27
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Menurut Gunarsa (dalam Djamarah: 2008) masa kanak- kanak awal disebut juga masa anak prasekolah, terbentang antara usia 2 – 6 tahun. Beberapa ciri perkembangan pada masa ini salah satunya adalah perkembangan bahasa dan berpikir. Sebagai alat komunikasi dan mengerti dunianya, kemampuan berbahasa lisan pada anak akan berkembang karena selain terjadi oleh pematangan dari organ-organ bicara dan fungsi berpikir, juga karena lingkungan ikut membantu mengembangkannya. Kemampuan berbahasa pada anak usia prasekolah ini berkembang lewat pemerolehan. Pemerolehan bahasa pada anak berlangsung secara alami dan bebas, tidak melalui pembelajaran formal dan tidak memiliki target yang harus dicapai. Oleh sebab itu, pada masa ini bahasa anak masih tidak teratur dan tidak mudah untuk dipahami. Anak masih menggunakan kosa kata sederhana yang didapatnya dari menyimak dan memperhatikan bahasa orang-orang disekitarnya, sehingga kalimat yang 18

Observasi Pemerolehan Bahasa Pada Anak

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Observasi pemerolehan bahasa pada anak umur 3 dan 4 tahun. Disusun untuk memenuhi tugas teori belajar bahasa

Citation preview

Page 1: Observasi Pemerolehan Bahasa Pada Anak

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Gunarsa (dalam Djamarah: 2008) masa kanak-kanak awal

disebut juga masa anak prasekolah, terbentang antara usia 2 – 6 tahun. Beberapa

ciri perkembangan pada masa ini salah satunya adalah perkembangan bahasa dan

berpikir. Sebagai alat komunikasi dan mengerti dunianya, kemampuan berbahasa

lisan pada anak akan berkembang karena selain terjadi oleh pematangan dari

organ-organ bicara dan fungsi berpikir, juga karena lingkungan ikut membantu

mengembangkannya.

Kemampuan berbahasa pada anak usia prasekolah ini berkembang lewat

pemerolehan. Pemerolehan bahasa pada anak berlangsung secara alami dan

bebas, tidak melalui pembelajaran formal dan tidak memiliki target yang harus

dicapai. Oleh sebab itu, pada masa ini bahasa anak masih tidak teratur dan tidak

mudah untuk dipahami. Anak masih menggunakan kosa kata sederhana yang

didapatnya dari menyimak dan memperhatikan bahasa orang-orang disekitarnya,

sehingga kalimat yang diproduksi oleh anak masih sangat sederhana. Hanya

terdiri dari dua atau tiga kata.

Perkembangan pemerolehan bahasa anak juga dipengarui oleh usia,

lingkungan, dan faktor kognitif anak. Bertambahnya usia, dorongan berupa

stimulus dari lingkungan, dan berkembangnya kemampuan berpikir anak serta

kematangan organ bahasa akan semakin menyempurnakan kemampuan bahasa

anak. Perbedaan faktor tersebut dalam lingkungan anak akan membedakan cepat

lambatnya anak dalam menguasai bahasa.

1

Page 2: Observasi Pemerolehan Bahasa Pada Anak

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang diangkat pada kegiatan penelitian ini adalah

1. Bagaimanakah tahap perkembangan pemerolehan bahasa pada anak usia

2 – 4 tahun ?

2. Bagaimanakah perkembangan tersebut dilihat dari aspek fonologi dan

sintaksis ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah menganalisis perkembangan bahasa

anak pada tahap pemerolehan bahasa.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus pada penelitian ini adalah untuk mengetahui

perkembangan pemerolehan bahasa anak usia 2 – 4 tahun dan mengetahui

perkembangan bahasa anak dari aspek fonologi (pelafalan bunyi) dan

sintaksis (pembentukan kalimat).

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan bahan kajian

teoretis untuk penelitian serupa di masa mendatang dan dapat bermanfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang perkembangan bahasa

pada anak.

Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi tolak ukur bagi

orang tua untuk mengetahui dan mengerti tahap perkembangan bahasa anak,

sehingga dapat menentukan sikap yang tepat untuk menanggapi hal tersebut.

