Upload
wellaherliyanti
View
53
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
askep gerontik
Citation preview
Asuhan keperawatan lansia dengan gangguan kardiovaskuler
Menurut joint national committee on detection, evaluation and Treatment of high blood pressure
(JNC), hipertensi adalah tekanan yang lebih tinggi darin140/90 mmHg dan diklasifikasikan
sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah tinggi sampai maligna.
Keadaan ini dikategorikan sebagai primer/ esensial (hampir 90% dari semua kasus) atau
sekunder, terjadi sebagai akibat dari kondisi patologi yang dapat dikenali, sering kali dapat
diperbaiki.
Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung adalah suatu keadaan di mana
pemompaan darah olehjantung seseorang mempunyai resiko berkurang kecukupannya untuk
dipertahankan sehingga tidak mencukupi untuk kebutuhan jaringan tubuh.
Diagnosis keperawatan: resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung
Factor resiko meliputi:
1. Peninhkatan afterload, vasokontriksi.
2. Iskemia miokardia
3. Hipertrofi atau rigiditas (kekakuan) ventricular.
Kriteria hasil/ kriteria evaluasi:
1. Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah/ beban kerja jantung.
2. Mempertahankan tekanan darah dalam rentang individu yang diterima.
3. Mempertahankan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal.
Tindakan keperawatan:
Tindakan / intervensi Rasional
Mandiri :
1. Pantau tekanan darah. Ukur pada kedua
tangan/ paha untuk evaluasi awal.
Gunakan ukuran manset yang tepat dan
teknik yang akurat.
Perbandingan dari tekanan memberikan
gambaran lengkap tentang keterlibatan
vascular. Hipertensi sistolik merupakan factor
resiko penyakit serebrovaskular dan iskemia
jantung bila tekanan 90-115 mmHg
2. Catat keberadaan serta kualitas
denyutan sentral dan perifer.
Denyutan karotis, jugularis, radialis, dan
femoralis terpalpasi. Denyut pada tungkai
mungkin menurun, mencerminkan efek dari
vasokonstriksi (peningkatan SVR) dan
kongesti vena.
3. Auskultasi bunyi jantung dan bunyi
nafas
S4 umum terdengar pada klien hipertensi berat
karena hipertropi atrium (peningkatan volume/
tekanan atrium). Perkembangan S3
menunjukkan hipertropi ventrikel dan
kerusakan fungsi. Adanya krekles dan mengi
mengidentifikasikan kongesti paru sekunder
terhadap terjadinya gagal jantung kronik.
4. Amati warna kulit, kelembapan, suhu,
dan masa pengisisan kapiler.
Pucat, dingin, kulit lembap, dan masa
pengisian kapiler lambat berkaitan dengan
vasontriksi atau dekompensasi atau penurunan
curah jantung.
5. Catat adanya edema umum atau
tertentu
Mengindikasikan gagal jantung, kerusakan
ginjal/ vascular.
6. Berikan lingkungan tenang, nyaman,
kurangi aktivitas/ keributan lingkungan,
batasi pengunjung.
Membantu menurunkan rangsang simpatis,
meningkatkan relaksasi
7. Batasi aktivitas, seperti istirahat di
tempat tidur/ kursi, istirahat tanpa
gangguan, bantu melakukan aktivitas
perawatan diri.
Menurunkan stress dan keteganggan yang
memengaruhi tekanan darah dan perjalanan
penyakit hipertensi.
8. Lakukan tindakan yang nyaman, seperti
pijatan punggung, leher, meninggikan
kepala tempat tidur.
Mengurangi ketidaknyamanan dan
menurunkan rangsang simpatis.
9. Anjutkan teknik relaksasi, panduan
imajinasi, aktivitas pengalihan.
Menurunkan rangsangan yang menimbulkan
stress, membuat efek tenang sehingga
menurunkan tekanan darah.
10. Pantau respon terhadap obat untuk
menontrol tekanan darah
Respon terhadap terapi obat (diuretic, inhibitor
simpatis, vasodilator) tergantung pada klien
dan efek sinergis obat. Kerena efek samping
tersebut, maka penting menggunakan obat
dalam jumlah paling sedikit dan dosis paling
rendah.
