Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
METODE INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN TEMA DAN AMANAT
PADA NOVEL PERTEMUAN DUA HATI KARYA NH. DINI
UNTUK SISWA SMA KELAS XI SEMESTER I
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh
Martina Novi Tensawanti
NIM: 121224034
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
METODE INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN TEMA DAN AMANAT
PADA NOVEL PERTEMUAN DUA HATI KARYA NH. DINI
UNTUK SISWA SMA KELAS XI SEMESTER I
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh
Martina Novi Tensawanti
NIM: 121224034
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
Karya ini saya persembahkan untuk inspirator dan
motivator terbaik dalam hidup saya yaitu, Bapak Fl. Rejo
Mulyo, Ibu Paula Wakinah, dan adik Graciano Vino.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
“IA MEMBUAT SEGALA SESUATU INDAH PADA
WAKTUNYA”
(PENGKHOTBAH 3 : 11)
“ORANG-ORANG YANG SUKSES TELAH BELAJAR
MEMBUAT DIRI MEREKA MELAKUKAN HAL YANG HARUS
DIKERJAKAN KETIKA HAL ITU MEMANG HARUS
DIKERJAKAN, ENTAH MEREKA MENYUKAINYA ATAU
TIDAK”
(ALDUS HUXLEY)
“I’M A GREATER BELIEVER IN LUCK, AND I FIND THE
HARDER I WORK THE MORE I HAVE OF IT”
(THOMAS JEFFERSON)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Tensawanti, Martina Novi. 2016. Metode Inkuiri dalam Pembelajaran Tema dan Amanat pada Novel Pertemuan Dua Hati Karya Nh. Dini untuk Siswa SMA Kelas XI Semester I. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini mengkaji tentang pembelajaran tema dan amanat novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini dengan menggunakan metode inkuiri. Tujuan penelitian ini adalah mendeskrpsikan tema dan amanat dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini bagi siswa SMA kelas XI semester I.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskripsi kualitatif. Data penelitian berupa kutipan-kutipan kalimat atau paragraf dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini yang menggambarkan tema dan amanat. Sumber data dalam penelitian ini yaitu novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik dokumenter. Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri.
Peneliti menerapkan langkah-langkah metode inkuri yang digunakan dalam pembelajaran tema dan amanat novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini yang terdiri dari (1) orientasi, (2) merumuskan masalah, (3) mengumpulkan data, (4) merumuskan kesimpulan. Terdapat tiga langkah penentuan tema, yaitu berdasarkan peristiwa yang paling menonjol, peristiwa yang paling banyak menimbulkan konflik, dan peristiwa yang menentukan waktu penceritaan. Ada dua teknik yang digunakan dalam menganalisis amanat yaitu, teknik eksplisit dan implisit. Hasil analisis menunjukkan bahwa tema dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini adalah cinta. Amanat yang terkandung dalam novel ini adalah setiap usaha yang disertai dengan kerja keras dan doa akan membuahkan hasil yang setimpal.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyusun silabus dan RPP dengan menggunakan metode inkuiri yang dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester I. Silabus dan RPP digunakan untuk mencapai Standar Kompetensi membaca memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/terjemahan, dengan Kompetensi Dasar menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrnsik novel Indonesia/terjemahan.
Kata kunci: metode inkuiri, pembelajaran tema dan amanat, novel Pertemuan Dua Hati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Tensawanti, Martina Novi. 2016. Inquiry Method in Learning of Theme and Messages in Pertemuan Dua Hati Novel by Nh. Dini for SMA Students Grade XI Semester I . Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language dan Literature Education Study Program, Language and Art Education Department, Faculty of Teachers Training dand Education, Sanata Dharma University.
This research examines learning of theme and messages in Pertemuan Dua Hati novel by Nh. Dini using inquiry method. The aims of this research is to describe the learning of theme and messages in Pertemuan Dua Hati novel by Nh. Dini using inquiry method for SMA students grade XI in semester I.
This research used descriptive qualitative. The data was in the form of sentence and paragraph quotes in Pertemuan Dua Hati novel which describes the theme and messages. Data sources in this research were obtain from Pertemuan Dua Hati novel by Nh. Dini. The data collection of this research used documentary technique. The research instrument in this research was the researcher itself.
The researcher applied four steps of inquiry method which are used in learning of theme and mandate in Pertemuan Dua Hati novel by Nh. Dini, namely (1) orientation, (2) problem formulation, (3) data collection, and (4) conclusion formulation. There are three steps of determining theme that is based on the events which have most prominent, events which inflict conflicts and events which determine the storytelling time. There are two techniques used in analyzing the messages, namely explicit and implicit technique. The result showed that the theme in Pertemuan Dua Hati novel by Nh. Dini is love. The messages contained that in every effort that is accompanied by hard work and pray will produce worth results.
Based on the result, the researcher compiled a syllabus and lesson plan using inquiry method which can be used as teaching material in literature class in senior high school, grade XI in semester I. Syllabus and lesson plan are used to achieve the Competence Standard in reading and understanding the various saga novels which are Indonesian/translation, with Basic Competence to analyze the intrinsic and extrinsic elements in Indonesian/translation novel.
Keywords: metode inkuiri, pembelajaran tema dan amanat, novel Pertemuan Dua Hati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kritus, atas berkat dan kasih-Nya yang
tidak berkesudahan penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Metode
Inkuiri Dalam Pembelajaran Tema dan Amanat pada Novel Pertemuan Dua Hati
Karya Nh. Dini Untuk Siswa SMA Kelas XI Semester I”. Skripsi ini disusun
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Program Studi Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia, Jurusan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis mengalami berbagai
pengalaman suka dan duka serta berbagai pelajaran berharga yang pada akhirnya
membuat penulis semakin berkembang. Sebagai pribadi yang belum terampil,
penulis menerima banyak dukungan dan bimbingan, baik secara moral ataupun
material. Oleh karena itu, dengan segala hormat penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd., selaku Kaprodi Pendidikan Bahasa
Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma.
3. Dr. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku Wakil Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
4. Bapak Drs. B. Rahmanto, M.Hum., selaku dosen pembimbing I, yang telah
banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dengan penuh
kesabaran sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.
5. Bapak Drs. P. Hariyanto, M.Pd., selaku dosen pembimbing II, yang telah
membimbing, memberikan motivasi, dan senantiasa sabar dalam
memberikan bantuan atas segala kesulitan dan kebingungan yang dihadapi
penulis.
6. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Universitas Sanata Dharma, yang memberikan ilmu dan berbagai
pengalaman berharga selama 4 tahun ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii
PERSEMBAHAN ............................................................................................... iv
MOTO .................................................................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ vi
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ........................................................ vii
ABSTRAK ......................................................................................................... viii
ABSTRACT ......................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................ x
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 6
E. Batasan Istilah ............................................................................................ 6
F. Sistematika Penyajian ................................................................................ 8
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 9
A. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 9
B. Kajian Teori .............................................................................................. 10
1. Metode Inkuiri ................................................................................... 10
a. Ciri-ciri Metode Inkuiri .............................................................. 12
b. Prinsip Metode Inkuiri ............................................................... 12
c. Langkah-Langkah Metode Inkuiri ............................................. 14
d. Peran Siswa dan Guru dalam Metode Inkuiri ............................ 15
2. Pembelajaran Sastra di Jenjang SMA ............................................... 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
3. Hakikat Novel ................................................................................... 17
4. Unsur-unsur Intrinsik ........................................................................ 18
a. Tema ........................................................................................... 18
b. Amanat ....................................................................................... 20
5. Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP) ............................................. 22
a. Silabus ........................................................................................ 23
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ................................ 24
c. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar .............................. 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 27
A. Jenis Penelitian ......................................................................................... 27
B. Data dan Sumber Penelitian ..................................................................... 27
C. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 28
D. Instrumen Penelitian ................................................................................. 28
E. Teknik Analisis Data ................................................................................ 29
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 31
A. Deskripsi Data .......................................................................................... 31
B. Pembahasan Langkah-langkah Metode Inkuiri ........................................ 32
1. Analisis Tema Menggunakan Metode Inkuiri ................................... 39
a. Persoalan yang Menonjol ........................................................... 52
b. Persoalan yang Menimbulkan Konflik ....................................... 52
c. Kesimpulan Tema ...................................................................... 53
2. Analisis Amanat Menggunakan Metode Inkuiri ............................... 53
a. Implisit ....................................................................................... 68
b. Eksplisit ...................................................................................... 68
c. Kesimpulan Amanat ................................................................... 69
C. Pembelajaran Tema dan Amanat dalam Pembelajaran Sastra ................. 70
1. Langkah-Langkah Praktis Penerapan Metode Inkuiri
dalam Novel Pertemuan Dua Hati ................................................. 71
2. Silabus ............................................................................................. 73
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ............................................... 77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 93
A. Kesimpulan ............................................................................................... 93
B. Implikasi ................................................................................................... 96
C. Saran ......................................................................................................... 96
1. Bagi Guru Bahasa Indonesia ........................................................... 96
2. Bagi Peneliti Lain ........................................................................... 97
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 98
LAMPIRAN: Bab V Novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini ................. 100
BIODATA ........................................................................................................ 113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan mempunyai peran penting dalam membentuk kualitas sumber
daya manusia di Indonesia. Hal ini karena pendidikan merupakan sarana dan
wadah yang membentuk manusia yang kelak akan berguna bagi nusa dan
bangsa, serta mempersiapkan kaum muda sebagai generasi penerus bangsa
yang cerdas dan berkualitas.
Pada zaman sekarang, pendidikan yang disajikan oleh sekolah-sekolah di
Indonesia masih rendah kualitasnya. Masalah tersebut melibatkan komponen-
komponen sistem pendidikan, yaitu guru, siswa, meteri, metode, media,
sumber belajar, sarana dan prasarana serta komponen lainnya. Namun setelah
diselidiki lebih dalam, yang menjadi alasan utama rendahnya kualitas
pendidikan di Indonesia adalah metode pembelajaran dalam proses kegiatan
belajar mengajar di dalam kelas (Wini, 2015: 1).
Djamarah (2010: 46) menyatakan bahwa metode adalah salah satu cara
yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Metode
digunakan guru sebagai strategi dalam pembelajaran. Metode dibuat agar siswa
menjadi lebih aktif, bersemangat, dan mudah dalam mencerna pembelajaran di
kelas. Oleh karena itu, salah satu kunci keberhasilan suatu kegiatan belajar
mengajar di kelas adalah pemilihan metode pembelajaran yang baik oleh guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Sebagaian besar siswa sering mengeluhkan kegiatan belajar mengajar yang
monoton dan tidak bervarasi. Hal itu menyebabkan siswa kurang
memperhatikan pelajaran dan malah sibuk berbicara dengan teman
sebangkunya (Wini, 2015: 2). Untuk menarik minat siswa dalam proses
pembelajaran, kita sebagai guru harus mampu menemukan metode yang kreatif
dan inovatif sehingga siswa merasa nyaman dan senang, dan pembelajaran
dapat berjalan dengan baik dan aktif di dalam kelas.
Oleh kerena itu, pemilihan metode pembelajaran yang baik akan
membantu siswa memahami materi yang disampaikan oleh guru. Salah satu
metode pembelajaran yang dirasa cocok dalam pembelajaran sastra adalah
metode inkuiri. Secara bahasa, inkuiri berasal dari kata inquiry yang
merupakan kata dalam bahasa Inggris yang berarti penyelidikan/meminta
keterangan, atau dalam konsep pembelajaran, adalah siswa diminta untuk
mencari dan menemukan sendiri (Anan, 2015: 7). Dalam konteks penggunaan
inkuiri sebagai metode belajar mengajar, siswa ditempatkan sebagai subjek
pembelajaran, yang berarti bahwa siswa memiliki andil besar dalam
menentukan suasana dan model pembelajaran. Dalam metode ini, siswa
dituntut untuk terlibat secara aktif, salah satunya dengan mengajukan
pertanyaan yang baik terhadap setiap materi yang disampaikan oleh guru.
Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMA, karya sastra merupakan
salah satu pelajaran yang diajarkan dan digabungkan dalam mata pelajaran
Bahasa Indonesia. Hal itu dimaksudkan agar siswa mengetahui karya-karya
sastra yang dihasilkan oleh sastrawan-sastrawan Indonesia dan kemudian dapat
menjaga dan melestarikannya. Apabila karya-karya sastra dianggap tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
berguna, tidak bermanfaat lagi untuk menafsirkan dan memahami masalah-
masalah dunia nyata, tentu saja pengajaran sastra tidak akan ada gunanya lagi
untuk diadakan. Namun, jika dapat ditunjukkan bahwa sastra itu mempunyai
relevansi dengan masalah-masalah dunia nyata, maka pengajaran sastra harus
kita pandang sebagai sesuatu yang penting yang patut menduduki tempat yang
selayaknya. Jika pengajaran sastra dilakukan secara tepat, maka pengajaran
sastra dapat juga memberikan sumbangan yang besar untuk memecahkan
masalah-masalah nyata yang cukup sulit untuk dipecahkan di dalam
masyarakat (Rahmanto, 1988: 15). Pengajaran sastra dalam dunia pendidikan
dapat membantu mendidik siswa secara utuh dan memberikan empat manfaat
besar, yaitu membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan
budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjuang pembentukan watak
(Rahmanto, 1988: 16).
Dalam karya sastra akan dijumpai unsur-unsur pembentuk karya sastra,
baik dari dalam (intrinsik) maupun dari luar (ekstrinsik). Unsur intrinsik novel
meliputi tema, tokoh, penokohan, latar (setting), sudut pandang, gaya bahasa,
dan amanat. Kepaduan unsur-unsur intrinsik inilah yang akan membuat sebuah
novel terwujud. Dilihat dari sudut pandang pembaca, unsur-unsur inilah yang
akan dijumpai ketika kita membaca sebuah novel.
Pada penelitian ini akan difokuskan pada pembelajaran sastra yaitu novel
mengenai tema dan amanat. Tema (theme) menurut Stanton dan Kenny (via
Nurgiyantoro, 1995: 67) adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita.
Namun, tema yang disajikan dalam novel bermacam-macam jenisnya. Tema
merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
terkandung di mana teks sebagai struktur sematis dan yang menyangkut
persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan (Hartoko & Rahmanto via
Nurgiyantoro, 1995: 68). Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita
yang bersifat menjiwai seluruh bagian cerita. Untuk menemukan tema sebuah
karya fiksi harus disimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak hanya berdasarkan
bagian-bagian tertentu dalam cerita. Stanton menyatakan bahwa tema kurang
lebih bersinonim dengan ide utama (central idea) dan tujuan utama (central
purpose).
Moral merupakan sesuatu yang ingin disampaiakan oleh pengarang kepada
pembaca, merupakan makna yang terkandung dalam sebuah karya
(Nurgiyantoro, 1995: 321). Moral dan tema dipandang memiliki kemiripan
karena keduanya merupakan sesuatu yang terkandung dalam novel. Namun,
tema bersifat lebih kompleks daripada moral. Moral, dengan demikian, dapat
dipandang sebagai salah satu wujud tema dalam bentuk yang sederhana, namun
tidak semua tema merupakan moral (Kenny via Nurgiyantoro, 1995: 321).
Moral dalam karya sastra dapat dipandang sebagai amanat, pesan, message.
Amanat dalam cerita, menurut Kenny (via Nurgiyantoro, 1995: 322)
dimaksudakan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral
tertentu yang bersifat praktis.
Peneliti memilih novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini karena
berdasarkan pengetahuan peneliti, implementasi metode inkuiri dalam
pembelajaran tema dan amanat menggunakan novel Pertemuan Dua Hati karya
Nh. Dini belum pernah dilakukan. Selain itu, novel Pertemuan Dua Hati karya
Nh. Dini juga memberikan sebuah gambaran perjuangan seorang wanita yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
berperan sebagai ibu dan juga sebagai guru. Dari situ kita menjadi tahu
bagaimana pengorbanan seorang ibu yang tidak melepas tanggung jawab
terhadap anaknya dan pengorbanan seorang guru yang tetap berusaha
mengajak anak didiknya untuk kembali ke jalan yang benar. Perjuangan dan
pengorbanan tokoh utama menjadikan novel Pertemuan Dua Hati karya Nh.
Dini cocok sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA. Bahasa dan jalan cerita
yang mudah dipahami juga membuat novel Pertemuan Dua Hati karya Nh.
Dini dapat di konsumsi oleh semua kalangan.
Dengan adanya metode inkuiri siswa dapat mencari dan menyelidiki
secara sistematis, kritis, logis, analitis, tema dan amanat yang terdapat dalam
novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini. Hal tersebut dimaksudkan untuk
mempermudah pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester I. Sebab metode
inkuiri merupakan metode pembelajaran sains yang mengacu pada suatu cara
untuk mempertanyakan, mencari pengetahuan dan informasi yang dirasa dapat
diterapkan juga dalam pembelajaran sastra Bahasa Indonesia (Koes via
Wijayanti, 2010).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang
akan dibahas dalam penelitian ini adalah “Bagaimana penerapan metode
inkuiri dalam pembelajaran tema dan amanat pada novel Pertemuan Dua Hati
karya Nh. Dini untuk siswa SMA kelas XI semester I?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan
penerapan metode inkuiri dalam pembelajaran tema dan amanat pada novel
Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini untuk siswa SMA kelas XI semester I.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Memberikan sumbangan pengetahuan yang berupa metode pengajaran
inkuiri dalam bidang sastra agar dapat memperkaya pengetahuan tentang
analisis pendekatan metode inkuiri dalam pembelajaran tema dan amanat
pada novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini untuk siswa SMA kelas
XI semester I.
2. Memberikan sumbangan referensi karya sastra yang dapat digunakan
dalam pembelajaran sastra di SMA.
E. Batasan Istilah
1. Novel
Novel diartikan sebagai suatu karangan atau karya sastra yang
lebih pendek daripada roman, tetapi jauh lebih panjang daripada cerita
pendek (Santosa, 2010: 46).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
2. Tema
Tema (theme) menurut Stanton dan Kenny (via Nurgiyantoro,
1995: 67) adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita.
3. Amanat
Moral merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh pengarang
kepada pembaca, merupakan makna yang terkandung dalam sebuah karya
(Nurgiyantoro, 1995: 321).
