Upload
dhewie-moerdhani
View
53
Download
1
Embed Size (px)
ASUHAN KEPERAWATAN HERNIA
Disusun guna melengkapi tugas mata kuliah SISTEM PERCERNAAN
Dosen Pengampu: Ns. Armunanto, S.Kep
Oleh :
NUR AZIZAH
NIM : 1003065
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES KARYA HUSADA SEMARANG
2012
ASUHAN KEPERAWATAN HERNIA
A. Definisi Hernia
Hernia adalah kelemahan dinding otot abdominal yang melewati sebuah segmen dari
perut atau struktur abdominal yang lain yang menonjol. Hernia dapat juga menembus
melewati beberapa defect yang lain di dalam dinding abdominal, melewati diafragma, atau
melewati struktur lainnya di di rongga abdominal (Donna Ignatavicius, 1999). Hernia
umumnya terdiri dari kulit dan subkutan meliputi jaringan, sebuah peritoneal kantung, dan
yang mendasarinya visera, seperti loop usus atau organ-organ internal lainnya. Hernia
kongenital disebabkan oleh penutupan struktural cacat atau yang berhubungan dengan
melemahnya otot-otot normal. Menimbulkan faktor termasuk pembedahan; mendadak
peningkatan tekanan intra-abdomen, yang mungkin terjadi selama angkat berat atau batuk -
batuk dan lebih bertahap dan berkepanjangan peningkatan tekanan intra-abdomen yang
berhubungan dengan kehamilan, obesitas, atau asites.(LeMone, 2000).
B. Etiologi dan Klasifikasi Hernia
Menurut Schwartz, hernia adalah penonjolan viskus melalui lubang didinding kavitas
(rongga) tempat visera (organ dalam) tersebut berada. Jenis dan terminologi hernia
bermacam-macam, bergantung pada proses terjadinya hernia, letaknya dan keadaan ( sifat )
benjolannya.
Secara umum ada dua jenis hernia, yaitu internal dan eksternal.
1. Hernia internal berada dalam tubuh dan tidak bisa dilihat secara kasat mata.
Contohnya hernia diafragmatika dimana hernia terjadi akibat adanya celah di
diafragma (otot pemisah antara bagian perut dengan dada) karena pembentukan
diafragma yang tidak sempurna. Contoh lainnya adalah hernia hiatal esofagus, yaitu
hernia terjadi melalui celah masuknya esofagus yang masuk dari rongga dada, serta
banyak lagi jenis lainnya.
2. Hernia eksternal. Dari jenis hernia ini yang paling sering dijumpaia dalah hernia
inguinalis yang muncul di lipat paha dan hernia umbilikalis yang muncul di daerah
pusar. Bayi umumnya mengalami hernia eksternal yang bisa dideteksi secara kasat
mata karena terlihat secara langsung.
Berdasarkan terjadinya, hernia terdiri dari:
1. Hernia konginetal ( bawaan sejak lahir ), misalnya Hernia umbilicalis, yakni hernia
pada pusar yang menonjol ketika bayi menangis, mengejan, batuk dan aktifitas lain
yang menyebabkan tekanan rongga perut (abdomen) menigkat.
2. Hernia didapat ( aquired ), yakni hernia yang timbul karena berbagai faktor pemicu.
Menurut sifatnya, hernia terbagi terbagi atas:
1. Reponible :
Benjolan di daerah lipat paha atau umbilikus tampak keluar masuk (kadang-kadang
terlihat menonjol, kadang-kadang tidak). Benjolan ini membedakan hernia dari tumor
yang umumnya menetap. Ini adalah tanda yang paling sederhana dan ringan yang bisa
dilihat dari hernia eksternal. Bisa dilihat secara kasat mata dan diraba, bagian lipat
paha dan umbilikus akan terasa besar sebelah. Sedangkan pada bayi wanita,
seringkali ditemukan bahwa labianya besar sebelah. Labia adalah bagian terluar dari
alat kelamin perempuan.
