Author
phungnhu
View
216
Download
0
Embed Size (px)
KAJIAN TERHADAP MAKNA HIDUP DOA DALAM KARYA PELAYANAN
PARA SUSTER FRANSISKUS DINA (SFD)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Berliana Simbolon
NIM: 091124037
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
SKRIPSI
KAJIAN TERHADAP MAKNA HIDUP DOA DALAM KARYA PELAYANAN
PARA SUSTER FRANSISKUS DINA (SFD)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
SKRIPSI
KAJIAN TERHADAP MAKNA HIDUP DOA DALAM KARYA PELAYANAN
PARA SUSTER FRANSISKUS DINA (SFD)
Dipersiapkan dan ditulis oleh
Berliana Simbolon
NIM : 091124037
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Seluruh anggota Kongregasi Suster Fransiskus Dina,
yang telah memberi perhatian, cinta, doa, serta dukungan kepada saya selama
menjalani kuliah di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
Komunitas Fonte Colombo, keluargaku, sahabat dan teman-temanku yang telah
memberi dukungan dan kepercayaan dengan caranya masing-masing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
Motto
“Serahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan, maka terlaksanalah segala rencanamu”
(Ams 16:3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
menurut karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 19 Desember 2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta:
Nama: Berliana Simbolon
Nim : 091124037
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul KAJIAN TERHADAP
MAKNA HIDUP DOA DALAM KARYA PELAYANAN PARA SUSTER
FRANSISKUS DINA (SFD). Dengan demikian saya memberi hak kepada
Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain
demi kepentingan akademis tanpa meminta ijin dari penulis maupun memberikan
royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya perbuat terimakasih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul KAJIAN TERHADAP MAKNA HIDUP DOA DALAM
KARYA PELAYANAN PARA SUSTER FRANSISKUS DINA (SFD). Penulis
memilih judul ini bertolak dari kesan pribadi akan para SFD yang sedang berkarya
pada saat ini, yakni kurang menghayati makna doa dalam hidup hariannya. Hal ini
dapat disebabkan oleh kesibukan dalam berkarya sehingga ada kecenderungan untuk
memprioritaskan pekerjaan dari pada doa.
Para SFD mesti bercermin pada hidup Kristus yang selalu menyediakan waktu
untuk berdoa. St. Fransiskus dan Sr. Pendahulu (Muder Yohanna Yesus, dan Muder
Constantia van der Linden) juga meneladan hidup Yesus. Mereka meneladani hidup
Yesus yang menyerahkan diri sepenuhnya kepada kehendak Allah lewat sikap dan
tindakannya dalam karya pelayanan-Nya. Untuk menimba kekuatan dari hidup doa,
para SFD diharapkan berusaha terus-menerus meneladani Yesus, Sang Pendoa.
Menanggapi situasi dan permasalahan di atas, penulis menggunakan kajian
pustaka dengan metode deskriptif. Penulis mempelajari dan mendalami buku-buku
spiritualitas yang diterbitkan oleh kongregasi dalam membantu menghayati hidup doa
berdasarkan spiritualitas SFD. Selain itu, penulis juga menggunakan buku-buku dari
sumber lain yang relevan untuk memperkaya dan memperdalam gagasan-gagasan dan
refleksi rohani guna membantu para SFD untuk semakin memaknai hidup doa dalam
karya pelayananya.
Maka, untuk membantu para SFD dalam meningkatkan hidup doa, penulis
mengusulkan program pendalaman iman dalam bentuk katekese dengan model SCP.
Model ini dianggap relevan karena menggarisbawahi peran-keberadaan peserta
sebagai subyek yang bebas dan bertanggungjawab. Berdasar pada refleksi kritis atas
pengalaman hidupnya dalam kaitannya dengan situasi konkret, peserta sebagai subyek
secara aktif dan kreatif menghayati imannya dan dapat mewujudkan dalam
pelayanannya. Melalui katekese ini, para SFD diharapkan terbantu dalam menghayati
dan meningkatkan makna hidup doa dalam karya pelayanan melalui tugas perutusan
yang sudah dipercayakan kepada masing-masing anggota SFD.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
This writing entitled KAJIAN TERHADAP MAKNA HIDUP DOA DALAM
KARYA PELAYANAN PARA SUSTER FRANSISKUS DINA (SFD) (The
Explanation of Purpose of the Life of Prayer in the Mission of Sisters Franciscan
Minor). The author chose this title based on the personal impression towards the
sisters who are now in their ministries, it seems that they have such a lack of
“awareness” of the purpose of prayer in their daily lives. This might be caused by their
businesses in ministries that they have such a tendency to give priority for the work
than the prayer.
The sisters have to reflect to Christ’s life who always spares his time to pray.
St. Francis of Asisi and the Former Sister (Sr. Yohanna of Jesus and Sr. Constantia
van der Linden) also imitated that Jesus’ lifestyle. This thing became real in
surrendering His will according to God’s through his actions in His missions. To have
such power from the life of prayer, the Sisters continuously are suggested to able to
imitate Jesus, the Man of Prayer.
To respond the situation and problem above, the author (in this writing) uses
descriptive method that needs some literatures. The author learned and studied some
spirituality books which are published by the order in helping the Sisters to live the life
of prayer according to the spirituality of SFD. The author also uses some books from
another sources which are relevant to enrich and deepen the thought and spiritual
reflection to help the Sisters to define the life of prayer in their ministries.
For that reason, to help the Sisters in increasing the life of prayer, the author
proposes a program of growth of faith in a form of catechesi with model SCP. This
model is seen as a relevant form because stresses the action and the present of the
members as a free and responsible subject. Based on critical reflection on his life
experience and in line with the concrete situation, the member as subject actively and
creatively live his faith and can fulfill it. Through this program, the Sisters should feel
helped in living and increasing the purpose of life of prayer in their missions which are
given to each sister of SFD.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah yang mahabaik, berkat bimbingan-Nya penulis
dapat menyelesaikan tulisan skripsi ini dengan judul KAJIAN TERHADAP
MAKNA HIDUP DOA DALAM KARYA PELAYANAN PARA SUSTER
FRANSISKUS DINA (SFD). Penulisan skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat
kelulusan sarjana sastra 1 pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi
Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis menghadapi kesulitan, tantangan
kegembiraan sukacita dan semua pengalaman teresebut memperkaya wawasan penulis.
Pengalaman-pengalaman tersebut dapat dilalui karena bantuan dan dukungan serta
doa-doa dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menghaturkan banyak terimakasih
kepada:
1. Rm. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung., SJ., M.Ed, selaku dosen pembimbing
utama yang telah meluangkan waktu, perhatian, membimbing penulis dengan
penuh kesabaran, memberi gagasan, refleksi, inspirasi dan kritikan yang
membangun sehingga memotivasi penulis menuangkan ide dalam menyelesaikan
skripsi ini sampai akhir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
2. Bpk. FX. Dapiyanta, SFK., M.Pd, selaku dosen penguji kedua sekaligus dosen
pembimbing akademik yang telah memberikan perhatian, dukungan, semangat
kepada penulis sampai penyelesaian penulisan sikripsi ini.
3. Bpk. Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd, selaku dosen penguji ketiga yang telah
mendukung dan memotivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan sikripsi ini.
4. Segenap Staf Dosen dan karyawan Prodi IPPAK yang telah mendampingi,
membekali, pengetahuan dan ketrampilan kepada penulis selama menjalani masa
studi hingga akhir penyelesaian sikripsi ini.
5. Sr. Adriana Turnip SFD, selaku pemimpin kongregasi SFD yang telah memberi
kesempatan kepada penulis untuk menjalani studi di Program studi Ilmu
Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma.
6. Para saudariku komunitas Fonte Colombo serta semua suster yang pernah tinggal
bersama dengan penulis selama studi di Yogyakarta yang memberi dukungan,
perhatian dan doa selama menempuh studi.
7. Teman-teman mahasiswa angkatan 2009/2010 (Fery Fredericus, Sr. Felisitas, PIJ,
Sr. Verena, SSps, Tri Agnes, Bernadetta Linda Kusumawati, Maria Herlina Nahak,
Yosefina Serfiana Mea) yang telah memberi perhatian, dukungan dan bantuan
kepada penulis dalam studi dan atas kerjasama yang baik selama perjalanan studi.
8. Sahabat dan kenalan serta siapa saja yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
yang selama ini dengan tulus membantu dan memberikan perhatian kepada penulis
sehingga selesainya skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
9. Orang tua dan seluruh anggota keluarga yang dengan setia memberikan dukungan,
doa, cinta, perhatian dan motivasi selama ini.
10. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan namanya yang selama ini
memberikan perhatian dan dukungan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu penulis terbuka untuk menerima kritikan dan saran dari pembaca demi
perbaikan lebih lanjut. Penulis berharapa semoga sikripsi ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca khususnya bagi para suster SFD.
