Author
yunuz
View
1.999
Download
5
Embed Size (px)
Bagian Ilmu Penyakit Mata Tutorial Klinik
Fakultas Kedokteran Umum
Universitas Mulawarman
GlUKOMA AKUT SUDUT TERTUTUP
Disusun Oleh :
Muhammad Yunus Rosyidi
Arifian Wijaya L.P
Pembimbing :
dr. Yulia Anita, Sp.M
Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik
Pada Bagian Ilmu Kedokteran Penyakit Mata
Fakultas Kedokteran Umum
Universitas Mulawarman
Samarinda
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Glaukoma adalah nama penyakit yang diberikan untuk sekumpulan penyakit mata di
mana terjadi kerusakan syaraf mata (nervus opticus) yang terletak di belakang mata dan
mengakibatkan penurunan penglihatan tepi (perifer) dan berakhir dengan kebutaan.1 Glaukoma
merupakan salah satu penyebab utama kebutaan dan rusaknya penglihatan di seluruh belahan
dunia. 2 tipe glaukoma yang paling sering adalah Primary Open Angle Glaucoma
(POAG)/glaukoma sudut terbuka dan Acute/chronic closed angle glaucoma/ glaukoma sudut
tertutup. glaukoma juga merupakan penyebab kebutaan mata nomor dua di Indonesia. Berada di
urutan pertama adalah katarak. dari 1,2 juta penderita penyakit kebutaan mata, 0,2 persen di
antaranya mengalami buta karena glaukoma. Glaukoma primer sudut tertutup paling banyak di
Indonesia.2 Menurut penelitian Glaukoma sudut tertutup merupakan penyebab kebutaan bilateral
terbanyak diantara glaukoma lainnya.3,4
Tanpa pengobatan intensif glaukoma primer sudut
tertutup bisa mengakibatkan buta.1,2
oleh karena itu pada kesempatan kali ini saya akan
membahas tentang diagnosis dan penatalaksanaan glaukoma sudut tertutup.
2. Tujuan
Laporan kasus ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai
glaukoma fakomorfik.
BAB II
GLAUKOMA SUDUT TERTUTUP
DEFINISI 1
Glaukoma sudut tertutup adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal
dengan sudut yang lebih dangkal dari normal.
Tekanan bola mata yang normal dinyatakan dengan tekanan air raksa yaitu antara 15-20
mmHg. Tekanan bola mata yang tinggi juga akan mengakibatkan kerusakan saraf penglihat yang
terletak di dalam bola mata. Pada keadaan tekanan bola mata tidak normal atau tinggi maka akan
terjadi gangguan lapang pandangan. Kerusakan saraf penglihatan akan mengakibatkan kebutaan.
FAKTOR RESIKO
Ras
Menurut penelitian rektrospektif yang dilakukan oleh Sakya, GST merupakan penyebab
kebutaan di asia timur dan merupakn penyebab kebutaan bilateral terbanyak diantara galaukoma
lainnya.3
Menurut Foster PJ GST merupakan penyebab utama kebutaan di seluruh negara di asia,
merupakan penyebab terjadinya kebutaan bilateral terbanyak dibandingkan GSA/ glaukoma
sekunder. Diperkirakan terdapat 9,4 juta orang di Cina yang berusia 40 tahun keatas memiliki
Glaukoma sudut tertutup4
Sebagian populasi mongoloid seperti orang Eskimo, asia timur dan tenggara serta asia selatan
memiliki angka sangat tinggi dengan primer GST. Dengan kecenderungan memiliki sudut bilik mata
yang dangkal pada primer GST telah dilaporkan pada orang kaukasia, Eskimo dan asia.sedangakan
di India dilaporkan adanya kecendurangan orang memilki katarak intusmescent5
Riwayat keluarga.5
Bila ada riwayat penderita glaukoma pada keluarga maka risiko 4 kali orang normal.