2

Page 3: Observasi Pemerolehan Bahasa Pada Anak

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Pemerolehan Bahasa

Istilah pemerolehan dipakai untuk padanan istilah inggris acquisition, yakni

proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural pada waktu

dia belajar bahasa ibunya (native language). Sejalan dengan pendapat tersebut,

Tarigan (2005: 1.3-1.4) mengatakan bahwa Pemerolehan Bahasa merupakan

proses pemilikan kemampuan berbahasa , baik berupa pemahaman ataupun

pengungkapan, secara alami tanpa melalui kegiatan pembelajaran formal. (buku

fitri) kegiatan pemerolehan bahasa ini ditandai oleh hal-hal berikut.

Berlangsung dalam situasi informal, tanpa beban, dan di luar sekolah

Pemilikan bahasa tidak melalui pembelajaran formal di lembaga-lembaga

pendidikan seperti sekolah atau kursus

Dilakukan tanpa sadar

Dialami langsung oleh anak dan terjadi dalam konteks berbahasa yang

bermakna.

Pemerolehan bahasa merupakan cara paling awal seorang anak dalam

belajar menguasai bahasa. Berikut beberapa hipotesis tentang dengan

pemerolehan bahasa.

a. Hipotesis Nurani

Hipotesis nurani mengatakan bahwa setiap manusia yang

berbahasa mampu memahami dan membuat kalimat dalam bahasanya

karena telah “menuranikan” tata bahasanya menjadi kompetensi

bahasanya dan juga menguasai kemampuan performansi bahasanya.

Chomsky dan Miller mengatakan bahwa anak sejak lahir telah dibekali

alat untuk dapat berbahasa yang disebut dengan LAD (Language

Acquisition Device). Alat ini berfungsi untuk memungkinkan seorang

anak memperoleh bahasa ibunya.

3

Page 4: Observasi Pemerolehan Bahasa Pada Anak

Hipotesis nurani dibedakan menjadi dua macam, yaitu hipotesis

nurani bahasa dan hipotesis nurani mekanisme. Hipotesis nurani bahasa

menyatakan bahwa sebagian atau semua bagian dari bahasa tidaklah

dipelajari atau diperoleh begitu saja melainkan ditentukan oleh fitur-fitur

nurani yang khusus dari organisasi manusia.

b. Hipotesis Tabularasa

Hipotesis tabularasa mengatakan bahwa semua pengetahuan

bahasa manusia yang tampak dalam perilaku berbahasa merupakan hasil

dari integrasi peristiwa-peristiwa lingusitik. Hal ini sejalan dengan

pendapat aliran behaviorisme yang mengatajan bahwa pengetahuan

bahasa dibentuk oleh adanya S – R (Stimulus – Respon). Hipotesis ini

dikemukakan oleh John Locke, seorang tokoh empirisme, yang

menyatakan bahwa manusia dilahirkan seperti kertas putih yang kosong.

Teori ini disebarluaskan oleh Watson, seorang tokoh aliran behaviorisme.

c. Hipotesis Kesemestaan Kognitif

Hipotesis ini diperkenalkan oleh Piaget. Menurut hipotesis ini,

bahasa diperoleh berdasarkan struktur-struktur kognitif deriamotor.

Struktur-struktur ini diperoleh anak-anak melalui interaksi dengan benda-

benda atau orang-orang di sekitarnya.

2.2 Faktor yang Memengaruhi Pemerolehan Bahasa

Pemerolehan bahasa pada anak dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu

sebagai berikut.

a. Faktor Biologis

Setiap anak telah dilengkapi dengan kemampuan alami yang

memungkinkannya menguasai bahasa. Potensi alami itu bekerja secara

otomatis.

Perangkat biologis yang mendukung anak dalam proses pemerolehan

bahasa ada tiga, yaitu otak (sistem syaraf pusat), alat dengar, dan alat ucap.

Dalam proses berbahasa, otak terbagi menjadi tiga wilayah yang

memiliki peran masing-masing dalam mendukung perkembangan

4

Page 5: Observasi Pemerolehan Bahasa Pada Anak

kemampuan berbahsa anak. Pada belahan otak kiri, terdapat wilayah Broca

yang memengaruhi dan mengontrol produksi atau penghasilan bahasa,

seperti berbicara dan menulis. Pada belahan otak kanan terdapat wilayah

Wernicke yang memengaruhi dan mengendalikan pemahaman bahasa,

seperti menyimak dan membaca. Dan, diantara kedua wilayah tersebut

terdapat wilayah motor suplementer, yang berfungsi untuk mengendalikan

unsur fisik penghasil ujaran.

Berdasarkan tugas ketiga bagian otak itu, alur penerimaan dan

penghasilan bahasa dapat disederhanakan seperti berikut. Bahasa

didengarkan dan dipahami di wilayah Wernicke. Kemudian, dialihkan ke

daerah borca untuk mempersiapkan hasil balasan. Selanjutnya, tanggapan

bahasa itu dikirimkan ke daerah motor, seperti alat ucap untuk

menghasilkan bahasa secara fisik.

b. Faktor Lingkungan sosial

Untuk memperoleh kemampuan berbahasa, seorangg anak

memerlukan orang lain untuk berinteraksi dan berkomunikasi. Bahasa yang

diperoleh anak tidak diwariskan secara genetis atau keturunan, namun

didapatkan dalam lingkungan yang menggunakan bahasa. Anak

memerlukan contoh atau model berbahasa, respon atau tanggapan, serta

teman untuk berlatih dan uji coba belajar bahasa dalam konteks yang

sesungguhnya.

Kaitan antara faktor biologis dan faktor lingkungan sosial sangat erat

dalam memengaruhi perkembangan bahasa anak. Kehilangan salah satu

dari keduanya akan mengakibatkan anak tidak mampu berbahasa dengan

baik. Jika disederhanakan, piranti biologis merupakan wadah atau alat,

sedangkan lingkungan sosial merupakan isi atau muatan wadah tersebut.

Santrock, 1994 dan Benson, 1988 (dalam Tarigan, 2005: 1.16-1.17)

lingkungan sosial memberi dukungan anak dalam belajar bahasa dengan

banyak cara, salah satunya sebagai berikut.

5

Page 6: Observasi Pemerolehan Bahasa Pada Anak

a. Bahasa semang (motheresse), yaitu penyederhanaan bahasa oleh

orang tua atau orang dewasa ketika berbicara dengan anak kecil

atau bayi. Misalnya, “Napa, cayang ?”, atau “Mau mimi ?”.

b. Parafrase, yaitu pengungkapan kembali ujaran yang diucapkan

anak dengan cara yang berbeda. Misalnya kalimat pernyataan

menjadi kalimat pertanyaan.

c. Menegaskan kembali (echoing), yaitu mengulang apa yang

dikatakan anak , apabila tuturannya tidak lengkap atau tidak

sesuai dengan maksud.

d. Memperluas (expanding), yaitu mengungkapkan kembali apa

yang diucapkan anak dalam bentuk yang lebih kompleks.

e. Menamai (labeling), yaitu mengidentifikasi nama-nama benda.

Bisa dalam bentuk benda sebenarnya atau benda tiruan, gambar,

dsb.

f. Penguatan (reinforcement), yaitu menanggapi atau memberi

respon positif atas perilaku bahasa anak. Misalnya dengan

memuji, memberi tepuk tangan, atau acungan jempol.

g. Pemodelan (modeling), yaitu contoh berbahasa yang dilakukan

oleh orang tua atau orang dewasa.

c. Faktor Intelegensi

Intelegensi adalah kemampuan anak dalam berpikir atau bernalar.

Intelegensi bersifat abstrak dan tak dapat diamati secara langsung, namun

tingkat intelegensi seseorang dapat disimpulkan dari perilakunya.

Sesungguhnya, semua anak dengan tingkatan intelegensi apapun dapat

belajar dan memperoleh bahasa dengan sukses. Perbedaannya terletak pada

jangka waktu dan tingkat kreativitas. Anak yang berintlegensi tinggi,

perkembangan bahasanya cenderung lebih cepat, lebih banyak, dan lebih

bervariasi khasanah bahasanya dibandingkan dengan anak yang tingkat

intelegensinya rendah atau sedang.

6

Page 7: Observasi Pemerolehan Bahasa Pada Anak

d. Faktor Motivasi

Sumber motivasi anak dalam belajar bahasa ada dua, yaitu dari dalam

dan luar diri anak. Faktor dari dalam anak dapat berupa dorongan atas

kebutuhan dasar yang bersifat praktis, seperti lapar, haus, dan kebutuhan

kasih sayang dan perhatian (Goodman, 1986; Tompkins dan Hoskisson,

1995; dalam Tarigan, 2005).

Dalam perkembangan selanjutnya, anak merasakan bahwa komunikasi

bahasa yang dilakukannya membuat orang lain senang dan gembira dan ia

pun kerap mendapat pujian dan respon yang baik. Hal ini memberi

dorongan lebih bagi anak untuk menguasai bahasanya. Inilah kemudian

yang menjadi motivasi dari faktor luar anak.

2.3 Tahapan-Tahapan Umum Perkembangan Kemampuan Berbahasa Anak

Perkembangan bahasa pada anak melewati beberapa tahapan umum yang

dialami oleh semua anak. Tahapan-tahapan ini merupakan perkembangan awal

dari kemampuan berbahasa anak, mencakup Reflexsive vocalization, Babling,

Lalling, Echolalia, dan True speech.

1. Reflexsive Vocalization

Pada usia 0-3 minggu bayi akan mengeluarkan suara tangisan yang

masih berupa refleks. Jadi, bayi menangis bukan karena ia memang ingin

menangis tetapi hal tersebut dilakukan tanpa ia sadari.

2. Babling

Pada usia lebih dari 3 minggu, ketika bayi merasa lapar atau tidak

nyaman ia akan mengeluarkan suara tangisan. Berbeda dengan

sebelumnya, tangisan yang dikeluarkan telah dapat dibedakan sesuai

dengan keinginan atau perasaan si bayi.

3. Lalling

Di usia 3 minggu sampai 2 bulan mulai terdengar suara-suara

namun belum jelas. Bayi mulai dapat mendengar pada usia 2 s/d 6 bulan

sehingga ia mulai dapat mengucapkan kata dengan suku kata yang

diulang-ulang, seperti: “ba….ba…, ma..ma….”

7

Page 8: Observasi Pemerolehan Bahasa Pada Anak

4. Echolalia

Di tahap ini, yaitu saat bayi menginjak usia 10 bulan ia mulai

meniru suara-suara yang di dengar dari lingkungannya, serta ia juga akan

menggunakan ekspresi wajah atau isyarat tangan ketika ingin meminta

sesuatu.

5. True Speech

Bayi mulai dapat berbicara dengan benar. Saat itu usianya sekitar

18 bulan atau biasa disebut batita. Namun, pengucapannya belum

sempurna seperti orang dewasa.

Dengan sudut pandang yang berbeda, misalnya berdasarkan pendekatan

linguistik, ada juga ahli yang membagi perkembangan bahasa anak seperti

berikut.

a. Tahap pralinguistik (masa meraban)

Pada tahap ini, bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan anak belum

bermakna. Bunyi-bunyi itu memang telah menyerupai vocal atau

konsonan tertentu . akan tetapi, secara keseluruhan bunyi vocal dan

konsonan tersebut tidak mengacu pada kata dan makna tertentu. Fase

ini berlangsung sejak anak lahir sampai berumur 12 bulan.

b. Tahap satu – kata

Pada masa ini, anak menggunakan satu kata yang memiliki arti yang

mewakili keseluruhan idenya. Satu kata tersebut mewakili satu atau

bahkan lebih frase atau kalimat. Oleh karena itu, fase ini disebut juga

tahap holofrasis. Fase ini berlang ketika anak berusia 12 – 18 bulan.

c. Tahap dua – kata

Pada tahap ini, kosakata dan gramatika anak berkembang dengan

cepat. Anak-anak mulai menggunakan 2 kata dalam berbicara.

Tuturannya mulai bersifat telegrafik. Artinya, kata-kata yang

diucapkan anak hanyalah kata-kata yang penting saja, seperti kata

kerja, kata benda, dan kata sifat. Seperti halnya menulis telegram,

8

Page 9: Observasi Pemerolehan Bahasa Pada Anak

kata-kata yang tidak penting dihilangkan. Fase ini berlangsung ketika

anak berusia sekitar 18 – 24 bulan.

d. Tahap banyak kata

Tahap ini berlangsung sewaktu anak berusia 3 – 5 tahun. Pada masa

ini, tuturan anak mulai lebih panjang dan tata bahasanya lebih teratur.

Anak tidak lagi hanya menggunakan dua kata, tetapi 3 kata atau lebih.

Pada umur 5 – 6 tahun, bahasa anak telah menyerupai bahasa orang

dewasa. Anak telah mampu menggunakan bahasa untuk berbagai

keperluan, termasuk bercanda atau menghibur (Topkins dan

Hoskisson, 1995).

2.4 Gangguan Perkembangan Bahasa Pada Anak

Gangguan perkembangan bahasa pada anak dapat berupa keterlambatan

berbicara. Gejala keterlambatan yang muncul apabila anak pada usia 10 bulan

belum dapat mengoceh dan pada usia 18 bulan belum menguasai kata “mama”

dan “papa” atau sejenisnya. Dan, pada usia 2 tahun belum dapat merangkai

kalimat dari dua kata atau bicaranya tidak jelas dan tidak dapat dimengerti oleh

orang tuanya.

Gangguan perkembangan bahasa dapat disebabkan oleh faktor dari dalam anak

(internal) dan faktor dari luar anak (eksternal).

a. Faktor Internal

Faktor dari dalam atau internal anak dijabarkan menjadi beberapa faktor,

yaitu :

Faktor keturunan (konginetal)

Gangguan ini bisa disebabkan oleh faktor bawaan gangguan saraf-

saraf motorik, cacat pada alat bicara, seperti lidah, gigi, bibir, langit-

langit, dan anak lidah.

Gangguan pendengaran

Pada beberapa kasus, hambatan pada pendengaran berkaitan dengan

keterlambatan berbicara. Jika anak memiliki hambatan dalam

9

Page 10: Observasi Pemerolehan Bahasa Pada Anak

pendengaran, maka anak akan mengalami kesulitan dalam

memahami, menyimak, dan meniru bahasa orang-orang di

sekelilingnnya.

Gangguan mental

Gangguan mental yang dimaksudkan berupa penyakit seperti autism

atau keterlambatan perkembangan otak atau kecerdasan.

b. Faktor eksternal

Yang dimaksud dengan faktor eksternal atau dari luar anak adalah

terasingnya seorang anak dari lingkungan berbahasa. Keterasingannya bisa

disebabkan oleh kesengajaan (sebagai eksperimen) atau bisa juga karena

faktor lainnya.

10

Page 11: Observasi Pemerolehan Bahasa Pada Anak

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Identitas Anak/Objek

Adapun identitas dari anak yang dijadikan objek pada penelitian ini adalah :

1. Nama : Akila Ananda Putri

Umur : 2 tahun 7 bulan

TTL : Monjok, 15 Desember 2012

Alamat : Jln. Ade Irma Suryani Gang Panda VII Monjok

Culik

Pekerjaan Orang Tua

Ayah : Swasta

Ibu : Ibu Rumah Tangga

2. Nama : Melisa Novianti

Umur : 4 tahun 8 bulan

TTL : Monjok, 25 November 2010

Alamat : Jln. Ade Irma Suryani Gang Panda VI Monjok

Culik

Pekerjaan Orang Tua

Ayah : Swasta

Ibu : Buruh & Ibu Rumah Tangga

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian objek pertama dilakukan pada hari minggu 21 juli 2015

kemudian dilanjutkan hari senin 22 juli 2015. Penelitian dilakukan di sekitaran

rumah anak ketika anak sedang bermain.

Sementara penelitian objek kedua dilakukan pada hari senin 22 juli 2015

ketika anak sedang bermain di rumah neneknya.

11

Page 12: Observasi Pemerolehan Bahasa Pada Anak

Untuk menyempurnakan data, penulis mengambil rekaman audio

percakapan kedua objek ketika bermain bersama pada minggu 28 juli 2015.

3.3 Peristiwa Penelitian

Pelaksanaan penelitian diawali dengan meminta izin pada orang tua untuk

menjadikan anak sebagai objek penelitian dan bersedia untuk diwawancarai

perihal identitas dan perkembangan pemerolehan bahasa anak.

