Upload
nurse-uray
View
147
Download
28
Embed Size (px)
KLIEN DENGAN APENDISITIS
A. PENGERTIAN
- Appendiks adalah organ tambahan kecil yang menyerupai jari, melekat pada sekum
tepat dibawah katup ileocecal ( Brunner dan Sudarth, 2002 ).
- Appendicitis adalah peradangan dari appendiks vermiformis, dan merupakan penyebab
abdomen akut yang paling sering. (Arif Mansjoer ddk 2000 ).
- Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah
kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat
(Smeltzer, 2001).
B. KLASIFIKASI
Appendicitis dibagi atas 2 yaitu:
a. Appendicitis akut
1) Appendicitis akut focalis atau segmentalis
Biasanya hanya bagian distal yang meradang, tetapi seluruh anggota appendiks
1/3 distal berisi nanah. Untuk diagnosis yang penting ialah ditemukannya nanah
dalam lumen bagian itu. Kalau radangnya menjalar maka dapat terjadi appendiks
purulenta.
2) Appendicitis akut purulenta (suppurativa) diffusa
Disertai pembentukan nanah yang berlebihan. Jika radangnya lebih mengeras,
dapat terjadi nekrosis dan pembusukan disebut appendicitis gangrenosa atau
pheegmonosa. Pada appendicitis gangrenosa dapat terjadi perforasi akibat
nekrosis ke dalam rongga perut dengan akibat peritonitis.
b. Appendicitis kronik
1) Appendicitis kronik focalis
Secara mikroskopi tampak fibrosis setempat yang melingkar sehingga dapat
menyebabkan stenosis.
2) Appendicitis kronik obliterativa
Terjadi fibrosis yang luas sepanjang appendik pada jaringan submukosa dan
subserosa, hingga terjadi obliterasi (hilangnya lumen), terutama di bagian distal
dengan menghilangnya selaput lendir pada bagian itu.
C. ETIOLOGI
Terjadinya apendisitis akut umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun terdapat
banyak sekali faktor pencetus terjadinya penyakit ini. Diantaranya obstruksi yang terjadi
pada lumen apendiks. Obstruksi pada lumen apendiks ini biasanya disebabkan karena
adanya timbunan tinja yang keras ( fekalit), hipeplasia jaringan limfoid, penyakit cacing,
parasit, benda asing dalam tubuh, cancer primer dan striktur. Namun yang paling sering
menyebabkan obstruksi lumen apendiks adalah fekalit dan hiperplasia jaringan limfoid.
(Irga, 2007)
Apendisitis merupakan infeksi bakteri yang disebabkan oleh obstruksi atau penyumbatan
akibat :
1. Hiperplasia dari folikel limfoid
2. Adanya fekalit dalam lumen appendiks disebabkan karena timbunan tinja keras
3. Tumor appendiks
4. Adanya benda asing seperti cacing askariasis,parasit
5. Erosi mukosa appendiks karena parasit seperti Escherichia coli
Menurut penelitian, epidemiologi menunjukkan kebiasaan makan makanan rendah serat
akan mengakibatkan konstipasi yang dapat menimbulkan apendisitis. Hal tersebut akan
meningkatkan tekanan intra sekal, sehingga timbul sumbatan fungsional appendiks dan
meningkatkan pertumbuhan kuman flora pada kolon.
D. PATHWAY
Apendiks
Hiperplasi folikel Benda asing Erosi mukosa Fekalit Striktur Tumor limfoid apendiks
Obstruksi
Mukosa terbendung
Apendiks teregang
Tekanan intraluminal
Aliran darah terganggu
Ulserasi dan invasi bakteriPada dinding apendiks
Apendicitis
ke peritonium trombosis pd vena intramural
peritonitis pembengkakan dan iskemia
perforasi
pembedahan operasi
luka insisi
jalan masuk kuman
Nyeri
NyeriAkut
Resiko infeksi
PK Perdarahan
Defisit SelfCare
Cemas
E. PATOFISIOLOGI
Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau tersumbat
kemungkinan oleh fekolit (massa keras dari faeces) atau benda asing. Proses inflamasi
meningkatkan tekanan intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat
secara progresif, dalam beberapa jam terlokalisasi dalam kuadran kanan bawah dari
abdomen. Akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi nanah.
Apendiksitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh hyperplasia
folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma.
Obstruksi tersebut menyebarkan mucus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan.
Makin lama mucus tersebut makin banyak, namum elastisitas dinding apendiks mempunyai
keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang
meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis
bakteri, dan ulserasi mukosa.pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh
nyeri epigastrium. Bila sekresi mucus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal
tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus
dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai pritonium setempat sehingga
menimbulkan nyeri didaerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif
akut.(Mansyoer, 2000)
F. MANIFESTASI KLINIS
a. Tahap awal
1) Nyeri abdomen (nyeri epigastrik ataupun pada daerah umbilikus) hal ini
terjadi hilang timbul.
2) Mual dan muntah
3) Demam
b. Tahap pertengahan
1) Rasa sakit menjalar dari daerah epigastrik ke arah titik Mc. Burney.
2) Anoreksia
3) Kelesuan, badan terasa lemah
4) Terkadang kekakuan otot
5) Suhu subfebris
c. Tahap akut yang disertai perforasi.
1) Terjadi peningkatan rasa sakit di daerah titik Mc. Burney.
2) Muntah
3) Peningkatan temperatur suhu hingga > 38,5oC
4) Kekakuan abdomen
5) Tungkai kanan tidak dapat diluruskan/dilipat
6) Leukositosis
7) Takikardia.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. laboratorium
o Hb normal
o Leukosit normal atau meningkat (bila lanjut umumnya leukositosis,
>10,000/mm3)
o Hitung jenis: segmen lebih banyak
o LED meningkat (pada appendicitis infiltrate)
b. Rongent: appendicogram
Hasil positif berupa:
o Non-filling
o Partial filling
o Mouse tail
o Cut off
Rongent abdomen tidak menolong kecuali telah terjadi peritonitis.
H. PENATALAKSANAAN
1. Sebelum operasi
a. Observasi
Dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala apendisitis seringkali
masih belum jelas. Dalam keadaan ini observasi ketat perlu dilakukan. Pasien diminta
melakukan tirah baring dan dipuasakan. Laksatif tidak boleh diberikan bila dicurigai
adanya apendisitis ataupun bentuk peritonitis lainnya. Pemeriksaan abdomen dan
rektal serta pemeriksaan darah (leukosit dan hitung jenis) diulang secara periodik.
Foto abdomen dan thoraks tegak dilakukan untuk mencari kemungkinan adanya
penyulit lain. Pada kebanyakan kasus, diagnosis ditegakkan denagn lokalisasi nyeri di
daerah kanan bawah dalam 12 jam setelah timbulnya keluhan.
b. Intubasi bila perlu
c. Antibiotik
2. Operasi apendiktomi
3. Pasca operasi
Perlu dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya perdarahan di
dalam, syok, hipertermia, atau gangguan pernapasan. Angkat sonde lambung bila pasien
telah sadar, sehingga aspirasi cairan lambung dapat dicegah. Baringkan pasien dalam
posisi fowler. Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan. Selama itu
pasien dipuasakan. Bila tindakan operasi lebih besar, misalnya pada perforasi atau
peritonitis umum, puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali normal. Kemudian
berikan minum mulai 15 ml/jam selam 4-5 jam lalu naikkan menjasi 30 ml/jam.
Keesokan harinya diberikan diberikan makanan saring, dan hari berikutnya diberikan
makanan lunak. Satu hari pascaoperasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat
tidur selam 2x30 menit. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar.
Hari ketujuh jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang.
4. Penatalaksanaan gawat darurat non-operasi
Bila tidak ada fasilitas bedah, berikan penatalaksanaan seperti dalam perotonitis akut.
Dengan demikian, gejala apendisitis akut akan mereda, dan kemungkinan terjadinya
komplikasi akan berkurang.
I. DIAGNOSA
Preoperatif:
Kurang pengetahuan tentang apendicitis dan pilihan pengobatan berhubungan dengan
kurang paparan sumber informasi
Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (proses penyakit)
Pasca operatif:
Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (insisi pembedahan pada apendiktomi)
Kurang perawatan diri berhubungan dengan nyeri
Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasive, insisi post pembedahan
Pk: perdarahan
J. DAFTAR PUSTAKA
Lewis, Sharon Mantik, 2000, Medical Surgical Nursing: Assessment and Management of
Clinical Problems. Missouri: Mosby Inc.
Carpenito,Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan.EGC. Jakarta.
Doengoes, M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC. Jakarta.
……… 2000. Diktat Kuliah Medikal Bedah II. PSIK FK.Unair. TA: 2000/2001. Surabaya.
Rothrock,Jane C. 2000. Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif. EGC. Jakarta.
Sjamsuhidajat. R & Jong,Wim de.1999. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed. Revisi. EGC. Jakarta
Schwartz, Seymour, (2000), Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, EGC. Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C, (2001), Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Volume 2, EGC,
Jakarta
Mansyoer, A. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid Kedua. Jakarta :EGC
Doengoes E Marylin. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi Kedua. Jakarta :EGC
ASUHAN KEPERAWATANPADA KLIEN Ny. H DENGAN APENDISITIS
DI RUANG MELATI II
Nama Mahasiswa : Irma NurchasanahTempat Praktik : RSUD Panembahan Senopati Bantul YogyakartaTanggal Praktik : 11– 30 Maret 2013Tanggal Pengkajian : 12 Maret 2013Sumber data : Klien, Keluarga dan Rekam Medik
A. DATA UMUM KLIENNo. RM : 39524Nama Klien : Ny. HUmur : 35 thJenis Kelamin : PerempuanAlamat : Sewon bantulPendidikan : SMAPekerjaan : IRT Agama : islamTanggal masuk : 11 Februari 2013Ruang : Melati IIDiagnosa Medis : Apendisitis Kronik
B. RIWAYAT KESEHATANAlasan masuk RS :Klien datang ke RS dengan keluhan nyeri pada perut sebelah kanan bawah dirasakan sejak kurang lebih 5 bulan yang lalu
Keluhan utama saat ini :Klien mengeluh nyeri pada luka post operasi perut sebelah kanan bawah
Riwayat kesehatan masa lalu : Klien mengatakan pernah dirawat di RS Panembahan Senopati Bantul saat menjalani persalinan.
Riwayat kesehatan keluarga : Klien mengatakan keluarga klien tidak ada yang memiliki riwayat penyakit menular tetapi mempunyai riwayat penyakit menurun dari ayah klien yaitu DM.Penyakit keturunan :
DM √ Asma X
Hipertensi X Jantung X
Riwayat kecelakaan atau pembedahan sebelumnya :Klien pernah mengalami kecelakaan pada bulan september 2012 terjatuh dari motor dan mengalami fraktur radius
Riwayat Alergi dan pengobatan yang pernah di peroleh :Klien mengatakan tidak pernah mengalami alergi terhadap makanan atau obat-obatan.
C. PEMERIKSAAN FISIK1. Sistem Persepsi SensoriPenglihatan : Pasien mengatakan penglihatannya tidak mengalami masalahPendengaran : Tidak mengalami kelainan, pasien masih bisa diajak komunikasi dengan baikPengecap/ penghidu : klien tidak mengalami gangguan pengecap/penghiduPeraba : klien tidak mengalami gangguan peraba2. Sistem PernafasanRespirasi : 20 x/menit.Kualitas : regulerPenggunaan O2 : - lt/mntPemeriksaan Thorax- Inspeksi : bentuk simetris,warna kulit normal,bersih,tidak ada luka/jejas- Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan/massa- Perkusi : suara sonor- Auskultasi : vesikuler- Lain-lain : - 3. Sistem KardiovaskularTD : 120/80 mmHgNadi : 100 x/menit.CRT : <2 detik.Pemeriksaan Kardio- Inspeksi : tidak ada luka,tidak ada jejas,bersih,warna kulit normal- Palpasi : tidak ada benjolan,tidak ada nyeri tekan- Perkusi : tidak ada pembesaran (rotgen)- Auskultasi : s1 s2 reguler tidak ada suara tambahan- Lain-lain : klien tidak merokok4. Sistem Saraf Pusat
Tingkat kesadaran : compos mentisGCS : E : 4 M: 6 V: 5
5. Sistem Gastrointestinal dan Nutrisi1) Antropometri
BB : 60 kg TB : 165 cm IMT : 22.0 S: 36⁰C LLA : 34 cm
