Author
others
View
14
Download
1
Embed Size (px)
OPTIMASI ISOLASI ALOPURINOL DALAM SEDIAAN TABLET DAN
JAMU
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Sugiarto Adji Soenarso
NIM: 108114020
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
OPTIMASI ISOLASI ALOPURINOL DALAM SEDIAAN TABLET DAN
JAMU
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Sugiarto Adji Soenarso
NIM: 108114020
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
Persetujuan Pembimbing
OPTIMASI ISOLASI ALOPURINOL DALAM SEDIAAN TABLET DAN
JAMU
Skripsi yang diajukan oleh:
Sugiarto Adji Soenarso
NIM: 108114020
Telah disetujui oleh:
Pembimbing Utama
Prof. Dr. Sri Noegrohati, Apt. Tanggal…………………………..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
Pengesahan Skripsi Berjudul
OPTIMASI ISOLASI ALOPURINOL DALAM SEDIAAN TABLET DAN
JAMU
Oleh:
Sugiarto Adji Soenarso
NIM: 108114020
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
Pada tanggal…………………………….
Mengetahui
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
Dekan
Aris Widayati, M.Si., Apt. PhD.
Panitia Penguji Tanda tangan:
1. Prof. Dr. Sri Noegrohati, Apt. ……………………
2. Jeffry Julianus, M.Si. ……………………
3. F. Dika Octa Riswanto, M.Sc. ……………………
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Jangan pernah menganggap belajar sebagai suatu
kewajiban, tetapi anggaplah ia sebagai suatu kesempatan
menyenangkan untuk membebaskan diri dalam mempelajari
alam dan kehidupan. Belajar adalah untuk kebahagiaanmu
sendiri dan akan memberikan keuntungan bagi masyarakat
tempatmu bekerja nanti – Albert Einstein
Kita hidup dalam dunia yang penuh dengan keindahan dan
petualangan. Tidak ada akhir dari petualangan-
petualangan yang dapat kita jalani hanya jika kita
mencari petualangan-petualangan baru dengan mata yang
terbuka – Jawaharlal Nehru
Orang-orang serius hanya punya ide-ide terbatas.
Orang-orang yang punya banyak ide tidak pernah serius
– Paul Vallery
Iman akan Allah tidak memberikan solusi instan atas
semua persoalan dan ketidakpastian hidup, tetapi
melengkapi kita untuk mengatasinya – Daniel Louw
Karya ini kudedikasikan untuk orang tuaku, adikku,
kekasihku, teman-temanku, dan almamaterku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Penulis menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang ditulis ini
tidak memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan
daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan indikasi plagiarism dalam naskah ini,
maka penulis bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Yogyakarta, 7 Januari 2015
Penulis
Sugiarto Adji Soenarso
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata
Dharma:
Nama : Sugiarto Adji Soenarso
NIM :108114020
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
OPTIMASI ISOLASI ALOPURINOL DALAM SEDIAAN TABLET DAN
JAMU
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain
untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Demikian pernyataan ini yang mana saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal:
Yang menyatakan
(Sugiarto Adji Soenarso)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Segala pujian dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan karena hanya
dengan anugerah, berkat, cinta, kasih, dan pertolongan-Nya, penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul ”Optimasi
Isolasi Alopurinol Dalam Sediaan Tablet dan Jamu”. Skripsi ini disusun guna
memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program
Studi Farmasi (S.Farm).
Terselesaikannya penulisan laporan akhir ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Aris Widayati, M.Si., Apt. PhD. selaku Dekan dan segenap staf serta
karyawan Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
2. Prof. Dr. Sri Noegrohati, Apt. selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan petunjuk, saran, arahan, dan bimbingan kepada penulis dalam
proses penyusunan skripsi ini.
3. Jeffry Julianus, M.Si. selaku Dosen Penguji skripsi yang telah memberikan
saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.
4. Florentinus Dika Octa Riswanto, M.Sc. selaku Dosen Penguji skripsi yang
telah memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.
5. Prof. Dr. Sudibyo Martono, M.Si., Apt. atas bantuannya untuk membantu
penulis mendapatkan senyawa baku dan waktu yang diluangkan untuk
memberikan masukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
6. PT IFARS Solo yang telah memberikan baku kepada penulis untuk penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Phebe Hendra, M.Si., Apt., Ph.D. selaku dosen pembimbing akademik atas
pendampingan dan perhatiannya terhadap perkembangan saya selama
perkuliahan ini.
8. Dewi Setyaningsih dan Sanjaya, M.Si. atas bantuan selama menghadapi
masalah dalam penelitian dan mau membagi ilmu yang tidak didapatkan
selama kuliah.
9. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
atas ilmu, pengalaman, semangat, dan persahabatan yang telah dibagikan.
10. Mas Bimo, Mas Kunto, dan Pak Parlan yang telah banyak membantu selama
penelitian di laboratorium.
11. Keluarga tercinta Papa, Mama, dan Sugeng terima kasih atas dukungan doa
yang selalu tulus untukku yang membuatku berani bangkit lagi di kala
terpuruk.
12. Keluarga Papa dan Mama yang selalu mendoakan segala perjuanganku.
13. Ria Kusuma Dewi dan Meta Kartika Sari teman seperjuangkanku yang telah
dengan sabar menghadapi semua kemalasanku, mendukung dan
menyemangati aku selama masa-masa terpuruk di lab.
14. Kawan-kawan seperjuangan di lab: Bakti, Naomi, Kezia, Ita atas kerja sama
dan kebersamaan, dukungan dan keceriaan di lab selama penelitian ini.
15. Fr. B. Aris Ferdinan, SCJ yang selalu menyemangati penulis saat penulis
merasa terpuruk dalam menyelesaikan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
16. Jo dan Nety atas bantuannya yang mau membantu aku saat aku bertanya
tentang skripsiku ini.
17. Agatha Herny Sekar Natalia untuk momen-momen kebersamaan kita dan
terima kasih buat dukungan dan doa serta semangat yang diberikan.
18. Teman-teman FST dan FKK 2010 yang selalu memberi bantuan, dukungan,
dan berbagi keceriaan untuk selesainya skripsi ini.
19. Teman-teman KKN terima kasih atas keluangan waktu untuk bersama pergi
sejenak dari penatnya skripsi.
20. Serta semua pihak yang telah banyak membantu penyusunan skripsi ini baik
dalam bentuk doa, semangat yang menyertai penulis dari awal penelitian
sampai penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan
dan kelemahan karena keterbatasan pikiran, tenaga, dan waktu penulis. Untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Akhir
kata semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca semua.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................... v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................ vi
PRAKATA .............................................................................................. vii
DAFTAR ISI ........................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xvii
INTISARI ................................................................................................ xix
ABSTRACT .............................................................................................. xx
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
1. Permasalahan .................................................................................. 4
2. Keaslian penelitian.......................................................................... 5
3. Manfaat penelitian .......................................................................... 5
B. Tujuan ................................................................................................. 6
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ....................................................... 7
A. Obat Tradisional .................................................................................. 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
B. Jamu.................................................................................................... 8
C. Asam Urat ........................................................................................... 9
D. Alopurinol ........................................................................................... 10
1. Sifat fisika kimia ............................................................................. 10
2. Dosis .............................................................................................. 10
3. Peringatan dan pencegahan ............................................................. 11
4. Efek samping .................................................................................. 11
5. Penetapan kadar ............................................................................. 11
E. Ekstraksi ............................................................................................. 12
F. Solid Phase Extraction (SPE) .............................................................. 12
1. Prosedur SPE .................................................................................. 12
2. Pengembangan metode ................................................................... 14
G. Spektrofotometri UV ........................................................................... 15
1. Transisi sigma–sigma star (σ → σ*) ................................................ 16
2. Transisi non bonding elektron–sigma star (n → σ*) ........................ 16
3. Transisi n → π* dan transisi π → π* ............................................... 17
H. High Performance Liquid Chromatography (HPLC) ........................... 19
I. Landasan Teori .................................................................................... 26
J. Hipotesis ............................................................................................. 28
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 29
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ........................................................... 29
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ....................................... 29
1. Variabel .......................................................................................... 29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
2. Definisi operasional ........................................................................ 29
C. Bahan Penelitian.................................................................................. 30
D. Alat Penelitian ..................................................................................... 30
E. Tata Cara Penelitian ............................................................................ 31
1. Optimasi isolasi alopurinol dalam tablet dengan menggunakan
spektrofotometri UV ....................................................................... 31
2. Optimasi ekstraksi cair-cair tanpa SPE ............................................ 33
3. Optimasi isolasi alopurinol dalam jamu asam urat merek X ............ 34
4. Identifikasi alopurinol dalam sampel jamu dengan menggunakan
HPLC ............................................................................................. 37
5. Validasi metode clean up SPE MCX ............................................... 40
6. Penggunaan kembali SPE MCX ...................................................... 42