Penelitian dilakukan dengan cara observasi atau pengamatan secara

langsung dan berinteraksi dengan objek. Pengumpulan data didukung dengan

rekaman audio dan rekaman video.

3.4 Hasil Penelitian

Dibawah ini akan diuraikan data-data yang diperoleh dari kegiatan observasi

pada penelitian ini.

Data bahasa Akila Ananda Putri

Versi anak Versi asli

Maq, bok dalem Ma, mau tidur di dalam.

Maq, butaq Ma, buka

Atila Akila

Naciq Nasi

Pancing Pancing

Tatiq Kak yatik

Kacang Kacang

Be;ruang Beruang

Tu;run Turun

Macasih Terima kasih

senyUm Senyum

Pisang Pisang

Lapeyl Lapar

Monyeq Monyet

oten Oren

12

Page 13: Observasi Pemerolehan Bahasa Pada Anak

Lati Lagi

Data bahasa Melisa Novianti

Versi anak Versi asli

Liat dulu Lihat dulu

Siapa namanya ini ? Siapa namanya ini ?

Kakak atiq poto Kakak yatik fotoin

Ndak mau disenter Ndak mau disenter

Ini namanya pisang Ini namanya pisang

Ayo kita bikin pideo Ayo kita bikin video

Telur Telur

Segerrrr Segar

Dingin Dingin

Lari Lari

Susu Susu

Ikan Ikan

Beruang Beruang

Karung Karung

Lagi Lagi

3.5 Analisis Perkembangan Pemerolehan Bahasa Anak

3.5.1 Aspek Fonologi (pelafalan bunyi dan fonem)

Pada waktu dilahirkan, anak hanya memiliki sekitar 20 % dari otak

dewasanya. Oleh karena itu, pada waktu dilahirkan anak hanya bisa menangis.

Otak anak akan terus berkembang seiring dengan pertambahan usia. Hal ini

kemudian membuat perkembangan otak sejalan dan proporsional dengan

perkembangan badan anak.

13

Page 14: Observasi Pemerolehan Bahasa Pada Anak

Seperti yang telah dijelaskan bahwa pemerolehan bahasa pada anak

berkembang secara bertahap. Hal ini terlihat pada bahasa yang digunakan oleh

Akila (objek pertama) yang masih berusia 2;6 tahun berbeda dengan Melisa

(objek kedua) yang berusia 4;8 tahun. Dilihat dari data yang telah disajikan,

akila masih belum menguasai banyak fonem diantaranya /r/, /k/, /g/, dan /s/

walaupun ia dapat memperbaikinya ketika disuruh mengucapkan ulang dengan

benar. Pelafalan fonemnya pun belum tegas. Artikulasinya terkadang sering

berubah seperti ketika ia mengucapkan kata /beruang/, pertama ia mengatakan

/beluang/, kemudian /beyuang/, dan /be;ruang/ dengan lafal /r/ yang samar. Ia

juga kerap menambahkan glotal stop /?/ di akhir kata yang diucapkan. Seperti

yang terlihat dari data /bukaq/, /monyeq/, /naciq/. Hal itu disebabkan karena

ketidakjelasan artikulasi dan mungkin pengaruh dari bahasa lingkungannya yang

berbahasa sasak. Akila masih sering mengeluarkan kata-kata yang terdengar

seperti ocehan.

Sementara objek kedua yaitu Melisa yang berusia 4;8 tahun, pelafalan

fonemnya hampir sempurna. Ia dapat mengucapkan fonem /r/ dengan fasih,

namun ia masih belum menguasai fonem /f/ dan /v/ yang dilafalkannya dengan

/p/. Artikulasinya sangat jelas. Bahasanya sudah menyerupai bahasa orang

dewasa.

3.5.2 Aspek Sintaksis (pengucapan kalimat)

Dalam bidang sintaksis, anak memulai berbahasa dengan mengucapkan

satu kata (atau bagian kata). Bagi anak kata ini sudah kalimat penuh, tetapi

karena dia belum dapat mengatakan lebih dari satu kata, dia hanya mengambil

satu kata atau bagian dari seluruh kalimat itu. Produksi kalimat anak pun

berkembang seiring dengan usia dalam keadaan normal.

Dari data yang telah disajikan, Akila yang masih berusia 2;6 tahun,

produksi kalimatnya masih dalam tahap satu – dua kata. Akila masih

menggunakan kalimat /maq, bukaq/ sambil mengacungkan bungkus jajan yang

kalimat penuhnya seharusnya /ma, bukain jajan/. Juga, ketika ia ingin turun dari

kursi ia hanya mengatakan /tu;run/ yang kalimat penuhnya seharusnya /mau

14

Page 15: Observasi Pemerolehan Bahasa Pada Anak

turun/ atau /mau turun dari kursi/. Ujaran satu kata yang dipakai anak ini akan

memiliki banyak makna jika tidak disesuikan dengan konteks. Hal ini disebut

ujaran holofrastik (holophrastic). Umumnya kalimat yang diucapkan hanya

mengandung kata yang penting saja, tidak menyertakan kata hubung seperti di,

yang, dan. Ujaran ini disebut ujaran telegrafik (telegraphic speech).

Sementara itu, objek kedua yaitu Melisa yang berusia 4;8 tahun sudah

mampu mengucapkan kalimat yang panjang. dalam tahap perkembangan bahasa,

ia berada dalam tahap banyak kata. Ia sudah mampu mengucapkan kalimat

penuh dengan baik, walaupun masih jarang menambahkan awalan dan akhiran

dalam kata kerjanya.

15

Page 16: Observasi Pemerolehan Bahasa Pada Anak

BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Dari penjelasan yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa

perkembangan bahasa sejalan dengan pertambahan usia dan pertumbuhan

badannya.

Penelitian ini melibatkan dua anak berusia 2;6 tahun dan 4;8 tahun yang

diamati pemerolehan bahasanya, meliputi aspek fonologi dan sintaksis.

Berdasarkan penelitian ini, anak yang berusia 4;8 tahun lebih mahir berbahasa

daripada anak yang berusia 2;6 tahun. Hal ini dikarenakan alat berbahasa yang

dimiliki anak telah mengalami perkembangan dan kematangan.

Beberapa fonem yang masih sulit dikuasai oleh anak yaitu fonem /r/, /k/,

/g/, /s/, /f, dan /v/. Kalimat yang diucapkan masih terbatas ujaran satu kata dan

dua kata untuk anak berusia 2;6 tahun. Sedangkan anak berumur 4;8 tahun sudah

mampu mengucapkan kalimat penuh, tetapi masih jarang menggunakan awalan

dn akhiran.

4.2 Saran

Anak memperoleh kemampuan berbahasa dari lingkungan bahasa di

sekitarnya dengan cara menyimak dan mempraktekkan. Oleh sebab itu, sebagai

orang tua dan orang dewasa hendaknya kita lebih hati-hati dan bijaksana dalam

menggunakan bahasa, sehingga layak dicontoh oleh anak-anak yang masih

membutuhkan model/contoh dalam berbahasa. Selain itu, dalam mengajarkan

bahasa alangkah baiknya mengajarkan dengan pelafalan yang sebenarnya,

walaupun menggunakan teknik motheresse tidak dilarang.

16

Page 17: Observasi Pemerolehan Bahasa Pada Anak

DAFTAR PUSTAKA

Dardjowidjojo, Soenjono. 2005. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa

Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Interisti, Blonto. 2014. “Hipotesis Pemerolehan Bahasa”.

http://gudangreferensi.blogspot.com/2014/12/hipotesis-pemerolehan-bahasa.html .

Diakses tanggal 2 Juli 2015.

Paud, Andi. 2010. “Tahapan Perkembangan Bahasa Pada Anak Secara Umum”.

http://umprodipaud.blogspot.com/2010/11/tahapan-perkembangan-bahasa-pada-

anak.html . Diakses tanggal 22 juni 2015.

Tarigan, Djago. dkk. 2005. Pendidikan Bahasa dan Sastra di Kelas Rendah. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Vida. 2013. “Gangguan Bahasa Pada Anak”.

https://vidhawords.wordpress.com/2013/04/18/gangguan-bahasa-pada-anak/ .

diakses tanggal 30 juni 2015.

17

Page 18: Observasi Pemerolehan Bahasa Pada Anak

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Akila Ananda Putri

Melisa Novianti

18