116
i OPTIMASI METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) FASE TERBALIK PADA PENETAPAN KADAR NIKOTIN DALAM EKSTRAK ETANOLIK DAUN TEMBAKAU Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Farmasi Oleh: Amelia Ernesta Suharno Putri NIM : 088114082 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2011 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

  • Upload
    dobao

  • View
    232

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

i

OPTIMASI METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

(KCKT) FASE TERBALIK PADA PENETAPAN KADAR NIKOTIN

DALAM EKSTRAK ETANOLIK DAUN TEMBAKAU

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Amelia Ernesta Suharno Putri

NIM : 088114082

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2011

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Orang-orang yang berhenti belajar,

akan menjadi pemilik masa lalu.

Orang-orang yang masih terus belajar,

akan menjadi pemilik masa depan.

(Mario Teguh)

Kupersembahkan karyaku ini

untuk Papa tersayang Denny

Suharno dan Mama tercinta Go

Swie Ling, Kakak dan Adikku

tersayang, Sahabatku,

Almamaterku

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

vii

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah menyertai dan

melimpahkan berkat serta kasi karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Optimasi Metode Kromatografi

Kinerja Tinggi Fase Terbalik (KCKT) pada Penetapan Kadar Nikotin Dalam

Ekstrak Etanolik Daun Tembakau” sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Farmasi (S.Farm) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari

dukungan, bantuan, dan motivasi dari banyak pihak. Penulis mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ibu Christine Patramurti, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing dan dosen

penguji yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan perhatian,

bimbingan, masukan, motivasi, kritik, dan saran kepada penulis selama

penelitian dan penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Jeffry Julianus, M.Si selaku dosen penguji yang memberikan kritik

dan saran yang bermanfaat untuk skripsi ini.

4. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si selaku dosen penguji yang memberikan

kritik dan saran yang bermanfaat untuk skripsi ini.

5. Ibu Rini Dwi Astuti, M.Sc., Apt. selaku Kepala Laboratorium Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

viii

6. PT. Perkebunan Nusantara X (PERSERO) Penelitian dan Pengembangan

Klaten atas sumbangan daun tembakau yang berguna dalam penelitian.

7. Seluruh staff laboratorium, staff keamanan, dan staff kebersihan di

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, terutama Mas

Bimo, Pak Parlan, dan Mas Kunto yang telah membantu dan memberikan

dukungan selama pelaksanaan penelitian ini.

8. Papa, mama, kakak, dan adik penulis yang tak pernah bosan memberikan

semangat, doa, dan dukungan sampai akhirnya skripsi ini selesai.

9. Ko Arief, atas doa, perhatian, semangat, motivasi dan dukungan selama

penulisan skripsi ini.

10. Ayesa Syenina dan Dina Christiana Dewi selaku sahabat, teman berbagi

cerita dan teman seperjuangan atas semangat, doa dan diskusi yang

diberikan selama penelitian dan penyusunan skripsi.

11. Siska dan Nindy selaku sahabat dan teman berbagi cerita, atas semangat

dan dukungan yang diberikan.

12. Teman-teman skripsi nikotin KLT-Densito: Novi, Citra, Cure atas diskusi,

dukungan dan kerjasamanya selama penelitian.

13. Teman-teman ngelab: Felicia, Prasilya, Sasa, Susan, Nona, Susi, Sari, Tere

dan Wiwi atas keceriaan dan dukungan selama melakukan penelitian.

14. Mbak Katrin atas saran, informasi dan dukungan yang diberikan.

15. Teman-teman kos Flaurent: Cik Fifi, Cik Prisca, Shella, dan Nita atas

keceriaan, kebersamaan dan dukungan selama penulisan skripsi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

ix

16. Teman-teman FST-A dan kelompok praktikum B, terima kasih atas

kerjasama dan dukungan selama perkuliahan dan praktikum.

17. Teman-teman Fakultas Farmasi angkatan 2008, terima kasih atas doa dan

dukungannya.

18. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan

skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi

penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, besar harapan penulis semoga skripsi ini

bermanfaat bagi pembaca serta perkembangan ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 15 Agustus 2011

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................................................... v

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI ........................................................................................ vi

PRAKATA ........................................................................................................................................ vii

DAFTAR ISI ..................................................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................................ xv

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................................... xviii

INTISARI .......................................................................................................................................... xx

ABSTRACT ........................................................................................................................................ xxi

BAB I PENGANTAR ...................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................................................... 1

1. Perumusan Masalah ........................................................................................................ 3

2. Keaslian Penelitian .......................................................................................................... 4

3. Manfaat Penelitian .......................................................................................................... 4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

xi

B. Tujuan Penelitian ................................................................................................................. 5

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ............................................................................................... 6

A. Nikotin ................................................................................................................................. 6

B. Ekstrak Tembakau ............................................................................................................... 9

C. Standarisasi Ekstrak............................................................................................................. 10

D. Larutan Penyangga (Buffer) ................................................................................................ 11

E. Spektrofotometri UV ........................................................................................................... 12

F. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ....................................................................................... 16

1. Definisi dan Instrumentasi KCKT ................................................................................ 16

2. Kromatografi Partisi Fase Terbalik ............................................................................... 21

3. Optimasi ........................................................................................................................ 22

4. Pemisahan Puncak dalam Kromatografi ....................................................................... 22

G. Landasan Teori .................................................................................................................... 27

H. Hipotesis .............................................................................................................................. 28

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................................... 30

A. Jenis dan Rancangan Penelitian .......................................................................................... 30

B. Variabel Penelitian .............................................................................................................. 30

1. Variabel Bebas ................................................................................................................. 30

2. Variabel Tergantung......................................................................................................... 30

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

xii

3. Variabel Pengacau Terkendali ......................................................................................... 30

C. Definisi Operasional ............................................................................................................ 31

D. Bahan Penelitian .................................................................................................................. 31

E. Alat Penelitian ..................................................................................................................... 31

F. Tata Cara Penelitian ............................................................................................................. 32

1. Pembuatan buffer asetat ................................................................................................... 32

2. Pembuatan fase gerak ....................................................................................................... 32

3. Pembuatan larutan baku nikotin ....................................................................................... 33

4. Preparasi sampel............................................................................................................... 33

5. Penentuan panjang gelombang pengamatan nikotin ........................................................ 34

6. Optimasi metode KCKT .................................................................................................. 34

G. Analisis Hasil ...................................................................................................................... 35

1. Bentuk peak ...................................................................................................................... 35

2. Waktu retensi ................................................................................................................... 36

3. Nilai resolusi .................................................................................................................... 36

4. Nilai HETP ....................................................................................................................... 36

5. Reprodusibilitas nilai TF dan resolusi.............................................................................. 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................................... 38

A. Pembuatan Fase Gerak ........................................................................................................ 38

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

xiii

B. Pembuatan Seri Larutan Baku ............................................................................................. 40

C. Preparasi Sampel ................................................................................................................. 40

D. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Pengukuran ................................................... 42

E. Optimasi Komposisi Fase Gerak dan Kecepatan alir .......................................................... 44

1. Fase gerak buffer asetat:metanol:asetonitril (73:25:2) ..................................................... 49

2. Fase gerak buffer asetat:metanol:asetonitril (60:36:4) ..................................................... 52

3. Fase gerak buffer asetat:metanol:asetonitril (40:54:6) ..................................................... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................................... 61

A. Kesimpulan ......................................................................................................................... 61

B. Saran .................................................................................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................... 62

LAMPIRAN ...................................................................................................................................... 66

BIOGRAFI PENULIS ...................................................................................................................... 95

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Buffer pada KCKT ............................................................................................................................ 12

Tabel II. Karakteristik pelarut yang digunakan dalam KCKT ..................... Error! Bookmark not defined. 19

Tabel III. Komposisi buffer asetat:metanol:asetonitril ................................. Error! Bookmark not defined. 33

Tabel IV. Perbandingan komposisi fase gerak dan index polaritas

masing-masing ..................................................................................................................................

46

Tabel V. Hasil optimasi pemisahan nikotin pada berbagai komposisi

fase gerak dan kecepatan alir ............................................................................................................

48

Tabel VI. Hasil optimasi pada komposisi fase gerak buffer

asetat:metanol:asetoniitril (40:54:6) ................................................................................................

57

Tabel VII. Tekanan pompa pada berbagai komposisi fase gerak dan

kecepatan alir ....................................................................................................................................

58

Tabel VIII. Nilai TF seri larutan baku dan perhitungan CV ................................................................................ 59

Tabel IX. Nilai resolusi sampel dan perhitungan CV ....................................................................................... 59

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Nikotin ............................................................................ Error! Bookmark not defined. 6

Gambar 2. Jalur biosintesis alkaloid dalam tanaman tembakau ......................................................................... 7

Gambar 3. Kemiripan struktur nikotin dan asetilkolin ................................... Error! Bookmark not defined. 8

Gambar 4. Tanaman tembakau ....................................................................... Error! Bookmark not defined. 9

Gambar 5. Struktur alkaloid dalam tanaman tembakau .................................. Error! Bookmark not defined. 10

Gambar 6. Diagram tingkat energi elektronik ................................................ Error! Bookmark not defined. 13

Gambar 7. Pengaruh pelarut polar pada transisi π → π* ................................ Error! Bookmark not defined. 15

Gambar 8. Pengaruh pelarut polar pada transisi n → π* ................................ Error! Bookmark not defined. 16

Gambar 9. Instrumentasi KCKT ..................................................................... Error! Bookmark not defined. 17

Gambar 10. Difusi Eddy dalam kromatografi kolom ....................................... Error! Bookmark not defined. 24

Gambar 11. Difusi molekular ........................................................................... Error! Bookmark not defined. 24

Gambar 12. Perpindahan massa antara fase diam dan fase gerak ..................... Error! Bookmark not defined. 25

Gambar 13. Pemisahan dua senyawa ................................................................ Error! Bookmark not defined. 26

Gambar 14. Penentuan AF dan TF ................................................................... Error! Bookmark not defined. 26

Gambar 15. Penentuan TF ................................................................................ Error! Bookmark not defined. 36

Gambar 16. Reaksi antara nikotin dengan asam klorida ................................... Error! Bookmark not defined. 41

Gambar 17. Reaksi antara nikotin hidroklorida dengan natrium

hidroksida .........................................................................................................................................

41

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

xvi

Gambar 18. Struktur kromofor dan auksokrom pada nikotin ............................................................................... 43

Gambar 19. Spektra serapan baku nikotin (A) 0,005 ppm; (B) 0,007 ppm

dan (C) 0,009 ppm ............................................................................................................................

43

Gambar 20. Gugus polar dan non polar pada nikotin ........................................................................................... 45

Gambar 21. Interaksi nikotin dengan fase diam C18 ............................................................................................. 45

Gambar 22. Interaksi nikotin dengan fase gerak .................................................................................................. 46

Gambar 23. A= Baku nikotin 0,05 ppm; B= Sampel fraksi kloroform

ekstrak etanolik daun tembakau pada fase gerak buffer

asetat:metanol:asetonitril (73:25:2) pada kecepatan alir 0,5

mL/menit ..........................................................................................................................................

49

Gambar 24. A= Baku nikotin 0,05 ppm; B= Sampel fraksi kloroform

ekstrak etanolik daun tembakau pada fase gerak buffer

asetat:metanol:asetonitril (73:25:2) pada kecepatan alir 1,0

mL/menit ..........................................................................................................................................

49

Gambar 25. A= Baku nikotin 0,05 ppm; B= Sampel fraksi kloroform

ekstrak etanolik daun tembakau pada fase gerak buffer

asetat:metanol:asetonitril (73:25:2) pada kecepatan alir 1,2

mL/menit ..........................................................................................................................................

50

Gambar 26. A= Baku nikotin 0,05 ppm; B= Sampel fraksi kloroform

ekstrak etanolik daun tembakau pada fase gerak buffer

asetat:metanol:asetonitril (60:36:4) pada kecepatan alir 0,5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

xvii

mL/menit .......................................................................................................................................... 52

Gambar 27. A= Baku nikotin 0,05 ppm; B= Sampel fraksi kloroform

ekstrak etanolik daun tembakau pada fase gerak buffer

asetat:metanol:asetonitril (60:36:4) pada kecepatan alir 1,0

mL/menit ..........................................................................................................................................

52

Gambar 28. A= Baku nikotin 0,05 ppm; B= Sampel fraksi kloroform

ekstrak etanolik daun tembakau pada fase gerak buffer

asetat:metanol:asetonitril (60:36:4) pada kecepatan alir 1,2

mL/menit ..........................................................................................................................................

53

Gambar 29. A= Baku nikotin 0,05 ppm; B= Sampel ekstrak tembakau

pada fase gerak buffer asetat:metanol:asetonitril (40:54:6)

pada kecepatan alir 0,5 mL/menit ....................................................................................................

54

Gambar 30. A= Baku nikotin 0,05 ppm; B= Sampel fraksi kloroform

ekstrak etanolik daun tembakau pada fase gerak buffer

asetat:metanol:asetonitril (40:54:6) pada kecepatan alir 1,0

mL/menit ..........................................................................................................................................

55

Gambar 31. A= Baku nikotin 0,05 ppm; B= Sampel fraksi kloroform

ekstrak etanolik daun tembakau pada fase gerak buffer

asetat:metanol:asetonitril (40:54:6) pada kecepatan alir 1,2

mL/menit ..........................................................................................................................................

55

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Sertifikat analisis baku nikotin E.Merck ........................................ Error! Bookmark not defined. 66

Lampiran 2. Surat keterangan jenis daun tembakau .............................................................................................. 67

Lampiran 3. Perhitungan polaritas fase gerak .................................................... Error! Bookmark not defined. 70

Lampiran 4. Perhitungan pH buffer yang harus dibuat .......................................................................................... 71

Lampiran 5. Kromatogram pada komposisi fase gerak buffer

asetat:metanol:asetonitril (73:25:2) ............................................... Error! Bookmark not defined.

72

Lampiran 6. Kromatogram pada komposisi fase gerak buffer

asetat:metanol:asetonitril (60:36:4) ...................................................................................................

75

Lampiran 7. Kromatogram pada komposisi fase gerak buffer

asetat:metanol:asetonitril (40:54:6) ............................................... Error! Bookmark not defined.

78

Lampiran 8. Contoh perhitungan nilai TF baku nikotin 0,05 ppm pada

komposisi fase gerak buffer asetat:metanol:asetonitril

(40:54:6) dengan kecepatan alir 1,2 mL/menit ................................................................................. Error! Bookmark not defined.

81

Lampiran 9. Contoh perhitungan nilai HETP baku nikotin 0,05 ppm

pada komposisi fase gerak buffer asetat:metanol:asetonitril

(40:54:6) dengan kecepatan alir 1,2 mL/menit .................................................................................

82

Lampiran 10. Contoh perhitungan nilai resolusi sampel fraksi kloroform

ekstrak etanolik daun tembakau pada komposisi fase gerak

buffer asetat:metanol:asetonitril (40:54:6) dengan

kecepatan alir 1,2 mL/menit ..............................................................................................................

83

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

xix

Lampiran 11. Kromatogram hasil uji reprodusibilitas resolusi sampel dan

perhitungan nilai CV .........................................................................................................................