F. Analisis Hasil ...................................................................................... 43
1. Analisis hasil optimasi penyaringan dengan spektrofotometri UV ... 43
2. Analisis hasil optimasi clean up yang dilanjutkan dengan HPLC .... 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 44
1. Optimasi isolasi alopurinol dalam tablet dengan menggunakan
spektrofotometri UV ....................................................................... 44
2. Optimasi ekstraksi cair-cair tanpa SPE ............................................ 50
3. Optimasi isolasi alopurinol dalam jamu asam urat merek X ............ 52
4. Identifikasi alopurinol dalam sampel jamu dengan menggunakan
HPLC ............................................................................................. 66
5. Validasi metode clean up SPE MCX ............................................... 69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
6. Penggunaan kembali SPE MCX ...................................................... 73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................... 77
A. Kesimpulan ......................................................................................... 77
B. Saran ................................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 78
LAMPIRAN ............................................................................................ 82
BIOGRAFI PENULIS ............................................................................. 124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Indeks polaritas dan karakteristik solvent selectivity
beberapa pelarut HPLC .......................................................... 22
Tabel II. Optimasi loading sampel dan volume eluen SPE MCX .......... 35
Tabel III. Pengulangan pencucian SPE .................................................. 42
Tabel IV. Penyimpangan bobot rata-rata pada tablet .............................. 45
Tabel V. Hasil bobot alopurinol, SD, dan % CV ................................... 49
Tabel VI. Optimasi kapasitas kolom ...................................................... 56
Tabel VII. Optimasi volume eluen .......................................................... 60
Tabel VIII. Tabel tR dan AUC hasil ekstraksi cair-cair ............................ 65
Tabel IX. Perbandingan tR dan AUC blanko dan sampel adisi ............... 68
Tabel X. Hasil perolehan kembali dan CV ............................................ 71
Tabel XI. Perolehan kembali yang dapat diterima pada beberapa tingkat
konsentrasi analit ................................................................... 72
Tabel XII. CV yang dapat diterima pada beberapa tingkat konsentrasi analit
berdasarkan AOAC PVM ...................................................... 72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Struktur alopurinol .............................................................. 10
Gambar 2. Proses skematik prosedur SPE ............................................. 13
Gambar 3. Diagram tingkat energi elektronik........................................ 16
Gambar 4. (A) Pengaruh pelarut polar terhadap transisi π → π*
(B) Transisi n → π* ............................................................. 18
Gambar 5. Dasar pemisahan kromatografi partisi .................................. 20
Gambar 6. Diagram sistem HPLC secara umum ................................... 20
Gambar 7. Skema sampler KCKT. (A) – posisi load, sampel diinjeksikan
dan terisolasi dari fase gerak. (B) – posisi inject, sampel
terbawa fase gerak dan memasuki kolom ............................ 24
Gambar 8. Reaksi antara kalium biftalat dengan NaOH ........................ 46
Gambar 9. Perubahan warna indicator fenolftalein dari bening menjadi
pink ..................................................................................... 46
Gambar 10. Hasil standarisasi NaOH dengan menggunakan kalium
biftalat ................................................................................. 47
Gambar 11. Kromatogram hasil ekstraksi cair-cair sampel blanko
(A) replikasi 1 (B) replikasi 2 .............................................. 51
Gambar 12. Interaksi antara alopurinol dengan fase diam SPE ................ 54
Gambar 13. Kromatogram alopurinol dalam fraksi asam asetat setelah
proses pencucian SPE .......................................................... 56
Gambar 14. Kurva hubungan volume loading ekstrak VS AUC .............. 57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
Gambar 15. Kromatogram alopurinol pada optimasi kapasitas kolom
SPE MCX (A) 500 μL (B) 750 μL (C) 1000 μL (D) baku
alopurinol dengan fase gerak metanol : aquabidest/amonium
hidroksida 0,1% (10:90) ...................................................... 57
Gambar 16. Kurva hubungan volume eluen VS AUC ............................. 60
Gambar 17. Kromatogram alopurinol pada optimasi volume eluen
(A) 5 mL (B) 7.5 mL (C) 12.5 mL yang dilakukan dengan
mengelusi 10 mL (C1) dan dilanjutkan dengan elusi 2.5 mL (C2)
(D) baku alopurinol dengan fase gerak metanol :
aquabidest/amonium hidroksida 0,1% (10:90) ..................... 61
Gambar 18. Reaksi pembentukkan garam alopurinol .............................. 63
Gambar 19. Reaksi pembentukkan ion alopurinol ................................... 64
Gambar 20. Kromatogram alopurinol hasil ekstraksi cair-cair dengan variasi
pengulangan penambahan kloroform (A) 2x3 mL (B) 3x3 mL
(C) 4x3 mL dengan fase gerak HPLC metanol : aquabidest/
amonium hidroksida 0,1% (10:90) ....................................... 64
Gambar 21. Perbandingan puncak (A) puncak baku alopurinol (B1 dan B2)
puncak blanko dan sampel alopurinol yang sudah ditambahkan
dengan baku alopurinol dalam 3 level konsentrasi ............... 67
Gambar 22. Kromatogram alopurinol hasil clean up dengan menggunakan
SPE bekas yang sudah diuji (A) 1x (B) 2x (C) 3x dengan fase
gerak metanol : aquabidest/amonium hidroksida 0,1% (10:90) 74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Sertifikat analisis baku alopurinol ................................... 83
Lampiran 2. Sertifikat analisis SPE MCX ........................................... 84
Lampiran 3. Penimbangan keseragaman bobot tablet alopurinol ......... 85
Lampiran 4. Penimbangan sampel A tiap kemasan untuk perhitungan
keseragaman bobot ......................................................... 86
Lampiran 5. Penimbangan sampel B tiap kemasan untuk perhitungan
keseragaman bobot ......................................................... 87
Lampiran 6. Penimbangan sampel C tiap kemasan untuk perhitungan
keseragaman bobot ......................................................... 88
Lampiran 7. Penimbangan kalium biftalat ........................................... 89
Lampiran 8. Standarisasi NaOH 0.1 N ................................................ 89
Lampiran 9. Gambar hasil pembakuan NaOH 0.1 N ........................... 89
Lampiran 10. Perhitungan penimbangan sampel tablet alopurinol ......... 90
Lampiran 11. Penimbangan optimasi penyaringan ................................ 90
Lampiran 12. Bobot alopurinol, SD dan %CV hasil .............................. 91
Lampiran 13. Penimbangan sampel tanpa SPE...................................... 91
Lampiran 14. Kromatogram sampel tanpa SPE ..................................... 92
Lampiran 15. Penimbangan optimasi kapasitas kolom SPE ................... 93
Lampiran 16. Kromatogram optimasi kapasitas kolom SPE .................. 94
Lampiran 17. Tabel optimasi kapasitas kolom SPE ............................... 100
Lampiran 18. Penimbangan optimasi volume eluen SPE ....................... 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
Lampiran 19. Kromatogram optimasi volume eluen SPE ...................... 101
Lampiran 20. Tabel optimasi volume eluen SPE ................................... 105
Lampiran 21. Penimbangan optimasi volume kloroform ....................... 106
Lampiran 22. Kromatogram optimasi volume kloroform ...................... 107
Lampiran 23. Penimbangan baku untuk validasi SPE ............................ 110
Lampiran 24. Penimbangan sampel untuk validasi SPE ........................ 110
Lampiran 25. Kromatogram validasi SPE ............................................. 111
Lampiran 26. Hasil recovery dan % CV validasi SPE ........................... 119
Lampiran 27. Penimbangan baku untuk pencucian SPE ........................ 120
Lampiran 28. Kromatogram hasil pencucian SPE ................................. 120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
INTISARI
Telah dilakukan penelitian tentang alopurinol dalam sampel obat, matriks
biologis dan penelitian BKO dalam sediaan jamu sebelumnya pernah dilakukan
dengan menggunakan sampel metampiron. Penelitian ini ingin mengetahui
optimasi isolasi alopurinol dalam sampel tablet dan jamu untuk mengurangi
berbagai matriks yang terdapat dalam sampel tablet dan jamu sehingga dapat
digunakan untuk determinasi alopurinol. Optimasi isolasi dilakukan dengan
optimasi penyaringan, ektraksi cair-cair dan Solid Phase Extraction (SPE).
Pada sampel tablet isolasi alopurinol dilakukan dengan penyaringan dan
dideterminasi dengan metode Spektrofotometri UV karena alopurinol memiliki
gugus kromofor dan auksokrom, sedangkan pada sampel jamu isolasi alopurinol
dilakukan dengan clean up yang meliputi ekstraksi cair-cair dan Solid Phase
Extraction (SPE) dan dideterminasi dengan metode High Performance Liquid
Chromatography (HPLC).
Pada sampel tablet, volume penyaringan yang digunakan 10 mL x 2.
Pada sampel jamu, volume kloroform yang digunakan pada ekstraksi cair-cair
adalah 3x3 mL, pada SPE volume loading sampel yang digunakan adalah 1000
µL, volume eluen yang digunakan adalah 10 mL amonium hidroksida 5% dalam
metanol. Kondisi tersebut merupakan kondisi optimal dalam isolasi alopurinol
dari sampel tablet dan jamu.
Kata kunci : alopurinol, jamu, tablet, BKO, ekstraksi, clean up, SPE, HPLC,
Spektrofotometri UV.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
ABSTRACT
There had been research on allopurinol in drug samples, biological
matrix and BKO research in herbal preparations using sample methampyrone.
This research investigates the optimal isolation of allopurinol in tablet and herbal
samples to reduce the matrix contained in tablet and herbal samples, so later they
can be used for the determination of allopurinol. Isolation optimization is done
with filtration optimization, liquid-liquid extraction and Solid Phase Extraction
(SPE).
In tablet samples, allopurinol isolation was performed by filtration and
determined by UV spectrophotometry method because allopurinol has a
chromophore and auxochrome group, whereas the allopurinol isolation of herbal
samples performed with clean up that includes liquid-liquid extraction and Solid
Phase Extraction (SPE) and determined by the High Performance Liquid
Chromatography (HPLC).
In tablet samples, the filtration volume used was 10 mL x 2. In herbal
samples, the volume of chloroform used in liquid-liquid extraction is 3x3 mL, at
SPE sample loading volume used was 1000 mL, while the volume of eluent used
was 10 mL ammonium hydroxide 5% in methanol. This condition is the optimal
condition in allopurinol isolation from tablet and herbal samples.
