of 145 /145
OPTIMASI ISOLASI ALOPURINOL DALAM SEDIAAN TABLET DAN JAMU SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Farmasi Oleh: Sugiarto Adji Soenarso NIM: 108114020 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • Author
    others

  • View
    14

  • Download
    1

Embed Size (px)

Text of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA...

  • OPTIMASI ISOLASI ALOPURINOL DALAM SEDIAAN TABLET DAN

    JAMU

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

    Program Studi Farmasi

    Oleh:

    Sugiarto Adji Soenarso

    NIM: 108114020

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2014

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • i

    OPTIMASI ISOLASI ALOPURINOL DALAM SEDIAAN TABLET DAN

    JAMU

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

    Program Studi Farmasi

    Oleh:

    Sugiarto Adji Soenarso

    NIM: 108114020

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2014

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ii

    Persetujuan Pembimbing

    OPTIMASI ISOLASI ALOPURINOL DALAM SEDIAAN TABLET DAN

    JAMU

    Skripsi yang diajukan oleh:

    Sugiarto Adji Soenarso

    NIM: 108114020

    Telah disetujui oleh:

    Pembimbing Utama

    Prof. Dr. Sri Noegrohati, Apt. Tanggal…………………………..

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iii

    Pengesahan Skripsi Berjudul

    OPTIMASI ISOLASI ALOPURINOL DALAM SEDIAAN TABLET DAN

    JAMU

    Oleh:

    Sugiarto Adji Soenarso

    NIM: 108114020

    Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi

    Fakultas Farmasi

    Universitas Sanata Dharma

    Pada tanggal…………………………….

    Mengetahui

    Fakultas Farmasi

    Universitas Sanata Dharma

    Dekan

    Aris Widayati, M.Si., Apt. PhD.

    Panitia Penguji Tanda tangan:

    1. Prof. Dr. Sri Noegrohati, Apt. ……………………

    2. Jeffry Julianus, M.Si. ……………………

    3. F. Dika Octa Riswanto, M.Sc. ……………………

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Jangan pernah menganggap belajar sebagai suatu

    kewajiban, tetapi anggaplah ia sebagai suatu kesempatan

    menyenangkan untuk membebaskan diri dalam mempelajari

    alam dan kehidupan. Belajar adalah untuk kebahagiaanmu

    sendiri dan akan memberikan keuntungan bagi masyarakat

    tempatmu bekerja nanti – Albert Einstein

    Kita hidup dalam dunia yang penuh dengan keindahan dan

    petualangan. Tidak ada akhir dari petualangan-

    petualangan yang dapat kita jalani hanya jika kita

    mencari petualangan-petualangan baru dengan mata yang

    terbuka – Jawaharlal Nehru

    Orang-orang serius hanya punya ide-ide terbatas.

    Orang-orang yang punya banyak ide tidak pernah serius

    – Paul Vallery

    Iman akan Allah tidak memberikan solusi instan atas

    semua persoalan dan ketidakpastian hidup, tetapi

    melengkapi kita untuk mengatasinya – Daniel Louw

    Karya ini kudedikasikan untuk orang tuaku, adikku,

    kekasihku, teman-temanku, dan almamaterku.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • v

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

    Penulis menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang ditulis ini

    tidak memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan

    daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

    Apabila dikemudian hari ditemukan indikasi plagiarism dalam naskah ini,

    maka penulis bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-

    undangan yang berlaku.

    Yogyakarta, 7 Januari 2015

    Penulis

    Sugiarto Adji Soenarso

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vi

    LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH UNTUK

    KEPENTINGAN AKADEMIS

    Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata

    Dharma:

    Nama : Sugiarto Adji Soenarso

    NIM :108114020

    Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan

    Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

    OPTIMASI ISOLASI ALOPURINOL DALAM SEDIAAN TABLET DAN

    JAMU

    Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

    kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

    mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,

    mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain

    untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun

    memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

    penulis.

    Demikian pernyataan ini yang mana saya buat dengan sebenarnya.

    Dibuat di Yogyakarta

    Pada tanggal:

    Yang menyatakan

    (Sugiarto Adji Soenarso)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vii

    PRAKATA

    Segala pujian dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan karena hanya

    dengan anugerah, berkat, cinta, kasih, dan pertolongan-Nya, penulis dapat

    menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul ”Optimasi

    Isolasi Alopurinol Dalam Sediaan Tablet dan Jamu”. Skripsi ini disusun guna

    memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program

    Studi Farmasi (S.Farm).

    Terselesaikannya penulisan laporan akhir ini tidak lepas dari bantuan

    berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Aris Widayati, M.Si., Apt. PhD. selaku Dekan dan segenap staf serta

    karyawan Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

    Yogyakarta.

    2. Prof. Dr. Sri Noegrohati, Apt. selaku Dosen Pembimbing yang telah

    memberikan petunjuk, saran, arahan, dan bimbingan kepada penulis dalam

    proses penyusunan skripsi ini.

    3. Jeffry Julianus, M.Si. selaku Dosen Penguji skripsi yang telah memberikan

    saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.

    4. Florentinus Dika Octa Riswanto, M.Sc. selaku Dosen Penguji skripsi yang

    telah memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.

    5. Prof. Dr. Sudibyo Martono, M.Si., Apt. atas bantuannya untuk membantu

    penulis mendapatkan senyawa baku dan waktu yang diluangkan untuk

    memberikan masukan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    6. PT IFARS Solo yang telah memberikan baku kepada penulis untuk penulis

    dapat menyelesaikan skripsi ini.

    7. Phebe Hendra, M.Si., Apt., Ph.D. selaku dosen pembimbing akademik atas

    pendampingan dan perhatiannya terhadap perkembangan saya selama

    perkuliahan ini.

    8. Dewi Setyaningsih dan Sanjaya, M.Si. atas bantuan selama menghadapi

    masalah dalam penelitian dan mau membagi ilmu yang tidak didapatkan

    selama kuliah.

    9. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

    atas ilmu, pengalaman, semangat, dan persahabatan yang telah dibagikan.

    10. Mas Bimo, Mas Kunto, dan Pak Parlan yang telah banyak membantu selama

    penelitian di laboratorium.

    11. Keluarga tercinta Papa, Mama, dan Sugeng terima kasih atas dukungan doa

    yang selalu tulus untukku yang membuatku berani bangkit lagi di kala

    terpuruk.

    12. Keluarga Papa dan Mama yang selalu mendoakan segala perjuanganku.

    13. Ria Kusuma Dewi dan Meta Kartika Sari teman seperjuangkanku yang telah

    dengan sabar menghadapi semua kemalasanku, mendukung dan

    menyemangati aku selama masa-masa terpuruk di lab.

    14. Kawan-kawan seperjuangan di lab: Bakti, Naomi, Kezia, Ita atas kerja sama

    dan kebersamaan, dukungan dan keceriaan di lab selama penelitian ini.

    15. Fr. B. Aris Ferdinan, SCJ yang selalu menyemangati penulis saat penulis

    merasa terpuruk dalam menyelesaikan skripsi ini.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ix

    16. Jo dan Nety atas bantuannya yang mau membantu aku saat aku bertanya

    tentang skripsiku ini.

    17. Agatha Herny Sekar Natalia untuk momen-momen kebersamaan kita dan

    terima kasih buat dukungan dan doa serta semangat yang diberikan.

    18. Teman-teman FST dan FKK 2010 yang selalu memberi bantuan, dukungan,

    dan berbagi keceriaan untuk selesainya skripsi ini.

    19. Teman-teman KKN terima kasih atas keluangan waktu untuk bersama pergi

    sejenak dari penatnya skripsi.

    20. Serta semua pihak yang telah banyak membantu penyusunan skripsi ini baik

    dalam bentuk doa, semangat yang menyertai penulis dari awal penelitian

    sampai penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

    Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan

    dan kelemahan karena keterbatasan pikiran, tenaga, dan waktu penulis. Untuk itu

    penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Akhir

    kata semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca semua.

    Penulis

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ ii

    HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iii

    HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... iv

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................... v

    HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................ vi

    PRAKATA .............................................................................................. vii

    DAFTAR ISI ........................................................................................... x

    DAFTAR TABEL ................................................................................... xiv

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xv

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xvii

    INTISARI ................................................................................................ xix

    ABSTRACT .............................................................................................. xx

    BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

    A. Latar Belakang .................................................................................... 1

    1. Permasalahan .................................................................................. 4

    2. Keaslian penelitian.......................................................................... 5

    3. Manfaat penelitian .......................................................................... 5

    B. Tujuan ................................................................................................. 6

    BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ....................................................... 7

    A. Obat Tradisional .................................................................................. 7

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi

    B. Jamu.................................................................................................... 8

    C. Asam Urat ........................................................................................... 9

    D. Alopurinol ........................................................................................... 10

    1. Sifat fisika kimia ............................................................................. 10

    2. Dosis .............................................................................................. 10

    3. Peringatan dan pencegahan ............................................................. 11

    4. Efek samping .................................................................................. 11

    5. Penetapan kadar ............................................................................. 11

    E. Ekstraksi ............................................................................................. 12

    F. Solid Phase Extraction (SPE) .............................................................. 12

    1. Prosedur SPE .................................................................................. 12

    2. Pengembangan metode ................................................................... 14

    G. Spektrofotometri UV ........................................................................... 15

    1. Transisi sigma–sigma star (σ → σ*) ................................................ 16

    2. Transisi non bonding elektron–sigma star (n → σ*) ........................ 16

    3. Transisi n → π* dan transisi π → π* ............................................... 17

    H. High Performance Liquid Chromatography (HPLC) ........................... 19

    I. Landasan Teori .................................................................................... 26

    J. Hipotesis ............................................................................................. 28

    BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 29

    A. Jenis dan Rancangan Penelitian ........................................................... 29

    B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ....................................... 29

    1. Variabel .......................................................................................... 29

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii

    2. Definisi operasional ........................................................................ 29

    C. Bahan Penelitian.................................................................................. 30

    D. Alat Penelitian ..................................................................................... 30

    E. Tata Cara Penelitian ............................................................................ 31

    1. Optimasi isolasi alopurinol dalam tablet dengan menggunakan

    spektrofotometri UV ....................................................................... 31

    2. Optimasi ekstraksi cair-cair tanpa SPE ............................................ 33

    3. Optimasi isolasi alopurinol dalam jamu asam urat merek X ............ 34

    4. Identifikasi alopurinol dalam sampel jamu dengan menggunakan

    HPLC ............................................................................................. 37

    5. Validasi metode clean up SPE MCX ............................................... 40

    6. Penggunaan kembali SPE MCX ...................................................... 42

    F. Analisis Hasil ...................................................................................... 43

    1. Analisis hasil optimasi penyaringan dengan spektrofotometri UV ... 43

    2. Analisis hasil optimasi clean up yang dilanjutkan dengan HPLC .... 43

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 44

    1. Optimasi isolasi alopurinol dalam tablet dengan menggunakan

    spektrofotometri UV ....................................................................... 44

    2. Optimasi ekstraksi cair-cair tanpa SPE ............................................ 50

    3. Optimasi isolasi alopurinol dalam jamu asam urat merek X ............ 52

    4. Identifikasi alopurinol dalam sampel jamu dengan menggunakan

    HPLC ............................................................................................. 66

    5. Validasi metode clean up SPE MCX ............................................... 69

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii

    6. Penggunaan kembali SPE MCX ...................................................... 73

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................... 77

    A. Kesimpulan ......................................................................................... 77

    B. Saran ................................................................................................... 77

    DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 78

    LAMPIRAN ............................................................................................ 82

    BIOGRAFI PENULIS ............................................................................. 124

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel I. Indeks polaritas dan karakteristik solvent selectivity

    beberapa pelarut HPLC .......................................................... 22

    Tabel II. Optimasi loading sampel dan volume eluen SPE MCX .......... 35

    Tabel III. Pengulangan pencucian SPE .................................................. 42

    Tabel IV. Penyimpangan bobot rata-rata pada tablet .............................. 45

    Tabel V. Hasil bobot alopurinol, SD, dan % CV ................................... 49

    Tabel VI. Optimasi kapasitas kolom ...................................................... 56

    Tabel VII. Optimasi volume eluen .......................................................... 60

    Tabel VIII. Tabel tR dan AUC hasil ekstraksi cair-cair ............................ 65

    Tabel IX. Perbandingan tR dan AUC blanko dan sampel adisi ............... 68

    Tabel X. Hasil perolehan kembali dan CV ............................................ 71

    Tabel XI. Perolehan kembali yang dapat diterima pada beberapa tingkat

    konsentrasi analit ................................................................... 72

    Tabel XII. CV yang dapat diterima pada beberapa tingkat konsentrasi analit

    berdasarkan AOAC PVM ...................................................... 72

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xv

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 1. Struktur alopurinol .............................................................. 10

    Gambar 2. Proses skematik prosedur SPE ............................................. 13

    Gambar 3. Diagram tingkat energi elektronik........................................ 16

    Gambar 4. (A) Pengaruh pelarut polar terhadap transisi π → π*

    (B) Transisi n → π* ............................................................. 18

    Gambar 5. Dasar pemisahan kromatografi partisi .................................. 20

    Gambar 6. Diagram sistem HPLC secara umum ................................... 20

    Gambar 7. Skema sampler KCKT. (A) – posisi load, sampel diinjeksikan

    dan terisolasi dari fase gerak. (B) – posisi inject, sampel

    terbawa fase gerak dan memasuki kolom ............................ 24

    Gambar 8. Reaksi antara kalium biftalat dengan NaOH ........................ 46

    Gambar 9. Perubahan warna indicator fenolftalein dari bening menjadi

    pink ..................................................................................... 46

    Gambar 10. Hasil standarisasi NaOH dengan menggunakan kalium

    biftalat ................................................................................. 47

    Gambar 11. Kromatogram hasil ekstraksi cair-cair sampel blanko

    (A) replikasi 1 (B) replikasi 2 .............................................. 51

    Gambar 12. Interaksi antara alopurinol dengan fase diam SPE ................ 54

    Gambar 13. Kromatogram alopurinol dalam fraksi asam asetat setelah

    proses pencucian SPE .......................................................... 56

    Gambar 14. Kurva hubungan volume loading ekstrak VS AUC .............. 57

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvi

    Gambar 15. Kromatogram alopurinol pada optimasi kapasitas kolom

    SPE MCX (A) 500 μL (B) 750 μL (C) 1000 μL (D) baku

    alopurinol dengan fase gerak metanol : aquabidest/amonium

    hidroksida 0,1% (10:90) ...................................................... 57

    Gambar 16. Kurva hubungan volume eluen VS AUC ............................. 60

    Gambar 17. Kromatogram alopurinol pada optimasi volume eluen

    (A) 5 mL (B) 7.5 mL (C) 12.5 mL yang dilakukan dengan

    mengelusi 10 mL (C1) dan dilanjutkan dengan elusi 2.5 mL (C2)

    (D) baku alopurinol dengan fase gerak metanol :

    aquabidest/amonium hidroksida 0,1% (10:90) ..................... 61

    Gambar 18. Reaksi pembentukkan garam alopurinol .............................. 63

    Gambar 19. Reaksi pembentukkan ion alopurinol ................................... 64

    Gambar 20. Kromatogram alopurinol hasil ekstraksi cair-cair dengan variasi

    pengulangan penambahan kloroform (A) 2x3 mL (B) 3x3 mL

    (C) 4x3 mL dengan fase gerak HPLC metanol : aquabidest/

    amonium hidroksida 0,1% (10:90) ....................................... 64

    Gambar 21. Perbandingan puncak (A) puncak baku alopurinol (B1 dan B2)

    puncak blanko dan sampel alopurinol yang sudah ditambahkan

    dengan baku alopurinol dalam 3 level konsentrasi ............... 67

    Gambar 22. Kromatogram alopurinol hasil clean up dengan menggunakan

    SPE bekas yang sudah diuji (A) 1x (B) 2x (C) 3x dengan fase

    gerak metanol : aquabidest/amonium hidroksida 0,1% (10:90) 74

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1. Sertifikat analisis baku alopurinol ................................... 83

    Lampiran 2. Sertifikat analisis SPE MCX ........................................... 84

    Lampiran 3. Penimbangan keseragaman bobot tablet alopurinol ......... 85

    Lampiran 4. Penimbangan sampel A tiap kemasan untuk perhitungan

    keseragaman bobot ......................................................... 86

    Lampiran 5. Penimbangan sampel B tiap kemasan untuk perhitungan

    keseragaman bobot ......................................................... 87

    Lampiran 6. Penimbangan sampel C tiap kemasan untuk perhitungan

    keseragaman bobot ......................................................... 88

    Lampiran 7. Penimbangan kalium biftalat ........................................... 89

    Lampiran 8. Standarisasi NaOH 0.1 N ................................................ 89

    Lampiran 9. Gambar hasil pembakuan NaOH 0.1 N ........................... 89

    Lampiran 10. Perhitungan penimbangan sampel tablet alopurinol ......... 90

    Lampiran 11. Penimbangan optimasi penyaringan ................................ 90

    Lampiran 12. Bobot alopurinol, SD dan %CV hasil .............................. 91

    Lampiran 13. Penimbangan sampel tanpa SPE...................................... 91

    Lampiran 14. Kromatogram sampel tanpa SPE ..................................... 92

    Lampiran 15. Penimbangan optimasi kapasitas kolom SPE ................... 93

    Lampiran 16. Kromatogram optimasi kapasitas kolom SPE .................. 94

    Lampiran 17. Tabel optimasi kapasitas kolom SPE ............................... 100

    Lampiran 18. Penimbangan optimasi volume eluen SPE ....................... 100

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xviii

    Lampiran 19. Kromatogram optimasi volume eluen SPE ...................... 101

    Lampiran 20. Tabel optimasi volume eluen SPE ................................... 105

    Lampiran 21. Penimbangan optimasi volume kloroform ....................... 106

    Lampiran 22. Kromatogram optimasi volume kloroform ...................... 107

    Lampiran 23. Penimbangan baku untuk validasi SPE ............................ 110

    Lampiran 24. Penimbangan sampel untuk validasi SPE ........................ 110

    Lampiran 25. Kromatogram validasi SPE ............................................. 111

    Lampiran 26. Hasil recovery dan % CV validasi SPE ........................... 119

    Lampiran 27. Penimbangan baku untuk pencucian SPE ........................ 120

    Lampiran 28. Kromatogram hasil pencucian SPE ................................. 120

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xix

    INTISARI

    Telah dilakukan penelitian tentang alopurinol dalam sampel obat, matriks

    biologis dan penelitian BKO dalam sediaan jamu sebelumnya pernah dilakukan

    dengan menggunakan sampel metampiron. Penelitian ini ingin mengetahui

    optimasi isolasi alopurinol dalam sampel tablet dan jamu untuk mengurangi

    berbagai matriks yang terdapat dalam sampel tablet dan jamu sehingga dapat

    digunakan untuk determinasi alopurinol. Optimasi isolasi dilakukan dengan

    optimasi penyaringan, ektraksi cair-cair dan Solid Phase Extraction (SPE).

    Pada sampel tablet isolasi alopurinol dilakukan dengan penyaringan dan

    dideterminasi dengan metode Spektrofotometri UV karena alopurinol memiliki

    gugus kromofor dan auksokrom, sedangkan pada sampel jamu isolasi alopurinol

    dilakukan dengan clean up yang meliputi ekstraksi cair-cair dan Solid Phase

    Extraction (SPE) dan dideterminasi dengan metode High Performance Liquid

    Chromatography (HPLC).

    Pada sampel tablet, volume penyaringan yang digunakan 10 mL x 2.

    Pada sampel jamu, volume kloroform yang digunakan pada ekstraksi cair-cair

    adalah 3x3 mL, pada SPE volume loading sampel yang digunakan adalah 1000

    µL, volume eluen yang digunakan adalah 10 mL amonium hidroksida 5% dalam

    metanol. Kondisi tersebut merupakan kondisi optimal dalam isolasi alopurinol

    dari sampel tablet dan jamu.

    Kata kunci : alopurinol, jamu, tablet, BKO, ekstraksi, clean up, SPE, HPLC,

    Spektrofotometri UV.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xx

    ABSTRACT

    There had been research on allopurinol in drug samples, biological

    matrix and BKO research in herbal preparations using sample methampyrone.

    This research investigates the optimal isolation of allopurinol in tablet and herbal

    samples to reduce the matrix contained in tablet and herbal samples, so later they

    can be used for the determination of allopurinol. Isolation optimization is done

    with filtration optimization, liquid-liquid extraction and Solid Phase Extraction

    (SPE).

    In tablet samples, allopurinol isolation was performed by filtration and

    determined by UV spectrophotometry method because allopurinol has a

    chromophore and auxochrome group, whereas the allopurinol isolation of herbal

    samples performed with clean up that includes liquid-liquid extraction and Solid

    Phase Extraction (SPE) and determined by the High Performance Liquid

    Chromatography (HPLC).

    In tablet samples, the filtration volume used was 10 mL x 2. In herbal

    samples, the volume of chloroform used in liquid-liquid extraction is 3x3 mL, at

    SPE sample loading volume used was 1000 mL, while the volume of eluent used

    was 10 mL ammonium hydroxide 5% in methanol. This condition is the optimal

    condition in allopurinol isolation from tablet and herbal samples.

    Keywords: allopurinol, herbal samples, tablets, BKO, extraction, clean-up, SPE,

    HPLC, Spectrophotometry UV.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Akhir-akhir ini kesadaran masyarakat akan kesehatan semakin

    meningkat, itu terlihat dari usaha masyarakat untuk mencegah penyakit baik

    secara modern maupun tradisional. Pada sebagian masyarakat, usaha untuk

    mencegah penyakit masih menggunakan cara tradisional. Selain itu

    kecenderungan masyarakat untuk kembali ke alam (back to nature) yang dalam

    beberapa hal lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan pengobatan dengan

    obat sintetik atau obat modern, membuat penggunaan obat tradisional semakin

    meningkat. Selain itu, harga obat tradisional juga lebih terjangkau dibandingkan

    dengan obat sintetik. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang

    berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik)

    atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan

    untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di

    masyarakat (PerMenKes, 2012).

    Obat tradisional telah digunakan selama ribuan tahun dengan kontribusi

    besar yang dibuat oleh praktisi kesehatan manusia, khususnya sebagai penyedia

    perawatan kesehatan primer di tingkat masyarakat. TM (Traditional Medicine)

    telah mempertahankan popularitasnya di seluruh dunia. Sejak tahun 1990-an

    penggunaannya telah meningkat di banyak negara maju dan berkembang

    (Anonimb, 2014).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    Produk obat tradisional yang telah banyak digunakan oleh masyarakat

    adalah jamu. Banyak masyarakat minum jamu untuk mencegah penyakit tertentu

    karena mudah penggunaannya dan harganyapun juga terjangkau oleh masyarakat.

    Selama beberapa tahun terakhir, penggunaan obat tradisional di dunia semakin

    meningkat. Menurut WHO, 65-80% populasi dunia menggunakan obat tradisional

    sebagai perlindungan untuk kesehatan (Yee, 2003).

    Namun banyak kendala yang terjadi pada produk sediaan jamu seperti,

    pengolahan bahan baku yang belum terstandar terutama mutu dan kualitasnya,

    serta industri jamu yang tidak jujur sering kali menambahkan bahan kimia obat

    (BKO) ke dalam jamu sehingga menimbukan efek yang merugikan.

    Karena tidak semua bahan baku untuk jamu dibudidayakan dengan baik

    dan benar sehingga seringkali tanaman obat tertentu hilang di pasaran karena

    ketidaktersediaan bahan baku yang dibutuhkan. Kurangnya penelitian ilmiah

    mengenai keefektifan dari jamu dan juga efek samping yang ditimbulkan melalui

    uji praklinis dan uji klinis oleh pihak terkait.

    Dampak lain yang menyebabkan efek samping yang merugikan dari

    penggunaan obat tradisional adalah penambahan bahan kimia obat (BKO) tanpa

    takaran yang jelas sehingga dapat membahayakan bagi kesehatan konsumen

    terlebih lagi apabila obat yang ditambahkan tergolong dalam obat keras yang

    penggunaanya harus dengan resep dokter. Penggunaan BKO pada sediaan obat

    tradisional sangat dilarang sesuai dengan Keputusan Kepala Badan POM No.

    HK.00.05.41.1384 tahun 2005.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    Menurut PerMenKes RI no. 007 tahun 2012 obat tradisional tidak boleh

    mengandung bahan kimia obat atau hasil sintesis yang berkhasiat sebagai obat.

    BKO yang biasanya ditambahkan dalam sediaan obat tradisional antara lain

    parasetamol (menghilangkan rasa sakit), fenilbutazon (mengatasi rematik dan

    menyegarkan tubuh), natrium diklofenak (mengatasi rematik), sildenafil sitrat

    (mengatasi disfungsi ereksi dan meningkatkan libido), sibutramin HCl

    (melangsingkan tubuh), dan alopurinol (menghilangkan asam urat).

    Banyak masyarakat menggunakan obat modern untuk menyembuhkan

    penyakit yang mana pada obat modern dosis obatnya sudah diketahui secara pasti

    karena melihat bahaya jamu yang ditambahkan BKO. Salah satu penyakit yang

    biasa dialami oleh sebagian masyarakat adalah asam urat, sehingga banyak

    masyarakat menggunakan obat asam urat yaitu alopurinol untuk menyembuhkan

    asam urat.

    Menurut Depkes RI (1974), metode baku analisis alopurinol dilakukan

    dalam sampel tablet dan diukur secara spektrofotometri UV. Pada sampel tablet

    memiliki matriks yang lebih sederhana, oleh karena itu untuk dapat mengisolasi

    alopurinol dari matriks dapat dilakukan dengan menggunakan penyaringan. Pada

    penelitian ini dilakukan pengembangan metode analisis alopurinol dalam sampel

    jamu.

    Pada sampel jamu memiliki matriks yang lebih kompleks daripada dalam

    sampel tablet, maka untuk mengisolasi alopurinol dari matriks jamu diperlukan

    metode clean up yaitu dengan menggunakan ekstraksi cair-cair dan Solid Phase

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    Extraction (SPE) serta dilanjutkan dengan High Performance Liquid

    Chromatography (HPLC).

    Metode clean up alopurinol dalam jamu dengan ekstraksi cair-cair dan

    Solid Phase Extraction (SPE) diperlukan optimasi. Pada optimasi ekstraksi cair-

    cair dilakukan dengan mengubah komposisi volume kloroform, sedangkan pada

    optimasi SPE dilakukan dengan mengubah komposisi volume loading ekstrak dan

    volume eluen.

    Penelitian ini merupakan bagian dari serangkaian penelitian yang

    meliputi “Optimasi dan Validasi Penetapan Kadar Alopurinol Dalam Matriks

    Tablet Obat Secara Spektrofotometri UV dan Matriks Sampel Jamu Asam Urat

    Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi” dan “Validasi Metode Analisis

    Alopurinol Dalam Matriks Tablet Secara Spektrofotometri dan Matriks Jamu

    Asam Urat Secara KCKT Fase Terbalik serta Aplikasinya.”

    Sejauh penelusuran literatur oleh penulis penelitian tentang penetapan

    kadar alopurinol dalam jamu belum pernah dilakukan, sedangkan untuk penelitian

    bahan BKO lain seperti parasetamol dan fenilbutason sudah banyak dilakukan dan

    penelitian alopurinol dalam matriks biologis menggunakan metode cation

    exchange chromatography sudah pernah dilakukan. Untuk penelitian alopurinol di

    dalam tablet sudah pernah dilakukan.

    1. Permasalahan

    Berdasarkan latar belakang maka timbul permasalahan yaitu bagaimana

    optimasi proses isolasi alopurinol dalam sediaan tablet secara spektrofotometri

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    UV dan isolasi alopurinol dalam sediaan jamu asam urat dengan menggunakan

    SPE MCX yang dilanjutkan dengan HPLC fase terbalik?

    2. Keaslian penelitian

    Sejauh penelusuran literatur, penelitian terhadap alopurinol telah

    dilakukan dalam suatu obat. Namun penelitian sejenis yaitu penetapan kadar

    bahan kimia obat metampiron dalam jamu yang pernah dilakukan oleh

    Mayasari (2009), penelitian tentang alopurinol dalam metabolit biologis

    dengan cation exchange chromatography pernah dilakukan oleh Sweetman dan

    Nyhan (1969), dan penelitian tentang alopurinol dalam tablet secara

    spektrofotometer menggunakan CT Complex pernah dilakukan oleh Refat, dkk

    (2010). Demikian, maka dapat dipastikan bahwa perbandingan optimasi

    metode analisis secara HPLC dan Spektrofotometri UV alopurinol dalam jamu

    asam urat dan dalam sediaan tablet belum pernah dilakukan sebelumnya.

    3. Manfaat penelitian

    a. Manfaat metodologis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

    informasi mengenai optimasi isolasi alopurinol dalam sediaan tablet secara

    spektrofotometer UV dan isolasi alopurinol dalam jamu asam urat dengan

    menggunakan SPE MCX yang dilanjutkan dengan HPLC.

    b. Manfaat praktis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

    terkait komposisi volume penyaringan, komposisi volume ekstraksi,

    komposisi loading sampel, komposisi eluen SPE yang terbaik untuk proses

    isolasi alopurinol dalam sediaan tablet dan dalam jamu asam urat.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    B. Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses optimasi isolasi alopurinol

    dalam sediaan tablet dan dalam jamu asam urat.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    BAB II

    PENELAAHAN PUSTAKA

    A. Obat Tradisional

    Obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan,

    bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan

    tersebut yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan dan dapat

    diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat (PerMenKes RI No.

    007 Tahun 2012).

    Sediaan obat tradisional ini perlu dilakukan berbagai jenis pengujian

    untuk mengetahui mutu dari sediaan obat tradisional yang akan diproduksi. Jenis

    pengujian ini meliputi pengujian mutu dan pengujian keamanan. Pengujian mutu

    meliputi organoleptik, kemasan, makroskopis, kebenaran simplisia, kadar air dan

    keseragaman bobot. Pengujian keamanan meliputi uji cemaran logam berat,

    cemaran pestisida, cemaran mikroba, zat tambahan yang diizinkan seperti bahan

    pengawet, cemaran aflatoksin dan penetapan ada tidaknya bahan kima obat yang

    ditambahkan dalam sediaan obat tradisional (KepMenKes RI no

    661/MENKES/SK/VII/1994).

    Menurut Keputusan Badan POM RI No. 00.05.4.2411 tahun 2004,

    berdasarkan cara pembuatan serta klaim penggunaan dan tingkat pembuktian

    khasiat, Obat Bahan Alam Indonesia dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu:

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    1. Jamu (obat tradisional warisan nenek moyang).

    2. Obat Herbal Terstandar (telah dikembangkan berdasarkan bukti-bukti ilmiah,

    uji praklinis dan standarisasi bahan baku).

    3. Fitofarmaka (telah melewati uji klinis dan standariasasi bahan baku).

    B. Jamu

    Jamu merupakan obat tradisional warisan nenek moyang yang dapat

    dibedakan menjadi 2 yaitu obat dalam dan obat luar. Obat dalam biasa dijumpai

    dalam bentuk herbal kering siap rebus, dalam bentuk segar rebusan dalam bentuk

    jamu gendong, dalam bentuk serbuk kering siap seduh. Obat luar bisa

    dimanfaatkan dengan cara dioles, digosok, direndam atau ditempel (Harmita,

    2006).

    Menurut PerMenKes No. 003 Tahun 2010, jamu harus memenuhi

    kriteria:

    1. Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.

    2. Klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris.

    3. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.

    Menurut Keputusan Kepala Badan POM No. HK.00.05.41.1384 tahun

    2005 di dalam jamu dilarang digunakan:

    1. Bahan kimia hasil isolasi atau sintetik yang berkhasiat obat.

    2. Narkotika atau psikotropika.

    3. Hewan atau tumbuhan yang dilindungi sesuai dengan ketentuan peraturan

    perundang-undangan yang berlaku.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    Persyaratan mengenai jamu belum begitu mantap dan tegas, namun

    pemerintah telah mengeluarkan beberapa petunjuk yaitu:

    1. Kadar air tidak lebih dari 10%. Ini untuk mencegah berkembangnya bakteri,

    kapang, dan khamir.

    2. Jumlah kapang dan khamir tidak lebih dari 10000

    3. Jumlah bakteri non patogen tidak lebih dari 1 juta

    4. Bebas dari bakteri patogen

    5. Tidak boleh tercemar atau diselundupi bahan kimia berkhasiat (Harmita, 2006).

    C. Asam Urat

    Asam urat merupakan senyawa kimia hasil akhir dari metabolism nucleic

    acid atau metabolisme purin dalam tubuh. Berdasarkan penyelidikan bahwa 90%

    dari asam urat merupakan hasil katabolisme purin yang dibantu oleh enzim

    guanase dan xanthine oksidase (Suhendi, Nurcahyanti, Muhtadi, Sutrisna, 2011).

    Asam urat akan dibawa ke ginjal melalui aliran darah untuk dikeluarkan

    bersama air seni. Ginjal akan mengatur kadar asam urat dalam darah agar selalu

    dalam keadaan normal. Namun, asam urat yang berlebihan tidak akan tertampung

    dan termetabolisme seluruhnya oleh tubuh, maka akan terjadi peningkatan kadar

    asam urat dalam darah (Suhendi, Nurcahyanti, Muhtadi, Sutrisna, 2011).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    D. Alopurinol

    Gambar 1. Struktur alopurinol (1H-Pirazolo[3,4-d]pirimidin-4-ol)

    (DepKesehatan RI, 1995)

    1. Sifat fisika kimia

    Alopurinol mengandung tidak kurang dari 98% dan tidak lebih dari

    101,0% C5H4N4O dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian

    berupa serbuk halus putih hingga hampir putih dan berbau lemah. Alopurinol

    sangat sukar larut dalam air dan etanol, larut dalam larutan kalium dan natrium

    hidroksida, praktis tidak larut dalam kloroform dan dalam eter (DepKes RI,

    1995).

    2. Dosis

    Pada dewasa, dosis harian rata-rata adalah 2-10 mg/kgBB, 100-200 mg

    untuk kondisi ringan, 300-600 mg untuk kondisi cukup parah dan 700-900 mg

    untuk kondisi parah (Apotex NZ Ltd, 2011).

    Pada anak-anak, dosis harian rata-rata adalah 10-20 mg/kgBB sampai

    maksimal 400 mg per hari. Penggunaan pada anak-anak jarang diindikasikan

    kecuali dalam kondisi tertentu dan gangguan enzim tertentu (Apotex NZ Ltd,

    2011).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    3. Peringatan dan pencegahan

    Hati-hati pemberian pada penderita yang hipersensitif dan wanita hamil.

    Hindari penggunaan pada penderita dengan gagal ginjal atau penderita

    hiperurisemia asimptometik. Hentikan pengobatan dengan alopurinol bila

    timbul kulit kemerahan atau demam. Penggunaan jangka panjang dapat

    menyebabkan katarak. Selama pengobatan dianjurkan melakukan pemeriksaan

    mata secara berkala, hentikan pengobatan jika terjadi kerusakan lensa mata.

    Penggunaan pada wanita hamil, hanya bila ada pertimbangan manfaat

    dibandingkan resikonya. Alopurinol dapat meningkatkan frekuensi serangan

    artritis gout akut sehingga sebaiknya obat antiinflamasi atau kolkisin diberikan

    bersama pada awal terapi. Hati-hati bila diberikan bersama dengan vidarabin

    (DechaCare, 2014).

    4. Efek samping

    Reaksi hipersensitifitas: ruam mokulopapular didahului pruritus,

    urtikaria, eksofoliatif dan lesi pupura, dermatitis, nefritis, faskulitis dan

    syndrome poliartrtis. Demam, eosinophilia, kegagalan hati dan ginjal, mual,

    muntah, diare, rasa mengantuk, sakit kepala dan rasa logam (DechaCare,

    2014).

    5. Penetapan kadar

    Alopurinol dapat ditetapkan kadarnya dengan menggunakan

    spektrofotometer UV dengan panjang gelombang kurang lebih 250 nm.

    Alopuriol dilarutkan dalam NaOH 0,4% b/v dan HCl 1% v/v (DepKes RI

    1974).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    E. Ekstraksi

    Ekstraksi adalah proses pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu

    campuran homogen menggunakan pelarut cair (solven) sebagai separating agent

    (Harborne, 1987). Pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat dapat

    dipermudah dengan mengetahui terlebih dahulu zat aktif yang dikandung

    simplisia (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1986).

    Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat

    aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai,

    kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang

    tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan

    (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995).

    F. Solid Phase Extraction (SPE)

    1. Prosedur SPE

    Ada dua strategi untuk melakukan penyiapan sampel menggunakan SPE

    ini. Strategi pertama adalah dengan melakukan pemilihan pelarut yang mampu

    menahan semua analit yang dituju pada penjerap yang digunakan, sementara

    untuk senyawa - senyawa penganggu akan terelusi. Analit yang dituju (yang

    tertahan pada penjerap ini) selanjutnya dielusi dengan sejumlah kecil pelarut

    organik yang akan mengambil analit yang tertahan ini. Strategi ini beramanfaat

    jika analit yang dituju berkadar rendah. Strategi lain adalah dengan

    mengusahakan supaya analit yang tertuju keluar (terelusi), sementara untuk

    senyawa penganggu tertahan pada penjerap (Gandjar dan Rohman, 2010).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    Tahap pertama menggunakan SPE adalah dengan mengkondisikan

    penjerap dengan pelarut yang sesuai. Penjerap nonpolar seperti C18 dan

    penjerap penukar ion dikondisikan dengan mengalirinya menggunakan metanol

    lalu dengan akuades. Pencucian yang berlebihan dengan air akan mengurangi

    recovery analit. Penjerap - penjerap polar seperti diol, siano, amino, dan silika

    harus dibilas dengan pelarut nonpolar seperti metilen klorida (Gandjar dan

    Rohman, 2010).

    Gambar 2. Proses skematik prosedur SPE (Wells, M.J.M., 2000)

    Ada empat tahap dalam prosedur SPE, yaitu:

    a. Pengkondisian

    Kolom (cartridge) dialiri dengan pelarut sampel untuk membasahi

    permukaan penjerap dan untuk menciptakan nilai pH yang sama, sehingga

    perubahan-perubahan kimia yang tidak diharapkan ketika sampel

    dimasukkan dapat dihindari.

    Conditioning Loading Washing Elution

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    b. Retensi (tertahannya) sampel

    Larutan sampel dilewatkan ke cartridge baik untuk menahan analit yang

    diharapakan, sementara komponen lain terelusi atau untuk menahan

    komponen yang tidak diharapkan sementara analit yang diharapkan terelusi.

    c. Pembilasan

    Tahap ini penting untuk menghilangkan seluruh komponen yang tidak

    tertahan oleh penjerap selama tahap retensi.

    d. Elusi

    Tahap ini merupakan tahap terakhir untuk mengambil analit yang

    dikehendaki jika analit tersebut tertahan pada penjerap (Gandjar dan

    Rohman, 2010).

    2. Pengembangan metode

    Pendekatan empirik untuk melakukan pengembangan metode SPE

    melibatkan screening penjerap yang tersedia. Langkah pertama adalah

    menetukan penjerap mana yang paling baik dalam hal menahan analit yang

    dituju. Pertimbangan kedua adalah pelarut apa yang dibutuhkan untuk

    mengelusi analit yang dituju. Langkah ketiga adalah menguji matriks sampel

    blanko untuk mengevaluasi adanya pengganggu yang mungkin ada, dan

    akhirnya (langkah keempat) adalah menentukan recovery dengan menambah

    analit dalam jumlah tertentu harus dilakukan (Gandjar dan Rohman, 2010).

    Polaritas pelarut yang meningkat dibutuhkan untuk mengelusi senyawa

    yang tertahan dalam penjerap silika, sementara unutk senyawa yang tertahan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    dalam penjerap nonpolar (seperti C18) digunakan pelarut nonpolar (Gandjar dan

    Rohman, 2010).

    G. Spektrofotometri UV

    Spektrofotometeri UV merupakan salah satu teknik analisis spektroskopik

    yang menggunakan radiasi elektromagnetik UV dekat dengan menggunakan alat

    spektrofotometer (Skogg, West dan Holler, 1994). Radiasi elektromagnetik pada

    daerah UV dan visibel biasanya ditulis dalam satuan nanometer. Ketika sampel

    mengabsorbsi radiasi elektromagnetik (foton), terjadi perubahan energi pada

    sampel tersebut. Energi yang diserap mempunyai hubungan terhadap Persamaan

    Planck (Harvey, 2000).

    Molekul yang dikenakan gelombang radiasi elektromagnetik pada

    frekuensi yang sesuai dapat terjadi penyerapan/absorpsi, adanya serapan tersebut

    menghasilkan perbedaan energi serapan. Selisih energi tersebut setara dengan

    energi foton yang diserap. Energi yang melompat dari keadaan dasar (ground

    state) ke keadaan tereksitasi (excited state) disebut dengan transisi.

    Dimana, E1= energi pada keadaan dasar/lebih rendah

    E2= energi pada keadaan tereksitasi/lebih tinggi

    h = konstanta Planck

    υ = frekuensi foton yang diabsorpsi/diserap

    λ = panjang gelombang

    c = kecepatan

    (1)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    Transisi yang terjadi antar molekul tidaklah sama, hal ini menyebabkan perbedaan

    spektra absorpsinya. Dengan demikian, spektra dapat digunakan sebagai bahan

    analisis kualitatif dan banyaknya molekul yang menyerap radiasi pada panjang

    gelombang tertentu setara dengan sinar yang diabsorpsi sehingga spektra juga

    dapat digunakan sebagai bahan analisis kuantitatif (Gandjar dan Rohman, 2010).

    Pada analisis dengan spektrofometer, dilakukan pembacaan absorbansi

    yang disebut sebagai absorban (A) yang tidak memiliki satuan (Mulja dan

    Suharman, 1995). Spektrum absorpsi merupakan plot absorbansi analit yang

    merupakan fungsi dari panjang gelombang (Skogg, West dan Holler, 1994).

    Gambar 3. Diagram tingkat energi elektronik (Gandjar dan Rohman, 2010)

    Penyerapan foton yang dialami molekul mengakibatkan terjadinya eksitasi

    elektron-elektron ikatan. Transisi elektronik yang terjadi antara tingkat energi

    suatu molekul ada empat, yakni:

    1. Transisi sigma–sigma star (σ → σ*)

    Energi pada transisi ini terletak pada daerah < 180nm atau terjadi pada

    daerah UV vakum dan kurang begitu bermanfaat untuk analisis

    spektrofotometri UV-VIS (Gandjar dan Rohman, 2010).

    2. Transisi non bonding elektron–sigma star (n → σ*)

    Energi yang diperlukan untuk jenis transisi ini lebih kecil dibandingkan

    transisi σ → σ*, sehingga sinar yang diserap memiliki panjang gelombang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    yang lebih panjang (150–250nm). Kebanyakan transisi ini terjadi pada panjang

    gelombang < 200nm (Gandjar dan Rohman, 2010).

    3. Transisi n → π* dan transisi π → π*

    Transisi ini terjadi pada molekul organik yang memiliki gugus fungsional

    tidak jenuh, ikatan rangkap dalam gugus tersebut memberikan orbital phi yang

    diperlukan. Transisi jenis ini paling cocok digunakan dalam analisis

    menggunakan spektrofotometri UV–visibel karena berada diantara panjang

    gelombang 200–700 nm (Gandjar dan Rohman, 2010).

    Pelarut dapat memberikan pengaruh transisi n → π* dan π → π*, hal ini

    berkaitan dengan adanya perbedaan kemampuan dari pelarut untuk mensolvasi

    antara keadaan dasar dengan keadaan tereksitasi. Pada transisi π → π*, molekul

    yang berada dalam keadaan dasar akan relatif non polar dan keadaan

    tereksitasinya lebih polar dibandingkan dari keadaan dasar. Penggunaan pelarut

    polar akan menyebabkan interaksi lebih kuat saat keadaan tereksitasi

    dibandingkan keadaan dasar sehingga perbedaan energi transisi π → π* lebih

    kecil. Akibat yang ditimbulkan atas peristiwa ini ialah pergeseran ke panjang

    gelombang yang lebih besar dari semula. Berbeda dengan transisi n → π*, pada

    keadaan dasar molekul relatif lebih polar dibandingkan keadaan tereksitasi.

    Pelarut yang berinteraksi hidrogen akan berinteraksi secara lebih kuat dengan

    pasangan elektron yang tak berpasangan pada keadaan dasar dibandingkan

    molekul pada keadaan tereksitasi. Hal ini mengakibatkan transisi n → π* akan

    mempunyai energi yang lebih besar sehingga panjang gelombang akan bergeser

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    lebih pendek dibandingkan semula akibat kemampuan membentuk interaksi

    hidrogen (polaritas) pelarut meningkat (Gandjar dan Rohman, 2010).

    Gambar 4. (A) Pengaruh pelarut polar terhadap transisi π → π* dan (B) Transisi n

    → π* (Gandjar dan Rohman, 2010)

    Dalam memilih panjang gelombang terkait hubungan sifat optik cuplikan

    dan pelarut. Penyerapan radiasi UV atau visibel terkait dari elektron terluar atau

    elektron valensi dari molekul dan tergantung pula pada jenis ikatan kimia dalam

    molekul, adanya ikatan kimia penyebab terjadinya serapan sinar UV-Vis disebut

    kromofor (Johnson dan Stevenson, 1978). Sinar UV mempunyai panjang

    gelombang 200-400 nm, sedangkan sinar visibel mempunyai panjang gelombang

    400-750 nm (Gandjar dan Rohman, 2010).

    (A)

    (B)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    Kromofor merupakan ikatan rangkap tak jenuh selang-seling yang

    menyerap radiasi pada daerah UV dan visibel, sedangkan aukosokrom merupakan

    gugus jenuh yang terikat pada kromofor dapat menyebabkan adanya perubahan

    panjang gelombang dan intensitas serapan maksimum. Ciri auksokrom adalah

    gugusan heteroatom seperti –OCH3, -Cl, OH, dan NH2. Penambahan auksokrom

    menyebabkan pergeseren batokromik. Pergeseran batokromik merupakan

    pergeseran panjang gelombang ke arah yang lebih panjang akibat adanya subsitusi

    gugus atau atom atau adanya pengaruh pelarut (Sastrohamidjojo, 2001).

    H. High Performance Liquid Chromatography (HPLC)

    Kromatografi merupakan teknik yang mana solut atau zat-zat terlarut

    terpisah oleh perbedaan kecepatan elusi, karena solut-solut ini melewati suatu

    kolom kromatografi. Pemisahan ini diatur oleh distribusi solut dalam fase gerak

    dan fase diam (Gandjar dan Rohman, 2010).

    HPLC dapat menghasilkan pemisahan yang cepat, dengan keunggulan

    zat yang tidak menguap atau zat yang tidak tahan panas dapat dipisahkan tanpa

    terurai atau tanpa perlu diderivatisasi. Pada kromatografi partisi digunakan fase

    gerak dan fase diam dengan polaritas yang berbeda. Jika fase gerak bersifat polar

    dan fase diam bersifat nonpolar maka disebut sebagai kromatografi fase terbalik,

    senyawa nonpolar yang larut dalam hidrokarbon dengan BM < 1000 dapat

    dipisahkan berdasarkan atas afinitasnya terhadap fase diam (Departemen

    Kesehatan Republik Indonesia, 1995).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    Gambar 5. Dasar pemisahan kromatografi partisi (Lennan, 2010)

    Kromatografi partisi merupakan metode pemisahan analit berdasarkan

    kemampuan partisinya diantara fase diam dan fase gerak yang melewati fase

    diam. Analit yang mempunyai afinitas lebih besar pada fase diam (gambar 3 -

    bulatan merah) relatif lebih tertahan di fase diam daripada analit yang kurang

    tertahan pada fase diam (gambar 3 - bulatan hijau) (Lennan, 2010).

    Gambar 6. Diagram sistem HPLC secara umum (Harvey, 2000)

    Secara umum instrument HPLC terdiri atas beberapa komponen, yaitu

    wadah fase gerak, sistem penghantaran fase gerak, alat untuk memasukan sampel,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    kolom, detektor, wadah penampung buangan fase gerak, tabung penghubung, dan

    suatu komputer atau integrator atau perekam (Gandjar dan Rohman, 2010).

    Wadah fase gerak harus bersih dan inert. Wadah ini biasanya mampu

    menampung fase gerak antara 1-2 liter pelarut. Fase gerak harus di degasing

    (penghilangan gas) dulu sebelum digunakan karena adanya gas akan berkumpul

    dengan komponen lain terutama di pompa dan detektor sehingga akan

    mengacaukan analisis. Pada saat membuat fase gerak, maka sangat dianjurkan

    untuk memilih fase gerak dengan kemurnian yang tinggi agar tingkat pengotor

    rendah dan tidak merusak sistem HPLC (Gandjar dan Rohman, 2010).

    Fase gerak pada HPLC biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat

    bercampur dan secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi. Daya

    elusi dan resolusi ini ditentukan berdasarkan polaritas pelarut, polaritas fase diam

    dan sifat komponen-komponen sampel. Untuk fase normal (fase diam lebih polar

    daripada fase gerak), kemampuan elusi meningkat dengan meningkatnya polaritas

    pelarut. Sedangkan untuk fase terbalik (fase diam kurang polar daripada fase

    gerak), kemampuan elusi akan menurun dengan meningkatnya polaritas pelarut

    (Gandjar dan Rohman, 2010).

    Dasar pemilihan fase gerak dalam suatu metode pemisahan yaitu

    berdasarkan pada indeks polaritas (P’) campuran fase gerak tersebut. Semakin

    besar nilai indeks polaritas pelarut menyatakan semakin polar fase gerak yang

    digunakan. Fase gerak yang sering digunakan merupakan kombinasi dari dua atau

    lebih campuran pelarut yang saling bercampur secara keseluruhan. Campuran fase

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    gerak tersebut akan menghasilkan nilai polaritas tersendiri yang disebut indeks

    polaritas fase gerak (Harvey, 2000).

    𝑃′𝐴𝐵 Φ𝐴. 𝑃′𝐴 + Φ𝐵. 𝑃′𝐵 (2)

    Dengan ΦA dan ΦB merupakan fraksi volume pelarut yang digunakan

    pada pelarut A dan B, sedangkan P’A dan P’B merupakan indeks polaritas pelarut

    yang digunakan pada pelarut A dan B (Harvey, 2000).

    Tabel 1. Indeks polaritas dan karakteristik solvent selectivity beberapa pelarut HPLC

    (Snyder, Kirkland dan Dolan, 2010)

    Pompa yang digunakan untuk memompa fase gerak pada sistem HPLC

    memiliki syarat seperti wadah pelarut yakni inert terhadap fase gerak. Pompa

    yang digunakan sebaiknya memiliki kemampuan memberikan tekanan hingga

    5000 psi dan mampu mengalirkan fase gerak hingga 3 mL/min. Penggunaan

    pompa ialah untuk dapat menjamin proses penghantaran fase gerak yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    berlangsung dengan tepat, reprodusibel, konstan dan bebas gangguan (Gandjar

    dan Rohman, 2010).

    Metode pencampuran fase gerak dibedakan menjadi dua, yakni metode

    isokratik dan metode gradien. Metode isokratik merupakan metode pencampuran

    fase gerak secara manual dengan tangan dan saat memasuki sistem HPLC tidak

    dibutuhkan adanya pencampuran fase gerak kembali dan dilakukan dengan satu

    pompa. Metode gradien merupakan metode pencampuran fase gerak yang

    dilakukan di dalam sistem HPLC, dimana beberapa pompa digunakan untuk

    memompa pelarut ke dalam wadah pencampuran fase gerak dan hasil

    pencampuran fase gerak tersebut yang dialirkan ke dalam kolom (Snyder,

    Kirkland, dan Dolan, 2010).

    Penyuntikan sampel pada HPLC dilakukan secara langsung ke dalam

    fase gerak yang mengalir menuju kolom (Gandjar dan Rohman, 2010).

    Pada sistem HPLC, penyuntikan sampel melalui loop injector yang dapat

    menyimpan volume dari 0,5 μL - 2 mL. Pada posisi load, loop sampler terisolasi

    dari fase gerak. Ketika katup dipindahkan ke posisi loading, injektor berpindah ke

    posisi inject dan saat itu pula fase gerak mengaliri sampel dan terbawa memasuki

    kolom (Harvey, 2000).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    Gambar 7. Skema sampler KCKT. (A) – posisi load, sampel diinjeksikan dan terisolasi dari

    fase gerak. (B) – posisi inject, sampel terbawa fase gerak dan memasuki kolom (Harvey,

    2000)

    Kolom pada HPLC memuat fase diam, kebanyakan merupakan silika

    yang dimodifikasi secara kimiawi. Permukaan silika merupakan permukaan yang

    polar dan sedikit asam karena adanya residu gugus silanol (Si-OH). Modifikasi

    secara kimia akan menutupi gugus silanol dan menggantinya dengan gugus

    fungsional lain. Hasil reaksi kimiawi tersebut akan menghasilkan silika yang

    stabil terhadap hidrolisis karena terbentuk ikatan siloksan (Si-O-Si) (Gandjar dan

    Rohman, 2010).

    Oktadesil silika (C18) merupakan fase diam yang paling banyak

    digunakan dalam memisahkan senyawa dengan tingkat kepolaran rendah hingga

    tinggi. Oktil atau rantai alkil yang lebih pendek lagi lebih sesuai untuk analit yang

    polar. Analit polar terutama yang bersifat basa akan memberikan puncak yang

    mengekor (tailing peak), hal ini terjadi karena adanya interaksi dengan residu

    silanol ataupun pengotor logam yang terdapat pada silika (Gandjar dan Rohman,

    2010).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    Deteksi pada KCKT dibagi menjadi empat secara umum, yakni bulk

    property, sample specific, mobile-phase modification, dan hyphenated

    techiniques.

    a. Bulk property detector. Detektor ini dianggap sebagai detektor universal yang

    dapat mengukur banyak komponen. Detektor ini memiliki keuntungan karena

    dapat mendeteksi semua senyawa, sekaligus memiliki kelemahan karena semua

    senyawa dari sampel yang terelusi akan terbaca sebagai sinyal. Secara umum,

    detektor universal memiliki sensitivitas yang rendah (Snyder, Kirkland, dan

    Dolan, 2010).

    b. Sample specific detectors. Detektor ini merespon terhadap keunikan

    karakteristik yang dimiliki suatu analit karena beberapa karakteristik sampel

    mempunyai sifat unik yang mana tidak secara umum dimiliki oleh semua

    analit. Detektor UV merupakan detektor yang paling banyak digunakan dan

    merespon analit yang mengabsorbsi sinar UV pada panjang gelombang

    tertentu. Selain detektor UV, terdapat detektor lain seperti fluoresen dan

    detektor conduct electricity (Snyder, Kirkland, dan Dolan, 2010). Detektor

    UV-VIS dapat mengukur analit yang memiliki struktur kromoforik pada daerah

    panjang gelombang 190 – 800 nm. Detektor UV-VIS ini dapat berupa detektor

    dengan panjang gelombang tetap ataupun bervariasi (Gandjar dan Rohman,

    2010).

    c. Mobile–phase modification detectors. Detektor ini mengubah fase gerak

    setelah kolom HPLC menghasilkan pengubahan karakteristik analit, seperti

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    perubahan reaksi analit dan detektor spektrometrik masa (Snyder, Kirkland,

    dan Dolan, 2010).

    d. Hyphenated techniques. Teknik ini mengacu pada kopling dari analisis HPLC

    yang dipadukan dengan teknik lain, seperti LC-MS dan LC-IR (Snyder,

    Kirkland, dan Dolan, 2010).

    Detektor pada HPLC idealnya memiliki beberapa karakteristik sebagai

    berikut:

    Respon terhadap analit cepat dan reprodusibel

    Mampu mendeteksi analit hingga kadar yang sangat kecil

    Stabil saat dioperasikan/digunakan

    Memiliki sel volume yang kecil sehingga mampu meminimalkan pelebaran

    pita.

    Sinyal yang dihasilkan berbanding lurus dengan konsentrasi analit pada kisaran

    luas/AUC

    Tidak peka terhadap perubahan suhu dan kecepatan alir fase gerak.

    Komputer atau integrator merupakan alat yang dihubungkan dengan

    detektor unuk mengukur sinyal yang dihasilkan dan diplotkan sebagai suatu

    kromatogram sehingga dapat dievaluasi oleh peneliti (Gandjar dan Rohman,

    2010).

    I. Landasan Teori

    Jamu merupakan sediaan obat tradisional yang digunakan secara turun

    temurun oleh masyarakat untuk mengobati suatu penyakit tertentu. Salah satu

    jenis jamu yang sering digunakan adalah jamu asam urat. Regulasi mengenai jamu

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    belum diterapkan secara semestinya sehingga mendorong beberapa pihak yang

    kurang bertanggung jawab untuk meningkatkan omsetnya dengan menambahkan

    bahan-bahan kimia obat untuk dapat memperoleh efek terapi yang cepat.

    Penyakit asam urat banyak dialami oleh banyak masyarakat, oleh karena

    itu agar penyembuhannya cepat banyak masyarakat menggunakan obat. Obat

    untuk menyembuhkan asam urat adalah alopurinol.

    Pada sampel tablet, digunakan pengukuran secara spektrofotometri UV

    untuk mengukur kadar alopurinol dalam matriks tablet. Sampel tablet disaring lalu

    diencerkan dan diukur dengan spektrofotometer UV. Parameter pengukuran

    dengan spektrofotometer UV, yaitu nilai presisi yang baik.

    Sampel dipisahkan dengan cara ekstraksi cair-cair, dimana sampel jamu

    dilarutkan dalam NaOH karena kelarutan alopurinol terbesar terdapat dalam

    NaOH, kemudian diekstraksi dengan kloroform agar senyawa-senyawa organik

    larut dalam klorofom tetapi tidak melarutkan analit karena perbedaan polaritas,

    lalu dibuang fase organiknya kemudian dipisahkan lagi dengan Solid Phase

    Extraction MCX (Mixed Cation Exchanger) karena analit akan berikatan dengan

    SO3- dari fase diam SPE. Setelah analit berikatan dengan fase diam MCX, matriks

    sampel dikeluarkan dengan mengaliri asam asetat dan metanol kemudian

    dilakukan elusi dengan amonium hidroksida 5% dalam metanol.

    Optimasi clean up partisi dan SPE dilakukan untuk memperoleh analit

    yang bersih dari senyawa lainnya (selain alopurinol) dan didapatkan kandungan

    alopurinol terbanyak. Hasil ekstraksi diinjeksikan pada sistem HPLC fase terbalik

    yang sudah teroptimasi dan dilihat kromatogramnya. Parameter pemisahan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    dengan SPE yang menunjukkan hasil optimum yaitu berkurangnya puncak-

    puncak senyawa selain alopurinol, Area Under Curve (AUC) alopurinol yang

    terbesar, resolusi tercapai ≥ 1,5 pada kromatogram

    J. Hipotesis

    1. Isolasi alopurinol dalam sampel tablet dilakukan dengan ekstraksi berulang

    dapat menghasilkan presisi yang baik.

    2. Isolasi alopurinol dalam sampel jamu dilakukan dengan ekstraksi cair-cair dan

    dilanjutkan dengan SPE MCX dapat memberikan efisiensi clean up yang baik

    dengan berkurangnya puncak-puncak selain alopurinol, AUC terbesar, dan

    nilai resolusi ≥ 1,5.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis dan Rancangan Penelitian

    Jenis dan rancangan penelitian ini adalah eksperimental karena terdapat

    perlakuan terhadap subjek uji.

    B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

    1. Variabel

    a. Variabel bebas

    Variabel bebas dalam penelitian ini adalah komposisi volume

    kloroform, loading sampel, fase gerak (eluen), dan volume penyaringan.

    b. Variabel tergantung

    Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah absorbansi alopurinol,

    efisiensi clean up, nilai resolusi, dan AUC alopurinol.

    c. Variabel pengacau terkendali

    Kemurnian pelarut yang digunakan, dapat diatasi dengan mengunakan

    pelarut pro analysis yang memiliki kemurnian tinggi, sediaan tablet

    alopurinol, dan sampel jamu asam urat.

    2. Definisi operasional

    a. Alopurinol yang dianalisis merupakan senyawa aktif yang berada dalam

    sediaan tablet dan sampel jamu asam urat.

    b. Optimasi penyaringan dilakukan secara kuantitatif dan tidak kuantitatif

    kemudian diukur secara Spektrofotometri UV.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    c. Sistem SPE yang digunakan adalah seperangkat alat Solid Phase Extraction

    (SPE) dengan fase diam Mixed Cation Exchanger (MCX).

    d. Optimasi volume ekstraksi kloroform dilakukan dengan memvariasikan

    volume kloroform, optimasi volume fase gerak dilakukan dengan mengubah

    volume fase gerak (eluen) dan optimasi kapasitas kolom dilakukan dengan

    mengubah volume (loading) sampel yang masuk ke dalam kolom SPE.

    e. Parameter pemisahan komponen dengan metode SPE dilanjutkan dengan

    HPLC fase terbalik adalah dengan jumlah impurities yang sedikit, bentuk

    peak, retention time, nilai resolusi, nilai tailing factor, dan nilai AUC

    alopurinol.

    C. Bahan Penelitian

    Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah baku alopurinol yang diperoleh

    dari PT IFARS Solo, metanol p.a (E, Merck), ammonium hidroksida p.a (E,

    Merck), aquabides, aquadest yang diperoleh dari Laboratorium Farmasi USD,

    tablet alopurinol dan sampel jamu asam urat.

    D. Alat Penelitian

    Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca analitik (OHAUS

    Carat Series PAJ 1003, max 60/120g, min 0,1 mg, d=0,01/0,1 mg, e = 1 mg),

    seperangkat alat KCKT fase terbalik dengan sistem isokratik dengan detektor

    ultraviolet, Shimadzu LC-2010C, kolom C-18 merek KNAUER C-18 (No.

    25EE181KS (B115Y620), Dimensi 250 x 4,6 mm), seperangkat komputer (merk

    Dell B6RDZIS Connexant System RD01-D850 A03-0382 JP France S.A.S, printer

    HP Deskjet D2566-000 625730), alat ultrasonifikasi (Retsch tipe T640 No.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    935922013), Spektrofotometer UV-Vis Mini Shimadzu, seperangkat catridge

    Solid Phase Extraction (SPE) dengan fase diam Mixed Cation Exchanger (MCX)

    merek Waters (60 mg, 3 cc, ukuran partikel 30 μm), desilator aquabidest merek

    Thermo Scientific, organic and anorganic solvent membrane filter (Whatman)

    dengan ukuran pori 0,45 μm, syringe, mikropipet Socorex, milipore filter, rotary

    evaporator dan seperangkat alat-alat gelas (Pyrex).

    E. Tata Cara Penelitian

    1. Optimasi isolasi alopurinol dalam tablet dengan menggunakan spektrofotometri UV

    a. Penyiapan sampel tablet alopurinol

    Menyiapkan 20 tablet alopurinol. Tablet kemudian ditimbang satu per

    satu untuk menguji keseragaman bobot. Setelah dilakukan uji keseragaman bobot,

    tablet alopurinol dihomogenkan dengan menggunakan mortir dan stamper. Serbuk

    kemudian disimpan dalam wadah yang kering.

    b. Pembuatan dan pembakuan larutan NaOH 0,1 N

    Sejumlah 1 gram pelet NaOH dilarutkan dengan aquadest hingga

    semua larut sempurna dan dimasukkan ke dalam labu ukur 250 mL lalu

    diencerkan dengan aquadest hingga tanda batas.

    Ditimbang lebih kurang 400 mg kalium biftalat secara seksama yang

    sebelumnya telah dihaluskan dan dikeringkan pada suhu 120oC selama 2 jam dan

    larutkan dalam 75 mL air bebas CO2 lalu tambahkan 2 tetes indikator fenolftalein

    dan titrasi dengan larutan natrium hidroksida hingga terjadi warna merah muda

    mantap.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    N NaOH =

    (DepKes RI, 1995)

    c. Optimasi penyaringan alopurinol

    1) Optimasi penyaringan dengan menggunakan baku alopurinol

    Penyaringan tanpa pembilasan. Baku sejumlah 50,0 mg ditimbang,

    dilarutkan dengan 20 mL NaOH lalu disaring dengan kertas saring dan

    dimasukkan ke dalam labu 50 mL diencerkan dengan NaOH hingga tanda batas.

    Larutan hasil penyaringan diambil 1,0 mL lalu diencerkan dengan NaOH ke

    dalam labu ukur 10 mL. Dari labu 10 mL yang pertama diambil lagi 1,0 mL

    diencerkan dengan NaOH ke dalam labu ukur 10 mL hingga tanda batas.

    Kemudian larutan ini disebut dengan larutan A.

    Penyaringan diikuti dengan pembilasan. Baku sejumlah 50,0 mg

    ditimbang, dilarutkan dengan 10 mL NaOH lalu disaring dengan kertas saring, di

    dalam beaker glass dibilas lagi dengan 10 mL NaOH lalu disaring lagi dan

    dimasukkan ke dalam labu 50 mL dan diencerkan dengan NaOH hingga tanda

    batas. Larutan hasil penyaringan diambil 1,0 mL lalu diencerkan dengan NaOH ke

    dalam labu ukur 10 mL. Dari labu 10 mL yang pertama diambil lagi 1,0 mL

    diencerkan dengan NaOH ke dalam labu ukur 10 mL hingga tanda batas.

    Kemudian larutan ini disebut dengan larutan B.

    Absorbansi larutan A dan B dibandingkan untuk mengetahui pengaruh

    perbedaan cara penyaringan larutan baku alopurinol.

    2) Optimasi penyaringan dengan menggunakan tablet alopurinol

    Penyaringan tanpa pembilasan. Sampel tablet sejumlah 77 mg

    ditimbang, dilarutkan dengan 20 mL NaOH disaring dengan kertas saring dan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    dimasukkan ke dalam labu 25 mL diencerkan dengan NaOH hingga tanda batas.

    Larutan hasil penyaringan diambil 1,0 mL lalu diencerkan dengan NaOH ke

    dalam labu ukur 10 mL. Dari labu 10 mL yang pertama diambil lagi 1,0 mL

    diencerkan dengan NaOH ke dalam labu ukur 10 mL hingga tanda batas.

    Kemudian larutan ini disebut dengan larutan C.

    Penyaringan diikuti dengan pembilasan. Sampel tablet sejumlah 77

    mg ditimbang, dilarutkan dengan 10 mL NaOH lalu disaring dengan kertas saring,

    di dalam beaker glass dibilas lagi dengan 10 mL NaOH, disaring lagi dan

    dimasukkan ke dalam labu 25 mL dan diencerkan dengan NaOH hingga tanda

    batas. Larutan hasil penyaringan diambil 1,0 mL lalu diencerkan dengan NaOH ke

    dalam labu ukur 10 mL. Dari labu 10 mL yang pertama diambil lagi 1,0 mL

    diencerkan dengan NaOH ke dalam labu ukur 10 mL hingga tanda batas.

    Kemudian larutan ini disebut dengan larutan D.

    Absorbansi larutan C dan D dibandingkan untuk mengetahui pengaruh

    perbedaan cara penyaringan tablet alopurinol.

    2. Optimasi ekstraksi cair-cair tanpa SPE

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah senyawa

    pengotor yang terdapat dalam ekstrak cair-cair. Langkah kerja yang dilakukan

    adalah menimbang sebanyak 0,5 g sampel jamu asam urat merek X kemudian

    dilarutkan ke dalam 10 mL NaOH 0,1 N. Sampel diekstraksi dengan

    menggunakan pengulangan volume kloroform 3 x 3 mL, fase NaOH diambil dan

    ditambahkan HCl 0,1 N hingga pH menjadi 2.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    Sampel disaring dengan menggunakan kertas saring untuk

    menghilangkan pengotor yang masih ada. Volume sampel setelah disaring adalah

    4 mL. Setelah disaring, sampel tidak dilewatkan pada SPE MCX. Sampel

    dipekatkan seluruhnya lalu dilarutkan dengan amonium hidroksida 5% dalam

    metanol sebanyak 10 mL, disaring dengan milipore dan diultrasonifikasi 15 menit.

    Sampel diinjeksikan ke dalam HPLC fase terbalik dengan kolom C18,

    komposisi fase gerak metanol : aquabidest/amonium hidroksida 0,1% (10:90),

    kecepatan alir 0,5 mL/menit, detektor UV dengan panjang gelombang 274 nm dan

    volume injeksi sebanyak 20 μL (Sari, 2014). Hasil kromatogram yang didapat

    dibandingkan dengan kromatogram yang diperoleh pada langkah 3c.

    3. Optimasi isolasi alopurinol dalam jamu asam urat merek X

    a. Penyiapan sampel jamu asam urat merek X

    Menyiapkan 20 bungkus jamu asam urat merek X. Serbuk jamu

    kemudian ditimbang satu per satu untuk menguji keseragaman bobot. Setelah

    dilakukan uji keseragaman bobot, serbuk jamu dihomogenkan dengan

    menggunakan mortir dan stamper. Serbuk kemudian disimpan dalam wadah yang

    kering.

    b. Optimasi clean up SPE MCX

    Pada penelitian ini dilakukan optimasi kapasitas kolom dan volume

    eluen dengan menggunakan metode SPE penukar kation dengan fase diam MCX

    (Mixed Cation Exchanger) (Waters).

    Optimasi kapasitas kolom dilakukan dengan melakukan variasi

    volume pengisian (loading) ekstrak sampel. Optimasi volume eluen dilakukan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    dengan memvariasi volume eluen yang digunakan untuk mengelusi SPE MCX.

    Kedua variasi tersebut dilakukan sesuai dengan Tabel II.

    Langkah kerja yang dilakukan adalah menimbang sebanyak 0,5 g

    sampel jamu asam urat merek X kemudian dilarutkan ke dalam 10 mL NaOH 0,1

    N. Sampel diekstraksi dengan menggunakan volume kloroform 3x3 mL, fase

    NaOH diambil dan ditambahkan HCl 0,1 N hingga pH menjadi 2.

    Sampel disaring dengan menggunakan kertas saring untuk

    menghilangkan pengotor yang masih ada. Volume sampel setelah disaring adalah

    4 mL. SPE MCX disiapkan, dikondisikan (conditioning) dengan berturut-turut

    mengaliri 1 mL metanol p.a. dan 1 mL aquabidest ke dalam kolom SPE MCX

    kemudian tetesan ditampung pada flakon.

    Tabel II. Optimasi loading sampel dan volume eluen SPE MCX

    Loading ekstrak sampel (μL) Volume eluen (mL)

    500

    5

    7.5

    10 + 2.5

    750

    5

    7.5

    10 + 2.5

    1000

    5

    7.5

    10 + 2.5

    Diantara tahapan loading sampel dan elusi dilakukan pencucian SPE

    dengan cara mengaliri berturut-turut dengan 2 mL asam asetat 2% dan 2 mL

    metanol p.a. melalui kolom SPE MCX, tetesan eluen ditampung pada flakon. Lalu

    dilakukan pengelusian sesuai tabel II. Fraksi hasil elusi dipekatkan seluruhnya

    lalu dilarutkan kembali dengan amonium hidroksida 5% dalam metanol sebanyak

    10 mL, disaring dengan milipore dan diultrasonifikasi 15 menit.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    Sampel hasil pengelusian diinjeksikan ke dalam HPLC fase terbalik

    dengan kolom C18, komposisi fase gerak metanol : aquabidest/amonium

    hidroksida 0,1% (10:90), kecepatan alir 0,5 mL/menit, detektor UV dengan

    panjang gelombang 274 nm dan volume injeksi sebanyak 20 μL (Sari, 2014).

    Hasil kromatogram yang didapat, diamati bentuk peak dan nilai AUC untuk

    mengetahui hasil yang optimal dari proses optimasi clean up SPE MCX.

    c. Optimasi ekstraksi cair-cair

    Pada penelitian ini dilakukan optimasi clean up cair-cair dengan

    memvariasi pengulangan ekstraksi cair-cair dengan pelarut organik, yaitu 2x3 mL,

    3x3 mL, dan 4x3 mL.

    Langkah kerja yang dilakukan adalah menimbang sebanyak 0,5 g

    sampel jamu asam urat merek X kemudian dilarutkan ke dalam 10 mL NaOH 0,1

    N. Sampel diekstraksi dengan menggunakan jumlah pengulangan ekstraksi

    dengan pelarut organik yang berbeda-beda, yaitu 2x3 mL, 3x3 mL, dan 4x3 mL,

    fase NaOH diambil dan ditambahkan HCl 0,1 N hingga pH menjadi 2.

    Sampel disaring dengan menggunakan kertas saring untuk

    menghilangkan pengotor yang masih ada. Volume sampel setelah disaring adalah

    4 mL. Setelah disaring, sampel diloading ke dalam SPE dan dielusi sesuai dengan

    hasil optimasi pada langkah 3b. Sampel dipekatkan seluruhnya lalu dilarutkan

    dengan amonium hidroksida 5% dalam metanol sebanyak 10 mL, disaring dengan

    milipore dan diultrasonifikasi 15 menit.

    Sampel diinjeksikan ke dalam HPLC fase terbalik dengan kolom C18,

    komposisi fase gerak metanol : aquabidest/amonium hidroksida 0,1% (10:90),

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 37

    kecepatan alir 0,5 mL/menit, detektor UV dengan panjang gelombang 274 nm dan

    volume injeksi sebanyak 20 μL (Sari, 2014). Hasil kromatogram yang didapat,

    diamati bentuk peak dan nilai AUC untuk mengetahui hasil yang optimal dari

    proses optimasi ekstraksi cair-cair.

    4. Identifikasi alopurinol dalam sampel jamu dengan menggunakan HPLC

    Pada penelitian ini dilakukan identifikasi alopurinol dalam sampel

    jamu dengan menggunakan HPLC. Cara yang dilakukan adalah dengan cara

    membandingan waktu retensi, bentuk puncak, dan nilai AUC antara baku

    alopurinol, blanko sampel jamu, dan sampel jamu yang ditambah baku alopurinol

    yang bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sampel jamu terdapat alopurinol.

    Langkah kerja yang dilakukan adalah

    a. Pembuatan larutan stok baku alopurinol. Ditimbang secara seksama lebih

    kurang 25 mg baku alopurinol, lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL dan

    dilarutkan dengan dengan amonium hidroksida 5% dalam metanol hingga

    tanda.

    b. Pembuatan larutan intermediet alopurinol. Larutan intermediet dibuat dengan

    konsentrasi 500 g/mL dengan cara mengambil sebanyak 5 mL dari larutan

    stok baku alopurinol, dimasukkan labu ukur 10 mL dan diencerkan dengan

    amonium hidroksida 5% dalam metanol hingga tanda.

    c. Pembuatan larutan baku alopurinol dengan konsentrasi 30 μg/mL. Diambil

    sejumlah 600 μL larutan intermediet alopurinol kemudian dimasukkan ke

    dalam labu ukur 10 mL. Labu ukur diencerkan dengan amonium hidroksida 5%

    dalam metanol hingga tanda, sehingga diperoleh konsentrasi 30 μg/mL.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 38

    Larutan baku alopurinol diinjeksikan ke dalam HPLC fase terbalik dengan

    kolom C18, komposisi fase gerak metanol : aquabidest/amonium hidroksida

    0,1% (10:90), kecepatan alir 0,5 mL/menit, detektor UV dengan panjang

    gelombang 274 nm (Sari, 2014).

    d. Penyiapan blanko sampel jamu

    Sebanyak 0,5 g sampel jamu asam urat merek X ditimbang dilarutkan

    dengan 10 mL NaOH 0,1 N. Sampel diekstraksi dengan kloroform 3 mL

    sebanyak 3x. Didapatkan 2 fase pemisahan, diambil fase air (bagian atas),

    tampung dalam beaker glass. Fase air ditambah HCl 0,1 N hingga pH 2.

    Sampel disaring dengan menggunakan kertas saring untuk menghilangkan

    endapan yang timbul saat penambahan HCl sedemikian rupa sehingga hasil

    penyaringan adalah 4 mL.

    SPE dikondisikan dengan mengaliri 1 mL metanol p.a. dan 1 mL

    aquabidest, lalu dilakukan loading ekstrak sampel sebanyak 1000 μL ke dalam

    kolom SPE. Kolom SPE MCX dicuci dengan mengaliri 2 mL asam asetat 2%

    dan 2 mL metanol. Selanjutnya dielusi dengan 10 mL amonium hidroksida

    5% dalam metanol. Fraksi hasil elusi diuapkan seluruhnya lalu dilarutkan

    kembali dengan amonium hidroksida 5% dalam metanol sebanyak 10 mL lalu

    disaring dengan menggunakan milipore kemudian diultrasonifikasi selama 15

    menit. Diinjeksikan sebanyak 20 µl ke dalam HPLC fase terbalik dengan

    kolom C18, komposisi fase gerak metanol : aquabidest/amonium hidroksida

    0,1% (10:90), kecepatan alir 0,5 mL/menit, detektor UV dengan panjang

    gelombang 274 nm (Sari, 2014).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 39

    e. Penyiapan sampel dalam matriks jamu

    Sebanyak 0,5 g sampel jamu asam urat merek X ditimbang dilarutkan

    dengan 10 mL NaOH 0,1 N. Sampel diekstraksi dengan kloroform 3 mL

    sebanyak 3x. Didapatkan 2 fase pemisahan, diambil fase air (bagian atas),

    tampung dalam beaker glass. Fase air ditambah HCl 0,1 N hingga pH 2.

    Sampel disaring dengan menggunakan kertas saring untuk menghilangkan

    endapan yang timbul saat penambahan HCl sedemikian rupa sehingga hasil

    penyaringan adalah 4 mL.

    Sampel ditambah dengan seri larutan baku alopurinol sebanyak 200

    μL pada konsentrasi 5 μg/mL, 15 μg/mL, 30 μg/mL dan 100 μL, 200 μL, dan

    300 μL dari larutan intermediet sehingga diperoleh massa alopurinol yang

    ditambahkan sebanyak 51 ng, 103 ng, dan 156 ng. SPE dikondisikan dengan

    mengaliri 1 mL metanol p.a. dan 1 mL aquabidest, lalu dilakukan loading

    ekstrak sampel sebanyak 1000 μL ke dalam kolom SPE. Kolom SPE MCX

    dicuci dengan mengaliri 2 mL asam asetat 2% dan 2 mL metanol. Selanjutnya

    dielusi dengan 10 mL amonium hidroksida 5% dalam metanol. Fraksi hasil

    elusi diuapkan seluruhnya lalu dilarutkan kembali dengan amonium hidroksida

    5% dalam metanol sebanyak 10 mL lalu disaring dengan menggunakan

    milipore kemudian diultrasonifikasi selama 15 menit. Sampel diinjeksikan ke

    dalam HPLC fase terbalik dengan kolom C18, komposisi fase gerak metanol :

    aquabidest/amonium hidroksida 0,1% (10:90), kecepatan alir 0,5 mL/menit,

    detektor UV dengan panjang gelombang 274 nm (Sari, 2014).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 40

    Hasil kromatogram yang didapat dari langkah 4c, 4d, dan 4e, diamati waktu

    retensi, bentuk peak, dan nilai AUC alopurinol lalu dibandingkan antara baku

    alopurinol, blanko sampel jamu, dan sampel yang ditambah baku alopurinol.

    5. Validasi metode clean up SPE MCX

    Validasi dilakukan pada hasil optimasi kapasitas kolom dan volume

    eluen. Proses validasi dilakukan dengan menghitung akurasi dan presisi. Akurasi

    dinyatakan dengan % perolehan kembali. Sampel ditambah dengan baku sebanyak

    200 µl pada 3 level konsentrasi yaitu 5 µg/mL, 15 µg/mL, 30 µg/mL, dan 100 μL,

    200 μL, dan 300 μL dari larutan intermediet sehingga diperoleh massa alopurinol

    yang ditambahkan sebanyak 51 ng, 103 ng, dan 156 ng (dilakukan 5 kali

    replikasi). % perolehan kembali dihitung dengan menggunakan rumus:

    % perolehan kembali = ( ) ( )

    x 100%

    Presisi dinyatakan dengan % CV yang menunjukkan persentase

    penyimpangan data yang terjadi. Koefisien variasi (CV) dihitung pada setiap

    replikasi dengan rumus:

    % CV =

    x 100%

    Langkah kerja yang dilakukan adalah

    a. Pembuatan larutan stok baku alopurinol. Ditimbang secara seksama lebih

    kurang 25 mg baku alopurinol, lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL dan

    dilarutkan dengan dengan amonium hidroksida 5% dalam metanol hingga

    tanda.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 41

    b. Pembuatan larutan intermediet alopurinol. Larutan intermediet dibuat dengan

    konsentrasi 500 g/mL dengan cara mengambil sebanyak 5 mL dari larutan

    stok baku alopurinol, dimasukkan labu ukur 10 mL dan diencerkan dengan

    amonium hidroksida 5% dalam metanol hingga tanda.

    c. Pembuatan seri larutan baku alopurinol. Diambil sejumlah 100 μL, 300 μL, dan

    600 μL larutan intermediet alopurinol kemudian masing-masing dimasukkan

    ke dalam