Upload
dewisartika
View
55
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Tugas kuliah
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit TBC adalah merupakan suatu penyakit yang tergolong dalam infeksi
yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit TBC dapat
menyerang pada siapa saja tak terkecuali pria, wanita, tua, muda, kaya dan miskin serta
dimana saja. Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai
organ tubuh lainnya .Di Indonesia khususnya, penyakit ini terus berkembang setiap
tahunnya dan saat ini mencapai angka 250 juta kasus baru diantaranya 140.000
menyebabkan kematian. Bahkan Indonesia menduduki negara terbesar ketiga didunia
dalam masalah penyakit TBC ini.
Penularan penyakit TBC adalah melalui udara yang tercemar oleh
Mycobacterium tuberculosis yang dilepaskan/dikeluarkan oleh si penderita TBC saat
batuk, dimana pada anak-anak umumnya sumber infeksi adalah berasal dari orang dewasa
yang menderita TBC. Bakteri ini masuk kedalam paru-paru dan berkumpul hingga
berkembang menjadi banyak (terutama pada orang yang memiliki daya tahan tubuh
rendah), Bahkan bakteri ini pula dapat mengalami penyebaran melalui pembuluh darah
atau kelenjar getah bening sehingga menyebabkan terinfeksinya organ tubuh yang lain
seperti otak, ginjal, saluran cerna, tulang, kelenjar getah bening dan lainnya meski yang
paling banyak adalah organ paru.
1.2 Rumusan Masalah :
1) Apa pengertian tuberkulosis?
2) Apa saja faktor pemicu terjadinya penyakit tuberkulosis ?
3) Apa saja tanda dan gejalanya ?
4) Bagaimana cara menangani dan mengobati penyakit tuberkulosis ?
5) Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien tuberkulosis ?
Makalah Tuberculosis
2
1.3 Tujuan :
1) Mengetahui pengertian dari tuberkulosis.
2) Mengetahui faktor apa saja yang dapat memicu tuberkulosis.
3) Mengetahui tanda dan gejala yang muncul apabila terjadi tuberkulosis.
4) Mengetahui cara menangani dan mengobati penyakit tuberkulosis.
5) Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien tuberkulosis.
1.4 Manfaat
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan dan dapat membantu
pasien yang mengidap penyakit tuberkulosis maupun keluarga pasien dalam menyikapi
atau mengatasi timbulnya tuberkulosis.
Makalah Tuberculosis
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tuberculosis
Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
mycobacterium Tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya.
Tuberculosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium
tuberculosa. Bakteri ini berbentuk basal dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai
Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal
24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch.
Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (Siswanto,
2008).
2.2 Etiologi Tuberculosis
Penyebab terjadinya tuberculosis adalah basil tuberculosis yang termasuk dalam genus
Mycobacteriaceae dan termasuk dalam ordo Actinomycetalis. Mycobacterium tuberculosa
menyebabkan sejumlah penyakit berat pada manusia dan penyebab terjadinya infeksi tersering.
Masih terdapat Mycobacterium pathogen lainnya, misalnya Mycobacterium leprae,
Mycobacterium paratuberculosis dan Mycobacterium yang dianggap sebagai Mycobacterium non
tuberculosis atau tidak dapat terklasifikasikan.
Mycobacterium tuberculosis termasuk dalam genus mycobakteria. Mycobacterium adalah
kuman aerob, tidak membentuk spora, berbentuk batang, non motil, habitatnya di tanah,
lingkungan akuatik, air, binatang dan manusia. Mycobacteruim sekeluarga dengan
Corynebacterium dan Actimomycetes.
(Nester, 2001).
Makalah Tuberculosis
4
2.3 Tanda dan Gejala Tuberculosis
Manifestasi TB sangat bermacam-macam, tanda dan gejalanya antara lain adalah :
1) Batuk terus menerus dan berdahak selama tiga minggu atau lebih. Pada tahap awal
batuknya kering dan tidak ada dahak, kemudian tahap selanjutnya batuk disertai dahak.
2) Demam, kadang-kadang suhunya mencapai 40-41°C
3) Berkeringat malam
4) Dahak bercampur darah
5) Batuk darah
6) Sesak nafas
7) Nyeri dada
8) Badan lemah
9) Nafsu makan menurun
10) Berat badan menurun
11) Rasa kurang enak badan (malaise)
12) Demam meriang lebih dari 1 bulan
(Melo, 2000)
2.4 Klasifikasi Tuberculosis
Sistem Klasifikasi TB
Kelas Tipe Keterangan
0 Tidak ada pajanan TB
Tidak terinfeksi
Tidak ada riwayat terpajan
Reaksi terhadap tes tuberculin negatif
1 Terpajan TB
Tidak ada bukti infeksi
Riwayat terpajan
Reaksi tes kulit tuberculin negative
2 Ada infeksi TB
Tidak timbul penyakit
Reaksi tes kulit tuberculin positif
Pemeriksaan bakteri negatif (bila dilakukan)
Tidak ada bukti klinis, bakteriologik, atau radiografik TB
aktif
Makalah Tuberculosis
5
3 TB aktif secara klinis Biakan M.tuberkulosis (bila dilakukan)
Sekarang terdapat bukti klinis, bakteriologik, atau radiografik
penyakit
4 TB, Tidak aktif secara
klinis
Riwayat episode TB
Atau
Ditemukan radiografi yang abnormal atau tidak berubah,
reaksi tes kulit tuberculin positif
Dan
Tidak ada bukti klinis atau radiografik penyakit sekarang
5 Tersangka TB Diagnosis ditunda
Klasifikasi tuberculosis
Penjelasan :
1) TB Paru
Adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura.