Yogyakarta, 19 Desember 2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................................... iv
MOTTO ............................................................................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................................... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............................. vii
ABSTRAK ..................................................................................................................... viii
ABSTRACT ....................................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................................... xvii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 4
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................... 5
D. Manfaat Penulisan ................................................................................................. 5
E. Metode Penulisan .................................................................................................. 5
F. Sistematika Penulisan ............................................................................................ 6
BAB II. DOA DAN KARYA PELAYANAN DALAM HIDUP RELIGIUS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
A. Doa dalam Hidup Religius .................................................................................... 8
1. Pengertian Doa ................................................................................................ 9
2. Fungsi doa ..................................................................................................... 12
3. Bentuk-bentuk Doa ....................................................................................... 13
a. Doa Lisan ................................................................................................ 14
b. Doa Renung ............................................................................................. 15
c. Doa Batin ................................................................................................. 15
4. Ciri-ciri Doa Kristen ...................................................................................... 17
a. Doa kepada Allah Bapa ........................................................................... 17
b. Doa dalam Nama Yesus .......................................................................... 18
c. Doa Pengantaraan Yesus Kristus ............................................................ 19
d. Doa dalam Roh Kudus ............................................................................ 20
5. Persoalan Doa ................................................................................................ 21
a. Kesukaran-kesukaran Doa ...................................................................... 22
b. Pergumulan dalam Doa ........................................................................... 23
6. Peran Doa dalam Hidup Religius .................................................................. 24
a. Doa Berakar dalam Hidup Religius......................................................... 25
b. Hidup Berakar dalam Doa ....................................................................... 26
B. Karya Pelayanan Religius ................................................................................... 27
1. Misi Pelayanan Religius ................................................................................ 27
2. Pelayanan yang Profetis ................................................................................ 29
3. Macam-macam Karya Pelayanan Religius.................................................... 30
a. Liturgi ..................................................................................................... 31
b. Pewartaan ............................................................................................... 31
c. Persekutuan ............................................................................................ 32
d. Pelayanan ............................................................................................... 32
e. Kesaksian ............................................................................................... 33
C. Hubungan Doa dan Karya Pelayanan .................................................................. 34
1. Praktek Doa di Tengah-tengah Pelayanan Religius ...................................... 34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
2. Peran Doa dalam Pelayanan Religius ............................................................ 35
3. Pelayanan sebagai Wujud Doa ...................................................................... 36
a. Hubungan yang Akrab dengan Tuhan ..................................................... 37
b. Relasi terhadap Sesama ........................................................................... 38
BAB III. MAKNA HIDUP DOA DALAM KARYA PELAYANAN PARA SUSTER
FRANSISKUS DINA
A. Sejarah Awal Berdirinya Kongregasi SFD ......................................................... 40
B. Visi dan Misi SFD .............................................................................................. 47
C. Spiritualitas Kongregasi Suster Fransiskus Dina ................................................ 50
1. Semangat Cinta Kasih ................................................................................... 51
2. Kesederhanaan Kristiani yang Sejati ............................................................. 53
3. Semangat Rajin dan Giat ............................................................................... 54
4. Lepas Bebas ................................................................................................... 55
5. Semangat Doa ............................................................................................... 56
D. Doa dan Karya Pelayanan dalam Kongregasi SFD ............................................. 60
1. Doa dalam Kongregasi SFD .......................................................................... 60
2. Pengertian Pelayanan .................................................................................... 61
3. Pelayanan dalam Gereja ................................................................................ 62
4. Pelayanan sebagai Fransiskan ....................................................................... 63
5. Tujuan Pelayanan .......................................................................................... 64
a. Demi Terwujudnya Nilai-nilai Kerajaan Allah ....................................... 65
b. Mendampingi dan Memberdayakan Orang-orang Kecil ......................... 66
6. Tantangan dalam Pelayanan Kongregasi SFD .............................................. 67
a. Tantangan Internal ................................................................................... 68
b. Tantangan Eksternal ................................................................................ 68
7. Jenis-jenis Karya Pelayanan dalam Kongregasi SFD ................................... 70
a. Karya Pelayanan di Bidang Pendidikan .................................................. 70
b. Karya Pelayanan di Bidang Kesehatan ................................................... 71
c. Karya Pelayanan di Bidang Sosial .......................................................... 72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
d. Karya Pelayanan di Bidang Pastoral ....................................................... 73
E. Makna Doa dalam Karya Pelayanan Para SFD ................................................... 73
1. Doa sebagai Penopang dalam Pelayanan Para SFD ..................................... 74
2. Doa sebagai Sumber Kekuatan bagi Para SFD dalam Berkarya ................... 75
3. Doa sebagai Sumber Cinta Kasih dalam Pelayanan Para SFD ..................... 76
4. Doa sebagai Sumber Persatuan dengan Umat dalam Mewartakan Kerajaan
Allah .............................................................................................................. 77
BAB IV KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS SEBAGAI USAHA
MENINGKATKAN HIDUP DOA PARA SUSTER SFD DALAM KARYA
PELAYANAN
A. Komponen pokok dalam Katekese Shared Christian Praxis (SCP) ................... 78
1. Praksis ........................................................................................................... 78
2. Kristiani ......................................................................................................... 79
3. Shared ............................................................................................................ 80
4. Langkah-langkah Shared Christian Praxis (SCP) ........................................ 81
a. Langkah I: Pengungkapan Pengalaman Hidup Faktual .......................... 82
b. Langkah II: Refleksi Kritis atas Sharing Pengalaman Hidup Faktual .... 83
c. Langkah III: Mengusahakan supaya Tradisi dan Visi Kristiani Lebih
Terjangkau ............................................................................................... 84
d. Langkah IV: Interpretasi/Tafsir Dialektis antara Tradisi dan Visi
Kristiani dengan Tradisi dan Visi Peserta ............................................... 85
e. Langkah V: Keterlibatan Baru demi makin Terwujudnya Kerajaan
Allah di Dunia ini .................................................................................... 86
B. Alasan Katekese Shared Christian Praxis (SCP) Digunakan sebagai Usaha
Meningkatkan Hidup Doa dalam Karya Pelayanan Para SFD ............................ 87
C. Usulan Program Katekese ................................................................................... 90
1. Pengertian program ....................................................................................... 90
2. Tujuan Program ............................................................................................. 91
3. Rumusan Tema dan Tujuan ........................................................................... 91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
4. Petunjuk Pelaksanaan Program Kegiatan Katekese Umat Model SCP ......... 93
5. Matriks Program ............................................................................................ 94
6. Contoh Persiapan Katekese Model SCP ....................................................... 98
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 121
B. Saran .................................................................................................................. 123
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 125
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lirik Lagu ................................................................................................. (1)
Lampiran 2 : Teks Injil ................................................................................................... (3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR SINGKAT
A. Singkatan Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam sikripsi ini mengikuti Kitab Suci
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab
Indonesia ditambah dengan Kitab-kitab Deuterokanonika yang diselenggarakan oleh
Lembaga Biblika Indonesia.
Ams : Amsal
Ef : Efesus
Flp : Filipi
Kid : Kidung Agung
Kis : Kisah Para Rasul
Luk : Lukas
Mat : Mateus
Mrk : Markus
Rm : Roma
Yoh : Yohannes
1 Sam : 1 Samuel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohannes Paulus II
kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa
kini, 16 Oktober 1979.
GS : Gaudium Et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II mengenai tentang
Gereja di Dunia Dewasa ini, 7 Desember 1965.
KGK : Katekismus Gereja Katolik
KHK : Kitab Hukum Kanonik
KWI : Konfrensis Wali Gereja Indonesia
RM : Redemptoris Missio. Enssiklik (Surat Edaran) Bapa Suci Yohannes paulus
II tentang Amanat Misioner Gereja, 7 Desember 1990
VC : Vita Consecrata, Anjuran Apostolik Paus Yohannes Paulus II tentang
Hidup Bakti bagi para religius, 25 Maret 1996.
C. Singkatan Lain
AD : Anggaran Dasar dan cara hidup ordo ketiga regular Santo Fransiskus Asisi.
diberikan di Roma oleh Paus Yohannes Paulus II pada 8 Desember 1982
AngTBul : Anggaran Dasar tanpa bulla
Art : Artikel
FAK : Fransiskus Asisi Karya-karyanya. Buku yang berisi karya-karya St.
Fransiskus Asisi semasa Hidupnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
Konst : Konstitusi.
SCP : Shared Christian Praxis
SEKAFI : Sekretariat Keluarga Fransiskan Indonesia
SFD : Suster Fransiskus Dina
Tkapitel : Tengah Kapitel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam Konstitusi SFD (2007 art, 30-31) dirumuskan:
Keyakinan penuh kepercayaan bahwa Allah adalah dasar penopang hidup
dan bahwa dia adalah basis yang diandalkan oleh persekutuan kita,
membutuhkan bentuk ungkapan yang nyata. Karena itu doa pribadi dan doa
bersama pada hakekatnya termasuk cara hidup kita. Dalam injil kita
berjumpa dengan Yesus yang pada banyak saat kehidupan-Nya bersatu
dengan Bapa dalam doa (Luk 11:1-4) Fransiskus dalam memuji dan
bersyukur tidak mempunyai cukup perkataan untuk melagukan cinta kasih
Tuhan terhadap manusia dan seluruh ciptaan-Nya (AngTBul 23). Tentang
pendiri kongregasi kita tertulis, bahwa dalam hidup membiara mereka yang
diperbaharui dan aktif, doa tetap mendapat tempat yang penting. Semua
karya mereka ditopang oleh doa dan dalam segala kebutuhan mereka, doa
itu menjadi pernaungan mereka yang besar.
Pernyataan di atas menegaskan tentang betapa pentingnya doa bagi
kehidupan para SFD. Doa menjadi penopang dan dasar hidup para SFD dalam
seluruh hidup dan karyanya. Seperti Yesus atau juga seperti para kudus, pendiri
dalam kongregasi SFD yang menjadikan doa sebagai sumber kekuatan
spiritualnya, demikian juga doa merupakan kekuatan dan nafas hidup bagi para
SFD.
Dalam doa, umat beriman mempererat relasinya dengan yang ilahi. Dalam
doa, umat beriman berjumpa dengan Allahnya. Hayon (1987:125) menyatakan
“Doa adalah pengalaman perjumpaan dengan Allah dan sesama”. Dalam doa, para
SFD mengungkapkan dirinya di hadapan Allah dan sekaligus menerima pernyataan
diri Allah kepadanya. Dalam doa, para SFD mendengar sabda Tuhan dan menaruh
perhatian terhadap karya-Nya. “Bersabdalah Tuhan, sebab hambamu
mendengarkan” ( 1 Sam 3: 10).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Darminta (1983: 38-41) merumuskan:
Doa merupakan gerak Allah menuju kepada manusia dan manusia menuju
kepada Allah. Dalam doa ada ritme pertemuan yang terdiri dari sapaan dan
jawaban. Dalam doa manusia diajak untuk melihat Allah, mengalami Allah
dalam kemuliaan-Nya. Doa baru sungguh berarti bila berdampak dalam
kehidupan nyata. Doa membuat orang lebih efektif dalam berkarya di
tengah dunia. Doa mendorong kita untuk semakin mengusahakan
perkembangan dan pembebasan manusia sepenuhnya, baik secara material
maupun spiritual.