84

Lampiran 12. Skema pembuatan larutan baku nikotin ............................................................................................. 87

Lampiran 13. Kromatogram seri larutan baku nikotin pada komposisi

fase gerak buffer asetat:metanol:asetonitril (40:54:6)

dengan kecepatan alir 1,2 mL/menit .................................................................................................

88

Lampiran 14. Data hasil uji reprodusibilitas nilai TF pada komposisi fase

gerak buffer asetat:metanol:asetonitril (40:54:6)dengan

kecepatan alir 1,2 mL/menit ..............................................................................................................

93

Lampiran 15. Kromatogram blanko ......................................................................................................................... 94

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

xx

INTISARI

Nikotin merupakan alkaloid yang banyak terdapat dalam tanaman

tembakau (Nicotiana tabacum) dengan rumus molekul C10H14N2. Nikotin

memiliki efek farmakologis yang bermanfaat bagi dunia pengobatan sehingga

berpotensi untuk dijadikan sebagai zat aktif dalam sediaan farmasi. Kadar nikotin

dalam ekstrak etanolik daun tembakau perlu diketahui dengan jelas untuk

dijadikan senyawa aktif dalam suatu sediaan farmasi. Salah satu metode yang

dapat digunakan untuk menetapkan kadar nikotin dalam ekstrak etanolik daun

tembakau yaitu metode KCKT fase terbalik.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental deskriptif yang

bertujuan untuk mengetahui kondisi optimum dari instrumen KCKT sehingga

dapat digunakan untuk penetapan kadar nikotin dalam ekstrak etanolik daun

tembakau. Sistem KCKT fase terbalik pada penelitian ini menggunakan fase diam

C18 dan detektor UV pada panjang gelombang 260 nm. Komposisi fase gerak

yang digunakan adalah buffer asetat:metanol:asetonitril. Optimasi dilakukan

dengan mengubah-ubah komposisi fase gerak buffer asetat:metanol:asetonitril

serta mengubah-ubah kecepatan alir 0,5; 1,0 dan 1,2 mL/menit.

Kondisi optimum dari sistem KCKT fase terbalik hasil optimasi yakni

fase gerak buffer asetat:metanol:asetonitril (40:54:6) pada kecepatan alir 1,2

mL/menit. Kondisi ini memenuhi parameter pemisahan yang baik yaitu bentuk

peak yang ramping dengan nilai TF 1,25; waktu retensi yang efisien 2,012 menit;

nilai resolusi 1,5679; dan nilai HETP sebesar 0,0111.

Kata kunci : nikotin, optimasi metode, KCKT fase terbalik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

xxi

ABSTRACT

Nicotine is an alkaloid found in tobacco plants (Nicotiana tabacum) with

molecular formula C10H14N2. Nicotine posseses pharmacological effects that may

have potential use for medical importance. Therefore, it is possible to develop a

pharmaceutical dosage form with nicotine as the active ingredient, to do so, it is

important to determine the concentration of nicotine in tobacco extract. Reversed

phase HPLC is a method that can be used to determine the concentration of

nicotine in tobacco leaves etanolic extract.

This research is conducted with a descriptive experimental plan and

design that is aimed to obtain an optimum condition in HPLC system used for the

determination of nicotine. The reversed phase HPLC system uses C18 as the

stationary phase and UV detector at wavelength 260 nm. The mobile phase used

consists of acetate buffer:methanol:acetonitrile. Optimization is done by changing

the composition of the mobile phase and the flow rate at 0,5; 1,0 and 1,2

mL/minute.

This research resulted in an optimum condition of mobile phase at a

composition of acetate buffer:methanol:acetonitrile (40:54:6) and a flow rate of

1,2 mL/minute. This condition fulfills the parameters of good separation which

are: peak with a tailing factor of 1,25; an efficient retention time of 2,012 minutes,

1,5679 resolution value, and the HETP value of 0,0111.

Keywords: nicotine, method optimization, reversed-phase HPLC

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Nikotin merupakan golongan alkaloid yang banyak ditemukan dalam

tanaman familia Solanaceae terutama tembakau (Nicotiana tabacum) dengan

biosintesis terjadi di akar dan terakumulasi di daun (Anonim, 2008). Nikotin

selama ini dikenal sebagai zat yang terkandung dalam rokok dan bisa

menyebabkan ketergantungan. Beberapa fakta lain seputar nikotin belum

diketahui oleh masyarakat. Nikotin menyebabkan pelepasan beberapa

neurotransmitter pada otak secara spontan yang mempengaruhi suasana hati,

nafsu makan dan ingatan (Frayne, 2002). Beberapa ilmuwan menemukan bahwa

nikotin memiliki efek farmakologi yang berguna bagi dunia pengobatan, yakni

sebagai agen terapi penyakit yang berhubungan dengan ketidakseimbangan

neurotransmitter dalam otak, misalnya penyakit Alzheimer, sehingga nikotin

berpotensi untuk dijadikan zat aktif dalam suatu sediaan farmasi (Blake, 2010).

Suatu senyawa yang akan dijadikan zat utama dalam sediaan farmasi

harus diketahui dengan jelas kadarnya. Oleh sebab itu, perlu dilakukan

standarisasi yang melibatkan pemastian kadar senyawa aktif farmakologis melalui

analisis kuantitatif metabolit sekunder sehingga menjamin keseragaman khasiat.

Standarisasi ditujukan untuk memberikan efikasi yang terukur secara

farmakologis dan menjamin keamanan konsumen. Aspek parameter spesifik

standarisasi berfokus pada senyawa atau golongan senyawa yang bertanggung

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

2

jawab terhadap aktivitas farmakologi. Analisis kimia yang dilakukan ditujukan

untuk analisa kualitatif dan kuantitatif terhadap senyawa aktif (Saifudin, Rahayu

dan Teruna, 2011).

Metode yang dipilih untuk menetapkan kadar nikotin dalam ekstrak

etanolik daun tembakau adalah metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT)

fase terbalik. Metode ini selektif dalam memisahkan senyawa multikomponen

dengan hasil pemisahan yang baik serta waktu yang relatif singkat. Penelitian ini

merupakan bagian dari rangkaian penelitian penetapan kadar nikotin dalam

ekstrak etanolik daun tembakau yang terdiri dari optimasi metode, validasi metode

dan penetapan kadar. Berdasarkan penelusuran literatur, penelitian tentang

penetapan kadar nikotin dalam ekstrak etanolik daun tembakau menggunakan

metode KCKT fase terbalik belum pernah dilakukan. Fase gerak yang digunakan

dalam penelitian ini diperoleh dari penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya

oleh Tuomi dkk. (1999) tentang analisis nikotin dan beberapa senyawa lain dalam

urin menggunakan KCKT dengan detektor spektroskopi massa. Optimasi

dilakukan karena kondisi percobaan dan instrumen yang akan digunakan berbeda.

Tujuan dari optimasi metode adalah untuk memperoleh kondisi optimum dari

instrumen KCKT sehingga dapat memisahkan nikotin dari senyawa-senyawa lain

yang terdapat dalam fraksi kloroform ekstrak etanolik daun tembakau. Optimasi

yang dilakukan meliputi komposisi fase gerak dan variasi kecepatan alir.

Perbandingan komposisi fase gerak dan kecepatan alir yang yang optimal

diharapkan menghasilkan pemisahan yang optimum. Pemisahan yang optimum

dapat dilihat dari waktu retensi, bentuk peak, nilai HETP (Height Equivalent to a

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

3

Theoritical Plate), nilai resolusi, dan reprodusibilitas nilai tailing factor dan

resolusi yang dihasilkan. Waktu retensi yang efisien untuk analisis rutin adalah

kurang dari 10 menit. Bentuk peak dengan nilai TF ≤ 2 telah memenuhi syarat

kriteria peak yang baik menurut Center for Drug Evaluation and Research (1994).

Kolom dengan nilai HETP yang kecil mampu memisahkan komponen-komponen

dalam suatu campuran dengan lebih baik. Nilai resolusi lebih dari atau sama

dengan 1,5 akan memberikan pemisahan puncak yang baik (base line resolution)

(Snyder dkk., 1997). Pada pengujian dengan KCKT perlu memperhatikan

reprodusibilitas nilai tailing factor baku nikotin dan resolusi kromatogram hasil

pemisahan nikotin dalam sampel fraksi kloroform ekstrak etanolik daun tembakau

yang dilihat dari nilai koefisien variasi (CV). Hasil analisis dinyatakan memiliki

presisi yang baik apabila nilai CV lebih kecil dari 2% (Mulja dan Suharman,

1995).

1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang muncul adalah

bagaimana komposisi fase gerak dan kecepatan alir yang optimal untuk

menghasilkan pemisahan yang baik pada penetapan kadar nikotin dalam ekstrak

etanolik daun tembakau menggunakan metode KCKT fase terbalik, dilihat dari

bentuk peak, waktu retensi yang efisien, nilai HETP, resolusi, reprodusibilitas

nilai tailing factor dan resolusi yang dihasilkan?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

4

2. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran literatur yang dilakukan, maka penetapan kadar

nikotin dalam ekstrak etanolik daun tembakau dengan metode KCKT fase terbalik

belum pernah dilakukan. Penelitian tentang penetapan kadar nikotin yang pernah

dilakukan adalah penetapan kadar nikotin dalam macam-macam merk rokok

(Alali dan Massadeh, 2002); analisis nikotin dan beberapa metabolit lain dalam

urine perokok pasif menggunakan HPLC-Tandem Mass, penetapan kadar nikotin

dalam sampel biologis menggunakan metode kromatografi cair kinerja tinggi

(KCKT), kromatografi gas, spektrofotometri massa dan kromatografi cair-MS

(LC-MS) (Nakajima, Yamamoto, Kuroiwa dan Yokoi, 2000).

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat metodologis. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan

ilmiah sebagai alternatif metode penelitian dalam melakukan optimasi metode

pada penetapan kadar nikotin dalam ekstrak etanolik daun tembakau.

b. Manfaat praktis. Penelitian ini dapat digunakan sebagai metode

optimasi untuk analisis nikotin dalam ekstrak etanolik daun tembakau dan dapat

memberikan informasi mengenai metode analisis nikotin dalam sampel

multikomponen seperti ekstrak etanolik daun tembakau dengan kromatografi cair

kinerja tinggi (KCKT) fase terbalik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

5

B. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut, tujuan

dilakukannya penelitian ini adalah mengetahui komposisi fase gerak dan

kecepatan alir yang optimal untuk menghasilkan pemisahan yang baik pada

penetapan kadar nikotin dalam ekstrak etanolik daun tembakau menggunakan

metode KCKT fase terbalik, dilihat dari bentuk peak, waktu retensi yang efisien,

nilai HETP, resolusi, reprodusibilitas nilai tailing factor dan resolusi yang

dihasilkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

6

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Nikotin

Nikotin 3-(1-metil-2-pirolidinil) piridin merupakan senyawa yang hampir

tidak berwarna, kuning pucat, berupa cairan minyak yang higroskopis dan

terdapat pada daun tembakau (Nicotiana tabacum) (Tamrah, 1998).

Gambar 1. Struktur Nikotin (Anonim,1999).

Nikotin murni berbentuk cairan minyak yang hampir tidak berwarna atau

berwarna kuning pucat dengan titik didih 246-247oC. Jika terpapar cahaya atau

udara dan pada penyimpanan dalam waktu yang lama, maka nikotin akan

teroksidasi dan berubah warna menjadi kecokelatan (Domino, 1999).

Nikotin merupakan senyawa kimia poten yang berperan dalam

pertahanan diri dari beberapa tanaman spesies Nicotiana terhadap lingkungan

yang biasanya diinduksi oleh kerusakan yang ditimbulkan herbivora. Fungsi

utamanya adalah untuk memberikan supply nitrogen dengan cepat pada bagian

akar setelah terjadinya kerusakan dan melindungi dari radiasi UV (Baldwin dan

Huh, 1993).

Nikotin merupakan salah satu alkaloid yang terdapat dalam tanaman

tembakau dengan biosintesis yang terjadi pada jaringan akar (gambar 2).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

7

Gambar 2. Jalur biosintesis alkaloid dalam tanaman tembakau (Domino, 1999).

Meskipun nikotin dianggap buruk karena menimbulkan ketergantungan

pada rokok, namun nikotin memiliki potensi dalam mencegah dan sebagai agen

terapi beberapa penyakit (Tarkovsky, 2008). Dari beberapa penelitian, nikotin

bukan hanya berpotensi untuk terapi penyakit Alzheimer dan dementia, tetapi

nikotin juga dapat berpotensi untuk terapi penyakit Parkinson, ADHD, dan

sindrom Tourette. Pada penyakit Parkinson, nikotin mampu meningkatkan

kemampuan kognitif dan motorik penderita (Anonim, 2011).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

8

Beberapa substansi yang disebut sebagai obat, masuk ke dalam tubuh dan

memberikan efek dengan meniru substansi alami yang berada dalam tubuh.

Nikotin berperan dalam tubuh dengan meniru substansi alami dalam tubuh yakni

neurotransmitter asetilkolin atau ACh. Reseptor nikotinik ACh terdapat hampir

pada semua bagian tubuh namun jumlah terbanyak ada pada sistem saraf dan otot

(Pugh, 2002).

Nikotin mempunyai bentuk yang mirip dengan ACh. Nitrogen piridin

pada nikotin merupakan pendonor elektron yang memiliki kesamaan dengan keto

oksigen pada gugusan asetil asetilkolin. Muatan positif nitrogen kuartener

asetilkolin memiliki kesamaan dengan muatan positif nitrogen cincin pirolidin

nikotin (Domino, 1999).

Gambar 3. Kemiripan struktur nikotin dan asetilkolin (Domino, 1999).

Target utama nikotin dalam tubuh adalah reseptor kolinergik nikotinik

yang merupakan reseptor yang kompleks termasuk pre-sinaptik dan post-sinaptik

pada sistem saraf. Depolarisasi reseptor menyebabkan terjadinya influx

intraseluler Ca++

dan Na+ sehingga beberapa sinyal kimia dilepaskan. Paparan

nikotin secara berulang akan menyebabkan toleransi akibat desensitisasi reseptor

(Domino, 1999).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

9

Dalam American Journal of Psychiatry, diketahui bahwa reaksi nikotin

dengan oksigen dapat membentuk asam nikotinik. Efek dari turunan senyawa ini

bisa bermanfaat bagi tubuh manusia yaitu menenangkan, meningkatkan suasana

hati serta merangsang aktivitas otak, fungsi motorik dan memori. Nikotin bisa

benar-benar bermanfaat sebagai obat jika digunakan dengan benar dan dosis yang

akurat (Tantra, 2010).

B. Ekstrak Tembakau

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat

aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang

sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan masa atau

serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah

ditetapkan (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Republik

Indonesia, 1995).

Gambar 4. Tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum) (Widyasari, 2008).

Tanaman tembakau (Nicotiana tabacum L.) merupakan familia

Solanaceae (Cahyono, 1998). Daun tumbuhan ini (folia nicotianae) mengandung

1-3 % nikotin, nonikotin, nikotimin, nikotein, isonikotein, nikotoin, nikotelin

(Tjitrosoepomo, 1994).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

10

Tanaman tembakau berbentuk silindris atau piramidal, tergantung pada

jenis atau varietasnya. Tinggi tanaman tembakau rata-rata hanya mencapai 2,5 m.

