Resistin Dan DM Tipe 2

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/22/2019 Resistin Dan DM Tipe 2

    1/12

    RESISTIN

    Obesity-associated intrinsic mediators of insulin resistance

    Resistin merupakan adiposit putatif yang diturunkan dari sinyal

    polipeptida, awalnya diidentifikasi oleh tiga kelompok independen menggunakan

    berbagai teknik. Awal penelitian menunjukkan bahwa peningkatan level resistin

    terjadi pada hewan model dengan obesitas dan resistensi insulin dan level

    menurun dengan sensitizer insulin, RSG (rosiglitazone), namun

    immunoneutralization dari resistin menurunkan hiperglikemia dan meningkatkan

    sensitivitas insulin (Steppan et al, 2001). Observasi tidak hanya membawa

    resistin menuju perhatian banyak penelitian ilmiah, tetapi ditandai sebagai

    etiologi potensial hubungan antara obesitas dan diabetes, dengan peran

    fungsional yang jelas sebagai faktor patogenik berkontribusi terhadap resistensi

    insulin. Selain itu, hal ini menunjukkan kemungkinan dari mekanistik aksi dari

    TZDs (thiozolidinediones) dan aplikasi terapinya.

    Resistin merupakan anggota dari kelas sistein yang kaya akan protein

    kolektif. Resistin terlibat dalam patogenesis obesitas yang memediasi resistensi

    insulin dan DMT2 (diabetes mellitus Tipe II), setidaknya pada hewan model.

  • 7/22/2019 Resistin Dan DM Tipe 2

    2/12

    Selain itu, resistin juga merupakan sitokin pro-inflamasi. Secara bersama-sama,

    resistin, seperti adipocytokine lain, diduga memiliki peran ganda dalam

    memberikan kontribusi terhadap risiko penyakit.

    Representasi Pita Diagram dari resistin (A) struktur monomer resistin,

    sedangkan (B) menunjukkan bentuk hexameric yang terdiri dari dari dua

    disulfida-linked trimer. (C) Rentan terkena interchain disulfida linkage yang hadir

    pada bentuk hexameric dari resistin.

    Resistin diidentifikasi pada tahun 2001 sebagai adiposit-protein yang

    disekresikan spesifik dengan level ekspresi menurun oleh obat anti-diabetes

    yang menargetkan reseptor nucleus Peroxisome Proliferator-Activated Receptor

    (PPAR) (Steppan et al. 2001). Serum resistin meningkat pada tikus dengan

    obesitas, dan ekspresi efek yang berkelanjutan dari resistin menghasilkan insulin

    resistensi (Qi et al. 2006). Sebaliknya, tikus yang kekurangan resistin

    meningkatkan homeostasis glukosa. Efek ini dimediasi setidaknya sebagian

    melalui peningkatan aktivitas AMPK dan penurunan ekspresi enzim

    gluconeogenic pada liver. Selain itu, resistin telah terbukti menginduksi ekspresi

    dari suppressor Sitokin Signaling-3 (SOCS-3), yang dikenal sebagai regulator

    negatif dari sinyal insulin, baik in vitro maupun in vivo (Steppan et al. 2005).

    Resistin pada tikus secara eksklusif diekspresikan oleh jaringan adiposa putih,

  • 7/22/2019 Resistin Dan DM Tipe 2

    3/12

    resistin manusia terutama diekspresikan pada sirkulasi sel mononuklear.

    Beberapa studi menunjukkan peningkatan ekspresi level resistin dan serum

    dalam kaitannya dengan obesitas dan resistensi. Namun, penelitian lain gagal

    untuk menunjukkan hubungannya. Menariknya, studi terbaru pada manusia

    menunjukkan hubungan konsisten antara resistin dan inflamasi (Qatanani dan

    lazar, 2007).

    RESISTIN, RESISTENSI INSULIN DAN DMT2

    Saat ini dipastikan bahwa obesitas sentral merupakan faktor yang

    berkonstribusi pada patogenesis resistensi insulin dan pada akhirnya mengarah

    ke DMT2. Meskipun jelas bahwa inkonsistensi data tetap ada, untuk peran

    resistin pada obesitas, semakin banyak bukti yang menunjukkan peran resistin

    dalam etiologi resistensi insulin dan DMT2.

    Regulasi Resistin pada Model Resistensi Insulin dan Intoleransi Glukosa

    Studi awal pada hewan pengerat menunjukkan bahwa dengan

    mengurangi level resistin serum pada tikus berhubungan dengan adipositas

    menurun dan meningkatkan sensitivitas insulin. Rajala et al. menunjukkan bahwa

    tingkat sirkulasi resistin secara signifikan meningkat dan berhubungan positif

    dengan meningkatnya kadar insulin, glukosa dan lipid pada Lepob / ob tikus.

    Penelitian ini juga menyoroti interaksi potensial antara resistin dan leptin, dengan

    leptin yang menekan resistin mRNA dan level protein, seiring dengan penurunan

    glukosa dan insulin. Selain itu, Asensio et al. menyoroti bahwa pemberian leptin

    di ob / ob tikus meningkatkan sensitivitas insulin, yang berafiliasi dengan

    penurunan ekspresi gen resistin. Secara kolektif, studi ini menunjukkan leptin

    diduga berefek pada resistensi insulin dengan efek ameliorasi melalui kontra

    interaksi regulasi dan mekanisme yang berpotensi mensupresi resistin.

    Sebaliknya, Lee et al, melaporkan bahwa tidak satupun baik regulasi

    transkripsional resistin atau level sirkulasi resistin berkorelasi dengan insulin

    serum atau level glukosa. Penelitian selanjutnya telah menunjukkan ekspresi

    resistin baik ditekan atau berubah pada hewan model dengan resistensi insulin.

    Selain itu, meskipun level mRNA resistin meningkat pada tikus dengan resisten

    insulin, tidak ada perubahan jelas pada sensitivitas insulin yang diamati (Qi et al,

    2006).

  • 7/22/2019 Resistin Dan DM Tipe 2

    4/12

    Dalam mengevaluasi resistin dan hubungannya dengan sensitivitas

    insulin pada manusia, beberapa studi telah mengidentifikasi korelasi positif

    antara level resistin dan resistensi insulin in vivo dan in vitro. Selain itu, level

    resistin serum ditingkatkan oleh approx. 20% pada subyek DMT2, temuan

    tersebut telah kembali ditegaskan oleh Fujinami et al.. Sebaliknya, penelitian lain

    telah melaporkan tidak ada hubungan antara tingkat resistin serum dan penanda

    resistensi insulin pada pasien DMT2 atau pasien dengan resistensi insulin.

    Selain itu, level resistin serum dan plasma mungkin dikurangi atau ditingkatkan

    pada pasien DMT2 dengan tidak ada korelasi yang signifikan dengan HOMA-IR

    (homoeostasis model assessment for insulin resistance), lingkar pinggang, BMI

    atau kolesterol total. Akibatnya, studi ini menunjukkan resistin diduga tidak

    memainkan peran penting terhadap endokrin resistensi insulin atau energi

    homoeostasis pada manusia. Namun demikian, cara parakrin atau autokrin dari

    resistin dalam mempengaruhi metabolisme tidak dapat dikesampingkan

    (Kusminski et al, 2005).

    Efek Resistin pada Homoeostasis Glukosa

    Pada penelitian dilaporkan bahwa tikus transgenik overexpressingresistin

    menunjukkan gangguan insulin yang memediasi transportasi glukosa. Perubahan

    metabolisme glukosa tampaknya terjadi tanpa mempengaruhi sinyal reseptor

    insulin, oleh karena itu aktivitasnya dengan mengurangi aktivitas intrinsik

    transporter glukosa permukaan sel. Lazar et al menunjukkan resistin

    menginduksi ekspresi SOCS (penekan sinyal sitokin) - 3, yang diketahui inhibitor

    dari sinyal insulin. Selain itu, hilangnya fungsi SOCS ditunjukkan untuk

    menggangu resistin dari aksi insulin antagonis dalam adiposit. Hal ini

    menunjukkan bahwa aksi insulin independen terhadap resistin pada adiposit

    sebagian dapat dimediasi oleh SOCS-3, yang bisa berdampak pada

    homoeostasis glukosa normal (Steppan et al, 2005).

    Rajala et al. telah menunjukkan bahwa pemberian baik resistin atau

    RELM- ke tikus menurunkan sensitivitas insulin, terutama di lokasi liver.

    Memburuknya homoeostasis glukosa terbukti sepenuhnya disebabkan oleh

    terganggunya insulin yang memediasi supresi glukoneogenesis hepatic,

    dibandingkan resistensi insulin perifer. Studi ini menunjukkan bahwa lemak dan

    gutyang menurunkan resistin dan RELM- memiliki efek jelas dan cepat dalam

    merangsang tingkat produksi glukosa hepatik, sebagai kebalikan dari

  • 7/22/2019 Resistin Dan DM Tipe 2

    5/12

    peningkatan penyerapan glukosa atau mempengaruhi sensitivitas insulin perifer.

    Dalam hal ini, sekresi RELM- ke dalam sirkulasi vena portal muncul untuk

    menghubungkan epitel intestinal ke liver, meningkatkan perubahan dalam

    metabolisme liver sebagai akibatnya (Rajala et al, 2004). Selanjutnya, hal ini

    mendukung gagasan adanya mekanisme umpan balik antara jaringan adiposa

    dan insulin dengan target organ, seperti liver. Temuan ini telah diperkuat oleh

    penelitian yang menunjukkan bahwa ablasi dari gen resistin pada tikus

    menurunkan kadar glukosa puasa melalui pengurangan produksi glukosa hepatik

    tanpa secara signifikan mengubah glukosa disposal seluruh tubuh. Studi ini

    menunjukkan peningkatan glukosa homoeostasis sebagian dimediasi melalui

    peningkatan aktivasi AMPK hepatik (AMP-activated protein kinase) dengan

    pengurangan ekspresi gen dari gluconeogenic enzymes G6Pase (glukosa 6-

    fosfatase) dan PEPCK (carboxykinase phosphoenolypyruvate). Sebaliknya,

    penelitian juga menunjukkan bahwa pemberian resistin dalam liver KO tikus

    meningkatkan produksi dengan peningkatan kadar glukosa oleh approx 25%.

    Rangwala et al. mencatat bahwa tikus dengan hiperresistinaemia kronis

    menunjukkan level glukosa darah yang tinggi dan gangguan toleransi glukosa,

    hal ini terkait dengan produksi glukosa hepatik meningkat, sebagian karena

    peningkatan ekspresi hati terhadap enzim gluconeogenic. Meskipun demikian,

    perubahan normal homoeostasis glukosa kronis yang disebabkan oleh

    hiperresistinaemia memerlukan tindakan yang lebih untuk melawan regulasi efek

    ini (Kusminski et al, 2005).

    Dalam konteks pada manusia, studi awal menunjukkan temuan yang

    bertentangan untuk korelasi antara resistin dan glukosa disposal, dengan studi

    terbaru masih menyediakan hasil inkonsisten. Studi di Pima India telah

    melaporkan level resistin serum yang tidak terkait dengan glukosa puasa dan

    level insulin, meskipun sebanding dengan derajat adipositas. Selain itu, satu

    studi mengindikasikan level resistin serum berkorelasi terbalik dengan level

    glukosa adiposal, sedangkan yang lain menunjukkan efek sederhana resistin

    pada penyerapan glukosa secara in vitro. Secara kolektif, studi resistin

    transgenik dan delesi gen di tikus telah memberikan bukti bahwa resistin memiliki

    peran fisiologis dominan pada liver dengan berkonstribusi terhadap regulasi

    kadar glukosa darah puasa. Akibatnya hal ini memiliki implikasi penting pada

    manusia, namun penelitian lebih lanjut mengenai hal ini jelas dibutuhkan

    (Kusminski et al, 2005).

  • 7/22/2019 Resistin Dan DM Tipe 2

    6/12

    Mekanisme Inflamasi

    Resistin merupakan sitokin inflamasi diproduksi di adiposit dan sel-sel

    imun yang ekspresinya ditekan oleh TZDs dan upregulasinya oleh proinflamasi

    sitokin dan lipopolisakarida yang berasal dari bakteri. Inflamasi kronis sistemik

    telah diusulkan memiliki peran penting dalam patogenesis obesitas terkait

    resistensi insulin (Xu et al, 2003).

    Endocrine, inflammatory, and neuronal pathways link obesity to

    insulin resistance.

    Data eksperimental, epidemiologi, dan bukti klinis yang dihasilkan selama

    dekade terakhir menunjukkan hubungan inflamasi terhadap perkembangan

    resistensi insulin dan DMT. Hal ini menunjukkan bahwa biomarker inflamasi,

    seperti TNF, IL-6, resistin, dan C-reactive protein (CRP), terdapat dengan

    konsentrasi yang meningkat pada individu dengan resistensi insulin dan

    obesitas, dan biomarker ini memprediksi perkembangan DMT2. Pengaktifan jalur

    inflamasi pada hepatosit cukup menyebabkan baik efek resistensi insulin lokal

    maupun sistemik. Selain itu, obesitas ditandai dengan akumulasi makrofag pada

    jaringan adiposa putih, yang telah menambah satu dimensi pemahaman kita

    tentang perkembangan inflamasi jaringan adiposa pada obesitas. Makrofag

    jaringan adiposa (ATM) cenderung untuk berkontribusi pada produksi beberapa

    adipokines. Peran penyebab ATM pada obesitas yang terkait resistensi insulin

  • 7/22/2019 Resistin Dan DM Tipe 2

    7/12

    didukung oleh penelitian yang menunjukkan bahwa penghambatan perekrutan

    makrofag pada obesitas penyebab resistensi insulin terlihat pada model hewan

    (Lumeng et al. 2007). Beberapa Jalur sinyal dalam kaitannya dengan hubungan

    mekanisme endokrin dan inflamasi terhadap resistensi insulin. Kinase yang

    penting akan memediasi cross-talkantara sinyal inflamasi dan metabolik seperti

    JUN N-terminal kinase1 (JNK1), protein kinase serin / treonin yang diaktifkan

    oleh rangsangan inflamasi, termasuk TNF. Pada hewan model genetik dan diet

    dengan obesitas, aktivitas JNK1 meningkat dalam jaringan liver, otot, dan

    adiposa, dan kehilangan fungsi dalam mencegah resistensi insulin. Modulasi dari

    liver JNK1 pada hewan dewasa juga menghasilkan efek sistemik pada

    metabolisme glukosa, yang menggaris bawahi pentingnya jalur ini pada liver.

    Aktivasi JNK1 menyebabkan serin fosforilasi dari IRS-1 yang mengganggu aksi

    insulin. Selain itu, IKK merupakan mediator TNF-menginduksi resistensi insulin.

    Aktivasi NF-kB yang disebabkan oleh level ekspresi IKK yang rendah secara

    terus menerus pada hepatosit dari model tikus transgenik menyebabkan

    resistensi insulin sistemik moderat. Selain itu, penghambatan IKK pada penderita

    diabetes manusia dengan dosis tinggi pemberian aspirin juga meningkatkan

    insulin signaling. IKK dapat mempengaruhi sinyal insulin baik dengan fosforilasi

    langsung IRS-1 pada penghambatan residu serin dan dengan phosphorilasi

    inhibitor NF-kB, sehingga mengaktifkan NF-kB, sebagai faktor transkripsi, antara

    target lainnya, merangsang produksi mediator inflamasi multiple termasuk TNF

    dan IL-6. Hal ini mungkin memicu lingkaran setan respon inflamasi yang tinggi

    yang memberi umpan ke dalam regulasi negatif sinyal insulin. Kelas lain dari

    mediator inflamasi berkontribusi dengan obesitas yang menginduksi resistensi

    insulin merupakan protein SOCS, yang merupakan jalur umpan balik negatif

    pada sinyal sitokin. Setidaknya tiga anggota keluarga SOCS (SOCS-1, SOCS-3,

    dan SOCS-6) telah terlibat pada sitokin yang memediasi inhibisi insulin signaling,

    baik dengan mengganggu IRS-1 dan IRS-2 fosforilasi tirosin atau dengan

    menargetkan IRS-1 dan IRS-2 untuk degradasi proteosomal. Menariknya, studi

    terbaru melaporkan peningkatan SOCS-3 pada hewan pengerat dengan

    obesitas, dan penurunan ekspresi SOCS-3 menghasilkan resistensi pada diet

    tinggi lemak menginduksi obesitas dan resistensi insulin. Sebaliknya,

    overekspresi SOCS-1 dan SOCS-3 pada hati menyebabkan resistensi. Akhirnya,

    studi terbaru telah memberikan petunjuk lebih untuk keterkaitan antara obesitas,

    stres, inflamasi, dan resistensi. Shi et al. menunjukkan bahwa Toll-Like Receptor

  • 7/22/2019 Resistin Dan DM Tipe 2

    8/12

    4 (TLR4), yang memainkan peran penting dalam imunitas bawaan, diaktifkan

    oleh FAs dan tikus dengan delesi TLR4 secara substansial dilindungi dari

    kemampuan infus lipid sistemik untuk menginduksi resistensi insulin. Selain itu,

    Matsuzawa et al. menunjukkan bahwa ASK1, anggota dari keluarga MAPK

    kinase-kinase (MAP3K), khususnya memediasi cabang dari sinyal TLR4 melalui

    jalur oksigen reaktif spesies (ROS) dependen. Mengingat kemampuan ASK1

    untuk mengaktifkan jalur JNK, temuan ini dapat memberikan tambahan

    hubungan antara imunitas bawaan, stres seluler, dan resistensi insulin (Qatanani

    dan lazar, 2007).

    .

    (Kalupahana et al, 2012)

    Patogenesis obesitas-terkait resistensi insulin. Insulin menekan produksi

    glukosa hepatik, mempromosikan pembuangan glukosa otot skeletal dan

    menghambat lipolisis. Inflamasi kronis tingkat rendah yang terjadi di jaringan

    adiposa pada obesitas menimbulkan produksi berlebihan dari sitokin pro-

    inflamasi. Sitokin ini melemahkan aksi insulin pada jaringan tersebut.

  • 7/22/2019 Resistin Dan DM Tipe 2

    9/12

    (Kalupahana et al, 2012)

    Mekanisme molekuler resistensi insulin. Insulin berikatan dengan reseptor

    insulin yang menginduksi autofosforilasi pada residu tirosin. Hal ini memicu

    kaskade sinyal insulin downstream yang pada akhirnya phosphorylates dan

    mengaktifkan Akt, yang menghambat glukoneogenesis, mempromosikan

    glikogen, protein dan sintesis lipid. Sitokin proinflamasi dan asam lemak jenuh

    mengaktifkan intraseluler serin / treonin kinase seperti JNK dan IKK, yang

    memfosforilasi residu serin pada IRS menonaktifkannya. SOCS 3 juga

    menghambat aktivasi IRS-1, melemahkan sinyal insulin normal.

  • 7/22/2019 Resistin Dan DM Tipe 2

    10/12

    Perubahan populasi sel imun pada jaringan adiposa di obesitas. Jaringan

    adiposa dengan level rendah mengandung proporsi yang lebih tinggi M2/M1

    makrofag. Hal ini juga mengandung sejumlah besar sel T-regulatory. Obesitas

    dan hipertrofi adiposit menyebabkan nekrosis adiposit dan peningkatan jumlah

    pro-inflamasi makrofag M1. Ada juga penurunan sel T-regulatory, sementara

    ada peningkatan sel B, sel T CD4 + helper 1 dan sel T CD8 +. Perubahan

    populasi sel imun menimbulkan sekresi sitokin pro inflamasi dari jaringan adiposa

    dan inflamasi sistemik yang menginduksi peningkatan resistensi insulin.

  • 7/22/2019 Resistin Dan DM Tipe 2

    11/12

    Referensi

    Asensio, C., Cettour-Rose, P., Theander-Carrillo, C., Rohner-Jeanrenaud, F. and

    Muzzin, P. 2004. Changes in glycemia by leptin administration or

    high-fat feeding in rodent models of obesity/type 2 diabetes suggest a

    link between resistin expression and control of glucose homeostasis.

    Endocrinology 145, 220613

    Kalupahana, Nishan S. , Moustaid, Naima , Claycombe, Kate J. 2012. Immunity

    as a link between obesity and insulin resistance. Nutritional

    Immunology, Molecular Aspects of Medicine, 33: 2634

    Kusminski, Christine M., Mcternan, Philip G. and Kumar, Sudhesh. 2005. Role of

    resistin in obesity, insulin resistance and Type II diabetes. Clinical

    Science 109, 24356

    Lumeng, C.N., Bodzin, J.L., and Saltiel, A.R. 2007. Obesity induces a phenotypic

    switch in adipose tissue macrophage polarization. J. Clin. Invest. 117:

    17584.

    Qatanani, Mohammed and Lazar, Mitchell A.. 2007. Mechanisms of obesity-

    associated insulin resistance: many choices on the menu. Genes Dev.

    2007 21: 1443-55

    Qi, Y., Nie, Z., Lee, Y.S., Singhal, N.S., Scherer, P.E., Lazar, M.A., and Ahima,

    R.S. 2006. Loss of resistin improves glucose homeostasis in leptin

    deficiency. Diabetes 55: 3083 90.

    Rajala, M. W., Qi, Y., Patel, H. R. et al. 2004 . Regulation of resistin expression

    and circulating levels in obesity, diabetes, and fasting. Diabetes 53,

    16719

    Steppan, C. M., Bailey, S. T., Bhat, S. et al. 2001. The hormone resistin links

    obesity to diabetes. Nature (London) 409, 30712

    Steppan, C. M., Wang, J., Whiteman, E. L., Birnbaum, M. J. and Lazar, M. A.

    2005.Activation of SOCS-3 by resistin. Mol. Cell. Biol. 25, 156975

    Steppan, C.M., Wang, J., Whiteman, E.L., Birnbaum, M.J., and Lazar, M.A. 2005.

    Activation of SOCS-3 by resistin. Mol. Cell. Biol. 25: 15691575.

    Xu, H., Barnes, G.T., Yang, Q., Tan, G., Yang, D., Chou, C.J., Sole, J., Nichols,

    A., Ross, J.S., Tartaglia, L.A., et al. 2003. Chronic inflammation in fat

    plays a crucial role in the development of obesity-related insulin

    resistance. J. Clin. Invest. 112: 182130.

    http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0098299711000550http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0098299711000550http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0098299711000550http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0098299711000550http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0098299711000550http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0098299711000550
  • 7/22/2019 Resistin Dan DM Tipe 2

    12/12

    Role of Resistin in InsulinResistance and Type II Diabetes

    Untuk Memenuhi Tugas Makalah Patobiologi dengan Topik Insulin

    Resistance dengan Dosen Pengampu Dr. dr. Tiny Rasyad, Sp.PK (K)

    Oleh

    Akhiyan Hadi S.

    116070117011019

    PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

    PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    2013