2. Irreponible :
Benjolan yang ada sudah menetap, baik di lipat paha maupun didaerah pusat. Pada
hernia inguinalis misalnya, air atau usus atau omentum (penggantungan usus) masuk
ke dalam rongga yang terbuka kemudian terjepit dan tidak bisa keluar lagi. Di fase
ini, meskipun benjolan sudah lebih menetap tapi belum ada tanda-tanda perubahan
klinis pada anak.
3. Incarcerata :
Benjolan sudah semakin menetap karena sudah terjadi sumbatan pada saluran
makanan sudah terjadi di bagian tersebut. Tak hanya benjolan, keadaan klinis bayi
pun mulai berubah dengan munculnya mual, muntah, perutkembung, tidak bisa buang
air besar, dan tidak mau makan.
4. Strangulata :
Ini adalah tingkatan hernia yang paling parah karena pembuluh darah sudah terjepit.
Selain benjolan dan gejala klinis pada tingkatan incarcerata, gejala lain juga muncul,
seperti demam dan dehidrasi. Bila terus didiamkan lama-lama pembuluh darah di
daerah tersebut akan mati dan akan terjadi penimbunan racun yang kemudian akan
menyebar ke pembuluh darah. Sebagai akibatnya, akan terjadi sepsis yaitu beredarnya
kuman dan toxin di dalam darah yang dapat mengancam nyawa si bayi. Sangat
mungkin bayi tidak akan bisa tenang karena merasakan nyeri yang luar biasa.
C. Manifestasi Klinis
Keluhan yang dirasakan dapat dari yang ringan hingga yang berat. Karena pada dasarnya
hernia merupakan isi rongga perut yang keluar melalui suatu celahdi dinding perut, keluhan
berat yang timbul disebabkan karena terjepitnya isi perut tersebut pada celah yang dilaluinya
(yang dikenla sebagai strangulasi). Jika masih ringan, penonjolan yang ada dapat hilang
timbul. Benjolan yang ada tidak dirasakan nyeri atau hanya sedikit nyeri dan timbul jika kita
mengedan, batuk, atau mengangkat beban berat. Biasanya tonjolan dapat hilang jika kita
beristirahat. Jika pada benjolan yang ada dirasakan nyeri hebat, maka perlu dipikirkan adanya
penjepitan isi perut. Biasanya jenis hernia inguinalis yang lateralis yang lebih memberikan
keluhan nyeri hebat dibandingkan jenis hernia inguinalis yang medialis. Terkadang, benjolan
yang ada masih dapat dimasukkan kembali kedalam rongga perut dengan tangan kita sendiri,
yang berarti menandakan bahwa penjepitan yang terjadi belum terlalu parah. Namun, jika
penjepitan yang terjadi sudah parah, benjolan tidak dapat dimasukkan kembali, dan nyeri
yang dirasakan sangatlah hebat. Nyeri dapat disertai mual dan muntah. Hal ini dapat terjadi
jika sudah terjadi kematian jaringan isi perut yang terjepit tadi. hernia strangulata merupakan
suatu keadaan yang gawat, jadi perlu segera dibawa ke dokter untuk mendapatkan
pertolongan.
D. Macam – macam Hernia Berdasarkan Letaknya
Hernia Inguinalis
Terletak di pelipatan paha. Paling banyak terjadi (sekitar 75%) pada berbagai hernia yang
melibatkan rongga perut (abdomen). Sebagian besar dialami oleh pria ketimbang
wanita.Terjadi karena konginetal akibat adanya kelainan pada saluran inguinal. Dapat pula
terjadi karena didapat (aquired) akibat (a) lemahnya jaringan penyanggasaluran inguinal dan
(b) peningkatan tekanan rongga perut yang berkepanjangan.Hernia inguinalis bisa timbul di
bagian samping pelipatan paha (hernia inguinalislateralis), di bagian tengah (hernia
inguinalis medialis). adapun hernia inguinalisyang menonjol di kantong buah zakar disebut
dengan hernia scrotalis.
Hernia Femoralis
Berupa benjolan di lipat paha melalui anulus femoralis.Selanjutnya isi hernia masuk ke
dalam kanalis femoralisyang berbentuk corong sejajar dengan pembuluh darah balik paha
(vena femoralis) sepanjang sekitar 2 cm dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha.