Keywords: allopurinol, herbal samples, tablets, BKO, extraction, clean-up, SPE,
HPLC, Spectrophotometry UV.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhir-akhir ini kesadaran masyarakat akan kesehatan semakin
meningkat, itu terlihat dari usaha masyarakat untuk mencegah penyakit baik
secara modern maupun tradisional. Pada sebagian masyarakat, usaha untuk
mencegah penyakit masih menggunakan cara tradisional. Selain itu
kecenderungan masyarakat untuk kembali ke alam (back to nature) yang dalam
beberapa hal lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan pengobatan dengan
obat sintetik atau obat modern, membuat penggunaan obat tradisional semakin
meningkat. Selain itu, harga obat tradisional juga lebih terjangkau dibandingkan
dengan obat sintetik. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang
berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik)
atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan
untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di
masyarakat (PerMenKes, 2012).
Obat tradisional telah digunakan selama ribuan tahun dengan kontribusi
besar yang dibuat oleh praktisi kesehatan manusia, khususnya sebagai penyedia
perawatan kesehatan primer di tingkat masyarakat. TM (Traditional Medicine)
telah mempertahankan popularitasnya di seluruh dunia. Sejak tahun 1990-an
penggunaannya telah meningkat di banyak negara maju dan berkembang
(Anonimb, 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Produk obat tradisional yang telah banyak digunakan oleh masyarakat
adalah jamu. Banyak masyarakat minum jamu untuk mencegah penyakit tertentu
karena mudah penggunaannya dan harganyapun juga terjangkau oleh masyarakat.
Selama beberapa tahun terakhir, penggunaan obat tradisional di dunia semakin
meningkat. Menurut WHO, 65-80% populasi dunia menggunakan obat tradisional
sebagai perlindungan untuk kesehatan (Yee, 2003).
Namun banyak kendala yang terjadi pada produk sediaan jamu seperti,
pengolahan bahan baku yang belum terstandar terutama mutu dan kualitasnya,
serta industri jamu yang tidak jujur sering kali menambahkan bahan kimia obat
(BKO) ke dalam jamu sehingga menimbukan efek yang merugikan.
Karena tidak semua bahan baku untuk jamu dibudidayakan dengan baik
dan benar sehingga seringkali tanaman obat tertentu hilang di pasaran karena
ketidaktersediaan bahan baku yang dibutuhkan. Kurangnya penelitian ilmiah
mengenai keefektifan dari jamu dan juga efek samping yang ditimbulkan melalui
uji praklinis dan uji klinis oleh pihak terkait.
Dampak lain yang menyebabkan efek samping yang merugikan dari
penggunaan obat tradisional adalah penambahan bahan kimia obat (BKO) tanpa
takaran yang jelas sehingga dapat membahayakan bagi kesehatan konsumen
terlebih lagi apabila obat yang ditambahkan tergolong dalam obat keras yang
penggunaanya harus dengan resep dokter. Penggunaan BKO pada sediaan obat
tradisional sangat dilarang sesuai dengan Keputusan Kepala Badan POM No.
HK.00.05.41.1384 tahun 2005.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Menurut PerMenKes RI no. 007 tahun 2012 obat tradisional tidak boleh
mengandung bahan kimia obat atau hasil sintesis yang berkhasiat sebagai obat.
BKO yang biasanya ditambahkan dalam sediaan obat tradisional antara lain
parasetamol (menghilangkan rasa sakit), fenilbutazon (mengatasi rematik dan
menyegarkan tubuh), natrium diklofenak (mengatasi rematik), sildenafil sitrat
(mengatasi disfungsi ereksi dan meningkatkan libido), sibutramin HCl
(melangsingkan tubuh), dan alopurinol (menghilangkan asam urat).
Banyak masyarakat menggunakan obat modern untuk menyembuhkan
penyakit yang mana pada obat modern dosis obatnya sudah diketahui secara pasti
karena melihat bahaya jamu yang ditambahkan BKO. Salah satu penyakit yang
biasa dialami oleh sebagian masyarakat adalah asam urat, sehingga banyak
masyarakat menggunakan obat asam urat yaitu alopurinol untuk menyembuhkan
asam urat.
Menurut Depkes RI (1974), metode baku analisis alopurinol dilakukan
dalam sampel tablet dan diukur secara spektrofotometri UV. Pada sampel tablet
memiliki matriks yang lebih sederhana, oleh karena itu untuk dapat mengisolasi
alopurinol dari matriks dapat dilakukan dengan menggunakan penyaringan. Pada
penelitian ini dilakukan pengembangan metode analisis alopurinol dalam sampel
jamu.
Pada sampel jamu memiliki matriks yang lebih kompleks daripada dalam
sampel tablet, maka untuk mengisolasi alopurinol dari matriks jamu diperlukan
metode clean up yaitu dengan menggunakan ekstraksi cair-cair dan Solid Phase
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Extraction (SPE) serta dilanjutkan dengan High Performance Liquid
Chromatography (HPLC).
Metode clean up alopurinol dalam jamu dengan ekstraksi cair-cair dan
Solid Phase Extraction (SPE) diperlukan optimasi. Pada optimasi ekstraksi cair-
cair dilakukan dengan mengubah komposisi volume kloroform, sedangkan pada
optimasi SPE dilakukan dengan mengubah komposisi volume loading ekstrak dan
volume eluen.
Penelitian ini merupakan bagian dari serangkaian penelitian yang
meliputi “Optimasi dan Validasi Penetapan Kadar Alopurinol Dalam Matriks
Tablet Obat Secara Spektrofotometri UV dan Matriks Sampel Jamu Asam Urat
Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi” dan “Validasi Metode Analisis
Alopurinol Dalam Matriks Tablet Secara Spektrofotometri dan Matriks Jamu
Asam Urat Secara KCKT Fase Terbalik serta Aplikasinya.”
Sejauh penelusuran literatur oleh penulis penelitian tentang penetapan
kadar alopurinol dalam jamu belum pernah dilakukan, sedangkan untuk penelitian
bahan BKO lain seperti parasetamol dan fenilbutason sudah banyak dilakukan dan
penelitian alopurinol dalam matriks biologis menggunakan metode cation
exchange chromatography sudah pernah dilakukan. Untuk penelitian alopurinol di
dalam tablet sudah pernah dilakukan.
1. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang maka timbul permasalahan yaitu bagaimana
optimasi proses isolasi alopurinol dalam sediaan tablet secara spektrofotometri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
UV dan isolasi alopurinol dalam sediaan jamu asam urat dengan menggunakan
SPE MCX yang dilanjutkan dengan HPLC fase terbalik?
2. Keaslian penelitian
Sejauh penelusuran literatur, penelitian terhadap alopurinol telah
dilakukan dalam suatu obat. Namun penelitian sejenis yaitu penetapan kadar
bahan kimia obat metampiron dalam jamu yang pernah dilakukan oleh
Mayasari (2009), penelitian tentang alopurinol dalam metabolit biologis
dengan cation exchange chromatography pernah dilakukan oleh Sweetman dan
Nyhan (1969), dan penelitian tentang alopurinol dalam tablet secara
spektrofotometer menggunakan CT Complex pernah dilakukan oleh Refat, dkk
(2010). Demikian, maka dapat dipastikan bahwa perbandingan optimasi
metode analisis secara HPLC dan Spektrofotometri UV alopurinol dalam jamu
asam urat dan dalam sediaan tablet belum pernah dilakukan sebelumnya.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat metodologis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi mengenai optimasi isolasi alopurinol dalam sediaan tablet secara
spektrofotometer UV dan isolasi alopurinol dalam jamu asam urat dengan
menggunakan SPE MCX yang dilanjutkan dengan HPLC.
b. Manfaat praktis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
terkait komposisi volume penyaringan, komposisi volume ekstraksi,
komposisi loading sampel, komposisi eluen SPE yang terbaik untuk proses
isolasi alopurinol dalam sediaan tablet dan dalam jamu asam urat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses optimasi isolasi alopurinol
dalam sediaan tablet dan dalam jamu asam urat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Obat Tradisional
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan
tersebut yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan dan dapat
diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat (PerMenKes RI No.
007 Tahun 2012).
Sediaan obat tradisional ini perlu dilakukan berbagai jenis pengujian
untuk mengetahui mutu dari sediaan obat tradisional yang akan diproduksi. Jenis
pengujian ini meliputi pengujian mutu dan pengujian keamanan. Pengujian mutu
meliputi organoleptik, kemasan, makroskopis, kebenaran simplisia, kadar air dan
keseragaman bobot. Pengujian keamanan meliputi uji cemaran logam berat,
cemaran pestisida, cemaran mikroba, zat tambahan yang diizinkan seperti bahan
pengawet, cemaran aflatoksin dan penetapan ada tidaknya bahan kima obat yang
ditambahkan dalam sediaan obat tradisional (KepMenKes RI no
661/MENKES/SK/VII/1994).
Menurut Keputusan Badan POM RI No. 00.05.4.2411 tahun 2004,
berdasarkan cara pembuatan serta klaim penggunaan dan tingkat pembuktian
khasiat, Obat Bahan Alam Indonesia dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
1. Jamu (obat tradisional warisan nenek moyang).
2. Obat Herbal Terstandar (telah dikembangkan berdasarkan bukti-bukti ilmiah,
uji praklinis dan standarisasi bahan baku).
3. Fitofarmaka (telah melewati uji klinis dan standariasasi bahan baku).
B. Jamu
Jamu merupakan obat tradisional warisan nenek moyang yang dapat
dibedakan menjadi 2 yaitu obat dalam dan obat luar. Obat dalam biasa dijumpai
dalam bentuk herbal kering siap rebus, dalam bentuk segar rebusan dalam bentuk
jamu gendong, dalam bentuk serbuk kering siap seduh. Obat luar bisa
dimanfaatkan dengan cara dioles, digosok, direndam atau ditempel (Harmita,
2006).
