34
Asuhan keperawatan pada keluarga dengan keluarga lansia Disusun oleh : 1. Winda ulfa marhama 2. Zha zha ricky destika tamara 3. Yesi Darmiati Dosen pembimbing : Ns Hermansyah S.Kp.M.kep KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKKES KEMENKES BENGKULU TAHUN AJARAN 2014/2015

Konsep Askep Lansia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

konsep dasar lansia

Citation preview

Page 1: Konsep Askep Lansia

Asuhan keperawatan pada keluarga

dengan keluarga lansia

Disusun oleh :

1. Winda ulfa marhama2. Zha zha ricky destika tamara3. Yesi Darmiati

Dosen pembimbing : Ns Hermansyah S.Kp.M.kep

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

TAHUN AJARAN 2014/2015

Page 2: Konsep Askep Lansia

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan, karena atas berkah dan rahmat-Nya lah

kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul tentang “ASUHAN KEPERAWATAN

KELUARGA DENGAN KELUARGA LANSIA”. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih

kepada orang tua kami, teman-teman kami yang telah membantu dalam penyelesaian

pembuatan makalah ini. Dan kami ucapkan terima kasih kepada dosen yang telah

memberikan tugas ini agar bisa menjadikan kami manusia yang berpengetahuan.

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui tentang Konsep Teoritis

Keperawatan Keluarga Dengan Keluarga Lansia Beserta Suhan Keperawatannya. Kami

menyadari, dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan yang terdapat di dalam

makalah. Karena kami tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, kami masih membutuhkan

kritik yang membangun dari pembaca. Akhir kata kami ucapkan terima kasih. Semoga

bermanfaat.

Bengkulu, Maret 2015

penulis

Page 3: Konsep Askep Lansia

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………................................................................

DAFTAR ISI………………………………………..................................................................

BAB I PENDAHULUAN

a) Pendahuluan...................................................................................................................

b) Tujuan.............................................................................................................................

c) Manfaat……………………………...............................................................................

BAB II TINJAUAN TEORITIS

a) Konsep dasar keperawatn

keluarga.........................................................................................................................

b) Konsep dasar lanjut usia..................................................................................................

c) Konsep dasar asuhan keperawatan keluarga pada keluarga

lansia…………….............................................................................................................

BAB III ASKEP KELUARGA DENGAN KELUARGA

LANSIA……………..................................................................................................................

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Konsep Askep Lansia

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Keluarga merupakan bagian dari manusia yang setiap hari selalu berhubungan dengan

kita. keadaan ini perlu kita sadari sepenuhnya bahwa setiap individu merupakan bagiannya

dani keluarga juga semua dapat diekspresikan tanpa hambatan yang berarti.

Keperawatan keluarga merupakan tingkat keperawatan kesehatan masyarakat yang

ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau satu kesatuan yang dirawat, dengan

sehat sebagai tujuan dan perawatan sebagai penyalur. Sasaran keperawatan keluarga yaitu

individu, family atau keluarga dn community atau masyarakat. Prinsip utama dalam

perawatan kesehatan masyarakat mengatakan bahwa keluarga adalah unit atau kesatuan dari

pelayanan kesehatan.

Berbagai ilmu ini tidak dapat dipisahkan dari kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi karena sampai setengah abad yang lalu. Dan berbagai istilah berkembang terkait

dengan lanjut usia (lansia), yaitu gerontologi, geriatri serta keperawatan gerontik, dan

keperawatan geriatrik.

Seiring dengan keberhasilan Pemerintah dalam Pembangunan Nasional, telah

mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi,

perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di bidang

medis atau ilmu kedikteran sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta

meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut

meningkat dan bertambah cenderung lebih cepat.

Saat ini, di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan

usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di

Negara maju seperti Amerika Serikat pertambahan orang lanjut usia bertambah 1000 orang

per hari pada tahun 1985 dan diperkirakan 50% dari penduduk berusia 50 tahun sehingga

istilah Baby Boom pada masa lalu berganti menjadi ledakan penduduk lanjut usia.

Secara demografi, menurut sensus penduduk pada tahun 1980 di Indonesia jumlah

penduduk 147,3 juta. Dari angka tersebut terdapat 16,3 juta orang (11%) orang yang berusia

50 tahun ke atas, dan 5,3 juta orang (4,3%) berusia 60 tahun ke atas. Dari 6,3 juta orang

terdapat 822,831 (23,06%) orang yang tergolong jompo, yaitu para lanjut usia yang

Page 5: Konsep Askep Lansia

memerlukan bantuan khusus sesuai undang-undang bahkan mereka harus dipelihara oleh

Negara.

Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi penuaan secara alamiah. Hal ini akan

menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi, dan psikologis. Survei rumah tangga

tahun 1980 angka kesakitan penduduk usia lebih dari 55 tahun, sebesar 25,70% diharapkan

pada tahun 2000 nanti angka tersebut akan menurun menjadi 12,30% (Depkes RI, Pedoman

Pembinaan Kesehatan Lanjut usia bagi Petugas Kesehatan I, 1992)

Pada sistem muskuloskeletal termasuk di dalamnya adalah tulang, persendian, dan otot-

otot akan mengalami perubahan pada lansia yang dapat mempengaruhi penampilan fisik dan

fisiologisnya. Semua perubahan ini sangat mempengaruhi rentang gerak, gerak secara

keseluruhan, dan cara berjalan.