Kutipan tersebut menegaskan bahwa hubungan personal antara manusia
dengan Allah yang terbina melalui doa akan meningkatkan efektivitas hidup para
SFD, serta menjadikan hidup seseorang memiliki dampak positif, baik bagi dirinya
maupun bagi sesamanya. Melalui doa, para SFD didorong untuk semakin
melibatkan diri dalam karya pembebasan dan penyelamatan sesama. Disadari atau
tidak, hidup doa dan karya pelayanan saling mendukung dan menyuburkan. Hidup
doa merupakan tiang dan tempat menimba kekuatan bagi pengabdian kepada
Tuhan lewat pelayanan kepada sesama.
Penulis, sebagai salah satu anggota Kongregasi Suster Fransiskus Dina
(SFD), berusaha terus-menerus mengikuti Yesus seturut teladan dan semangat
Santo Fransiskus Asisi, Muder Yohanna Yesus dan pendiri kongregasi dalam hal
mendasarkan karya kerasulan pada doa. Santo Fransiskus berusaha keras untuk
menyerupakan hidupnya dengan hidup Yesus Kristus sendiri dengan mencintai
kemiskinan dan kerendahan hati serta melalui semangat doa yang tak kunjung
putus. Santo Fransiskus menyadari bahwa berkat doa, ia dimampukan untuk
melihat karya Allah dalam dirinya, serta diteguhkan untuk mengikuti Yesus secara
total.
Demikian juga Muder Yohana Yesus dan pendiri kongregasi menghayati
hidupnya sebagai seorang abdi Tuhan yang melaksanakan karyanya atas dasar doa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Doa yang dihidupi oleh ibu pendiri sungguh memberi makna dalam pelayanan dan
dalam hidup para suster Peniten Rekolek pada waktu itu. Bagi Muder Yohanna
Yesus, doa adalah hal yang wajib dilakukan pada setiap jam doa yang sudah
ditentukan dalam aturan komunitas.
Semangat doa yang diwariskan oleh Santo Fransiskus dan Muder Yohanna
Yesus dan pendiri SFD menjadi inspirasi yang menjiwai para Suster Fransiskus
Dina, sebab doa yang tulus akan mengubah cara pandang para Suster Fransiskus
Dina untuk berpikir pada hal-hal yang positif bagi perkembangan kongregasi
melalui karya pelayanan. Doa menjadi dasar yang pertama dan utama dalam hidup
Para Suster Fransiskus Dina.
Di lain pihak, dalam situasi sekarang ini, penulis melihat dan merasakan,
bahwa semangat doa Santo Fransiskus, Muder Yohanna Yesus dan pendiri SFD
(Muder Constantia van der Linden) mengalami kemunduran dalam diri para Suster
Fransiskus Dina. Waktu-waktu doa yang disepakati dalam komunitas sering
dilanggar/tidak ditepati dengan alasan karena tugas pelayanan. Kerap kali doa
dianggap hanya sebagai rutinitas saja; bahkan ada yang menjalankan doa karena
merasa terpaksa atau bahkan supaya dilihat orang hadir waktu berdoa padahal hati
dan pikiran entah kemana-mana. Doa seakan-akan hanya suatu tradisi yang harus
dilakukan tanpa ada maknanya.
Penulis melihat dan mengalami bahwa kemunduran hidup doa para SFD
juga berpengaruh pada orientasi hidup mereka, yaitu bahwa sangat sering doa
dinomorduakan daripada karya. Padahal, pendiri dan para pendahulu tarekat,
seperti Santo Fransiskus dari Asisi, Muder Yohana dan Muder Constantia van der
Linden sangat menekankan keterkaitan erat antara doa dan karya, yaitu bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
karya pelayanan SFD harus dilandaskan pada doa. Sayangnya, keheningan doa
sebagai dasar, sering berubah menjadi kegaduhan karya. Akibatnya bisa fatal dan
berdampak negatif bagi panggilan, pelayanan dan juga dalam persaudaraan. St.
Yohanes dari salib berkata bahwa siapa menjauhi doa, menjauhi segala yang baik.
Berangkat dari keprihatinan tersebut penulis terdorong untuk
menyumbangkan suatu pemikiran penting lewat karya tulis ini untuk menemukan
kembali makna luhur kehidupan doa yang mendasari karya. Kehidupan doa para
SFD turut memengaruhi karya pelayanan mereka. Doa merupakan hal pokok yang
perlu mereka hidupi, sebagaimana semangat awal para pendahulunya yang
sungguh-sungguh mengutamakan doa dalam hidup mereka. Apabila doa dihayati
dengan baik, maka doa akan menjadi daya yang mengembangkan persaudaraan
dan karya pelayanan para SFD. Buku Konstitusi SFD (2007 art 31) menegaskan
bahwa semua karya para SFD harus ditopang oleh doa, dan dalam segala
kebutuhan, doa itu menjadi pernaungan para SFD yang besar.
Dalam rangka penemuan kembali makna hidup doa seperti yang telah
diteladankan oleh para pendahulu SFD, maka penulis membuat karya tulis ini
dengan judul: “KAJIAN TERHADAP MAKNA HIDUP DOA DALAM KARYA
PELAYANAN PARA SUSTER FRANSISKUS DINA (SFD)
A. RUMUSAN MASALAH
Secara garis besar penulis merumuskan beberapa permasalahan yang akan
dibahas dalam karya tulis ini sebagai berikut:
1. Bagaimana pengertian hidup doa dan karya pelayanan dalam hidup religius ?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
2. Unsur-unsur apa saja yang perlu dipahami, dimengerti dan dihayati untuk dapat
memaknai hidup doa dalam karya pelayanan para SFD?
3. Apa yang dapat disumbangkan untuk meningkatkan semangat hidup doa dalam
karya pelayanan para suster SFD untuk zaman sekarang ini?
B. TUJUAN PENULISAN
1. Menguraikan/menjelaskan pengertian hidup doa dan karya pelayanan dalam
hidup kaum beriman /religius.
2. Memaparkan unsur-unsur hidup doa dan karya pelayanan para suster SFD
sesuai dengan semangat pelayanan St. Fransiskus dari Asisi dan para suster
pendahulu (Muder Yohanna Yesus dan Sr. Constantia van der Linden).
3. Memberikan sumbangan pemikiran bagi para suster SFD dalam usaha
meningkatkan doa dalam karya pelayanan.
C. MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat penulisan ini adalah sebagai berikut
1. Memberi masukan kepada tarekat SFD agar semakin memahami dan
memaknai betapa pentingnya doa dalam karya pelayanan.
2. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis betapa pentingnya hidup
doa dalam karya pelayanan untuk zaman sekarang ini.
3. Menambah wawasan para pembaca tentang makna doa dalam karya pelayanan.
D. METODE PENULISAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Metode penulisan skripsi ini menggunakan kajian pustaka dengan metode
deskriptif. Penulis mempelajari dan mendalami buku-buku spiritualitas dan hasil
kapitel yang diterbitkan oleh kongregasi untuk membantu dan menghayati hidup
doa berdasarkan spiritualitas SFD. Dalam penulisan ini penulis memaparkan
tentang spiritualitas para suster pendahulu. Artinya supaya setiap anggota kembali
kepada semangat awal, bertanggung jawab dalam tugas perutusan dengan
meneladani cara hidup para suster pendahulu dan Yesus sebagai pendoa. Penulis
juga mengamati, mengalami sendiri bagaimana para suster yang sedang berkarya
menghayati hidup doanya kemudian penulis memberi sumbangan kepada para SFD
dalam usaha meningkatkan hidup doa supaya seimbang dengan pelayanannya.
Selain itu, penulis juga menggunakan buku-buku dari sumber lain yang relevan
untuk memperkaya dan memperdalam gagasan-gagasan dan refleksi rohani guna
membantu para SFD untuk semakin memaknai hidup doa dalam karya pelayanan
para religius.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Secara garis besar, skripsi ini dibagi ke dalam lima bab. Bab pertama,
pendahuluan; terdiri dari latar belakang penulisan, rumusan permasalahan, tujuan
penulisan, metode penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan. Bab
kedua menguraikan tentang doa dan karya dalam kehidupan para religius.
Pembahasan dimulai dengan menjelaskan doa dalam hidup religius, karya
pelayanan religius, dan hubungan doa dan karya pelayanan. Bab ketiga berisi
gambaran tentang makna hidup doa dalam karya pelayanan para suster SFD.
Dalam bab ini, penulis memaparkan sejarah awal berdirinya kongregasi SFD, visi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
dan misi, spiritualitas kongregasi Suster Fransiskus Dina, karya pelayanan dalam
kongregasi SFD dan makna doa dalam karya pelayanan para Suster SFD. Bab
keempat berupa sumbangan pemikiran dalam bentuk katekese model Shared
Christian Praxis (SCP) sebagai usaha untuk meningkatkan hidup doa para SFD
yang sedang berkarya. Akhir dari keseluruhan pemaparan ini adalah bab kelima,
bab penutup. Bagian ini berisikan kesimpulan mengenai isi penulisan dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
DOA DAN KARYA PELAYANAN
DALAM HIDUP RELIGIUS
Pada bab II ini, penulis akan membahas tentang doa dan karya dalam
kehidupan para religius. Pembahasan dimulai dengan menjelaskan doa dalam
hidup religius, yang mencakup tentang pengertian doa, fungsi doa, bentuk-bentuk
doa, ciri-ciri doa Kristen, persoalan doa dan peran doa dalam hidup religius.
Pembahasan dilanjutkan dengan penjelasan mengenai karya pelayanan religius,
yang mencakup tentang misi pelayanan religius, pelayanan yang profetis (sebagai
nabi) dan macam-macam karya pelayanan religius. Pembahasan selanjutnya ialah
mengenai hubungan doa dan karya pelayanan. Juga akan dibahas mengenai praktek
doa di tengah-tengah pelayanan religius, peran doa dalam pelayanan religius dan
pelayanan sebagai wujud doa.
A. Doa dalam Hidup Religius
Hidup doa para religius merupakan sebuah warisan dari Yesus Kristus.