4. Metode Inkuiri
Inkuiri berasal dari kata inquiry yang merupakan kata dalam
bahasa Inggris yang berarti penyelidikan/meminta keterangan, atau dalam
konsep pembelajaran adalah siswa diminta untuk mencari dan
menemukan sendiri (Anan, 2015: 7).
5. Pengajaran Sastra
Pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila
cakupannya meliputi empat manfaat, yaitu membantu keterampilan
berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta
dan rasa, dan menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1988: 15).
6. Silabus
Secara sederhana silabus dapat diartikan sebagai rencana
pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu,
yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok,
kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian,
alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
pendidikan, berdasarkan standar nasional pendidikan (SNP) (Mulyasa,
2008: 132−133).
7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Perencanaa pembelajaran atau biasa disebut Rancangan
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata
pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas
(Muslich, 2007: 53).
F. Sistematika Penyajian
Penelitian ini terdiri dari lima bab, yaitu bab I Pendahuluan, bab II
Landasan Teori, bab III Metodologi Penelitian, bab IV Hasil Penelitian dan
Pembahasan, bab V Penutup. Bab I berisi mengenai latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, batasan istilah, sistematika penyajian. Bab II berisi
mengenai penelitian yang relevan, metode inkuiri, pembelajaran sastra di
jenjang SMA, unsur intrinsik, hakikat novel, kurikulum tingkat satuan
pendidikan (a) silabus, (b) rencana pelaksanaan pembelajaran, (c) standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Bab III berisi mengenai jenis penelitian,
metode penelitian, data dan sumber data penelitian, teknik pengumpulan data,
dan teknik analisis data. Bab IV berisi mengenai deskripsi data, pembahasan
metode inkuiri dalam pembelajaran tema dan amanat novel Pertemuan Dua
Hati karya Nh. Dini untuk siswa kelas XI semester I yang diaplikasikan
dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Bab V berisi
mengenai kesimpulan, implementasi, dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan pengetahuan peneliti analisis implementasi metode inkuiri
terhadap pembelajaran tema dan amanat dengan menggunakan novel
Pertemuan Dua Hati belum pernah dilakukan. Penelitian yang relevan
dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Maria Srilestari
Handayani Lalong (2015) dan Yosefina Milla Ngara (2015).
Penelitian yang dilakukan oleh Maria Srilestari Handayani Lalong
(2015) berjudul “Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Tema dan
Amanat Novel Pondok Baca Kembali ke Semarang karya Nh. Dini untuk
Siswa SMA Kelas XI Semester I”. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif kualitatif. Peneliti menggunakan teknik simak dan catat
berdasarkan sumber dari novel Pondok Baca Kembali ke Semarang karya Nh.
Dini. Dalam penelitiannya, Wiwin Tumariyana memfokuskan unsur tema dan
amanat novel Pondok Baca Kembali ke Semarang karya Nh. Dini sebagai
bahan pembelajaran sastra di jenjang SMA. Hasil penelitian menyimpulkan
bahwa tema dan amanat dari novel Pondok Baca Kembali ke Semarang karya
Nh. Dini adalah ketuhanan karena tokoh utama selalu mencerminkan orang
yang selalu bersyukur akan kehidupan yang telah dianugerahkan kepadanya,
sedangkan amanat novel Pondok Baca Kembali ke Semarang karya Nh. Dini
adalah dalam bersikap dan bertingkah laku menyelaraskan keyakinan dan
iman melalui renungan dan doa, sikap syukur atas anugerah yang melimpah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
atas dirinya, menyesali perbuatan melalui puasa tidak dan makan serta
menunjukkan sikap jujur, terbuka dan berterus terang.
Penelitian yang dilakukan oleh Yosefina Milla Ngara (2015) berjudul
“Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Tema dan Amanat Novel Gadis
Pencari Tuhan Karya Theresia Ametembun untuk Pembelajaran Sastra pada
Siswa SMA Kelas XI Semester I”. penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif kualitatif. Dalam penelitiannya, Yosefina Milla Ngara
memfokuskan penelitian pada pembelajaran tema dan amanat menggunakan
novel Gadis Pencari Tuhan karya Theresia Ametembun. Hasil penelitian
menyimpulkan bahwa tema dan amanat dalam novel Gadis Pencari Tuhan
karya Theresia Ametembun adalah tekanan batin yang meyebabkan konflik
batin tokoh utama namun kemudian menjadi sebuah penemuan jati diri yang
membuat penyembuhan luka, sedangkan amanat dalam novel Gadis Pencari
Tuhan karya Theresia Ametembun, yaitu menghormati orang yang lebih tua
dan menaati hukum adat sebab dengan begitu kita akan terhindar dari
malapetaka dan bersahabat dengan alam. Penelitian ini ditujukan untuk
pembelajaran sastra pada jenjang SMA kelas XI Semester I.
B. Kajian Teori
1. Metode Inkuiri
Metode pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur
maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara
penilaian yang akan dilaksanakan (Suyono, 2011: 19). Dalam pelaksanaan
pembelajaran, seorang guru membutuhkan metode yang akan digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
untuk menyampaikan materi kepada murid-murid. Metode tersebut adalah
suatu cara untuk meningkatkan pembelajaran yang optimal bagi siswa
termasuk bagaimana mengelola disiplin kelas dan organisasi
pembelajaran. Salah satu metode yang dapat digunakan oleh guru dalam
mendukung kegiatan pembelajaran di kelas adalah metode inkuiri. Metode
inkuiri merupakan metode yang berprinsip student-centered.
Secara bahasa, inkuiri berasal dari kata inquiry yang merupakan
kata dalam bahasa Inggris yang berarti penyelidikan/meminta keterangan,
atau dalam konsep pembelajaran adalah siswa diminta untuk mencari dan
menemukan sendiri (Anan, 2015: 7). Dalam konteks penggunaan inkuiri
sebagai metode belajar mengajar, siswa ditempatkan sebagai subjek
pembelajaran, yang berarti bahwa siswa memiliki andil besar dalam
menentukan suasana dan model pembelajaran. Pembelajaran inkuiri
menekankan kepada proses mencari dan menemukan (Hosan, 2014: 341).
Peran peserta didik dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan
sendiri materi pelajaran, sedangkan pendidik berperan sebagai fasilitator
dan pembimbing peserta didik untuk belajar.
Dalam metode ini, siswa dituntut untuk terlibat secara aktif, salah
satunya dengan mengajukan pertanyaan yang baik terhadap setiap materi
yang disampaikan oleh pendidik. Dalam hal ini, pertanyaan yang baik
adalah pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang sedang
dibicarakan, dapat dijawab sebagaian atau keseluruhan dan dapat diuji
serta diselidiki secara bermakna. Melalui tanya jawab antara pendidik dan
peserta didik akan menimbulkan proses berpikir kritis dan analitis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Pembelajaran berbasis inkuiri bertujuan untuk mendorong siswa semakin
berani dan kreatif dalam berimajinasi.
a. Ciri-ciri Metode Inkuiri
Efektivitas inkuiri dapat diketahui dengan mengamati ciri-
cirinya. Berikut adalah ciri-ciri metode inkuiri:
1) Strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara
maksimal untuk mencari dan menemukan.
2) Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk
mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang
dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap
percaya diri.
3) Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah
mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis
dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual
sebagai bagaian dari proses mental.
b. Prinsip Metode Inkuiri
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan ketika
memutuskan untuk menggunakan strategi inkuiri dalam sebuah
proses pembelajaran. Beberapa strategi tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Berorientasi pada pengembangan intelektual
Strategi pembelajaran inkuiri berorientasi pada hasil belajar dan
proses belajar. Oleh karena itu, proses pembelajaran dengan
metode inkuiri bukan ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
menguasai materi pembelajaran, akan tetapi sejauh mana
beraktivitas dan berproses dalam menentukan sesuatu.
2) Prinsip interaksi
Pembelajaran sebagai proses interaksi, artinya menempatkan
guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur
lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu
mengarahkan (directing) agar siswa bisa mengembangkan
kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka.
3) Prinsip bertanya
Peran guru dalam metode pembelajaran inkuiri adalah sebagai
penanya. Dengan demikian, kemampuan siswa untuk
menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan
bagian dari proses berpikir.
4) Prinsip belajar untuk berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, tetapi juga
merupakan proses berpikir, yaitu proses mengembangkan
potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan.
Pembelajaran berpikir adalah pemenfaatan dan penggunaan
otak secara maksimal.
5) Prinsip keterbukaan
Belajar merupakan suatu proses mencoba berbagai
kemungkinan, yakni dengan prinsip bahwa segala sesuatu
mungkin saja terjadi oleh sebab itu, anak perlu diberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan
kemampuan logika dan nalarnya.
c. Langah-Langkah Metode Inkuiri
Hosnan (2014, 342−344) menyatakan ada beberapa langkah
yang harus ditempuh untuk menerapkan metode inkuiri. Langkah-
langkah tersebut adalah sebagai berikut.
1) Orientasi
Orientasi merupakan langkah sangat penting untuk membina
suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pendidik
mengondisikan agar peserta didik siap melaksanakan proses
pembelajaran dengan merangsang dan mengajak peserta didik
untuk berpikir memecahkan masalah.
2) Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah membawa peserta didik pada suatu
persoalan yang mengandung teka-teki yang harus dipecahkan.
Peserta didik dituntun agar mampu berpikir memecahkan teka-
teki itu. Hal itu dilakukan dengan cara mendorong mereka
menemukan jawaban yang tepat.
3) Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data merupakan aktivitas menjaring informasi
yang dibutuhkan untuk dapat menarik kesimpulan. Dalam
pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses
mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual
peserta didik. Pada tahap ini siswamengidentifikasi beberapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
jawaban atau enarik kesimpulan. Selanjutnya, guru
mengumpulkan hasil penyelidikan peserta didik untuk
menjawab teka-teki atau permasalahan.
4) Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan
temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Merumuskan kesimpulan merupakan gong-nya dalam
pembelajaran. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat
sebaiknya pendidik mampu menunjukkan kepada peserta didik
mana data yang relevan.
d. Peran Siswa dan Guru dalam Metode Inkuiri
Pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri
merupakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Peserta
didik harus berperan aktif dalam proses belajar agar ikut berproses
dan dapat mencapai tujuan pembelajaran. Dalam metode ini, peran
guru adalah sebagai fasilitator. Guru memfasilitasi lingkungan
belajar yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan
belajarnya secara mandiri. Guru menciptakan kesempatan untuk
terjadinya aktivitas pribadi yang terkendali, kerja kelompok, dan
berbagi kemampuan melalui aktivitas diskusi dan tanya jawab.
Melalui aktivitas-aktivitas kelas seperti itu, peserta didik akan
memperoleh makna serta pengetahuan dan melakukan transfer atau
aplikasi pada pemecahan masalah yang dihadapi secara kreatif dan
inovatif. Selain menciptakan suasana kelas, guru juga harus aktif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
mendengarkan, bertanya, menyediakan balikan, serta menolong
peserta didik untuk selalu terfokus pada permasalahan yang
dihadapi. Hal itu akan membuat siswa ikut berpartisipasi dalam
evalusi yang dilakukan di akhir pelajaran yang akan menjadi tolok
ukur dalam pengembangan kemampuannya.
Metode inkuiri bertujuan untuk mengorganisasikan
pengetahuan yang dimiliki siswa sebagai fondasi yang kuat
berdasarkan konsep metode ilmiah. Model ini berusaha untuk
mengajarkan berbagai keterampilan dan bahasa ilmiah (Bruce dan
Well via Hosnan, 2014: 345).
2. Pembelajaran Sastra di Jenjang SMA
Pembelajaran sastra merupakan salah satu materi pelajaran yang
baik karena sastra mempunyai relevansi dengan masalah-masalah di dunia
nyata. Jika pembelajaran sastra dilakukan dengan cara yang tepat, maka
pembelajaran sastra dapat juga memberikan sumbangan yang besar untuk
memecahkan masalah-masalah yang cukup sulit untuk dipecahkan di
dalam masyarakat. Pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara
utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat, yaitu membantu
keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya,
mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak
(Rahmanto, 1988: 15).
Dalam melaksanakan pengajaran setiap guru hendaknya selalu
menyadari bahwa setiap siswa adalah seorang individu dengan kepribadian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
yang khas, kemampuan, masalah, dan kadar perkembangannya masing-
masing yang khusus. Oleh karena itu, seorang guru harus memenuhi
kewajiban moral untuk mendorong dan memotivasi siswa agar belajar
pengetahuan dan keterampilan yang signifikan, tetapi juga terkait dengan
tugas guru untuk memicu dan memacu siswa agar bersikap inovatif,
kreatif, dan adaptif (Suyuono, 2011: 5).
3. Hakikat Novel
Kata novel berasal dari bahasa Latin novellas, yang terbentuk dari
kata novus yang berarti baru atau new dalam bahasa Inggris. Novel juga
diartikan sebagai suatu karangan atau karya sastra yang lebih pendek
daripada roman, tetapi jauh lebih panjang daripada cerita pendek (Santosa,
2010: 46).
Prosa dalam pengertian kesastraan juga disebut fiksi (fiction), teks
naratif (narrative text), atau wacana naratif (narrative discourse). Istilah
fiksi dalam pengertian ini berarti cerita rekaan atau cerita khayalan. Hal itu
karena fiksi merupakan karya naratif yang isinya tidak menyaran pada
kebenaran sejarah (Abrams via Nurgiyantoro, 1995: 2). Dengan demikian,
karya fiksi merupakan suatu karya sastra yang menceritakan sesuatu yang
bersifat rekaan, khayalan, sesuatu yang tidak ada dan terjadi sungguh-
sungguh sehingga tidak perlu dicari kebenarannya pada dunia nyata.
Fiksi pertama-tama menyaran pada prosa naratif, yang dalam hal
ini adalah novel dan cerpen, bahkan kemudian fiksi sering dianggap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
bersinonim dengan novel (Abrams via Nurgiyantoro, 1995: 4). Novel
sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia yang berisi model
kehidupan yang diidealkan, dunia imajiner, yang dibangun melalui
berbagai unsur intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh (dan penokohan),
latar, sudut pandang, dan lain-lain yang kesemuanya juga bersifat imajiner.
4. Unsur-Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra dari
dalam. Unsur-unsur inilah yang akan dijumpai jika orang membaca suatu
karya sastra. Kepaduan antar berbagai unsur intrinsik inilah yang membuat
sebuah novel dapat terwujud. Unsur-unsur intrinsik itu adalah tema, latar
(setting), alur (plot), sudut pandang, tokoh dan penokohan, amanat, dan
gaya bahasa. Berikut ini peneliti hanya akan menganalisis unsur tema dan
amanat.
a. Tema
Tema (theme) menurut Stanton dan Kenny (via
Nurgiyantoro, 1995: 67) adalah makna yang dikandung oleh
sebuah cerita. Namun, tema yang disajikan dalam novel
bermacam-macam jenisnya. Tema merupakan gagasan dasar umum
yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di mana
teks sebagai struktur sematis dan yang menyangkut persamaan-
persamaan atau perbedaan-perbedaan (Hartoko & Rahmanto via
Nurgiyantoro, 1995: 68). Oleh karena itu, untuk menentukan tema
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
pokok maka pembaca harus mengerti apa gagasan umum yang
mendasari novel itu.
Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita yang
bersifat menjiwai seluruh bagian cerita. Untuk menemukan tema
sebuah karya fiksi harus disimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak
hanya berdasarkan bagian-bagian tertentu dalam cerita. Stanton
menyatakan bahwa tema kurang lebih bersinonim dengan ide
utama (central idea) dan tujuan utama (central purpose).
Tema sebuah karya sastra selalu berkaitan dengan makna
pengalaman kehidupan. Berbagai masalah dan pengalaman
kehidupan yang banyak diangkat ke dalam karya fiksi, baik berupa
pengalaman yang bersifat individual maupun sosial. Masalah dan
pengalaman yang diangkat dalam karya sastra bersifat subjektif,
sesuai dengan hal yang paling menarik perhatian pengarang.
Karena itu, pengarang merasa perlu untuk mendialogkannya ke
dalam karya sastra sebagai sarana mengajak pembaca untuk ikut
merenungkannya.
Dalam usaha mengemukakan dan menafsirkan tema sebuah
novel secara lebih khusus dan rinci, Stanton (via Nurgiyantoro,
1995: 87) mengemukakan adanya sejumlah kriteria. Kriteria-
kriteria tersebut adalah sebagai berikut.
1) Pertama, penafsiran tema sebuah novel hendaknya
mempertimbangkan tiap detail cerita yang menonjol atau
konflik utama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
2) Kedua, penafsiran tema sebuah novel hendaknya tidak bersifat
bertentangan dengan tiap detail cerita.
3) Ketiga, penafsiran tema sebuah novel hendaknya tidak
mendasarkan diri pada bukti-bukti yang tidak dinyatakan baik
secara langsung maupun tidak langsung dalam novel yang
bersangkutan atau terdapat bukti empiris.
4) Keempat, penafsiran tema sebuah novel haruslah mendasarkan
diri pada bukti-bukti yang ada secara langsung.
b. Amanat
Moral merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh
pengarang kepada pembaca, merupakan makna yang terkandung
dalam sebuah karya (Nurgiyantoro, 1995: 321). Moral dan tema
dipandang memiliki kemiripan karena keduanya merupakan
sesuatu yang terkandung dalam novel. Namun, tema bersifat lebih
kompleks daripada moral. Moral, dengan demikian, dapat
dipandang sebagai salah satu wujud tema dalam bentuk yang
sederhana, namun tidak semua tema merupakan moral (Kenny via
Nurgiyantoro, 1995: 321).
Moral dalam karya sastra dapat dipandang sebagai amanat,
pesan, message. Amanat dalam cerita, menurut Kenny (via
Nurgiyantoro, 1995: 322) dimaksudakan sebagai suatu saran yang
berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis.
Secara umum, moral mengarah pada pengertian tentang ajaran
baik-buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
kewajiban, dan sebagainya; akhlak, budi pekerti, susila (KBBI,
2005).
Karya sastra yang mengandung tema sesungguhnya
merupakan suatu penafsiran atau pemikiran tentang kehidupan.
