45
Makalah Kelompok Respirasi-2 D6 Lisa Nauli Siagian 102009149 Cynthia cristiviane 102009198 Febri ekawati 102009209 Sarah Regina Christy 102009230 Andre.Dermawan 102009240 Florentina 102009264 Kristina 102009247 Hana christiyanti 102009266 Nur Hamizah Binti Hashim 102009322 Jeyabaskaran Renganathen 102009332 FK Universitas Kristen Krida Wacana 1

89499412 Makalah Kelompok18 Kasus 3 Pneumothorax

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pneumotoraks

Citation preview

Page 1: 89499412 Makalah Kelompok18 Kasus 3 Pneumothorax

Makalah Kelompok

Respirasi-2

D6

Lisa Nauli Siagian 102009149

Cynthia cristiviane 102009198

Febri ekawati 102009209

Sarah Regina Christy 102009230

Andre.Dermawan 102009240

Florentina 102009264

Kristina 102009247

Hana christiyanti 102009266

Nur Hamizah Binti Hashim 102009322

Jeyabaskaran Renganathen 102009332

FK Universitas Kristen Krida Wacana

DAFTAR ISI

1

Page 2: 89499412 Makalah Kelompok18 Kasus 3 Pneumothorax

Bab I: Pendahuluan.................................................................................................................3

1.1 Latar belakang1.2 Tujuan

Bab II: Pembahasan...........................................................................................................4-26

A. Anamnesis B. Pemeriksaan C. Diagnosis bandingD. Working diagnosis E. Klasifikasi dan etiologiF. Epidemiologi G. Patogenesis H. Manifestasi klinisI. PenatalaksanaanJ. Komplikasi K. Pencegahan L. Prognosis

Bab III: Penutup.....................................................................................................................27

Bab IV: Daftar pustaka....................................................................................................28-29

2

Page 3: 89499412 Makalah Kelompok18 Kasus 3 Pneumothorax

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Trauma toraks merupakan penyebab utama kematian. Banyak penderita trauma toraks

datang dengan keadaan kritis, lalu meninggal setelah sampai di rumah sakit. Untuk itu

diperlukan diagnosis yang cepat dan terapi yang adekuat. Kurang dari 10% dari cedera

tumpul toraks dan 15-30% dari cedera tembus toraks yang membutuhkan tindakan

torakotomi. Mayoritas kasus trauma toraks dapat diatasi dengan prosedur resusitasi, peralatan

yang lengkap, dan perawatan rawat inap yang tepat. Pneumotoraks adalah keadaan

terdapatnya udara atau gas dalam rongga pleura. Pada keadaan normal rongga pleura tidak

berisi udara, sehingga paru-paru dapat leluasa mengembang terhadap rongga dada. Pneumotoraks

didefinisikan sebagai adanya udara atau gas dalam rongga pleura, yaitu, di ruang potensial

antara pleura viseral dan parietal paru. Hasilnya adalah kolapsnya paru-paru pada sisi yang

terkena. Udara bisa masuk ruang intrapleural melalui hubungan dari dinding dada (yaitu,

trauma) atau melalui parenkim paru-paru di pleura visceral.1

1.2 Tujuan

Tujuan dibuatnya makalah ini yaitu untuk menambah wawasan dan pengetahuan

mengenai pneumotoraks. Juga sebagai tambahan bahan materi pembelajaran agar dapat lebih

menguasai materi perkuliahan.

3

Page 4: 89499412 Makalah Kelompok18 Kasus 3 Pneumothorax

BAB II

PEMBAHASAN

Skenario 3

Seorang laki-laki 30 tahun datang ke Unit Gawat Darurat RS, dengan keluhan sesak

nafas dan nyeri pada dada sebelah kanan, setelah menabrak truk saat sedang mengendarai

sepeda motor. Menurut pasien saat kejadian stang motor sebelah kanan menghantam dada

kanannya dengan keras. Pada pemeriksaan fisik, tampak pasien sakit sedang, kesadaran

pasien Compos Mentis, TD : 120/80 mmHg, denyut nadi : 85x/menit. Saat menghitung

frekuensi pernafasan, tampak dada kanan pasien tidak mengembang seperti dada kirinya saat

pasien menarik nafas.

A. Anamnesis

Anamnesa merupakan suatu bentuk wawancara antara dokter dan pasien dengan

memperhatikan petunjuk-petunjuk verbal dan non verbal mengenai riwayat penyakit

pasien. Anamnesis bisa dilakukan pada pasien itu sendiri yang disebut Auto Anamnesa

apabila pasien dalam kondisi sadar dan baik, bisa juga melalui keluarga terdekat atau

orang yang bersama pasien selama ia sakit apabila pasien dalam kondisi tidak sadar atau

kesulitan berbicara disebut dengan Allo Anamnesa.2

Dengan dilakukanya anamnesis maka 70% diagnosis dapat ditegakkan. Sedangkan

30%nya lagi didapatkan dari pemeriksaan fisik, lab, dan radiologi (kalau diperlukan). Hal

yang perlu ditanyakan dokter pada saat anamnesis antara lain:2

Keluhan utama yakni gangguan atau keluhan yang terpenting yang dirasakan

penderita sehingga mendorong ia untuk datang berobat dan memerlukan

pertolongan serta menjelaskan tentang lamanya keluhan tersebut. Hal ini

merupakan dasar untuk memulai evaluasi pasien.

Riwayat pribadi merupakan segala hal yang menyangkut pribadi pasien seperti

data diri pasien seperti nama, tanggal lahir, umur, alamat, suku, agama, dan

pendidikan.

Riwayat sosial mencakup keterangan mengenai pekerjaan, aktivitas, perkawinan,

lingkungan tempat tinggal, dan lain-lain.

Riwayat penyakit dahulu merupakan riwayat penyakit yang pernah di derita

pasien pada masa lampau yang mungkin berhubungan dengan penyakit yang

dialami sekarang.

4

Page 5: 89499412 Makalah Kelompok18 Kasus 3 Pneumothorax

Riwayat keluarga meliputi segala hal yang berhubungan dengan peranan herediter

dan kontak antara anggota keluarga mengenai penyakit yang dialami.

Pada riwayat penyakit sekarang dapat menanyakan mengenai:

sejak kapan muncul gangguan atau gejala-gejala tersebut

frekuensi serangan atau kualitas penyakit

sifat serangan atau kuantitas penyakit

lamanya penyakit tersebut diderita

perjalanan penyakitnya, riwayat pengobatan sebelumnya

lokasi sakitnya

akibat yang timbul

gejala-gejala yang berhubungan

Pada kasus pneumotoraks, hal-hal yang perlu ditanyakan antara lain :3-6

Sesak napas tanyakan awal mula keluhan ini, lama, progresivitas, variabilitas,

derajat beratnya, faktor-faktor yang memperberat/meringankan dan keluhan

berkaitan lain. Tentukan apakah sesak napas terjadi secara mendadak dan semakin

memberat dalam waktu beberapa menit? (akibat pneumotoraks, ventil, emboli,

asma, aspirasi benda asing).

Sakit dada biasanya datang tiba-tiba seperti ditusuk-tusuk se tempat pada sisi

paru yang terkena, kadang-kadang menyebar ke arah bahu, hipokondrium dan

skapula. Rasa sakit bertambah waktu bernafas dan batuk. Sakit dada biasanya akan

berangsur -angsur hilang dalam waktu satu sampai empat hari. Batuk-batuk

biasanya merupakan keluhan yang jarang bila tidak disertai penyakit paru lain;

biasanya tidak berlangsung lama dan tidak produktif.2

Nyeri dada apakah seperti tusukan, tajam, semakin berat saat bernapas/batuk?

Tanyakan juga tanyakan awal mula keluhan ini, lama, progresivitas, variabilitas,

derajat beratnya, faktor-faktor yang memperberat/meringankan dan keluhan

berkaitan lain.

