73
ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN AKULTURASI BAHASA PADA GURU SMPN 3 MANGARABOMBANG KAB. TAKALAR SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh RINI 10533 6684 11 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA September 2015

ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA

DENGAN AKULTURASI BAHASA PADA GURU SMPN 3

MANGARABOMBANG KAB. TAKALAR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar SarjanaPendidikan pada Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

RINI10533 6684 11

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSARFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIASeptember 2015

Page 2: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN
Page 3: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN
Page 4: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

vii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalatmu

sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang

sabar”

(Al-Baqarah: 153)

Kupersembahkan karya sederhana ini sebagai bukti kebaktian dan

kecintaanku kepada:

Ayahanda dan ibunda yang telah mendoakan dan membimbing aku

dengan kasih sayangnya mewujudkan harapan menjadi kenyataan

Ayah Ibu,Maafkan aku yang tak pernah

mencintaimu seutuh engkau mencintaiku

maafkan aku yang tak pernah memperjuangkan

harapanmu melebihi tekadmu memperjuangkan

harapanku

Ayah Ibu, Maafkan aku yang tak peduli dengan

letihmu yang renta sedang dalam sakitmu

engkau masih sempat memikirkan rasa letih yang

kualami…

Saudara-saudaraku yang telah menjadi motivator kesuksesanku

Almamaterku Yang telah mewadahi proses keberhasilanku

Sahabatku Yang telah menyertai hari-hariku

Page 5: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

viii

ABSTRAK

RINI. 2015. Analisis Pemerolehan Bahasa dan Kaitannya denganAkulturasi Bahasa. Skripsi. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Makassar.Dibimbing oleh Salam dan Abdan Syakur.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses terjadinyaakulturasi pemerolehan bahasa yang berkaitan dengan akulturasi bahasa pada guruSMPN 3 Mangarabombang dan untuk mengetahui pengaruh akulturasi bahasa.Sampel yang diambil dari jumlah populasi dengan menggunakan metodepenarikan sampel yaitu secara acak (random sampling), setiap populasi memilikikesempatan yang sama menjadi sampel sehingga sampel dapat mewakili populasiyang ada. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, teknikwawancara, dan rekaman baik secara lisan maupun tulisan. Teknik observasidilakukan untuk mengamati secara langsung di dalam kelas sehingga diperolehdata yang alami tentang akulturasi bahasa. Teknik wawancara, metode ini penelitiberusaha menjaring informasi yang berupa penjelasan-penjelasan denganmenggunakan sejumlah pertanyaan.

Hasil penelitian yang dilakukan penulis menunjukkan bahwa prosesakulturasi guru SMPN 3 Mangarabombang adalah banyaknya guru yangmenggunakan bahasa pertama (B1) atau bahasa ibu di sekolah maka dari ituterjadilah akulturasi yang diakibatkan oleh masuknya unsur bahasa Makassar kedalam bahasa Indonesia, secara lisan kemudian direfleksikan ke dalam bahasatertulis, hal ini menyebabkan terjadinya bahasa baru yang tidak sesuai denganejaan yang disempurnakan, akan tetapi pada penelitian ini kata-kata yangmengalami akulturasi tidak terjadi perubahan makna

Penyimpangan kaidah-kaidah bahasa tersebut antara lain: Awalan ter-yang diganti dengan tak/ta?-, awalan na- sebagai pengganti orang ketiga, akhiran–mi biasanya mengikuti kata sifat yang artinya sudah, akhiran –pi pengganti katananti, akhiran –pa pengganti orang pertama tunggal, akhiran –ji sebagai penjelaskata yang diikutinya, akhiran –ko pengganti orang kedua biasanya digunakankepada orang yang lebih muda, akhiran –na pengganti orang ketiga yang artinyasama dengan nya, akhiran –na pengganti orang ketiga, perubahan bunyi /h/, /k/,dan /t/ pada akhir kata dasar serta perubahan bunyi bahasa /n/ menjadi /ng/ dan/m/ menjadi /ng/. Dari penyimpangan kaidah-kaidah bahasa tersebut merupakanpenyimpangan kaidah-kaidah bahasa akibat akulturasi pengaruh dari segimorfologi dan fonologinya.

Kata Kunci: Akulturasi, Pemerolehan bahasa.

Page 6: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

ix

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang paling afdal penulis persembahkan kecuali rasa puji dan

syukur ke hadirat Allah swt. yang telah memberikan nikmat berupa kesempatan,

kesehatan, ketabahan, petunjuk dan kekuatan iman sehingga penulisan skripsi ini

dapat terselesaikan. Salam dan salawat tak lupa kita kirimkan kepada Nabi Besar

Muhammad saw beserta keluarganya dan para sahabatnya yang tetap istiqamah di

jalan Allah.

Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu persyaratan akademik yang

harus ditempuh dalam rangka menyelesaikan Program Studi pada Jurusan

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar.

Adapun judul Skripsi ini adalah ”Analisis Pemerolehan Bahasa dan Kaitannya

dengan Akulturasi Bahasa pada Guru SMPN 3 Mangarabombang”. Di dalam

penyusunan skripsi ini, penulis tidak luput dari berbagai hambatan dan tantangan.

Akan tetapi, semua itu dapat teratasi berkat petunjuk dari Allah swt. serta kerja

keras dan rasa percaya diri dari penulis. Penulis menyadari bahwa dalam

penulisan skripsi ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis

menerima dengan ikhlas segala koreksi dan masukan-masukan guna

penyempurnaan tulisan ini agar kelak dapat bermanfaat.

Skripsi ini dapat terselesaikan berkat adanya bantuan dan motivasi dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis

mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

Page 7: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

x

kepada semua pihak yang turut serta memberikan bantuan baik berupa materi

maupun moral, khususnya kepada:

Kedua Orang Tua tercinta, Ayahanda Tada dan Ibunda Tima, Kakakku

Nurhayati,Rostina Megawati, S.Pd. yang senantiasa memberikan semangat dan

dorongan serta Doa sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Semoga saya bisa

menjadi orang yang diharapkan oleh keluarga. Dr. Irwan Akib, M.Pd., Rektor

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Dr. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Dr. Munirah, M.Pd., Ketua

jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Syekh Adiwijaya Latief,

S.Pd., M.Pd., Sekretaris jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Pembimbing I Dr. Salam, S.Pd., M.Pd. dan Pembimbing II Abdan Syakur,

S.Pd.,M.Pd. yang telah meluangkan waktu untuk mencurahkan segenap perhatian,

arahan, dorongan dan semangat serta pandangan-pandangan dengan penuh rasa

kesabaran sehingga dapat membuka wawasan berpikir yang sangat berarti bagi

penulis sejak penyusunan proposal hingga skripsi ini selesai. Bapak dan Ibu dosen

Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membagikan ilmunya kepada

penulis selama ini. Serta sahabat-sahabat seperjuanganku, dan teman-teman

angkatan 2011 khususnya kelas A. Terimah kasih atas doa, motivasi, dukungan

serta masukan-masukannya sehingga skripsi ini terselesaikan. Semoga kalian

semua tetap menjadi sahabatku yang selalu ada di dalam suka maupun duka

meskipun kelak waktu akan memisahkan kita karena cita dan cinta yang harus kita

capai.

Page 8: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

xi

Segenap kemampuan, tenaga dan daya pikir telah tercurahkan dalam

menyelesaikan penulisan ini untuk mencapai hasil yang maksimal. Namun

sesempurnanya manusia adalah ketika ia melakukan kesalahan, oleh karena itu

penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan yang terdapat

dalam tulisan ini dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca. Ya Allah Ya

Tuhan kami, terimalah segala usaha kami. Engkau adalah Maha Mendengar dan

Maha Mengetahui. Semoga Engkau membalas pahala yang berlipat kepada semua

pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tulisan ini, Amin.

Makassar, September 2015

Penulis

Page 9: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................... iv

SURAT PERNYATAAN .................................................................................... v

SURAT PERJANJIAN ....................................................................................... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN...................................................................... vii

ABSTRAK ......................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ix

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 5

C. Tujuan Penelitian ................................................................................................. 5

D. Manfaat Penelitian ............................................................................................... 5

E. Defenisi Istilah ..................................................................................................... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................... 8

A. Penelitian Yang Relevan ...................................................................................... 8

1. Pengertian bahasa........................................................................................... 8

2. Pengertian Akulturasi..................................................................................... 11

3. Bilingualisme ................................................................................................. 16

Page 10: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

iv

4. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pemerolehan Bahasa Kedua................... 17

5. Belajar dan Pembelajaran............................................................................... 23

B. Kerangka Pikir ..................................................................................................... 26

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 28

A. Desain Penelitian.................................................................................................. 28

B. Populasi dan Sampel ............................................................................................ 28

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ......................................................................................... 31

B. Pembahasan............................................................................................... 59

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ................................................................................................... 60

B. Saran.......................................................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 63

LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

Page 11: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, manusia memerlukan

berbagai macam kebutuhan pokok di antaranya ialah bahasa. Betapa pentingnya

bahasa sebagai alat komunikasi yang primer dapat dirasakan oleh setiap pengguna

bahasa. Kenyataan ini terbukti dengan adanya sejumlah orang yang merasa tidak

cukup dengan memiliki satu bahasa. Mereka berusaha untuk menggunakan bahasa

yang lain sebagai alat mencapai wawasan yang lebih luas. Sebagai contoh yang

kongkret, orang Indonesia yang sudah mahir menggunakan bahasa Indonesia

sebagai bahasa pertama (B1) masih memerlukan bahasa Inggris sebagai bahasa

kedua (B2) untuk melanjutkan pelajaran di negara yang penduduknya

menggunakan bahasa Inggris seperti Amerika. Demikian juga halnya ada yang

mempelajari bahasa Arab untuk melanjutkan pelajaran pada negara yang

penduduknya berbahasa Arab seperti Mesir.

Keterpaduan antara manusia dan bahasanya dapat penulis umpamakan

seperti keterpaduan anatara manik-manik merjan dan kelindangnyayang

membentuk sebuah kalung. Bahasa dengan pendukungnya menciptakan suatu

masyarakat bahasa.

Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa bahasa tidak perna lekang dari

manusia kapan dan di manapun manusia berada. Ketika manusia kelihatan secara

eksplisit tidak berbicara, pada hakikatnya ia masih juga menggunakan bahasa,

1

Page 12: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

2

karena bahasa sebagai alat untuk membentuk bahasa, karena sebagai alat untuk

membentuk pikiran dan perasaan. Betapa melekatnya bahasa pada seseorang, pada

waktu tidurpun ia sering menggunakan bahasa.

Bahasa merupakan identitas suatu bangsa, bahkan identitas pribadi

seseorang. Kita masih teringat dengan ungkapan yang berbunyi: Bahasa

menunjukkan bangsa. Budi bahasa yang halus alamat oarang baik, dan perangai

serta tutur kata yang tidak senonoh, menunjukkan asal bangsawan

Pamuntjak(dalam Junus dan Fatimah Junus.,2010: 2). Demikian makna ungkapan

tersebut yang berkenaan dengan bahasa dan bangsa.

Samsuri (dalam Junus dan Fatimah Junus 1980:27-31)

Mengatakan bahwa bahasa indonesia merupakan karunia Tuhan, karenaadanya bahasa sekaligus telah melenyapkan persoalan bahasa Nasional,yang sangat pelik dan gampang dapat menimbulkan emosi ke daerahan.Dalam hubungan inilah kita perlu menyadari jasa pemuda MuhammadYamin dengan kawan-kawannya yang pada Kongres Pemuda pada bulanOktober 1928, dan juga sebelumnya, telah memberikan kepada bangsaIndonesia suatu formulasi tentang alat penyelesaian alat komunikasi bagikehidupan bangsa yang merdeka dan bersatu.

Pada dasarnaya, ketika berbahasa manusia berkeinginan dapat melakukan

komunikasi dengan baik yang benar baik secara lisan maupun secara tertulis.

Namun, terkadang apa yang diinginkan manusia ada yang terpenuhi dan ada juga

tidak. Dalam berbahasa dapat terjadi hal yang demikian. Tanpa disengaja penutur

mengucapkan suatu kalimat yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa. Seringpula

tanpa disadari kekeliruan dalam mengucapkan suatu kalimat. Kesalahan tersebut

dapat membuat seseorang tidak memahami apa yang dikatakan. Dan terkadang

kita mengucapkan kalimat yang keliru, tapi maknanya masih dapat dipahami

orang lain.

Page 13: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

3

Orang yang sering menggunakan dua bahasa atau lebih secara bergantian

adalah pengontak dua bahasa. Kontak bahasa dapat mengakibatkan saling

pengaruh anatara bahasa pertama (B1) dan bahasa ke dua (B2). Kaidah bahasa

pertama (B1) digunakan ketika ia menggunakan bahasa ke dua (B2), dan

sebaliknya pun dapat terjadi kaidah bahasa kedua (B1) ketika ia menggunakan

bahasa pertama (B1).

Istilah "pemerolehan" terpaut dengan kajian psikolinguistik ketika kita

berbicara mengenai anak-anak dengan bahasa ibunya. Dengan beberapa

pertimbangan, istilah pertama dipakai untuk belajar B2 dan istilah kedua dipakai

untuk bahasa ibu (B1). Faktanya, belajar selalu dikaitkan dengan guru, kurikulum,

alokasi waktu, dan sebagainya, sedangkan dalam pemerolehan B1 semua itu tidak

ada. Ada fakta lain bahwa dalam memperoleh B1, anak mulai dari nol;

dalam belajar B2, pebelajar sudah memiliki bahasa. Dengan "mesin" pemerolehan

bahasa yang dibawa sejak lahir anak mengolah data bahasa lalu memproduksi

ujaran-ujaran. Dengan watak aktif, kreatif, dan inofatif, anak-anak akhirnya

mampu menguasai gramatika bahasa dan memproduksi tutur menuju bahasa yang

diidealkan oleh penutur dewasa.

Pemerolehan bahasa berbeda dengan pembelajaran bahasa. Orang dewasa

mempunyai dua cara yang, berbeda berdikari, dan mandiri mengenai

pengembangan kompetensi dalam bahasa kedua. Pertama, pemerolehan bahasa

merupakan proses yang bersamaan dengan cara anak-anak. Mengembangkan

kemampuan dalam bahasa pertama mereka. Pemerolehan bahasa merupakan

Page 14: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

4

proses bawah sadar. Para pemeroleh bahasa tidak selalu sadar akan kenyataan

bahwa mereka memakai bahasa untuk berkomunikasi.

Pengaruh bahasa pertama dapat dianggap sebagai sesuatu yang tidak

alamiah. Seseorang dapat saja menghasilkan kalimat-kalimat dalam bahasa kedua

tanpa suatu pemerolehan. Jika bahasa kedua berbeda dengan bahasa pertama,

model monitor dapat dipakai dengan menambahkan beberapa morfologi dan

melakukannya dengan sebaik-baiknya untuk memperbaiki susunan kata.

Pemerolehan bahasa mungkin pelan-pelan, tetapi dalam jangka panjang akan lebih

bermanfaat kalau bahasa dipergunakan untuk maksud dan tujuan komunikasi.

Masyarakat Indonesia terdiri dari masyarakat daerah yang memiliki

bahasa daerah yang berbeda-beda. Oleh karena itu, penggunaaan bahasa Indonesia

dalam kehidupan sehari-hari sangat mungkin dipengaruhi oleh unsur-unsur dari

bahasa daerah. Hal ini mengakibatkan bahasa Indonesia semakin berkembang.

Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia sangat mungkin mengalami

hambatan,baik yang datang dari dalam maupun dari luar bahasa.

Penelitian tentang pemerolehan bahasa sudah banyak dilakukan peneliti

sebelumnya. Namun pada kesempatan ini peneliti ingin meneliti pemerolehan

bahasa yang berkaitan dengan akuturasi. Adapun penelitian ini diberi judul

”Analisis pemerolehan bahasa dan kaitannya dengan akulturasi bahasa pada

guru SMPN 3 Mangarabombang”. selain untuk meneliti bagaimana pemerolehan

bahasa satu (BI), juga akan meneliti akulturasi yang digunakan seorang dalam

Page 15: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

5

PBM,sebagaimana diketahui bahwa akulturasi bahasa paling banyak terjadi

dilingkungan sekolah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka

rumusan masalah dalam analisis bahasa ini adalah: Bagaimana Pengaruh dan

kaitan bahasa pertama terhadap akulturasi bahasa pada guru SMPN 3

Mangarabombang dalam proses mengajar Bahasa Indonesia.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian bahasa ini adalah untuk mengetahui bagaimana

pengaruh pemerolehan bahasa pertama terhadap bahasa kedua dan keterkaitan

bahasa pertama terhadap akulturasi bahasa kedua guru SMPN 3

Mangarabombang.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat secara Teoretis

Secara garis besar penelitian ini dikhususkan untuk menelaah kajian

analisis pemerolehan bahasa dan akulturasi bahasa sehingga bermanfaat dalam

bahan kajian analisis pemerolehan bahasa dan kaitannya dengan akulturasi

bahasa.

2. Manfaat secara Praktis

Beberapa macam manfaat praktis yang bisa dihasilkan dari

proses penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat bagi guru :

Page 16: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

6

a. Memperoleh wawasan yang luas tentang analisis pemerolehan bahasa yaitu

analisis pemerolehan bahasa dan kaitannya dengan akulturasi bahasa pada

proses pemelajaran bahasa Indonesia.

b. Untuk memperoleh ilmu dan pengetahuan yang baru bagaimana akulturasi

bahasa yang dipengaruhi oleh pemerolehan bahasa pertama pada proses

pembelajaran bahasa Indonesia.

2. Manfaat bagi peneliti :

a. Mengetahui lebih dalam lagi bagaimana proses, penyebab, dampak dari

akulturasi bahasa baik dalam lingkungan sekolah maupun masyarakat.

b. Memperoleh ilmu tentang pemerolehan bahasa pertama dan bahasa kedua yang

berkaitan dengan akulturasi bahasa.

E. Defenisi Istilah

Agar lebih mengarah dan memfokuskan pada permasalahan yang akan

dibahas sekaligus menghindari persepsi yang lain mengenai istilah-istilah yang

ada, perlu adanya penyelarasan mengenai definisi istilah. Adapun definisi istilah

yang berkaitan dengan judul dalam penelitian untuk proposal ini adalah sebagai

berikut:

1. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan

oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama,

berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri.

2. Sosiolinguistik adalah kajian tentang ciri khas variasi bahasa, fungsi-

fungsi variasi bahasa, dan pemakai bahasa dan pemakai bahasa karena

Page 17: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

7

ketiga unsur ini selalu berinteraksi, berubah, dan saling mengubah satu

sama lain dalam satu masyarakat tutur.

3. Penggunaan dua bahasa atau dua kode bahasa disebut dengan

bilingualisme (kedwibahasaan).

4. Istilah akulturasi berasal dari bahasa Latin acculturate yang berarti

“tumbuh dan berkembang bersama”. Secara umum, pengertian

akulturasi (acculturation) adalah perpaduan dua buah budaya yang

menghasilkan budaya baru tanpa menghilangkan unsur-unsur asli

dalam budaya tersebut.

5. Bahasa ibu biasa disebut bahasa pertama karena bahasa itulah yang

pertama dipelajari anak.

6. Bahasa lain yang bukan bahasa ibunya atau bahasa yang dipelajari

selain dari bahasa yang pertama didapatkan, maka bahasa lain itu

disebut bahasa kedua.

7. Pemerolehan bahasa (language acquisition) adalah proses manusia

mendapatkan kemampuan untuk menangkap, menghasilkan, dan

menggunakan kata untuk pemahaman dan komunikasi.

Page 18: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Pengertian Bahasa

Bahasa merupakan identitas suatu bangsa, bahkan identitas pribadi

seseorang. Kita masih teringat dengan ungkapan yang berbunyi Bahasa

menunjukkan bangsa. Budi bahasa yang halus alamat oarang baik, dan perangai

serta tutur kata yang tidak senonoh, menunjukkan asal bangsawan

Pamuntjak(dalam Junus dan Fatimah Junus.,2010: 2). Demikian makna ungkapan

tersebut yang berkenaan dengan bahasa dan bangsa.

a. Bahasa berdasarkan tahap pemerolehan

Berdasarkan tahap pemerolehan, bahasa dapat dibedakan menjadi 3, yaitu

bahasa ibu (bahasa pertama), bahasa kedua (ketiga dan seterusnya) dan bahasa

asing.

1) Bahasa Ibu

Bahasa ibu merupakan padanan untuk istilah Inggris native language,

yaitu satu sistem linguistik yang pertama kali dipelajari secara alamiah dari ibu

atau keluarga oleh anak.Sebagai contoh, bahasa ibu penduduk asli penduduk di

lereng gunung merapi adalah bahasa Jawa dan bahasa ibu penduduk asli di tepi

danau batur adalah bahasa Bali.

Bahasa ibu tidak mengacu pada bahasa yang dikuasai dan digunakan oleh

seorang ibu (atau biasa disebut bahasa sang ibu), melainkan mengacu pada bahasa

Page 19: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

9

yang dipelajari seorang anak dalam keluarga yang mengasuhnya. Sekarang ini di

kota-kota besar seperti Surabaya, Yogyakarta, Semarang dll, banyak terjadi orang

tua menggunakan bahasa daerah saat berkomunikasi berdua namun menggunakan

bahasa Indonesia ketika berkomunikasi dengan anak mereka. Hal ini bisa

dikatakan bahasa ibu si anak adalah bahasa Indonesia sebab bahasa itulah yang

dipelajari anak dari keluarganya.

Bahasa ibu biasa disebut bahasa pertama karena bahasa itulah yang

pertama dipelajari anak. Kalau kemudian si anak mempelajari bahasa lain yang

bukan bahasa ibunya, maka bahasa lain yang dipelajarinya itu disebut bahasa

kedua. Sedangkan bahasa lain lagi yang mungkin dipelajari anak setelah itu

disebut bahasa ketiga, keempat dan seterusnya.

2) Bahasa Kedua

Di atas telah disebutkan bahwa bahasa lain yang bukan bahasa ibunya

yang dipelajari oleh anak, maka bahasa lain itu disebut bahasa kedua. Bahasa

kedua ini bisa bahasa nasional, bahasa resmi negara, bahasa resmi kedaerahan,

atau juga bahasa asing (bukan bahasa asli penduduk pribumi).

Saat memasuki bangku sekolah anak tersebut mendapat pengajaran bahasa

Indonesia di sekolah, maka dalam hal ini bahasa Indonesia dapak dikatakan

sebagai bahasa kedua si anak.Pemerolehan Bahasa Kedua anak adalah sebagai

berikut :

a) Bagi sebagian besar anak Indonesia, bahasa Indonesia bukan bahasa pertama

mereka, melainkan bahasa kedua.

Page 20: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

10

b) Pengenalan/penguasaan bahasa Indonesia dapat terjadi melalui proses

pemerolehan atau proses belajar.

c) Proses pemerolehan terjadi secara alamiah, tanpa sadar, melalui interaksi tak

formal dengan orang tua dan/atau teman sebaya, tanpa bimbingan.

d) Proses belajar terjadi secara formal, disengaja, melalui interaksi edukatif, ada

bimbingan, dan dilakukan dengan sadar.

e) Bahasa Pertama (B1) dan Bahasa Kedua (B2) didapat bersama-sama atau

dalam waktu berbeda. Jika didapat dalam waktu yang berbeda, Bahasa Kedua

(B2) didapat pada usia prasekolah atau pada usia Sekolah Dasar.

f) Bahasa Kedua (B2) dapat diperoleh di lingkungan Bahasa Pertama (B1) dan

Bahasa Kedua (B2). Jika diperoleh di lingkungan Bahasa Pertama, Bahasa

Kedua dipelajari melalui proses belajar formal; jika didapat di lingkungan

Bahasa Kedua, Bahasa Kedua didapat melalui interaksi tidak formal, melalui

keluarga, atau anggota masya-rakat Bahasa Kedua.

b. Masa waktu dan perkembangan pemerolehan bahasa

Perkembangan pemerolehan bahasa anak dapat dibagi atas tiga bagian

penting yaitu (a) perkembangan prasekolah (b) perkembangan ujaran kombinatori,

dan (c) perkembangan masa sekolah.Perkembangan pemerolehan bahasa pertama

anak pada masa prasekolah dapat dibagi lagi atas perkembangan pralinguistik,

tahap satu kata dan ujaran kombinasi permulaan.

Perkembangan pralinguistik ditandai oleh adanya pertukaran giliran antara

orang tua khususnya ibu) dengan anak.Pada masa perkembangan pralinguistik

anak mengembangkan konsep dirinya.Ia berusaha membedakan dirinya dengan

Page 21: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

11

subjek, dirinya dengan orang lain serta hubungan dengan objek dan tindakan pada

tahap satu kata anak terus-menerus berupaya mengumpulkan nama benda-benda

dan orang yang ia jumpai. Kata-kata yang pertama diperolehnya tahap ini

lazimnya adalah kata yang menyatakan perbuatan, kata sosialisasi, kata yang

menyatakan tempat, dan kata yang menyatakan pemerian.

Perkembangan bahasa pertama anak lebih mudah ditandai dari panjang

ucapannya.Panjang ucapan anak kecil merupakan indikator atau petunjuk

perkembangan bahasa yang lebih baik dari pada urutan usianya.Jumlah morfem

rata-rata per ucapan dapat digunakan sebagai ukuran panjangnya. Ada lima

tahapan pemerolehan bahasa pertama. Setiap tahap dibatasi oleh panjang ucapan

rata-rata tadi.Untuk setiap tahap ada Loncatan Atas (LA).

Walaupun perkembangan bahasa setiap anak sangat unik, namun ada

persamaan umum pada anak-anak, ada persesuaian satu sama lain semua

mencakup eksistensi, noneksistensi, rekurensi, atribut objek dan asosiasi objek

dengan orang.

Dilihat dari unsur dasar pembentukannya, kombinasi yang dibuat anak

pada periode ini mengekspresikan dua unsur deretan dasar pelaku (agen) +

tindakan (aksi) + objek.Semua kombinasi dua unsur terjadi, misalnya Agen +

Aksi + Objek, Agen + Objek.

2. Pengertian Akulturasi

Apa itu Akulturasi? Istilah akulturasi berasal dari bahasa Latin

acculturate yang berarti “tumbuh dan berkembang bersama”. Secara umum,

pengertian akulturasi (acculturation) adalah perpaduan dua buah budaya yang

Page 22: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

12

menghasilkan budaya baru tanpa menghilangkan unsur-unsurasli dalam budaya

tersebut.Misalnya.proses percampuran dua budaya atau lebih yang saling bertemu

dan saling memengaruhi.

Menurut Koentjaraningrat, akulturasi adalah prosessosial yang terjadi bila

kelompok sosial dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada kebudayaan asing

yang berbeda. Syarat terjadinya proses akulturasi adalah adanya persenyawaan

(affinity) yaitu penerimaan kebudayaan tanpa rasa terkejut. Syarat lainnya adalah

adanya keseragaman (homogenity) seperti nilai baru yang tercerna akibat

keserupaan tingkat dan corak budayanya.

Akulturasi dapat terjadi melalui kontak budaya yang bentuknya dapat bermacam-

macam, antara lain sebagai berikut:

a. Kontak sosial dapat terwujud pada seluruh lapisan masyarakat, sebagian

masyarakat, atau bahkan antarindividu dalam dua masyarakat. Kehadiran

teknologi misalnya, tentu berbeda dengan kehadiran seorang ulama. Kehadiran

seorang ahli psikologi berbeda dengan kehadiran seorang ahli ekonomi.

b. Kontak budaya dapat terwujud dalam situasi bersahabat atau situasi

bermusuhan.

c. Kontak budaya dapat terwujud antara kelompok yang menguasai dan dikuasai

dalam seluruh unsur budaya, baik dalam ekonomi, bahasa. teknologi.

kemasyarakatan. agama, kesenian, maupun ilmu pengetahuan.

d. Kontak budaya dapat terwujud di antara masyarakat yang jumlah warganya

banyak atau sedikit.

Page 23: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

13

e. Kontak budaya dapat terwujud dalam ketiga wujud budaya baik sistem budaya,

sistem sosial, maupun unsur budaya fisik.

Teori akulturasi berfokus pada pertanyaan kenapa pebelajar bahasa kedua,

tidak seperti pebelajar bahasa pertama, kerap gagal mencapai kefasihan (mastery)

bahasa sasaran. Penjelasannya disebut dengan istilah ‘distance’ atau ‘jarak’.

Pebelajar bahasa kedua bisa terputus aksesnya dengan penutur asli (dan

berdampak juga pada input yang dibutuhkan) akibat jarak sosial atau jarak

psikologis. Dalam kasus seperti itu maka perkembangan kemampuan pebelajar

menjadi berhenti ‘fossilizes’ dan tidak ada perkembangan lebih lanjut pada

interlanguage.

Akulturasi adalah proses modifikasi sikap, pengetahuan, dan perilaku

dengan cara menambahkan elemen-elemen baru pada latar belakang budaya

seseorang, mengurangi beberapa elemen yang sudah ada sebelumnya, dan

penyusunan ulang (reorganisasi) elemen-eleinen lain (Barry McLaughlin, 1989).

Keseluruhan proses akulturasi tersebut membutuhkan adaptasi sosial dan

psikologis.

Akulturasi dan pemerolehan bahasa kedua ditentukan oleh seberapa

jauhnya jarak sosial (social distance) dan jarak psikologis (psychological distance)

antara pebelajar dan budaya bahasa sasaran. Social distance berhubungan dengan

individu sebagai anggota kelompok sosial yang berhubungan dengan kelompok

sosial lain yang anggota-anggotanya bicara dengan bahasa berbeda. Sedangkan

Psychological distance adalah hasil dari beragam faktor-faktor afektif yang

Page 24: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

14

menyangkut si pebelajar sebagai individu, misalnya gegar budaya dan motivasi

tinggi/rendah.

Gegar budaya (culture shock) adalah pengalaman yang sering terjadi pada

pebelajar bahasa kedua pada budaya keduanya.Artinya, pebelajar itu belajar

bahasa kedua di tempat yang baru dengan budaya yang baru juga.

Namun, gegar budaya juga bisa dianggap sebagai sesuatu yang positif

yaitu sebagai pengalaman be!ajar lintas budaya dimana seseorang menjadi sadar

akan perkembangan, proses belajar, dan perubahan vang terjadi pada dirinya.

Melalui pengalaman ini seseorang akan mendapatkan cara pandang yang berbeda

atas dirinya sendiri dan memahami nilai-nilai, sikap, dan cara pandang orang lain

yang diturunkan dari budaya mereka.

Brown (1980:129) memaknai teori akulturasi sebagai proses adaptasi

terhadap budaya baru. Proses adaptasi ini sangat penting dalam pemerolehan

bahasa kedua karena dia merupakan salah satu alat ekspresi budaya. Selain alat

ekspresi budaya juga sebagai alat komunikasi sosial. Berkenaan dengan itu,

Schumann (1978c :34 ) mengajukan premis utama teori akulturasi bahwa

pemerolehan bahasa kedua hanyalah salah satu aspek akulturasi dan tingkat

akulfirasi seorang pembelajaar dalam target akan menjadi alat kontrol terhadap

bahasa target yang telah diperoleh.

Akulturasi pemerolehan bahasa kedua juga ditentukan oleh faklor jarak

sosioal dan kejiwaan antara pembelajar dan budaya bahasa target. Jauh dekatnya

jarak itu, mempengaruhi timbulnya :

Page 25: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

15

a. Language shock, yang diakibatkan adanya pengalaman buruk pembelajar

dalam menggunakan bahasa target;

b. Culture shock, pembelajar merasa salah arah, stres, dan ketaktsan, sebagai

akibat dari perbedaan budaya pembelajar dengar, masyarakat bahasa target;

dan

c. Motivasi, dorongan kuat/lemah yang dimiliki pembetajar untuk mempelajari

bahasa target.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa makin kuat kemampuan pembelajar

mengadaptasi bahasa target, makin besar kemungkinan berhasil mernpelajari

bahasa itu. Sebaliknya, language shock dan culture shock menjadi penghambat

dalam mempelajari bahasa target. Solusi yang tepat adalah pengajaran bahasa

diimbangi dengan studi lintas budaya agar pembelajar dapat menempatkan

secara proporsional antara budaya asli dan impor yang terimplisit di dalam

bahasa masing-masing.

Dalam hal ini,pemerolehan bahasa erat kaitannya dengan akulturasi bahasa

khususnya pemerolehan bahasa kedua. Sebagaimana diketahui bahwa bahasa

pertama (BI) dapat pula memengaruhipemerolehan bahasa kedua (B2).

3. Bilingualisme

Istilah bilingualisme (dalam bahsa Inggris: bilingualism) dalam bahasa

Indonesia disebut kedwibahasaan. Kalau melihat sesorang menggunakan dua

bahasa dalam pergaulannya dengan orang lain, dia berdwibahasa dalam arti

melaksanakan kedwibahasaan yang kita sebut bilingualisme. Dengan demikian,

bilingualisme adalah kebiasaan menggunakan dua bahasa dalam berkomunikasi

Page 26: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

16

atau berinteraksi dengan orang lain. Sedangkan kemampuan untuk menggunakan

dua bahasa disebut dengan bilingualitas (kedwibahasawan).

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa kedwibahasaan ialah kebiasaan

menggunakan dua bahasa dalam berinteraksi dengan orang lain. Secara

sosiolinguistik kedwibahasaan (bilingualisme) sebagai penggunaan dua bahasa

seorang penutur dengan pergaulannya dengan orang lain. Maka dari itu

bilingualisme sangat diperlukan untuk berkomunikasi dengan lingkungan

bermasyarakat atau dapat juga perorangan.

Pakar lain Mackey (dalam Chaer2004 : 84) mengatakan dengan tegas

bahwa bilingualisme adalah penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam

pergaulannya dengan orang lain secara bergantian. Untuk dapat menggunakan dua

bahasa tentunya harus menguasai bahasa pertama yaitu bahasa ibu ( B1 ) dan

bahasa kedua ( B2 ) yang menjadi bahasa keduanya.

Dengan demikian salah satu ciri bilingualisme adalah digunakannya dua

bahasa atau lebih oleh sekolompok orang dengan tidak adanya peran tertentu

dalam kedua bahasa itu.Artinya, kedua bahasa itu dapat digunakan kapan saja,

kepada siapa saja, dan dalam situasi bagaimana saja.

Disadari atau tidak disadari dalam pemerolehan bahasa kedua pasti

mendapat gangguan dari bahasa pertama. Hal ini disebabkan kadang- kadang

pembelajar bahasa kedua melakukan transfer, baik transfer struktur maupun

transfer bahasa unsure-unsur bahasa lain di dalam bahasa pertama pada saat

memproduksi bahasa kedua.

Page 27: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

17

Penutur bilingual yang memiliki kemampuan terhadap B1 dan B2 sama

baiknya, tentu tidak mempunyai kesulitan untuk menggunakan kedua bahasa itu

kapan saja diperlukan, karena tindak laku kedua bahasa itu terpisah dan bekerja

sendiri-sendiri. Penutur bilingual yang mempunyai kemampuan seperti ini oleh

Ervin dan Osgood (1965:139) disebut berkemampuan bahasa yang sejajar.

Sedangkan yang kemampuan terhadap B2-nya jauh lebih rendah atau tidak sama

dari kemampuan terhadap B1-nya disebut berkemampuan bahasa yang majemuk.

Penutur yang mempunyai kemampuan majemuk ini biasanya mempunyai

kesulitan dalam menggunakan B2-nya karena akan dipengaruhi oleh kemampuan

B1-nya.

4. Faktor-Faktor yang MemengaruhiPemerolehan Bahasa Kedua

Sebagaimana proses kemampuan B1, kemampuan B2 pun untuk

mendapatkan kompetensi semantik, kompetensi sintaksis, dan kompetensi

fonologi. Hal itu disebabkan oleh kenyataan bahwa ketiga kompetensi tersebut

merupakan subtansi dari kompetensi linguistik.Untuk dapat berbahasa (B1 atau

B2) dengan baik, seseorang harus menguasai tiga kompetensi tersebut. Jadi, dapat

disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan subtansi antara proses yang terjadi pada

kemampuan B 1 dan B2.Proses penguasaan B2 mempunyai ciri-ciri sebagai

berikut:

a. Proses belajar bahasa secara sengaja.

b. Berlangsung setalah terdidik berada di sekolah.

c. Lingkungan sekolah sangat menentukan.

d. Motivasi si terdidik tidak sekuat saat memppelajari bahasa pertama.

Page 28: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

18

e. Waktunya terbatas.

f. Si terdidik tidak mempunyai banyak waktu untuk mempraktekkan bahasa yang

dipelajari.

g. Bahasa pertama mempengaruhi proses belajar bahasa kedua.

h. Umur kritis mempelajari bahasa kedua kadang-kadang telah lewat, sehingga

proses belajar bahasa kedua berlangsung lama.

i. Dan disediakan alat bantu belajar.

Tarigan (1988:125-126) mengacu pada La Foge (1983) mengatakan bahwa

terdapat tiga ciri proses pembelajaran bahasa kedua;

a. pembelajaran bahasa adalah manusia, karenannya pembelajaran bahasa terjadi

dalam interaksi social antar individu (guru, siswa) yang di dalamnya berlaku

hokum-hukum social,

b. pembelajaran berlangsung dalam interaksi yang dinamis, berarti bahwa

pembelajar tumbuh dan berkembang menuju ke “kedewasaan ber-B211,

sehingga dalam proses ini pengajar diharapkan memberikan segala

pengalamannya untuk membantu pembelajar,

c. pembelajaran berlangsung dalam suasana reponsif. Artinya, proses

pembelajaran merupakan kesempatan besar bagi pembelajar untuk melakukan

respon. Pancingan dapat diberikan oleh pengajar atau sesame pembelajar.

Adapun faktor yang memengaruhipemerolehan bahasa kedua antara lain :

a. Faktor Motivasi

Dalam pembelajaran bahasa kedua menyatakan bahwa orang yang didalam

didrinya ada keinginan, dorongan, atau tujuan yang ingin dicapai dalam belajar

Page 29: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

19

bahasa kedua cenderung akan lebih berhasil disbanding dengan orang yang belajar

tanpa dilandasi oleh suatu dorongan, tujuan dan motivasi itu. Lambert dan

Gardner (1972), Brown (1980), dan Ellias (1986), juga mendukung pernyataan

bahwa belajar bahasa akan lebih behasil bila dalam diri pembelajar ada motivasi

tertentu.

Beberapa pakar pembelajaran bahasa kedua telah mengemukakan apa

yang dimaksud dengan motivasi. Coffer (1964) misalnya menyataka bahwa

motivasi adalah dorongan, hasrat, kemauan, alasan, atau tujuan yang mengerakkan

orang untuk melakukan sesuatu.Pakar lain, Brown (1981) menyatakan bahwa

motivasi adalah dorongan dari dalam, dorongan sesaat, emosi atau keinginan yang

mengerakkan seseorang untuk berbuat sesuatu.Sedangakan Lambert (1972)

menyatakan bahawa motivasi adalah alasan untuk mencapai tujuan secara

keseluruhan.Jadi motivasi dalam pembelajaran bahasa berupa dorongan yang

datang dari dalam diri pembelajar yang menyebabkan pembelajaran memiliki

keinginan yang kuat untuk mempelajari suatu bahasa kedua.

Dalam kaitannya dalam pemebalajaran bahasa kedua, yaitu: 1) fungsi

integrative dan 2) fungsi instrumental. Motivasi berfungsi integrative kalau

motivasi itu mendorong seseorang untuk mempelajari suatu bahasa karena adanya

keinginan untuk berkomunikasi dengan masyarakat penutur bahasa itu atau

menjadi anggota masyarakat bahasa penutur. Sedangkan motivasi berfungsi

instrumental adalah kalau motivasi itu mendorong seseorang untuk memiliki

kemauan untuk mempelajari bahas kedua itu karena tujuan yang bermanfaat atau

Page 30: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

20

karena dorongan ingin memperoleh suatu pekerjaan atau mobilitas sosial atas

masyarakat tersebut (Dadner dan Lambert, 1972:3).

b. Faktor Usia

Ada anggapan umum dalam pembelajaran bahasa kedua bahwa anak-anak

lebih baik dan lebih berhasil dalam pembelajaran bahasa kedua dibanding dengan

orang dewasa (Bambang Djunaidi, 1990).Anak-anak tampaknya lebih mudah

dalam memperoleh bahasa baru, sedangkan orang dewasa tampaknya mendapat

kesulitan dalam memperoleh tingakat kemahiran bahasa kedua. Anggapan ini

telah mengarahkan adanya hipotesis mengenai usia kritis atau periode kritis

(Lenneberg, 1967; Oyama, 1976) untuk belajar bahasa kedua.

Namun, hasil penelitan mengenai faktor usia dalam pembelajaran bahasa kedua

menunjukkan hal berikut.

1) Dalam hal urutan pemerolehan tampaknya faktor usia tidak terllalu berperan

sebab urutan pemerolehan oleh anak-anak dan orang dewasa sama saja

(Fathman, 1975; Duly, Burt, dan Kreshen, 1982).

2) Dalam hal kecepatan dan keberhasilan belajara bahasa kedua, dapat

disimpulkan: a) anak-anak lebih berhasil daripada orang dewasa dalam

pemerolehan system fonologi atau pelafalan; bahkan banyak diantara mereka

yang mencapai pelafalan seperti penutur asli; b) orang dewasa tampaknya maju

lebih cepat daripada kanak-kanak dalam bidang morfologi dan sintaksis, paling

tidak pada pemulaan masa belajar; c) kanak-kanak lebih berhasil daripada

orang dewasa, tetapi tidak selalu lebih cepat (‘Oyama, 1976; Dulay, Burt, dan

Krashen, 1982; Asher dan Gracia, 1969).

Page 31: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

21

Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa faktor umur yang tidak

dipisahkan dari faktor lain adalah faktor yang berpengaruh dalam pembelajaran

bahasa kedua. Perbedaan umur mempengaruhi kecepatan dan keberhasilan belajar

bahasa kedua pada aspek fonologi, morfologi dan sintaksis tetapi tidak

berpengaruh dalam pemerolehan urutannya.

c. Faktor Penyajian Formal

Pembelajaran atau penyajian bahasa secara formal tentu memiliki

pengaruh terhadap kecepatan dan kebehasilan dalam meperoleh bahasa kedua

karena disebabkan beberapa faktor dan variable yang disediakan dengan

sengaja.Demikian juga keadaan lingkungan pembelajaran bahasa kedua secara

formal, di dalam kelas, sangat berbeda dengan lingkungan pembelajaran bahasa

kedua secara narutalistik atau alamiah.Steiberg (1979: 166) menyebutkan

karekteristiklingkunagn pembelajaran bahasa di kelas sebagai berikut:

1) Lingkungan pembelajaran bahasa di kelas sangat diwarnai oleh faktor

psikolog sosial kelas yang mellliputi penyesuaian, disiplin, dan prosedur

yang digunakan.

2) .Dilingkungan kelas dilakukan praseleksi terhadap data linguistik, yang

dilakukan guru berdasarkan kurikulum yang digunakan.

3) Dilingkungan kelas disajikan kaidah-kaidah gramatikal secara eksplisit

untuk menungkatkan kualitas berbahasa siswa yang tidak dijumpai di

lingkungan alamiah.

4) Di lingkungan kelas sering disajikan data dan situasi bhasa yang artifisial

(buatan), tidak seperti dalam lingkungan alamiah.

Page 32: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

22

5) Di lingkungan kelas disediakan alat-alat pengajara seperti buku teks, buku

penunjang, papan tulis, tugas-tugas yang harus diselesaikan, dan

sebagainya.

Dengan kelima karakter lingkungan seperti di atas dapat disimpulakan

bahwa lingkungan kelas merupakan lingkunagan yang memfokuskan pada

kesadaran dalam memperolehh kaidah-kaiadah dan bentuk bahasa yag dipelajari

(Dulay, 982:17). Namun, pembelajaran bahasa edua secara formal kurang

berpotensi untuk menghasilakan penutur-penutur yang mampu berkomunikasi

secara alamiah seperti penutur aslinya.

Dengan kondisi lingkungan kelas yang khas dalam pembelajaran bahasa

kedua, maka tentunya ada pengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran bahasa

kedua.

Dalam penelitian ini seorang guru menjadi acuan penggunaan bahasa

pertama sering kali terjadi dalam proses pembelajaran dalam kelas. Bahasa

pertama inilah yang menyebabkan akulturasi bahasa dalam proses pembelajaran

pada mata pelajaran bahasa Indonesia, karna harus diutamakannya bahasa

Indonesia dalam PBM tersebut tapi secara tidak sengaja seorang guru

menggunakan bahasa pertamanya.

Contoh pengaruh pengaruh bahasa pertama yang menyebabkan akulturasi

bahasa adalah sebagai berikut:

Bu Arin :tenakullenak, aturan tetap aturan.

Antoni : tapi Bu…sakitki perutku jadi terlambatka.

Bu Arin :iyapale..api ada tugasmu nanti..

Page 33: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

23

Antoni : tugas apa seng bu ???

Bu Arin :sinampepi di caritai, lanjutmi dulu catatanmu.

Antoni : beresmi itu ibu…

Seorang guru seringkali melakukan campur kode atau alih kode dalam

proses akulturasi bahasa dalam proses pembelajaran karna masih ada pengaruh

dari pemerolehan bahasa pertama,hal ini berkaitan dengan budaya berbahasa

seseorang, sama halnya dengan guru yang seringkali melakukan akulturasi bahasa.

5. Belajar dan Pembelajaran

Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh

pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan

mengokohkan kepribadian. Dalam konteks menjadi tahu atau proses memperoleh

pengetahuan, menurut pemahaman sains konvensional, kontak manusia dengan

alam diistilahkan dengan pengalaman (experience). pengalaman yang terjadi

berulang kali melahirkan pengetahuan, (knowledge), atau a body of knowledge.

Definisi ini merupakan definisi umum dalam pembelajaran sains secara

konvensional, dan beranggapan bahwa pengetahuan sudah terserak di alam,

tinggal bagaimana siswa atau pembelajar bereksplorasi, menggali dan menemukan

kemudian memungutya, untuk memperoleh pengetahuan.

Ronald Gross dalam bukunya berjudul Peak Learning (1991), sebagai

akibat praktek belajar yang kurang kondusif, tidak demokratis, tidak memberikan

kesempatan untuk berkreasi dan belum mengembangkan seluruh potensi anak

didik secara optimal, telah mengidentifikasi enam mitos tentang belajar. Keenam

mitos itu adalah sebagai berikut:

Page 34: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

24

a. Belajar itu membosankan, merupakan kegiatan yang tidak menyenangkan.

b. Belajar hanya terkait dengan materi dan keterampilan yang diberikan sekolah.

c. Pembelajar harus pasif, menerima dan mengikuti apa yang diberikan guru.

d. Di dalam belajar, si pembelajar di bawah perintah dan aturan guru.

e. Belajar harus sistematis, logis, dan terencana.

f. Belajar harus mengikuti seluruh program yang telah ditentukan.

Mitos semacam itu timbul karena dilandasi oleh fakta, banyak praktik

pembelajaran di sekolah yang menunjukkan pelaksanaan hal-hal tersebut. Oleh

sebab itu, harus diciptakan suasana agar belajar di sekolah berlangsung secara

aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.Kembali kepada konsep belajar,

setiap ahli psikologi memberi definisi dan batasan yang berbeda-beda, akibatnya

terdapat keragaman di dalam menjelaskan dan mendefinisikan makna belajar.

Witherington (dalam Suyono dkk 2012: 11)menyatakan bahwa belajar merupakan

perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respon

yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahua, dan

kecakapan.

Menurut Hilgard (dalam Suyono dkk 2012: 12)Belajar adalah suatu proses

dimana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respon terhadap

adanya suatu situasi. Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah adanya perubahan

perilaku (behavior) karena pengalaman atau latihan.Sedangkan pengajaran

dilaksanakan dalam suatu aktivitas yang kita kenal dengan istilah mengajar.

Pengajaran amat dekat dengan pengertian pedagogi.

Page 35: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

25

Pedagogi adalah seni atau ilmu untuk menjadi guru.istilah ini sering

mengarah kepada strategi pengajaran atau gaya mengajar. Seorang behavioris

(dalam Suyono dkk 2012: 16) menyatakan bahwa mengajar adalah upaya

memberikan stimulus , bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar

terjadi proses belajar.

Oleh Free Online Dictionary ( diakses 27 Oktober 2009) pengajaran,

teachinglinstruction, didefinisikan dengan kegiatan, praktik, pekerjaan atau

profesi seorang guru, atau sesuatu yang diajarkan, seni atau profesi seorang guru,

atau sesuatu yang diajarkan, seni atau profesi seorang guru, kegiatan dalam

mendidik atau mengajar. Di dalam Brainy Quote (diakses 27 Oktober 2009)

dinyatakan bahwa pengajaran sebagai kegiatan atau urusan tentang mengajar, apa

yang diajarkan, semakna dengan instruksi.

B. Kerangka Pikir

Berdasarkan uraian di atas, berikut ini akan diuraikan kerangka berpikir

sebagai landasan dalam membahas masalah, dan untuk mengerahkan penelitian

dalam membahas masalah, mengerahkan penelitian dalam mengumpulkan data,

mengolah data, dan memecahkan masalah. Adapun kerangka berpikir yang

dimaksud ialahpemerolehan bahasa dan kaitannya dengan akulturasi bahasa pada

guru SMPN 3 Mangarabombang . Dapat dilihat pada bagan 2.1

Page 36: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

26

2.1 BAGAN KERANGKA PIKIR

Analisis pemerolehan bahasa dan kaitannyadengan akulturasi bahasa

Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Proses Pembelajaran

Guru SMPN 3 MARBO

Bahasa Pertama

Temuan

Akulturasi Bahasa

Page 37: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

1. Variabel Penelitian

Variabel merupakan konsep yang mempunyai variasi nilai. Dari definisi

tersebut mengandung arti konsep atau sesuatu bisa disebut sebagai variabel

apabila konsep tersebut mempunyai variabilitas atau bisa dibedakan jadi beberapa

kategori atau jenis. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan variable tunggal

yaitu analisis pemerolehan bahasa dan kaitannya dengan akulturasi bahasa pada

guru SMPN 3 Mangarabombang .

2. Desain Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, penelitian ini dirancang secara

deskriptif kualitatif. Dalam pengumpulan data peneliti terlibat langsung

(partisipant observer) sebagai instrumen penelitian. Data dianalisis dan

mendeskripsikannya sesuai dengan keadaan data lapangan. Setiap data

dideskripsikan berdasarkan kaidah terjadinya akulturasi bahasa.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah segenap objek yang menjadi titik perhatian dalam suatu

penelitian, Ali (1989:14) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan populasi

penelitian adalah keseluruhan objek penelitian baik berupa manusia, benda,

Page 38: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

29

peristiwa maupun gejala yang terjadi berdasarkan batasan tersebut maka yang

menjadi populasi adalah seluruh guru di SMPN 3 Mangarabombang .

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan yang diteliti dan dianggap

mewakili populasi (Ali, 1989:54) berdasarkan pengertian tersebut maka seluruh

anggota populasi sekaligus menjadi sampel populasi. Hal ini mengacu pada

pendapat Arikunto (1997:152) yang mengatakan bahwa jika anggota populasi

relative kecil sebaiknya seluruh populasi tersebut dijadikan sampel. Jadi yang

menjadi sampel dalam penelitian ini adalah seluruh guru bahasa Indonesia SMPN

3 Mangarabombang .

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data akulturasi bahasa dilakukan dengan menggunakan

teknik observasi. Teknik observasi dilakukan untuk mengamati secara langsung

proses belajar-mengajar di dalam kelas sehingga diperoleh data yang alami

tentang penyebab pemerolehan bahasa yang berkaitan dengan akulturasi bahasa.

Teknik wawancara, metode ini peneliti berusaha menjaring informasi yang berupa

penjelasan-penjelasan dengan menggunakan sejumlah pertanyaan. dan rekaman

baik secara lisan maupun tulisan kata yang mengalami akulturasi.

4. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik normatif, yaitu

dengan cara mendeskripsi secara kualitatif pemerolehan bahasa dan akulturasi

bahasa yang digunakan oleh guru, lalu dikaji berdasarkan struktur bahasa

indonesia sehingga ditemukan struktur yang tepat, yaitu struktur yang sesuai

Page 39: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

30

dengan pola atau ciri standar dan kaidah bahasa Indonesia. Analisis data

berdasarkan metode tersebut dilakukan dengan tahap proses pemerolehan bahasa

yang berkaitan dengan akulturasi bahasa.

Page 40: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

31

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Setiap manusia pasti perna mengalami akulturasi dalam berbahasa baik

dalam bentuk lisan maupun tulisan.Salah satu penyebab terjadinya hal tersebut

adalah karena adanya kondisi yang dwibahasaan orang tersebut.Bahasa pertama

(B1) mempengaruhi bahasa kedua (B2), begitupun sebaliknya sehingga

penggunaan antara bahasa satu dengan bahasa yang lainnya sering terjadi kultur

atau saling memengaruhianatar bahasa.

Di negara kita yang terdiri dari ratusan bahasa daerah termasuk di

dalamnya adalah bahasa Makassar.Sangatlah memungkinkan terciptanya

masyarakat dwibahasaan. Adanya kondisi ini disadari atau tidak, masyarakat

pengguna bahasa Indonesia seringkali mengalami, penggunaan bahasa yang

campur sari dan tidak sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia dan Ejaan

yang Disempurnakan.

Pengaruh bahasa Makassar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat

Takalar yang merupakan bahasa ibu (B1) dalam penggunaan bahasa Indonesia

(B2) sulit untuk dihindari. Dialek bahasa Makassar itu sangat nampak pada

penggunaan bahasa Indonesia oleh masyarakat dalam bertutur.

Hal seperti ini bukan hanya terjadi pada kehidupan rumah tangga, dan

masyarakat, melainkan di lembaga pendidikan formal pun yakni di sekolah-

sekolah. Disinilah tampak jelas, bahwa pengaruh bahasa ibu dalam hal ini

Page 41: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

32

penggunaan bahasa Makassar terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua,

sulit dihindari siswa maupun guru. Sebab bahasa Makassar ini secara alamiah

telah diperoleh seseorang sejak lahir sampai memasuki usia sekolah.

Oleh karena itu, setelah penulis melakukan penelitian langsung dilapangan

dengan mengambil lokasi SMPN 3 Mangarabombang, sampailah saatnya

mendeskripsikan hasil penelitian itu pada bab IV ini.

Pada bab ini penulis memaparkan pengaruh bahasa Makassar (B1)

terhadap penggunaan bahasa Indonesia (B2) dalam proses pembelajaran adapun

yang dibahas adalah pengaruh dan kaitan bahasa pertama terhadap akulturasi

bahasa sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dirumuskan.

1. Pengaruh Morfologis Bahasa Makassar ke dalam Bahasa Indonesia pada

Proses Akulturasi Bahasa

Untuk melihat dan mengetahui lebih seberapa jauh adanya pengaruh

bahasa Makassar dalam tataran morfologis terhadap penggunaan bahasa Indonesia

dapat diketahui dari penggunaan klitik oleh guru dalam berkomunikasi.

Yang dimaksud klitik adalah morfem terikat yang melekat pada kata

sebagikonstituennya.Klitika ini terdiri atas dua macam yaitu klitika yang melekat

pada awal kata yang disebut proklitik dan klitik yang melekat pada posisi akhir

kata disebut enklitik.

Adapun klitik yang dipakai guru SMPN 3 Mangarabombang dalam

berbahasa Indonesia sebagai pengaruh dari bahasa Makassar adalah sebagai

berikut:

1. Klitik Penegas

Page 42: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

33

- Pemakaian proklitik : tak-

- Pemakaian enklitik : -mi, -pi, -pa, -ji

2. Klitik Sapaan

- Pemakaian enklitik : -kik, -ko, -kak

3. Klitik yang menyatakan milik

- Pemakaian proklitik : na-

- Pemakaian enklitik : -ta, -na, -i

Untuk lebih jelasnya, mengenai pemakaian klitik tersebut dapat dilihat

pada uraian/ pemaparan hasil penelitian berikut.

1. Klitik Penegas dalam Bahasa Makassar

a. Pemakaian proklitik tak-

Pada saat penulis mengadakan penelitian, klitiktak- ini dipergunakan oleh

guru dalam menggunakan bahasa Indonesia, seperti pada dialog yang penulis

kutip di bawah ini:

Pak Bahar : Pak Makmur!,tak Lemparki pulpenku

Pak Makmur : Di mana tak Lempar pak?

Pak Bahar : Di bawa mejanya Bu Yuli

Dialog di atas merupakan salah satu dari sekian banyak percakapan bebas

oleh guru di dalam kelas yang di dalamnya terdapat akulturasi bahasa Indonesia

dalam bahasa makassar dengan menggunakan klitiktak-, seharusnya kata itu

adalah terlempar. Namun, merasa tidak dapat memperoleh data yang lebih akurat,

mengingat percakapan itu di dalam ruang guru dan hasil dialog mereka sulit untuk

penulis merangkumnya secara keseluruhan. Maka penulis berinisiatif untuk

Page 43: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

34

mengajukan pertanyaan berupa dialog antara penulis dan responden (guru). Dalam

pertanyaan itu penulis sengaja mengarahkan responden untuk memberikan

jawaban pada dua kemungkinan, yaitu dengan menggunakan klitiktak-.

Adapun pertanayaan penulis adalah “apabila sebuah handpone terletak di

atas ketinggian 3 meter dari dasar lantai dan tiba-tiba terjatuh, maka kemungkinan

apa yang bisa terjadi pada handpone tersebut ?”

Dari pertanyaan yang penulis ajukan pada 26 responden, diperoleh

jawaban yang sama, tetapi pemakaian klitik yang berbeda. Jawaban responden

tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2Jawaban Responden terhadap Kemungkinan yang Terjadi pada Handpone

KLASIFIKASI FREKUENSI PERSENTASE (%)

Terhambur

Takhambur

10

16

36

64

Jumlah 26 100

Sumber Data: Wawancara Responden, 25 Agustus 2015

Dari tabel di atas, yang merupakan klasifikasi jawaban mengenai soal tadi,

dimana responden memberikan jawan yang sama, tetapi tampak adanya pengaruh

bahasa Makassar pada sebagian jawaban responden. Terlihat pada tabel bahwa

yang menjawab terhambur sebanyak 10 responden atau 36%.Sedangkan yang

menjawab tak hambur sebanyak 16 responden atau 64 % dari 26 responden.Hal

ini menunjukkan bahwa pemakaian klitiktaksebagai pengaruh bahasa ibu (B1) dari

guru, masih sering terjadi, apalagi perbandingan hasil jawaban dari responden

hampir seimbang.

Page 44: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

35

Kalau merujuk kepada kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar, hal

seperti ini sangatlah tidak dibenarkan karena telah menyimpang dari kaidah

bahasa Indonesia itu sendiri.

Namun, kesalahan berbahasa memang sulit untuk dihindari oleh guru

SMPN 3 Mangarabombang khususnya, karena bahasa Makassar tetap sebagai

bahasa sehari-hari dalam rumah tangga (keluarga) dan lingkungan masyarakat,

sehingga sampai di sekolah pun pengaruh itu tetap akan ada.

Mengenai bahasa sehari-hari yang digunakan oleh guru, dalam rumah

tangga dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3Kondisi Kebahasaan Guru SMPN 3 Mangarabombang dalam Rumah Tangga

(keluarga)

Jenis Frekuensi Persentase (%)

Bahasa Makassar/Bugis

Bahasa Indonesia

Campuran

12

12

2

44

44

12

Jumlah 26 100

Sumber Data : Kuesioner Responden, 25 agustus 2015.

Data yang tertera pada tabel di atas, menunjukkan bahwa bahasa

Makassar/Bugis tetap menjadi bahasa dominan atau utama yang dipergunakan

oleh guru SMPN 3 Mangarabombang dalam berkomunikasi dengan keluarganya.

Terlihat responden yang memilih bahasa Makassar sebagai bahasa utama keluarga

sebanyak 12 responden (44%), sedangkan bahasa Indonesia dan campuran antara

bahasa Makassar dan bahasa Indonesia atau bahasa bugis dengan bahasa

Indonesia masing-masing 12(44%) dan 2 (12%) dari 26 responden.

Page 45: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

36

Data lain yang diperoleh dari guru adalah adanya pemakaian klitikta-

sebagai pengganti prefikster-, yaitu:

Pak Arfah : Kenapa tidak tak buka pintu perpustakaan?

Pak sapri : jadi taktutup terus.

Pak Bahar : tak kunciki mungkin dari dalam.

Dialog singkat yang penulis sempat dengarkan ini menunjukkan pengaruh

klitik bahasa Makassar ke dalam bahasa Indonesia. Dialog tersebut seharusnya.

Pak Arfah : Kenapa tidak tak buka pintu perpustakaan?

Pak sapri : jadi taktutup terus.

Pak Bahar : tak kunciki mungkin dari dalam.

b. Pemakaian enklitik –mi

Pemakaian Enklitik–mi dalam bahasa Indonesia seringkali didapatkan, baik

itu mengikuti kata kerja maupun kata sifat. Bahkan pemakaian enklitik–mi bukan

hanya dipergunakan oleh orang Makassar atau penutur bahasa Makassar, tetapi

enklitik –mi tersebut juga di pakai orang Bugis, orang suku Mandar, orang Tator

dan suku Bugis konjo, selayar dan lain-lain, dalam menggunakan bahasa

Indonesia.

Mengenai pemakaian enklitik–mi ini, penulis memeperoleh data antara lain

dengan melakukan pertanyaan kepada siswa, dengan bunyi pertanyaan sebagai

berikut:

1. Kenapa kamu tidak masuk kelas ?

2. Kenapa kamu memakai sepatu putih ?

3. Kenapa kamu buang bukumu ?

Page 46: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

37

4. Kenapa kau buang pulpenmu ?

5. Sudah ada guru yang mengajar di kelas II ?

Pertanyaan di atas dikondisikan atau disesuaikan dengan keadaan guru pada

saat ditanaya.Dalam hal ini, apakah pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dijawab

oleh guru sesuai keadaan guru (responden) pada saat itu. Adapun jawaban

responden yaitu:

1. Istirahatmi Bu

2. Rusakmi sepatu hitamku Bu

3. Robekmi Bu

4. Habismi Bu

5. Sudah adami Bu

Dari data di atas, di tunjukkan bahwa enklitik–mi dapat mengikuti kata sifat

dan kata kerja. Apabila enklitik–mi mengikuti kata kerja maka maknanya adalah

menegaskan tindakan pada kata dasarnya. Kalau enklitik–mi mengikuti kata sifat.

Untuk mendapatkan data yang lebih meyakinkan mengenai pemakaian

enklitik–mi ini, maka pertanyaan no 1 di atas, penulis ajukan kepada 26

responden.Adapun jawaban dari responden itu dapat dilihat pada tabel 4 di bawah

ini.

Tabel 4Jawaban Responden terhadap Pertanyaan

“ Mengapa kamu tidak masuk kelas?”

KlasifikasiFrekuensi Persentase

Sedang Istirahat

Istirahatmi

12

16

43

57

Jumlah 28 100

Sumber Data: Wawancara Responden, 26 Agustus 2015

Page 47: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

38

Dari tabel di atas, ditunjukkan bahwa dari 28 responden yang ditanya

sebagian besar memakai enklitik–mi yakni mencapai 57%, sedangkan yang

menggunakan bahasa Indonesia baku hanya 43%. Hal ini menunjukkan bahwa

pengaruh bahasa pertama (B1) sangat besar pada penggunaan enklitik–mi dalam

bahasa Indonesia.

Pada penelitian, penulis juga sempat mendengar dan mencatat hasil dialog

bebas dua orang siswa, yaitu:

Sahar : Saya mau pulang deh, karena mauka? Ke pengantin

Supriandi : Tunggumi dulusampe jam terakhir

Sahar :Tidakbisaka’, nanti pergimimamakku baru saya sampai di rumah

Supriandi : Pulang mako, kuaalfakoitu.

Sahar : Biarmi

Pemakaian enklitik–mi seperti di atas, seringkali penulis mengutipnya

secara keseluruhan karena berbagai keterbatasan yang di miliki oleh penulis.

Namun, dari semua data yang diperoleh melalui jawaban dari 26

responden yang tertera pada tabel 4, maupun hasil dialog yang di kutip tadi, maka

penulis dapat menarik suatu kesimpulan bahwa ada kecenderungan bagi guru

SMPN 3 Mangarabombangmemakai enklitik–mi apabila berbicara atau

berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia. Padahal klitik–mi ini

merupakan enklitik dalam bahasa Makassar dan tidak ada dalam kaidah bahasa

Indonesia. Jadi, adanya pemakaian enklitik–mi oleh guru maupun siswa itu

sebagai akibat pengaruh bahasa sehari-hari yaitu sebagian besar bahasa Makassar.

c. Pemakaian enklitik -pi

Page 48: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

39

Pemakaian enklitik–pi oleh guru dan siswa dalam berbahasa Indonesia

dapat dilihat melalui dialog bebas yang didengar dan dicatat oleh penulis, seperti

di bawah ini:

Guru : Kenapa kau tidak masuk kelas?

Siswa : Belumpidatang Pak Ali

Guru : Memangnya datangpi gurunu baru mauki masuk ?sekarangkan sudah

waktunya belajar

Siswa : Tapi belajarpidi kelasku baru maukamasuk

Data lain diperoleh dengan cara mengajukan pertanyaan kepada 26 guru

(responden) yang berbunyi:

Apa Bapak/Ibu telah menyusun RPP?.jawaban yang diperoleh tertera pada tabel 5.

Tabel 5Jawaban responden terhadap pertanyaaan“Apa Bapak/Ibu telah menyusun RPP ?”

Klasifikasi Frekuensi PersentaseBelum

Belumpi1214

4654

Jumlah 26 100Sumber Data: Wawancara Responden, 26 Agustus 2015

Dari tabel di atas, ditunjukan bahwa sebagian besar responden memakai

enklitik–pi yakni sebanayak 14 responden atau 54% sedangkan yang tidak

memakai enklitik–pi atau menggunakan kata baku hanya 12 responden atau 46%

dari 26 responden.

Pemakianenklitik–pi mengacu kepada orang ketiga dan enklitik ini dapat

menjadi pengganti kata : nanti, setelah, dan juga.

Page 49: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

40

Pemakaian enklitik–pi seperti pada data di atas adalah enklitik bahasa

Makassar yang dipindahkan ke dalam bahasa Indonesia. Hal ini merupakan suatu

Akulturasi dan penyimpangan terhadap kaidah bahasa Indonesia yang berlaku

yang dilakukan oleh guru SMPN 3 Mangarabombang.

d. Pemakaian enklitik –pa

Menurut pengamatan penulis sebelum menyelenggarakan penelitian secara

resmi, enklitik–pa seringkali dipakai oleh guru dalam berkomunikasi, baik dalam

kelas maupun di luar kelas.

Pada saat melakukan penelitian, penulis memperoleh data dari hasil dialog

di luar kelas:

A: Belumpaki makan bakso ?

B: Bulumpa, karena makanpaki baru makanka juga

A: Kenapa makanpabaru mauki makan?

B: Yah, supaya kamu yang bayar semuanya

A: Kalau begitu tungguka, datangpadari WC baru pesanka.

Pada dialog yang sempat dicatat dan dikutip dalam skripsi ini ditunjukkan

adanya akulturasi bahasa dengan memasukkan atau mengikutsertakan klitik–pa

dalam bahasa Indonesia. Padahal klitik tersebut adalah klitk yang digunakan

dalam bahasa Makassar. Seharusnya dialog tersebut seperti ini:

A: Kau belum makan bakso ?

B: Belum. Karena nanti kamu makan baru saya makan bakso juga

A: Kenapa nanti saya makan baru kamu mau makan?

B: Yah, supaya kamu yang bayar semuanya

Page 50: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

41

A: Kalau begitu tunggu , nanti datang dari WC baru pergi pesan.

Berdasarkan data mengenai pemakaian enklitik–pa, maka penulis dapat

menarik beberapa kesimpulan bahwa:

- Pemakaian enklitik –pa lebih mengacu pada orang pertama tunggal/ diri sendiri

- Pemakaian enklitik –pa dapat menjadi pengganti kata : setelah, nanti

- Enklitik –pa merupakan bentuk enklitik bahasa Makassar yang dapat

menyatakan waktu (tenggang waktu) dan seringkali dipakai dalam berbahasa

Indonesia. Padahal hal tersebut merupakan kesalahan dalam berbahasa.

- Enklitik –pa dapat menjadi penegas makna pada kata yang diikutinya.

e. Pemakaian enklitik–ji

Enklitik–jijuga sering digunakan oleh siswa dalam berbahasa Indonesia.

Sebagai salah satu dialog yang dicatat penulis, yaitu sebagai berikut:

Haris: Sama siapakopergi ke rumahnya Ani?

Sahar: Sendirikuji

Haris: AdajiAni?

Sahar: Adaji

Haris: Bagaimana jalan ke sana?

Sahar: Bagusji

Agar diperoleh data yang dapat mendukung penulis dalam mengambil

kesimpulan mengenai pemakaian klitik–ji, maka penelitian, penulis mengajukan

pertanyaan kepada 26 responden.

Pertanyaannya : “Apakah kepala sekolah yang menjadi Pembina upacara tadi ?”

Page 51: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

42

Jawaban yang diperoleh adalah sama. Hanya saja ada yang memakai enklitik–

jidan ada yang tidak. Jawaban yang dimaksudkan yaitu:

- Kepala sekolahji Bu.

- Kepala sekolah Bu.

Adapun perbandingan jawaban tersebut dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini:

Tabel 6Jawaban Responden terhadap Pertanyaan

“Apa Kepala Sekolah yang Menjadi Pembina Upacara”

Klasifikasi Frekuensi Persentase %

Kepal Sekolahji

Kepala Sekolah

18

8

71

29

Jumlah 26 100

Sumber Data : Wawancara Responden, 27agustus 2015

Pada tabel di atas, terlihat bahwa sebagian besar responden memakai

enklitik–ji, yakni sebanyak 18 responden atau 71% sedangkan yang tidak

memakai enklitik–ji sebanyak 8 responden atau 29% dari 26 responden.

Merujuk dari data tersabut, baik dari dialog yang dikutip maupun yang

tertera di dalam tabel di atas menunjukkan bahwa enklitik–ji di sini berperan

sebagai penegas kata yang diikutinya dan dapat mengacu pada orang.

2. Klitik Sapaan Bahasa Makassar yang dipakai dalam Berbahasa Indonesia

a. Pemakaian enklitik–kik

Dalam masyarakat Makassar enklitik ini seringkali digunakan dengan

mengikutkan/meletakkan pada kata sifat dan kata kerja.Pemakaian enklitik ini

Page 52: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

43

oleh penutur bahasa Makassar mencerminkan kesopanan dan penghormatan

terhadap lawan bicara.

Pemakaian enklitik–kikdapat menjadi pengganti orang pertama jamak dan

pengganti orang kedua tunggal, misalnya: pergikik. Enklitik–kik pada kata ini, bisa

berarti kita (kita pergi) dan bisa pula berarti Anda (Anda pergi).

Untuk mengetahui dan memperoleh data mengenai pemakaian enklitik–

kikoleh guru SMPN 3 Mangarabombang dalam berbicara (berkomunikasi), maka

dalam penelitian, penulis melakukan dialog singkat, seperti di bawah ini:

Penulis : Boleh saya jalan-jalan ke rumahnya ibu ?

Guru X : Boleh nak. Kapankikmau datang ?

Guru Y : Boleh nak. Kapan kira-kira mau datang ?

Penulis : Nantilah kalau ada kesempatan

Pada dialog berupa pertanyaaan tersebut terlihat ada dua klasifikasi

jawaban yaitu X dan Y. Guru X maksudnya adalah kelompok guru yang

memakai enklitik–kik dan guru Y adalah kelompok guru yang menjawab tidak.

Adapun perbandingan kedua klasifikasi jawaban itu dapat dilihat pada

tabel 7 di bawah:

Tabel 7Jawaban Responden terhadap Pertanyaan“Boleh Saya Jalan-jalan ke Rumah ibu?”

Klasifikasi Frekuensi Persentase

Kapan

Kapankik

10

16

43

57

Jumlah 26 100

Page 53: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

44

Sumber Data: Wawancara 27 Agustus 2015

Data yang terdapat pada tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar

responden memakai enklitik–kikdalam bahasa Indonesia yakni sebanyak 16 siswa

(57%) sedangkan yang tidak memakai enklitik–kik hanya 10 siswa (43%) dari 26

responden. Hal ini berarti guru dalam berbicara dengan memakai enklitik–

kikdalam berbicara dengan menggunakan bahasa Indonesia.Padahal bentuk

enklitik tersebut tidak ada dalam kaidah bahasa Indonesia.

a) Pemakaian enklitik –ko dan –kak

Pemakaian enklitik–ko (mako)sering digunakan sebagai pengganti orang

kedua. Dalam bahasa Makassar, enklitik–kodipakai apabila berbicara kepada

orang yang lebih muda atau biasa juga dipakai kepada orang yang lebih rendah

status sosialnya. Sedangkan enklitik–kakdipakai sebagai pengganti orang

pertaman tunggal.

Enklitik–ko (mako) dan –kakmerupakan enklitik bahasa Makassar yang

sering dipakai oleh masyarakat Makassar, termasuk guru SMPN 3

Mangarabombang dalam menggunakan bahasa Indonesia. Pulangkak, sakitkak,

dan lain sebagainya.

Selanjutnya mengenai pemakaian enklitik–kodan –kak oleh guru SMPN 3

Mangarabombangdapat dilihat pada salah satu hasil dialog yang sempat didengar

dan dicatat oleh penulis pada saat melakukan penelitian, yaitu sebagai berikut :

A : Hei, Tunggukak, sama-samakik pulang.

B : Naik motorkikkah ?

A : Ya, tapi kau saja yang boncengkak

B : Tidak bisakakces, kurang sehatkaksekarang

Page 54: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

45

Dialog yang menggunakan enklitik seperti data di atas ini banyak ditemui

atau didengar oleh penulis baik sebelum maupun saat melakukan penelitian.tetapi

tidak memungkinkan untuk mengutip semua dialog dalam skripsi ini. Yang

jelasnya enklitik–ko (makodan -kak) seringkali didengar oleh penulis, bahkan

boleh dikatakan setiap hari, karena kebetulan lokasi penelitian untuk memperoleh

data ini adalah tempat penulis sendiri dalam menjalankan tugas sebagai pendidik

dan satu lokasi dengan pemantapan profesi keguruan (P2K).

Berdasarkan pada fungsi enklitik–kodan –kak, maka dialog di atas dapat

menggunakan bahasa Indonesia yang baik sehingga dialog itu seperti di bawah

ini:

A: Hai, Tunggu saya, kita sama-sama pulang

B: Apa kau naik motor?

A: Ya, tapi kau saja yang membonceng saya

B: Saya tidak bisa, saya kurang sehat

Kata yang ditulis miring ini adalah kata yang digantikan dengan enklitik–

kik, -ko, dan –kak pada dialog yang dikutip tadi.

Pemakaian enklitik seperti ini sebenarnya tidak dibolehkan dalam kaidah

bahasa Indonesia baku. Namun, karena kondisi masyarakat atau siswa yang

dwibahasaan mengakibatkan adanya pengaruh bahasa pertama (B1) terhadap

penggunaan bahasa kedua (B2) dalam bertutur kata, bahkan dalam bentuk tulisan

pun tidak menutup kemungkinan terpakai enklitik–kodan –kak

2. Klitik yang Menyatakan Relasi Posesif (Milik)

a) Pemakaian proklitik na-

Page 55: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

46

Proklitikna- merupakan salah satu bentuk klitik dalam bahasa Makassar

yang berfungsi sebagai pengganti orang ketiga. Namun, klitik ini juga seringkali

digunakan dalam berbahasa Indonesia. Seperti pada dialog yang didapatkan dalam

penelitian, sebagai berikut:

A : Kapan nadatang suamita dari Malaysia ?

B : Kemarin

A : Apa nabelikanki ?

B : Tidak ada nabelikankakdi sana. Tapi yang penting naingatji pulang

Pada dialog di atas klitikna- berfungsi sebagai pengganti orang ketiga

yaitu suami dari guru B. terdapat pula adanya pemakaian enklitik–ki dan–kak

sehingga terlihat dengan jelas adanya penyimpangan terhadap kaidah bahasa

Indonesia baku.

Untuk mengetahui seberapa jauh penggunaan proklitikna-oleh guru, maka

penulis berinisiatif untuk berdialog dengan guru dengan mengajukan pertanyaan

yang memungkinkan terpakainya klitikna-dalam dialog tersebut. Adapun dialog

singkat yang dimaksudkan adalah sebagai berikut:

Penulis: Apa bapak sering tidak masuk mengajar ?

Siswa : Tidak nak. (semua responden menjawab sama)

Penulis : Mengapa ?

Guru X: Kepala Sekolah marah

Guru Y: Namarahikik Kepala Sekolah

Perbandingan banayaknya antara guru pada kelompok X dan kelompok Y,

tertera pada tabel 8 di bawah ini:

Page 56: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

47

Tabel 8Jawaban Responden terhadap Pertanayaan“Apa bapak sering tidak masuk mengajar?”

Klasifikasi Frekuensi Persentase (%)

Kepala Sekolah Marah

Namarahikik Kepala Sekolah

10

16

36

64

Jumlah 26 100

Sumber Data: Wawancara Responden, 28 Agustus 2015

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden memakai

proklitikna-yakni sebanyak 16 responden (64%), sedangkan yang tidak memakai

proklitikna- hanya 10 responden (36%) dari 26 responden.

Merujuk dari data, baik dari hasil dialog antar guru maupun antara penulis

dengan siswaguru yang diuraikan di atas, maka penulis dapat menarik suatu

kesimpulan bahwa ada kecenderungan bagi guru SMPN 3 Mangarabombang

untuk memakai proklitikna-dalam berbicara, walaupun bahasa yang digunakan

adalah bahasa Indonesia.

b) Pemakaian enklitik –ta

Pemakaian enklitik–ta oleh guru, sempat didengar oleh penulis pada saat

seorang siswa menyampaikan sesuatu hal kepada seorang guru, yaitu sebagai

berikut:

Siswa : Bu, Ayamtamungkin mati di kelas I

Guru : Mengapa bisa mati ?

Siswa : Nalempariki anak-anak

Page 57: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

48

Pemakaian enklitik–ta penulis lakukan dengan cara meminta bantuan

kepada seorang staf tata usaha untuk memanggil guru (sampel) dan

memberitahukan kepada guru bahwa ada surat di kantor untuk penulis. Setelah itu

guru dengan cara bergantian menyampaikan bahwa ada surat untuk penulis. Siswa

tersebut ada yang mengatakan: Nak ! Ada suratta dikantor, nabilang Dg. Muntu.

Dan ada juga yang mengatakan : Nak ! Ada surat untuk kamu di kantor.

Untuk mengetahui kedua kalimat penyampaian guru, dapat dilihat pada

tabel 9 di bawah ini:

Tabel 9Klasifikasi Kalimat Penyampaian oleh guru/ Responden

Klasifikasi Frekuensi Persentase (%)

Suratta

Surat

20

6

82

18

Jumlah 26 100

Sumber Data :Kalimat Penyampaian Responden 28 Agustus 2015

Pada tabel di atas, bahwa bagian besar responden atau sampel memakai

enklitik–ta yakni sebanyak 20 responden (82%), sedangkan yang tidak memakai

enklitik–ta hanya 6 responden (18%) dari 26 responden.

Merujuk dari semua data tersebut, baik yang diperoleh melalui hasil dialog

maupun data yang tertera pada tabel, maka penulis dapat mengatakan bahwa

enklitik–ta dipakai sebagai penanda relasi posesif orang kedua yang dihormati.

Kalau dalam bahasa Indonesia enklitik–ta sama halnya dengan kata Anda.

Pemakaian enklitik–ta dalam bertutur kata, baik itu dilekatkan pada kata

Makassar maupun Indonesia mencerminkan adanya sikap sopan dan rasa hormat

Page 58: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

49

bagi penutur tersebut.Oleh karena itu, sepertinya ada kecenderungan bagi guru

SMPN 3 Mangarabombangmemakai enklitik–ta apabila berbicara dengan orang

yang lebih tua dari mereka.

c) Pemakaian enklitik –na

Enklitik–najuga merupakan klitik dalam bahasa Makassar yang fungsinya

sama dengan enklitik–ta, yaitu sebagai pengganti orang ketiga yang menyatakan

relasi posesif atau milik kalau dalam bahasa Indonesia sama dengan enklitiknya.

Data yang diperoleh mengenai pemakaian enklitk–nayaitu antara lain

melalui dialog antar guru di bawah ini:

Pak Agus : Siapa punya absen ini ?

Pak Bahar : absenna Pak Adnan

Pak Agus : Bukan Absenna ini, karena bukan namanakulihat

Dalam dialog tersebut terlihat dengan jelas adanya pemakaian enklitik–

na.pemakaianenklitik seperti ini seringkali didengar oleh penulis, yang dilakukan

oleh siswa, baik di dalam maupun di luar kelas.

Agar mendapatkan data yang lebih mendukung penulis dalam menarik

kesimpulan mengenai pemakaian enklitik–na, maka penulis mengajukan

pertanyaan berupa dialog singkat kepada 26 sampel seperti di bawah ini:

Penulis : Siapa punya motor yang di sana?

Guru X :Motornya Pak Alimuddin, nak !

Guru Y :MotornaPak Alimuddin, Nak !

Untuk mengetahui perbandingan antara kelompok guru yang menjawab

dengan memakai dan tidak memakai enklitik–na, terlihat pada tabel 10.

Page 59: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

50

Tabel 10Jawaban Responden terhadap Pertanyaan

“Siapa punya motor”

Klasifikasi Frekuensi PersentaseMotornyaMotorna

719

2575

Jumlah 26 100Sumber Data: Wawancara Responden, 28 Agustus 2015

Data tabel di atas menunjukkan bahwa perbandingan antara yang memakai

dan tidak memakai enklitik–na, masih lebih banyak yang memakai enklitik–na

Yakni sebanyak 19 responden, sedang yang tidak memakai enklitik–nayakni

sebanayak 7 responden. Atau masing-masing 25% dan 75% dari 28 responden.

Berdasarkan data tersebut, maka penulis dapat mengambil suatu

kesimpulan bahwa sebagian guru SMPN 3 Mangarabombangmasih cenderung

memakai enklitik–na, walaupun mereka berbicara menggunakan bahasa

Indonesia. Padahal enklitik ini tidak ada dalam kaidah bahasa Indonesia baku.

Namun, hal ini merupakan suatu bentuk pengaruh bahasa Makassar terhadap

penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua bagi guru tersebut.

d) Pemakaian enklitik –i

Enklitik–i merupakan salah satu bentuk enklitik dalam bahasa Makassar

yang berfungsi sebagai pengganti orang ketiga. Misalnya, angnganrei (dia

makan), attinroi(dia tidur), dan lain-lain.

Enklitik –i juga seringkali dipakai oleh guru dalam berbahasa Indonesia.

Seperti pada dialog di luar kelas yang dikutip penulis di bawah ini:

A: Adai kemarin Bapak kepsek di rumahku

B: Sama siapai?

Page 60: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

51

A: Tidak kutahuiorangna

B: Oh, samaimungkin kepseknya SMPN 5

Melihat dialog tersebut, enklitik–i di samping berfungsi sebagai pengganti

orang ketiga juga sebagai penanda pelengkap kata yang mengikutinya.

Karena penulis masih menganggap bahwa data yang diperoleh melalui

dialog bebas yang sering didengar itu, masih kurang mendukung untuk

mengambil kesimpulan mengenai pemakaian enklitik–i, maka penulis melakukan

dialog singkat atau berupa wawancara untuk mengetahui lebih jauh tentang

pemakaian enklitik–i oleh guru :

Adapun bunyi dialog singkat tersebut adalah sebagai berikut:

Penulis : Mengapa tidak pernah lagi main volli kalau olahraga

X : Rusak netnya nak

Y : Rusaki netnya nak

Untuk mengetahui banayaknya responden yang memakai dan tidak

memakai enklitik–i, maka data tersebut dirangkum dalam tabel di bawah ini:

Tabel 11Jawaban Responden terhadap Pertanyaan

“Mengapa tidak pernah Main Volli kalau olahraga ?”

Kalisifikasi Frekuensi Persentase

Rusak Net

Rusaki Net

8

18

32

68

Jumlah 26 100

Sumber Data: Wawancara Responden, 28 Agustus 2015

Page 61: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

52

Pada tabel 11 dapat dilihat bahwa ternyata sebagian besar responden

memakai enklitik–i dalam berbicara dengan menggunakan bahasa Indonesia,

yaitu sebanayak 8 responden (32%), sedangkan yang tidak memakai enklitk–i

hanya 18 responden (68%) dari 26 responden yang dipilih.

Dari data yang diperoleh tersebut, maka penulis dapat berkesimpulan

bahwa pada umumnya dan ada kecenderungan guru SMPN 3 Mangarabombang

memindahkan enklitik–i sebagai enklitk bahasa Makassar ke dalam penggunaan

bahasa Indonesia dalam berkomunikasi terutama dalam bertutur.

Berdasarkan pada semua data yang diperoleh dan telah diuraikan dengan

pemaparan apa adanya dalam pembahasan ini, maka penulis dapat menarik suatu

kesimpulan, yaitu sebagai berikut:

1) Ada kecenderungan bagi guru SMPN 3 Mangarabombang untuk memindahkan

atau memakai enklitik bahasa Makassar pada saat mereka berkomunikasi atau

bertutur kata dengan menggunakan bahasa Indonesia.

2) Dari segi morfologi pengaruh bahasa Makassar (B1) terhadap penggunaan

bahasa Indonesia (B2) oleh guru SMPN 3 Mangarabombang sangat besar. Hal

ini juga diakui oleh guru pelajaran bahasa Indonesia yang mengatakan bahwa:

“ Pengaruh bahasa Makassar terhadap penggunaan bahasa Indonesia bagi siswa

sangat besar bahkan sulit dihindari. Karena bahasa Makassar memang menjadi

bahasa utama sejak kecil hingga sekarang. Sehingga penggunaan kedua bahasa

ini saling memengaruhi satu sama lain ” (Hasriyati, 28 Agustus 2014).

Page 62: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

53

2. Pengaruh Fonologi Bahasa Makassar terhadap Penggunaan Bahasa

Indonesia

Adanya kondisi masyarakat yang dwibahasaan (bahasa Makassar-bahasa

Indonesia) menyebabkan terjadinya perubahan fonem atau sistem bunyi pada

kata-kata tertentu dalam bahasa Indonesia.Hal ini terjadi sebagai akibat dari

pengaruh bahasa Makassar (B1) terhadap bahasa Indonesia (B2).

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan maka pengaruh bahasa Makassar

terhadap perubahan fonem (sistem bunyi) terjadi pada tiga posisi pada kata dasar

bahasa Indonesia yaitu:

- Terjadi pada awal kata dasar

- Terjadi pada tengah kata dasar

- Terjadi pada akhir kata dasar

Oleh karena itu, sub bahasa dari pembahasan kali ini adalah letak ketiga

fonem tersebut.Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada uraian atau pembahasan di

bawah ini.

1. Pengaruh dan Perubahan di Awal Kata Dasar

Berdasarkan dari data yang diperoleh, maka ada beberapa fonem atau

bunyi yang diubah dari bunyi sebenarnya yaitu sebagai berikut:

- Bunyi /n/ diubah menjadi /ng/

Salah satu bentuk kesalahan berbahasa Indonesia, bahwa masyarakat

Makassar atau para penutur bahasa Makassar, apabila menggunakan bahasa

Indonesia dalam berbicara ada kecenderungan bunyi /n/ diubah menjadi bunyi

/ng/.

Page 63: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

54

Seperti data yang dipeoleh dari 28 responden melalui hasil pembacaan

kalimat oleh siswa, sebagai berikut:

a) Jepang adalah salah satu Negara industri terbesar dikawasan asia.

b) Aku cinta Negara Indonesia

c) Insya Allah tahun depan saya rencana naik haji

d) Biaya transfortasi sekarang cukup tinggi

Hasil pembacaan oleh 26 siswa (responden) menunjukkan bahwa sebagian

besar responden mengubah bunyi /n/ pada kata yang tulis miring menjdi bunyi

/ng/, yakni sebanyak 20 (79%) responden, sedangkan yang tidak mengubah atau

tetap pada bunyi /n/ sebanayak 6 (21%) dari 26 responden.

Data lain diperoleh melalui dialog 2 orang guru yang sempat didengar dan

dicatat oleh penulis, sebagai berikut:

A : Pangtasnilai bagus

B : Saya memang pingtarkok

C : Pingtarmenyongtek

D : Yang pengting nilai saya bagus

Walaupun huruf /n/ terdapat ditengah kata, ternyata diucapkan pula seperti

bunyi /ng/, hal ini merupakan pengaruh dari bahasa Makassar, yang secara tidak

sadar dilakukan karena bunyi tersebut tidak diucapkan pada yang sebenarnya atau

yang seharusnya.

2. Perubahan di Akhir Kata Dasar

- Bunyi /n/ di ubah menjadi bunyi /ng/

Page 64: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

55

Untuk memperoleh data yang lebih meyakinkan dan akurat, maka penulis

meminta kepada responden untuk membaca kalimat di bawah:

a) Saya sudah makan bakso

b) Pohon kelapa semakin berkurang

c) Meskipun hujan, saya tetap berangkat ke sekolah

Hasil pembaca oleh 28 responden, menunjukkan bahwa sebagian besar

bunyi /n/ pada kata yang ditulis miring diubah menjadi bunyi /ng/ yakni sebanyak

18 responden.Sedangkan yang tidak mengubah atau tetap dengan bunyi /n/ hanya

sebanyak 8 responden. Dengan kata lain 71% dan 29% dari 26 responden.

Perubahan bunyi tersebut juga diperoleh dari dialog guru di dalam kelas,

yaitu:

A :Nanti kita ke kebung wisata alam

B : Makangapa di sana?

A : Makangrambutang

B : jangangmi panggil kelas laing Bu.

Berdasarkan pada data di atas, penulis berkesimpulan bahwa sebagian

besar dan ada kecenderungan guru SMPN 3 Mangarabombangkalau mengubah

bunyi /n/ menjadi /ng/ dalam berbicara menggunakan bahasa Indonesia.

Perubahan bunyi /n/ menjadi bunyi /ng/ memang paling banyak ditemui

pada masyarakat dwibahasaan (bahasa Makassar-bahasa Indonesia, baik

dilakukan oleh masyarakat biasa, anak / siswa sekolah, maupun mahasiswa

bahkan para Pembina/ guru pelajaran bahasa Indonesia sekalipun.

Page 65: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

56

Kenyataan ini sulit dihindari kalau tidak ada kesadaran untuk mengubah

kebiasaan berbahasa, karena sebagai masyarakat Makassar yang tentunya pada

umumnya dalam sehari-hari menggunakan bahasa Makassar, bunyi /n/ pada akhir

kata memang tidak ada.Hal inilah menyebabkan terjadinya kesalahan pengucapan

atau bunyi pada huruf-huruf tertentu dalam berbahasa Indonesia.

- Bunyi /m/ diubah menjadi bunyi /ng/

Setelah melakukan penelitian, ternyata ada pula sebagian guru melakukan

kesalahan berbahasa Indonesia dengan cenderung mengubah bunyi /m/ menjadi

bunyi /ng/.

Realita ini berdasarkan data yang diperoleh dengan melalui hasil dialog

bebas dari guru, yaitu:

A : Tenggelangka kemarin di sungai

B : Kenapa bisa tenggelang

A : saya kira tidak dalangairnya, langsungka lompat

B : Jadi, siapami yang tolongko waktu tenggelang

A : tetanggaku.

Pada saat guru berdialog seperti di atas, terdengar dengan jelas adanya

pengucapan bunyi /m/ menjadi /ng/, bahkan terdapat pula enklitik –ka, dan–

kosemua bentuk kesalahan ini merupakan pengaruh dari bahasa Makassar, yakni

bunyi huruf tertentu cenderung dipindahkan kebahasa Indonesia (B2). Dialog

dengan mengubah bunyi /m/ menjadi bunyi /ng/ banyak dilakukan oleh guru

SMPN 3 Mangarabombang, tetapi penulis beranggapan bahwa tidak mungkin

Page 66: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

57

dialog yang didengar dikutip semua dalam skripsi berbagai keterbatasan yang

dimiliki oleh penulis sendiri.

- Menghilang bunyi /h/ dan bunyi /k/, serta bunyi /t/ pada akhir kata dasar.

Mengenai hal ini dioperoleh melalui hasil dialog tiga orang guru, seperti di

bawah ini:

A : Adu, tangankuteririssilet

B : Banyak darana keluar

C : Tidak usataku, masijaujidari jantung

A : Memangnya siapa yang taku

B : Di tidak takutapi merasa saki

Dari data atau dialog di atas terjadi kesalahan berbahasa yang cukup besar.

Karena di samping bunyi huruf /h/, /k/, dan /t/ dihilangkan, juga memakai enklitik

yang tidak ada dalam bahasa Indonesia. Dialog tersebut seharusnya:

A : Aduh, tanganku teriris silet

B : Banyak darahnya keluar

C : Tidak usah takut, masih jauh dari jantung

A : Memangnya siapa yang takut

B : Dia tidak takut, tapi merasa sakit

Dialog ini merupakan dialog yang dikutip dengan melakukan berbagai

kesalahan berbahasa Indonesia. Hal ini terjadi sebagai pengaruh dari kondisi guru

yang dalam keluarga dan lingkungan masyarakatnya, mereka menggunakan

bahasa Makassar sebagai bahasa sehri-hari.Sehingga dalam berbahasa Indonesia

mereka pun terbawa dan terpengaruh dengan dialek bahasa Makassar.

Page 67: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

58

Untuk memperoleh data yang akurat, maka penulis meminta kepada guru

untuk membaca kalimat di bawah :

- Hidup memang penuh kesulitan

- Tanah tumpah darahku

- Dialah memnuat aku susah

Dari pembacaan kalimat ini, yang menghilangkan bunyi /h/ pada kata yang

ditulis miring adalah 22 responden (89%), sedangkan yang tidak menghilangkan

hanya sebanyak 4 responden (11%) dari 26 responden.

Data ini menunjukkan bahwa ada kecenderungan bagi guru SMPN 3

Mangarabomban guntuk menghilangkan bunyi /h/, /k/, dan /t/ pada akhir kata

dasar apabila mereka berbicara atau bertutur kata bahasa Indonesia.

Demikianlah uraian tentang pengaruh fonologis bahasa Makassar terhadap

bahasa Indonesia dalam berkomunikasi oleh guru SMPN 3 Mangarabombang.

Dari data yang diperoleh ditunjukkan adanya kecenderungan fonem atau bunyi,

seperti yang diuraikan di atas, misalnya bunyi /n/ diubah menjadi /ng/ dan lain-

lainnya yang ada dalam bahasa Makassar dipindahkan ke dalam bahasa Indonesia.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data kuisioner, dan wawancara kepada, maka

dapatlah terlihat akulturasi yang terjadi pada setiap jawaban siswa dalam bentuk

dialog atau percakapan. Hal ini menunjukkan bahwa akulturasi bahasa Makassar

ke dalam bahasa Indonesia cukup tinggi pengaruhnya. Oleh karena itu masalah

akulturasi perlu mendapatkan perhatian khusus agar bahasa Indonesia dapat

berkembang dengan baik.

Page 68: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

59

Akulturasi bahasa Makassar telah terjadi baik secara tulisan maupun lisan

terhadap bahasa Indonesia yang dilakukan dwibahasaan.Akulturasi ini terjadi

karena seringnya pola struktur bahasa Makassar ditransfer ke dalam bahasa

Indonesia.

Hasil penelitian akulturasi bahasa Makassar terhadap penggunaan bahasa

Indonesia ini belum terungkap secara keseluruhan.Hal ini menunjukkan bahwa

masih ada faktor-faktor penghambat atau faktor-faktor lainnya yang ada kaitannya

dengan akulturasi bahasa. Untuk memperoleh data tentang faktor tersebut, tentu

saja memerlukan penelitian lanjutan, akan tetapi penulis memunyai keterbatasan

waktu, kesempatan, tenaga, dan dana, maka penulis hanya dapat menyajikan

sebagian dari banyaknya akulturasi berbahasa.

Page 69: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

60

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai Analisis Pemerolehan

Bahasa dan Kaitannya dengan Akulturasi Bahasa pada Guru SMPN 3

Mangarabombang dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Hasil penelitian yang dilakukan penulis menunjukkan bahwa proses

Pemerolehan Bahasa dan Kaitannya dengan Akulturasi Bahasa pada Guru SMPN

3 Mangarabombang adalah banyaknya guru yang menggunakan bahasa pertama (B1)

atau bahasa ibu di sekolah maka dari itu terjadilah akulturasi yang diakibatkan oleh

masuknya unsur bahasa Makassar ke dalam bahasa Indonesia, secara lisan kemudian

direfleksikan ke dalam bahasa tertulis, hal ini menyebabkan terjadinya penyimpangan

kaidah-kaidah dalam penggunaan bahasa Indonesia yang tidak sesuai dengan ejaan yang

disempurnakan, akan tetapi pada penelitian ini kata-kata yang mengalami akulturasi tidak

terjadi perubahan makna

Akulturasi terjadi akibat dari penutur bahasa yang dwibahasawan (B1 dan

B2) dengan penerima bahasa yang hanya memiliki satu bahasa (B1). penutur

bahasa dan penerima bahasa melakukan kontak bahasa yang menimbulkan

akulturasi bahas karena beberapa faktor.

Terjadinya akulturasi dikarenakan adanya pengaruh morfologi dan

fonologi unsur bahasa Makassar yang masuk ke dalam unsur bahasa Indonesia.

Kalau merujuk kepada kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar, hal seperti

Page 70: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

61

ini sangatlah tidak dibenarkan karena telah menyimpang dari kaidah bahasa

Indonesia itu sendiri.

Akulturasi yang terjadi pada lingkungan sekolah baik di dalam kelas

maupun di luar kelas terdapat beberapa penyimpangan kaidah-kaidah bahasa,

penyimpanan kaidah-kaidah bahasa tersebut antara lain: Awalan ter- yang diganti

dengan tak/ta?-, awalan na- sebagai pengganti orang ketiga, akhiran –mi biasanya

mengikuti kata sifat yang artinya sudah, akhiran –pi pengganti kata nanti, akhiran

–pa pengganti orang pertama tunggal, akhiran –ji sebagai penjelas kata yang

diikutinya, akhiran –ko pengganti orang kedua biasanya digunakan kepada orang

yang lebih muda, akhiran –na pengganti orang ketiga yang artinya sama dengan

nya, akhiran –na pengganti orang ketiga, perubahan bunyi /h/, /k/, dan /t/ pada

akhir kata dasar serta perubahan bunyi bahasa /n/ menjadi /ng/ dan /m/ menjadi

/ng/.

Guru SMPN 3 Mangarabombang masih dominan menggunakan bahasa

Makassar sebagai bahasa ibu atau bahasa pertama (B1) dibandingkan

menggunakan bahasa indonesia sebagai bahasa kedua (B2).

B. Saran

Berdasarkan hasil yang telah dicapai maka disarankan:

Bagi mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

hendaknya pada saat PPL atau P2K pada proses pembelajaran siswa sebaiknya

lebih sering berkomunikasi agar bahasa Ibu yang melekat pada siswa tersebut

tidak terbawa pada saat menggunakan bahasa kedua yaitu bahasa Indonesia.

Page 71: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

62

Bagi seseorang yang bilingual atau dwibahasawan sebaiknya kedua bahasa

yang kita miliki harus diketahui unsur-unsur bahasanya agar, pada saat

menggunakan bahasa tersebut tidak salah dalam penempatan kaidah bahasanya,

sehingga dalam penggunaan bahasa kedua atau bahasa Indonesia tidak lagi terjadi

akulturasi.

Sudah sepatutnya uraian dalam tulisan ini tidak hanya sekadar kritik

ilmiah bagi penulis dan pembaca, tetapi dapat memberikan hikmah dan dapat

dijadikan pelajaran berharga menyikapi permasalahan dalam berbahasa.

Kiranya dalam penelitian ini merupakan motivasi bagi pembaca untuk

menyadari bahwa banhyak faktor yang dapat memengaruhi kita dalam berbahasa.

Jika perlu ada baiknya kalangan mahasiswa Pendidikan Jurusan Bahasa dan Sastra

Indonesia lebih memberdayakan bahasa Indonesia baik di lingkungan keluarga,

masyarakat, serta lingkungan sosial lainnya seperti di sekolah- sekolah tempat kita

berbagi ilmu.

Page 72: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

DAFTAR PUSTAKA

Arisnawati, Nurlina. 2013. Sawerigading. Kategori Campur Kode HumorCekakak Cekikik. (V 19), (No. 2). 227-235.

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta

Chaer, Abdul. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta : Rineka Cipta.

Chaer , Abdul dan Leoni Agustina. 2004. Sosiolinguistik. Jakarta : Rineka Cipta

Etik Tulianti. 2010. Alih Kode dan Campur Kode dalam Cerbung Dolanan Geni.Skripsi. Tidak diterbitkan. Surakarta : Fakultas Sastra dan Seni RupaUniversitas Sebelas Maret.

Fitria.2014.Interferensi Kesalahan Bahasa Makassar Kedalam Bahasa IndonesiaPada Proses Belajar Kelas X SMKT Gowa.Makassar.UNISMUH.

Http://id.Wikipedia.org/wiki/sosiolinguistik. ( 1 Mei 2015).

Http://Wikipedia.com/bilingualime. (2 Mei 2015).

Hambali. 2001. Pengantar Sosiolinguistik. Makassar : UNISMUH.

Mali, Ramlah. 2010. Analisis Campur Kode dalam Ceramah Ustas Nur Maulana.Skripsi : Unismuh Makassar.

Rahman, Has’ad. 2013. Alih Kode dan Campur Kode. http// Wikipedia.com/AlihKode Campur Kode. (2 Mei 2015).

Salim Umar, Abdu. 2012. Analisis Alih Kode dan Campu Kode Bahasa Indonesiapada Iklan Trans 7.

Setyaningsih, Nina. 2008. Alih Kode dan Campur Kode (Online), (http://www.Slideshare. Net / Ninazski/ Paper-sosling-nina. ( 7 Mei 2015).

Simamora, Jon. 2010. Campur Kode Bahasa Indonesia Bahasa Bajo MasyarakatDesa Kokoe Kecamatan Talagaraya Kabupaten Buton. Skripsi : UnismuhMakasaar.

Page 73: ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Rini, lahir pada tanggal 10 Oktober 1991 di Batulanteang

Desa Pattopakang, Kecamatan Mangarabombang,

Kabupaten Takalar. Merupakan buah kasih sayang dari

Ayahanda Tada dan Ibunda Tima sebagai anak keempat

dari empat bersaudara.

Pada tahun 1998, penulis memasuki jenjang pendidikan formal di SD

Impres Cikoang dan berhasil menyelesaikan pada tahun 2004, kemudian pada

tahun yang sama melanjutkan pendidikan lanjutan tingkat pertama di SMP Negeri

3 Mangarabombang dan selesai pada tahun 2007, kemudian melanjutkan di

tingkat lanjutan atas di SMAN 1 Mangarabombang dan selesai pada tahun 2010.

Setelah menempuh pendidikan tingkat menengah atas, pada tahun 2011 penulis

berhasil melanjutkan pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar,

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Berkat rahmat Allah swt yang disertai iringan doa kedua orang tua dan

saudara. Perjuangan panjang penulis yang penuh suka dan duka di dalam

mengikuti pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar sehingga dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Pemeroehan Bahasa dan Kaitannya

dengan Akulturasi Bahasa pada Guru SMPN 3 Mangarabombang”