Gizi kurang Gizi cukup √ Gizi lebih
2) Biokimia Hb : 11.7 gr/dlHmt : 35.6 %Albumin : 3.87
3) Clinical signTD : 120/80 mmHg. HR : 100x/menit. RR : 20x/menit. S : 36⁰C
4) Diet : belum diberikan diit pasien post operasi,belum terdengar peristaltik
Pola makan : a. Sebelum dirawat: pola makan baik,makan nasi dan sayur b. Selama dirawat: belum diberikan diet
Nafsu makan* : a. Sebelum dirawat: makan habis 1 porsi,3xseharib. Selama dirawat: belum mendapatkan diet dari RS
Pemeriksaan Abdomen- Inspeksi :bersih,ada luka tertutup kasa bekas operasi dibagian kanan bawah,
panjang balutan ±8cm, bentuk simetris- Auskultasi : belum terdengar peristaltik- Perkusi : tidak dilakukan,terdapat luka- Palpasi : tidak dilakukan- Lain –lain : luka post op hari ke 0
6. Sistem MuskuloskeletalRentang gerak :klien mengatakan anggota gerak terasa lemah, klien post-op dengan
anastesi spinalKekuatan otot : ekstermitas atas: 5 , ekstermitas bawah 3
5 5 3 3
Kemampuan ADL’s(Menggunakan kode 1 = independen, 2 = butuh bantuan, 3 = dependen)
1 2 3Mandi √Berpakaian √Makan √Berdandan √Toileting √
Ket : klien belum mampu melakukan ADL’s mandiri, karena luka post-op dan pengaruh anastesi
7. Sistem IntegumenTurgor kulit : baik / elastis,mukosa bibir keringPressure Ulcer : tidak ada luka tekan, mobilitas klien akan menurun karena luka pembedahanEdema : klien tidak terdapat edema pada tubuh klienPersonal hygiene : klien melakukan personal hygiene dengan bantuan,mandi 2x sehari.Lain – lain : klien dengan post-op hari ke 0
8. Sistem ReproduksiKeluhan sistem reproduksi: klien mengatakan tidak mengalami gangguan pada sistem reproduksiAkseptor KB : ( Tidak ) ( Jika Ya tulislah alat KB yang digunakan dan berapa lama)Kegiatan sexual teratur : TidakLain – lain :
9. Sistem Eliminasia. Fecal
a) Frekuensi BAB : klien mengatakan sudah 10 hari belum BAB Konstipasi Diare
b) Karakteristik feses Konsistensi : Lunak Warna : Kuning Bau : Bau khas feces
b. Bladder a. Frekuensi BAK : ± 4 x/harib. Karakteristik Urin : kuning jernihc. Volume urin : 300 ccd. Inkontinensia : Tidak.e. Nyeri/kesulitan terbakar/kesulitan BAK : tidak mengalami kesulitan/nyerif. Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : tidak mengalami penyakit ginjalg. Lain – lain :
D. POLA KEBIASAAN SEHARI – HARIa. Kebutuhan cairan dan elektrolit
Klien terpasang infus RL pada tangan kiri 20 tpm, infus terpasang pada tanggal 11 Maret 2013
Balance cairan selama 24 jamIntake Output Balance cairanParenteral: ±2000 ccMakan + minum : cc
Urine : 900 ccIWL: 900 ccFeses : ccMuntah : ccDrain : ……………ccdDarah : …………….cc
Input – output : 200 cc
Total : 2000 cc Total : 1800 cc
b. Kebutuhan Rasa Aman dan NyamanNyeri : Ada
- P : nyeri pada perut kanan bawah, luka post-op hari 0- Q : nyeri seperti disayat-sayat,pada area luka pembedahan- R : nyeri pada perut kuadran kanan bawah, tidak menyebar- S : 7 (1-10)- T : terus menerus
c. Istirahat/ TidurKesulitan tidur di RS : Ya, alasan : terbangun karena nyeriMerasa segar setelah bangun : TidakLama tidur sebelum sakit : 6 jam Selama sakit : 5 jamKebiasaan tidur sebelum sakit : klien menonton tvSelama sakit : sering terbangun karena nyeri
d. Psikososial dan spiritual 1. Nilai / Kepercayaan
Kegiatan keagamaan yang di jalani : klien beragama islam,klien sholat 5 waktuNilai / kepercayaan yang bertentangan dengan kesehatan : klien selama dirawat berkeyakinan akan sembuh dari penyakitnya.
2. Koping / stressMempunyai tekanan dalam hidup : Pasien mengatakan mau cepat pulang ke rumahPernah merasa kehilangan : klien tidak pernah merasa kehilanganCara mengatasi permasalahan : pasrah dan berdoaStatus emosional : Tenang Lain – lain :
3. Hubungan Orang yang mendukung : orang tua dan suamiPenyakit mempengaruhi hubungan keluarga/ orang lain: tidak adaKegiatan di masyarakat : mengikuti kegiatan sosial,gotong royong.bakti sosial
Teman serumah : suami dan anaknyaLain – lain :
4. Persepsi DiriYang dirasakan terkait hospitalisasi : klien mengatakan penyakitnya merupakan masalah yang sangat mengganggu aktivitas nya untuk bekerjaPerilaku klien sesuai dengan situasi : mengikuti dan menuruti perintah tenaga kesehatan supaya cepat sembuhLain – lain :
Defisit pengetahuan/ Pendidikan Kesehatan KlienDaftar kebutuhan pendidikan selama di rawat :
Discharge Planning- Aktifitas dirumah dibatasi - Terapi medis/farmakologi dilaksanakan dan segera periksa jika ada keluhan- Dianjurkan untuk diet lunak terlebih dahulu- Kontrol tepat waktu- Makan makanan yang bergizi
Data Penunjang( hasil pemeriksaan Laboratorium, Rotgen, CT, MRI, EKG, EEG, dan tanggal pemeriksaan)Format hasil lab.
Tanggal Jenis pemeriksaan
Hasil Nilai normal dlm satuan
11-03-2013
ALAEATHMTLYMPOSITMONOSITSegmen Gds Usg upper/lower
abdomen
11.0 rb/ul4.27jt/ul301 rb/ul35.6 %22 %7 %71 %120Appendix: lumen melebar,dinding tak menebalVesica fellea: dinding tak menebal,tak tampak batu
Dws 4-10 ank 9-12L:4,4-5,5 p:4,0-5,0150-450L:42-52 p:36-4620-354-851-57< 200
Terapi Yang Diberikan
Tanggal Jenis Terapi Rute Dosis
11-03-2013
13-03-2013
RLCeftriaxone Ranitidine Ketorolax
RLKetorolaxKalnexRanitidineAlinamin
IVIVIVIV
IVIVIVIVOral
Macodrip 20 tpm1000mg/12 jam50mg/12 jam30mg/12 jam
Macodrip 20 tpm30 mg/12 jam500 mg/8 jam50 mg/12 jam3x1 gram
ANALISA DATA
No Data Fokus Masalah Etiologi1 DS:
Klien mengatakan perut bagian kanan bawah, luka post operasi sakit.P : nyeri pada perut kanan bawah, luka post-op hari 0Q : nyeri seperti disayat-sayat,pada area luka pembedahanR : nyeri pada perut kuadran kanan bawah, tidak menyebarS : skala nyeri 7 (1-10)T : nyeri terus-terusan muncul
DO: tampak bekas luka post operasi dikuadran 3, tertutup kasa, panjang luka ± 8 cm. Klien tampak meringis kesakitan, ekspresi wajah tegang menahan nyeri. TD: 120/80 mmHgN: 84x/menit S: 37⁰ C RR: 20x/menit
Nyeri akut Agen injury fisik (pembedahan)
2 DS: klien mengatakan lemes, kaki masih terasa berat untuk digerakan.
DO: kekuatan otot ektremitas atas kanan dan kiri 5, ekstremitas bawah kanan dan kiri 3. Pasien tampak lemah, terbaring ditempat tidur
Gangguan mobilitas fisik Pengaruh obat anastesi, program pembatasan gerak
3 DS: -
DO: terdapat balutan luka post op. Hari ke-0, panjang luka ± 8cm, AL : 11.0 rb/ul, terpasang infus RL pada tangan kiri, tanggal pemasangan 11-03-2013, klien berada dalam satu ruangan dengan 1 pasien lain. Penunggu setiap pasien diruangan lebih dari 1 orang.
Resiko Infeksi Prosedur invasif, paparan lingkungan
DIAGNOSA KEPERAWATAN:
1. Nyeri akut b.d agen injury fisik
2. Gangguan mobilitas fisik b.d pengaruh obat anastesi dan program pembatasan gerak
3. Resiko infeksi b.d prosedur infansif, paparan lingkungan.
RENCANA KEPERAWATAN
No Dx. Keperawatan NOC NIC1 Nyeri akut b.d agen
injury fisikSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x6 jam, nyeri berkurang dengan kriteria hasil:- Pasien menyatakan
peningkatan kenyamanan/nyeri berkurang (skala nyeri berkurang dari 7 jadi 4)
- Mampu mengenali nyeri(skala,intensitas,frekuensi, dan tanda nyeri)
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, frekuensi, durasi, intensitas nyeri
- Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
- Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
- Ajarkan tehnik nonfarmakologi nafas dalam, relaksasi
- Evaluasi keefektifa kontrol nyeri
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan dalam pemberian analgetik
- Tingkatkan istirahat- Monitor vital sign
2 Gangguan mobilisasi fisik b.d pengaruh obat anastesi, program pembatasan gerak
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x6 jam, gangguan mobolisasi berkurang dengan kriteria hasil:- Kemampuan ADL’s pasien
meningkat- Memahami tujuan mobilisasi
dan pembatasan gerak
- Kaji kemampuan klien dalam melakukan mobilisasi
- Jelaskan tentang tujuan dilakukannya pembatasan gerak
- Jelaskan tujuan mobilisasi dan tahapan-tahapannya
- Anjurkan keluarga untuk membantu memenuhi kebutuhan pasien
3 Resiko infeksi b.d prosedur invasif, paparan lingkungan.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x6 jam, tidak ada tanda-tanda infeksi dengan kriteria hasil:- Klien bebasdari tanda dan
gejala infeksi- Balutan bersih,luka tidak ada
pus, perdarahan dan peradangan
- Kaji adanya tanda-tanda infeksi(dolor,rubor, tumor,kalor,& fungsiolesa)
- Anjurkan mengkonsumsi makanan bergizi
- Bersihkan luka secara steril
- Tutup luka post operasi
- Tanda –tanda vital dalam batas normal
dengan kasa steril
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No dx
Hari /tgl Implementasi Evaluasi Paraf
1 Rabu, 13.03.1308.30
10.00
- Melihat keadaan umum klien
- Mengukur tanda-tanda vital
- Mengkaji karakteristik
S: - klien mengatakan
lukanya masih terasa nyeri, apalagi untuk merubah posisi
1
11.20
12.3013.00
14.00
Kamis 14-03-1314.00
15.00
nyeri klien (P,Q,R,S,T)- Menganjurkan klien untuk
menggunakan teknik nafas dalam
- Menganjurkan klien untuk meningkatkan istirahat
- Mengamati reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
- Mengevaluasi keefektifan kontrol nyeri
- Melakukan kolaborasi dengan dokter pemberian analgesik berupa injeksi ketorolax 30 mg
- Melihat keadaan umum klien
- Mengukur tanda-tanda vital
- Mengkaji karakteristik nyeri klien (P,Q,R,S,T)
- Menganjurkan klien untuk menggunakan teknik nafas dalam
- Klien mengatakan mnggunakan teknik nafas dalamtetapi masih nyeri jika untuk bergerak
- P : luka operasi, nyeri bertambah jika untuk bergerak
- Q : nyeri seperti disayat-sayat (senut-senut)
- R : perut kanan bawah- S : skala nyeri 7- T : kadang, setiap nyeri
berlangsung selama 3 menit
O: - Klien tampak meringis
menahan nyeri- Skala nyeri 7,nyeri
dibagian perut/luka post operasi
- Ketorolax masuk- TD :120/80 mmHg,
nadi : 100X/menit, RR: 20X/menit, S: 36⁰c
A: masalah belum teratasi
P: - Kaji nyeri klien
(P,Q,R,S,T)- Lanjutkan penggunaan
terapi farmakologi- Evaluasi keefektifan
tekhnik mengontrol nyeri- Ukur TTV klien
S:- Klien mengatakan nyeri
berkurang tetapi nyeri kadang timbul didaerah luka operasi