Akan tetapi apabila syarat tumbuhnya cocok, tinggi tanaman tembakau dapat

mencapai 4 m. Tanaman tembakau tidak bercabang dan umurnya kurang dari satu

tahun (Cahyono, 1998).

Kandungan nikotin pada tanaman Nicotiana biasanya sebanyak 2-8 %

dari berat daun kering. Selain itu terdapat alkaloid lain seperti anabasin, anatabin,

dan nornikotin dalam jumlah yang lebih sedikit (Domino, 1999).

Gambar 5. Struktur alkaloid yang terdapat dalam tanaman tembakau (Bush,

Hempfling dan Burton, 1993).

C. Standarisasi Ekstrak

Rangkaian proses yang melibatkan berbagai metode analisis kimiawi

berdasarkan data farmakologis, melibatkan kriteria fisik dan mikrobiologi

berdasarkan kriteria umum keamanan (toksikologi) terhadap suatu ekstrak alam

(tumbuhan obat) disebut standarisasi bahan obat alam (SBOA) atau standarisasi

obat herbal (Saifudin dkk., 2011).

Obyek standarisasi adalah ekstrak tumbuhan yakni material yang

diperoleh dengan cara menyari bahan tumbuhan dengan pelarut tertentu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

11

Standarisasi melibatkan pemastian kadar senyawa aktif farmakologis melalui

analisis kuantitatif metabolit sekunder yang akan menjamin keseragaman khasiat

(Saifudin dkk., 2011).

D. Larutan Penyangga (Buffer)

Larutan buffer adalah semua larutan yang pHnya dapat dikatakan tetap

walaupun ditambahkan sedikit asam atau basa. Biasanya larutan buffer

mengandung asam lemah beserta basa konjugatnya. Buffer yang optimal adalah

buffer yang asam dan basa konjugat didalamnya mempunyai konsentrasi yang

hampir sama, jika perbedaannya terlalu besar, ketahanan buffer terhadap pengaruh

penambahan asam atau basa akan berkurang (Oxtoby, Gillis dan Nachtrieb, 2001).

Larutan buffer sering digunakan dalam bidang kimia analisis seperti pada

pembuatan fase gerak pada KCKT. Jenis buffer paling sederhana tersusun atas

asam atau basa lemah yang dikombinasikan dengan asam atau basa kuat. Sistem

buffer yang umum adalah sistem natrium asetat/asam asetat (Gandjar dan

Rohman, 2007).

Penggunaan buffer dengan kation yang dapat berikatan kuat dengan

residu silanol seperti Na+, K

+, NH4

+, trietilamonium

+ dan dimetiloktilamonium

+

dapat menghambat terjadinya interaksi residu silanol dengan sampel sehingga

meminimalkan efek silanol (Snyder dkk., 1997).

Larutan buffer yang ideal memiliki serapan pada panjang gelombang di

bawah 220 nm atau dapat dideteksi UV serendah mungkin. Tabel I menunjukkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

12

beberapa jenis buffer yang sering digunakan dalam analisis menggunakan

instrumen KCKT.

Tabel I. Jenis buffer yang sering digunakan pada analisis dengan KCKT (Snyder dkk.,

1997)

E. Spektrofotometri UV

Pemilihan panjang gelombang menyangkut hubungan antara sifat optik

cuplikan dan pelarut. Penyerapan radiasi UV atau visibel menyangkut elektron

luar atau elektron valensi molekul dan bergantung pada jenis ikatan kimia dalam

molekul. Ikatan kimia atau gugus kimia penyebab terjadinya serapan sinar UV-

Vis disebut kromofor (Johnson dan Stevenson, 1978).

Spektrofotometri UV adalah salah satu teknik analisis spektroskopik

yang menggunakan radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat (190-380 nm)

dengan menggunakan alat spektrofotometer. Pada analisis menggunakan

spektrofotometri UV, dilakukan pembacaan absorbansi (penyerapan) atau

transmitansi (penerusan) radiasi elektromagnetik oleh suatu molekul. Hasil

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

13

pembacaan absorbansi disebut sebagai absorban (A) dan tidak memiliki satuan,

sedangkan hasil pembacaan transmitansi disebut transmitan dan memiliki satuan

% T (Mulja dan Suharman, 1995).

Spektrum absorbsi merupakan plot antara persen transmitan, absorbansi,

log absorbansi atau absorbtivitas molar analit yang merupakan fungsi dari panjang

gelombang (Skoog,West dan Holler, 1994).

Apabila suatu molekul dikenai oleh radiasi elektromagnetik (REM) maka

akan terjadi eksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi yang dikenal sebagai

orbital elektron antiikatan (Mulja dan Suharman, 1995). Diagram tingkat energi

elektronik dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Diagram tingkat energi elektronik (Gandjar dan Rohman, 2007).

Tipe-tipe transisi elektronik yang mungkin terjadi yaitu σ → σ*, n → σ*,

n → π* dan π→ π*.

1. Transisi σ → σ* (sigma-sigma star)

Eksitasi elektron (σ → σ*) membutuhkan energi yang terbesar dan terjadi

pada daerah UV jauh yang diberikan oleh ikatan tunggal, misalnya alkana (Mulja

dan Suharman, 1995).

Jenis transisi σ → σ* terjadi pada daerah UV vakum sehingga kurang

begitu bermanfaat untuk analisis dengan cara spektrofotometri UV-Vis (Gandjar

dan Rohman, 2007).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

14

2. Transisi n → σ* (non bonding elektron-sigma star)

Eksitasi elektron (n → σ*) terjadi pada gugus karbonil yang terjadi pada

UV jauh (Mulja dan Suharman, 1995). Jenis transisi ini terjadi pada senyawa

organik jenuh yang mengandung atom-atom yang memiliki elektron bukan ikatan

(elektron n). Energi yang diperlukan untuk transisi ini lebih kecil dibanding

transisi σ → σ* sehingga sinar yang diserap mempunyai panjang gelombang lebih

panjang, yakni sekitar 150-250 nm. Kebanyakan transisi ini terjadi pada panjang

gelombang kurang dari 200 nm (Gandjar dan Rohman, 2007).

3. Transisi n → π* dan transisi π→ π*

Untuk memungkinkan terjadinya jenis transisi ini, molekul organik harus

mempunyai gugus fungsional yang tidak jenuh sehingga ikatan rangkap dalam

gugus tersebut memberikan orbital phi yang diperlukan (Gandjar dan Rohman,

2007). Eksitasi elektron π → π* diberikan oleh ikatan rangkap dua dan rangkap

tiga, juga terjadi pada daerah UV jauh (Mulja dan Suharman, 1995).

Jenis transisi ini merupakan jenis transisi yang paling cocok digunakan

untuk analisis sebab sesuai dengan panjang gelombang antara 200-700 nm, dan

panjang gelombang ini secara teknis dapat diaplikasikan pada spektrofotometer

(Gandjar dan Rohman, 2007).

Pelarut dapat mempengaruhi transisi n → π* dan transisi π→ π*. Hal ini

berkaitan dengan adanya perbedaan kemampuan pelarut untuk mensolvasi antara

keadaan dasar dengan keadaan tereksitasi.

Dalam keadaan transisi π → π*, molekul dalam keadaan dasar relatif non

polar, dan keadaan tereksitasinya lebih polar dibanding keadaan dasar. Jika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

15

pelarut polar digunakan pada molekul yang mengalami transisi ini maka akan

menyebabkan pelarut polar berinteraksi lebih kuat dengan keadaan tereksitasi

dibandingkan dengan keadaan dasar, sehingga perbedaan energi transisi π → π*

pada pelarut polar ini lebih kecil. Akibat dari peristiwa ini adalah bahwa transisi

π→ π* digeser ke panjang gelombang yang lebih besar (pergeseran bathokromik)

dibandingkan panjang gelombang semula (Gandjar dan Rohman, 2007).

Gambar 7. Pengaruh pelarut polar pada transisi π → π*

Pada kebanyakan molekul-molekul yang menunjukkan transisi n → π*,

keadaan dasar lebih polar daripada keadaan tereksitasi. Secara khusus, pelarut-

pelarut yang berikatan hidrogen akan berinteraksi secara lebih kuat dengan

pasangan elektron yang tidak berpasangan pada molekul dalam keadaan dasar

dibanding pada molekul dalam keadaan eksitasi. Sebagai akibatnya, transisi

n→π* akan mempunyai energi yang lebih besar sehingga panjang gelombang

transisi ini akan digeser ke panjang gelombang yang lebih pendek dibandingkan

panjang gelombang semula yang disebabkan oleh kemampuan untuk membentuk

ikatan hidrogen (polaritas) pelarut meningkat. Pergeseran panjang gelombang

menjadi lebih pendek daripada panjang gelombang semula yang disebut dengan

pergeseran hipsokromik (Gandjar dan Rohman, 2007).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

16

Gambar 8. Pengaruh pelarut polar pada transisi n → π

Daerah yang paling berguna dari spektrum UV adalah daerah dengan

panjang gelombang di atas 200 nm. Transisi berikut menimbulkan absorpsi dalam

daerah 100-200 nm yang tak berguna: π → π* untuk ikatan rangkap menyendiri

dan σ → σ* untuk ikatan-ikatan karbon biasa. Transisi yang berguna (200-400

nm) adalah π → π* untuk senyawa dengan ikatan rangkap berkonjugasi serta

beberapa transisi n → σ* dan n → π* (Fessenden dan Fessenden, 1994).

Panjang gelombang dimana terjadinya eksitasi elektronik yang

memberikan absorban yang maksimum disebut sebagai panjang gelombang

maksimum (λ maks). Penentuan panjang gelombang maksimum yang pasti (tetap)

dapat dipakai untuk identifikasi molekul yang bersifat karakteristik sebagai data

sekunder (Mulja dan Suharman, 1995).

F. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

1. Definisi dan Instrumentasi KCKT

Kromatografi adalah suatu metode analitik untuk pemurnian dan

pemisahan senyawa-senyawa organik dan anorganik. Metode ini berguna untuk

fraksionasi campuran kompleks dan pemsiahan untuk senyawa-senyawa sejenis

(Khopkar, 1990).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

17

KCKT merupakan metode kromatografi cair yang paling banyak

digunakan dalam analisis pemisahan, identifikasi dan penetapan kadar berbagai

macam komponen pada suatu campuran (Skoog, dkk., 1994). KCKT memiliki

sistem pompa tekanan tinggi dan detektor yang sensitif telah menyebabkan

perubahan kromatografi cair menjadi suatu sistem pemisahan dengan kecepatan

dan efisiensi tinggi (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Republik

Indonesia, 1995).

KCKT digunakan terutama untuk golongan senyawa yang tak atsiri,

misalnya terpenoid tinggi, segala jenis senyawa fenol, alkaloid, lipid, dan gula.

KCKT berhasil paling baik untuk senyawa yang dapat dideteksi di daerah

spectrum UV atau sinar tampak. Spectrum serapan kandungan tumbuhan dapat

diukur dalam larutan yang sangat encer dengan pembanding blanko pelarut serta

menggunakan spektrofotometer yang merekam otomatis. Senyawa tanwarna

diukur pada jangka 200 sampai 400 nm, senyawa berwarna diukur pada 200

sampai 700 nm (Harborne,1987).

Gambar 9. Instrumentasi KCKT (Kazakevich dan Nair, 1996).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

18

Dalam analisis menggunakan KCKT, beberapa hal yang perlu

diperhatikan yakni pemilihan fase diam dan fase gerak, serta detektor yang akan

digunakan.

Fase diam dari KCKT berupa kolom kromatografi yang merupakan

tempat pemisahan komponen-komponen yang terdapat dalam sampel.

Oktadesilsilan (C18) merupakan fase diam yang paling banyak digunakan karena

mampu memisahkan senyawa-senyawa dengan kepolaran yang rendah, sedang,

maupun tinggi (Rohman dan Gandjar, 2007).

Jika fase diam yang digunakan bersifat non polar dan fase gerak yang

digunakan bersifat polar, maka senyawa non polar akan tertahan lebih kuat pada

fase diam dan senyawa polar akan terelusi terlebih dahulu oleh fase gerak. Sistem

kromatografi ini disebut kromatografi fase terbalik dan digunakan secara luas

dalam analisis (Christian, 2004).

Tertambatnya sampel pada fase diam dipengaruhi oleh panjang

pendeknya rantai karbon. Kelebihan kolom dengan rantai karbon yang lebih

panjang adalah sifatnya yang lebih retensif, sehingga sampel yang memiliki sifat

mirip dengan kolom akan tertambat lebih lama (Skoog dkk.,1994).

Fase gerak yang sering digunakan adalah campuran metanol atau

asetonitril dengan air atau dengan larutan buffer. Untuk analit yang bersifat asam

atau basa lemah, peranan pH sangat penting karena jika pH fase gerak tidak diatur

maka analit akan mengalami ionisasi sehingga ikatan dengan fase diam akan

menjadi lemah jika dibandingkan dengan bentuk tidak terionisasi, spesies yang

terionisasi akan terelusi lebih cepat (Rohman dan Ganjar, 2007).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

19

Pada pemilihan fase gerak yang terpenting adalah kepolaran campuran

pelarut yang digunakan bersifat linier dengan kepolaran pelarut murninya. Nilai

kepolaran antara dua campuran sembarang pelarut dapat dihitung dengan

persamaan di bawah ini:

(1)

Dengan dan adalah fraksi volume pelarut a dan b dalam

campuran, sedangkan dan adalah angka P’ pelarut murni (Gritter, Bobbit,

dan Schwarting, 1991).

Pelarut yang digunakan dalam analisis menggunakan KCKT detektor UV

hendaknya memiliki UV cut-off yang jauh dari panjang gelombang serapan analit.

Hal ini karena pada panjang gelombang tersebut kepekaan detektor UV sangat

lemah (Mulja dan Suharman, 1995). Karakteristik beberapa pelarut yang sering

digunakan pada analisis menggunakan KCKT disajikan pada tabel II.

Tabel II. Karakteristik beberapa pelarut yang digunakan dalam KCKT

Pelarut Indeks

polaritas

Nilai eluotropik UV cut-off

(nm) Alumina C18 Silika

Heksan 0.1 0.01 - 0.00 195

Sikloheksan 0.2 0.04 - - 200

Toluen 2.4 0.29 - 0.22 284

Tertrahidrofuran 4.0 0.45 3.7 0.53 212

Etil Asetat 4.4 0.58 - 0.48 256

Aseton 5.1 0.56 8.8 0.53 330

Metanol 5.1 0.95 1.0 0.7 205

Asetonitril 5.8 0.65 3.1 0.52 190

Dimetilformamida 6.4 - 7.6 - 268

Dimetilsulfoksida 7.2 0.62 - - 268

Air 10.2 - - - 190

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

20

Detektor untuk KCKT dibagi dalam dua kategori yakni bulk property

detector dan solute property detector.

a. Bulk property detector. Detektor ini merupakan jenis detektor yang

mengukur sifat solut dan fase gerak. Contohnya adalah detektor indeks bias.