Kolaborasi
11. Berikan obat sesuai indikasi:
- Diuretic tiazid, missal klorotiazid
(diuril), hidroklorotiazid (esidrix
atau hidrodiuril),
bendroflumentiazid (naturetin).
- Diuretic loop, missal, furosemide
(lasix), asam etakcrinic (edecrin),
bumetamid (burmex).
Tiazid digunakan sendiri atau dicampur dengan
obat lain untuk menurunkan tekanan darah
pasien dengan fungsi ginjal yang relatif
normal. Diuretic memperkuat agen
antihipertensi lain dengan membatasi retensi
cairan.
Menghasilakan diuresis kuat dengan
menghambat reabsorbsi natrium klorida dan
merupakan antihipersensitif efektif, khususnya
klien yang resisten terhadap tiazid atau
mengalami kerusakan ginjal.
Tindakan/intervensi Rasoinal
- Diuretic hemat kalium, missal,
spironolakton (aldactone),
triamterene (dyrenium), amilioride
(midamore)
Diberikan kombinasi dengan diuretic tiazid
untuk meminimalkan kehilangan.
- Inhibitor simpatis, missal
propranolol (inderal), metoprolol
(lopressor), atenolol (tenormin),
nadolol (corgard), metildopa
(aldomet), reserpin (serpasil),
klonidin (catapres).
- Vasodilator, missal, minoksidil
(loniten), hidralazin (apersolin),
bloker saluran kalsium, missal,
nifedipin (procardia), verapamil
(calan).
- Agen antiadrenergic: α-1 bloker
prazosin (minipres), telazosin
(hytrin).
- Bloker neuron adrenergic:
guanadrel (hyloree), quanetidin
Kerja khusus obat ini bervariasi, tetapi secara
umum menurunkan tekanan darah melalui efek
kombinasi penurunan tahanan total perifer,
menurunkan curah jantung, menghambat
aktivitas simpatis, dan menekan pelepasan
renin.
Mengobati hipertensi berat bila kombinasi
diuretic dan inhibitor simpatis tidak berhasil
mengontrol tekanan darah. Vasodilatasi
vascular jantung sehat dan meningkatkan aliran
darah coroner dari terapi vasodilator.
Bekerja pada pembuluh darah untuk
mempertahankan agar tidak konstriksi.
Menurunkan aktivitas konstriksi arteri dan
vena pada ujung saraf simpatis.
(ismelin), reserpine (serpasil).
- Inhibitor adrenergic yang bekerja
secara sentral : klonidin (catapres),
guanabenz (wytension), metildopa
(apresoline), dan minoksidil
(loniten).
- Vasodilator oral yang bekerja
langsung: diazoksid (hyperstat),
nitroprusid (nipride, nitropess).
- Bloker ganglion, missal guanetidin
(ismelin), trimetapan (arfonad).
ACE inhibitor, misalnya kaptopril
(capoten).
Meningkatkan rangsang simpatis pusat
vasomotor untuk menurunkan tahana arteri
perifer.
Diberikan secara intravena untuk menangani
kedaruratan hipertensi.
Penggunaan inhibitor simpatis tambahan
dibutuhkan bila tindakan lain gagal untuk
mengontrol tekanan darah.
12. Batasi cairan diet natrium sesuai
indikasi.
Pembatasan dapat mengatasi retensi cairan
dengan respons hipertensif sehingga
menurunkan berat kerja jantung.
Intoleransi aktivitas adalah suatu keadaan dimana individu mengalami insufiensi energy
fisiologis atau psikologis untuk melakukan/ melengkapi aktivitas sehari-hari yang dibutuhkan/
diinginkan.
Diagnosis keperawatan:
Intoleransi aktivitas
Berhubungan dengan:
1. Tirah baring lama atau imobilisasi
2. Kelemahan umum
3. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
Ditandai dengan:
1. Mengungkapkan dengan verbal tentang keletihan atau kelemahan.
2. Frekuensi nadi dan tekanan darah abnormal sebagai respons terhadap aktivitas.
3. Rasa tidak nyaman saat beraktivitas atau dyspnea.
4. Perubahan EKG mencermikan iskemia dan aritmia.
Kriteria hasil/ kriteria evaluasi:
1. Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan atau diperlukan.
2. Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.
3. Menunjukkan penurunan dalam tanda toleransi fisiologi.
4. Menggunakan dukungan sosial untuk mempertahankan pola hidup yang diinginkan.
5. Mengintegrasikan latihan yang diharuskan kedalam ADL.
Tindakan keperawatan:
Tindakan/ intervensi Rasional
Mandiri:
1. Bantu klien mengidentifikasi factor
yang meningkatkan atau menurunkan
toleransi aktivitas.
Pengkajian akurat terhadap factor yang
meningkatkan atau menurunkan toleransi
aktivitas memberikan dasar untuk membuat
rencana perawatan.
2. Kembangkan aktivitas klien dalam
program latihan.
Program latihan fisik mempunyai efek
mengutungkan pada kerja jantung.
3. Ajarkan klien menggunakan daftar
latihan harian untuk mencatat aktivitas
latihan dan responsnya (seperti nadi,
bernapas dangkal, cemas).
Membuat daftar latihan harian dapat
meningkatkan kemampuan.
4. Kaji respons fisiologi terhadap
aktivitas, observasi frekuensi nadi > 20
kali per menit di atas frekuensi
istirahat. Peningkatan tekanan darah
selama/ sesudah aktivitas (sistolik
meningkat 40 mmHg atau diastolic
meningkat 20 mmHg), dispneu/ nyeri
dada, keletihan, kelemahan berlebihan,
diaphoresis, pusing, atau pingsan.
Menyebutkan parameter membantu dalam
mengkaji respons fisiologi terhadap stress
aktivitas, dan bila ada merupakan indicator dari
kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat
aktivitas.
5. Ajarkan tentang rasa takut/ cemas
berhubungan dengan intoleransi
aktivitas.
Rasa takut/ cemas dapat meningkatkan
intoleransi aktivitas.
6. Ajarkan tentang rasa takut/ cemas
berhubungan dengan intoleransi
aktivitas.
Respons emosional terhadap intoleransi
aktivitas dapat ditangani dengan menggunakan
strategi koping kognitif.
7. Ajarkan teknik penghematan energy,
misalnya menggunakan kursi saat
mandi, duduk saat menyisir, menyikat
gigi, dan melakukan aktivitas dengan
perlahan.
Teknik menghemat energy mengurangi
penggunaan energy, membantu keseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen.
8. Ajarkan keluarga untuk membantu
klien melakukan aktivitas.
Dukungan sosial meningkatkan pelaksanaan
aktivitas.
9. Kolaborasi dengan klien/ keluarga
untuk menetapkan rencana ADL yang
konsisten dengan pola hidup.
Mencapai dan mepertahankan pola hidup
produktif sesuai kemampuan jantung dalam
berespons terhadap peningkatan aktivitas
stress.
10. Berikan dukungan melakukan aktivitas
atau perawatan diri bertahap. Berikan
bantuan sesuai kebutuhan.
Kemajuan aktivitas bertahap memcegah
peningkatan kerja jantung tiba-tiba. Membantu
sebatas kebutuhan mendorong kemandirian
dalam beraktivitas.
11. Beri semangat klien untuk mencari
bantuan dalam mempertahankan
aktivitas.
Dukungan sosial meningkatkan penyembuhan
dan mempertahankan pola hidup yang
diharapkan.
Nyeri (akut) adalah suatu keadaan di mana individu mengalami dan melaporkan adanya rasa
tidak nyaman yang berat/ perasaan tidak menyenangkan.
Diagnosis keperawatan:
Nyeri (akut)
Berhubungan dengan:
-peningkatan tekanan vascular serebral.
