Upload
bram
View
51
Download
4
Embed Size (px)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit diare hingga saat ini masih menjadi masalah di Indonesia. Padahal berbagai upaya
penanganan, baik secara medik maupun upaya perubahan tingkah laku dengan melakukan
pendidikan kesehatan terus dilakukan. Namun upaya-upaya tersebut belum memberikan hasil yang
menggembirakan. Setiap tahun penyakit ini masih menduduki peringkat atas, khususnya di daerah-
daerah miskin.
Uniknya, jumlah penderita diare yang datang ke Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
jauh lebih sedikit dibanding jumlah penderita sebenarnya. Mereka yang memeriksakan diri ke
Puskemas didata hanya 25 dari per 1.000 penduduk. Namun berdasarkan survei yang dilakukan
Depkes (Departemen Kesehatan) melalui survei kesehatan rumah tangga, ternyata penderita diare
berjumlah 300 per 1.000 penduduk (Sinar Harapan, 2003).
Diare menyerang siapa saja tanpa kenal usia. Diare yang disertai gejala buang air terus-
menerus, muntah dan kejang perut kerap dianggap bisa sembuh dengan sendirinya, tanpa perlu
pertolongan medis. Memang diare jarang sekali yang berakibat kematian, tapi bukan berarti bisa
dianggap remeh. Penyakit yang juga populer dengan nama muntah berak alias muntaber ini bisa
dikatakan sebagai penyakit endemis di Indonesia, artinya terjadi secara terus-menerus di semua
daerah, baik di perkotaan maupun di pedesaan, khususnya di daerah-daerah miskin. Di kawasan
miskin tersebut umumnya penyakit diare dipahami bukan sebagai penyakit klinis, sehingga cara
penyembuhannya tidak melalui pengobatan medik (Sunoto, 1987). Kesenjangan pemahaman
semacam ini merupakan salah satu penyebab penting yang berakibat pada lambatnya penurunan
angka kematian akibat diare (Surya Candra et al, 1990).
Kesenjangan pemahaman akan keadaan tubuh, dikarenakan bahwa masyarakat
mengembangkan pengertian sendiri tentang sehat dan sakit sesuai dengan pengalaman hidupnya
atau nilai-nilai yang diturunkan oleh generasi sebelumnya (Wolinsky, 1988). Artinya, masyarakat
lapisan bawah seringkali mendefinisikan dirinya sakit tergantung pada persepsi dirinya akan penyakit
tersebut. Mungkin, mereka mempersepsikan bahwa diare merupakan penyakit yang serius bila
penyakit tersebut telah mengganggu aktivitasnya dalam mengerjakan pekerjaan pokoknya.
Pemukiman kumuh merupakan kawasan yang menjadi tempat berkembangnya diare.
Padahal di perkotaan seperti Jakarta, kawasan kumuh terus berkembang, karena semakin mahal dan
terbatasnya lahan yang tersedia untuk pemukiman. Kerapatan, bangunannya sangat tinggi (walaupun
bangunannya permanen), tidak teratur, kondisi ventilasinya buruk, dan sanitasi lingkungan tidak
terlalu baik merupakan ciri pemukiman kumuh.
Lingkungan yang buruk disertai rendahnya tingkat kesadaran masyarakat untuk berperilaku
sehat menjadikan kawasan kumuh sebagai kawasan yang rawan akan penyebaran penyakit.
Lingkungan yang buruk menjadi penyebab berkembangbiaknya berbagai virus penyakit menular.
Karena itu berbagai infeksi penyakit sering terjadi pada para penghuni kawasan kumuh. Penyakit
menular yang sering dijumpai adalah diare, diikuti dengan penyakit infeksi lainnya seperti thypoid,
ispa, penyakit kulit, campak, leptospirosis, demam berdarah dengue (DBD) (Astuti MSA, 2002).
Kelangkaan air bersih menjadi sebab utama pemicu penyakit ini. Gaya hidup yang jorok, tidak
memperhatikan sanitasi menyebabkan usus rentan terhadap serangan virus diare.
Namun, seperti yang telah dijelaskan di atas, berkembangnya perilaku pencegahan ini sangat
tergantung pada kondisi pribadi masing-masing individu, termasuk persepsi individu bersangkutan
dalam memandang diare. Dengan kata lain jika seseorang mempersepsikan diare adalah penyakit
yang membahayakan maka yang bersangkutan dapat diproyeksikan akan semakin berusaha keras
untuk melakukan pencegahan agar tidak terserang diare. Sebab, upaya pencegahan penyakit ini
bersumber pada seluruh aktivitas manusia yang berkaitan dengan upaya preventif (Aswitha Budiarso,
1987).
1.2 Rumusan Masalah
Beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan dalam pembahasan makalah ini adalah:
1 Apa diare itu?
2. Apa faktor pencetus diare?
3. Apa penyebab diare?
4. Bagaimana cara penularan diare?
1.3 Maksud dan Tujuan
Sesuai dengan masalah yang dirumuskan diatas maksud dan tujuan inipun dirumuskan guna
memperoleh suatu deskripsi tentang
1 Definisi Diare
2. faktor pencetus diare
3. penyebab diare
4. cara penularan diare
1.4 Manfaat
Dalam penyusunan makalah ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Adapun manfaat penyusunan itu diantaranya :
1. Berfungsi sebagai literatur-literatur bagi pelajar yang ingin memperdalam wawasan tentang masalah
kesehatan Khususnya tentang penyakit diare
2. Para pembaca dapat mengetahui lebih dalam tentang penyakit diare
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penyusunan laporan hasil penelitian, maka penulis akan membuat
susunan Karya tulis sebagaimana sistematika di bawah ini:
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Maksud dan Tujuan
1.4 Manfaat
1.5 Sistematika Penulisan
BAB II ISI
2. 1 Definisi Diare
2.2. faktor pencetus diare
2.3. penyebab diare
2.4. cara penularan diare
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
ISI
2.1 Definisi
Diare adalah Suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari
tinja , yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekwensi berak lebih dari biasanya (3 kali
atau lebih dalam 1 hari).
Diare seringkali disertai kejang perut dan muntah-muntah, diare disebut juga muntahber (muntah
berak) ,muntah menceret atau muntah bocor. Diare menyebabkan cairan tubuh terkuras keluar
melalui tinja. Jika tinja atau kotoran tersebut mengandung lendir dan darah, penderita telah
mengalami fase yang disebut disentri. Diare dapat terjadi dalam kadar yang ringan maupun berat.
Biasanya terjadi secara mendadak, bersifat akut, dan berlangsung dalam waktu lama. Penyakit ini
dapat disebabkan oleh berbagai hal dan kadang diperlukan pengobatan khusus. Namun sebagian
besar diare dapat diobati sendiri di rumah, meskipun kita tidak yakin penyebab yang
menimbulkannya. Diare tak pernah pandang bulu, ia dapat menyerang siapa saja, baik pria maupun
wanita, baik orang tua maupun muda. Diare seringkali dianggap sebagai penyakit sepele, padahal di
tingkat global dan nasional fakta menunjukkan sebaliknya. Menurut catatan WHO, diare membunuh
dua juta anak di dunia setiap tahun, sedangkan di Indonesia, menurut Surkesnas (2001) diare
merupakan salah satu penyebab kematian kedua terbesar pada balita.