Adakah batuk-batuk?seperti apa batuknya?

Adakah riwayat trauma atau tindakan medis yang invasif.2

Hasil anamnesis berdasarkan dari skenario antara lain : Laki-laki 30 tahun, keluhan

sesak nafas dan nyeri dada sebelah kanan setelah menabrak truk yang saat mengendarai

5

Page 6: 89499412 Makalah Kelompok18 Kasus 3 Pneumothorax

motor. Menurut pasien saat kejadian, stang motor menghantam dada kanannya dengan

keras.

B. Pemeriksaan

Setelah melalui proses anamnesa dan diketahui keluhan dari pasien lalu dapat

dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan yang dimaksudkan untuk menegakkan diagnosis.

Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain: pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang2.

Pemeriksaan Fisik

Sakit dada dapat berasal dari dinding dada, pleura dan organ mediastinum. Paru

mendapatkan persarafan otonom eksklusif sehingga tidak dapat dijadikan sebagai

sumber sakit dada. Nyeri dada harus diuraikan mencakup lokasi nyeri dan

penyebarannya, awal mula keluhan, derajat nyeri, faktor yang

memperberat/meringankan misalnya efek terhadap pernapasan dan pergerakan.4

Nyeri pleura : sifatnya tajam, menusuk, terlokalisir dengan jelas dan semakin

berat pada saat menarik napas/batuk yang disebabkan oleh iritasi pleura

parietalis oleh proses inflamasi, infrak jantung akibat anoksia, keganasan dan

pneumotoraks. Nyeri alih dapat dirasakan pada puncak bahu yang sesuai atau

pada abdomen bagian atas.3,4

Nyeri dinding dada : dapat terjadi akibat adanya gangguan pada saluran

napas maupun kelainan muskuloskeletal. Nyeri yang timbul mendadak dan

terlokalisir setelah mengalami batuk-batuk yang hebat atau trauma langsung

menunjukan adanya injuri pada otot-otot interkostal atau faktur iga. Faktur iga

yang disebabkan oleh batuk yang hebat dapat menimbulkan nyeri pergerakan

dada tetapi nyerinya bersifat superfisial dan terdapat nyeri tekan pada iga

tersebut. 3,4

Nyeri mediastinum : memiliki ciri yang bersifat sentral/retrosentral serta

tidak berkaitan dengan pernapasan ataupun batuk (tidak dipengaruhi oleh

aktivitas fisik). Namun demikian, nyeri yang berasal dari trakea dan bronkus

akibat infeksi maupun iritasi oleh debu iritan dapat dirasakan sebagai panas di

daerah retrosternal, yang semakin berat bila pasien batuk. 3,4

6

Page 7: 89499412 Makalah Kelompok18 Kasus 3 Pneumothorax

Sesak Napas (Dispnea)

Merupakan keluhan subyektif yang timbul bila ada perasaan tidak nyaman gangguan /

kesulitan lainnya saat bernapas yang tidak sebanding dengan tingkat aktivitas.

Serangan sesak napas akut yang berat merupakan kedaruratan medis karena keadaan

ini menunjukkan adanya tension pneumothorax, asma, atau gagal jantung kiri akut. 3,4

1. Inspeksi 3,4

ada/tidaknya lesi pada dada seperti spider naevi, scar, pelebaran vena-vena

superfisial akibat bendungan vena dan sebagainya

menentukan jenis napas seperti torakal (tumor abdomen, peritonitis),

abdominal (PPOK lanjut) dan kombinasi seperti torakoabdominal pada

wanita sehat dan pria sehat abdominaltorakal. Perhatikan pasien apakah

menggunakan otot-otot bantu pernapasan, kalau ada biasanya pada pasien

RBC paru lanjut atau PPOK. Lihat apakah ada paru yang tertinggal? Kalau

ada berarti ada gangguan di daerah paru yang tertinggal.

warna tubuh, lihat adakah perubahan warna kulit seperti sianosis.

bentuk toraks antara lain; pectus exacavatum (dada dan tulang sterum cekung

ke dalam), pectus carinatum (dada dan tulang sterum menonjol ke depan),

barrel chest (diameter anteroposterior membesar) sedangkan posterior

perhatikan apakah berbentuk kifosis atau skoliosis.

pola pernapasan pasien : normal (iramanya teratur silih berganti inspirasi atau

ekspirasi) dan abnormal seperti takipnea (napas cepat dan dangkal),

hiperventilasi (napas cepat dan dalam), bradipnea (napas lambat) dan

sebagainya.

2. Palpasi3,4

Palpasi statis dilakukan untuk pemeriksaan kelenjar getah bening (tempat

predileksi tumbuh tumor), posisi mediastinum(menentukan trakea dan

denyuk apeks berada dalam posisi normal), dan palpasi dengan jari ke

daerah dada depan (untuk mengetahui ada tumor, nyeri tekan pada

dinding dada, krepitasi akibat emfisema subkutis dan lain-lain). Pada

pneumotorak ada pembengkakan dan krepitasi pada pada kulit tersebut

saat di palpasi.

Palpasi dinamis yaitu :

7

Page 8: 89499412 Makalah Kelompok18 Kasus 3 Pneumothorax

Pemeriksaan ekspansi paru yang normal adalah kedua sisi dada

harus sama-sama terangkat dan mengembang selama inspirasi

maksimal.

Pemeriksaan vokal fremitus, meletakkan kedua telapak tangan pa

permukaan dinding dada lalu minta pasien menyebutkan 77 atau

99 dan rasakan getarannya. Dilaporkan sebagai normal,

melemah(hidrotorak, atelektasis) dan mengeras(pneumonia, TBC

aktif).

3. Perkusi melakukan pengetukan pada dada dengan jari dan mendengarkan bunyi

ketukan yaitu: sonor(paru normal), hipersonor (pneumotorak, emfisema, bula

yang besar), redup (pneumonia, efusi pleura sedang), pekak(tumor paru,efusi

pleura masif) dan timpani (lambung). Pengetukan bergantian secara zigzag

(kanan-kiri). 3,4

4. Auskultasi mendengarkan suara dengan stestoskop. Suara napas melemah

sampai menghilang, fremitus melemah sampai menghilang, resonansi perkusi

dapat normal atau meningkat (hipersonor). Pneumotoraks ukuran besar biasanya

didapatkan suara napas yang melemah bahkan sampai menghilang pada

auskultasi, fremitus raba menurun dan perkusi hipersonor. Pneumotoraks tension

dicurigai apabila didapatkan adanya takikardia berat, hipotensi dan pergeseran

mediastinum atau trakea. 3,4

8

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal* Interpretasi

Tekanan darah 120/80 mmHg 120/80 mmHg Normal

Denyut nadi 85x / menit 70-80 x / menit Lebih cepat

Pemeriksaan Fisik Tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis dan

dada kanan pasien tidak mengembang seperti dada

kirinya pada saat inspirasi

Page 9: 89499412 Makalah Kelompok18 Kasus 3 Pneumothorax

Tabel 1. Hasil pemeriksaan fisik berdasarkan skenario

Pemeriksaan Penunjang3-9

Foto toraks dapat menegakan diagnosis. Deviasi mediastinal menunjukan

adanya tegangan (tension). Pada foto toraks juga akan diketahui bila ada

penyakit paru. Pemeriksaan foto dada garis pleura viseralis tampak putih, lurus

atau cembung terhadap dinding dada dan terpisah dari garis pleura parietalis.

Celah antara kedua garis pleura tersebut tampak lusens karena berisi kumpulan

udara dan tidak didapatkan corakan vaskular pada daerah tersebut. Pada

tension pneumotoraks gambaran foto dadanya tampak jumlah udara pada

hemitoraks yang cukup besar dan susunan mediastinum yang bergeser ke arah

kontralateral.

Saturasi oksigen harus diukur biasanya normal kecuali ada penyakit paru.

Ultrasonografi atau CT keduanya lebih baik daripada foto toraks dalam

mendeteksi pneumotoraks kecil dan biasanya digunakan setelah biopsi paru

perkutan. Pemeriksaan Computed Tomography (CT-scan) mungkin diperlukan

apabila dengan pemeriksaan foto dada diagnosis belum dapat ditegakan.

Pemeriksaan ini lebih spesifik untuk membedakan antara emfisema bullosa

dengan pneumotoraks, batas antara udara dengan cairan intra dan

ekstrapulmoner serta untuk membedakan antara pneumotoraks spontan primer

atau sekunder. Sensitivitas pemeriksaan CT-scan untuk mendiagnosis

emfisema subpleura yang bisa menimbulkan pneumotoraks spontan primer

antara 80-90%.

Analisis gas darah arteri memberikan gambaran hipoksemia meskipun pada

kebanyakan pasien sering tidak diperlukan. Pada sebuah penelitian didapatkan

17% dengan PO2 < 55 mmHg, 4% dengan PO2 < 45 mmHg, 16% dengan

PCO2 > 50 mmHg dan 4% dengan PCO2 > 60 mmHg. Pada pasien PPOK lebih

mudah terjadi pneumotoraks spontan.

9

Page 10: 89499412 Makalah Kelompok18 Kasus 3 Pneumothorax

Pneumotoraks primer paru kiri sering menimbulkan perubahan aksis QRS dan

gelombang T prekordial pada rekaman elektrokardiografi (EKG) dan dapat

ditafsirkan sebagai Infark Miokard Akut (IMA).

Pemeriksaan endoskopi (torakoskopi) merupakan pemeriksaan invasive,

tetapi memiliki sensitivitas yang lebih besar dibandingkan pemeriksaan CT-

scan. Menurut Swierenga dan Vanderschueren, berdasarkan analisa dari 126

kasus pada tahun 1990, hasil pemeriksaan endoskopi dapat dibagi menjadi 4

derajat yaitu :

Derajat I : pneumotoraks dengan gambaran paru yang mendekati normal

(40%)

Derajat II : pneumotoraks dengan perlengketan diserati hemotoraks (12%)

Derajat III : pneumotoraks dengan diameter bleb atau bulla < 2 cm (31%)

Derajat IV: neurotoraks dengan banyak bulla yang besar, diameter > 2 cm

(17%).

C. Diagnosis Banding

1. Hemotoraks

Istilah hemotoraks dipakai untuk menyatakan perdarahan sejati ke dalam

rongga pleura dan tidak dimaksudkan untuk menyatakan efusi pleura yang berdarah.

Dibagi menjadi hemotoraks ringan bila jumlah darah sampai 300 ml saja. Hemotoraks

sedang bila jumlah darah sampai 800 ml dan hemotoraks berat bila jumlah darah

melebihi 800 ml. Trauma dapat diklasifikasikan sebagai trauma tembus (misalnya

luka tusuk ) atau trauma tumpul (fraktur iga yang selanjutnya menyebabkan laserasi

paru atau pembuluh darah interkostal). Pengumpulan darah dalam rongga toraks akan

menekan paru-paru sehingga mengganggu ventilasi yang berakibat hipoksia.

Gabungan hipovolemia dan hipoksia akan menyebabkan kematian. Penanggulangan

hemotoraks dengan pemasangan tube torakostomi dengan WSD atau CSD untuk

evakuasi darah adalah tindakan penyelamatan jiwa penderita.11

Bila ada sisa darah akan menimbulkan komplikasi gangguan pengembangan

paru, kronik atelektasis, pneumoni dan empiema. Gejala utamanya adalah syok

hipovolemik .11

Perbandingan pneumotoraks dan hemotoraks11

10

Page 11: 89499412 Makalah Kelompok18 Kasus 3 Pneumothorax

Sisi yang terkena tak ikut pada pernapasan, perkusi hipersonor (pada pneumotoraks)

atau pekak (pada hemotoraks) atau terdapat bersama-sama (hemopneumotoraks);

suara napas menghilang.

Mungkin disertai emfisema subkutis dan patah tulang iga.

Bila keluhan sesak napas dibalik (nyeri) cepat memberat curiga adanya tension

pneumotoraks

Radiologik tampak bayangan paru mengecil, dikelilingi daerah radiolusen

(pneumotoraks), bila ada daerah radioopak menandakan adanya hemotoraks.

2. Efusi pleura

Efusi pleura, yaitu adanya cairan yang tertimbun dalam rongga pleura dan

memisahkan paru yang terisi udara dengan dinding dada sehingga menyekat transmisi

bunyi. Dalam keadaan normal, jumlah cairan dalam rongga pleura sekitar 10-200 ml.

Cairan pleura komposisinya sama dengan cairan plasma, kecuali pada cairan pleura

mempunyai kadar protein lebih rendah yaitu < 1,5 gr/dl. Etiologi terjadinya efusi

pleura bermacam-macam, yaitu: tuberkulosis paru (merupakan penyebab yang paling

sering di Indonesia), penyakit primer pada pleura, penyakit penyakit sistemik dan

keganasan baik pada pleura maupun diluar pleura.12

Efusi pleura dapat berupa transudat atau eksudat. Transudat terjadi pada

peningkatan tekanan vena pulmonalis, misalnya pada gagal jantung kongestif.

Transudasi juga dapat terjadi pada hipoproteinemia, seperti pada penyakit hati dan

ginjal. Penimbunan transudat dalam rongga pleura disebut hidrotoraks. Penimbunan

eksudat disebabkan oleh peradangan permeabilitas kapiler pleura dan akibat

peningkatan permeabilitas kapiler atau gangguan absorpsi getah bening. Jika efusi

pleura mengandung nanah, keadaan ini disebut empiema. Empiema disebabkan oleh

perluasan infeksi dari struktur yang berdekatan dan merupakan komplikasi dari

pneumonia, abses paru atau perforasi karsinoma dalam rongga pleura.Duktus

torasikus juga dapat mengeluarkan getah bening ke dalam rongga pleura sebagai

akibat trauma atau keganasan, keadaan ini dikenal dengan nama kilotoraks.13

Gejala klinisnya dari asimptomatis sampai sesak napas berupa nyeri dada,

sesak nafas, batuk-batuk, panas. Lebih senang tidur/baring ke satu arah (sisi yang

berupa cairan). Keluhan-keluhan tersebut tergantung dari jumlah dan jenis cairan;

kalau banyak atau purulent keluhan lebih berat.12

11

Page 12: 89499412 Makalah Kelompok18 Kasus 3 Pneumothorax

Pada pemeriksaan didapatkan :

Pada sisi yang sakit, dinding dada lebih cembung dan gerakan tertinggal.

Bunyi perkusi : redup (dull) hingga pekak (flat) pada daerah cairan. Trakea bergeser

ke sisi yang berlawanan pada efusi yang banyak. Mediastinum terdorong ke sisi yang

sehat. Iktus kordis berpindah ke sisi yang sehat. Bunyi pernapasan berkurang hingga

tidak terdengar, tetapi bunyi pernapasan bronchial dapat terdengar di dekat bagian

puncak efusi yang luas. Tidak terdengar bunyi tambahan, kecuali kemungkinan

pleural rub. Fremitus taktil dan bunyi suara yang ditransmisikan: berkurang hingga

tidak terdengar, tetapi dapat meningkat ke arah bagian puncak efusi yang luas.10

Tabel 2. Tanda dan gejala efusi pleura dan pneumotoraks13

EFUSI PLEURA PNEUMOTORAKS

Dispnea bervariasi Dispnea (jika luas)

Nyeri pleuritik biasanya mendahului efusi jika

penyakit pleura

Nyeri pleuritik hebat

Trakea bergeser menjauhi sisi yang mengalami

efusi

Trakea bergeser menjauhi sisi yang mengalami

pneumothoraks

Ruang intercostalis menonjol (efusi lebih berat) Takikardi, Sianosis (jika luas)

Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada

bagian yang terkena

Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada

bagian yang terkena

Perkusi meredup diatas efusi pleura Perkusi hipersonor diatas pneumotoraks

Egofoni diatas paru yang tertekan dekat efusi Perkusi meredup diatas paru yang kolaps

Suara napas berkurang diatas efusi pleura Suara napas berkurang atau tidak ad pada sisi

yang terkena

Fremitus vocal dan raba berkurang Fremitus vocal dan raba berkurang

3. Empyema

Suatu keadaan dimana nanah dan cairan dari jaringan yang terinfeksi terkumpul di

suatu rongga tubuh. Kata ini berasal dari bahasa Yunani ‘empyein’ yang artinya

menghasilkan nanah (supurasi). Empyema paling sering digunakan sebagai

12

Page 13: 89499412 Makalah Kelompok18 Kasus 3 Pneumothorax

pengumpulan nanah di dalam rongga di sekitar paru-paru (rongga pleura). Tapi,

kadang juga digunakan sebagai pengumpulan nanah di kandung empedu atau rongga

pelvic. Empyema di rongga pleural biasanya dikenal dengan empyema thoraks, untuk

membedakan dengan empyema di rongga tubuh lain. 3,5-9

Hampir 90 % kasus empyema thoraks disebabkan oleh Stapylococus aureus, dan

kurang sering akibat Pneumokokus terutama tipe 1 dan 3 dan Haemophilus influenza.

Adanya tanda cairan disertai pergerakan hemithoraks yang sakit berkurang. Terdengar

suara redup pada perkusi. Pada auskultasi suara nafas menurun sampai menghilang

disisi hemithorak yang sakit. Foto thoraks PA dan lateral didapatkan gambaran

opacity yang menunjukkan adanya cairan dengan atau tanpa kelainan paru. 3,5-9

Jika efusi pleura yang tertimbun adalah nanah maka disebut empiema, ini

disebabkan oleh perluasan infeksi dari struktur yang berdekatan dan merupakan

komplikasi dari pneumonia, abses paru, perforasi karsinoma ke dalam rongga pleura.

Apabila tidak di drainase secara baik akan membahayakan otot rangka toraks. Eksudat

yang mengalami peradangan maka akan terjadi perlekatan fibrosa antar pleura,

disebut denga Fibrotoraks. Bila terjadi fibrothoraks, trakea di mediastinum tertarik

ke sisi yang sakit dan juga tampak adanya penebalan. 3,5-9

4. Kilotoraks (cairan seperti susu di dalam rongga dada)

Disebabkan oleh suatu cedera pada saluran getah bening utama di dada (duktus

torakikus) atau oleh penyumbatan saluran karena adanya tumor. Rongga pleura yang

terisi cairan dengan kadar kolesterol yang tinggi terjadi karena efusi pleura menahun

yang disebabkan oleh tuberkulosis atau artritis rematoid. 3,5-9

5. Kanker paru

Dibedakan menjadi kanker paru jenis sel kecil dan jenis sel bukan kecil. Berdasarkan

histologi dibedakan menjadi 4 jenis sel utama yaitu karsinoma skuamosa (30%),

karsinoma sel kecil (sekitar 25%), adenokarsinoma (30%), dan karsinoma nukan sel

kecil (< 10%). Diagnosis kanker paru didasarkan pada keluhan dan gejala klinis, foto

toraks, bronkoskopi dan dipastikan dengan pemeriksaan histologi. Gejala klinis akan

muncul setelah stadium lanjut terdiri dari gangguan saluran napas, penekanan pada

atau penyusupan ke dalam alat sekitarnya dan metatasis sehingga menimbulkan gejala

batuk dan hemoptisis. Gangguan faal bronkus retensi lendir umumnya menimbulkan

13

Page 14: 89499412 Makalah Kelompok18 Kasus 3 Pneumothorax

pneumonitis yang berulang, lebih berat lagi abses paru, obstruksi bronkus dan

atelektaksis. 3,5-9

14

Page 15: 89499412 Makalah Kelompok18 Kasus 3 Pneumothorax

D. Working Diagnosis

Berdasarkan data yang didapatkan maka diagnosis kerja adalah Pneumotorak traumatik

E. Klasifikasi dan Etiologi

Adanya udara dalam rongga pleura akibat robeknya pleura Pneumotoraks dapat terjadi

secara spontan atau traumatik dan klasifikasi pneumotoraks berdasarkan penyebabnya

adalah sebagai berikut :3-10

Pneumotoraks Spontan adalah setiap pneumotoraks yang terjadi tiba-tiba tanpa

adanya suatu penyebab (trauma ataupun iatrogenik), ada 2 jenis yaitu :

1. Pneumotoraks Spontan Primer (PSP) adalah suatu pneumotoraks yang

terjadi tanpa ada riwayat penyakit paru yang mendasari sebelumnya,

umumnya pada individu sehat, dewasa muda, tidak berhubungan dengan

aktivitas fisik yang berat tetapi justru terjadi pada saat istirahat dan sampai

sekarang belum diketahui penyebabnya.

Gambar 1. pneumotoraks spontan primer kecil

www.medscape.com

2. Pneumotoraks Spontan Sekunder (PSS) adalah suatu pneumotoraks yang

terjadi karena penyakit paru yang mendasarinya (tuberkulosis paru, PPOK,

asma bronkial, pneumonia, tumor paru, dan sebagainya). Pasien PSS bilateral

dengan reseksi torakoskopi dijumpai adanya metastase paru yang primernya

berasal dar sarkoma jaringan lunak di luar paru.

15

Page 16: 89499412 Makalah Kelompok18 Kasus 3 Pneumothorax

Gambar 2. pneumotoraks spontan sekunder (SSP) dari radiasi / kemoterapi untuk limfoma.

www.medscape.com

Pneumotoraks Traumatik adalah pneumotoraks yang terjadi akibat suatu

trauma, baik truma penetrasi maupun bukan yang menyebabkan robeknya

pleura, dinding dada maupun paru. Pneumotoraks traumatik diperkirakan 40%

dari semua kasus pneumotoraks. pneumotoraks traumatik tidak harus disertai

dengan fraktur iga maupun luka penetrasi yang terbuka. Trauma tumpul atau

kontusio pada dinding dada juga dapat menimbulkan pneumotoraks. Beberapa

penyebab trauma penetrasi pada dinding dada adalah luka tusuk, luka temabk,

akibat tusukan jarum maupun pada saat dilakukan kanulasi vena sentral.

Berdasarkan kejadiannya pneumotoraks traumatik dibagi 2 jenis yaitu : 3-10

1. Pneumotoraks Traumatik Bukan Iatrogenik adalah pneumotoraks

yang terjadi karena jejas kecelakaan, misalnya jejas pada dinding dada

baik terbuka maupun tertutup, barotrauma.

2. Pneumotoraks Traumatik Iatrogenik adalah pneumotoraks yang terjadi

akibat komplikasi dari tindakan medis. Pneumotoraks jenis inipun masih

dibedakan menjadi 2, yaitu : 3-10

Pneumotoraks traumatik iatrogenik aksidental, adalah

pneumotoraks yang terjadi akibat tindakan medis karena

kesalahan/komplikasi tindakan tersebut, misalnya pada tindakan

parasentesis dada, biopsi pleura, biopsi transbronkial,

biopsi/aspirasi paru perkutaneus, kanulasi vena sentral, barotrauma

(ventilasi mekanik).

Pneumotoraks traumatik iatrogenik artifisial (deliberate),

adalah pneumotoraks yang sengaja dilakukan dengan cara mengisi

16

Page 17: 89499412 Makalah Kelompok18 Kasus 3 Pneumothorax

udara ke dalam rongga pleura melalui jarum dengan suatu alat

Maxwell box. Biasanya untuk terapi tuberkulosis (sebelum era

antibiotik), atau untuk menilai permukaan paru.

Berdasarkan jenis fistulanya pneumotoraks dapat dibagi menjadi 3, yaitu : 3-10

Pneumotoraks tertutup (simple pneumothorax) yaitu suatu pneumotoraks

dengan tekanan udara di rongga pleura yang sedikit lebih tinggi dibandingkan

tekanan pleura pada sisi hemitoraks kontralateral tetapi tekanannya masih lebih

rendah dari tekanan atmosfir. Pada jenis ini tidak didapatkan defek atau luka

terbuka dari dinding dada.

Pneumotoraks terbuka (open pneumothorax) terjadi karena luka terbuka

pada dinding dada sehingga pada saat inspirasi udara dapat keluar melalui luka

tersebut. Pada saat inspirasi, mediastinum dalam keadaan normal tetapi pada

saat ekspirasi mediastinum bergeser ke arah sisi dinding dada yang terluka

(sucking wound).

Tension pneumothorax terjadi karena mekanisme check valve yaitu pada saat

inspirasi udara masuk ke dalam rongga pleura, tetapi pada saat ekspirasi udara

dari rongga pleura tidak dapat keluar. Semakin lama tekanan udara di dalam

rongga pleura akan meningkat dan melebihi tekanan atmosfir. Udara yang

terkumpul dalam rongga pleura ini dapat menekan paru sehingga sering

menimbulkan gagal napas. Pneumotoraks ini juga sering disebut pneumotoraks

ventil.

Penyebab pneumotoraks iatrogenik meliputi:

Aspirasi jarum biopsi nodul transthoracic paru (penyebab yang paling umum,

akuntansi untuk 32-37% kasus).

Transbronkial atau biopsi pleura

Thoracentesis

Penyisipan kateter vena sentral, biasanya jugularis subklavia atau internal

Interkosta blok saraf

Trakeostomi

Resusitasi cardiopulmonary (CPR): Pertimbangkan kemungkinan pneumotoraks

jika ventilasi menjadi semakin sulit.

17

Page 18: 89499412 Makalah Kelompok18 Kasus 3 Pneumothorax

Distres sindrom pernafasan akut ( ARDS ) dan ventilasi tekanan positif di ICU:

tekanan puncak tinggi dapat diterjemahkan ke dalam jalan napas barotrauma

pada sampai dengan 3% dari pasien pada ventilator dan sampai 5% pasien

dengan ARDS.

Penempatan tabung nasogastrik

Pneumotoraks iatrogenik adalah komplikasi prosedur medis atau bedah. Ia

paling umum hasil dari aspirasi jarum transthoracic. Prosedur lain yang biasa

menyebabkan pneumotoraks iatrogenik yang Thoracentesis terapi, biopsi pleura,

pusat penyisipan kateter vena, biopsi transbronkial, ventilasi mekanik tekanan

positif, dan intubasi sengaja bronkus mainstem tepat. Thoracentesis terapi rumit

oleh pneumotoraks 30% dari waktu ketika dilakukan oleh operator

berpengalaman dalam kontras dengan hanya 4% dari waktu bila dilakukan oleh

dokter yang berpengalaman.

F. Epidemiologi

a. Primer, sekunder, dan spontan pneumotoraks berulang

Sangat mungkin bahwa kejadian untuk pneumotoraks spontan

diremehkan.Sampai dengan 10% dari pasien mungkin asimtomatik, dan lain-lain dengan

gejala ringan mungkin tidak hadir untuk penyedia medis.

Pneumotoraks spontan primer (PSP) terjadi pada orang berusia 20-30 tahun,

dengan kejadian puncak pada twenties.PSP awal jarang diamati pada orang tua dari 40

tahun. Kejadian yang disesuaikan menurut umur dari PSP adalah 7,4-18 kasus per

100.000 orang per tahun untuk pria dan 1,2-6 kasus per 100.000 orang per tahun untuk

wanita.  Rasio laki-perempuan usia-disesuaikan tingkat adalah 6,2: 1.

Pneumotoraks spontan sekunder (SSPS) terjadi lebih sering pada pasien berusia

60-65 tahun. Kejadian yang disesuaikan menurut umur dari SSP adalah 6,3 kasus per

100.000 orang per tahun untuk pria dan 2,0 kasus per 100.000 orang per tahun untuk

wanita. Rasio laki-perempuan usia-disesuaikan tingkat adalah 3.2:1.

Merokok meningkatkan risiko pneumotoraks spontan pertama oleh lebih dari 20

kali lipat pada pria dan hampir 10 kali lipat pada wanita dibandingkan dengan risiko

dalam bukan perokok.  Peningkatan risiko pneumotoraks dan kambuh terlihat naik secara

proporsional dengan jumlah rokok yang dihisap.

18

Page 19: 89499412 Makalah Kelompok18 Kasus 3 Pneumothorax

Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyebab umum dari

pneumotoraks spontan sekunder yang mengusung kejadian 26 kasus per 100.000

orang. [30] Pada pria, risiko pneumotoraks spontan adalah 102 kali lebih tinggi pada

perokok berat dibandingkan bukan perokok. Pneumotoraks spontan terjadi paling sering

pada pria jangkung kurus berusia 20-40 tahun.

b. Pneumotoraks iatrogenik dan traumatis

Pneumotoraks traumatik dan ketegangan terjadi lebih sering daripada

pneumotoraks spontan, dan angka ini tidak diragukan lagi meningkat di rumah sakit AS

sebagai modalitas perawatan intensif pengobatan telah menjadi semakin tergantung pada

ventilasi tekanan positif, penempatan kateter vena sentral, dan penyebab lain yang

berpotensi menimbulkan pneumotoraks iatrogenik.

Pneumotoraks iatrogenik dapat menyebabkan morbiditas substansial dan, jarang,

kematian. Insiden pneumotoraks iatrogenik adalah 5-7 per 10.000 penerimaan rumah

sakit, dengan pasien bedah dada dikeluarkan karena pneumotoraks mungkin hasil yang

khas berikut ini operasi.

Pneumotoraks terjadi pada 1-2% dari semua neonatus, dengan insiden yang lebih

tinggi pada bayi dengan sindrom gangguan pernafasan neonatus. Dalam satu studi, 19%

dari pasien tersebut mengembangkan pneumotoraks.

c. Ketegangan pneumotoraks

Tension pneumothorax adalah komplikasi pada sekitar 1-2% dari kasus-kasus

pneumotoraks spontan idiopatik. Sampai akhir 1800-an, TBC adalah penyebab utama

pembangunan pneumotoraks. Sebuah studi 1962 menunjukkan frekuensi pneumotoraks

sebesar 1,4% pada pasien dengan TB.

Kejadian aktual dari tension pneumothorax luar lingkungan rumah sakit tidak

mungkin untuk menentukan. Sekitar 10-30% pasien diangkut ke tingkat-1 trauma center

di Amerika Serikat menerima thoracostomies pra-rumah sakit jarum decompressive,

namun, tidak semua pasien ini benar-benar memiliki tension pneumothorax yang

benar. Meskipun ini mungkin tampak tingkat kejadian tinggi, mengabaikan diagnosis

mungkin akan mengakibatkan kematian yang tidak perlu.

Insiden keseluruhan tension pneumothorax di unit perawatan intensif (ICU) tidak

diketahui. Literatur medis hanya memberikan sekilas frekuensi. Dalam satu laporan,

tahun 2000 insiden dilaporkan Studi Pemantauan Insiden Australia (AIMS), 17

pneumotoraks aktual atau yang dicurigai terlibat, dan 4 dari mereka didiagnosis sebagai

19

Page 20: 89499412 Makalah Kelompok18 Kasus 3 Pneumothorax

tension pneumothorax. Sebuah tinjauan kematian militer dari trauma toraks menunjukkan

bahwa sampai 5% dari korban pertempuran dengan trauma toraks memiliki tension

pneumothorax pada saat kematian.

d. Catamenial pneumotoraks

Pneumotoraks Catamenial merupakan fenomena langka yang umumnya terjadi

pada wanita berusia 30-50 tahun. Sering dimulai 1-3 hari setelah onset menstruasi. Risiko

endometriosis toraks tidak dapat diprediksi dari situs lesi peritoneal. 

e. Pneumomediastinum

Pneumomediastinum spontan umumnya terjadi pada muda, pasien sehat tanpa

penyakit paru yang serius yang mendasarinya, terutama di kedua dekade keempat

kehidupan. Sebuah dominasi sedikit pneumomediastinum ada untuk laki-laki. Kondisi ini

terjadi pada sekitar 1 kasus per 10.000 penerimaan rumah sakit.

G. Patogenesis

Pneumotoraks traumatik dapat disebabkan oleh trauma penetrasi maupun non-

penetrasi. Trauma tumpul atau kontusio pada dinding dada juga dapat menimbulkan

pneumotoraks. Ketika udara masuk ke dalam rongga pleura yang dalam keadaan normal

bertekanan lebih rendah dari tekanan atmosfer, paru akan kolaps sampai batas paru tertentu.

Sehingga paru akan mengempes karena tidak ada lagi tarikan ke luar dnding dada.

Pengembangan dinding dada pada saat inspirasi tidak diikuti dengan pengembangan paru

yang baik atau bahkan paru tidak mengembang sama sekali. Tekanan pleura yang normalnya

negatif akan meningkat hingga menyebabkan gangguan ventilasi pada bagian yang

mengalami pneumotoraks. Mediastinum akan bergeser ke arah paru yang kolaps dan dapat

berpindah bolak balik selama siklus pernapasan, sewaktu udara keluar masuk rongga paru.10,11

Penyebab pneumotoraks iatrogenik meliputi:

Aspirasi jarum biopsi nodul transthoracic paru (penyebab yang paling umum, akuntansi

untuk 32-37% kasus)

Transbronkial atau biopsi pleura

Thoracentesis

Penyisipan kateter vena sentral, biasanya jugularis subklavia atau internal

Interkosta blok saraf

Trakeostomi

20

Page 21: 89499412 Makalah Kelompok18 Kasus 3 Pneumothorax

Resusitasi cardiopulmonary (CPR): Pertimbangkan kemungkinan pneumotoraks jika

ventilasi menjadi semakin sulit.

Distres sindrom pernafasan akut ( ARDS ) dan ventilasi tekanan positif di ICU: tekanan

puncak tinggi dapat diterjemahkan ke dalam jalan napas barotrauma pada sampai dengan

3% dari pasien pada ventilator dan sampai 5% pasien dengan ARDS. 

Makan tabung nasogastrik penempatan

Gambar 3. Pneumothorak

http://www.medicinenet.com/pneumotho

rax/article.htm

H. Manifestasi klinis1,5-10

Keluhan Subyektif

Berdasarkan anamnesis, gejala-gejala yang sering muncul adalah :

Sesak napas, yang didapatkan pada 80-100% pasien

Nyeri dada, yang didapatkan pada 75-90% pasien. Lindskog dan Halasz

menemukan 69% dari 72 pasien mengalami nyeri dada. Rasa nyeri bersifat

menusuk di daerah hemitoraks yang terserang dan bertambah berat pada saat

bernafas, batuk dan bergerak. Nyeri dapat menjalar ke arah bahu, hipokondrium

atau tengkuk. Rasa nyeri ini disebabkan oleh perdarahan yang terjadi akibat

robekan pleura viseralis dan darah menimbulkan iritasi pada pleura viseralis

Batuk-batuk, yang didapatkan pada 25-35% pasien

Tidak menunjukan gejala (silent) yang terdapat sekitar 5-10% dan biasanya

pada PSP (Loddenkemper, 2003).

21

Page 22: 89499412 Makalah Kelompok18 Kasus 3 Pneumothorax

Gejala-gejala tersebut dapat berdiri sendiri maupun kombinasi dan menurut Mills

dan Luce derajat gangguannya bisa mulai dari asimtomatik atau menimbulkan

gangguan ringan sampai berat.

Pneumotoraks kecil bisa asimtomatik

Pneumotoraks sedang-besar : nyeri dada mendadak disertai sesak adalah gejala yang

paling sering dijumpai. Terdapat hiperinflasi dengan menurunnya ekspansi paru dan

melemahnya bunyi napas.

Emfisema subkutan bisa terjadi akibat bocornya udara ke kulit dan jaringan subkutan,

yang terasa meretas (crackling) dalam kulit. Bisa disertai pembengkakan wajah dan

gangguan salurn pernapasan.

Pneumotoraks tension menyebabkan dispnea yang berat, deviasi trakea, takikardia,

dan hipotensi.

Cara Menentukan Ukuran (Persentase) Pneumotoraks5

Volume paru dan hemitoraks dihitung sebagai diameter kubus. Jumlah (isi) paru yang

kolaps ditentukan dengan rata-rata diameter kubus paru dan toraks sebagai nilai

perbandingan (rasio). Misalnya : Diameter kubus rata-rata hemitoraks 10 cm dan

diameter kubus rata-rata paru yang kolaps 8 cm, maka rasio diameter kubus adalah

83/103 = 512/1000, sehingga diperkirakan ukuran pneumotoraksnya 50%.

Cara lain untuk menentukan luas atau persentase pneumotoraks adalah dengan

menjumlahkan jarak terjauh antara celah pleura pada garis vertikal ditambah dengan

jarak terjauh celah pleura pada garis horizontal ditambah dengan jarak terdekat celah

pleura pada garis horizontal, kemudian dibagi 3 dan dikalikan 10.

I. Penatalaksanaan

Tindakan pengobatan pneumotoraks tergantung dari luasnya permukaan

pneumotoraks. Tujuan dari penatalaksanaan ini yaitu untuk mengeluarkan udara dari

rongga pleura, sehingga paru-paru bisa kembali mengembang. Pada pneumotoraks yang

kecil biasanya tidak perlu dilakukan pengobatan, karena tidak menyebabkan masalah

pernafasan yang serius dan dalam beberapa hari udara akan diserap. British Thoracic

Society dan American College of Chest Physicians telah memberikan rekomendasi

penanganan pneumotoraks adalah :9

22

Page 23: 89499412 Makalah Kelompok18 Kasus 3 Pneumothorax

1. Observasi dan pemberian tambahan oksigen

2. Aspirasi sederhana dengan jarum dan pemasangan tube torakostomi dengan atau

tanpa pleurodesis.

3. Torakoskopi dengan pleurodesis dan penanganan terhadap adanya bleb/bulla

4. Torakotomi

Observasi dan pemberian tambahan oksigen

Tindakan ini dilakukan apabila luas pneumotoraks <15% dari hemitoraks. Apabila

fistula dari alveoli ke rongga pleura telah menutup, udara dalam rongga pleura perlahan-

lahan akan diresorbsi. Laju resorbsinya diperkirakan 1,25% dari sisi pneumotoraks per

hari. Laju resorbsi tersebut akan meningkat jika diberikan tambahan oksigen. Observasi

dilakukan dalam beberapa hari (minggu) dengan foto dada serial tiap 12-24 jam selama 2

hari bisa dilakukan dengan atau tanpa harus dirawat dirumah sakit. Jika pasien dirawat di

rumah sakit dianjurkan untuk memberikan tambahan oksigen. Pasien dengan luas

pneumotoraks kecil unilateral dan stabil, tanpa gejala diperbolehkan berobat jalan dan

dalam 2-3 hari pasien harus control lagi.9

Aspirasi dengan jarum dan tube torakostomi

Tindakan ini dilakukan seawal mungkin pada pasien pneumotoraks yang luasnya

>15%. Tindakan ini bertujuan mengeluarkan udara drongga pleura (dekompresi).

Tindakan dekompresi ini dapat dilakukan dengan cara :9

Menusukkan jarum melalui dinding dada sampai masuk rongga pleura, sehingga tekanan

udara positif akan keluar melalui jarum tersebut.

Membuat hubungan dengan udara luar melalui saluran kontra ventil, yaitu dengan :

Jarum infuse set ditusukkan ke dinding dada sampai masuk rongga pleura,

kemudian ujung pipa plastic dipangkal saringan tetesan dipotong dan dimasukkan

ke dalam botol berisi air kemudian klem dibuka, maka akan timbul gelembung-

gelembung udara didalam botol.

Jarum abbacoth no 14 ditusukkan ke rongga pleura dan setelah mandarin di cabut,

dihubungkan dengan pipa infuse set, selanjutnya

Water sealed drainage (WSD) : pipa khusus (kateter urin) yang steril dimasukkan ke

rongga pleura dengan perantaraan trokar atau klem penjepit. Sebelum trokar

dimasukkan ke rongga pleura, terlebih dahulu dilakukan insisi kulit pada ruang

antar sela iga ke enam pada linea aksilaris media. Insisi kulit juga bisa dilakukan

pada ruang antar iga kedua pada linea mid klavikula. Sebelum melakukan insisi

kulit,daerah tersebut harus dibersihkan cairan disinfektan dan dilakukan injeksi

23

Page 24: 89499412 Makalah Kelompok18 Kasus 3 Pneumothorax

anastesi local dengan xilokain atau prokain 2% dan kemudian ditutup dengan kain

duk steril. Setelah trokar masuk kedalam rongga pleura, pipa khusus (kateter urin)

segera dimasukkan ke rongga pleura dan kemudian trokar dicabut sehingga hanya

pipa khusus itu yang masih tinggal di ruang pleura. Pemasukan pipa khusus tersebut

diarahkan ke bawah jika lubang insisi kulitnya ada diruang antar iga kedua. Pipa

khusus atau kateter tersebut kemudian dihubungkan dengan pipa yang lebih panjang

dan terakhir dengan pipa kaca yang dimasukkan ke dalam air di dalam botol.

Masuknya pipa kaca ke dalam airvsebaiknya 2 cm dari permukaan air, supaya

gelembung udara mudah keluar. Apabila paru sudah mengembang penuh dan

tekanan rongga pleura sudah negative, maka sebelum dicabut dilakukan uji coba

dengan menjepit pipa tersebut selama 24 jam. Tindakan selanjutnya adalah

melakukan evaluasi dengan foto dada, apakah paru mengembang dan tidak

mengempis lagi atau tekanan rongga pleura menjadi positif lagi. Apabila tekanan

rongga pleura menjadi positif lagi maka pipa tersebut belum dapat dicabut. Bila

paru sudah mengembang maka WSD dicabut. Pencabutan WSD dilakukan saat

pasien dalam keadaan ekspirasi maksimal.

ADA BEBERAPA MACAM WSD :

1. WSD dengan satu botol

• Merupakan sistem drainage yang sangat sederhana

• Botol berfungsi selain sebagai water seal juga berfungsi sebagai botol penampung.

• Drainage berdasarkan adanya grafitasi. Umumnya digunakan pada pneumotoraks

Gambar . Skema pemasangan WSD dengan 1 botol

Sumber : http://3.bp.blogspot.com/Skema+pemasangan+WSD+dengan+1+botol.JPG

2. WSD dengan dua botol

• Botol pertama sebagai penampung / drainase

24

Page 25: 89499412 Makalah Kelompok18 Kasus 3 Pneumothorax

• Botol kedua sebagai water seal

• Keuntungannya adalah water seal tetap pada satu level.

• Dapat dihubungkan sengan suction control

Gambar. Skema pemasangan WSD dengan 2 botol

Sumber : http://3.bp.blogspot.com/Skema+pemasangan+WSD+dengan+2+botol.JPG

WSD dengan 3 botol

• Botol pertama sebagai penampung / drainase

• Botol kedua sebagai water seal

• Botol ke tiga sebagai suction kontrol, tekanan dikontrol dengan manometer.

Torakoskopi

Torakoskopi adalah suatu tindakan untuk melihat langsung kedalam rongga toraks

dengan alat bantu torakoskop. Torakoskopi yang dipandu dengan video (Video Assisted

Thoracoscopy Surgery/VATS) memberikan kenyamanan dan keamanan baik bagi operator

maupun pasiennya karena akan diperoleh lapangan pandang yang lebih luas dan gambar

yang lebih bagus.9

Torakotomi

Tindakan pembedahan ini indikasinya hampIr sama dengan torakoskopi. Tindakan ini

dilakukan jika dengan torakoskopi gagal atau jika ada bleb/bulla terdapat di apek paru,

maka tindakan torakotomi ini efektif untuk reseksi bleb/bulla tersebut.9

J. Komplikasi

1. Tension Pneumothoraks atau Pneumothoraks Ventil : komplikasi ini terjadi karena

tekanan dalam rongga pleura meningkat sehingga paru mengempis lebih hebat,

mediastinum tergeser kesisi lain dan mempengaruhi aliran darah vena ke atrium kanan.

Pada foto sinar tembus dada terlihat mediastinum terdorong kearah kontralateral dan

diafragma tertekan kebawah sehingga menimbulkan rasa sakit.3. Keadaan ini dapat

25

Page 26: 89499412 Makalah Kelompok18 Kasus 3 Pneumothorax

mengakibatkan fungsi pernafasan sangat terganggu yang harus segera ditangani kalau

tidak akan berakibat fatal2.

2. Pio-pneumothoraks : terdapatnya pneumothoraks disertai empiema secara bersamaan

pada satu sisi paru. Infeksinya berasal dari mikro-organisme yang membentuk gas atau

dari robekan septik jaringan paru atau esofagus kearah rongga pleura.

3. Hidro-pneumothoraks/hemo-pneumothoraks: pada kurang lebih 25% penderita

pneumothoraks ditemukan juga sedikit cairan dalam pleuranya. Cairan ini biasanya

bersifat serosa, serosanguinea atau kemerahan (berdarah). Hidrothorak dapat timbul

dengan cepat setelah terjadinya pneumothoraks pada kasus-kasus trauma/perdarahan

intrapleura atau perfosari esofagus (cairan lambung masuk kedalam rongga pleura).

4. Pneumomediastinum dan emfisema subkutan : Pneumomediastinum dapat ditegakkan

dengan pemeriksaan foto dada. Insidennya adalah 15 dari seluruh pneumothoraks.

Kelainan ini dimulai robeknya alveoli kedalam jaringan interstitium paru dan

kemungkinan diikuti oleh pergerakan udara yang progresif ke arah mediastinum

(menimbulkan pneumomediastinum) dan kearah lapisan fasia otot-otot leher

(menimbulkan emfisema subkutan).

5. Pneumothoraks simultan bilateral: Pneumothoraks yang terjadi pada kedua paru secara

serentak ini terdapat pada 2% dari seluruh pneumothoraks. Keadaan ini timbul sebagai

lanjutan pneumomediastinum yang secara sekunder berasal dari emfisem jaringan

enterstitiel paru. Sebab lain bisa juga dari emfisem mediastinum yang berasal dari

perforasi esofagus.

6. Pneumothoraks kronik: Menetap selama lebih dari 3 bulan. Terjadi bila fistula bronko-

pleura tetap membuka. Insidensi pneumothoraks kronik dengan fistula bronkopleura ini

adalah 5 % dari seluruh pneumothoraks. Faktor penyebab antara lain adanya

perlengketan pleura yang menyebabkan robekan paru tetap terbuka, adanya fistula

bronkopelura yang melalui bulla atau kista, adanya fistula bronko-pleura yang melalui

lesi penyakit seperti nodul reumatoid atau tuberkuloma.

Pneumotoraks adalah adanya udara dalam rongga pleura yang diagnosis diyakinkan

dengan pemeriksaan sinar tembus dada1. Dimana diagnosis pneumotoraks tergantung

26

Page 27: 89499412 Makalah Kelompok18 Kasus 3 Pneumothorax

kepada garis yang dibentuk pleura pada tepi paru-paru yang memisahkan dengan

dinding dada, mediastinum atau diafragma oleh udara, dan juga tidak adanya bayangan

di luar garis ini5.Pneumotoraks berhubungan dengan berbagai macam kelainan paru

meliputi emfisema, trauma, tuberculosis5.

K. Pencegahan

Pencegahan yang diutamakan untuk mencegah kekambuhan pneumotoraks

meliputi pleurodesis. Pleurodesis adalah penyatuan pleura viseralis dengan parietalis baik

secara kimiawi, mineral ataupun mekanik, secara permanen untuk mencegah akumulasi

cairan maupun udara dalam rongga pleura. Tidak ada kontraindikasi absolut untuk

pleurodesis, namun perlu dipertimbangkan kemungkinan tingkat keberhasilan prosedur

serta risikonya agar pasien mendapat manfaat optimal dari tindakan ini. Pemilihan teknik

yang tepat, agen sklerosis, kriteria pemilihan pasien merupakan hal yang sering

diperdebatkan serta menentukan keberhasilan tindakan.10-12

L. Pronogsis

Dengan drainase adekuat, bahkan bila ada penyakit paru, hampir selalu bisa terjadi

resolusi. Setelah pneumotoraks spontan primer, 30% pasien mengalami episode kedua

dalam waktu 5 tahun. Setelah episode kedua, tingkat rekurensi meningkat di atas 50% dan

oleh karenanya penderita disarankan untuk menjalani pleurodesis. Setelah pleurodesis

jarang terjadi rekurensi. 6-12

27

Page 28: 89499412 Makalah Kelompok18 Kasus 3 Pneumothorax

BAB III

PENUTUP

Pneumotoraks adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga pleura. Pada

keadaan normal rongga pleura tidak berisi udara, sehingga paru-paru dapat leluasa

mengembang terhadap rongga dada. Pneumotoraks traumatik terjadi setelah trauma toraks

tumpul (misalnya kecelakaan lalu lintas) atau tajam (misalnya fraktur iga, luka tusuk) yang

menyebabkan robeknya pleura, dinding dada maupun paru. Pneumotoraks traumatik

diperkirakan 40% dari semua kasus pneumotoraks. Pneumotoraks traumatik tidak harus

disertai dengan fraktur iga maupun luka penetrasi yang terbuka. Jika pneumothoraks luas,

akan menekan jaringan paru ke arah hilus atau paru menjadi kuncup/kolaps di daerah hilus

mendorong mediastinum ke arah kontralateral. Selain itu juga iga lebih lebar. Apabila udara

terkumpul dalam rongga pleura dan tidak dapat keluar maka akan mendesak mediastinum ke

arah paru yang sehat (ke arah kontralateral). Adanya keluhan-keluhan dan gejala-gejala klinis

pneumothoraks tergantung pada besarnya lesi dan ada tidaknya komplikasi penyakit paru.

Sesak napas secara mendadak dan/atau nyeri pleuritik tajam menunjukkan suatu

pneumotoraks.

28

Page 29: 89499412 Makalah Kelompok18 Kasus 3 Pneumothorax

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Light RW. Disorders of the pleura, mediastinum, and diaphragm. In: Braunwald E,

Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL, editors. Harrison’s

principles of internal medicine.15th ed. New York: McGraw-Hill; 2002.p.1513-6.

2. Santoso M. Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Yayasan Diabetes Indonesia; 2005.

3. Bickley LS. Buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan Bates. Edisi 8.

Jakarta: Penerbit buku kedokteran;2009.

4. Rumende.C. Pemeriksaan fisis dada dan paru. Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid I. Edisi

5. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2009.p.54-64.

5. Hisyam B, Budiono E. Pneumotoraks spontan. Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid III.

Edisi 5. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia;2009.p.2339-46.

6. Sjamsuhidajat R, de Jong W. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran EGC; 2005.p..631-7.

7. Price SA. Pathophysiology : clinical concepts of disease process. Jakarta : EGC ;

2006.

8. Davey P. At a glance medicine. Rahmalia A, Novianty C, alih bahasa. Safitri A,

editor. Jakarta : Erlangga ;2005.

9. Alsagaff H. Mukty HA.. Dasar-dasar ilmu penyakit paru. Surabaya : Airlangga University

Press; 2009. p. 162-179.

10. The Medscape Journal of Medicine. Pneumothorax traumatik. 19 Juli 2011. Diunduh

dari www. medscape.com , 16 Juli 2011.

11. Reichman EF, Simon RR, editors. Emergency medicine. New York: McGraw-Hill;

2007.p.98-103.

12. Tambunan KL, Ahmadsyah I, Iskandar N, Madjid AS, Sastrosatomo H. Buku

panduan penatalaksanaan gawat darurat. Jilid 1. Jakarta : FKUI ; 1992.

13. Tua P. Pneumotoraks dan hemotoraks. 2009 Diunduh dari:

http://www.scribd.com/doc/29308190/Askep-Pneumotoraks-Dan-Hemotoraks, 15 Juli

2011.

14. Abdurrahman. Anamnesis & pemeriksaan fisis. Cetakan ke-3. Jakarta: Departemen

Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2005. h.11-20.

29

Page 30: 89499412 Makalah Kelompok18 Kasus 3 Pneumothorax

15. Amin Z. Manifestasi klinik dan pendekatan pada pasien dengan kelainan sistem

pernapasan. Dalam: Sudoyo WA, Setiyohadi B, Alwi I, penyunting. Buku ajar ilmu

penyakit dalam. Edisi 5 (III). Jakarta: Interna Publishing; 2009.h.2189-95.

16. Diagnosis dan penatalaksanaan pada pneumotoraks. Diunduh dari:

http://www.infokedokteran.com/info-obat/diagnosis-dan-penatalaksanaan-pada-

pneumotoraks.html, 16 Juli 2011.

17. Santoso M, Kartadinata H, Yuliani IW, Widjaja WH, Nah YS, Rumawas MA. Buku

panduan keterampilan medik (skill-lab) semester 4. Jakarta : Fakultas Kedokteran

UKRIDA; 2011. h.55-9

18. Ward JPT, Ward J, Leach RM, Wiener CM. At a glance sistem respirasi. Edisi II.

Jakarta: Penerbit Erlangga; 2007. h. 74-5.

19. Hisyam B, Budiono E. Pneumotorak spontan. Dalam Aw, Setiyohadi B, Alwi I, K

Simandibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-4. Bagian Ilmu

Penyakit Dalam FKUI, 2007.h.1063

20. Sjamsuhidajat R, De Jong W.Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-4. Jakarta; EGC,

2005.h. 408-9.

21. Chang AK. Pneumothorax, Iatrogenic, Spontaneous and Pneumomediastinum. 2007.

Available from: http://www.emedicine.com/emerg/TOPIC469.HTM

22. Hartanto H, Wulansari P, Susi N, Mahani DA. Patofisiologi : konsep Kliis Proses-

proses Penyakit. Edisi ke-6. Volume 2. Jakarta; EGC, 2003.h.800-1

23. Mason: Murray & Nadel's. Textbook of Respiratory Medicine, 4th ed., Copyright © 2005 Saunders, An Imprint of Elsevier

24. Setyohadi B. Anamnesis. Dalam Aw, Setiyohadi B, Alwi I, K Simandibrata M, Setiati

S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-4. Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI,

2007.h.20-1

30