Upload
cha-usman
View
194
Download
3
Embed Size (px)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma.1Glaukoma adalah
penyakit mata yang ditandai oleh meningkatnya tekanan intraokuler yang disertai oleh
pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapang pandang.1,2,3
Glaukoma adalah suatu kelainan pada mata yang ditandai dengan meningkatnya
tekanan bola mata, atrofi papil saraf optik, dan menciutnya lapang pandang. Pada glaukoma
akan terdapat melemahnya fungsi mata dengan terjadinya cacat lapang pandang dan
kerusakan anatomi berupa ekstravasasi(penggaungan) serta degenerasi papil saraf optik, yang
dapat berakhir pada kebutaan.1
Di Amerika Serikat, kira-kira 2.2 juta orang pada usia 40 tahun dan yang lebih tua
mengidap glaukoma, sebanyak 120,000 adalah buta disebabkan penyakit ini.Banyaknya
Orang Amerika yang terserang glaukoma diperkirakan akan meningkatkan sekitar 3.3 juta
pada tahun 2020. Tiap tahun, ada lebih dari 300,000 kasus glaukoma yang baru dan kira-kira
5400 orang-orang menderita kebutaan.Glaukoma akut (sudut tertutup) merupakan 10-15%
kasus pada orang Kaukasia.Persentase ini lebih tinggi pada orang Asia, terutama pada orang
Burma dan Vietnam di Asia Tenggara. Glaukoma pada orang kulit hitam, lima belas kali
lebih menyebabkan kebutaan dibandingkan orang kulit putih.2,4
Berdasarkan etiologi, glaukoma dibagi menjadi 4 bagian ; glaukoma primer,glaukoma
kongenital, glaukoma sekunder dan glaukoma absolut sedangkan berdasarkan mekanisme
peningkatan tekanan intraokular glaukoma dibagi menjadi dua, yaitu glaukoma sudut terbuka
dan glaukoma sudut tertutup.2,Penatalaksanaan glaukoma berupa pengobatan medis, terapi
bedah dan laser. ECP (endoscopic cyclophotocoagulation) menggunakan laser untuk
mengurangi produksi aquoeus humor dan tekanan intraocular merupakan salah satu
penatalaksanaan glaukoma.2,5
1.2 Batasan Masalah
1
Makalah ini hanya akan dibatasi pada epidemiologi, etiologi, faktor risiko,
patofisiologi, diagnosis dan penatalaksanaan glaukoma akut sudut tertutup.
1.3 Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami epidemiologi,
etiologi, faktor risiko, patofisiologi, diagnosis dan penatalaksanaan glaukoma akut sudut
tertutup.
1.4 Metode Penulisan
Makalah ini disusun berdasarkan studi kepustakaan yang merujuk ke beberapa
literature.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Aquos Humor
2.1.1 Anatomi Aquos Humor
Bola mata orang dewasa hampir mendekati bulat, dengan diameter
anteroposterior sekitar 24,5 mm. Bola mata terdiri dari konjungtiva, kapsula tenon,
sklera dan episklera,kornea, uvea, lensa, humor akueus, retina, dan vitreus.2
2.1.2 Fisiologi Aquos Humor
Aqueous humor adalah suatu cairan jernih yang mengisi kamera anterior dan
posterior mata, diproduksi di korpus siliaris. Volumenya sekitar 250 uL, dengan
kecepatan pembentukan sekitar 1,5-2 uL/menit. Tekanan osmotik sedikit lebih tinggi
dari plasma.Komposisi mirip plasma, kecuali kandungan konsentrasi askorbat, piruvat
dan laktat lebih tinggi dan protein, urea, dan glukosa lebih rendah. Setelah memasuki
kamera posterior,melalui pupil akan masuk ke kamera anterior dan kemudian ke
perifer menuju sudut kamera anterior.1
Jalinan/jala trabekular terdiri dari berkas-berkas jaringan kolagen dan elastik
yang dibungkus oleh sel-sel trabekular yang membentuk suatu saringan dengan
ukuran pori-pori semakin mengecil sewaktu mendekati kanalis Schlemm. Kontraksi
3
otot siliaris melalui insersinya kedalam jalinan trabekula memperbesar ukuran pori-
pori di jalinan tersebut sehingga kecepatan drainase humor juga meningkat. Aliran
aqueous humor ke dalam kanalis Schlemm bergantung pada pembentukan saluran-
saluran transeluler siklik di lapisan endothel. Saluran eferen dari kanalis Schlemm
(sekitar 30 sluran pengumpul dan 12 vena akueus) menyalurkan cairan ke dalam
sistem vena. Sejumlah kecil Aqueous humor keluar dari mata antara berkas otot
siliaris dan lewat sela-sela sclera (aliran uveosklera). Resistensi utama terhadap aliran
Aqueous humor dari kamera anterior adalah lapisan endothel saluran Schlemm dan
bagian-bagian jalinan trabekular di dekatnya, bukan dari sistem pengumpul vena.
Tetapi tekanan di jaringan vena episklera menentukan besar minimum tekanan
intraokuler yang dicapai oleh terapi medis.1
Sudut kamera okuli anterior memiliki peran penting dalam drainase aqueous
humor.Sudut ini dibentuk oleh pangkal iris, bagian depan badan siliaris, taji skleral,
jalinan trabekular dan garis Schwalbe (bagian ujung membrane descement kornea
yang prominen). Lebar sudut ini berbeda pada setiap orang, dan memiliki peranan
yang besar dalam menentukan patomekanisme tipe glaukoma yang berbeda-beda.
Struktur sudut ini bisa dinilai dengan gonioskopi.
Sistem aliran drainase aqueous humor, terdiri dari jalinan trabekular, kanal
Schlemm,jembatan pengumpul, vena-vena aqueous dan vena episkleral. Adapun
jalinan trabekular terdiri dari tiga bagian yakni jalinan uveal, korneoskleral, dan
jukstakalanikular. Jalinan uveal merupakan jalinan paling dalam dan meluas dari
pangkal iris dan badan siliaris sampai garis Schwalbe. Jalinan korneoskleral
membentuk bagian tengah yang lebar dan meluas dari taji skleral sampai dinding
lateral sulkus skleral. Jalinan jukstakanalikular membentuk bagian luar, dan terdiri 4
dari lapisan jaringan konektif. Bagian ini merupakan bagian sempit trabekular yang
menghubungkan jalinan korneoskleral dengan kanal Schlemm. Sebenarnya lapisan
endotel luar jalinan jukstakanalikular berisi dinding dalam kanal Schlemm yang
berfungsi mengalirkan aqueous ke luar.7
Kanal Schlemm merupakan suatu saluran yang dilapisi endothel, tampak
melingkar pada sulkus skleral. Sel-sel endotel pada dinding dalam ireguler, berbentuk
spindle, dan terdiri dari vakuol-vakuol besar. Pada dinding bagian luar terdapat sel-sel
otot datar datar dan mempunyai pembukaan saluran pengumpul.7
Saluran pengumpul disebut juga pembuluh aqueous intraskleral, jumlahnya
sekitar 25-35, meninggalkan kanal Schlemm pada sudut oblik dan berakhir di vena-
vena episkleral.Vena ini dibagi menjadi dua sistem. Sistem langsung, yakni dimana
pembuluh besar melalui jalur pendek intraskleral dan langsung ke vena episkleral.
Sedangkan saluran pengumpul yang kecil, sebelum ke vena episkleral, terlebih dahulu
membentuk pleksus intraskleral.7
Sistem drainase aqueous humor terdiri dari dua jalur, yakni jalur
trabekular (konvensional) dan jalur uveoskleral. Jalur drainase terbanyak adalah
trabekular yakni sekitar 90% sedangkan melalui jalur uveoskleral hanya sekitar 10%.
Pada jalur trabekular, aliran aqueous akan melalui kamera posterior, kamera anterior,
menuju kanal Schlemm dan berakhir pada vena episkleral. Sedangkan jalur
uveoskleral, aqueous akan masuk ke ruang suprakoroidal dan dialirkan ke vena-vena
pada badan siliaris, koroid dan sclera.7
5
2.2 Definisi
Glaukoma merujuk kepada sekelompok penyakit yang umumnya memiliki
karakteristik neuropati optik yang disertai dengan hilangnya fungsi penglihatan. Walaupun
Peningkatan tekanan intraokuler termasuk faktor risiko utama, tapi gejala ini sendiri dapat
ada ataupun tidak pada glaukoma. Faktor-faktor yang menentukkan terjadinya peningkatan
TIO adalah :
a. Rata-rata produksi aquos humor oleh badan siliar
b. Adanya resistensi dari outflow aquos humor
c. Tekanan vena pada episclera.
d. Faktor general adalah; riwayat keturunan, usian jenis kelamin, variasi diurnal,
posisi, tekanan darah dan anestesi umum.1
Sudut tertutup didefinisikan sebagai aposisi dari iris perifer terhadapat trabekular
meshwork yang menyebabkan menurunnya drainage dari aqueous humourus melalui kamera
okuli anterior. Glaukoma sudut tertutup terjadi apabila aliran keluar aquous humourus
terhambat akibat penutupan sudut kamera okuli anterior.
2.3 Epidemiologi
Di Amerika Serikat, kira-kira 2.2 juta orang pada usia 40 tahun dan yang lebih tua
mengidap glaukoma, sebanyak 120,000 adalah buta disebabkan penyakit ini.Banyaknya
Orang Amerika yang terserang glaukoma diperkirakan akan meningkatkan sekitar 3.3 juta
6
pada tahun 2020. Tiap tahun, ada lebih dari 300,000 kasus glaukoma yang baru dan kira-kira
5400 orang-orang menderita kebutaan.Glaukoma akut (sudut tertutup) merupakan 10-15%
kasus pada orang Kaukasia.Persentase ini lebih tinggi pada orang Asia, terutama pada orang
Burma dan Vietnam di Asia Tenggara. Glaukoma pada orang kulit hitam, lima belas kali
lebih menyebabkan kebutaan dibandingkan orang kulit putih.2,4
Berdasarkan survei WHO pada tahun 2000, dari sekitar 45 juta penderita kebutaan,
16% diantaranya disebabkan karena glaukoma, dan sekitar 0,2 % kebutaan di Indonesia
disebabkan oleh penyakit ini. Sedangkan survei Departemen Kesehatan RI 1982-1996
melaporkan bahwa glaukoma menyumbang 0,4 – 5% atau sekitar 840.000 orang dari 210 juta
penduduk penyebab kebutaan.2,3
2.4 Klasifikasi
Klasifikasi Glaukoma berdasarkan etiologi dapat dibagi berdasarkan :
1) Glaukoma Primer
a. Glaukoma Sudut terbuka (open-angle glaucoma)
b. Glaukoma Sudut tertutup (closed-angle glaucoma)
Akut
Subakut
Kronik
Iris Plateau
2) Glaukoma Kongenital
3) Glaukoma Sekunder
4) Glaukoma Absolut
Pada makalah ini hanya akan dijelaskan tentang Glaukoma Akut Sudut Tertutup.
2.5 Glaukoma Sudut Tertutup (closed-angle glaucoma)
Glaukoma sudut tertutup primer terjadi pada mata dengan predisposisi anatomis tanpa
disertai kelainan lain. Peningkatan tekanan intraocular terjadi karena sumbatan aliran keluar
aqueous akibat adanya oklusi anyaman trabekular pleh iris perifer. Keadaan ini dapat
bermanifestasi sebagai suatu kedaruratan oftalmologik atau dapat tetap asimptomatik sampai
timbul penurunan penglihatan. Diagnosis ditegakan dengan melakukan pemeriksaan segmen
anterior dan gonioskopi yang cermat. Istilah glaukoma sudut tertutup primer hanya digunakan
7
bila penutupan sudut primer telah menimbulkan kerusakan nervus optikus dan kehilangan
lapangan pandang.2
Faktor anatomis yang menyebabkan sudut sempit adalah :6
· Bulbus okuli yang pendek
· Tumbuhnya lensa
· Kornea yang kecil
· Iris tebal
Faktor fisiologis yang menyebabkan coa sempit :6
· Akomodasi
· Dilatasi pupil
· Letak lensa lebih kedepan
· Kongesti badan cilier
2.6 Etiologi dan Faktor Risiko
Beberapa etiologi dan faktor risiko terhadap kejadian Glaukoma Sudut Tertutup
adalah :
- Ras
Prevalensi glaukoma primer sudut tertutup pada pasien dengan usia diatas 40 tahun
memiliki variasi yag sangat beragam tergantung ras. Insiden pada kulit putih sebesar
0,1%- 0,6%, pada kulit hitam 0,1%-0,2%, sebesar 0,4%-1,4% pada Asia Timur, pada
eskimo sebesar 2,1% -5% dan 2,3% pada kelompok etnis campuran di Afrika Selatan
- Usia
Prevalensi glaukoma sudut tertutup meningkat tiap satu dekade atau sepuluh tahun
setelah usia empat puluh tahun. Peningkatan insiden ini dapat dijelaskan dengan
8
penebalan lensa seiring dengan penambahan umur dan mengakibatkan peningkatan
kontak iridolentikular.
- Jenis kelamin
Dilaporkan bahwa glaukoma primer sudut tertutup dua hingga empat kali lipat lebih
sering pada wanita dibandingkan pada pria dan tidak dipengaruhi oleh ras.
- Riwayat keluarga
Insiden glaukoma primer sudut tertutup pada keluarga derajat pertama relatif
mempengaruhi individu. Pada kulit putih prevalensi keluarga derajat pertama
dilaporkan berkisar antara 1%-12%, sedangkan pada survey populasi di china, risiko
meningkat menjadi 6 kali lipat pada pasien dengan riwayat keluarga.
- Refraksi
Kejadian glaukoma primer sudut tertutup pada pasien dengan hipermetrop lebih
sering terjadi dan tidak dipengaruhi ras.
Sedangkan beberapa hal yang memperberat resiko glaukoma adalah :
- Tekanan bola mata, makin tinggi makin berat
- Makin tua usia, makin berat
- Hipertensi, resiko 6 kali lebih sering
- Kerja las, resiko 4 kali lebih sering
- Keluarga penderita glaukoma, resiko 4 kali lebih sering
- Tembakau, resiko 4 kali lebih sering
- Miopia, resiko 2 kali lebih sering
- Diabetes melitus, resiko 2 kali lebih sering
2.7 Patogenesis
Pada glaukoma sudut tertutup, jalinan trabekular normal, sedangkan tekanan
intraokular meningkat karena obstruksi mekanik akibat penyempitan sudut bilik mata,
sehingga outflow humor akuos terhambat saat menjangkau jalinan trabekular. Keadaan
seperti ini sering terjadi pada sudut bilik mata yang sempit (kadang-kadang disebut
dengan “dangerous angle”).
Penting untuk diketahui, jika sudut bilik mata tidak sempit atau sudut terbuka luas,
perifer iris tidak kontak dengan perifer kornea, sehingga sudut bilik mata tidak tertutup,
dan glaukoma sudut tertutup tidak akan terjadi.Ini merupakan perbedaan dasar antara
9
glaukoma sudut terbuka dengan glaukoma sudut tertutup.
Ketika dislokasi lensa sebagai penyebab tertutupnya sudut bilik mata maka keadaan
ini dikenal dengan glaukoma sudut tertutup sekunder. Jika glaukoma sudut tertutup
tidak diketahui penyebabnya, kondisi ini dikenal dengan glaukoma sudut tertutup
primer. Apabila sudut bilik mata tertutup secara cepat dan berat, ini dikenal dengan
glaukoma akut yang disertai dengan banyak gejala dan tanda. Apabila penutupan sudut
bilik mata tidak sempurna dan kadang-kadang saja terjadi, ini dikenal dengan glaukoma
sudut tertutup intermitten atau glaukoma sudut tertutup kronik, dan disertai dengan
sedikit gejala. Apabila glaukoma sudut tertutup intermitten yang tidak mempunyai gejala,
ini dikenal dengan glaukoma sudut tertutup kreeping.
Dibawah ini menunjukkan gambaran struktur segmen anterior yang berhubungan
dengan glaukoma akut:
- Diameter kornea lebih kecil.
- Kurvatura kornea anterior dan posterior lebih datar
- Sudut bilik mata depan lebih dangkal.
- Lensa lebih tebal.
- Kurvatura lensa anterior lebih pendek.
- Letak lensa lebih ke anterior.
- Sumbu bola mata lebih pendek.
Perlu ditekankan lagi, bila sudut bilik mata lebar maka sudut bilik mata tidak akan
tertutup, dan hanya pada mata yang mempunyai sudut sempit saja dapat terjadi
penutupan sudut.Satu hal yang penting untuk diketahui bahwa tidak semua sudut bilik
mata sempit akan berkembang menjadi glaukoma akut, dapat terjadi hanya pada sebagian
kecil saja, terutama pada mata yang pupilnya berdilatasi sedang (3,0 – 4,5 mm) yang
dapat terjadi blok pupil sehingga dapat berlanjut menjadi sudut tertutup. Semua ahli mata
mengetahui proses terjadinya blok pupil. Akibat terjadinya blok pupil, maka tekanan
intraokular lebih tinggi di bilik mata belakang dari pada bilik mata depan. Jika blok pupil
semakin berat tekanan intra okular di bilik mata belakang semakin bertambah, sehingga
konveksitas iris semakin bertambah juga, ini dikenal dengan iris bombe, yang membuat
perifer iris kontak dengan jalinan trabekular, dan menyebabkan sudut bilik mata tertutup.
Jika tekanan intraokular meningkat secara drastis akibat sudut tertutup komplit maka
akan terjadi glaukoma akut.
10
Mekanisme lain yang dapat menyebabkan glaukoma akut adalah; plateu iris dan letak
lensa lebih ke anterior. Pada keadaan seperti ini juga sering terjadi blok pupil.
Efek peningkatan tekanan intraokular di dalam mata ditemukan pada semua bentuk
glaukoma, yang manifestasinya dipengaruhi oleh perjalanan waktu dan besar
peningkatan tekanan intraokuler. Mekanisme utama penurunan penglihatan pada
glaukoma adalah atrofi sel ganglion difuse, yang menyebabkan penipisan serat saraf dan
inti bagian dalam retina dan berkurangnya akson di saraf optikus. Diskus optikus
menjadi atrofik, disertai pembesaran cekungan optikus. Iris dan korpus siliaris juga
menjadi atrofik, dan prosesus siliaris memperlihatkan degenerasi hialin.2
Pada beberapa penelitian menunjukkan tekanan intraokular yang meningkat di atas 21
mmHg, menunjukkan peningkatan persentase defek lapangan pandang, dan kebanyakan
ditemukan pada pasien dengan tekanan intraokuler berkisar 26-30 mmHg. Penderita
dengan tekanan intraokuler diatas 28 mmHg 15 kali beresiko menderita defek lapangan
pandang daripada penderita dengan tekanan intraokular berkisar 22 mmHg. Pada
glaukoma sudut tertutup akut, tekanan intraokular mencapai 60-80 mmHg,sehingga
terjadi kerusakan iskhemik pada iris yang disertai edema kornea.1
2.8 Manifestasi Klinis
Gejala objektif :
- Palpebra : Bengkak
- Konjungtiva bulbi
Hiperemia kongestif, kemosis dengan injeksi silier,injeksi konjungtiva,
injeksi episklera
11
- Kornea : keruh, insensitif karena tekanan pada saraf kornea
- Bilik mata depan : Dangkal
- Iris : gambaran coklat bergaris tak nyata karena edema, berwarna kelabu.
- Pupil :
Melebar, lonjong, miring agak vertikal, kadang-kadang didapatkan midriasis
yang total, warnanya kehijauan, refleks cahaya lamban atau tidak ada
sama sekali¹
Gejala Subjektif :
- Nyeri hebat
- Kemerahan ( injeksi siliaris )
- Pengelihatan kabur
- Melihat halo
- Mual – muntah
2.9 Diagnosis
Dalam menganamnesis kita perlu mengetahui riwayat-riwayat berikut:
Keluhan saat serangan
Gejala, onset, durasi, keparahan, lokasi
Riwayat okular
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat pengobatan
Riwayat penggunaan obat-obatan
Riwayat mengkonsumsi alkohol dan merokok
Riwayat penyakit keluarga (kebanyakan munculan glaukoma adalah
asimptomatik sehingga kerusakan saraf optik yang lanjut telah terjadi. Riwayat
keluarga yang menderita glaukoma adalah faktor risiko yang penting)
2.10 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menilai glaukoma secara klinis,
yaitu:
a. Visus
12
Pada pasien dengan glaukoma, visus menurun mulai dari perifer. Visus sentral
baik terutama pada glaukoma sudut terbuka, sedangkan pada sudut tertutup terjadi
penurunan visus secara tiba-tiba disebabkan edema pada kornea secara mendadak.
b. Tonometri
Berdasarkan cara menentukan nilai TIO peralatan yang digunakan terbagi dalam
2 bentuk yaitu tonometri aplanasi dan tonometri indentasi. Tekanan intraokular
normal berkisar antara 10-21 mmHg.
1. Tonometri aplanasi
Dalam pengukuran diperlukan gaya untuk dapat mendatarkan atau
mengapplanasi sebagian kecil daerah kornea sentral. Semakin besar kekuatan
yang diperlukan untuk mendatarkan kornea maka semakin besar pula TIO. Tipe
tonometri aplanasi yang sering digunakan adalah tonometri applanasi goldmann.
Dimana hasil yang didapatkan lebih akurat dan kebanyakan dapat digunakan
dalam berbagai keadaan kecuali pada keadaan edema kornea dan luka pada
kornea.
Bagian-bagian dari tonometri applanasi goldmann :
- Tonometer tip bagian yang kontak dengan kornea mata, terdiri dari
biprism (two beam-splitting prism) yang merubah area antara
tonometer tip dengan kornea menjadi dua bentuk setengah lingkaran.
- Metal rod yang menghubungkan tonometer tip dengan housing.
- Tonometer housing tempat pemprosesan gaya yang diberikan yang
dikendalikan oleh tombol penambah gaya yang terdapat di housing.
- Force adjustment knob (tombol penambah gaya) terdapat di housing
yang berguna dalam menambah gaya yang diperlukan untuk applanasi
kornea. Gaya yang digunakan untuk menilai TIO dikalikan dengan 10
dan hasilnya dalam bentuk mmHg.
Cara penggunaan tonometri applanasi goldmann :
- Masukan tonometer tip yang bersih kedalam pemegang biprism. Saat
meletakkannnya tanda yang menunjukkan 1800 yang terdapat di
tonometer tip harus sejajar dengan garis putih yang terdapat di
pemegang biprism.
- Berikan anestesi topikal dan fluorescein dye kedalam mata pasien
13
- Dudukan pasien di depan slit lamp dan atur posisi dahi dan dagu
pasien. Suruh pasien melihat lurus kedepan dan mebuka mata sebesar-
besarnya.
- Letakkan cobalt filter di bagian illuminasi slit lamp untuk
menghasilkan gambaran kuning-hijau dari fluoresein dye.
- Atur perbesaran slit lamp menjadi rendah dengan intensitas cahaya
yang tinggi dan terang dengan sudut 600.
- Tentukan gaya yang digunakan
- Jika memeriksa mata kanan pasien suruh pasien untuk fokus melihat
telinga kanan anda. Kemudian suruh pasien mengedip sekali(agar
fluorescein dye menyebar) dan selanjutnya hindari untuk mengedip.
- Gunakan pengendali slit-lamp dan secara gentle dekatkan biprism ke
kornea hingga menyentuh kornea. Tanda biprism telah menyentuh
kornea ditandai dengan fluorescein yang terbagi menjadi dua bentuk
setengah lingkaran, satu di atas dan satu lagi di bawah pada garis
horizontal.
- Secara gentle dan pelan naikan gaya yang diberikan hingga bagian tepi
dalam semicircle bersentuhan dan tidak saling overlap.
- Dengan pengendali slit-lamp tarik tonometer biprism dari mata pasien.
Catat gaya yang digunakan dan dikali 10 dalam bentuk mmHg.
Disinfeksi tonometri applanasi :
- Lepaskan tonometri tip dari biprism setelah digunakan
- Disinfeksi dengan salah satu cara berikut:
o Lap tip dengan kapas yang sudah diberi cairan alkohol
isopropyl
o Rendam tip kedalam cairan sodium hipochloride 10% atau
hidrogen peroksida 3% atau alkohol isopropyl selama 5 menit
o Bilas tonometri tip dengan air dan keringkan dengan tisu untuk
mehilangkan cairan disinfeksi yang tersisa yang dapat merusak
lapisan epitel kornea.
2. Tonometri indentasi
Mengetahui indentasi kornea dengan mengetahui beratnya. Tipe yang sering
digunakan adalah tonometri Schiozt. Tipe ini tidak seakurat tonometri applanasi
14
goldmann karena dengan teknik yang salah, cara pembersihan yang tidak benar dan
kalibrasi yang tidak benar dapat mempengaruhi keakuratan hasil indentasi.
Bagian-bagian tonometri schiozt :
- Foot plate tempat yang menyentuh kornea
- Plunger yang bergerak ke atas-bawah di dalam cylinder dan yang berkontak
dengan bagian tengah kornea
- Frame tempat untuk jari pemeriksa
- Weight tempat menambah beban
- Scale tempat untuk melihat nilai indentasi yang ditunjuk oleh jarum indentasi
yang digerakkan oleh hammer sebagai respon dari indentasi kornea terhadap beban
yang diberikan. Hasil yang ada di scale dirubah menjadi mmHg dengan cara
memasukan nilai tersebut ke dalam tabel konversi tonometri schiozt.
Tabel konversi tonometri Schiozt
Cara penggunaan tonometri schiozt :
- Periksa kalibrasi alat dengan cara meletakkan foot plate di testing plate. Jika
dilakukan penekanan dan nilai kalibrasi tidak 0 maka lakukan kalibrasi ulang.
- Berikan anestesi topikal pada mata pasien
- Letakkan beban 5,5 g di tonometri schiozt
- Suruh pasien untuk berbaring dan menengadahkan kepala
- Gunakan tangan yang tidak dominan untuk membuka mata pasien dan secara gentle
lebarkan kelopak mata pasien dengan syarat tidak menekan bola mata
15
- Pegang handle tonometri dengan ibu jari dan jari telunjuk dari tangan dominan.
Letakkan tonometri dengan nilai scale menghadap ke pemeriksa.
- Letakkan foot plate secara gentle hingga mengenai kornea dan lihat nilai scale yang
dihasilkan
- Angkat tonometri dan tutup mata pasien
- Jika nilai scale kurang dari 4 maka diperlukan penambahan beban 7,5 g dan lakukan
pengukuran ulang
Disinfeksi tonometri schiozt :
- Lepaskan plunger dari silinder dengan cara lepaskan pemberat dan lepaskan baut
yang terdapat di plunger
- Lap foot plate dan plunger dengan alkohol. Lalu bilas dengan air dan keringkan
dengan tisu bersih. Kemudian simpan alat dan jangan menyentuh foot plate yang
sudah bersih.
a. Gonioskopi
Gonioskopi merupakan bagian pokok dalam mengevaluasi bagian-bagian mata. Digunakan
untuk menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan yang dibentuk oleh taut antara
kornea perifer dan iris yang diantaranya terdapat jaringan trabekular. Prinsip gonioskopi
yaitu merefleksikan total bagian internal. Dengan gonioskopi dapat dibedakan glaukoma
sudut tertutup dan galukoma sudut terbuka, juga dapat dilihat apakah terdapat perlekatan
iris bagian perifer ke depan. Diagnostik pasti tergantung pada temuan genioskopi pada
sudut tertutup. Gonioskopi dapat dilakukan pada semua keadaan sudut tertutup akut,
meskipun penderita dalam pengobatan penurunan TIO dan pemulihan edem kornea
dengan menggunakan gliserin topikal, dimana obat ini juga dapat membantu dalam
menciptakan visualisasi sudut bilik. Apabila keseluruhan jalinan trabekular, lapisan sklera
dan prosesus iris dapat terlihat dinyatakan sudutnya terbuka sedangkan jika hanya garis
schwalbe yang terlihat dikatakan sudut sempit dan jika schwalbe tidak tampak dikatakan
sudur tertutup.
Tujuan pemeriksaan gonioskopi :
- Mengetahui struktur normal sudut bilik depan
- Mengetahui besar sudut bilik depan, sempit atau tertutup
- Mengetahui grade kelebaran sudut bilik depan
- Melihat kelainan-kelainan patologis
- Dilakukan pada pasien glaukoma maupun suspek gloukoma
16
- Dilakukan secara rutin pada pasien dengan glaukoma sudut tertutup
- Mengenali bagian-bagian penting dari sudut bilik depan, seperti tingkat insersi iris,
bentuk dan penampang iris perifer, derajat pigmentasi trabekular, mengetahui
daerah apposisi iridotrabekular atau daerah sinekia.
Tipe-tipe gonioskopi :
1. Direk gonioskopi
Menilai langsung sudut bilik depan. Dilakukan dengan menggunakan binocular
microscope, fiberoptic illuminator atau slit-pen light dan direk goniolens seperti
Koeppe, Barkan,Wurst, Swan-jacob, atau Richardson lens. Lensa diletakkan di mata
dan diberikan cairan saline untuk mengisi ruang antara kornea dengan lensa. Lensa
tersebut akan memberikan gambaran visual sudut bilik secara langsung. Pemeriksa
akan mendapat gambaran tegak lurus struktur sudut bilik yang berguna saat
melakukan goniotomi. Gonioskopi direk lebih mudah dikerjakan pada posisi supine.
Keuntungan :
- Melihat secara langsung
- Sudut visual bervariasi
Kekurangan :
- Lebih sulit mengerjakannya
- Dibutuhkan alat-alat khusus
2. Indirek gonioskopi
Menilai sudut bilik depan mata melalui pantulan cahaya yang dipantulkan oleh kaca
yang diletakkan di mata pasien. Dilakukan pada posisi upright dan juga dengan
17
pengaturan illuminasi serta magnifikasi yang terdapat di slit-lamp. Lensa yang biasa
digunakan seperti Goldmann three-mirror lens, Posner four-mirror lens dan Sussman
four-mirror lens.
Pengaturan slit-lamp :
- Perbesaran yang digunakan 10-20x
- Gunakan sinar yang sempit (2-3mm)
- Lakukan pada ruangan yang agak gelap agar terjadi konstriksi pupil yang
mengakibatkan sudut yang tampak sempit menjadi lebih lebar.
Keuntungan :
- Lebih sering digunakan karena caranya yang lebih mudah dan cepat dalam
mengerjakannya
- Tidak butuhkan alat-alat yang spesifik
- Memperlihatkan gambaran kornea
- Dapat membedakan sudut tertutup sinekia dengan apposisi
- Berguna ketika permukaan iris convex karena sulit melihat bagian-bagian sudut
bilik mata
- Dapat digunakan pada semua kasus glaukoma seperti glaukoma sudut tertutup
aposisi, glaukoma sudut tertutup sinekia, mengetahui bentuk iris plateau,
mengetahui bentuk pseudoplateau dan bentuk lens-induce angle closure.
Kekurangannya :
- Bingung ketika melihat gambaran melalui kaca
- Adanya penekanan karena kurang berhati-hati dalam meletakkan kaca di kornea
mengakibatkan besarnya grade kesempitan sudut pada lensa Goldmann dan juga
dapat mengakibatkan sudut terbuka pada lensa yang terdiri dari empat kaca.
Grade kelebaran sudut bilik depan berdasarkan klasifikasi Shaffer:
18
19
Alur diagram Gonioskopi :
3. Dinamik gonioskopi
Gonioskopi dinamik membantu pemeriksa dalam menentukan apakah pemblokan pada
iris-trabekular meshwork bersifat reversibel atau irreversibel dan juga dapat sebagai
terapeutik pada saat serangan akut sudut tertutup. Gambaran gonioskopi pada penderita
yang mengalami PAC yaitu tampaknya penyempitan di bilik mata depan. Adanya
glaukomflecken yang khas terdapat di subkapsular anterior berupa gambaran opak di lensa
yang diakibatkan adanya iskemik pada iris akibat peningkatan TIO. Temuan ini sangat
membantu dalam mendeteksi serangan akut sudut tertutup sebelumnya.
20
b. Oftalmoskop
Digunakan untuk melihat penggaungan (cupping) N. optikus, diskus optikus dan
mengukur rasio cekungan diskus ( cup per disc ratio/CDR). CDR yang perlu diperhatikan
jika ternyata melebihi 0,5 karena hal itu menunjukkan peningkatan TIO yang signifikan,
serta asimetri CDR antara dua mata 0,2 atau lebih. Ini terjadi oleh karena TIO yang tinggi
menekan bagian tengah papil sehingga terjadi gangguan nutrisi papil.
c. Perimeter
Digunakan untuk pemeriksaan lapang pandang. Hal ini penting dilakukan untuk
mendiagnosis dan menindaklanjuti pasien glaukoma. Lapangan pandang glaukoma akan
berkurang karena peningkatan TIO akan merusak papil saraf optikus. Gangguan lapang
pandang akibat glaukoma terutama mengenai 300 lapang pandang bagian tengah. Nilai
normal lapang pandang perifer yaitu superior 550, nasal 600, inferior 700, temporal 900 dan
sentral 300.
d. Slit-lamp biomikroskopi
- Konjungtiva bulbi : hiperemia kongestif, injeksi konjungtiva, injeksi episklera
- Kornea : edema dengan vesikel epithelial dan penebalan stroma, serta adanya
kekeruhan
- Bilik mata depan : dangkal dengan kontak iridokorneal perifer. Flare dan sel akuos
dapat dilihat setelah edema kornea dapat dikurangi
- Iris : gambaran corak bergaris tak nyata karena edema, berwarna kelabu, dilatasi
pembuluh darah iris
- Pupil : oval vertikal tetap pada posisi semi-dilatasi, kadang-kadang didapat midriasis
yang total, warna kehijauan, tidak ada reaksi terhadap cahaya akomodasi
Glaukoma sudut tertutup terjadi apabila TIO mendadak naik karena adanya hambatan
oleh akar iris pada sudut bilik mata depan yang menbendung semua aliran keluar. Ini
terjadi apabila secara anatomis sudut bilik mata depan sempit.
2.11 Penatalaksanaan
Tujuan Penatalaksanaan :
Segera menghentikan serangan akut dengan obat-obatan (medikamentosa inisial)
Melakukan iridektomi perifer pada mata yang mengalami serangan sebagai terapi
definitif (tindakan bedah inisial)
21
Melindungi mata sebelahnya dari kemungkinan terkena serangan akut
Menangani sekuele jangka panjang akibat serangan serta jenis tindakan yang
dilakukan.
Medikamentosa :
1. Miotikum : Untuk mengecilkan pupil, sehingga iris lepas dari lekatannya di
trabekula dan sudutnya menjadi terbuka.
o Pilokarpin 2-4% 1 tetes tiap 30 menit-1 jam pada mata yang mengalami
serangan dan 3 x 1 tetes pada mata sebelahnya.
2. Penghambat karbonik anhidrase : Mengurangi sekresi akuos humor dengan
menghambat enzim karbonik anhidrase yang terdapat dalam badan siliar.
o Tablet asetazolamid, @ 250 mg, 2 tablet sekaligus, kemudian disusul
tiap 4 jam 1 tablet sampai 24 jam.
3. Analog prostaglandin. Meningkatkan aliran keluar akuos humor melalui
induksi metalloproteinase pada badan siliar yang akan merusak matriks
ekstraselular sehingga mengurangi tahanan terhadap aliran keluar cairan
akuos.
4. Obat Hiperosmotik
larutan gliserin 50% yang diberikan oral. Dosis 1-1,5 gram/Kg berat badan
(0,7-1,5 cc Kg berat badan). Untuk praktisnya dapat dipakai 1 cc/Kg berat
badan. Gliserin ini harus diminum sekaligus. Tidak banyak gunanya apabila
diminum sedikit demi sedikit. Karena gliserin ini terlalu manis hingga dapat
menyebabkan rasa mual pada penderita, boleh diteteskan jeruk nipis agar
terasa seperti air jeruk. Obat lain yang hiperosmotik tetapi tidak mudah
didapat didaerah pedesaan adalah Manitol 20% yang diberikan per infuse
lebih kurang 60 tetes per menit.
5. Obat pengurang rasa sakit
Suntikan morfin 10-15 mg. Morfin juga dapat mengecilkan pupil
Operatif :
Sebelum pembedahan, tiap glaukoma akut harus diobati terlebih dahulu. Dengan cara
seperti tersebut di atas tekanan bola mata yang tadinya sangat tinggi diturunkan
22
dahulu sampai di bawah 25 mmHg. Apabila mata masih terlalu merah, dapat ditunggu
sampai mata lebih putih, dan kemudian penderita dibedah.
1. Iridektomi Perifer
Indikasi: pembedahan ini digunakan untuk glaukoma dalam fase prodromal,
glaukoma akut yang baru terjadi atau untuk tindakan pencegahan pada mata
sebelahnya yang masih sehat.
Teknik: pada prinsipnya dibuat lubang di bagian perifer iris. Maksudnya adalah
untuk menghindari hambatan pupil dengan cara membentuk hubungan permanen
antara kamera anterior dan posterior, sehingga kekambuhan iris bombe dapat
dicegah. Iridektomi ini biasanya dibuat di sisi temporal atas. Iridektomi perifer
secara bedah diindikasikan apabila terapi dengan laser neodinium YAG maupun
laser argon tidak berhasil.
2. Pembedahan Filtrasi
Indikasi : pembedahan filtrasi dilakukan kalau glaukoma akut sudah berlangsung
lama atau penderita sudah masuk stadium glaukoma kongestif kronik.
Trepanasi Elliot : sebuah lubang kecil berukuran 1,5 mm dibuat di daerah kornea-
skleral, kemudian ditutup oleh konjungtiva dengan tujuan agar akuos mengalir
langsung dari bilik mata depan ke ruang subkonjungtiva.
Sklerotomi Scheie : kornea-skleral dikauterisasi agar luka tidak menutup kembali
dengan sempurna, dengan tujuan agar akuos mengalir langsung dari bilik mata
depan ke ruang subkonjungtiva.
Trabekulektomi : mengangkat trabekulum sehingga terbentuk celah untuk
mengalirkan cairan mata masuk ke dalam kanal Schlemm. (Sidarta Ilyas, 2002;
Daniel Vaughan, 2000)
3. Iridektomi Perifer Preventif
Serangan glaukoma akut biasanya terjadi unilateral. Nasib mata sebelahnya yang
masih sehat menurut beberapa laporan terdapat risiko 60% terjadinya glaukoma
akut dalam 5 tahun mendatang. Ini merupakan alas an untuk melakukan
iridektomi perifer preventif. (Sidarta Ilyas, 2002; Daniel Vaughan, 2000)
23
2.12 Prognosis
Tanpa pengobatan, glaukoma dapat mengakibatkan kebutaan total. Apabila obat
tetes anti glaukoma dapat mengontrol tekanan intraokular pada mata yang belum
mengalami kerusakan glaukomatosa luas, prognosis akan baik. Apabila proses
penyakit terdeteksi dini sebagian besar pasien glaukoma dapat ditangani dengan baik.
2.13 Komplikasi
Apabila terapi ditunda, iris perifer dapat melekat ke anyaman trabekular (sinekia
anterior) sehingga menimbulkan oklusi sudut bilik mata depan ireversibel yang
memerlukan tindakan bedah memperbaikinya. Sering terjadi kerusakan nervus optikus.
24
BAB III
PENUTUP
Glaukoma adalah suatu keadaan patologi dimana terjadinya peningkatan tekanan
intraokular (TIO) yang lebih tinggi dari normal secara berangsur-angsur akan merusak
serabut saraf optik yang terdapat di dalam bola mata sehingga mengakibatkan gangguan
lapangan pandang pengelihatan yang khas dan atrofi papil saraf optik.4 Glaukoma adalah
penyebab kebutaan kedua terbesar di dunia setelah katarak. Diperkirakan 66 juta penduduk
dunia sampai tahun 2010 akan menderita gangguan penglihatan karena glaukoma. Kebutaan
karena glaukoma tidak bisa disembuhkan, tetapi pada kebanyakan kasus glaukoma dapat
dikendalikan. Glaukoma disebut sebagai 'pencuri penglihatan' karena sering berkembang
tanpa gejala yang nyata. Penderita glaukoma sering tidak menyadari adanya gangguan
penglihatan sampai terjadi kerusakan penglihatan yang sudah lanjut. Diperkirakan 50%
penderita glaukoma tidak menyadari mereka menderita penyakit tersebut.
Semua jenis glaukoma harus dikontrol secara teratur ke dokter mata selama hidupnya.
Hal tersebut dikarenakan tajam penglihatan dapat menghilang secara perlahan tanpa diketahui
penderitanya. Obat-obat yang dipakai perlu dikontrol oleh dokter spesialis mata agar
disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Satu hal yang perlu ditekankan adalah bahwa saraf
mata yang sudah mati tidak dapat diperbaiki lagi. Medikamentosa dan tindakan pembedahan
hanya untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dari saraf mata tersebut.¹ Karena kerusakan
yang disebabkan oleh glaukoma tidak dapat diperbaiki, maka deteksi, diagnosa dan
penanganan harus dilakukan sedini mungkin.Meskipun belum ada cara untuk memperbaiki
kerusakan penglihatan yang terjadi akibat glaukoma, pada kebanyakan kasus glaukoma dapat
dikendalikan. Glaukoma dapat ditangani dengan obat tetes mata, tablet, tindakan laser atau
operasi yang bertujuan untuk menurunkan/menstabilkan tekanan bola mata dan mencegah
kerusakan penglihatan lebih lanjut. Semakin dini deteksi glaukoma maka akan semakin besar
tingkat kesuksesan pencegahan kerusakan penglihatan.
25
DAFTAR PUSTAKA
1. American Academy of Ophtalmology. Glaucome Section 10. American Academic of
Ophtalmology. San Francisco, 2008.
2. American Academy Of Ophthalmology: Fundamental and Principles of Ophthalmology in
Basic and Clinical Science Course, Section 2, 2003-2004, page 56-58
3. American Academy Of Ophthalmology: Surgery of Anggle Closure Glaukoma in Basic and
Clinical Science Course, Section 10, 2005- 2006, page 197-200.
4. Becker - Shaffer`s, Angle-Closure Glaucoma With Pupillary Block, Chapter 15 in Diagnosis
and Therapy of the Glaucomas, Seventh Edition, Mosby 1999, page 217-241.
5. Barbara C, Marsh, Louis B, Cantor.The speath Gonioscopic Grading System. Last
Updated june 2005.Available from
http://www.glaucomatoday.com/art/0505/clinstrat.pdf
6. Glaukoma.Last updated 2009.Available from
http://www.irwanashari.com/2009/03/glaukoma.html
7. Glaukoma.Last updated 2009.Available from
http://www.scribd.com/doc/29935195/Glaukoma
8. Ilyas Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI,2007.
Hlm , 200-211
9. Kansky. JJ, Acute Congestive Angle Closure Glaucoma in Clinical Ophthalmology A
Systemic Approach, Sixth Edition, Butterworth- Heinemann Elsevier, 2005, Page 391-397.
10. Khurana A.K, Acute Primary Angle Closure Glaucoma, Chapter 9, in Comprehensive
Ophthalmology, Fourth Edition, New Delhi, New Age International Limited Publisher, 2007,
225-231.
11. Khurana, A.K. Comprehensive Opthalmology. 4th edition. New Age International (P)
limited. New Delhi. 2007. Hal 205-208
12. Lim Arthur, Acute Primary Closed Angle Glaucoma Mayor Global Blending Problem in
Acute Glaucoma, Singapore University Press, University of Singapore, 2002, page 1-17.
13. Rosita CE. Glaukoma. Last updated 2009. Available from
http://www.scribd.com/doc/35013418/refrat-mata-revisi
14. Vaughan, Daniel G, MD, Asbury, Taylor, MD, dan Riordan-Eva, Paul,
FRCS,FRCOphth. Editor; Diana Susanto. Oftalmologi Umum. EGC. Jakarta. 2009.
hal; 12 dan 212-229
15. http://www.seagig.org/toc/Gonioscopy(NM).pdf
26