2.2 Faktor pencetus diare
1. Tangan yang kotor
2. Makanan dan minuman yang terkontaminasi virus dan bakteri
3. Ditularkan oleh binatang peliharaan
4. Kontak langsung dengan feses atau material yang menyebabkan diare ( cara membersihkan
diri yang tidak benar setelah ke luar dari toilet)
2.3 Penyebab
Diare dapat disebabkan dari faktor lingkungan atau dari menu makanan. Faktor lingkungan dapat
menyebabkan anak terinfeksi bakteri atau virus penyebab diare. Makanan yang tidak cocok atau
belum dapat dicerna dan diterima dengan baik oleh anak dan keracunan makanan juga dapat
menyebabkan diare.
Kadang kala sulit untuk mengetahui penyebab diare. Diare dapat disebabkan oleh infeksi pada
perut atau usus. Peradangan atau infeksi usus oleh agen penyebab :
1. Bakteri , virus, parasit ( jamur, cacing , protozoa)
Virus (penyebab diare tersering – dan umumnya karena Rotavirus) gejala : Berak-berak air
(watery), berbusa, TIDAK ada darah lendir, berbau asam.Virus penyebab diare Viral
gastroenteritis atau yang dikenal sebagai "stomach virus", virus perut.
Bakteri - Berak2 dengan darah/lendir , sakit perut. Memerlukan antibioka sebagai terapi
pengobatan.
Parasite(Giardiasis) - Berak darah+/- dan lendir, sakit perut. perlu antiparasite. Parasit
cryptosporidium atau microsporidium menyebabkan diare yang terjadi pada banyak Odha.
Kejadian infeksi parasit ini sudah menurun di AS sejak terapi antiretroviral (ART) dipakai.
Macam-macam bakteri dan parasit yang biasa menyerang perut :
1. E. Coli bacteria
2. Salmonella enteritidis bacteria
3. Compylobacter bacteria
4. Shigella bacteria
5. Giardo parasite
6. Cryptosporidium parasite
2. Keracunan makanan/minuman yang disebabkan oleh bakteri maupun bahan kimia.Contoh Obat
ARV
Obat ARV: Beberapa jenis obat yang dipakai oleh Odha dapat menyebabkan diare. Hal ini
sering berlaku dengan nelfinavir, ritonavir, Kaletra, ddI, foskarnet, tipranavir dan interferon
alfa.
Anak sedang terapi dengan pemakaian antibiotilka – Bila diare terjadi saat anak sedang
dalam pengobatan antibiotika, maka hubungi dokter anda.
Terlalu banyak makan buah mentah atau makanan berlemak
3. kekurangan gizi misalnya : kelaparan, kekurangan zat putih telur
· Gizi yang buruk. Keadaan ini melemahkan kondisi tubuh penderita, sehingga timbulnya diare akibat
penyakit lain menjadi sering dan semakin parah
4. Tidak tahan terhadap makanan tertentu, misalnya : Alergi terhadap susu , si anak tidak tahan
meminum susu yang mengandung lemak atau laktosa
Alergi susu,- diare biasanya timbul beberapa menit atau jam setelah minum susu tersebut ,
biasanya pada alergi susu sapi dan produk-produk yang terbuat dari susu sapi.
Penggunaan obat-obatan tertentu yang tidak dapat diterima oleh jaringan tubuh akan
menyebabkan penyakit sampingan berupa diare
5. Immuno defesiensi
6. Reaksi Obat Contoh antibiotik, obat-obat tekanan darah dan antasida yang mengandung
magnesium.
7. Penyakit Intestinal Penyakit inflamasi usus atau penyakit abdominal. Gangguan fungsi usus,
seperti sindroma iritasi usus dimana usus tidak dapat bekerja secara normal
2.4 Gejala Penyakit Diare
Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 kali atau lebih dalam
sehari, yang kadang disertai :1. Muntah2. Badan lesu atau lemah3. Panas4. Tidak nafsu
makan5. Darah dan lendir dalam kotoranRasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare
yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare, muntah, tinja
berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan. Selain itu, dapat pula mengalami sakit
perut dan kejang perut, serta gejala- gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau
kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja
mengandung darah atau demam tinggi
2.5. Jenis- Jenis Diare
1. Diare akut : merupakan diare yang disebabkan oleh virus yang disebut Rotavirus yang ditandai
dengan buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya biasanya (3 kali
atau lebih dalam sehari) dan berlangsung kurang dari 14 hari. Diare rotavirus ini merupakan virus
usus patogen yang menduduki urutan pertama sebagai penyebab diare akut pada anak
2. Diare bermasalah: merupakan diare yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, parasit,
intoleransi laktosa, alergi protein susu sapi. Penularan secara fecal- oral, kontak dari orang ke orang
atau kontak orang dengan alat rumah tangga. diare ini umumnya diawali oleh diare cair kemudian
pada hari kedua atau ketiga bar muncul darah, dengan maupun tanpa lendir, sakit perut yang diikuti
munculnya tenesmus panas disertai hilangnya nafsu makan dan badan terasa lemah.
3. Diare persisten: merupakan diare akut yang menetap, dimana titik sentral patogenesis diare
persisten adalah kerusakan mukosa usus. penyebab diare persisten sama dengan diare akut.
(Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare edisi ke 3 depkes RI Direktorat Jenderal PPM& PL tahun
2007)
2.6. Masa Inkubasi
Masa dari masuknya kuman ke dalam tubuh sampai timbulnya gejala atau yang disebut masa
inkubasi bervariasi tergantung pada jenis kuman penyebabnya. Shigella misalnya, memiliki masa
inkubasi 16 sampai 72 jam, sedangkan masa inkubasi virus berkisar antara 4 sampai 48 jam.
Sedangakan parasit umumnya memiliki masa inkubasi yang lebih panjang, seperti Giardia misalanya,
memiliki masa inkubasi antara 1 sampai 3 minggu.
2.7. Lama Sakit
Lama sakit juga tergantung pada jenis kuman penyebabnya. Pada diare ringan akibat virus
umumnya berlangsung selama beberapa hari dimana anak hanya memerlukan perawatan ringan
seperti istirahat dan pemberian cairan yang adekuat. Tidak diperlukan obata-obat seperti antibiotik
untuk perawatan diare seperti ini. Sedangkan diare akibat bakteri atau parasit lain umumnya selain
pemberian cairan pada kasus-kasus tertentu seperti pada anak kurang gizi diperlukan perawatan
dengan antibiotika untuk mencegah penyebaran kuman ke seluruh tubuh.
2.8. Penularan
Penularan penyakit diare adalah kontak dengan tinja yang terinfeksi secara langsung, seperti :
· Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga atau
kontaminasi oleh tangan yang kotor
· Bermain dengan mainan yang terkontaminasi, apalagi pada bayi sering memasukan tangan/
mainan / apapun kedalam mulut. Karena virus ini dapat bertahan dipermukaan udara sampai
beberapa hari.
· Pengunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar
· Pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih
· Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau membersihkan tinja
anak yang terinfeksi, sehingga mengkontaminasi perabotan dan alat-alat yang dipegang.
2.9. Pengobatan Terhadap Penyakit Diare
Karena bahaya diare terletak pada dehidrasi maka penanggulangannya dengan cara
mencegah timbulnya dehidrasi dan rehidrasi intensif bila telah terjadi dehidrasi. Cairan rehidrasi oral
yang dipakai oleh masyarakat adalah air kelapa, air tajin, ASI, air teh encer, sup wortel, air perasan
buah, dan larutan gula garam (LGG). pemakaian cairan ini lebih dititik beratkan pada pencegahan
timbulnya dehidrasi, sedangkan bila terjadi dehidrasi sedang atau berat sebaiknya diberi minum
oralit.Oralit merupakan salah satu cairan pilihan untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi. Oralit
sudah dilengkapi dengan elektrolit, sehingga dapat menggantikan elektrolityang ikut hilang bersama
cairan
2.10. Perawatan
Anak yang mengalami diare berat dan lama yang disertai dengan demam, muntah, atau nyeri
perut atau yang kotorannya terdapat darah atau lendir harus segera dibawa ke dokter.
Walaupun anak tidak menunjukkan gejala-gejala di atas tetapi anak tampak mengalami dehidrasi
dengan tanda-tanda mulut dan lidah kering, kulit yang kering dan pucat, mata cowong, penurunan
aktivitas (tampak mengantuk atau lelah), dan menurunnya jumlah kencing dari biasanya juga harus
segera dibawa ke dokter.
Perawatan utama terhadap anak yang mengalami diare adalah pemberian cairan yang adekuat
dengan cairan yang sesuai. Cairan ini dapat diberikan baik melalui mulut ataupun melalui infus bila
anak mengalami dehidrasi sedang sampai berat. Bayi dan anak kecil sebaiknya tidak diberi cairan
berupa air saja karena air tidak mengandung garam dan mineral serta zat gizi yang diperlukan.
Prinsip utama perawatan diare adalah penggantian cairan serta garam dan mineral yang hilang
melalui kotoran, muntah dan demamnya. Perkiraan jumlah cairan yang hilang dan beratnya muntah
serta diare akan menentukan jenis terapi yang akan diberikan oleh dokter.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Nutrisi parenteral tidak bertujuan menggantikan kedudukan nutrisi enteral lewat usus yang normal.
Segera jika usus sudah berfungsi kembali, perlu segera dimulai nasogastric feeding, dengan sediaan
nutrisi enteral yang mudah dicerna.
Nutrisi parenteral dapat diberikan dengan aman jika megikuti pedoman diatas. Karena tubuh
penderita perlu waktu adapatasi terhadap perubahan mekanisme baru maka selama penyesuaian
tersebut jangan memberi beban yang berlebihan: � START SLOW GO SLOW- OBSERVE
CAREFULLY, TREAT IMMEDIATELY�
Perbaikan dari komposisi subtrat nutrisi, perbaikan tehnik, pengetahuan, skala prioritas dalam support
metabolik dan bedside monitor, dibutuhkan untuk mencapai recovery yang maksimal.
Saat ini ditemukan immunonutrition yang bertujuan untuk meningkatkan immune respons pada
pasien-pasien critical ill agar supaya outcome klinis dapat diperbaiki dan lama rawat rumah sakit
dapat diturunkan seperti arginine, glutamine, glycine,( golongan asam amino),fatty acids, nucleotide.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare atau dikenal dengan sebutan mencret memang merupakan penyakit yang
masih banyak terjadi pada masa kanak dan bahkan menjadi salah satu penyakit yang
banyak menjadi penyebab kematian anak yang berusia di bawah lima tahun (balita).
Karenanya, kekhawatiran orang tua terhadap penyakit diare adalah hal yang wajar dan
harus dimengerti. Justru yang menjadi masalah adalah apabila ada orang tua yang
bersikap tidak acuh atau kurang waspada terhadap anak yang mengalami diare.
Misalnya, pada sebagian kalangan masyarakat, diare dipercaya atau dianggap sebagai
pertanda bahwa anak akan bertumbuh atau berkembang. Kepercayaan seperti itu
secara tidak sadar dapat mengurangi kewaspadaan orang tua. sehingga mungkin saja
diare akan membahayakan anak. (anaksehat.blogdrive.com).
Menurut data United Nations Children's Fund (UNICEF) dan World Health
Organization (WHO) pada 2009, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada
balita di dunia, nomor 3 pada bayi, dan nomor 5 bagi segala umur. Data UNICEF
memberitakan bahwa 1,5 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya karena diare
Angka tersebut bahkan masih lebih besar dari korban AIDS, malaria, dan cacar
jika digabung. Sayang, di beberapa negara berkembang, hanya 39 persen penderita
mendapatkan penanganan serius.
Di Indonesia sendiri, sekira 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekira 460
balita setiap harinya akibat diare. Daerah Jawa Barat merupakan salah satu yang tertinggi, di
mana kasus kematian akibat diare banyak menimpa anak berusia di bawah 5 tahun.
Umumnya, kematian disebabkan dehidrasi karena keterlambatan orangtua memberikan
perawatan pertama saat anak terkena diare.
Diare disebabkan faktor cuaca, lingkungan, dan makanan. Perubahan iklim, kondisi
lingkungan kotor, dan kurang memerhatikan kebersihan makanan merupakan faktor
utamanya. Penularan diare umumnya melalui 4F, yaitu Food, Fly , Feces, dan Finger.
Oleh karena itu, upaya pencegahan diare yang praktis adalah dengan memutus rantai
penularan tersebut. Sesuai data UNICEF awal Juni 2010, ditemukan salah satu pemicu diare
baru, yaitu bakteri Clostridium difficile yang dapat menyebabkan infeksi mematikan di
saluran pencernaan. Bakteri ini hidup di udara dan dapat dibawa oleh lalat yang hinggap di
makanan. (lifestyle.okezone.com).
Angka kejadian diare di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih
tinggi. Di Indonesia, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460 balita
setiap harinya. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, diare
merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5
bagi semua umur. Setiap anak di Indonesia mengalami episode diare sebanyak 1,6 – 2 kali
per tahun
Kasubdit Diare dan Kecacingan Depkes, I Wayan Widaya mengatakan hasil Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, angka kematian akibat diare 23 per 100 ribu
penduduk dan pada balita 75 per 100 ribu balita. Selama tahun 2006 sebanyak 41 kabupaten
di 16 provinsi melaporkan KLB (kejadian luar biasa) diare di wilayahnya. Jumlah kasus diare
yang dilaporkan sebanyak 10.980 dan 277 diantaranya menyebabkan kematian. Hal tersebut,
terutama disebabkan rendahnya ketersediaan air bersih, sanitasi buruk dan perilaku hidup
tidak sehat. (piogama.ugm.ac.id).