Permasalahan yang terkandung di dalam tema atau topik cerita
adakalanya diselesaikan secara positif (happy ending). Amanat
yang terdapat pada sebuah karya sastra ada dua jenis, yaitu secara
implisit ataupun secara eksplisit. Implisit, jika jalan keluar ajaran
moral itu disiratkan dalam tingkah laku tokoh menjelang cerita
akhir (Sudjiman, 1988: 57). Eksplisit, jika pengarang pada tengah
atau akhir cerita menyampaikan seruan, saran, peringatan, nasihat,
anjuran, larangan, dan sebagainya, berkenaan dengan gagasan yang
mendasari cerita itu (Sudjiman, 1988: 57−58).
Karya sastra, fiksi, senantiasa menawarkan pesan moral
yang berhubungan dengan sifat-sifat luhur kemanusiaan,
memperjuangkan hak dan martabat manusia. Dalam sebuah karya
fiksi, khususnya novel-novel yang relatif panjang, sering terdapat
lebih dari satu pesan moral. Hal itu belum lagi berdasarkan
pertimbangan dan penafsiran dari pihak pembaca yang juga
berbeda-beda dari segi jumlah maupun jenisnya.
Secara garis besar persoalan hidup dan kehidupan manusia
itu dapat dibedakan ke dalam persoalan hubungan manusia dengan
diri sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
sosial termasuk hubungannya dengan lingkungan alam, dan
hubungan manusia dengan Tuhannya.
5. Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP)
Kurikulum dipersiapkan dan dikembangkan untuk mencapai tujuan
pendidikan, yakni mempersiapkan peserta didik agar mereka dapat hidup
di masyarakat. Pendidikan yang diberikan kepada peserta didik bukan
semata-mata hanya berupa materi pelajaran namun juga bagaimana pserta
didik dapat menginternalisasi nilai-nilai hidup sesuai dengan norma-norma
masyarakat. Pendidikan pun harus berisi tentang pemberian minat dan
bakat peserta didik. Oleh karena itu, dalam sistem pendidikan kurikulum
merupakan komponen yang sangat penting, sebab di dalamnya bukan
hanya menyangkut tujuan dan arah pendidikan saja akan tetapi juga
pengalaman belajar yang harus dimiliki setiap peserta didik serta
bagaimana mengorganisasi pengalaman itu sendiri. Sebagai salah satu
komponen dalam sistem pendidikan, paling tidak kurikulum memiliki tiga
peran, yaitu peran konservatif, peranan kreatif, serta peran kritis dan
evaluasi (Hamalik via Sanjaya, 2008, 10).
Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP Pasal 1, Ayat 15),
dijelaskan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah
kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing
satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan
dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP) (Sanjaya, 2008: 128).
a. Silabus
Secara sederhana silabus dapat diartikan sebagai rencana
pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema
tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,
materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian
kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang
dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan, berdasarkan standar
nasional pendidikan (SNP) (Mulyasa, 2008: 132−133).
Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan
tentang implementasi kurikulum, yang mencakup kegiatan
pembelajaran, pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, kurikulum
dan hasil belajar, serta penilaian berbasis kelas. Silabus merupakan
kerangka inti dari setiap kurikulum yang sedikitnya memuat tiga
komponen utama sebagai berikut:
1. Kompetensi yang akan ditanamkan kepada peserta didik
melalui suatu kegiatan pembelajaran.
2. Kegiatan yang harus dilakukan untuk menanmkan atau
membentuk kompetensi tersebut.
3. Upaya yang harus dilakukan untuk mengetahui bahwa
kompetensi tersebut sudah dimiliki peserta didik
(Mulyasa, 2008: 133).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Silabus merupakan penjabaran lebih rinci dari Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) yang minimal
memuat kompetensi dasar, materi standar, dan hasil belajar yang
harus dimiliki oleh peserta didik sehubungan dengan suatu mata
pelajaran.
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Perencanaa pembelajaran atau biasa disebut Rancangan
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran
mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam
pembelajaran di kelas (Muslich, 2007: 53). Berdasarkan RPP inilah
seorang guru diharapkan bisa menerapkan pembelajaran secara
terprogram. Oleh karena itu, RPP harus mempunyai daya terap
(applicable) yang tinggi. Tanpa perencanaan yang matang,
mustahil target pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. Pada
sisi lain, melalui RPP pun dapat diketahui kadar kemampuan guru
dalam menjalankan profesinya.
Rencana pembelajaran umumnya berisi skenario tentang
apa yang akan dilakukan siswanya sehubungan dengan topik yang
akan dipelajari. Secara teknis rencana pembelajaran minimal
mencakup komponen-komponen berikut:
1) Standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator
pencapaian hasil belajar.
2) Tujuan pembelajaran.
3) Materipembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
4) Pendekatan dan metode pembelajaran.
5) Langkah-langkah kegiatan pembelajaran.
6) Alat dan sumber belajar.
7) Evaluasi belajar (Muslich, 2007: 53).
c. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Pada pengembangan materi pelajaran, pendidik harus
membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebagai acuan
ketika melakukan kegiatan belajar-mengajar. Oleh karena itu, guru
harus mengembangkan silabus yang terdiri dari standar kompetensi
(SK) dan kompetensi dasar (KD). Standar kompetensi dan
kompetensi dasar merupakan landasan bagi guru untuk
mengembangkan materi, merancang kegiatan pembelajaran, dan
merancang indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.
Namun dalam pengembangan standar kompetensi (SK) dan standar
dasar (KD) guru menyesuaikan dengan karakteristik dan
perkembangan peserta didik, situasi, dan kondisi serta kebutuhan
sesuai dengan daerah tempat tinggalnya.
Berikut ini adalah isi dari standar kompetensi (SK) dan
kompetensi dasar (KD) yang akan dijadikan bahan pembelajaran
sastra untuk siswa SMA kelas XI semester I.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
SILABUS
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : XI/I
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
7. Memahami berbagai
hikayat, novel
Indonesia/novel terjemahan.
7.2 Menemukan unsur-unsur
intrinsik dan ekstrinsik novel
Indonesia/terjemahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian dengan judul “Metode Inkuiri dalam pembelajaran tema dan
amanat pada novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini untuk Siswa SMA
Kelas XI Semester I” merupakan penelitian deskripsi kualitatif karena data
yang diambil berupa kata-kata yang digunakan untuk mendeskripsikan tema
dan amanat yang terdapat pada novel tersebut.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang meneliti kata-kata, laporan
terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang
alami (Creswell via Noor, 2011; 34).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi.
Dalam penelitian ini, wujud penelitiannya adalah menggunakan deskripsi
yang menghasilkan data tertulis (Moleong, 2014; 11).
B. Data dan Sumber Penelitian
Sumber data dalam penelitian adalah novel Pertemuan Dua Hati karya Nh.
Dini, merupakan novel terbitan PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Novel
tersebut terbit pada tahun 2005 dan memiliki ketebalan 85 halaman. Data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
penelitian berupa kutipan-kutipan paragraf dan kalimat dalam novel yang
menggambarkan tema dan amanatnya.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara mengumpulkan data yang
dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian (Noor, 2011: 138).
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah dengan
menggunakan teknik dokumenter. Dokumen adalah catatan tertulis tentang
berbagai kegiatan atau peristiwa pada waktu yang lalau (Gulö, 2002: 123).
Bahkan, literatur-literatur yang relevan dimasukkan pula dalam kategori
dokumen yang mendukung. Peneliti menggunakan novel Pertemuan Dua
Hati karya Nh. Dini sebagai dokumen yang diteliti. Peneliti mencatat satu per
satu kutipan yang menunjukkan gambaran tema dan amanat yang terdapat
dalam novel tersebut.
Berdasarkan teknik tersebut, peneliti memperoleh sumber tertulis. Sumber
tertulis merupakan segala buku kesustraan yang berkaitan dengan teori
tentang tema dan amanat dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian berarti alat yang dipergunakan untuk mengumpulkan
data atau yang lebih dikenal umum adalah test, interview, observasi, dan
angket (Siswantoro, 2010: 73). Dalam penelitian ini, instrumen penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
yang digunakan adalah peneliti sendiri. Peneliti sebagai instrumen penelitian
terkait dengan ciri penelitian sastra yang berorientasi kepada teks, bukan
kepada sekelompok individu yang menerima perlakuan tertentu (treatment).
E. Teknik Analisis Data
Siddel (via Moleong, 2014; 248) menjabarkan proses analisis data
kualitatif sebagai berikut: (1) mencatat yang menghasilkan data lapangan,
dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri, (2)
mengumpulkan, memilah-milah, mengklarifikasikan, membuat ikhtisar, dan
membuat indeksnya, (3) berpikir untuk membuat kategori data itu
mempunyai makna, dengan cara mencari dan menemukan pola dan
hubungan-hubungan, dan membuat temuan umum.
Berdasarkan teori di atas peneliti akan menganalisis data tersebut dengan
menggunakan langkah-langkah analisis data sebagai berikut:
1. Orientasi
a. Guru menjelaskan topik yang akan dipelajari oleh siswa serta tujuan
dari hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa.
b. Guru menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan siswa
agar tujuan tercapai.
c. Siswa diminta meringkas novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
2. Merumuskan Masalah
a. Siswa diminta mencari dan menemukan tema dan amanat yang
terdapat dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini.
3. Mengumpulkan data
a. Siswa diminta mengumpulkan data yang terkait dengan tema dan
amanat yang terdapat dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh.
Dini baik berupa kalimat maupun paragraf lalu mempresentasikan
hasil temuan mereka.
4. Merumuskan kesimpulan
a. Siswa diminta untuk menarik kesimpulan berdasarkan hasil data yang
mereka temukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Pada bab ini akan dikemukakan data yang dikemukakan dalam penelitian
novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini secara keseluruhan. Data yang
dianalisis berupa kalimat dan paragraf yang dikutip dalam novel Pertemuan
Dua Hati untuk menunjukkan penerapan metode inkuiri terhadap
pembelajaran tema dan amanat.
Peneliti menggunakan metode inkuiri dalam pembelajaran tema dan
amanat karena metode inkuiri berpusat pada siswa. Siswa yang akan belajar
dan menemukan sendiri materi pelajaran yang akan dipelajarinya. Guru
berperan sebagai fasilitator yang membimbing siswa dalam menemukan suatu
hal yang berkaitan dengan materi pelajaran.
Pada pembelajaran sastra, seringkali siswa mengeluhkan metode mengajar
yang hanya berpusat pada guru, yaitu metode ceramah. Metode ceramah
dirasa monoton dan tidak bervariasi. Adanya metode inkuri memberikan
kesempatan kepada siswa untuk ikut terlibat aktif dalam kegiatan belajar
mengajar. Ada empat langkah yang harus dilakukan siswa ketika
menggunakan metode inkuiri, yaitu (1) orientasi, tahap ini siswa dituntun
untuk bisa memahami isi novel dengan cara membaca isi ringkasan yang
disiapkan oleh guru, (2) merumuskan masalah, tahap ini siswa dituntun untuk
berpikir kritis, dengan cara merumuskan masalah yang terkandung dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
novel, (3) mengumpulkan data, tahap ini siswa dituntun untuk menemukan
data yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah yaitu menemukan
data yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah yaitu menemukan
kutipan yang berisi tema dan amanat, (4) menarik kesimpulan, tahap ini siswa
dituntun untuk menarik kesimpulan berdasarkan data yang ia temukan.
Keempat langkah metode inkuiri di atas dirasa lebih menarik bagi siswa.
Melalui metode inkuiri siswa belajar aktif dan menemukan sendiri tugas yang
berhubungan dengan materi yang sedang dipelajari. Ini akan menumbuhkan
sikap kritis dan analitis pada siswa.
B. Pembahasan Langkah-Langkah Metode Inkuiri
Dalam menerapkan metode inkuiri terdapat empat langkah yang harus
ditempuh. Langkah-langkah tersebut akan membantu siswa dalam memahami
secara rinci tema dan amanat yang terkandung dalam novel Pertemuan Dua
Hati karya Nh. Dini. Langkah-langkah metode inkuiri adalah sebagai berikut.
a. Orientasi
Orientasi merupakan langkah sangat penting untuk membina suasana atau
iklim pembelajaran yang responsif. Pendidik mengondisikan agar peserta
didik siap melaksanakan proses pembelajaran dengan merangsang dan
mengajak peserta didik untuk berpikir memecahkan masalah. Hal-hal
yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi adalah:
1. Guru menjelaskan topik yang akan dipelajari oleh siswa serta tujuan
dari hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
2. Guru menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan siswa
agar tujuan tercapai.
3. Siswa diminta membaca ringkasan novel Pertemuan Dua Hati karya
Nh. Dini.
Ringkasan Novel Pertemuan Dua Hati Karya Nh. Dini
Bu Suci adalah seorang guru di sebuah desa di Purwodadi. Ia adalah
seorang guru yang bijak serta sangat mencintai keluarganya. Namun, karena
pekerjaan suaminya, Bu Suci dan keluarga terpaksa pindah ke kota Semarang. Di
sana ia tinggal dengan suami dan ketiga anaknya serta dengan bibinya yang
menjaga anak-anak Bu Suci.
Bu Suci mempunyai seorang suami yang sangat pengertian terhadap
keluarganya. Dia selalu mendukung apa saja yang Bu Suci lakukan selama itu
benar. Ia pun berniat untuk mencari pekerjaan sebagai guru kembali, karena ia
sudah sangat rindu dengan pekerjaannya itu. Hingga suatu saat ia mengantarkan
anaknya ke sekolah dan ia pun mendapat pekerjaan sebagai seorang guru di
sekolah dasar dimana anaknya bersekolah.
Hari pertama mengajar dilalui Bu Suci dengan baik. Namun, ia mulai
merasa ada suatu kejanggalan yang terjadi pada kelas tersebut. Sebisa mungkin bu
Suci tidak pernah mencampurkan persoalan pribadi dengan persoalan di dalam
pekerjaannya. Ia berusaha profesional dengan bisa membagi waktu, agar anak-
anaknya tidak pernah merasa kehilangan sosok ibu dalam dirinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Hari-hari berikutnya dilalui Bu Suci dengan mulus pula, namun sekarang
ia mulai mengerti apa yang mengganjal di dalam pikirannya. Seorang murid
bernama Waskito ternyata telah menarik perhatiannya. Setiap kali ditanya tentang
murid tersebut, semua anak seolah terdiam dan tidak ingin memberi jawaban pada
Bu Suci.
Namun, akhirnya Bu Suci pun mendapatkan jawaban atas semua yang
terjadi. Ternyata muridnya yang bernama Waskito tersebut salah satu murid yang
nakal, dan selalu membuat keonaran. Semua murid yang ada dikelas segan pada
dia, mereka takut jika bermasalah dengannya. Menurut cerita yang ada, Waskito
seringkali memukul dan menjahili temannya yang ada di kelas, tanpa sebab apa
pun atau mereka merasa tidak pernah berbuat sesuatu yang membuat Waskito
marah. Entah kenapa bu Suci merasa ada hal yang perlu ia selesaikan dan ia ingin
terlibat jauh pada masalah itu. Dorongan hati yang kuat membuat Bu Suci
semakin ingin membantu Waskito menyelesaikan masalahnya.
Sementara itu, anak kedua Bu Suci telah divonis oleh dokter mengidap
penyakit epilepsi atau ayan, sehingga kesehatannya perlu dijaga serta ia tidak
boleh banyak beraktivitas. Semua cobaan seolah tengah menghadang pada Bu
Suci. Disisi lain ia ingin sekali berada di kelas serta mengetahui perkembangan
muridnya yang nakal tersebut, namun disisi lain ia harus bersusah payah
mengantar anaknya ke rumah sakit untuk berobat.
Akhirnya Bu Suci pun mendatangi kediaman kakek dan nenek Waskito
untuk mendapatkan informasi yang sebanyak mungkin. Ia pun mendapatkan
informasi bahwasannya Waskito sebenarnya merupakan anak yang baik, namun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
karena perilaku orang tuanya yang memperlakukannya dengan tidak baik maka ia
pun menjadi murid yang nakal. Neneknya mengatakan bahwa ayahnya seringkali
memukul Waskito tanpa alasan yang jelas jika Waskito melakukan suatu
kesalahan tanpa memberikan pengarahan yang baik, yang seharusnya Waskito
perbuat, sementara ibunya selalu memanjakannya sehingga Waskito tidak pernah
tahu mana yang baik dan buruk. Selama tinggal bersama neneknya ia menjadi
anak yang tahu aturan dan menjadi disiplin, namun setelah orangtuanya
memintanya kembali, maka ia kembali menjadi anak yang nakal dan selalu
menjahili teman-temannya.
Bu Suci mencoba membantu permasalahn yang dihadapi oleh Waskito.
Seringkali ia memperhatikan semua perilaku Waskito, dan ia perlahan mencoba
mendekati Waskito. Ia meminta Waskito untuk mengantar makanan pada anak
keduanya yang sakit tersebut. Bu Suci mencoba menggambarkan pada Waskito
bahwa ia masih beruntung diberi kesehatan sehingga ia tidak perlu melakukan
sesuatu yang tidak berguna untuk hidupnya. Bu Suci juga memberi kepercayaan
pada Waskito untuk membuat sesuatu, hingga pekerjaan yang dilakukan Waskito
dan kelompoknya mendapat penghargaan dari teman-temannya. Waskito dibuat
ada keberadaannya oleh Bu Suci. Selama ini semua murid yang ada di kelas
menganggap Waskito hanya sebagai biang onar dan keributan sehingga
keberadaanyya tidak diinginkan dan dibutuhkan. Namun, sekarang Bu Suci
mencoba membuat semua hal tersebut musnah.
Kini Waskito tinggal bersama bibinya, sehingga sedikit demi sedikit ia
mulai mendapatkan pelajaran tentang sebuah kasih sayang. Terutama dari
keluarga bibinya, yang selalu rukun meskipun keadaan ekonomi mereka sulit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Bahkan mereka kadangkali harus berbagi makanan. Namun Waskito senang
tinggal di sana. Lantaran di sana ia mendapat pengajaran tentang sopan santun dan
kasih sayang. Ibu Suci merasa lega dengan semua perubahan yang mulai Waskito
tunjukkan.
