AANNAALLIISSIISS TTAARRGGEETT EEKKSSPPOORR IINNDDOONNEESSIIAA
22001144 22001155
PPuussaatt KKeebbiijjaakkaann PPeerrddaaggaannggaann LLuuaarr NNeeggeerrii
BBaaddaann PPeennggkkaajjiiaann ddaann PPeennggeemmbbaannggaann KKeebbiijjaakkaann PPeerrddaaggaannggaann
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrddaaggaannggaann
22001144
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .................................................................................................... 1
DAFTAR TABEL ............................................................................................. 2
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................... 3
KATA PENGANTAR ....................................................................................... 4
BAB I ............................................................................................................... 5
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 5
1.2 Tujuan dan Output Kajian .................................................................. 8
1.3 Ruang Lingkup Kajian ........................................................................ 9
1.4 Metodologi Kajian .............................................................................. 9
1.4.1 Pengumpulan Data ...................................................................... 9
1.4.2 Alat Analisa ............................................................................... 10
1.4.2.1 Pemilihan Negara Tujuan Ekspor Non Migas 2014 .................... 10
1.4.2.2 Pemilihan Produk Ekspor ........................................................... 11
BAB II ............................................................................................................ 13
2.1 Kinerja Ekspor ................................................................................. 13
2.2 Kinerja Ekspor Menurut Negara ....................................................... 16
2.3 Kinerja Ekspor Menurut Produk ....................................................... 16
BAB III ........................................................................................................... 17
3.1 Target Ekspor menurut Negara tujuan utama (Main Market) ............... 17
3.2 Target Ekspor menurut Negara Tujuan Prospektif (Prospective Market) ...................................................................................................... 20
3.3 Target Ekspor menurut Produk Utama (Main Product) ........................ 23
3.4 Target Ekspor menurut Produk Prospektif (Prospektif Product) .......... 27
3.5 Target Ekspor di Provinsi Survei.......................................................... 30
BAB IV .......................................................................................................... 41
4.1 Kesimpulan .......................................................................................... 41
4.2 Rekomendasi Kebijakan ...................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 43
2
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Outlook Ekonomi Dunia 6
Tabel 2.1 Tabel Ekspor Indonesia Tahun 2012-2013 15
Tabel 3.1 Negara Target Utama Tujuan Ekspor Indonesia 2014-2015 .. 18
Tabel 3.2 Negara Prospektif Tujuan Ekspor Indonesia 2014-2015 . 21
Tabel 3.3 Produk Utama Ekspor Indonesia 2014 2015 . 24
Tabel 3.4 Produk Prospektif Ekspor Indonesia 2014-2015 .. 27
3
DAFTAR GRAFIK
Grafik 2. 1 Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Indonesia .. 13
Grafik 2. 2 Kinerja Nilai Ekspor Indonesia 2013 . 14
4
KATA PENGANTAR
Analisis singkat mengenai Target Ekspor 2014 2015 ini merupakan
salah satu kajian jangka pendek yang telah menjadi salah satu kegiatan pada
Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan. Fokus
kajian ini adalah untuk mengidentifikasi negara-negara yang termasuk dalam
negara tujuan ekspor utama dan prospektif Indonesia serta produk yang
termasuk dalam produk ekspor utama dan prospektif Indonesia.
Ketergantungan yang tinggi terhadap negara dan produk ekspor
tertentu, sangat rawan bagi kestabilan ekspor Indonesia. Bila terjadi
penurunan permintaan dari suatu negara atau suatu produk yang selama ini
menjadi andalan ekspor Indonesia maka dikhawatirkan akan berpengaruh
signifikan terhadap kinerja ekspor nasional beberapa tahun mendatang.
Atas dasar hal tersebut, Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri,
Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan merasa
perlu melakukan kajian Analisis Target Ekspor Indonesia 2014 2015. Hasil
kajian ini diharapkan dapat mempertahankan kesinambungan kinerja ekspor
Indonesia, melalui perluasan negara tujuan dan produk ekspor.
Akhirnya, kami menyadari bahwa laporan hasil kajian ini masih terdapat
banyak kekurangan. Untuk itu, kami sangat berterimakasih kepada semua
pihak atas segala masukan dan sarannya demi kesempurnaan laporan ini.
Jakarta, Maret 2014
Tim Kajian
5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aktivitas global dan perdagangan dunia mengalami peningkatan diparuh
kedua tahun 2013. Data terbaru bahkan menunjukkan pertumbuhan global
selama periode tersebut lebih baik daripada yang diprediksi World Economic
Outlook (WEO) edisi Oktober 2013. Permintaan akhir di negara maju lebih
tinggi dari yang diperkirakan, sementara di negara berkembang peningkatan
ekspor dipacu oleh aktivitas ekonomi yang lebih baik, sementara permintaan
ekspor pada umumnya tetap stabil, kecuali dari Cina (WEO Update, Januari
2014).
World Bank melalui Global Economic Prospects (2014) memproyeksikan
perekonomian global akan tumbuh sebesar 3,2 persen pada tahun 2014.
Angka ini menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan angka
pertumbuhan ekonomi global yang pada tahun lalu yang mencapai 2,4
persen. Sementara itu, perekonomian negara berkembang pada 2014
diperkirakan tumbuh pada level 5,3 persen, meningkat dibanding tahun lalu
yang hanya 4,8 persen, dan akan naik menjadi 5,5 persen pada 2015 dan 5,7
persen pada 2016. Bank Dunia juga memproyeksikan, pertumbuhan global
pada tahun 2015 dan 2016 masing-masing 3,4 persen dan 3,5 persen (Tabel
1.1).
World Bank juga mengingatkan untuk tetap mengantisipasi risiko pengetatan
stimulus moneter oleh Amerika Serikat yang akan dimulai awal tahun 2014,
khususnya antisipasi bagi negara-negara berkembang. Hal tersebut mengacu
pada prospek pertumbuhan ekonomi yang tetap rentan terhadap gejolak atas
kenaikan suku bunga global dan potensi volatilitas aliran modal, seperti yang
6
dilakukan oleh Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed yang melakukan
penarikan stimulus moneter secara besar-besaran (Kemenkeu, 2014).
Tabel 1.1 Outlook Ekonomi Dunia
Sumber: WEO Update, Januari 2014
7
Kondisi keuangan di negara maju mulai mereda sejak rilis Oktober 2013
WEO dengan sedikit perubahan sejak pengumuman oleh AS melalui The Fed
pada 18 Desember bahwa akan dilakukan langkah-langkah pelonggaran
kuantitatif. Termasuk dalam hal ini penurunan lebih lanjut premi risiko utang
pemerintah ekonomi zona euro yang sedang dilanda krisis. Di ekonomi pasar
negara berkembang, kondisi keuangan tetap ketat menyusul, meskipun arus
modal yang cukup kuat. pergerakan harga internasional belum sepenuhnya
pulih, banyak hasil obligasi negara telah naik tipis, dan beberapa mata uang
berada di bawah tekanan.
The Fed melanjutkan pemotongan stimulus untuk kedua kalinya sebesar
US$10 miliar menjadi US$65 miliar mulai bulan Februari 2014 setelah
pertemuan FOMC bulan Januari 2014. The Fed lebih optimis karena data
yang dirilis menunjukkan aktivitas ekonomi yang meningkat. Seluruh anggota
the Fed menyetujui berlanjutnya QE tapering yang menandakan bahwa
anggota Dewan masih memandang positif proses pemulihan ekonomi makro
di Amerika Serikat, terlepas dari melemahnya data tenaga kerja di bulan
Desember 2013 (Commonwealth Bank, Februari 2014).
Sementara itu, kinerja ekspor Indonesia tahun 2013 masih menunjukan
pertumbuhan yang relatif melambat. Hingga semester I tahun 2013,
pertumbuhan ekspor mencapai 4,2 persen, lebih rendah bila dibandingkan
dengan pertumbuhan ekspor semester I tahun 2012, yang mencapai 5,3
persen. Masih rendahnya pemulihan ekonomi di negara-negara mitra dagang
utama menjadi faktor penyebab lemahnya ekspor Indonesia. Penurunan
tersebut terjadi seiring dengan melemahnya impor total di masing-masing
negara mitra dagang utama Indonesia. Sementara itu, pertumbuhan impor
mengalami penurunan yang cukup jauh pada semester I tahun 2013, yaitu
sebesar 0,3 persen dari 10,2 persen (yoy) pada periode yang sama tahun
sebelumnya. Tekanan nilai tukar, pelemahan kebutuhan input impor untuk
8
produksi komoditi ekspor dan domestik, serta kekhawatiran akan tekanan
inflasi telah menyebabkan perlambatan pada pertumbuhan impor tersebut.
(Kementerian Keuangan, 2014).
Untuk mendorong kinerja ekspor melalui peningkatan daya saing produk
Indonesia di pasar global, Pemerintah telah membentuk Tim Nasional
Peningkatan Ekspor dan Peningkatan Investasi (Tim PEPI), dengan tujuan
merumuskan, mengkaji, dan menetapkan langkah-langkah penyelesaian
permasalahan yang bersifat strategis yang timbul dalam peningkatan ekspor.
Dalam kaitan ini, peran Tim PEPI pada tahun 2014 akan semakin
ditingkatkan untuk merumuskan strategi dan program kerja yang realistis
untuk memperluas pasar ekspor, dan mendorong ekspor komoditas yang
mempunyai nilai tambah. Strategi untuk memperbaiki posisi neraca
perdagangan juga akan ditempuh melalui kebijakan di bidang industri. Arah
kebijakan penghiliran industri serta pengembangan dan penguatan industri
intermediate ditujukan tidak hanya untuk mendorong peningkatan peran
komoditas manufaktur sebagai primadona ekspor, tetapi juga untuk
memperkuat industri barang modal dan bahan input dalam negeri sehingga
mengurangi ketergantungan pada bahan baku dan barang modal impor.
Strategi ini juga akan didukung dengan kebijakan pembiayaan yang murah,
baik melalui program kredit usaha dan investasi, maupun kredit serta
asuransi untuk kegiatan ekspor dan impor (Kementerian Keuangan, 2014).
1.2 Tujuan dan Output Kajian
Tujuan dan output yang dingin dicapai dalam kegiatan analisis ini adalah
sebagai berikut :
1. Menganalisis angka target ekspor non migas Indonesia 2014-2015.
9
2. Mengidentifikasi negara-negara yang termasuk dalam negara tujuan
ekspor utama Indonesia (main market) dan negara prospektif
(prospective market)
3. Mengidentifikasi produk-produk yang termasuk dalam produk ekspor
utama Indonesia (main product) dan negara prospektif (prospective
product)
Adapun output kajian ini berupa laporan akhir dengan judul Analisis Target
Ekspor Indonesia 2014-2015.
1.3 Ruang Lingkup Kajian
Agar dapat mencapai hasil yang sesuai maksud dan tujuan yang diharapkan,
maka ruang lingkup yang dikaji dalam analisis ini dibatasi sebagai berikut :
1. Data negara dan produk ekspor yang digunakan untuk analisis
merupakan data yang diterbitkan BPS periode 5 tahun terakhir.
2. Analisis negara tujuan dan produk ekspor Indonesia fokus ke sektor
non migas.
1.4 Metodologi Kajian
1.4.1 Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam kajian ini terdiri data primer dan sekunder. Data
sekunder yang dikumpulkan dalam kajian ini diperoleh dari Badan Pusat
Statistik (BPS), World Bank, World Economic Outlook (WEO). Adapun data
primer merupakan hasil kunjungan atau survei tim peneliti kepada para
eksportir dan dinas Perdagangan di beberapa daerah terpilih untuk
memperoleh data dan infomasi target ekspor di daerah survei tersebut.
10
1.4.2 Alat Analisa
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dan kuantitatif, yaitu penelitian yang didasarkan atas data sekunder,
artikel dan literatur yang berhubungan dengan permasalahan penelitian
khususnya terkait proyeksi dan target ekspor. Analisis yang digunakan pada
kajian ini adalah analisis deskriptif dengan tujuan untuk memaparkan hasil
temuan berupa data dan informasi baik yang sifatnya kualitatif maupun
kuantitatif.
1.4.2.1 Pemilihan Negara Tujuan Ekspor Non Migas 2014
Berikut adalah tahapan indikator pemilihan negara utama (main market)
tujuan ekspor non migas Indonesia tahun 2014;
1. Negara tujuan ekspor diurut berdasarkan pangsa pasar (share) ekspor
terbesar tahun 2013.
2. Negara-negara yang terpilih dari tahap 1, dikelompokkan menurut
region/wilayah masing-masing.
3. Region diurutkan berdasarkan jenis market, region emerging market
ditempatkan pada urutan teratas, hal ini bertujuan agar ekspor ke wilayah
tersebut dapat lebih dikembangkan, namun demikian tidak menutup
peluang untuk terus meningkatkan share ekspor ke negara Amerika
Serikat dan European Union (EU) yang sudah dikenal sebagai pasar
tradisional ekspor Indonesia.
11
Sedangkan tahapan indikator pemilihan negara potensial (prospective
market) tujuan ekspor non migas Indonesia tahun 2014;
1. Negara tujuan ekspor diurutkan berdasarkan nilai ekspor rata - rata
periode 2008-2012 dan tahun 2013 lebih dari US$ 100 juta (negara yang
sudah teridentifikasi sebagai main market tidak dimasukkan dalam
pemilihan ini).
2. Negara-negara yang terpilih dari tahap 1, dikelompokkan menurut
region/wilayah masing-masing.
3. Dari setiap region/wilayah dipilih sebanyak dua sampai lima (2 - 5) negara
yang berada di urutan teratas region tersebut, disesuaikan dengan
perkiraan besarnya market.
1.4.2.2 Pemilihan Produk Ekspor
Adapun tahapan indikator pemilihan produk utama (main product) ekspor
non migas Indonesia tahun 2014 adalah;
1. Produk dikelompokkan terlebih dahulu berdasarkan kesamaan dan
kemiripan sumber bahan baku dan keterkaitan dengan hilirisasi (cluster
produk).
2. Kelompok produk ekspor diurut berdasarkan pangsa pasar (share) ekspor
terbesar tahun 2013.
3. Dipilih 10 (sepuluh) kelompok produk dengan share terbesar ekspor tahun
2013.
12
Adapun tahapan indikator pemilihan produk potensial (prospective product)
ekspor non migas Indonesia tahun 2014 - 2015 adalah
1. Kelompok produk ekspor diurutkan berdasarkan nilai ekspor rata-rata
periode 2008-2012 lebih dari US$ 300 juta.
2. Kelompok produk yang sudah teridentifikasi sebagai main product tidak
dimasukkan dalam prospective product.
3. Kelompok produk diurut berdasarkan pangsanya terhadap ekspor non
migas tahun 2013.
13
BAB II
KINERJA PERDAGANGAN INDONESIA TAHUN 2013
2.1 Kinerja Ekspor
Selama kurun waktu 2008-2013 nilai dan volume total ekspor Indonesia
mengalami pertumbuhan rata-rata per tahun (trend) yang positif masing-
masing sebesar 9,4% dan 15,4%. Kinerja volume total ekspor selama periode
tersebut selalu mengalami penguatan setiap tahunnya. Bahkan peningkatan
volume total ekspor tahun 2013 meningkat hampir dua kali lipat dibanding
tahun 2008, dimana pada tahun 2008 volume ekspor masih sekitar 355,0 juta
ton, sedangkan tahun 2013 sudah mencapai 706,2 juta ton (Grafik 2.1).
Grafik 2. 1 Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Indonesia
Sumber: BPS (diolah Puska Daglu)
Berbeda halnya dengan volume, nilai total ekspor mengalami fluktuatif akibat
melemahnya perekonomian beberapa negara mitra pada tahun 2012 dan
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Nilai ekspor (LHS) 137.0 116.5 157.8 203.7 190.0 182.6
Volume ekspor (RHS) 355.0 379.0 478.8 582.2 600.1 706.2
-
100.0
200.0
300.0
400.0
500.0
600.0
700.0
800.0
-
50.0
100.0
150.0
200.0
250.0 Juta TonUS$ Miliar
14
2013. Sepanjang periode 2008-2013 nilai total ekspor tertinggi dicapai pada
tahun 2011 sebesar US$ 203,7 miliar. Sementara itu, nilai total ekspor, nilai
ekspor non migas dan nilai ekspor migas bulanan tahun 2013 juga
mengalami pertumbuhan rata-rata (trend) bulanan yang positif masing-
masing sebesar 0,46%, 0,36% dan 0,84%.
Grafik 2. 2 Kinerja Nilai Ekspor Indonesia 2013
Sumber: BPS (diolah Puska Daglu)
Sepanjang tahun 2013 nilai total ekspor tertinggi terjadi di bulan Desember
2013 mencapai US$ 16,97 miliar. Demikian juga dengan nilai ekspor non
migas dan migas juga tertinggi di bulan Desember masing-masing sebesar
US$ 13,56 miliar dan US$ 3,42 miliar. Sementara nilai total ekspor terendah
terjadi di bulan Agustus sebesar US$ 13,08 miliar, nilai ekspor non migas dan
migas terendah tahun 2013 terjadi pada bulan Agustus dan Juli masing-
masing sebesar US$ 10,36 miliar dan US$ 2,28 miliar (Grafik 2.2).
15.38 15.02 15.02 14.76 16.13
14.76 15.09 13.08 14.71
15.70 15.94 16.97
12.72 12.45 12.10 12.31 13.21
11.96 12.81
10.36 12.29
12.98 13.17
13.56
2.65 2.57 2.93 2.45 2.93 2.80 2.28 2.72 2.41 2.72 2.77 3.41
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
US
$ M
ilia
r
Total ekspor Non Migas Migas
15
Tabel 2.1 Tabel Ekspor Indonesia Tahun 2012-2013
Sumber: BPS (diolah)
Tabel 2.1 menunjukkan kinerja ekspor Indonesia berdasarkan sektor migas
dan non migas. Pada tahun 2013 ekspor sektor migas turun 11,75%
dibanding tahun 2012. Ekspor di sektor minyak mentah dan gas masing
masing mengalami penurunan sebesar 16,99% dan 11,65%. Sedangkan
ekspor hasil minyak menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 3,26%.
Berdasarkan data yang dirilis oleh BPS tersebut juga dapat dilihat kinerja
ekspor non migas Indonesia tahun 2013 mencapai US$149,91 miliar atau
mengalami penurunan sebesar 2,04 persen dibanding ekspor non migas
tahun 2012. Sektor industri dan sektor pertambangan dan lain-lain masing-
masing mengalami penurunan ekspor sebesar 2,67 % dan 0,55%. Namun
disisi lain, ekspor sektor pertanian menunjukkan pertumbuhan positif 2,58
persen dibanding tahun lalu.
Dari aspek produk, diantara sepuluh produk ekspor non migas utama dengan
HS 2 digit yang mengalami pertumbuhan ekspor positif di tahun 2013 antara
lain Bijih, kerak, dan abu logam (HS 26), Pakaian jadi bukan rajutan (HS 62),
Migas 36,977 32,633 -11.75 100.00
- Minyak Mentah 12,293 10,205 -16.99 31.27
- Hasil Minyak 4,163 4,299 3.26 13.17
- Gas 20,521 18,129 -11.65 55.55
Non Migas 153,043 149,919 -2.04 100.00
- Pertanian 5,569 5,713 2.58 3.82
- Industri 116,125 113,030 -2.67 75.39
- Pertambangan & Lain-lain 31,349 31,176 -0.55 20.79
URAIAN
PERUB.
2013/2012
(%)
NILAI FOB (JUTA US$) PERAN THD
EKSPOR
2013 (%)2012 2013
16
Alas kaki (HS 64) dan Plastik dan barang dari plastik (HS 39) masing -
masing sebesar 28,73%; 4,23%; 9,51% dan 3,74%.
2.2 Kinerja Ekspor Menurut Negara
Sementara dari aspek pasar atau negara tujuan ekspor, nilai ekspor
nonmigas ke beberapa negara emerging market selama 2013 mengalami
kenaikan yang signifikan. Ekspor non migas ke Turki mengalami kenaikan
mencapai US$ 172,8 juta. Kemudian disusul oleh Myanmar, Nigeria,
Vietnam, Ukraina, dan Mesir yang mengalami kenaikan antara US$ 88,0 juta
sampai US$ 154,8 juta. Demikian pula dengan ekspor nonmigas ke beberapa
negara mitra dagang utama juga mengalami kenaikan signifikan, yaitu India
(US$ 563,4 juta), Amerika Serikat (US$ 491,0 juta) dan Cina (US$ 418,1
juta).
2.3 Kinerja Ekspor Menurut Produk
Dari aspek produk, diantara sepuluh produk ekspor non migas utama dengan
HS 2 digit yang mengalami pertumbuhan ekspor positif di tahun 2013 antara
lain Bijih, kerak, dan abu logam (HS 26), Pakaian jadi bukan rajutan (HS 62),
Alas kaki (HS 64) dan Plastik dan barang dari plastik (HS 39) masing -
masing sebesar 28,73%; 4,23%; 9,51% dan 3,74%.
17
BAB III
TARGET EKSPOR INDONESIA 2014-2015
Berdasarkan Rencana Strategis Kementerian Perdagangan (Renstra
Kemendag) Periode 2010 2014 termaktub 3 misi utama Kemendag yakni;
1) meningkatkan kinerja ekspor nonmigas secara berkualitas; 2) menguatkan
pasar dalam negeri; 3) menjaga ketersediaan bahan pokok dan penguatan
jaringan distribusi nasional. Untuk menjalankan misi yang pertama maka
pada pada tanggal 8 Januari 2014 Kementerian Perdagangan telah
menetapkan target ekspor tahun 2014 sebesar US$ 190 miliar atau naik
4,1% terhadap realisasi ekspor tahun 2013 lalu. Sementara target ekspor
nonmigas tahun 2014 ditetapkan sebesar US$ 158 miliar - US$ 159 miliar
atau tumbuh sekitar 5,5% - 6,5% dibanding tahun 2013.
3.1 Target Ekspor menurut Negara tujuan utama (Main Market)
Sebagaimana yang telah dinyatakan dalam sub bab metodologi analisis ini
negara yang menjadi target utama ekspor Indonesia pada tahun 2014 -2015
terlebih dahulu diurut berdasarkan pangsa pasar (share) ekspor terbesar
tahun 2013, kemudian dikelompokkan menurut region/wilayah masing-
masing. Setelah region diurutkan berdasarkan jenis market, region emerging
market ditempatkan pada urutan teratas, diikuti Amerika Serikat dan Uni
Eropa yang sudah dikenal sebagai pasar tradisional tujuan ekspor non migas
Indonesia. Adapun negara-negara yang terpilih beserta target ekspornya
lebih jelas disajikan pada tabel 3.1 berikut.
18
Tabel 3.1 Negara Target Utama Tujuan Ekspor Indonesia 2014-2015
Sumber: Hasil Analisis *) Data Jan-Okt 2013
Dari hasil analisis diperoleh 14 negara sebagai negara target utama tujuan
ekspor Indonesia tahun 2014-2015 termasuk di dalamnya 5 negara terbesar
dari Uni Eropa. Urutan pertama diduduki oleh Amerika Serikat (AS), diantara
14 negara terpilih, ekspor non migas ke AS yang mengalami pertumbuhan
tertinggi (3,4%). AS juga termasuk dalam 3 besar dari sisi pangsa ekspor non
USD Juta Growth
(%) Share (%) USD Juta Growth (%)
MAIN MARKET 96,891.3 12.7 110,657.9 (2.7) 73.8 115,084 - 116,191 4.0 - 5.0
ASIA TIMUR-3 36,406.9 1.2 43,422.8 (3.0) 29.0 44,943 - 45,377 3.5 - 4.5
1 CHINA 14,649.6 33.0 21,282.1 2.0 14.2 22,240 - 22,453 4.5 - 5.5
2 JEPANG 15,566.4 9.1 16,086.7 (6.6) 10.7 16,328 - 16,489 1.5 - 2.5
3 KOREA SELATAN 6,190.9 11.6 6,054.0 (9.4) 4.0 6,266 - 6,326 3.5 - 4.5
4 INDIA 9,997.8 18.8 13,010.1 4.5 8.7 13,726 - 13,856 5.5 - 6.5
ASEAN-4 24,361.4 1.1 26,674.3 (5.4) 17.8 27,608 - 27,875 3.5 - 4.5
5 SINGAPURA 9,854.0 4.3 10,395.0 (1.5) 6.9 10,863 - 10,967 4.5 - 5.5
6 MALAYSIA 7,409.1 12.6 7,267.1 (14.2) 4.8 7,376 - 7,449 1.5 - 2.5
7 THAILAND 4,120.0 19.4 5,213.8 (5.0) 3.5 5,370 - 5,422 3.0 - 4.0
8 PILIPINA 2,978.3 17.6 3,798.4 3.0 2.5 4,045 - 4,083 6.5 - 7.5
9 AMERIKA SERIKAT 13,320.6 7.3 15,082.0 3.4 10.1 15,761 - 15,911 4.5 - 5.5
EU-5 12,804.5 1.1 12,468.7 (9.0) 8.3 12,843 - 12,967 3.0 - 4.0
10 BELANDA 4,025.7 9.3 4,014.4 (12.5) 2.7 4,135 - 4,175 3.0 - 4.0
11 JERMAN 2,830.8 8.3 2,882.0 (6.3) 1.9 2,911 - 2,940 1.0 - 2.0
12 ITALIA 2,266.1 11.1 2,128.2 (6.5) 1.4 2,203 - 2,224 3.5 - 4.5
13 SPANYOL 2,064.3 7.4 1,810.4 (12.5) 1.2 1,874 - 1,892 3.5 - 4.5
14 INGGRIS 1,617.6 3.8 1,633.7 (3.7) 1.1 1,691 - 1,707 3.5 - 4.5
Target 2014-2015
No Negara
Rata-rata Ekspor
2008-2012
(USD Juta)
Trend (%)
2008-2012
Realisasi 2013*
19
migas Indonesia setelah Jepang dan China. Target ekspor non migas 2014 -
2015 ke AS ditetapkan sebesar 4,5% - 5,5%.
Dari kawasan Asia Timur terpilih 3 negara target utama tujuan ekspor non
migas yaitu China, Jepang dan Korsel. Selama periode tahun 2008-2012
China merupakan negara dengan trend tertinggi di antara negara target
utama lainnya (33,0%). China juga menjadi pangsa ekspor non migas
terbesar Indonesia pada tahun 2013 (14,2%), ekspor non migas ke China
tahun 2014 diperkirakan tumbuh 4,5% - 5,5%. Pangsa ekspor ke Jepang dan
Korsel tahun 2013 juga siginfikan sebesar 10,7% dan 4,0%, sehingga target
ekspor non migas 2014 ke kedua negara tersebut ditetapkan masing-masing
1,5% - 2,5% dan 3,5% - 4,5%.
India sebagai salah satu negara emerging market yang sedang bersinar juga
termasuk ke dalam negara tujuan ekspor utama Indonesia, selama periode
2008 2012 trend tahunan ekspor non migas ke India tumbuh rata-rata
18,8%. Tahun 2013 ekspor ke negara ini menyumbang share 8,7% terhadap
total ekspor non migas Indonesia. Untuk tahun 2014 2015 diperkirakan
ekspor non migas ke India tumbuh 5,5% - 6,5%.
Integrasi ekonomi di kawasan Asia Tenggara sangat mendukung
pertumbuhan ekspor diantara negara anggotanya. Ekspor Indonesia ke
negara ASEAN-4 (Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina) tahun 2013
memberikan kontribusi sebesar 17,8% terhadap total ekspor non migas.
Diantara keempat negara tersebut Thailand memiliki trend tertinggi periode
2008 - 2012 sebesar 19,4%. Pertumbuhan ekspor non migas ke ASEAN-4
tahun 2014 2015 ditargetkan positif 3,5% - 4,5%.
Dari belahan benua Eropa terpilih 5 negara sebagai target utama tujuan
ekspor non migas yaitu Belanda, Jerman, Italia, Spanyol dan Inggris. Selama
periode tahun 2008 - 2012 Italia merupakan negara dengan trend tertinggi di
20
antara negara target utama lainnya sebesar 11,1%, sedangkan ekspor non
migas pada periode yang sama ke Belanda dan Jerman masing-masing
mencapai trend sebesar 9,3% dan 8,3%. Sementara itu, Belanda menjadi
pangsa ekspor non migas terbesar diantara EU-5 tahun 2013 sebesar 2,7%.
Ekspor non migas 2014 ke negara EU-5 ditargetkan tumbuh 3,0% - 4,0%.
3.2 Target Ekspor menurut Negara Tujuan Prospektif (Prospective
Market)
Pengertian negara prospektif dalam analisis ini adalah negara yang tidak
termasuk ke dalam negara tradisional ekspor Indonesia, namun memiliki
potensi besar sebagai tujuan utama ekspor non migas Indonesia di masa
yang akan datang. Berdasarkan hasil analisis maka terpilih 19 negara
sebagai negara target prospektif tujuan ekspor non migas Indonesia 2014 -
2015 (Tabel 3.2).
Diantara 19 negara sebagai negara target prospektif tujuan ekspor Indonesia
tahun 2014-2015 termasuk di dalamnya 5 negara dari Asia yaitu Taiwan,
Hongkong, Turki, Myanmar dan Kamboja. Diantara kelima negara Asia
tersebut, target ekspor terbesar ditujukan ke Turki sebesar 21,0% - 22,0%, ini
didukung oleh trend positif ekspor non migas Indonesia ke negara tersebut
pada periode 2008 - 2012 tumbuh 17,9% per tahun. Jika dilihat dari trend
2008 - 2012 ekspor non migas ke Myanmar mengalami pertumbuhan
tertinggi diantara Asia-5 lainnya (18,2%). Pertumbuhan ekspor non migas
2014 - 2015 ke Myanmar ditargetkan sebesar 16,5% - 17,5%. Sedangkan
target ekspor non migas 2014 - 2015 ke Asia-5 ditetapkan sebesar 8,0% -
9,0%.
21
Tabel 3.2 Negara Prospektif Tujuan Ekspor Indonesia 2014-2015
Sumber: Hasil Analisis *) Data sementara
Dari kawasan Timur Tengah terpilih 3 negara target utama tujuan ekspor non
migas yaitu Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Iran. Selama periode tahun
2008 - 2012 Arab Saudi mengalami trend tertinggi di antara negara target
2012 USD Juta Growth
(%) Share (%) USD Juta Growth (%)
PROSPECTIVE MARKET 19,222.1 13.0 23,190.2 22,917.2 (1.2) 15.3 24,407 - 24,636 6.5 - 7.5
ASIA-5 7,525.8 1.1 8,783.6 8,824.0 0.5 5.9 9,530 - 9,618 8.0 - 9.0
1 TAIWAN 3,465.6 11.3 4,094.1 3,730.9 (8.9) 2.5 3,880 - 3,917 4.0 - 5.0
2 HONGKONG 2,454.2 12.4 2,633.7 2,689.1 2.1 1.8 2,810 - 2,837 4.5 - 5.5
3 TURKI 1,084.1 17.9 1,363.4 1,536.2 12.7 1.0 1,859 - 1,874 21.0 - 22.0
4 MYANMAR 293.4 18.2 400.8 555.7 38.6 0.4 647 - 653 16.5 - 17.5
5 KAMBOJA 228.5 13.7 291.6 312.1 7.0 0.2 328 - 331 5.0 - 6.0
TIMUR TENGAH-3 3,469.9 1.1 3,873.7 3,787.3 (2.2) 2.5 3,901 - 3,939 3.0 - 4.0
6 SAUDI ARABIA 1,303.8 12.7 1,773.5 1,734.0 (2.2) 1.2 1,819 - 1,836 5.0 - 6.0
7 UNI EMIRAT ARAB 1,544.5 2.7 1,617.6 1,583.9 (2.1) 1.1 1,608 - 1,624 1.5 - 2.5
8 IRAN 621.6 (3.0) 482.6 469.3 (2.8) 0.3 486 - 490 3.5 - 4.5
EROPA TIMUR-2 1,088.2 1.2 1,416.2 1,569.4 10.8 1.0 1,789 - 1,805 14.0 - 15.0
9 FEDERASI RUSIA 599.5 33.2 867.3 930.3 7.3 0.6 986 - 996 6.0 - 7.0
10 UKRAINE 488.7 7.5 548.9 639.2 16.5 0.4 802 - 809 25.5 - 26.5
AMERIKA-5 2,351.7 1.2 2,681.2 2,833.8 5.7 1.9 3,018 - 3,046 6.5 - 7.5
11 BRASILIA 1,319.6 15.7 1,485.9 1,514.4 1.9 1.0 1,575 - 1,537 4.0 - 5.0
12 MEKSIKO 499.1 11.9 547.8 635.3 16.0 0.4 699 - 705 10.0 - 11.0
13 ARGENTINA 258.8 20.0 312.5 334.9 7.2 0.2 387 - 390 15.5 - 16.5
14 PERU 103.4 41.6 159.6 178.5 11.8 0.1 190 - 192 6.5 - 7.5
15 CHILI 170.8 10.8 175.3 170.8 (2.6) 0.1 172 - 173 0.5 - 1.5
16 AUSTRALIA 2,523.9 16.4 3,358.5 2,973.1 (11.5) 2.0 3,033 - 3,062 2.0 - 3.0
AFRIKA-3 2,262.5 1.2 3,077.0 2,929.6 (4.8) 2.0 3,179 - 3,208 8.5 - 9.5
17 REP.AFRIKA SELATAN 970.7 35.2 1,650.3 1,270.1 (23.0) 0.8 1,302 - 1,315 2.5 - 3.5
18 MESIR 953.3 12.5 1,013.7 1,101.8 8.7 0.7 1,179 - 1,190 7.0 - 8.0
19 NIGERIA 338.6 16.4 413.0 557.8 35.1 0.4 694 - 700 24.5 - 25.5
Target 2014-2015
No Negara
Rata-rata Ekspor
2008-2012
(USD Juta)
Trend (%)
2008-2012
Realisasi 2013*
22
ekspor lainnya dari Timur Tengah (12,7%). Arab Saudi juga menjadi pangsa
ekspor non migas terbesar Indonesia ke kawasan Timur Tengah pada tahun
2013 (1,2%), sehingga pada 2014 ekspor ke negara tersebut diperkirakan
tumbuh 5,0% - 6,0%. Pangsa ekspor ke Uni Emirat Arab dan Iran tahun
2013 masing-masing 1,1% dan 0,3%, sehingga target ekspor non migas
2014 ke kedua negara tersebut ditetapkan masing-masing 1,5% - 2,5% dan
3,5% - 4,5%.
Dari Eropa Timur terpilih 2 negara sebagai target prospektif tujuan ekspor
non migas yaitu Rusia dan Ukraina. Selama periode tahun 2008 - 2012 trend
ekspor non migas ke Rusia terbilang tinggi (33,2%), sedangkan ekspor non
migas pada periode yang sama ke Ukraina mencapai trend sebesar 7,5%.
Sementara itu, pangsa ekspor non migas ke Rusia dan Ukraina tahun 2013
mencapai 0,6% dan 0,4%. Ekspor non migas 2014 ke negara Eropa Timur
ditargetkan tumbuh 14% - 15%.
Pertumbuhan ekonomi Amerika Latin juga tumbuh positif, hal ini didukung
oleh pertumbuhan ekspor non migas Indonesia ke beberapa negara di
kawasan tersebut pada periode 2008 2012 cukup tinggi. Dalam analisis
target ekspor ini terpilih 5 negara Amerika sebagai negara target prospektif
tujuan ekspor non migas yaitu Brazil, Meksiko, Argentina, Peru dan Chili.
Diantara kelima negara tersebut yang mengalami trend ekspor tertinggi
periode 2008 2012 adalah negara Peru sebesar 41,6%. Sementara jika
dilihat dari pangsa 2013, dari 5 negara Amerika tersebut, Brazil memiliki
share terbesar ekspor non migas yaitu 1,0%. Pertumbuhan ekspor non migas
2014 - 2015 ke Amerika-5 ditargetkan sebesar 6,5% - 7,5%. Sedangkan
target ekspor non migas 2014 - 2015 ke Brazil, Meksiko, Argentina, Peru dan
Chili berturut - turut sebesar 4,0% - 5,0%; 10,0% - 11,0%; 15,5% - 16,5%;
6,5% - 7,5% dan 0,5% - 1,5%.
23
Australia sebagai salah satu negara maju juga termasuk ke dalam negara
target prospektif tujuan ekspor non migas Indonesia, selama periode 2008
2012 trend tahunan ekspor non migas ke Australia cukup baik, yaitu positif
16,4%. Tahun 2013 ekspor ke negara ini menyumbang share 2,0% terhadap
total ekspor non migas Indonesia. Sehingga tahun 2014 2015 ekspor non
migas ke Australia ditargetkan tumbuh 2,0% - 3,0%.
Negara-negara di benua Afrika merupakan pasar potensial ekspor Indonesia
yang harus terus dikembangkan secara intensif, selain itu negara Afrika juga
berbatasan langsung dengan benua Eropa, sehingga negara di Afrika
merupakan salah satu akses menuju pasar Eropa. Dari Afrika terpilih 3
negara sebagai target prospektif tujuan ekspor non migas yaitu Afrika
Selatan, Mesir dan Nigeria. Pada tahun 2013 ekspor Indonesia ke negara
Afrika-3 tersebut memberikan kontribusi sebesar 2,0% terhadap total ekspor
non migas. Diantara ketiga negara tersebut Afrika Selatan mengalami trend
tertinggi periode 2008 - 2012 sebesar 35,2%. Pertumbuhan ekspor non
migas ke Afrika-3 tahun 2014 2015 ditargetkan positif 8,5% - 9,5%,
sementara ekspor ke Nigeria pada periode yang sama ditargetkan tumbuh
24,5% - 25,5%.
3.3 Target Ekspor menurut Produk Utama (Main Product)
Berdasarkan metodologi penentuan produk dalam analisis ini, produk -
produk ekspor non migas Indonesia dikelompokkan terlebih dahulu
berdasarkan kesamaan dan kemiripan sumber bahan baku dan keterkaitan
dengan hilirisasi (cluster produk). Selanjutnya kelompok produk ekspor diurut
berdasarkan pangsa pasar (share) ekspor terbesar tahun 2013. Kemudian
dipilih 10 (sepuluh) kelompok produk ekspor utama dengan share terbesar
ekspor tahun 2013.
24
Batubara, memiliki share ekspor yang besar, namun bukan komoditi yang
sustainable, sehingga batubara tidak digolongkan ke dalam target produk
utama ekspor Indonesia. Lebih lengkap data target produk utama ekspor
tahun 2014 - 2015 disajikan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Produk Utama Ekspor Indonesia 2014 - 2015
Sumber: Hasil Analisis
*) Data sementara
Diantara kelompok produk utama ekspor non migas Indonesia, CPO dan
produk turunannya masih menjadi primadona. Ditambah lagi trend
pertumbuhan ekspor tahunannya pada periode 2008 - 2012 masih tertinggi
diantara kelompok produk utama ekspor lainnya (25,57%). Share CPO
terhadap ekspor non migas juga masih terbesar diantara kelompok produk
lain yakni 11,9%, sehingga ekspor CPO dan produk turunannya pada 2014
2015 ditargetkan tumbuh 5,0% - 6,0%.
USD JutaGrowth
(%)Share (%) USD Juta Growth (%)
83,318.4 13.64 76,110.9 (4.7) 61.8 96,748 - 97,662 5.5 - 6.5
1 CPO & TURUNANNYA 16,578.3 25.57 14,701.8 (12.5) 11.9 18,524 - 18,701 5.0 - 6.0
2 TPT 11,271.6 6.08 10,629.9 2.1 8.6 13,649 - 13,776 7.0 - 8.0
3 ELEKTRONIK 10,486.4 4.41 9,040.3 (8.6) 7.3 11,336 - 11,445 4.5 - 5.5
4 KARET DAN PRODUK KARET 9,349.8 18.22 7,931.8 (11.7) 6.4 9,899 - 9,994 4.0 - 5.0
5 PRODUK KAYU, PULP, & FURNITURE 8,302.5 3.56 7,442.0 1.5 6.0 9,422 - 9,511 5.5 - 6.5
6 PRODUK KIMIA 6,853.3 13.84 7,135.0 (1.2) 5.8 9,161 - 9,247 7.0 - 8.0
7 PRODUK LOGAM 9,305.8 10.94 6,834.4 (4.2) 5.5 8,570 - 8,652 4.5 - 5.5
8 MESIN-MESIN 4,720.2 11.44 4,943.5 5.8 4.0 6,614 - 6,674 11.5 - 12.5
9 MAKANAN OLAHAN 3,342.0 16.49 3,767.4 7.0 3.1 4,996 - 5,041 10.5 - 11.5
10 OTOMOTIF 3,108.7 18.05 3,685.0 (6.3) 3.0 4,577 - 4,621 3.5 - 4.5
Target 2014-2015
MAIN PRODUCTS
No Uraian
Rata-rata Ekspor
2008-2012
(USD Juta)
Trend (%)
2008-2012
Realisasi 2013*
25
Target ekspor kelompok Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) telah disampaikan
kepada Ditjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (IUBTT)
Kementerian Perindustrian. Ekspor TPT tahun 2014 2015 yang ditargetkan
tumbuh 7,0% - 8% optimis dapat tercapai karena didukung dengan program
revitalisasi industri mesin. Sementara untuk produk elektronik juga optimis
mencapai target pertumbuhan ekspor sebesar 4,5% -5,5% terutama dengan
adanya investasi PT Samsung Electronics Indonesia dalam pembangunan
pabrik gadget, termasuk telepon seluler dan komputer tablet di Indonesia
(Kemendag, 2014).
Karet dan produk karet yang mengalami pertumbuhan tahunan (trend)
terbesar kedua dari produk ekspor utama (18,22%) ditargetkan tumbuh 4,0%
dan 5,0%. Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) dan para
pengusaha karet di Sumatera Selatan juga optimis dapat mencapai target
ekspor karet tersebut, karena didukung oleh pertumbuhan produksi 2014
yang diperkirakan akan mencapai 1,1 juta ton (tumbuh 10% terhadap
produksi 2013) serta ditambah prediksi bahwa harga karet akan mengalami
sedikit kenaikan, sehingga dapat mendorong nilai ekspor karet dan produk
karet.
Sedangkan untuk produk otomotif pihak Ditjen IUBTT, Kementerian
Perindustrian sangat optimis dapat mencapai target ekspor produk otomotif
yang ditetapkan oleh Kementerian Perdagangan (3,5% - 4,5%), bahkan
IUBTT menargetkan pertumbuhan ekspor produk otomotif sendiri sebesar
10%. Diantara sepuluh target produk utama ekspor Indonesia 2014 - 2015
kelompok produk mesin - mesin yang ditetapkan sebagai target ekspor
tertinggi yaitu 11,5% -12,5%. Target ekspor mesin ini sangat realistis karena
trend pertumbuhan tahunan ekspor mesin-mesin periode 2008 2012
mencapai 11,44%. Sementara produk logam dengan pangsa pasar ekspor
26
tahun 2013 sebesar 5,5% ditargetkan tumbuh 4,5% -5,5% di tahun 2014 -
2015 (Kemendag, 2014).
Ditjen IUBTT dan Ditjen Basis Industri Manufaktur (BIM) Kementerian
Perindustrian akan berpartisipasi pada beberapa pameran luar negeri seperti
pameran Automechanika (produk otomotif dan komponen kendaraan
bermotor) di Frankfurt, Jerman dan pameran Cebit (produk software dan IT).
Untuk meningkatkan kinerja ekspor, Ditjen IUBTT juga mengusulkan adanya
zona khusus untuk produk unggulan berbasis teknologi tinggi pada Trade
Expo Indonesia (TEI) yang diselenggarakan oleh Kementerian Perdagangan
setiap tahun.
Menurut Ditjen IUBTT, Kementerian Perindustrian target pertumbuhan ekspor
produk kimia tahun 2014 2015 sebesar 7,0% - 8,0% sulit tercapai. Namun
jika dilihat trend pertumbuhan tahunan ekspor produk kimia tahun 2008
2012 yang mencapai 13,84% dan pangsa pasar ekspor tahun 2013 sebesar
5,8%, rasanya pertumbuhan ekspor antara 7,0% - 8,0% masih realistis dapat
tercapai.
Target ekspor kelompok produk kayu, pulp dan furniture serta makanan
olahan telah disampaikan kepada Ditjen Industri Kecil dan Menengah (IKM),
Kementerian Perindustrian. Ekspor kelompok produk kayu, pulp dan furniture
tahun 2014 - 2015 yang ditargetkan tumbuh 5,5% - 6,5% optimis dapat
tercapai demikian juga target ekspor kelompok produk makanan olahan
sebesar 10,5% - 11,5%. Menurut Ditjen IKM kendala dalam meningktakan
ekspor produk furniture terutama dalam hal penerapan Sistem Verifikasi
Legalitas kayu (SVLK) karena ketidaksiapan di lapangan, oleh karena itu
diusulkan agar SVLK disusun berdasarkan kelompok. Sedangkan ekspor
produk makanan olahan menghadapi kendala peraturan yang berubah - ubah
dan terkait dengan beberapa kasus (kasuistik).
27
3.4 Target Ekspor menurut Produk Prospektif (Prospektif Product)
Produk yang digolongkan dalam kelompok produk prospektif adalah produk
yang tidak termasuk ke dalam produk utama ekspor Indonesia, namun
memiliki potensi besar sebagai produk ekspor ekspor non migas Indonesia di
masa yang akan datang. Berdasarkan hasil analisis maka terpilih 10
kelompok produk sebagai target produk prospektif ekspor non migas
Indonesia 2014 - 2015 (Tabel 3.4).
Tabel 3.4 Produk Prospektif Ekspor Indonesia 2014-2015
Sumber: Hasil Analisis
*) Data sementara
Menurut Ditjen IUBTT, Kementerian Perindustrian target ekspor alas kaki
optimis dapat tercapai karena didukung dengan adanya program revitalisasi
industri alas kaki. Diantara kelompok produk prospektif ekspor non migas
Indonesia, alas kaki yang memiliki pangsa ekspor terbesar tahun 2013
USD JutaGrowth
(%)Share (%) USD Juta Growth (%)
12,469.8 13.22 13,104.0 (1.4) 10.6 17,161 - 17,318 9.0 - 10.0
1 ALAS KAKI 2,590.0 13.11 3,158.9 11.0 2.6 4,378 - 4,416 15.5 - 16.5
2 PERHIASAN 1,909.0 32.70 2,279.8 (19.5) 1.9 2,804 - 2,832 2.5 - 3.5
3 PRODUK PLASTIK 2,211.0 7.44 2,105.4 0.6 1.7 2,691 - 2,716 6.5 - 7.5
4 UDANG 1,044.1 2.31 1,217.4 19.1 1.0 1,687 - 1,702 15.5 - 16.5
5 IKAN & PRODUK IKAN 1,107.9 14.03 1,094.9 (11.4) 0.9 1,353 - 1,366 3.0 - 4.0
6 KOPI 983.2 15.90 1,035.2 (0.9) 0.8 1,360 - 1,373 9.5 - 10.5
7 KAKAO DAN OLAHANNYA 1,201.7 9.77 783.1 11.9 0.6 1,062 - 1,071 13.0 - 14.0
8 KERAJINAN 621.9 5.71 561.6 (2.9) 0.5 721 - 728 7.0 - 8.0
9 REMPAH-REMPAH 417.2 19.49 472.7 (14.6) 0.4 587 - 593 3.5 - 4.5
10 KULIT & PRODUK KULIT 383.8 8.06 394.8 3.9 0.3 516 - 521 9.0 - 10.0
Target 2014-2015
PROSPECTIVE PRODUCTS
No Uraian
Rata-rata Ekspor
2008-2012
(USD Juta)
Trend (%)
2008-2012
Realisasi 2013*
28
(2,6%). Trend pertumbuhan tahunan ekspor alas kaki juga terbilang baik
(13,11%) sehingga ekspor alas kaki pada 2014 2015 ditargetkan tumbuh
15,5% - 16,5%. Ditjen IUBTT dan Ditjen Basis Industri Manufaktur (BIM) akan
berpartisipasi pada pameran luar Expo Riva Schuh untuk produk alas kaki di
Riva de Garda, Italia (Kemendag, 2014).
Ekspor kelompok produk perhiasan cukup menjanjikan prospek yang cerah,
selama kurun waktu 5 tahun (2008 2012) mengalami pertumbuhan tahunan
(trend) terbesar dari produk ekspor prospektif (32,70%). Sedangkan pangsa
ekspor perhiasan tahun 2013 mencapai 1,9% terhadap ekspor total non
migas, sehingga ekspor perhiasan tahun 2014 - 2014 ditargetkan tumbuh
sekitar 15,5% - 16,5%.
Plastik merupakan bagian dari produk manufaktur yang masih berpeluang
besar untuk dikembangkan ekspornya. Ditambah lagi trend pertumbuhan
ekspor tahunannya pada periode 2008 - 2012 yang cukup baik (7,44%).
Share ekspor produk plastik terhadap ekspor non migas tahun 2013 sekitar
1,7%, sehingga ekspor produk plastik pada 2014 2015 ditargetkan naik
berkisar antara 6,5% - 7,5%.
Menurut Ditjen Industri Agro, Kementerian Perindustrian target ekspor ikan
dan produk ikan diperkirakan agak sulit tercapai. Hal ini dikarenakan produksi
yang sangat bergantung kepada faktor iklim dan cuaca di laut. Ekspor
kelompok ikan dan produk ikan tahun 2014 - 2015 yang ditargetkan tumbuh
3,0% - 4,0% sedangkan target ekspor kelompok produk ikan diperkirakan
lebih baik yakni tumbuh sebesar 15,5% - 16,5% (Kemendag, 2014).
Sedangkan untuk nilai ekspor produk kopi diperkirakan mengalami
peningkatan, namun kebanyakan masih dalam bentuk produk mentah seperti
green bean. Trend pertumbuhan tahunan ekspor produk kopi tahun 2008
2012 yang mencapai 15,9% dan pangsa pasar ekspornya tahun 2013
29
sebesar 0,8%, sehingga pertumbuhan ekspor kopi ditargetkan berkisar
antara 9,5% - 10,5%.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Ditjen Industri Agro, Kementerian
Perindustrian target ekspor produk kakao optimis tercapai karena semakin
banyaknya investor yang masuk di sektor kakao. Selama periode 2008
2012 trend pertumbuhan tahunan ekspor produk olahan kakao juga tergolong
baik (9,77%), sedangkan pangsa ekspornya tahun 2013 mencapai 0,6%.
Wacana penghapusan bea masuk biji kakao di awal tahun 2014 diharapkan
juga dapat semakin menggenjot ekspor produk olahan kakao Indonesia.
Sehingga ekspor produk olahan kakao pada 2014 2015 ditargetkan tumbuh
13,0% - 14,0%.
Produk hasil kerajinan diperkirakan masih memiliki prospek untuk mengalami
peningkatan beberapa tahun ke depan. Adapun trend pertumbuhan tahunan
ekspor produk kerajinan tahun 2008 2012 mencapai 5,71% dan pangsa
pasar ekspornya tahun 2013 sebesar 0,5%, sehingga pertumbuhan ekspor
produk kerajinan ditargetkan berkisar antara 7,0% - 8,0%. Ditjen Industri Kecil
dan Menengah (IKM), Kementerian Perindustrian dan Kementerian
Perdagangan menyepakati akan berpartisipasi bersama dalam beberapa
pameran terpilih di tahun 2015, yaitu Ambiente (pameran produk kerajinan
dan home decoration) di Frankfurt dan Vicenza Oro (pameran produk
perhiasan) di Italia (Kemendag, 2014).
Menurut Ditjen Industri Agro, Kementerian Perindustrian ekspor produk
rempah - rempah cenderung mengalami penurunan, namun target ekspor
2014 - 2015 sebesar 3,5% - 4,5% relatif masih dapat tercapai. Trend
pertumbuhan tahunan ekspor rempah - rempah pada periode 2008 - 2012
cukup baik (19,49%). Share ekspor produk rempah - rempah terhadap ekspor
non migas tahun 2013 sekitar 0,4% (Kemendag, 2014).
30
Kulit dan produk kulit merupakan kelompok produk yang terpilih sebagai
produk prospektif ekspor Indonesia 2014 -2015 dan masih berpeluang besar
untuk ditingkatkan ekspornya. Trend pertumbuhan ekspor tahunannya pada
periode 2008 - 2012 yang cukup baik (8,06%). Share ekspor kulit dan produk
kulit terhadap ekspor non migas tahun 2013 sekitar 0,3%, sehingga ekspor
kulit dan produk kulit pada 2014 2015 ditargetkan naik berkisar antara 9,0%
- 10,0%. Ditjen IKM mengusulkan agar dibuat koperasi penyedia bahan baku,
koperasi distribusi dan koperasi eksportir sehingga dapat membantu para
eksportir dengan skala UKM untuk mengatasi berbagai hambatan dalam
melakukan ekspor produk yang mereka hasilkan.
3.5 Target Ekspor di Provinsi Survei
1. Provinsi Bali
Informasi yang diperoleh dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi
Bali:
a. Realisasi ekspor non migas Bali tahun 2013 sebesar 0,88%, angka ini
belum mencapai target ekspor Bali tahun 2013 yang ditetapkan sebesar
3,22%. Sedangkan target ekspor Bali tahun 2014 sebesar 5,02%. Adapun
upaya pencapaian target ekspor 2014 Provinsi Bali dilakukan dengan
meningkakan promosi ekspor ke Sydney (Australia) dan China.
Disperindag Bali giat melakukan pembinaan terutama bagi Industri Kecil
dan Menengah (IKM) agar dapat mengikuti kegiatan pameran baik dalam
maupun luar negeri sehingga dapat meningkatkan pangsa ekspor.
b. Ekspor Produk batuan dari Bali mengalami kendala akibat diterbitkannya
peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No 04/M-
DAG/PER/1/2014 tentang Ketentuan Ekspor Produk Pertambangan Hasil
Pengolahan dan Pemurnian. Ekspor batu khususnya serta ekspor
31
furniture dan kerajinan umumnya mengalami penurunan, penundaan
bahkan terjadi pembatalan order akibat tidak adanya sosialisasi dari
pemerintah terkait berlakunya Permendag tersebut.
c. Berdasarkan informasi dari DPW Asosiasi Logistik dan Forwader (ALFI)
Bali mengusulkan penundaan berlakunya Permendag No: 04/ M-
DAG/PER/1/2014, mengingat ekspor dari Bali berupa barang campuran,
dimana dalam satu container dapat berisi berbagai jenis komoditi,
termasuk batu.
d. Sementara ekspor buah manggis ke China masih ditolak, padahal kadar
Cadmium sudah mengikuti ketentuan global yang berlaku di China.
Informasi yang diperoleh dari Sekretaris Jenderal Asosiasi Tuna Longline
Indonesia, Bapak Dwi Agus Siswa Putra
a. Target ekspor untuk ikan tangkap tidak ada, karena produksi
(penangkapan) sangat tergantung pada kebijakan nasional dan
internasional, serta faktor cuaca. Wilayah tangkap terbatasi karena
perjanjian laut internasional, Indonesia memiliki garis pantai yang
mencapai 81.000 km dari 17.508 pulau. Dari luas itu, nelayan dan industri
tuna asal Indonesia biasanya beroperasi di Samudera Hindia dan
Samudera Pasifik. Samudera Hindia membentang dari ujung barat Pulau
Sumatera hingga ke Pulau Timor, meliputi perairan Sumatera, Jawa dan
Bali.
b. Berdasarkan data dari Komisi Nasional Pengkajian Sumberdaya Ikan,
potensi eksplorasi ikan Indonesia sebesar 7,3 juta ton per tahun. ATLI
sendiri memiliki 664 kapal tangkap untuk kegiatan operasionalnya.
Berdasarkan data logbook yang diterima, data produksi kapal anggota
ATLI tahun 2013 sebesar 14,8 ribu ton. Dalam kurun waktu lima tahun
32
terakhir produksi tahun 2008 mencapai angka tertinggi yaitu 21,8 ribu ton
karena pada tahun tersebut pemerintah masih memberi subsidi BBM
sekaligus untuk 3 bulan.
c. Permasalahan yang dapat menghambat pertumbuhan ekspor tuna saat
ini secara garis besar ada 2 yaitu; 1. Kebijakan pemerintah yang
mengikuti kebijakan internasional dimana saat ini sudah tidak
mengizinkan penangkapan sekaligus di dua samudera (Hindia dan
Pasifik). Saat ini hanya diizinkan dua pangkalan dari samudera yang
sama (misalnya pangkalan Benoa dan Jakarta yang berada di samudera
yang sama yaitu Hindia; 2. Biaya operasional yang tinggi, dimana
komponen biaya bahan bakar mencapai 70 persen dari total biaya
operasional. Beberapa tahun yang lalu subsidi BBM dari pemerintah
diberikan pada nelayan dan industri tuna untuk tiga bulan sekaligus,
sedangkan saat ini hanya untuk satu bulan yaitu 25 kilo liter.
Informasi yang diperoleh dari para eksportir di provinsi Bali adalah:
a. PT. Intimas Surya merupakan eksportir tuna terbesar dari provinsi Bali.
Sejak tahun 2010 perusahaan ini mentargetkan ekspor sebesar 96
kontainer per tahun. Namun target ini belum pernah tercapai. Khusus
ekspor penangkapan ikan perlu diperhatikan tidak sama dengan ekspor
budidaya karena sangat tergantung faktor cuaca dan iklim. Produk utama
yang dihasilkan perusahaan ini adalah ikan tuna, cumi-cumi, meka dan
albacore. Pesaing utama berasal dari Vietnam, Thailand, Meksiko dan
Chile. Faktor yang mempengaruhi daya saing ekspor perusahaan ini
diantaranya harga bahan baku dan kuantitas produksi.
33
b. CV. Kambuna Jaya adalah eksportir produsen untuk produk wood
working dan interior design. Bahan baku berupa kayu untuk produksi
diperoleh dari Bali, Kalimantan, Sumbawa dan Papua. Target ekspor
perusahaan tahun 2014 sebesar 2,8% target ini tidak begitu besar karena
tahun ini merupakan tahun politik dan kebijakan SVLK masih dalam
tahap sosialisasi, sedangkan target ekspor tahun 2015 diperkirakan
tumbuh lebih dari 10%. Negara tujuan ekspor utama produk kayu ini
adalah Uni Eropa dan Amerika Serikat. Sementara negara pesaing
produk kayu berasal dari China. Kebijakan pemerintah terkait Sistem
Verifikasi Legalitas kayu (SVLK) dirasa sangat baik sehingga kayu yang
beredar di dalam negeri maupun ekspor, jelas status legalitas dan
sertifikasinya. Permasalahan yang dihadapi perusahaan ini adalah
ekspor produk berbahan baku kayu dapat masuk ke beberapa kode HS
sekaligus, sehingga terkadang membingungkan untuk pemilihan kode HS
yang paling sesuai.
c. CV. La Chidehafu merupakan perusahaan komoditas berbagai produk
ekspor berbahan baku kulit. Produk yang dihasilkan antara lain jaket,
baju, tas, ikat pinggang dan dompet. Produk ekspor yang diproduksi
perusahaan ini sangat dinikmati konsumen mancanegara karena bahan
yang digunakan berkualitas, diproduksi handmade dan pengerjaan
dengan desain yang unik dan detail. Perusahaan ini menetapkan target
ekspor tahun 2014 untuk tas kulit sebanyak 65.000 pcs. Negara pesaing
utama China karena komponen biaya upah tenaga kerja yang lebih
murah.
34
d. CV. Sri Djaya Bali adalah eksportir pakaian wanita (dress, top, skirt).
Target ekspor perusahaan tahun ini meningkat 70%. Perkiraan terjadinya
peningkatan ekspor pada bulan Agustus, dengan tujuan ekspor utama ke
Australia 50%, Eropa 30% dan Amerika Serikat 20%. Pesaing utama
produk ekspor perusahaan ini berasal dari negara China dan India.
Perusahaan ini aktif mengikuti pameran seperti Hongkong Fashion
Week, TEI dan Indonesia Fashion Week. Sedangkan faktor yang
mempengaruhi daya saing produk yang dihasilkan antara lain biaya
bahan baku dan upah tenaga kerja.
e. PT. Pacific Express mempunyai dua bidang usaha yaitu cargo
internasional dan ekspor produk pakaian jadi. Perusahaan ini
menetapkan target volume ekspor tahun 2014 tumbuh 10% terhadap
ekspor tahun 2013. Peningkatan ekspor paling tinggi diperkirakan terjadi
pada bulan Juli - Agustus, dengan tujuan ekspor utama ke Amerika
Serikat 40%, Eropa 20% dan Asia/Australia 40%. Pesaing utama produk
pakaian jadi berasal dari China karena harga yang lebih murah, kualitas
dan desain lebih menarik. Permasalahan yang dihadapi perusahaan ini
adalah turunnya permintaan dari luar negeri akibat dari peristiwa ledakan
bom Bali beberapa tahun silam dan ACFTA yang berlaku sejak tahun
2010.
2. Provinsi Sumatera Selatan
Informasi yang diperoleh dari Provinsi Sumatera Selatan;
35
Karet dan Produk Karet
1. Kondisi Terkini
Ekspor karet dan produk karet yang telah ditetapkan oleh Kementerian
Perdagangan tahun 2014 sebesar Rp 9,4 miliar. Sumatera Selatan
menyumbang sekitar sepertiga dari total produksi karet nasional. Sekitar 85%
dari produksi karet Sumatera Selatan diekspor dan sisanya untuk kebutuhan
domestik. Sementara itu karet naik di pasaran dunia maupun domestik sekitar
70% untuk bahan baku ban sedangkan 30% untuk barang jadi karet lainnya.
Berdasarkan informasi Gapkindo dan para pengusaha karet di Sumatera
Selatan, produksi karet tahun 2013 mencapai 1,0 juta ton (naik sekitar 13,8%
dibanding tahun 2012) dan volume ekspor karet tahun 2013 sebesar 973 ribu
ton (naik 12,5% dibanding tahun 2012). Namun harga karet yang turun di
tahun 2013 menyebabkan penerimaan devisa menurun menjadi USD 2,5
miliar (turun sekitar 9,1% dibanding tahun sebelumnya).
Untuk target ekspor karet 2014, Gapkindo dan para pengusaha karet di
Sumatera Selatan optimis dapat memberikan kontribusi maksimal, hal
tersebut didukung oleh pertumbuhan produksi 2014 yang diperkirakan akan
mencapai 1,1 juta ton (naik sekitar 10% dibanding 2013) serta ditambah
prediksi bahwa harga karet akan mengalami sedikit kenaikan, sehingga dapat
mendorong nilai ekspor karet dan produk karet nasional.
Namun demikian, untuk dapat mencapai target tersebut, seluruh stakeholder
harus bekerja bersama-sama melakukan perbaikan-perbaikan yang
dibutuhkan.
36
2. Permasalahan dan Hambatan
Permasalahan utama terkait ekspor karet, khususnya di Sumatera Selatan
adalah infrastruktur, birokrasi dan sistem on farm maupun off farm petani
karet. Kurang baiknya infrastruktur pelabuhan yang meliputi akses ke
pelabuhan yang terbatas, kurangnya kapasitas pelabuhan dan belum adanya
jaminan keamanan di kawasan pelabuhan menyebabkan keterlambatan
pengapalan serta menimbulkan kerugian baik dari sisi material maupun dari
sisi waktu.
Ketersediaan formulir SKA dan pelayanan pengurusannya di Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Selatan masih kurang
memadai. Pengenaan biaya untuk pengurusan SKA, biaya pemuatan di
pelabuhan, pengenaan biaya jasa monitoring & IT, serta biaya-biaya lainnya
tidak memiliki dasar hukum yang jelas dan menimbulkan biaya ekonomi yang
tinggi, sehingga menyebabkan produk karet Indonesia kurang berdaya saing.
Sementara itu, pelaku usaha mengeluhkan rendahnya kualitas bahan baku
karet yang diperoleh dari petani lokal, sehingga membutuhkan proses
pengolahan lagi yang menyebabkan biaya produksi lebih mahal dan lebih
lama. Karet mentah yang dihasilkan oleh petani karet di Indonesia dalam
keadaan basah dan kotor, sehingga kualitas dan konsistensi mutu karet
Sumatera Selatan cenderung rendah dibanding negara pesaing utama.
Kurangnya mutu bahan baku karet merupakan akibat dari kurangnya
pengetahuan dan teknologi yang dimiliki petani untuk menghasilkan karet
yang berkualitas dan memiliki produktivitas yang tinggi. Petani juga tidak
memahami tentang Kadar Karet Kering (KKK) dan sangat tergantung dengan
harga per kg berat karet basah.
Sebagai perbandingan karet mentah yang dihasilkan petani karet di Thailand
dalam kondisi kering dan bersih sehingga dapat diolah langsung. Oleh sebab
37
itu, harga karet mentah di Indonesia lebih rendah daripada karet mentah di
Thailand. Bahkan, harga karet mentah Indonesia lebih rendah USD 0,2/kg
dibanding harga karet mentah di Thailand.
Kopi
1. Kondisi Terkini
Berdasarkan informasi pengusaha kopi, volume ekspor kopi biji Sumatera
Selatan tahun 2013 sebesar 1.780 ton (turun sekitar 17,4% dibanding tahun
2012). Harga kopi turun di tahun 2013 karena kondisi perekonomian global
dimana rata-rata sebesar USD 1,7/ton.
Untuk target ekspor karet 2014, pengusaha kopi Sumatera Selatan optimis
dapat tercapai namun harus tetap melihat faktor pendukung baik internal
maupun eksternal. Hal tersebut didukung oleh prediksi bahwa harga kopi
dunia akan mengalami kenaikan, sehingga dapat mendorong nilai ekspor
kopi nasional.
Bahan baku kopi biji berasal dari Lahat, Pagar Alam, Empat Lawang,
Lubuklinggau, dan Muara Dua. Bahan baku tersebut 25% untuk diekspor dan
sisanya 75% untuk memenuhi kebutuhan domestik. Kopi biji Sumatera
Selatan sebagian besar adalah kopi robusta yang memiliki grade 4,5 dan 6.
Negara tujuan ekspor kopi biji yang paling besar adalah Jerman dan Eropa
Barat lainnya sedangkan untuk Amerika Serikat, Asia dan Timur Tengah
masih sedikit. Sementara itu, negara yang menjadi pesaing utama kopi
Indonesia adalah Brazil dan Vietnam.
38
2. Permasalahan dan Hambatan
Permasalahan utama terkait ekspor kopi, khususnya di Sumatera Selatan
adalah infrastruktur, biaya transportasi, birokrasi pemerintah daerah, sistem
on farm dan off farm petani kopi. Kurang baiknya infrastruktur pelabuhan
dikarenakan jenis pelabuhan Palembang yang notabene adalah pelabuhan
sungai yang meliputi akses ke pelabuhan yang terbatas, kurangnya kapasitas
pelabuhan serta terjadinya pendangkalan alur pelayaran sungai Musi
menyebabkan biaya transportasi yang cukup mahal untuk melakukan ekspor.
Akses terhadap dokumen ekspor berupa Surat Persetujuan Ekspor (SPE)
kopi baik pelayanan, pengurusan maupun pengenaan biaya oleh Dinas
Perindustrian dan Perdagangan juga menimbulkan hambatan bagi
pengusaha kopi.
Sementara itu, pengusaha kopi mengeluhkan kualitas dan kontinyuitas bahan
baku kopi yang diperoleh dari petani lokal, sehingga membutuhkan proses
pemilihan grade kembali yang menyebabkan biaya produksi lebih mahal dan
lebih lama.
Kurangnya mutu bahan baku kopi merupakan akibat dari kurangnya
pengetahuan dan teknologi yang dimiliki petani untuk menghasilkan kopi
yang berkualitas dan memiliki produktivitas yang tinggi. Petani juga tidak
memahami tentang standar kualitas kopi yang baik seperti keasaman, aroma,
kadar air, dan cacat kopi.
Produk Udang
1. Kondisi Terkini
Berdasarkan informasi pengusaha udang di Sumatera Selatan, produksi
udang terus menurun dari tahun 2008 hingga tahun 2013, tahun 2008
39
produksi mencapai 1100 ton menjadi 555 ton pada tahun 2013. Untuk target
ekspor karet 2014, pengusaha udang di Sumatera Selatan terkesan pesimis
karena produksi udang dengan tren terus menurun tersebut. Hal tersebut
juga ditambah dengan turunnya baik harga maupun permintaan udang
internasional. Tentunya kondisi tersebut mempersulit kegiatan ekspor udang.
Udang di Sumatera Selatan saat ini 80% hasil tambak dan sisanya
merupakan hasil laut. Hampir 90% untuk pasar ekspor dan sisanya dijadikan
buffer stock. Pasar ekspor terbesar yaitu Jepang dengan pangsa sebesar
95% dan sisanya adalah negara Eropa. Negara yang menjadi pesaing utama
adalah India dan China yang cenderung sebagai price maker udang
internasional.
2. Permasalahan dan Hambatan
Permasalahan utama terkait ekspor karet, khususnya di Sumatera Selatan
adalah pencemaran lingkungan, penambakan liar, teknologi yang masih
tradisional, dan birokrasi. Pada dasarnya udang sensitif terhadap
pencemaran lingkungan. Hal tersebut terbukti dari jumlah udang yang mulai
berkurang semenjak disekitar aliran Sungai Musi juga mulai tumbuh industri
seperti sawit dan pupuk. Tentunya hal tersebut menyebabkan produksi udang
sungai menurun. Penambakan secara liar juga menyebabkan gangguan
ekosistem sungai seperti penggunaan alat tangkap yang tidak ramah
lingkungan.
Sementara itu tenologi produksi udang yang masih tradisional menyebabkan
produktifitas cenderung stagnan dan menurun. Diperlukan adanya
penyuluhan dan sosialisasi untuk nelayan agar mengedepankan intensifikasi
maupun ekstensifikasi sehingga produktifitas bisa ditingkatkan menjadi 500
40
kg hingga satu ton untuk 2 Ha berbanding 200-400 kg saja jika hanya
menggunakan teknologi tradisional.
Nelayan saat ini mulai beralih ke hasil ikan dibanding dengan udang, hal
tersebut tentunya dikarenakan saat ini harga udang ekspor yang tidak
berbeda jauh dengan harga udang lokal.
Kondisi riil dalam pembuatan SKA dan surat-surat perlengkapan ekspor saat
ini masih sulit diterapkan, tentunya dibutuhkan kerjasama antara semua
stakeholder baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, pengusaha serta
nelayan tentunya. Program penyuluhan jangka panjang Kementerian
Kelautan dan Perikanan diharapkan dapat membantu menyelesaikan
masalah tersebut.
41
BAB IV
REKOMENDASI KEBIJAKAN
4.1 Kesimpulan
Berikut adalah beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari analisis target
ekspor ini:
1. Negara target utama tujuan ekspor Indonesia terdiri dari 14 negara yaitu;
China, Jepang, Korea Selatan, India, Singapura, Malaysia, Thailand,
Philipina, Amerika Serikat, Belanda, Jerman, Italia, Sanyol dan Inggris.
2. Negara target prospektif tujuan ekspor Indonesia terdiri dari 19 negara
yaitu; Taiwan, Hongkong, Turki, Myanmar, Kamboja, Arab Saudi, Uni
Emirat Arab, Iran, Rusia, Ukraina, Barzil, Meksiko, Argentina, Peru, Chili,
Australia, Afrika Selatan, Mesir dan Nigeria.
3. Produk utama ekspor Indonesia terdiri dari 10 kelompok produk yaitu;
CPO dan turunannya, TPT, Elektronik, Karet dan Produk karet, Produk
Kayu, pulp dan furniture, Produk kimia, Produk logam, Mesin mesin,
Makanan olahan dan Produk Otomotif.
4. Produk prospektif ekspor Indonesia terdiri dari 10 kelompok produk yaitu;
Alas kaki, Perhiasan, Produk plastik, Udang, Ikan dan produk ikan, Kopi,
Kakao dan olahannya, Kerajinan, Rempah-rempah, Kulit dan produk kulit.
42
4.2 Rekomendasi Kebijakan
Mengingat besarnya peran kinerja ekspor bagi perekonomian Indonesia,
maka sudah seharusnya seluruh stakeholder terkait berkolaborasi untuk
dapat mencapai target ekspor yang telah dicanangkan Kementerian
Perdagangan di awal tahun 2014 ini. Secara fundamental, negara tujuan
ekspor Indonesia harus difokuskan ke negara-negara non tradisional
sehingga kekhawatiran ekspor Indonesia akan terkena dampak terjadinya
goncangan ekonomi di negara-negara tradisional dapat diminimalisir.
Peningkatan ekspor produk kreatif dengan bernilai tambah tinggi juga harus
semakin digiatkan agar semakin tinggi nilai ekspor sehingga meningktakan
kesejahteraan bangsa. Seluruh pihak agar dapat mendorong terciptanya
produk berteknologi tinggi dengan kualitas standar internasional semakin
mudah diproses dan dihasilkan di dalam negeri, agar dapat memiliki daya
saing tinggi di pasar global.
43
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2014. Statistik Ekspor Impor Indonesia 2008-2013.
Jakarta.
Commonwealth Bank. 2014. Market Prespective Februari 2014. Jakarta.
http://www.kemenkeu.go.id/Berita/2014-pertumbuhan-ekonomi-negara-
berkembang-menguat-seiring-membaiknya-ekonomi-global [diakses
10 Maret 2014]
International Monetary Fund (IMF). 2014. World Economic Outlook Update,
January 2014. Washington, DC.
International Monetary Fund (IMF). 2013. World Economic Outlook Update,
October 2013. Washington, DC.
Kementerian Perdagangan. 2014. Hasil Roadshow Ditjen Pengembangan
Ekspor Nasional (PEN) ke Kementerian Peridustrian. Jakarta.
Kementerian Keuangan. 2014. Nota Keuangan dan Anggaran dan
Pendapatan Belanja Negara 2014. Jakarta.
World Bank. 2014. Global Economic Prospects January 2014: Executive
Summary. Washington, DC.
http://www.kemenkeu.go.id/Berita/2014-pertumbuhan-ekonomi-negara-berkembang-menguat-seiring-membaiknya-ekonomi-globalhttp://www.kemenkeu.go.id/Berita/2014-pertumbuhan-ekonomi-negara-berkembang-menguat-seiring-membaiknya-ekonomi-global