Sedangkan di Provinsi Riau Pada 27 maret 2008 tercatat Diare 182 kasus yang
diakibatkan adanya banjir di Provinsi Riau. Adapun kecamatan yang terkena banjir sebanyak
36 kecamatan, 164 desa, 29.950 Kepala Keluarga atau 60.950 Jiwa.
(yankesriau.wordpress.com).
Sepintas diare terdengar sepele dan sangat umum terjadi. Namun, ini bukan alasan
untuk mengabaikannya, dehidrasi pada penderita diare bisa membahayakan dan ternyata ada
beberapa jenis yang menular.Diare kebanyakan disebabkan oleh Virus atau bakteri yang
masuk ke makanan atau minuman, makanan berbumbu tajam, alergi makanan, reaksi obat,
alkohol dan bahkan perubahan emosi juga dapat menyebabkan diare, begitu pula sejumlah
penyakit tertentu. (lovenhealth.blogspot.com).
B. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada anak dengan diare
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tinjauan teoritis diare
2. Untuk mengetahui Pengkajian pada anak dengan diare
3. Untuk mengetahui Diagnosa keperawatan pada anak dengan diare
4. Untuk mengetahui Intervensi keperawatan pada anak dengan diare
5. Untuk mengetahui Implementasi keperawatan pada anak dengan diare
6. Untuk mengetahui Evaluasi keperawatan pada anak dengan diare
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasi encer
lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja.
Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu keadaan
terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.
Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana
terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi
buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih
dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah
atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.
2. Etiologia. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare, meliputi
infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas,
dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E.
hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).
b. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan
diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
c. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida
(intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare
yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan
protein.
d. Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis
makanan tertentu.
e. Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).
3. Manifestasi klinis Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus,
hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang
berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang
menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik
yang berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang,
mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta
suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik.
Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat
berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan sehingga
frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul)
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan
dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak
terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena
kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul
oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus
ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.
4. Pemeriksaan Diagnostik- Pemeriksaan tinja.
- Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila memungkinkan
dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup, bila memungkinkan.
- Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
- Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara
kuantitatif, terutama dilakukan pada klien diare kronik.
5. Penatalaksanaan
Penanggulangan kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam mengatasi
pasien diare. Hal sederhana seperti meminumkan banyak air putih atau oral rehidration
solution (ORS) seperti oralit harus cepat dilakukan. Pemberian ini segera apabila gejala diare
sudah mulai timbul dan kita dapat melakukannya sendiri di rumah. Kesalahan yang sering
terjadi adalah pemberian ORS baru dilakukan setelah gejala dehidrasi nampak.
Pada penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan elektrolit secara
intravena merupakan pilihan utama untuk mengganti cairan tubuh, atau dengan kata lain
perlu diinfus. Masalah dapat timbul karena ada sebagian masyarakat yang enggan untuk
merawat-inapkan penderita, dengan berbagai alasan, mulai dari biaya, kesulitam dalam
menjaga, takut bertambah parah setelah masuk rumah sakit, dan lain-lain. Pertimbangan yang
banyak ini menyebabkan respon time untuk mengatasi masalah diare semakin lama, dan
semakin cepat penurunan kondisi pasien kearah yang fatal.
Diare karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain ORS. Apabila
kondisi stabil, maka pasien dapat sembuh sebab infeksi virus penyebab diare dapat diatasi
sendiri oleh tubuh (self-limited disease).
Diare karena infeksi bakteri dan parasit seperti Salmonella sp, Giardia lamblia,
Entamoeba coli perlu mendapatkan terapi antibiotik yang rasional, artinya antibiotik yang
diberikan dapat membasmi kuman.
Oleh karena penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak memerlukan antibiotik,
maka pengenalan gejala dan pemeriksaan laboratorius perlu dilakukan untuk menentukan
penyebab pasti. Pada kasus diare akut dan parah, pengobatan suportif didahulukan dan
terkadang tidak membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut kalau kondisi sudah membaik.
6. Komplikasi
Menurut Broyles (1997) komplikasi diare ialah: dehidrasi, hipokalemia,
hipokalsemia, disritmia jantung (yang disebabkan oleh hipokalemia dan hipokalsemia),
hiponatremia, dan shock hipovolemik.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. PengkajianPengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan
masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi, pemeriksaan fisik.
Pengkaji data menurut Cyndi Smith Greenberg, 1992 adalah :
1. Identitas klien.
2. Riwayat keperawatan.
· Awalan serangan : Awalnya anak cengeng,gelisah,suhu tubuh meningkat,anoreksia kemudian
timbul diare.
· Keluhan utama : Faeces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi
gejala dehidrasi,berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor
kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekwensi BAB lebih dari 4 kali
dengan konsistensi encer.
3. Riwayat kesehatan masa lalu.
Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.
4. Riwayat psikososial keluarga.
Hospitalisasi akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga, kecemasan
meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak, setelah menyadari
penyakit anaknya, mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.
5. Kebutuhan dasar.
· Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK sedikit
atau jarang.
· Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anopreksia, menyebabkan penurunan berat badan
pasien.
· Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman.
· Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.
· Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat distensi
abdomen.
6. Pemerikasaan fisik.
a. Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah, kesadaran composmentis sampai
koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan agak cepat.
b. Pemeriksaan sistematik :
· Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering, berat
badan menurun, anus kemerahan.
· Perkusi : adanya distensi abdomen.
· Palpasi : Turgor kulit kurang elastis
· Auskultasi : terdengarnya bising usus.
c. Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang.
d. Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat badan
menurun.
e. Pemeriksaan penunjang.
f.Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan duodenum intubation yaitu untuk mengetahui penyebab
secara kuantitatip dan kualitatif.
2. Diagnosa yang Mungkin Muncula. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta intake
terbatas (mual).
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan
peristaltik usus.
c. Nyeri (akut) b.d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
d. Kecemasan keluarga b.d perubahan status kesehatan anaknya
e. Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b.d pemaparan
informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.
f. Kecemasan anak b.d perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang baru
3. Intervensi dan RasionalDx.1 Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah
serta intake terbatas (mual)
Tujuan : Kebutuhan cairan akan terpenuhi dengan kriteria tidak ada tanda-tanda dehidrasi
Berikan cairan oral dan parenteral sesuai dengan program rehidrasi
Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan
Pantau intake dan output. yang keluar bersama feses.
Memberikan informasi status keseimbangan cairan untuk menetapkan kebutuhan cairan
pengganti.
Kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasi dan hasil pemeriksaan laboratorium Menilai status
hidrasi, elektrolit dan keseimbangan asam basa
Kolaborasi pelaksanaan terapi definitif
Pemberian obat-obatan secara kausal penting setelah penyebab diare diketahui
Dx.2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien
dan peningkatan peristaltik usus.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria terjadi peningkatan berat badan
Pertahankan tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut.
Menurunkan kebutuhan metabolic
Pertahankan status puasa selama fase akut (sesuai program terapi) dan segera mulai
pemberian makanan per oral setelah kondisi klien mengizinkan Pembatasan diet per oral
mungkin ditetapkan selama fase akut untuk menurunkan peristaltik sehingga terjadi
kekurangan nutrisi. Pemberian makanan sesegera mungkin penting setelah keadaan klinis
klien memungkinkan.