Dalam Injil Markus dikatakan bahwa Yesus mengawali kegiatan-Nya dengan
berdoa. “Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia
pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana” (Mrk 1:35). Di tengah-tengah
kesibukan-Nya, Yesus tetap menyediakan waktu hening untuk berdoa kepada
Bapa-Nya. Yesus sungguh menghayati hidup doa dalam keseharian-Nya.
Yesus menjadi teladan bagi para religius. Hidup doa yang dijalani-Nya,
juga merupakan sumber teladan hidup doa para religius yang mengabdikan dirinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
untuk Allah dan pelayanan seumur hidup pada sesama. Pelayanan yang dilakukan
oleh para religius sungguh terkait dengan hidup doa yang dihayatinya.
Ada beberapa bentuk hidup doa yang bisa dilakukan oleh para religius
misalnya; dengan menciptakan waktu hening sejenak, membaca Kitab Suci,
merenungkan teks doa dan lain sebagainya. Dalam suasana doa tersebut, para
religius diharapkan dengan rendah hati mampu mengungkapkan berbagai suasana
hati atau perasaan yang sedang dialaminya. Perasaan tersebut bisa berupa
ungkapan syukur, permohonan atau pun kegelisahan. Inilah yang menjadi
persembahannya bagi Allah. Di sinilah juga tampak peran serta Allah dalam
kehidupan para religius. Dalam doa, setiap religius dengan bantuan Allah, mampu
merasakan campur tangan Allah dalam setiap tindakannya. Dengan kata lain,
setiap pengalaman hidup manusia akan menjadi bermakna apabila dihubungkan
dengan Allah melalui doa.
1. Pengertian Doa
Dalam Katekismus Gereja Katolik disebutkan bahwa doa merupakan suatu
pengangkatan jiwa kepada Tuhan, atau satu permohonan kepada Tuhan demi hal-
hal yang baik (KGK, 1995: 2559). Pengangkatan jiwa berarti suatu pengarahan
atau penyerahan diri seutuhnya kepada Allah. Dalam hal ini, setiap religius
diharapkan dengan sepenuh hati menyerahkan dirinya kepada Allah. Istilah
pengangkatan jiwa mengajarkan kepada kita bahwa: 1) Tuhan itu mahabaik,
mahapengasih, mahamurah dan tahu apa yang dibutuhkan setiap orang; 2) doa itu
mengandaikan usaha dari pihak manusia; 3) doa itu melibatkan hati dan budi
manusia, yakni pengertian, perasaan dan kemauannya (Green, 1988: 28).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Doa merupakan bagian hidup keagamaan yang sentral atau penting dalam
hidup Kristiani karena merupakan bentuk kerinduan manusia untuk berjumpa
dengan Allah (Harjawiyata, 1979: 63-64). Kesatuan relasi antara Allah dan
manusia tersebut kemudian tampak nyata dalam pelaksanaan kehendak Allah
dalam hidup manusia. Inilah yang dipandang sebagai buah dari doa.
Sebagai bentuk percakapan jiwa manusia dengan Allah, doa dipahami juga
sebagai jalan persatuan jiwa manusia dengan Allah. Melalui persatuannya dengan
Allah, manusia selanjutnya terdorong untuk melakukan kehendak Allah yang telah
memenuhi dirinya (Lukasik, 1991:26). Muder Teresa (1994:13), sebagai salah
seorang pribadi yang memiliki kedekatan yang intim dengan Kristus berpendapat
bahwa doa adalah penyerahan diri seluruhnya, kesatuan yang menyeluruh dengan
Kristus. Melalui doa, setiap orang diajak untuk menyerahkan hidupnya kepada
penyelenggaraan Ilahi dan melalui doa, setiap orang secara penuh bersatu bersama
dengan Kristus menjalin relasi dengan Allah. Doa dipandang sebagai suatu
dorongan hati untuk mengungkapkan pengalaman-pengalaman iman yang
menyertai perjalanan hidup keseharian seseorang berhadapan dengan orang-orang
di sekitar. Melalui pengalaman tersebut, dia diajak untuk bersyukur kepada Allah.
Selain sebagai bentuk perjumpaan rohani manusia dengan Allah, doa juga
sering dimaknai sebagai permohonan, harapan, pujian, atau syukur kepada Tuhan.
Kebanyakan orang berdoa untuk menyampaikan permohonan, harapan, pujian dan
syukur kepada Tuhan. Dalam permohonan tersebut, setiap orang berharap supaya
apa yang diinginkan dan diharapkannya dipenuhi oleh Tuhan. Harapan dan
keinginan yang terkabul itu selanjutnya mendorongnya untuk bersyukur dan
berterimakasih kepada Tuhan dengan menyampaikan doa pujian dan syukur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
(Hendrik, 2003; 3). Dalam hal ini, baik permohonan maupun ungkapan syukur
dipandang sebagai jalan untuk berkomunikasi dengan Allah. Manusia
mencurahkan isi hatinya kepada Allah dan dalam keheningan mendengarkan
sapaan dan jawaban Allah atas pengungkapan hatinya (Agudo, 1988; 176). Doa
menjadi lambang kedekatan manusia dengan Allah. Kehadiran-Nya dirasakan
ketika doa dipanjatkan dan dialamatkan kepada Allah sendiri (Joice, 1987; 221).
Dalam Konstitusi SFD (Suster-suster Fransiskus Dina) 2007 art 30
disebutkan bahwa doa merupakan cara hidup para suster SFD. “Keyakinan penuh
bahwa Allah adalah dasar penopang hidup dan bahwa Dia adalah basis yang
diandalkan oleh persekutuan kita, membutuhkan bentuk ungkapan yang nyata,
karena itu doa pribadi dan bersama pada hakekatnya termasuk cara hidup kita”.
Apa yang tertulis dalam artikel ini, selanjutnya ditegaskan lagi dalam artikel no.
34: “Pada waktu pagi dan malam kita berkumpul untuk menghaturkan puji dan
syukur bagi Tuhan dan membawa kebutuhan kita sendiri dan kebutuhan semua
orang ke hadapan-Nya. Dalam doa berkala tersebut, kita mengindahkan tradisi doa
yang berabad-abad, dan mendengarkan apa yang sekarang ini hendak disampaikan
Tuhan kepada kita”. Kedua artikel ini ingin menyatakan bahwa bagi para suster
SFD, doa merupakan suatu bentuk keyakinan penuh dan kepercayaan bahwa Allah
adalah dasar, pusat dan penopang kehidupan setiap hari.
Hal ini diinspirasikan oleh tindakan Yesus sendiri yang senantiasa berdoa
kepada Bapa-Nya dalam menjalankan tugas perutusan-Nya. Secara khusus
disebutkan bahwa doa yang berpusat pada perayaan Ekaristi kudus merupakan
dasar hidup para Suster Fransiskus Dina. Perayaan Ekaristi mengingatkan para
religius akan pentingnya kenangan, kebaikan dan keagungan kasih Kristus bagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
dunia dalam karya penyelamatan-Nya. Di dalam doa, kita dituntut untuk senantiasa
membangun relasi yang intim dengan Allah. Dengan demikian, doa akhirnya
dipandang sebagai ungkapan kerinduan atau cinta manusia kepada Allah dan hidup
di hadirat-Nya (Darminta, 1982; 49).
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa doa merupakan
suatu perjumpaan pribadi manusia dengan Allah. Perjumpaan itu menjadi kekuatan
bagi manusia untuk mengubah dan mengolah hidupnya. Selain itu, doa juga
dimengerti sebagai kebiasaan untuk menjalin relasi dengan Tuhan.
Doa dilakukan secara sadar dan dalam bimbingan Roh Kudus. Komunikasi
yang terjalin antara manusia dengan Allah merupakan hakikat dari doa. Dari pihak
Allah, Allah sendiri selalu berusaha menyapa manusia terlebih dahulu dan
mengajak manusia untuk selalu bersatu dengan-Nya. Sementara itu, sebagai
makhluk yang diciptakan oleh Allah, manusia berusaha untuk memohon, memuji,
memuliakan Allah, menyerahkan diri pada-Nya dan menjawab sapaan Allah lewat
pengalaman hidupnya.
2. Fungsi Doa
Doa merupakan ungkapan kenyataan hidup manusia sebagai mahluk sosial
kepada Allah. Doa manusia mengandung dua hal pokok, yaitu permohonan kepada
Allah dan pengangkatan jiwa kepada Allah. Yang dimaksud dengan permohonan
kepada Allah menunjuk pada isi doa yang meliputi; ungkapan syukur, pujian, dan
tobat sedangkan pengangkatan jiwa kepada Allah menjelaskan doa sebagai
kegiatan manusia yang dialami oleh manusia sehari-hari yang bergerak menuju
Allah. Artinya doa dapat dilihat sebagai suatu tindakan yang dilakukan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
manusia. Hal ini mau menunjukkan bahwa dalam diri manusia ada kemampuan
dan kemungkinan untuk berdoa mengembangkan hidup rohani dengan
mempersatukan diri dengan Allah. Dengan demikian doa berfungsi sebagai
penuntun dalam hidup manusia termasuk para religius (Darminta, 1983:29-30).
Doa tidak terpisahkan dari realita kerohanian manusia yang berhadapan
dengan Allah. Doa berfungsi sebagai pengubahan rohani (transformasi) hidup
dalam diri manusia yang dilandasi oleh iman yang realistis tahu akan “tanah” hati
sendiri, sehingga mampu membentuk kesadaran yang mendalam atas inti dan
makna hidup manusia dengan Allah. Di sini Allah tampak sebagai suatu kekuatan
yang memberi religius tanggung jawab untuk mengarahkan hidupnya kepada
Allah, supaya semakin mengenal, dan bersatu dengan-Nya (Darminta, 1983:61-
63).
Kekuatan dan semangat diperoleh dari doa. Dalam doa terdapat seribu
macam jawaban atas apa yang dialami dan dipikirkan manusia. Pengalaman akan
Allah dalam hidup membuat manusia semakin dewasa dalam mengatur, menata
pribadi dan hidup manusia baik internal maupun eksternal. Fungsi doa
mengungkapkan cinta, kepercayaan dan harapan kita dengan Tuhan. Doa menjadi
penggerak dalam setiap langkah hidup religius. Dalam hal ini dapat dilihat
bagaimana doa itu berfungsi dalam diri para religius yang memampukan mereka
melihat dimensi baru dalam hidupnya. Di dalam doa-doanya, terpancar kasih Allah
yang tidak berkesudahan.