Menurut PerMenKes No. 003 Tahun 2010, jamu harus memenuhi
kriteria:
1. Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
2. Klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris.
3. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
Menurut Keputusan Kepala Badan POM No. HK.00.05.41.1384 tahun
2005 di dalam jamu dilarang digunakan:
1. Bahan kimia hasil isolasi atau sintetik yang berkhasiat obat.
2. Narkotika atau psikotropika.
3. Hewan atau tumbuhan yang dilindungi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Persyaratan mengenai jamu belum begitu mantap dan tegas, namun
pemerintah telah mengeluarkan beberapa petunjuk yaitu:
1. Kadar air tidak lebih dari 10%. Ini untuk mencegah berkembangnya bakteri,
kapang, dan khamir.
2. Jumlah kapang dan khamir tidak lebih dari 10000
3. Jumlah bakteri non patogen tidak lebih dari 1 juta
4. Bebas dari bakteri patogen
5. Tidak boleh tercemar atau diselundupi bahan kimia berkhasiat (Harmita, 2006).
C. Asam Urat
Asam urat merupakan senyawa kimia hasil akhir dari metabolism nucleic
acid atau metabolisme purin dalam tubuh. Berdasarkan penyelidikan bahwa 90%
dari asam urat merupakan hasil katabolisme purin yang dibantu oleh enzim
guanase dan xanthine oksidase (Suhendi, Nurcahyanti, Muhtadi, Sutrisna, 2011).
Asam urat akan dibawa ke ginjal melalui aliran darah untuk dikeluarkan
bersama air seni. Ginjal akan mengatur kadar asam urat dalam darah agar selalu
dalam keadaan normal. Namun, asam urat yang berlebihan tidak akan tertampung
dan termetabolisme seluruhnya oleh tubuh, maka akan terjadi peningkatan kadar
asam urat dalam darah (Suhendi, Nurcahyanti, Muhtadi, Sutrisna, 2011).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
D. Alopurinol
Gambar 1. Struktur alopurinol (1H-Pirazolo[3,4-d]pirimidin-4-ol)
(DepKesehatan RI, 1995)
1. Sifat fisika kimia
Alopurinol mengandung tidak kurang dari 98% dan tidak lebih dari
101,0% C5H4N4O dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian
berupa serbuk halus putih hingga hampir putih dan berbau lemah. Alopurinol
sangat sukar larut dalam air dan etanol, larut dalam larutan kalium dan natrium
hidroksida, praktis tidak larut dalam kloroform dan dalam eter (DepKes RI,
1995).
2. Dosis
Pada dewasa, dosis harian rata-rata adalah 2-10 mg/kgBB, 100-200 mg
untuk kondisi ringan, 300-600 mg untuk kondisi cukup parah dan 700-900 mg
untuk kondisi parah (Apotex NZ Ltd, 2011).
Pada anak-anak, dosis harian rata-rata adalah 10-20 mg/kgBB sampai
maksimal 400 mg per hari. Penggunaan pada anak-anak jarang diindikasikan
kecuali dalam kondisi tertentu dan gangguan enzim tertentu (Apotex NZ Ltd,
2011).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
3. Peringatan dan pencegahan
Hati-hati pemberian pada penderita yang hipersensitif dan wanita hamil.
Hindari penggunaan pada penderita dengan gagal ginjal atau penderita
hiperurisemia asimptometik. Hentikan pengobatan dengan alopurinol bila
timbul kulit kemerahan atau demam. Penggunaan jangka panjang dapat
menyebabkan katarak. Selama pengobatan dianjurkan melakukan pemeriksaan
mata secara berkala, hentikan pengobatan jika terjadi kerusakan lensa mata.
Penggunaan pada wanita hamil, hanya bila ada pertimbangan manfaat
dibandingkan resikonya. Alopurinol dapat meningkatkan frekuensi serangan
artritis gout akut sehingga sebaiknya obat antiinflamasi atau kolkisin diberikan
bersama pada awal terapi. Hati-hati bila diberikan bersama dengan vidarabin
(DechaCare, 2014).
4. Efek samping
Reaksi hipersensitifitas: ruam mokulopapular didahului pruritus,
urtikaria, eksofoliatif dan lesi pupura, dermatitis, nefritis, faskulitis dan
syndrome poliartrtis. Demam, eosinophilia, kegagalan hati dan ginjal, mual,
muntah, diare, rasa mengantuk, sakit kepala dan rasa logam (DechaCare,
2014).
5. Penetapan kadar
Alopurinol dapat ditetapkan kadarnya dengan menggunakan
spektrofotometer UV dengan panjang gelombang kurang lebih 250 nm.
Alopuriol dilarutkan dalam NaOH 0,4% b/v dan HCl 1% v/v (DepKes RI
1974).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
E. Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu
campuran homogen menggunakan pelarut cair (solven) sebagai separating agent
(Harborne, 1987). Pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat dapat
dipermudah dengan mengetahui terlebih dahulu zat aktif yang dikandung
simplisia (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1986).
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat
aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995).
F. Solid Phase Extraction (SPE)
1. Prosedur SPE
Ada dua strategi untuk melakukan penyiapan sampel menggunakan SPE
ini. Strategi pertama adalah dengan melakukan pemilihan pelarut yang mampu
menahan semua analit yang dituju pada penjerap yang digunakan, sementara
untuk senyawa - senyawa penganggu akan terelusi. Analit yang dituju (yang
tertahan pada penjerap ini) selanjutnya dielusi dengan sejumlah kecil pelarut
organik yang akan mengambil analit yang tertahan ini. Strategi ini beramanfaat
jika analit yang dituju berkadar rendah. Strategi lain adalah dengan
mengusahakan supaya analit yang tertuju keluar (terelusi), sementara untuk
senyawa penganggu tertahan pada penjerap (Gandjar dan Rohman, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Tahap pertama menggunakan SPE adalah dengan mengkondisikan
penjerap dengan pelarut yang sesuai. Penjerap nonpolar seperti C18 dan
penjerap penukar ion dikondisikan dengan mengalirinya menggunakan metanol
lalu dengan akuades. Pencucian yang berlebihan dengan air akan mengurangi
recovery analit. Penjerap - penjerap polar seperti diol, siano, amino, dan silika
harus dibilas dengan pelarut nonpolar seperti metilen klorida (Gandjar dan
Rohman, 2010).
Gambar 2. Proses skematik prosedur SPE (Wells, M.J.M., 2000)
Ada empat tahap dalam prosedur SPE, yaitu:
a. Pengkondisian
Kolom (cartridge) dialiri dengan pelarut sampel untuk membasahi
permukaan penjerap dan untuk menciptakan nilai pH yang sama, sehingga
perubahan-perubahan kimia yang tidak diharapkan ketika sampel
dimasukkan dapat dihindari.
Conditioning Loading Washing Elution
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
b. Retensi (tertahannya) sampel
Larutan sampel dilewatkan ke cartridge baik untuk menahan analit yang
diharapakan, sementara komponen lain terelusi atau untuk menahan
komponen yang tidak diharapkan sementara analit yang diharapkan terelusi.
c. Pembilasan
Tahap ini penting untuk menghilangkan seluruh komponen yang tidak
tertahan oleh penjerap selama tahap retensi.
d. Elusi
Tahap ini merupakan tahap terakhir untuk mengambil analit yang
dikehendaki jika analit tersebut tertahan pada penjerap (Gandjar dan
Rohman, 2010).
2. Pengembangan metode
Pendekatan empirik untuk melakukan pengembangan metode SPE
melibatkan screening penjerap yang tersedia. Langkah pertama adalah
menetukan penjerap mana yang paling baik dalam hal menahan analit yang
dituju. Pertimbangan kedua adalah pelarut apa yang dibutuhkan untuk
mengelusi analit yang dituju. Langkah ketiga adalah menguji matriks sampel
blanko untuk mengevaluasi adanya pengganggu yang mungkin ada, dan
akhirnya (langkah keempat) adalah menentukan recovery dengan menambah
analit dalam jumlah tertentu harus dilakukan (Gandjar dan Rohman, 2010).
Polaritas pelarut yang meningkat dibutuhkan untuk mengelusi senyawa
yang tertahan dalam penjerap silika, sementara unutk senyawa yang tertahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
dalam penjerap nonpolar (seperti C18) digunakan pelarut nonpolar (Gandjar dan
Rohman, 2010).
G. Spektrofotometri UV
Spektrofotometeri UV merupakan salah satu teknik analisis spektroskopik
yang menggunakan radiasi elektromagnetik UV dekat dengan menggunakan alat
spektrofotometer (Skogg, West dan Holler, 1994). Radiasi elektromagnetik pada
daerah UV dan visibel biasanya ditulis dalam satuan nanometer. Ketika sampel
mengabsorbsi radiasi elektromagnetik (foton), terjadi perubahan energi pada
sampel tersebut. Energi yang diserap mempunyai hubungan terhadap Persamaan
Planck (Harvey, 2000).
Molekul yang dikenakan gelombang radiasi elektromagnetik pada
frekuensi yang sesuai dapat terjadi penyerapan/absorpsi, adanya serapan tersebut
menghasilkan perbedaan energi serapan. Selisih energi tersebut setara dengan
energi foton yang diserap. Energi yang melompat dari keadaan dasar (ground
state) ke keadaan tereksitasi (excited state) disebut dengan transisi.
Dimana, E1= energi pada keadaan dasar/lebih rendah
E2= energi pada keadaan tereksitasi/lebih tinggi
h = konstanta Planck
υ = frekuensi foton yang diabsorpsi/diserap
λ = panjang gelombang
c = kecepatan
(1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Transisi yang terjadi antar molekul tidaklah sama, hal ini menyebabkan perbedaan
spektra absorpsinya. Dengan demikian, spektra dapat digunakan sebagai bahan
analisis kualitatif dan banyaknya molekul yang menyerap radiasi pada panjang
gelombang tertentu setara dengan sinar yang diabsorpsi sehingga spektra juga
dapat digunakan sebagai bahan analisis kuantitatif (Gandjar dan Rohman, 2010).
Pada analisis dengan spektrofometer, dilakukan pembacaan absorbansi
yang disebut sebagai absorban (A) yang tidak memiliki satuan (Mulja dan
Suharman, 1995). Spektrum absorpsi merupakan plot absorbansi analit yang
merupakan fungsi dari panjang gelombang (Skogg, West dan Holler, 1994).
Gambar 3. Diagram tingkat energi elektronik (Gandjar dan Rohman, 2010)
Penyerapan foton yang dialami molekul mengakibatkan terjadinya eksitasi
elektron-elektron ikatan. Transisi elektronik yang terjadi antara tingkat energi
suatu molekul ada empat, yakni:
1. Transisi sigma–sigma star (σ → σ*)
Energi pada transisi ini terletak pada daerah < 180nm atau terjadi pada
daerah UV vakum dan kurang begitu bermanfaat untuk analisis
spektrofotometri UV-VIS (Gandjar dan Rohman, 2010).
2. Transisi non bonding elektron–sigma star (n → σ*)
Energi yang diperlukan untuk jenis transisi ini lebih kecil dibandingkan
transisi σ → σ*, sehingga sinar yang diserap memiliki panjang gelombang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
yang lebih panjang (150–250nm). Kebanyakan transisi ini terjadi pada panjang
gelombang < 200nm (Gandjar dan Rohman, 2010).
3. Transisi n → π* dan transisi π → π*
Transisi ini terjadi pada molekul organik yang memiliki gugus fungsional
tidak jenuh, ikatan rangkap dalam gugus tersebut memberikan orbital phi yang
diperlukan. Transisi jenis ini paling cocok digunakan dalam analisis
menggunakan spektrofotometri UV–visibel karena berada diantara panjang
gelombang 200–700 nm (Gandjar dan Rohman, 2010).
Pelarut dapat memberikan pengaruh transisi n → π* dan π → π*, hal ini
berkaitan dengan adanya perbedaan kemampuan dari pelarut untuk mensolvasi
antara keadaan dasar dengan keadaan tereksitasi. Pada transisi π → π*, molekul
yang berada dalam keadaan dasar akan relatif non polar dan keadaan
tereksitasinya lebih polar dibandingkan dari keadaan dasar. Penggunaan pelarut
polar akan menyebabkan interaksi lebih kuat saat keadaan tereksitasi
dibandingkan keadaan dasar sehingga perbedaan energi transisi π → π* lebih
kecil. Akibat yang ditimbulkan atas peristiwa ini ialah pergeseran ke panjang
gelombang yang lebih besar dari semula. Berbeda dengan transisi n → π*, pada
keadaan dasar molekul relatif lebih polar dibandingkan keadaan tereksitasi.
Pelarut yang berinteraksi hidrogen akan berinteraksi secara lebih kuat dengan
pasangan elektron yang tak berpasangan pada keadaan dasar dibandingkan
molekul pada keadaan tereksitasi. Hal ini mengakibatkan transisi n → π* akan
mempunyai energi yang lebih besar sehingga panjang gelombang akan bergeser
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
lebih pendek dibandingkan semula akibat kemampuan membentuk interaksi
hidrogen (polaritas) pelarut meningkat (Gandjar dan Rohman, 2010).
Gambar 4. (A) Pengaruh pelarut polar terhadap transisi π → π* dan (B) Transisi n
→ π* (Gandjar dan Rohman, 2010)
Dalam memilih panjang gelombang terkait hubungan sifat optik cuplikan
dan pelarut. Penyerapan radiasi UV atau visibel terkait dari elektron terluar atau
elektron valensi dari molekul dan tergantung pula pada jenis ikatan kimia dalam
molekul, adanya ikatan kimia penyebab terjadinya serapan sinar UV-Vis disebut
kromofor (Johnson dan Stevenson, 1978). Sinar UV mempunyai panjang
gelombang 200-400 nm, sedangkan sinar visibel mempunyai panjang gelombang
400-750 nm (Gandjar dan Rohman, 2010).
(A)
(B)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Kromofor merupakan ikatan rangkap tak jenuh selang-seling yang
menyerap radiasi pada daerah UV dan visibel, sedangkan aukosokrom merupakan
gugus jenuh yang terikat pada kromofor dapat menyebabkan adanya perubahan
panjang gelombang dan intensitas serapan maksimum. Ciri auksokrom adalah
gugusan heteroatom seperti –OCH3, -Cl, OH, dan NH2. Penambahan auksokrom
menyebabkan pergeseren batokromik. Pergeseran batokromik merupakan
pergeseran panjang gelombang ke arah yang lebih panjang akibat adanya subsitusi
gugus atau atom atau adanya pengaruh pelarut (Sastrohamidjojo, 2001).
H. High Performance Liquid Chromatography (HPLC)
Kromatografi merupakan teknik yang mana solut atau zat-zat terlarut
terpisah oleh perbedaan kecepatan elusi, karena solut-solut ini melewati suatu
kolom kromatografi. Pemisahan ini diatur oleh distribusi solut dalam fase gerak
dan fase diam (Gandjar dan Rohman, 2010).
HPLC dapat menghasilkan pemisahan yang cepat, dengan keunggulan
zat yang tidak menguap atau zat yang tidak tahan panas dapat dipisahkan tanpa
terurai atau tanpa perlu diderivatisasi. Pada kromatografi partisi digunakan fase
gerak dan fase diam dengan polaritas yang berbeda. Jika fase gerak bersifat polar
dan fase diam bersifat nonpolar maka disebut sebagai kromatografi fase terbalik,
senyawa nonpolar yang larut dalam hidrokarbon dengan BM < 1000 dapat
dipisahkan berdasarkan atas afinitasnya terhadap fase diam (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 1995).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Gambar 5. Dasar pemisahan kromatografi partisi (Lennan, 2010)
Kromatografi partisi merupakan metode pemisahan analit berdasarkan
kemampuan partisinya diantara fase diam dan fase gerak yang melewati fase
diam. Analit yang mempunyai afinitas lebih besar pada fase diam (gambar 3 -
bulatan merah) relatif lebih tertahan di fase diam daripada analit yang kurang
tertahan pada fase diam (gambar 3 - bulatan hijau) (Lennan, 2010).
Gambar 6. Diagram sistem HPLC secara umum (Harvey, 2000)
Secara umum instrument HPLC terdiri atas beberapa komponen, yaitu
wadah fase gerak, sistem penghantaran fase gerak, alat untuk memasukan sampel,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
kolom, detektor, wadah penampung buangan fase gerak, tabung penghubung, dan
suatu komputer atau integrator atau perekam (Gandjar dan Rohman, 2010).
Wadah fase gerak harus bersih dan inert. Wadah ini biasanya mampu
menampung fase gerak antara 1-2 liter pelarut. Fase gerak harus di degasing
(penghilangan gas) dulu sebelum digunakan karena adanya gas akan berkumpul
dengan komponen lain terutama di pompa dan detektor sehingga akan
mengacaukan analisis. Pada saat membuat fase gerak, maka sangat dianjurkan
untuk memilih fase gerak dengan kemurnian yang tinggi agar tingkat pengotor
rendah dan tidak merusak sistem HPLC (Gandjar dan Rohman, 2010).
Fase gerak pada HPLC biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat
bercampur dan secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi. Daya
elusi dan resolusi ini ditentukan berdasarkan polaritas pelarut, polaritas fase diam
dan sifat komponen-komponen sampel. Untuk fase normal (fase diam lebih polar
daripada fase gerak), kemampuan elusi meningkat dengan meningkatnya polaritas
pelarut. Sedangkan untuk fase terbalik (fase diam kurang polar daripada fase
gerak), kemampuan elusi akan menurun dengan meningkatnya polaritas pelarut
(Gandjar dan Rohman, 2010).
Dasar pemilihan fase gerak dalam suatu metode pemisahan yaitu
berdasarkan pada indeks polaritas (P’) campuran fase gerak tersebut. Semakin
besar nilai indeks polaritas pelarut menyatakan semakin polar fase gerak yang
digunakan. Fase gerak yang sering digunakan merupakan kombinasi dari dua atau
lebih campuran pelarut yang saling bercampur secara keseluruhan. Campuran fase
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
gerak tersebut akan menghasilkan nilai polaritas tersendiri yang disebut indeks
polaritas fase gerak (Harvey, 2000).
𝑃′𝐴𝐵 Φ𝐴. 𝑃′𝐴 + Φ𝐵. 𝑃′𝐵 (2)
Dengan ΦA dan ΦB merupakan fraksi volume pelarut yang digunakan
pada pelarut A dan B, sedangkan P’A dan P’B merupakan indeks polaritas pelarut
yang digunakan pada pelarut A dan B (Harvey, 2000).
Tabel 1. Indeks polaritas dan karakteristik solvent selectivity beberapa pelarut HPLC
(Snyder, Kirkland dan Dolan, 2010)
Pompa yang digunakan untuk memompa fase gerak pada sistem HPLC
memiliki syarat seperti wadah pelarut yakni inert terhadap fase gerak. Pompa
yang digunakan sebaiknya memiliki kemampuan memberikan tekanan hingga
5000 psi dan mampu mengalirkan fase gerak hingga 3 mL/min. Penggunaan
pompa ialah untuk dapat menjamin proses penghantaran fase gerak yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
berlangsung dengan tepat, reprodusibel, konstan dan bebas gangguan (Gandjar
dan Rohman, 2010).
Metode pencampuran fase gerak dibedakan menjadi dua, yakni metode
isokratik dan metode gradien. Metode isokratik merupakan metode pencampuran
fase gerak secara manual dengan tangan dan saat memasuki sistem HPLC tidak
dibutuhkan adanya pencampuran fase gerak kembali dan dilakukan dengan satu
pompa. Metode gradien merupakan metode pencampuran fase gerak yang
dilakukan di dalam sistem HPLC, dimana beberapa pompa digunakan untuk
memompa pelarut ke dalam wadah pencampuran fase gerak dan hasil
pencampuran fase gerak tersebut yang dialirkan ke dalam kolom (Snyder,
Kirkland, dan Dolan, 2010).
Penyuntikan sampel pada HPLC dilakukan secara langsung ke dalam
fase gerak yang mengalir menuju kolom (Gandjar dan Rohman, 2010).
Pada sistem HPLC, penyuntikan sampel melalui loop injector yang dapat
menyimpan volume dari 0,5 μL - 2 mL. Pada posisi load, loop sampler terisolasi
dari fase gerak. Ketika katup dipindahkan ke posisi loading, injektor berpindah ke
posisi inject dan saat itu pula fase gerak mengaliri sampel dan terbawa memasuki
kolom (Harvey, 2000).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Gambar 7. Skema sampler KCKT. (A) – posisi load, sampel diinjeksikan dan terisolasi dari
fase gerak. (B) – posisi inject, sampel terbawa fase gerak dan memasuki kolom (Harvey,
2000)
Kolom pada HPLC memuat fase diam, kebanyakan merupakan silika
yang dimodifikasi secara kimiawi. Permukaan silika merupakan permukaan yang
polar dan sedikit asam karena adanya residu gugus silanol (Si-OH). Modifikasi
secara kimia akan menutupi gugus silanol dan menggantinya dengan gugus
fungsional lain. Hasil reaksi kimiawi tersebut akan menghasilkan silika yang
stabil terhadap hidrolisis karena terbentuk ikatan siloksan (Si-O-Si) (Gandjar dan
Rohman, 2010).
Oktadesil silika (C18) merupakan fase diam yang paling banyak
digunakan dalam memisahkan senyawa dengan tingkat kepolaran rendah hingga
tinggi. Oktil atau rantai alkil yang lebih pendek lagi lebih sesuai untuk analit yang
polar. Analit polar terutama yang bersifat basa akan memberikan puncak yang
mengekor (tailing peak), hal ini terjadi karena adanya interaksi dengan residu
silanol ataupun pengotor logam yang terdapat pada silika (Gandjar dan Rohman,
2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Deteksi pada KCKT dibagi menjadi empat secara umum, yakni bulk
property, sample specific, mobile-phase modification, dan hyphenated
techiniques.
a. Bulk property detector. Detektor ini dianggap sebagai detektor universal yang
dapat mengukur banyak komponen. Detektor ini memiliki keuntungan karena
dapat mendeteksi semua senyawa, sekaligus memiliki kelemahan karena semua
senyawa dari sampel yang terelusi akan terbaca sebagai sinyal. Secara umum,
detektor universal memiliki sensitivitas yang rendah (Snyder, Kirkland, dan
Dolan, 2010).
b. Sample specific detectors. Detektor ini merespon terhadap keunikan
karakteristik yang dimiliki suatu analit karena beberapa karakteristik sampel
mempunyai sifat unik yang mana tidak secara umum dimiliki oleh semua
analit. Detektor UV merupakan detektor yang paling banyak digunakan dan
merespon analit yang mengabsorbsi sinar UV pada panjang gelombang
tertentu. Selain detektor UV, terdapat detektor lain seperti fluoresen dan
detektor conduct electricity (Snyder, Kirkland, dan Dolan, 2010). Detektor
UV-VIS dapat mengukur analit yang memiliki struktur kromoforik pada daerah
panjang gelombang 190 – 800 nm. Detektor UV-VIS ini dapat berupa detektor
dengan panjang gelombang tetap ataupun bervariasi (Gandjar dan Rohman,
2010).
c. Mobile–phase modification detectors. Detektor ini mengubah fase gerak
setelah kolom HPLC menghasilkan pengubahan karakteristik analit, seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
perubahan reaksi analit dan detektor spektrometrik masa (Snyder, Kirkland,
dan Dolan, 2010).
d. Hyphenated techniques. Teknik ini mengacu pada kopling dari analisis HPLC
yang dipadukan dengan teknik lain, seperti LC-MS dan LC-IR (Snyder,
Kirkland, dan Dolan, 2010).
Detektor pada HPLC idealnya memiliki beberapa karakteristik sebagai
berikut:
Respon terhadap analit cepat dan reprodusibel
Mampu mendeteksi analit hingga kadar yang sangat kecil
Stabil saat dioperasikan/digunakan
Memiliki sel volume yang kecil sehingga mampu meminimalkan pelebaran
pita.
Sinyal yang dihasilkan berbanding lurus dengan konsentrasi analit pada kisaran
luas/AUC
Tidak peka terhadap perubahan suhu dan kecepatan alir fase gerak.
Komputer atau integrator merupakan alat yang dihubungkan dengan
detektor unuk mengukur sinyal yang dihasilkan dan diplotkan sebagai suatu
kromatogram sehingga dapat dievaluasi oleh peneliti (Gandjar dan Rohman,
2010).
I. Landasan Teori
Jamu merupakan sediaan obat tradisional yang digunakan secara turun
temurun oleh masyarakat untuk mengobati suatu penyakit tertentu. Salah satu
jenis jamu yang sering digunakan adalah jamu asam urat. Regulasi mengenai jamu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
belum diterapkan secara semestinya sehingga mendorong beberapa pihak yang
kurang bertanggung jawab untuk meningkatkan omsetnya dengan menambahkan
bahan-bahan kimia obat untuk dapat memperoleh efek terapi yang cepat.
Penyakit asam urat banyak dialami oleh banyak masyarakat, oleh karena
itu agar penyembuhannya cepat banyak masyarakat menggunakan obat. Obat
untuk menyembuhkan asam urat adalah alopurinol.
Pada sampel tablet, digunakan pengukuran secara spektrofotometri UV
untuk mengukur kadar alopurinol dalam matriks tablet. Sampel tablet disaring lalu
diencerkan dan diukur dengan spektrofotometer UV. Parameter pengukuran
dengan spektrofotometer UV, yaitu nilai presisi yang baik.
Sampel dipisahkan dengan cara ekstraksi cair-cair, dimana sampel jamu
dilarutkan dalam NaOH karena kelarutan alopurinol terbesar terdapat dalam
NaOH, kemudian diekstraksi dengan kloroform agar senyawa-senyawa organik
larut dalam klorofom tetapi tidak melarutkan analit karena perbedaan polaritas,
lalu dibuang fase organiknya kemudian dipisahkan lagi dengan Solid Phase
Extraction MCX (Mixed Cation Exchanger) karena analit akan berikatan dengan
SO3- dari fase diam SPE. Setelah analit berikatan dengan fase diam MCX, matriks
sampel dikeluarkan dengan mengaliri asam asetat dan metanol kemudian
dilakukan elusi dengan amonium hidroksida 5% dalam metanol.
Optimasi clean up partisi dan SPE dilakukan untuk memperoleh analit
yang bersih dari senyawa lainnya (selain alopurinol) dan didapatkan kandungan
alopurinol terbanyak. Hasil ekstraksi diinjeksikan pada sistem HPLC fase terbalik
yang sudah teroptimasi dan dilihat kromatogramnya. Parameter pemisahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
dengan SPE yang menunjukkan hasil optimum yaitu berkurangnya puncak-
puncak senyawa selain alopurinol, Area Under Curve (AUC) alopurinol yang
terbesar, resolusi tercapai ≥ 1,5 pada kromatogram
J. Hipotesis
1. Isolasi alopurinol dalam sampel tablet dilakukan dengan ekstraksi berulang
dapat menghasilkan presisi yang baik.
2. Isolasi alopurinol dalam sampel jamu dilakukan dengan ekstraksi cair-cair dan
dilanjutkan dengan SPE MCX dapat memberikan efisiensi clean up yang baik
dengan berkurangnya puncak-puncak selain alopurinol, AUC terbesar, dan
nilai resolusi ≥ 1,5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis dan rancangan penelitian ini adalah eksperimental karena terdapat
perlakuan terhadap subjek uji.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel
a. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah komposisi volume
kloroform, loading sampel, fase gerak (eluen), dan volume penyaringan.
b. Variabel tergantung
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah absorbansi alopurinol,
efisiensi clean up, nilai resolusi, dan AUC alopurinol.
c. Variabel pengacau terkendali
Kemurnian pelarut yang digunakan, dapat diatasi dengan mengunakan
pelarut pro analysis yang memiliki kemurnian tinggi, sediaan tablet
alopurinol, dan sampel jamu asam urat.
2. Definisi operasional
a. Alopurinol yang dianalisis merupakan senyawa aktif yang berada dalam
sediaan tablet dan sampel jamu asam urat.
b. Optimasi penyaringan dilakukan secara kuantitatif dan tidak kuantitatif
kemudian diukur secara Spektrofotometri UV.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
c. Sistem SPE yang digunakan adalah seperangkat alat Solid Phase Extraction
(SPE) dengan fase diam Mixed Cation Exchanger (MCX).
d. Optimasi volume ekstraksi kloroform dilakukan dengan memvariasikan
volume kloroform, optimasi volume fase gerak dilakukan dengan mengubah
volume fase gerak (eluen) dan optimasi kapasitas kolom dilakukan dengan
mengubah volume (loading) sampel yang masuk ke dalam kolom SPE.
e. Parameter pemisahan komponen dengan metode SPE dilanjutkan dengan
HPLC fase terbalik adalah dengan jumlah impurities yang sedikit, bentuk
peak, retention time, nilai resolusi, nilai tailing factor, dan nilai AUC
alopurinol.
C. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah baku alopurinol yang diperoleh
dari PT IFARS Solo, metanol p.a (E, Merck), ammonium hidroksida p.a (E,
Merck), aquabides, aquadest yang diperoleh dari Laboratorium Farmasi USD,
tablet alopurinol dan sampel jamu asam urat.
D. Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca analitik (OHAUS
Carat Series PAJ 1003, max 60/120g, min 0,1 mg, d=0,01/0,1 mg, e = 1 mg),
seperangkat alat KCKT fase terbalik dengan sistem isokratik dengan detektor
ultraviolet, Shimadzu LC-2010C, kolom C-18 merek KNAUER C-18 (No.
25EE181KS (B115Y620), Dimensi 250 x 4,6 mm), seperangkat komputer (merk
Dell B6RDZIS Connexant System RD01-D850 A03-0382 JP France S.A.S, printer
HP Deskjet D2566-000 625730), alat ultrasonifikasi (Retsch tipe T640 No.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
935922013), Spektrofotometer UV-Vis Mini Shimadzu, seperangkat catridge
Solid Phase Extraction (SPE) dengan fase diam Mixed Cation Exchanger (MCX)
merek Waters (60 mg, 3 cc, ukuran partikel 30 μm), desilator aquabidest merek
Thermo Scientific, organic and anorganic solvent membrane filter (Whatman)
dengan ukuran pori 0,45 μm, syringe, mikropipet Socorex, milipore filter, rotary
evaporator dan seperangkat alat-alat gelas (Pyrex).
E. Tata Cara Penelitian
1. Optimasi isolasi alopurinol dalam tablet dengan menggunakan spektrofotometri UV
a. Penyiapan sampel tablet alopurinol
Menyiapkan 20 tablet alopurinol. Tablet kemudian ditimbang satu per
satu untuk menguji keseragaman bobot. Setelah dilakukan uji keseragaman bobot,
tablet alopurinol dihomogenkan dengan menggunakan mortir dan stamper. Serbuk
kemudian disimpan dalam wadah yang kering.
b. Pembuatan dan pembakuan larutan NaOH 0,1 N
Sejumlah 1 gram pelet NaOH dilarutkan dengan aquadest hingga
semua larut sempurna dan dimasukkan ke dalam labu ukur 250 mL lalu
diencerkan dengan aquadest hingga tanda batas.
Ditimbang lebih kurang 400 mg kalium biftalat secara seksama yang
sebelumnya telah dihaluskan dan dikeringkan pada suhu 120oC selama 2 jam dan
larutkan dalam 75 mL air bebas CO2 lalu tambahkan 2 tetes indikator fenolftalein
dan titrasi dengan larutan natrium hidroksida hingga terjadi warna merah muda
mantap.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
N NaOH =
(DepKes RI, 1995)
c. Optimasi penyaringan alopurinol
1) Optimasi penyaringan dengan menggunakan baku alopurinol
Penyaringan tanpa pembilasan. Baku sejumlah 50,0 mg ditimbang,
dilarutkan dengan 20 mL NaOH lalu disaring dengan kertas saring dan
dimasukkan ke dalam labu 50 mL diencerkan dengan NaOH hingga tanda batas.
Larutan hasil penyaringan diambil 1,0 mL lalu diencerkan dengan NaOH ke
dalam labu ukur 10 mL. Dari labu 10 mL yang pertama diambil lagi 1,0 mL
diencerkan dengan NaOH ke dalam labu ukur 10 mL hingga tanda batas.
Kemudian larutan ini disebut dengan larutan A.
Penyaringan diikuti dengan pembilasan. Baku sejumlah 50,0 mg
ditimbang, dilarutkan dengan 10 mL NaOH lalu disaring dengan kertas saring, di
dalam beaker glass dibilas lagi dengan 10 mL NaOH lalu disaring lagi dan
dimasukkan ke dalam labu 50 mL dan diencerkan dengan NaOH hingga tanda
batas. Larutan hasil penyaringan diambil 1,0 mL lalu diencerkan dengan NaOH ke
dalam labu ukur 10 mL. Dari labu 10 mL yang pertama diambil lagi 1,0 mL
diencerkan dengan NaOH ke dalam labu ukur 10 mL hingga tanda batas.
Kemudian larutan ini disebut dengan larutan B.
Absorbansi larutan A dan B dibandingkan untuk mengetahui pengaruh
perbedaan cara penyaringan larutan baku alopurinol.
2) Optimasi penyaringan dengan menggunakan tablet alopurinol
Penyaringan tanpa pembilasan. Sampel tablet sejumlah 77 mg
ditimbang, dilarutkan dengan 20 mL NaOH disaring dengan kertas saring dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
dimasukkan ke dalam labu 25 mL diencerkan dengan NaOH hingga tanda batas.
Larutan hasil penyaringan diambil 1,0 mL lalu diencerkan dengan NaOH ke
dalam labu ukur 10 mL. Dari labu 10 mL yang pertama diambil lagi 1,0 mL
diencerkan dengan NaOH ke dalam labu ukur 10 mL hingga tanda batas.
Kemudian larutan ini disebut dengan larutan C.
Penyaringan diikuti dengan pembilasan. Sampel tablet sejumlah 77
mg ditimbang, dilarutkan dengan 10 mL NaOH lalu disaring dengan kertas saring,
di dalam beaker glass dibilas lagi dengan 10 mL NaOH, disaring lagi dan
dimasukkan ke dalam labu 25 mL dan diencerkan dengan NaOH hingga tanda
batas. Larutan hasil penyaringan diambil 1,0 mL lalu diencerkan dengan NaOH ke
dalam labu ukur 10 mL. Dari labu 10 mL yang pertama diambil lagi 1,0 mL
diencerkan dengan NaOH ke dalam labu ukur 10 mL hingga tanda batas.
Kemudian larutan ini disebut dengan larutan D.
Absorbansi larutan C dan D dibandingkan untuk mengetahui pengaruh
perbedaan cara penyaringan tablet alopurinol.
2. Optimasi ekstraksi cair-cair tanpa SPE
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah senyawa
pengotor yang terdapat dalam ekstrak cair-cair. Langkah kerja yang dilakukan
adalah menimbang sebanyak 0,5 g sampel jamu asam urat merek X kemudian
dilarutkan ke dalam 10 mL NaOH 0,1 N. Sampel diekstraksi dengan
menggunakan pengulangan volume kloroform 3 x 3 mL, fase NaOH diambil dan
ditambahkan HCl 0,1 N hingga pH menjadi 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Sampel disaring dengan menggunakan kertas saring untuk
menghilangkan pengotor yang masih ada. Volume sampel setelah disaring adalah
4 mL. Setelah disaring, sampel tidak dilewatkan pada SPE MCX. Sampel
dipekatkan seluruhnya lalu dilarutkan dengan amonium hidroksida 5% dalam
metanol sebanyak 10 mL, disaring dengan milipore dan diultrasonifikasi 15 menit.
Sampel diinjeksikan ke dalam HPLC fase terbalik dengan kolom C18,
komposisi fase gerak metanol : aquabidest/amonium hidroksida 0,1% (10:90),
kecepatan alir 0,5 mL/menit, detektor UV dengan panjang gelombang 274 nm dan
volume injeksi sebanyak 20 μL (Sari, 2014). Hasil kromatogram yang didapat
dibandingkan dengan kromatogram yang diperoleh pada langkah 3c.
3. Optimasi isolasi alopurinol dalam jamu asam urat merek X
a. Penyiapan sampel jamu asam urat merek X
Menyiapkan 20 bungkus jamu asam urat merek X. Serbuk jamu
kemudian ditimbang satu per satu untuk menguji keseragaman bobot. Setelah
dilakukan uji keseragaman bobot, serbuk jamu dihomogenkan dengan
menggunakan mortir dan stamper. Serbuk kemudian disimpan dalam wadah yang
kering.
b. Optimasi clean up SPE MCX
Pada penelitian ini dilakukan optimasi kapasitas kolom dan volume
eluen dengan menggunakan metode SPE penukar kation dengan fase diam MCX
(Mixed Cation Exchanger) (Waters).
Optimasi kapasitas kolom dilakukan dengan melakukan variasi
volume pengisian (loading) ekstrak sampel. Optimasi volume eluen dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
dengan memvariasi volume eluen yang digunakan untuk mengelusi SPE MCX.
Kedua variasi tersebut dilakukan sesuai dengan Tabel II.
Langkah kerja yang dilakukan adalah menimbang sebanyak 0,5 g
sampel jamu asam urat merek X kemudian dilarutkan ke dalam 10 mL NaOH 0,1
N. Sampel diekstraksi dengan menggunakan volume kloroform 3x3 mL, fase
NaOH diambil dan ditambahkan HCl 0,1 N hingga pH menjadi 2.
Sampel disaring dengan menggunakan kertas saring untuk
menghilangkan pengotor yang masih ada. Volume sampel setelah disaring adalah
4 mL. SPE MCX disiapkan, dikondisikan (conditioning) dengan berturut-turut
mengaliri 1 mL metanol p.a. dan 1 mL aquabidest ke dalam kolom SPE MCX
kemudian tetesan ditampung pada flakon.
Tabel II. Optimasi loading sampel dan volume eluen SPE MCX
Loading ekstrak sampel (μL) Volume eluen (mL)
500
5
7.5
10 + 2.5
750
5
7.5
10 + 2.5
1000
5
7.5
10 + 2.5
Diantara tahapan loading sampel dan elusi dilakukan pencucian SPE
dengan cara mengaliri berturut-turut dengan 2 mL asam asetat 2% dan 2 mL
metanol p.a. melalui kolom SPE MCX, tetesan eluen ditampung pada flakon. Lalu
dilakukan pengelusian sesuai tabel II. Fraksi hasil elusi dipekatkan seluruhnya
lalu dilarutkan kembali dengan amonium hidroksida 5% dalam metanol sebanyak
10 mL, disaring dengan milipore dan diultrasonifikasi 15 menit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Sampel hasil pengelusian diinjeksikan ke dalam HPLC fase terbalik
dengan kolom C18, komposisi fase gerak metanol : aquabidest/amonium
hidroksida 0,1% (10:90), kecepatan alir 0,5 mL/menit, detektor UV dengan
panjang gelombang 274 nm dan volume injeksi sebanyak 20 μL (Sari, 2014).
Hasil kromatogram yang didapat, diamati bentuk peak dan nilai AUC untuk
mengetahui hasil yang optimal dari proses optimasi clean up SPE MCX.
c. Optimasi ekstraksi cair-cair
Pada penelitian ini dilakukan optimasi clean up cair-cair dengan
memvariasi pengulangan ekstraksi cair-cair dengan pelarut organik, yaitu 2x3 mL,
3x3 mL, dan 4x3 mL.
Langkah kerja yang dilakukan adalah menimbang sebanyak 0,5 g
sampel jamu asam urat merek X kemudian dilarutkan ke dalam 10 mL NaOH 0,1
N. Sampel diekstraksi dengan menggunakan jumlah pengulangan ekstraksi
dengan pelarut organik yang berbeda-beda, yaitu 2x3 mL, 3x3 mL, dan 4x3 mL,
fase NaOH diambil dan ditambahkan HCl 0,1 N hingga pH menjadi 2.
Sampel disaring dengan menggunakan kertas saring untuk
menghilangkan pengotor yang masih ada. Volume sampel setelah disaring adalah
4 mL. Setelah disaring, sampel diloading ke dalam SPE dan dielusi sesuai dengan
hasil optimasi pada langkah 3b. Sampel dipekatkan seluruhnya lalu dilarutkan
dengan amonium hidroksida 5% dalam metanol sebanyak 10 mL, disaring dengan
milipore dan diultrasonifikasi 15 menit.
Sampel diinjeksikan ke dalam HPLC fase terbalik dengan kolom C18,
komposisi fase gerak metanol : aquabidest/amonium hidroksida 0,1% (10:90),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
kecepatan alir 0,5 mL/menit, detektor UV dengan panjang gelombang 274 nm dan
volume injeksi sebanyak 20 μL (Sari, 2014). Hasil kromatogram yang didapat,
diamati bentuk peak dan nilai AUC untuk mengetahui hasil yang optimal dari
proses optimasi ekstraksi cair-cair.
4. Identifikasi alopurinol dalam sampel jamu dengan menggunakan HPLC
Pada penelitian ini dilakukan identifikasi alopurinol dalam sampel
jamu dengan menggunakan HPLC. Cara yang dilakukan adalah dengan cara
membandingan waktu retensi, bentuk puncak, dan nilai AUC antara baku
alopurinol, blanko sampel jamu, dan sampel jamu yang ditambah baku alopurinol
yang bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sampel jamu terdapat alopurinol.
Langkah kerja yang dilakukan adalah
a. Pembuatan larutan stok baku alopurinol. Ditimbang secara seksama lebih
kurang 25 mg baku alopurinol, lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL dan
dilarutkan dengan dengan amonium hidroksida 5% dalam metanol hingga
tanda.
b. Pembuatan larutan intermediet alopurinol. Larutan intermediet dibuat dengan
konsentrasi 500 g/mL dengan cara mengambil sebanyak 5 mL dari larutan
stok baku alopurinol, dimasukkan labu ukur 10 mL dan diencerkan dengan
amonium hidroksida 5% dalam metanol hingga tanda.
c. Pembuatan larutan baku alopurinol dengan konsentrasi 30 μg/mL. Diambil
sejumlah 600 μL larutan intermediet alopurinol kemudian dimasukkan ke
dalam labu ukur 10 mL. Labu ukur diencerkan dengan amonium hidroksida 5%
dalam metanol hingga tanda, sehingga diperoleh konsentrasi 30 μg/mL.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Larutan baku alopurinol diinjeksikan ke dalam HPLC fase terbalik dengan
kolom C18, komposisi fase gerak metanol : aquabidest/amonium hidroksida
0,1% (10:90), kecepatan alir 0,5 mL/menit, detektor UV dengan panjang
gelombang 274 nm (Sari, 2014).
d. Penyiapan blanko sampel jamu
Sebanyak 0,5 g sampel jamu asam urat merek X ditimbang dilarutkan
dengan 10 mL NaOH 0,1 N. Sampel diekstraksi dengan kloroform 3 mL
sebanyak 3x. Didapatkan 2 fase pemisahan, diambil fase air (bagian atas),
tampung dalam beaker glass. Fase air ditambah HCl 0,1 N hingga pH 2.
Sampel disaring dengan menggunakan kertas saring untuk menghilangkan
endapan yang timbul saat penambahan HCl sedemikian rupa sehingga hasil
penyaringan adalah 4 mL.
SPE dikondisikan dengan mengaliri 1 mL metanol p.a. dan 1 mL
aquabidest, lalu dilakukan loading ekstrak sampel sebanyak 1000 μL ke dalam
kolom SPE. Kolom SPE MCX dicuci dengan mengaliri 2 mL asam asetat 2%
dan 2 mL metanol. Selanjutnya dielusi dengan 10 mL amonium hidroksida
5% dalam metanol. Fraksi hasil elusi diuapkan seluruhnya lalu dilarutkan
kembali dengan amonium hidroksida 5% dalam metanol sebanyak 10 mL lalu
disaring dengan menggunakan milipore kemudian diultrasonifikasi selama 15
menit. Diinjeksikan sebanyak 20 µl ke dalam HPLC fase terbalik dengan
kolom C18, komposisi fase gerak metanol : aquabidest/amonium hidroksida
0,1% (10:90), kecepatan alir 0,5 mL/menit, detektor UV dengan panjang
gelombang 274 nm (Sari, 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
e. Penyiapan sampel dalam matriks jamu
Sebanyak 0,5 g sampel jamu asam urat merek X ditimbang dilarutkan
dengan 10 mL NaOH 0,1 N. Sampel diekstraksi dengan kloroform 3 mL
sebanyak 3x. Didapatkan 2 fase pemisahan, diambil fase air (bagian atas),
tampung dalam beaker glass. Fase air ditambah HCl 0,1 N hingga pH 2.
Sampel disaring dengan menggunakan kertas saring untuk menghilangkan
endapan yang timbul saat penambahan HCl sedemikian rupa sehingga hasil
penyaringan adalah 4 mL.
Sampel ditambah dengan seri larutan baku alopurinol sebanyak 200
μL pada konsentrasi 5 μg/mL, 15 μg/mL, 30 μg/mL dan 100 μL, 200 μL, dan
300 μL dari larutan intermediet sehingga diperoleh massa alopurinol yang
ditambahkan sebanyak 51 ng, 103 ng, dan 156 ng. SPE dikondisikan dengan
mengaliri 1 mL metanol p.a. dan 1 mL aquabidest, lalu dilakukan loading
ekstrak sampel sebanyak 1000 μL ke dalam kolom SPE. Kolom SPE MCX
dicuci dengan mengaliri 2 mL asam asetat 2% dan 2 mL metanol. Selanjutnya
dielusi dengan 10 mL amonium hidroksida 5% dalam metanol. Fraksi hasil
elusi diuapkan seluruhnya lalu dilarutkan kembali dengan amonium hidroksida
5% dalam metanol sebanyak 10 mL lalu disaring dengan menggunakan
milipore kemudian diultrasonifikasi selama 15 menit. Sampel diinjeksikan ke
dalam HPLC fase terbalik dengan kolom C18, komposisi fase gerak metanol :
aquabidest/amonium hidroksida 0,1% (10:90), kecepatan alir 0,5 mL/menit,
detektor UV dengan panjang gelombang 274 nm (Sari, 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Hasil kromatogram yang didapat dari langkah 4c, 4d, dan 4e, diamati waktu
retensi, bentuk peak, dan nilai AUC alopurinol lalu dibandingkan antara baku
alopurinol, blanko sampel jamu, dan sampel yang ditambah baku alopurinol.
5. Validasi metode clean up SPE MCX
Validasi dilakukan pada hasil optimasi kapasitas kolom dan volume
eluen. Proses validasi dilakukan dengan menghitung akurasi dan presisi. Akurasi
dinyatakan dengan % perolehan kembali. Sampel ditambah dengan baku sebanyak
200 µl pada 3 level konsentrasi yaitu 5 µg/mL, 15 µg/mL, 30 µg/mL, dan 100 μL,
200 μL, dan 300 μL dari larutan intermediet sehingga diperoleh massa alopurinol
yang ditambahkan sebanyak 51 ng, 103 ng, dan 156 ng (dilakukan 5 kali
replikasi). % perolehan kembali dihitung dengan menggunakan rumus:
% perolehan kembali = ( ) ( )
x 100%
Presisi dinyatakan dengan % CV yang menunjukkan persentase
penyimpangan data yang terjadi. Koefisien variasi (CV) dihitung pada setiap
replikasi dengan rumus:
% CV =
x 100%
Langkah kerja yang dilakukan adalah
a. Pembuatan larutan stok baku alopurinol. Ditimbang secara seksama lebih
kurang 25 mg baku alopurinol, lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL dan
dilarutkan dengan dengan amonium hidroksida 5% dalam metanol hingga
tanda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
b. Pembuatan larutan intermediet alopurinol. Larutan intermediet dibuat dengan
konsentrasi 500 g/mL dengan cara mengambil sebanyak 5 mL dari larutan
stok baku alopurinol, dimasukkan labu ukur 10 mL dan diencerkan dengan
amonium hidroksida 5% dalam metanol hingga tanda.
c. Pembuatan seri larutan baku alopurinol. Diambil sejumlah 100 μL, 300 μL, dan
600 μL larutan intermediet alopurinol kemudian masing-masing dimasukkan
ke dalam