34
TBC ANAK Oleh : Stella Widjaja 2007 10 038 Fakultas Kedokteran [Type text]

makalah TBC ANAK

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: makalah TBC ANAK

TBC ANAK

Oleh :

Stella Widjaja

2007 10 038

Fakultas Kedokteran

Universitas Kristen Krida Wacana

2007

[Type text]

Page 2: makalah TBC ANAK

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Esa

karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat saya selesaikan sesuai yang

diharapkan. Dalam makalah ini saya membahas “TBC pada anak”, suatu

permasalahan yang banyak terjadi pada anak yang masih banyak sampai sekarang

karena tertular orang dewasa.

Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman masalah TBC

pada anak yang sangat diperlukan dalam suatu harapan mendapatkan pemahaman

lebih dan penanggulangannya.

Demikian makalah ini saya buat, semoga bermanfaat.

Jakarta, 29 Juli 2009

Penulis

[Type text]

i

Page 3: makalah TBC ANAK

DAFTAR ISI

Judul………………………………………………...……………………………...i

Kata pengantar………………….…………………………………………………ii

Daftar isi……………..…………………………………..…..…………………...iii

Bab I. Pendahuluan…………………………..……………………………………1

A. Latar Belakang…………………………………………………………1

B. Tujuan…………………………………………………………………..1

Bab II. Isi………………………………………………………………...………..2

1. Pemeriksaan…………………………….………………………………2

2. Diagnosis TBC Anak……………………………..…………………….3

3. DD………………………………………….…………………………..5

4. WD……………………………………………………………………..7

5. Definisi…………………………………………………………………7

6. Epidemiologi……………………………………………...……………7

7. Etiologi………………………………………………………...……….8

8. Patogenesis……………………………………………………..………9

9. Faktor Penghambat Dalam Pemberantasan TBC………...……………10

10. Perbedaan TBC Anak dan Dewasa…………………...……………...10

11. Klasifikasi TBC Anak………………………………...……………...10

12. Klinis……………………………………………………….………...11

13. Komplikasi…………………………………………………………...11

14. Tatalaksana Pengobatan TBC Anak……………………………..…..11

15. Pencegahan Tuberkulosis Anak……………………………………..14

16. Intervensi Siklus Infeksi Tuberkulosis Anak………………………..17

17. Prognosis…………………………………………………………….18

Bab III. Kesimpulan………………………………………………………….…19

Daftar Pustaka…………………….…………………………………………….20

[Type text]

ii

Page 4: makalah TBC ANAK

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Prevalensi infeksi tuberkulosis di negara berkembang termasuk Indonesia

masih tinggi. Tuberkulosis pada anak cukup penting dengan alasan bahwa

tuberkulosis pada bayi dan anak akan lebih mudah berlanjut menjadi TBC paru

yang lebih berat dan dapat terjadi TBC ekstra paru; infeksi tuberkulosis atau sakit

tuberkulosis menunjukkan adanya penularan di lingkungannya dan tuberkulosis

pada anak yang tidak ditangani akan menjadi sumber infeksi dimasa yang akan

datang. Adanya kontak serumah dengan individu yang menularkan merupakan

faktor risiko untuk infeksi atau sakit tuberkulosis pada bayi dan anak. Di

Indonesia data tentang hal tersebut masih terbatas. Adanya infeksi tuberkulosis

dapat ditelusuri dari adanya kontak serumah dengan penderita TBC dewasa

dengan BTA (+).

B. Tujuan

Penulisan ini bertujuan agar angka penderita TBC dapat ditekan. Selain

itu, tujuan lainnya yaitu agar penderita TBC dapat terdeteksi sedini mungkin,

dirawat dengan pengelolaan yang sesuai supaya komplikasinya dapat dicegah.

Oleh karena itu, diharapkan dengan adanya tulisan ini, masyarakat dapat

mengetahui TBC secara lebih mendalam, komplikasinya, dapat melakukan

langkah-langkah pencegahan, dan langkah-langkah pengelolaan. Diharapkan juga

agar semua orang dapat lebih mewaspadai penyakit TBC. Semoga tulisan ini

berguna dalam menambah wawasan para pembaca.

[Type text]

iii

Page 5: makalah TBC ANAK

BAB II. ISI

1. PEMERIKSAAN

A. Anamnesis

-. Keluhan awal.

Keluhan awal akut mungkin disebabkan adanya gangguan fisiologis akut.

-. Gejala yang menyertai.

a. Nyeri dada yang disertai sesak kemungkinan emboli paru, infark

miokard, atau penyakit pleura.

b. Batuk yang disertai sesak, khususnya sputum purulen mungkin

disebabkan oleh infeksi napas atau proses radang kronik.

c. Demam dan menggigil mendukung adanya suatu infeksi.

d. Hemoptisis mengisyaratkan ruptur kapiler/vaskular, misalnya karena

emboli paru, tumor, atau radang saluran napas.

-. Terpajan keadaan lingkungan/ obat tertentu : allergen – bronkospasme; debu,

asap, dan bahan kimia yang menimbulkan iritasi jalan napas berakibat terjadi

nya bronkospasme pada pasien yang sensitive; obat yang dimakan/injeksi

dapat menyebabkan reaksi hipersensitivitas yang menyebabkan sesak; riwayat

pajanan dengan penderita yang infeksius.1

B. Pemeriksaan Sistemik

Nadi normal pada anak :

Usia Rata-rata Kisaran

1-2 tahun 110 70-150

2-6 tahun 103 68-138

6-10 tahun 95 65-125

[Type text]

1

Page 6: makalah TBC ANAK

Frekuensi napas : berkisar antara 20-40 kali/menit.

BB : kurang lebih 5xBBL.

TB : kurang lebih 100 cm. 2

C. Pemeriksaan Fisik

-. Inspeksi : saat bernapas ada bagian yang tertinggal atau tidak, ada

tonjolan atau tidak, dan sebagainya.

-. Palpasi : meningkatnya fremitus menandakan adanya konsolidasi.

-. Perkusi : normal adalah sonor; hipersonor ditemukan pada hiperinflasi

paru; dan redup ditemukan pada konsolidasi paru/efusi pleura.

-. Auskultasi : berkurangnya intensitas saluran napas pada kedua bidang

paru menunjukkan adanya obstruksi saluran napas; ronki kasar dan

nyaring sesuai dengan obstruksi parsial/penyempitan saluran napas;

ronki basah halus terdengar pada parenkim paru yang berisi cairan. 1

D. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium : bilas lambung , pemeriksaan dahak (jarang) →

gram, BTA, biakan. Lavase lambung harus dilakukan 3 hari berturut-turut, dini

hari, dan pasien berpuasa serta berbaring telentang. Kultur konvensional

membutuhkan waktu 3-4 minggu untuk pertumbuhan yang dapat dideteksi.

Beberapa system yang lebih baru, seperti BACTEC, dapat memperpendek waktu

hingga 10 hari. Penggunaan PCR untuk diagnosis masih dalam tahap percobaan,

tetapi sepertinya menjanjikan keberhasilan. Jaringan kelenjar bening dapat

diperoleh melalui biopsy, eksisi, atau melalui aspirasi jarum halus.3

Radiologi : foto thorax PA.1,3,4

2. DIAGNOSIS TBC ANAK

a. Test Tuberkulin

Ada 2 macam tuberkulin yang dipakai yaitu Old tuberkulin dan

Purified protein derivate dengan cara Mantoux. Yaitu dengan

menyuntikkan 0,1 ml tuberkulin PPD intrakutan di volar lengan

[Type text]

2

3

Page 7: makalah TBC ANAK

bawah.Reaksi dilihat 48 – 72 jam setelah penyuntikan.4 Eritema tanpa

indurasi tidaklah bermakna. Tes positif bila indurasi >5mm/ lebih pada

anak yang kontak dengan pasien infeksius, mereka yang terkena infeksi

HIV/penyakit immunosupresan lain dan mereka yang foto thoraxnya

menunjukkan tuberculosis. Indurasi >10 mm adalah positif pada sebagian

besar grup anak yang mempunyai faktor risiko epidemiologi, seperti

kemiskinan, lahir di Negara berprevalensi tinggi, dan tinggal di daerah

yang prevalensi tuberkulosisnya tinggi. Bagi mereka yang tidak

mempunyai faktor risiko, positif bila indurasinya >15mm. Pada anak yang

mendapat imunisasi BCG, indurasi 10 mm/ > harus dipertimbangkan

positif. 3

b. Keadaan umum anak

Curiga adanya TBC anak bila :

- Sering panas

- Batuk yang tidak sembuh-sembuh

- Nafsu makan menurun

- Berat badan tidak naik 4

c. Laboratorium hematologi

Tidak banyak membantu. Laju endap darah meninggi pada

keadaan aktif dan kronik. Pada stadium akut bisa terjadi leukositosis

dengan sel polimorfonuklear, yang meningkat selanjutnya limfositosis.

Gambaran hematologik dapat membantu mengamati perjalanan

penyakitnya. Gambaran darah yang normal, tidak / belum dapat

menyingkirkan diagnosis tuberkulosis. 4

d. Foto Roentgen PA

Kelainan Roentgen akibat penyakit ini dapat berlokasi di mana saja dalam

paru-paru, namun sarang dalam parenkim paru-paru sering disertai oleh

pembesaran kelenjar limfe regional (kompleks primer). Foto Rontgen

thoraks tidak dapat digunakan sebagai alat diagnostik tunggal. 5

b. Pemeriksaan bakteriologis

Merupakan diagnosis pasti bila ditemukan kuman basil tahan asam, tetapi

sulit pada bayi dan anak. Bahan pemeriksaan dapat diambil dari sputum

[Type text]

Page 8: makalah TBC ANAK

(pada anak besar), bilasan lambung pagi hari atau dari cairan lain : LCS,

cairan pleura, cairan pericardium. Pemeriksaan dapat dilakukan cara BTA,

biakan, PCR, serologi, dan lain-lain.4

c. Pemeriksaan histopatologi

Jarang dilakukan pada anak, dilakukan dengan biopsi misalnya dari

kelenjar limfe.4

d. Pemeriksaan fungsi paru

Pada umumnya fungsi paru tak terganggu kecuali pada bronkhiektasis

hebat. Pemeriksaan ini perlu dilakukan pada TBC anak yang memerlukan

tindakan operatif.4

e. Pemeriksaan terhadap sumber penularan

Dicari sumber infeksi baik dari keluarga maupun orang lain, dilakukan

pemeriksaan sputum, foto paru, pemeriksaan darah. Bila positif sebaiknya

diisolasi untuk mengurangi kontak dan dilakukan pengobatan.4

3. D.D

- Penyakit paru karena MOTT (Mycobacterium Other Than Tuberculosis).

Etiologi : MOTT kecuali M. leprae.

Klinis : gejala paru sama dengan yang disebabkan M. tuberculosis.

Gejala yang ditimbulkannya bervariasi dan tidak spesifik, misalnya batuk

produktif, sesak, malaise, lemah, dan batuk darah. Gejala-gejala

konstitusional seperti demam, keringat malam, berat badan menurun

kurang menonjol. Membedakan MOTT dengan M.tuberculosis :

1. Uji Niasin : (+) : warna kuning : M. tuberculosis.

(-) : tidak berubah warna : MOTT.

2. Uji katalasa : (+) : ada gelembung busa : M. tuberculosis.

(-) : tidak ada gelembung busa : MOTT.

3. Uji PNB : (+) : tumbuh : MOTT

(-) : tidak tumbuh : M. tuberculosis.1

-. Bronkitis kronik berulang.

Etiologi : Rhinovirus, RSV, Parainfluenza, Influenza, Adenovirus,

Enterovirus, H. influenza, Strep. Pneumonia, Staph. aureus.

[Type text]

4

5

Page 9: makalah TBC ANAK

Definisi : gejala batuk yang berlangsung sekurang-kurangnya 2

minggu berturut-turut dan atau berulang paling sedikit 3x dalam 3 bulan

dengan atau tanpa gejala respiratorik lainnya.

Klinis : batuk produktif/kering, nyeri dada, kadang wheezing, dan

gejala bertambah malam hari.

Untuk membedakannya dilakukan reaksi serologi, pewarnaan

gram, dan deteksi laboratorium (bila penyebabnya bakteri biasanya ada

leukositosis). 1

-. Pneumonia yang bukan disebabkan M.tuberculosis.

Etiologi : pada anak-anak biasanya : Virus : Parainfluenza,

Influenza Virus, Adenovirus. Organisme atipikal : Mycoplasma

pneumonia. Bakteri : Pneumokokus, Mycobacterium tuberculosis.1

Definisi : Infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah yang

mengenai parenkim paru.1,7

Klinis : demam, sakit kepala, iritabel, gelisah, malaise, nafsu

makan kurang, keluhan gastrointestinal, batuk, takipneu, sesak napas, dan

sianosis.1

-. Pertusis :

Etiologi : Bordetella pertusis.