Hernia Umbilicalis
Merupakan kelainan kongenital. Henia Umbilicalis adalah penonjolan yang mengandung
isi rongga perut yang masuk melalui cincin umbilikus (pusar) akibat peninggian tekanan intra
abdomen. Pusar nampak menojol saat bayi menangis, batuk, tertawa, mengejan. Hernia ini
biasanya akan regresi spontan dalam 6 bulan sampai 1 tahun, bila cincin hernia < 2 cm. Bila
ukurannya lebih dari 2 cm, perlu tindakan operasi.
Hernia Hiatal
Hernia Hiatal adalah penonjolan dari suatu bagian lambung melalui diafragma (sekat
rongga dada), dari posisinya yang normal di dalam perut. Diafragma adalah lembaran otot
yang digunakan untuk bernafas, yang merupakan pembatas antara rongga dada dan rongga
perut. Hernia hiatal sering terjadi, terutama pada usia diatas 50 tahun. Akibat dari kelainan
ini bisa terjadi regurgitasi asam lambung. Pada anak-anak, hernia hiatal biasanya merupakan
suatu cacat bawaan. Hernia hiatal pada bayi biasanya disertai dengan refluks gastroesofageal
(muntah,tersedak)
HNP( Hernia Nukleus Pulposus )
Hernia nukleus pulposus, yaitu saraf tulang belakang “terjepit” diantara kedua ruas tulang
belakang sehingga menyebabkan selain nyeri pinggang yang luar biasa. Tak jarang disertai
rasa kesemutan yang menjalar ke tungkai sampai ke kaki. Sering kali penderita mengeluh
nyeri hebat di pinggang hingga sulit duduk dan berdiri. HNP dapat terjadi karena gerakan
mendadak dan bisa pula karena aktifitas yang berkepanjangan dengan posisi tubuh yang tidak
benar. Faktor resiko lain sebagai pemicu timbulnya HNP diantaranya: obesitas (berat badan
yang berlebihan), poisisi postur tubuh yang tidak benar dan gaya hidup yang santai (malas
bergerak. HNP terbanyak (sekitar90%) terjadi di tulang belakang daerah Lumbal 4-5 dan
Lumbo-sacral (L5-S1: perbatasan antara tulang Lumbal bagian bawah dan tulang ekor bagian
atas). Jenis-jenis Hernia yang lain, diantaranya: Hernia Vaginalis, Hernia Diafragmatika,
Hernia Epigastrika.
E. Patofisiologi
Defek pada dinding otot mungkin kongenital karena melemahkan jaringan atau ruang
luas pada ligamen inguinal atau dapat disebabkan oleh trauma. Tekanan intra abdominal
paling umum meningkat sebagai akibat dari kehamilan atau kegemukan. Mengangkat berat
juga menyebabkan peningkatan tekanan, seperti pada batuk dan cidera traumatik karena
tekanan tumpul. Bila dua dari faktor ini ada bersama dengan kelemahan otot, individu akan
mengalami hernia.
Hernia inguinalis indirek, hernia ini terjadi melalui cincin inguinal dan melewati korda
spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini umumya terjadi pada pria dari pada wanita.
Insidennya tinggi pada bayi dan anak kecil. Hernia ini dapat menjadi sangat besar dan sering
turun ke skrotum.
Hernia inguinalis direk, hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot,
tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan femoralis indirek. Ini lebih umum pada
lansia. Hernia inguinalis direk secara bertahap terjadi pada area yang lemah ini karena
defisiensi kongenital.
Hernia femoralis, hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada
wanita dari pada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoralis yang
membesar dan secara bertahap menarik peritonium dan hampir tidak dapat dihindari kandung
kemih masuk ke dalam kantung. Ada insiden yang tinggi dari inkar serata dan strangulasi
dengan tipe hernia ini.
Hernia umbilikalis, hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan
karena peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien gemuk dan wanita
multipara (Ester, 2002 : 53).
Hernia umbilicalis terjadi karena kegagalan orifisium umbilikal untuk menutup (Nettina,
2001 : 253).
Bila tekanan dari cincin hernia (cincin dari jaringan otot yang dilalui oleh protusi usus)
memotong suplai darah ke segmen hernia dari usus, usus menjadi terstrangulasi. Situasi ini
adalah kedaruratan bedah karena kecuali usus terlepas, usus ini cepat menjadi gangren karena
kekurangan suplai darah (Ester, 2002 : 55).
Pembedahan sering dilakukan terhadap hernia yang besar atau terdapat resiko tinggi
untuk terjadi inkarserasi. Suatu tindakan herniorrhaphy terdiri atas tindakan menjepit defek di
dalam fascia. Akibat dan keadaan post operatif seperti peradangan, edema dan perdarahan,
sering terjadi pembengkakan skrotum. Setelah perbaikan hernia inguinal indirek. Komplikasi
ini sangat menimbulkan rasa nyeri dan pergerakan apapun akan membuat pasien tidak
nyaman, kompres esakan membantu mengurangi nyeri (Long. 1996 : 246).
F. Test Diagnostik
Lab : Peningkatan jumlah sel darah putih dengan pergeseran diferensial.
1. Urinalis untuk mendeteksi adanya infeksi saluran kemih
2. Pemeriksaan ronsen abdomen untuk mendeteksi penyebab lain
3. Ronsen data untuk mengesampingkan pneumonia
(Tucker, 1999)
G. Pengobatan Hernia
Pada dasarnya pengobatan Hernia terbagi menjadi 2 cara, yakni:
1. Pengobatan konservatif
2. Pembedahan
1. Pengobatan Konsevatif
Bahan yang dibutuhkan :
a. Satu butir telur ayam kampung.
b. Tiga sendok makan madu asli.
c. Tiga sendok makan minyak samin.
d. Air putih secukupnya.
Cara Meramu :
Tuangkan ke dalam gelas telur, madu dan minyak samin lalu tambahkan sedikit air,
setelah itu aduk sampai tercampur rata. Kemudian minum diwaktu pagi hari, hasilnya
akan anda rasakan pada perut yang terasa sakit. Dan bila dilakukan berulang-ulang akan
cepat sembuh penyakit hernia ( poros ) yang Anda derita.
2. Pembedahan
Pada hernia inguinalis lateralis reponibilis maka dilakukan tindakan bedah efektif
karena ditakutkan terjadi komplikasi.
a. Pada yang ireponibilis, maka diusahakan agar isi hernia dapat dimasukkan kembali.
Pasien istirahat baring dan dipuasakan atau mendapat diit halus. Dilakukan tekanan
yang kontinyu pada benjolan misalnya dengan bantal pasir. Baik juga dilakukan
kompres es untuk mengurangi pembengkakan.
Lakukan usaha ini berulang-ulang sehingga isi hernia masuk untuk kemudian
dilakukan bedah efektif di kemudian hari atau menjadi inkarserasi.
b. Pada inkerserasi dan strangulasi maka perlu dilakukan bedah darurat.
Tindakan bedah pada hernia ini disebut herniotomi (memotong hernia
danherniorafi (menjahit kantong hernia). Pada bedah efektif manalis dibuka, isi hernia
dimasukkan, kantong diikat dan dilakukan “bassin plasty” untuk memperkuat dinding
belakang kanalis inguinalis.
Pada bedah darurat, maka prinsipnya seperti bedah efektif. Cincin hernia langsung
dicari dan dipotong. Usus dilihat apakah vital/tidak. Bila tidak dikembalikan ke
rongga perut dan bila tidak dilakukan reseksi usus dan anastomois “end to end”.
1) Hernia yang terstrangulasi atau inkarserata dapat secara mekanis berkurang.
Suatu penokong dapat digunakan untuk mempertahankan hernia berkurang.
Penyokong ini adalah bantalan yang diikatkan ditempatnya dengan sabuk.
Bantalan ditempatkan di atas hernia setelah hernia dikurangi dan dibiarkan
ditempatnya untuk mencegah hernia dan kekambuhan. Klien harus secara cermat
memperhatikan kulit di bawah penyokong untuk memanifestasikan kerusakan
(Long, 1996 : 246).
2) Perbaikan hernia dilakukan dengan menggunakan insisi kecil secara langsung di
atas area yang lemah. Usus ini kemudian dikembalikan kerongga perintal,
kantung hernia dibuang dan otot ditutup dengan kencang di atas area tersebut.
