Upload
teresa-shinta
View
81
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Diabetes Melitus tipe I
Citation preview
CASE REPORT KELOMPOK
“Seorang Anak Perempuan Usia 14 Tahun
Dengan Penurunan Kesadaran”
DOKTER PEMBIMBING
dr. Meidy Daniel Posumah, Sp.A
dr. Rudy Ruskawan, Sp. A
DISUSUN OLEH
Andri Changat
Benanto
Erin Triana
Fenrian Tan Jaya
Ratu Suciangaraini H
Teresa Shinta
RUMAH SAKIT BADAN PENGUSAHAAN BATAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
LEMBAR PENGESAHAN
Case Report Kelompok yang berjudul Seorang Anak yang Mengalami Penurunan Kesadaran
telah diterima dan disetujui pada tanggal Agustus 2014
sebagai salah satu syarat menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
periode 18 Agustus 2014 – Oktober 2014 di Rumah Sakit Badan Pengusahaan Batam
Batam, Agustus 2014
dr. Meidy Daniel Posumah, Sp.A
dr. Rudy Ruskawan, Sp.A
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Case Report dengan judul
“Seorang Anak dengan Penurunan Kesadaran”. Case report ini diajukan dalam rangka
melaksanakan tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Badan
Pengusahaan Batam periode 18 Agustus 2014 – Oktober 2014 dan juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi penulis serta pembaca mengenai Ketoasidosis Diabetikum. Dalam
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih atas bantuan dan kerja sama
yang telah diberikan selama penyusunan case report kelompok ini, kepada dr. Meidy Daniel
Posumah, Sp. A, dr. Rudy Ruskawan, Sp. A selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu
Kesehatan Anak Rumah Sakit Badan Pengusahaan Batam.
Penulis menyadari case report ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis mengharapkan
saran dan kritik yang dapat membangun dari semua pihak agar case report ini dapat menjadi
lebih baik dan berguna bagi semua pihak yang membacanya. Penulis memohon maaf sebesar-
besarnya apabila masih banyak kesalahan maupun kekurangan dalam case report ini.
Batam, Agustus 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut WHO diabetes melitus adalah penyakit kronis dimana terdapat defisiensi
terhadap produksi insulin yang disebabkan oleh faktor turunan atau yang didapat. Defisiensi
tersebut mengakibatkan konsentrasi dari glukosa dalam darah untuk meningkat yang bisa
merusak sistem organ dalam tubuh kita, terutama pembuluh darah dan saraf.Di antara
penyakit degeneratif, diabetes adalah satu penyakit di antara penyakit tidak menular yang
akan meningkat jumlahnya di masa mendatang.
Menurut ‘The World Health Report 1997’ yang dipublikasikan oleh WHO, diprediksi
akan terjadi peningkatan kasus diabetes melitus di dunia terutama pada daerah asia tenggara
termasuk Indonesia. Diabetes yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan berbagai
komplikasi. Komplikasi ini termasuk ketoasidosis diabetikum, penyakit kardivaskuler,
penyakit ginjal kronis dan berbagai penyakit lainnya. Oleh karena ini pengobatan adekuat
dari diabetes diperlukan dari segi farmaka maupun nonfarmaka.
Klasifikasi utama DM yaitu DM type 1 dan type 2. Diabetes melitus tipe 1 biasa terjadi
pada anak anak (<40 tahun) dan meliputi 5% dari seluruh kasus. Sedangkan DM type 2
biasanya terjadi pada usia paruh baya (>40 tahun) dengan puncak onset pada usia 60 tahun
dan meliputi 95% dari seluruh kasus. Hampir 50% kasus DM type 2 tidak terdiagnosa
dikarenakan gejalanya sering tidak disadari dan fase prekliniknya berlangsung selama 5-10
tahun.
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
A. Identitas Pasien
Nama : Nn. M
Tempat/Tgl. Lahir : Tanjung Planduk / 24 April 2000
Umur : 14 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Tanjung Planduk Rt 01/Rw 02 Morro
Agama : Islam
Masuk Tanggal : 4 Agustus 2014
No. Medical Record : 35-33-16
B. Identitas Orang Tua
Ayah Ibu
Nama Tn. Guntur Ny. Ani
Umur 30 tahun 28 tahun
Alamat Tanjung Planduk Rt
01/Rw 02 Morro
Tanjung Planduk Rt
01/Rw 02 Morro
Agama Islam Islam
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan Penambang Ibu Rumah Tangga
Hubungan Pasien dengan orang tua : Pasien anak kandung (anak ke 1 dari 3
bersaudara)
ANAMNESIS
Dilakukan secara auto dan alloanamnesis kepada pasien, ayah, bibi, nenek kandung penderita
pada tanggal 21 Agustus 2014 pada pukul 10.30 WIB di bangsal Bougenville RSOB.
Keluhan Utama : Penurunan kesadaran sejak 2,5 jam SMRS.
Keluhan Tambahan : Sesak napas, demam.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dibawa oleh keluarga pasien ke emergency RSOB dengan penurunan
kesadaran sejak 2,5 jam SMRS. Sebelum mengalami penurunan kesadaran, pasien mengeluh
nyeri perut sejak bangun tidur di pagi hari. Nyeri perut timbul mendadak dan hilang timbul.
nyeri perut dirasakan seperti ditusuk tusuk pada perut kanan atas. Pasien beristirahat dengan
berbaring untuk mengurangi nyeri perut. Sebelum tertidur os merasa dada berdebar, setelah
itu os tertidur os dibangunkan pukul 14 oleh bibi os. Os tidak bangun ketika dipanggil dan
ditepuk tepuk oleh bibi os. Bibi os mengatakan napas os terlihat cepat, namun tidak tampak
kebiruan pada bibir dan anggota gerak, serta tidak terdapat keringat dingin. Os langsung
dilarikan ke emergency RSOB. Os sampai di emergncy pukul 16.30. Os disarankan oleh
dokter jaga untuk dirawat di icu, namun icu penuh sehingga os dirawat di bangsal atas
persetujuan keluarga sambil menunggu ruang icu. Os sadar di ruangan pukul 01.00. saat
sadar, os tidak dapat bekomunikasi dengan lancar. Os terlihat lemas dan meminta minum. 2
hari kemudian os dipindahan ke icu dan dirawat selama 9 hari. 2 hari di icu os talah sadar
penuh dan dapat berkomunikasi dengan lancar. Bibi os mengatakan os demam saat tiba di
ruangan dan demam turun setelah perawatan hari kedua di ICU. Pada perawatan hari kedua di
ICU, seluruh badan os bengkak dan bengkak berkurang 2 hari kemudian secara perlahan.
6 bulan sebelum os mengalami penurunan kesadaran, os mengeluh sering merasa haus,
lapar, kencing terus-menerus, dan berat badan berkurang sebanyak 10 kg dalam 6 bulan. Pada
saat idul fitri, os mengaku banyak minum dan makan makanan yang manis. Os tidak
mengeluh nyeri bak, kesemutan, sesak, kaki bengkak, pandangan kabur, nyeri dada, terbentur
di kepala, terbentur di perut, nyeri perut sebelah kiri, kencing keruh, demam tinggi, sedang
haid.
Riwayat Penyakit Dahulu
OS mengeluh sering merasakan nyeri perut saat haid hari pertama dan kedua. OS tidak
memiliki riwayat alergi, asma, darah tinggi, dirawat di rumah sakit sebelumnya, kecelakaan
sebelumnya, sakit maag, penurunan kesadaran sebelumnya, sakit seperti ini sebelumnya.
Menurut Ibu pasien, pasien pernah menderita demam saat usia 1 tahun, demam hilang timbul,
dan ibu pasien hanya memberikan parasetamol sirup dan demam hilang. Pasien jarang batuk
dan pilek, pasien juga tidak pernah menderita sesak, alergi makanan, alergi obat, dan ruam di
kulit.
Demam Tifoid (-) Epilepsi (-)
Kejang demam (-) Hepatitis (-)
Demam berdarah (-) Diare (-)
Varicella (-) Infeksi Saluran napas (+)
TBC (-) Difteri (-)
Penyakit Jantung Bawaan (-) Penyakit Jantung Rematik (-)
Riwayat Kelahiran
Tanggal lahir : 24 April 2000
Cara Lahir : Spontan / pervaginam
Ditolong oleh : Dukun
Berat Lahir : Lupa
Keadaan saat lahir : Langsung menangis
Riwayat Pemberian Makanan
Sejak lahir, pasien sudah mendapatkan ASI sampai usia 10 bulan. ASI eksklusif sudah
terpenuhi (6 bulan). Susu formula mulai diberikan pada usia 0 bulan. Nasi tim pada usia 5
bulan.
Riwayat Pemberian Imunisasi
IMUNISASI
UMUR PEMBERIAN IMUNISASIBULAN(dasar)
Tahun(ulangan)
Lhr 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12BCG
HEP BPOLIO
DTPCAMPAK
HibPCV
ROTAVIRUSINFLUENZAVARICELLA
MMRTIFOIDHEP AHPV
Kesan : Imunisasi dasar lengkap
Riwayat Perkembangan Motorik Psikososial
Pertama kali membalik : 4 bulan
Pertama kali tengkurap : 4 bulan
Pertama kali duduk : 6 bulan
Pertama kali merangkak : 7 bulan
Pertama kali berdiri : 8 bulan
Pertama kali berjalan : 9 bulan
Pertama kali tertawa : lupa
Pertama kali berceloteh : lupa
Pertama kali memanggil mama : lupa
Pertama kali memanggil papa : lupa
Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Saat ini tidak ada keluarga yang sedang
mengalami sakit seperti pasien. Tidak ada riwayat keluarga yang mengalami kencing manis
dan hipertensi.
Riwayat Lingkungan dan Perumahan
Pasien tinggal di lingkungan berpenduduk jarang. Lingkungan, sanitasi dan sirkulasi rumah
kurang baik dengan jumlah jendela 1 buah.
PEMERIKSAAN FISIK
I. Keadaan Umum
a. Kesan Sakit : Tampak Sakit Sedang
b. Kesadaran : Compos Mentis
II. Tanda Vital dan Antropometri
TANDA VITAL HASIL PASIEN
Suhu 37,5oC
Nadi 90x/mnt, reguler, isi cukup
Nafas 19x/mnt
ANTROPOMETRI HASIL PASIEN
Berat Badan 44 kg
Panjang Badan 155 cm
BB/U BB/U=88% (Gizi Normal)
TB/U TB/U=96% (Gizi Normal)
BB/TB TB/U=96% (Gizi Normal)
III. Pemeriksaan Kepala dan Leher
Kepala Ukuran normosefali, bentuk bulat oval, tidak tampak deformitas, pada perabaan tidak ada nyeri, rambut berwarna hitam tidak beruban, lebat, tidak kering, tidak mudah dicabut
Wajah Tidak tampak sesak, tidak pucat, tidak sianosis, ekspresi wajah simetris, dan tidak tampak facies yang menandai suatu penyakit seperti facies hipocrates, tidak tampak moon face
Mata Alis tebal, hitam, tersebar rata; bulu mata hitam, tersebar rata, tidak mudah rontok; kelopak mata tidak ada edema dan tidak ptosis, pada palpasi tekanan kedua bola mata normal; konjungtiva warna pink, tidak anemis, sklera tidak ikterik, iris warna hitam, pupil bulat isokor, lensa jernih, refleks cahaya langsung dan tidak langsung +/+, gerak bola mata normal ke segala arah, lapang pandang baik. Mata tidak tampak cekung
Telinga Telinga sepasang, sama tinggi, normotia, tidak ada benjoan atau nyeri tekan di sekitar telinga, CAE lapang, tidak tampak serumen, darah, maupun sekret, tidak hiperemis, dan membrana timpani sulit dinilai.
Hidung Napas cuping hidung(-), bentuk hidung normal, deviasi septum (-), cavumnasilapang dan sama besar, tidak hiperemis, tidak ada sekret dan darah, konka eutrofi, tidakhiperemis, mukosa licin tidak hiperemis, tidakpucat, tidak livid.
Bibir Bentuk normal, warna merah muda, tidak pucat, tidak sianosis, kulit disekitar bibir normal, tidak kering, trismus (-)
Lidah Ukuran dan bentuk lidah normal (normoglosia), papil atrofi (-), tremor (-)
Mukosa mulut dan palatum
Mukosa mulut warna merah muda, kering, palatum utuh, tanpa bercak, stomatitis apthae (-)
Uvula, faring, tonsil
Uvula di tengah, berwarna merah muda, tidak hiperemis, T1-T1tenang, detritus (-), kripta tidak melebar, dinding mukosa faring tidak hiperemis, PND (-)
Bau napas Tidak tercium bau napas yang khas
Leher Bentuk dan ukuran normal, gerakan normal, kaku kuduk (-)
KGB Tidak ada pembesaran KGB
Arteri carotis Arteri carotis tidak tampak berdenyut, pada perabaan denyutnya teraba reguler, sama kuat, simetris kiri-kanan, bruit (-)
Trakea Trakea di tengah, deviasi(-), tidak teraba massa, tracheal tug (-)
IV. Pemeriksaan Thorax
Inspeksi dada Dari depan: bentuk thorax normal, simetris mengembang saat inspirasi dan mengempis saat ekspirasi, tidak ada yang tertinggal
Warna kulit sawo matang, tidak ikterik, tidak pucat, tidak sianosis,roseoles spot (-), tidak tampak adanya efloresensi yang bermakna, tidak ada dilatasi vena, spider nervi (-)
Tulang dada normal, mendatar, tidak mencekung dan tidak menonjol
Tulang iga normal, tidak terlalu vertikal dan tidak terlalu horizontal
Sela iga tidak melebar dan menyempit, tidak tampak adanya retraksi dan tidak tampak gerakan otot-otot bantu pernapasan
Tidak tampak pulsasi abnormal, tidak tampak pulsasi ictus cordis
Inspeksi dada saat napas
Gerakan dada pasien simetris kiri-kanan saat bernapas, tidak ada hemithorax yang tertinggal
Inspeksi buah dada
Buah dada simetris sama besar kiri dan kanan, tidak tampak massa / benjolan, areola mamae sepasang, simetris, warna kecoklatan, papila mamae sepasang, simetris, tidak ada retraksi, tidak tampak mengeluarkan sekret, tidak tampak efloresensi bermakna
Jantung Irama teratur, SI dan SII pada keempat katup jantung reguler, murmur (-), gallop (-), suara jantung tambahan (-), tidak terdapat ejection sound, tidak ada spliting.
Paru Suara napas paru kiri-kanan didapatkan suara napas vesikuler. Ronki -/-. Wheezing -/-, slam -/-
V. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi abdomen
Bentuk abdomen datar, Warna kulit sawo matang, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis, spider nervi(-), roseola spot (-), tidak tampak adanya efloresensi yang bermakna, kulit perut tidak keriput, tidak ada dilatasi vena, Shagging of the Flank (-), massa (-).
Auskultasi abdomen
Bising usus pasien dalam batas normal, dalam perhitungan 1 menit terdengar adanya bising usus3x. Tidak terdengar arterial bruit maupun
venous hum.
Perkusi abdomen Pada keempat kuadran abdomen didapatkan suara timpani,shifting dullness (-)
Palpasi abdomen Dinding abdomen supel, tidak teraba massa, defense muscular (-),turgor kulit langsung kembali.
Nyeri tekan (-), nyeri lepas (-) Hepar dan lien tidak teraba, Ballotement ginjal bilateral (-), Murphy’s sign (-)
Tidak terasa adanya getaran cairan / undulasi
Hepatojugular refleks (-).
VI. Pemeriksaan Ekstremitas
Inspeksi ekstremitas atas
Bentuk normal, simetris, tidak ada deformitas, proporsional terhadap bentuk tubuh pasien.
Kulit sawo matang, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis, tampak efloresensi berupa hiperpigmentasi pada lengan kiri
Jari-jari: jumlah lengkap, tidak ada deformitas, clubbing finger (-)
Kuku: warna merah muda, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis, splinter hemoragik (-)
Telapak tangan warna pink, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis, tidak tampak palmar eritema
Tidak tampak oedem pada keempat ekstremitas dan tidak ada pembengkakan sendi, tidak ada atrofi otot, tidak ada gerakan involunter, kordinasi gerak baik, kaku sendi (-)
Palpasi kulit dan otot ekstremitas atas
Akral hangat pada keempat ekstremitas, kelembaban baik dan tidak nyeri tekan, pitting oedema (-), tidak ada atrofi otot, tonus otot statis dan dinamis baik, kekuatan otot baik bernilai 5, tidak ada rigiditas dan spastisitas, flapping tremor (-), intentional tremor (-)
Refleks fisiologis Refleks biseps ++/++, refleks triceps ++/++
Inspeksi ekstremitas bawah
Bentuk normal, simetris, tidak ada deformitas, proporsional terhadap tubuh.
Kulit sawo matang, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis, tidak tampak
efloresensi yang bermakna.
Jari-jari jumlah lengkap, tidak ada deformitas.
Kuku warna merah muda, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis.
Telapak kaki warna pink, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis, tidak ada eritem, tidak ada ulkus, tidak ada kalus, tidak ada clavus.
Tidak tampak oedema pada kedua tungkai bawah, tidak ada gerak involunter, tidak ada pembengkakan sendi maupun atrofi.
Kekuatan otot baik, koordinasi gerak baik.
Palpasi kulit dan otot ekstremitas bawah
Suhu teraba hangat, kelembaban baik dan tidak nyeri, pitting oedem(-), tidak ada atrofi otot, tonus stasis dan dinamis baik, tidak ada rigiditas dan spastisitas.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium tanggal 4 Agustus 2014
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
Darah Lengkap
Hemoglobin 15,9 11,0 – 16,5 g/dl
Eritosit 5,46 3,8 – 5,8 106/µl
Hematokrit 43,6 35,0 – 50,0 %
MCV 79,9 80,0 – 97,0 fL
MCH 29,1 26,5 – 33,5 Pg
MCHC 36,5 31,5 – 35,0 g/dl
RDW-CV 14,6 10,0 – 15,0 %
Leukosit 54,94 4 – 11 103/µl
Eusinofil 1,2 0 – 5 %
Basofil - 0 – 1 %
Neutrofil - 46 – 75 %
Lymph 12,67 17 – 48 %
Monosit 8,9 4 – 10 %
Platelet 433 150 – 450 103/µl
PDW 12,3 10,0 – 18,0 fL
MPV 10,5 6,5 – 11,0 fL
Elektrolit
Natrium 128 135 - 147 meq/l
Kalium 4,6 3,5 – 5,0 meq/l
Chlor 99 94 – 111 meq/l
Gula Darah
GD Sewaktu 584 70 - 140 mg/dl
Dengue blood IgM (-),
IgG (-)
Analisa Gas Darah
pO2 116
pCO 23,7
pH 6,942
tHb 15,9
SO2 92,9
Na 129,7
Cl 102,3
Ca : 0,331
K 3,27
Hct 407
BE – 26
cHCO3 6,5
ctO2 16,3
Kadar Gula Darah
5 Agustus 2014 7 Agustus 2014
GDS jam 19.45: 377 mg/dL GDS jam 21.00: 261 mg/dL
GDS jam 22.30: 416 mg/dL
GDS jam 23.30: 379 mg/dL 9 Agustus 2014
GDS jam 01.00: 332 mg/dL GDS jam 08,00 : 167 mg/dL
Laboratorium
Tanggal 14 Tanggal 15 Tanggal 16 Tanggal 19Hb 9.6 Hb 9,6RBC 4,22 RBC 3,40WBC 12,72 WBC 10,14PLT 197 PLT 176Ureum 221,2 Ureum 202,1 Ureum 150,7 Ureum 49Creatinin 6,34 Creatinin 5,72 Creatinin 4,96 Creatinin 1,37HbA1C 6,2 Albumin 2,6 Albumin 2,8 Total protein 4,8
(albumin 3,5, globulin 1,3)
Na 146 Na 143 Asam urat 7,34 Na 143K 2,9 K 2,9 K 4,2Cl 119 Cl 117 Cl 107Kadar Gula Darah
22 Agustus 2014 23 Agustus 2014 24 Agustus 2014
GDS pukul 07.00 : 98 mg/dL GDS pukul 07.00: 100 mg/dL GDS pukul07.00: 93 mg/dL
GDS pukul 08.30: 322 mg/dL GDS pukul 08.30: 232 mg/dL
GDS pukul 11.30: 258 mg/dL GDS pukul 11.30: 197 mg/dL
GDS pukul 14.00: 356 mg/dL GDS pukul 14.00: 244 mg/dL
GDS pukul 20.00: 246 mg/dL GDS pukul 20.00: 285 mg/dL
Pemberian novorapid menjadi Pemberian novoraid menjadi Pengedukasian pemakaian
4-4-4-3 3-3-3-2 alat suntik
insulin
RESUME
Pasien datang dibawa oleh keluarga pasien ke emergency RSOB dengan penurunan
kesadaran sejak 2,5 jam SMRS. Pasien juga mengeluh nyeri perut sejak bangun tidur di pagi
hari. Nyeri perut timbul mendadak dan hilang timbul. Nyeri dirasakan seperti ditusuk pada
perut kanan atas. Pasien sempat tidur untuk mengurangi nyeri perut. Sebelum tertidur os
merasa dada berdebar. Os tidak bangun ketika dipanggil dan ditepuk tepuk oleh bibi os. Bibi
os mengatakan napas os terlihat cepat. Os sempat sadar di ruangan. Ketika sadar, os tidak
dapat bekomunikasi dengan lancar dan terlihat lemas dan meminta minum. 2 hari kemudian
os dipindahan ke icu dan dirawat selama 9 hari. Pasien sempat demam 2 hari di icu dan
seluruh badan OS bengkak dan bengkak berkurang 2 hari kemudian secara perlahan. 6 bulan
sebelum OS mengalami penurunan kesadaran, OS mengeluh sering merasa haus, lapar,
kencing terus-menerus, dan berat badan berkurang sebanyak 10 kg dalam 6 bulan. Pada saat
idul fitri, OS mengaku banyak minum dan makan makanan yang manis.
Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan adanya kelainan. Pada pemeriksaan
laboratorium darah pada tanggal 4 Agustus 2014 didapatkan leukosit 54.940/µL, kadar Na
darah 128 meq/l, dan kadar gula darah sewaktu 584 mg/dl. Dengan hasil analisa gas darah
pO2 116, pCO2 23,7, pH 6,942, BE -26 dan HCO3 6,5.
DIAGNOSIS KERJA
Ketoasidosis Diabetikum dalam perbaikan
Diabetes mellitus tipe 1
Acute Kidney Injury dalam perbaikan
PENATALAKSANAAN
Tirah Baring
Actrapid (insulin kerja cepat)
Detemir (insulin basal)
PROGNOSIS
Ad Vitam : dubia ad bonam
Ad Fungtionam : dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad malam
BAB III
ANALISA KASUS
1. Diabetes Melitus tipe I
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit metabolic yang ditandai dengan terjadinya keadaan
hiperglikemi akibat kekurangan sekresi insulin, kerja insulin, maupun keduanya. Apabila
keton ditemukan pada darah atau urin, pengobatan harus cepat dilakukan karena ketoasidosis
dapat timbul dengan cepat.
• Patofisiologi diabetes mellitus tipe 1
• Kriteria diagnosis diabetes pada anak dan remaja
Kriteria diagnosis diabetes berdasarkan pada pengukuran kadar glukosa pada darah dan
timbul atau tidak timbulnya gejala. Diabetes mellitus pada anak-anak biasanya muncul gejala
seperti poiuria, polidipsi, pandangan kabur, dan penurunan berat badan yang berkaitan
dengan glukosuria dan ketonuria.
Pada pasien ini ditemukan keluhan sering merasa haus, lapar, kencing terus-menerus, dan
berat badan berkurang sebanyak 10 kg dalam 6 bulan. Pada saat idul fitri, pasien mengaku
banyak minum dan makan makanan yang manis. Namun pasien tidak mengeluh nyeri BAK,
kesemutan, sesak, kaki bengkak, dan pandangan kabur.
Kriteria diagnosis diabetes melitus menurut ADA:
1. Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu 200 mg/dL (11,1 mmol/L)
Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa
memperhatikan waktu makan terakhir
Atau
2. Gejala klasik DM + Kadar glukosa plasma puasa 126 mg/dL (7.0 mmol/L)
Puasa diartikan pasien tak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam
Atau
3. Kadar gula plasma 2 jam pada TTGO 200 mg/dL (11,1 mmol/L). TTGO yang dilakukan
dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa
anhidrus yang dilarutkan ke dalam air.
* Pemeriksaan HbA1c (>6.5%) oleh ADA 2011 sudah dimasukkan menjadi salah
satu kriteria diagnosis DM, jika dilakukan pada sarana laboratorium yang telah
terstandardisasi dengan baik.
Pada pasien ini ditemukan kadar gula darah sewaktu sebagai berikut :
5 Agustus 2014 7 Agustus 2014
GDS jam 19.45: 377 mg/dL GDS jam 21.00: 261 mg/dL
GDS jam 22.30: 416 mg/dL
GDS jam 23.30: 379 mg/dL 9 Agustus 2014
GDS jam 01.00: 332 mg/dL GDS jam 08,00 : 167 mg/dL
Sehingga dengan hasil ini dapat disimpulkan pasien mengalami diabetes melitus.
Apabila pasien tidak menyadari dirinya mengalami diabetes tipe 1 maka akan mengakibatkan
peningkatan kadar gula dalam darah yang dapat menyebabkan ketoasidosis metabolik.
Diagnosis diabetes sebaiknya tidak berdasarkan pada gula darah sewaktu saja, namun kita
harus mengecek gula darah puasa dan atau dengan tes toleransi glukosa oral. Namun apabila
pada pemeriksaan dengan gula darah sewaktu dan gula darah puasa sudah ditemukan adanya
hiperglikemia, maka kita tidak perlu memeriksa TTGO.
Pada Diabetes Melitus tipe 1 terjadi destruksi sel beta pankreas karena proses autoimun
sehingga mengakibatkan defisiensi insulin yang membuat semua anak dengan DM tipe 1
membutuhkan insulin seumur hidupnya.
Apabila pasien tidak memakai insulin maka akan berakibat
1. Gangguan pertumbuhan
2. Terlambat pubertas
3. Komplikasi mikro dan makrovaskuler
4. Harapan hidup pendek
5. Kualitas hidup menurun
Penggunaan insulin
Pada DM tipe 1 terjadi destruksi sel beta pancreas karena proses autoimun
Berakibat defisiensi insulin -> semua anak dengan DM tipe 1 membutuhkan insulin seumur
hidupnya.
Dosis insulin : Insulin 0.5- 1 U/ KgBB / hari, sc
Pada kasus ini dosis rumatan yang diberikan pada pasien ini :
Pubertas : 1,5-2 U/kgBB/hari
1.5x44kg/hari
= 66 U/hari
Insulin preparation
Onset of Action ( hour)
Peak Action (h) Maximal duration (h)
Rapid-acting insulin analog
0.15-0.35 h 1- 3 3-5
Regular/short acting
0.5-1 h 2-4 5-8
Intermediate-acting Semilente
- NPH- IZS lente
type
1-2
2-4 h
3-4 h
4-10
4-12
6-15
8- 16
12-24
18-24
Premixed insulin 30/70
0.5-1 h 5-9 18-24
Basal long acting analog ( Glargine)
2-4 h None 24
Basal long acting analog ( detemir)
1-2 6-12 20-24
Pada pasien ini digunakan insulin short acting dan basal long acting analog. Karena indikasi
pemberian short acting adalah untuk mengatasi keadaan akut seperti ketoasidosis, penderita
baru, dan tindakan bedah. Kadang-kadang juga digunakan sebagai pengobatan bolus (15-20
menit) sebelum makan atau kombinasi dengan insulin kerja menengah pada regimen dua kali
sehari.
Insulin campuran
• Insulin basal+ insulin bolus
• Campuran 70/30
• 70% NPH+30% regular
• (Mixtrad 30, humilin 30/70)
• 70% Aspart protamine+ 30% Aspart -> Novomix 30
• Campuran 75/25 :
• 75% Lispro protamin+ 25% Lispro -> humalog Mix 25
Insulin basal-bolus
1. Insulin basal
• Menekan produksi glukosa selama malam hari
• Kadar konstan
• Kebutuhan 40-60 % dari dosis total basal bolus harian
- Sehingga dosis insulin yang digunakan bila 40% dari dosis total balas bolus harian :
26.4 U/ hari
- Sehingga dosis insulin yang digunakan bila 60% dari dosis total balas bolus harian :
39.6 U/ hari
- Jadi dosis insulin basal pasien adalah 26.4 s/d 39.6 U/hari
2. Insulin bolus (selama atau setelah makan)
• Menekan hiperglikemia setelah makan
• Segera naik dan mencapai dosis puncak dalam satu jam
• Kebutuhan 50 % dari dosis total harian yang akan dibagi 3-4 kali pemberian (sesuai
frekuensi makan)
Dosis total harian 66 U/hari ,kebutuhan insulin 50% dari total dosis harian : 33 U/hari
Kemudian dibagi 3-4 kali pemberian, sehingga : 33 U/hari dibagi 3 kali pemberian = 11 U/
tiap kali pemberian
Regimen insulin
Pemilihan tergantung pada :
- Lama sakit, life-style ( jadwal OR,sekolah,kerja) target kontrol metabolic,pilihan
orangtua/pasien
- Regimen yang sering digunakan :
- Split-mix : 2 kali suntikan/hari atau 3 kali suntikan/hari
- Basal bolus
- Pompa insulin
Split-mix : 2 kali suntikan/hari
- Campuran insulin kerja pendek/cepat dengan kerja menengah :
- Sebelum makan pagi dan makan malam
- 2/3 dosis diberikan pagi dan 1/3 dosis malam, sehingga :
Dosis Insulin 66 U/hari , dibagi 2/3 dosis = 44 U/suntikan
Dibagi 1/3 dosis malam = 22 U/suntikan
- Terdiri dari 1/3 dosis insulin kerja kerja cepat dan 2/3 insulin kerja menengah
Split-mix 3 kali suntikan/hari
- Suntikan sebelum makan pagi :
Campuran insulin kerja pendek/cepat dan kerja menangah
- Sebelum snack sore/makan malam : insulin kerja pendek/regular saja
- Sebelum tidur, insulin kerja menengah
Nutrisi/ Diet :
• Kalori terdiri dari : 50-55% KH
15-20% protein
30% lemak
• Kebutuhan kalori : 1000+ (usia (tahun)x100) kal
Pada kasus ini ditentukan kebutuhan kalori bagi pasien ini adalah :
1000+(44x100) kal =5400 kalori.
Berdasarkan BB ideal :
BB = 44 kg, TB =155
BB ideal = 49 kg. Kebutuhan kalori ideal 4900 kalori
• Dari rumus awal kemudian dibagi menjadi :
20% sarapan = 1080 kalori
10% snack pagi = 540 kalori
25% makan siang = 1350 kalori
10% snack siang = 540 kalori
25% makan malam = 1350 kalori
10% snack malam = 540 kalori
• konsultasi dengan nutrisionis
3. Olahraga/ Aktivitas fisik
Boleh olah raga apa saja bila tidak ada komplikasi dan kontrol glikemik baik.
Petunjuk umum sebelum olahraga :
GD > 250.mg/dL + Ketonemia/uria : Jangan OR.
GD > 300 mg/dLtanpaketonemia/uria : hati-hati
GD < 100 mg/dL : tambah KH
Monitor GD sebelum dan setelah olahraga
Tentukan perlukah perubahan insulin dan asupan makan
Pelajari respons glikemik setelah berbagai OR berbeda
Asupan makanan
Makan KH untuk menghindari hipoglikemia
Makan mengandung KH harus siap selama dan setelah OR
4. Edukasi pasien dan keluarga
Saat diagnosis : overview diabetes pada keluarga
Edukasi meliputi :
- Patofisiologi hiper dan hipoglikemia
- Insulin : tipe insulin, bagaimana mencampur ,menyuntik, lokasi injeksi
danrotasi dan efek samping pada daerah injeksi
Monitoring GD
Target HbA1c (individual)
5. Assessment & monitoring glycemic control
Tujuan tatalaksana
- Kontrol metabolik optimal
- Tumbuh kembang optimal
- Bebas dari komplikasi jangka pendek maupun jangka panjang
- Mampu menjalankan fungsi psikososial secara normal
- Mampu mengambil alih tanggung jawab penatalaksaan DM secara bertahap sesuai
dengan kemampuan perkembangannya.
Komplikasi DM tipe 1
• Jangkapendek
- KetoasidosisDiabetik (KAD)
- Hipoglikemia
- Hiperglikemia
• Jangkapanjang
- Makrovaskular : alterosklerosis -> Penyakit jantung/ pembuluhdarah
- Mikrovaskular : retinopati, nefropati, neuropati
• Komplikasi lain dankeadaan yang berhubungan
- Gangguan pertumbuhan ,perkembangan dan pubertas
- Hipotiroid dan hipertiroid
Ketoasidosis Diabetikum
Dasar Diagnosis
Diagnosis ketoasidosis diabetikum ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis didapatkan keluhan penurunan kesadaran
sejak 2,5 jam SMRS. Pasien mendadak tidak bisa dibangunkan setelah tertidur. Sebelum
mengalami penurunan kesadaran, pasien mengeluh nyeri perut sejak bangun tidur di pagi
hari. Nyeri perut timbul mendadak dan hilang timbul. Nyeri perut dirasakan seperti ditusuk-
tusuk pada perut kanan atas. Pasien beristirahat dengan berbaring untuk mengurangi nyeri
perut. Bibi OS mengatakan napas OS terlihat cepat, namun tidak tampak kebiruan pada bibir
dan anggota gerak, serta tidak terdapat keringat dingin. OS tersadar 11 jam kemudian saat
berada di bangsal RSOB. OS tidak dapat berkomunikasi dengan lancar. OS terlihat lemas dan
meminta minum. Setelah 2 hari kemudian OS dipindahkan ke ICU dan dirawat selama 9 hari.
2 hari di ICU OS telah sadar penuh dan dapat berkomunikasi dengan lancar. Menurut Buku
Pelatihan Diabetes Mellitus tipe 1 dan Ketoasidosis Diabetikum, pengertian daripada KAD
adalah suatu keadaan darurat akibat kurangnya insulin absolut maupun relatif disertai
peningkatan hormon-hormon counter regulatory (katekolamin, glukagon, kortison, dan
growth hormon) sedangkan gejala klinis pada KAD adalah dehidrasi, nafas cepat dan dalam
serta berbau aseton, mual, muntah, nyeri perut, penurunan kesadaran progresif, leukositosis
shift to the left, peningkatan amilase non spesifik, dan demam bila ada infeksi.
Penurunan kesadaran pada pasien diperkirakan terjadi secara progresif namun tidak
disadari oleh keluarga pasien dikarenakan menganggap pasien tertidur. Penurunan kesadaran
berdasarkan etiologi dibagi atas kelainan intrakranial dan ekstrakranial. Pusat kesadaran
manusia terdapat pada hipofisis anterior dan midspons yang tergabung pada sistem ARAS.
ARAS lateral tersebar dalam bentuk cluster-cluster yang disebut formatio retikularis yang
berfungsi untuk mempertahankan keasadaran. Perubahan pada sistem ARAS dapat
disebabkan dari proses metabolik yang akan melibatkan batang otak dan kedua hemisfer
serebri. Pada KAD terjadi hiperglikemia dan hiperketonemia yang dapat menyebabkan
dehidrasi hipertonik. Dehidrasi dapat diperberat oleh poliuria yang merupakan salah satu
gejala klinis diabetes. Hiperglikemi menyebabkan diuresis hiperosmotik sebagai penyebab
poliuri pada pasien. Selain itu, ketonuria akibat hiperketonemia meyebabkan tereksresinya
natrium, kalium, dan amonium sebagai solute diuresis. Hal inilah yang menyebabkan keadaan
dehidrasi yang kemudian menyebabkan kegagalan sirkulasi. Sirkulasi ke otak akan
mengalami penurunan dan menyebabkan gangguan metabolisme sel saraf sehingga terjadi
penurunan kesadaran.
Nyeri perut terjadi akibat adanya gangguan elektrolit pada penderita KAD yang
menyebabkan gangguan pengosongan lambung dan usus halus. Pernapasan yang cepat yang
terlihat oleh ibu pasien disebut dengan pernapasan Kussmaul. Pernapasan Kussmaul
merupakan kompensasi akibat terstimulasinya pusat pernapasan di medulla oblongata karena
ketoasidosis. Pada perawatan hari kedua di ICU, seluruh badan Os bengkak. Os mengalami
oedem anasarcha. Oedem anasarcha disebabkan karena hipoalbuminemia karena kadar
albumin os 2.6. Albumin merupakan protein yang berfungsi menjaga tekanan onkotik
plasma. Kadar albumin yang tidak adekuat dapat disebabkan oleh produksi protein yang
terganggu, asupan protein yang kurang, atau kehilangan protein dalam jumlah besar.
Kekurangan albumin mengakibatkan ketidakseimbangan antara ruang intravaskular terhadap
ruang ekstravaskuler yang dapat menyebabkan keluarnya cairan ke ekstravaskular sehingga
terjadi peningkatan jumlah cairan ekstravaskular yang abnormal. Pada KAD terjadi
peningkatan sekresi hormon glukagon, cortisol, katekolamin, dan GH. Peningkatan hormon-
hormon tersebut disertai rendahnya kadar insulin pada KAD menyebabkan terjadinya proses
katabolisme untuk meningkatkan produksi glukosa oleh hepar dan ginjal melalui proses
glikogenolisis dan glukoneogenesis. Pada glukoneogenesis, protein terpakai sebagai bahan
baku untuk pembentukan glukosa. Hal ini dapat menyebabkan penurunan kadar albumin.
Pada KAD terjadi dehidrasi akibat hiperosmolar yang pada akhirnya akan menyebabkan
keadaan hipovolemik. Keadaan hipovolemik tersebut akan menyebabkan penurunan filtrasi
ginjal sehingga kemampuan clearence ginjal menurun. Hal ini dapat terlihat dari hasil
pemeriksaan laboratorium pada tanggal 14 Agustus yaitu ureum sebesar 221,2 dan kreatinin
6,34 dan terjadi gagal ginjal akut yang kemudian menurun setelah perawatan pasien di ICU.
1. Diabetes Mellitus tipe 1
Dasar Diagnosis
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit metabolic yang ditandai dengan terjadinya
keadaan hiperglikemi akibat kekurangan sekresi insulin, kerja insulin, maupun
keduanya. Apabila keton ditemukan pada darah atau urin, pengobatan harus cepat
dilakukan karena ketoasidosis dapat timbul dengan cepat.
Patofisiologi diabetes mellitus tipe 1
Kriteria diagnosis diabetes pada anak dan remaja
Kriteria diagnosis diabetes berdasarkan pada pengukuran kadar glukosa pada darah
dan timbul atau tidak timbulnya gejala. Diabetes mellitus pada anak-anak biasanya
muncul gejala seperti poiuria, polidipsi, pandangan kabur, dan penurunan berat badan
yang berkaitan dengan glukosuria dan ketonuria.
Pada pasien ini ditemukan keluhan sering merasa haus, lapar, kencing terus-menerus,
dan berat badan berkurang sebanyak 10 kg dalam 6 bulan. Pada saat idul fitri, pasien
mengaku banyak minum dan makan makanan yang manis. Namun pasien tidak
mengeluh nyeri BAK, kesemutan, sesak, kaki bengkak, dan pandangan kabur.
Kriteria diagnosis diabetes melitus menurut ADA:
1. Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu 200 mg/dL (11,1 mmol/L)
Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa
memperhatikan waktu makan terakhir
Atau
2. Gejala klasik DM + Kadar glukosa plasma puasa 126 mg/dL (7.0 mmol/L)
Puasa diartikan pasien tak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam
Atau
3. Kadar gula plasma 2 jam pada TTGO 200 mg/dL (11,1 mmol/L). TTGO yang
dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g
glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air.
* Pemeriksaan HbA1c (>6.5%) oleh ADA 2011 sudah dimasukkan menjadi salah
satu kriteria diagnosis DM, jika dilakukan pada sarana laboratorium yang telah
terstandardisasi dengan baik.
Pada pasien ini ditemukan kadar gula darah sewaktu sebagai berikut :
5 Agustus 2014 7 Agustus 2014
GDS jam 19.45: 377 mg/dL GDS jam 21.00: 261 mg/dL
GDS jam 22.30: 416 mg/dL
GDS jam 23.30: 379 mg/dL 9 Agustus 2014
GDS jam 01.00: 332 mg/dL GDS jam 08,00 : 167 mg/dL
Sehingga dengan hasil ini dapat disimpulkan pasien mengalami diabetes melitus.
Apabila pasien tidak menyadari dirinya mengalami diabetes tipe 1 maka akan
mengakibatkan peningkatan kadar gula dalam darah yang dapat menyebabkan
ketoasidosis metabolik. Diagnosis diabetes sebaiknya tidak berdasarkan pada gula
darah sewaktu saja, namun kita harus mengecek gula darah puasa dan atau dengan tes
toleransi glukosa oral. Namun apabila pada pemeriksaan dengan gula darah sewaktu
dan gula darah puasa sudah ditemukan adanya hiperglikemia, maka kita tidak perlu
memeriksa TTGO.
Pada Diabetes Melitus tipe 1 terjadi destruksi sel beta pankreas karena proses
autoimun sehingga mengakibatkan defisiensi insulin yang membuat semua anak
dengan DM tipe 1 membutuhkan insulin seumur hidupnya.
Apabila pasien tidak memakai insulin maka akan berakibat:
1. Gangguan pertumbuhan
2. Terlambat pubertas
3. Komplikasi mikro dan makrovaskuler
4. Harapan hidup pendek
5. Kualitas hidup menurun
Latihan olah raga
Olah raga bisa dilakukan oleh pasien dengan Diabetes Melitus apabila tidak ada
komplikasi dan kontrol glikemik yang baik.
Sebelum berolah raga perhatikan
1. GD >250 mg/dL+ketonemia/uria : Jangan berolahraga
2. GD >300 mg/dl tanpa ketonemia/uria : Hati-hati
3. GD < 100 mg/dL : Tambah karbohidrat
2. Acute Kidney Injury
Dasar Diagnosis
Diagnosis acute kidney injury ditegakkan berdasarkan anamnesis, dan pemeriksaan
penunjang. Pada anamnesis didapatkan keluhan penurunan kesadaran sejak 2,5 jam
SMRS. Pasien mendadak tidak bisa dibangunkan setelah tertidur. Sebelum mengalami
penurunan kesadaran, pasien mengeluh nyeri perut sejak bangun tidur di pagi hari. Nyeri
perut timbul mendadak dan hilang timbul. Nyeri perut dirasakan seperti ditusuk-tusuk
pada perut kanan atas. Pasien beristirahat dengan berbaring untuk mengurangi nyeri
perut. Bibi OS mengatakan napas OS terlihat cepat, namun tidak tampak kebiruan pada
bibir dan anggota gerak, serta tidak terdapat keringat dingin. OS tersadar 11 jam
kemudian saat berada di bangsal RSOB. OS tidak dapat berkomunikasi dengan lancar.
OS terlihat lemas dan meminta minum. Setelah 2 hari kemudian OS dipindahkan ke ICU
dan dirawat selama 9 hari. 2 hari di ICU OS telah sadar penuh dan dapat berkomunikasi
dengan lancar. Menurut Buku Pelatihan Diabetes Mellitus tipe 1 dan Ketoasidosis
Diabetikum, pengertian daripada KAD adalah suatu keadaan darurat akibat kurangnya
insulin absolut maupun relatif disertai peningkatan hormon-hormon counter regulatory
(katekolamin, glukagon, kortison, dan growth hormon) sedangkan gejala klinis pada
KAD adalah dehidrasi, nafas cepat dan dalam serta berbau aseton, mual, muntah, nyeri
perut, penurunan kesadaran progresif, leukositosis shift to the left, peningkatan amilase
non spesifik, dan demam bila ada infeksi.
3. Penatalaksanaan
Penatalaksanan
Pasien masuk ke IGD dengan diagnosis KAD. Dikarenakan keterbatasan ruangan ICU,
pasien dirawat di ruangan selama dua hari dan kemudian dipindahkan ke ICU. Pada
perawatan di ICU, pasien dilakukan pemeriksaan analisis gas darah dan didapatkan kondisi
asidosis metabolik sehingga dilakukan koreksi dengan menggunakan bikarbonat. Pada
tanggal 4 Agustus dilakukan koreksi natrium. Pada saat masuk ruangan kembali tanggal 5
Agustus 2014 mulai dilakukan koreksi terhadap gula darah pasien dengan pemberian insulin
basal bolus yang akan dibahas pada penatalaksanaan diabetes mellitus tipe 1.
Menurut Buku Pelatihan Diabetes Mellitus tipe 1 dan Ketoasidosis Diabetikum didapatkan
bahwa penatalaksanaan awal pada pasien KAD adalah penilaian kegawatan dengan melakukan
evaluasi klinis untuk mengkonfirmasi diagnosis dan penyebab, menentukan derajat dehidrasi dan
menentukan tingkat kesadaran (GCS). Setelahnya dilakukan koreksi terhadap derajat dehidrasi
dengan melakukan terapi cairan (rehidrasi). Pemberian resusitasi cairan pada pasien KAD dengan
dehidrasi diberikan cairan saline isotonik atau RL dengan dosis 20 cc/kgBB dibolus secepatnya
apabila pasien dalam keadaan syok. Cairan yang digunakan berupa cairan kristaloid, bukan koloid.
Setelah dilakukan penentuan derajat dehidrasi maka dilakukan penghitungan kebutuhan cairan per
jam dalam 48 jam dengan menentukan defisit cairan yaitu derajat dehidrasi dikali berat badan x
1000. Hasilnya kemudian ditambah kebutuhan rumatan untuk 48 jam sehingga didapatkan
kebutuhan total dalam 48 jam lalu dihitung tetesan per jam.
Berat badan Kebutuhan cairan per hari
3-10 kg 100 cc/kg
10-20 kg 1000 cc + 50 cc /kgBB
20 kg 1500 cc + 20 cc/kgBB
Cairan rehidrasi yang digunakan melalui metode ‘two bag system’ yaitu 0,9 % NS +
7.45 % KCl yang diberikan untuk memulai rehidrasi dan terkadang dibutuhkan konsentrasi
dekstrosa lebih dari 5 % yaitu D5 + 7,45% KCl.
Setelah 1-2 jam terapi cairan dilakukan infus insulin dengan dosis 0,05-0,1 IU per
kgBB per jam dalam 100 cc normal saline dengan target penurunan gula darah adalah 75-100
mg/dL/jam. Apabila gula darah mencapai 250 cc/dL, infus diganti dengan D5% dalam ½ NS
atau D5% ¼ NS (2A).
Apabila terdapat kondisi hipokalemia maka perlu dilakukan koreksi kalium dengan dosis
sebagai berikut:
Kalium plasma (mmol/L) KCl koreksi (mmol/kg/jam)
< 3 0,5
3-4 0,4
4-5 0,3
5-6 0,2
> 6 0
Koreksi natrium dilakukan apabila keadaan natrium serum < 120 mEq/L dengan
perumusan koreksi natrium sebagai berikut:
Koreksi Na = Kadar Na sekarang + 1,6 (glukosa darah -100)/100 (glukosa dalam
mg/dL)
Pada kondisi asidosis metabolik dapat diberikan bikarbonat sesuai dengan indikasi
yaitu asidosis berat (pH arteri <6.9) dan hiperkalemia berat dengan dosis 1-2 mmol/kg selama
1 jam. Namun berdasarkan penelitian tidak ada keuntungan klinis pemberian bikarbonat dan
dapat memperburuk keadaan karena dapat menyebabkan hipokalemia, meningkatkan
osmolalitas, menghambat pembersihan keton, dan dapat menyebabkan asidosis SSP yang
akhirnya menyebabkan edema serebri.
Indikasi pasien KAD dimasukkan ke dalam ICU adalah KAD berat (gejala lama,
gangguan sirkulasi, penurunan kesadaran) dan resiko tinggi edema serebri.
Pemantauan klinis dan laboratorium pada pasien KAD meliputi:
Pemantauan Frekuensi
Tanda vital Tiap jam
Neurologis: GCS; tanda oedema cerebral Tiap jam
Jumlah insulin yang diberikan Tiap jam
Balans cairan Tiap jam
Gula darah sewaktu Tiap jam
Lab: elektrolit, gula darah, BUN, kalsium,
Mg, P, Hematokrit, AGD
Tiap 2 jam di 12 jam pertama
Keton urin atau darah (bila memungkinkan) Tiap 2 jam
DAFTAR PUSTAKA
1.