Klinis : masa inkubasi 7-14 hari. Penyakit dapat berlangsung

selama 6 minggu atau lebih yang terdiri dari 3 stadium :

1. Stadium kataralis

Stadium ini berlangsung 1-2 minggu ditandai dengan adanya

batuk-batuk ringan, terutama pada malam hari, pilek, serak, anoreksia, dan

demam ringan. Stadium ini menyerupai influenza.

2. Stadium spasmodic

[Type text]

6

Page 10: makalah TBC ANAK

Berlangsung selama 2-4 minggu, batuk semakin berat sehingga

pasien gelisah dengan muka merah, dan sianotik. Batuk keras terus

menerus. Diawali batuk 5-10 kali selama ekspirasi diikuti inspirasi

mendadak dan panjang (whoop) lalu muntah.

3. Stadium konvalesensi

Berlangsung selama 2 minggu sampai sembuh. Jumlah dan

serangan batuk berkurang, muntah berkurang, nafsu makan muncul

kembali.1

4. W.D : TBC pada anak

5. DEFINISI

Penyakit akibat infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis. Sistemis

sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh, dengan lokasi terbanyak di

paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer. 1-7

6. EPIDEMIOLOGI

Tuberkulosis (TBC) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah

mencanangkan tuberkulosis sebagai « Global Emergency ». Laporan WHO tahun

2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun

2002, 3,9 juta adalah kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif. Sepertiga penduduk

dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional WHO jumlah

terbesar kasus TBC terjadi di Asia tenggara yaitu 33 % dari seluruh kasus TBC di

dunia, namun bila dilihat dari jumlah penduduk terdapat 182 kasus per 100.000

penduduk. Di Afrika hampir 2 kali lebih besar dari Asia tenggara yaitu 350 per

100.000 penduduk.

Diperkirakan angka kematian akibat TBC adalah 8000 setiap hari dan 2 - 3

juta setiap tahun. Laporan WHO tahun 2004 menyebutkan bahwa jumlah terbesar

kematian akibat TBC terdapat di Asia tenggara yaitu 625.000 orang atau angka

mortaliti sebesar 39 orang per 100.000 penduduk. Angka mortalitas tertinggi

[Type text]7

Page 11: makalah TBC ANAK

terdapat di Afrika yaitu 83 per 100.000 penduduk, prevalensi HIV yang cukup

tinggi mengakibatkan peningkatan cepat kasus TBC yang muncul.

Indonesia masih menempati urutan ke 3 di dunia untuk jumlah kasus TBC

setelah India dan Cina. Setiap tahun terdapat 250.000 kasus baru TBC dan sekitar

140.000 kematian akibat TBC. Di Indonesia tuberkulosis adalah pembunuh nomor

satu diantara penyakit menular dan merupakan penyebab kematian nomor tiga

setelah penyakit jantung dan penyakit pernapasan akut pada seluruh kalangan

usia.6

7. ETIOLOGI : M. t uberculos is

Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang lurus atau sedikit

melengkung, tidak berspora dan tidak berkapsul. Dinding M. tuberculosis sangat

kompleks, terdiri dari lapisan lemak cukup tinggi (60%). Penyusun utama dinding

sel M. tuberculosis ialah asam mikolat, lilin kompleks (complex-waxes), trehalosa

dimikolat yang disebut cord factor, dan mycobacterial sulfolipids yang berperan

dalam virulensi. Unsur lain yang terdapat pada dinding sel bakteri tersebut adalah

polisakarida seperti arabinogalaktan dan arabinomanan. Struktur dinding sel yang

kompleks tersebut menyebabkan bakteri M. tuberculosis bersifat tahan asam,

yaitu apabila sekali diwarnai akan tetap tahan terhadap upaya penghilangan zat

warna tersebut dengan larutan asam – alkohol. Komponen antigen ditemukan di

dinding sel dan sitoplasma yaitu komponen lipid, polisakarida dan protein.6

[Type text]

8

Page 12: makalah TBC ANAK

8. PATOGENESIS

Inhalasi basil TBC → alveolus → fagositosis oleh makrofag

Basil TBC berkembang biak Destruksi basil TBC

Destruksi makrofag

Resolusi Pembentukan tuberkel Kel. limfe

Kalsifikasi Perkijuan Penyebaran hematogen

Kompleks Ghon pecah

Lesi sekunder paru Lesi di hepar, lien, ginjal,

tulang, otak, dll.

Gambar 1. Skema perkembangan sarang tuberkulosis postprimer dan

perjalanan penyembuhannya.6

[Type text]

9

Page 13: makalah TBC ANAK

9. FAKTOR PENGHAMBAT DALAM PEMBERANTASAN TBC

1. Sosial Ekonomi

- Makanan yang kurang baik dalam kualitas dan kuantitas

mengakibatkan daya tahan tubuh anak turun dan mudah terjadi

infeksi.

- Obat yang mahal dan dibutuhkan waktu yang relatif lama.

2. Perumahan : kurangnya udara ventilasi, dan biasanya “over crowded”

3. Kurangnya pengetahuan kesehatan dan kurangnya pengertian mengenai

sifat dan cara penularan TBC.4

10. PERBEDAAN TBC ANAK DAN DEWASA

a. TBC anak lokasinya pada setiap bagian paru, sedangkan pada dewasa di

daerah apeks dan infra klavikuler.

b. Terjadi pembesaran kelenjar limfe regional sedangkan pada dewasa tanpa

pembesaran kelenjar limfe regional.

c. Penyembuhan dengan perkapuran sedangkan pada dewasa dengan fibrosis.

d. Lebih banyak terjadi penyebaran hematogen, pada dewasa jarang. 4

11. KLASIFIKASI TBC ANAK

1. TBC Primer

- Komplek Primer.

Di paru basil yang berkembang biak menimbulkan suatu daerah

radang yang disebut afek/fokus primer dari Gohn. Basil akan menjalar

melalui saluran limfe dan terjadi limfangitis dan akan terjadi

limfadenitis regional. Pada lobus atas paru akan terjadi pada kelenjar

limfe pada trakheal, sedangkan pada lobus bawah akan terjadi pada

kelenjar limfe hiler.

- Komplikasi paru dan alat lain (sistemik).

2. TBC Post Primer

- Re infeksi endogen (karena daya tahan tubuh turun, kuman yang

indolen aktif kembali).

- Re infeksi eksogen.4

[Type text] 10

Page 14: makalah TBC ANAK

12. KLINIS

Gejala umum tuberculosis anak :

1. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas / tidak naik dalam 1 bulan dengan

penanganan gizi.

2. Anoreksia dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik secara adekuat

(failure to thrive).

3. Demam lama dan berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria, atau

infeksi saluran napas akut), dapat disertai keringat malam.

4. Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit dan biasanya multiple.

5. Batuk lama lebih dari 30 hari.

6. Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan diare.

Gejala spesifik sesuai organ yang terkena : TBC kulit/skrofuloderma, TBC

tulang dan sendi (gibbus; pincang), TBC otak dan saraf/meningitis dengan gejala

iritabel, kuduk kaku, muntah, dan kesadaran menurun; TBC mata (konjunktivitis

fliktenularis, tuberkel koroid), dll.7

13. KOMPLIKASI

Dapat terjadi penyebaran secara limfogen/ hematogen yang akan

mengakibatkan TBC milier, meningitis TBC, bronkogenik, pleuritis, peritonitis,

perikarditis, TBC tulang dan sendi. 4

14. TATALAKSANA PENGOBATAN TBC ANAK

A. Tujuan pengobatan TBC anak

- Menurunkan / membunuh kuman dengan cepat.

- Sterilisasi kuman untuk mencegah relaps dengan jalan pengobatan:

Fase intensif (2 bulan) : mengeradikasi kuman dengan 3

macam obat : INH, Rifampisim dan Pirazinamid.

Fase pemeliharaan (4 bulan) : akan memberikan efek

sterilisasi untuk mencegah terjadinya relap: menggunakan

2 macam obat : INH & Rifampicin.

- Mencegah terjadinya resistensi kuman TBC.4

[Type text]11

Page 15: makalah TBC ANAK

B. Prinsip Pengobatan TBC Anak

- Kombinasi lebih dari satu macam obat. Hal ini untuk mencegah

terjadinya resistensi terhadap obat.

- Jangka panjang, teratur, dan tidak terputus. Hal ini merupakan

masalah kadar kepatuhan pasien.

- Obat diberikan secara teratur tiap hari.4

C. Obat TBC Anak

Regimen dasar pengobatan TBC adalah kombinasi INH dan Rifampicin

selama 6 bulan dengan Pirazinamid pada 2 bulan pertama. Pada TBC berat dan

ekstrapulmonal biasanya pengobatan dimulai dengan kombinasi 4-5 obat selama 2

bulan (ditambah Etambutol dan Streptomisin), dilanjutkan dengan INH dan

Rifampicin selama 4-10 bulan sesuai perkembangan klinis.

Pada meningitis TBC, perikarditis, TBC milier, dan efusi pleura diberikan

kortikosteroid, yaitu prednison (PRED) 1-2 mg/kgBB/hari selama 2 minggu,

diturunkan perlahan (tapering off) sampai 2-6 minggu. 7

OBAT SEDIAAN DOSIS

(mg/kg

BB)

DOSIS

MAKS

ESO

INH Tablet 100 mg

Tablet 300 mg

Sirup 10 mg/ml

5 – 15 300 mg Hepatitis, neuritis

perifer, hipersensitif

Rifampicin

(RIF)

Kapsul/ kaplet

150,300,450,600

Sirup 20 mg/ml

10 - 15 600 mg Urine/sekret merah,

hepatitis, mual, flulike

reaction

Pirazinamid

(PZA)

Tablet 500 mg 25 – 35 2 g Hepatitis,

hipersensitif

[Type text]

Page 16: makalah TBC ANAK

Etambutol

(EMB)

Tablet 500 mg 15 – 20 2,5 g Neurilis optika,

gangguan visus

/warna, gangguan

saluran cerna

Streptomisin

(SM)

Injeksi 15 - 40 1 gram Ototoksis, nefrotokis

Tabel 1. Obat anti tuberculosis untuk anak. 4

D. Regimen Pengobatan TBC Anak

2 bln 6 bln 9 bln 12 bln

INH              

RIF              

PZA          

EMB          

SM          

PRED      

Grafik 1. Regimen pengobatan TBC anak4

E. Pemantauan Hasil Pengobatan

a. Pengawasan terhadap respon pengobatan. Perhatikan perbaikan

klinik, aktivitas, nafsu makan, kenaikan berat badan. Bila ada

tuberkulosis ekstra pulmonal diamati perbaikan yang terjadi.

Respon klinis yang baik terhadap terapi mempunyai nilai

diagnostik. Respon yang baik dapat dilihat dari perbaikan semua

keluhan awal. Nafsu makan membaik, berat badan meningkat

[Type text]

12

13

Page 17: makalah TBC ANAK

dengan cepat, keluhan demam dan batuk menghilang dan tidak

merasa sakit. Respon yang nyata biasanya terjadi dalam 2 bulan

awal (fase intensif).

b. Pengawasan terhadap komplikasi.

c. Pengawasan terhadap efek samping obat : biasanya jarang terjadi

pada anak. Neuritis perifer, gangguan Nervus VIII, gangguan

penglihatan, gejala hepatotoksik.

d. Pengamatan terhadap perbaikan gambaran laboratorium darah.

Pemeriksaan kimia darah atas indikasi.

e. Pengamatan terhadap perbaikan radiologik dilakukan pada akhir

pengobatan.

f. Mencari sumber infeksi pada keluarga dan masyarakat sekitarnya.4

15. PENCEGAHAN TUBERKULOSIS ANAK

1. Perlindungan terhadap sumber penularan. Prioritas pengobatan sekarang

ditujukan terhadap orang dewasa. Akan tetapi seperti yang telah

diterangkan sebelumnya bahwa TBC anak yang tidak mendapat

pengobatan akhirnya menjadi TBC dewasa dan akan menjadi sumber

penularan.

2. Vaksinasi BCG.

Vaksin BCG merupakan suatu attenuated vaksin yang

mengandung kultur strain Mycobacterium bovis dan digunakan sebagai

agen imunisasi aktif terhadap TBC. Walaupun telah digunakan sejak lama,

akan tetapi efikasinya menunjukkan hasil yang bervariasi yaitu antara 0 –

80% di seluruh dunia. Vaksin BCG secara signifikan mengurangi resiko

terjadinya active tuberculosis dan kematian. Efikasi dari vaksin tergantung

pada beberapa faktor termasuk diantaranya umur, cara/teknik vaksinasi,

jalur vaksinasi, dan beberapa dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Vaksin

BCG sebaiknya digunakan pada infants, dan anak-anak yang hasil uji

tuberculinnya negatif dan yang berada dalam lingkungan orang dewasa

dengan kondisi terinfeksi TBC dan tidak menerima terapi atau menerima

terapi tetapi resisten terhadap isoniazid atau rifampin. Selain itu, vaksin

[Type text] 14

Page 18: makalah TBC ANAK

BCG juga harus diberikan kepada tenaga kesehatan yang bekerja di

lingkungan dengan pasien infeksi TBC tinggi. Sebelum dilakukan

pemberian vaksin BCG (selain bayi sampai dengan usia 3 bulan) setiap

pasien harus terlebih dahulu menjalani skin test. Vaksin BCG tidak

diindikasikan untuk pasien yang hasil uji tuberculinnya posistif atau telah

menderita active tuberculosis, karena pemberian vaksin BCG tidak

memiliki efek untuk pasien yang telah terinfeksi TBC. Vaksin BCG

merupakan serbuk yang dikering-bekukan untuk injeksi berupa suspensi.

Sebelum digunakan serbuk vaksin BCG harus dilarutkan dalam pelarut

khusus yang telah disediakan secara terpisah. Penyimpanan sediaan vaksin

BCG diletakkan pada ruang atau tempat bersuhu 2 – 8oC serta terlindung

dari cahaya. Pemberian vaksin BCG biasanya dilakukan secara injeksi

intradermal/intrakutan (tidak secara subkutan) pada lengan bagian atas

atau injeksi perkutan sebagai alternatif bagi bayi usia muda yang mungkin

sulit menerima injeksi intradermal. Dosis yang digunakan adalah sebagai

berikut:

1. Untuk infants atau anak-anak kurang dari 12 bulan diberikan 1 dosis

vaksin BCG sebanyak 0,05ml (0,05mg).

2. Untuk anak-anak di atas 12 bulan dan dewasa diberikan 1 dosis vaksin

BCG sebanyak 0,1 ml (0,1mg).

Perlindungan yang diberikan oleh vaksin BCG dapat bertahan

untuk 10 – 15 tahun. Sehingga re-vaksinasi pada anak-anak umumnya

dilakukan pada usia 12 -15 tahun.

Vaksin BCG dikontra-indikasikan untuk pasien yang mengalami

gangguan pada kulit seperti atopic dermatitis, serta baru saja menerima

vaksinasi lain (perlu ada interval waktu setidaknya 3 minggu). Vaksin

BCG juga tidak diberikan untuk :

[Type text]

Page 19: makalah TBC ANAK

1. Pasien dengan gangguan imunitas (immunosuppressed) seperti pasien

HIV, pasien yang mengkonsumsi obat-obat kortikosteroid

(immunosuppressan), atau baru saja menerima transplantasi organ.

2. Wanita hamil dan menyusui, walaupun belum ada data yang

menunjukkan efek bahaya dari pemberian vaksin BCG terhadap wanita

hamil dan menyusui.

Beberapa adverse reaction yang mungkin terjadi setelah pemberian vaksin BCG

antara lain:

Nyeri pada tempat injeksi, terjadi ulcer atau keloid karena kesalahan pada

saat injeksi.

Kelebihan dosis dan pemberian vaksin pada pasien dengan tuberculin

positif.

Sakit kepala, demam, dan timbul reaksi alergi

Beberapa contoh vaksin BCG yang tersedia di Indonesia adalah : Vaksin BCG

kering (Bio Farma) dan BCG Vaccine SSI (Statent Serum Institut – Denmark). 4

3. Kemoprofilaksis primer maupun sekunder.

a. Kemoprofilaksis primer diberikan pada anak yang belum

terinfeksi (uji tuberculin negative), tetapi kontak dengan penderita

TBC aktif. Obat yang digunakan adalah INH 5-10 mg/kgBB/hari

selama 2-3 bulan.

b. Kemoprofilaksis sekunder diberikan pada anak dengan uji

tuberculin positif, tanpa gejala klinis, dan foto paru normal, tetapi

memiliki faktor risiko menjadi TBC aktif. Golongan ini adalah

balita, anak yang mendapat pengobatan kortikosteroid atau

imuosupresan lain, penderita dengan keganasan, terinfeksi virus

(HIV, morbili), gizi buruk, masa akil balik, atau infeksi baru TNC,

konversi uji tuberculin kurang dari 12 bulan. Obat yang digunakan

adalah INH 5-10mg/kgBB/hari selama 6-12 bulan. 7

4. Pengobatan terhadap infeksi dan penemuan sumber penularan.

[Type text]

15

Page 20: makalah TBC ANAK

5. Pencegahan terhadap menghebatnya penyakit dengan diagnosis dini.

6. Penyuluhan dan pendidikan kesehatan.4

16. INTERVENSI SIKLUS INFEKSI TUBERKULOSIS ANAK

Tujuan akhir tuberkulosis kontrol adalah menghilangkan atau memberantas

penyakit tuberkulosis. Dari sudut tuberkulosis anak maka dapat diadakan

intervensi siklus infeksi sebagai berikut :

1. Pencegahan primer :

- Vaksinasi.

- Menghindari penyakit / sumber penyakit.

- Profilaksis infeksi (kemoprofilaksis primer).

2. Profilaksis penyakit (kemoprofilaksis sekunder).

3. Pengobatan penyakit.

4. Mempertahankan daya tahan tubuh, meningkatkan gizi, menghindarkan

sumber penyakit. 4

[Type text]

ANAK SEMBUH

RE INFEKSI

Kuman BTA (+)

ANAK INFEKSI

TUBERKULIN (+)

ANAK SAKIT

(2)

(3)

(4)(1)

Tuberkulosis dewasa

16

Page 21: makalah TBC ANAK

Gambar 2. Siklus Infeksi Tuberkulosis Anak4

17. PROGNOSIS

Semakin dini deteksi, penanganannya, kerja sama yang baik dari pasien,

semakin baik prognosisnya. Begitu sebaliknya.

[Type text]

17

Page 22: makalah TBC ANAK

BAB III. KESIMPULAN

Tuberkulosis anak selain mempunyai problematik sendiri juga merupakan

akibat dari tuberkulosis dewasa. Dengan demikian tuberkulosis anak merupakan

parameter yang penting berhasil tidaknya pemberantasan sumber penularan.

Tuberkulosis anak merupakan bibit tuberkulosis dewasa dan dengan sendirinya

merupakan sumber penularan pada masa dewasa.

Dalam pengelolaan TBC anak harus diingat bahwa TBC primer

merupakan penyakit sistemik. Komplikasi dapat terjadi terutama dalam 1 – 1,5

tahun perjalanan penyakit, kadang baru dalam 5 tahun.

Kesukaran dalam diagnosis TBC anak karena gejala klinik dan radiologik

tidak khas, sedang pemeriksaan bakteriologis tidak banyak dapat diharapkan.

Vaksinasi BCG yang langsung dikerjakan dan memberi reaksi yang cepat

dalam 7 hari pertama (terjadi indurasi) harus dicurigai adanya infeksi tuberkulosis

yang aktif. Jadi vaksinasi BCG secara massal selain untuk memberikan imunitas

bisa digunakan sebagai uji tapis walaupun bersifat terbatas.

Pengobatan TBC memerlukan ketekunan dan waktu yang lama sehingga

kadang membosankan penderita.

Pemberantasan TBC akan berhasil baik bila secara simultan disertai

perbaikan sosial ekonomi masyarakat.4

[Type text]

18

Page 23: makalah TBC ANAK

DAFTAR PUSTAKA

1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, K MS, Setiati S, eds. “Pulmonologi”

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan

Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006.

2. Santoso M. “Tumbuh Kembang” Buku Panduan Keterampilan Medik

No.3. Jakarta : FK Ukrida, 2008.

3. Rudolph A. “Pulmonologi” Buku Ajar Pediatri Edisi 20. Jakarta: EGC,

2007.

4. Sunarjo D. Tuberkulosis Pada Anak. SMF ANAK BRSD

RAA.SOEWONDO PATI, 2007.

5. Rasad S. “Tuberkulosis Paru” Radiologi Diagnostik 2. Jakarta : FKUI,

2008.

6. Aditama Y. “Tuberkulosis” Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di

Indonesia. Jakarta : Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006.

7. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan W, eds.

“Pulmonologi Anak” Kapita Selekta Kedokteran 2. Jakarta : Media

Aesculapius, 2008.

[Type text]

19

20