Namun suatu hari ia kembali mengamuk dan berteriak-teriak di depan
kelas sambil menyodorkan gunting kepada teman-temannya. Ia bahkan
mengancam akan membakar kelas dan memperlihatkan korek api yang menyala
ke seluruh penjuru kelas. Namun dengan berani Bu Suci merampas gunting
tersebut dari tangan tersebut saat Waskito lengah. Tanpa memikirkan sesuatu yang
buruk akan terjadi padanya. Entah kenapa ia yakin bahwa Wasktito tidak akan
sanggup untuk menggunakan senjata tajam tersebut. Semua guru di sekolah
tersebut sepakat untuk mengeluarkan Waskito dari sekolah karena sikap Waskito
sudah keterlaluan. Namun Bu Suci dengan segenap hati meminta agar diberi
waktu untuk membimbing Waskito, jika ia gagal jabatannya sebagai guru rela jika
harus di cabut. Ia pun menekankan kepada Waskito bahwa Bu Suci percaya
bahwa Waskito akan mengubah sikapnya karena selain ia yang harus pindah,
jabatan Bu Suci sebagai guru juga dipertaruhkan untuknya.
Setelah kejadian itu, Bu Suci selalu mengawasi murid-muridnya, terutama
Waskito, dengan lebih teliti. Setiap jam istirahat Bu Suci tetap berada di kelas
untuk mengerjakan sesuatu. Kadang ia menggunakan jam istirahat untuk membuat
rajutan atau mempersiapkan materi untuk pelajaran selanjutnya. Pada saat itu juga
Bu Suci berkesempatan untuk berbicara lebih banyak kepada Waskito. Lama-
kelamaan Waskito mau menjawab beberapa pertanyaan yang dilontarkan oleh Bu
Suci. Setelah beberapa bulan berjalan dengan baik. Tiba-tiba suatu hari ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
seorang anak lari terengah-engah menuju kantor guru dan memberitahu Bu Suci
bahwa Waskito menginjak-injak pot tanaman di depan kelas. Dengan perasaan
khawatir Bu Suci segera menuju kelas dan melihat beberapa pot rusak karena
diinjak-injak. Tanah di dalam pot tumpah dan mengotori lantai depan kelas. Bu
Suci segera mencari Waskito dan menemukannya sedang duduk di dekat kelas
kecil. Bu Suci bertanya mengapa ia melakukan hal tersebut. Dengan suara lemah
Waskito berkata bahwa salah satu teman mengejek tanamannya yang kurang
subur. Bu Suci yang mendengar aduan kecil Waskito kemudian menasihatinya
bahwa tidak perlu melakukan hal seperti itu jika memang tanaman Waskito
kurang subur. Daripada berbuat seperti itu lebih baik Waskito mencari tahu
mengapa tanamannya kurang subur, mungkin kurang sinar matahari atau kurang
diberi air. Mendengar perkataan Bu Suci, Waskito menyadari hal yang tidak
terpikirkan olehnya. Lalu mereka kemabali ke kelas dan bersama-sama dengan
murid yang lain membersihkan tanah-tanah yang berceceran di depan kelas.
Sejak saat itu Bu Suci dan Waskito semakin dekat dan akhirnya sedikit
demi sedikit Waskito mau berbagi cerita dan mau untuk mnerima nasihat Bu Suci.
Akhir semester Waskito naik kelas dan keluarganya sangat berterimakasih karena
mereka tidak menyangka bahwa Waskito dapat mengubah sikapnya dan dapat
naik kelas. Waskito dan keluarga Bu Suci pun berlibur ke desa mereka di
Purwodadi sesuai dengan janjinya kepada Waskito. Sejak bertemu dengan
Waskito Bu Suci merasa hatinya telah dipertemukan dengan hati Waskito dan
sejak saat itu pula Bu Suci tidak akan memisahkan urusan pekerjaan dan rumah
tangga. Sebab kedua hal tersebut harus dilakukan dilaksanakan agar seimbang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
b. Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah membawa peserta didik pada suatu persoalan yang
mengandung teka-teki yang harus dipecahkan. Peserta didik dituntun agar
mampu berpikir memecahkan teka-teki itu. Hal itu dilakukan dengan cara
mendorong mereka menemukan jawaban yang tepat.
1. Siswa diminta mencari dan menemukan tema dan amanat yang
terdapat dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini.
c. Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data merupakan aktivitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk dapat menarik kesimpulan. Dalam pembelajaran inkuiri,
mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam
pengembangan intelektual peserta didik. Pada tahap ini
siswamengidentifikasi beberapa jawaban atau enarik kesimpulan.
Selanjutnya, guru mengumpulkan hasil penyelidikan peserta didik untuk
menjawab teka-teki atau permasalahan.
1. Siswa diminta mengumpulkan data yang terkait dengan tema dan
amanat yang terdapat dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh.
Dini baik berupa kalimat maupun paragraf lalu mempresentasikan
hasil temuan mereka.
Berikut hasil pengumpulan data tentang analisis tema dan amanat novel
Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
1. Analisis Tema Menggunakan Metode Inkuiri
Novel Pertemuan Dua Hati dibagi atas enam bagian. Pada setiap
bagian peneliti akan memaparkan analisis tema yang terdapat dalam novel
Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini. Tema (theme) menurut Stanton dan
Kenny (via Nurgiyantoro, 1995: 67) adalah makna yang dikandung oleh
sebuah cerita. Namun, tema yang disajikan dalam novel bermacam-macam
jenisnya. Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah
karya sastra dan yang terkandung di mana teks sebagai struktur sematis
dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan
(Hartoko & Rahmanto via Nurgiyantoro, 1995: 68).
Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita yang bersifat
menjiwai seluruh bagian cerita. Untuk menemukan tema sebuah karya
fiksi harus disimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak hanya berdasarkan
bagian-bagian tertentu dalam cerita. Stanton menyatakan bahwa tema
kurang lebih bersinonim dengan ide utama (central idea) dan tujuan utama
(central purpose).
Sudjiman (1988, 93) mengemukakan tiga langkah yang dapat
digunakan untuk menentukan tema. Pertama, melihat persoalan yang
paling menonjol. Kedua, persoalan mana yang paling banyak
menimbulkan konflik lalu menyebabkan terjadinya peristiwa. Ketiga,
menentukan dan menghitung waktu penceriteraan yang diperlukan untuk
menceriterakan peristiwa yang ada dalam karya sastra. Ketiga langkah
tersebut dilakukan secara berurutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Berikut ini akan dianalisis tema dalam novel Pertemuan Dua Hati,
untuk mempermudah proses analisis tema, penulis membaginya ke dalam
beberapa bagian seperti berikut.
a. Bagian Pertama
Bagian ini mengisahkan tentang kepindahan keluarga Bu
Suci karena suaminya dipindah tugaskan ke Semarang. Hal itu
menyebabkan Bu Suci meninggalkan pekerjaan lamanya di
Purwodadi. Meskipun harus pindah, Bu Suci gembira terhadap
kenaikan pangkat suaminya. Hal itu dapat dibuktikan dengan
beberapa kutipan di bawah ini:
1.1.1 Bu Suci dan keluarganya harus pindah ke Semarang karena
suaminya dipindah tugaskan ke kota besar itu. Bu Suci harus
meninggalkan pekerjaannya di Purwodadi. Hal itu dapat dibuktikan
dengan kutipan berikut:
Pindah rumah selalu merepotkan. Apalagi pindah ke kota lain. Tetapi hal ini sudah kami pertimbangkan semasak-masaknya. Suamiku mulai bekerja sebagai montir biasa. Kemudian, sebagai wakil bapakku, keahliannya di bidang mesin semakin menonjol. Perusahaan pusat memperhatikan kelebihannya dari montir-montir lain. Pindah ke Semarang, dia harus mengawasi kelancaran jalannya semua kendaraan angkutan yang keluar dari bengkel. Ini sangat penting bagi dirinya. Meskipun aku harus meninggalkan Purwodadi tempatku bekerja selama ini, aku tururt gembira akan kenaikan pangkat suamiku (Dini, 2005: 12).
Persoalan yang menonjol pada bagian 1.1.1 yaitu
bersyukur. Bu Suci bersyukur atas kenaikan pangkat suaminya.
Walaupun hal tersebut menyebabkan Bu Suci dan keluarganya
harus meninggalkan Purwodadi dan pindah ke Semarang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
1.1.2 Bu Suci akhirnya mendapatkan pekerjaan sebagai guru SD di
tempat anak sulung dan anak keduanya bersekolah. Namun, sesuatu
terjadi pada anak keduanya. Hal itu dapat dibuktikan dengan
kutipan berikut:
Lalu kami membicarakan kapan aku mulai mengajar. Kepala Sekolah menganjurkan supaya secepat mungkin aku masuk kerja. Sementara berbincang-bincang mengenai hari aku akan memulai karir baruku itu, aku berpikir kepada anakku kedua. Mudah-mudahan dia segera sehat kembali. Sejak kami pindah, seringkali dia rewel, menangis tanpa sebab nyata kelihatan. Kalau ditanya, katanya kepala pusing. Lain dari kebiasannya, dia cepat kembali tersinggung. Disebabkan sesuatu yang remeh seringkali bertengkar dengan adiknya. Suamiku berkata, barangkali udara kota Semarang kurang cocok bagi dia (Dini, 2005: 19).
Persoalan yang menonjol pada bagian 1.1.2 yaitu konflik
batin. Bu Suci bahagia karena dapat mengajar kembali, namun dia
juga cemas terhadap sikap anak keduanya yang berbeda tidak
seperti biasanya.
b. Bagian Kedua
Bagian ini mengisahkan tentang Bu Suci yang sudah
kembali mengajar di sekolah. Di sekolah ini, Bu Suci menemukan
seorang murid sukar yang belum pernah dijumpai sewaktu ia
mengajar selama sepuluh tahun di Purwodadi. Hal itu dapat
dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini:
1.1.3 Bu Suci akhirnya mengajar di sekolah. Ia bersyukur mendapat
pekerjaan di SD yang fasilitasnya memadai. Hal itu dapat
dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Aku berterima kasih kepada Tuhan karena teringat nasib beberapa bekas kawan sekolahku. Setahun sekali kami masih saling berkabar. Dua daripadanya turut transmigrasi ke pelosok Pulau Kalimatan dan Sumatra. Masing-masing menceritakan kesulitan dan kegigihan mereka. Keduanya harus merangkap mengajar murid-murid dari tingkatan kelas berbeda. Yang di Kalimantan bahkan bercerita, bahwa setiap kali hujan deras turun, murid-murid disuruh pulang. Karena atap bangunan sekolah terlalu rapuh, guru khawatir akan terjadinya kecelakaan. Tiada hentinya aku mengulangi cerita kawanku itu kepada anakku dan murid-muridku. Aku ingin menanamkan kesadaran yang sama, betapa bahagia serta beruntung kami mempunyai sekolah bagus dan kokoh. Guru bersama murid dapat menunaikan tugas masing-masing tanpa rasa ketakutan (Dini, 2005: 25).
Persoalan yang menonjol pada 1.1.3 yaitu bersyukur. Bu
Suci beruntung dapat bekerja kembali dan bekerja di sekolah yang
memiliki fasilitas yang bagus serta bangunan sekolah yang kokoh
tidak seperti yang dialami sebagian dari teman-temannya yang
bekerja menjadi guru di luar pulau.
1.1.4 Ternyata ada seorang murid yang tidak disukai di kelas Bu Suci.
Anak tersebut sudah beberapa hari tidak masuk sekolah. Tapi tidak
ada satu orang temannya yang mau menjenguk dan menanyakan
mengapa ia membolos sebab anak tersebut suka berbuat jahat
terhadap teman-temannya. Hal itu dapat dibuktikan dengan
beberapa kutipan di bawah ini:
“Biar Waskito tidak masuk, Bu! Kami malahan senang!”
Sekali lagi aku terkejut oleh suara yang tiba-tiba ini. Aku menoleh ke arah si pembicara, murid perempuan.
“Ya, betul, Bu! Kelas tenang kalau dia tidak ada,” suara murid laki-laki lain yang sama tegasnya menguatkan pendapat itu.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
“O, ya?” tenang aku menahan nada dan isi kalimatku. “Mengapa? Karena Waskito suka berguarau? Bikin keributan?”
“Oh, tidak! Bukan berguarau! Kalau itu, kami juga suka!”
“Dia jahat! Jahat sekali, Bu!” tambahan itu terdengar dari arah murid perempuan yang sama.
“Ah, masa!” sekali itu terloncat isi hatiku yang sebenarnya, tanpa ada kekangan maupun penahanan perasaan.
Sungguh-sungguh aku semakin heran mengetahui Waskito demikian dihindari kawan sekelasnya (Dini, 2005: 28).
Persoalan yang menonjol pada 1.1.4 yaitu penasaran. Bu
Suci merasa heran mengapa murid-murid di kelasnya menganggap
bahwa Waskito adalah anak yang jahat. Padahal menurut Bu Suci
tidak ada anak yang jahat, yang ada hanyalah anak yang nakal.
c. Bagian Ketiga
Bagian ini menceritakan tentang bagaimana Bu Suci
mencari informasi mengenai Waskito kepada nenek Waskito.
Meskipun pada saat yang bersamaan, kondisi anak kedua Bu Suci
juga masih memerlukan pemeriksaan yang intensif. Bu Suci
berusaha menjalankan perannya sebagai guru dan juga sebagai
seorang ibu.
1.1.5 Bu Suci mengirimkan surat pribadi kepada nenek Waskito dan
mengatakan ingin menemui nenek Waskito untuk menanyakan
mengapa Waskito tidak masuk sekolah. Hal itu dapat dibuktikan
dengan beberapa kutipan di bawah ini:
Suratku kepada nenek Waskito dijawab dengan ramah. Pada suatu sore yang telah ditentukan, aku berkunjung
ke rumah kakek dan nenek tersebut. Aku bertemu dengan sepasang suami-isteri sebaya dengan orangtuaku. Si suami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
hanya sebentar menyalamiku, kemudian masuk kembali ke kamar praktik (Dini, 2005: 35).
Persoalan yang menonjol pada 1.1.5 yaitu peduli. Sikap
Bu Suci yang peduli dengan muridnya, Waskito, membuatnya
mengirimkan surat kepada nenek Waskito. Kemudian surat Bu
Suci ditanggapi dengan ramah oleh nenek Waskito. Bahkan nenek
Waskito mau menemui Bu Suci untuk membicarakan perihal
cucunya itu.
1.1.6 Dari cerita nenek Waskito, alasan Waskito berbuat “jahat” kepada
teman-temannya yaitu karena dia tidak mendapatkan kasih sayang
dan perhatian dari kedua orangtuanya. Hal itu dapat dibuktikan
dengan beberapa kutipan di bawah ini:
“Anak kami belum pernah menghukum, apalgi memukul Waskito!” kata si nenek. “Barangkali inilah kesalahannya. Ada anak-anak yang memerlukan perhatian, yang menganggap hukuman jasmaniah sebagai ganti perhatian yang diinginkan. Saya pernah menyaksikan sendiri anak-anak saudara saya. Mereka baru sadar akan kekeliruannya jika kena tangan ayah atau ibu mereka. Waskito sudah terlanjur tidak mendapatkan kata-kata manis atau bujukan, dia mungkin harus dipukul. Ah, kalau melihat dia di rumah mereka, Jeng! Tidak pernah ditegur, tidak pernah diberitahu mana yang baik dan mana yang jelek. Seumpama anak berjalan, kaki menyentuh pot sehingga jatuh. Di rumah kami, saya bilang: hati-hati kalau berjalan, Sayang! Tolong sekarang tanaman dan pot pecah itu dibenahi! Seumpama ibunya ada, langsung dia akan membela: ah, enggak apa-apa, nanti saya ganti. Biar pembantu yang membenahi! Nah, begitu itu setiap kali Waskito berbuat kekeliruan. Maksud saya, saya hanya ingin mendidik anak bersikap rapi dan teratur, Jeng!” (Dini, 2005: 37).
Persoalan yang menonjol pada 1.1.6 yaitu sebab. Waskito
tumbuh menjadi anak yang kurang perhatian dari orangtua. Itulah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
alasan Waskito melakukan hal-hal yang “jahat” agar orangtuanya
memperhatikan Waskito.
1.1.7 Bu Suci merasa bimbang harus memilih yang mana. Apakah
memilih mengurusi anaknya yang sedang sakit atau membantu
murid sukarnya agar berubah menjadi anak yang baik. Hal itu dapat
dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini:
Apakah yang akan kukerjakan esok hari? Kalau menuruti petunjuk dokter, secepat mungkin aku
harus ke rumah sakit memeriksakan anakku. Sore, ahli syaraf buka praktik sendiri di rumahnya. Kami disuruh memilih mana yang lebih praktis. Hanya, alat-alat guna pemeriksaan pastilah lebih lengkap di rumah sakit. Begitulah kata dokter perusahaan. Alat-alat apakah itu? Apakah yang diderita anakku? Semuanya serba teka-teki. Serba mengkahawtirkan. Urusan murid sukar belum selesai, bahkan baru mulai akan kuusahakan menolongnya. Kini Tuhan memberiku percobaan lain. Keluargaku terlibat, dan aku harus memilih. Manakah yang lebih penting? (Dini, 2205: 46).
Persoalan yang menonjol pada 1.1.7 yaitu dilema. Bu Suci
merasa bimbang harus memilih yang mana. Memeriksakan
anaknya dan mendampinginya secara intensif dalam menjalankan
pengobatan atau membantu murid sukarnya, Waskito, agar bisa
berubah menjadi anak yang tidak “jahat” lagi.
d. Bagian Keempat
Bagian ini mengisahkan tentang penyakit apa yang
sebenarnya diderita oleh anak kedua Bu Suci dan kembalinya
Waskito ke sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
1.1.8 Setelah melalui beberapa pemeriksaan akhirnya diketahui bahwa
anak kedua Bu Suci mengidap penyakit epilepsi. Hal itu dapat
dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini:
Orangtua mana tidak terkejut mendengar anaknya mengidap penyakit yang bagaimanapun juga bisa dikatakan jarang. Dari sekumpulan seratus orang belum tentu ada satu yang menderita sakit ayan. Itu bukan selesman, bukan demam, bukan sakit gigi. Anggapan semakin membikin kami berkecil hati. Dokter menyebutkan dengan nama lebih berbau medikal: epilepsi. Khalayak ramai menempatkannya sejajar dengan penyakit gila. Sama seperti mempunyai anak cacat, baik sejak lahir maupun karena kecelakaan pada masa pertumbuhannya. Orang membicarakan yang bersangkutan tidak secara terang-terangan, melainkan dengan bisik-bisik suara rendah, disertai rasa kasihan berlebihan atau cemoohan. Pendek kata, segalanya serba tersembunyi dan tertutup (Dini, 2005: 48-49).