Hernia diregion inguinal biasanya diperbaikan hernia saat ini dilakukan sebagai
prosedur rawat jalan.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian :
a) Preoperasi
1) Kemerahan, padat, nyeri, globular, bengkak yang tidak berkurang pada lipatan
paha.
2) Rewel karena nyeri
3) Anoreksia
4) Muat muntah
5) Distensi abdomen
6) Tak ada peristaltic Usus.
7) Dehidrasi
8) Jika saluran usus mengalami isekemik atau gangren akan mengakibatkan
syok, deman, tak ada bising usus, dan asidosis metabolik
b) Pasca Operasi
1) Nyeri abdominal, tiba-tiba hilang dan nyeri pada perforasi diikuti dengan
peningkatan nyeri menyebar
2) Posisi miring dengan lutut fleksi memberikan rasa nyaman yang maksimal.
3) Distensi abdomen secara progrersif.
4) Muntah (mungkin terjadi setelah serangan nyeri).
5) Diare atau konstipasi.
6) Penurunan atau hilangnya bising usus.
7) Demam.
8) Takipnea.
9) Pucat atau kemerahan.
10) Peka rangsang.
11) Gelisah dan dehidrasi (Tucker, 1999)
2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang lazim dijumpai pada klien dengan gangguan
sistem pencernaan: Hernia inguinalis lateralis adalah:
a. Ansietas berhubungan dengan pengetahuan tentang kejadian preoperasi dan pasca
operasi, takut tentang beberapa aspek pembedahan.
b. Nyeri berhubungan dengan pembedahan.
c. Resiko tinggi terhadap kerusakan terhadap komplikasi berhubungan dengan
pembedahan.
d. Resiko tinggi terhadap infeksi pada retensi perkemihan akut, insisi dan
pembedahan dan inflamasi skrotum terhadap herniorafi.
e. Kurang perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik skunder
terhadap pembedahan.
f. Penatalaksanaan pemeliharaan di rumah berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang perawatan diri saat pasien pulang.
3. Intervensi
a. Ansites berhubungan dengan pengetahuan tentang kejadian preoperasi dan pasca
operasi, takut tentang bebeapa aspek pembedahan.
Tujuan : Mengungkapkan pemahaman tentang kejadian preoperasi dan pasca
operasi, melaporkan berkurangnya perasaan cemas atau gugup, ekspresi
ceria.
INTERVENSI RASIONAL
1. Jelaskan apa yang terjadi
selama periode praoperasi dan
pasca operasi, persiapan kulit,
alasan status puasa, obat-
obatan praopeasi, tinggal
diruang pemulihan, dan
program pasca operasi
informasikan pasien bahwa
obat nyeri sebelum nyeri
Pengetahuan tentang apa yang
diperkirakan membantu mengurangi
ansietas dan meningkatkan kerjasama
pasien selama pemulihan.
mempertahankan konstan memberikan
kontrol. nyeri terbaik
menjadi berat.
2. Ajarkan dan usahakan pasien
untuk :
a. Nafas dalam
b. Berbalik
c. Turun dari tempat tidur
d. Membabat bagian yang
dibedah ketika batuk
Jika ada, gunakanlah program
audiovisual untuk membedakan
khusus.
3. Biarkan pasien dan orang
terdekat mengungkapkan
perasaan tentang pengalaman
pembedahan. Perbaiki jika ada
yang kekeliruan konsep. Rujuk
pernyataan khusus tentang
pembedahan kepada ahli
bedah.
4. Lengkapi daftar aktivitas pada
daftar cek praoperasi
(Apendiks K). Beritahu dokter
jika ada kelainan dari hasil tes
laboratorium praoperasi.
5. Tegaskan penjelasan-
penjelasan dari dokter.
Untuk mendorong keterlibatan pasien
dalam perawatan diri.
Dengan mengungkapkan perasaan
membantu pemecahan masalah dan
memungkinkan pemberi perawatan
untuk mengidentifikasi kekeliruan
yang dapat menjadi sumber kekuatan
orang terdekat adalah sistem .
Pendukung bagi pasien. Agar efektif,
system pendukung harus mempunyai
mekanisme yang kuat.
Daftar cek memastikan semua aktivitas
yang diperlukan telah lengkap.
Aktivitas tersebut dirancang untuk
memastikan pasien telah siap secara
fisiologi, untuk pembedahan, sehingga
mengurangi resiko lamanya
penyembuhan.
Pengulangan-pengulangan tersebut
mendorong untuk belajar.
b. Nyeri berhubungan dengan pembedahan
Tujuan : pasien tidak merasa takut, postur tubuh rileks, tidak mengeluh nyeri atau
nyeri berkurang .
INTERNVENSI RASIONAL
1. Pantau :
a. Tekanan darah, ,nadi dan
pernafasan setiap 4 jam
b. Intensitas nyeri
c. Tingkat kesadaran
2. Berikan obat analgetik jika
dibutuhkan dan evaluasi
keefektifannya. berikan obat
analgestik sesuai dengan nyeri
yang dirasakan pasien.
a. Nyeri ringan-analgetik oral-
oral non-narkotik.
b. Nyeri sedang-analgetik orl-
oral narkoti atau obat
entiinflamasi nonsteroid
(nsaid) seperti torodal.
c. Nyeri hebat-analgetik
narkotik secara parenteral.
3. Memberitahu dokter jika nyeri
bertambah buruk atau tidak ada
respons terhadap analgetik yang
diberikan sampai pemberian obat
selanjutnya.
4. Memberitahukan dokter efek yang
merugikan dari analgesik narkotik
dan intervensi dengan tepat:
a. Depresi pernafasan
1) pernafasan tidak teratur
kurang dari 12 menit.
2) berikan nalokson
hci(narcan) iv sesuai
pesanan.
3) berikan separuh dosis obat
narkotik selama pengaruh
anesta.
Untuk mengenal indikasi kemajuan atau
penyimpangan dari hasil yang
diharapkan
Pasien yang paling dapat menilai
intensitas nyeri, sebab nyeri adalah
pengalaman subyektif. Analgesik yang
kuat diperlukan untuk nyeri yang lebih
hebat.
Ini merupakan indikasi bahwa perlu
analgesik yang lebih besar bila mulai
ada komplikasi.
Defresi pernafasan adalah efek samping
yang paling utama dari analgetik
narkotik antagonis..
b. Sedasi
Jika pasien sulit untuk
bangun, kurangi jumlah
analgesik dan hindarkan
pemberian obat yang lain
yang menyebabkan
penekanan system syaraf
pusat (hipnotik).
c. Konstipasi
Anjurkan masukan cairan
bebas, makanan tinggi serat
dan lunak fases.
d. Retensi Urin
Kateter dianjurkan jika pasien
mengeluh tidak mampu untuk
mengeluarkan urine
walaupun dengan mengedan
yang menyertai distensi
suprapubis.
5. Bantu pasien untuk
mengambil posisi yang nyaman.
Tinggikan ekstremitas yang terasa
sakit. Tekuk lutut dengan
menggunakan bantal atau
penyokong lutut ditempat tidur
untuk menurunkan ketegangan
otot-otot perut setelah tindakan
bedah atau bila ada nyeri
dipunggung.
6. Pakai kompres es atau kompres
panas (kalau tidak ada
kontraindikasi). Hindarkan
kompres panas untuk luka dan
insisi baru.
7. Ajarkan pasien teknik bernafas
berirama untuk nyeri yang ringan
sampai yang sedang dalam
Sedasi yang berlebihan adalah gejala-
gejala takar lajak obat. Pasien dengan
gagal ginjal, penyakit hepar dan lanai
adalah paling mudah terkena efek
samping takar lajak obat.
Kontipasi adalah masalah bagi yang
menggunakan analgetik narkotik yang
lama.
Rertensi urine lebih sering terjadi
pedang analgetik narkotik, yang
mengontrol nyeri kuat
Tempatkan tubuh pada posisi yang
nyaman untuk mengurangi penekanan
dan mencegah untuk mengurangi
penekanan dan mencegah otot-otot
tegang membantu menurunkan rasa
tidak nyaman.
