30
ASUHAN KEPERAWATAN HERNIA Disusun guna melengkapi tugas mata kuliah SISTEM PERCERNAAN Dosen Pengampu: Ns. Armunanto, S.Kep Oleh : NUR AZIZAH NIM : 1003065 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

ASKEP HERNIA_AZIZAH.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ASKEP HERNIA_AZIZAH.docx

ASUHAN KEPERAWATAN HERNIA

Disusun guna melengkapi tugas mata kuliah SISTEM PERCERNAAN

Dosen Pengampu: Ns. Armunanto, S.Kep

Oleh :

NUR AZIZAH

NIM : 1003065

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES KARYA HUSADA SEMARANG

2012

Page 2: ASKEP HERNIA_AZIZAH.docx

ASUHAN KEPERAWATAN HERNIA

A. Definisi Hernia

Hernia adalah kelemahan dinding otot abdominal yang melewati sebuah segmen dari

perut atau struktur abdominal yang lain yang menonjol. Hernia dapat juga menembus

melewati beberapa defect yang lain di dalam dinding abdominal, melewati diafragma, atau

melewati struktur lainnya di di rongga abdominal (Donna Ignatavicius, 1999). Hernia

umumnya terdiri dari kulit dan subkutan meliputi jaringan, sebuah peritoneal kantung, dan

yang mendasarinya visera, seperti loop usus atau organ-organ internal lainnya. Hernia

kongenital disebabkan oleh penutupan struktural cacat atau yang berhubungan dengan

melemahnya otot-otot normal. Menimbulkan faktor termasuk pembedahan; mendadak

peningkatan tekanan intra-abdomen, yang mungkin terjadi selama angkat berat atau batuk -

batuk dan lebih bertahap dan berkepanjangan peningkatan tekanan intra-abdomen yang

berhubungan dengan kehamilan, obesitas, atau asites.(LeMone, 2000).

B. Etiologi dan Klasifikasi Hernia

Menurut Schwartz, hernia adalah penonjolan viskus melalui lubang didinding kavitas

(rongga) tempat visera (organ dalam) tersebut berada. Jenis dan terminologi hernia

bermacam-macam, bergantung pada proses terjadinya hernia, letaknya dan keadaan ( sifat )

benjolannya.

Secara umum ada dua jenis hernia, yaitu internal dan eksternal.

1. Hernia internal berada dalam tubuh dan tidak bisa dilihat secara kasat mata.

Contohnya hernia diafragmatika dimana hernia terjadi akibat adanya celah di

diafragma (otot pemisah antara bagian perut dengan dada) karena pembentukan

diafragma yang tidak sempurna. Contoh lainnya adalah hernia hiatal esofagus, yaitu

Page 3: ASKEP HERNIA_AZIZAH.docx

hernia terjadi melalui celah masuknya esofagus yang masuk dari rongga dada, serta

banyak lagi jenis lainnya.

2. Hernia eksternal. Dari jenis hernia ini yang paling sering dijumpaia dalah hernia

inguinalis yang muncul di lipat paha dan hernia umbilikalis yang muncul di daerah

pusar. Bayi umumnya mengalami hernia eksternal yang bisa dideteksi secara kasat

mata karena terlihat secara langsung.

Berdasarkan terjadinya, hernia terdiri dari:

1. Hernia konginetal ( bawaan sejak lahir ), misalnya Hernia umbilicalis, yakni hernia

pada pusar yang menonjol ketika bayi menangis, mengejan, batuk dan aktifitas lain

yang menyebabkan tekanan rongga perut (abdomen) menigkat.

2. Hernia didapat ( aquired ), yakni hernia yang timbul karena berbagai faktor pemicu.

Menurut sifatnya, hernia terbagi terbagi atas:

1. Reponible :

Benjolan di daerah lipat paha atau umbilikus tampak keluar masuk (kadang-kadang

terlihat menonjol, kadang-kadang tidak). Benjolan ini membedakan hernia dari tumor

yang umumnya menetap. Ini adalah tanda yang paling sederhana dan ringan yang bisa

dilihat dari hernia eksternal. Bisa dilihat secara kasat mata dan diraba, bagian lipat

paha dan umbilikus akan terasa besar sebelah. Sedangkan pada bayi wanita,

seringkali ditemukan bahwa labianya besar sebelah. Labia adalah bagian terluar dari

alat kelamin perempuan.