Persoalan yang menonjol pada 1.1.8 yaitu terkejut. Bu
Suci dan suaminya merasa terkejut terhadap penyakit yang diderita
oleh anak keduanya. Mereka takut jika setelah orang banyak
mengetahui penyakit anaknya, orang-orang itu membicarakan
anaknya secara diam-diam.
1.1.9 Waskito akhirnya kembali bersekolah. Hal itu dapat dibuktikan
dengan beberapa kutipan di bawah ini:
Kemudian aku kembali mengajar. Sewaktu masuk kelas, selayang pandang kulirikkan mata ke semua penjuru. Ada wajah baru! Dia duduk di deretan bangku ketiga dari kiri, di tengah. Seketika itu juga aku mengenal raut muka dan sikapnya. Dia mirip kakeknya. Garis-garis hidung, mata serta bibir sangat keras. Dalam keadaan diam demikian, dia nampak sombong, angkuh (Dini, 2005: 53).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Persoalan yang menonjol pada 1.1.9 yaitu pertemuan.
Akhirnya Bu Suci bertemu dengan Waskito setelah beberapa hari
tidak masuk sekolah, akhirnya Waskito kembali bersekolah lagi.
e. Bagian Kelima
Bagian ini mengisahkan tentang bagaimana akhirnya Bu
Suci mengetahui cara untuk mendekati Waskito. Bu Suci
memahami apa yang disukai Waskito dengan meminta bantuan
sesama rekan guru dan mengamati gerak-gerik anak tersebut.
Meskipun ternyata dengan cara tersebut sikap Waskito belum
benar-benar berubah.
Hal itu dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini:
1.1.10 Bu Suci meminta bantuan salah satu rekan guru untuk ikut
membantu mengamati Waskito. Ternyata cara untuk mendekati
Waskito adalah dengan membicarakan hal-hal yang dia sukai.
Dengan begitu, maka Waskito akan memiliki perhatian yang lebih
terhadap orang yang peduli pada kegemarannya. Hal itu dapat
dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini:
Dia memberitahukan kepadaku bahwa Waskito mengenal cerita-cerita wayang dengan baik. Bahkan sangat baik dipandang umurnya yang begitu muda. Anak itu mempunyai buku-buku komik wayang yang cukup mendidik. Katanya, ketika tinggal bersama kakek dan neneknya, dia sering dibawa menonton pertunjukan Wayang Wong. Yang lebih mengherankan guru itu ialah Waskito juga menyukai gamelan. Dan kawanku menambahkan, sejak Waskito sering diajak berbicara mengenai wayang, perhatiannya kepada pelajaran Agama lebih besar. Dia bertanya mengapa murid harus dapat mengaji, apakah tidak cukup dengan berdoa dalam bahasa yang diketahuinya saja. Rupa-rupanya, karena kawanku itu mau mempedulikan kegemaran Waskito, maka dia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
berhasil memecah kekauan sifat murid sukarku itu. Perbincangan mengenai kesenian telah menyentuh perasaannya. Agama dan kepekaan keindahan memang biasanya berjalan sejajar (Dini, 2005: 63-64).
Persoalan yang menonjol pada 1.1.10 yaitu jawaban. Bu
Suci mengetahui bagaimana cara mendekatkan diri dengan
Waskito. Yaitu dengan memperhatikan apa kesukaan anak tersebut,
maka Waskito akan memiliki perhatian yang lebih kepada orang
yang juga memperhatikan apa yang dia sukai.
1.1.11 Bu Suci mengamati bahwa Waskito menyukai hal-hal yang
berkaitan dengan keterampilan tangan. Hal itu terlihat setiap kali
sekolah mengadakan pelajaran yang langsung turun ke lapangan.
Ketika di pabrik, Waskito selalu menanyakan hal-hal yang
berkaitan dengan alat-alat pembuatan. Hal itu dapat dibuktikan
dengan beberapa kutipan di bawah ini:
Aku sendiri pernah mengantar kelasku ke pabrik-pabrik makanan. Kuperhatikan, di antara benda-benda yang menarik murid sukarku, alat pembikinnyalah yang lebih diutamakan. Di luar dugaanku, dalam kunjungan-kunjungan semacam itu, Waskito menjadi kurang ragu-ragu. Dia tidak malu bertanya langsung kepada pengantar yang menyambut serta menemani kami sambil memberi penjelasan. Selama satu bulan bersama kami, dia tak pernah membolos dan selalu turut keluar. Karena kesempatan-kesempatan yang terguguh dan kekurangan guru, untuk semantara Kepala Sekolah mengizinkan kami mengadakan kunjungan demikian sesering mungkin. Meskipun biasanya terjun ke lapangan dijadwalkan sebulan satu kali di sekolah kami. Guru-guru hanya diharuskan mengikuti program semestinya sehingga tidak akan terlambat di akhir tahun (Dini, 2005: 64―65).
Persoalan yang menonjol pada 1.1.11 yaitu cara. Bu Suci
memiliki cara untuk mendekati Waskito. Yaitu dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
memberikan tugas keterampilan dalam membuat bejana. Sebab
Waskito terlihat tertarik terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
pekerjaan tangan.
1.1.12 Waskito mengamuk di kelas dengan menodongkan gunting. Bu
Suci dan rekan guru segera ke kelas dan mencoba menghentikan
kelakuan Waskito sebelum ada korban. Hal itu dapat dibuktikan
dengan beberapa kutipan di bawah ini:
Aku ketinggalan, kehilangan nafas sempat bertanya kepada murid si pembawa berita:
“Mengapa begitu? Apa yang menyebabkan dia marah? Kalian bertengkar?”
“Tidak, Bu! Bantah anak itu keras. “Dia tidak mau keluar istirahat. Wahyudi dan beberapa kawan mau menemaninya, juga tidak keluar. Tadinya saya ikut-ikut, tapi hanya sebentar terus keluar. Tidak tahu lagi apa yang terjadi! Saya kembali dari kamar kecil, dari jauh terdengar Waskito berteriak-teriak seperti dulu! Betul sama, Bu! Katanya: aku benci! Aku benci kalian semua! Saya masuk kelas, Waskito menodongkan gunting! Entah dari mana! Begitu tiba-tiba, saya berbalik, lari ke kantor!”
Aku desak kerumunan murid yang menonton di pintu. Kulihat Kepala Sekolah maju sambil membentak dan menghardik para penonton. Waskiti berdiri di muka kelas, membelakangi deretan bangku-bangku. Memang dia memegang gunting, tapi tidak terbuka (Dini, 2005: 67―68).
Persoalan yang menonjol pada 1.1.12 yaitu terkejut. Bu
Suci tidak menyangka bahwa Waskito akan mengamuk di depan
kelas dengan memegang guntingdan korek yang menyala. Padahal
beberapa bulan sebelumnya, semua berjalan baik-baik saja.
f. Bagian Keenam
Bagian ini mengisahkan tentang keberhasilan Bu Suci
dalam menenangkan Waskito dan mengambil hati Waskito
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
sehingga Waskito mau menjawab sediki-sedikit pertanyaan dari Bu
Suci. Meskipun kadang-kadang Waskito masih sulit untuk
mengendalikan dirinya. Namun lama-kelamaan hal tersebut dapat
diatasinya. Hal itu dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan di
bawah ini:
1.1.13 Bu Suci sudah lebih santai dalam menghadapi Waskito. Bu Suci
sering melakukan percakapan-percakapan kecil saat jam istirahat.
Hal ini membuat Waskito mau menjawab sedikit-sedikit
pertanyaan
Kesantaianku menghadapi murid sukarku sampai pada pertanyaan mengenai keluarganya. Apa kabar Nenek? Kuceritakan sedikit pertemuanku dengan pasangan suami-isteri tua itu. Aku bahkan mengatakan bahwa neneknya menangis terharu ketika mengingati Waskito hampir member dia tanaman bunga soka. Kutanyakan apakah dia sering bertemu dengan Nenek? Tidak, jawabnya. Dia sendiri jarang keluar kecuali ke sekolah, karena seringkali dia harus mengawasi anak-anak Bu De. Nenek berkunjung ke rumah Bu De, tetapi tidak sering. Kutanyakan lagi apakah ibunya sering datang? Ya, kalau Ibu memang sering datang meskipun Bu De tidak menyukai hal itu (Dini, 2005: 75).
Persoalan yang menonjol pada 1.1.13 yaitu nyaman.
Waskito sudah mulai merasa nyaman dengan Bu Suci maka dia
sudah mau menjawab beberapa pertanyan dari Bu Suci walaupun
hanya sedikit-sedikit.
1.1.14 Waskito marah karena tanamannya dianggap kurang subur oleh
teman-temannya. Pot-pot tanaman dirusak dan diinjak-injak di
depan kelas. Hal itu dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan di
bawah ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Dalam tanya jawab yang kupaksakan itu dia mengaku bahwa dia marah karena kawan-kawannya mengejek tanamannya yang kurang subur, kalah dari tunas-tunas lain (Dini, 2005: 83).
Persoalan yang menonjol pada 1.1.14 yaitu marah.
Waskito marah mendengar ejekan teman-temannya yang
menganggap bahwa tanamannya kurang subur.
1.1.15 Usaha Bu Suci tidak sia-sia, setelah kejadian pot tanaman itu,
Waskito kini menjadi anak yang lebih terbuka. Nilai-nilai dalam
rapornya juga mengalami kemajuan. Hal ini membuat Waskito
masuk ke dalam daftar siswa pandai di kelas Bu Suci. Hal itu dapat
dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini:
Kejadian hari itu merupakan tambahan yang melengkapi pertemuan hati Waskito dan hatiku. Untuk selanjutnya, kami lebih terbuka berunding dan berbincang,baik berduaan maupun di hadapan orang lain.
Rapor berikutnya berisi angka-angka normal. Untuk menghadiahi usaha kerasnya yang berhasil meraih tempat sebagai murid “biasa”, pada waktu liburan Waskito kami bawa menengok kota kecil kami Purwodadi. Dia diajak suamiku memancing sepuas-puas hatinya. Dan aku tidak menyesal memenuhi janjiku itu terlalu kini, karena sekembali dari liburan, kuperhatikan dia semakin berubah. Seolah-olah dia bertekad untuk menjadi murid yang lebih dari biasa saja. Untuk seterusnya dia selalu terdaftar ke dalam baris anak-anak yang pandai di kelasku.
Akhir tahun pelajaran, Waskito naik kelas (Dini, 2005: 85).
Persoalan yang menonjol pada 1.1.15 yaitu hasil. Setelah
beberapa kali mendapat kejutan dari sikap Waskito yang tidak
terduga. Kerja keras Bu Suci dalam mempertahankan Waskito
tidak sia-sia. Dengan usaha dan keyakinan yang besar, akhirnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Waskito menjadi anak yang berprestasi dan memiliki sikap yang
baik.
Berdasarkan hasil analisis tema pada enam bagian dalam novel
Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini, berikut ini penulis akan
mengklasifikasikan langkah-langkah menemukan tema dalam novel ini,
yaitu:
a. Persoalan yang Menonjol
Persoalan yang menonjol dalam novel ini adalah pertemuan Bu
Suci dengan Waskito yang dianggap sebagai murid “jahat” oleh teman-
temannya. Waskito merupakan murid sukar yang memiliki latar
belakang keluarga yang tidak memberikan perhatian dan kasih sayang
kepadanya. Hal ini menyebabkan Bu Suci memiliki perhatian khusus
pada muridnya itu. Bu Suci berusaha keras membantu Waskito agar ia
kembali menjadi anak yang baik dalam perilaku sehari-hari dan dalam
meningkatkan nilai akademiknya.
Berikut ini kutipan yang mendukung persoalan yang menonjol
dalam novel ini, yaitu (1.1.1), (1.1.4), (1.1.6), (1.1.9), (1.1.10),
(1.1.11), (1.1.12), (1.1.13), (1.1.14), (1.1.15).
b. Persoalan yang Menimbulkan Konflik
Pada persoalan yang menimbulkan konflik dalam novel ini adalah
konflik batin yang dialami Bu Suci yang berhubungan dengan keluarga
dan muridnya. Ketika Bu Suci kembali mengajar ternyata anak
keduanya menderita penyakit epilepsi yang membuat hatinya terpukul.
Lalu pada saat yang bersamaan, Bu Suci baru mengetahui bahwa di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
kelas yang menjadi tanggung jawabnya terdapat satu murid sukar yang
bernama Waskito. Kedua hal itu menyebabkan dilema bagi Bu Suci,
harus mementingkan kesehatan anaknya ataukah menolong murid
sukarnya agar bisa memperbaiki sikapnya.
Berikut ini yang mendukung persoalan yang menimbulkan konflik
dalam novel ini yaitu (1.1.2), (1.1.3), (1.1.7), (1.1.8), (1.1.5).
c. Kesimpulan Tema
Secara keseluruhan dapat disimpulkan tema yang terkandung
dalam novel ini adalah cinta. Cinta yang dimiliki oleh Bu Suci
menjadikan ia wajib melaksanakan kewajibannya sebagai guru dan
seorang ibu. Ia tidak memilih salah satu antara murid dan anaknya,
tetapi berani menjalankan tugasnya sebagai guru dan ibu secara
bersamaan.
2. Analisis Amanat Menggunakan Metode Inkuiri
Novel Pertemuan Dua Hati dibagi atas enam bagian. Pada setiap
bagian peneliti akan memaparkan analisis amanat yang terdapat dalam
novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini.
Moral merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh pengarang
kepada pembaca, merupakan makna yang terkandung dalam sebuah karya
(Nurgiyantoro, 1995: 321). Moral dan tema dipandang memiliki kemiripan
karena keduanya merupakan sesuatu yang terkandung dalam novel. Moral
dalam karya sastra dapat dipandang sebagai amanat, pesan, message.
Amanat dalam cerita, menurut Kenny (via Nurgiyantoro, 1995: 322)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
dimaksudakan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral
tertentu yang bersifat praktis. Secara umum, moral mengarah pada
pengertian tentang ajaran baik-buruk yang diterima umum mengenai
perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya; akhlak, budi pekerti, susila
(Depdiknas, 2005).
Karya sastra yang mengandung tema sesungguhnya merupakan suatu
penafsiran atau pemikiran tentang kehidupan. Permasalahan yang
terkandung di dalam tema atau topik cerita adakalanya diselesaikan secara
positif (happy ending). Amanat terdapat pada sebuah karya sastra secara
implisit ataupun secara eksplisit. Implisit, jika jalan keluar ajaran moral itu
disiratkan dalam tingkah lau tokoh menjelang cerita akhir (Sudjiman,
1988: 57). Eksplisit, jika pengarang pada tengah atau akhir cerita
menyampaikan seruan, saran, peringatan, nasihat, anjuran, larangan, dan
sebagainya, berkenaan dengan gagasan yang mendasari cerita itu
(Sudjiman, 1988: 57-58).
Berikut ini akan dianalisis amanat dalam novel Pertemuan Dua Hati,
untuk mempermudah proses analisis amanat, penulis membaginya ke
dalam beberapa bagian seperti berikut.
a. Bagian Pertama
Bagian ini mengisahkan tentang kepindahan keluarga Bu
Suci karena suaminya dipindah tugaskan ke Semarang. Hal itu
menyebabkan Bu Suci meninggalkan pekerjaan lamanya di
Purwodadi. Meskipun harus pindah, Bu Suci gembira terhadap
kenaikan pangkat suaminya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Hal itu dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini:
2.1.1 Bu Suci dan keluarganya pindah dari Purwodadi ke Semarang.
Mereka mengontrak satu rumah untuk ditinggali oleh mereka
sekeluarga. Rumah itu terlihat paling cocok dengan selera Bu Suci
dan sesuai dengan dana yang mereka miliki. Hal itu dapat
dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini:
Rumah yang dikontrak suamiku besar. Terlalu besar kelihatannya dari luar bagi kami berlima.
Tetapi begitu orang masuk, berulah ketahuan bahwa sebenarnya kamarnya hanya dua. Bentuk ruang tengah memangjang, sehingga member kesan bahwa rumah itu luas. Meskipun cukup lama mencari, itulah satu-satunya tempat bernanung yang dikira suamiku paling sesuai dengan cita-rasaku. Apalagi harus pula memperhitungkan jumlah uang yang tersedia guna keperluan tersebut. Yang paling penting, kamar mandi, sumur, dan kamar kecil ada di dalamnya. (Dini, 2005: 9).
Amanat secara eksplisit pada bagian 2.1.1 yaitu
belanjakan uang kita sesuai dengan kebutuhan. Tidak perlu muluk-
muluk dalam membeli sesuatu, namun harus dilandasi dengan
seberapa besar dana yang kita miliki.
2.1.2 Bu Suci menggunakan lingkungan sebagai tempat belajar anak-
anaknya. Salah satunya adalah pasar. Di pasar Bu Suci menjelaskan
bermacam-macam binatang ternak yang diperjualbelikan. Hal itu
dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini:
Aku menyadari bahwa letak pasar itu sangat bermanfaat. Baik bagi orang yang mau berbelanja maupun bagi pengamat biasa. Seringkali kuberhenti di sana pada hari-hari pasaran hewan. Kalau kebetulan aku berada di sana, kuberikan kata-kata tambahan seperlunya pada percakapan mereka mengenai ternak itu (Dini, 2005: 17).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Amanat secara implisit pada bagian 2.1.2 yaitu lingkungan
dan alam sekitar kita merupakan tempat belajar yang paling baik.
Sebab kita dapat melihat dan mempelajari berbagai hal secara
langsung.
2.1.3 Setelah pindah ke Semarang, anak kedua Bu Suci tiba-tiba sakit.
Dia sering demam tinggi dan mengalami kejang-kejang. Kemudian
Bu Suci dan suaminya memeriksakannya ke dokter perusahaan.
Hal itu dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini:
Aku sangat prihatin. Dokter perusahaan tidak memberi penjelasan lain. Tetapi melihat caranya memriksa seluruh badan anakku, diulangi pertanyaan-pertanyaan mengenai demam dan kekejangannya. Hatiku merasa bahwa dokter mempunyai sesuatu pikiran yang tidak dikatakannya kepada kami berdua. Namun di samping itu, aku percaya, bahwa Tuhan selalu mendengarkan dan memperhatikan yang mencintaiNya. Semoga dia memberi kekuatan kepadaku, dan melimpahkan kesejahteraan kepada keluargaku. Dengan kepercayaan serta keyakinan ini aku akan mulai bekerja kembali (Dini, 2005: 21).
Amanat secara eksplisit pada 2.1.3 yaitu berdoalah selalu
kepada Tuhan. Sebab Tuhan pasti akan menolong dan
mendengarkan doa-doa umatnya.
b. Bagian Kedua
Bagian ini mengisahkan tentang Bu Suci yang sudah
kembali mengajar di sekolah. Di sekolah ini, Bu Suci menemukan
seorang murid sukar yang belum pernah dijumpai sewaktu ia
mengajar selama sepuluh tahun di Purwodadi.
Hal itu dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
2.1.4 Setelah Bu Suci kembali mengajar, Bu Suci tahu bahwa ada murid
sukar di kelasnya. Murid ini tidak disukai oleh teman-teman
sekelasnya. Lalu Bu Suci mencoba mencari tahu perihal murid
sukarnya itu kepada Kepala Sekolah dan rekan-rekan guru. Hal itu
dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini:
Waskito memang dianggap sebagai anak yang tidak tetap, atau labil. Sifatnya selalu berubah. Selama tiga hari berturut-turut dia mungkin menunjukkan sikap tiga macam. Keterlibatannya di dalam kelas demikian pula. Kepala Sekolah konon masih berharap agar Waskito tidak dimasukkan golongan murid sukar. Selama ini persoalannya tidak diremehkan. Hanya saja, masih ditunggu perkembangan berikutnya. Siapa tahu, barangkali murid itu tidak kembali lagi ke sekolah kami! Tentu saja ini harapan pengecut! Tetapi memang begitulah yang sebenarnya. Masing-masing guru sudah terlalu sibuk mengurusi diri dan keluarganya. Di samping mengajar di SD, kebanyakan mempunyai kerja sampingan lain yang memungkinkan mereka mendapat tambahan penghasilan. Buat apa repot-repot mengurus anak sukar yang bukan saudara dan bukan kawan! Tugas pendidik memang bagus dan merupakan tujuan cita-cita. Namun zaman yang berobah cepat menuntut cara dan biaya hidup sedemikian menantang rakyat rendahan, termasuk pegawai negeri setingkat guru SD (Dini, 2005: 30-31).
Amanat secara implisit pada bagian 2.1.4 yaitu dalam
melakukan suatu pekerjaan bukan semata-mata hanya untuk
mendapatkan uang saja. Namun harus disertai dedikasi dan
kesungguhan yang tinggi dalam menjalankannya. Agar hak dan
kewajiban menjadi seimbang.
2.1.5 Pihak sekolah mengirimkan surat menanyakan mengapa Waskito
tidak masuk, sedangkan Bu Suci mengirimkan surat pribadi
terhadap nenek Waskito dan mengatakan ingin berkenalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
dengannya. Hal itu dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan di
bawah ini:
Perbincangan dengan para guru menghasilkan dua keputusan. Dari pihak sekolah, akan dikirim surat menanyakan mengapa Waskito selama ini tidak masuk. Dari pihakku sendiri, akan kukirimkan surat kepada si Nenek. Isinya sangat pribadi, mengatakan keinginanku berkenalan. Aku ingin menunjukkan turut berprihatin mengenai cucu sulungnya. Aku tidak yakin apakah ini berguna bagi perkembangan Waskito selanjutnya. Yang jelas, aku wajib mencoba melakukan pendekatan terhadap murid kelasku. Keseimbangan dan ketenangan kelas yang menjadi tanggung jawabku sangat mempengaruhi karirku. Di samping itu, kedudukanku sebagai ibu rumah tangga hanya dapat kujalankan dengan baik jika aku tidak menemukan kesulitan di lapangan kerjaku. Keduanya saling berkaitan. Satu dan lainnya harus sejajajr dan seimbang supaya hatiku tenteram (Dini, 2005: 33).
Amanat secara eksplisit pada bagian 2.1.5 yaitu sebagai
guru yang profesional, sudah seharusnya kita mengenal dan
mengetahui bagaimana latar belakang keluarga siswa kita.
c. Bagian Ketiga
Bagian ini menceritakan tentang bagaimana Bu Suci
mencari informasi mengenai Waskito kepada nenek Waskito.
Meskipun pada saat yang bersamaan, kondisi anak kedua Bu Suci
juga masih memerlukan pemeriksaan yang intensif. Bu Suci
berusaha menjalankan perannya sebagai guru dan juga sebagai
seorang ibu.
Hal itu dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini:
2.1.6 Waskito tumbuh dalam keluarga yang kurang memberikan
perhatian kepadanya. Orangtuanya selalu memberikan apa saja
yang diinginkan oleh Waskito, namun tidak memberikan kasih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
sayang dan perhatian yang sebenarnya diperlukan oleh Waskito.
Hal itu dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini:
Semua kemauan si anak dituruti katanya kerena cinta dan sayang kepada anak. Aku sependat dengan nenek Waskito bahwa bukan kecintaan ataupun kesayangan melainkan kelemahan. Anak-anak harus diajar berdisiplin atau keteraturan dalam hidup sehari-hari. Ini akan memberi pengaruh besar dalam cara berpikirnya kelak pada umur dewasa (Dini, 2005: -38).
Amanat secara eksplisit pada bagian 2.1.6 yaitu memenuhi
semua keinginan anak bukanlah sikap yang baik. Anak juga perlu
diajarkan sikap disiplin yang akan membuat hidupnya menjadi
teratur.
2.1.7 Bu Suci mengambil keputusan untuk tetap membantu murid
sukarnya yaitu Waskito dan memeriksakan anak keduanya yang
sedang sakit. Hal itu dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan di
bawah ini:
Anak dan murid. Bukan anak atau murid. Ya, akhirnya itulah yang harus kupilih: kedua-duanya. Aku ingin, dan aku minta kepada Tuhan, agar diberi kesempatan mencoba mencakup tugasku di dua bidang. Sebagai ibu dan sebagai guru. Dengan pertolonganNya, pastilah aku akan berhasil. Karena Dia mahabisa dalam segala-galanya.
Sebelum kembali tidur, aku hendak langsung berhadapan dengan Dia. Aku melakukan sembahyang Tahajud untuk mencari jalan terang (Dini, 2005: 47).
Amanat secara eksplisit pada bagian 2.1.7 yaitu sebagai
seorang guru, kita berkewajiban untuk menolong murid yang
membutuhkan bantuan kita namun tidak meninggalkan peran kita
dalam keluarga. Kita tidak dapat memilih salah satu, sebab
semuanya merupakan kewajiban yang harus dipenuhi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
d. Bagian Keempat
Bagian ini mengisahkan tentang penyakit apa yang
sebenarnya diderita oleh anak kedua Bu Suci dan kembalinya
Waskito ke sekolah. Hal itu dapat dibuktikan dengan beberapa
kutipan di bawah ini:
2.1.8 Bu Suci dan suami prihatin terhadap penyakit yang diderita anak
keduanya. Namun mereka tetap bersyukur karena penyakit anaknya
diketahui ketika mereka sudah pindah ke Semarang. dengan
perawatan dan pemeriksaan yang intensif maka penyakit anak
keduanya dapat disembuhkan. Hal itu dapat dibuktikan dengan
beberapa kutipan di bawah ini:
Disertai keprihatinan yang besar, sabar dan tekun kami mengikuti nasihat Dokter. Di samping itu kami menyadari bahwa kesedihan tidak perlu dibesar-besarkan, tidak perlu direntang-panjangkan hingga berlarut-larut. Kami justru harus bersyukur, karena penyakit anak kami diketahui pada waktu ini. Sekarang kami tinggal di Semarang. Di kota besar kami mendapatkan kemudahan serta kemungkinan-kemungkinan perawatan. Dokter juga menceritakan, bahwa lima belas tahun yang lalu, bahkan di luar negeri pun, orang-orang masih sukar diinsafkan bahwa epilepsi adalah penyakit yang dapat disembuhkan (Dini, 2005: 50).
Amanat secara eksplisit pada bagian 2.1.8 yaitu patuhilah
nasihat dan perintah dokter ketika kita sedang sakit. Sebab dokter
merupakan tenaga medis yang sudah ahli dalam bidang kesehatan.
2.1.9 Ketika Bu Suci kembali mengajar setelah beberapa hari harus
memeriksakan anak keduanya. Ternyata Waskito juga sudah
kembali bersekolah lagi. Pada pertemuan pertama mereka, Bu Suci
sedang memindahkan tempat duduk murid-muridnya agar berganti-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
ganti teman. Hal itu dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan di
bawah ini:
Aku mulai hafal nama isi kelasku. Sejak mulai mengajar, aku mempunyai cara supaya muridku tidak sling menggantungkan diri pada tetangga sebelahnya. Sekali-sekali, tanpa pemberitahuan aku menyuruh mereka ganti bangku. Ada anak yang terlalu lemah dan mudah terpengaruh oleh teman yang duduk berdekatan. Kalau terlalu lama berdampingan, anak itu akan menjadi bayangan teman sebangkunya. Belum tentu pegaruh iru membuat kebaikan. Dengan perpindahan ini aku mengharapkan memiliki kelas yang berpribadi. Aku ingin memiliki murid yang kelak menjadi manusia yang beridiri sendiri. Kepercayaan kapada diri sendiri juga merupakan keteguhan yang sangat penting dalam pengajaran.
Hari itu aku menyuruh murid-muridku berpindah tempat. Meskipun itu adalah yang pertama kalinya kutrapkan di sekolahku yang baru, tetapi anak didikku sekelas hanya menunjukkan rasa keheranan yang lemah. Barangkali mereka terlalu lega melihatku kembali mengajar setelah berhari-hari muncul secara sekilas-sekilas.
Semua menurut, berpindah ke bangk-bangku yang kutunjuk. Ketika sampai pada giliran Waskito, dia membantah:
“Tidak, Bu! Saya di sini saja!” Meskipun aku sudah mengira dan bersiap-siap akan
menerima sanggahan dari murid itu, namun aku agak terperajat mendengar jawabannya. Kutahan diriku supaya tetap bersikap tidak mengacuhkan, sambil lalu melemparkan pertanyaan:
“Mengapa?” Dan langsung kuteruskan mengatur anak-anak yang
lain (Dini, 2005: 53−54). Amanat secara eksplisit pada bagian 2.1.9 yaitu dengan
berganti teman yang berdekatan akan membuat siswa
lebih percaya diri dan tidak bergantung pada teman di
samping kanan-kirinya. Dengan begitu, kemungkinan
terpengaruh menjadi kecil. Selain itu, dengan berpindah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
tempat duduk maka siswa akan saling mengenal satu sama
lain teman satu kelasnya.
e. Bagian Kelima
Bagian ini mengisahkan tentang bagaimana akhirnya Bu
Suci mengetahui cara untuk mendekati Waskito. Bu Suci
memahami apa yang disukai Waskito dengan meminta bantuan
sesama rekan guru dan mengamati gerak-gerik anak tersebut.
Meskipun ternyata dengan cara tersebut sikap Waskito belum
benar-benar berubah.
Hal itu dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini:
2.1.10 Waskito menyukai hal-hal yang berhubungan dengan keterampilan
tangan, begitu juga dengan sebagian besar murid di kelas Bu Suci.
Oleh karena itu, Bu Suci memberikan tugas membuat bejana
sederhana kepada murid-muridnya. Hal itu dapat dibuktikan
dengan beberapa kutipan di bawah ini:
Karena kulihat bukan hanya Waskito yang tertarik pada peralatan pabrik rakyat tersebut, maka aku merencanakan menunjukkan teori bejana berhubungan di kelasku. Kubentuk kelompok-kelompok untuk bekerja bersama. Setelah kugambar modelnya di papan tulis, kupaparkan keterangannya sesuai dengan kemampuan pengertian anak-anak kelas empat, setiap kelompok kuberi tugas membikin alat yang sama (Dini: 2005: 65).
Amanat secara eksplisit pada bagian 2.1.10 yaitu sebagai
guru harus pintar mencari akal agar anak-anak tertarik terhadap
pelajaran. Dengan begitu, anak-anak akan menjadi lebih dekat dan
terbuka terhadap guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
2.1.11 Setelah tiga bulan berjalan, tiba-tiba Waskito mengamuk di depan
kelas. Hal ini menyebabkan banyak rekan guru mengusulkan agar
Waskito di keluarkan saja. Namun, Bu Suci tetap berkeras hati
mempertahankan muridnya itu. Hal ini dapat dibuktikan dengan
beberapa kutipan di bawah ini:
Peristiwa itu mengoncangkan kepercayaan sekolah kepada Waskito. Terus terang banyak rekan guru yang mengusulkan agar murid itu dikeluarkan saja. Tingkat kenakalan sudah terlampaui. Sekarang sudah sampai pada taraf membahayakan. Kami rapat lama merundingkan dia. Hari itu kami tiba di kelas hanya melihat permainan gunting. Sedangkan menurut murid-murid lain, sebelum Kepala Sekolah dan aku datang, Waskito melempar-lemparkan korek api yang telah dinyalakan ke segala penjuru.
Dengan susah payah aku mempertahankan muridku. Para rekan yang menginginkan pengeluaran Waskito ternyata lebih banyak dari yang mendukungku. Tetapi aku bersitahan (Dini, 2005: 69).
Amanat secara eksplisit pada bagian 2.1.11 yaitu
mempertahankan murid bermasalah sama dengan menolongnya
untuk berubah menjadi lebih baik. Sebab setiap murid berhak
diberi kesempatan untuk memperbaiki sikap.
2.1.12 Sebagai guru Bu Suci sadar bahwa tugas seorang guru tidak hanya
mengajar namun juga membantu murid-murid sukar seperti
Waskito agar dapat berubah menjadi lebih baik. Hal ini dapat
dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini:
“Kalau setiap kali dia marah, kita yang menanggung akibatnya, kita menjadi korbannya, itu tidak adil! Tidak termasuk dalam program maupun kurikulum! Tugas kita mengajar!”
“Berbicara mengenai tugas”, ucapku menyela, karena terlalu bersenang hati mendapat kesempatan mengutarakan isi hatiku mengenai pendidikan. “Saya kira
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
tugas kita juga termasuk menolong murid-murid sukar. Selama hampir tiga bulan, ya hampir tiga bulan sekarang saya bertanggung-jawab akan kelas dan murid ini, saya merasa mulai mengenal dan mengerti dia. Barangkali dia juga demikian terhadap saya. Tetapi kami berdua masih memerlukan waktu lagi” (Dini, 2005: 69).
Amanat secara eksplisit 2.1.12 yaitu tugas seorang guru
tidak hanya mengajar dan memberikan pengetahuan tentang
pelajaran tertentu kepada muridnya. Namun juga mengenal dan
memahami murid-muridnya.
f. Bagian Keenam
Bagian ini mengisahkan tentang keberhasilan Bu Suci
dalam menenangkan Waskito dan mengambil hati Waskito
sehingga Waskito mau menjawab sediki-sedikit pertanyaan dari Bu
Suci. Meskipun kadang-kadang Waskito masih sulit untuk
mengendalikan dirinya. Namun lama-kelamaan hal tersebut dapat
diatasinya. Hal itu dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan di
bawah ini:
2.1.13 Kejadian Waskito mengamuk di depan kelas membuat Bu Suci
mengawasi murid-muridnya secara intensif. Hal itu dapat
dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini:
Sejak kejadian yang disebut “kecelakaan” oleh murid-muridku itu, di waktu istirahat aku lebih sering berada di dalam kelas. Kesibukan selalu ada. Selain kerja sambilan sulaman atau menolong anak-anak dalam keterampilan mereka, tidak jarang aku menyiapkan pelajaran yang termasuk program. PR biasanya kami periksa bersama-sama. Tetapi sesudahnya, buku murid kuminta supaya dikumpulkan. Aku memberi nilai kerapian mereka. Dengan demikian anak didikku merasa dikendalikan karena selalu kuteliti buku-bukunya. Aku mengharapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
menanamkan disiplin kerapian dan kebersihan di samping ketekunan mengerjakan pekerjaan (Dini, 2005: 73).
Amanat secara eksplisit pada bagian 2.1.13 yaitu sebagai
seorang guru kita harus mengawasi murid-murid kita. Sebab baik
tidaknya sikap serta nilai mereka merupakan tanggung jawab kita
sebagai guru.
2.1.14 Berkat beberapa pancingan pertanyaan dari Bu Suci akhirnya
Waskito menceritakan ke mana dia pergi ketika membolos.
Waskito juga bercerita bahwa ia melakukan hal itu karena
orangtuanya melarangnya memancing tanpa memberikan alasan
yang jelas. Hal itu dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan di
bawah ini:
Pada kesempatan lain, aku berhasil mengetahui apa yang telah dikerjakannya ketika ia membolos selama sepekan penuh. Katanya dia memancing di Banjirkanal! Dia gemar sekali memancing. Kalau hari-hari Minggu atau liburan ia meminta izin kepada orangtuanya selalu ditolak. Sebab itu dia tidak minta izin lagi!
“Mengapa tidak diperbolehkan?” “Tidak tahu!” sahut murid sukarku. “Mereka tidak menerangkan alasan larangan itu?” “Tidak!” Menurut pendapatku, tindakan itu aneh. Biasanya
apabila sesuatu perbuatan tidak disetujui, harus dijelaskan sebab-sebabnya. Kecuali jika anak itu telah berkali-kali berbuat kesalahan dengan menerjang larangan yang sama itu, maka orangtua berkata: tidak! Tanpa ada komentar lainnya (Dini, 2005: 77).
Amanat secara eksplisit pada bagian 2.1.14 yaitu sebagai
orangtua kita harus memberikan alasan yang jelas kepada anak kita
mengapa beberapa tindakan tidak boleh dilakukan. Dengan begitu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
anak kita akan tumbuh sebagai manusia yang mengerti mana yang
baik dan mana yang tidak baik.
2.1.15 Setelah Bu Suci merasa sudah dekat dengan Waskito dan
menganggap bahwa Waskito sudah berubah dan tidak perlu diawasi
lagi. Ternyata Tuhan berkata lain, Waskito mengamuk lagi dan
menginjak-injak pot tanaman dalam pelajaran keterampilan. Hal ini
dapat dibuktikan dengan kutipan di bawah ini:
Ejekan kelakar itu diterimanya dengan cara terlalu serius. Perlahan dan sejelas mungkin aku berusaha menerangkan tentang sikap anak-anak yang bermaksud bergurau. Begitulah caranya hidup bersama-sama, berkelompok dengan orang lain. Di rumah Bu De-nya dia mau mengalah dan menerima perlakuan saudara-saudara sepupunya. Di kelas sama saja, kadang-kadang bermain-main dan semua setuju. Tetapi di lain waktu berselisih karena tidak sependapat. Namun demikian tidak perlu disertai perkelahian. Berbantah atau berdebat tidak ada jeleknya. Itu bahkan menunjukkan bahwa pikiran kita terus berjalan. Kalau hati kesal, harus berusaha mengendalikan diri (Dini, 2005: 83).
Amanat secara eksplisit pada bagian 2.1.15 yaitu hidup
bersama-sama dengan orang lain pastilah akan menimbulkan
pendapat yang berbeda-beda. Namun perbedaan itu tidak perlu
disertai dengan perkelahian. Jika merasa kesal dengan seseorang
berusahalah mengendalikan diri sebaik mungkin.
2.1.16 Waskito mengamuk karena teman-temannya mengejek tanamannya
yang kurang subur. Bu Suci mendengarkan penjelasan Waskito
dengan baik dan memberikan nasihat. Hal itu dapat dibuktikan
dengan beberapa kutipan di bawah ini:
“Tidak ada orang yang baik atau pandai atau cekatan dalam segala-galanya. Kamu terampil dalam hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
pertukangan, otakmu cerdas meskipun pelajaranmu biasa-biasa saja. Bukankah itu sudah sangat mencukupi? Kalau memang kamu hendak membalas dendam terhadap teman-temanmu, tidak dengan cara membanting dan menginjak-injak tanaman mereka. Tekunilah pelajaranmu misalnya! Bejanamu di pasang di ruang keterampilan, dipergunakan sebagai contoh untuk kelas-kelas lain. Itulah prestasimu! Tunjukkan lain-lainnya! kalau memang kamu lemah dalam tumbuh-tumbuhan biji, itu bukan merupakan masalah. Cari sebab-sebabnya barangkali kurang air, atau kurang matahari. Anak seperti kamu tidak seharusnya cepat berputus-asa. Memalukan sekali!” (Dini, 2009: 84).
Amanat secara implisit pada bagian 2.1.16 yaitu ketika
seseorang member kritikan kepada kita, kita harus menerima dan
mencoba merefleksikannya. Dengan begitu kita mengetahui apa
kesalahan atau kelemahan kita dan mencoba untuk
memperbaikinya agar menjadi lebih baik.
2.1.17 Semenjak kejadian itu, Waskito memperlihatkan perubahan-
perubahan perilaku yang baik. Nilai-nilai rapornya pun ikut naik.
Bu Suci bahagia dapat menolong muridnya. Pada akhir tahun
pelajaran Waskito naik kelas. Hal itu dapat dibuktikan dengan
kutipan di bawah ini:
Dan aku tidak menyesal memenuhi janjiku itu terlalu dini, karena sekembali dari liburan, kuperhatikan dia semakin berubah. Seolah-olah dia bertekad untuk menjadi murid yang lebih dari biasa saja. Untuk seterusnya dia selalu terdaftar ke dalam baris anak-anak yang pandai di kelasku.
Akhir tahun pelajaran, Waskito naik kelas. Bu De-nya datang ke sekolah. Dia berterima kasih
kepada Kepala Sekolah, para guru, dan kepadaku sendiri. Aku menjawab bahwa aku gembira dapat menolong Waskito.
(Dini, 2005: 85).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Amanat secara eksplisit pada bagian 2.1.17 yaitu sebagai
guru, dapat memberikan pengetahuan dan melihat muridnya sukses
merupakan kepuasan tersendiri. Itu artinya sang guru sudah
berhasil memberikan bekal bagi muridnya di masa depan.
Berdasarkan hasil analisis amanat pada enam bagian dalam novel
Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini, berikut ini penulis akan
mengklasifikasikan langkah-langkah menemukan amanat dalam novel ini,
yaitu:
a. Amanat secara Implisit
Amanat secara implisit adalah jalan keluar ajaran moral
yang disiratkan dalam tingkah laku tokoh menjelang cerita akhir.
Amanat secara implisit dalam novel ini berisi ungkapan pesan
moral yang disampaikan pengarang secara tersirat melalui tingkah
laku tokoh dalam cerita.
Berikut ini kutipan yang mendukung amanat secara implisit
dalam novel ini, yaitu (2.1.2), (2.1.4), (2.1.16).
b. Amanat secara Eksplisit
Amanat secara eksplisit adalah pengarang pada tengah atau
akhir cerita menyampaikan seruan, saran, peringatan, nasihat,
anjuran, larangan, dan sebagainya, berkenaan dengan gagasan yang
mendasari cerita itu. Pesan moral yang disampaikan oleh
pengarang dijelaskan secara tersurat pada dialog atau narasi dalam
novel ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Berikut ini kutipan yang mendukung amanat secara
eksplisit dalam novel ini, yaitu (2.1.1), (2.1.3), (2.1.5), (2.1.6),
(2.1.7), (2.1.8), (2.1.8), (2.1.9), (2.1.10), (2.1.11), (2.1.12),
(2.1.13), (2.1.14), (2.1.15), (2.1.16), (2.1.17).
c. Kesimpulan Amanat
Berdasarkan hasil analisis amanat dengan menggunakan
metode inkuiri pada novel Pertemuan Dua Hati dapat disimpulkan
secara keseluruhan bahwa amanat dalam novel ini adalah setiap
usaha yang disertai dengan kerja keras dan doa tidak akan sia-sia.
Usaha itu akan membuahkan hasil yang juga setimpal dengan kerja
keras yang dikeluarkan.
d. Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan
merupakan gong-nya dalam pembelajaran. Untuk mencapai kesimpulan
yang akurat sebaiknya pendidik mampu menunjukkan kepada peserta
didik mana data yang relevan.
1. Siswa diminta untuk menarik kesimpulan berdasarkan hasil data yang
mereka temukan.
Kesimpulan dari implementasi metode inkuiri terhadap pembelajaran
tema dan amanat novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
1. Berdasarkan hasil analisis tema dengan metode inkuiri pada novel
novel Pertemuan Dua Hati dapat disimpulkan secara keseluruhan
bahwa tema dalam novel ini adalah cinta. Cinta yang dimiliki oleh
Bu Suci menjadikan ia wajib melaksanakan kewajibannya sebagai
guru dan seorang ibu. Ia tidak memilih salah satu antara murid dan
anaknya, tetapi berani menjalankan tugasnya sebagai guru dan ibu
secara bersamaan.
2. Berdasarkan hasil analisis amanat dengan metode inkuiri pada
novel novel Pertemuan Dua Hati dapat disimpulkan secara
keseluruhan bahwa amanat dalam novel ini setiap usaha yang
disertai dengan kerja keras doa tidak akan sia-sia. Usaha itu akan
membuahkan hasil yang juga setimpal dengan kerja keras yang
dikeluarkan.
C. Pembelajaran Tema dan Amanat dalam Pembelajaran Sastra
Dalam kurikulum satuan pendidikan, tujuan pembelajaran sastra di SMA
adalah untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menikmati,
menghayati, dan memahami karya sastra. Selain itu, pembelajaran sastra juga
berfungsi sebagai penghalusan budi, peningkatan rasa kemanusiaan dan
kepedulian sosial, penumbuhan apresiasi budaya, penyaluran gagasan,
penumbuhan imajinasi, serta peningkatan ekspresi secara kreatif dan
konstruktif.
Kurikulum satuan pendidikan (KTSP) memacu guru agar semakin kreatif
dan inovatif. Rancangan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
mandiri membuat guru berinovasi dengan berbagai metode dan media dalam
pembelajaran. Dengan begitu guru dapat merancang pembelajaran yang
kreatif. Salah satunya pembelajaran sastra dengan menggunakan novel
Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini. Media pembelajaran dengan
menggunakan novel dirasa efektif karena siswa akan mempelajari nilai-nilai
yang terkandung dalam novel yang diangkat dari kehidupan nyata. Secara
tidak langsung siswa pun belajar melalui pengalaman-pengalaman tokoh
dalam novel itu. Pembelajaran tema dan amanat dalam novel memberikan
pengalaman yang menarik bagi siswa karena siswa menemukan tema dan
amanat atau pesan moral yang terkandung dalam novel Pertemuan Dua Hati
tersebut.
Oleh karena itu, pemilihan metode dan media dalam pembelajaran sangat
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Guru diharapkan dapat memilih
dengan cermat metode dan media yang seperti apa yang baik untuk
diterapkan di dalam kelas.
1. Langkah-langkah Praktis Penerapan Metode Inkuiri dalam Novel
Pertemuan Dua Hati
Dalam konteks penggunaan inkuiri sebagai metode belajar
mengajar, siswa ditempatkan sebagai subjek pembelajaran, yang
berarti bahwa siswa memiliki andil besar dalam menentukan suasana
dan model pembelajaran. Pembelajaran inkuiri menekankan kepada
proses mencari dan menemukan (Hosan, 2014: 341). Peran peserta
didik dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
pelajaran, sedangkan pendidik berperan sebagai fasilitator dan
pembimbing peserta didik untuk belajar.
Dalam pembelajaran menggunakan metode inkuiri dalam
pembelajaran tema dan amanat novel Pertemuan Dua Hati karya Nh.
Dini ini, peneliti hanya akan menggunakan satu bab dari enam bab
yang terdapat dalam novel Pertemuan Dua Hati. Hal tersebut
dikarenakan oleh waktu yang tidak memungkinkan jika dalam dua kali
pertemuan akan digunakan untuk membahasa keseluruhan bab yang
terdapat dalam novel Pertemuan Dua Hati. Bab V dirasa paling
lengkap dan memuat sebagaian besar tema dan amanat yang terdapat
dalam novel Pertemuan Dua Hati.
Berikut ini akan disampaikan langkah-langkah praktis
pembelajaran tema dan amanat menggunakan bab V novel Pertemuan
Dua Hati dengan menggunakan metode inkuiri:
1) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok.
2) Guru menyajikan isi ringkasan novel Pertemuan Dua Hati karya
Nh. Dini.
3) Guru meminta siswa untuk menentukan isi ringkasan dari novel
Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini.
4) Siswa mengidentifikasi tema dan amanat yang terkandung dalam
bab V novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini.
5) Siswa mengumpulkan data tentang tema dan amanat yang
terkandung dalam bab V novel Pertemuan Dua Hati karya Nh.
Dini untuk mengidentifikasi tema dan amanat yang terkandung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
6) Guru meminta siswa menentukan tema dan amanat yang
terkandung dalam bab V novel Pertemuan Dua Hati karya Nh.
Dini yang disajikan.
7) Siswa merumuskan kesimpulan.
8) Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan
kelas dan mempertahankan pendapatnya dengan menunjukkan
bukti yang mereka temukan.
2. Silabus
Secara sederhana silabus dapat diartikan sebagai rencana
pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema
tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pokok, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh
setiap satuan pendidikan, berdasarkan standar nasional pendidikan
(SNP) (Mulyasa, 2008: 132-133).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Silabus
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : XI
Semester : I
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
7. Memahami berbagai
hikayat, novel
Indonesia/novel terjemahan.
7.2 Menemukan unsur-unsur
intrinsik dan ekstrinsik novel
Indonesia/terjemahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
SILABUS DAN SISTEM PENILAIAN
Nama Sekolah : SMA
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : XI/I
Standar Kompetensi : Membaca
7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/terjemahan
Kompetensi
Dasar
Materi Pembelajaran Kegiatan
pembelajaran
Indikator Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber/Bahan/
Alat
7.2 Menganalisis
unsur-unsur
intrinsik dan
ekstrinsik novel
Indonesia/terjema
han.
Novel Indonesia
dan novel
terjemahan.
Unsur-unsur
intrinsik (alur,
tema, penokohan,
sudut pandang,
Novel Indonesia dan novel terjemahan.
Menganalisis unsur-unsur ekstrinsik dan intrinsik ( alur, tema,
Menganalisis unsur-unsur ekstrinsik dan intrinsik (alur, tema, penokohan, sudut pandang, latar, dan amanat) novel
Jenis Tagihan:
tugas
kelompok
ulangan
Bentuk
Instrumen:
4 JP Novel
Indonesia dan
novel
terjemahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
latar, dan amanat)
dalam novel
Indonesia/terjemah
an.
Unsur ektrinsik
dalam novel
terjemahan (nilai
budaya, sosial,
moral, dll)
penokohan, sudut pandang, latar, dan amanat) novel Indonsia dan terjemahan.
Membandingkan unsur ekstrinsik dan intrinsik novel terjemahan dengan novel Indonesia.
Indonesia.
Menganalisis unsur-unsur ekstrinsik dan intrinsik ( alur, tema, penokohan, sudut pandang, latar, dan amanat) novel terjemahan.
Membandingkan unsur ekstrinsik dan intrinsik novel terjemahan dengan novel Indonesia.
uraian bebas
pilihan ganda
jawaban
singkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran atau biasa disebut Rancangan
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata
pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran kelas
(Muslich, 2007: 53).
Rencana pelaksanaan pembelajaran metode inkuiri dalam
pembelajaran tema dan amanat bab V novel Pertemuan Dua Hati
karya Nh. Dini untuk siswa SMA kelas XI semester I akan diterapkan
sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Tingkat Pendidikan : SMA
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : XI/I
Alokasi Waktu : 4 x 45 menit
A. Standar Kompetensi : 7. Memahami berbagai hikayat, novel
Indonesia/novel terjemahan (membaca).
B. Kompetensi Dasar : 7.2 Menganalisis unsur-unsur ekstrinsik
dan intrinsik dan novel Indonesia/
terjemahan.
C. Indikator
1. Menganalisis unsur-unsur ekstrinsik dan intrinsik (alur, tema, penokohan,
sudut pandang, latar, dan amanat) novel Indonesia.
2. Menganalisis unsur-unsur ekstrinsik dan intrinsik (alur, tema, penokohan,
sudut pandang, latar, dan amanat) novel terjemahan.
3. Membandingkan unsur-unsur ekstrinsik dan intrinsik novel terjemahan
dengan novel Indonesia.
D. Tujuan Pembelajaran
1) Siswa dapat menjelaskan pengertian novel menurut pemahaman mereka
masing-masing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
2) Siswa dapat menganalisis unsur-unsur ekstrinsik dan intrinsik (alur, tema,
penokohan, sudut pandang, latar, dan amanat) novel Indonesia.
3) Siswa dapat menganalisis unsur-unsur ekstrinsik dan intrinsik (alur, tema,
penokohan, sudut pandang, latar, dan amanat) novel Indonesia.
4) Siswa dapat membandingkan unsur-unsur ekstrinsik dan intrinsik novel
terjemahan dengan novel Indonesia.
E. Materi Pembelajaran
1. Pengertian Novel
Novel diartikan sebagai suatu karangan atau karya sastra yang
lebih pendek daripada roman, tetapi jauh lebih panjang daripada cerita
pendek (Santosa, 2010: 46). Novel dalam pengertian kesastraan juga
disebut fiksi (fiction), teks naratif (narrative text), atau wacana naratif
(narrative discourse). Istilah fiksi dalam pengertian ini berarti cerita
rekaan atau cerita khayalan. Hal itu karena fiksi merupakan karya naratif
yang isinya tidak mengacu pada kebenaran sejarah (Abrams via
Nurgiyantoro, 1995: 2). Dengan demikian, karya fiksi merupakan suatu
karya sastra yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan,
sesuatu yang tidak ada dan terjadi sungguh-sungguh sehingga tidak perlu
dicari kebenarannya pada dunia nyata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
2. Unsur Intrinsik
a. Tema
Tema (theme) menurut Stanton dan Kenny (via Nurgiyantoro,
1995: 67) adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Tema
merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra
dan yang terkandung di mana teks sebagai struktur sematis dan yang
menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan
(Hartoko & Rahmanto via Nurgiyantoro, 1995: 68). Oleh karena itu,
untuk menentukan tema pokok maka pembaca harus mengerti apa
gagasan umum yang mendasari novel itu.
Dalam usaha mengemukakan dan menafsirkan tema sebuah novel
secara lebih khusus dan rinci, Stanton (via Nurgiyantoro, 1995: 87)
mengemukakan adanya sejumlah kriteria. Kriteria-kriteria tersebut
adalah sebagai berikut.
1) Pertama, penafsiran tema sebuah novel hendaknya
mempertimbangkan tiap detail cerita yang menonjol.
2) Kedua, penafsiran tema sebuah novel hendaknya tidak bersifat
bertentangan dengan tiap detail cerita.
3) Ketiga, penafsiran tema sebuah novel hendaknya tidak
mendasarkan diri pada bukti-bukti yang tidak dinyatakan baik
secara langsung maupun tidak langsung dalam novel yang
bersangkutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
4) Keempat, penafsiran tema sebuah novel haruslah mendasarkan diri
pada bukti-bukti yang ada secara langsung.
b. Amanat
Moral merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh pengarang
kepada pembaca, merupakan makna yang terkandung dalam sebuah
karya (Nurgiyantoro, 1995: 321). Moral dalam karya sastra dapat
dipandang sebagai amanat, pesan, message. Amanat dalam cerita,
menurut Kenny (via Nurgiyantoro, 1995: 322) dimaksudakan sebagai
suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang
bersifat praktis. Secara umum, moral mengarah pada pengertian
tentang ajaran baik-buruk yang diterima umum mengenai perbuatan,
sikap, kewajiban, dan sebagainya; akhlak, budi pekerti, susila
(Depdiknas, 2005).
Amanat yang terdapat pada sebuah karya sastra ada dua jenis, yaitu
secara implisit ataupun secara eksplisit. Implisit, jika jalan keluar
ajaran moral itu disiratkan dalam tingkah laku tokoh menjelang cerita
akhir (Sudjiman, 1988: 57). Eksplisit, jika pengarang pada tengah atau
akhir cerita menyampaikan seruan, saran, peringatan, nasihat, anjuran,
larangan, dan sebagainya, berkenaan dengan gagasan yang mendasari
cerita itu (Sudjiman, 1988: 57−58).
F. Metode Pembelajaran
Metode Inkuiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
G. Kegiatan Belajar Mengajar
a. Pertemuan Pertama
No. Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu
1 Kegiatan Awal
1) Guru memberikan salam.
2) Guru meminta salah satu siswa untuk
memimpin doa (jika jam pelajaran pertama).
a. Apersepsi
1) Guru bertanya kepada siswa mengenai
pengalaman yang pernah dilakukan
oleh siswa terkait dengan novel.
2) Guru meminta salah satu siswa
menceritakan pengalamannya mengenai
membaca novel.
b. Orientasi
1) Guru memberikan informasi mengenai
materi yang akan dipelajari (orientasi).
2) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai (orientasi).
10 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
c. Motivasi
1) Guru memotivasi siswa terkait materi
yang akan dipelajari.
2 Kegiatan Inti
A. Eksplorasi
1) Guru menjelaskan pengertian novel dan
tema novel secara sekilas.
2) Guru mengajak siswa menuju
perpustakaan untuk mencari sumber
materi mengenai novel dan tema novel.
3) Siswa mencari buku yang berkaitan
dengan materi novel dan tema novel.
B. Elaborasi
1) Guru membagi siswa dalam kelompok
kecil terdiri dari 4-5 orang dengan cara
berhitung.
2) Guru membagikan isi ringkasan novel
Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini.
3) Siswa diminta untuk membaca dan
memahami isi ringkasan novel
75 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini.
4) Guru membagikan bab V novel
Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini.
5) Guru bersama siswa bersama-sama
merumuskan masalah dari materi yang
dipelajari (merumuskan masalah).
6) Siswa merumuskan masalah mengenai
tema apa saja yang terdapat dalam bab
V Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini
(merumuskan masalah).
7) Siswa menganalisis tema yang terdapat
pada bab V novel Pertemuan Dua Hati
karya Nh. Dini (mengumpulkan data).
8) Siswa mempresentasikan hasil diskusi
mereka di depan kelas (menarik
kesimpulan).
C. Konfirmasi
1) Guru memberikan apresiasi terhadap
siswa yang mengerjakan tugas dengan
baik.
2) Guru dan siswa bertanya jawab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
mengenai hal-hal yang belum jelas
terkait dengan tema dan cara
menentukan tema.
3 Kegiatan Penutup
1) Siswa bersama guru menyimpulkan
pembelajaran.
2) Siswa melakukan refleksi mengenai
permasalahan yang ditemui dalam materi
unsur intrinsik novel.
3) Guru memberikan rencana pembelajaran
selanjutnya.
5 menit
b. Pertemuan Kedua
No. Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu
1 Kegiatan Awal
1) Guru memberikan salam.
2) Guru meminta salah satu siswa untuk
memimpin doa (jika jam pelajaran pertama).
10 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
b. Apersepsi
1) Guru meminta salah satu siswa
menceritakan pengalamannya mengenai
membaca novel terutama terkait tentang
amanat yang terkandung di dalamnya.
2) Guru membahas sekilas mengenai
materi sebelumnya.
b. Orientasi
1) Guru memberikan informasi mengenai
materi yang akan dipelajari (orientasi).
2) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai (orientasi).
c. Motivasi
1) Guru memotivasi siswa terkait materi
yang akan dipelajari.
2 Kegiatan Inti
a. Eksplorasi
1) Guru menjelaskan pengertian amanat
novel secara sekilas.
2) Guru mengajak siswa menuju
75 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
perpustakaan untuk mencari sumber
materi mengenai amanat novel.
3) Siswa mencari buku-buku yang
berkaitan dengan materi novel dan
amanat novel.
b. Elaborasi
1) Guru membagi siswa dalam kelompok
seperti kegiatan pembelajaran
sebelumnya.
2) Guru meminta siswa memahami lagi
bab V novel Pertemuan Dua Hati karya
Nh. Dini.
3) Guru bersama siswa bersama-sama
merumuskan masalah dari materi yang
dipelajari (merumuskan masalah).
4) Siswa merumuskan masalah mengenai
amanat apa saja yang terdapat dalam
bab V Pertemuan Dua Hati karya Nh.
Dini (merumuskan masalah).
5) Siswa menganalisis amanat yang
terdapat pada bab V novel Pertemuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Dua Hati karya Nh. Dini
(mengumpulkan data).
6) Siswa mempresentasikan hasil diskusi
di depan kelas (menarik kesimpulan).
c. Konfirmasi
1) Guru memberikan apresiasi terhadap
siswa yang mengerjakan tugas dengan
baik.
2) Guru dan siswa bertanya jawab
mengenai hal-hal yang belum jelas
terkait dengan amanat dan cara
menentukan amanat.
3 Kegiatan Penutup
1. Siswa bersama guru menyimpulkan
pembelajaran.
2. Siswa melakukan refleksi mengenai
permasalahan yang ditemui dalam
materi unsur intrinsik novel.
3. Guru memberikan rencana
pembelajaran selanjutnya.
5 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
H. Media yang Digunakan
1. Slide power point tentang novel, tema, dan amanat.
2. Novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini.
I. Sumber Belajar
Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka.
Dini, Nh. 2005. Pertemuan Dua Hati. (Cet. XIII). (Bagian V novel
Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini) Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
Santosa, Wijaya Heru dan Sri Wahyuningtyas. 2010. Pengantar Apresiasi
Prosa. Surakarta: Yuma Pustaka.
Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
J. Penilaian Hasil Belajar
1. Teknik Penilaian
a. Tes
b. Non tes
2. Bentuk Instrumen
a. Uraian (ulangan harian)
b. Pilihan Ganda (ulangan semester)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
3. Penilaian Kognitif
No. Indikator
Pencapaian
Kompetensi
Instrumen
Skor
1. Menjelaskan
pengertian novel.
a. Jelaskan pengertian novel
menururt pemahaman kalian
masing-masing!
10
2. Memahami isi
cerita.
2. Ceritakan dalam tiga paragraf
isi ringkasan novel Pertemuan
Dua Hati karya Nh. Dini!
20
3.
Menganalisis
tema.
3. Bacalah dengan seksama bab V
novel Pertemuan Dua Hati
karya Nh. Dini lalu analisislah
temanya!
35
4. Menganalisis
amanat.
4. Bacalah dengan seksama bab V
novel Pertemuan Dua hati lalu
analisislah amanatnya!
35
Total skor = Skor yang diperoleh
______________________ X 100
Skor maksimal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
4. Penilaian Afektif
No.
Nama
Siswa
Indikator
Skor Tanggung
jawab
Jujur Rajin Sopan
1
2
3
4
5
4
Dst.
Kriteria Penilaian:
a. Setiap indikator skor tertinggi 4.
b. Jumlah indikator 4, skor maksimal 4 x 4 = 16.
c. Nilai = skor yang diperoleh : skor maksimal x 100.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
K. Latihan
1. Analisislah unsur tema yang terkandung dalam bab V novel Pertemuan
Dua Hati karya Nh. Dini!
2. Analisislah unsur amanat yang terkandung dalam bab V novel Pertemuan
Dua Hati karya Nh. Dini!
L. Jawaban
1. Tema yang terkandung dalam bab V novel Pertemuan Dua Hati karya Nh.
Dini adalah Bu Suci mengetahui bagaimana cara mendekati Wakito.
Yaitu dengan memberikan tugas yang berkaitan dengan keterampilan.
Sebab Waskito menyukai hal-hal yang berkaitan dengan keterampilan.
2. Amanat dalam bab V novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini adalah
guru harus pintar mencari cara agar murid tertarik dan memperhatikan
pelajaran. Salah satunya dengan mencari tahu hal-hal apa saja yang
disukai oleh murid-muridnya lalu menggabungkannya dalam materi
pelajaran. Dengan begitu, murid akan menjadi lebih dekat dan terbuka
terhadap guru.
Mengetahui, Yogyakarta, 28 September 2016
Kepala Sekolah Guru Bahasa Indonesia,
(………………..) Martina Novi Tensawanti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri berpusat pada siswa.
Metode inkuiri menuntut siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan belajar
mengajar. Hal itu akan melatih siswa untuk berpikir kritis serta analitis. Pada
penerapannya, metode inkuiri terdiri dari empat tahap, yaitu (1) orientasi, (2)
merumuskan masalah, (3) mengumpulkan data, (4) merumuskan kesimpulan.
Langkah yang pertama, yaitu orientasi. Siswa diminta untuk membuat isi
ringkasan dari novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini. Hal itu bertujuan
agar siswa dapat memahami isi dari novel Pertemuan Dua Hati dengan baik.
Langkah kedua, yaitu merumuskan masalah. Siswa diminta mencari dan
menemukan tema dan amanat yang terdapat dalam novel Pertemuan Dua
Hati karya Nh. Dini. Dengan merumuskan masalah sendiri, siswa menjadi
lebih mudah dalam menemukan tema dan amanat yang terkandung dalam
novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini.
Langkah ketiga, yaitu mengumpulkan data. Siswa diminta mengumpulkan
data yang terkait dengan tema dan amanat yang terdapat dalam novel
Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini baik berupa kalimat maupun paragraf
lalu mempresentasikan hasil temuan mereka. Hal itu bertujuan agar siswa
menemukan sendiri tema dan amanat yang terkandung novel Pertemuan Dua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Hati karya Nh. Dini dan dengan penuh percaya diri membagikan hasil
temuannya kepada teman-teman sekelasnya.
Langkah keempat, yaitu merumuskan kesimpulan. Siswa diminta untuk
menarik kesimpulan berdasarkan hasil data yang mereka temukan. Hal itu
bertujuan agar siswa belajar untuk memberikan kesimpulan dari hasil data
yang mereka peroleh.
Tema yang ditemukan dalam novel Pertemuan Dua Hati termasuk tema
yang sudah sering dijumpai dalam novel-novel lainnya. Hasil penelitian
terhadap tema dan amanat dari novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini
adalah pengorbanan seorang ibu sekaligus seorang guru. Setiap orang di
dunia ini, masing-masing memiliki tugas yang sesuai dengan perannya
masing-masing. Oleh karena itu, peran sebagai guru dan ibu harus dijalankan
seirama, sesuai dengan kewajiban yang harus dipenuhi.
Amanat yang ingin disampaikan dalam novel Pertemuan Dua Hati karya
Nh.Dini adalah setiap usaha yang disertai dengan kerja keras doa tidak akan
sia-sia. Usaha itu akan membuahkan hasil yang juga setimpal dengan kerja
keras yang dikeluarkan. Melalui amanat tersebut, siswa dapat diajak untuk
meniru hal-hal baik yang dilakukan oleh tokoh-tokoh dalam novel.
Berdasarkan hasil analisis metode inkuiri dalam pembelajaran sastra di
SMA kelas XI semester I dapat disimpulkan bahwa kurikulum satuan
pendidikan memiliki fungsi umum dalam pembelajaran sastra di SMA
sebagai penghalusan budi, peningkatan rasa kemanusiaan dan kepedulian
sosial, penumbuhan apresiasi budaya, penyaluran gagasan, penumbuhan
imajinasi, serta peningkatan ekspresi secara kreatif dan konstruktif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Manfaat yang diperoleh dengan mempelajari novel Pertemuan Dua Hati
adalah siswa dapat meniru dan mengembangkan kepribadian secara positif
melalui tokoh Bu Suci. Bu Suci mengajarkan arti kerja keras, religiusitas,
pantang menyerah, dan yakin akan segala sesuatu yang menjadi
keputusannya. Selain itu, siswa juga memperoleh pengetahuan baru mengenai
kehidupan seorang guru yang mungkin belum mereka ketahui sebelumnya.
Apalagi novel yang digunakan sebagai bahan pembelajaran berasal dari
realita yang benar-benar terjadi.
Berkaitan dengan pembelajaran sastra, tema dan amanat dalam novel
Pertemuan Dua Hati dapat dijadikan bahan pembelajaran di SMA karena
sesuai dengan standar kompetensi 7 yaitu memahami berbagai hikayat, novel
Indonesia/terjemahan, serta sesuai dengan kompetensi dasar 7.2 menganalisis
unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan.
Sebagai seorang guru, penguasaan bahan pembelajaraan adalah hal yang
wajib dipenuhi. Namun selain penguasaan bahan pembelajaran, seorang guru
juga harus pintar memilih metode dan teknik pembelajaran yang sesuai
dengan bahan pembelajaran. Dalam pembelajaran sastra, metode inkuiri
dirasa cocok dalam penerapan materi novel. Dengan menggunakan metode
inkuiri, siswa menjadi terlibat aktif dalam mengidentifikasi tema dan amanat
dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini. Metode inkuiri menjadikan
siswa sebagai pusat pembelajaran sedangkan guru sebagai fasilitator siswa.
Metode ini mampu mengembangkan situasi belajar yang aktif, efektif, dan
menyenangkan di kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
B. Implikasi
Hasil penelitian diharapkan dapat berimplikasi terhadap pembelajaran
sastra di SMA. Siswa menjadi terbantu dalam mencari dan menemukan pesan
dan amanat yang dapat diterapkan ke dalam kehidupannya sehari-hari. Novel
Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini dapat digunakan sebagai bahan
pembelajaran sastra di SMA karena siswa akan mengetahui bahwa dalam
menjalani kehidupan dibutuhkan perjuangan dan pengorbanan untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan.
Hasil penelitian dan pembahasan mengenai tema dan amanat novel
Pertemuan Dua Hati menjadi bukti bahwa penelitian ini menerapkan teori-
teori yang digunakan. Dalam analisis ini yang terpenting adalah unsur-unsur
dan hubungan antar unsur yang membangun sebuah karya sastra dapat
dibuktikan dalam penelitian ini.
Implementasi metode inkuiri dalam novel Pertemuan Dua Hati di SMA,
akan membuat siswa tidak bosan untuk mempelajari karya sastra dalam
pembelajaran sastra di kelas. Selain itu, metode inkuiri akan lebih mendorong
siswa untuk terlibat aktif dan langsung dalam mempelajari sastra.
C. Saran
1. Bagi Guru Bahasa Indonesia
Guru bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia diharapkan tidak
hanya menguasai materi dengan baik, namun juga menguasai metode dan
teknik pembelajaran. Dengan menggunakan metode dan teknik yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
sesuai dengan isi materi pelajaran, maka siswa tidak merasa bosan
mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia dan sastra Indonesia.
2. Bagi Peneliti Lain
Penelitian yang dilakukan pada novel Pertemuan Dua Hati karya Nh.
Dini masih merupakan permasalahan yang awal, yaitu analisis tema dan
amanat serta implementasinya terhadap pembelajaran sastra di SMA kelas
XI semester I. Metode inkuiri juga masih dapat dikembangkan dalam
pembelajaran unsur intrinsik yang lainnya dalam novel, tidak hanya
mengenai analisis tema dan amanat. Peneliti menyarankan agar peneliti
selanjutnya mengangkat masalah-masalah baru sebagai bahan penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
DAFTAR PUSTAKA
Anam, Khirul. 2015. Pembelajaran Berbasis Inkuiri: Metode dan Aplikasi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka.
Dini, Nh. 2005. Pertemuan Dua Hati. (Cet. XIII). Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Gulö, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.
Lalong, Maria Srilestari Handayani. 2015. “Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Tema dan Amanat Novel Pondok Baca Kembali ke Semarang karya Nh. Dini untuk Siswa SMA Kelas XI Semester I”. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma.
Moleong. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi. Bandung: Rosda Karya.
Mulyasa. 2008. Implementasi Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan: Kemandirian Guru dan Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Muslich, Mansur. 2007. KTSP (Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan: dasar Pemahaman dan Pengembangan. Jakarta: Bumi Aksara.
Ngara, Yosefina Milla. 2015. “Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Tema dan Amanat Novel Gadis Pencari Tuhan Karya Theresia Ametembun untuk Pembelajaran Sastra pada Siswa SMA Kelas XI Semester I”. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma.
Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Desertasi, dan Karya Ilmiah. Jakarta: Prenada Media Group.
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Rahmanto. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Santosa, Wijaya Heru dan Sri Wahyuningtyas. 2010. Pengantar Apresiasi Prosa. Surakarta: Yuma Pustaka.
Siswanto. 2010. Metode Penelitian Sastra Analisis Struktur Puisi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
Suyono, dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wijayanti, P.I, Mosik, N. Hindarto. 2010. Eksplorasi Kesulitan Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Cahaya dan Upaya Peningkatan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Semarang: Universitas Negeri Semarang. (ISSN: 1693-1246).
Wini, Melinda Christiyanti Rambu Paja Wini. 2015. “Metode Inkuiri dalam Pembelajaran Tema dan Amanat Novel Perempuan Itu Bermata Saga Karya Agust Dapa Loka untuk Siswa SMA Kelas XI Semester I”. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
KUTIPAN BAB V NOVEL PERTEMUAN DUA HATI KARYA NH. DINI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
BIODATA PENULIS
Martina Novi Tensawanti atau yang biasa disapa Novi
adalah anak sulung dari dua bersaudara dari pasangan Fl. Rejo
Mulyo dan Paula Wakinah. Lahir di Kebumen pada tanggal 10
November 1993. Menempuh pendidikan TK pada tahun 1998-
2000 di TK Pius Bakti Utama Gombong, SD pada tahun 2000-
2006 di SD Pius Bakti Utama Gombong, SMP pada tahun 2006-
2009 di SMP Pius Bakti Utama Gombong, SMA pada tahun
2009-2012 di SMA Pius Bakti Utama Bayan, Purworejo.
Setelah tamat dari SMA, kemudian melanjutkan pendidikan ke jenjang
perguruan tinggi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Sejak tahun 2012
tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Masa pendidikan di Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan menulis skripsi
sebagai tugas akhir dengan judul ”Metode Inkuiri dalam Pembelajaran Tema dan
Amanat Pada Novel Pertemuan Dua Hati Karya Nh. Dini untuk Siswa SMA
Kelas XI Semester I”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI