi aktifitas otot usus sehingga membantu
mengeluarkan limbah makanan dari usus secara lebih cepat.
Banyak minum air putih.
Usahakan buang air besar secara teratur
Menerapkan pola makan dan tidur yang teratur.
Hindari stress dan bekerja terlalu berat.
Stress meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke,
menurunkan sistem kekebalan tubuh dan dapat memicu terjadinya
permasalahan kulit. Stress juga meningkatkan produksi asam lambung
dan melambatkan kecepatan pencernaan. Karena stress bagi sebagian
orang tidak dapat dihindari, maka kuncinya adalah mengendalikannya
secara effektif dengan cara diet yang bernutrisi, istirahat yang cukup,
olah raga teratur dan relaksasi yang cukup.
Ganti obat penghilang nyeri.
Jika dimungkinkan, hindari penggunaan AINS(anti inflamasi
nonsteroid seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen), obat-obat
golongan ini akan menyebabkan terjadinya peradangan dan akan
membuat peradangan yang sudah ada menjadi lebih parah. Ganti
dengan penghilang nyeri yang mengandung acetaminophen.
Ikuti rekomendasi dokter.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencegah atau meminimalisir
gejala dan keluhan gastritis. Bila kesempatan untuk makan siang tidak ada,
maka sebaiknya membawa bekal minimal biskuit yang bisa dikulum dalam
mulut tanpa perlu menguyah dan menimbulkan suara berisik, sambil tetap
bisa bekerja. Minimal untuk ‘mengganjal’, sehingga asam lambung akan
berkurang karena telah dimanfaatkan untuk mencerna biskuit. Atau ada cara
lain, minumlah susu bisa dari kemasan siap minum, sedikit-sedikit. Jadi
dengan demikian kita telah melatih makan atau minum dalam porsi kecil,
tapi frekuensi sering. Bila pola makan ‘frequent small feeding’ ini
dipraktekkan, maka lambung akan terbiasa dan kembali berfungsi normal
karena telah terlatih kapan dan seberapa banyak asam lambung harus
diproduksi dan dikeluarkan.
Mengenai waktu makan yang baik. Karena pengosongan lambung terjadi
dalam waktu empat jam, maka sebaiknya orang sehat mengkonsumsi
makanan setiap empat jam juga. Bagi yang telah terlanjur sakit maag, pola
makan ‘frequent small feeding’ dapat diterapkan, sampai kondisi lambung
kembali normal.
Ada satu cara sederhana untuk menjaga kesehatan lambung. Cobalah
mengkonsumsi daging aloe vera (lidah buaya). Tanpa perlu dimasak, buang
kulitnya, ambil isinya. Sebaiknya dipotong kotak-kotak seperti potongan es
batu di dalam lemari es. Campurkan juice apa saja kedalam daging aloe
vera. Langsung diminum dan dikunyah daging aloe vera tersebut.
Khasiatnya dapat dirasakan hanya dalam satu kali minum, semua keluhan
hilang. Bila ingin menjaga kesehatan lambung dan saluran cerna,
konsumsilah secara rutin 3 kali seminggu.
2. Terapi Nutrisi
Nutrisi merupakan suatu bagian dari proses kehidupan, baik dalam
keadaan sehat maupun dalam keadaan sakit. Peranan nutrisi dalam upaya
penyembuhan penyakit sebenarnya merupakan yang terpenting, namun
sering terlupakan. Pada setiap orang sakit, sering timbul masalah dalam hal
menjaga keseimbangan nutrisi, karena berberapa sebab:
a. Pasien mengalami anoreksia
b. Pasien tidak mau makan/psikosis, anoreksia-nervosa dan lain-lain.
c. Pasien dalam keadaan sakit berat hingga tidak dapat menolong dirinya
sendiri dalam memasukkan makanan.
d. Adanya kelainan pada gastrointestinal.
Dalam keadaan-keadaan diatas tersebut, diperlukan upaya agar konsumsi
(intake) nutrisi senantiasa terjaga. Upaya tersebut disebut terapi nutrisi
intensif (TNI).
Tujuan pemberian terapi nutrisi:
a. Suportif/suplemen.
b. Mencukupi kebutuhan nutrisi seluruhnya.
c. Meningkatkan keseimbangan cairan
Cara pemberian
Ada 3 cara pemberian nutrisi intensif :
a. Nutrisi Oral(NO)
Pemberian nutrien ke dalam saluran cerna melwati mulut.
b. Nutrisi enteral(NE)
Pemberian nutrien ke dalam saluran cerna yang biasanya dilakukan
dengan pemasangan sonde ke dalam lambung atau usus 12-jari.
c. Nutrisi parenteral(NP)/Nutrisi perinfus
Pemberian nutrien ke dalam saluran cerna lewat pembuluh darah balik
vena.
Strategi dalam menentukan jenis terapi nutrisi intensif (NUTRISI
ENTERAL)
Dalam pemakaian sehari-hari memiliki dua tujuan:
a. Suportif
Yaitu bila pasien masih mau makan/minum, tetapi tidak dapat
mencapai jumlah kalori dan protein yang cukup.
b. Terapeutik
Yaitu bila pasien sama sekali tidak dapat/tidak mau makan.
Teknik
a. Diminum.
b. Melalui sonde, dapat berupa bolus, misalnya tiap jam 100 cc cairan
nutrisi atau dengan tetes demi tetes.
c. Melalui operasi memasang pipa melalui kulit ke usus (percutaneus
enteral feeding).
Berdasarkan tabel mengenai kebutuhan kalori menurut jenis kelamin dan
umur, pasien dengan umur 25-50 tahun membutuhkan asupan kalori 2200
kcal/hr.
Selain mengkonsumsi gizi yang seimbang, masukan dan haluaran cairan
setiap hari dipantau untuk mendeteksi tanda-tanda awal dehidrasi(haluaran
urine minimal 30 ml/jam, masukan minimal 1,5 L/hari). Nilai elektrolit
(natrium, kalium, klorida) dapat dikaji setiap 24 jam untuk mendeteksi
indikator awal ketidakseimbangan elektrolit.
Diet yang tepat untuk penderita sakit mag adalah pola makan teratur
dengan menu makanan dan minuman yang dirancang sesuai 'kemampuan'
lambung, yaitu mudah dicerna dan tidak terlalu banyak perasa(bumbu).
Berikut adalah beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat
merancang menu untuk penderita maag, yaitu:
a. Hindari makanan dan minuman yang banyak mengandung gas dan terlalu
banyak serat, antara lain beras ketan, tales, ubi, singkong, sayuran (kol,
sawi hijau, sayur mentah), buah-buahan (nangka, pisang ambon, durian,
nanas), makanan berserat tertentu (kedondong, buah yang dikeringkan),
minuman yang mengandung gas (minuman bersoda).
b. Hindari makanan yang merangsang pengeluaran asam lambung seperti
kopi,teh kental, minuman beralkohol 5-20%, anggur putih, dan sari buah
sitrus.
c. Hindari makanan yang sulit dicerna dan dapat memperlambat
pengosongan lambung. Hal ini akan menyebabkan peningkatan
peregangan di lambung yang akhirnya dapat meningkatkan asam
lambung seperti makanan berlemak, kue tart, cokelat, keju.
d. Hindari makanan yang mudah mengiritasi/merangsang lambung dan
secara langsung merusak dinding lambung seperti makanan yang
mengandung cuka, pedas, merica, asam, bumbu yang merangsang,
makanan yang berlemak/gorengan, dan vitamin C dosis tinggi.
e. Hindari makanan yang melemahkan klep kerongkongan bawah sehingga
menyebabkan cairan lambung dapat naik ke kerongkongan antara lain
alkohol, coklat, makanan tinggi lemak, gorengan.
f. Dianjurkan, minum susu untuk menetralkan asam lambung yang
berlebih, sebab, susu mengandung protein dan kalsium tinggi untuk
regenerasi sel.
g. Jangan konsumsi makanan yang bertekstur keras seperti dendeng, nasi
kerak, dll., pilihlah makanan lembut yang dimasak dengan direbus,
disemur, ditim, atau diungkep. Sebab, makanan digoreng akan sulit
dicerna dan hangat seperti : nasi hangat, bubur hangat, dll.
h. Hindari makanan yang mengandung banyak garam.
i. Tetap konsumsi gizi seimbang (makanan pokok, lauk, sayur, dan buah).
j. Makan secara teratur dengan interval tiga jam sekali antara makanan
pokok dan selingan (tiga kali makan pokok, tiga kali selingan).
k. Makan dalam porsi secukupnya, jangan sampai perut kosong atau
kekenyangan.
l. Makan dengan tenang, kunyah makanan hingga hancur, dan lumat
menjadi butiran lembut.
Beberapa makanan yang sebaiknya dihindari saat nyeri lambung melanda
diantaranya: ketan, bulgur, jagung, ubi-ubian, daging merah, daging/ikan
yang diawetkan, kacang-kacangan, santan, goreng-gorengan, sayuran
mentah, kol, kembang kol, sawi, nangka, oyong, kangkung, daun singkong,
sayuran banyak serat, buah-buahan segar/mentah (kecuali pepaya dan
pisang masak), buah yang dikeringkan (kismis, korma) soda, alkohol,
bumbu tajam, kopi.
*nilai normal natrium 130-200 mmol./24 j *nilai normal kalium 40-65 mmol./24 j