2. Irreponible :

Benjolan yang ada sudah menetap, baik di lipat paha maupun didaerah pusat. Pada

hernia inguinalis misalnya, air atau usus atau omentum (penggantungan usus) masuk

ke dalam rongga yang terbuka kemudian terjepit dan tidak bisa keluar lagi. Di fase

ini, meskipun benjolan sudah lebih menetap tapi belum ada tanda-tanda perubahan

klinis pada anak.

3. Incarcerata :

Page 4: ASKEP HERNIA_AZIZAH.docx

Benjolan sudah semakin menetap karena sudah terjadi sumbatan pada saluran

makanan sudah terjadi di bagian tersebut. Tak hanya benjolan, keadaan klinis bayi

pun mulai berubah dengan munculnya mual, muntah, perutkembung, tidak bisa buang

air besar, dan tidak mau makan.

4. Strangulata :

Ini adalah tingkatan hernia yang paling parah karena pembuluh darah sudah terjepit.

Selain benjolan dan gejala klinis pada tingkatan incarcerata, gejala lain juga muncul,

seperti demam dan dehidrasi. Bila terus didiamkan lama-lama pembuluh darah di

daerah tersebut akan mati dan akan terjadi penimbunan racun yang kemudian akan

menyebar ke pembuluh darah. Sebagai akibatnya, akan terjadi sepsis yaitu beredarnya

kuman dan toxin di dalam darah yang dapat mengancam nyawa si bayi. Sangat

mungkin bayi tidak akan bisa tenang karena merasakan nyeri yang luar biasa.

C. Manifestasi Klinis

Keluhan yang dirasakan dapat dari yang ringan hingga yang berat. Karena pada dasarnya

hernia merupakan isi rongga perut yang keluar melalui suatu celahdi dinding perut, keluhan

berat yang timbul disebabkan karena terjepitnya isi perut tersebut pada celah yang dilaluinya

(yang dikenla sebagai strangulasi). Jika masih ringan, penonjolan yang ada dapat hilang

timbul. Benjolan yang ada tidak dirasakan nyeri atau hanya sedikit nyeri dan timbul jika kita

mengedan, batuk, atau mengangkat beban berat. Biasanya tonjolan dapat hilang jika kita

beristirahat. Jika pada benjolan yang ada dirasakan nyeri hebat, maka perlu dipikirkan adanya

penjepitan isi perut. Biasanya jenis hernia inguinalis yang lateralis yang lebih memberikan

keluhan nyeri hebat dibandingkan jenis hernia inguinalis yang medialis. Terkadang, benjolan

yang ada masih dapat dimasukkan kembali kedalam rongga perut dengan tangan kita sendiri,

yang berarti menandakan bahwa penjepitan yang terjadi belum terlalu parah. Namun, jika

penjepitan yang terjadi sudah parah, benjolan tidak dapat dimasukkan kembali, dan nyeri

yang dirasakan sangatlah hebat. Nyeri dapat disertai mual dan muntah. Hal ini dapat terjadi

jika sudah terjadi kematian jaringan isi perut yang terjepit tadi. hernia strangulata merupakan

suatu keadaan yang gawat, jadi perlu segera dibawa ke dokter untuk mendapatkan

pertolongan.

Page 5: ASKEP HERNIA_AZIZAH.docx

D. Macam – macam Hernia Berdasarkan Letaknya

Hernia Inguinalis

Terletak di pelipatan paha. Paling banyak terjadi (sekitar 75%) pada berbagai hernia yang

melibatkan rongga perut (abdomen). Sebagian besar dialami oleh pria ketimbang

wanita.Terjadi karena konginetal akibat adanya kelainan pada saluran inguinal. Dapat pula

terjadi karena didapat (aquired) akibat (a) lemahnya jaringan penyanggasaluran inguinal dan

(b) peningkatan tekanan rongga perut yang berkepanjangan.Hernia inguinalis bisa timbul di

bagian samping pelipatan paha (hernia inguinalislateralis), di bagian tengah (hernia

inguinalis medialis). adapun hernia inguinalisyang menonjol di kantong buah zakar disebut

dengan hernia scrotalis.

Hernia Femoralis

Berupa benjolan di lipat paha melalui anulus femoralis.Selanjutnya isi hernia masuk ke

dalam kanalis femoralisyang berbentuk corong sejajar dengan pembuluh darah balik  paha

(vena femoralis) sepanjang sekitar 2 cm dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha.

Hernia Umbilicalis

Merupakan kelainan kongenital. Henia Umbilicalis adalah penonjolan yang mengandung

isi rongga perut yang masuk melalui cincin umbilikus (pusar) akibat peninggian tekanan intra

abdomen. Pusar nampak menojol saat bayi menangis, batuk, tertawa, mengejan. Hernia ini

biasanya akan regresi spontan dalam 6 bulan sampai 1 tahun, bila cincin hernia < 2 cm. Bila

ukurannya lebih dari 2 cm, perlu tindakan operasi.

Hernia Hiatal

Hernia Hiatal adalah penonjolan dari suatu bagian lambung melalui diafragma (sekat

rongga dada), dari posisinya yang normal di dalam perut. Diafragma adalah lembaran otot

yang digunakan untuk bernafas, yang merupakan pembatas antara rongga dada dan rongga

perut. Hernia hiatal sering terjadi, terutama pada usia diatas 50 tahun. Akibat dari kelainan

ini bisa terjadi regurgitasi asam lambung. Pada anak-anak, hernia hiatal biasanya merupakan

suatu cacat bawaan. Hernia hiatal pada bayi biasanya disertai dengan refluks gastroesofageal

(muntah,tersedak)

HNP( Hernia Nukleus Pulposus )

Hernia nukleus pulposus, yaitu saraf tulang belakang “terjepit” diantara kedua ruas tulang

belakang sehingga menyebabkan selain nyeri pinggang yang luar biasa. Tak jarang disertai

Page 6: ASKEP HERNIA_AZIZAH.docx

rasa kesemutan yang menjalar ke tungkai sampai ke kaki. Sering kali penderita mengeluh

nyeri hebat di pinggang hingga sulit duduk dan berdiri. HNP dapat terjadi karena gerakan

mendadak dan bisa pula karena aktifitas yang berkepanjangan dengan posisi tubuh yang tidak

benar. Faktor resiko lain sebagai pemicu timbulnya HNP diantaranya: obesitas (berat badan

yang berlebihan), poisisi postur tubuh yang tidak benar dan gaya hidup yang santai (malas

bergerak. HNP terbanyak (sekitar90%) terjadi di tulang belakang daerah Lumbal 4-5 dan

Lumbo-sacral (L5-S1: perbatasan antara tulang Lumbal bagian bawah dan tulang ekor bagian

atas). Jenis-jenis Hernia yang lain, diantaranya: Hernia Vaginalis, Hernia Diafragmatika,

Hernia Epigastrika.

E. Patofisiologi

Defek pada dinding otot mungkin kongenital karena melemahkan jaringan atau ruang

luas pada ligamen inguinal atau dapat disebabkan oleh trauma.  Tekanan intra abdominal

paling umum meningkat sebagai akibat dari kehamilan atau kegemukan. Mengangkat berat

juga menyebabkan peningkatan tekanan, seperti pada batuk dan cidera traumatik karena

tekanan tumpul. Bila dua dari faktor ini ada bersama dengan kelemahan otot, individu akan

mengalami hernia.

Hernia inguinalis indirek, hernia ini terjadi melalui cincin inguinal dan melewati korda

spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini umumya terjadi pada pria dari pada wanita.

Insidennya tinggi pada bayi dan anak kecil. Hernia ini dapat menjadi sangat besar dan sering

turun ke skrotum.

Hernia inguinalis direk, hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot,

tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan femoralis indirek. Ini lebih umum pada

lansia. Hernia inguinalis direk secara bertahap terjadi pada area yang lemah ini karena

defisiensi kongenital.

Hernia femoralis, hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada

wanita dari pada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoralis yang

membesar dan secara bertahap menarik peritonium dan hampir tidak dapat dihindari kandung

kemih masuk ke dalam kantung. Ada insiden yang tinggi dari inkar serata dan strangulasi

dengan tipe hernia ini.

Page 7: ASKEP HERNIA_AZIZAH.docx

Hernia umbilikalis, hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan

karena peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien gemuk dan wanita

multipara (Ester, 2002 : 53).

Hernia umbilicalis terjadi karena kegagalan orifisium umbilikal untuk menutup (Nettina,

2001 : 253).

