31
REFERAT GLAUKOMA SUDUT TERBUKA DISUSUN OLEH: DESLIANA WULANSARI 201 311 014 PEMBIMBING : Dr. Naila Karima Sp.M DEPARTEMEN MATA 1

Glaukoma sudut terbuka

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Glaukoma sudut terbuka

REFERAT

GLAUKOMA SUDUT TERBUKA

DISUSUN OLEH:

DESLIANA WULANSARI201 311 014

PEMBIMBING :

Dr. Naila Karima Sp.M

DEPARTEMEN MATARUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT

SOEBROTOJAKARTA

2007

1

Page 2: Glaukoma sudut terbuka

LEMBAR PENGESAHAN

Referat

Glaukoma Sudut Terbuka

Disusun Oleh:

Desliana wulansari

(201 311 014)

Telah disetujui dan dipresentasikan

Pada tanggal : November 2007

Dosen Pembimbing:

Dr. Naila Karima Sp.M

2

Page 3: Glaukoma sudut terbuka

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya,

akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas referat yang berjudul : ” Glaukoma Sudut

Terbuka ”. Referat ini menguraikan tentang Glaukoma Sudut Terbuka ditinjau dari

definisi sampai prognosisnya.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Dr Naila Karima Sp.M, selaku pembimbing dalam penulisan referat ini

2. Staf medis fungsional bagian mata RSPAD Gatot Soebroto

3. Kepada semua pihak dan teman-teman sejawat yang telah membantu

penulisan referat ini.

Penulis menyadari referat ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis membuka diri

atas Kritik dan sarannya. Akhirnya semoga referat ini berguna bagi pembaca dan

penulis khususnya.

Jakarta November 2007,

Penulis

3

Page 4: Glaukoma sudut terbuka

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................ii

KATA PENGANTAR.........................................................................................iii

DAFTAR ISI. .....................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG. ..................................................................1

1.2 TUJUAN.........................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................3

2.1 DEFINISI.. ....................................................................................3

2.2 KLASIFIKASI...............................................................................4

2.3 ETIOLOGI. ...................................................................................4

2.4 INSIDENSI. ..................................................................................5

2.5 PATOGENESIS ............................................................................5

2.6 GEJALA KLINIK. ........................................................................6

2.7 PEMERIKSAAN FISIK................................................................7

PEMERIKSAAN TEKANAN BOLA MATA ............................7

GONIOSKOPI..............................................................................9

OFTALMOSKOPI........................................................................9

PEMERIKSAAN LAPANG PANDANGAN.............................10

TES PROVOKASI......................................................................10

2.8 DIAGNOSA. ...............................................................................11

2.9 PENATALAKSANAAN.............................................................12

MEDIKAMENTOSA...................................................................12

OPERASI .....................................................................................14

2.10 PROGNOSIS..............................................................................16

BABIII KESIMPULAN....................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................18

4

Page 5: Glaukoma sudut terbuka

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG 1

Glaukoma ditandai oleh meningkatnya tekanan intraokular yang disertai oleh

pencekungan discus optikus dan pengecilan lapangan pandang. Pada sebagian besar

kasus, tidak terdapat penyakit mata lain. (glaukoma primer).

Hampir 80.000 penduduk Amerika Serikat buta akibat glaukoma, sehingga

penyakit ini menjadi penyebab utama kebutaan yang dapat dicegah di Amerika

Serikat. Di Amerika Serikat diperkirakan terdapat 2 juta pengidap glaukoma.

Glaukoma sudut terbuka primer, bentuk tersering, menyebabkan pengecilan lapangan

pandang bilateral progresif asimtomatik yang timbul perlahan dan sering tidak

terdeteksi sampai terjadi pengecilan lapang pandang yang ekstensif. Bentuk-bentuk

glaukoma lain merupakan morbiditas visual yang parah pada semua usia.

Mekanisme peningkatan tekanan intraokular pada glaukoma adalah gangguan

aliran keluar humor akueus akibat kelainan sistem drainase sudut kamera anterior

(glaukoma sudut terbuka) atau gangguan akses humor akueus ke sistem drainase

(gaukoma sudut tertutup).

Penurunan pembentukan humor akueus adalah suatu metode untuk

menurunkan tekanan intraokular pada semua bentuk glaukoma. Beberapa obat dapat

menurunkan pembentukan humor akueus. Juga terdapat tindakan-tindakan bedah

yang menurunkan pembentukan humor akueus tetapi biasanya digunakan hanya

setelah terapi medis gagal.

Pada semua pasien galukoma, perlu tidaknya terapi segera diberikan dan

efektivitasnya dinilai dengan melakukan pengukuran tekanan intraokular (tonometri),

inspeksi diskus optikus, dan pengukuran lapangan pandang secara teratur.

Penatalaksanaan glaukoma sebaiknya dilakukan oleh ahli oftalmologi, tetapi

besar masalah dan pentingnya deteksi kasus-kasus asimtomatik mengharuskan adanya

kerjasama dengan bantuan dari semua petugas kesehatan.

5

Page 6: Glaukoma sudut terbuka

1.2 TUJUAN

Tujuan dari penyusunan referat ini adalah untuk memberikan gambaran

definisi, klasifikasi, etilogi, insidensi, patogenesis, gejala klinis, pemeriksaan fisik,

diagnosis, serta penatalaksanaan glaukoma sudut terbuka.

6

Page 7: Glaukoma sudut terbuka

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Glaukoma adalah suatu penyakit dimana gambaran klinik yang lengkap

ditandaioleh peninggian tekanan intraokular, penggaungan dan degenerasi papil saraf

optik serta dapat menimbulkan skotoma ( kehilangn lapangan pandang).2

Tekanan intraokular ditentukan oleh kecepatan pembentukan humor akueus

dan tahanan terhadap aliran keluarnya dari mata. Tekanan intraokular dianggap

normal bila kurang dari 20 mmHg pada pemeriksaan dengan tonometer aplanasi yang

dinyatakan dengan tekanan air raksa.2

Glaukoma sudut terbuka adalah glaukoma yang penyebabnya tidak ditemukan

dan ditandai dengan sudut bilik mata depan yang terbuka. Glaukoma sudut terbuka ini

diagnosisnya dibuat bila ditemukan glaukoma pada kedua mata pada pemeriksaan

pertama, tanpa ditemukan kelainan yang dapat merupakan penyebab.2,3

7

Page 8: Glaukoma sudut terbuka

2.2 KLASIFIKASI

Klasifikasi glaukoma primer :1,2

1. Glaukoma sudut terbuka ( glaukoma sudut terbuka kronik, glaukoma

sederhana kronik)

2. Glaukoma tekanan normal ( glaukoma tekanan rendah)

Glaukoma tekanan rendah adalah suatu keadaan dimana ditemukan

penggaungan papil saraf optik dan kelainan lapang pandang yang khas

glaukoma tetapi disertai tekanan bola mata yang tidak tinggi. Keadaan ini

dihubungkan dengan terdapatnya gangguan pendarahan papil saraf optik

walaupun tekanan bola mata tidak tinggi.

2.3 ETIOLOGI

Glaukoma sudut terbuka etilogi tidak pasti, dimana tidak didapatkan kelainan

yang merupakan penyebab glaukoma.2,3

Glaukoma ini didapatkan pada orang yang telah memiliki bakat bawaan

glaukoma, seperti:3

1. Bakat dapat berupa gangguan fasilitas pengeluaran cairan mata atau susunan

anatomis bilik mata yang menyempit.

2. Mungkin disebabkan kelainan pertumbuhan pada sudut bilik mata depan

( goniodisgenesis), berupa trabekulodisgenesis, iridodisgenesis dan

korneodisgenesis dan yang paling sering berupa trabekulodisgenesis dan

goniodisgenesis.

Glaukoma sudut terbuka sering terjadi setelah usia 40 tahun, tetapi kadang

terjadi pada anak-anak. Penyakit ini cenderung diturunkan dan paling sering

ditemukan pada penderita diabetes atau miopia. Glaukoma sudut terbuka lebih sering

terjadi dan biasanya penyakit ini lebih berat jika diderita oleh orang kulit hitam.2,3,4

2.4 INSIDENSI

Di Indonesia, glaukoma diderita oleh 3% dari total populasi penduduk.

Umumnya penderita glaukoma telah berusia lanjut. Pada usia 50 tahun, tingkat resiko

menderita glaukoma meningkat sekitar 10 %. Hampir separuh penderita glaukoma

tidak menyadari bahwa mereka menderita penyakit tersebut. 5

8

Page 9: Glaukoma sudut terbuka

Glaukoma sudut terbuka adalah bentuk glaukoma yang tersering dijumpai,

sekitar 0,4-0,7% orang berusia lebih dari 40 tahun dan 2-3% orang berusia lebih dari

70 tahun diperkirakan mengidap glaukoma sudut terbuka.1

2.5 PATOGENESIS 6

Sudut bilik mata dibentuk dari jaringan korneosklera dengan pangkal iris.

Pada keadaan fisiologis bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata.

Berdekatan dengan sudut ini didapatkan jaringan trabekulum, kanal Schlemm, baji

sklera, garis Schwalbe dan jonjot iris. Pada sudut filtrasi terdapat garis Schwalbe yang

merupakan akhir perifer endotel dan membran desemet, kanal schlemn yang

menampung cairan mata kesalurannya.

Sudut filtrasi berbatas dengan akar iris berhubungan dengan sklera kornea dan

disini ditemukan sklera spur yang membuat cincin melingkar 360 derajat dan

merupakan batas belakang sudut filtrasi serta tempat insersi otot siliar longitudinal.

Anyaman trabekula mengisi kelengkungan sudut filtrasi yang mempunyai dua

komponen yaitu badan siliar dan uvea.

Tekanan intraokular ditentukan oleh kecepatan terbentuknya cairan mata

(akueus humor) bola mata oleh badan siliar dan hambatan yang terjadi pada jaringan

trabekular meshwork. Akueus humor yang dihasilkan badan siliar masuk ke bilik

mata belakang, kemudian melalui pupil menuju ke bilik mata depan dan terus ke

sudut bilik mata depan, tepatnya ke jaringan trabekulum, mencapai kanal Schlemm

dan melalui saluran ini keluar dari bola mata. Pada glaukoma kronik sudut terbuka,

hambatannya terletak pada jaringan trabekulum maka akan terjadi penimbunan cairan

9

Page 10: Glaukoma sudut terbuka

bilik mata di dalam bola mata sehingga tekanan bola mata meninggi. Pada glaukoma

akut hambatan terjadi karena iris perifer menutup sudut bilik depan, hingga jaringan

trabekulum tidak dapat dicapai oleh akueus.

2.6 GEJALA KLINIS

Glaukoma disebut sebagai “ pencuri penglihatan “ karena berkembang tanpa

ditandai dengan gejala yang nyata. Oleh karena itu, separuh dari penderita glaukoma

tidak menyadari bahwa mereka menderita penyakit tersebut. Biasanya nanti diketahui

disaat penyakitnya sudah lanjut dan telah kehilangan penglihatan.2,5,7

Glaukoma primer yang kronis dan berjalan lambat sering tidak diketahui bila

mulainya, karena keluhan pasien amat sedikit atau samar. Misalnya mata sebelah

terasa berat, kepala pening sebelah, kadang-kadang penglihatan kabur dengan

anamnesa tidak khas. Pasien tidak mengeluh adanya halo dan memerlukan kacamata

koreksi untuk presbiopia lebih kuat dibanding usianya. Kadang-kadang tajam

penglihatan tetap normal sampai keadaan glaukomanya sudah berat.3

Pada akhirnya akan terjadi penyempitan lapang pandang yang menyebabkan penderita

sulit melihat benda-benda yang terletak di sisi lain ketika penderita melihat lurus ke

depan ( disebut penglihatan terowongan).4

10

Page 11: Glaukoma sudut terbuka

2.7 PEMERIKSAAN FISIK

1. Pemeriksaan tekanan bola mata 3,6,8

Pemeriksaan tekanan bola mata dilakukan dengan alat yang dinamakan

tonometer. Pemeriksaan tekanan yang dilakukan dengan tanometer pada bola mata

dinamakan tonometri. Tindakan ini dapat dilakukan oleh dokter umum dan dokter

spesialis lainnya.

Pengukuran tekanan bola mata sebaiknya dilakukan pada setiap orang berusia

di atas 20 tahun pada saat pemeriksaan fisik medik secara umum. Dikenal beberapa

alat tonometer seperti alat tonometer Schiotz dan tonometer aplanasi Goldman.

a. Tonometri Schiotz

Tonometer Schiotz merupakan alat yang praktis sederhana. Pengukuran

tekanan bola mata dinilai secara tidak langsung yaitu dengan teknik melihat daya

tekan alat pada kornea karena itu dinamakan juga tonometri indentasi Schiotz.

Dengan tonometer Schiotz dilakukan indentasi penekanan terhadap kornea.

Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien ditidurkan dengan posisi horizontal

dan mata ditetesi dengan obat anestesi topikal atau pantokain 0,5%. Penderita diminta

melihat lurus ke suatu titik di langit-langit, atau penderita diminta melihat lurus ke

salah satu jarinya, yang diacungkan, di depan hidungnya. Pemeriksa berdiri di sebelah

kanan penderita. Dengan ibu jari tangan kiri kelopak mata digeser ke atas tanpa

menekan bola mata; jari kelingking tangan kanan yang memegang tonometer,

menyuai kelopak inferior. Dengan demikian celah mata terbuka lebar. Perlahan-lahan

tonometer diletakkan di atas kornea.

Tonometer Schiotz kemudian diletakkan di atas permukaan kornea, sedang mata yang

lainnya berfiksasi pada satu titik di langit-langit kamar penderita.

Jarum tonometer akan menunjuk pada suatu angka di atas skala. Tiap angka

pada skala disediakan pada tiap tonometer. Apabila dengan beban 5,5 gram (beban

standar) terbaca angka 3 atau kurang, perlu diambil beban 7,5 atau 10 gram. Untuk

tiap beban, table menyediakan kolom tersendiri.

11

Page 12: Glaukoma sudut terbuka

b. Tonometer aplanasi

Cara mengukur tekanan intraokular yang lebih canggih dan lebih dapat

dipercaya dan cermat bias dikerjakan dengan Goldman atau dengan tonometer

tentengan Draeger.

Pasien duduk di depan lampu celah. Pemeriksaan hanya memerlukan waktu

beberapa detik setelah diberi anestesi. Yang diukur adalah gaya yang diperlukan

untuk mamapakan daerah kornea yang sempit.

Setelah mata ditetesi dengan anestesi dan flouresein, prisma tonometer

aplanasi di taruh pada kornea. Mikrometer disetel untuk menaikkan tekanan pada

mata sehingga gambar sepasang setengah lingkaran yang simetris berpendar karena

flouresein tersebut. Ini menunjukkan bahwa di semua bagian kornea yang

bersinggungan dengan alat ini sudah papak ( teraplanasi). Dengan melihat melalui

mikroskop lampu celah dan dengan memutar tombol, ujung dalam kedua setengah

lingkaran yang berpendar tersebut diatur agar bertemu yang menunjukkan besarnya

tekanan intraokular. Dengan ini selesailah pemeriksaan tonometer aplanasi dan hasil

pemeriksaan dapat dibaca langsung dari skala mikrometer dalam mmHg.

c. Tonometri Digital

Pemeriksaan ini adalah untuk menentukan tekanan bola mata dengan cepat

yaitu dengan memakai ujung jari pemeriksa tanpa memakai alat khusus (tonometer).

Dengan menekan bola mata dengan jari pemeriksa diperkirakan besarnya tekanan di

dalam bola mata. Pemeriksaan dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Penderita disuruh melihat ke bawah

Kedua telunjuk pemeriksa diletakkan pada kulit kelopak tarsus atas penderita

Jari-jari lain bersandar pada dahi penderita

Satu telunjuk mengimbangi tekanan sedang telunjuk lain menekan bola mata.

Penilaian dilakukan dengan pengalaman sebelumnya yang dapat menyatakan

tekanan mata N+1, N+2, N+3 atau N-1, N-2, N-3 yang menyatakan tekanan lebih

tinggi atau lebih rendah daripada normal.

Cara ini sangat baik pada kelainan mata bila tonometer tidak dapat dipakai

atau dinilai seperti pada sikatrik kornea, kornea irregular dan infeksi kornea. Cara

pemeriksaan ini memerlukan pengalaman pemeriksaan karena terdapat faktor

subyektif.

12

Page 13: Glaukoma sudut terbuka

2.Gonioskopi 3,6,8

Pemeriksaan gonioskopi adalah tindakan untuk melihat sudut bilik mata

dengan goniolens. Gonioskopi adalah suatu cara untuk melihat langsung keadaan

patologik sudut bilik mata, juga untuk melihat hal-hal yang terdapat pada sudut bilik

mata seperti benda asing. Dengan gonioskopi dapat ditentukan klasifikasi glaukoma

penderita apakah glaukoma terbuka atau glaukoma sudut tertutup dan malahan dapat

menerangkan penyebab suatu glaukoma sekunder.

3.Oftalmoskopi 3,6

Oftalmoskopi, pemeriksaan ke dalam mata dengan memakai alat yang

dinamakan oftalmoskop. Dengan oftalmoskop dapat dilihat saraf optik di dalam mata

dan akan dapat ditentukan apakah tekanan bola mata telah mengganggu saraf optik.

Saraf optik dapat dilihat secara langsung. Warna serta bentuk dari mangok saraf optik

pun dapat menggambarkan ada atau tidak ada kerusakan akibat glaukoma yang

sedang diderita.

Kelainan pada pemeriksaan oftalmoskopi dapat dilihat : 8

Kelainan papil saraf optik

- saraf optik pucat atau atrofi

- saraf optik tergaung

Kelainan serabut retina, serat yang pucat atau atrofi akan berwarna hijau

Tanda lainnya seperti perdarahan peripapilar.

4. Pemeriksaan lapang pandang 6

Penting, baik untuk menegakkan diagnosa maupun untuk meneliti perjalanan

penyakitnya, juga bagi menetukan sikap pengobatan selanjutnya. Harus selalu diteliti

keadaan lapang pandangan perifer dan juga sentral. Pada glaukoma yang masih dini,

lapang pandangan perifer belum menunjukkan kelainan, tetapi lapang pandangan

sentral sudah menunjukkan adanya bermacam-macam skotoma. Jika glaukomanya

sudah lanjut, lapang pandangan perifer juga memberikan kelainan berupa

penyempitan yang dimulai dari bagian nasal atas. Yang kemudian akan bersatu

dengan kelainan yang ada ditengah yang dapat menimbulkan tunnel vision, seolah-

olah melihat melalui teropong untuk kemudian menjadi buta.

5. Tes provokasi 6

13

Page 14: Glaukoma sudut terbuka

Tes minum air

Penderita disuruh berpuasa, tanpa pengobatan selama 24 jam. Kemudian

disuruh minum 1 L air dalam 5 menit. Lalu tekanan intraokular diukur setiap

15 menit selama 1,5 jam. Kenaikan tensi 8 mmHg atau lebih, dianggap

mengidap glaukoma.

Pressure Congestive test

Pasang tensimeter pada ketinggian 50-60 mmHg, selama 1 menit. Kemudian

ukur tensi intraokularnya. Kenaikan 9 mmHg, atau lebih mencurigakan,

sedang bila lebih dari 11 mmHg pasti patologis.

Kombinasi tes air minum dengan pressure congestive test

Setengah jam setelah tes minum air dilakukan pressure congestive test.

Kenaikan 11 mmHg mencurigakan, sedangkan kenaikan 39 mmHg atau lebih

pasti patologis.

Tes steroid

Diteteskan larutan deksametason 3-4 dd g 1, selama 2 minggu. Kenaikan tensi

intraokular 8 mmHg menunjukkan glaukoma.

2.8 DIAGNOSIS

Pada anamnesa tidak khas, seperti mata sebelah terasa berat, kepala pening

sebelah, kadang-kadang penglihatan kabur. Pasien tidak mengeluh adanya

halo dan memerlukan kaca mata koreksi untuk presbiopia lebih kuat dibanding

usianya.3

Kita harus waspada terhadap glaukoma sudut terbuka pada orang-oarang :

berumur 40 tahun atau lebih, penderita diabetes mellitus, pengobatan

kortikosteroid lokal atau sistemik yang lama dan dalam keluarga ada penderita

glaukoma, miopia tinggi.2,3,4,6,8

Pemeriksaan Tonometri bila antara kedua mata, selalu terdapat perbedaan

tensi intraokular 4 mmHg atau lebih, maka itu menunjukkan glaukoma sudut

terbuka.6

Pemeriksaan lapang pandangan 6

Pada glaukoma yang masih dini, lapang pandangan perifer belum

menunjukkan kelainan, tetapi lapang pandangan sentral sudah menunjukkan

adanya bermacam-macam skotoma. Jika glaukomanya sudah lanjut, lapang

14

Page 15: Glaukoma sudut terbuka

pandangan perifer juga memberikan kelainan berupa penyempitan yang

dimulai dari bagian nasal atas.

Pemeriksaan oftalmoskopi 6

Pada glaukoma sudut terbuka, didalam saraf optik didapatkan kelainan

degenerasi yang primer, yaitu disebabkan oleh insufisiensi vaskuler.

Pemeriksaan gonioskopi 6

Pada glaukoma sudut terbuka sudutnya normal. Pada stadium yang lanjut, bila

telah timbul goniosinechiae ( perlengketan pinggir iris pada kornea atau

trabekula ) maka sudut dapat tertutup.

Tes provokasi 6

tes minum air kenaikan tensi 8-9 mmHg, mencurigakan, 10 mmHg

pasti patologis

tes steroid kenaikan 8 mmHg menunjukkan glaukoma

pressure congestive test kenaikan 9 mmHg atau lebih, mencurigakan .

sedangkan 11 mmHg pasti patologis.

2.9 PENATALAKSANAAN

I. Medikamentosa 6

Harusnya disadari betul, bahwa glaukoma primer merupakan masalah terapi

pengobatan (medical problem). Pemberian pengobatan medikamentosa harus

dilakukan terus-menerus, karena itu sifat obat-obatnya harus mudah diperoleh dan

mempunyai efek sampingnya sekecil-kecilnya. Harus dijelaskan kepada penderita

dan keluarga, bahwa perlu pemeriksaan dan pengobatan seumur hidup. Obat-obat ini

hanya menurunkan tekanan intraokularnya, tetapi tidak menyembuhkan penyakitnya.

Minum sebaiknya sedikit-sedikit. Tak ada bukti bahwa tembakau dan alkohol dapat

mempengaruhi glaukoma.

Obat-obat yang dipakai :

1.Parasimpatomimetik : miotikum, memperbesar outflow

a. Pilokarpin 2-4%, 3-6 dd 1 tetes sehari

b. Eserin ¼-1/2 %, 3-6 dd 1 tetes sehari

15

Page 16: Glaukoma sudut terbuka

Kalau dapat pemberiannya disesuaikan dengan variasi diurnal, yaitu diteteskan pada

waktu tekanan intraokular menaik. Eserin sebagai salep mata dapat diberikan malam

hari.

Efek samping dari obat-obat ini; meskipun dengan dosis yang dianjurkan hanya

sedikit yang diabsorbsi kedalam sirkulasi sistemik, dapat terjadi mual dan nyeri

abdomen. Dengan dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan : keringat yang

berlebihan, salivasi, tremor, bradikardi, hipotensi.

2. Simpatomimetik : mengurangi produksi humor akueus.

Epinefrin 0,5%-2%, 2 dd 1 tetes sehari.

Efek samping : pingsan, menggigil, berkeringat, sakit kepala, hipertensi.

3. Beta-blocker (penghambat beta), menghambat produksi humor akueus.

Timolol maleat 0,25-0,5% 1-2 dd tetes, sehari.

Efek samping : hipotensi, bradikardi, sinkop, halusinasi, kambuhnya asma, payah

jantung kongestif. Nadi harus diawasi terus. Pada wanita hamil, harus

dipertimbangkan dulu masak-masak sebelum memberikannya. Pemberian pada anak

belum dapat dipelajari.

Obat ini tidak atau hanya sedikit, menimbulkan perubahan pupil, gangguan visus,

gangguan produksi air mata, hiperemi. Dapat diberikan bersama dengan miotikum.

Ternyata dosis yang lebih tinggi dari 0,5% dua kali sehari satu tetes, tidak

menyebabkan penurunan tekanan intraokular yang lebih lanjut.

4. Carbon anhydrase inhibitor (penghambat karbonanhidrase), menghambat produksi

humor akueus.

Asetazolamide 250 mg, 4 dd 1 tablet ( diamox, glaupax).

Pada pemberian obat ini timbul poliuria

Efek samping : anoreksi, muntah, mengantuk, trombositopeni, granulositopeni,

kelainan ginjal.

Obat-obat ini biasanya diberikan satu persatu atau kalau perlu dapat dikombinasi.

Kalau tidak berhasil, dapat dinaikkan frekwensi penetesannya atau prosentase

obatnya, ditambah dengan obat tetes yang lain atau tablet.

Monitoring semacam inilah yang mengharuskan penderita glaukoma sudut terbuka

selalu dikelola oleh dokter dan perlu pemeriksaan yang teratur.

16

Page 17: Glaukoma sudut terbuka

II. Operasi 8

Pada umumnya operasi ditangguhkan selama mungkin dan baru dilakukan bila :

1. tekanan intraokular tak dapat dipertahankan dibawah 22 mmHg

2. lapang pandangan terus mengecil

3. orang sakit tak dapat dipercaya tentang pemakaian obatnya

4. tidak mampu membeli obat

5. tak tersedia obat-obat yang diperlukan

Prinsip operasi : fistulasi, membuat jalan baru untuk mengeluarkan humor akueus,

oleh karena jalan yang normal tak dapat dipakai lagi.

Pembedahan pada glaukoma :

1. Bedah filtrasi

Bedah filtrasi dilakukan tanpa perlu pasien dirawat dengan memberi anestesi

lokal kadang-kadang sedikit obat tidur.

Dengan memakai alat sangat halus diangkat sebagian kecil sklera sehingga

terbentuk suatu lubang. Melalui celah sclera yang dibentuk cairan mata akan keluar

sehingga tekanan bola mata berkurang, yang kemudian diserap di bawah konjungtiva.

Pasca bedah pasien harus memakai penutup mata dan mata yang dibedah tidak boleh

kena air. Untuk sementara pasien pascabedah glaukoma dilarang bekerja berat.

2. Trabekulektomi

Pada glaukoma masalahnya adalah terdapatnya hambatan filtrasi

(pengeluaran ) cairan mata keluar bola mata yang tertimbun dalam mata sehingga

tekanan bola mata naik.

Bedah trabekulektomi merupakan teknik bedah untuk mengalirkan cairan

melalui saluran yang ada. Pada trabekulektomi ini cairan mata tetap terbentuk normal

akan tetapi pengaliran keluarnya dipercepat atau salurannya diperluas.

Bedah trabekulektomi membuat katup sklera sehingga cairan mata keluar dan

masuk di bawah konjungtiva. Untuk mencegah jaringan parut yang terbentuk

diberikan 5 fluoruracil atau mitomisin. Dapat dibuat lubang filtrasi yang besar

sehingga tekanan bola mata sangat menurun.

Pembedahan ini memakan waktu tidak lebih dari 30 menit. Setelah

pembedahan perlu diamati 4-6 minggu pertama. Untuk melihat keadaan tekanan mata

setelah pembedahan.

17

Page 18: Glaukoma sudut terbuka

3. Bedah filtrasi dengan implan

Pada saat ini dikenal juga operasi dengan menanam bahan penolong

pengaliran (implant urgary).

Pada keadaan tertentu adalah tidak mungkin untuk membuat filtrasi secara

umum sehingga perlu dibuatkan saluran buatan (artificial) yang ditanamkan ke dalam

mata untuk drainase cairan keluar.

Beberapa ahli berusaha membuat alat yang dapat mempercepat keluarnya

cairan dari bilik mata depan.

Upaya di dalam membuat ini adalah :

Dapat mengeluarkan cairan mata yang berlebihan.

Keluarnya tidak hanya dalam jumlah dan persentase.

Mengatur tekanan maksimum, minimum optimal, seperti hidrostat.

Tahan terhadap kemungkinan penutupan

Minimal terjadinya hipotensi

Desain yang menghindarkan migrasi dan infeksi.

Bersifat atraumatik.

4. Siklodestruksi

Tindakan ini adalah mengurangkan produksi cairan mata oleh badan siliar

yang masuk ke dalam bola mata. Diketahui bahwa cairan mata ini dikeluarkan

terutama oleh pembuluh darah di badan siliar dalam bola mata. Pada siklodestruksi

dilakukan pengrusakan sebagian badan siliar sehingga pembentukan cairan mata

berkurang.

Tindakan ini jarang dilakukan karena biasanya tindakan bedah utama adalah

bedah filtrasi.

2.10 PROGNOSIS 5

Meskipun tidak ada obat yang dapat menyembuhkan glaukoma, pada

kebanyakan kasus glaukoma dapat dikendalikan. Glaukoma dapat dirawat dengan

obat tetes mata, tablet, operasi laser atau operasi mata. Menurunkan tekanan pada

mata dapat mencegah kerusakan penglihatan lebih lanjut. Oleh karena itu semakin

18

Page 19: Glaukoma sudut terbuka

dini deteksi glaukoma maka akan semakin besar tingkat kesuksesan pencegahan

kerusakan mata.

BAB III

KESIMPULAN

Glaukoma adalah suatu penyakit dimana gambaran klinik yang lengkap ditandai

19

Page 20: Glaukoma sudut terbuka

oleh peninggian tekanan intraokular, penggaungan dan degenerasi papil saraf optik

serta dapat menimbulkan skotoma ( kehilangn lapangan pandang).

Glaukoma sudut terbuka adalah glaukoma yang penyebabnya tidak ditemukan

dan ditandai dengan sudut bilik mata depan yang terbuka. Glaukoma sudut terbuka ini

diagnosisnya dibuat bila ditemukan glaukoma pada kedua mata pada pemeriksaan

pertama, tanpa ditemukan kelainan yang dapat merupakan penyebab.

Glaukoma disebut sebagai “ pencuri penglihatan “ karena berkembang tanpa

ditandai dengan gejala yang nyata. Oleh karena itu, separuh dari penderita glaukoma

tidak menyadari bahwa mereka menderita penyakit tersebut. Biasanya nanti diketahui

disaat penyakitnya sudah lanjut dan telah kehilangan penglihatan.

Glaukoma sudut terbuka perlu diwaspadai pada orang : usia 40 tahun atau lebih,

penderita diabetes mellitus, dalam keluarga ada penderita glaukoma, miopia tinggi.

Pemeriksaan glaukoma yaitu : pemeriksaan tekanan bola mata ( tonometri

Schiotz, tonometri aplanasi, tonometri digital ), gonioskopi, oftalmoskopi,

pemeriksaan lapang pandangan, tes provokasi.

Penatalaksanaan glaukoma dilakukan dengan 2 cara yaitu : medikamentosa dan

operatif.

DAFTAR PUSTAKA

20

Page 21: Glaukoma sudut terbuka

1. Vaughan, D.G. Asbury, T. Riodan-Eva, P. Glaukoma. dalam : Oftalmologi

Umum, ed. Suyono Joko, edisi 14, Jakarta, Widya Medika, 2000, hal : 220-

232

2. Yulia, glaucoma, diunduh dari http://fkuii.org/tiki-index.php?=Glaukoma2,

dipublikasikan 3 Desember 2006.

3. Ilyas Sidartha, dkk. Glaukoma. dalam: Ilmu Penyakit Mata, edisi 3,

Jakarta,Balai Penerbit FKUI, 2002, hal 212-217.

4. Anonim, Glaukoma, diunduh dari

http://www.medicastore.com/images/glaucoma.jpg&imgreful , dipublikasikan

tahun 2004.

5. Anonim, Glaukoma, diunduh dari

http://www.klinikmatanusantara.com/glaukoma.php , dipublikasikan Tahun

2006.

6. Wijaya Nana. Glaukoma. dalam : Ilmu Penyakit Mata, ed. Wijaya Nana, cet.6,

Jakarta, Abadi Tegal, 1993, hal : 219-232.

7. Anonim, Macam-Macam Penyakit, diunduh dari

http://www.pfizerpeduli.com/pfizer , dipublikasikan Tahun 2007.

8. Ilyas, Sidarta, Glaukoma. edisi 3, Jakarta, Sagung Seto, 2007, hal 57-60, 121-

139.

21