Upload
rephyuculls
View
72
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
definisi , etiologi , patofis, manifes, penatalaksanaan,asuhan keperawatan
Kasus
An. S, usia 2 tahun datang ke UGD RSSA Malang bersama ibunya. Menurut cerita dari
ibunya, An.S sejak 5 hari yang lalu anaknya batuk pilek. Sudah 2 hari ini sering rewel, tidak
mau makan. Sejak kemarin sore badannya panas disertai menggigil, tadi malam sebelum
dibawa ke UGD RSSA suhu anaknya mencapai 400 C , muntah 3x dan diare sebanyak 4x,
perut tampak distended sehingga ibunya memutuskan untuk pagi ini dibawa ke RSSA.
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, didapatkan data An.S pasien dalam kondisi sadar, GCS
456, tampak lemah, gelisah, dyspnea, nafas cepat dan dangkal, RR: 35x/menit, pernafasan
cuping hidung, retraksi pada daerah supraklavikular, ruang-ruang interkostal dan
sternocleiodomastoideus, sianosis sekitar mulut, dan hidung, dan batuk produktif dengan
sekret tidak bisa dikeluarkan. Auskultasi ditemukan suara nafas bronkial, ronki basah halus,
bronkofoni, nadi:110x/menit, reguler, suhu:39,5oC. Rontgen thorax:gambaran multiple
infiltrate pada paru sebelah kanan. Laborat leukosit 46.000/mm3, LED:52 mm/jam, terapi: IV
line NaCl 0,9%:10 tts/menit, penisilin 100mg Ivx3/hari, O2 nasal 2 lpm
SLO
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi Pneumonia
2. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi Pneumonia
3. Mahasiswa mampu menjelaskan epidemiologi Pneumonia
4. Mahasiswa mampu menjelaskan patofiosiologi Pneumonia
5. Mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi klinis Pneumonia
6. Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi Pneumonia
7. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan diagnostic Pneumonia
8. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan Pneumonia
9. Mahasiswa mampu menjelaskan Asuhan keperawatan Pneumonia
10. Mahasiswa mampu menyusun SAP Pneumonia
a. Pengertian
b. Etiologi
c. Tanda dan gejala
d. Komplikasi
e. Penatalaksanaan
DEFINISI
Pneumonia ialah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing yang mengensi jaringan paru
(alveoli). (DEPKES. 2006)
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. (Zuh
Dahlan. 2006)
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru atau
alveoli. Terjadinya pneumonia, khususnya pada anak, seringkali bersamaan dengan
proses infeksi akut pada bronkus, sehingga biasa disebut dengan bronchopneumonia.
Gejala penyakit tersebut adalah nafas yang cepat dan sesak karena paru-paru
meradang secara mendadak.http://www.info-sehat.com/content.php?s_sid=797
Pneumonia adalah infeksi akut jaringan (parenkim) paru yang ditandai dengan
demam, batuk dan sesak napas. Selain gambaran umum di atas, Pneumonia dapat
dikenali berdasarkan pedoman tanda-tanda klinis lainnya dan pemeriksaan penunjang
(Rontgen, Laboratorium). (Masmoki. 2007)
Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru yang pada umumnya lebih sering
menyerang anak-anak, secara klinis pneumonia dapat terjadi baik sebagai penyakit
primer atau sebagai penyakit dari berbagai penyakit lain (Keperawatan Pediatric,
Donna L Wong, 2003).
Broncho Pneumonia adalah infeksi akut yang secara anatomi mengenai bagian
lobus paru, mulai dari parenkim paru sampai perbatasan bronkus, ditandai dengan
kliengelisah, sesak nafas, pernafasan cuffing & sianosis hidung dan mulut. (Brunner
&Suddarth, Keperawatan Medikal Bedah,1998)
Pneumonia merupakan bagian dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut(ISPA)
bawah yang banyak menimbulkan kematian, hingga berperan besar dalam tingginya
angka kematian . Pneumonia di negara berkembang disebabkan terutama oleh bakteri.