Bila tekanan dari cincin hernia (cincin dari jaringan otot yang dilalui oleh protusi usus)

memotong suplai darah ke segmen hernia dari usus, usus menjadi terstrangulasi. Situasi ini

adalah kedaruratan bedah karena kecuali usus terlepas, usus ini cepat menjadi gangren karena

kekurangan suplai darah (Ester, 2002 : 55).

Pembedahan sering dilakukan terhadap hernia yang besar atau terdapat resiko tinggi

untuk terjadi inkarserasi. Suatu tindakan herniorrhaphy terdiri atas tindakan menjepit defek di

dalam fascia. Akibat dan keadaan post operatif seperti peradangan, edema dan perdarahan,

sering terjadi pembengkakan skrotum. Setelah perbaikan hernia inguinal indirek. Komplikasi

ini sangat menimbulkan rasa nyeri dan pergerakan apapun akan membuat pasien tidak

nyaman, kompres esakan membantu mengurangi nyeri (Long. 1996 : 246).

F. Test Diagnostik

Lab : Peningkatan jumlah sel darah putih dengan pergeseran diferensial.

1. Urinalis untuk mendeteksi adanya infeksi saluran kemih

2. Pemeriksaan ronsen abdomen untuk mendeteksi penyebab lain

3. Ronsen data untuk mengesampingkan pneumonia

(Tucker, 1999)

G. Pengobatan Hernia

Pada dasarnya pengobatan Hernia terbagi menjadi 2 cara, yakni:

1. Pengobatan konservatif 

2. Pembedahan

1. Pengobatan Konsevatif 

Bahan yang dibutuhkan :

Page 8: ASKEP HERNIA_AZIZAH.docx

a. Satu butir telur ayam kampung.

b. Tiga sendok makan madu asli.

c. Tiga sendok makan minyak samin.

d. Air putih secukupnya.

Cara Meramu :

Tuangkan ke dalam gelas telur, madu dan minyak samin lalu tambahkan sedikit air,

setelah itu aduk sampai tercampur rata. Kemudian minum diwaktu pagi hari, hasilnya

akan anda rasakan pada perut yang terasa sakit. Dan bila dilakukan berulang-ulang akan

cepat sembuh penyakit hernia ( poros ) yang Anda derita.

2. Pembedahan

Pada hernia inguinalis lateralis reponibilis maka dilakukan tindakan bedah efektif

karena ditakutkan terjadi komplikasi.

a. Pada yang ireponibilis, maka diusahakan agar isi hernia dapat dimasukkan kembali.

Pasien istirahat baring dan dipuasakan atau mendapat diit halus. Dilakukan tekanan

yang kontinyu pada benjolan misalnya dengan bantal pasir. Baik juga dilakukan

kompres es untuk mengurangi pembengkakan.

Lakukan usaha ini berulang-ulang sehingga isi hernia masuk untuk kemudian

dilakukan bedah efektif di kemudian hari atau menjadi inkarserasi.

b. Pada inkerserasi dan strangulasi maka perlu dilakukan bedah darurat.

Tindakan bedah pada hernia ini disebut herniotomi (memotong hernia

danherniorafi (menjahit kantong hernia). Pada bedah efektif manalis dibuka, isi hernia

dimasukkan, kantong diikat dan dilakukan “bassin plasty” untuk memperkuat dinding

belakang kanalis inguinalis.

Pada bedah darurat, maka prinsipnya seperti bedah efektif. Cincin hernia langsung

dicari dan dipotong. Usus dilihat apakah vital/tidak. Bila tidak dikembalikan ke

rongga perut dan bila tidak dilakukan reseksi usus dan anastomois “end to end”.

1) Hernia yang terstrangulasi atau inkarserata dapat secara mekanis berkurang.

Suatu penokong dapat digunakan untuk mempertahankan hernia berkurang.

Penyokong ini adalah bantalan yang diikatkan ditempatnya dengan sabuk.

Bantalan ditempatkan di atas hernia setelah hernia dikurangi dan dibiarkan

ditempatnya untuk mencegah hernia dan kekambuhan. Klien harus secara cermat

Page 9: ASKEP HERNIA_AZIZAH.docx

memperhatikan kulit di bawah penyokong untuk memanifestasikan kerusakan

(Long, 1996 : 246).

2) Perbaikan hernia dilakukan dengan menggunakan insisi kecil secara langsung di

atas area yang lemah. Usus ini kemudian dikembalikan kerongga perintal,

kantung hernia dibuang dan otot ditutup dengan kencang di atas area tersebut.

Hernia diregion inguinal biasanya diperbaikan hernia saat ini dilakukan sebagai

prosedur rawat jalan.

Page 10: ASKEP HERNIA_AZIZAH.docx

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian :

a) Preoperasi

1) Kemerahan, padat, nyeri, globular, bengkak yang tidak berkurang pada lipatan

paha.

2) Rewel karena nyeri

3) Anoreksia

4) Muat muntah

5) Distensi abdomen

6) Tak ada peristaltic Usus.

7) Dehidrasi

8) Jika saluran usus mengalami isekemik atau gangren akan mengakibatkan

syok, deman, tak ada bising usus, dan asidosis metabolik

b) Pasca Operasi

1) Nyeri abdominal, tiba-tiba hilang dan nyeri pada perforasi diikuti dengan

peningkatan nyeri menyebar

2) Posisi miring dengan lutut fleksi memberikan rasa nyaman yang maksimal.

3) Distensi abdomen secara progrersif.

4) Muntah (mungkin terjadi setelah serangan nyeri).

5) Diare atau konstipasi.

6) Penurunan atau hilangnya bising usus.

7) Demam.

8) Takipnea.

9) Pucat atau kemerahan.

10) Peka rangsang.

11) Gelisah dan dehidrasi (Tucker, 1999)

Page 11: ASKEP HERNIA_AZIZAH.docx

2. Diagnosa Keperawatan

Adapun diagnosa keperawatan yang lazim dijumpai pada klien dengan gangguan

sistem pencernaan: Hernia inguinalis lateralis adalah:

a. Ansietas berhubungan dengan pengetahuan tentang kejadian preoperasi dan pasca

operasi, takut tentang beberapa aspek pembedahan.

b. Nyeri berhubungan dengan pembedahan.

c. Resiko tinggi terhadap kerusakan terhadap komplikasi berhubungan dengan

pembedahan.

d. Resiko tinggi terhadap infeksi pada retensi perkemihan akut, insisi dan

pembedahan dan inflamasi skrotum terhadap herniorafi.

e. Kurang perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik skunder

terhadap pembedahan.

f. Penatalaksanaan pemeliharaan di rumah berhubungan dengan kurangnya

pengetahuan tentang perawatan diri saat pasien pulang.

3. Intervensi

a. Ansites berhubungan dengan pengetahuan tentang kejadian preoperasi dan pasca

operasi, takut tentang bebeapa aspek pembedahan.

Tujuan : Mengungkapkan pemahaman tentang kejadian preoperasi dan pasca

operasi, melaporkan berkurangnya perasaan cemas atau gugup, ekspresi

ceria.

INTERVENSI RASIONAL

1. Jelaskan apa yang terjadi

selama periode praoperasi dan

pasca operasi, persiapan kulit,

alasan status puasa, obat-

obatan praopeasi, tinggal

diruang pemulihan, dan

program pasca operasi

informasikan pasien bahwa

obat nyeri sebelum nyeri

Pengetahuan tentang apa yang

diperkirakan membantu mengurangi

ansietas dan meningkatkan kerjasama

pasien selama pemulihan.

mempertahankan konstan memberikan

kontrol. nyeri terbaik

Page 12: ASKEP HERNIA_AZIZAH.docx

menjadi berat.

2. Ajarkan dan usahakan pasien

untuk :

a. Nafas dalam

b. Berbalik

c. Turun dari tempat tidur

d. Membabat bagian yang

dibedah ketika batuk

Jika ada, gunakanlah program

audiovisual untuk membedakan

khusus.

3. Biarkan pasien dan orang

terdekat mengungkapkan

perasaan tentang pengalaman

pembedahan. Perbaiki jika ada

yang kekeliruan konsep. Rujuk

pernyataan khusus tentang

pembedahan kepada ahli

bedah.

4. Lengkapi daftar aktivitas pada

daftar cek praoperasi

(Apendiks K). Beritahu dokter

jika ada kelainan dari hasil tes

laboratorium praoperasi.

5. Tegaskan penjelasan-

penjelasan dari dokter.

Untuk mendorong keterlibatan pasien

dalam perawatan diri.

Dengan mengungkapkan perasaan

membantu pemecahan masalah dan

memungkinkan pemberi perawatan

untuk mengidentifikasi kekeliruan

yang dapat menjadi sumber kekuatan

orang terdekat adalah sistem .

Pendukung bagi pasien. Agar efektif,

system pendukung harus mempunyai

mekanisme yang kuat.

Daftar cek memastikan semua aktivitas

yang diperlukan telah lengkap.

Aktivitas tersebut dirancang untuk

memastikan pasien telah siap secara

fisiologi, untuk pembedahan, sehingga

mengurangi resiko lamanya

penyembuhan.

Pengulangan-pengulangan tersebut

mendorong untuk belajar.

b. Nyeri berhubungan dengan pembedahan

Tujuan : pasien tidak merasa takut, postur tubuh rileks, tidak mengeluh nyeri atau

nyeri berkurang .

Page 13: ASKEP HERNIA_AZIZAH.docx

INTERNVENSI RASIONAL

1. Pantau :

a. Tekanan darah, ,nadi dan

pernafasan setiap 4 jam

b. Intensitas nyeri

c. Tingkat kesadaran

2. Berikan obat analgetik jika

dibutuhkan dan evaluasi

keefektifannya. berikan obat

analgestik sesuai dengan nyeri

yang dirasakan pasien.

a. Nyeri ringan-analgetik oral-

oral non-narkotik.

b. Nyeri sedang-analgetik orl-

oral narkoti atau obat

entiinflamasi nonsteroid

(nsaid) seperti torodal.

c. Nyeri hebat-analgetik

narkotik secara parenteral.

3. Memberitahu dokter jika nyeri

bertambah buruk atau tidak ada

respons terhadap analgetik yang

diberikan sampai pemberian obat

selanjutnya.

4. Memberitahukan dokter efek yang

merugikan dari analgesik narkotik

dan intervensi dengan tepat:

a. Depresi pernafasan

1) pernafasan tidak teratur

kurang dari 12 menit.

2) berikan nalokson

hci(narcan) iv sesuai

pesanan.

3) berikan separuh dosis obat

narkotik selama pengaruh

anesta.

Untuk mengenal indikasi kemajuan atau

penyimpangan dari hasil yang

diharapkan

Pasien yang paling dapat menilai

intensitas nyeri, sebab nyeri adalah

pengalaman subyektif. Analgesik yang

kuat diperlukan untuk nyeri yang lebih

hebat.

Ini merupakan indikasi bahwa perlu

analgesik yang lebih besar bila mulai

ada komplikasi.

Defresi pernafasan adalah efek samping

yang paling utama dari analgetik

narkotik antagonis..

Page 14: ASKEP HERNIA_AZIZAH.docx

b. Sedasi

Jika pasien sulit untuk

bangun, kurangi jumlah

analgesik dan hindarkan

pemberian obat yang lain

yang menyebabkan

penekanan system syaraf

pusat (hipnotik).

c. Konstipasi

Anjurkan masukan cairan

bebas, makanan tinggi serat

dan lunak fases.

d. Retensi Urin

Kateter dianjurkan jika pasien

mengeluh tidak mampu untuk

mengeluarkan urine

walaupun dengan mengedan

yang menyertai distensi

suprapubis.

5. Bantu pasien untuk

mengambil posisi yang nyaman.

Tinggikan ekstremitas yang terasa

sakit. Tekuk lutut dengan

menggunakan bantal atau

penyokong lutut ditempat tidur

untuk menurunkan ketegangan

otot-otot perut setelah tindakan

bedah atau bila ada nyeri

dipunggung.

6. Pakai kompres es atau kompres

panas (kalau tidak ada

kontraindikasi). Hindarkan

kompres panas untuk luka dan

insisi baru.

7. Ajarkan pasien teknik bernafas

berirama untuk nyeri yang ringan

sampai yang sedang dalam

Sedasi yang berlebihan adalah gejala-

gejala takar lajak obat. Pasien dengan

gagal ginjal, penyakit hepar dan lanai

adalah paling mudah terkena efek

samping takar lajak obat.

Kontipasi adalah masalah bagi yang

menggunakan analgetik narkotik yang

lama.

Rertensi urine lebih sering terjadi

pedang analgetik narkotik, yang

mengontrol nyeri kuat

Tempatkan tubuh pada posisi yang

nyaman untuk mengurangi penekanan

dan mencegah untuk mengurangi

penekanan dan mencegah otot-otot

tegang membantu menurunkan rasa

tidak nyaman.

Dingin mencegah pembengkakan. Panas

melemaskan otot dan pembuluh darah

berdilatasi untuk meningkatkan

sirkulasi.

Distaksi mengganggu stimulas nyeri

dengan mengurangi rasa nyeri. Distaksi

Page 15: ASKEP HERNIA_AZIZAH.docx

hubungannya dengan nyeri yang

lain meringankan intervensi.

tidak mengubah intensitas nyeri. Paling

baik digunakan untuk periode pendek

pada nyeri ringan sampai sedang.

.8. Berikan istirahat sampai nyeri

hilang. Kurangi kebisingan dan

sinar yang terang. Jaga

kehangatan pasien dengan selimut

ekstra.

Istirahat menurunkan pengeluaran

energi. Vasokonstruksi perifer terjadi

pada nyeri hebat dan menyebabkan

pasien panas merasa dingin. Biasanya

rangsangan lingkungan yang kuat,

memperhebat persepsi pasien.

d. Resiko tinggi terhadap komplikasi berhubungan dengan pembedahan.

Tujuan : tidak ada infeksi tidak ada pendarahan, penyembuhan luka.

INTERVENSI RASIONAL

1. Pantau keadaan tepi luka ketika

mengganti verban.

2. Agar pasien menahan insisi abdomen

ketika batuk.

3. Jika terjadi dehisens, tutup insisi

dengan verban steril yang dibasahi

larutan saline untuk melindunginya.

Beritahu dokter.

4. Berikan perawatan luka dengan

menggunakan teknik aseptik yang

ketat.

Untuk mengidentifikasi kemajuan atau

penyimpangan dari hasil yang

diharapkan.

Untuk mencegah tegangan pada jahitan.

Lembab melindungi jaringan agar tidak

mengering.

Infeksi luka adalah penyebab utama

dehisens.

e. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan resensi perkemahan akurat,

insisi pembedahan, dan inflamasi skrotum sekunder terhadap herntrofi.

Tujuan : Urine jerih kuning atau kekuning-kuningan, berkemah tanpa keluhan

ketidak nyamanan, suhu 37o, luka sembuh, SDP diantara 5000-10.000/mm3.

INTERVENSI RASIONAL

1. Pantau

a. Untuk kesulitan berkemih setiap

8 jam.

Untuk mengidentifikasi indikasi

kemajuan atau penyampaian dari hasil

Page 16: ASKEP HERNIA_AZIZAH.docx

b. Masukkan dan keluaran setiap 8

jam.

c. Warna dan ukuran skrotum

setiap hari.

d. Penampilan luka pada

penggantian balutan.

e. Suhu setiap 4 jam.

2. Laporkan pada dokter temuan

tentang:

a. Ketidakmampuan berkemih

disertai dengan distensi

suprapubis

b. Sering kemih dengan jumlah

sedikit. Katerisasi sesuai

pesanan.

3. Konsultasi dokter bila pasien

mengalami bengkak dan ekimosis

skrotum atau nyeri berkemih

dengan bau tak sedap, urine keruh.

Berikan kompres es dan sokong

scrotal sesuai pesanan. Berikan

antibiotik yang diprogramkan.

Tingkatkan masukan cairan sampai

sedikitnya 2-3 setiap hari.

yang diharapkan.

Temuan ini menandakan retensi

perkemihan akut dan memerlukan katerisi

untuk mengosongkan kandung kemih.

Retensi perkemihan meningkatkan risiko

infeksi saluran kemih.

Temuan ini menandakan infeksi kompres

dingin dan peninggian membantu

menghilangkan bengkak. Antibiotik

diperlukan untuk mengatasi infeksi.

Cairan membantu pembilasan ginjal dan

meningkatkan antibiotik lebih baik.

Page 17: ASKEP HERNIA_AZIZAH.docx

f. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik

sekunder terhadap pembedahan.

Tujuan : mengidentifikasi area kebutuhan dan mengungkapkan ADL terpenuhi.

INTERVENSI RASIONAL

1. Tentukan tingkat bangunan yang

diperlukan. Berikan bantuan

dengan ADL sesuai keperluan.

Membiarkan pasien melakukan

sebanyak mungkin untuk dirinya.

2. Berikan waktu yang cukup bagi

pasien untuk melaksanakan

sktivitas.

3. Instruksikan pasien adaptasi

diperlukan untuk melaksanakan

ADL. Dimulai dengan tugas yang

mudah dilakukan dan berlanjut

sampai tugas yang sulit. Berikan

pujian untuk keberhasilan tersebut.

Untuk mendorong kemandirian

Membebani pasien dengan aktivitas

menyebabkan frustasi.

Untuk mendorong kemandirian pujian

memotivasi untuk terus belajar.

Page 18: ASKEP HERNIA_AZIZAH.docx

g. Resiko tinggi terhadap kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan di rumah

berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan diri saat pasien

pulang.

Tujuan : Menyatakan mengerti tentang instruksi, melaksanakan dengan tepat

keterampilan perawatan diri yang diperlukan.

INTERVENSI RASIONAL

1. Pastikan pasien memiliki instruksi

tertulis tentang perawatan diri dan

perjanjian untuk kunjungan

evaluasi.

2. Ajarkan dan biarkan pasien

merawat luka jika penggantian

verban perlu dilakukan di rumah.

Tekankan pentingkan mencuci

sebelum dan sesudah merawat luka

3. Evaluasi kebutuhan bantuan

perawatan di rumah tersedianya

sistem pendukung yang memadai

untuk memberikan bantuan yang

diperlukan. Hubungi perencana atau

pemulangan pasien untuk mengatur

bantuan perawatan di rumah jika

memerlukan bantuan tetapi tidak

mempunyai system pendukung di

rumah.

4. Instruksikan pasien untuk

memberitahu dokter jika terjadi

infeksi luka, kemerahan, nyeri

tekan, drainase, demam.

5. Pastikan pasien mempunyai

persediaan yang cukup untuk

perawatan luka dan resep untuk

Instruksi verbal akan mudah terlupakan

Praktik akan membantu pasien

mengembangkan keyakinannya dengan

perawatan diri. Juga memungkinkan

perawat mengevaluasi kemampuan pasien

melaksanakan keterampilan tersebut

sendiri dan menentukan apakah

diperlukan bantuan. Tindakan untuk

mencegah infeksi harus dilanjutkan

sampai luka benar-benar sembuh.

Layanan sosial atau perencanaan

pemulangan pasien berfungsi sebagai

penghubung yang penting untuk

memindahkan pasien ke lingkungan

rumah atau fasilitas perawatan luar untuk

memastikan kelanjutan penyembuhan

atau rehabilitasi.

Diperlukan antibiotik untuk mengatasi

infeksi.

Persediaan penting untuk mengurangi

kecemasan yang pada umumnya

Page 19: ASKEP HERNIA_AZIZAH.docx

analgetik. berhubungan dengan pemulangan pasien.

Analgetik memberi kenyamanan dan

mendorong untuk tidur.

6. Instruksikan agar pasien beristirahat

sepanjang hari, secara bertahap

melakukan aktivitas serta

menghindari benda-benda berat dan

latihan yang berlebihan.

Pembedahan adalah stresor.

Page 20: ASKEP HERNIA_AZIZAH.docx

DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansyur, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, EGC, Jaharta

Brunner & Suddarth, 2001, Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 vol, EGC, Jakarta

Carpenito, Lynda Juall, 1995, Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik Edisi 6,

EGC, Jakarta

Carpenito, Lynda Juall, 1995, Rencana Asuhan dan Dokumentasi keperawatan Edisi 2, EGC,

Jakarta

Engram, Barbara,1999, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume I, EGC, Jakarta

Gayton & Hall, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, EGC, Jakarta

Gibson, John, MD, 1995, Anatomi Dan Fisiologi Modern Untuk Perawat, EGC, Jakarta

Hudak & Gallo, 1996, Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik, Edisi VI, EGC, Jakarta

Keliat, B.A. 1994, Proses Keperawatan, Arcan, Jakarta

Page 21: ASKEP HERNIA_AZIZAH.docx

Made Kusala Girl, Farid Nur Mantu, 2000, Hernia Inguinalis Lateralis pada Anak-anak,

Laboratorium Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Ujung

Pandang

Marrilyn. E. Doengoes, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3 EGC, Jakarta

Polaski, Arlene L, 1996, Luckman’s Core Principles and practice of Medical Surgical Nursing, ,

W.B Saunders Company, Philadelphia

Soeparman A. Sarwono Waspadji, 1990, Ilmu Penyakit Dalam jilid II, , UI, Jakarta

Susan Martin Tucker, 1999, Standar Perawatan Pasien, EGC, Jakarta