Detektor indeks bias merupakan detektor universal yang menangkap sinyal solut

yang memiliki indeks bias berbeda dengan indeks bias fase gerak. Kelemahannya

adalah indeks bias sangat dipengaruhi suhu. Selain itu, detektor indeks bias juga

kurang sensitif dan tidak cocok untuk kondisi elusi landaian (Munson, 1991).

b. Solute property detector. Detektor ini merupakan detektor yang

efektif mengukur sifat solut. Detektor ini lebih sensitif dibandingkan bulk

property detector. Contohnya adalah detektor UV-Vis dan detektor flouresensi.

Detektor KCKT yang sering digunakan dalam analisis farmasi ialah detektor UV-

Vis. Hal ini disebabkan kebanyakan senyawa obat memiliki struktur yang dapat

menyerap sinar UV-Vis. Detektor UV digunakan untuk mendeteksi senyawa-

senyawa yang memiliki gugus kromofor dengan atau tanpa adanya auksokrom

(Settle, 1997).

Detektor yang paling banyak digunakan pada KCKT adalah detector UV-

Vis yang mampu mendeteksi analit dalam jumlah nanogram. Detektor UV

memiliki sensitifitas sekitar 10-8

g/mL (0,01 ppm), tidak terpengaruh terhadap

perubahan temperature, dapat digunakan untuk elusi gradient, sensitif terhadap

sebagian besar senyawa organik. Detektor ini tidak dapat digunakan apabila

solvent memiliki serapan pada panjang gelombang UV serta untuk senyawa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

21

sampel yang tidak memiliki serapan pada panjang gelombang UV (Christian,

2004).

Detektor UV cocok digunakan untuk analisis alkaloid dan metabolit

analognya dalam tanaman tembakau karena cincin piridin memiliki serapan yang

kuat pada panjang gelombang 260-264 nm (Domino, 1999).

2. Kromatografi Partisi Fase Terbalik

Teknik kromatografi partisi cair-cair terdiri dari suatu kolom yang berisi

zat padat penunjang dimana pada permukaan terdapat fase diam berupa cairan.

Fase kedua, yaitu fase bergerak yang tidak bercampur dengan cairan dari fase

diamnya akan mengalir sepanjang kolom. Komponen-komponen dari campuran

akan terpartisi pada kedua fase akibat adanya perpindahan diantara kedua fase

tersebut (Khopkar, 1990).

Kecepatan migrasi analit dalam fase diam ditentukan oleh perbandingan

distribusinya (D), dan besarnya D ditentukan oleh afinitas relatif solute pada

kedua fase (fase diam dan fase gerak). Dalam kromatografi, nilai D didefinisikan

sebagai perbandingan konsentrasi solut dalam fase diam (Cs) dan dalam fase

gerak (Cm) (Rohman dan Gandjar, 2007).

Kromatografi dengan fase diam polar dan fase gerak kurang polar atau non

polar disebut kromatografi fase normal. Sebaiknya kromatografi yang

menggunakan fase diam relatif non polar seperti hidrokarbon dan fase gerak

relatif polar seperti air atau metanol disebut dengan kromatografi fase terbalik

(Gritter dkk., 1991).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

22

Keuntungan penggunaan kromatografi fase terbalik dalam analisis adalah

senyawa polar akan lebih baik pemisahannya pada kromatografi fase terbalik,

senyawa yang mudah terionkan (ionik) yang tidak terpisahkan pada kromatografi

cair kinerja tinggi fase normal akan dapat terpisahkan dengan kromatografi fase

terbalik, dengan kromatografi fase terbalik, air dapat digunakan sebagai salah satu

komponen pada pelarut pengembang (Mulja dan Suharman, 1995).

3. Optimasi

Selama tahap optimasi, serangkaian kondisi awal yang muncul pada

tahap pengembangan metode perlu dimaksimalkan (resolusi, bentuk puncak,

jumlah lempeng, asimetri, kapasitas, waktu elusi, batas deteksi, batas kuantifikasi,

dan keseluruhan kemampuan unruk melakukan kuantifikasi analit tertentu yang

dikehendaki) (Rohman dan Gandjar, 2007).

Kecepatan alir yang optimal adalah sekitar 0,8; 1,2; dan 2,5 mL/menit

untuk kolom dengan ukuran partikel 10; 5; dan 3 μm (diameter kolom 4,6 mm).

Semakin kecil ukuran partikel, maka semakin cepat kecepatan alirnya (Ahuja dan

Rasmussen, 2007).

4. Pemisahan Puncak dalam Kromatografi

Empat hal yang mendeskripsikan karakteristik dari kolom kromatografi,

kondisi sistem, dan pemisahan yaitu faktor retensi (k’), efisiensi (N), selektifitas

(α), resolusi (R) (Ahuja dan Rasmussen, 2007).

a. Efisiensi kolom. Efisiensi merupakan parameter spesifik kolom yang

utama. Pada KCKT , faktor utama yang mempengaruhi kolom adalah geometri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

23

packing material, keseragaman, dan densitas partikel kolom (Ahuja dan

Rasmussen, 2007).

Kolom yang efisien mencegah pelebaran pita dan menghasilkan puncak

yang sangat sempit. Harga N dihitung dengan persamaan:

(

) = (

)

= 5,54 (

)

(2)

Harga W ialah lebar alas puncak, dan W1/2 ialah lebar puncak pada setengah tinggi

puncak (Johnson dan Stevenson, 1978).

Jumlah pelat teoritis berbanding lurus dengan panjang kolom. Umumnya

kolom yang lebih panjang mempunyai jumlah pelat yang lebih banyak, tetapi

penurunan tekanannya pun lebih besar. Karena panjang kolom yang bermacam-

macam, maka diperlukan ukuran keefisienan kolom yang tidak bergantung pada

panjang kolom. Tinggi atau jarak yang setara dengan pelat teorotis, H atau HETP

merupakan ukuran keefisienan kolom yang berkaitan dengan jumlah pelat teoritis

(Johnson dan Stevenson, 1978).

(3)

L adalah panjang kolom, biasanya dalam mm, dan N adalah jumlah pelat teoritis.

Kolom untuk KCKT biasanya memiliki tinggi pelat dalam rentang 0,01-1,0 mm.

Selama pemisahan kromatografi, solut secara individual akan

membentuk profil konsentrasi yang simetri atau dikenal dengan profil Gaussian

dalam arah aliran fase gerak. Profil kromatogram yang dikenal sebagai puncak

atau pita, secara perlahan-lahan akan melebar dan sering juga membentuk profil

yang asimetrik karena solut-solut melanjutkan migrasinya ke fase diam. Penyebab

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

24

terjadinya pelebaran puncak kromatografi yaitu: difusi Eddy, difusi molekular,

transfer massa.

Difusi Eddy terjadi karena perbedaan kecepatan jarak tempuh antara

partikel dalam kolom yang berhubungan dengan bentuk dan ukuran partikel dalam

kolom. Difusi Eddy dapat diminimalkan dengan menggunakan partikel yang

berukuran kecil dan seragam (Christian, 2004).

Gambar 10. Difusi Eddy dalam kromatografi kolom (Rohman, 2009).

Difusi longitudinal atau difusi molekular menggambarkan efek dari

pergerakan acak dari molekul dalam fase gerak. Pengaruh difusi longitudinal

terhadap ketinggian lempeng menjadi sangat signifikan hanya pada kecepatan fase

gerak yang rendah. Kecepatan difusi solut yang tinggi pada fase gerak dapat

menyebabkan molekul solut terdispersi secara aksial sementara dengan lambat

bermigrasi melalui kolom (Christian, 2004).

Gambar 11. Difusi molekular (Christian, 2004).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

25

Peristiwa transfer massa menggambarkan kesetimbangan solut ketika

bergerak diantara fase diam dan fase gerak. Hal ini dipengaruhi oleh koefisien

partisi dan kelarutan solut pada fase diam cair (Christian, 2004). Peristiwa transfer

masa digambarkan sebagai berikut.

Gambar 12. Perpindahan massa antara fase diam dan fase gerak (Rohman, 2009).

b. Waktu retensi (tR) dan resolusi. Waktu retensi (tR) merupakan jarak

antara waktu penginjeksian hingga waktu pada puncak puncak peak (Kazakevich

dan LoBrutto, 2007). Perubahan kecepatan alir dan komposisi fase gerak

merupakan faktor yang paling menentukan perubahan waktu retensi (tR) (Ahuja

dan Rasmussen, 2007). Faktor retensi (k’) dipengaruhi oleh jumlah solut pada fase

diam (Ws) dan jumlah solut pada fase gerak (Wm) (Hagel dan Lars, 2008).

k’=

(4)

Resolusi menunjukkan kemampuan kolom untuk membedakan dua analit

menjadi dua peak yang terpisah (Ahuja dan Rasmussen, 2007). Menurut Snyder

dkk. (1997), nilai resolusi dua peak yang berdekatan dapat dihitung dengan

persamaan:

( )

( ( ) ( )) (5)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

26

tR = perbedaan waktu retensi dua puncak yang saling berdekatan.

W0,5 (1) = lebar peak setengah tinggi kromatogram pertama.

W0,5 (2) = lebar peak setengah tinggi kromatogram kedua.

Rs = resolusi

Gambar 13. Pemisahan dua senyawa

c. Faktor asimetri (faktor pengekoran). Jika puncak yang akan

dikuantifikasi adalah asimetri (tidak setangkup), maka perhitungan asimetrisitas

merupakan cara yang berguna untuk mengontrol atau mengkarakterisasi sistem

kromatografi. Parameter yang digunakan untuk meneliti bentuk peak yaitu peak

asymmetry factor (AF), yang diukur 10% dari tinggi puncak. Peak yang simetri

mempunyai nilai AF sama dengan 1, tetapi peak dengan nilai AF pada rentang

0,95-1,1 masih dikatakan baik. Selain AF, parameter lain yang dapat digunakan

yaitu peak tailing factor (PTF). Pengukuran dengan PTF lebih disukai. Nilai PTF

diukur pada 5% tinggi puncak (Snyder dkk., 1997).

Gambar 14. Penentuan Asymmetry Factor dan Tailing Factor (Snyder dkk., 1997).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

27

Menurut Center for Drug Evaluation and Research (1994), syarat peak

yang baik memiliki nilai TF ≤ 2.

d. Analisis kualitatif dan kuantitatif. Kromatografi dapat digunakan

untuk tujuan analisis, baik analisis kualitatif maupun kuantitatif. Untuk menjamin

kondisi yang digunakan dalam analisis tetap stabil dan reprodusibel, maka syarat

yang harus dipenuhi adalah analit harus telah diketahui dan terpisah sempurna dari

komponen-komponen lain dalam kromatogram, baku dengan kemurnian yang

tinggi dan telah diketahui harus tersedia, prosedur kalibrasi yang sudah diketahui

harus digunakan (Gandjar dan Rohman, 2007).

Area peak yang reprodusibel menunjukkan sistem kromatografi cair yang

baik. Perubahan area peak dapat dipengaruhi oleh perubahan volume injeksi,

kecepatan alir, panjang gelombang detektor, pH, stabilitas sampel, dan adanya

sampel yang hilang akibat adsorbsi irreversibel pada kolom yang kotor (Ahuja dan

Rasmussen, 2007).

G. Landasan Teori

Nikotin merupakan salah satu alkaloid yang dihasilkan oleh tanaman

tembakau yang memiliki efek sebagai stimulan sistem saraf pusat. Nikotin

berbentuk cairan berwarna kuning pucat atau hampir tidak berwarna, memiliki

pKa 8,5 dan dapat teroksidasi oleh udara menjadi kecoklatan. Nikotin memiliki

efek farmakologis yang menguntungkan dan berpotensi untuk dijadikan suatu

senyawa aktif dalam sediaan farmasi. Menurut beberapa penelitian, nikotin bukan

hanya berpotensi untuk terapi penyakit Alzheimer dan dementia, tetapi nikotin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

28

juga dapat berpotensi untuk terapi penyakit Parkinson, ADHD, dan sindrom

Tourette (Anonim, 2011).

Standarisasi merupakan suatu upaya untuk menjamin kualitas dan

keseragaman khasiat dari suatu sediaan farmasi yang berasal dari bahan alam yang

meliputi analisis kuantitatif untuk menetapkan kadar senyawa aktif yang

memberikan efek farmakologis. Ekstrak etanolik daun tembakau merupakan

senyawa multikomponen yang mengandung nikotin dan beberapa metabolit lain.

Metode KCKT fase terbalik memiliki selektifitas dan sensitifitas yang tinggi

sehingga mampu memisahkan sampel multikomponen sekaligus

mengkuantifikasinya.

Optimasi komposisi fase gerak dan kecepatan alir pada sistem KCKT

dilakukan untuk menghasilkan pemisahan yang baik dengan waktu retensi yang

efisien yakni kurang dari 10 menit, bentuk peak yang memenuhi syarat menurut

Center for Drug Evaluation and Research (1994) yakni nilai TF ≤ 2, nilai resolusi

≥ 1,5 terhadap peak terdekat (baseline resolution) (Snyder dkk., 1997), nilai

HETP yang semakin kecil yang menunjukkan efisiensi kolom yang tinggi, nilai

reprodusibilitas TF dan resolusi dengan nilai CV lebih kecil dari 2% yang

menunjukkan hasil yang reprodusibel (Mulja dan Suharman, 1995).

H. Hipotesis

Metode KCKT fase terbalik dengan komposisi fase gerak dan kecepatan

alir yang optimal dapat menghasilkan pemisahan yang baik dilihat dari bentuk

peak yang memenuhi syarat menurut Center for Drug Evaluation and Research

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

29

(1994) yakni nilai TF ≤ 2 , waktu retensi (tR) yang efisien yakni kurang dari 10

menit, nilai HETP yang kecil, nilai resolusi ≥ 1,5 serta reprodusibilitas nilai TF

dan resolusi yang dihasilkan dengan nilai CV lebih kecil dari 2%.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang berjudul “Optimasi Metode Kromatografi Cair

Kinerja Tinggi (KCKT) Fase Terbalik pada Penetapan Kadar Nikotin dalam

Ekstrak Etanolik Daun Tembakau” termasuk dalam penelitian eksperimental

dengan rancangan penelitian deskriptif.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah perbandingan komposisi fase gerak

buffer asetat:metanol:asetonitril dan kecepatan alir yang digunakan.

2. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah bentuk peak, waktu retensi,

nilai HETP, dan nilai resolusi yang dihasilkan.

3. Variable pengacau terkendali dalam penelitian ini:

a. Kemurnian pelarut yang digunakan. Untuk mengatasinya digunakan

pelarut pro analysis yang memiliki kemurnian tinggi.

b. pH pelarut dan fase gerak yang dikendalikan pada pH 4

c. Paparan cahaya dan udara yang mempengaruhi stabilitas larutan baku

nikotin. Untuk mengatasinya digunakan aluminium foil untuk menutup dan

meminimalkan kontak dengan cahaya dan udara saat preparasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

31

C. Definisi Operasional

1. Sistem Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) yang digunakan adalah

seperangkat alat KCKT fase terbalik dengan fase diam C18 dan fase gerak

buffer asetat:metanol:asetonitril dengan perbandingan yang optimum.

2. Optimasi dilakukan dengan mengubah-ubah komposisi fase gerak dan

kecepatan alir.

3. Parameter pemisahan yang optimum dengan metode KCKT dapat dilihat dari

bentuk peak, waktu retensi, nilai HETP, nilai resolusi, reprodusibilitas nilai TF

dan resolusi yang dihasilkan.