Tanda – tanda fisis pada pneumonia adalah demam, sesak nafas, nyeri dada dan
tanda- tanda konsolidasi paru ( perkusi paru yang pekak, ronkhi nyaring, suara
pernafasan bronchial. Untuk memberi rasa nyaman dan mengurangi nyeri pada pasien
pneumonia adalah dengan cara pijatan punggung, perubahan posisi,mendengarakan
musik tenang, latihan nafas dalam dan anjurkan teknik menekandada selama episode
batuk. ( Doengus, 2000)
KLASIFIKASI PENUMONI
1. Broncho Pneumonia (pneumonia lobularis) yang dimulai pada bronchiolitis menjadi
tersumbat dengan eksudat mukopurent sampai membentuk gabungan pada daerah
dekat lobulus.
2. Intersisial pneumonia yang mana adanya suatu proses inflansi yang lebih atau hanya
terbatas didalam alveolus serta jaringan interlobular.
3. Pneumonia lobaris, dimana yang terserang adalah segmen besar dari satu lobus
pulmonary, apabila ke 2 paru yang terkena maka hal ini sebagai bilateral atau Double
Pneumonia.
Secara garis besar pneumonia dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
1. Aspirasi Pneumonia
Terjadi bila bayi tersedak dan ada cairan / makanan masuk ke paru-paru. Pada BBL,
biasanya tersedak karena air ketuban yang bercampur kotoran bayi sendiri atau karena
ASI.
2. Pneumonia Karena Infeksi Virus, Bakteri atau Jamur
Umumnya penyebab infeksi paru adalah virus dan bakteri seperti streptococcus
pneumoniae dan Haemophylus influenzae. Gejala akan muncul 1-2 hari setelah
terinfeksi. Gejala muncul mulai dari demam, batuk lalu sesak nafas. Sedangkan jamur
jarang terjadi. Infeksi ini bisa menyebabkan pneumonia lobaris maupun
bronkopneumonia duplex.
3. Pneumonia Akibat Faktor Lingkungan
Polusi udara menyebabkan sesak nafas terutama bagi yang berbakat alergi. Bila tak
diobati bisa mengakibatkan bronkitis selanjutnya akan menjadi pneumonia.
Tabel Klasifkasi Klinis pneumonia pada Balita Menurut Kelompok UMur
Kelompok Umur Kriteria Pneumonia Gejala Klinis
2 bulan - < 5 tahun Batuk bukan
pnrumonia
Pneumonia
Pneumonia berat
Tidak ada nafas cepat dan
tidak ada tarikan dinding
dada bagian bawah
Adanya nafas cepat dan
tidak ada tarikan dinding
dada bagian bawah ke
dalam
Adanya tarikan dinding
dada bagian bawah ke
dalam.
< 2 bulan Bukan Pneumonia
Pneumonia berat
Tidak ada nafas cepat dan
tidak ada tarikan dinding
dada bagian bawah k
dalam yang kuat.
Adanya napas cepat dan
tarikan dinding dada
bagian bawah ke dalam
yang kuat.
Sumber : Ditjen P2PL , Depkes RI.2007.Bimbingan Ketrampilan Tatalaksana Pneumonia
Balita
ETIOLOGI
1. Bakteri
Bakteri merupakan penyebab utama pneumonia. Pada orang dewasa umumnya disebabkan
oleh pneumococ sero tipe 1-8, sedangkan pada anak tipe 14,1,6,9. insiden meningkat pada
usia > 4thn & menurun dengan bertambahnya umur. Streptococ merupakan komplikasi dari
penyakit virus lain seperti morbili & varisela atau komplikasi penyakit kuman lain, seperti
pertusis, breumoni oleh pnemococus basil gram (-) seperti H.Influensa za, P. Averiginosa,
tuberculosa. Streptococ lebih banyak pada anak-anak & bersifat progresif, resisten terhadap
pengobatan & sering menimbulkan komplikasi, seperti absen paru, empiema, tension
pneumotoraks.
2. Virus
Virus respiratori syn cy tyal, virus influenza za, virus adeno, virus sitomegalik.
3. Aspirasi
Makanan, misalnya pada tetanus neonatorum benda asing, krosen (benda minyak tanah) &
cairan amnion.
4. Pneumonia hipostatik
Penyakit yang disebabkan tidur terlentang terlalu lama, misalnya pada anak sakit
dengan kesadaran menurun /penyakit lain yang harus istirahat ditempat tidur yang
lama sehingga terjadi kangesti pada paru belakang bawah.