2) TB Paru BTA (+) :
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA positif.
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan kelainan radiologi
menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan positif.
Makalah Tuberculosis
6
3) TB Paru BTA (-) :
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinis dan kelainan
radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif.
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M. tuberculosis.
4) TB Ekstra Paru
Tuberkulosis ekstraparu adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru,
misalnya kelenjar getah bening, selaput otak, tulang, ginjal, saluran kencing dan lain-lain.
Diagnosis sebaiknya didasarkan atas kultur positif atau patologi anatomi dari tempat lesi.
Untuk kasus-kasus yang tidak dapat dilakukan pengambilan spesimen maka diperlukan bukti
klinis yang kuat dan konsisten dengan TB ekstraparu aktif.
5) Kasus Baru
Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT atau sudah pernah
menelan OAT kurang dari satu bulan.
6) Kasus Kambuh (Relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan
telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan
hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif. Bila BTA negatif atau biakan
negatif tetapi gambaran radiologi dicurigai lesi aktif / perburukan dan terdapat gejala klinis
maka harus dipikirkan beberapa kemungkinan :
Lesi nontuberkulosis (pneumonia, bronkiektasis, jamur, keganasan dll)
TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang berkompeten menangani kasus
tuberkulosis
7) Kasus Defaulted atau Drop Out
Adalah pasien yang telah menjalani pengobatan > 1 bulan dan tidak mengambil obat 2 bulan
berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai.
8) Kasus Gagal
Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada akhir
bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau akhir pengobatan.
9) Kasus Kronik
Makalah Tuberculosis
7
Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai pengobatan ulang
dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang baik.
10) Kasus Bekas TB :
Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan gambaran radiologi paru
menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau foto serial menunjukkan gambaran yang
menetap. Riwayat pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung.
Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah mendapat pengobatan OAT 2
bulan serta pada foto toraks ulang tidak ada perubahan gambaran radiologi.
2.5 Terapi Pengobatan Tuberculosis
2.5.1 Terapi Farmakologi
Menurut WHO, obat untuk penderita TB terbagi menjadi 2 line, yaitu :
1). Line 1 :
a. Isoniazid (H)
b. Pyrazinamide (Z)
c. Streptomycin (S)
d. Rifampicin (R)
e. Ethambutol (E)
2). Line 2 :
a. Flurokulnolon
b. Asam paraammosalisilat
c. Sikloserin
d. Kanamisin dan amikasin
e. Rifapentin
f. Rifabutin
g. Etionamid
h. Kapreomisin
Tipe line satu adalah obat-obatan utama yang digunakan untuk menyembuhkan penyakit
tuberkolosis yang masing masing dari obat tersebut memiliki fungsi untuk menghentikan
atau membunuh bakteri tuberkolosis.
Makalah Tuberculosis
8
Tetapi jika timbul beberapa alasan tertentu seperti bakteri sudah resistensi atau pasien
mengalami alergi terhadap obat line satu sehingga tidak dapat menggunakan obat line satu,
penggunaan line satu dapat digantikan dengan obat line ke dua yang memiliki fungi yang
sama tetapi dengan takaran yang berbeda.
2.5.1.1 Pengobatan TB Pada Orang Dewasa
a. Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol setiap hari
(tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH dan rifampisin tiga kali dalam
seminggu (tahap lanjutan).
Diberikan kepada:
- Penderita baru TB paru BTA positif.
- Penderita TB ekstra paru (TB di luar paru-paru) berat.
b. Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3
Diberikan kepada:
- Penderita kambuh.
- Penderita gagal terapi.
- Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat.
c. Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3
Diberikan kepada:
- Penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif.
2.5.1.2 Pengobatan TB pada Anak
Adapun dosis untuk pengobatan TB jangka pendek selama 6 atau 9 bulan, yaitu:
a. 2HR/7H2R2 : INH tambah Rifampisin setiap hari selama 2 bulan pertama, kemudian
INH +Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu selama 7 bulan (ditambahkan
Etambutol bila diduga ada resistensi terhadap INH).
b. 2HRZ/4H2R2 : INH tambah Rifampisin tambah Pirazinamid setiap hari selama 2 bulan
pertama, kemudian INH tambah Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu selama 4
bulan (ditambahkan Etambutol bila diduga ada resistensi terhadap INH).
Makalah Tuberculosis
9
2.5.2 Terapi Non Farmakologi :
1) Sering berjemur dibawah sinar matahari pagi (pukul 6-8 pagi).
2) Memperbanyak istirahat (bedrest) / istirahat yang cukup.
