Upload
utarinal
View
37
Download
1
Embed Size (px)
CLINICAL SCIENCE SESSION
GLAUKOMA AKUT
Oleh
Radinal Yusivanandra Prayitno
0718011030
Pembimbing
dr. Helmi Muchtar, Sp.M
SMF ILMU PENYAKIT MATA
RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK
BANDAR LAMPUNG
MARET 2013
GLAUKOMA AKUT
A. PENDAHULUAN
Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan didalam bola mata
meningkat sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan
penurunan fungsi penglihatan. Glaukoma ditandai oleh meningkatnya tekanan
intra okular yang disertai oleh pencekungan diskus optikus dan pengecilan
lapangan pandang.
Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intraokular ini
disebabkan:
Hambatan pengaliran pada pupil waktu pengaliran cairan dari bilik mata
belakang ke bilik mata depan;
Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar;
Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di
celah pupil.
Bilik anterior dan bilik posterior mata terisi oleh cairan encer yang disebut
humor aqueus. Dalam keadaan normal, cairan ini dihasilkan di dalam bilik
posterior melewati pupil masuk kedalam bilik anterior lalu mengalir dari mata
melalui suatu saluran. Jika aliran cairan ini terganggu (biasanya karena
penyumbatan yang menghalangi keluarnya cairan dari bilik anterior), maka
akan terjadi peningkatan tekanan. Peningkatan tekanan intra okular akan
mendorong perbatasan antara saraf optikus dan retina di bagian belakang
mata. Akibatnya pasokan darah ke saraf optikus berkurang sehingga tak
jarang kebutaan dapat diderita pada keadaan yang tidak dikoreksi.
Ekskavasi glaukomatosa, penggaungan atau cekungan papil saraf optik akibat
glaukoma merupakan gejala glaukoma yang mengakibatkan kerusakan pada
saraf optik. Luas atau dalamnya cekungan ini pada glaukoma kongenital
dipakai sebagai indikator progresivitas glaukoma.
Klasifikasi Glaukoma
Klasifikasi untuk glaukoma adalah sebagai berikut (Vaughen) :
1. Glaukoma Primer
Glaukoma primer adalah bentuk glaukoma yang tersering dijumpai.
Glaukoma dengan etiologi tidak pasti, di mana tidak didapatkan kelainan
yang merupakan penyebab glaukoma. Glaukoma ini didapatkan pada orang
yang telah memiliki bakat bawaan glaukoma, seperti :
a. Bakat dapat berupa gangguan fasilitas pengeluaran cairan mata atau
susunan anatomis bilik mata yang menyempit ;
b. Mungkin disebabkan kelainan pertumbuhan pada sudut bilik mata depan
(goniodisgenesis), berupa trabekulodisgenesis, iridodisgenesis dan
korneodisgenesis dan yang paling sering berupa trabekulodisgenesis dan
goniodisgenesis.
Glaukoma primer bersifat bilateral, yang tidak selalu simetris dengan sudut
bilik mata terbuka ataupun tertutup, pengelompokan ini berguna untuk
penatalaksanaan dan penelitian. Untuk setiap glaukoma diperlukan
pemeriksaan gonioskopi.
Secara umum glaukoma primer terbagi menjadi :
Glaukoma sudut terbuka (glaukoma simpleks)
Glaukoma sudut sempit
2. Glaukoma Kongenital
Glaukoma kongenital dibagi menjadi glaukoma kongenital primer, anomali
perkembangan segmen anterior, dan berbagai kelainan lain seperti aniridia,
sindrom Sturge-Weber, neurofibromatosis, sindrom Lowe, dan rubella
kongenital. Glaukoma kongenital merupakan kelainan yang sudah ada sejak
lahir dan terjadi akibat gangguan perkembangan pada saluran humor aqueus.
Glaukoma kongenitalis seringkali diturunkan. Menurut Schele, glaukoma
kongenital dibagi menjadi :
Primer atau infantile yang tampak pada waktu lahir atau pada umur 1-3
tahun dan menyebabkan pembesaran bola mata, karena dengan
elastisitasnya bola mata membesar mengikuti meningginya tekanan
intraokuler.
Menyertai kelainan kongenital lainnya (Glaukoma juvenil) didapatkan
pada anak yang lebih besar.
3. Glaukoma Sekunder
Perubahan lensa
Terjadi karena dislokasi lensa, intumesensi lensa yang katarak (fakotopik),
proses fakolitik dan fakotoksik pada katarak, atau karena terlepasnya
kapsul lensa, maka jaringan kapsul lensa ini dapat menutupi trabekula,
sehingga menghalangi keluarnya humor aqueous dari bilik mata depan dan
atau biasa disebut dengan glaukoma kapsularis.
Kelainan uvea
Akibat terjadinya peradangan pada uvea (uveitis anterior) yang dapat
menimbulkan glaukoma baik pada stadium dini maupun stadium lanjut.
Akibat meradangnya uvea anterior, timbul hiperemi yang menimbulkan
bertambahnya produksi humor aqueous, juga ikut keluar sel-sel radang
dengan fibrinnya akibat gangguan permeabilitas dari pembuluh darah dan
menyebabkan kenaikan tekanan osmose. Hal ini dapat menyebabkan
meningginya tekanan intraokuler. Penyebab lainnya adalah karena tumor
pada jaringan uvea dan terdapatnya rubeosis iridis yang merupakan proses
neovaskularisasi di iris.
Trauma
Terjadi akibat adanya hifema atau perdarahan di bilik mata depan yang
berasal dari robekan di iris atau badan siliar sehingga dapat menutupi
sudut bilik mata dan meningkatkan tekanan intraokuler. Penyebab lain
adalah kontusio bulbi yang dapat menyebabkan perdarahan di bagian
posterior mata sehingga tekanan intraokuler cepat naik serta robeknya
kornea atau limbus yang dapat disertai dengan prolaps iris sehingga
menyebabkan tertutupnya sudut bilik mata dengan cepat karena
menempelnya iris pada kornea.
Bedah
Akibat pertumbuhan epitel, yang masuk ke dalam bilik mata depan, terjadi
setelah mengadakan insisi kornea atau sklera dan dapat menutup sudut
bilik mata depan. Penyebab lain adalah gagalnya pembentukan bilik mata
depan setelah operasi katarak, dan uveitis yang dapat menyebabkan
perlengketan iris pasca operasi katarak.
4. Glaukoma Absolut
Glaukoma absolut merupakan stadium akhir glaukoma (sempit / terbuka) di
mana sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan
gangguan fungsi lanjut.
Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi
dengan ekskavasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa
sakit. Sering mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh
darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskularisasi pada iris,
keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma
hemoragik.
Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada
badan siliar untuk menekan fungsi badan siliar, alkohol retrobulbar atau
melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan
memberikan rasa sakit.
B. GLAUKOMA AKUT
1. Definisi
Nama ini didasarkan keadaan sudut yang tampak pada pemeriksaan
gonioskopi. Glaukoma primer sudut tertutup merupakan kelainan pada
mata dimana terdapat kenaikan mendadak dari tekanan intraokuler, sakit
yang sangat di mata secara mendadak dan menurunnya ketajaman
penglihatan secara tiba-tiba, disertai tanda-tanda kongesti dimata, seperti
mata merah, kelopak mata bengkak. Karena glaukoma ini timbulnya
mendadak disertai tanda kongesti, maka disebut pula glaukoma akut
kongestif atau glaukoma akut.
2. Etiologi dan Patofisiologi
Disebabkan penutupan sudut COA yang mendadak oleh akar iris, sehingga
menghalangi sama sekali keluarnya humor aqueus melalui trabekula,
menyebabkan meningginya tekanan intraokuler, Glaukoma akut, hanya
timbul pada orang-orang yang mempunyai sudut bilik mata yang sempit.
Jadi hanya pada orang-orang dengan predisposisi anatomis.
Faktor anatomis yang menyebabkan sudut sempit adalah :
1. Bulbus okuli yang pendek, biasanya pada mata yang hipermetrop.
Makin berat hipermetropnya makin dangkal COA-nya.
2. Tumbuhnya lensa. Menyebabkan COA menjadi lebih dangkal. Pada
umur 25 tahun, dalamnya COA rata – rata 3,6 mm, sedang pada umur
70 tahun 3,15 mm.
3. Kornea yang kecil, dengan sendirinya COA-nya dangkal.
4. Tebalnya iris. Makin tebal iris, makin dangkal COA.
Pada sudut bilik mata yang sempit, letak lensa menjadi lebih dekat ke iris,
sehingga aliran cairan bilik mata dari bilik mata belakang ke bilik mata
depan terhambat. Inilah yang disebut hambatan pupil. Hal ini dapat
menyebabkan meningkatnya tekanan di dalam mata belakang dan
mendorong iris ke depan. Pada sudut bilik mata depan yang memang
sudah sempit adanya dorongan ini menyebabkan iris menutupi jaringan
trabekula, sehingga cairan bilik mata tidak dapat atau sukar untuk keluar
dan terjadilah glaukoma sudut tertutup.
Faktor fisiologis yang menyebabkan COA sempit :
1. Akomodasi. Dengan akomodasi, pars siliaris dari iris maju ke depan.
2. Dilatasi pupil, menyebabkan akar iris menjadi lebih tebal dan sudut
COA menjadi lebih sempit.
Dilatasi pupil dapat terjadi, bila :
1. Diberikan midriatika, seperti hematropin. Juga dapat terjadi bila atropin
diberikan sistimik dalam pengobatan muntaber atau persiapan operasi.
2. Diam di ruang gelap.
3. Lensa letaknya lebih ke depan, dapat menyebabkan hambatan pupil
yang kemudian menimbulkan iris bombe fisiologis, karena tekanan di
bilik mata belakang lebih tinggi dari di depan. Hal ini dapat menambah
sempitnya sudut coa yang dasarnya sudat sempit.
4. Kongesti badan siliar. Penyebabnya :
a. Neurovaskuler, misalnya menangis, jengkel dan kelainan emosi yang
lain.
b. Penyakit lokal dari traktus respiratorius bagian atas.
c. Operasi daerah kepala.
d. Humoral, seperti haid.
Jadi bila faktor fisiologis ini terjadi pada seseorang yang mempunyai
predisposisi anatomis berupa sudut bilik mata yang sempit, maka ada
kemungkinan timbul glaukoma sudut tertutup.
Pendapat lain tentang penyebab dari glaukoma sudut tertutup, yaitu terjadinya
labilitas vasomotoris setempat, sehingga mempertinggi tekanan di dalam
pembuluh darah yang kecil. Jika hal ini terjadi pada uvea bagian depan, maka
menyebabkan penambahan dari cairan yang dikeluarkan di bilik mata
belakang sehingga badan kaca, lensa dan iris menjadi lebih terdorong ke
depan.
3. Gejala Klinik
Sebelum penderita menderita serangan akut, ia mengalami serangan
prodorma meskipun tidak selalu demikian.
Fase Prodorma Dinamakan Juga Fase Nonkongestif
Pada stadium ini terdapat penglihatan kabur, melihat halo (gambaran
pelangi) sekitar lampu atau lilin, disertai sakit kepala, sakit pada matanya
dan kelemahan akomodasi.
Keadaan ini berlangsung ½ - 2 jam. Pada stadium ini penderita jarang
pergi ke dokter, biasanya mengobati dirinya sendiri dengan analgetika atau
obat flu yang mudah didapat, kemudian merasa sembuh lagi. Juga dengan
tidur sebentar keadaan pulih kembali, sebab pada waktu tidur, terjadi
miosis yang menyebabkan sudut coa terbuka.
Pemeriksaan pada stadium ini, didapatkan : injeksi perikornea yang ringan,
kornea agak suram karena edema, bilik mata depan dangkal, pupil sedikit
melebar reaksi cahaya lambat dan tekanan intraokuler meninggi.
Bila serangannya reda, mata menjadi normal kembali, kecuali penurunan
daya akomodasi tetap ada, sehingga penderita memerlukan penggantian
kacamata dekat yang lebih sering dan lebih kuat dibanding dengan
usianya. Karena itu, bila terdapat penderita dengan kenaikan yang cepat
dari presbiopianya, waspadalah terhadap kemungkinan glaukoma sudut
tertutup. Stadium prodorma ini dapat diperhebat oleh insomnia, kongesti
vena, gangguan emosi, kebanyakan minum, pemakaian midriatika. Mula-
mula antara serangan dapat berminggu-minggu atau beberapa bulan, akan
tetapi makin lama makin sering dan serangannya berlangsung lebih lama.
Stadium ini dapat berlangsung beberapa minggu atau beberapa bulan
bahkan beberapa tahun, baru kemudian sampai pada stadium glaukoma
akut. Jadi untuk mendeteksi seseorang dengan calon glaukoma akut,
dibutuhkan anamnesa yang teliti.
Fase glaukoma akut : (stadium kongestif)
Pada stadium ini penderita tampak sangat payah, memegangi kepalanya
karena sakit hebat. Jalannya dipapah, karena ketajaman penglihatannya
turun, muntah-muntah, karenanya sering disangka bukan menderita sakit
mata, melainkan suatu penyakit sistemik. Glaukoma akut menyebabkan
visus cepat menurun, disertai sakit kepala di dalam mata yang menjalar
sepanjang N.V, sakit di kepala, muntah-muntah, nausea, tampak warna
pelangi di sekitar lampu.
Pada pemeriksaan tampak :
- Palpebra bengkak.
- Konjungtiva bulbi : hiperemia, kongestif, kemotis, dengan injeksi silier,
injeksi konjungtiva, injeksi episklera.
- Kornea : keruh, insensitif karena tekanan pada saraf kornea.
- Bilik mata depan : dangkal, yang dapat dilihat dengan penyinaran bilik
mata depan dari samping.
- Iris : gambaran corak bergaris tak nyata, karena edema, berwarna
kelabu.
- Pupil : melebar, lonjong, miring agak vertikal, kadang – kadang
didapatkan midriasis yang total, warnanya kehijauan, refleks cahaya
lamban atau tidak sama sekali.
Bila serangan-serangan sudah berulang kali, terjadi untuk waktu yang
lama, maka terjadi lepasnya pigmen dari iris, yang masuk ke dalam bilik
mata depan menimbulkan kekerutan, juga dapat menempel pada endotel
kornea dan tampak seperti keratik presipitat. Dapat juga terjadi
perlengketan antara pupil dan lensa (sinekhia posterior), sehingga pupil
menjadi tidak teratur, dan sering disangka menderita uveitis. Irisnya
tampak berwarna putih kelabu, karena timbulnya nekrose lokal. Lensanya
menjadi katarak, yang tampak di atas permukaan kapsula lensa depan,
sebagai bercak-bercak putih, seperti susu yang tertumpah di atas meja
yang disebut “Glaukoma Flecke”, suatu tanda bahwa pada mata itu pernah
terjadi serangan akut.
Bila glaukoma akut tidak segera diobati dengan baik, timbullah
perlekatan-perlekatan antara iris bagian tepi dan jaringan trabekula, yang
disebut sinkhia anterior perifer, yang mengakibatkan penyaluran keluar
dari humor akueus lebih menghambat lagi.
Pada stadium akut, karena kornea sangat keruh, pemeriksaan bagian dalam
mata sukar dilakukan. Funduskopi, pemeriksaan lapang pandangan, juga
untuk dapat melihat iris, pupil, lensa baru dapat menjadi jelas, bila fase ini
sudah berlalu, dimana kornea sudah menjadi agak jernih kembali.
Funduskopi : Papil saraf optik menunjukkan penggaungan dan
atrofi,seperti pada glaukoma simpleks.
Tonometri : Tensi intraokuler pada stadium kongestif lebih tinggi dari
pada stadium non kongestif.
Tonografi : Menunjukkan outflow yang baik. Tetapi bila sudah ada
perlengketan antara iris dan trabekula (goniosinekhia,
sinekhia anterior perifer), maka aliran menjadi terganggu.
Ganioskopi : Pada waktu tekanan intraokuler tinggi, sudut bilik mata
depan tertutup, sedang pada waktu tensi intraokuler normal,
sudutnya sempit. Bila serangan dapat dihentikan maka
sesudah 24 jam, biasanya sudut bilik mata depan terbuka
kembali, tetapi masih sempit.
Tes provokasi dilakukan pada keadaan yang meragukan :
Tes yang dilakukan : tes kamar gelap, tes midriasis, tes membaca, tes
bersujud (prone test).
4. Diagnosis Banding
Beberapa penyakit yang mirip dengan glaukoma akut adalah :
1. Iridosiklitis akut
2. Konjungtivitis akut
3. Keratitis
4. Skleritis
5. Sindrom Posner Schlossman
6. Glaukoma sudut terbuka meradang
7. Perdarahan retrobulbar
8. Glaukoma Hemolitik
5. Pemeriksaan
Cara Pemeriksaan Khusus Untuk Glaukoma
1. Ketajaman penglihatan
Pemeriksaan ketajaman penglihatan, bukan merupakan cara yang
khusus untuk glaukoma, tetapi tetap penting, karena ketajaman
penglihatan yang baik misalnya 5/5 belum berarti tidak ada glaukoma.
Pada glaukoma sudut terbuka, kerusakan saraf mata dimulai dari tepi
lapang pandangan dan lambat laun meluas ke tengah. Dengan demikian
penglihatan sentral (fungsi makula) bertahan lama, walaupun
penglihatan perifer sudah tidak ada, sehingga penderita tersebut seolah-
olah melihat melalui teropong (tunnel vision).
2. Tonometri
Tingginya tekanan intraokuler tergantung dari banyaknya produksi
akueus humor oleh badan siliar dan penglihatan keluarnya melalui
sudut bilik mata depan, yang juga bergantung dari keadaan sudut bilik
mata depannya sendiri, trabekula, kanal Schlemn dan keadaan tekanan
di dalam vena episklera. Tonometri diperlukan untuk mengukur
besarnya tekanan intraokuler.
Ada 3 macam tonometeri :
a. Cara Digital
Paling mudah, tetapi tidak cermat, sebab pengukurannya berdasarkan
perasaan kedua jari telunjuk kita. Dengan menyuruh penderita
melihat ke bawah tanpa menutup matanya, kemudian kita letakkan
kedua jari telunjuk di atasnya, dengan satu jari menekan sedangkan
jari yang lain menahan secara bergantian. Tinggi rendahnya tekanan
di catat sebagai berikut :
Tio = Tensi, intra okuler = N (normal)
Tio = N + 1 (agak tinggi),
Tio = N – 1 (agak rendah)
Tio = N + 2 (tinggi), dan sebagainya
Bila penderita menutup matanya pada waktu melihat ke bawah,
maka tarsus palpebra yang keras pindah ke depan mata, sehingga
pada palpasi, yang teraba tarsusnya dan memberi kesan keras.
b. Cara Mekanis
Tidak begitu mahal, dapat dibawa ke mana – mana, mudah
mengerjakannya. Hanya bila skleranya terlalu lembek, seperti pada
penderita miopia, maka hasil pembacaannya menjadi terlalu rendah.
Penderita terbaring tanpa bantal, matanya ditetesi pantokain 1 – 2 %
satu kali. Suruh penderita memihat lurus ke atas dan letakkan
tanometer di puncak kornea. Jarum tonometer akan bergerak di atas
skala dan menunjuk pada satu angka di atas skala tersebut.
c. Tonometri Dengan Tonometer Aplanasi Dari Goldman
Alat ini selain cukup mahal, kira – kira 10 kali harga tonometer dari
Schiotz juga memerlukan siitiamp yang juga cukup mahal, pula tidak
praktis. Tetapi meskipun demikian, di dalam komunikasi
internasional secara tidak resmi, hanya tonometri dengan aplanasi
tonometer sajalah yang diakui.
Tekanan bola mata ini, untuk satu mata tak selalu tetap, tetapi :
Pada bernafas ada fluktuasi 1 – 2 mmHg
Pada jam 5 – 7 pagi paling tinggi, siang hari menurun, malam hari
menaik lagi
3. Gonioskopi
Merupakan suatu cara untuk menilai lebar sempitnya sudut bilik mata
depan. dengan gonioskopi dapat dibedakan glaukoma sudut tertutup
atau sudut terbuka, juga dapat dilihat apakah terdapat perlekatan iris
bagian perifer, ke depan (peripheral anterior sinechiae). Dengan alat ini
dapat pula diramalkan apakah suatu sudut akan mudah tertutup di
kemudian hari.
Cara yang sederhana untuk menentukan lebar sempitnya sudut bilik
mata depan, dengan menyinari bilik mata depan, dari samping memakai
sebuah senter. Iris yang datar akan disinari secara merata, ini berarti
sudut bilik mata depannya terbuka. Tetapi bila yang disinari hanya
pada sisi lampu senter,s edang pada sisi yang lain terbentuk bayangan,
maka kemungkinan sudut bilik mata depannya sempit atau tertutup.
4. Oftalmoskopi
Yang harus diperhatikan adalah papil, yang mengalami perubahan
penggaungan (cupping) dan degenerasi saraf optik (atrofi). Yang
mungkin disebabkan beberapa faktor :
Peninggian tekanan intraokuler, mengakibatkan gangguan
perdarahan pada papil, sehingga terjadi degenerasi berkas-berkas
serabut saraf pada papil saraf optik.
Tekanan intraokuler, menekan pada bagian tengah optik, yang
mempunyai daya tahan terlemah dari bola mata. Bagian tepi papil
relatif lebih kuat dari bagian tengah terjadi penggaungan pada papil
ini.
5. Pemeriksaan lapangan pandangan
Dengan mata yang lain, melihat kepada mata pemeriksa yang ada di
depannya dan pemeriksa menutup mata yang sebelahnya. Penderita
memperhatikan kapan gerak tangan itu mulai terlihat. Gerakan ini
diulangi pada miridian lain sampai tercapai 360 derajat. Dengan cara
ini dapat dibandingkan lapang pandangan pemeriksa dengan lapang
pandangan penderita dan tentu dalam hal ini kampus pemeriksa harus
normal. Dengan tes konfrontasi ini, hanya kerusakan yang luas saja
yang dapat diukur
6. Tonografi
Untuk mengukur cairan bilik mata yang dikeluarkan mata melalui
trabekula dalam satu satuan waktu.
7. Tes provokasi
Dilakukan pada keadaan yang meragukan.
Untuk Glaukoma Sudut Tertutup
a. Tes Kamar Gelap ; orang sakit duduk di tempat gelap selama 1
jam, tidak boleh tertidur. Di tempat gelap ini terjadi midriasis,
yang mengganggu aliran cairan bilik mata ke trabekulum.
Kenaikan tekanan lebih dari 10 mmHg pasti patologis, sedang
kenaikan 8 mmHg mencurigakan.
b. Tes Membaca ; penderita disuruh membaca huruf kecil pada
jarak dekat selama 45 menit, kenaikan tensi 10 – 15 mmHg
patologis.
c. Tes Midriasis ; dengan meneteskan midriatika seperti kokain 2
%, homatropin 1 % atau neosynephrine 10 %. Tensi diukur
setiap ¼ jam selama 1 jam. Kenaikan 5 mmHg mencurigakan
sedangkan 7 mmHg atau lebih pasti patologis. Karena tes ini
mengandung bahaya timbulnya glaukoma akut, sekarang sudah
banyak ditinggalkan.
d. Tes Bersujud (Prone Position Test) ; penderita disuruh bersujud
selama 1 jam. Kenaikan tensi 8 – 10 mmHg menandakan
mungkin ada sudut yang tertutup, yang perlu disusul dengan
gonioskopi. Dengan bersujud, lensa letaknya lebih ke depan
mendorong iris ke depan, menyebabkan sudut bilik depan
menjadi sempit.
6. Penatalaksanaan
Pada serangan akut sebaiknya tekanan diturunkan terlebih dahulu dengan
pilokarpin 2 % setiap menit selama 5 menit yang disusul setiap 1 jam
selama satu hari. Pengobatan glaukoma akut harus segera berupa
pengobatan topikal dan sistemik. Tujuan pengobatan ialah merendahkan
tekanan bola mata secepatnya kemudian bila tekanan bola mata normal
dan mata tenang dilakukan pembedahan. Pengobatan topikal diberikan
pilokarpin 2 %. Sistemik diberikan intravena karena sering disertai mual.
Diberikan Asetazolamid 500 MG IV, yang disusul dengan 250 MG tablet
setiap 4 jam sesudah keluhan mual hilang. Intravena dapat juga diberikan
manitol 1,5 – 2 MK/kgbb dalam larutan 20 % atau urea IV gm/kgbb, hati –
hati kelainan ginjal. Gliserol sering dipakai dokter mata diberikan peros 1
g/kgbb badan dalam larutan 50 %.
Anestesi retrobulbar xiloxain 2 % dapat mengurangkan produksi akuos
humor selain mengurangkan rasa sakit. Rasa sakit yang sangat dapat
dikurangi dengan pemberian morfin 50 MG sub kutis. Biasanya dengan
pengobatan ini tekanan bola mata turun sesudah 30 menit atau beberapa
jam kemudian.
Hanya pembedahan yang dapat mengobati glaukoma akut kongestif.
Tindakan pembedahan harus dilakukan pada mata dengan glaukoma sudut
sempit karena serangan akan berulang lagi pada suatu saat. Tindakan
pembedahan dilakukan pada saat tekanan bola mata sudah terkontrol, mata
tenang dan persiapan pembedahan sudah cukup. Tindakan pembedahan
pada glaukoma sudut sempit adalah iredektomi atau suatu pembedahan
filtrasi.
Mata yang tidak dalam serangan juga diberikan miotik untuk mencegah
serangan. Perawatan pada mata yang tidak menunjukkan gejala dilakukan
dengan miotik bila mata sebelahnya masih dalam serangan akut.
Iredektomi dipertimbangan bila mata yang mendapat serangan sudah tidak
terancam lagi.
Pengobatan adalah pembedahan, bila baru terjadi gejala prodromal saja
maka tindakan pembedahan cukup dengan iredektomi saja. Kegagalan
terapi medis dan bedah dapat menjadi alasan untuk mempertimbangkan
tindakan destruksi korpus siliaris dengan laser atau bedah seperti
krioterapi, diatermi, ultrasonografi frekuensi tinggi. Semua teknik
siklodestruktif tersebut dapat menyebabkan ftisis dan harus dicadangkan
sebagai terapi untuk glaucoma yang sulit diatasi.
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, Sidartha. 2009. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta
Vaughan, Daniel.G. 2000. Oftalmologi Umum.Edisi 14. Widya Medika : Jakarta
Wijaya, Nana. 1983. Ilmu Penyakit Mata. Cetakan Ke-3. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta
Griggs, Paul B. 2008. Glaucoma. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/9349.htmDiakses tanggal 24 oktober 2012