5. Jamur
Histoplasmosis capsulatum, candida albicans, blastima kosis, kalsidoidomikosis,
asper gilosis & aktinomikosis.
6. Sindrom Loeffier
Pada foto rontgen terhadap in filtran yang dapat berpindah dari satu lobus ke lobus
lain merupakan infiltran dari iosinafil sering kali disangka sebagai TBC miliaris. Pada
umumnya infiltran ini dianggap sebagai reaksi alergi terhadap protein asing di daerah
tropis dihubungkan dengan migrasi larva cacing dari usus keperedaran darah dan paru,
(Mansjoer, A, 2000)
EPIDEMIOLOGI
Pola Penyakit 50 Peringkat Utama menurut Departemen Kesehatan RI untuk
pasien rawat jalan di rumah sakit di Indonesia mencatat bahwa bronchitis kronis,
emfisema, PPOK menempati urutan 14 dengan persentase kunjungan(1,2%), bronkitis
akut dan bronkiolitis akut urutan 35 (0,5%), dan pneumonia urutan 39 (0,4%) ( Agung
Waluyo, 2005).
Data WHO tahun 2005 menyatakan bahwa proporsi kematian balita karena
saluran pernafasan di dunia adalah sebesar 19 – 26%.Pada tahun 2007 diperkirakan
terdapat 1,8 juta kematian akibat pneumonia atau sekitar 20% dari total 9 juta
kematian pada anak. Di indonesia (Riskesdas) tahun 2007 , Pneumonia adalah
penyebab kematian kedua pada balita setelah diare.
Menurut Depkes RI tahun 2007 , prevalensi terjadi pneumonia di indonesia
yang tertinggi terjadi di Provinsi Gorontalo (19,9%) dan Bali (13,2%) , sedangkan
provinsi lainnya dibawah (10%).Prevalensi pneumonia ini meningkat dari 7,6 % pada
tahun 2002 meningkat menjadi 11,2% pada tahun 2007.
Di Indonesia dari sekitar 450.000 kematian balita yang terjadi setiap tahun
150.000 diantaranya disebabkan oleh ISPA terutama karena pneumonia. Kasus
pneumonia di Puskesmas I Kemranjen sejak tahun 2002 sampai tahun 2004 termasuk
ke 10 besar penyakit.
PATOFISIOLOGI
(terlampir)
MANIFESTASI KLINIS
Secara khas diawali dengan awitan menggigil, demam yang timbul dengan
cepat (39,5 ºC sampai 40,5 ºC).Biasanya disertai kejang karena demam yang
tinggi.
Anak akan kelihatan gelisah
Batuk beberapa hari , mula mula kering kemudian berubah menjadi produktif.
Muntah dan diare
Anorexia (nafsu makan berkurang)
Nyeri dada yang ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernafas dan batuk.
Takipnea/ pernafasan cepat (25 – 45 kali/menit) disertai dengan pernafasan
mendengur, pernafasan cuping hidung
Nadi cepat dan bersambung
Tarikan otot rusuk (retraksi)
Bibir dan kuku sianosis
Sesak nafas
Adanya Rhonky
Selain tanda-tanda di atas, WHO telah menggunakan penghitungan frekuensi napas per menit
berdasarkan golongan umur sebagai salah satu pedoman untuk memudahkan diagnosa
Pneumonia, terutama di institusi pelayanan kesehatan dasar.
Umur anak Nafas normal Takipnea
0 – 2 bulan 30 – 50 permenit Sama atau > 60x
permenit
2 – 12 bulan 25 – 40 permenit Sama atau > 50x
permenit
1- 5 tahun 20 – 30 permenit Sama atau > 40x
permenit
Catatan:
Perbedaan batasan tentang frekuensi napas dari berbagai sumber, menurut penulis tidak
terlalu penting. Yang perlu diperhatikan adalah penilaian klinis dan pemeriksaan penujang
misalnya: rontgen dan laboratorium serta follow up selama masa perawatan.
KOMPLIKASI
Pneumothorax
Udara dari alveolus yang pecah disebabkan karena sumbatan atau peradangan
disaluran bronkioli yang membuat udara bisa masuk namun tidak bisa keluar. Lambat
laun alveolus menjadi penuh sehingga tak kuat menampung udara dan pecah.