3) Diet sehat (pola makan yang benar), dianjurkan mengkonsumsi banyak lemak dan
vitamin A untuk membentuk jaringan lemak baru dan meningkatkan sistem imun.
4) Menjaga sanitasi/kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal.
5) Menjaga sirkulasi udara di dalam rumah agar selalu berganti dengan udara yang baru.
6) Berolahraga secara teratur, seperti jalan santai di pagi hari.
7) Minum susu kambing atau susu sapi.
8) Menghindari kontak langsung dengan pasien TB.
9) Rajin mengontrol gula darah.
2.6 Asuhan Keperawatan pada Pasien Tuberculosis
1. Pengkajian
a. Identitas
Nama : Zul
Usia : 40 tahun
TTL : -
(*penting diketahui untuk memastikan usia pasien).
Golongan Darah : -
(*penting diketahui apabila sewaktu-waktu pasien memerlukan transfusi darah).
Pekerjaan : -
(*penting diketahui agar perawat dapat mengkaji faktor resiko yang berasal dari
tempat kerja, seperti paparan penularan dan kondisi lingkungan kerja).
Alamat :
(*penting diketahui untuk mengkaji kondisi lingkungan tempat tinggal pasien).
Penanggung jawab
biaya : Zul
b. Keluhan Utama
Batuk berdahak
Makalah Tuberculosis
10
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Batuk berdahak, batuk kadang bercampur darah, sesak nafas, badan lemas,
berkeringat di malam hari, meriang terus menerus, nafsu makan menurun, berat badan
menurun: 2kg.
d. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Batuk lebih dari 3 minggu
Pemeriksaan tambahan
1) Pemeriksaan dahak (sputum)
2) Rontgen dada
3) Mantoux
Makalah Tuberculosis
11
Analisa Data:
No Data Etiologi Masalah
Makalah Tuberculosis
12
1 Data Suyektif:
Batuk berdahak,
sesak
Bersihan jalan nafas
tidak efektif
Makalah Tuberculosis
Host yg terinfeksi Mycobacterium: Bicara, tertawa,
bersin, batuk
Mode of tranmisi:
Droplet (air liur), udara, mak, darah
Hidung/ mulut Faring Laring Trakea Bronkus Bronkeolus Alveolus
Masuk melalui sal. Pernafasan, G.I, luka
G.I Pernafasan Luka
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Neutrofil & Makrofag (fagositosit)
Limfosit (Melisis bact, & jar. Normal)
Rx. Antigen Antibodi (infeksi dlm 2-10 mgg)
Respon Inflamasi
(Serotin, bradikinin, histamin)
Terakumulasinya eksudat
Bact. Terus berkembang, Inflamasi
Peningkatan produksi sputum (dahak)
Bronkopnemonia
Imunitas burukImunitas baik
13
2 Data Suyektif:
Batuk berdahak
lebih dari 3 minggu
Resiko resistensi
perluasan infeksi
3 Data Suyektif:
Batuk berdahak
lebih dari 3 minggu
Makalah Tuberculosis
Pnemoni
Basil difagosit
Basil yg telah difagosit (mati/hidup bersatu)
Sel Tubercle epiteloid di kll. limfosit
Prosesnya 10-20 hari
Inflamasi
Pelebaran kapiler
Batuk yang terlalu keras
Kapiler pecah
Darah bercampur sputum
Granuloma
Resiko resistensi perluasan infeksi
14
4 Data Subyektif:
Berkeringat di
malam hari
5 Data Subyektif:
- Badan terasa
lemas
- Meriang terus
menerus
- Nafsu makan
menurun
- Berat badan turun
Nutrisi kurang dari
kebutuhan
Makalah Tuberculosis
Bact. Berkembang
Bact. Terus berkembang
Pirogen & Endogen
Interleukin, interferon, limfotoksin
TNF α
Nocturnal Tumbuh pada suhu 37-38 derajat C
Berkeringat di malam hari
Kaheksin
Peningkatan set point
BB cenderung
turunDemam, merasa lemah,
berkeringatNutrisi < dr kebutuhan
15
6 Data Suyektif:
Badan terasa lemas
Intoleransi aktivitas
7 Data Subyektif:
Urin kemerahan
8 Mendapatkan obat
2HRZE
Makalah Tuberculosis
Efek samping rifampizin
Urin kemerahan
Granuloma
Jar.fibrosa
Tubercle basilus di kll. Kolagen & Fibroblas & limfosit
Bag. Tengah: ghon tubercle Terdiri dr makrofag & bakteri
Necrotizing caseosa
Nekrosis paru
Gag. Difusi & ventilasi
Penurunan pembentukan energi
Intoleransi Aktivitas
Nekrotik
Efek samping rifampizin
Efek samping rifampizin
16
9 Mual setiap kali
minum obat
2. Diagnosa :
1) Gangguan pola nafas berhubungan dengan bersihan jalan nafas tidak efektif.
2) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan pertukaran gas.
3) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan reaksi inflamasi.
4) Keseimbangan nutrisi yang kurang dari kebutuhan ADL berhubungan dengan perasaan
mual dan tidak nafsu makan.
5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan difusi dan ventilasi ditandai dengan
penurunan pembentukan energi.
6) Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya mekanisme pertahanan
dan kurangnya pengetahuan untuk mencegah penyebaran mycobacterium tuberculosis.
7) Gangguan harga diri berhubungan dengan citra diri rendah dan perasaan malu.
3. Intervensi
1) Diagnosis :
Ganggua pola nafas berhubungan dengan bersihan jalan nafas tidak efektif
Tujuan :
Jalan nafas bersih dan efektif
Kriteria hasil :
- Pada pemeriksaan auskultasi, suara napas jernih
- Batuk berkurang/ hilang
- Dypsnea (-)
Intervensi :
No. Intervensi Rasional
1.Mandiri :
Ajarkan batuk efektif
Batuk terkontol dan efektif dapat
memudahkan pengeluaran secret
dan benda asing di jalan napas
2 Mandiri : Posisi semi fowler memungkinkan Makalah Tuberculosis
Efek samping rifampizin
Efek samping rifampizin
17
Ajarkan pasien posisi duduk semi
fowler
ekspani paru-paru lebih mudah
sehingga memudahkan
pernapasan
3Mandiri :
Chest Physiotherapy
Chest Physiotherapy membantu
memperbaiki efisiensi kerja
sistem pernapasan, meningkatkan
ekspansi rongga dada,
menguatkan otot pernapasan,
mengeluarkan sekret dari saluran
pernapasan, agar dapat bernapas
dengan bebas dan tubuh
mendapatkan oksigen yang cukup
4
Kolaborasi :
Nebulisasi dengan pemberian obat
sesuai anjuran dokter
Nebulisasi dapat membuat sekret
menjadi lebih encer dan mudah
dikeluarkan, memperlebar jalan
nafas agar pernafasan menjadi
lebih lega, membuat selaput lendir
pada saluran nafas menjadi lebih
lembab,mengobati peradangan
pada sauran pernafasan bagian
atas, memperbaiki pertukaran gas
5
Kolaborasi :
Berikan agen anti infeksi (HRZE)
Menurunkan keaktifan dari
mikroorganime sehingga dapat
menurunkan respon inflamasi dan
dapat menurunkan produksi
secret, berfungsi untuk
mengencerkan dahak.
2) Diagnosis :
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan pertukaran gas
Tujuan :
Makalah Tuberculosis
18
Mencapai fungsi paru yang maksimal
Kriteria hasil :
RR normal
Intervensi :
No. Intervensi Rasional
1.Mandiri :
Pemberian Oksigen
Agar kebutuhan akan oksigen
cukup
2
Mandiri :
Ajarkan pasien posisi duduk semi
fowler
Posisi semi fowler memungkinkan
ekspani paru-paru lebih mudah
sehingga memudahkan
pernapasan
3 Ajarkan teknik nafas efektifMeningkatkan oksigenasi tanpa
mengorbankan banyak energi
4 Ajarkan program hemat energiMencegah penggunaan energi
berlebihan
5
Kolaborasi :
Berikan agen anti infeksi (HRZE)
Untuk memperbaiki pertukaran
gas dan mengurangi perkejuan
Menurunkan keaktifan dari
mikroorganime sehingga dapat
menurunkan respon inflamasi dan
dapat menurunkan produksi
secret, berfungsi untuk
mengencerkan dahak.
3) Diagnosis :
Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan reaksi inflamasi.
Tujuan :
Menjaga keseimbangan antara produksi panas, kenaikan panas dan kehilangan panas
(Termoregulasi)
Kriteria hasil :
Makalah Tuberculosis
19
Suhu tubuh dalam rentang normal (36,5-37,5 oC)
Intervensi :
No. Intervensi Rasional
1.Kolaborasi :
Pemberian pobat antipiretik
Menurunkan panas menggunakan
obat
2
Mandiri :
Beri kompres dengan air hangat (air
biasa) pada daerah axila, lipat paha,
temporal bila terjadi panas
Kompres air hangat (air biasa)
melancarkan aliran darah dalam
pembuluh darah
3Mandiri :
Pemberian minum
Minum yang banyak dapat
mencegah dehidrasi akibat proses
penguapan, karna setiap
peningkatan 1oC membutuhkan
peningkatan 12,5% dari jumlah
normal cairan tubuh
4
Mandiri :
Mengobservasi tanda-tanda vital :
suhu, nadi, tekanan darah, pernafasan
3x dalam 24 jam
Tanda-tanda vital merupakan
acuan untuk mengetahui keadaan
umum klien.
4) Diagnosis :
Keseimbangan nutrisi yang kurang dari kebutuhan ADL berhubungan dengan
perasaan mual dan tidak nafsu makan.
Tujuan :
- Klien dapat menghabiskan porsi makan yang disediakan
- Nafsu makan klien meningkat
Kriteria hasil :
- Berat badan tidak turun
- Berat badan bertambah
Intervensi :
Makalah Tuberculosis
20
No. Intervensi Rasional
1. Kolaborasi :
Pemberian vitamin B6 (nama lain:
piridoksin)
Manfaat vitamin B6:
Fungsinya secara umum adalah
untuk pembentukan sel darah
merah, untuk mengoptimalkan
fungsi otak, sintesa protein, dan
pemecahan protein. Selain
fungsinya diatas, piridoksin juga
memegang peranan penting dalam
hal metabolisme asam amino.
(wikivitamin.com)
Pemberian vitamin B6 dapat
meningkatkan dan menjaga nafsu
makan
(wikivitamin.com)
2
Berikan makanan dalam porsi kecil
tapi sering
Meningkatkan intake nutrisi
Makan dalam porsi kecil tapi
sering dapat memenuhi kebutuhan
akan nutrisi pasien,
keuntungannya pasien dapat
mengurangi kebutuhan oksigen
sebagai sumber energi dalam
memecah makanan yang
dikonsumsi
3 Pilih jenis makanan yang
mengandung kalori serta protein
yang tinggi
Agar kebutuhan nutrisi pasien
dapat terpenuhi
4 Timbang berat badan pasien secara
berkala misalnya 1 minggu sekali
Agar dapat diketahui apakah berat
passien kembali turun, tetap atau
Makalah Tuberculosis
21
bertambah
5
Jelaskan kepada pasien tentang
pentingnya makan dengan jenis,
jumlah dan porsi yang cukup serta
pengaruh proses perjalanan penyakit
maupun pengobatan terhadap nafsu
makan
Pengetahuan yang adekuat tentang
pentingnya makan dengan jenis,
jumlah dan porsi yang cukup serta
pengaruh proses perjalanan
penyakit maupun pengobatan
terhadap nafsu makan, dapat
membuat pasien lebih mengerti
akan dirinya.
6 Membersikan mulut pasien sebelum
dan sesudah makan
Sebelum: mulut yang bersih dapat
menghilangkan rasa pahit di
mulut ketika sakit, sehingga nafsu
mkan bertambah
Sesudah: agar tidak ada sisa
makanan yang tertinggal dan
membusuk di gigi
5) Diagnosis :
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
Tujuan :
Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari
Kriteria hasil :
Intervensi :
No. Intervensi Rasional
1. 1. Catat/dokumentasi frekuensi
jantung, irama dan perubahan
TD sebelum, selama, sesudah
aktifitas sesuai indikasi.
Hubungkan dengan laporan
Menjadi data fokus untuk
menetukkan rencana tindakan
lanjutan setelah tindakan yang
diberikan kepada pasien.
Makalah Tuberculosis
22
sesak nafas.
2. Tingkatkan istirahat (tempat
tidur/kursi), batasi aktifitas
berat yang dapat meningkatkan
dyspnea maupun peningkatan
tanda-tanda vital lainnya.
3. Berikan aktifitas senggang
diantara aktivitas berat yang
dilakukan
6) Diagnosis :
Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya mekanisme
pertahanan dan kurangnya pengetahuan untuk mencegah penyebaran
mycobacterium tuberculosis
Tujuan :
Memberikan pengetahuan yang adekuat
Pasien mampu menuntaskan pengobatan dengan tepat waktu
Kriteria hasil :
Pasien dapat mengulangi pendidikan kesehatan yang di berikan
Pasien dapat mendemonstasikan bagaimana cara pencegahan penularan infeksi
Pasien dapat mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari
Pengobatan tidak terputus
Intervensi :
No. Intervensi Rasional
1. Berikan pendidikan kesehatan
dengan jelas dan mudah dipahami
kepada pasien dan keluarga :
Mengenai :
1. Etiologi TB
Pasien beserta keluarga dapat
memahami mengenai penyakit
TBC
Makalah Tuberculosis
23
2. Tanda dan gejala TB
3. Pengobatan TB
4. Penularan TB
5. Komplikasi TB
6. Pencegahan penularan
7. Ajarkan anggota keluarga
sebagai PMO
8. Perawatan pasien TB di
rumah dll.
7) Diagnosis :
Gangguan harga diri berhubungan dengan citra diri rendah dan perasaan malu
Tujuan :
Harga diri klien dapat terjaga
Kriteria hasil :
Klien mampu menunjukkan aspek positif dari dirinya
Klien mampu bergaul dengan orang lain tanpa rasa malu
Intervensi :
No. Intervensi Rasional
1. Jelaskan tentang kondisi klien
Pengetahuan tentang kondisi diri
akan menjadi dasar bagi klien
untuk menentukan kebutuhan bagi
dirinya.
2 Libatkan klien dalam setiap kegiatan
Pelibatan akan meningkatkan
mekanisme koping klien dalam
menangani masalah
3
Berikan apresiasi pada setiap
tindakan yang mengarah kepada
peningkatan harga diri
Pujian dan perhatian akan
meningkatkan harga diri klien.
BAB III
Makalah Tuberculosis
24
ANALISIS KASUS
3.1 Kasus
Zul, 40 tahun mengalami batuk-batuk berdahak selama lebih dari 3 minggu, batuk yang
dialami kadang-kadang bercampur darah, gejala ini diikuti dengan sesak nafas, badan terasa
lemas, berkeringat di malam hari, meriang teru-menerus, dan nafsu makan menurun bahkan
dalam 2 minggu terakhir berat badannya turun sebanyak 2 kg. Zul memeriksakan kesehatannya
dan harus menjalani pemeriksaan dahak, rontgen dada, dan mantoux test. Kemudian
mendapatkan obat dengan kombinasi obat yang tidak dimengerti yaitu 2HRZE dari dokter.
Dokter mengatakan bahwa penyakitnya menular dan membutuhkan pengobatan yang lama dan
tidak boleh terlewat. Zul khawatir penyakitnya akan menular kepada keluarganya dan terlebih
lagi pada keponakannya yang berusia 2 tahun. Setiap kali minum obat perutnya mual dan tidak
nafsu makan, dan urin berwarna kemerahan.
Berdasarkan kasus tersebut dan melihat gejalanya, Zul didiagnosis menderita penyakit
Tuberculosis.
Alasan pengobatan TBC memerlukan kombinasi obat :
Karena kuman TBC itu terdapat dalam berbagai stadium dan fase pertumbuhan yang
cepat. Sehingga, tidak cukup satu obat saja untuk mengobatinya.Tujuan lainnya ialah agar
kuman TBC tersebut tidak cepat menjadi resisten. Biasanya dokter memberikan pasien TBC
obat dalam 4 kombinasi seperti rifampisin, etambutol, isoniazid dan pirazinamid. Apabila
dalam waktu 2 bulan pengobatan, namun pasien tidak menunjukkan adanya respon terhadap
obat yang diberikan, maka nantinya kombinasi obat akan ditambah jumlahnya atau diganti
jenisnya.
Selain itu, empat kombinasi obat tersebut memiliki efek yang berbeda-beda terhadap
antimicroba TB, yakni :
1. Isoniazid sebagai inhibitor sensitif dinding sel bakteri
2. Rifampisin sebagai inhibitor transkripsi dan replikasi
3. Pirazinamid sebagai inhibitor sintesis protein
4. Etambutol sebagai inhibitor fungsi membran sel dan antimetabolit
Sehingga dalam membunuh bakteri tuberculosis akan efektif jika terapi pengobatannya
dilakukan secara benar, teratur dan tepat waktu. Jika pasien teratur minum obat selama 3
Makalah Tuberculosis
25
minggu maka TBC tidak menular, tetapi jika dalam waktu 2 minggu pasien tidak teratur
minum obat maka TBC dapat menular. Apabila setelah 2 bulan tidak ada perbaikan maka akan
dilakukan modifikasi obat.
Cara mengatasi mual dan tidak nafsu makan akibat efek samping dari mengonsumsi OAT
yakni dengan memberikan vitamin B6 agar dapat mengurangi rasa mual, meminum obat 2 jam
sebelum makan atau 3 jam setelah makan, dan terapi akupuntur.
3.2 Patofisiologi
Individu rentan yang menghirup basil tuberculosis dan terinfeksi. Bakteri dipindahkan
melalui jalan nafas ke alveoli untuk memperbanyak diri, basil juga dipindahkan melalui
sistem limfe dan pembuluh darah ke area paru lain dan bagian tubuh lainnya.
Sistem imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit menelan
banyak bakteri, limfosit spesifik tuberculosis melisis basil dan jaringan normal, sehingga
mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli dan menyebabkan bronkopneumonia.
Massa jaringan paru/granuloma (gumpalan basil yang masih hidup dan yang sudah mati)
dikelilingi makrofag membentuk dinding protektif. Granuloma diubah menjadi massa
jaringan fibrosa, yang bagian sentralnya disebut komplek Ghon. Bahan (bakteri dan
makrofag) menjadi nekrotik, membentuk massa seperti keju. Massa ini dapat mengalami
klasifikasi, membentuk skar kolagenosa. Bakteri menjadi dorman, tanpa perkembangan
penyait aktif. Individu dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau respon
inadekuat sistem imun, maupun karena infeksi ulang dan aktivasi bakteri dorman. Dalam
kasus ini tuberkel ghon memecah, melepaskan bahan seperti keju ke bronki. Kemudian
bakteri menyebar di udara, mengakibatkan penyebaran lebih lanjut. Paru yang terinfeksi
menjadi lebih membengkak mengakibatkan bronkopneumonia lebih lanjut (Smeltzer & Bare,
2001).
Makalah Tuberculosis
26
Intoleransi aktivitas
3.2.1 Pathway tuberculosis Basil mycrobacterium tuberculosis
Host yang terinfeksi basil
Makanan Droplet air darah
liur
masuk saluran pernapasan
reaksi antigen antibodi
respon inflamasi
Neutrofit + makrofag (serotonin, bradikinin, histamin)
fagositosit
limfosit spesifik tuberkulosis
melisis basil dan jaringan normal
reaksi jarinagn normal
terakumulasinya eksudat
bronkopnemonia
imunitas buruk
progen & endogen bakteri terus berkembang
TNFα interleukin inflamasi terus berkembang
kahektin interferon basil nokturnal
BB turun limfotoksin berkeringant di malam hari
granuloma
Nutrisi < kebutuhan Set point jaringan fibrosa
Demam ghon tuberkel
Nekrosis caseosa
Nekrosis paru
Liquid keluar masuk gagal difusi dan
Ke bronkus menyisakan cavitis ventilasi
Basil terus berkembang gagal nafas
Resiko perluasan innfeksi Chest X ray
Makalah Tuberculosis
27
3.3 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada tubeerculosis antara lain :
1)Pemeriksaan spirometri: pemeriksaan yg dilakukan utk mengukur secara objektif
kapasitas/fungsi paru(ventilasi).
Tujuan:
a. mengukur volume paru secara statis dan dinamik
b. menilai perubahan atau gangguan pada faal paru.
Hasil :
- FVC : Jumlah udara yg dapat dikeluarkan secara paksa setelah inspirasi secara
maksimal diukur dalam liter.
- FEV1: Jumlah udara yang dapat dikeluarkan dalam waktu 1 detik. Diukur dalam liter.
- FEV1/FVC : Rasio FEV1/FVC pada orang dewasa sehat nilainya kira-kira 75%-80%.
Bentuk spirogram: Hasil dari spirometri
Yang menyebabkan spirogram tidak memenuhi syarat yaitu terburu-buru saat penarikan
nafas, batuk, terminasi lebih awal, tertutupnya epiglotis, dan adanya kebocoran.
2)Foto thorax: Suatu proyeksi radiografi dari thorax untuk mendiagnosis kondisi-kondisi
yang mempengaruhi thorax dan struktur-struktur yang ada didekatnya.
Kegunaan foto thorax :
- untuk melihat abnormalitas congential (jantung dan vasikuler)
- untuk melihat adanya trauma(pneumothorax dan haemothorax)
- untuk melihat adanya infeksi
- untik memeriksa keadaan jantung
- untuk keadaan paru-paru
Tes kulit positive mantoux (PPD) : Menunjukkan eksposur pada tuberkulosis karena
berkembangnya imunitas cell-mediate, umumnya antara 2 sampai 10 minggu sejak
terpapar.
3)Mantoux test : Suatu cara yang digunakan untuk mendiagnosis TBC. Tes ini dilakukan
dengan cara menyuntikan suatu protein yang berasar dari kuman TBC sebanyak 0,1 ml
dengan jarum kecil dibawag lapisan atas kulit lengan bawah kiri.
4)Sinar x dada : Menunjukkan area granuloma atau berongga.
Makalah Tuberculosis
28
5)Sputum test : Mengidentifikasi bakteri mikobakterium tuberkulosis :
- asam pewarna diberikan untuk screening awal TB-bacilus akan menahan nodanya.
- kultur sesuai dengan diagnosis namun pertumbuhannya lambat
6)Pemeriksaan darah : untuk mengetahui apakah terjadi hepatotoksisitas akibat dari
mengkonsumsi OAT (Obat Anti TB).
a. Pemeriksaan SGOT
SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) atau sering disebut juga AST
(Aspartate Aminotransferase). SGOT merupakan enzim yang terdapat di jantung, hati,
otot rangka, otak, ginjal, dan sel darah merah.
Adanya kerusakan pada hati, otot jantung, otak, ginjal, dan rangka bisa dideteksi dengan
mengukur kadar SGOT. Pada kasus seperti alkoholik, radang pankreas, malaria, infeksi
lever stadium akhir, adanya penyumbatan pada saluran empedu, kerusakan otot jantung,
orang-orang yang selalu mengonsumsi obat-obatan seperti antibiotik dan obat TBC.
Kadar SGOT bisa meninggi, bahkan bisa menyamai kadar SGOT pada penderita
hepatitis. Kadar normal SGOT Kadar normal SGOT adalah 4-35 unit/L.
b. Pemeriksaan SGPT
SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transaminase), sering disebut juga ALT (Alanin
Aminotransferase). SGPT dianggap jauh lebih spesifik untuk menilai kerusakan hati
dibandingkan SGOT. SGPT meninggi pada kerusakan lever kronis dan hepatitis.
SGPT ditemukan di hati, sedikit di ginjal, jantung dan otot rangka. Secara umum
disebabkan oleh penyakit hati. Kadar normal SGPT adalah 4-36 unit/L.
Pemeriksaan SGOT/SGPT diperiksa 2 kali seminggu tiap minggu sampai tahapnya
meningkat kemudian periksa tiap minggu sehingga tahapnya kembali normal.
Pemberian OAT dihentikan jika tahap SGOT/SGPT meningkat > 10 kali di atas normal
(Leung,2008).
Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang menyebabkan hepatotoksik adalah Isoniazid
dan rifampisin. Penanda dini dari hepatotoksik adalah peningkatan kadar enzim pada
hati. Kerusakan hati dapat diakibatkan toksisitas langsung oleh obat atau metabolitnya.
Reaksi hepatotoksik yang meningkat dapat ditandai dengan pemeriksaan fungsi hati
seperti bilirubin, SGPT, GGT atau pemeriksaan yang lain (Kaplowitz N, 2001).
Makalah Tuberculosis
29
3.4 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita TB paru adalah :
1) Batuk darah (Haemoptysis)
2) Pneumothorax Spontan (Paru kolaps Spontan karena kerusakan jaringan paru oleh
penyakit tuberkulosis).
3) Brochiestasis, fibrosis pada paru, ini merupakan akibat penyakit TB paru yang luas.
4) Insufisiensi kardio pulmoner (GR. Pulmonale chronicum).
5) Kanker paru
Komplikasi lain yang dapat terjadi akibat penyebaran TB di luar paru yaitu :
1) Menurunnya fungsi ginjal
2) Pembesaran organ kelenjar getah bening
3) Memengaruhi otak, tulang, rongga perut, perikardium, sendi (pinggul dan lutut), dan
organ reproduksi. (Rasjid, 2000)
4) TB meningitis
5) TB pericarditis
6) Hepatotoksisitas
3.5 Fisiologis Keluarga
1) Keluarga merasa cemas dan khawatir
2) Membutuhkan dukungan secara moril dan materi
3) Membutuhkan pengetahuan tentang TB
4) Merasa malu kepada tetangga dan lingkungan sekitar
5) Merasa takut tertular
3.6 Penkes pada Keluarga
Pendidikan Kesehatan untuk pasien dan keluarga penyakit tuberculosis
1) Memberikan pengertian mengenai penyakit TB kepada pasien dan keluarga.
2) Memberitahukan tanda dan gejala Penyakit TB.
3) Memberikatahukan cara penularan penyakit TB.
4) Memberitahukan pola hidup sehat seperti : makan makanan yang bernutrisi dan
memberikan pencahayaan yang cukup di rumah.
Makalah Tuberculosis
30
5) Memberitahukan cara pengobatan dan perawatan pasien TB.
6) Membiasakan menggunakan maker selama 2 bulan pengobatan sampai dinyatakan virus
microbacterium tuberculosis tidak aktif lagi.
7) Mengingatkan pasien untuk terus mengontrol dan memeriksakan dahaknya setelah 6
bulan pengobatan .
8) Memberitahukan kepada keluarga dan pasien untuk tidak menggunakan alat makan
secara bersama-sama.
9) Menunjuk anggota keluarga atau tetangga terdekat (jika tinggal sendiri) untuk menjadi
agen PMO, agar penderita teratur minum obat.
10) Memberitahukan kepada penderita untuk membuang dahak pada kantung kemudian
dibakar atau tempatkan dahak pada wadah yang diisi dengan desinfektan.
11) Mengajak pasien berolahraga ringan sesuai dengan kemampuan dan latihan pernafasan.
Makalah Tuberculosis
31
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Mycobacterium tuberculosis merupakan penyebab tuberculosis, yaitu sejenis kuman
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/µm dan tebal 0.3-0.6/ µm. Tuberkulosis
menyebar melalui udara ketika seseorang dengan infeksi TB aktif batuk, bersin, atau
menyebarkan butiran ludah mereka melalui udara. Infeksi TB umumnya bersifat asimtomatik
dan laten. Ketika daya tahan tubuh baik basil mycobacterium tuberculosis akan dormant
sedangkan ketika daya tahan tubuh jelek basil mycobacterium tuberculosis akan terus
berkembang dan terjadi reaksi antigen dan antibodi.
Gejala infeksi TB aktif yaitu batuk kronis dengan bercak darah sputum atau
dahak, demam, berkeringat di malam hari, dan berat badan turun. Diagnosis TB aktif
bergantung pada hasil radiologi (biasanya melalui sinar-X dada) serta pemeriksaan
mikroskopis dan pemeriksaan cairan tubuh. Sementara itu, diagnosis TB laten bergantung
pada tes tuberkulin kulit/tuberculin skin test (TST) dan tes darah.
Klasifikasi tuberculosis dibagi menjadi tiga kategori yaitu, kategori I (kasus baru dengan
sputum positif dan kasus baru dengan TB berat), II (kasus kambuh, kasus dengan sputum
BTA positif), dan III (kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas). Pasien pada
kasus termasuk ke dalam penderita TB baru.
Obat yang dapat diberikan, yaitu etambutol, isoniazida, pirazinamida, rifampisin, dan
streptomisin.
Makalah Tuberculosis
32
DAFTAR PUSTAKA
Price, Wilson. 2003. “Patofisiologi”. Jakarta : EGC
Setiadi. 2008. “Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga Edisi Pertama”. Jogjakarta : Graha
Ilmu.
Smeltzer, Suzanne C., & Brenda G. Bare. 2001. “Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah”.
Jakarta : EGC.
Sudoyo, Aru W., dkk. 2006. “ Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam”. Jakarta : Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Univ. Indonesia.
Sumber Online :
2009. “Diagnostic and Laboratory Test Reference”. (Diakses pada 4 September 2014)
Govindan.2012.Respiratory. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32587/5/Chapter
%20I.pdf
(diakses pada 4 September 2014)
Sherlock, S. Dooley, J., 2002
http://www.journal.unair.ac.id . (Diakses pada 4 September 2014)
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/140/jtptunimus-gdl-silvirinaw-6996-2-babi.pdf
www.farmasi.unand.ac.id (Diakses pada 3 September 2014)
www.medicalbook.com (Diakses pada 3 September 2014)
www.medicastore.com (Diakses pada 3 September 2014)
Makalah Tuberculosis
33
LAMPIRAN
Makalah Tuberculosis