- Klien mengatakan mnggunakan teknik nafas dalam tetapi masih nyeri jika banyak bergerak
Irma
irma
irma
1
18.00
Jumat, 15.03.1320.00
- Menganjurkan klien untuk meningkatkan istirahat
- Mengamati reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
- Mengevaluasi keefektifan kontrol nyeri
- Melakukan kolaborasi dengan dokter pemberian analgesik berupa injeksi ketorolax 30 mg
- Menanyakan keluhan klien
- Mengukur tanda-tanda vital
- Mengkaji karakteristik nyeri klien (P,Q,R,S,T)
- Mengevaluasi keefektifan teknik mengontrol nyeri yang telah diajarkan
- P : luka operasi, nyeri bertambah jika untuk bergerak
- Q : nyeri seperti disayat-sayat (senut-senut)
- R : perut kanan bawah- S : skala 5- T : kadang, setiap nyeri
berlangsung selama 1 menit
O : - Keadaan klien tampak
menahan nyeriTampak ekspresi wajah menahan nyeri
- Teranol masuk- TD : 110/70 mmHg- N : 84 x/menit- RR : 20 x/menit- S : 36,7o C
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi Kaji nyei klien Berikan anti nyeri injeksi
ketorolax Evaluasi keefektifan
teknik mengontrol nyeri yang telah diajarkan
S : - Klien mengatakan nyeri
berkurang - Klien mengatakan
menggunakan teknik nafas dalam jika nyeri timbul dan itu dapat mengurangi nyeri
- P : luka operasi, nyeri
irma
irma
2
20.45
21.00
24.00
07.00
Rabu, 13-03-201313.00
- Memberikan analgesik berupa injeksi ketorolax 30 mg
- Menganjurkan klien untuk meningkatkan istirahat
- Menerima klien dari ruang OK ke bangsal
- Menjelaskan keadaan klien kepada keluarga
- Mengukur Tanda-tanda vital klien
- Mengkaji kemampuan klien melakukan mobilisasi
- Menjelaskan tahapan-
- Q : nyeri (senut-senut)- R : perut kanan bawah- S : skala 3- T : kadang-kadang,
setiap nyeri berlangsung selama 1-15 detik
O : - ketorolax masuk- TD :120/70 mmHg,
nadi : 88X/menit, RR: 20X/menit, S: 36,5⁰c
A : masalah teratasi sebagian
P : Klien BLPL Anjurkan untuk kontrol
tepat pada wktunya
S : - Klien mengatakan masih
nyeri didaerah luka operasi
- Klien mengatakan tidak berani banyak bergerak
- Klien mengatakan badan terbatas jika digerakkan
O :
irma
irma
2 Kamis, 14.03.201314.00
15.00
tahapan mobilisasi yang bisa dilakukan
- Memberikan bantuan klien untuk mobilisasi
- Menganjurkan keluarga untuk selalu mendampingi klien melakukan mobilisasi
- Mengobservasi kemampuan klien untuk mobilisasi
- Memberikan bantuan klien untuk mobilisasi
- Menganjurkan keluarga untuk selalu mendampingi klien melakukan mobilisasi
- Keadaan umum klien lemah
- Kesadaran cm- Klien belum mampu
melakukan mobilisasi karena luka post op terasa nyeri
- Tampak perut kanan diperban
- Klien membutuhkan bantuan orang lain untuk mobilisasi
- Ketorolax masuk- TD :120/80 mmHg,
nadi : 100X/menit, RR: 20X/menit, S: 36⁰c
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi- Kaji mobilisasi klien- Anjurkan untuk latihan gerak
sedikit demi sdikit sesuai kemampuan miring kanan/miring kiri
- Dorong keluarga untuk mendukung klien mobilisasi
S :- Klien mengatakan nyeri
berkurang ketika digerakkan- Klien mengatakan sudah
mampu mika/miki sedikit demi sedikit
O :- Klien mampu melakukan
Irma
2
3
18.00
Jumat, 15.03.1320.00
21.00
21.30
22.00
Rabu, 13.03.2013
09.00
10.00
10.30
- Menganjurkan klien untuk mika/miki bergerak sedikit demi sedikit
- Mengobservasi reaksi klien setelah latihan mobilisasi
- Mengobservasi kemampuan klien untuk mobilisasi
- Membantu klien untuk memiringkan tubuhnya dan menggerakkan ektermitas
- Membantu klien latihan duduk dan berjalan
- Mengobservasi reaksi klien setelah latihan mobilisasi