Empisema (Paradangan di paru)
Peradangan terjadi karena kuman atau bakteri berhasil dilokalisasi oleh pertahanan
tubuh namun tidak dapat dibasmi akhirnya muncul nanah dan mengumpul diantara
paru-paru dan dinding dada.
Gagal nafas
Gagal nafas adalah gangguan pertukaran gas antara udara dengan sirkulasi yangterjadi
di pertukaran gas intrapulmonal atau gangguan gerakan gas masuk keluar
paru.Gangguan pertukaran gas menyebabkan hipoksemia primer, oleh karena
kapasitas difusi CO2 jauh lebih besar dari O2 dan karena daerah yang mengalami
hipoventilasi dapa tdikompensasi dengan meningkatkan ventilasi bagian paru yang
normal.
Perikarditis
Perikarditis adalah proses peradangan yang mencakup lapisan parietal dan viseral dari
pericardium dan lapisan terluar dari myocardium. Pericarditis terjadi sebagai proses
isolasi atau komplikasi dari penyakit sistemik.
Meningitis
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal
column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat
Hipotensi
Hipotensi merupakan kondisi tekanan darah yang terlalu rendah, yaitu apabila tekanan
darah sistolik < 90 mmHg dan tekanan darah diastolik < 60 mmHg.
Delirium
Delirium adalah suatu gangguan yang ditandai dengan adanya gangguan kesadaran ,
biasanya terlihat bersamaan dengan gangguan fungsi kognitif secara global . kelainan
mood , pesepsi dan perilaku adalah gejala psikiatrik yang umum.sedangkan tremor ,
asteriksis , nistagmus , inkordinasi dan inkontinensia urin merupakan gejala
neurologis yang umum . Delirium adalah suatu sindrom bukan suatu penyakit , dan
memiliki bayak penyebeb. Kebanyakan penyebab dari delirium ini bersal dari luar
sistem syaraf pusat.
Asidosis metabolic
Asidosis metabolik adalah suatu keadaan terjadi peningkatan keasaman di dalam
darah yang disebabkan oleh berbagai keadaan dan penyakit tertentu
dimana tubuh tidak bisa mengeluarkan asam dalam pengaturan
keseimbangan asam basa. Hal ini pentingun t uk men j ag a ke se im ban gan
fungs i s i s t em o rgan t ub uh manus i a . G in j a l dan pa ru merupakan dua
organ yang berperan penting dalam pengaturan keseimbangan ini.
Dehidrasi
Dehidrasi adalah berkurangnya cairan tubuh total, dapat berupa hilangnya air lebih
banyakdari natrium (dehidrasi hipertonik), atau hilangnya air dan natrium dalam
jumlah yang sama(dehidrasi isotonik), atau hilangnya natrium yang lebih banyak dari
pada air (dehidrasihipotonik).
Efusi pleura
Otitis media
Sinusitis
Komplikasi persistem yang mungkin terjadi pada Pneumonia :
Gastrointestinal
Komplikasi ini jarang terjadi , gejala yang ringan seperti diare , mual ,muntah dan
anoreksia.
Kulit
Komplikasi pada kulit bersifat sementara. Beberapa pasien pneumonia mendapat lesi
yang melepuh pada mulut, mata , kulit tangan dan kaki .umumnya lesi ini akan
sembuh sempurna tanpa meninggalkan cact apabila penanganan dengan baik .
Darah
Hemoliti anemi dapat terjadi pada pasien yang mempunyai titer Aglutinin dingin
yang sangat tinggi , yang menyebebkan hemolisa yang cepat dan berat.
Neurologi
Aseptic meningitis , meningoenchepalitis.
Kardiovaskuler
Komplikasi kardiovaskular jarang d jumpai , tapi perikarditis , miokarditis ,rheumatic
fever like syndrome perna dijumpai.