Bantu pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan program diet Memenuhi kebutuhan
nutrisi klien
Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral sesuai indikasi Mengistirahatkan kerja
gastrointestinal dan mengatasi/mencegah kekurangan nutrisi lebih lanju
Dx.3 : Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
Tujuan : Nyeri berkurang dengan kriteria tidak terdapat lecet pada perirektal
Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi.
Menurunkan tegangan permukaan abdomen dan mengurangi nyeri
Lakukan aktivitas pengalihan untuk memberikan rasa nyaman seperti masase punggung dan
kompres hangat abdomen
Meningkatkan relaksasi, mengalihkan fokus perhatian klien dan meningkatkan kemampuan
koping
Bersihkan area anorektal dengan sabun ringan dan airsetelah defekasi dan berikan perawatan
kulit
Melindungi kulit dari keasaman feses, mencegah iritasi
Kolaborasi pemberian obat analgetika dan atau antikolinergik sesuai indikasi
Analgetik sebagai agen anti nyeri dan antikolinergik untuk menurunkan spasme traktus GI
dapat diberikan sesuai indikasi klinis
Kaji keluhan nyeri dengan Visual Analog Scale (skala 1-5), perubahan karakteristik nyeri,
petunjuk verbal dan non verbal
Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk menetapkan intervensi selanjutnya
Dx.4 : Kecemasan keluarga b/d perubahan status kesehatan anaknya.
Tujuan : Keluarga mengungkapkan kecemasan berkurang.
Dorong keluarga klien untuk membicarakan kecemasan dan berikan umpan balik tentang
mekanisme koping yang tepat.
Membantu mengidentifikasi penyebab kecemasan dan alternatif pemecahan masalah
Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang umum terjadi pada orang tua klien yang
anaknya mengalami masalah yang sama
Membantu menurunkan stres dengan mengetahui bahwa klien bukan satu-satunya orang yang
mengalami masalah yang demikian
Ciptakan lingkungan yang tenang, tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus dalam membantu
klien.
Mengurangi rangsang eksternal yang dapat memicu peningkatan kecemasan
Dx.5 : Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi
b/d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan
kognitif.
Tujuan : Keluarga akan mengerti tentang penyakit dan pengobatan anaknya, serta mampu
mendemonstrasikan perawatan anak di rumah.
Kaji kesiapan keluarga klien mengikuti pembelajaran, termasuk pengetahuan tentang
penyakit dan perawatan anaknya.
Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental serta latar belakang
pengetahuan sebelumnya.
Jelaskan tentang proses penyakit anaknya, penyebab dan akibatnya terhadap gangguan
pemenuhan kebutuhan sehari-hari aktivitas sehari-hari.
Pemahaman tentang masalah ini penting untuk meningkatkan partisipasi keluarga klien dan
keluarga dalam proses perawatan klien
Jelaskan tentang tujuan pemberian obat, dosis, frekuensi dan cara pemberian serta efek
samping yang mungkin timbul
Meningkatkan pemahaman dan partisipasi keluarga klien dalam pengobatan.
Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan perineal setelah defekasi
Meningkatkan kemandirian dan kontrol keluarga klien terhadap kebutuhan perawatan diri
anaknya
Dx. 6 : Kecemasan anak b.d Perpisahan dengan orang tua, lingkugan yang baru
Tujuan : Kecemasan anak berkurang dengan kriteria memperlihatkan tanda-tanda
kenyamanan
Anjurkan pada keluarga untuk selalu mengunjungi klien dan berpartisipasi dalam perawatn
yang dilakukan
Mencegah stres yang berhubungan dengan perpisahan
Berikan sentuhan dan berbicara pada anak sesering mungkin
Memberikan rasa nyaman dan mengurangi stress
Lakukan stimulasi sensory atau terapi bermain sesuai dengan ingkat perkembangan klien
Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan secara optimum
4. ImplementasiMelaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah
direncanakan sebelumnya.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan sejauhmana tujuan tersebut tercapai. Bila
ada yang belum tercapai maka dilakukan pengkajian ulang, kemudian disusun rencana,
kemudian dilaksanakan dalam implementasi keperawatan lalau dievaluasi, bila dalam
evaluasi belum teratasi maka dilakukan langkah awal lagi dan seterusnya sampai tujuan
tercapai.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Anak Arya
Umur : 4 bulan
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : Kulim Jalan Harapan Raya
Tanggal Masuk: 23 oktober 2010
Diagnosa medis: gastroenteritis
Nama Ayah : Tuan Endang
Umur :35 tahun
Pekerjaan : wiraswasta
Pendidikan : SMA
Suku bangsa : sunda
Alamat : Kulim Jalan Harapan Raya
Nama Ayah : Bu Novi
Umur : 31 tahun
Pekerjaan : wiraswasta
Pendidikan : SMA
Suku bangsa : sunda
Alamat : Kulim Jalan Harapan Raya
1. Keluhan Utama
Alas an masuk dengan keluhan BAB berlendir dan berdarah sudah 4 hari yang lalu.
BAB yang sedikit tapi sering sekitar 7-8 kali perhari.ps. masuk via IGD Rujukan dr. Arya
Bunda.
3. Keadaan Umum
Tingkat kesadaran compos mentis, panjang badan 65 cm, BB 6 kg, LILA 35 cm, lingkar
kepala 18 cm, TTV: Suhu: 36,6 C, Nadi 140 x/menit, RR 46 x/menit, keluhan lain BAB
berlendir dan berdarah serta encer.
4. Riwayat kesehatan
keluhan utama BAB encer, berlendir dan berdarah,sehari bias 7-8 kali. Keluhan sudah
ada 4 hari sebelum pasien masuk RS, factor pencetus adalah alergi susu sapi. Pada riwayat
kesehatan dahulu tidak ada penyakit berat dan tidak ada dioperasi, keluarga tidak ada
penyakit menular atau keturunan.
5. Riwayat Imunisasi
imunisasi belum lengkap, imunisasi yang didapat adalah BCG, DPT, Polio, imunisasi
yang belum didapat adalah Campak, waktu imunisasi adalah sebelum dirawat di RS.
6. Psikososial
hubungan dengan anggota keluarga anak sangat dekat dengan ayah dan ibunya. ps
tidak ada teman sebaya. karakter periang.
7. Riwayat Tumbuh Kembang
motorik halus, motorik kasar, kognitif dan bahasa berkembang dengan baik.
8. Jenis Kebutuhan
a. makanan, pada kondisi sehat nakan teratur, makanan air tajin, 3x/ hari. selama sakit ps tidak
diperbolehkan minum susu sapi oleh dokter, intake inadekuat, mengisap putting susu lemah,
ASI diberikan tidak adekuat, ibu jarang menyusui bayinya.
b. cairan, selama sehat ps minum susu teratur, selama sakit masukan oral sebayak 300cc dan
pemasukan parenteral sebanyak 250cc total 550 cc.
c. eliminasi, selama sehat frekuensi BAK 5-6 kali perhari, warna kuning bening bau khas,
jumlah 350- 400 cc/ hari. selama sakit frekuensi 6-7 kali perhari, warna kuning, bau khas,
tidak terpasang kateter, ada tahana waktu BAK, ps tampak mengedan saat BAK. BAB
selama sehat 1 x / hari, konsistensi lembek, mengikuti bentuk kolon. warna dan bau tidak
terkaji. waktu sakit BAB 7-8 x / hari dengan konsistensi encer, tidak mengikuti bentuk
kolon, warna kuning kemerahan, bau amis, jumlah tidak terkaji, ada lendir dan darah, ps
tampak mengedan saat BAB dan meringis, tidak ada pemakaian laksatif.
d. tidur, selama sehat pola tidur teratur, malam 9-10 jam, siang 1,5 jam, jumlah jam tidur 11,5
jam. waktu sakit, pola teratur, malam 9-10 jam, siang 11,5 jam,
e. kebutuha bermain, waktu sehat, jenis permainan tepuk tangan frekuensi sering jika ps tidak
bisa tidur, 16 menit tiap bermain, teman bermain ibu pasien. waktu sakit permainan sama.
9. Pemeriksaan Fisik
a. kepala : lingkar kepala 37 cm, distribusi rambut hanya dibagian atas saja tekstur rambut
halus, warna hitam, tidak ada lesi, wajah agak pucat.
b. Mata : mata simetris, palpebra tidak ada pembengkakan, konjungtiva agak pucat, sclera
putih,m ukuran pupil 2 cm, reaksi pupil +/+ kiri dan kanan..
c. Hidung : hidung simetris, warna sama dengan kulit sekitar, bersih, septumdan konka hidung
tidak ada kelainan, tidak ada sekret dan polip.
d. Telinga: posis sejajar kiri dan kana, tidak ada secret, membrane timpani tidak ada
peradangan, ketajaman penuh. Tidak ada nyri aurikel dan mastoid.
e. Mulut : simetris, bersih, bibir normal, gigi belum lengkap, tonsil normal.
f. Thorak / dada paru : bentuk normal chest, simetris, pernafasan dada, gerakan paru simetris,
ekspansi dada simetris, taktil fremitus teraba, sura paru sonor, suara nafas vesikuler, tidak ada
suara nafas tambahan.
g. Jantung: iktus kordis tidak terlihat, precordial fraction rub tidak terlihat, iktus kordis teraba,
batas jantung jelas dan tidak ada pembesaran, suara organ jantung pekak, bunyi jantung S1
dan S2 terdengar, intensitas S1>S2 dan bunyi reguler.Tidak ada bunyi jantung tambahan.
h. Abdomen dan anus : abdomen bentuk soepel, simetris, warna sama dengan kulit sekitar,
tidak ada lesi dan asites. Bising usus 38 x / menit, bunyi bruit tidak terdengar. Suara abdomen
tympani, tidak terdapat massa dan pembesaran, titik mc burney tidak ada nyeri, tanda
peritonitis tidak ada. Palpasi dalam pada hepar dan limpa tidak terdapat pembesaran dan
nyeri. Warna anus merah muda / kemerah-merahan. terdapat lesi, tidak ada fistula dan
hemoroid.
i. Genitalia : simetris, tidak terpasang kateter dan tidak ada kelainan.
j. Ektremitas dan punggung : punggung tidak ada lesi, tidak ada nyeri dan kelainan tulang
belakang. Ekstremitas simetris, tidak ada edema dan deformitas tulang. Palpasi tulang dan
sendi normal. Kekuatan otot 5. Tidak ada keterbatasan gerak.
k. Kulit : lesi tidak ada, kulit lembab, turgor elastisitas, tekstur elastic, tidak ada kemerah
merah.
10. Pemeriksaan Neurologis
Reflek fisiologis: babynski +, rooting +, soaking lemah, bayi malas mengisap putting susu
ibunya, reflek meningeal: kejang + tiap sebentar,sekitar 5 detik.
11. Hasil Pemeriksaan Diagnostic
- Pemeriksaan Hb = 9,8 gr% ( 04 Nov. 2010)
- Pemeriksaan Hb = 10,2 gr% ( 05 Nov. 2010)
- Pemeriksaan Hb = 10,7 gr% ( 06 Nov. 2010)
12. Terapi Yang Diberikan
02-11-2010 :
Luminal 2 x 15 mg
Oralit 50 mg tiap mencret
Diit ML 700 kkal
IVFD Kaen IIIB 28 tts / i
03-11-2010 :
Luminal 2 x 15 mg
Oralit 50 mg tiap mencret
Diit ML 700 kkal
IVFD Kaen IIIB 28 tts / i
02-11-2010 :
Luminal 2 x 15 mg
Oralit 50 mg tiap mencret
Diit ML 700 kkal
IVFD Kaen IIIB 28 tts / i
B. Analisa Data
No
.
Data Fokus Penyebab Masalah
1. DO: BAB encer, berlendir serta berdarah KU ps. Lemah Bising usus 38x/menit BAB 7-8 Perhari TTV: Suhu: 36,6 C, Nadi 140 x/menit, RR 46
x/menitDS:
Keluaga mengatakan BAB encer sudah 4 hari, jumlah sedikit.
Alergi susu
sapi
Diare
2. DO: Warna anus kemerahan Terdapat lesi disekitar anus Frekuensi diare 7-8 x/ hari Daerah sekitar anus lembab
DS: Keluarga mengatakan lesi dibagian anus sudah 2
hari.
ekskresi/BAB
sering
Kerusakan
integritas
kulit
3. Do:Bayi tampak malas menyusu kepada ibunyaReflek menyusu lemahBB turun = 6,5 kg – 6 kg dalam 3 hariKU lemahPs. Hanya minum susu ASIHb: 9,8 gr%Wajah bayi agak pucat
DS:
Kelemahan
reflek
menyusui
Menyusui
tidak efektif
Ibunya mengataka bahwa jarang menyusui anaknya
Ibunya mengatakan mrnyusui anaknya tidak teratur
C. Diagnosa Keperawatan
Diare b.d Alergi susu sapi kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui
D. Intervensi
No
Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil(NOC)
Intervensi(NIC)
1 Diare b.d Alergi susu sapiDitandai dengan :
Keluaga mengatakan BAB encer sudah 4 hari, jumlah sedikit.
BAB encer, berlendir serta berdarah
KU ps. Lemah Bising usus 38x/menit BAB 7-8 Perhari TTV: Suhu: 36,6 C,
Nadi 140 x/menit, RR 46 x/menit
Setelah dilakukan tidakan keperawatan dalam 5 x 24 jam eliminasi BAB dan status hidrasi efektif.
Kriteria hasil: Tidak ada diare Konsistensi tidak cair Ada ampas Tidak ada tanda-tanda
dehidrasi TTV dalam batas normal Bising usus dalam batas
normal
Fluid management Timbang popok/pembalut
jika diperlukan Pertahankan catatan intake
dan output yang akurat Monitor status hidrasi
(kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik), jika diperlukan
Monitor vital sign Monitor masukan makanan /
cairan dan hitung intake kalori harian
Kolaborasikan pemberian cairan intravena IV
Monitor status nutrisi Dorong masukan oral Kontrol bising usus Dorong keluarga untuk
membantu pasien minum susu
Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk
Berikan oralit sesuai indikasi2 kerusakan integritas
kulit b/d ekskresi/BAB seringDO:
Warna anus kemerahan Terdapat lesi disekitar
anus Frekuensi diare 7-8 x/
Setelah dilakukan tidakan keperawatan dalam 5 x 24 jam membrane mukosa dan kulit kembali efektif
Kriteria Hasil :Integritas kulit yang baik bisa
dipertahankan (sensasi,
Skin care Hindari kerutan padaa tempat
tidur Jaga kebersihan kulit agar
tetap bersih dan kering Mobilisasi pasien (ubah posisi
pasien) setiap dua jam sekali Monitor kulit akan adanya
hari Daerah sekitar anus
lembabDS:Keluarga mengatakan lesi dibagian anus sudah 2 hari.
elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi)
Tidak ada luka/lesi pada kulitPerfusi jaringan baik Menunjukkan pemahaman
dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya sedera berulang
Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami
kemerahan Oleskan lotion atau
minyak/baby oil pada derah yang tertekan
Monitor status nutrisi pasien Memandikan pasien dengan
sabun dan air hangat Jaga kulit tetap kering
3 Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui d.d:Do:
Bayi tampak malas menyusu kepada ibunya
Reflek menyusu lemah BB turun = 6,5 kg – 6
kg dalam 3 hariKU lemah
Ps. Hanya minum susu ASI
Hb: 9,8 gr%Wajah bayi agak pucat
DS: Ibunya mengatakan
bahwa jarang menyusui anaknya
Ibunya mengatakan mrnyusui anaknya tidak teratur
Setelah dilakukan tidakan keperawatan dalam 7 x 24 jam status nutrisi dan menyusui efektif.Kriteria Hasil :
Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
malnutrisi Tidak terjadi penurunan
berat badan yang berarti Ibu mau menyusui
anaknya dengan teratur Reflek menyusui anak baik Hb dalam batas normal Bayi tidak lagi malas
mengisap putting susu Bayi tidak lagi pucat
Nutrition Management Kaji BB setiap hari Kaji adanya kelemahan dan
kelasan bayi dalam menyusui Kaji kadar Hb Ajarkan ibu pentingnya
memberi susu secara teratur Kaji adanya pucat Beritahu ibu pentingnya ASI
bagi bayi
E. Implementasi dan Evaluasi
Tanggal/ hari
Jam No. Dx
Implementasi Evaluasi Paraf
04Nov.2010
Kamis
09.0009.1010.00
12.0012.3012.45
I Mengukur TTV Mengkaji keadaan
umum ps Memberikan cairan
lewat infus Mengukur balance
cairan
S: - O:
berat popok 500 grTTV: S: 36,6 C
N: 140x/menit RR:46 X/menit
- IVFD=RL 20 tts / menit
TTD
13.00 Mengkaji BAB Menimbang popok Mengukur bising
usus
mikro.- Balance cairan +150 ml- KU ps lemah- BAB encer, berlendir, dan
berdarah- Bisisng usus = 38 x /
menitA: Diare b.d Alergi susu sapi belum teratasiP: Intervensi dilanjutkan
04Nov.2010
Kamis
09.0009.10
19.15
10.0012.00
II Mengkaji adnya lesi Mengkaji frekuensi
diare setiap 24 jam Mengobservasi
tanda – tanda kerusakan integritas kulit
Memandikan ps Melakukan
verbeden
S: keluaga mengatakan ada
lesi dibagian anusO:
frekuensi diare 7-8 x/ hari terdapat kemerahan
disekitar anus verbeden setiap hari ps. Tamapk tenag setelah
dimandikan dan diberi lotionA: kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering belum teratasiP: Intervensi dilanjutkan
TTD
04Nov.2010
Kamis
10.00
12.0012.1012.1512.30
12.45
III mengkaji kekuatan menusui pada bayi
menimbang BB Mengkaji turgor kulit Mengkaji adanya
alergi Mengkaji tingkat
kerajinan ibu dalam menyusui bayinya.
Memberiakn diit sesuai indikasi
Mengukur Hb
S:-O:
- Ps. Alergi susu sapi- Diit diberikan sesuai
konsultasi ahli gizi- BB: 6 kg- Turgor kulit jelek- Lingkungan nyaman
selama pemberian diit- Tidak ada perubahan
pigmen kulit- Hb 9,8 gr%
A: Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui belum teratasiP : intervensi dilanjutkan
TTD
Tanggal/ hari
Jam No. Dx
Implementasi Evaluasi Paraf
06Nov.2010
Sabtu
09.0009.1010.00
12.00
I Mengukur TTV Mengkaji keadaan
umum ps Memberikan cairan
lewat infus
S: - O:
berat popok 400 grTTV: S: 36,8 C
N: 148 x /menit
TTD
12.3012.4513.00
Mengukur balance cairan
Mengkaji BAB Menimbang popok Mengukur bising
usus
RR:50 x /menit- IVFD=RL 20 tts / menit
mikro.- Balance cairan +170 ml- KU ps lemah- BAB encer, berlendir, dan
berdarah- Bisisng usus = 36 x /
menitA: Diare b.d Alergi susu sapi belum teratasiP=Intervensi dilanjutkan
06Nov.2010
Sabtu
09.0009.10
19.15
10.0012.00
II Mengkaji adnya lesi Mengkaji frekuensi
diare setiap 24 jam Mengobservasi
tanda – tanda kerusakan integritas kulit
Memandikan ps Melakukan
verbeden
S: keluaga mengatakan
masih ada lesi dibagian anusO:
frekuensi diare 6-7 x / hari
terdapat kemerahan disekitar anus
verbeden setiap hari ps. Tampak tenag setelah
dimandikan dan diberi lotionA: kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering belum teratasiP: Intervensi dilanjutkan
TTD
06Nov.2010
Sabtu
10.00
12.0012.1012.1512.30
12.45
13.00
III mengkaji kekuatan menusui pada bayi
menimbang BB Mengkaji turgor kulit Mengkaji adanya
alergi Mengkaji tingkat
kerajinan ibu dalam menyusui bayinya.
Memberiakn diit sesuai indikasi
Mengukur Hb
S:-O:
- Ps. Alergi susu sapi- Diit diberikan sesuai
konsultasi ahli gizi- BB: 6,1 kg- Turgor kulit jelek- Lingkungan nyaman
selama pemberian diit- Tidak ada perubahan
pigmen kulit- Hb 10,2 gr%
A: Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui belum teratasiP : intervensi dilanjutkan
TTD
Tanggal/ hari
Jam No. Dx
Implementasi Evaluasi Paraf
05Nov.
09.0009.10
I Mengukur TTV Mengkaji keadaan
S: - O:
TTD
2010
Jumat
10.00
12.0012.3012.4513.00
umum ps Memberikan cairan
lewat infus Mengukur balance
cairan Mengkaji BAB Menimbang popok Mengukur bising
usus
berat popok 350 grTTV: S: 36,5 C
N: 140 x /menit RR: 46 x /menit
- IVFD=RL 20 tts / menit mikro.