Kekuatan muskular mulai merosot pada usia sekitar 40 tahun, dengan suatu

kemunduran yang dipercepat setelah usia 60 tahun. perubahan gaya hidup dan penggunakan

sistem neuromuscular adal penyebab utama kehilangan kekuatan otot. Secara umum, terdapat

kemunduran kartilago sendi, sebagian besar terjadi pada sendi-sendi yang menahan berat dan

pemebentukan tulang di permukaan sendi. Komponen-komponen kapsul sendi pecah dan

kolagen yang terdapat pada jaringan penyambung meningkat progresif yang jika tidak

dipakai lagi, mungkin menyebabkan inflamasi, nyeri, penurunan mobilitas sendi, dan

deformitas. Penyakit inflamasi artikular yang paling sering terjadi pada lansia adalah Atritis

Reumatoid.

Berbagai penyakit sendi, termasuk Atritis Reumatoid dapat terjadi resiko jatuh pada

lansia. Jatuh merupakan kejadian terbesar pada lansia. Jatuh adalah suatu kejadian yang

dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat kejadian, sehingga mengakibatkan

seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendak dengan atau

tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Reuben, 1996 dalam Buku Ajar Geriatri, Darmojo,

1999).

Kesehatan merupakan aspek sangat penting yang perlu diperhatikan pada kehidupan

lansia. Semakin tua seseorang, cenderung semakin berkurang daya tahan fisik mereka. Dalam

kaitan ini, kajian terhadap keperawatan lansia (keperawatan gerontik dan geriatrik) perlu

ditingkatkan

Page 6: Konsep Askep Lansia

B.     Tujuan Penulisan

1.    Tujuan Umum

Untuk mengetahui, memahami, dan menguasai konsep dasar keperawatan keluarga lanjut

usia

2.    Tujuan Khusus

Setelah mempelajari makalah ini, mahasiswa diharapkan mampu :

a.    Konsep dasar keperawatan kesehatan keluarga

b.    Konsep keperawatan keluarga lansia

c.    Asuhan keperawatan keluarga lansia

d.   Memahami masalah keperawatan keluarga lansia

C.     Metode penulisan

Penulisan makalah ini penulis menggunakan metode deskriftif yaitu dengan penjabaran

masalah-masalah yang ada dan menggunakan studi keperpustakaan dari literatur yang ada

baik di perpustakaan maupun dimedia internet sebagai pelengkap.

D.    Sistematika Penulisan

Makalah ini terdiri dari IV Bab yang disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan,

metode penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab II : landasan teoritis yang terdiri dari konsep dasar keperawatan keluarga,

konsep dasar keperawatan keluarga dengan lansia

Bab III : Laporan Kasus

Bab IV : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran

Page 7: Konsep Askep Lansia

BAB II

TINJUAN TEORITIS

A.    Konsep Dasar Keperawatan Keluarga

1.      Pengertian

Keluarga didefinisikan dalam berbagai cara. Definisi keluarga berbeda-beda,

tergantung kepada orientasi teoritis “pendefinisi” yaitu dengan menggunakan menjelaskan

yang penulis dari untuk menghubungkan keluarga. Burgess dkk (1963) membuat definisi

yang berorientasi pada tradisi dan digunakan sebagai referensi secara luas:

Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan

ikatan adopsi.

Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah

tangga, atau jika mereka hidup secra berpisah, mereka tetap menggangap rumah

tangga tersebut sebagai rumah mereka.

Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran peran

sosial keluarga seperti suami istri, ayah dan ibu, anak laki-laki dan perempuan,

saudara dan saudari

Keluarga sama-sma menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang di ambil dari

masyarakat dengan beberpa ciri unik tersendiri.

Meskipun definisi-definisi ini sering digunakan, namun terbatas kepada kemapuan

aplikasinya dan sifat komprehensifnya definisi apa saja tentang keluarga harus

menggambarkan bentuk-bentuk keluarga yang ada sekarang, dan definis tradisional seperti

diats bisa memberikan gambaran tentang definisi yang dimaksud.

Whall (1986) dalam analisa konsep tentang keluarga sebagai unit yang perlu dirawat dalam

perawatan, ia mendefiniskan keluarga sebagai ”kelompok yang mendefinisikan diri” dengan

anggota sendiri terdiri dua individu atau lebih, yang asosiasinya dicirikan oleh istilah istilah

usus, yang boleh jadi tidak di ikat oleh hubungan darah atau hukum, tapi yang berfungsi

demikian macam sehingga mereka menggagap diri meraka sebagai sebuah keluarga.

Mengingat siapakah individu-individu yang diindetifikasikan sebagai anggota keluarga

merupaka sebuah komponen yanh sangat penting dari definisi ini.