Musculoskeletal
Artralgia merupakan komplikasi yang sering pada musculoskeletal , sedangkan
arthritis adalah komplikasi yang jarang terjadi.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan fisik
Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru. Pada inspeksi dapat
terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas, pasa palpasi fremitus dapat
mengeras, pada perkusi redup, pada auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler
sampai bronkial yang mungkin disertai ronki basah halus, yang kemudian menjadi
ronki basah kasar pada stadium resolusi.
b. Foto toraks (PA/lateral)
merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan diagnosis. Gambaran
radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan " air broncogram",
penyebab bronkogenik dan interstisial serta gambaran kaviti. Foto toraks saja tidak
dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia, hanya merupakan petunjuk ke
arah diagnosis etiologi, misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan
oleh Steptococcus pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan
infiltrat bilateral atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia
sering menunjukkan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat
mengenai beberapa lobus.
c. Sinar X
Mengidentifikasikan distribusi strukstural (mis. Lobar, bronchial); dapat juga
menyatakan abses luas/infiltrate, empiema (stapilococcus); infiltrasi menyebar atau
terlokalisasi (bacterial); atau penyebaran/perluasan infiltrate nodul (lebih sering virus).
Pada pneumonia mikoplasma, sinar x dada mungkin bersih.
d. Pemeriksaan labolatorium
Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit, biasanya lebih
dari 10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul, dan pada hitungan jenis leukosit
terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED. Untuk menentukan
diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Kultur
darah dapat positif pada 20-25% penderita yang tidak diobati. Analisis gas darah
menunjukkan hipoksemia dan hikarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis
respiratorik.
e. GDA
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit
paru yang ada.
f. LED dan CRP (C-reaktif protein)
Kedua tes ini merupakan indicator inflamasi yang tidak khas sehingga hanya
sedikit membantu. Adanya CRP yang positif dapat mengarah kepada infeksi
bakteri.
g. Biakan darah
Merupakan cara yang spesifik untuk mendiagnostik tapi hanya positif pada 10
– 15% kasus terutama pada anak kecil. Kultur darah sangat membantu pada
penanganan kasus pneumonia dengan dugaan penyebab stafilokokus dan
pneumokokus yang tidak menunjukan respon baik terhadap penangannan awal.
Kultur darah juga di rekomendasikan pada kasus pneumonia yang berat dan
pada bayi usia kurang dari 3 bulan .(Gittens MM.pediatric
pneumonia.clinPedEmergMedJ 2002)
PENATALAKSANAAN
PENGOBATAN
a. Standart penatalaksanaan Pneumonia Dari DEPKES RI
A. Beri antibiotic oral sesuai indikasi
Untuk semua klasifikasi yang membutuhkan antibiotic yang sesuai.
Antibiotic pilihan pertama: kotrimoksazol (trimetoprim+sulfametoksazol)
Antibiotic pilihan kedua: amoksilin
Umur atau berat badan kotrimoksazol beri 2 kali sehari selama 5 hari
Amoksisilin beri 3 kali sehari selamam 5 hari
Tablet dewasa
480 mg Tablet anak
120 mg Sirup/ 5 ml
240 mg Sirup 125 mg
per 5 ml
2 – 4 bulan
(4 – < 6 kg) ¼ 1 2,5 ml 2,5 ml
4 – 12 bulan
(6 – < 10 kg) ½ 2 5 ml 5 ml
12 bulan – 5 tahun
(10 – < 19 kg) ¾ atau 1 3 7,5 ml 10 ml
B. Beri antibiotic intramuscular
Untuk anak yang harus segera dirujuk tetapi tidak dapat menelan obat oral, beri
dosis (IM) kloramfenikol dan atau ampisilin dan rujuk segera. Jika rujukan
tidak memungkinkan ulangi suntikan kloramfenikol setiap 12 jam selama 5 hari
dan atau ampisilin setiap 6 ham selama 5 hari. Kemudian ganti dengan
antibiotic yang sesuai, untuk melengkapi 10 hari pengobatan.