Ditandai dengan:
1. Berfokus pada diri.
2. Melaporkan nyeri berdenyut yang terletak pada region suboksipital, terjadi saat bangun,
dan hilang secara spontan setelah beberapa waktu berdiri.
3. Perilaku berhati-hati sepeti segan untuk menggerakkan kepala, memnggaruk kepala,
menghindari sinar terang dan keributan, mengerutkan kening, menggenggam tangan.
4. Melaporkan kekakuan leher, pusing, penglihatan kabur, mual, dan muntah.
Kriteria hasil/ kriteria evaluasi:
1. Melaporkan nyeri atau ketidaknyamanan hilang atau control.
2. Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan.
3. Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan.
Tindakan/ Intervensi Rasional
Mandiri:
1. Mempertahakan tirah baring selama
fase akut.
Meminimalkan stimulasi/ meninggalkan
reaksi.
2. Berikan tindakan nonfarmakologi
untuk menghilangkan sakit kepala,
misalnya: kompres dingin pada dahi,
pijat punggung dan leher, tenang,
redupkan lampu kamar, teknok
relaksasi (panduan imajinasi, distraksi)
dan aktivitas waktu senggang.
Tindakan yang menurunkan tekanan
vascular serebral dan yang memperlambat
atau memblok respons ssimpatis efektif
dalam menghilangkan sakit kepala dan
komplikasinya.
3. Hilangkan/ minimalkan aktivitas
vasokontriksi yang meningkatkan sakit
kepala, misalnya : saat mengejan BAB,
batuk panjang, dan membungkuk.
Aktivitas yang meningkatkan
vasokontriksi menyebabkan sakit kepala
karena adanya peningkatan tekanan
vascular serebral.
4. Bantu klien dalam ambulasi sesuai
kebutuhan
Pusing, penglihatan kabur berhubungan
dengan sakit kepala. Klien dapat
mengalami episode hipotensi postural.
5. Berikan cairan, makanan lunak,
perawatan mulut teratur bila tejadi
perdarahan hidung/ kompres hidung
Meningkatkan kenyamanan umum.
Kompres hidung mengganggu menelan
atau membutuhkan napas dengan mulut,
setelah dilakukan untuk mengehntikan
perdarahan.
menimbulkan stagnasi sekresi oral dan
mengeringkan membrane mukosa.
Kolaborasi:
6. Berikan sesuai indikasi:
- Analgesic.
- Antiansietas, misalnya:
lorazepam (ativan), diazepam
(valium)
Menurunkan nyeri dan menurunkan
rangsang system saraf simpatis.
Mengurangi ketegangan dan
ketidaknyamanan yang diperberat oleh
stress.
Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh adalah suatu keadaan di mana individu
mengalami asupan nutrisi yang melebihi kebutuhan metabolisme
Diagnosis keperawatan: perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
Berhubungan dengan:
1. Masukan berlebihan sehubungan kebutuhan metabolic.
2. Pola hidup monoton
3. Keyakinan budaya.
Ditandai dengan:
1. Makan berlebihan pada malam hari
2. Berat badan 10-20% lebih dari ideal untuk tinggi dan bentuk tubuh
3. Lipatan kulit trisep lebih besar dari 15mm pada pria dan 25 mm pada wanita (maksimal
untuk udia dan jenis kelamin)
4. Ditemukan disfungsi pola makan.
Kriteria hasil/ kriteria evaluasi:
1. Mencapai penurunan berat badan secara bertahap.
2. Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dan kegemukan.
3. Menunjukkan diet yang baik dan seimbang atau perubahan pola makan (misalnya: pilihan
makan, kuantitas).
4. Melakukan program latihan atau olahraga yang tepat dan teratur.
5. Meningkatkan penggunaan energy.
Tindakan keperawatan:
Tindakan/ intervensi Rasional
Mandiri:
1. Bantu mengidentifikasi dan beri
motivasi pentingnya penurunan berat
badan.
Motivasi terjadi saat klien mengidentifikasi
kebutuhan yang berarti.
2. Berikan pilihan untuk melakukan
program sesuai kemampuan.
Latihan meningkatkan pembakaran kalori dan
memudahkan penurunan berat badan.
3. Jelaskan penggunaan daftar latihan. Daftar latihan memberikan penekanan perilaku
positif dan meningkatkan motivasi.
4. Kaji pemahaman klien tentang
hubungan langsung antara hipertensi
dan kegemukan.
Kegemukan bersiko terjadi hipertensi karena
disproporsi antara kapasitas aorta dan
peningkatan curah jantung berkaitan dengan
peningkatan massa tubuh.
5. Diskusikan pentingnya menurunkan
kalori dan batasi masukan lemak,
garam, dan gula sesuai indikasi.
Kesalahan pola makan menyebabkan
aterosklerosis dan kegemukan, merupakan
predisposisi hipertensi dan komplikasinya,
misalnya: stroke, penyakit ginjal, dan gagal
jantung. Kelebihan masukan garam
meningkatkan volume cairan intravascular dan
merusak ginjal, serta memperburuk hipertensi.
6. Kaji ulang masukan kalori harian dan
pilihan diet.
Mengidentifikasi kekuatan/ kelemahan dalam
program diet. Membantu menentukan
kebutuhan tubuh.
7. Tetapkan rencana penurunan berat
badan yang realistic, misalnya
penurunan berat badan 0,5 kg
perminggu.
Penurunan kalori sebanyak 500 kalori perhari
dan menurunkan berat badan 0,5 kg/minggu.
Penurunan berat badan yang lambat
mengindikasikan kehilangan lemak melalui
kerja otot dan diatasi dengan mengubah
kebiasaan makan.
8. Instruksikan dan bantu memilih
makanan yang tepat, hindari makanan
lemak jenuh tinggi (mentega, keju,
telur, es krim, daging) dan kolesterol
Menghindari makan tinggi lemak jenuh
kolestrol untuk mencegah perkembangan
aterogenesis.
(daging berlemak, kuning telur, produk
kalengan, jeroan)
Kolaborasi:
9. Rujuk kembali gizi sesuai indikasi Memberikan konseling dan bantuan dengan
memenuhi kebutuhan diet individual.
Inefetif koping individual adalah gangguan dalam tingkah laku adaptif dan kemampuan
dalam memecahkan masalah dari seseorang dalam memenuhi tuntutan hidup dan peran
Diagnosis keperawatan:
Inefektif koping individual
Berhubungan dengan:
1. Mudah terserang penyakit
2. Krisis situasional/ maturasional
3. Perubahan dalam hidup
4. Relaksasi tidak adekuat
5. Sistempendukung tidak adekuat
6. Sedikit atau tidak perna olahraga
7. Nutrisi buruk
8. Harapan yang tidak terpenuhi
9. Kerja berlebihan
10. Persepsi tidak realistic
11. Metode koping tidak efektif.
Ditandai dengan:
1. Perubahan dalam keikutsertaan sosial
2. Menyatakan ketidakmampuan mengatasi atau meminta bantuan
3. Ketidakmampuan memenuhi harapan peran atau kebutuhan dasar atau pemecahan
masalah.
4. Perilaku merusak terhadap diri, makan berlebihan, anoreksia, merokok atau minum
berlebihan, cendrung melakukan penyalah gunaan alcohol
5. Kelemahan atau insomnia kronik, ketegangan otot, sering sakit kepala atau leher, gelisah
atau cemas, serta ketegangan emosi kronik dan depresi.
Kriteria hasil/ kriteria evaluasi:
1. Mengembangkan respons adekuat
2. Mengidentifikasi perilaku koping efektif dan konsekuensinya
3. Menyatakan kesadaran kemampuan koping/ kekuatan pribadi.
4. Mengidentifikasi potensial situasi stress dan mengambil langkah untuk menghindari/
mengubahnya.
5. Mendemonstrasikan penggunaan keterampilan atau metode koping efektif.
Tindakan keperawatan:
Tindakan / intervensi Rasional
Mandiri:
1. Bantu klien mengidentifikasi kebutuhan
yang ingin dipenuhi atau tujuan yang
ingin dicapai.
Untuk meningkatkan kemapuan dalam proses
koping
2. Berikan dukungan atas pengungkapan
perasaan, keinginan, dan rangsangan.
Membantu meningkatkan rasa percaya diri dan
motivasi.
3. Identifikasi kebutuhan dasar yang
diperlukan dalam berespons terhadap
penanganan stress dan kesehatan,
ketereampilan koping, serta dukungan
sosial.
Membantu memudahkan pemenuhan
kebutuhan dasar klien berhubungan dengan
pemecahan masalah yang dihadapinya sesuai
kemapuan.
4. Kaji keefetifan strategi koping dengan
mengobservasi perilaku, misalnya:
kemapuan menyatakan perasaan dan
perhatian, keinginan berpartisipasi
dalam rencana pengobatan.
Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola
hidup individu dan mengintegrasikan terapi
yang diharuskan ke dalam kehidupan sehari-
hari.
5. Catat laporan gangguan tidur,
peningkatan keletihan, kerusakan
konsentrasi, peka rangsang, penurunan
toleransi sakit kepala, ketidakmampuan
menyelesaikan masalah.
Manifesti mekanisme koping maladaptive
merupakan indicator marah yang ditekan dan
diketahui telah menjadi penentu utama tekanan
darah diastolic.
6. Bantu klien mengidentifikasi stressor
spesifik dan strategi mengatasinya.
Pengenalan stressor adalah langkah dalam
mengubah respons klien terhadap stressor.
7. Libatkan klien dalam perencaaan
perawatan dan beri dukungan
partisipasi dalam rencana pengobatan.
Keterlibatan memberikan perasaan control diri
yang berkelanjutan, memperbaiki keterampilan
koping dan meningkatkan kerja sama dalam
terapi.
8. Dukung klien untuk mengevaluasi
prioritas atau tujuan hidup.
Focus perjatian pada realistis situasi tehadap
pandangan klien tentang apa yang diinginkan.
9. Bantu klien mengidentifikasi dan
merencanakan perubahan hidup. Bantu
menyesuaikan tujuan diri atau keluarga.
Perubahan yang harus diprioritaskan secara
realistic untuk menghindari rasa tidak menetu
dan tidak berdaya.
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, prognosis dan pengobatan
adalah suatu keadaan di mana informasi khusus dangat kurang.
Diagnosis keperawatan:
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) menegenai kondisi rencana pengobatan
Berhubungan dengan:
1. Kurang pengetahuan/ daya ingat
2. Keterbatasan kognitif
3. Menyangkal diagnosis
Ditandai dengan:
1. Menyatakan masalah
2. Meminta informasi
3. Menyatakan miskonsepsi
4. Mengikuti instruksi inadekuat, kinerja prosedur inakurat.
5. Perilaku tidak tepat atau eksagregasi,misalnya: bermusuhan, agitasi, apatis.
Kriteria hasil:
1. Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan.
2. Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi
3. Mempertahankan tekanan darah.
Tindakan keperawatan:
Tindakan/ intervensi Rasional
Mandiri:
1. Kaji kesiapan dan hambatan dalam
belajar, termasuk keluarga.
Kesalahan konsep dan menyangkal diagnosis
memengaruhi minat untuk mempelajari
penyakit, prognosis.
2. Tetapkan tekanan darah normal.
Jelaskan tentang hipertensi dan efeknya
terhadap jantung, pembuluh darah,
ginjal, dan otak.
Factor resiko menunjukkan hubungan dalam
menunjang hipertensi/ penyakit kardivaskular
dan ginjal.
3. Bantu klien dalam mengidentifikasi
factor risiko kardiovaskular yang dapat
diubah, misalnya: obesitas, diet tinggi
lemak jenuh dan kolesterol, pola hidup
monoton, merokok, minum alkohol
serta pola hidup penuh stress.
4. Atasi masalah bersama klien dengan
mengidentifikasi cara gaya hidup tepat
dapat dibuat untuk mengurangi factor
resiko kardiovaskular.
Factor resiko meningkatkan proses penyakit.