Umur 5,6,7
peningkatan prevalensi dari primer GST berhubungan berhubungan dengan umur, dan
mencapai puncak pada dekade ke 6 dan 7 dengan jarang dipertimbangkan pada umur dibawah
40tahun. Resiko akan meningkat pad umur 40 ahun keatas (1%) dan pada 65 tahun keatas 5 %
Jenis Kelamin5,6,7
Wanita lebih banyak daripada pria dengan perbandingan 2 : 1 hingga 4 : 1
Error refraktif6
Lebih banyak pada pasien hipermetropi
ETIOLOGI2
Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intra okular ini, disebabkan:
1. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar.
2. Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil
(glaukoma hambatan pupil).
3. Sangat mungkin merupakan penyakit yang diturunkan dalam keluarga.
4. Glaukoma dapat timbul akibat penyakit atau kelainan dalam mata.
5. Glaukoma dapat diakibatkan penyakit lain di tubuh.
6. Glaukoma dapat disebabkan efek samping obat.
Hasil penelitian Panday didapatkan terapi sulfonamide dapat menyebabkan reaksi
idiosyncratic, dan terdapat pada myopia dan akut glaukoma sudut tertutup. Kemungkinan terdapat
reaksi ini sebesar 3%
Classification of Angle Closure Glaucomas5
I. Angle Closure Glaucoma with pupillary block
A. Primary angle closure with pupillary block
1. Suspect
2. Subacute (intermittent)
3.Acute
4.Chronic (creeping angle closure )
Gambar a. blok pupil
Gambar b. iris bombe
Gambar c. iridocorneal contact
B. Secondary angle closure with pupillary block
1. Posterior synechiae to lens, vitreous, or IOL
2.Ectopia lentis
3.Miotic induced
4.Spherophakia
5.Phacomorphic
6.Nanophthalmos
Gambar posterior synechiae
II. Angle Closure Glaucoma without pupillary block
A. Primary angle closure without pupillary block
1. Plateau iris
•Plateau iris configuration
•Plateau iris syndrome
Gambar plateu iris
B. Secondary angle closure without pupillary block
1.Anterior pulling mechanism
•Neovascular glaucoma
•Epithelial downgrowth
•Inflammatory induced (PAS)
2.Posterior pushing mechanism(Malignant glaucomas and related causes)
*Modified from Hoskins and Kass.
Gambar c. posterior pulling mechanism
Gambar d. posterior pulling mechanism
PATOFISIOLOGI7
Pada orang dengan kecenderungan untuk menderita glaukoma sudut tertutup sudutnya
lebih dangkal dari rata-rata biasanya. Karena letak dari jaringan trabekular meshwork itu terletak di
sudut yang terbentuk dimana kornea dan iris bertemu, makin dangkal sudut maka makin dekat pula
iris terhadap jaringan trabecular meshwork. Kemampuan dari cairan mata untuk mengalir/melewati
ruang antara iris dan lensa menjadi berkurang, menyebabkan tekanan karena cairan ini terbentuk di
belakang iris, selanjutnya menjadikan sudut semakin dangkal. Jika tekanan menjadi lebih tinggi
membuat iris menghalangi jaringan trabecular meshwork, maka akan memblok aliran.
DIAGNOSIS4,8
Pada penderita glaukoma ditentukan beberapa gejala tergantung pada jenis glaukoma
tersebut.
Subakut
Pada subakut glaukoma sudut tertutup didapatkan adanya peningkatan TIO yang tiba – tiba /
dalam waktu singkat dan berulang. Didapatkan adanya gejala singkat dan berulang pada nyeri
unilateral dan penglihatan kabur yang berhubungan dengan adanya halo pada sekitar
cahaya.diagnosis ini hanya bisa ditentukan dengan menggunakan gonioskopi
Akut
akut glaukoma sudut tertutup merupakan kegawatdaruratan mata dan apabila tidak diberikan
terapi secara adekuat maka akan mengakibatkan kehilangan penglihatan. Diagnosis dari akut
glaukoma sudut tertutup tidak susah karena merupakan gejala klasik
Pada serangan akut, penderita tampak sakit berat. Terasa nyeri di dalam dan di sekitar bola
mata, penglihatan sangat kabur, melihat pelangi di sekitar lampu. Penderita kadang tidak bisa bisa
bangun karena sakit kepala yang disertai muntah-muntah.
Pada pemeriksaan fisik mata didapatkan edema palpebra, hyperemis konjungtiva, kornea
tampak buram, bilik mata depan dangkal, pupil melebar lonjong vertikal atau midriasis yang hampir
total, refleks pupil lamban atau tidak ada, tekanan intra okuler meningkat tinggi sekali jauh diatas 21
mmHg (normal: 15-21 mmHg)
Kronik
Pada keadaan ini, iris secara bertahap akan menutup aliran, sehingga tidak ada gejala yang
nyata. Seringkali terdapat gejala penurunan penglihatan pada kedua bola mata. Jika ini terjadi, maka
akan terbentuk jaringan parut diantara iris dan aliran, dan tekan dalam bola mata tidak meningkat
sampai terdapat jumlah jaringan parut yang banyak.
Plateau Iris
Plateu iris adalah keadaan dimana central COA normal tetapi anterior dari COA sangat
dangkal oleh karena kelainan congenital pada iris. Pasien dengan plateau iris biasanya tidak
memberikan gejala sampai terjadi akut atau subakut galukoma sudut tertutup. Diagnosis dari iris
plateu hanya bisa dievalusi dengan menggunakan biomikroskop dan gonioskopi.
TYPES OF GLAUCOMA
Type Cause/Effect Symptoms Comments
Chronic
Open Angle
Glaucoma
Gradual blockage of
drainage channel
Pressure builds slowly
Gradual loss of
sidevision
Affects side
vision first
This type of glaucoma
progresses very slowly and
is a lifelong condition.
Acute Closed
Angle
Glaucoma
Total blockage of
drainage channel
Sudden increase
in pressure
Nausea
Blurred vision
Severe pain
Halos around
This condition constitutes a
medical emergency, as
permanent blindness occurs
rapidly without immediate
lights treatment.
Secondary
Glaucoma
Injury, infection,
tumors,drugs, or
inflammation
cause scar tissue
which
blocks the drainage
channel
Gradual loss of
side vision
Affects side
vision first
This form of glaucoma may
progress slowly, as in cases of
chronic glaucoma.
Congenital
Glaucoma
Fluid drainage system
abnormal at birth
Enlarged eyes
Cloudy cornea
Light
sensitivity
Excessive
tearing
This condition must be
treatedsoon after birth if
visionis to be saved.
PEMERIKSAAN 4
Evaluasi dari primer akut glaucoma sudut tertutup meliputi posedur :
• refraksi ( terutama pada pasien akut glaukoma sudut tertutup)
• biomikroskop untuk mengevaluasi segmen anterior
pemeriksaan TIO
Schiotz tonometri
- Pantocain 1 – 2% : 1 tetes.
- Penderita baring, mata sehat disuruh fiksasi ibu jarinya.
- Letakkan tonometer diatas kornea.
- Catat angka skala menunjuk kurang dari 3, tambahkan beban 10 gram.
Cara palpasi
- Dengan 2 jari telunjuk bola mata dipalpasi
- Bandingkan dengan mata sehat pendertita atau bola mata pemeriksa sendiri.
- Waktu palpasi penderita harus dilihat kebawah, tetapi tidak menutup matanya.
• Gonioskopi
• Stereoskopi untuk mengevaluasi syaraf optikus
• Baseline photographs of the optic nerve
• Baseline visual fields.
Perlu dilihat adanya : peripheral anterior synechiae, posterior synechiae, glaukomflecken
(anterior subcapsular lens opacities), iris atrophy, pigment anterior dan kemungkinan glaucomatous
nervus optikus atau kemungkina penurunan lapangan pandang. Dengan serangan yang sering
kemungkinan syaraf optikus terlihat lebih pucat dibandingkan cupping.
TERAPI 4,9
Glaukoma akut merupakan masalah kegawatdaruratan pada mata dan tindakan bedah
(iridektomi perifer) merupakan pilihan dalam penatalaksanaannya. Sebelum tindakan bedah
dilaksanakan, penderita harus mendapatkan pertolongan pertama dulu sebagai persiapan preop, yaitu
berupa pemberian:
1. Beta blockers. Jika pasien tidak mempunyai kontraindikasi jantung , non selektif beta blokers
yang dapat digunakan yaitu timolol, 0.5 % yang diberikan 1 tetes setiap 12 jam.dan dapat
diulang setiap 1 jam jika diperlukan.
2. Bahan Hiperosmotik:
Gliserin:
1 cc/kg BB, dilarutkan dalam air minum (menjadi larutan 50%), dan diminum sekaligus.
Manitol:
Manitol 20%, IV, 200 cc, dengan kecepatan 1-2 tetes/detik.
3. Miotikum:
Pilokarpin:
Pilokarpin 2%, 1 tetes/5menit (3-5 kali), kemudian 1 tetes/30menit (selama 2 jam),
dilanjutkan 1 tetes/jam (sampai saat operasi)
4. Carbonic Anhydrase Inhibitors:
Acetazolamide
5. pemberian KCL 3 x 1 tab perhari
6. Pengobatan tambahan:
Morfin:
15 mg sc.
Sedangkan pada sub akut dan kronik GST dapat digunakan laser peripheral iridectomy,
Laser peripheral iridotomy.
Primer GST dimana blok papil merupakan penyebabnya maka LPI merupakan indikasi.
Intermiten dan kronik blok papil juga dapat dipertimbangkan sebagai indikasi LPI
Terapi Pembedahan : Trabekulektomi10
Pada saat ini bila seorang dokter ahli mata dihadapkan untuk mengerjakan bedah anti
glaukoma maka lazimnya yang terpikir adalah melakukan trabekulektomi. Dari kepustakaan dapat
diketahui trabekulektomi merupakan bedah anti galukoma yang sekarang paling banyak dilakukan
dan memberikan hasil yang baik dan dapat digunakan untuk semua jenis glaukoma
Bila respon thd terapi baik , tunggu sampai mata tenang.
Operasi secepat mungkin bila dalam 24 jam tidak ada respon terhadap terapi.
PreOperasi : Infus manitol 20 % bila TIO lebih dari 30 mmHg.
Urutan bedah trabekulektomi adalah sebagai berikut :
Tindakan pembedahan umumnya dilakukan dibawah anastesi local, termasuk akinesia dan
anastesi retrobulbar. Setelah disinfeksi daerah operasi dan membuat tali kendali otot rektus superior
serta retraksi palpebra dilakukan tahapan – tahapan pembedahan sebagai berikut :
1. parasintesis di kornea perifer bagian temporal bawah
2. flap tendon – konjungtiva yang dapat dibuat baik dengan basis dalam limbus (limbal base
flap) maupun berbasis pada fornix (fornix base flap). Bila digunakan flep tendon –
konjungtiva dengan basis limbus kornea dilakukan pada jarak 6 – 8 mm dari sejajar limbus.
Pada yang berbaris fornix, dibuat sayatan sepanjang limbus + 7 mm
3. flap sklera berbasis pada limbus dengan ukuran + 4x4 mm, setengah tebal sklera, yang
dilanjutkan kearah kornea melewati taji sklera (berwarna putih) sampai denga lokalilisasi
tuberkulum (berwarna lebih gelap). Selanjutnya dibuat 2 buah jahitan sementara pada kedua
sudut posterior flep sklera.
4. pembuatan jendela trabekula sebesar 2 x 2 mm. sayatan dibuat dengan pisau silet dimulai
pada kedua sisi kanan dan kiri tegak lurus pada limbus, lak bagian posterior. Bagian depan
digunting dengan gunting vannas.
5. iredektomi perifer, bersihkan bibir luka pada waktu iridektomi, perhatikan bahwa pupil
lonjong kea rah jendela trabekulae. Reposisi iris biasanya cukup dilakukan dengan menekan
dan mendorongnya kearah pupil dari luar melalui perifer kornea diatasnya.
6. kedua jahitan sementara flep sklera dikuatkan, bila perlu ditambah satu atau lebih jahitan lagi.
7. flep tendon konjungtiva dijahit secara jelujur pada yang berbasis limbus. Pada flep dengan
basis difornik, cukup dibuat 2 jahitan pada kedua ujung sayatan, setelah konjungtiva ditarik
dan diyakini dapat menutup bekas sayatan.
8. injeksi antibiotika subkonjungtiva dan diberikan salep mata antibiotika.
Penyulit – penyulit yang dapat terjadi selama pembedahan
- pendarahan.
- Konjungtiva robek
- Perforasi sklera/kornea dan flep sklera robek
- Iris tidak prolap
- Bilik mata depan yang dangkal/ rata.
Prognosis5
Tujuan terapi glaukoma adalah menghentikan kecepatan kerusakan visual. Beberapa pasien
mungkin masih akan tetap mengalami kehilangan penglihatan meskipun terdapat penurunan tekanan
yang signifikan tergantung luas kerusakan saraf optikus yang terkena dan pemberian terapi penuruna
TIO sejak dini.
PENCEGAHAN11
Pencegahan kebutaan akibat glaukoma:
Pada orang yang telah berusia 20 tahun sebaiknya dilakukan pemeriksaan tekanan bola mata
berkala secara teratur setiap 3 tahun.
Bila terdapat riwayat adanya glaukoma pada keluarga maka lakukan pemeriksaan ini setiap
tahun.
Secara teratur perlu dilakukan pemeriksaan lapang pandangan dan tekanan mata pada orang
yang dicurigai akan timbulnya glaukoma.
Sebaiknya diperiksakan tekanan mata, bila mata menjadi merah dengan sakit kepala yang
berat.
BAB V
LAPORAN KASUS
Anamnesa (autoanamnesa) dan pemeriksaan fisik dilakukan pada , 22 September 2012.
Identitas Pasien
Nama : Ny.A
Umur : 50 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Runah Tangga
Alamat : Jl. Bengkuring Smd
Anamnesa
Keluhan Utama : Nyeri pada mata kiri
Riwayat penyakit Sekarang :
Keadaan ini dirasakan pasien sejak 2 hari sebelum mrs, nyeri dirasakan mendadak dan terus
menerus sehingga nyeri dirasakan menjalar ke kepala serta mengeluarkan air mata dan mata menjadi
merah. Keluhan pandangan penglihatan mata kiri menjadi kabur, mual dan muntah juga dirasakan
pasien bersamaan dengan keluhan nyerinya . BAK normal, BAB normal, demam (-)
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat hipertensi sejak 2 tahun yang lalu
Pasien menyangkal memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus.
Riwayat operasi glukoma mata kanan 2 tahun yang lalu
Riwayat Penyakit Keluarga :
Bapak pasien mmiliki riwayat hipertensi
Tidak ada keluarga yang mengeluhkan seperti pasien
.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : sakit sedang
Kesadaran : Kompos mentis
Tanda vital :
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 72 kali/menit
Respirasi : 20 kali/menit
Suhu : 36.9 °C
Status generalisata :
Kepala leher : dalam batas normal
Thorax : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Ekstremitas : dalam batas normal
Status Oftalmologi
Pemeriksaan Oculi Dextra Oculi Sinistra
Visus 3/60 6/60
Posisi bola mata Ortoforia Ortoforia
Pergerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah, nyeri (+)
Silia Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Palpebra superior Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Palpebra inferior Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Konjungtiva tarsus Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Konjungtiva bulbi Tidak ada kelainan Hiperemi
Kornea Jernih Jernih
COA Kedalaman cukup Kedalaman dangkal
Pupil Bulat, regular, 5 mm
Refleks cahaya langsung (-)
Refleks cahaya tak langsung (-)
Bulat, regular, 5 mm
Refleks cahaya langsung (-)
Refleks cahaya tak langsung (-)
Iris Warna coklat Warna coklat
Lensa Jernih Jernih
TIO (Palpasi) Tn Bola mata keras seperti batu
TIO ( tonometer ) Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Diagnosis Kerja : Glaukoma Akut
Penatalaksanaan :
IVFD Manitol 20 % drip
Timolol 2 x 1 gtt os
Glaukocon 2 x 1 tab
Asam mefenamat 3 x 1 tab
Usulan Penatalaksanaan :
Pro tindakan bedah trabekulektomi
Prognosis :
Ad vitam : bonam
Ad functionam : malam
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien Ny. A usia 50 tahum datang dengan keluhan nyeri pada mata kiri dan didiagnosis
dengan glukoma akut berdasarkan :
Anamnesis
Nyeri kepala yang dtimbul secara mendadak yang menjalar ke belakang kepala dan
nyeri saat menggerakan bola mata
Adanya mata merah dan berairan
Penurunan penglihatan secara mendadak
Adanya perasaan mual tetapi tidak sampai muntah
Adanya riwayat hipertensi
Pemeriksaan Ofthamologi OS
Visus : 6/60
Konjungtiva bulbi hiperemi
Midriasis pupil yang tidak reaktif
Reflex cahaya (-)
Palpasi OS teraba bola mata lebih keras dibandingkan OD
KESIMPULAN
Glaukoma fakomorfik merupakan glaukoma sekunder yang disebabkan oleh kelainan pada lensa,
dapat menyerang ras apapun, baik laki-laki maupun perempuan. Glaukoma fakomofik mudah terjadi
pada pasien dengan katarak matur. Katarak matur dapat mengakibatkan sudut bilik mata tertutup dan
mengakibatkan glaukoma fakomorfik, sedangkan katarak hipermatur dapat mengakibatkan glaukoma
fakolitik.
Pasien yang menderita glaukoma fakomorfik mengeluh nyeri yang akut, pandangan kabur,
melihat bayangan seperti pelangi (halo) disekitar cahaya, mual, dan muntah. Pasien secara umum
mengalami penurunan visus sebelum episode akut dikarenakan adanya riwayat katarak.
Glaukoma fakomorfik lebih umum terjadi pada mata hiperopik yang kecil dengan lensa yang
besar/cembung dan sudut bilik mata yang dangkal. Serangan akut sudut tertutupnya dapat dicetuskan
oleh dilatasi pupil pada penerangan yang suram.
Penatalaksanaan glaukoma fakomorfik bertujuan untuk menurunkan tekanan intraokuler secara
cepat untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada saraf optik, kornea, dan untuk menjegah
terbentuknya sinekia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pradhan D, Hennig A, Kumar J, et al. A prospective study of 413 cases
of lens-induced glaucoma in Nepal. Indian J Ophthalmol 2001;49(2):
103-7.
2. Rao SK, Padmanabhan P. Capsulorhexis in eyes with phacomorphic
glaucoma. J Cataract Refract Surg 1998;24(7):882-4.
3. Prajna NV, Ramakrishnan R, Krishnadas R, et al. Lens induced
glaucomas—visual results and risk factors for final visual acuity. Indian J Ophthalmol
1996;44(3):149-55.
4. Vaughan DG, Asbury T. Lensa. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Alih Bahasa Tambajong J,
Pendit UB. Widya Medika. Jakarta, 2000 : 175,183-4.
5. Wijana, Nana S.D, Ilmu Penyakit Mata, Cetakan ke-6, Penerbit Abadi Tegal, Jakarta,
1993 : 190-196.
6. Ilyas, Sidarta, Ilmu Penyakit Mata, Cetakan ke-2, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 1998 : 209-210.
1. Glaucoma Phacomorphic http://emedicine.medscape.com/article/1204917-media