Umur atau berat badan Kloramfenikol
Dosis 40 mg per kg BB
Tambahkan 5,0 ml aquadest
Sehingga menjadi
1000 mg = 5,6 ml
Atau 180 mg/ml
Ampisilin
Dosis 20 mg per Kg BB
Tambahkan 5,0 ml aquadest
Dalam 1 vial 1000 mg
Sehingga menjadi
1000 mg = 5,6 ml
Atau 180 mg/ml
1 – 4 bulan (4-< 6 kg) 1.0 ml = 180 mg 0.5 cc = 90 mg
4 – 9 bulan (6-< 8 kg) 1.5 ml = 270 mg 0.8 cc = 145 mg
9 – 12 bulan (8-<10 kg) 2 ml = 360 mg 1 cc = 180 mg
12 – 3 tahun (10-< 14 kg) 2.5 ml = 450 mg 1.3 cc = 225 mg
3 – 5 tahun (14-< 19 kg) 3.5 ml = 630 mg 1.8 cc = 315 mg
C. Nasehat untuk ibu tentang cara perawatan dirumah (untuk anak 2 bulan – >
5 tahun)
a. Pemberian makanan:
- Berilah makanan secukupnya selama anak sakit
- Tambahlan jumlah makanan setelah sembuh
- Bersihkan hidung agar tidak mengganggu peberian makanan
b. Pemberian cairan:
- Berilah minuman lebih banyak
- Tingkatkan pemberian asi
c. Pemberian obat pereda batuk
- Berikan ramuan yang aman dan sederhana
d. Pada anak bukan pneumonia perhatikan apabila timbul tanda pneumonia,
bawalah kembali kepda petugas kesehatan, bila:
- Napas menjadi sesak
- Napas menjadi scepat
- Anak tidak mampu minum
- Sakit lebuh parah
D. Pengobatan demam
a. Demam tinggi lebih dari 38.50C
- Berilah parasetamol
- Nasehati ibu agar memberi cairan lebih banyak
- Dosis parasetamol: tablet 500 mg pemberian tiap 6 jam selama 2 hari
Umur anak Dosis
2 bulan – < 6 bulan
6 bulan – < 3 tahun
3 tahun – < 5 tahun 1/8 tablet
¼ tablet
½ tablet
DEPKES, 2006.
PEMBERIAN EDUKASI
a. Mengatur Pola Makan
Untuk pneumonia akibat virus, sampai saat ini belum ada panduan khusus,
meski beberapa obat antivirus telah digunakan.Selain antibiotika, pasien juga
akan mendapat terapi tambahan berupa pengaturan makan dan oksigen untuk
meningkatkan jumlah oksigen dalam darah. Istirahat panjang diperlukan untuk
mengembalikan kondisi tubuh.
b. Pencegahan
a. Jenis dan parahnya penyakit ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk
usia, jenis kelamin, musim, dan kepadatan penduduk. Pada anak, infeksi lebih
sering mengenai laki-laki dibanding anak perempuan. Puncak serangan infeksi
antara usia 2 dan 3 tahun dan sesudahnya akan menurun sedikit demi
sedikit.Beberapa kasus pneumonia tidak disebabkan infeksi mikroorganisme.
Bisa juga akibat aspirasi makanan atau asam lambung, benda asing,
hidrokarbon, bahan lipoid, reaksi hipersensitivitas dari saluran napas, akibat
obat, radiasi, serta kondisi lingkungan. Agar terhindar dari pneumonia perlu
beberapa langkah strategis seperti:
* Menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal.
* Mengusahakan sirkulasi udara yang baik.
* Hindari rokok dan penderita batuk.
* Makanlah dengan gizi seimbang,
* Lakukan imunisasi, terutama untuk anak. Vaksin Hb sudah banyak dipakai
untuk menangkal pneumonia, selain meningitis. Vaksin ini untuk menangkal
serangan bakteri Haemophyllus influenzae tipe B yang bisa menyebabkan
kedua jenis penyakit itu
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
A. Identitas klien
Nama :An. S
Umur : 2 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Sumber informasi : Ibu
B. Status kesehatan saat ini
Keluhan utama : An.S mengalami batuk pilek selama 5 hari
kemarin.Anak rewel , tidak mau makan . badan
panas dan menggigil.
Kualitas keluhan : batuk pilek di alami sejak 5 hari yang lalu
Factor pencetus : -
Factor pemberat : -
Upaya yang telah dilakukan : datang ke UGD RSSA malang
Diagnose medis : Pneumonia
C. Riwayat kesehatan saat ini
An. S, usia 2 tahun datang ke UGD RSSA Malang bersama ibunya.
Menurut cerita dari ibunya, An.S sejak 5 hari yang lalu anaknya batuk
pilek. Sudah 2 hari ini sering rewel, tidak mau makan. Sejak kemarin
sore badannya panas disertai menggigil, tadi malam sebelum dibawa
ke UGD RSSA suhu anaknya mencapai 40° C , muntah 3x dan diare
sebanyak 4x, perut tampak distended sehingga ibunya memutuskan
untuk pagi ini dibawa ke RSSA
D. Riwayat kesehatan terdahulu
E. Pola Nutrisi metabolic
- Nafsu makan : tidak mau makan ( dirumah)
F. Pola eliminasi
BAB 4 kali diare
G. Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum : tampak lemah dan gelisah
- Kesadaran : pasien sadar
- Tanda tanda vital :
TD : Suhu : 39,50C
Nadi :110x/menit RR : 35x/menit
Kepala & leher
Kepala :
Mata :
Hidung : Pernafasan cuping hidung
Mulut & tenggorokan: sianosis disekitar mulut dan hidung
Telinga :
Leher :
Thorax dan Dada
Paru
Pernafasan cuping , retraksi pada daerah supraclavicular ,
ruang ruang intercostalis dan sternocleidomastoideus.
Auskultasi : suara nafas bronchial , ronki basah halus,
bronkofoni
Abdmen
Inspeksi : tampak distended
H. Pemeriksaan penunjang
- Rontgen thorax
Gambaran multiple infiltrate pada paru sebelah kanan.
- Laborat leukosit
46.000/mm3
- LED
52 mm/ jam
I. Terapi
- IV line NaCl 0,9%
10 tetes/ menit
- Penisilin
100mg IV x 3 / hari
- O2 nasal
Nasal 2 lpm
ANALISA DATA
No Data Etiologi MK
1. DS :
perut tampak distended
DO :
Dipsnea , nafas cepat dan
dangkal , RR
35x/menit,pernafasan
cuping hidung, batuk
produktif dengan secret
tidak bisa dikeluarkan,
auskultasi ditemukan
suara nafas bronchial ,
ronki basah halus ,
bronkofi , nadi 110x/mnt
Virus/bakteri/jamur/aspirasi
Saluran napas bag. bawah
Bronchioles
Alveolus
Reaksi radang pada bronchus
dan alveolus
Peningkatan produksi secret
Akumulasi secret
Obstruksi jalan nafas
Gangguan ventilasi
Bersihan jalan nafas tidak
efektif
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
2. DS :
Badan panas disertai
menggigil , suhu tubuh
400C
Virus /bakteri/jamur/aspirasi
Saluran nafas bagian bawah
Hipertermi
DO :
Suhu tubuh 39,50C, rewel
Bronchioles
Alveolus
Reaksi radang pada bronchus
dan alveolus
Stimulasi chemoreseptor
hipotalamus
Set point bertambah
Respon menggigil
Reaksi peningkatan panas
tubuh
Hipertermia
3. DS :
An.S tidak mau makan ,
rewel , muntah 3x , diare
4 kali
DO :
Tampak lemah , gelisah.
Virus/bakteri/jamur/aspirasi
Saluran napas bag. bawah
Bronchioles
Alveolus
Reaksi radang pada bronchus
dan alveolus
Peningkatan produksi secret
Akumulasi secret
Rangsangan batuk
Distensi abdomen
Muntah
Nutrisi kurang dari
kebutuhan
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2. Hipertermi
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
INTERVENSI DAN RASIONAL
Diagnosa 1 : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Tujuan : dalam waktu 6x 6 jam setelah diberikan intervensi , kebersihan jalan
nafas kembali efektif
Kriteria hasil :
RR pasien kembali normal (20- 30 x/menit)
Bunyi nafas normal
Rhonky negative
Intervensi Rasional
Mandiri
Kaji fungsi pernafasan ( bunyi nafas ,
kecepatan , irama , kedalaman ,
penggunaan otot bantu nafas)
Penurunan bunyi nafas menunjukan
atelektasis , rhonky menunjukan
akumulasi secret dan ketidakefektifan
penegluaran sekresi yang selanjutnya
dapat menimbulkan penggunaan otot
bantu nafas dan peningkatan kerja
pernafasan
Catat karakter dan volume sputum Sputum yang sangat kental akan
menggangu pernafasan pasien
Berikan posisi yang nyaman Membantu pasien untuk lebih mudah
untuk bernafas
Pertahankan intake cairan sedikitnya
2500ml/ hari kecuali ada indikasi
Hidrasi yang adekuat membantu
mengencerkan secret dan mengefektifkan
bersihan jalan nafas.