- Balance cairan +170 ml- KU ps lemah- BAB encer, berlendir, dan
berdarah- Bising usus = 32 x / menit
A: Diare b.d Alergi susu sapi belum teratasiP=Intervensi dilanjutkan
05Nov.2010
Jumat
09.0009.10
19.15
10.0012.00
II Mengkaji adnya lesi Mengkaji frekuensi
diare setiap 24 jam Mengobservasi
tanda – tanda kerusakan integritas kulit
Memandikan ps Melakukan
verbeden
S: keluaga mengatakan
masih ada lesi dibagian anusO:
frekuensi diare 5 x / hari terdapat kemerahan
disekitar anus verbeden setiap hari ps. Tampak tenag setelah
dimandikan dan diberi lotionA: kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering belum teratasiP: Intervensi dilanjutkan
TTD
05Nov.2010
Jumat
10.00
12.0012.1012.1512.30
12.45
13.00
III mengkaji kekuatan menusui pada bayi
menimbang BB Mengkaji turgor kulit Mengkaji adanya
alergi Mengkaji tingkat
kerajinan ibu dalam menyusui bayinya.
Memberiakn diit sesuai indikasi
Mengukur Hb
S:-O:
- Ps. Alergi susu sapi- Diit diberikan sesuai
konsultasi ahli gizi- BB: 6,3 kg- Turgor kulit jelek- Lingkungan nyaman
selama pemberian diit- Tidak ada perubahan
pigmen kulit- Hb 10,7 gr%
A: Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui belum teratasiP : intervensi dilanjutkan
TTD
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Sesuai dengan pengkajian teoritis dibandingkan dengan Pengkajian pada Anak Arya dengan
Gastroenteritis maka didapatkan data senajng sebagai berikut :
No
.
Data Senjang Penyebab Masalah
1. DO: BAB encer, berlendir serta berdarah KU ps. Lemah Bising usus 38x/menit BAB 7-8 Perhari TTV: Suhu: 36,6 C, Nadi 140 x/menit, RR 46
x/menitDS:
Keluaga mengatakan BAB encer sudah 4 hari, jumlah sedikit.
Alergi susu
sapi
Diare
2. DO: Warna anus kemerahan Terdapat lesi disekitar anus Frekuensi diare 7-8 x/ hari Daerah sekitar anus lembab
DS: Keluarga mengatakan lesi dibagian anus sudah 2
hari.
ekskresi/BAB
sering
Kerusakan
integritas
kulit
3. Do:Bayi tampak malas menyusu kepada ibunyaReflek menyusu lemahBB turun = 6,5 kg – 6 kg dalam 3 hariKU lemahPs. Hanya minum susu ASIHb: 9,8 gr%Wajah bayi agak pucat
DS: Ibunya mengatakan bahwa jarang menyusui
anaknya Ibunya mengatakan mrnyusui anaknya tidak teratur
Kelemahan
reflek
menyusui
Menyusui
tidak efektif
Data senjang diatas sesuai dengan pengkajian teoritis yang telah dibuat.
B. Diagnosa Keperawatan
Secara teoritis diagnosa keperawatan yang berkemungkinan muncul pada diare ada 6 diagnosa.
Dari 6 diagnosa keperawatan tersebut, hanya 3 diagnosa yang kelompok temukan pada kasus ini.
Adapun diagnosa yang muncul pada anak Arya Yaitu:
1. Diare b.d Alergi susu sapi
Diagnosa ini diangkat karena bayi tersebut diare disebabkan oleh alergi susu sapi.
2. kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering
Diagnosa ini diangkat karena pada anus pasien sudah terdapat lesi dan warnanya merah muda
3. Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui
Diagnosa ini diangkat karena bayi tampak malas menyusui dan menyusui tidak teratur
C. Perencanaan
1. Intervensi Fluid management diangkat diharapkan eliminasi BAB dan status hidrasi bias
efektif
2. Intervensi Skin care diangkat diharapkan membrane mukosa dan kulit kembali efektif
3. Intervensi Nutrition Management diangkat diharapkan status nutrisi dan menyusui efektif.
4. Implementasi
a. Diare b.d Alergi susu sapi
1. Mengukur TTV
2. Mengkaji keadaan umum ps
3. Memberikan cairan lewat infus
4. Mengukur balance cairan
5. Mengkaji BAB
6. Menimbang popok
7. Mengukur bising usus
b. kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering
1. Mengkaji adnya lesi
2. Mengkaji frekuensi diare setiap 24 jam
3. Mengobservasi tanda – tanda kerusakan integritas kulit
4. Memandikan ps
5. Melakukan verbeden
c. Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui
1. mengkaji kekuatan menusui pada bayi
2. menimbang BB
3. Mengkaji turgor kulit
4. Mengkaji adanya alergi
5. Mengkaji tingkat kerajinan ibu dalam menyusui bayinya.
6. Memberiakan diit sesuai indikasi
7. Mengukur Hb
Dalam asuhan keperawatn hanya implementasi diatas saja yang dilaksanakan, ada beberapa intervensi
yang tidak dilakukan karena keterbatasan waktu bagi kelompok untuk mengelola pasien.
E. Evaluasi
Dalam evaluasi ini tidak semua criteria hasil dapat tercapai karena keterbatasan waktu dari
kelompok untuk mengelola asuhan keperawatan pada anak Arya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penerapan proses keperawatan yang kelompom lakukan pada An. A dengan
Gastroenteritis diruangan Merak I RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dapat ditemukan 3
diagnosa keperawatan yang muncul yaitu:
Diare b.d Alergi susu sapi
kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering
Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui
Setelah Perencanaan keperawatan disusun, dalam pelaksanaan keperawatan,
kelompok dapat melaksanakan semua rencana keperawatan yang telah disusun Dalam
melaksanakan tindakan keperawatan kelompok bekerjasama dengan klien, keluarga, dan
perawat ruangan. Selain itu, implementasi keperawatan tersebut disesuaikan dengan kondisi
dan fasilitas ruangan perawatan klien.
B. Saran
Bagi Institusi
Diharapkan dapat menambah koleksi bacaan di perpustakaan sehingga mudah dalam
pembuatan tugas.
Bagi Rumah Sakit
Diharapkan data ini dapat menjadi referensi dalam pembuatan asuhan keperawatan yang
mengacu pada standar SNL (Standard Nursing Language) yang dianjurkan oleh NANDA.
DAFTAR PUSTAKA
A.H. Markum, 1991, Buku Ajar Kesehatan Anak, jilid I, Penerbit FKUI
Ngastiyah, 997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta
Price & Wilson 1995, Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1, Ed.4,
EGC, Jakarta
Soetjiningsih 1998, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta
Soeparman & Waspadji, 1990, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI, Jakarta.
Suharyono, 1986, Diare Akut, lembaga Penerbit Fakultas Kedokteran UI, Jakarta
Whaley & Wong, 1995, Nursing Care of Infants and Children, fifth edition, Clarinda
company, USA.
NIC (Nursing Intervention Classification)
NOC (Nursing Outcomes Classification)
NANDA