Bozett (1987) menyatukan definisi individu dengan merujuk keluarga sebagai “siapa yang

disebut pasien itulah keluarga” . Family service amerika (tahun 1984) mendefisikan keluarga

Page 8: Konsep Askep Lansia

dalam suatu cara yang komprehensif-yaitu sebagai “2orang” atau lebih yang disatukan oleh

ikatan-ikatan kebersamaan dan keintiman .

2.      Tipe keluarga

Pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuwan dan orang yang

mengelompokan. Secara tradisional keluarga dikelompokan menjadi dua, yaitu:

a) Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu, dan anak

yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya

b) Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain

yang masih mempunyai hubungan darah (kakek/nenek, paman/bibi)

Tipe-tipe keluarga secara umum yang dikemukakan untuk mempermudah pemahaman

terhadap literatur tentang kelurga. (friedman, 1987 hal: 12)

a) Keluarga inti (konjugal) merupakan keluarga yang menikah, sebagai orang tua, atau

pemberian nafkah. Keluarga inti terdiri dari sumi, istri, dn ank mereka-anak kandung,

anak adopsi atau keduanya.

b) Keluarga orientasi (keluarga asal) merupakan unit keluarga yang di dalamnya

seseorang dilahirkan

c) Keluarga besar merupakan keluarga inti dan orang-orang yang berhubungan (oleh

darah) yang paling lazim menjadi anggota keluarga orientasi yaitu salah satu teman

keluarga inti, berikut ini termasuk “sanak keluarga” seperti kakek atau nenek, tante,

paman, dan sepupu.

3.      Fungsi keluarga

Umumnya diakui bahwa keberadaan keluarga adalah dalam frangka untuk memenuhi

fungsi-fungsi dasar tertentu yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia

(kebutuhan kemsyarakatan) yakni pemberian nafkah dan mengasuh anak. Disamping itu,

keluarga bertindak sebagai mediator yang penting antara masyarakat dan individu dan

membentuk matriks dimana kebutuhan-kebutuhan pribadi dipenuhi.

Sekarang ini keluarga tampak lebih khusus dn aktivitas-aktivitasnya yang secara tradisional

berlangsung dalam rumah dan atau melibatkan seluruh anggota keluarga kini berlangsung

dimana-mana dan hanya melibatkan segmen-segmen keluarga atau anggota keluarga secara

individual.

Fungsi keluarga terdiri dari fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi reproduksi, fungsi

ekonomi, fungsi perawatan kesehatan. (friedman, 1998, hal 349-401)

Page 9: Konsep Askep Lansia

1)      fungsi afektif berhubungan dengan fungsi-fungsi internal keluarga yaitu sebagai

perlindungan dan dukungan psikososial bagi para anggotanya. Keluarga melakukan tugas-

tugas yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan yang sehat bagi anggotanya dengan

memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosioemosional anggotanya, Mulai dari tahun-tahun awal

kehidupan individu dan terus berlangsung sepanjang hidupnya. Pemenuhan fungsi afektif

merupakan basis sentral bagi pembentukan dna kelanjutan dari unit keluarga (stair, 1972)

Komponen fungsi afektif meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan kebutuhan-

kebutuhan psikososial anggota keluarga. Melalui pemenuhan fungsi ini,. Maka keluarga

menjalankan tujuan-tujuan psikososial yang utama, yaitu membentuk sifat-sifat kemanusiaan

dalam diri mereka, stabilisasi kepribadian dan tingkah laku, kemampuan menjalin

berhubungan secara lebih akrab dan harga diri.

2)      Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social placement

function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial

sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.

3)      Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah fungsi untuk mempertahankan

generasi dn menjaga kelangsungan keluarga.

4)      Fungsi ekonomi (the economic function) yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi

kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu

meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

5)      Fungsi perawatan kesehatan (the health care function) yaitu fungsi untuk

mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas

tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.

4.      Dimensi struktur dasar keluarga

Struktur keluarga dapat menggambar bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga

di masyarakat sekitarnya. Parad dan caplan (1965) yang diadopsi oleh friedman mengatakan

ada empat struktur keluarga yaitu:

a) Struktur peran keluarga, menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga

dalam keluarga sendiri dan perannya dilingkungan masyarakat atau peran formal dan

informal.

b) Nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan

diyakini oleh keluarga, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan.

Page 10: Konsep Askep Lansia

c) Pola komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi

ayah-ibu (orang tua), orang tua dengan anak, anak dengan anak, dan anggota keluarga

lain (pada keluarga besar) dengan keluarga inti.

d) Struktur kekuatan keluarga, menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk

mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga

yang mendukung kesehatan.

Struktur keluarga ini nantinya perlu dikaji oleh perawat yang memberikan asuhan.

Berdasarkan ke empat elemen dalam struktur keluarga, diasumsikan bahwa (Leslie & Komar,

1989: Parsons & Bales, 1995) :

1)      Keluarga merupakan sistem sosial uang memiliki fungsi sendiri

2)      Keluarga merupakan sistem sosial yang mampu menyelesaikan masalah individu dan

lingkungannya.

3)      Keluarga merupakan suatu kelompok kecil yang dapat mempengaruhi kelompok lain.

4)      Perilaku individu yang ditampakkan merupakan gambaran dari nilai dan norma yang

berlaku dalam keluarga.

Berdasarkan kemampuan keluarga untuk pemenuhan kebutuhan dasar, kebutuhan psikososial,

kemampuan memenuhi ekonominya dan aktualisasi keluarga dimasyarakat, serta

memperhatikan perkembangan negara indonesia menuju negara industri, indonesia

menginginkan keluarga dikelompokan menjadi lima tahap yaitu sebagai berikut .

1)      Keluarga prasejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar

secara minimal yaitu kebutuhan pengajaran agama, pangan, sandang, papan, dan kesehatan

atau keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator Keluarga Sejahtera

Tahap I.

2)      Keluarga Sejahtera Tahap I (KS I) adalah keluarga yang telah dapat memenuhi

kebutuhan dasar secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial

psikologisnya, yaitu kebutuhan pendidikan, keluarga berencana (KB), interaksi dalam

keluarga, interaksi dengan liungkungan tempat tinggal, dan transportasi.

3)      Keluarga Sejahtera Tahap II (KS II) adalah keluarga yang telah dapat memenuhi

kebutuhan dasar secara minimal serta telah memenuhi seluruh kebutuhan sosial

psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangan, yaitu kebutuhan

untuk menabung dan memperoleh informasi.

4)      Keluarga Sejahtera Tahap III (KS III) adalah keluarga yang telah dapat memenuhi

seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologisnya, dan kebutuhan pengembangan,

tetapi belum dapat memberikan sumbangan (konstribusi) yang maksimal terhadap

Page 11: Konsep Askep Lansia

masyarakat secara teratur(dalam waktu tertentu) dalam bentuk material dan keuangan untuk

sosial kemasyarkatan, juga berperan serta secara aktif dengan menjadi pengurus lembaga

kemasyarakatan atau yayasasn sosial, keagamaan, kesenian, olahraga, pendidikan dan lain

sebagaianya.

5)      Keluarga Sejahtera Tahap III Plus (KS III Plus) adalah keluarga yang telah dapat

memenuhhi seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, sosial psikologis, maupun

pengembangan, serta telah mampu memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan

bagi masyarakat.

5.      Peran perawat keluarga

Perawatan kesehatan masyarakat, sejak dahulu sampai sekarang, keluarga sudah

dianggap sebagai kesatuan dari pemeliharaan kesehatan. Perananan perawat keluarga

membantu keluarga untuk mengatasi dengan baik masalah-masalah kesehatan dengan

meningkatkan kesanggupan mereka untuk melaksanakan tugas-tugs kesehatan.

Proses membantu keluarga meningkatkan kesanggupan untuk menyelesaikan masalah

kesehatan, perawat dapat berperan sebagai :

-        Pengenal kesehatan (health monitor)

-        Pemberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

-        Koordinator pelayanan kesehatan keluarga

-        Facilitator

-        Guru

-        Penasihat

B.     Konsep Keperawatan Keluarga lanjut usia

1.      Pengertian

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan

manusia. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga

tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis

maupun psikologis.

WHO dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia pada

Bab I Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua

bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan

perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam

menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian.

Page 12: Konsep Askep Lansia

Dalam buku ajar geriatri, Prof. Dr. R. Boedhi Darmojo dan Dr. H. Hadi Martono

(1994) mengatakan bahwa “menua” (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara

perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan

struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi)

dan memperbaikikeruskan yang diderita. Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa

manusia secara perlahan mengalami kemunduran struktur dan fungsi organ. Kondisi ini dapat

mempengaruhi kemandirian dan kesehatan lansia, termasuk kehidupan seksualnya.

Proses menua merupakan proses yang terus-menerus atau berkelanjutan secara

alamiah dan umumnya dialami oleh semua makhluk hidup. Proses menua merupakan

kombinasi bermacam-macam faktor yang sling berkaitan. Sampai saat ini, banyak definisi

dan teori yang menjelaskan tentang proses menua yang tidak seragam. Secara umum, proses

menua didefinisikan sebagai perubahan yang terkit waktu, bersifat universal, intrinsik,

progresif, dan detrimental.

Keadaan tersebut dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan beradaptasi terhadap

lingkungan untuk dapat bertahan hidup berikut akan dikemukakan bermacam-macam teori

proses menua yang penting.

2.      Teory proses menua

Proses menua bersifat individual

1)        Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda

2)        Setiap lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda

3)        Tidak ada satu faktor pun yang ditemukan dapat mencegah proses menua.

a.    Teori biologis

a)        Teori genetik

Teori genetic lock. Teori ini merupakan teori instrinsik yang menjelskan bahwa didalam

tubuh terdapat jam biologis yang mengatur gen dan menentukan proses penuaan. Teori ini

menyatakan bahwa menua itu telah terprogram secara genetik untuk spesies tertentu. Setiap

spesies di dalam inti selnya memiliki suatu jam genetik/ jam biologis sendiri dan setiap

spesies mempunyai batas usia yang berbeda-beda yang telah diputar menurut replikasi

tertentu sehingga bila jenis ini berhenti berputar, ia akan mati. Manusia mempunyai umur

harapan hidup nomor dua terpanjang setelah bulus. Secara teoritis, memperpanjang umur

mungkin terjadi, meskipun hanya beberapa waktu dengan pengaruh dari luar, misalnya

peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit dengan pemberian obat-obatan atau

tindakan tertentu.

Page 13: Konsep Askep Lansia

Teori mutasi somatik. Menurut teori ini penuaan terjadi krena adanya mutasi somatik akibat

pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi kesalahan dalam proses transkripsiu DNA atau

RNA dan dalam proses translasi RNA protein/enzim.

Kesalahan ini terjadi terus menerus sehingga akhirnya akan terjadi penurunan fungsi organ

atau perubahan sel menjadi kanker atau penyakit. Setiap sel pada saatnya akan mengalami

mutasi, sebagai contoh yang khas adalah mutasi sel kelamin sehingga terjadi penurunan

kemampuan fungsional sel (Suhana, 1994: Constantinides, 1994)

b)        Teori nongenetik

Auto-immune theory. Mutasi yang berulang dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan

sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self recognition). Jika mutasi yang merusak

membran sel, akan menyebabkan sistem imun tidak mengenalinya sehingga merusaknya. Hal

inilah yang mendasari peningkatan penyakit auto-imun pad lansia (Goldstein, 1989). Dalam

proses metabolisme tubuh, diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang

tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai

contoh, tambahan kelenjar timus pada usi dewasa berinvolusi dan sejak itu terjadi kelainan

auto-imun.

Free radical theory. Dapat terbentuk di alam bebas dan di dalam tubuh karena adanya proses

metabolisme atau proses pernapasan di dalam mitokondria. Radikal bebas merupakan suatu

atom atau molekul yang tidak stabil karena mempunyai elektron yang tidak berpasangan

sehingga sangat reaktif mengikat atom atau molekul lain yang menimbulkan berbagai

kerusakan atau peruibahan dalam tubuh. Tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom)

mengakibatkan oksidasi oksigen bahan organik, misalnya karbohidrat dan protein. Radikal

bebas ini menyebabkan sel tidak dapat bergenerasi (Halliwel, 19944). Radikal bebas

dianggap sebagai penyebab penting terjadinya kerusakan fungsi sel. Radikal bebas yang

terdapat di lingkungan seperti: asap kendaraan bermotor, asap rokok, zat pengawet makanan,

radiasi, sinal ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya perubahan pigmen dan kolagen pada

proses menua.

Cross link theory. Menua disebabkan oleh lemak, protein, karbohidrat, dan asam nukleat

(molekul kolagen) bereaksi dengan zat kimia dan radiasi, mengubah fungsi jaringan yang

menyebabkan perubahan pada membran plasma, yang mengakibatkan terjadinya jaringan

yang kaku, kurang elastis, dan hilangnya fungsi pada proses menua.

Teori fisiologis.Teori ini merupakan teori instrinsik dan ekstrinsik. Terdiri atas teori oksidasi

stres, dan teori dipaki-aus (wear and tear theory). Disini terjadi kelebihan usaha dan stres

Page 14: Konsep Askep Lansia

menyebabkan sel tubuh lelah terpakai (regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan

kestabilan lingkungan internal)

b.    Teori sosiologis

Teori sosiologis tentang proses menua yang dianut selama ini antara lain:

a)   Teori interaksi sosial

Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu

atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Kemampuan lansia untuk terus menjalin

interaksi sosial meruipakan kunci mempertahankan status sosialnya berdasarkan

kemampuannya bersosialisasi. Pokok-pokok social exchange theory antara lain:

Masyarakat terdiri atas faktor sosial yang berupaya mencapai tujuannya masing-

masing.

Dalam upaya tersebut, terjadi interaksi sosial yang memerlukan biaya dan waktu

Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seorang aktor mengeluarlkan biaya

b)   Teori aktivitas atau kegiatan

Ketentuan tentang semakin menurunnya jumlah kegiatan secara langsung. Teori ini

menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut-serta dalam

kegiatan sosial

Lansia akan merasakan kepuasan bila dapat melakukan aktivitas dan mempertahankan

aktivitas tersebut selama mungkin.

Pola hidup dilanjutkan pada cara hidup lansia

Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari

usia pertengahan sampai lansia.

c)   Teori kepribadian berlanjut (continuity theory)

Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia. Teori ini merupakan

gabungan teori yang disebabkan pada seorang lansia sangat dipengaruhi oleh tipe personalisa

yang dimilikinya. Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan

lansia. Dengan demikian, pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan

gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia. Hal ini dapat dilihat dari gaya hidup,

perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak berubah, walaupun ia telah lansia.

d)  Teori pembebasan penarikan diri (disangagement theory)

Page 15: Konsep Askep Lansia

Teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan

kemunduran individu dengan individu lainnya. Teori yang pertama diajukan oleh Cumming

dan Henry (1961). Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambah lansia, apalagi ditambah

dengan adanya kemiskinan, lansia secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari

kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan

interaksi sosial lansia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering lansia

mengalami kehilangan ganda (triple loss) :

Kehilangan peran (loss of role)

Hambatan kontak sosial (restriction of contact and relationship)

Berkurangnya komitmen (reduced commitment to social mores and values).

Menurut teori ini, seorang lansia dinyatakan mengalami proses menua yang berhasil apabila

ia menarik diri dari kegiatan terdahulu dan dapat memusatkan diri pada persoalan pribadi dan

mempersiapkan diri menghadapi kematiannya. Dari penyebab terjadinya proses menua

tersebut, ada beberapa peluang yang memungkinkan dapat diintervensi agar proses menua

dapat diperlambat. Kemungkinan yang tersebar adalah mencegah:

Meningkatnya radikal bebas

Memanipulasi sistem imun tubuh

Melalui metabolisme/makanan, memang berbagai”misteri kehidupan masih banyak

yang belum bisa terungkap, proses menua merupakan salah satu misteri yang paling

sulit dipecahkan”.

3.      Tipe Lansia

Mangkunego IV dalam surat Werdatama, yang dikutip oleh H.L Widyapratama menyebutkn

bahwa (lansia) dalam literatur lama (Jawa) dibagi dua golongan, yaitu :

-            Wong sepuh : orang tua yang sepi hawa nfsu, menguasai ilmu”dwi tunggal”, yakni

mampu membedakan antra baik dan buruk, sejati dan palsu, gusti (Tuhan) dan kaula nya atau

hambanya.

-            Wong Sepah : Lansia yang kosong, tidak tau rasa, bicaranya muluk-muluk tanpa isi,

tingkah lakunya dibuat-buat dan berlebihan serta memalukan. Hidupnya menjadi hambar

(kehilangan romantika dan dinamika hidup).

Pujangga Ronggo Warsito (dalam surat Klatida) menyebutkan bahwa Lansia terbgi menjdai

dua kelompok, yakni :

Page 16: Konsep Askep Lansia

-            Lansia yang berbudi sentosa: orang tua ini meskipun diridai Tuhan Yang Maha Esa

dengan rezeki, tetapi tetap berusaha terus, disertai selalu in ingat dan waspada.

-            Lansia yang lemah : orang tua yang putus asa sebaiknya hanya menjauhkan diri dari

keduniawan, supaya mendapat kasih sayang Tuhan.

Di zaman sekarang (zaman pembangunan), banyak ditemukan bermacam-macam tipe lansia,

antara lain :

-            Tipe arif bijaksana : lansia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri

dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,

dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.

-            Tipe mandiri : lansia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan

baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta memenuhi undangan.

-            Tipe tidak puas: lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang

proses penuaan, yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik jasmani,

kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah

tersinggung menuntut, sulit dilayani dan pengkritik.

-            Tipe pasrah : lansia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai

konsep habis (habis gelap datang terang), mengikuti kegiatan beribadat, ringan kaki,

pekerjaan apa saja yang dilakukan.

-            Tipe bingung : lansia yng kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,

merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh.

Lansia dapat pula dikelompokan dalam beberapa tipe yang bergantung pada karakter,

pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya. Tipe ini antara

lain :

-                 Tipe optimis : lansia santai dan periang, penyesuain cukup baik, mereka

memandang masalah lansia dalam bentuk bebas dari tanggung jawab dan sebagai kesemptan

untuk menuruti kebutuhan pasifnya. Tipen ini sering disebut juga lansia tipe kursi goyang

(the rock king chairman)

-                 Tipe konstruktif : lnsia ini mempunyai intregits baik, dapat meniukamti hidup,

mempunyi tolernsi yang tinggi, humoristik, fleksibel dan tahu diri. Biasanya, sift ini terlihat

sejak muda. Mekeka dengan tenang menghadapi proses menua dan menghadapi akhir.

-                 Tipe ketergantungan : lansia ini masih dapat diterim ditengah msyarakat, tetapi

selalu pasif, tidak berambisi, masih tahu diri, tidak mempunyi inisitif dn bila bertindak yang

tidak praktis. Ia senang pensiun tidak suka berkerja dan senang berlibur, banyak makan,

banyak minum.

Page 17: Konsep Askep Lansia

-                 Tipe defensif : lansia biasnya mempunyai riwayat pekerjaan tau jbatn yang tidak

terkontrol, memegang teguh kebiasan, bersifat komplusif, anehnya mereka tkut menghadapi

menjadi tua dan menyenangi masa pensiun.

-                 Tipe militan dan serius : lansia yang tidak mudah menyerah, serius senang

berjuang, bisa menjadi pnutan.

-                 Tipe pemarah frustasi: lansia yang pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung,

selalu menyalahkan orang lain, menunjukan penyesuaian yang buruk. Lansia sering

mengekspresikan kepahitan hidupnya.

-                 Tipe bermusuhan: lansia yang selalu menganggap orang lain yang menyebabkan

kegagalan, selalu mengeluh, bersifat agresif, dan curiga. Biasanya, pekerjaan saat ia muda

tidak stabil. Menganggap menjadi tua itu bukan hal yang baik, takut mati, iri hati pada orang

yang muda, senang mengadu untung pekerjaan, aktif menghindari masa yang buruk.

-                 Tipe putus asa: membenci dan menyalahkan diri sendiri. Lansia ini bersifat kritis

dan menyalahkan diri sendiri. Tidak mempunyai ambisi, mengalami penurunan sosio-

ekonomi, tidak dapat menyesuaikan diri. Lansia tidak hanya mengalami kemerahan, tetapi

juga depresi, memandang lansia sebagai tidak berguna karena masa yang tidak menarik.

Biasanya perkawinan tidak bahagia, merasa menjadi korban keadaan, membenci diri sendiri

dan ingin cepat mati.

4.      Tugas perkembangan lansia

a.      Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.

Pengaturan hidup bagi lansia merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam mendukung

kesejahteraan lansia mis. Perpindahan tempat tinggal lansia.

b.      Penyesuaian terhadap pendapatan menurun

Ketika lansia memasuki pensiun, pendapatan menurun secara tajam dan semakin tidak

memadai, karena biaya hidup terus meningkat, sementara tabungan/pendapatan berkurang.

c.       Mempertahankan hubungan perkawinan

Hal ini menjadi penting dalam mewujudkan kebahagiaan keluarga. Perkawinan mempunyai

kontribusi yang besar bagi moral dan aktivitas yang berlangsung dari pasangan.

Contoh: mitos tentang aseksualitas

d.      Penyesuaian terhadap kehilangan pasangan

Tugas perkembangan ini secara umum:tugas yang pali traumatis. Lansia menyadari bahwa

kematian adalah bagian dari kehidupan normal, tetapi kesadaran akan kematian tidak ada. Hal

ini akan berdampak pada reorganisasi fungsi keluarga secara total.

Page 18: Konsep Askep Lansia

e.       Pemeliharaan ikatan keluarga antar generasi

Ada kecenderungan lansia untuk menjauhkan diri dari hub.sosial, namun keluarga menjadi

fokus interaksi lansia dan sumber utama dukungan sosial.

C. Konsep Dasar Asuhan keperawatan pada lansia

1. Konsep asuhan keperawatan pada lanjut usia

Asuhan keperawatan lansia atau gerontik diberikan berupa bantuan kepada klien

lanjut usia karena adanya :

a.         Kelemahan fisik, mental dan social

b.        Keterbatasan pengetahuan

c.         Kurangnya kemampuan dan kemauan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari secara

mandiri

Tujuan asuhan keperawatan pada lanjut usia :

a.         Agar lanjut usia dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri dengan

peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, dan pemeliharaan kesehatan, sehingga

memiliki ketenangan hidup dan produktif sampai akhir hayatnya.

b.        Mempertahankan kesehatan dan kemampuan mereka yang usianya telah lanjut dengan

perawatan dan pencegahan.

c.         Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semangat hidup

klien lanjut usia.

d.        Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit atau mengalami

gangguan tertentu.

e.         Merangsang petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan diagnosis

yang tepat dan dini bila mereka menemukan kelainan tertentu.

f.         Mencari upaya semaksimal mungkin agar klien lanjut usia yang menderita suatu

penyakit / gangguan masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu

pertolongan (memelihara kemandirian secara maksimal).

Fokus asuhan keperawatan pada lanjut usia :

Peningkatan kesehatan

Page 19: Konsep Askep Lansia

Pencegahan penyakit (preventif)

Mengoptimalkan fungsi mental

Mengatasi gangguan kesehatan secara umum

2.         Pengkajian

Pengkajian

a. Pengkajian pada keluarga

1) Identitas : Nama KK, alamat, komposisi keluarga (nama, jenis kelamin, hubungan

keluarga, tempat dan tanggal lahir, pendidikan, pekerjaan),dan genogram (genogram dari tiga

generasi), tipe keluarga, suku/budaya yang dianut keluarga, agama yang dianut dalam

keluarga, status social, aktivitas keluarga.

2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga :

a) Tahap perkembangan keluarga saat ini, ditentukan oleh anak tertua dari keluarga inti.

b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan bagaimana tugas

perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendalanya.

c) Riwayat keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehatan pada keluarga inti, meliputi: riwayat

penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota, dan sumber pelayanan yang

digunakan keluarga seperti perceraian, kematian, dan keluarga yang hilang.

d) Riwayat keluarga sebelumnya, keluarga asal kedua orang tua (seperti apa kehidupan

keluarga asalnya) hubungan masa silam dan saat dengan orang tua dari kedua orang tua.

3) Lingkungan : Karakteristik rumah, karakteristik lingkungan, mobilitas keluarga, hubungan

keluarga dengan lingkungan, system social yang mendukung.

4) Struktur keluarga :

a) Pola komunikasi, menjelaskan cara berkomunikasi antar anggota keluarga, pesan yang

disampaikan, bahasa yang digunakan, komunikasi langsung atau tidak, adakah hal-hal yang

tertutup atau tidak, frekuensi, kualitas komunikasi, dan pesan emosional (negative/positif).

b) Pengambil keputusan, siapa yang membuat dan memutuskan keputusan dalam keluarga,

penggunaan keuangan, model kekuatan atau kekuasaan yang digunakan keluarga dalam

membuat keputusan.

c) Peran anggota keluarga, peran formal dan informal dalam keluarga, apakah ada konflik

peran dalam keluarga, berapa kali dan bagaimana peran tersebut dilaksanakan secara

konsisten.

d) Nilai- nilai yang berlaku di keluarga, menjelaskan mengenai nilai norma yang dianut

Page 20: Konsep Askep Lansia

keluarga dengan kelompok atau komunitas, apakah sesuai dengan nilai norma yang dianut,

seberapa penting nilai yang dianut,latar belakang budaya yang mempengaruhi nilai-nilai

keluarga, bagaimana nilai-nilai keluarga mempengaruhi status kesehata keluarga.

5) Fungsi keluarga

a) Fungsi afektif, menjelaskan pola kebutuhan keluarga, apakah keluarga merasakan dan

dapat menggambarkan kebutuhan mereka.

b) Fungsi sosialisasi, menjelaskan apakah ada otonomi setiap anggota dalam keluarga,

apakah saling ketergantungan, dll.

c) Fungsi perawatan kesehatan, menjelaskan sejauh mana keluarga mengenal masalah

kesehatan dalam keluarganya, pengetahua keluarga mengenai konsep sehat sakit, kesanggupa

keluarga melakukan pemenuhan tugas perawatan keluarga, dll.

b. Pengkajian pada klien

1) Identitas klien: Nama, usia, jenis kelamin, agama, tempat dan tanggal lahir, pendidikan,

pekerjaan, dan alamat.

2) Riwayat kesehatan

a) Riwayat kesehatan sekarang

Tanyakan keluhan sakit yang dirasakan klien pada tahap usianya saat ini, bagaimana

pandangan klien tentang kesehatannya, perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat

bermakna dirasakan.

b) Riwayat kesehatan dahulu

Tanyakan pada klien tentang penyakit yang pernah dialaminya pada masa lalu yang

mempengaruhi kondisinya saat ini.

c) Riwayat kesehatan keluarga

Tanyakan riwayat penyakit genetic dan penyakit keluarga pada masa lalu dan masa sekarang

seperti diabetes mellitus, penyakit jantung, hipertensi, kaker, stroke, da arthritis reumatis,

penyakit gagal ginjal, tiroid, asma, alergi, penyakit-penyakit darah, dll.

d) Riwayat kesehatan psikososiospiritual

1. Tanyakan kebiasaan klien dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan minum obat.

Pemeriksaan psikologis dilakukan saat berkomunikasi dengan klien, untuk mengetahui fungsi

kognitif, termasuk daya ingat, proses pikir, alam perasaan, orientasi terhadap realitas, dan

kemampuan dalam menyelesaikan masalah.

2. Kaji bagaimana klien membina keakraban dengan keluarga dan masyarakat, kesibukan

klien mengisi waktu luang, perasaan sejahtera dalam kaitannya dengan social ekonomi.

Page 21: Konsep Askep Lansia

3. Kaji keyakinan agama yang dimiliki dan sejauh mana keyakinan tersebut diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari.

3) Pemeriksaan fisik

Pada usia dewasa akhir (60 tahun ke atas) terjadi penurunan fungsi fisiologis tubuh. Untuk itu

pemeriksaan fisik pada klien dewasa akhir perlu dilakukan dengan pengkajian pada system

tubuh di antaranya adalah sebagai berikut :

1. Sistem integument

Amati kulit lansia, adakah jaringan parut, keadaan rambut, kuku, kebersihan lansia secara

umum, dan gangguan lain yang umum pada kulit.

2. Sistem respirasi

Bagaimana dengan pernafasan lansia, adakah gangguan pada system pernafasan, adakah

sessak nafas, apakah menggunakan alat bantu, apakah terdengar ronkhi, wheezing, dll.

3. System musculoskeletal

Amati kondisi lansia apakah terdapat kontarktur pada sendi, bagaimana dengan tingkat

mobilisasinya, adakah gejala atau tanda kifosis, dan adanya gerakan sendi yang terbatas.

4. System kardiovaskuler

Adakah keluhan pusing, sakit kepala, tanda edema pada ekstremitas bawah dan ekstremitas

atas, pembengkakan pada vena jugularis, sirkulas darah perifer, warna, serta kehangatannya.

5. System gastrointestinal

Adakah keluhan mual,muntah, bagaimana asupan dietnya, status gizi secara umum, kondisi

klien saat makan dikunyah atau langsung ditelan, keadaan gigi, adakah bising usus, tanda

distensi abdomen, gangguan konstipasi atau obstipasi, serta diare atau tanda inkontinensia

alvi.

6. System perkemihan

Bagaimana dengan warna dan bau urine, adakah distensi kandung kemih, tanda disuri,

poliuri, anuria, inkontinensia uri, frekuensi urine, dan tanyakan berapa pemasukan dan

pengeluaran cairan klien.

7. System persarafan

Apakah ada paralisis, parese/ hemiplegic, dll.

8. System sensorik

Pengelihatan: pengelihatan tidak terlalu jelas atau kabur;berapa jerak pandang (untuk melihat,

membaca, atau menulis). Pendengaran: bagaimana pendengaran klien apakah menurun,

pengecapan: bagaimana kemampuan klien mengunyah makanan. Penciuman : adakah

gangguan penciuman terhadap bau-bauan.

Page 22: Konsep Askep Lansia