Bersihkan secret dari mulut ,hidung dan
trakea
Mencegah obstruksi dan aspirasi. Karena
pasien masih bayi , maka harus benar
benar dibantu dalam pembersihan secret.
Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi Pengobatan yang ideal berdasarkan tes
dan umur sangat penting untuk
diperhatikan
Agen mukolitik Agen mukolitik menurunkan kekentalan
dan perlengketan secret paru untuk
memudahkan pembersihan secret.
Bronkodilator , kortikosteroid. Bronkodilator meningkatkan diameter
lumen percabangan trakeobronkial
sehngga menurunkan tahanan terhadap
aliran udara.
Kortikosteroid berguna pada keterlibatan
luas dengan hipoksemia dan bila reaksi
inflamasi mengancam kehidupan
Diagnosa 2 : Hipertermi
Tujuan : Dalam waktu 2x 24 jam setelah diberikan tindakan , suhu pasien
kembali normal (36-37,50C )
Kriteria hasil :
Suhu normal (36-37,50C)
Pasien tidak rewel lagi
Intervensi Rasional
Kaji TTV pasien Acuan untuk mengetahui keadaan umum
pasien.
Kenakan pakaian minimal Pakaian yang tipis akan membantu
penguapan tubuh.
Berikan komppres dingin Konduksi suhu membantu menurunkan suhu
tubuh.kompres air dingin dapat membantu
dalam proses penurunan suhu tubuh.
Berikan terapi cairan intravena RL
0,5 .
Pemberian cairan sangat penting bagi klien
dengan suhu tinggi . pemberian cairan
merupakan wwnang dokter , sehinga
perawat harus berkolaborasi dala hal ini .
Berikan antibiotic sesuai dengan
anjuran dan evaluasi keefektfannya .
tinjau kembali obat obat yang
diberikan dan dosis yang tepat.
Antibiotic diperlukan untuk mengatasi
infeksi. Karena yang diberi obat adalah
balita maka harus sangat hati hati dengan
dosis dan macam obat yang diberikan .
Karena obat memberikan efek yang besar.
Kaji TV tiap 3 jam Bisa dijadikan acuan atau sebagai alat ukur
perubahan atau penurunan suhu .
Berikan cairan yang ekstra Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan
penguapan cairan tubuh yang meningkat .
mungkin pemberian cairan dapat dilakukan
dengan cara pemberian ASI.
Diagnosa 3 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
Tujuan : dalam waktu 4x 24 jam setelah diberikna tindakan , pasien
mengalami perbakan intake nutrisi
Kriteria hasil :
Pasien mendemonstrasikan intake makanan yang adekuat.
Nafsu makan meningkat
Intervensi Rasional
Pantau : jumlah makanan yang
dikonsumsi setiap makan , timbang BB
setiap hari
Mengidentifikasi kemajuan dan
penyimpangan dari sasaran yang
diharapkan
Berikan perawatan mulut setiap 4 jam
jika sputum menumpuk
Sputum yang menumpuk kaan
mengurangi nafsu makan pasien
Dukung klien mengkonsumsi makanan
bergizi
Mengkonsumsi makanan bergizi akan
memenuhi kebutuhan nutrisi klien
Berikan makanan yang sedikit namun
sering
Dengan sering makan , maka nutrisis
akan terpenuhi
Berikan nafsu makan ( minyak ikan ) Pemberian nafsu makan akan
meningkatkan tingkat keinginan klien
dalam mengkonsumsi makanan
DAFTAR PUSTAKA
Dongoes , Marilynn , E.dkk.Rencana asuhan keperawatan, Edisi 3.2000.Jakarta :EGC
Bare Brenda G, Smeltzer Suzan C.Keperawatan Medikal Bedah , Edisi 8 , Vol 1 .
Jakarta : EGC
Price Anderson Sylvia, Milson McCarty Covraine.patofisiologi , buku-2 , Edisi
4.Jakarta :EGC
Depkes RI . Direktorat Jendral PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA ). Jakarta.2007
Data Rekam Medik Penderita Reawat Inap Lab/ SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Univ.
Airlangga/ RSU Dr.Soetomo Surabaya.2005
Tim Penyusun. Ilmu Penyakit Dalam , edisi 3 , volume II.2001. Jakarta : FKUI