D. Bahan Penelitian

Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini memiliki

kualitas pro analysis kecuali dinyatakan lain yakni baku nikotin (E. Merck),

ammonium asetat (E. Merck), natrium asetat (E. Merck), asam asetat glasial (E.

Merck), asetonitril (E. Merck), metanol (E. Merck), natrium hidroksida (E.

Merck), kloroform (E. Merck), asam klorida (teknis), aquades dan aquabides.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak etanolik daun

tembakau.

E. Alat Penelitian

Seperangkat alat spektrofotometri UV-Vis merk Optima SP 300 Plus,

seperangkat alat KCKT fase terbalik merk Shimadzu dengan sistem gradien

(pompa merk Shimadzu, detekor UV-Vis merk Shimadzu), kolom oktadesilsilan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

32

(C18) merk KNAUER C18 No. 25EE181KSJ (B115Y620) dengan dimensi 250 x

4,6 mm, packing KROMASIL 100-5 C18, seperangkat komputer merk Dell

B6RDZ1S Connexant System RD01-D850 A03-0382 JP France S.A.S, printer HP

Deskjet D2566 HP-024-000 625 730, ultrasonikator merk Retsch tipe T460 No

V935922013 EY, syringe, neraca analitik Ohaus Carat Series PAJ 1003 (max

60/120 g, min 0,001g, d = 0,01/0,1 mg)s, penyaring milipore, mikropipet Socorex,

indicator pH (E. Merck), organic and anorganic solvent membrane filter

(Whatman) ukuran pori (0,45μm; diameter 47 mm), vakum, seperangkat alat gelas

(Pyrex).

F. Tata Cara Penelitian

1. Pembuatan Buffer Asetat

Buffer asetat dibuat dengan cara menimbang 0,5599 g ammonium asetat

dan 0,1683 g natrium asetat. Campuran tersebut dimasukkan ke dalam labu takar

250,0 mL dan ditambahkan 406 µL asam asetat glasial, kemudian dilarutkan

dengan aquabides hingga batas tanda sehingga diperoleh larutan buffer asetat

dengan pH 4. (Larutan buffer harus selalu dibuat baru setiap akan digunakan

untuk menghindari tumbuhnya mikroorganisme).

2. Pembuatan Fase Gerak

Fase gerak yang digunakan dalam penelitian ini yaitu campuran buffer

asetat:metanol:asetonitril dengan komposisi pada tabel III.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

33

Tabel III. Komposisi fase gerak buffer asetat : metanol : asetonitril

No Komposisi Fase Gerak

Buffer Asetat Metanol p.a Asetonitril p.a

1 75 23 2

2 60 36 4

3 40 54 6

Masing-masing larutan disaring menggunakan kertas saring Whatman

yang dibantu dengan pompa vaccum dan diawaudarakan selama 15 menit. Untuk

mendapatkan komposisi fase gerak seperti dalam tabel III, pencampuran fase

gerak dilakukan di dalam sistem KCKT.

3. Pembuatan Larutan Baku Nikotin

a. Pembuatan Larutan Stok Nikotin. Larutan stok nikotin dibuat dengan

konsentrasi 2 ppm dengan cara mengambil sebanyak 10,0 µL baku nikotin dan

dimasukkan ke dalam labu takar 5,0 mL. Larutan diencerkan dengan fase gerak

hingga tanda.

b. Pembuatan Seri Larutan Baku Nikotin. Membuat 3 seri larutan baku

nikotin dengan konsentrasi 0,01; 0,05 dan 0,09 ppm dengan cara mengambil

larutan stok nikotin dengan menggunakan mikropipet sebanyak 25,0; 125,0 dan

225,0 µL dan dimasukkan ke dalam labu takar 5,0 mL. Masing-masing larutan

diencerkan dengan fase gerak hingga tanda dan disaring menggunakan millipore

serta diawaudarakan selama 15 menit. Seri larutan baku direplikasi sebanyak 3

kali.

4. Preparasi Sampel

a. Pembuatan asam klorida encer P 10%. Sebanyak 2,26 mL asam

klorida dimasukkan ke dalam labu takar 10,0 mL dan diencerkan dengan aquades

hingga tanda.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

34

b. Pembuatan natrium hidroksida 4 M. Sebanyak lebih kurang 4,0 gram

natrium hidroksida ditimbang secara seksama dan dimasukkan ke dalam labu

takar 25,0 mL, kemudian dilarutkan dan diencerkan dengan aquades hingga tanda.

c. Preparasi Sampel. Sebanyak 1,0 gram ekstrak etanolik daun tembakau

dilarutkan dengan 10 mL asam klorida encer menggunakan alat ultrasonikator

selama 30 menit hingga larut sempurna. Larutan dimasukkan ke dalam corong

pisah, tambahkan 10 mL kloroform dan lakukan ekstraksi selama 5 menit. Lapisan

atas (fraksi HCl encer) diambil dan ditambahkan natrium hidroksida 4 M

sebanyak 8 mL hingga pH 11-12. Larutan diekstraksi kembali menggunakan

corong pisah dengan menambahkan kloroform sebanyak 10 mL. Lapisan bawah

(fraksi kloroform) diambil dan diuapkan kloroformnya. Residu dilarutkan dalam 5

mL fase gerak. Sebanyak 0,5 mL larutan tersebut, dimasukkan ke dalam labu

takar 5,0 mL dan diencerkan dengan pelarut hingga tanda. Larutan disaring

dengan millipore dan diawaudarakan selama 15 menit.

5. Penentuan Panjang Gelombang Pengamatan Nikotin

Penentuan panjang gelombang pengamatan dilakukan dengan merekam

spektra larutan baku nikotin 0,005; 0,007 dan 0,009 ppm pada daerah panjang

gelombang 225-325 nm dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Panjang

gelombang pengamatan nikotin ditentukan berdasarkan spektra serapan yang

dihasilkan.

6. Optimasi Metode KCKT Fase Terbalik

a. Optimasi pemisahan nikotin dalam sampel fraksi kloroform ekstrak

etanolik daun tembakau. Sebanyak 20,0 µL larutan baku nikotin 0,05 ppm dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

35

larutan sampel yang telah disaring dengan millipore dan diawaudarakan selama 15

menit diinjeksikan ke sistem KCKT fase terbalik dengan detektor yang telah

diatur pada panjang gelombang maksimum dan menggunakan fase gerak yang

telah dibuat. Sistem operasi KCKT fase terbalik juga dilakukan dengan mengubah

kecepatan alir dari masing-masing komposisi fase gerak. Data kromatogram yang

diperoleh dari baku dan sampel diamati sehingga diperoleh kondisi sistem KCKT

fase terbalik yang dapat memberikan pemisahan nikotin yang paling baik.

b. Reprodusibilitas nilai TF dan resolusi. Masing-masing seri larutan

baku dan sampel diinjeksikan pada sistem KCKT dengan komposisi fase gerak

dan kecepatan alir yang optimal. Nilai TF dan resolusi dari masing-masing

kromatogram dihitung serta ditentukan reprodusibilitasnya dengan menghitung

nilai CV.

G. Analisis Hasil

Hasil optimasi menggunakan variasi komposisi fase gerak dan kecepatan

alir untuk menetapkan kadar nikotin dalam ekstrak etanolik daun tembakau dapat

dilihat dari bentuk peak, waktu retensi, nilai resolusi, nilai HETP, reprodusibilitas

nilai tailing factor dan resolusi yang dihasilkan.

1. Bentuk peak

Untuk mengkarakterisasi bentuk peak, dilakukan perhitungan tailing factor

(TF) yang diukur 5% dari tinggi peak. TF dihitung dengan persamaan:

TF =

(6)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

36

Gambar 15. Penentuan Tailing Factor (TF)

Menurut Center for Drug Evaluation and Research (1994), syarat peak yang

baik adalah memiliki nilai TF ≤ 2.

2. Waktu retensi (tR)

Waktu retensi merupakan selang waktu yang diperlukan analit mulai saat

injeksi sampai keluar dari kolom dan sinyalnya dibaca oleh detektor,

dinyatakan sebagai tR. Apabila tR kurang dari 10 menit, maka pemisahan

dikatakan efisien.

3. Nilai Resolusi (Rs)

Senyawa analit terpisah dari senyawa-senyawa yang lain dengan baik apabila

nilai resolusi terhadap peak terdekat adalah ≥ 1,5 (Snyder dkk., 1997). Nilai

resolusi dihitung dengan persamaan :

( )

( )

tR = perbedaan waktu retensi dua puncak yang saling berdekatan

W0,5 1 = lebar peak setengah tinggi kromatogram pertama

W0,5 2 = lebar peak setengah tinggi kromatogram kedua

Rs = resolusi

4. Nilai HETP

Nilai HETP dapat dihitung dengan rumus:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

37

L = panjang kolom (cm)

N = jumlah lempeng teoritis

Jumlah lempeng teoritis (N) dihitung dengan rumus :

N = 5,54 x (

)

= waktu retensi (menit)

W1/2 = lebar peak setengah tinggi kromatogram (cm)

Apabila HETP semakin kecil maka efisiensi kolom semakin baik dan

pemisahan juga semakin baik (Mulja dan Suharman, 1995).

5. Reprodusibilitas Nilai Tailing Factor dan Resolusi

Reprodusibilitas nilai TF dan resolusi ditentukan dengan menghitung nilai

%CV dari nilai TF dan resolusi kromatogram dengan rumus :

%CV = ( )

(7)

Hasil analisis memiliki reprodusibilitas yang baik apabila nilai CV yang

dihasilkan lebih kecil dari 2% (Mulja dan Suharman, 1995).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

38

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pembuatan Fase Gerak

Fase gerak yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada penelitian

Tuomi dkk. (1999) yakni buffer asetat:metanol:asetonitril (73:25:2). Pada

penelitian ini digunakan fase gerak buffer asetat:metanol:asetonitril dengan

perbandingan 73:25:2; 60:36:4 dan 40:54:6 untuk menemukan komposisi

optimum dari fase gerak tersebut sehingga dapat menghasilkan pemisahan yang

optimum pula dilihat dari bentuk peak, waktu retensi, nilai HETP, resolusi,

reprodusibilitas nilai TF dan resolusi yang dihasilkan.

Metanol digunakan sebagai salah satu campuran fase gerak karena

nikotin mempunyai kelarutan yang sangat baik dalam metanol. Metanol

mempunyai viskositas yang rendah yaitu 0,54 cP sehingga penggunaan metanol

dapat mengurangi tekanan pada kolom. Penggunaan metanol dan asetonitril dalam

komposisi fase gerak bertujuan untuk memperkuat kemampuan fase gerak untuk

mengelusi analit karena metanol dan asetonitril memiliki eluent strength yang

kuat. Pada kolom C18, metanol memiliki nilai eluent strength 1,0 sedangkan

asetonitril memiliki eluent strength 3,1. Makin besar nilai eluent strength, makin

besar kemampuan elusinya.

Buffer asetat merupakan salah satu komponen dalam fase gerak yang

digunakan dalam penelitian ini. Larutan buffer merupakan campuran antara asam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

39

lemah dan basa konjugasinya atau basa lemah dengan asam konjugasinya. Buffer

asetat merupakan buffer asam yang terdiri dari asam lemah (asam asetat glasial)

dan basa konjugasinya (natrium asetat dan amonium asetat). Buffer biasanya

digunakan sebagai campuran fase gerak pada analisis senyawa yang mudah terion.

Menurut Snyder dkk. (1997), buffer asetat memliki pKa 4,8 dan range pH 3,8-5,8.

Pada range tersebut buffer memiliki efektifitas dalam mempertahankan pH yang

disebut dengan kapasitas buffer. Menurut Kazakevich dan LoBrutto (2007), pH

fase gerak dibuat ± 2 unit pKa analit agar analit berada dalam bentuk tunggal

yakni bentuk terion atau bentuk molekul utuh. Nikotin merupakan basa lemah

yang memiliki pKa sebesar 8,5 (Landoni, 1991). Dalam campuran fase gerak

terdapat 54% metanol dan 6% asetonitril. Pada tiap penambahan 10 % fase

organik maka pH akan mengalami penurunan sebesar 0,2 unit (Kazakevich dan

LoBrutto, 2007). pH maksimum buffer yang harus dibuat agar analit berada dalam

bentuk terion adalah 4,1. Dalam penelitian ini, buffer asetat dibuat pada pH 4.

Selain berdasarkan pKa dan kapasitas buffer, pemilihan buffer juga

berdasarkan UV cutoff dari buffer tersebut agar tidak terjadi serapan yang

overlapping dengan serapan analit pada panjang gelombang yang sama atau

berdekatan sehingga dapat mengganggu pengukuran. Buffer asetat memiliki UV

cutoff pada 210 nm, sedangkan panjang gelombang serapan maksimum nikotin

secara teoritis terletak pada 262 nm sehingga cukup jauh dari panjang gelombang

serapan buffer asetat. Oleh sebab itu, buffer asetat ini dapat mempertahankan pH

sistem tanpa mengganggu serapan dari analit.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

40

B. Pembuatan Seri Larutan Baku Nikotin

Dalam penelitian ini digunakan baku nikotin E. Merck dengan kemurnian

99,7%. Larutan baku dilarutkan dengan pelarut yang sama dengan fase gerak. Hal

ini bertujuan untuk menghindari terjadinya perbedaan solvent strength antara

pelarut dan fase gerak sehinga elusi dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan

peak yang memenuhi syarat. Apabila solvent strength pelarut lebih kuat daripada

fase gerak maka analit akan lebih tertarik pada pelarutnya sehingga kemampuan

fase gerak untuk mengelusi analit menjadi lemah. Pembuatan konsentrasi seri

larutan baku nikotin berdasarkan hasil orientasi yang dilakukan karena kadar

nikotin di dalam fraksi kloroform ekstrak etanolik daun tembakau belum

diketahui. Pada tahap optimasi digunakan tiga level larutan baku yakni baku

konsentrasi rendah 0,01 ppm, baku konsentrasi tengah 0,05 ppm, dan baku

konsentrasi tinggi 0,09 ppm. Penggunaan tiga level larutan baku ini bertujuan

untuk mengetahui respon detektor yang muncul pada ketiga level konsentrasi

larutan baku tersebut.

C. Preparasi Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak etanolik daun

tembakau yang di dalamnya mengandung nikotin. Dalam ekstrak etanolik daun

tembakau terdapat berbagai macam senyawa alkaloid selain nikotin misalnya

anabasin, anatabin, dan nornikotin serta senyawa dengan bobot molekul yang

besar seperti tanin. Oleh sebab itu perlu dilakukan ekstraksi untuk menghilangkan

senyawa-senyawa dengan bobot molekul besar yang dapat menyumbat kolom

KCKT. Ekstraksi dilakukan untuk meminimalkan campuran senyawa yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

41

terdapat dalam sampel dan menghilangkan senyawa yang memiliki bobot molekul

besar yang dapat menyumbat kolom. Pada penelitian dilakukan dua tahap

ekstraksi untuk memaksimalkan proses ekstraksi sehingga dapat menghilangkan

senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki dengan efektif. Sampel yang berupa

ekstrak kental dilarutkan dalam HCl encer dengan bantuan ultrasonikator selama

30 menit. Pada tahap ini nikotin akan terprotonasi dalam suasana asam sehingga

larut pada fase HCl encer.

N

N

CH3

+

N

N

H3CHHCl

nikotin asam klorida nikotin hidroklorida

Cl

Gambar 16. Reaksi antara nikotin dengan asam klorida

Pada larutan tersebut ditambahkan kloroform dan diekstraksi

menggunakan corong pisah selama 5 menit yang bertujuan untuk menarik

senyawa yang bersifat non polar. Fase kloroform yang berada di bagian bawah

dibuang. Pada fase HCl encer ditambahkan 8 mL NaOH 4 M yang merupakan

hasil orientasi hingga pH larutan 11-12 sehingga dalam suasana basa, nikotin yang

semula dalam bentuk nikotin hidroklorida akan kembali dalam bentuk tak terion

(molekul utuh).

+ NaOH

N

N

CH3

+ + H2O

natrium hidroksida nikotin

N

N

H3CH

nikotin hidroklorida

Cl

NaCl

Gambar 17. Reaksi antara nikotin hidroklorida dengan NaOH

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

42

Ketika nikotin berada dalam bentuk molekul utuhnya, pada penambahan

kloroform, maka nikotin akan lebih larut dalam fase kloroform yang bersifat lebih

non polar (prinsip like dissolve like).

Fraksi kloroform diambil dan diuapkan dalam lemari asam, setelah

semua kloroform menguap maka residunya dilarutkan menggunakan fase gerak

dan dilakukan pengenceran sepuluh kali lipat untuk memperoleh respon analit

yang masuk dalam range kurva baku. Pada larutan sampel masih terdapat senyawa

lain yang larut dalam fase kloroform yang akan dipisahkan pada analisis

menggunakan KCKT. Larutan sampel disaring dengan penyaring millipore untuk

menghilangkan partikel atau senyawa yang tidak larut yang dapat menyumbat

kolom serta diawaudarakan selama 15 menit untuk menghilangkan gelembung

yang dapat mengganggu pengukuran dengan KCKT.

D. Penentuan Panjang Gelombang Pengamatan Nikotin

Pada penelitian ini panjang gelombang pengamatan yang digunakan

adalah panjang gelombang maksimum dimana nikotin memberikan serapan yang

optimum. Pengukuran panjang gelombang maksimum dilakukan menggunakan

spektrofotometer UV. Syarat suatu senyawa dapat dianalisis secara

spektrofotometri UV yaitu memiliki kromofor. Struktur nikotin memiliki

kromofor dan auksokrom (gambar 18).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

43

N

NH

CH3

Gambar 18. Struktur kromofor dan auksokrom pada nikotin

Menurut Popl dkk. (1990), panjang gelombang maksimum nikotin adalah

262 nm. Scanning panjang gelombang maksimum nikotin dilakukan pada panjang

gelombang 225-325 nm. Hal ini karena panjang gelombang serapan maksimum

nikotin berada pada rentang tersebut. Pada penelitian digunakan tiga seri

konsentrasi larutan baku nikotin yakni 0,005 ppm; 0,007 ppm; 0,009 ppm untuk

memastikan bahwa respon yang dihasilkan benar-benar berasal dari serapan

maksimum nikotin. Spektra hasil pengukuran panjang gelombang pengamatan

nikotin dapat dilihat pada gambar 19 A, B dan C.

Kromofor

Auksokrom

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

44

Gambar 19. A=spektra serapan larutan baku nikotin 0,005 ppm, B=spektra serapan larutan

baku nikotin 0,007 ppm, C= spektra serapan larutan baku nikotin 0,009 ppm dengan pelarut

buffer asetat:metanol:asetonitril (40:54:6)

Dari gambar ketiga spektra yang diperoleh pada penelitian ini terlihat

bahwa bentuk spektra yang dihasilkan pada tiga level konsentrasi yang digunakan

memiliki pola yang sama. Menurut Mulja dan Suharman (1995), spektra UV-Vis

dapat digunakan untuk analisis kualitatif sebagai data sekunder (data pendukung).

Panjang gelombang yang menghasilkan serapan maksimum nikotin pada

penelitian ini terletak pada 260 nm.

E. Optimasi Komposisi Fase Gerak dan Kecepatan Alir

Sistem KCKT yang digunakan dalam penelitian ini adalah KCKT fase

terbalik (reversed phase) yakni fase gerak yang digunakan lebih polar daripada

fase diamnya. Fase diam yang digunakan adalah oktadesilsilan (C18) sedangkan

fase geraknya adalah campuran buffer asetat:metanol:asetonitril yang bersifat

lebih polar daripada fase diamnya. Dalam sistem kromatografi ini, senyawa-

senyawa polar akan terelusi terlebih dahulu daripada senyawa-senyawa non polar

karena senyawa non polar lebih terikat pada fase diam dan terelusi dengan lebih

lambat sehingga waktu retensinya lebih lama. Nikotin memiliki bagian polar dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

45

non polar yang akan berinteraksi dengan fase diam dan fase gerak seperti yang

ditunjukkan pada gambar 20.

N

NH

CH3

Gambar 20. Bagian polar dan non polar pada nikotin

Nikotin memiliki bagian non polar yang berinteraksi dengan fase diam

dan menyebabkan nikotin akan tertahan kolom, sehingga diperlukan komposisi

fase gerak yang mampu berinteraksi kuat dengan nikotin dan mampu

mengelusinya keluar dari kolom dengan baik.

Pemisahan nikotin dipengaruhi oleh interaksinya dengan fase diam dan

fase gerak. Bagian non polar pada nikotin akan berinteraksi dengan fase diam C18

melalui interaksi Van der Waals sehingga nikotin akan tertahan pada fase diam.

NNH

H3C O Si

CH3

CH3

CH3

Gambar 21. Interaksi nikotin dengan fase diam C18

Ketika dialiri fase gerak maka bagian polar nikotin berinteraksi dengan

fase gerak melalui interaksi hidrogen dan interaksi ionik. Interaksi hidrogen dan

interaksi ionik lebih kuat daripada interaksi Van der Waals sehingga interaksi

nikotin dengan fase gerak lebih kuat daripada interaksi nikotin dengan fase diam.

Oleh sebab itu nikotin akan terelusi keluar dari kolom.

Interaksi Van

der Waals

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

46

Gambar 22. Interaksi nikotin dengan fase gerak buffer asetat:metanol:asetonitril

(40:54:6)

Pencampuran fase gerak menggunakan sistem gradien yakni

pencampuran komposisi fase gerak berada di dalam alat KCKT untuk

mendapatkan komposisi buffer asetat:metanol:asetonitril dengan polaritas yang

sesuai dan konsisten. Untuk memperoleh komposisi dan polaritas fase gerak yang

sesuai, maka dilakukan optimasi dengan mengubah-ubah komposisi komponen

fase gerak buffer asetat:metanol:asetonitril dengan perbandingan 73:25:2; 60:36:4

dan 40:54:6.

Tabel IV. Perbandingan komposisi fase gerak dan indeks polaritas masing-masing

No Komposisi Fase Gerak

Indeks polaritas Buffer asetat Metanol Asetonitril

1 73 25 2 8,691

2 60 36 4 8,068

3 40 54 6 7,102

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

47

Makin kecil nilai indeks polaritas maka makin bersifat non polar. Dari

tabel IV dapat dilihat bahwa komposisi fase gerak buffer asetat:metanol:asetonitril

(73:25:2) bersifat paling polar sedangkan komposisi fase gerak buffer

asetat:metanol:asetonitril (40:54:6) bersifat paling non polar. Sebelum digunakan,

fase gerak disaring dengan kertas saring Whatman untuk menghilangkan partikel

yang dapat menyumbat kolom. Larutan diawaudarakan menggunakan

ultrasonikator untuk menghilangkan gelembung udara yang mengganggu

pengukuran.

Pada penelitian ini dilakukan pula optimasi kecepatan alir pada 0,5; 1,0;

1,2 mL/menit untuk memperoleh bentuk peak yang memenuhi syarat. Parameter

yang digunakan dalam optimasi ini meliputi waktu retensi, nilai tailing factor

(TF), nilai HETP, nilai resolusi, reprodusibilitas nilai tailing factor dan resolusi

yang dihasilkan.

Pada optimasi komposisi fase gerak dan kecepatan alir digunakan sampel

yang telah dipreparasi untuk melihat kemampuan sistem KCKT dengan berbagai

komposisi fase gerak dan kecepatan alir untuk memisahkan analit dari senyawa

lain yang terdapat dalam fraksi kloroform ekstrak etanolik daun tembakau. Dalam

sampel yang telah diekstraksi masih terdapat senyawa lain dengan polaritas yang

mirip dengan nikotin yang dikhawatirkan memiliki peak yang bertumpuk dengan

peak nikotin. Oleh sebab itu dilakukan perhitungan nilai resolusi peak yang

terdekat dengan peak analit. Hasil optimasi fase gerak dan kecepatan alir yang

dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel V.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

48

Tabel V. Hasil optimasi pemisahan nikotin pada berbagai komposisi fase gerak

dan kecepatan alir

No. Komposisi

Fase Gerak*

Flow

Rate

Sampel/

Baku

Waktu

Retensi

Tailing

Factor

Resolusi Keterangan

1 73:25:2 0,5 Baku 5,520 - - Tidak dapat

dihitung (a)

Sampel 5,223

5,587

- - Tidak dapat

dihitung(b)

1,0 Baku 2,781 - - Tidak dapat

dihitung(a)

Sampel 2,801

5,458

- - Tidak dapat

dihitung(b)

1,2 Baku 2,355 - - Tidak dapat

dihitung(a)

Sampel 2,398

4,928

- - Tidak dapat

dihitung(b)

2 60:36:4 0,5 Baku 4,843 2,9549 - Tidak

memenuhi

syarat(c)

Sampel 4,854

7,094

- 3,0838

Peak terpisah

dengan baik

1,0 Baku 2,425 2,4004 - Tidak

memenuhi

syarat(c)

Sampel 2,427

3,540

- 3,0472

Peak terpisah

dengan baik

1,2 Baku 2,028 2,0005 - Tidak

memenuhi

syarat(c)

Sampel 2,034

2,958

- 2,9766 Peak terpisah

dengan baik

3 40:54:6 0,5 Baku 4,801 1,8333 - Memenuhi

syarat(c)

Sampel 4,854

7,094

- 1,8995

Peak terpisah

dengan baik

1,0 Baku 2,408 1,5 - Memenuhi

syarat(c)

Sampel 2,427

3,540

- 1,7502

Peak terpisah

dengan baik

1,2 Baku 2,012 1,25 - Memenuhi

syarat(c)

Sampel 2.016

2,326

- 1,5679 Peak terpisah

dengan baik

* komposisi fase gerak buffer asetat:metanol:asetonitril. (a)

nilai tailing factor tidak dapat dihitung karena bentuk peak yang tidak beraturan. (b)

nilai resolusi tidak dapat dihitung karena bentuk peak yang tidak beraturan.

(c) syarat tailing factor ≤ 2 (Center for Drug Evaluation and Research, 1994).

Pada baku hanya terdapat satu peak yang menunjukkan bahwa baku yang

digunakan memiliki kemurnian yang tinggi dan hanya mengandung nikotin. Pada

sampel terdapat dua peak yang berdekatan, hal ini menunjukkan dalam sampel

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

49

yang sudah dipreparasi masih terdapat senyawa lain yang memiliki kepolaran

mirip dengan nikotin. Waktu retensi salah satu peak pada sampel mirip dengan

waktu retensi pada baku nikotin sehingga disimpulkan dalam ekstrak tembakau

terdapat nikotin.

Untuk memperjelas hasil yang disajikan pada tabel V, maka optimasi

komposisi fase gerak pada tiap kecepatan alir akan dibahas satu persatu beserta

hasil kromatogramnya.

1. Komposisi fase gerak buffer asetat:metanol:asetonitril (73:25:2)

Gambar 23. A=Kromatogram baku nikotin 0,05 ppm; B=Kromatogram sampel

fraksi kloroform ekstrak etanolik daun tembakau pada fase gerak buffer

asetat:metanol:asetonitril (73:25:2) kecepatan alir 0,5 mL/menit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

50

Gambar 24. A=Kromatogram baku nikotin 0,05 ppm; B=Kromatogram sampel fraksi

kloroform ekstrak etanolik daun tembakau pada fase gerak buffer asetat:metanol:asetonitril

(73:25:2) kecepatan alir 1,0 mL/menit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

51

Gambar 25. A=Kromatogram baku nikotin 0,05 ppm; B=Kromatogram fraksi kloroform

ekstrak etanolik daun tembakau pada fase gerak buffer asetat:metanol:asetonitril (73:25:2)

kecepatan alir 1,2 mL/menit

Komposisi fase gerak buffer asetat:metanol:asetonitril (73:25:2) yang

pernah digunakan pada penelitian sebelumnya yakni penelitian yang dilakukan

Tuomi dkk. (1999) menunjukkan hasil kromatogram dengan bentuk peak yang

tidak baik yakni melebar dan memiliki dua puncak. Kromatogram sampel ekstrak

tembakau pada fase gerak buffer asetat:metanol:asetonitril (73:25:2) dengan

kecepatan alir 0,5 mL/menit hanya terdapat satu peak yang melebar dan memiliki

bentuk seperti huruf M. Hal ini menunjukkan bahwa pada kecepatan alir 0,5

mL/menit menghasilkan peak yang tidak baik serta tidak mampu mendeteksi dan

memisahkan peak senyawa lain yang seharusnya muncul di dekat peak analit.

Pada kecepatan alir 1,0 mL/menit dan 1,2 mL/menit bentuk peak yang dihasilkan

masih lebar dan tidak beraturan, terdapat peak di belakang peak analit yang

terpisah cukup jauh, namun nilai resolusi tidak dapat dihitung karena bentuk peak

yang dihasilkan sangat tidak beraturan. Komposisi fase gerak buffer

asetat:metanol:asetonitril (73:25:2) tidak mampu mengelusi analit dengan baik

dan tidak cocok digunakan pada penelitian ini. Optimasi dilanjutkan dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

52

meningkatkan komposisi metanol dan asetonitril untuk meningkatkan eluent

strength dari fase gerak.

2. Komposisi fase gerak buffer asetat:metanol:asetonitril (60:36:4)

Gambar 26. A=Kromatogram baku nikotin 0,05 ppm; B=Kromatogram sampel fraksi

kloroform ekstrak etanolik daun tembakau pada fase gerak buffer asetat:metanol:asetonitril

(60:36:4) kecepatan alir 0,5 mL/menit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

53

Gambar 27. A=Kromatogram baku nikotin 0,05 ppm; B=Kromatogram sampel fraksi

kloroform ekstrak etanolik daun tembakau pada fase gerak buffer asetat:metanol:asetonitril

(60:36:4) kecepatan alir 1,0 mL/menit

Gambar 28. A=Kromatogram baku nikotin 0,05 ppm; B=Kromatogram sampel fraksi

kloroform ekstrak etanolik daun tembakau pada fase gerak buffer asetat:metanol:asetonitril

(60:36:4) kecepatan alir 1,2 mL/menit

Pada kromatogram komposisi fase gerak buffer asetat:metanol:asetonitril

(60:36:4), peak analit terpisah secara sempurna dari peak senyawa lain, namun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

54

pada komposisi fase gerak ini ternyata jumlah metanol dan asetonitril yang

ditingkatkan belum cukup kuat untuk mengelusi analit secara serempak sehingga

peak yang dihasilkan masih kurang baik yakni lebar dan tailing dengan nilai

tailing factor belum memenuhi syarat bentuk peak yang baik menurut Center for

Drug Evaluation and Research (1994). Optimasi dilanjutkan dengan

meningkatkan jumlah metanol dan asetonitril dalam komposisi fase gerak untuk

meningkatkan kemampuan fase gerak dalam mengelusi analit sehingga dapat

mengurangi terjadinya tailing dan diperoleh bentuk peak yang baik dengan nilai

tailing factor yang memenuhi syarat.

3. Komposisi fase gerak buffer asetat:metanol:asetonitril (40:54:6)

Gambar 29. A=Kromatogram baku nikotin 0,05 ppm; B=Kromatogram sampel fraksi

kloroform ekstrak etanolik daun tembakau pada fase gerak buffer asetat:metanol:asetonitril

(40:54:6) kecepatan alir 0,5 mL/menit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

55

Gambar30. A=Kromatogram baku nikotin 0,05 ppm; B=Kromatogram sampel fraksi

kloroform ekstrak etanolik daun tembakau pada fase gerak buffer asetat:metanol:asetonitril

(40:54:6) kecepatan alir 1,0 mL/menit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

56

Gambar 31. A=Kromatogram baku nikotin 0,05 ppm; B=Kromatogram sampel fraksi

kloroform ekstrak etanolik daun tembakau pada fase gerak buffer asetat:metanol:asetonitril

(40:54:6) kecepatan alir 1,2 mL/menit

Pada komposisi fase gerak ini, jumlah metanol dan asetonitril

ditingkatkan untuk meningkatkan kemampuan fase gerak memutus ikatan antara

sampel dengan fase diam sehingga dapat mengelusi analit dengan baik dan

mengurangi terjadinya tailing. Menurut Snyder dkk. (1997), peak tailing dapat

disebabkan oleh beberapa faktor seperti volume injeksi yang terlalu besar,

interaksi residu silanol pada fase diam dengan analit basa dan solvent strength

pelarut yang lebih kuat daripada fase gerak. Untuk mengatasi hal tersebut pada

penelitian ini digunakan buffer yang memiliki kation (Na+ dan NH4

+) yang dapat

berikatan dengan residu silanol pada fase diam, menggunakan pelarut yang sama

dengan fase gerak untuk menghindari adanya perbedaan solvent strength serta

dilakukan orientasi volume injeksi sehingga ditemukan volume injeksi yang

sesuai yakni 20 µL.

Dari kromatogram baku dan sampel yang dihasilkan maka pada

penggunaan fase gerak buffer asetat:metanol:asetonitril (40:54:6) menghasilkan

bentuk peak yang runcing dan sempit dengan nilai tailing factor yang memenuhi

syarat serta pemisahan sampel dengan nilai resolusi ≥ 1,5. Hasil optimasi dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

57

fase gerak buffer asetat:metanol:asetonitril (40:54:6) pada berbagai kecepatan alir

dapat dilihat pada tabel VI.

Tabel VI. Hasil optimasi pada fase gerak buffer asetat:metanol:asetonitril

(40:54:6)

Kecepatan

alir

(mL/menit)

Jumlah

lempeng

teoritis (N)

HETP Resolusi

sampel

Waktu

retensi

(menit)

Pressure

(kgf/cm2)

Tailing

Factor

0,5 2780,798 0,0090 1,8348 4,801 90 1,8333

1,0 2364,82 0,0106 1,7513 2,408 162 1,5

1,2 2247,1639 0,0111 1,5679 2,012 192 1,25

Pada komposisi fase gerak buffer asetat:metanol:asetonitril (40:54:6)

diperoleh nilai tailing factor yang memenuhi syarat pada tiap kecepatan alir,

namun nilai tailing factor yang paling baik terdapat pada kecepatan alir 1,2

mL/menit. Hasil pemisahan sampel pada komposisi fase gerak buffer

asetat:metanol:asetonitril (40:54:6) dengan berbagai kecepatan alir menunjukkan

nilai resolusi yang memenuhi syarat yakni ≥1,5. Menurut Pecsok dkk. (1968),

untuk peak dengan pemisahan sempurna, menunjukkan nilai Rs ≥ 1,5 yang

disebut baseline resolution pada peak dengan tinggi atau karakteristik yang sama.

Nilai Rs=1, menunjukkan peak yang overlap 2% dan masih dapat digunakan

untuk analisis. Waktu retensi pada tiap kecepatan alir sudah memenuhi syarat

waktu retensi yang dikehendaki yakni kurang dari 10 menit sehingga waktu

pemisahan yang diperlukan efisien. Pada kecepatan alir 0,5 mL/menit peak yang

dihasilkan masih lebar dengan nilai tailing factor 1,833. Pada kecepatan alir 1,0

mL/menit peak yang dihasilkan lebih ramping dengan nilai tailing factor 1,5.

Optimasi dilanjutkan pada kecepatan alir 1,2 mL/menit. Pada kecepatan alir 1,2

mL/menit, peak yang dihasilkan runcing dan sempit dengan nilai tailing factor

1,25; jumlah lempeng teoritis 2247,1639; dan nilai HETP 0,0111. Menurut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

58

Center for Drug Evaluation and Research (1994), syarat jumlah lempeng teoritis

untuk pemisahan yang efisien adalah lebih dari 2000, namun syarat tersebut tidak

mutlak tergantung pada waktu retensi analit. Makin kecil nilai HETP, maka

efisiensi kolom makin besar. Nilai resolusi yang dihasilkan 1,5679 menunjukkan

peak analit terpisah dengan peak di dekatnya.

Optimasi kecepatan alir tidak lanjutkan hingga 1,5 mL/menit karena pada

kecepatan alir 1,5 mL/menit nilai resolusi sampel pada komposisi fase gerak

optimum yakni buffer asetat:metanol:asetonitril (40:54:6) tidak memenuhi syarat

resolusi yakni Rs ≥1,5. Hal lain yang perlu dipertimbangkan yakni kinerja kolom,

makin besar kecepatan alir maka akan meningkatkan tekanan pompa, apabila

tekanan pompa melebihi 380 kgf/cm2 akan terjadi kerusakan kolom.

Tabel VII. Tekanan pompa pada berbagai komposisi fase gerak dan kecepatan alir

Komposisi

fase gerak*

Tekanan pompa (kgf/cm2)pada

Kecepatan alir

0,5 mL/menit

Kecepatan alir 1,0

mL/menit

Kecepatan alir 1,2

mL/menit

73 : 25 : 2 96 170 200

60 : 36 : 4 97 173 202

40 : 54 : 6 90 162 192

*komposisi fase gerak buffer asetat : metanol : asetonitril

Penentuan reprodusibilitas nilai tailing factor baku dan resolusi sampel

dilakukan setelah diperoleh kondisi optimum sistem KCKT, yakni komposisi fase

gerak buffer asetat:metanol:asetonitril (40:54:6) pada kecepatan alir 1,2

mL/menit. Pada seri larutan baku dibuat replikasi sebanyak tiga kali dan

diinjeksikan pada sistem KCKT untuk mengetahui reprodusibilitas bentuk peak

dilihat dari nilai tailing factor masing-masing kromatogram yang tersaji pada

tabel VIII.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

59

Tabel VIII. Hasil perhitungan CV nilai tailing factor seri larutan baku dengan fase gerak

buffer asetat:metanol:asetonitril (40:54:6) pada kecepatan alir 1,2 mL/menit

Konsentrasi

larutan baku

nikotin

Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 Rata-

rata

nilai

TF

CV

(%)

Waktu

retensi

Nilai

TF

Waktu

retensi

Nilai

TF

Waktu

retensi

Nilai

TF

0,01 ppm 2,007 1,6 2,007 1,6 2,005 1,611 1,604 0,397

0,05 ppm 2,014 1,275 2,015 1,275 2,012 1,25 1,267 1,140

0,09 ppm 2,013 1,185 2,010 1,182 2,011 1,185 1,184 0,146

Dari tabel VIII terlihat bahwa nilai tailing factor pada tiga level

konsentrasi baku memenuhi syarat nilai TF menurut Center for Drug Evaluation

and Research (1994) yakni ≤ 2 dan menunjukkan hasil yang reprodusibel dengan

nilai CV kurang dari 2%.

Reprodusibilitas pemisahan sampel diuji dengan menginjeksikan larutan

sampel fraksi kloroform ekstrak etanolik daun tembakau dengan repetisi sebanyak

3 kali. Reprodusibilitas dinyatakan dari nilai CV resolusi. Menurut Mulja dan

Suharman (1995), nilai CV ≤ 2 menunjukkan presisi yang baik.

Tabel IX. Hasil perhitungan CV resolusi sampel dengan fase gerak buffer

asetat:metanol:asetonitril (40:54:6) pada kecepatan alir 1,2 mL/menit

Repetisi Resolusi Rata-rata Resolusi SD CV (%)

1 1,543

1,531 0,0137 0,895 2 1,516

3 1,534

Nilai resolusi dan perhitungan CV pada tabel IX menunjukkan bahwa

pada kromatogram peak terpisah baik dengan rata-rata nilai resolusi 1,513 dan

memiliki reprodusibilitas resolusi yang baik dengan CV 0,895%. Pemisahan dan

reprodusibilitas pengukuran yang dihasilkan dalam penelitian ini menunjukkan

bahwa metode KCKT fase terbalik dengan fase gerak buffer

asetat:metanol:asetonitril (40:54:6) pada kecepatan alir 1,2 mL/menit bersifat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

60

selektif dan reprodusibel sehingga cocok digunakan untuk analisis nikotin dalam

sampel multikomponen seperti ekstrak etanolik daun tembakau.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

61

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kondisi optimal untuk analisis nikotin dalam ekstrak etanolik daun tembakau

dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik adalah:

Instrument : Shimadzu model LC-2010 HT No. C21254706757 LP

Kolom : Oktadesilsilan (C18) merk KNAUER C-18 No. 25EE181KSJ

(B115YG20), dimensi 250 x 4,6 mm; Batch No. 0003358; SN.

XI27

Fase gerak : buffer asetat:metanol:asetonitril (40:54:6)

Kecepatan alir : 1,2 mL/menit

Detektor : UV pada λ 260 nm

B. Saran

1. Perlu dilakukan validasi metode KCKT fase terbalik pada penetapan kadar

nikotin dalam ekstrak etanolik daun tembakau dalam kondisi optimal.

2. Perlu dilakukan penetapan kadar nikotin dalam ekstrak etanolik daun tembakau

dengan metode KCKT fase terbalik yang sudah teroptimasi dan tervalidasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

62

DAFTAR PUSTAKA

Ahuja, S. dan Rasmussen, H., 2007, HPLC Method Developments for

Pharmaceuticals, Elsevier Academic Press, Italy , pp. 14, 18, 465-466,

472.

Alali, F., dan Massadeh,A., 2002, Determination of Nicotine and General Toxicity

of Jordan’s Market Cigarettes, Acta Chim, Slov, pp. 50, 251-258.

Al-Tamrah, S.A., 1999, Spectrophotometric Determination of Nicotine, Analytica

Chimica Acta 379 (1999), pp. 75-80.

Anonim, 1999, Interactive Molecules, http://www.edinformatics.com/interactive_

molecules/3D/nicotine_molecule.htm, diakses tanggal 10 Maret 2011.

Anonim, 2008, Nicotine, http://www.sciencedaily.com/articles/n/nicotine.htm,

diakses tanggal 5 Maret 2011.

Anonim, 2011, Nicotine for Alzheimer’s, http://www.wchstv.com/newsroom/

healthyforlife/2450.shtml, diakses tanggal 13 Agustus 2011.

Baldwin, I.T., dan Huh, S., 1993, Primary Function for a Chemical Defense?

Nicotine does not Protect Datura stramonium L from UV Damage,

Springer, pp.243-247.

Blake, Kelly, 2010, Nicotine May Play Key Role in Promising Alzheimer’s

Theraphy,http://www.newsdesk.umd.edu/bigissues/release.cfm?ArticleID

=2247, diakses tanggal 5 Agustus 2011.

Bush, L., Hempfling, W.P., Burton, H., 1993, Biosynthesis of Tobbaco and

Related Compounds, in Gorrod, J.W., and Jacob, P., Analytical

Determination of Nicotine and Their Compounds and Their Metabolites,

Chapter 1, Elsevier, Italy, pp 14-15.

Cahyono, B., Drs., 1998, Tembakau Budidaya dan Analisis Usaha Tani, Kanisius,

Yogyakarta, pp. 9-10.

Center for Drug Evaluation and Research, 1994, Reviewer Guidance Validation of

Chromatographic Methods, Food and Drug Admisnistration, Rockville,

pp. 25.

Christian, G.D., 2004, Analytical Chemistry, John Wiley and Sons, Inc., Danvers,

pp. 558, 563-564, 605, 612.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

63

Crooks, P.A., 1993, Chemical Properties of Nicotine and Other Tobacco Related

Compounds, in Gorrod, J.W., and Jacob, P., Analytical Determination of

Nicotine and Their Compounds and Their Metabolites, Chapter 4,

Elsevier, Italy, pp. 75.

Crooks, P.A., and Byrd, G.D., 1993, Use of High Performance Liquid

Chromatographic-Mass Spectrometric (LC-MS) Techniques for The

Determination of Nicotine and its Metabolits, in Gorrod, J.W., and Jacob,

P., Analytical Determination of Nicotine and Their Compounds and Their

Metabolites, Chapter 7, Elsevier, Italy, pp. 232.

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995, Farmakope

Indonesia, jilid IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Domino, E.F., 1993, Pharmacological Significance of Nicotine, in Gorrod, J.W.,

and Jacob, P., Analytical Determination of Nicotine and Their

Compounds and Their Metabolites, Chapter 1, Elsevier, Italy, pp. 2-3, 5,

7.

Fessenden, R. J. dan Fessenden, J. S., 1994, Kimia Organik, Jilid 2, diterjemahkan

oleh Pudjatmaka, A.H., hal. 440, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Frayne, Sarah, 2002, Nicotine:How Does It Work?, http://serendip.brynmawr.edu/

biology/b103/f02/web2/sfrayne.html, diakses pada 13 Agustus 2011.

Gandjar, I. G. Dan Rohman, A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar,

Yogyakarta, pp. 69, 230-234, 339, 343-345, 381, 460, 466.

Gritter, R. J., Bobbit, J. M., and Schwarting, A. E., 1991, Pengantar

Kromatografi, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, hal. 10-11,

Penerbit ITB, Bandung.

Hagel dan Lars, 2008, Handbook of Process Chromatography, Second edition,

Elsevier Ltd, pp. 239.

Harborne, J.B., 1987, Phitochemical methods, diterjemahkan oleh Padmawinata,

Kosasih dan Soediro, Iwang, hal. 19-21, Penerbit ITB, Bandung.

Johnson, E. L., dan Stevenson, R., 1978, Basic Liquid Chromatography,

diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, hal. 22-24, 295, Penerbit ITB,

Bandung.

Kazakevich, Y. dan Nair, H. M., 1996, Basic Liquid Chromatography Textbook

on KCKT, http://KCKT.chem.shu.edu/NEW/KCKT_Book, diakses pada

4 Agustus 2011.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

64

Kazakevich, Y., dan LoBrutto R., 2007, HPLC for Pharmaceutical Scientists,

John Wiley & Sons, Inc., New Jersey, pp. 15, 192.

Khopkar, S.M, 1990, Basic Concepts of Analytical Chemistry, diterjemahkan oleh

Saptorahardjo A., hal. 147, 150, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Landoni,J.H., 1991, Nicotine, http://www.inchem.org/documents/pims/chemical/

nicotine.htm#SectionTitle:32%20Chemical%20structure, diakses tanggal

18 Februari 2011.

Mulja, M. dan Suharman, 1995, Analisis Instrumental, Universitas Airlangga,

Surabaya, pp. 26, 31, 236-250, 259.

Munson, J.W., 1991, Pharmaceutical Analysis Modern Methods, diterjemahkan

oleh Harjana, Parwa B., hal. 15, 33-34, Universitas Airlangga Press,

Surabaya.

Nakajima, M., Yamamoto, T., Kuroiwa, Y., and Yokoi, T., 2000, Improved

Highly Sensitive Method for Determination of Nicotine and Cotinine in

Human Plasma by High Performance Liquid Chromatography, Journal of

Chromatography B, 742 (2000), pp. 211-215.

Oxtoby, D., Gillis, H.P., Nachtrieb, N.H, 2001, Prinsip-prinsip Kimia Modern,

Edisi keempat, Jilid 1, diterjemahkan oleh Suminar, hal. 310, 315,

Penerbit Erlangga, Jakarta.

Pecsok, R.L., Shields, D., Cairns, T., and McWilliam,I.G., 1968, Modern Methods

of Chemical Analysis, Second edition, Willey and Sons, Inc., New York,

pp.51.

Popl, M., Fahnrich, J., Tatar, V., 1990, Chromatographic Analysis of Alkaloids,

Marcel Dekker Inc, New York and Basel, pp. 52.

Pugh, P., PhD., 2002, How Does Nicotine Act?, http://www.galaxygoo.org/

biochem/nicotine/nicotine_action.html, diakses tanggal 2 Agustus 2011.

Rohman, A., 2009, Kromatografi Untuk Analisis Obat, Graha Ilmu, Yogyakarta,

pp. 6, 8, 14-15.

Saifudin, A., Rahayu, V., Teruna, H.Y, 2011, Standarisasi Obat Bahan Alam,

Graha Ilmu, Yogyakarta, pp. 4, 5, 10.

Settle, F. A., 1997, Handbook of Instrumental Techniques of Analytical

Chemistry, Prentice Hall PTR, Upper Saddle River, New Jersey, 150-151.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

65

Skoog, D.A., West, D.M., Holler, F.J., 1994, Analytical Chemistry, Sixth edition,

Saunders College Publishing, USA, pp. 383, 412, 490.

Snyder, L.R., Kirkland, J.J., and Glajch, J.L., 1997, Practical HPLC Method

Development, Second edition., Wiley & Sons, Inc., New York, pp. 25, 31,

299, 312, 722-723.

Tantra, H., 2010, Fakta Seputar Nikotin Bagi Kesehatan,

http://handokotantra.net/fakta-seputar-nikotin-bagi-kesehatan.html,

diakses tanggal 14 Maret 2011.

Tarkovsky, Sacha, Parkinson's Disease Prevention & Alleviating the Symptoms,

http://www.nationalcaregivinginstitute.org/display_article.asp?Art_ID=9

1, diakses pada 12 Agustus 2011.

Tjitrosoepomo, G., 1994, Taksonomi Tumbuhan Obat-Obatan, Gadjah Mada

University Press, Yogyakarta, pp. 341-342.

Tuomi, T., Johnson, T., dan Reijula, K., 1999, Analysis of Nicotine, 3-

Hydroxycotinine, Cotinine and Caffeine in Urine of Passive Smokers by

HPLC-Tandem Mass Spectrometry, Clinical Chemistry, American

Association for Clinical Chemistry.

Vlase, L., Filip,L., Mindrutau, I., Leucuta, S., 2005, Determination of Nicotine

from Tobbacco by LC-MS-MS, Studia Universitatis Babes Bolyai

Physica, 4b.

Widyasari, Firda, 2008, Tembakau dan Penyakit Kanker,

http://www.mediaindonesia.com/mediaperempuan/index.php/read/2008/0

8/08/493/14/Tembakau_dan_Penyakit_Kanker, diakses tanggal 13 Maret

2011.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

66

Lampiran 1. Certificate of Analysis baku nikotin E.Merck

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

67

Lampiran 2. Surat keterangan pemberian tembakau dan jenis tembakau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

68

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

69

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

70

Lampiran 3. Perhitungan polaritas fase gerak

Diketahui:

Asetonitril dengan log P = 0,17 ; indeks polaritas = 5,8

Metanol dengan log P = -0,027 ; indeks polaritas = 5,1

Aquabidest dengan indeks polaritas = 10,2

Fase gerak:

1. Buffer asetat : metanol : asetonitril (73 : 25 : 2)

Indeks polaritas = (

) (

) (

)

2. Buffer asetat : metanol : asetonitril (60 : 36 : 4)

Indeks polaritas = (

) (

) (

)

3. Buffer asetat : metanol : asetonitril (40 : 54 : 6)

Indeks polaritas = (

) (

) (

)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

71

Lampiran 4. Perhitungan pH buffer

Fase organik yang digunakan dalam fase gerak = 54% metanol + 6% asetonitril

= 60%

Tiap penambahan 10% fase organik terjadi penurunan pKa sebesar 0,2 unit

Penurunan pKa yang terjadi = 0,2 x 6 = 1,2 unit

1. pKa nikotin = 8,5

8,5 – 1,2 = 7,3 penurunan pKa analit

2. 7,3 – 2 = 5,3 pH analit berada dalam bentuk terion

3. 6 x 0,2 = 1,2 pergeseran pH buffer dengan penambahan 60% fase

organik

4. 5,3 – 1,2 = 4,1 pH maksimum buffer yang harus dibuat agar analit

dalam bentuk terion

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

72

Lampiran 5. Kromatogram hasil optimasi pada fase gerak buffer

asetat:metanol:asetonitril (73:25:2)

a. Kecepatan alir 0,5 mL/menit

Baku 0,05 ppm

Sampel

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

73

b. Kecepatan alir 1,0 mL/menit

Baku 0,05 ppm

Sampel

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

74

c. Kecepatan alir 1,2 mL/menit

Baku 0,05 ppm

Sampel

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

75

Lampiran 6. Kromatogram hasil optimasi pada fase gerak buffer

asetat:metanol:asetonitril (60: 36 : 4)

a. Kecepatan alir 0,5 mL/menit

Baku 0,05 ppm

Sampel

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

76

b. Kecepatan alir 1,0 mL/menit

Baku 0,05 ppm

Sampel

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

77

c. Kecepatan alir 1,2 mL/menit

Baku 0,05 ppm

Sampel

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

78

Lampiran 7. Kromatogram hasil optimasi pada fase gerak buffer

asetat:metanol:asetonitril (40:54:6)

a. Kecepatan alir 0,5 mL/menit

Baku 0,05 ppm

Sampel

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

79

b. Kecepatan alir 1,0 mL/menit

Baku 0,05 ppm

Sampel

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

80

c. Kecepatan alir 1,2 mL/menit

Baku 0,05 ppm

Sampel

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

81

Lampiran 8. Contoh perhitungan nilai tailing factor (TF) baku nikotin 0,05

ppm pada komposisi fase gerak buffer asetat:metanol:asetonitril (40:54:6)

No

Kecepatan

alir

(mL/menit)

tinggi

peak

(cm)

5 %

tinggi

peak

(cm)

a

(cm)

a

(menit)

b

(cm)

b

(menit) TF

1 0,5 3,2 0,16 0,3 0,1406 0,8 0,3734 1,8280

2 1,0 3,1 0,155 0,275 0,0917 0,55 0,1833 1,5000

3 1,5 3,0 0,145 0,25 0,0833 0,375 0,1249 1,2500

Kecepatan alir 0,5 : 6,4 cm = 3 menit 1 cm = 0,4688 menit

Kecepatan alir 1,0 : 3 cm = 1 menit 1 cm = 0,3333 menit

Kecepatan alir 1,2 : 3 cm = 1 menit 1 cm = 0,3333 menit

a = 0,0833 menit

b = 0,1249 menit

TF =

=

=1,2500 memenuhi syarat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

82

Lampiran 9. Contoh perhitungan nilai HETP baku nikotin 0,05 ppm pada

komposisi fase gerak buffer asetat:metanol:asetonitril (40:54:6)

Kecepatan alir

(mL/menit)

W½h

(cm)

Waktu

retensi

(menit)

Jumlah

lempeng

teoritis (N)

HETP

0,5 0,45 4,801 2780,798 0,0090

1,0 0,35 2,408 2364,82 0,0106

1,2 0,3 2,012 2247,1639 0,0111

Kecepatan alir 0,5 : 2,1 cm = 1 menit 1 cm = 0,4762 menit

Kecepatan alir 1,0 : 3 cm = 1 menit 1 cm = 0,3333 menit

Kecepatan alir 1,2 : 3 cm = 1 menit 1 cm = 0,3333 menit

W1/2h = 0,3 cm = 0,0999 menit

N = 5,54 x (

)

= 5,54 x (

)

= 2247,1639

Panjang Kolom = 25 cm

=

= 0,0111

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

83

Lampiran 10. Contoh perhitungan resolusi sampel pada fase gerak buffer

asetat:metanol:asetonitril (40:54:6)

3 cm = 1 menit 1 cm = 0,3333 menit

W0,5 1 = 0,3 cm = 0,0999 menit

W0,5 2 = 0,4 cm = 0,1333 menit

Rs = ( )

( )

( )

= ( )

( )

= 1,5679

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

84

Lampiran 11. Kromatogram hasil uji reprodusibilitas resolusi sampel dan

perhitungan CV.

Repetisi 1

0,5 menit = 1,5 cm

1 cm = 0,3333 menit

W0,5(1) = 0,35 cm x 0,3333 = 0,1155

W0,5(2) = 0,4 cm x 0,3333 = 0,132

Rs = ( )

( ) ( )

Rs = ( )

Rs = 1,51

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

85

Repetisi 2

0,5 menit = 1,5 cm

1 cm = 0,3333 menit

W0,5(1) = 0,35 cm x 0,3333 = 0,1155

W0,5(2) = 0,45 cm x 0,3333 = 0,148

Rs = ( )

( ) ( )

Rs = ( )

Rs = 1,543

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

86

Repetisi 3

0,5 menit = 1,5 cm

1 cm = 0,33 menit

W0,5(1) = 0,35 cm x 0,33 = 0,1155

W0,5(2) = 0,35 cm x 0,33 = 0,1155

Rs = ( )

( ) ( )

Rs = ( )

Rs = 1,534

Repetisi Resolusi Rata-rata

Resolusi SD CV (%)

1 1,543

1,531 0,0137 0,895 2 1,516

3 1,534

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

87

Lampiran 12. Skema pembuatan seri larutan baku nikotin

Sebanyak 10 µL baku nikotin diambil dengan mikropipet

Dilarutkan dengan fase gerak dalam labu takar 5,0 mL sampai batas tanda

Sebanyak 25,0; 125,0; dan 225,0 µL larutan dimasukkan dalam labu takar 5,0 mL

dan diencerkan hingga batas tanda

Densitas = 1,009 g/cm3

Kemurnian = 99,7%

Konsentrasi larutan baku = 1009 ppm x 99,7% = 1005,973 ppm

Larutan stok 2 ppm

1005,973 ppm x 0,01 = C2 x 5 mL

C2 = 2,012 ppm

0,01 ppm

C1 x V1 = C2 x V2

2,012 ppm x 0,025 mL = C2 x 5 mL

C2 = 0,010 ppm

0,05 ppm

C1 x V1 = C2 x V2

2,012 ppm x 0,125 mL = C2 x 5 mL

C2 = 0,050 ppm

0,09 ppm

C1 x V1 = C2 x V2

2,012 ppm x 0,225 mL = C2 x 5 mL

C2 = 0,090 ppm

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

88

Lampiran 13. Kromatogram seri larutan baku nikotin pada fase gerak

buffer asetat:metanol:asetonitril (40:54:6)

1. Replikasi I

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

89

2. Replikasi II

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

90

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

91

3. Replikasi III

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

92

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

93

Lampiran 14. Data hasil uji reprodusibilitas nilai TF pada fase gerak buffer

asetat:metanol:asetonitril (40:54:6)

1. Baku 0,01 ppm

Replikasi

Waktu

Retensi

(menit)

Nilai TF Rata-rata

nilai TF ( ) | | | |

1 2,007 1,6

1,604

0,004 1,6 x 10-5

2 2,007 1,6 0,004 1,6 x 10-5

3 2,005 1,611 0,007 4,9 x 10-5

8,1 x 10-5

SD = √ | |

( ) = √

( ) = 0,0064

CV =

x 100% =

x 100% = 0,397 %

2. Baku 0,05 ppm

Replikasi

Waktu

Retensi

(menit)

Nilai TF Rata-rata

nilai TF ( ) | | | |

1 2,014 1,275

1,267

0,008 6,4 x 10-5

2 2,015 1,275 0,008 6,4 x 10-5

3 2,012 1,25 0,017 28,9 x 10-5

41,7 x 10-5

SD = √ | |

( ) = √

( ) = 0,0144

CV =

x 100% =

x 100% = 1,140%

3. Baku 0,09 ppm

Replikasi

Waktu

Retensi

(menit)

Nilai TF Rata-rata

nilai TF ( ) | | | |

1 2,013 1,185

1,184

0,001 0,1 x 10-5

2 2,010 1,182 0,002 0,4 x 10-5

3 2,011 1,185 0,001 0,1 x 10-5

0,6 x 10-5

SD = √ | |

( ) = √

( ) = 0,0017

CV =

x 100% =

x 100% = 0,146%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

94

Lampiran 15. Kromatogram Blanko

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/088114082_full.pdfplagiat merupakan tindakan tidak terpuji. ii plagiat merupakan tindakan tidak terpuji. iii plagiat

95

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi yang berjudul “Optimasi Metode

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) Fase Terbalik

pada Penetapan Kadar Nikotin dalam Ekstrak Etanolik

Daun Tembakau” memiliki nama lengkap Amelia Ernesta

Suharno Putri. Penulis lahir di Surakarta pada tanggal 21

April 1990 sebagai putri kedua dari tiga bersaudara

pasangan Deny Suharno dan Go Swie Ling. Pendidikan

formal yang pernah ditempuh penulis adalah TK Kristen

Kalam Kudus Surakarta (1994-1996), SD Kristen Kalam

Kudus Surakarta (1996-2002), SLTP Pangudi Luhur

Bintang Laut Surakarta (2002-2005), SMA Negeri 3

Surakarta (2005-2008). Penulis melanjutkan

pendidikannya di Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta pada tahun 2008. Penulis pernah menjadi asisten dosen pada

mata kuliah praktikum Analisis Makanan (2011). Selain itu, penulis pernah

mengikuti kegiatan dan organisasi antara lain panitia Sumpahan Apoteker

(angkatan XIX dan XX) dan pengabdian masyarakat dengan kegiatan penyuluhan

tentang Obesitas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI