Upload
bona-ruhut-syagian
View
235
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
gkhl
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Koch pulmonum adalah nama lain dari tuberkulosis paru. Sejak jaman dahulu, angka
kematian dan kesakitan yang disebabkan oleh penyakit ini sangatlah tinggi. Karena
terbatasnya ilmu pengetahuan pada saat itu, penyebab pasti, cara penularan maupun
pengobatannya belum dapat diketahui.
Aristoteles adalah orang pertama yang menemukan bahwa tuberculosis merupakan
penyakit menular, walaupun belum diketahui pasti penyebabnya dan cara penularannya. Pada
tahun 1882, seorang ilmuan bernama Robert Koch berhasil mengisolasi penyebab pasti
penyakit ini, yaitu bakteri berbentuk batang yang bernama Mycobacterium tuberculosis.
Pada tahun 1990an, Riley dan Stead beserta para kolega mereka menemukan bahwa
penyakit ini menyebar melalui udara (airborne transmission) dan dapat teraktivasi kembali
dalam bentuk dormant. Penemuan ini sangat membantu dalam memahami pathogenesis,
perjalanan penyakit dan gambaran klinis penyakit ini. Dari pathogenesis tersebut, ditemukan
pemeriksaan-pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis penyakit tuberculosis paru
ini, salah satunya adalah dengan pemeriksaan ronthenologis.
Pemeriksaan ronthenologis yang sering di gunakan untuk membantu menegakkan
diagnosis TB adalah foto thorax. Proyeksi yang sering di gunakan pada foto thorax adalah
PA, AP, Lateral, Top lordotic.
1.2 Tujuan Penulisan
Mengetahui definisi, klasifikasi, patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis
radiologi, penatalaksanaan, komplikasi dan prognosis pada edema paru.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Paru-paru
Paru-paru terletak di dalam rongga dada (mediastinum), di lindungi oleh struktur
tulang selangka. Rongga dada dan perut dibatasi oleh suatu sekat disebut diafragma. Berat
paru-paru kanan sekitar 620 gram. Sedangkan paru-paru kiri sekitar 560 gram. Masing-
masing paru-paru dipisahkan satu sama lain oleh jantung dan pembuluh-pembuluh besar
serta struktur-struktur lain di dalam rongga dada. Selaput yang membengkus paru-paru
disebut pleura. Paru-paru terbenam bebas dalam rongga pleuranya sendiri. Paru-paru
dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi dua yaitu :
1. Pleura visceral (selaput dada pembungkus), yaitu selaput paru yang
langsung membungkus paru.
2. Pleura parietal, yaitu selaput yang melapisi rongga dada luar.
Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang disebut kavum pleura. Pada
keadaan normal, kavum pleura ini hampa udara, sehingga paru-paru dapat berkembang
kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki
permukaan pleura, menghindari gesekan antara paru-paru dan dinding dada sewaktu ada
gerakan bernafas.
Paru-paru kanan sedikit lebih besar dari pada paru-paru kiri dan terdiri atas tiga
gelambir (lobus) yaitu gelambir atas (lobus superior), gelambir tengah (lobus medius),
dan gelambir bawah (lobus inferior). Sedangkan paru-paru kiri terdiri atas dua gelambir
2
yaitu gelambir atas (lobus superior) dan gelambir bawah (lobus inferior). Tiap-tiap lobus
terdiri dari belahan yang lebih kecil bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai delapan
segmen, yaitu lima buah segmen pada lobus superior, dan tiga buah segmen pada
inferior. Paru-paru kanan mempunyai sepuluh segmen, yaitu lima buah segmen pada
lobus superior, dan dua segmen pada lobus medial, dan tiga buah segmen pada lobus
inferior. Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan lobulus.
Diantara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi
pembuluh darah getah bening dan saraf, dalam tiap-tiap lobulus terdapat sebuah
bronkeolus. Di dalam lobulus, bronkeolus ini bercabang-cabang yang di sebut duktus
alveolus. Tiap-tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2-
0,3 mm.
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung
(gelembung hawa,alveoli,atau alveolus). Pada gelembung inilah terjadi pertukaran udara
di dalam darah,O2 masuk ke dalam darah dan CO2 di keluarkan dari darah. Gelembung
alveoli terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika di bentangkan luas permukaannya
kurang lebih 90m2. Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700juta buah.
Ukurannya bervariasi,tergantung lokasi anatomisnya,semakin negative tekanan
intrapleura di apeks,ukuran alveolus akan semakin membesar. Ada dua tipe sel epitel
alveolus. Tipe 1 berukuran besar, datar dan berbentuk skuamosa,bertanggung jawab
untuk pertukaran udara. Sedangkan tipe II, yaitu pneumosit granular,tidak ikut serta
dalam pertukaran udara. Sel-sel epitel II inilah yang memproduksi surfaktan,yang
melapisi alveolus dan mencegah kolapsnya alveolus.
2.2 Definisi Tb Paru
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh hasil
Mycobacterium tuberculosis tipe humanus (jarang oleh tipe M .bovinus)., TB paru
merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan bagian bawah, dapat mengenai semua
organ tubuh.
3
2.3 Etiologi
Penyebab Tb adalah Mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman berbentuk batang
dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um. Mycobacterium merupakan kuman
batang tahan asam,yang dapat hidup selama berminggu-minggu dalam keadaan
kering,tapi mati dengan suhu 600C dalam cairan suspense selama 15-20 menit.
Sebagian besar dinding kuman terdiri atas asam lemak (lipid), kemudian
peptidoglikan dan arabinomannan. Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
terhadap asam (BTA) dan ia juga lebih tahan terhadap ganngguan kimia dan fisis.
Kuman dapat tahan hidup pada udara keringmaupun dalam keadaan dingin. Hal ini
terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat
bangkit kembali dan menjadikan penyakit tuberculosis menjadi aktif lagi. Di dalam
jaringan, kuman hidup sebagai parasit intraseluler yakni dalam sitoplasma makrofag.
Makrofag yang semula memfagositasi malah kemudian disenanginya karena banyak
mengandung lipid.
Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih
menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen
pada bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari bagian lain, sehingga bagian apikal ini
merupakan predileksi penyakit KP.
2.4 Cara penularan
Penularan penyakit ini sebagian besar melalui inhalasi basil yang mengandung
droplet nuclei, khususnya yang didapat dari pasien TB paru dengan batuk berdahak atau
berdarah yang mengandung basil tahan asam ( BTA). Pada TB kulit atau jaringan lunak
penularan bisa melalui inokulasi langsung.
2.5 Diagnosa
Diagnosa di tegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik,tuberculin tes,
pemeriksaan serologi (imunoglubulin), radiologis dan bakteriologis. Diagnosis pasti TB
ditegakkan berdasarkan di temukannya kuman mycobacterium tuberculosis.
4
2.6 Pemeriksaan Radiologis Tuberkulosis Paru
Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis untuk
menemukan lesi tuberculosis. Pemeriksaan ini memang membutuhkan biaya lebih serta
memberikan keuntungan seperti pada tuberculosis anak-anak dan tuberculosis milier.
Pada kedua hal di atas diagnosis dapat di peroleh melalui pemeriksaan radiologis dada.
Lokasi lesi tuberculosis umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal lobus atas
atau segmen apikal lobus bawah), tetapi dapat juga mengenai lobus bawah (bagian
inferior) atau di daerah hilus menyurupai tumor paru (misalnya pada tuberculosis
endobronkial).
2.6.1 Radiografi
Pemeriksaan rontgenologis yang sering digunakan untuk membantu menegakkan
diagnosis TB adalah foto thorax dan CT-tharax. Proyeksi yang sering di gunakan pada
foto thorax adalah PA, AP, lateral dan Top Lordotic. Proyeksi PA adalah yang lebih
umum di gunakan, sedangkan proyeksi lateral dan top lordotic di gunakan sebagai foto
tambahan bila terdapat kelainan gambaran radiologis atau karena hal lain, seperti
kelainan berada di belakang tulang klavikula atau costae 1 sehingga membuat rancu.
Dengan melakukan proyeksi lateral dan top lordotic, dapat di lihat gambaran lapangan
paru yang lebih jelas.
Pemeriksaan rontgen memegang peranan penting dalam melihat apakah ada kelainan
pada organ paru, namun tidak dapat digunakan sebagai satu-satunya pemeriksaan
penunjang untuk menegakkan diagnosis KP. Pemeriksaan lain yang tidak kalah penting
ada pemeriksaan sputum 3 seri (sewaktu-pagi-sewaktu) dan test mantoux. Namun, perlu
diperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
1. Bila klinis ada gejala tuberculosis paru, hamper selalu ditemukan kelainan pada
foto rontgen.
2. Bila klinis ada persangkaan terhadap penyakit tuberculosis paru, tetapi pada
foto rontgen tidak terlihat kelainan, maka ini merupakan tanda yang kuat
bahwa penyakit yang diderita bukanlah tuberculosis.
3. Pada pemeriksaan rontgen rutin mungkin telah ditemukan tanda-tanda pertama
tuberculosis, walaupun klinis belum ada gejala. Sebaliknya, bila tidak ada
kelainan pada foto rontgen belum berarti tidak ada tuberculosis, sebab kelainan
5
pertama pada foto rontgen biasanya baru kelihatan sekurang-kurangnya 10
minggu setelah infeksi oleh basil tuberculosis.
4. Sesudah sputum positif pada pemeriksaan bakteriologik, tanda tuberculosis
yang terpenting adalah kelainan pada foto rontgen.
5. Di temukan kelainan pada foto rontgen belum berarti bahwa penyakit tersebut
aktif.
6. Dari bentuk kelainan pada foto rontgen (bayangan bercak-bercak,awan-
awan,dan lubang merupakan tanda aktif ; sedangkan bayangan garis-garis dan
sarang kapur merupakan tanda tenang) memang dapat di peroleh kesan tentang
aktivitas penyakit, namun kepastian diagnosis hanya dapat diperoleh melalui
kombinasi dengan hasil pemeriksaan klinis dan atau laboratories.
7. Pemeriksaan rontgen penting untuk dokumentasi,penentuan lokalisasi proses
dan tanda perbaikan atau perburukan dengan melakukan perbandingan dengan
foto-foto terdahulu.
8. Pemeriksaan rontgen juga penting untuk penilaian hasil tindakan terapi seperti
pneumothorak artificial,torakoplastik,dsd.
9. Pemeriksaan rontgen tuberculosis paru saja tidak cukup dan dewasa ini bahkan
tidak boleh di lakukan hanya dengan fluoroskopi. Pembuatan foto rontgen
adalah suatu keharusan,yaitu foto posterior (PA),bila perlu di sertai proyeksi-
proyeksi tambahan seperti foto lateral,foto khusus puncak AP-lordotik dan
teknik-teknik khusus lainnya.
2.6.2 Proyeksi Rontgen Thorax
Ada 4 macam proyeksi pemotretan pada foto toraks pasien yang di curigai
TB,yaitu :
1. Proyeksi posterior-Anterior (PA)
Pada posisi PA, pengambilan foto dilakukan pada saat pasien dalam
posisi berdiri, tahan nafas pada akhir inspirasi dalam. Bila terlihat suatu
kelainan pada proyeksi PA, perlu di tambah proyeksi lateral.
6
2. Proyeksi AP (Anterior-Posterior)
Posisi ini digunakan apabila pasien tidak dapat berdiri ataupun tidak
dapat duduk. Pasien akan lebih sulit menarik nafas dalam, sehingga
diafragma akan lebih tinggi. Jika ada cairan di paru atau di rongga pleura,
maka hal ini tidak begitu jelas terlihat karena cairan cenderung hanya
melapisi permukaan posterior paru.
Perbedaan foto thorax PA dengan AP adalah cara pengambilan foto ini
yang paling sering dilakukan pada pasien gawat, misalnya di ruang rawat
darurat atau ruang intensif. Biasanya hasil foto “portable” akan sedikit lebih
buruk dibanding foto yang di ambil di radiologi. Pada foto dapat dilihat
tulang rusuk melandai ke bawah, jantung akan lebih besar dan semakin
membesar apa bila jarak focus terhadap pasien lebih dekat. Scapula tampak di
atas daerah paru.
7
3. Proyeksi lateral
Pada proyeksi lateral, posisi berdiri dengan tangan di silang di
belakang kepala. Pengambilan foto dilakukan pada saat pasien tahan nafas
dan akhir isnpirasi dalam.
4. Proyeksi Top Lordotik
Proyeksi Top Lordotik dibuat bila foto PA menunjukkan kemungkinan
adanya kelainan pada daerah apeks kedua paru. Proyeksi tambahan ini
hendaknya dibuat setelah foto rutin diperiksa dan bila terhadap kesulitan
dalam menginterpretasikan suatu lesi di apeks. Pengambilan foto dilakukan
pada posisi berdiri dengan arah sinar menyudut 35-45 derajat arah
caudocranial, agar gambaran apeks paru tidak berhimpitan dengan klavikula.
2.6.3 Manifestasi Radiologis TB
Manifestasi radiologis atau kelainan radiologis yang timbul bergantung
pada beberapa factor pejamu (host), di antaranya adalah adanya riwayat kontak
dengan penderita tuberculosis, usia dan status fungsi imun (ada atau tidak penyakit
system imun). Pada orang dewasa dengan fungsi system imun yang normal,
manifestasi atau kelainan radiologis yang ditemukan di golongkan menjadi 2 kategori,
yaitu primer dan post primer tuberculosis, yang pada orang dengan gangguan system
imun kelainan dapat berkembang.
8
2.6.4 Klasifikasi TB
Tuberkulosis primer
Terjadi karena infeksi melalui jalan pernafasan (inhalasi) oleh Mycobacterium
tuberculosis. Biasanya pada anak-anak. Kelainan rontgen dapat berada dimana saja
dalam paru-paru, dan dapat mengenai beberapa segmen dalam satu lobus paru.
Walau begitu, bagian yang sering terkena adalah lobus bawah, media dan lingual,
dan segmen anterior dari lobus atas.
Manifestasi yang paling sering ditemukan pada tuberculosis primer adalah
pembesaran kelenjar limfe/ limfadenopati. Dengan ditemukannya pembesaran
kelenjar limfe hilus dan mediastinum, dapat dipastikan adanya tuberculosis primer,
karena pada tuberculosis post-primer jarang ditemukan kelaianan ini. Angka kejadian
pembesaran kelenjar limfe ini semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia
seseorang.
Chest radiograph obtained in a- 7 month-old Hispanic boy shows
right paratracheal lympodenophaty ( straight arrow) with
multilobar consolidation predominating in the right lung.
Moderate right lower lobe atelectasis with inferior displacement of
major flessure ( curved arrows) is associated. Right hiler
lympadenopathy (not shown) was also present.
9
Tuberculosis dengan komplek primer ( hanya hilus kiri
membesar). Foto toraks PA dan lateral
Kelainan radiologis yang tampak selain pembesar kelenjar limfe hilus dan
mediastinum dapat berupa konsolidasi (kelaianan berwarna putih) yang dapat
berawan, berbentuk garis (linier), bulat (nodular), menyerupai massa (mass like)
maupun konsolidasi homogen. Kelainan berupa konsolidasi ini sering timbul
segmentasi ataupun lobaris, dan menurut data statistic kelainan yang didapat lebih
sering pada paru sebelah kanan.
Salah satu komplikasi yang mungkin terjadi adalah pluritis, yang
ditandai dengan efusi pleura (pada foto akan tampak meniscus sign dan tanda-tanda
pendorongan). Pleuritis terjadi karena perluasan infiltrate primer ke pleura melalui
penyebaran secara homogen. Komplikasi lain adalah atelektasis akibat stenosis
bronkus karena perforasi kelenjar ke dalam bronkus. Baik pleuritis maupun
atelektasis tuberculosis pada anak-anak mungkin demikian luas sehingga sarang
primer tersembunyi dibelakangnya.
Tuberkulosis post-primer
Tuberkulosis yang bersifat kronis ini terjadi pada orang dewasa. Saat ini
pendapat umum mengenai penyakit tersebut adalah bahwa timbul reinfeksi pada
seorang yang dimasa kecilnya pernah menderita tuberkulosis primer, tetapi tidak
diketahui dan menyembuh sendiri. Sarang-sarang yang terlihat pada foto Rontgen
biasanya berkeduddukan di apeks, segmen posterior lobus atas, dan segmen superior
lobus bawah, walaupun kadang-kadang dapat juga terjadi di lapangan bawah, yang
10
biasanya disertai oleh pleuritis. Dapat juga ditemukan gamabaran adanya kavitas yang
merupakan petunjuk atau tanda khas dari tuberkulosis post-primer. Gambaran kavitas
berbentuk bulat dengan dinding atau tepi yang tipis bewarna putih dan bagian tengah
bewarna hitam. Kadang terdapat gambaran air fluid level di dalam kavitas.
Gambar TB Post Primer
Pembesaran kelenjar-kelenjar limfe pada tuberculosis sekunder jarang
ditemukan. Namun pada pasien dengan gangguan system imun contohnya
pada pasien HIV/AIDS dapat terlihat adanya gambaran pembesaran
kelenjar limfe.
Penyebaran infeksi ke lapisan pleura lebih sering terjadi dibandingkan
dengan tuberkulosis primer. Efusi pleura sering ditemukan pada keadaan ini
yang mengenai satu sisi (unilateral) ataupun kedua sisi (bilateral) dan dapat
berkembang menjadi empyema. Keadaan ini harus segera ditangani dengan
cara intervensi surgikal, karena infeksi terjadi pada ruangan tertutup dan
11
apabila tidak segera ditangani infeksi akan menyebar ke daerah sekitar
( parenkim paru, tulang-tulang iga).
2.6.5 Klasifikasi tuberkulosis sekunder
Klasifikasi tuberkulosis sekunder menurut American Tuberkulosis Association
adalah sebagai berikut :
1. Tuberkulosis minimal ( minimal tuberkulosis) : yaitu luas sarang-sarang yang
kelihatan tidak melebihi daerah yang dibatasi oleh garis median, apeks dan iga 2
depan, sarang-sarang soliter dapat berada dimana saja, tidak harus berada di dalam
daerah tersebut. Tidak ditemukan adanya lubang (kavitas).
2. Tuberkulosis lanjut sedang (moderately advanced tuberculosis) : yaitu luas sarang-
sarang yang bersifat bercak tidak melebihi luas satu paru, sedangkan bila ada lubang
diameternya tidak melebihi 4 cm. Kalau sifat bayangan sarang-sarang tersebut berupa
awan-awan yang menjelma menjadi daerah konsolidasi homogen, luasnya tidak boleh
melebihi 1 lobus.
3. Tuberkulosis sangat lanjut ( far advanced tuberculosis) : yaitu luas daerah yang
dihinggapi oleh sarang-sarang lebih daripada klasifikasi kedua di atas, atau bila ada
lubang-lubang maka diameter keseluruhan semua lubang melebihi 4 cm.
Ada beberapa cara pembagian kelainan yang dapat dilihat pada rontgen. Salah satu
pembagian adalah menurut bentuk kelainan, yaitu :
1. Sarang eksudatif, berbentuk awan-awan atau bercak, yang batasnya tidak tegas dengan
densitas rendah.
12
2. Sarang produktif, berbentuk butir-butir bulat kecil yang batasnya tegas dan densitasnya
sedang.
3. Sarang induratif atau fibrotik, yaitu yang berbentuk garis-garis/ pita tebal, berbatas
tegas dengan densitas tinggi.
4. Kavitas (lubang).
5. Sarang kapur (kalsifikasi).
Yang banyak dipergunakan di Indonesia ialah cara pembagian yang lazim
dipergunakan di Amerika Serikat, yaitu :
1. Sarang-sarang berbentuk awan/bercak-bercak dengan densitas rendah atau sedang
dengan batas tidak tegas. Sarang-sarang seperti ini biasanya menunjukkan bahwa
proses aktif
2. Lubang ( kavitas) : ini selalu berarti proses aktif kecuali bila lubang sudah sangat
kecil, yang dinamakan lubang sisa (residual cavity).
13
3. Sarang seperti garis-garis (fibrotik) / bintik-bintik kapur (kalsifikasi) yang biasanya
menunjukan bahwa proses telah tenang.
Kemungkinan-kemungkinan kelanjutan suatu sarang tuberkulosis
Penyembuhan
1. Penyembuhan tanpa bekas
Penyembuhan tanpa bekas sering terjadi pada anak-anak (tuberkulosis
primer), bahkan kadang-kadang penderita sama sekali tidak menyadari bahwa
ia pernah diserang penyakit tuberkulosis. Pada orang dewasa (tuberkulosis
sekunder) penyembuhan tanpa bekas pun mungkin terjadi apabila diberikan
pengobatan yang baik.
2. Penyembuhan dengan meninggalkan cacat
Penyembuhan ini berupa garis-garis berdensitas tinggi/sarang
fibrotik/bintik-bintik kapur ( sarang kalsiferus). Secara radiologi sarang baru
dapat dinilai sembuh (proses tenang) bila setelah jangka waktu selama
sekurang-kurangnya 3 bulan bentuknya sama. Sifat bayangan tidak boleh
bercak-bercak, awan atau lubang, melainkan garis-garis / bintik-bintik kapur.
Perburukan (perluasan) penyakit
1. Pleuritis
Pleuritis terjadi karena meluasnya infiltrat primer langsung ke pleura atau
melalui penyebaran hematogen.
2. Penyebaran milier
Akibat penyebaran hematogen tampak sarang-sarang sekecil 1-2 mm/
sebesar kepala jarum (milium), tersebar secara merata di kedua belah paru,
pada foto thoraks tuberkulosis miliaris ini dapat menyerupai gambaran badai
14
kabut (snow storm apperance). Penyebaran seperti ini juga dapat terjadi di
ginjal, tulang sendi, selaput otak (meningen), dsb.
3. Stenosis bronkus
Stenosis bronkus dengan akibat atelektasis lobus atau segmen paru
yang bersangkutan, sering menduduki lobus kanan (sindroma lobus medius).
4. Timbulnya lubang ( kavitas)
Timbulnya lubang ini akibat melunaknya sarang keju. Dinding lubang
sering tipis berbatas licin, tetapi mungkin pula tebal berbatas tidak licin.
Didalamnya mungkin terlihat cairan, yang biasanya sedikit. Lubang kecil
dikelilingi oleh jaringan fibrotik dan bersifat tidak berubah-ubah pada
pemeriksaan berkala ulang (follow-up) dinamakan lubang sisa (resudal
cavity) dan berarti suatu proses spesifik lama yang sudah tenang.
2.7 komplikasi
Baik tuberkulosis primer maupun post-primer memiliki kemungkinan
untuk memburuk bila tidak ditangani dengan tepat. Komplikasi terjadi karena
penyebaran penyakit yang dapat secara hematogen, limfogen maupun
perkontineum. Komplikasi dapat terjadi lokal yaitu di organ paru itu sendiri
maupun di organ lain (otak, tulang, kulit, dsb). Komplikasi pada paru yang
sering terjadi adalah tuberkulosis milier dan tuberkuloma.
Tuberkulosis milier
Merupakan penyebaran hasil tuberkulosis secara hematogen, yang
dapat menyebar ke paru maupun organ lain. Pada paru akan memberi
gambaran perselubungan (putih) di seluruh lapangan paru dengan bentuk
15
(bulat) dan ukuran yang sama. Begitu pula pada pemeriksaan CT-Thoraks
akan memeberi gambaran putih bulat dengan ukuran kecil (milier) yang
tersebar merata di seluruh potongan paru. Keadaan ini sering ditemukan pada
anak dan pasien dengan gangguan fungsi sistem imun (pasien dengan
HIV/AIDS).
2.7.1 Tuberkuloma
Tuberkuloma adalah suatu massa seperti tumor yang berasal dari penyebaran
secara hematogen lesi tuberculosa pada bagian tubuh yang lain terutama dari paru.
Tuberkuloma sering multiple dan paling banyak berlokasi pada fossa posterior pada
anak dan orang dewasa tetapi dapat juga pada hemisfer serebri.
Tuberkuloma paru yang berasal dari tuberkulosis primer pada orang dewasa
dapat timbul sebagai lesi ganda makronoduler atau soliter sedangkan yang berasal
dari tuberculosis pascaprimer memperlihatkan nodul besar atau massa menyerupai
karsinoma.
Nodul soliter di lapangan tengah paru kanan perifer dengan tepi ireguler
(panah) pada foto toraks
Diagnosis dengan computed tomography (CT) scan toraks menunjukkan bagian
tepi tampak regular dan licin kadang dapat juga berupa gambaran iregular karena
terdapat fibrosis.
Kalsifikasi noduler dan difus didapat pada 20-30% kasus. Tuberkuloma paru dapat
ganda dan diameter bisa mencapai ukuran 5-10 cm. Computed tomography scan toraks
selain untukmenilai morfologi nodul juga sebagai penuntun tindakan transthoracal
needle aspiration (TTNA) yang digunakan untuk mengetahui patologi lesi yang tampak
16
pada foto toraks atau CT scan toraks. Pada tuberkuloma akan tampak sel-sel perkijuan
dengan sel Datia Langhan’s sedangkan pada tumor akan tampak sel-sel tumor sesuai
jenis tumornya baik ganas maupun jinak. Pemeriksaan diagnostik noninvasif dengan
positron emission tomography scan (PET-scan) menunjukkan peningkatan ambilan
fluorodeoksiglukosa (FDG) tetapi tidak dapat membedakan tuberkuloma dan tumor
ganas sehingga pemeriksaan ini kurang sensitif. Tuberkuloma paru dikatakan aktif bila
sputum BTA, kultur sputum BTA, BTA dari pemeriksaan bronchoalveolar lavage
(BAL) atau dengan polymerase chain reaction (PCR) menunjukkan hasil positif.
Tuberkuloma paru dikatakan tidak aktif bila nodul pada pemeriksaan CT scan toraks
menetap selama lebih dari 3 bulan.
(a) (b)(a) CT scan toraks window mediastimum setinggi karina, tampak densitas sebuah nodul homogen (panah). (b) CT toraks window paru setinggi karina, tampak nodul menempel dengan pleura parietalis, tepi regular diameter kurang 3 cm (panah).
2.8 Diagnosa Banding
Dalam diagnostik differensial tuberkulosis paru dapat disebut berbagai penyakit
dan keadaan berikut : penyakit-penyakit yang disebabkan oleh jamur (fungus) seperti
aspergillus dan nocardiasis tidak jarang ditemukan pada para petani yang bekerja di
ladang.
Kelainan-kelainan radiologik yang ditemukan pada ketiga penyakit jamur di
atas mirip sekali dengan yang disebabkan oleh tuberkulosis, yaitu hampir semua
berkedudukan di lapangan atas paru dan disertai oleh pembentukan lubang (kavitas).
Perbedaannya ialah bahwa pada penyakit-penyakit jamur ini pada pemeriksaan
17
spintas lalu terlihat bayangan bulat agak besar yang dinamakan aspergilloma, yang
pada pemeriksaan lebih teliti, biasanya dengan tomogram ternyata adalah suatu
lubang besar berisi bayangan bulat, yang sering dapat bergerak bebas dalam lubang
tersebut. Bayangan bulat ini yang dinamakan bola jamur (fungus ball) adalah tidak
lain daripada massa mycelia yang mengisi suatu bronkus.
Penyakit yang dapat disalah tafsirkan sebagai sarang-sarang tuberkulosis paru
karena berbentuk bercak-bercak dan berkedudukan di lapangan atas adalah infiltrat
pneumonia lobaris lobus atas dalam masa resolusi. Kepastian mudah diperoleh
karena bercak-bercak tersebut cepat menghilang sama sekali dengan pengobatan
yang baik. Hal-hal yang menyerupai lubang dan dapat disalahtafsirkan sebagai
kavitas tuberkulosis antara lain adalah : kelainan bawaan (anomali) iga, bronkus
ortograd superposisi bagian lateral muskulus stemokleidomastoidens dengan bagian
medial iga pertama, dan fossa rhomboidea yaitu ujung anterior iga pertama.
Aspergillosis/Angioinvasive/Lung Ball
2.9 Pengobatan Tb paru
Pengobatan Tb paru bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah
kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan
mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT.
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :
18
OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam
jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan, jangan
gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT kombinasi dosis tepat
(OAT-KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan
Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan
langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang pengawas
menelan obat (PMO).
Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan
Tahap awal (intensif)
- Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu
diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya
pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
- Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi)
dalam 2 bulan.
Tahap Lanjutan
- Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun
dalam jangka waktu yang lebih lama
- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga
mencegah terjadinya kekambuhan
1. Kategori 1 (2HRZE/4H3R3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru
Pasien baru TB paru BTA positif
Pasien TB paru BTA negatif foto thoraks positif
Pasien TB ekstra paru
2. Kategori 2 (2HRZE/HRZE/5H3R3E3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang diobati
sebelumnya
Pasien kambuh
Pasien gagal
Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)
19
3. OAT Sisipan (HRZE)
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap
intensif kategori 1 yang diberikan selama sebulan (28 hari).
2.10 Prognosa
Prognosis umumnya baik jika infeksi terbatas di paru dan tidak putus
obat, kecuali jika infeksi disebabkan oleh strain resisten obat atau pasien
berusia lanjut dengan gangguan kekebalan tubuh yang menurun.
20
BAB III
PENUTUP
3.3 Kesimpulan
Koch pulmonum adalah nama lain dari tuberculosis paru,
karena orang yang pertama kali menemukan dan bisa mengidentifikasi
penyebab pasti tuberculosis adalah Robert Koch. Untuk menegakkan
diagnosis, selain dari pemeriksaan klinis juga diperlukan pemeriksaan
penunjang di antaranya adalah pemeriksaan kultur sputum dan foto
rontgen thorax,ct-scan. Ketiga pemeriksaan tersebut sangat berperan
namun gejala klinis bila tanpa di sertai kelainan radiologis dapat
memastikan seseorang tidak terinfeksi basil tuberculosis.
Menurut gambaran radiologis tuberculosis paru dibagi menjadi
tuberculosis primer dan post primer. Pada tuberculosis primer akan
tampak pembesaran kelenjar limfa hilus dan mediastinum dan sering
terjadi pada anak-anak, sedangkan pada tuberculosis post primer jarang
ditemukan pelebaran kelenjar limfa. Namun tidak menutup
kemungkinan terjadi pembesaran kelenjar limfa pada orang dewasa,
yang menandakan tuberculosis primer.
Pada tuberculosis post primer, lebih banyak ditandai adanya
kavitas,ataupun gambaran konsolidasi dibagian atas paru. Sedangkan
pada tuberculosis primer gambaran konsolidasi dapat berada dimana
saja. Pada tuberculosis yang tidak mendapat pengobatan adekuat
ataupun pada tuberculosis HIV/AIDS dapat terjadi komplikasi beruba
gambaran milier ataupun tuberkuloma.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Ishida T, Yokoyama H, Kaneko S, Sugio K. Pulmonary tuberculoma and indications
for surgery: radiographic and clinicopathological analysis. Respiratory Medicine.
1992;86:431-6.
2. Ishida T, Yokoyama H, Kaneko S, Sugio K.Pulmonary tuberculoma and indications
forsurgery: radiographic and clinicopathologica analysis. Respiratory Medicine.
1992;86:431-6.
3. Aditama TY. Tuberkulosis pedoman diagnosis danpenatalaksanaan di Indonesia.
Edisi pertama.Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia;2006.p.1-8.
4. Lung Surgery [internet]. New York: Thorax surgery[cited on 2010 Feb 20]. Available
from: http://www.health.com/healthlibray/mdp/0,,zm2678,00,html.
5. Kim IJ, Lee JS, Kim SJ. Double-phase 18FFDGPET-CT for determination of
pulmonary tuberculoma activity. Eur J Nucl Mol Imaging.2008;35:808-14.
6. Icksan AG, Luhur R. Radiologi toraks tuberculosis paru. Jakarta: Sagung seto;
2008.p.38-9.
7. Moyes EN. Tuberculoma of the lung. Thorax. 1951;6: 238-49.
22