Dingin mencegah pembengkakan. Panas
melemaskan otot dan pembuluh darah
berdilatasi untuk meningkatkan
sirkulasi.
Distaksi mengganggu stimulas nyeri
dengan mengurangi rasa nyeri. Distaksi
hubungannya dengan nyeri yang
lain meringankan intervensi.
tidak mengubah intensitas nyeri. Paling
baik digunakan untuk periode pendek
pada nyeri ringan sampai sedang.
.8. Berikan istirahat sampai nyeri
hilang. Kurangi kebisingan dan
sinar yang terang. Jaga
kehangatan pasien dengan selimut
ekstra.
Istirahat menurunkan pengeluaran
energi. Vasokonstruksi perifer terjadi
pada nyeri hebat dan menyebabkan
pasien panas merasa dingin. Biasanya
rangsangan lingkungan yang kuat,
memperhebat persepsi pasien.
d. Resiko tinggi terhadap komplikasi berhubungan dengan pembedahan.
Tujuan : tidak ada infeksi tidak ada pendarahan, penyembuhan luka.
INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau keadaan tepi luka ketika
mengganti verban.
2. Agar pasien menahan insisi abdomen
ketika batuk.
3. Jika terjadi dehisens, tutup insisi
dengan verban steril yang dibasahi
larutan saline untuk melindunginya.
Beritahu dokter.
4. Berikan perawatan luka dengan
menggunakan teknik aseptik yang
ketat.
Untuk mengidentifikasi kemajuan atau
penyimpangan dari hasil yang
diharapkan.
Untuk mencegah tegangan pada jahitan.
Lembab melindungi jaringan agar tidak
mengering.
Infeksi luka adalah penyebab utama
dehisens.
e. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan resensi perkemahan akurat,
insisi pembedahan, dan inflamasi skrotum sekunder terhadap herntrofi.
Tujuan : Urine jerih kuning atau kekuning-kuningan, berkemah tanpa keluhan
ketidak nyamanan, suhu 37o, luka sembuh, SDP diantara 5000-10.000/mm3.
INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau
a. Untuk kesulitan berkemih setiap
8 jam.
Untuk mengidentifikasi indikasi
kemajuan atau penyampaian dari hasil
b. Masukkan dan keluaran setiap 8
jam.
c. Warna dan ukuran skrotum
setiap hari.
d. Penampilan luka pada
penggantian balutan.
e. Suhu setiap 4 jam.
2. Laporkan pada dokter temuan
tentang:
a. Ketidakmampuan berkemih
disertai dengan distensi
suprapubis
b. Sering kemih dengan jumlah
sedikit. Katerisasi sesuai
pesanan.
3. Konsultasi dokter bila pasien
mengalami bengkak dan ekimosis
skrotum atau nyeri berkemih
dengan bau tak sedap, urine keruh.
Berikan kompres es dan sokong
scrotal sesuai pesanan. Berikan
antibiotik yang diprogramkan.
Tingkatkan masukan cairan sampai
sedikitnya 2-3 setiap hari.
yang diharapkan.
Temuan ini menandakan retensi
perkemihan akut dan memerlukan katerisi
untuk mengosongkan kandung kemih.
Retensi perkemihan meningkatkan risiko
infeksi saluran kemih.
Temuan ini menandakan infeksi kompres
dingin dan peninggian membantu
menghilangkan bengkak. Antibiotik
diperlukan untuk mengatasi infeksi.
Cairan membantu pembilasan ginjal dan
meningkatkan antibiotik lebih baik.
f. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik
sekunder terhadap pembedahan.
Tujuan : mengidentifikasi area kebutuhan dan mengungkapkan ADL terpenuhi.
INTERVENSI RASIONAL
1. Tentukan tingkat bangunan yang
diperlukan. Berikan bantuan
dengan ADL sesuai keperluan.
Membiarkan pasien melakukan
sebanyak mungkin untuk dirinya.
2. Berikan waktu yang cukup bagi
pasien untuk melaksanakan
sktivitas.
3. Instruksikan pasien adaptasi
diperlukan untuk melaksanakan
ADL. Dimulai dengan tugas yang
mudah dilakukan dan berlanjut
sampai tugas yang sulit. Berikan
pujian untuk keberhasilan tersebut.
Untuk mendorong kemandirian
Membebani pasien dengan aktivitas
menyebabkan frustasi.
Untuk mendorong kemandirian pujian
memotivasi untuk terus belajar.
g. Resiko tinggi terhadap kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan di rumah
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan diri saat pasien
pulang.
Tujuan : Menyatakan mengerti tentang instruksi, melaksanakan dengan tepat
keterampilan perawatan diri yang diperlukan.
INTERVENSI RASIONAL
1. Pastikan pasien memiliki instruksi
tertulis tentang perawatan diri dan
perjanjian untuk kunjungan
evaluasi.
2. Ajarkan dan biarkan pasien
merawat luka jika penggantian
verban perlu dilakukan di rumah.
Tekankan pentingkan mencuci
sebelum dan sesudah merawat luka
3. Evaluasi kebutuhan bantuan
perawatan di rumah tersedianya
sistem pendukung yang memadai
untuk memberikan bantuan yang
diperlukan. Hubungi perencana atau
pemulangan pasien untuk mengatur
bantuan perawatan di rumah jika
memerlukan bantuan tetapi tidak
mempunyai system pendukung di
rumah.
4. Instruksikan pasien untuk
memberitahu dokter jika terjadi
infeksi luka, kemerahan, nyeri
tekan, drainase, demam.
5. Pastikan pasien mempunyai
persediaan yang cukup untuk
perawatan luka dan resep untuk
Instruksi verbal akan mudah terlupakan
Praktik akan membantu pasien
mengembangkan keyakinannya dengan
perawatan diri. Juga memungkinkan
perawat mengevaluasi kemampuan pasien
melaksanakan keterampilan tersebut
sendiri dan menentukan apakah
diperlukan bantuan. Tindakan untuk
mencegah infeksi harus dilanjutkan
sampai luka benar-benar sembuh.
Layanan sosial atau perencanaan
pemulangan pasien berfungsi sebagai
penghubung yang penting untuk
memindahkan pasien ke lingkungan
rumah atau fasilitas perawatan luar untuk
memastikan kelanjutan penyembuhan
atau rehabilitasi.
Diperlukan antibiotik untuk mengatasi
infeksi.
Persediaan penting untuk mengurangi
kecemasan yang pada umumnya
analgetik. berhubungan dengan pemulangan pasien.
Analgetik memberi kenyamanan dan
mendorong untuk tidur.
6. Instruksikan agar pasien beristirahat
sepanjang hari, secara bertahap
melakukan aktivitas serta
menghindari benda-benda berat dan
latihan yang berlebihan.
Pembedahan adalah stresor.
DAFTAR PUSTAKA
Arief Mansyur, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, EGC, Jaharta
Brunner & Suddarth, 2001, Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 vol, EGC, Jakarta
Carpenito, Lynda Juall, 1995, Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik Edisi 6,
EGC, Jakarta
Carpenito, Lynda Juall, 1995, Rencana Asuhan dan Dokumentasi keperawatan Edisi 2, EGC,
Jakarta
Engram, Barbara,1999, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume I, EGC, Jakarta
Gayton & Hall, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, EGC, Jakarta
Gibson, John, MD, 1995, Anatomi Dan Fisiologi Modern Untuk Perawat, EGC, Jakarta
Hudak & Gallo, 1996, Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik, Edisi VI, EGC, Jakarta
Keliat, B.A. 1994, Proses Keperawatan, Arcan, Jakarta
Made Kusala Girl, Farid Nur Mantu, 2000, Hernia Inguinalis Lateralis pada Anak-anak,
Laboratorium Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Ujung
Pandang
Marrilyn. E. Doengoes, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3 EGC, Jakarta
Polaski, Arlene L, 1996, Luckman’s Core Principles and practice of Medical Surgical Nursing, ,
W.B Saunders Company, Philadelphia
Soeparman A. Sarwono Waspadji, 1990, Ilmu Penyakit Dalam jilid II, , UI, Jakarta
Susan Martin Tucker, 1999, Standar Perawatan Pasien, EGC, Jakarta