- Mengkaji area invasif dan pembedahan klien (infus dan luka operasi)
- Mengkaji tanda-tanda infeksi (dolor,rubor,tumor,kalor & fungsiolesa)
- Mengobservasi linen klien/tempat tidur
mobilisasi sedikit demi sedikit- Klien masih tampak menahan
nyeri ketika mika/miki- Klien membutuhkan bantuan
orang lain untuk mobilisasi
A : Masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi - Monitor mobilisasi klien- Anjurkan untuk latihan gerak
sedikit demi sdikit sesuai kemampuan
- Dorong keluarga untuk mendukung klien mobilisasi
S :- Klien mengatakan nyeri
berkurang - Klien mengatakan sudah
mampu duduk dan berjalan walaupun masih terasa nyeri sedikit
O :- Klien mampu duduk dan
berjalan- Klien masih tampak menahan
nyeri ketika berjalanA : Masalah teratasi
P : Klien BLPL Anjurkan untuk kontrol
tepat pada wktunya
S : - Klien mengatakan badan
masih lemasO :
- TD : 120/80 mmHg- N : 100 x/menit- RR : 20 x/menit- S : 36o C- Tidak terdapat tanda-
Irma
Irma
3
10.45
11.00
14.00
Kamis, 14-03-201315.00
17.00
17.30
20.00
- Membatasi pengunjung dan menginstruksikan pengunjung dan keluarga untuk mencuci tangan atau handsrub sebelum bertemu klien
- Menganjurkan untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
- Mengukur tanda-tanda vital klien
- Memberikan terapi antibiotik (ceftriaxone 1000mg/ 12 jam melalui intravena)
- Menganjurkan keluarga dan pasien agar menjaga kebersihan luka operasi dan tidak membasahi dengan air.
- Memberitahu pasien tanda dan gejala infeksi dan cara mencegah infeksi
- Menganjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi protein dan vitamin (daging, tempe, buah)
- Meminta keluarga untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah masuk ruangan
- Memberikan terapi antibiotik cefotaxime 1000mg/12 jam melalui intravena
tanda infeksi- Balutan kering tidak ada
rembesan darah- Infus RL 20 tpm
terpasang baikA : Masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi
- Pertahankan teknik aseptik
- Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
- Tingkatkan intake makanan
S : Klien mengatakan bersedia menjaga kebersihan diri dan lingkungan
O : pasien menyebutkan tanda dan gejala infeksi seperti bengkak, ada nanah, terasa panas, berwarna kemerahan
- TD : 110/70 mmHg- N : 84 x/menit- RR : 20 x/menit- S : 36,7o C- Luka post-op tampak
bersih,tertutup kasa dan plester.panjang luka± 8cm
- Infus terpasang ditangan kiri RL 20 tpm
- Tidak tampak tanda-tanda infeksi
- Terpasang Infus RL 20 tpm terpasang baik
A : Masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi- Pertahankan teknik
aseptik
Irma
Irma
3 Jumat, 15-03-201320.30
- Mengobservasi luka operasi
- Memastikan bahwa luka tidak terkena air
- Membatasi pengunjung - Menginstruksikan
pengunjung untuk mencuci tangan atau handsrub sebelum bertemu klien
- Memberikan injeksi ceftriaxon 1000mg /12 jam melalui intravena
- Mengukur tanda-tanda vital
- Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
- Berikan injeksi antibiotik
S: pasien mengatakan tidak membasahi luka operasinya O:
- Tidak terdapat tanda-tanda infeksi
- Balutan masih kering tidak ada tanda-tanda infeksi
- Infus RL 20 tpm terpasang baik
- terdapat luka post operasi hari ke-3. Telah diberikan pemahaman mengenai cara mencegah infeksi dan tanda serta gejala infeksi
- Telah diberikan injeksi Ceftriaxon pada jam 22.00 dan 06.00.
A: :masalah teratasiP :
- Pertahankan teknik aseptik
- Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
- Tingkatkan intake makanan
- Klien BLPL- Anjurkan untuk kontrol
tepat pada wktunya- Berikan terapi oral
Irma