3. Bentuk-Bentuk Doa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Bentuk-bentuk doa dapat dilihat dari subyek dan cara mendoakannya.
Bentuk doa dilihat dari cara mendoakannya dibagi menjadi tiga bentuk yaitu; doa
lisan, doa renung, dan doa batin.
a. Doa Lisan
Doa lisan merupakan ungkapan spontan yang diungkapkan, sama seperti
Yesus mengajar para murid-Nya tentang doa yang hendak disampaikan kepada
Bapa. Kristus mengajar murid-murid-Nya dengan doa lisan yang bermakna dan
menyentuh hati para murid ketika Dia mendoakannya. Doa itu ialah Doa Bapa
Kami (KGK, 1995:2701). Dalam doa-Nya, Yesus menggunakan sebutan Bapa
untuk menyapa Allah. Jika dilihat dari latar belakang doa dan hidup Yesus, sebutan
ini mengungkapkan hubungan dan kedekatan Yesus dengan Bapa-Nya. Dengan
meniru tindakan Yesus, yaitu dengan menyebut Allah sebagai Bapa, manusia dapat
sepenuhnya menggantungkan dirinya pada kuasa Allah. Tujuan Yesus dalam
mengajarkan para murid dengan menyebut Allah sebagai Bapa ialah untuk
mengembalikan manusia ke dalam hubungan yang intim dengan Allah, yang telah
dirusak oleh Adam.
Selain doa Bapa kami, terdapat beberapa contoh doa lisan yang lain atau
doa berumus yang bisa digunakan untuk berdoa, yaitu; doa rosario, mazmur dan
doa-doa yang terdapat dalam doa pagi, siang dan malam. Doa lisan merupakan
salah satu bentuk doa yang biasa digunakan oleh para religius dalam menjalin
relasi dengan Allah. Melalui doa lisan, seorang religius berdoa kepada Allah Bapa
dengan kesungguhan hatinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
b. Doa Renung
Doa renung biasa juga disebut sebagai doa hening. Dasar dari doa renung
ialah pencarian kehendak Allah dalam Sabda-Nya. Doa renung atau doa hening
bertujuan untuk mengajak kaum religius masuk dalam penyadaran diri dan
merasakan campur tangan Tuhan dalam hidup sehari-hari. Penyadaran tersebut
dapat dilakukan dengan merenungkan ayat-ayat Kitab Suci yang cocok atau
menyentuh, teks-teks liturgi pada hari yang bersangkutan atau pun memandang
ikon/gambar kudus. Doa renung disebut juga dengan meditasi, karena dalam
meditasi, si pendoa dibawa masuk dalam keheningan yang sungguh-sungguh
supaya benar-benar mampu menemukan dan menjawab apa yang dikehendaki
Allah dalam dirinya.
Dalam keheningan, si pendoa diajak untuk bersatu dengan Allah. Dalam
artian ini, keheningan batin perlu diperhatikan dan dijaga supaya si pendoa benar-
benar bisa menemukan rencana Allah, melepaskan segala keterikatan dan
keegoisan yang membuat diri larut dalam khayalan atau pikiran yang mengacau.
Harapannya ialah bahwa dalam keheningan, kita dapat berbicara dengan Allah dari
hati ke hati. Melalui cara inilah, para religius akan dengan mudah bermeditasi
tentang “misteri Kristus” dalam hidup manusia sejati (KGK; 1995: 2705-2708).
c. Doa Batin
Santa Theresia dari kanak-kanak Yesus menuliskan, “Doa batin tidak lain
dari suatu pergaulan yang sangat ramah, di mana kita sering kali berbicara seorang
diri dengan Dia, tentang siapa Dia, dan kita tahu bahwa Ia mencintai kita” (KGK,
1995: 2709). Doa batin bertujuan untuk mencari Dia, "yang jiwaku cintai" (Kid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
1:7; 3: 1-4). Kita mencari Dia, karena secara rohani, hati kita rindu kepada-Nya.
Kerinduan inilah yang menjadi awal cinta kasih kepada-Nya. Kita mencari Dia
dalam iman yang murni, dan dalam iman juga kita dilahirkan dari Dia dan hidup di
dalam Dia. Dalam doa batin, seluruh pandangan hidup kita diarahkan sepenuhnya
kepada Tuhan.
Oleh karena menekankan kedekatan dengan Tuhan, maka doa batin, secara
langsung membantu religius untuk menemukan campur-tangan Allah dalam
hidupnya. Doa batin dapat diibaratkan sebagai doa seorang anak Allah, doa
seorang pendosa yang dosanya sudah diampuni dan menghendaki supaya
menerima cinta kasih Allah. Melalui doa batin, si pendoa merasa dicintai dan
terdorong untuk membalasnya dengan cinta kasih yang lebih besar lagi. Akan
tetapi, dia mengetahui bahwa cinta kasih balasannya itu berasal dari Roh Kudus,
yang mencurahkannya ke dalam hatinya, karena segala-galanya ialah rahmat Allah.
Doa batin berarti penyerahan diri secara rendah hati kepada Bapa Yang penuh
cinta, dalam persatuan yang semakin dalam dengan Putera terkasih-Nya. (KGK,
1995: 2712).
Dalam doa batin, yang terpenting ialah mendengarkan Sabda Allah,
merenungkan dan memandang Yesus dengan penuh iman dan mencintai-Nya tanpa
banyak kata. Santa Teresa dari Avila berkata bahwa yang terpenting dalam doa
bukanlah berkata banyak, tetapi mencintai banyak.
Doa batin adalah puncak doa, karena di dalamnya Allah mempersatukan
kita dengan kekuatan Roh-Nya, supaya “manusia batin” diperkuat di dalam diri
setiap manusia, sehingga Kristus tinggal di dalam hati manusia oleh iman, dan
“berakar serta berdasar di dalam kasih” (Ef 3:16-17). Untuk berakar dan berdasar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
dalam kasih dibutuhkan Roh Tuhan di dalam batin hingga si pendoa dikuatkan dan
diteguhkan menurut kekayaan kemuliaan-Nya, mengijinkan Kristus tinggal dalam
hati dan menguasai seluruh bidang kehidupannya, dan memahami serta mengenal
kasih Kristus. Oleh karena itulah dalam doa batin tidak dibutuhkan kata-kata yang
panjang lebar, melainkan suasana hening untuk merenung (Hetu, 2007:29-31)
Katekismus Gereja Katolik memberikan cara atau langkah untuk masuk
dalam doa batin. Adapun langkah itu dijelaskan sebagai berikut: di bawah
dorongan Roh Kudus, kita “mengarahkan” hati dan seluruh diri kita, hidup dengan
penuh kesadaran dalam kediaman Tuhan, dan menghidupkan iman untuk masuk ke
hadirat-Nya yang menantikan kita. Dalam proses ini, kita diajak untuk membuka
topeng kita dan mengarahkan kembali hati kepada Tuhan yang telah mencintai kita
dan menyerahkan diri kepada-Nya (KGK, 1995:2711 ).
4. Ciri-ciri Doa Kristiani
Yesus pernah bersabda kepada para murid-Nya, “Jika engkau berdoa,
masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu, dan berdoalah kepada Bapamu yang
ada di tempat tersembunyi. Dia akan membalasnya kepada-Mu” (Mat 6:6). Melalui
perkataan ini, Yesus ingin menyampaikan kepada para pengikut-Nya bagaimana
cara berdoa. Yesus menyebutkan sejumlah ‘kriteria’ atau ciri yang hendak
dilakukan ketika berdoa. Dalam berdoa dibutuhkan sikap dan kesungguhan hati
yang mendalam. Doa orang Kristen hendaknya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Doa kepada Allah Bapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Doa Kristen selalu bergerak dalam dua lingkup; lingkup obyektif yang
berarti masuk dalam hidup Kristus dan lingkup subyektif yang berarti bahwa doa
itu digerakkan oleh rahmat-Nya. Dalam hal ini, Roh Kudus sendirilah yang
mempertemukan kedua lingkup itu menjadi satu realita hidup. Roh Kudus itu pula
yang mengarahkan manusia kepada Allah Bapa. Doa kepada Allah Bapa itu
berasal dari Bapa dan menuju kepada Bapa (Ef 1:4-14). Allah Bapa merupakan
sumber kehidupan, segala kebaikan sekaligus tujuan akhir dari kerinduan manusia
(Darminta, 1982; 21).
Doa kepada Allah Bapa ini juga merupakan suatu bentuk ungkapan syukur
sekaligus harapan atas tindakan Allah (Bapa) yang mau menyelamatkan manusia
melalui Yesus Kristus Putera-Nya dalam Roh Kudus. Hal ini dihadirkan dan
dinyatakan dalam bentuk doa yang dialamatkan kepada Allah Bapa. Doa berarti
pengangkatan, penyerahan, pengungkapan hati manusia kepada kehendak Allah,
agar manusia mengalami kemerdekaan sebagai anak-anak Allah (Darminta, 1983:
23).
Dalam arti tertentu, doa kepada Allah Bapa merupakan sebuah bentuk
sapaan yang intim antara Bapa dengan Anak, yang tidak dapat dipisahkan
melainkan suatu kesatuan yang utuh. Berkat Yesus yang menyebut Allah sebagai
Bapa-Nya, kita juga ikut dipersatukan atau diikutsertakan dalam keputeraan-Nya,
sehingga setiap orang (Kristen) disebut sebagai anak Allah (Bapa) juga.
b. Doa dalam Nama Yesus
Doa dalam nama Yesus Kristus mengungkapkan kesatuan orang Kristen
dengan Yesus Kristus. Wajar bila dalam berdoa, Gereja selalu menyebutkan nama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Yesus. Yesus menghendaki agar doa dalam nama-Nya dilandasi oleh semangat
cinta Kasih. Tanpa cinta kasih doa tidaklah bermakna.
Sebagai seorang religius yang mau hidup selaras dengan Kristus, seseorang
perlu menekuni apa yang dikehendaki-Nya seperti ditulis dalam Kitab Suci.
“Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul
salibnya setiap hari dan mengikut Aku” (Luk 9:23). Mengikut Yesus berarti
menyesuaikan dan menyatukan pilihan hidup religius dengan pilihan-Nya dan
menghidupi nilai-nilai yang Ia wariskan. Dalam hal ini, doa dalam nama Yesus
mengungkapkan kesatuan orang Kristen dengan Yesus Kristus. Orang-orang
Kristen selalu berdoa dengan menyebut nama Yesus Kristus (Kis 7:59; 9:14).
Mereka berkumpul dalam nama Yesus dan berdoa dalam nama-Nya. Yesus ada di
tengah-tengah mereka (Mat 18:20). Dengan demikian, sebagai pengikut Kristus,
seorang religius perlu menghayati hidup doa sebagai kesatuan iman dengan Yesus
Kristus (Darminta, 1982: 20).
c. Doa dengan Pengantaraan Yesus Kristus
Doa Kristen merupakan doa yang dilakukan dalam kesatuan dan
persekutuan rohani dengan Kristus. Yesus dilihat tidak hanya sebagai guru doa
orang Kristen, tetapi juga pengantara. Doa-doa orang Kristen selalu dihubungkan
dengan pribadi Yesus Kristus. Dialah pengantara setiap doa dan permohonan. Doa
dengan pengantaraan Kristus ini mengungkapkan terlaksananya rencana
keselamatan Allah dalam diri Yesus. Doa ini tumbuh dari kesadaran iman bahwa
dengan kekuatan Yesus, keselamatan menjadi nyata dalam hidup manusia
(Darminta, 1981: 21). Berdoa dengan perantaraan Yesus Kristus mengungkapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
kesatuan dengan-Nya. Oleh karena itu, sebagai pengikut Yesus, orang Kristen
perlu menyatukan diri dengan Allah melalui Yesus Kristus sebagai penyelamat
dunia.
Keberadaan Yesus sebagai pengantara merupakan sebuah amanat yang
pernah disampaikan oleh Yesus sendiri. Dia berkata, “Di luar Aku, kamu tak dapat
berbuat apa-apa” (Yoh 15: 5). Ia adalah satu-satunya jalan untuk sampai pada
Allah (Yoh 14: 6). Itulah sebabnya, dalam setiap doa termasuk doa-doa dalam
perayaan Ekaristi (doa pembuka, persiapan persembahan, sesudah komuni) atau
pun doa-doa pribadi lainnya, Yesus disebut sebagai pengantara. Hal ini
diungkapkan dengan jelas dalam perumusan, “Kami menghaturkan doa ini dengan
pengantaraan Yesus Kristus Juru Selamat kami” (KWI, 2005: 61). Rumusan ini
menjelaskan identitas Yesus sebagai pengantara. Yesus bertindak sebagai utusan
Bapa yang menyelamatkan manusia dari dosa (KWI, 1996: 196).
d. Doa dalam Roh Kudus
Sebelum Yesus menjalankan penderitaan-Nya, dalam amanat perpisahan
bersama dengan para murid-Nya, Ia bersabda, “Namun benar yang kukatakan ini
kepadamu; adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku
tidak pergi, Penghibur tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku
akan mengutus Dia kepadamu (Yoh 16: 7). Ini berarti bahwa Roh yang akan diutus
akan membimbing serta menguatkan para murid-Nya. Perkataan Yesus ini
digenapi-Nya pada hari raya Pentakosta, Hari Turunnya Roh Kudus. Para murid
yang mula-mula mengalami ketakutan, akhirnya bersukacita karena Roh Kudus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
yang dicurahkan atas diri mereka masing-masing, sehingga mereka berani untuk
bersaksi tentang kebangkitan Yesus.
Dalam Surat Rasul Paulus kepada umat di Roma (8: 26-27) dikatakan;
Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita: sebab kita tidak
tahu, bagaimana harus berdoa: tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada
Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Dan Allah yang
menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia,
sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus.
Orang-orang Kristen termasuk para religus diminta untuk selalu tekun
berdoa dalam Roh Kudus, sebab Roh Kudus adalah Roh Kristus dan jiwa dari
tubuh mistik-Nya, yaitu Gereja. Roh Kudus membantu untuk menyempurnakan
doa yang dipanjatkan kepada Allah. Ia mempersatukan kita dengan Kristus, dan
dalam Kristus satu dengan yang lainnya (Jacobs, 1988: 119).
Sebagaimana telah dijelaskan, seorang religius tidak lepas dari doa, sebab
dalam doa, orang menerima kekuatan yang tidak pernah habis. Kekuatan itu
berasal dari Roh Kudus. Kekuatan bisa bertahan apabila Roh Allah menjadi
penggerak di dalamnya. Roh Kudus membimbing seorang religius agar sadar akan
hidupnya secara mendalam. Roh Kudus membimbing dan mengajar religius dalam
menanti saat terjadinya keselamatan (Darminta, 1983: 22). Oleh karena itu agar
sampai pada penghayatan doa, dibutuhkan suatu pengosongan diri dan sikap
keterbukaan akan datangnya Roh Kudus dalam dirinya. Dengan demikian, seluruh
gerak dan langkah hidup religius selalu diprakarsai oleh Roh Kudus.
5. Persoalan dalam Doa
Hidup doa tidak selalu berjalan mulus. Dalam berdoa terkadang muncul
‘persoalan’ yang membuat kita tidak bisa berdoa. Ada banyak faktor yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
menyebabkannya. Persoalan-persoalan tersebut bisa muncul karena banyaknya
pekerjaan, pergulatan atau masalah pribadi, kesulitan untuk hening, tempat berdoa
kurang nyaman, dan lain sebagainya. Kejadian-kejadian seperti ini perlu
diperhatikan dan disadari supaya doa tidak menjadi sesuatu yang sulit dihidupi,
melainkan suatu ungkapan cinta yang menggembirakan dan menyenangkan untuk
berjumpa dengan Allah.
a. Kesukaran-kesukaran Doa
Setiap orang mempunyai pengalaman yang berbeda-beda dalam
menghadapi kesukaran dalam berdoa. Banyaknya pikiran atau pekerjaan terkadang
bisa menyulitkan si pendoa untuk masuk dalam suasana doa yang tenang. Tidak
jarang juga banyaknya pikiran dan juga pekerjaan sering mengganggu kita dalam
berdoa, sehingga yang muncul bukanlah ketenangan melainkan kekhawatiran.
Secara khusus, kekhawatiran di sini lebih dipandang sebagai ketidakmampuan
serta kekurangberanian si pendoa menenangkan pikirannya. Dia lebih memberikan
dirinya dikuasai oleh pikiran-pikiran yang tidak membangun dalam berdoa.
Dalam arti tertentu, orang sulit berdoa karena jiwa dan badannya dirasa
belum terintegrasikan atau menyatu sepenuhnya (Darminta, 1983: 50). Dia kurang
sadar bahwa doa itu membutuhkan ketenangan batin. Dia masih mengikuti
kecenderungan-kecenderungan pribadi yang tidak mendukung dalam berdoa.
Dalam Katekismus Gereja Katolik disebutkan, “kita juga harus menghadapi sikap-
sikap mental “dunia ini”, kalau tidak berjaga-jaga, sikap itu akan merembes masuk
ke dalam kita” (KGK, 1995: 2727). Doa seringkali juga dipersulit oleh pikiran
yang tidak terkonsentrasi. Dalam doa lisan, kesulitan ini dapat menyangkut kata-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
kata (KGK, 1995: 2729). Penyebab kesulitan lainnya ialah mengenai ‘kekeringan’
yang dialami. Kekeringan ini, dalam doa batin, terjadi oleh karena hati kita seakan-
akan terpisah dari Allah dan tanpa kerinduan akan pikiran, kenangan dan perasaan
rohani (KGK, 1995: 2731).
Sebagai religius yang selalu memperhatikan hidup doa, penyebab atau
sumber dari kesukaran-kesukaran tersebut perlu disadari. Tanpa penyadaran,
kesukaran dalam berdoa tersebut bisa melumpuhkan si pendoa (seorang religius)
dan bahkan membuat putus asa karena dalam doa, dia seolah-olah “tidak
menemukan” apa-apa. Untuk mengatasi kesukaran tersebut, seorang religius perlu
meninggalkan kecenderungan-kecenderungan yang tidak membangun dalam
kehidupan rohani religius. Kedewasaan diri dalam bersikap dan bertindak sangat
membantu untuk keluar dari kesukaran tersebut. Dibutuhkan kerja keras dan juga
kreativitas pribadi dalam mendisiplinkan diri serta membagi waktu dan mencari
keheningan dalam berdoa, serta terus berusaha dan berjuang dalam doa.
b. Pergumulan dalam Doa
Pergumulan dalam doa kerap dirasakan oleh setiap pendoa termasuk para
religius sebagai salah satu bentuk kekosongan rohani. Di dalamnya, si pendoa
merasakan kekeringan, kekurangpuasan, kekecewaan sehingga ia berhenti dan
malas berdoa karena mengalami banyak kegagalan (Hayon, 1992: 132). Suasana
yang demikian tentulah tidak menciptakan kenyamanan dan juga keintiman dalam
menjalin relasi dengan Tuhan lewat doa yang dipanjatkan. Hal-hal yang demikian
ini perlu disadari oleh si pendoa sebagai suatu sikap yang tidak membangun dalam
berdoa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Berhadapan dengan situasi di atas, pada dasarnya ada satu jalan yang
kiranya bisa membuat si pendoa berhasil mengalahkan pergumulan-pergumulan
dalam doa tersebut. Si pendoa dianjurkan untuk berani menyerahkan diri seutuhnya
kepada Allah, termasuk pergumulan yang dialaminya. Penyerahan diri tersebut,
juga dapat dipandang sebagai persembahannya kepada Allah, dan dapat membantu
para religius menghadapi serta mengurangi kesulitan-kesulitan dalam hidup doa.
Kepasrahan diri seutuhnya, yang dibarengi dengan ketekunan dalam keheningan
batin, dapat memperkuat kesatuannya dengan Allah (Breemen, 1983: 66).
Kesadaran semacam ini, secara tidak langsung mengajak si pendoa kembali untuk
‘mencari’ Allah sebagai sumber hidupnya.
6. Peran Doa dalam Hidup Religius
Doa selalu dihubungkan dengan jalinan hubungan antara Allah dan
manusia, maka, doa selalu bersifat rohani. Doa menjadi salah satu lambang
pertumbuhan dan perkembangan rohani setiap orang (Darminta, 1983: 86).
Perkembangan hidup rohani religius berhubungan langsung dengan jalinan relasi
bersama Allah. Allah menjadikan hidup rohaninya bertumbuh dan berkembang
dari waktu ke waktu sehingga semakin mendalam.
Dalam kehidupan religius doa memegang peranan penting untuk menata
kelangsungan dan keutuhan dalam perjalanan hidupnya. Para religius mengakui
ketergantungan hidupnya kepada Allah sehingga mampu mengagumi ciptaan-Nya
dan kebaikan Allah dalam hidupnya. Melalui doa para religius mengungkapkan
“isi hatinya” perasaan suka maupun duka kepada Tuhan. Melalui ungkapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
tersebut para religius semakin sadar akan tugas dan tanggung jawabnya kepada
Tuhan dan sesama.
Doa juga berperan dalam menghadapi masalah atau persoalan dalam
kehidupan religius. Dalam injil Matius 11: 28-30 disebutkan
Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan
memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah
pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan
mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-
Kupun ringan.
Di sini Yesus mengajak para religius untuk mau diikat dengan kuk bersama
Dia untuk menyatukan hidup kita dengan hidup-Nya, kehendak kita dengan
kehendak-Nya, dan hati kita dengan hati-Nya. Diikat dan disatukan dengan Yesus
artinya bersatu dengan Dia dalam hubungan cinta, kepercayaan, dan ketaatan di
dalam doa. Jadi tidak ada beban yang terlalu berat jika dipanggul dengan kasih dan
dibawa dalam cinta. Oleh sebab itu peran doa dalam hidup religius sangat penting.
a. Doa Berakar dalam Hidup Religius
Sebagaimana telah disebutkan, doa selalu bersifat pribadi. Doa selalu
berkaitan erat dengan perasaan-perasaan yang dialami si pendoa. Perasaan senang,
sedih, gembira, susah, dan perasaan-perasaan yang lain, merupakan hal yang tidak
boleh disingkirkan ketika seseorang sedang berdoa (Breemen, 1983: 55). Perasaan-
perasaan tersebut justru membantu para religius bertumbuh dan berkembang dalam
iman melalui pengenalan-pengenalan akan perasaannya. Perasaan-perasaan inilah
yang menjadi jalan bagi seseorang untuk berkomunikasi dengan Allah. Hal ini
menunjukkan bahwa situasi-situasi konkret, mengajak para religius untuk
memandang segala sesuatu dengan mata iman, sehingga lebih mudah melihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
campur tangan Allah dalam setiap bentuk kehidupan. Dalam Kisah Para Rasul
disebutkan bahwa Allah tidak jauh dari umat-Nya. “Dalam Dia kita hidup, kita
bergerak, kita ada” (Kis 17:27-28). Setiap peristiwa selalu berbicara tentang
tindakan Allah, dan para religius diharapkan mampu untuk mengenal dan
mendengarkan Dia.
Melalui doa, seorang religius dapat dibantu untuk memandang secara
positif segala kenyataan yang terjadi, menyadari cinta dan bimbingan Allah dalam
setiap aspek kehidupan, termasuk dalam kesusahan sekali pun. Dalam doa, setiap
religius membiarkan diri dicintai oleh Allah. Dia dapat merasakan kehadiran Allah
dalam diri orang lain. Dalam doa, seorang religius bertindak sebagai penerima
rahmat, karunia, dan bimbingan Allah dengan hati terbuka di hadapan-Nya.
Keterbukaan hati ini membuat para religius membiarkan dirinya dicintai oleh
Allah.
b. Hidup Berakar dalam Doa
Karena doa merupakan tanda kehadiran Allah yang terwujud dalam
komunikasi, maka orang yang berakar dalam doa akan hidup dalam hadirat Bapa
Sang Pencipta. Dia adalah cinta dan dasar segala sesuatu, termasuk dasar
kehidupan setiap manusia (Breemen, 1983: 61). Sabda Allah yang direnungkan
sebagai tanda kehadiran Allah itu menggema dalam hati para religius, dan dengan
demikian membiarkan Kerajaan Allah bertumbuh di dalam dirinya. Hidup berakar
dalam doa berarti hidup yang dipersatukan dengan Allah, dan dalam kesatuan itu,
setiap orang akan menyadari dirinya, keberadannya di hadapan Allah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Pengalaman jatuh bangun dalam menjalin relasi dengan Allah tentu dialami
oleh setiap manusia termasuk religius. Untuk membina hubungan dengan Allah
dibutuhkan perjuangan dan niat dari diri sendiri untuk bangkit lagi bila jatuh.
Dalam doa, seseorang tekun mengisi diri dalam keheningan untuk menemukan
Tuhan dalam hidupnya. Dia menyadari bahwa Allah selalu setia kepada umat-Nya.
Oleh karena itu, dalam situasi apa pun, seseorang juga dituntut untuk tetap setia
kepada Dia. Dalam kesetiaan inilah tampak kehadiran Allah yang nyata (Breemen,
1983: 64). Seorang religius menjadi tanda kehadiran Allah bagi orang lain melalui
kesaksian hidupnya sebagai buah dari doanya. Hidup yang berakar dalam doa
dapat dirasakan melalui pelayanan para religius kepada orang lain.
A. Karya Pelayanan Religius
Pada dasarnya, hidup religius ditandai dengan kaul-kaul dan hidup bersama
yang merupakan saksi kehidupan dalam tubuh Gereja di dunia. Kehadiran tarekat
religius bukan untuk dirinya sendiri tetapi untuk mengembangkan Gereja di dunia.
Hidup religius ikut ambil bagian dalam tugas Gereja, yakni menyebarkan iman dan
memperjuangkan keadilan bagi orang yang lemah dan tertindas. Para religius
menghadirkan cinta melalui karya pelayanan terhadap masyarakat. Dasar dari
pelayanan itu adalah bahwa hidup religius merupakan hidup yang mengikuti
Kristus, yaitu hidup bersama Yesus dan hidup berjuang bersama Yesus (Darminta,
1982: 25).
1. Misi Pelayanan Religius
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Setiap religius mempunyai tanggung jawab dan kewajiban dalam
membangun keutuhan ciptaan Allah. Dengan kewajiban tersebut, semua orang
mempunyai tanggung jawab masing-masing dalam melayani dan memperhatikan
orang yang lemah. Keadilan dalam dunia sekarang ini mulai mengendor, sebab
sikap mementingkan diri sendiri semakin tinggi. Tingginya perhatian kepada diri
sendiri secara langsung akan mengurangi semangat pelayanan dalam diri
seseorang.
Dalam Gaudium et Spes dikatakan: “Keadilan yang lebih sempurna,
persaudaraan yang lebih luas, cara hidup sosial yang lebih manusiawi, semua itu
lebih berharga dari pada kemajuan di bidang tehnologi” (GS, art 35). Ini
dimaksudkan untuk menyadarkan manusia, bahwa sebagai mahluk sosial dia
dipanggil untuk melakukan kegiatan yang terarah kepada kehidupan yang lebih
manusiawi. Bila dia bekerja, dia bukan hanya mengubah hal-hal tertentu dalam
masyarakat, melainkan ikut juga menyempurnakan dirinya sendiri. Ia banyak
belajar dalam mengembangkan bakat dan kemampuannya, serta berani keluar dari
dirinya (melampaui diri). Semuanya itu dilakukan demi sebuah misi atau
pelayanan bagi sesamanya. Pengembangan diri dan bakat-bakatnya pertama-tama
bukan digunakan demi kemuliannya semata, tetapi demi membantu orang lain
‘keluar’ dari persoalan hidupnya. Hal ini tentu terkait dengan hakikat manusia
sebagai makhluk sosial. Demikian juga, misi dan pelayanan para religius ditujukan
pertama-tama pada pengabdiannya kepada sesamanya, bukan kepada dirinya.
Dalam Injil Lukas, Yesus berkata, “Apabila kamu telah melakukan segala
sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: kami adalah hamba-
hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang “harus” kami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
lakukan” (Luk 17: 10). Hal ini menegaskan keberadaan para murid Kristus yang
harus hadir untuk melayani. Pelayanan yang dilakukan bukan sesuatu yang sangat
istimewa melainkan pengorbanan dan perjuangannya sebagai pengikut Kristus
(KWI, 1996: 450). Melayani berarti mengikuti dan meneladani jejak Kristus yang
melayani dengan penuh ketulusan dan rela mengorbankan diri-Nya demi sesama-
Nya.
2. Pelayanan yang Profetis
Gereja mengakui dan menyadari bahwa manusia termasuk para religius
tidak sendirian di dunia untuk mewartakan keselamatan. Melainkan, Gereja
mengharapkan ada pihak-pihak lain baik dalam Gereja maupun di luar Gereja yang
melayani dengan tulus. Pelayanan profetis/kenabian secara hakiki bersifat terbuka
bagi siapa saja.
Gereja menyadari bahwa pelayanan kenabian ini dapat juga mengalami
ketidaksempurnaan sebagaimanan yang diharapkan, maka perlu membuka diri
terhadap kritik dan tanggapan, entah dari berbagai pihak supaya arah pelayanan
kenabiannya jelas. Pelayanan profetis ini dipahami sebagai sumbangan untuk
berpartisipasi dalam usaha memajukan masyarakat dan Gereja (Dopo, 1992: 38-
40).
Pelayanan yang dilakukan oleh para religius kerap dihubungkan dengan
sikap untuk meneladani Yesus Kristus, Sang Guru. Salah satu tanggapan khalayak
ramai ketika menyaksikan apa yang diperbuat Yesus ialah, “seorang nabi besar
telah muncul di tengah-tengah kita dan Allah telah melawat umat-Nya” (Luk 7:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
16). Dia kemudian dikenal sebagai nabi, dan Yesus tidak keberatan jika orang
banyak menyebut diri-Nya sebagai nabi.
Nabi adalah seorang utusan Allah yang mewartakan keselamatan dari
Allah, membawa pembebasan, dan melepaskan orang-orang yang terbelenggu
kesusahan dan kesengsaraan (Darminta, 1994; 31). Dalam konteks situasi
sekarang, tampilnya para nabi sebagai penyambung lidah Allah, tampak dalam
karya pelayanan yang mereka lakukan. Mereka berkarya demi kesejahteraan hidup
manusia dan keadilan bagi mereka yang menjadi korban seperti para pengungsi,
kelompok-kelompok minoritas dan tertindas. Dalam hal ini, para religius dan
tokoh-tokoh Gereja Katolik, melalui pelayanan sosial mereka, bisa disebut sebagai
nabi yang hadir dan berkarya sebagai penyambung lidah Allah, mewartakan
Kerajaan Allah dan keselamatan-Nya.
3. Macam-macam Karya Pelayanan
Katekismus Gereja Katolik (1995: 777) merumuskan Gereja sebagai
“himpunan orang-orang yang digerakkan untuk berkumpul oleh Firman Allah,
yakni, berhimpun bersama untuk membentuk Umat Allah dan yang diberi santapan
dengan Tubuh Kristus, menjadi Tubuh Kristus”. Eksistensi himpunan Umat Allah
ini diwujudkan secara lokal dalam hidup berparoki. Di dalam paroki inilah
himpunan Umat Allah mengambil bagian dan terlibat dalam menghidupkan
peribadatan yang menguduskan (liturgia), mengembangkan pewartaan kabar
gembira (kerigma), menghadirkan dan membangun persekutuan (koinonia),
memajukan karya cinta kasih/pelayanan (diakonia) dan memberi kesaksian sebagai
murid-murid Tuhan Yesus Kristus (martyria).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
a. Liturgi
Liturgi berarti ikut serta dalam perayaan ibadat resmi yang dilakukan Yesus
Kristus dalam Gereja-Nya kepada Allah Bapa. Ini berarti mengamalkan tiga tugas
pokok Kristus sebagai Imam, Guru dan Raja. Dalam kehidupan menggereja,
peribadatan menjadi sumber dan pusat hidup beriman. Melalui bidang karya ini,
setiap anggota menemukan, mengakui dan menyatakan identitas Kristiani mereka
dalam Gereja Katolik. Partisipasi aktif umat beriman dalam bidang ini diwujudkan
dalam memimpin perayaan liturgis tertentu seperti: memimpin ibadat Sabda/doa
bersama; membagi komuni; menjadi: lektor, pemazmur, organis, mesdinar, paduan
suara, penghias altar dan sakristi; dan mengambil bagian secara aktif dalam setiap
perayaan dengan berdoa bersama, menjawab aklamasi, bernyanyi dan sikap badan.
b. Pewartaan
Pewartaan berarti ikut serta membawa kabar gembira bahwa Allah telah
menyelamatkan dan menebus manusia dari dosa melalui Yesus Kristus, Putera-
Nya (RM, 39). Melalui bidang karya ini, para religius diharapkan dapat membantu
Umat Allah untuk mendalami kebenaran Sabda Allah, menumbuhkan semangat
untuk menghayati hidup berdasarkan semangat Injil, dan mengusahakan
pengenalan yang semakin mendalam akan pokok iman Kristiani supaya tidak
mudah goyah dan tetap setia. Ensiklik (RM, 43) menegaskan:
Gereja dipanggil untuk memberi kesaksian tentang Kristus dengan
mengambil sikap yang berani dan profetis, di hadapan kebejatan kekuasaan
politik ataupun kekuasaan ekonomi: dengan tidak mencari kemuliaan dan
kekayaan materialnya sendiri; dengan menggunakan sumber-sumber
penghasilannya sendiri untuk melayani orang-orang yang termiskin dan
dengan meniru kesederhanaan hidup Kristus sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Kehadiran para religius diharapkan turut serta dalam mewartakan Injil
Yesus Kristus. Beberapa karya yang termasuk dalam bidang ini, misalnya:
pendalaman iman, katekese para calon baptis dan persiapan penerimaan sakramen-
sakramen lainnya.
c. Persekutuan
Persekutuan berarti ikut serta dalam persekutuan atau persaudaraan sebagai
anak-anak Allah dengan pengantaraan Kristus dalam kuasa Roh Kudus-Nya.
Sebagai orang beriman, kita dipanggil dalam persatuan erat dengan Allah Bapa dan
sesama manusia melalui Yesus Kristus, Putera-Nya, dalam kuasa Roh Kudus.
Bidang karya ini, dapat menjadi sarana untuk membentuk jemaat yang berpusat
dan menampakkan kehadiran Kristus (RM, 26). Oleh karena itu, para religius
diharapkan dapat menciptakan kesatuan: antar umat, umat dengan
paroki/keuskupan dan umat dengan masyarakat. Paguyuban ini diwujudkan dalam
menghayati hidup menggereja baik secara territorial (keuskupan, paroki, stasi
/lingkungan, keluarga) maupun dalam kelompok-kelompok kategorial yang ada
dalam Gereja.
d. Pelayanan
Pelayanan merupakan suatu bentuk kesaksian hidup tentang kebenaran
pewataan Injil. Pelayanan dapat terjadi melalui karya karitatif/cinta kasih dalam
aneka kegiatan amal kasih Kristiani, khususnya kepada mereka yang miskin,
telantar dan tersingkir. Melalui bidang karya ini, umat beriman menyadari
tanggungjawab pribadi mereka akan kesejahteraan sesamanya. Oleh karena itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
dibutuhkan adanya kerjasama dalam kasih, keterbukaan yang penuh empati,
partisipasi dan keikhlasan hati untuk berbagi satu sama lain demi kepentingan
seluruh jemaat (bdk. Kis 4: 32-35). Dasar pelayanan dalam Gereja adalah semangat
pelayanan Kristus sendiri yang bertujuan demi kebaikan dan kebahagiaan umat
pilihan-Nya.
Diakonia harus bersifat melupakan diri sendiri, yang berarti bahwa ia akan
membantu setiap orang yang berada dalam kekurangan. Kehadiran para religius
bergerak dalam berbagai bidang: bidang kebudayaan; bidang pendidikan: bidang
kesejahteraan: bidang kesehatan: bidang politik dan hukum dan lain sebagainya
(Conterius, 2001: 94-96).
e. Kesaksian
Kesaksian berarti ikut serta dalam menjadi saksi Kristus bagi dunia. Hal ini
dapat diwujudkan dalam menghayati hidup sehari-hari sebagai orang beriman di
tempat kerja maupun di tengah masyarakat, ketika menjalin relasi dengan umat
beriman lain, dan dalam relasi hidup bermasyarakat. Melalui bidang karya ini, para
religius diharapkan dapat menjadi saksi, ragi, garam dan terang di tengah
masyarakat sekitarnya. Menjadi saksi Kristus berarti menyampaikan atau
menunjukan apa yang dialami dan diketahui tentang Kristus kepada orang lain.
Gereja juga mewartakan injil kepada dunia dengan kesaksian hidup yang setia pada
Tuhan Yesus (RM, 24). Menjadi saksi Kristus harus siap menanggung banyak
resiko. Yesus berkata "Kamu akan dikucilkan bahkan akan datang saatnya bahwa
setiap orang yang membunuhmu akan menyangka ia berbuat bakti pada Allah."
(Yoh 16: 2).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
B. Hubungan Doa dan Karya Pelayanan
Doa dan karya merupakan dua hal yang akrab dalam hidup para religius.
Hidup doa merupakan simbol keterbukaan hati dan jiwa kepada karya
keselamatan; kepada rahmat Allah dan kekuatan-Nya. Sementara itu, karya
pelayanan sendiri didasarkan pada kelekatan hati manusia kepada Allah dan karya-
Nya (Darminta, 1982; 51-52). Dengan kata lain, hidup doa dan karya pelayanan
dihubungkan dengan relasi terhadap sesama. Karya pelayanan merupakan buah
atau hasil dari hidup doa. Hidup doa dan karya pelayanan seorang religius perlu
diseimbangkan. Keduanya tidak boleh dipisahkan karena doa dan karya merupakan
satu kesatuan. Dalam doa, para religius mampu mengarahkan diri kepada persatuan
dengan Tuhan. Persatuan dengan Tuhan akan terlaksana apabila religius
melaksanakan kehendak Allah yang menyelamatkan, sebab doa mengarahkan
manusia kepada karya keselamatan Allah dalam Gereja. Dengan demikian, doa dan
karya pelayanan merupakan satu kesatuan dalam memahami kehendak Allah
dalam karya keselamatan (Darminta, 1982: 51-52).
1. Praktek Doa di Tengah-tengah Pelayanan
Setiap tarekat religius biasanya mempunyai konstitusi dan aturan-aturan
tertentu guna menjaga keseimbangan antara karya pelayanan dan doa. Karya
pelayanan dan doa diatur menurut spiritualitas tarekat masing-masing (Darminta
1982: 53). Aturan-aturan tersebut dibuat supaya dalam tarekat tersebut, setiap
anggota tetap memperhatikan hidup doa di tengah-tengah pelayanannya.
Kesibukan karena pekerjaan, tanpa disadari bisa meninggalkan waktu doa begitu
saja. Supaya doa dan pelayanan religius dapat seimbang, para religius perlu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
meluangkan waktu secara teratur dan penuh kesadaran. Dalam hal ini, hidup doa
perlu disadari kegunaannya, terutama dalam hal pemeriksaan batin supaya
motivasi pelayanan yang dilakukan senantiasan dimurnikan.
Tujuan dari doa dalam kehidupan para religius ialah melaksanakan
kehendak Allah. Oleh karena itu, sangat penting bahwa para religius membina
hidup doa terus-menerus