Download pdf - Perdarahan Post Partu

Transcript
  • 8/10/2019 Perdarahan Post Partu

    1/24

    RIZKA UTAMI (1102010251)

    SKENARIO 1 : Perdarahan Persalinan

    BLOK EMERGENCY

    Perdarahan Post Partum

    Definisi

    Perdarahan postpartum adalah perdarahan pervaginam 500 cc atau lebih setelah kala III selesai

    (setelah plasenta lahir) (Wiknjosastro, 2000).

    Fase dalam persalinan dimulai dari kala I yaitu serviks membuka kurang dari 4 cm sampai penurunan

    kepala dimulai, kemudian kala II dimana serviks sudah membuka lengkap sampai 10 cm atau kepala

    janin sudah tampak, kemudian dilanjutkan dengan kala III persalinan yang dimulai dengan lahirnya

    bayi dan berakhir dengan pengeluaran plasenta. Perdarahan postpartum terjadi setelah kala III

    persalinan selesai (Saifuddin, 2002).

    Perdarahan postpartum ada kalanya merupakan perdarahan yang hebat dan menakutkan sehingga

    dalam waktu singkat wanita jatuh ke dalam syok, ataupun merupakan perdarahan yang menetes

    perlahan-lahan tetapi terus menerus dan ini juga berbahaya karena akhirnya jumlah perdarahan

    menjadi banyak yang mengakibatkan wanita menjadi lemas dan juga jatuh dalam syok (Mochtar,

    1995).

    Etiologi

    1. Perlukaan jalan lahir : ruptur uteri, robekan serviks, vagina dan perineum, luka episiotomi.

    2. Perdarahan pada tempat menempelnya plasenta karena : atonia uteri, retensi plasenta, inversio

    uteri.

    3.Gangguan mekanisme pembekuan darah.

    Penyebab perdarahan paska persalinan terlambat biasanya disebabkan oleh sisa plasenta

    atau bekuan darah, infeksi akibat retensi produk pembuangan dalam uterus sehingga terjadi sub

    involusi uterus.

    Faktor resiko

    Anastesia umum

    Persalinan lama

    Persalinan cepat

    Kelainan uterus-leiomiomata, kelainan konginetal

    Uterus yang terlalu terengang karena kehamilan ganda, hidramnion, atau bayi yang sangatbesar

    Plasenta previa

    Solusio plasenta

    Multiparitas

    Preeklampsia dan eklampsia

    Klasifikasi

    Klasifikasi klinis perdarahan postpartum yaitu (Manuaba, 1998) :

    1. Perdarahan Postpartum Primer yaitu perdarahan pasca persalinan yang terjadi dalam 24 jam

    pertama kelahiran. Penyebab utama perdarahan postpartum primer adalah atonia uteri, retensio

    plasenta, sisa plasenta, robekan jalan lahir dan inversio uteri. Terbanyak dalam 2 jam pertama.

  • 8/10/2019 Perdarahan Post Partu

    2/24

    2

    2. Perdarahan Postpartum Sekunder yaitu perdarahan pascapersalinan yang terjadi setelah 24 jam

    pertama kelahiran. Perdarahan postpartum sekunder disebabkan oleh infeksi, penyusutan rahim

    yang tidak baik, atau sisa plasenta yang tertinggal.

    Patofisiologi

    Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah didalam uterus masih terbuka. Pelepasan

    plasenta memutuskan pembuluh darah dalam stratum spongiosum sehingga sinus-sinus maternalis

    ditempat insersinya plasenta terbuka.

    Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut akan menutup, kemudian

    pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah sehingga perdarahan akan terhenti. Adanya

    gangguan retraksi dan kontraksi otot uterus, akan menghambat penutupan pembuluh darah dan

    menyebabkan perdarahan yang banyak. Keadaan demikian menjadi faktor utama penyebab

    perdarahan paska persalinan. Perlukaan yang luas akan menambah perdarahan seperti robekan

    servix, vagina dan perinium.

    a. Atonia Uteri

    Atonia uteri merupakan kegagalan miometrium untuk berkontraksi setelah persalinan sehingga

    uterus dalam keadaan relaksasi penuh, melebar, lembek dan tidak mampu menjalankan fungsi oklusi

    pembuluh darah. Akibat dari atonia uteri ini adalah terjadinya perdarahan. Perdarahan pada atonia

    uteri ini berasal dari pembuluh darah yang terbuka pada bekas menempelnya plasenta yang lepas

    sebagian atau lepas keseluruhan (Faisal, 2008).

    Miometrium terdiri dari tiga lapisan dan lapisan tengah merupakan bagian yang terpenting dalam

    hal kontraksi untuk menghentikan perdarahan pasca persalinan. Miometrum lapisan tengah

    tersusun sebagai anyaman dan ditembus oeh pembuluh darah. Masing-masing serabut mempunyai

    dua buah lengkungan sehingga tiap-tiap dua buah serabut kira-kira berbentuk angka delapan.Setelah partus, dengan adanya susunan otot seperti tersebut diatas, jika otot berkontraksi akan

    menjepit pembuluh darah. Ketidakmampuan miometrium untuk berkontraksi ini akan menyebabkan

    terjadinya pendarahan pasca persalinan (Faisal, 2008).

    Atonia uteri dapat terjadi sebagai akibat :

    1. Partus lama

    2. Pembesaran uterus yang berlebihan pada waktu hamil, seperti pada hamil kembar, hidramnion

    atau janin besar

    3. Multiparitas

    4. Anestesi yang dalam

    5. Anestesi lumbal

    Selain karena sebab di atas atonia uteri juga dapat timbul karena salah penanganan kala III

    persalinan, yaitu memijat uterus dan mendorongnya ke bawah dalam usaha melahirkan plasenta,

    dimana sebenarnya plasenta belum terlepas dari dinding uterus (Wiknjosastro, 2005).

    b. Retensio Plasenta

    Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir setengah jam setelah janin lahir. Hal

    tersebut disebabkan (Wiknjosastro, 2005) :

    1. Plasenta belum lepas dari dinding uterus

    2. Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan.

  • 8/10/2019 Perdarahan Post Partu

    3/24

    3

    Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan, tapi bila sebagian plasenta

    sudah lepas akan terjadi perdarahan dan ini merupakan indikasi untuk segera mengeluarkannya.

    Plasenta belum lepas dari dinding uterus disebabkan :

    1. Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva)

    2. Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab villi korialis menembus desidua sampaimiometrium (plasenta akreta)

    3. Plasenta merekat erat pada dinding uterus oleh sebab villi korialis menembus sampai di bawah

    peritoneum (plasenta perkreta).

    Plasenta sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan oleh tidak adanya

    usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III, sehingga terjadi lingkaran kontriksi

    pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta (inkarserasio plasenta).

    c. Sisa Plasenta

    Sewaktu suatu bagian dari plasenta tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif

    dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. Perdarahan postpartum yang terjadi segera jarangdisebabkan oleh retensi potongan-potongan kecil plasenta. Inspeksi plasenta segera setelah

    persalinan bayi harus menjadi tindakan rutin. Jika ada bagian plasenta yang hilang, uterus harus

    dieksplorasi dan potongan plasenta dikeluarkan (Faisal, 2008).

    d. Robekan Jalan Lahir

    Robekan jalan lahir dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri. Perdarahan pasca persalinan

    dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh robekan serviks atau vagina

    (Saifuddin, 2002). Setelah persalinan harus selalu dilakukan pemeriksaan vulva dan perineum.

    Pemeriksaan vagina dan serviks dengan spekulum juga perlu dilakukan setelah persalinan.

    Robekan jalan lahir selalu memberikan perdarahan dalam jumlah yang bervariasi banyaknya.

    Perdarahan yang berasal dari jalan lahir selalu harus dievaluasi yaitu sumber dan jumlah perdarahansehingga dapat diatasi. Sumber perdarahan dapat berasal dari perineum, vagina, serviks, dan

    robekan uterus (ruptura uteri). Perdarahan dapat dalam bentuk hematoma dan robekan jalan lahir

    dengan perdarahan bersifat arterill atau pecahnya pembuluh darah vena. Untuk dapat menetapkan

    sumber perdarahan dapat dilakukan dengan pemeriksaan dalam dan pemeriksaan spekulum setelah

    sumber perdarahan diketahui dengan pasti, perdarahan dihentikan dengan melakukan ligasi

    (Manuaba, 1998).

    e. Inversio Uteri

    Inversio uteri merupakan keadaan dimana fundus uteri masuk ke dalam kavum uteri, dapat secara

    mendadak atau terjadi perlahan (Manuaba, 1998).

    Pada inversio uteri bagian atas uterus memasuki kavum uteri, sehingga fundus uteri sebelah dalammenonjol ke dalam kavum uteri. Peristiwa ini jarang sekali ditemukan, terjadi tiba-tiba dalam kala III

    atau segera setelah plasenta keluar. Sebab inversio uteri yang tersering adalah kesalahan dalam

    memimpin kala III, yaitu menekan fundus uteri terlalu kuat dan menarik tali pusat pada plasenta

    yang belum terlepas dari insersinya.

    Menurut perkembangannya inversio uteri dibagi dalam beberapa tingkat (Wiknjosastro, 2005) :

    1. Fundus uteri menonjol ke dalam kavum uteri, tetapi belum keluar dari ruang tersebut

    2. Korpus uteri yang terbalik sudah masuk ke dalam vagina

    3. Uterus dengan vagina semuanya terbalik, untuk sebagian besar terletak di luar vagina.

    Gejala-gejala inversio uteri pada permulaan tidak selalu jelas. Akan tetapi, apabila kelainan itu sejak

    awal tumbuh dengan cepat, seringkali timbul rasa nyeri yang keras dan bisa menyebabkan syok.

  • 8/10/2019 Perdarahan Post Partu

    4/24

    4

    Gejala KlinikSeorang wanita hamil yang sehat dapat kehilangan darah sebanyak 10% dari volume total tanpa

    mengalami gejala-gejala klinik, gejala-gejala baru tampak pada kehilangan darah sebanyak 20%.

    Gejala klinik berupa perdarahan pervaginam yang terus-menerus setelah bayi lahir. Kehilangan

    banyak darah tersebut menimbulkan tanda-tanda syok yaitu penderita pucat, tekanan darah rendah,

    denyut nadi cepat dan kecil, ekstrimitas dingin, dan lain-lain (Wiknjosastro, 2005).

    Diagnosis

  • 8/10/2019 Perdarahan Post Partu

    5/24

  • 8/10/2019 Perdarahan Post Partu

    6/24

    6

    Perbaikan uterus, histerektomi, atau ligasi arteri hipogastrika atau uterina dapat dipilih,

    tergantung pada umur pasien, paritas, dan keadaan umum, maupun luasnya trauma.

    Tampon uterus dapat dicoba sebagai ukuran temporer sementara persiapan untuk laparotomi

    dilakukan. Bila pendarahan berasal dari tempat plasenta didalam segmen bawah uterus dimana

    kontraksi otot tidak adekuat untuk mencapai hemostasis normal, tampon mungkin mempunyainilai khusus.

    Bila pendarahan dapat dikontrol dengan tampon, intervensi bedah dapat ditunda. Namun,

    pasien harus diawasi secara hati-hati dan fasilitas untuk laparotomi darurat harus tersedia.

    Laserasi traktus genitalia

    Laserasi yang berdarah diperbaiki dengan benang kromik 00 atau 000.

    Laserasi serviks : diperbaiki dengan merenggut mulut serviks yang berdekatan dengan laserasi

    dengan menggunakan forsep cincin. Pembuluh-pembuluh yang mengeluarkan darah harus

    diligasi untuk mencegah hematoma retroperitroneum. Jahitan dimulai dari apeks laserasi.Hemostasis sementara dapat dicapai dengan memasang forsep cincin ditepi laserasi. Apabila

    robekan meluas ke dalam segmen bawah uterus atau ligamentum latum, tampon atau forcep

    cincin untuk sementara dapat bermanfaat sementara dilakukan persiapan untuk pembedahan

    abdomen.

    Laserasi vagina : jahitan pertama harus ditempatkan diatas apeks laserasi. Jahitan yang paling

    hemostatik adalah berjalan searah jarum jam

    Varikose vagina/vulva dapat menyebabkan pendarahan hebat yang sering sukar dikontrol

    dengan penjahitan. Pada keadaan ini, tampon vagina yang ketat memberikan hemostasis yang

    penting.

    Plasenta/selaput yang tertahan dalam uterus

    Pengangkatan manual yang diikuti dengan oksitoksin dan ergovin IV biasanya sudah cukup

    untuk terapi.

  • 8/10/2019 Perdarahan Post Partu

    7/24

    7

    Pencegahan

    Obati anemia dalam masa kehamilan

    Pada pasien yang mempunyai riwayat perdarahan sebelumnya, agar dianjurkan untuk menjalani

    persalinan di RS.

    Jangan memijat dan mendorong uterus sebelum plasenta lepas

    Komplikasi

    Syok hemorragic

    Akibat terjadinya perdarahan, ibu akan mengalami syok dan menurunnya kesadaran akibat

    banyaknya darah yang keluar. Hal ini menyebabkan gangguan sirkulasi darah ke seluruh tubuhdan dapat menyebabkan hipovolemia berat. Apabila hal ini tidak ditangani dengan cepat dan

  • 8/10/2019 Perdarahan Post Partu

    8/24

    8

    tepat, maka akan menyebabkan kerusakan atau nekrosis tubulus renal dan selanjutnya merusak

    bagian korteks renal yang dipenuhi 90% darah di ginjal. Bila hal ini terus terjadi maka akan

    menyebabkan ibu tidak terselamatkan

    Anemia

    Anemia terjadi akibat banyaknya darah yang keluar dan menyebabkan perubahan hemostasis

    dalam darah, juga termasuk hematokrit darah. Anemia dapat berlanjut menjadi masalah apabilatidak ditangani, yaitu pusing dan tidak bergairah dan juga akan berdampak juga pada asupan

    ASI bayi.

    Sindrom Sheehan

    Hal ini terjadi karena, akibat jangka panjang dari perdarahan postpartum sampai syok. Sindrom

    ini disebabkan karena hipovolemia yang dapat menyebabkan nekrosis kelenjar hipofisis.

    Nekrosis kelenjar hipofisis dapat mempengaruhi sistem endokrin.

    Prognosis

    Perdarahan pascapersalinan masih merupakan ancaman yang tidak terduga walaupun dengan

    pengawasan yang sebaik-baiknya, perdarahan pascapersalinan masih merupakan salah satu sebab

    kematian ibu yang penting. Sebaliknya menurut pendapat para ahli kebidanan modern: Perdarahan

    pascapersalinan tidak perlu membawa kematian pada ibu bersalin. Pendapat ini memang benar bila

    kesadaran masyarakat tentang hal ini sudah tinggi dan dalam klinik tersedia banyak darah dan cairan

    serta fasilitas lainnya. Dalam masyarakat kita masih besar anggapan bahwa darahnya adalah

    merupakan hidupnya karena itu mereka menolak menyumbangkan darahnya, walaupun untuk

    menolong jiwa istri dan keluarganya sendiri. Pada perdarahan pascapersalinan, Mochtar R.ddk,

    melaporkan angka kematian ibu 7,9% dan Wiknjosastro H. 1,8-4,5%. Tingginya angka kematian ibu

    karena banyak penderita yang dikirim dari luar dengan keadaan umum yang sangat jelek dan anemis

    dimana tindakan apapun kadang-kadang tidak menolong

  • 8/10/2019 Perdarahan Post Partu

    9/24

    9

    HIPERBILIRUBINEMIA

    Definisi

    Istilah ikterus berasal dari bahasa Yunani icteros atau istilah jaundice berasal dari bahasa

    Perancis jaune yang berarti kuning. Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning padakulit, sklera atau membran mukosa karena adanya deposisi produk akhir katabolisme heme yaitu

    bilirubin.

    Ikterus neonatorum adalah keadaan klinis pada bayi yang ditandai oleh pewarnaan ikterus pada kulit

    dan skelera akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi yang berlebih. 9 Secara klinis akan mulai

    tampak pada bayi baru lahir bila kadar bilirubin darah 5-7 mg/dl. 9 Hiperbilirubinemia adalah

    terjadinya peningkatan kadar plasma bilirubin 2 standar deviasi atau lebih dari kadar yang

    diharapkan berdasarkan umur bayi atau lebih dari persentil 90.9 Hiperbilirubinemia adalah suatu

    keadaan dimana kadar bilirubin total sewaktu >12mg/dL dan >15mg/dL pada bayi aterm; ikterus

    yang terjadi pada hari pertama kehidupan; peningkatan kadar bilirubin >5mg%/24jam; peningkatan

    kadar bilirubin direk >1,5-2mg%; ikterus berlangsung > 2minggu.

    Etiologi

    Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir, 60% neonatus (ikterus

    fisiologis), disebabkan:

    1. Bilirubin selama masa janin diekskresi melalui plasenta ibu sekarang harus diekskresi bayi sendiri

    2. Jumlah eritrosit dan hemolisisnya lebih banyak pada neonatus

    3. Lama hidup eritrosit pada neonatus lebih singkat (70-90 hari)

    4. Jumlah albumin untuk mengikat bilirubin pada bayi prematur atau bayi yang mengalami

    gangguan pertumbuhan intra-uterin kurang

    Fungsi hepar yang belum sempurna (jumlah dan fungsi enzim glukuronil transferase, uridinediphosphate glukoronil transferase dan ligand dalam protein belum adekuat) atau penurunan

    ambilan bilirubin oleh hepatosit dan konjugasi.

    Sirkulus enterohepatik meningkat karena masih berfungsinya enzim - glukuronidase di usus dan

    belum ada nutrien

    Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan (ikterus patologis):

    Hari 1: - Hemolisis akibat inkompatibilitas ABO atau isoimunisasi Rhesus

    - Infeksi intrauterin TORCH

    Hari 2-5: - Prematuritas - Infeksi

    - Ikterus fisiologis - RDS- Polisitemia - Kongenital spherositosis

    - Sepsis - Perdarahan Ekstravaskular

    - Defisiensi G6PD - Breast feeding jaundice

    Hari 5-10: - Sepsis

    - Breast milk jaundice

    - Galaktosemia

    - Hipotiroidisme

    - Obat-obatan (sulfonamid, furosemid, thiazide, cephalosporine dll)

    Hari >10: - Sepsis- Neonatal hepatitis

  • 8/10/2019 Perdarahan Post Partu

    10/24

    10

    - Atresia biliaris

    - Peningkatan sirkulasi enterohepatik (stenosis pilorik, obstruksi usus)

    Faktor resiko

    1.

    Ras:Insiden lebih tinggi di Asia Timur dan Indian Amerika dan lebih rendah di Afrika Amerika.2. Geografi: Insiden lebih tinggi pada penduduk yang tinggal di ketinggian. Yunani yang hidup di

    Yunani memiliki insiden yang lebih tinggi daripada mereka yang tinggal di luar Yunani.

    3. Genetika dan keluarga:Insiden lebih tinggi pada bayi dengan saudara kandung yang menderita

    sakit kuning neonatal signifikan dan terutama pada bayi yang lebih tua saudara dirawat karena

    penyakit kuning neonatal. Insiden juga lebih tinggi pada bayi dengan mutasi / polimorfisme pada

    gen yang kode untuk enzim dan protein yang terlibat dalam metabolisme bilirubin, dan pada

    bayi dengan homozigot atau heterozigot glukosa-6-fosfatase dehidrogenase (G-6-PD)

    kekurangan dan anemia hemolitik herediter . Kombinasi varian genetik seperti tampaknya

    memperburuk penyakit kuning neonatal

    4. Gizi: Insiden lebih tinggi pada bayi yang mendapat ASI atau yang menerima nutrisi yang tidak

    memadai. Mekanisme untuk fenomena ini mungkin tidak sepenuhnya dipahami. Namun, ketikavolume makan yang tidak memadai yang terlibat, peningkatan sirkulasi enterohepatik bilirubin

    mungkin memberikan kontribusi untuk penyakit kuning yang berkepanjangan. Data terbaru

    menunjukkan bahwa payudara sakit kuning susu berkorelasi dengan kadar faktor pertumbuhan

    epidermal, baik dalam ASI dan dalam serum bayi. Menunjukkan bahwa perbedaan antara ASI

    dan susu formula bayi mungkin kurang jelas dengan beberapa rumus yang modern . Namun,

    formula yang mengandung hidrolisat protein telah terbukti meningkatkan ekskresi bilirubin.

    5. Faktor ibu:Bayi dari ibu dengan diabetes memiliki insiden yang lebih tinggi. Penggunaan

    beberapa obat dapat meningkatkan kejadian, sedangkan yang lain menurunkan kejadian.

    6. Usia kehamilan dan berat lahir:Insiden lebih tinggi pada bayi prematur dan pada bayi dengan

    berat lahir rendah.

    7.

    Infeksi Kongenital

    Metabolisme Bilirubin

  • 8/10/2019 Perdarahan Post Partu

    11/24

  • 8/10/2019 Perdarahan Post Partu

    12/24

  • 8/10/2019 Perdarahan Post Partu

    13/24

    13

    Manifestasi Klinis

    Kulit, mukosa dan konjungtiva kuning.

    Biasanya, presentasi adalah pada hari kedua atau ketiga kehidupan.

    Penyakit kuning yang terlihat selama 24 jam pertama kehidupan mungkin akan nonphysiologic;

    evaluasi lebih lanjut disarankan. Bayi dengan penyakit kuning setelah 3-4 hari hidup juga mungkin memerlukan pengawasan yang

    lebih ketat dan pemantauan.

    Pada bayi dengan penyakit kuning yang parah atau penyakit kuning yang terus di luar 1-2 minggu

    pertama kehidupan, hasil dari layar metabolik baru lahir harus diperiksa untuk hipotiroidisme

    galaktosemia dan kongenital, riwayat keluarga harus dieksplorasi lebih lanjut (lihat di bawah),

    kurva berat badan bayi harus dievaluasi, tayangan ibu sejauh kecukupan ASI harus diperoleh,

    dan warna tinja harus dinilai.

    Diagnosis

    a. anamnesis : riwayat ikterus pada anak sebelumnya, riwayat keluarga anemi dan pembesaranhati dan limpa, riwayat penggunaan obat selama ibu hamil, riwayat infeksi maternal, riwayat

    trauma persalinan, asfiksia.

    b. Pemeriksaan fisik :

    Umum: keadaan umum (gangguan nafas, apnea, instabilitas suhu, dll)

    Khusus: Dengan cara menekan kulit ringan dengan memakai jari tangan dan dilakukan pada

    pencahayaan yang memadai.

    Berdasarkan Kramer dibagi :

    c. Pemeriksaan laboratorium: kadar bilirubin, golongan darah (ABO dan Rhesus) ibu dan anak,

    darah rutin, hapusan darah, Coomb tes, kadar enzim G6PD (pada riwayat keluarga dengan

    defisiensi enzim G6PD).

    d. Pemeriksaan radiologis : USG abdomen (pada ikterus berkepanjangan)

    Derajat

    ikterus Daerah ikterus

    Perkiraan

    kadar

    bilirubin

    I Kepala dan leher 5,0 mg%

    IISampai badan atas

    (di atas umbilikus)9,0 mg%

    III

    Sampai badan

    bawah (di bawah

    umbilikus) hingga

    tungkai atas (di ataslutut)

    11,4 mg/dl

    IVSampai lengan,

    tungkai bawah lutut12,4 mg/dl

    VSampai telapak

    tangan dan kaki16,0 mg/dl

  • 8/10/2019 Perdarahan Post Partu

    14/24

    14

    Penatalaksanaan

    1. Ikterus yang timbul sebelum 24 jampasca kelahiran adalah patologis. Tindakan fototerapidan mempersiapkan tindakan tranfusi tukar.

    2. Pada usia 25-48 jam pasca kelahiran, fototerapi dianjurkan bila kadar bilirubin serum total

    > 12 mg/dl (170mmol/L). Fototerapi harus dilaksanakan bila kadar bilirubin serum total 15mg/dl (260mmol/L). Bila fototerapi 2 x 24 jam gagal menurunkan kadar bilirubin serum total

    < 20 mg/dl (340 mmol/L), dianjurkan untuk dilakukan tranfusi tukar. Bila kadar bilirubin

    serum total 20 mg/dl (> 340 mmol/L) dilakukan fototerapi dan mempersiapkan tindakan

    tranfusi tukar. Bila kadar bilirubin serum total > 15 mg/dl (> 260mmol/L) pada 25-48 jam

    pasca kelahiran, mengindikasikan perlunya pemeriksaan laboratorium ke arah penyakit

    hemolisis.

    3. Pada usia 49-72 jam pasca kelahiran, fototerapi dianjurkan bila kadar bilirubin serum total

    > 15 mg/dl (260mmol/L). Fototerapi harus dilaksanakan bila kadar bilirubin serum total 18

    mg/dl (310mmol/L). Bila fototerapi 2 x 24 jam gagal menurunkan kadar bilirubin serum total

    < 25 mg/dl (430 mmol/L), dianjurkan untuk dilakukan tranfusi tukar. Bila kadar bilirubin

    serum total > 18 mg/dl (> 310 mmol/L) fototerapi dilakukan sambil mempersiapkan tindakantranfusi tukar. Bila kadar bilirubin serum total > 25 mg/dl (> 430mmol/L) pada 49-72 jam

    pasca kelahiran, mengindikasikan perlunya pemeriksaan laboratorium ke arah penyakit

    hemolisis.

    4. Pada usia > 72 jam pasca kelahiran, fototerapi harus dilaksanakan bila kadar bilirubin

    serum total > 17 mg/dl (290mmol/L). Bila fototerapi 2 x 24 jam gagal menurunkan kadar

    bilirubin serum total < 20 mg/dl (340 mmol/L), dianjurkan untuk dilakukan tranfusi tukar.

    Bila kadar bilirubin serum total sudah mencapai > 20 mg/dl (> 340 mmol/L) dilakukan

    fototerapi sambil mempersiapkan tindakan tranfusi tukar. Bila kadar bilirubin serum total >

    25 mg/dl (> 430 mmol/L) pada usia > 72 jam pasca kelahiran, masih dianjurkan untuk

    pemeriksaan laboratorium ke arah penyakit hemolisis.

    CATATAN :

    Pemberian phenobarbital/luminal, hanya diberikan pada kasus-kasus tertentu seperti ikterus yang

    berkepanjangan dengan pemeriksaan bilirubin urin yang negatif. Bila bilirubin urin positif diperlukan

    pemeriksaan lebih lanjur seperti USG abdomen untuk mencari sebab lain (atresia bilier).

    Tabel 1 : Tatalaksana hiperbilirubinemia pada neonatus cukup bulan yang sehat (American

    Academy of Pediatrics)

    * = Neonatus cukup bulan dengan ikterus pada umur < 24 jam, bukan neonatus sehat dan perlu evaluasi ketat

  • 8/10/2019 Perdarahan Post Partu

    15/24

    15

    Tabel 2. : Tatalaksana hiperbilirubinemia pada bayi berat lahir rendah

    Keterangan : Obs : observasi

    FT : fototerapi

    TT : transfusi tukar

    Bil : bilirubin

    Tujuan penatalaksanaan ikterus pada neonatus adalah untuk mengendalikan agar kadar bilirubin

    serum tidak mencapai nilai yang dapat menimbulkan kern ikterus, serta mengobati penyebab

    langsung ikterus. Pengendalian kadar bilirubin dapat dilakukan dengan mengusahakan agar

    konjugasi bilirubin lebih cepat terjadi dengan memberikan luminal atau agar yang dapat merangsang

    terbentuknya enzim glukoronil transferase. Pemberian substrat yang dapat menghambat

    metabolisme bilirubin (plasma, albumin), mengurangi sirkulasi enterohepatik (pemberian

    kolestiramin), terapi sinar atau transfusi tukar dapat juga dilakukan untuk mengendalikan kenaikan

    kadar bilirubin. Dikemukakan pula bahwa obat-obatan (IVIG: Intra Venous Immuno Globulin dan

    Metalloporphyrins) dipakai dengan maksud menghambat hemolisis, meningkatkan konjugasi dan

    ekskresi bilirubin.

    Terapi Sinar

    Bilirubin indirek tidak larut dalam air. Cara kerja terapi sinar adalah dengan mengubah bilirubin

    menjadi bentuk yang larut dalam air untuk dieksresikan melalui empedu atau urin. Ketika bilirubin

    mengabsorbsi sinar, terjadi reaksi fotokimia yaitu isomerisasi (80%). Juga terdapat konversi

    ireversibel menjadi isomer kimia lainnya yaitu lumirubin yang dengan cepat dibersihkan dari plasma

    (tanpa konjugasi) melalui empedu. Lumirubin adalah produk terbanyak degradasi bilirubin akibat

    terapi sinar pada manusia. Sejumlah kecil bilirubin plasma tak terkonjugasi diubah oleh cahaya (foto

    oksidasi, 20%) menjadi dipyrole yang diekskresikan melalui urin. Foto isomer bilirubin lebih polar

    dibandingkan bentuk asalnya dan secara langsung bisa dieksreksikan melalui empedu. Hanya produk

    foto oksidan saja yang bisa diekskresikan lewat urin.

    Pada terapi sinar, panjang gelombang lampu yang digunakan 425-475 nm dengan intensitas cahaya

    6-12 watt/cm2 per nm. Cahaya diberikan pada jarak 35-50 cm di atas bayi. Jumlah bola lampu yang

    digunakan berkisar antara 6-8 buah, terdiri dari biru (F20T12), cahaya biru khusus (F20T12/BB) atau

    daylight fluorescent tubes.

    Berat badan

    (gram)

    Konsentrasi bilirubin indirek (mg/dL)

    5-7 7-9 10-12 12-15 15-20 > 20 >25

    < 1000 FT TT

    1000 - 1500 Obs. Ulang Bil. FT TT1500 - 2000 Obs. Ulang Bil. FT TT

    2000 - 2500 Obs. Obs.

    Ulang

    Bil.

    FT TT

    > 2500 Obs. Bil. FT TT

  • 8/10/2019 Perdarahan Post Partu

    16/24

    16

    Tabel 2.2 Komplikasi terapi sinar umumnya ringan, sangat jarang

    terjadi dan reversibel.

    Komplikasi Mekanisme yang mungkin terjadi

    Bronze baby syndrome Berkurangnya ekskresi hepatik hasil penyinaran bilirubin

    Diare Bilirubin indirek menghambat laktase

    Hemolisis Fotosensitivitas mengganggu sirkulasi eritrositDehidrasi IWL (30-100%) karena menyerap energi foton

    Ruam kulit Gangguan fotosensitasi terhadap sel mast kulit dengan

    pelepasan histamin

    Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas terapi adalah intensitas radiasi, kurva spektrum emisi,

    luas tubuh bayi yang terpapar, usia bayi, umur gestasi, berat badan dan etiologi ikterus. Terapi sinar

    paling efektif untuk bayi prematur yang sangat kecil dan paling tidak efektif untuk bayi matur yang

    sangat kecil (gangguan pertumbuhan yang sangat berat) dengan peningkatan hematokrit. Selain itu,

    makin tinggi kadar bilirubin pada saat memulai fototerapi, makin efektif.

    Transfusi Tukar

    Merupakan suatu tindakan pengambilan sejumlah kecil darah yang dilanjutkan dengan

    pengembalian darah dari donor dalam jumlah yang sama yang dilakukan berulang-ulang sampai

    sebagian besar darah penderita tertukar. Transfusi tukar ini bertujuan mencegah terjadinya

    ensefalopati bilirubin dengan cara mengeluarkan bilirubin indirek dari sirkulasi, membantu

    mengeluarkan antibodi maternal dari sirkulasi bayi, mengganti RBC yang sensitized dengan RBC yang

    tak dapat dihemolise, memperbaiki volume darah dan mengoreksi anemia, memberi albumin, dan

    membuang zat toksik dan koreksi imbalans elektrolit.

    Tabel 2.4 Transfusi Tukar Pada Bayi Kurang BulanUsia (jam) BB < 1500gr BB 15002000 gr BB > 2000 gr

    < 24 > 10-15 mg/dL >15 mg/dL > 16 mg/dL

    25-48 > 10-15 mg/dL >15 mg/dL > 20 mg/dL

    49-72 >10-15 mg/dL >15 mg/dL > 17 mg/dL

    > 72 >15 mg/dL >17 mg/dL > 18 mg/dL

    Pada penyakit hemolitik segera dilakukan tranfusi tukar apabila ada indikasi:

    1. Kadar bilirubin tali pusat > 4,5 mg/dL dan kadar Hb < 10 gr/dL

    2. Kadar bilirubin meningkat > 6 mg/dL/12jam walaupun sedang mendapatkan terapi sinar

    3. Anemia dengan early jaundice dengan kadar Hb 1013gr/dL dan kecepatan peningkatan

    bilirubin 0,5mg/dL/jam4. Anemia yang progresif pada waktu pengobatan hiperbilirubinemia

    5. Bayi menunjukkan tanda-tanda ensephalopati bilirubin akut (hipotoni, kaki melengkung,

    retrocolis, panas, tangis melengking tinggi)

    6. Kadar bilirubin total >25mg/dL

    Transfusi tukar harus dihentikan apabila terjadi:

    * Emboli (emboli, bekuan darah), trombosis

    * Hiperkalemia, hipernatremia, hipokalsemia, asidosis, hipoglikemia

    * Gangguan pembekuan karena pemakaian heparin

    * Perforasi pembuluh darah

  • 8/10/2019 Perdarahan Post Partu

    17/24

    17

    Komplikasi tranfusi tukar:

    * Vaskular: emboli udara atau trombus, trombosis

    * Kelainan jantung: aritmia, overload, henti jantung

    * Gangguan elektrolit: hipo/hiperkalsemia, hipernatremia, asidosis

    * Koagulasi: trombositopenia, heparinisasi berlebih

    * Infeksi: bakteremia, hepatitis virus, sitomegalik, enterokolitis nekrotikan* Lain-lain: hipotermia, hipoglikemia

    Komplikasi

    Kernicterus/ensefalopati biliaris

    Pencegahan

    Primer

    AAP merekomendasikan pemberian ASI pada semua bayi cukup bulan dan hampir cukup bulan

    yang sehat. Dokter dan paramedis harus memotivasi ibu untuk menyusukan bayinya sedikitnya 8-

    12 kali sehari selama beberapa hari pertama. Rendahnya asupan kalori dan atau keadaandehidrasi berhubungan dengan proses menyusui dan dapat menimbulkan ikterus neonatorum.

    Meningkatkan frekuensi menyusui dapat menurunkan kecenderungan keadaan

    hiperbilirubinemia yang berat pada neonatus. Lingkungan yang kondusif bagi ibu akan menjamin

    terjadinya proses menyusui yang baik. AAP juga melarang pemberian cairan tambahan (air, susu

    botol maupun dekstrosa) pada neonatus nondehidrasi. Pemberian cairan tambahan tidak dapat

    mencegah terjadinya ikterus neonatorum maupun menurunkan kadar bilirubin serum

    Sekunder

    Dokter harus melakukan pemeriksaan sistematik pada neonatus yang memiliki risiko tinggi

    ikterus neonatorum.

    Golongan Darah : Semua wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah ABO danRhesus serta menjalani skrining antibodi isoimun. Bila ibu belum pernah menjalani pemeriksaan

    golongan darah selama kehamilannya, sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan

    golongan darah dan Rhesus. Apabila golongan darah ibu adalah O dengan Rh-positif, perlu

    dilakukan pemeriksaan darah tali pusat. Jika darah bayi bukan O, dapat dilakukan tes Coombs.

    Penilaian Klinis : Dokter harus memastikan bahwa semua neonatus dimonitor secara berkala

    untuk mengawasi terjadinya ikterus. Ruang perawatan sebaiknya memiliki prosedur standar

    tatalaksana ikterus. Ikterus harus dinilai sekurang-kurangnya setiap 8 jam bersamaan dengan

    pemeriksaan tanda-tanda vital lain.

    Pada bayi baru lahir, ikterus dapat dinilai dengan menekan kulit bayi sehingga memperlihatkanwarna kulit dan subkutan. Penilaian ini harus dilakukan dalam ruangan yang cukup terang, paling

    baik menggunakan sinar matahari. Penilaian ini sangat kasar, umumnya hanya berlaku pada bayi

    kulit putih dan memiliki angka kesalahan yang tinggi. Ikterus pada awalnya muncul di bagian

    wajah, kemudian akan menjalar ke kaudal dan ekstrimitas.

    PrognosisHiperbilirubinemia prognosisnya akan buruk apabila bilirubin indirek telah melalui sawar darah

    otak, artinya penderita telah menderita kern ikterus atau ensephalopati biliaris. Sebaliknya apabila

    tidak terjadi kern ikterus, prognosanya baik.

  • 8/10/2019 Perdarahan Post Partu

    18/24

    18

    HIPOTERMIA

    Definisi

    Hipotermia adalah suatu keadaan ketika bayi diletakkan di lingkungan yang lebih dingin dari suhu

    lingkungan netralnya, dan ketika bayi menggigil dapat meningkatkan penggunaan oksigen danpenggunaan glukosa untuk proses fisiologis (Ladewig, 2006, p.184).

    Hipotermia adalah gangguan medis yang terjadi di dalam tubuh, sehingga mengakibatkan

    penurunan suhu karena tubuh tidak mampu memproduksi panas untuk menggantikan panas tubuh

    yang hilang dengan cepat. Kehilangan panas karena pengaruh dari luar seperti air, angin, dan

    pengaruh dari dalam seperti kondisi fisik (Lestari, 2010, p.2).

    Klasifikasi Hipotermia

    1) Hipotermia ringan, suhu

  • 8/10/2019 Perdarahan Post Partu

    19/24

    19

    Patofisiologi

    Sewaktu kulit bayi menjadi dingin, saraf afferen menyampaikan pada sentral pengatur panas di

    hipothalamus. Saraf yang dari hipothalamus sewaktu mencapai brown fat memacu pelepasan

    noradrenalin lokal sehingga trigliserida dioksidasi menjadi gliserol dan asam lemak. Blood gliserol

    level meningkat, tetapi asam lemak secara lokal dikonsumsi untuk menghasilkan panas. Daerahbrown fat menjadi panas, kemudian didistribusikan ke beberapa bagian tubuh melalui aliran darah.

    Ini menunjukkan bahwa bayi akan memerlukan oksigen tambahan dan glukosa untuk metabolisme

    yang digunakan untuk menjaga tubuh tetap hangat. Methabolic thermogenesis yang efektif

    memerlukan integritas dari sistem syaraf sentral, kecukupan dari brown fat, dan tersedianya glukosa

    serta oksigen.

    Perubahan fisiologis akibat hipotermia yang terjadi pada sistem syaraf pusat antara lain antara lain:

    depresi linier dari metabolisme otak, amnesia, apatis, disartria, pertimbangan yang terganggu

    adaptasi yang salah, EEG yang abnormal, depressi kesadaran yang progresif, dilatasi pupil, dan

    halusinasi. Dalam keadaan berat dapat terjadi kehilangan autoregulasi otak, aliran darah otak

    menurun, koma, refleks okuli yang hilang, dan penurunan yang progressif dari aktivitas EEG. Pada

    jantung dapat terjadi takikardi, kemudian bradikardi yang progressif, kontriksi pembuluh darah,

    peningkatan cardiac out put, dan tekanan darah. Selanjutnya, peningkatan aritmia atrium dan

    ventrikel, perubahan EKG dan sistole yang memanjang; penurunan tekanan darah yang progressif,

    denyut jantung, dan cardiac out put disritmia serta asistole. Pada pernapasan dapat terjadi takipnea,

    bronkhorea, bronkhospasma, hipoventilasi konsumsi oksigen yang menurun sampai 50%, kongesti

    paru dan edema, konsumsi oksigen yang menurun sampai 75%, dan apnoe. Pada ginjal dan sistem

    endokrin, dapat terjadi cold diuresis, peningkatan katekolamin, steroid adrenal, T3 dan T4 dan

    menggigil; peningkatan aliran darah ginjal sampai 50%, autoregulasi ginjal yang intak, dan hilangnya

    aktivitas insulin. Pada keadaan berat, dapat terjadi oliguri yang berat, poikilotermia, dan penurunan

    metabolisma basal sampai 80%. Pada otot syaraf, dapat terjadi penurunan tonus otot sebelum

    menggigil, termogenesis, ataksia, hiporefleksia, dan rigiditi. Pada keadaan berat, dapat terjadi

    arefleksia daerah perifer

    Gejala dan tanda hipotermia

    1) Gejala hipotermia bayi baru lahir:

    Bayi tidak mau menetek, bayi lesu, tubuh bayi teraba dingin, denyut jantung bayi menurun dan kulit

    tubuh bayi mengeras.

    2) Tanda-tanda hipotermia:

    a) Hipotermia sedang: Aktivitas berkurang, tangisan melemah, kulit berwarna tidak rata (cutis

    marmorata), kemampuan menghisap lemah dan kaki teraba dingin.

    b) Hipotermia berat: sama dengan hipotermia sedang, bibir dan kuku kebiruan, pernafasan tidak

    teratur, bunyi jantung lambat, selanjutnya timbul hipoglikemi dan asidosis metabolik.

    Faktor penyebab

    Penyebab utama terjadinya hipotermia, karena kurangnya pengetahuan tentang mekanisme

    kehilangan panas dari tubuh bayi dan pentingnya mengeringkan bayi secepat mungkin. Dan resiko

    untuk terjadinya hipotermia dikarenakan perawatan yang kurang tepat setelah bayi lahir, bayi

    dipisahkan dari ibunya segera setelah lahir, berat badan bayi yang kurang dan memandikan bayi

    segera setelah lahir.

  • 8/10/2019 Perdarahan Post Partu

    20/24

    20

    Dan faktor pencetus terhadap timbulnya hipotermia adalah faktor lingkungan, syok, infeksi, KEP

    (Kekurangan Energi Protein), gangguan endokrin metabolik, cuaca, dan obat-obatan (Wiwik, 2010,

    p.4).

    Mekanisme kehilangan panas

    Bayi baru lahir tidak dapat mengatur suhu tubuhnya, dan dapat dengan cepat kehilangan panas

    apabila tidak segera dicegah. Bayi yang mengalami hipotermia beresiko mengalami kematian.

    Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir terjadi melalui:

    Gambar 2.1. Mekanisme Kehilangan Panas

    1) Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi pada saat bayi ditempatkan dekat benda yang

    mempunyai temperatur tubuh lebih rendah dari temperatur tubuh bayi, contohnya bayi

    ditempatkan dekat jendela yang terbuka

    2) Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan

    yang dingin, contohnya bayi diletakkan di atas timbangan atau tempat tidur bayi tanpa alas

    3) Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi pada bayi saat bayi terpapar dengan udara sekitar

    yang lebih dingin, contohnya angin dari kipas angin, penyejuk ruangan tempat bersalin

    4) Evaporasi adalah kehilangan panas karena menguapnya cairan ketuban pada permukaan tubuh

    setelah bayi lahir karena tubuh tidak segera dikeringkan.

    Suhu tubuh

    Suhu tubuh dikendalikan oleh hipotalamus. Hipotalmus berusaha agar suhu tetap hangat (36,5-

    37,5oC) meskipun lingkungan luar tubuh berubah-ubah. Hipotalamus mengatur suhu dengan

    menyeimbangkan produksi panas pada otot dan hati, kemudian menyalurkan panas pada kulit danparu-paru. Sistem kekebalan tubuh akan merespon apabila terjadi infeksi dengan melepaskan zat

    kimia dalam aliran darah, dan merangsang hipotalamus untuk menaikan suhu tubuh dan menambah

    jumlah sel darah putih yang berguna dalam melawan kuman (Lestari, 2010, p.2)

    Keseimbangan panas

    Pengaturan temperatur/ regulasi adalah suatu pengukuran secara komplek dari suatu proses dari

    kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan secara konstan. Suhu tubuh bayi

    merupakan tolok ukur kebutuhan akan tempat tidur yang hangat sampai suhu tubuhnya sudah

    stabil, dan suhu tubuh bayi harus dicatat (Sarwono, 2002, p.755).

  • 8/10/2019 Perdarahan Post Partu

    21/24

    21

    Manusia secara fisiologis digolongkan dalam makhluk berdarah panas/ homotermal suhu lingkungan

    berubah. Hal ini karena ada interaksi secara berantai kedua proses ini aktivitasnya diatur oleh

    susunan saraf pusat yaitu hipotalamus.

    Penatalaksanaan Hipotermia pada bayi baru lahir:

    Untuk mengatasi bayi yang mengalami hipotermia adalah dengan membersihkan cairan yang

    menempel pada tubuh bayi seperti darah dan air ketuban, membungkus bayi dengan selimut yang

    telah dihangatkan dan meletakkannya di dalam inkubator, kemudian pindahkan bayi menempel

    pada dada ibu, atau sering disebut sebagai metode kanguru (Ladewig, 2006, p.185).

    Apabila kondisi ibu tidak memungkinkan, karena ibu masih lemas pasca bersalin, segera keringkan

    bayi dan membungkus bayi dengan kain yang hangat, meletakkan bayi dekat dengan ibu, dan

    memastikan ruangan bayi cukup hangat (Wiwik, 2010, p.5)

    Untuk mencegah komplikasi hipotermia, pemanasan terhadap bayi harus segera dilakukan.

    Pemanasan yang terlalu cepat harus dihindarkan, karena dapat menyebabkan apnea. Penyebab

    hilangnya panas harus segera dihentikan, suhu harus terus dimonitor, dan investigasi terhadappenyebab-penyebab patologi atau iatrogenik harus diperiksa. Jika hipotermianya ringan, dilakukan

    pemanasan yang perlahan-lahan. Panas yang diberikan lebih tinggi sedikit dari panas kulit dan

    perlahan-lahan dinaikkan hingga dicapai suhu yang kira-kira sama dengan suhu ruangan yang

    normal. Suhu kulit, aksila, dan ruangan harus diukur setiap 30 menit selama masa pemanasan.

    Dianjurkan untuk menaikkan panas satu derajat tiap satu jam, kecuali jika berat badan bayi yang

    kurang dari 1200 gram, usia kehamilan kurang dari 28 minggu, atau suhunya kurang dari 32oC, dan

    bayi dapat dipanaskan lebih perlahan-lahan (rata-rata tidak lebih dari 0,6oC tiap jam).

    Peralatan yang dipakai untuk mengatasi hipotermia:

    Closed incubator. Biasanya digunakan untuk bayi yang mempunyai berat kurang dari 1800gram. Kerugian pemakaian alat ini adalah kita sulit untuk mengamati dan melakukan tindakan

    terhadap bayi. Perubahan suhu yang berhubungan dengan sepsis bisa kabur karena alat ini. Bayi

    dikeluarkan dari inkubator bila suhu tubuh dapat bertahan pada suhu lingkungan lebih dari 30oC

    (biasanya sewaktu tubuh telah mencapai kira-kira 1800 gram). Inkubator ini biasanya memakai alat-

    alat berikut:

    Pengatur suhu sendiri, yang ditaruh di atas perut bayi. Bila suhu tubuh bayi turun, panas akan

    dihasilkan sesuai target dan alat akan mati secara otomatis. Kerugiannya adalah bila sensornya lepas

    atau rusak dapat terjadi panas yang berlebihan.

    Air temperatur control device.

    Radiant warmer, khusus dipakai pada bayi yang tidak stabil atau yang sedang mengalami

    pemeriksaan. Temperatur dapat diatur dengan memakai skin probe atau manual mode.

    Pengaturan suhu tubuh pada bayi cukup bulan yang normal (> 2500 gram):

    Tempatkan bayi di bawah pemanas segera setelah bayi lahir.

    Keringkan seluruh tubuh untuk mencegah kehilangan panas dengan cara penguapan.

    Tutup kepala dengan cap.

    Bungkus bayi dengan selimut, masukkan dalam tempat tidur bayi.

    Pengaturan suhu tubuh bayi cukup bulan yang sakit:

    Prosedurnya sama dengan bayi cukup bulan yang sehat, kecuali radiant warmer-nya dengan

    pengatur suhu sendiri.

  • 8/10/2019 Perdarahan Post Partu

    22/24

    22

    Pengaturan panas pada bayi prematur (1000-2500 gr):

    Untuk berat bayi 1800-2500 gr, tanpa masalah medis, digunakan tempat tidur bayi, cap, dan selimut

    biasanya sudah cukup. Juga dapat digunakan cara skin-to-skin (kangaroo).

    Untuk bayi 1000-1800 gr:

    Untuk bayi yang sehat seharusnya ditempatkan di inkubator tertutup dengan pengatur suhu sendiri.

    Sedangkan untuk bayi yang sakit ditempatkan di bawah radiant warmer dengan pengatur suhu

    sendiri.

    Pengaturan panas terhadap bayi berat badan sangat rendah (

  • 8/10/2019 Perdarahan Post Partu

    23/24

    23

    Pandangan Islam mengenai pemeriksaan oleh Lawan jenis

    Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-

    menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah,

    Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya. (Q.S. Al-Maidah : 2)

    Dan Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang

    terpaksa kamu lakukan. (Q.S. Al-Anam : 119)

    Islam sangat menghargai tugas kesehatan, karena tugas ini adalah tugas kemanusiaan yang sangat

    mulia, sebab menolong sesama manusia yang sedang menderita. Dan menurut Islam, hubungan

    antara petugas kesehatan dengan pasien adalah sebagai hubungan penjual jasa dengan pemakai

    jasa, sebab si pasien dapat memanfaatkan ilmu, keterampilan, keahlian petugas kesehatan,

    sedangkan petugas kesehatan memperoleh imbalan atas profesinya berupa gaji atau honor. Karena

    itulah terjadilah akad ijarahantara kedua belah pihak, ialah suatu akad, di mana satu pihak

    memanfaatkan barang, tenaga, pikiran, keterampilan, dan keahlian pihak lain, dengan memberiimbalannya.

    Namun semua itu ada ukuran dan batasannya. Dalam masalah merawat dan mengobati pasien di

    dalam dunia kedokteran, secara umum Islam mengizinkan hal itu terjadi walau antara laki-laki dan

    perempuan. Dalam hal ini bisa saja dokter laki-laki dan pasiennya perempuan, atau sebaliknya.

    Kecuali untuk jenis penyakit tertentu dan penanganan tertentu yang mengharuskan dengan sesama

    jenis.

    1. Haram Melihat Aurat

    Laki-laki dan perempuan yang bukan suami istri atau mahram, diharamkan saling melihat

    aurat.Dari Ummi Hani berkata, Aku mendatangi Rasulullah SAW. di tahun kemenangan, namun

    beliau sedang mandi dan Fatimah menutupinya. Beliau SAW. bertanya, siapakah anda?. Dan aku

    pun menjawab, Umu Hani. (H.R. Bukhari)

    Keharaman laki-laki melihat aurat wanita dan wanita melihat aurat laki-laki pada dasarnya

    berlaku dalam urusan perawatan kesehatan dan penyembuhan. Tentu dikecualikan dalam keadaan

    darurat yang mempertaruhkan nyawa atau yang memenuhi ketentuan syariat.

    2. Haram Menyentuh

    Keharaman menyentuh tubuh atau kulit dari lawan jenis adalah hal yang telah menjadi

    kesepakatan para ulama, atau pendapat jumhur ulama. Kalau pun ada pengecualian, namun hukum

    asalnya adalah at-tahrim(keharaman).Dari Aisyah RA. Berkata, Telapak tangan Rasulullah SAW. tidak pernah menyentuh telapak

    tangan seorang perempuan pun, dan beliau bersabda ketika membaiat para wanita: Aku telah

    membaiat kalian lewat ucapan. (H.R. Muslim)

    Dan pada dasarnya keharaman sentuhan kulit ini juga berlaku pada dokter atau perawat laki-

    laki yang menangani pasien perempuan, dan dokter atau perawat perempuan yang menangani

    pasien laki-laki. Tentu dikecualikan dalam keadaan darurat yang mempertaruhkan nyawa, atau yang

    memenuhi ketentuan syariat.

    3. Haram Berduaan

    Selain diharamkan melihat aurat dan menyentuhnya, laki-laki dan perempuan yang bukan

    mahram juga diharamkan untuk bersepi-sepi berdua. Tanpa ada kehadiran mahram.

  • 8/10/2019 Perdarahan Post Partu

    24/24

    Adapun duduk berkhalwat dengan dokter pria, meskipun dalam waktu yang lama, semata-

    mata hanya karena tujuan pengobatan dan selama dokter itu seorang muslim yang dapat dipercaya

    dan baik akhlaknya dan selama itu merupakan keharusan, maka hal itu tidak dilarang.

    Dalam keadaan darurat itu membolehkan segala yang dilarang, menurut kaidah Ushul fiqh

    yang disepakati oleh sekalian ulama ushul. Dengan demikian, dokter boleh melihat dan memegang

    bagian badan yang memerlukan pengobatan dan pemeriksaan sekalipun kepada aurat terbesar. Iniberlaku umum baik terhadap tubuh pria maupun tubuh wanita atau sebaliknya.