Dengan mengubah perilaku, dukungan,
petunjuk, dan empati dapat meningkatkan
keberhasilan klien.
5. Bahas pentingnya menghentingkan
merokok dan bantu klien dalam
membuat rencana untuk berhenti
merokok.
Nikotin meningkatkan pelepasan ketekolamin;
mengakibatkan peningkatan frekuensi jantung,
tekanan darah, vasokonstriksi; mengurangi
oksigenasi jaringan; serta meningkatkan beban
kerja miokardium
6. Beri pengetahuan pentingnya kerja
sama dalam regimen pengobatan.
Kerja sama meningkatkan keberhasilan terapi.
7. Peragakan teknik pengukuran tekanan
darah mandiri. Evaluasi pendengaran,
ketajaman penglihatan, keterampilan,
dan koordinasi klien.
Dengan pengajaran akan meyakinkan klien,
karena hasilnya memberikan peguatan visual.
8. Bantu untuk mengembangkan jadwal
sederhana
Dengan mengikuti peraturan jadwal dapat
memudahkan kerja sama
9. Jelaskan tentang obat (rasional, dosis, Informasi adekuat dan pemahaman tentang
efek samping) obat meningkatkan kerja sama [engobatan.
10. Anjurkan sering mengubah posisi dan
olahraga kita saat berbaring
Menurunkan bendungan vena perifer yang
ditimbulkan oleh vasodilator dan duduk/
berdiri terlalu lama.
11. Hindari mandi air panas, ruang
penguapan, dan penggunaan alkohol.
Mencegah vasodilatasi dengan bahaya efek
samping yaitu pingsan dan hipotensi.
12. Anjurkan meningkatkan masukan
makanan/ cairan tinggi kalium (jeruk,
pisang, tomat, kentang, apricot, kurma,
buah ara, kismis, susu rendah lemak,
yogurt).
Diuretic menurunkan kadar kalium. Penelitian
menunjukkan konsumsi kalium 400-2000 mg
perhari akan menurunkan tekanan darah
sistolik dan diastolic.
13. Kenali tanda/ gejala seperti sakit kepala
saat bangun, peningkatan tekanan darah
tiba-tiba, nyeri dada/ sesak napas, nadi
meningkat, pembengkakan perifer/
abdomen, gangguan penglihatan,
epistaksis, depresi/ emosi labil, pusing,
pingsan, kelemahan atau kram otot,
mual/ muntah, haus, dan penurunan
libido/ impoten.
Deteksi dini terjadinya komplikasi, penurunan
efektivitas/ reaksi yang merugikan dari
regimen obat memungkinkan untuk membuat
intervensi.
14. Jelaskan rasional diet yang diharuskan
(diet rendah natrium, lemak jenuh, dan
kolestrol).
Kelebihan lemak jenuh, kolestrol, natrium,
alkohol, dan kalori beresiko hipertensi. Diet
rendah lemak dan tinggi lemak tak jenuh
meurunkan tekanan darah.
15. Bantu mengidentifikasi sumber
masukan natrium (garam meja, daging
dan keju olahan, saus, sup kaleng,
sauran, soda kue)
Diet rendah garam selama dua tahun mungkin
mencukupi untuk mengontrol hipertensi
sedang atau mengurangi jumlah obat yang
dibutuhkan.
16. Hindari minum yang mengandung
kafien (kopi, the, dan coklat)
Kafein adalah stimulant jantung dan
merugikan fungsi jantung.
17. Anjurkan klien memantau respons
fiologi terhadap aktivitas (nadi dan
napas). Laporkan penurunan terhadap
aktivitas yang menyebabkan nyeri dada,
sesak napas, pusing, dan keletihan.
Keterlibatan klien dalam memantau toleransi
aktivitasnya sendiri penting untuk keamanan
dan modifikasi aktivitas kehidupan sehari-hari.
18. Buat jadwal olahraga sendiri (berjalan,
berenang)
Menurunkan tekanan darah dan menguatkan
system kardiovaskular.
DAFTAR PUSTAKA
Kushariyadi. 2010. Asuhan Keperawtan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika