of 159 /159
KAJIAN TERHADAP MAKNA HIDUP DOA DALAM KARYA PELAYANAN PARA SUSTER FRANSISKUS DINA (SFD) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh: Berliana Simbolon NIM: 091124037 PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file(Ams 16:3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. vi PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Embed Size (px)

Text of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk file(Ams 16:3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN...

  • KAJIAN TERHADAP MAKNA HIDUP DOA DALAM KARYA PELAYANAN

    PARA SUSTER FRANSISKUS DINA (SFD)

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

    Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

    Oleh:

    Berliana Simbolon

    NIM: 091124037

    PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

    KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

    JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2014

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ii

    SKRIPSI

    KAJIAN TERHADAP MAKNA HIDUP DOA DALAM KARYA PELAYANAN

    PARA SUSTER FRANSISKUS DINA (SFD)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iii

    SKRIPSI

    KAJIAN TERHADAP MAKNA HIDUP DOA DALAM KARYA PELAYANAN

    PARA SUSTER FRANSISKUS DINA (SFD)

    Dipersiapkan dan ditulis oleh

    Berliana Simbolon

    NIM : 091124037

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv

    PERSEMBAHAN

    Skripsi ini kupersembahkan kepada:

    Seluruh anggota Kongregasi Suster Fransiskus Dina,

    yang telah memberi perhatian, cinta, doa, serta dukungan kepada saya selama

    menjalani kuliah di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

    Universitas Sanata Dharma.

    Komunitas Fonte Colombo, keluargaku, sahabat dan teman-temanku yang telah

    memberi dukungan dan kepercayaan dengan caranya masing-masing.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • v

    Motto

    “Serahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan, maka terlaksanalah segala rencanamu”

    (Ams 16:3)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vi

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

    Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

    menurut karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

    kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

    Yogyakarta, 19 Desember 2014

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vii

    PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

    KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

    Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

    Yogyakarta:

    Nama: Berliana Simbolon

    Nim : 091124037

    Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan

    Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul KAJIAN TERHADAP

    MAKNA HIDUP DOA DALAM KARYA PELAYANAN PARA SUSTER

    FRANSISKUS DINA (SFD). Dengan demikian saya memberi hak kepada

    Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain

    demi kepentingan akademis tanpa meminta ijin dari penulis maupun memberikan

    royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

    Demikian pernyataan ini saya perbuat terimakasih.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    ABSTRAK

    Skripsi ini berjudul KAJIAN TERHADAP MAKNA HIDUP DOA DALAM

    KARYA PELAYANAN PARA SUSTER FRANSISKUS DINA (SFD). Penulis

    memilih judul ini bertolak dari kesan pribadi akan para SFD yang sedang berkarya

    pada saat ini, yakni kurang menghayati makna doa dalam hidup hariannya. Hal ini

    dapat disebabkan oleh kesibukan dalam berkarya sehingga ada kecenderungan untuk

    memprioritaskan pekerjaan dari pada doa.

    Para SFD mesti bercermin pada hidup Kristus yang selalu menyediakan waktu

    untuk berdoa. St. Fransiskus dan Sr. Pendahulu (Muder Yohanna Yesus, dan Muder

    Constantia van der Linden) juga meneladan hidup Yesus. Mereka meneladani hidup

    Yesus yang menyerahkan diri sepenuhnya kepada kehendak Allah lewat sikap dan

    tindakannya dalam karya pelayanan-Nya. Untuk menimba kekuatan dari hidup doa,

    para SFD diharapkan berusaha terus-menerus meneladani Yesus, Sang Pendoa.

    Menanggapi situasi dan permasalahan di atas, penulis menggunakan kajian

    pustaka dengan metode deskriptif. Penulis mempelajari dan mendalami buku-buku

    spiritualitas yang diterbitkan oleh kongregasi dalam membantu menghayati hidup doa

    berdasarkan spiritualitas SFD. Selain itu, penulis juga menggunakan buku-buku dari

    sumber lain yang relevan untuk memperkaya dan memperdalam gagasan-gagasan dan

    refleksi rohani guna membantu para SFD untuk semakin memaknai hidup doa dalam

    karya pelayananya.

    Maka, untuk membantu para SFD dalam meningkatkan hidup doa, penulis

    mengusulkan program pendalaman iman dalam bentuk katekese dengan model SCP.

    Model ini dianggap relevan karena menggarisbawahi peran-keberadaan peserta

    sebagai subyek yang bebas dan bertanggungjawab. Berdasar pada refleksi kritis atas

    pengalaman hidupnya dalam kaitannya dengan situasi konkret, peserta sebagai subyek

    secara aktif dan kreatif menghayati imannya dan dapat mewujudkan dalam

    pelayanannya. Melalui katekese ini, para SFD diharapkan terbantu dalam menghayati

    dan meningkatkan makna hidup doa dalam karya pelayanan melalui tugas perutusan

    yang sudah dipercayakan kepada masing-masing anggota SFD.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ix

    ABSTRACT

    This writing entitled KAJIAN TERHADAP MAKNA HIDUP DOA DALAM

    KARYA PELAYANAN PARA SUSTER FRANSISKUS DINA (SFD) (The

    Explanation of Purpose of the Life of Prayer in the Mission of Sisters Franciscan

    Minor). The author chose this title based on the personal impression towards the

    sisters who are now in their ministries, it seems that they have such a lack of

    “awareness” of the purpose of prayer in their daily lives. This might be caused by their

    businesses in ministries that they have such a tendency to give priority for the work

    than the prayer.

    The sisters have to reflect to Christ’s life who always spares his time to pray.

    St. Francis of Asisi and the Former Sister (Sr. Yohanna of Jesus and Sr. Constantia

    van der Linden) also imitated that Jesus’ lifestyle. This thing became real in

    surrendering His will according to God’s through his actions in His missions. To have

    such power from the life of prayer, the Sisters continuously are suggested to able to

    imitate Jesus, the Man of Prayer.

    To respond the situation and problem above, the author (in this writing) uses

    descriptive method that needs some literatures. The author learned and studied some

    spirituality books which are published by the order in helping the Sisters to live the life

    of prayer according to the spirituality of SFD. The author also uses some books from

    another sources which are relevant to enrich and deepen the thought and spiritual

    reflection to help the Sisters to define the life of prayer in their ministries.

    For that reason, to help the Sisters in increasing the life of prayer, the author

    proposes a program of growth of faith in a form of catechesi with model SCP. This

    model is seen as a relevant form because stresses the action and the present of the

    members as a free and responsible subject. Based on critical reflection on his life

    experience and in line with the concrete situation, the member as subject actively and

    creatively live his faith and can fulfill it. Through this program, the Sisters should feel

    helped in living and increasing the purpose of life of prayer in their missions which are

    given to each sister of SFD.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kepada Allah yang mahabaik, berkat bimbingan-Nya penulis

    dapat menyelesaikan tulisan skripsi ini dengan judul KAJIAN TERHADAP

    MAKNA HIDUP DOA DALAM KARYA PELAYANAN PARA SUSTER

    FRANSISKUS DINA (SFD). Penulisan skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat

    kelulusan sarjana sastra 1 pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi

    Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma

    Yogyakarta.

    Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis menghadapi kesulitan, tantangan

    kegembiraan sukacita dan semua pengalaman teresebut memperkaya wawasan penulis.

    Pengalaman-pengalaman tersebut dapat dilalui karena bantuan dan dukungan serta

    doa-doa dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menghaturkan banyak terimakasih

    kepada:

    1. Rm. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung., SJ., M.Ed, selaku dosen pembimbing

    utama yang telah meluangkan waktu, perhatian, membimbing penulis dengan

    penuh kesabaran, memberi gagasan, refleksi, inspirasi dan kritikan yang

    membangun sehingga memotivasi penulis menuangkan ide dalam menyelesaikan

    skripsi ini sampai akhir.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iii

    2. Bpk. FX. Dapiyanta, SFK., M.Pd, selaku dosen penguji kedua sekaligus dosen

    pembimbing akademik yang telah memberikan perhatian, dukungan, semangat

    kepada penulis sampai penyelesaian penulisan sikripsi ini.

    3. Bpk. Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd, selaku dosen penguji ketiga yang telah

    mendukung dan memotivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan sikripsi ini.

    4. Segenap Staf Dosen dan karyawan Prodi IPPAK yang telah mendampingi,

    membekali, pengetahuan dan ketrampilan kepada penulis selama menjalani masa

    studi hingga akhir penyelesaian sikripsi ini.

    5. Sr. Adriana Turnip SFD, selaku pemimpin kongregasi SFD yang telah memberi

    kesempatan kepada penulis untuk menjalani studi di Program studi Ilmu

    Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma.

    6. Para saudariku komunitas Fonte Colombo serta semua suster yang pernah tinggal

    bersama dengan penulis selama studi di Yogyakarta yang memberi dukungan,

    perhatian dan doa selama menempuh studi.

    7. Teman-teman mahasiswa angkatan 2009/2010 (Fery Fredericus, Sr. Felisitas, PIJ,

    Sr. Verena, SSps, Tri Agnes, Bernadetta Linda Kusumawati, Maria Herlina Nahak,

    Yosefina Serfiana Mea) yang telah memberi perhatian, dukungan dan bantuan

    kepada penulis dalam studi dan atas kerjasama yang baik selama perjalanan studi.

    8. Sahabat dan kenalan serta siapa saja yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

    yang selama ini dengan tulus membantu dan memberikan perhatian kepada penulis

    sehingga selesainya skripsi ini.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv

    9. Orang tua dan seluruh anggota keluarga yang dengan setia memberikan dukungan,

    doa, cinta, perhatian dan motivasi selama ini.

    10. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan namanya yang selama ini

    memberikan perhatian dan dukungan kepada penulis.

    Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

    karena itu penulis terbuka untuk menerima kritikan dan saran dari pembaca demi

    perbaikan lebih lanjut. Penulis berharapa semoga sikripsi ini dapat bermanfaat bagi

    para pembaca khususnya bagi para suster SFD.

    Yogyakarta, 19 Desember 2014

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • v

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................................... iii

    HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................................... iv

    MOTTO ............................................................................................................................. v

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................................... vi

    PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............................. vii

    ABSTRAK ..................................................................................................................... viii

    ABSTRACT ....................................................................................................................... ix

    KATA PENGANTAR ....................................................................................................... x

    DAFTAR ISI ................................................................................................................... xii

    DAFTAR SINGKATAN ............................................................................................... xvii

    BAB I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 4

    C. Tujuan Penulisan ................................................................................................... 5

    D. Manfaat Penulisan ................................................................................................. 5

    E. Metode Penulisan .................................................................................................. 5

    F. Sistematika Penulisan ............................................................................................ 6

    BAB II. DOA DAN KARYA PELAYANAN DALAM HIDUP RELIGIUS

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vi

    A. Doa dalam Hidup Religius .................................................................................... 8

    1. Pengertian Doa ................................................................................................ 9

    2. Fungsi doa ..................................................................................................... 12

    3. Bentuk-bentuk Doa ....................................................................................... 13

    a. Doa Lisan ................................................................................................ 14

    b. Doa Renung ............................................................................................. 15

    c. Doa Batin ................................................................................................. 15

    4. Ciri-ciri Doa Kristen ...................................................................................... 17

    a. Doa kepada Allah Bapa ........................................................................... 17

    b. Doa dalam Nama Yesus .......................................................................... 18

    c. Doa Pengantaraan Yesus Kristus ............................................................ 19

    d. Doa dalam Roh Kudus ............................................................................ 20

    5. Persoalan Doa ................................................................................................ 21

    a. Kesukaran-kesukaran Doa ...................................................................... 22

    b. Pergumulan dalam Doa ........................................................................... 23

    6. Peran Doa dalam Hidup Religius .................................................................. 24

    a. Doa Berakar dalam Hidup Religius......................................................... 25

    b. Hidup Berakar dalam Doa ....................................................................... 26

    B. Karya Pelayanan Religius ................................................................................... 27

    1. Misi Pelayanan Religius ................................................................................ 27

    2. Pelayanan yang Profetis ................................................................................ 29

    3. Macam-macam Karya Pelayanan Religius.................................................... 30

    a. Liturgi ..................................................................................................... 31

    b. Pewartaan ............................................................................................... 31

    c. Persekutuan ............................................................................................ 32

    d. Pelayanan ............................................................................................... 32

    e. Kesaksian ............................................................................................... 33

    C. Hubungan Doa dan Karya Pelayanan .................................................................. 34

    1. Praktek Doa di Tengah-tengah Pelayanan Religius ...................................... 34

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vii

    2. Peran Doa dalam Pelayanan Religius ............................................................ 35

    3. Pelayanan sebagai Wujud Doa ...................................................................... 36

    a. Hubungan yang Akrab dengan Tuhan ..................................................... 37

    b. Relasi terhadap Sesama ........................................................................... 38

    BAB III. MAKNA HIDUP DOA DALAM KARYA PELAYANAN PARA SUSTER

    FRANSISKUS DINA

    A. Sejarah Awal Berdirinya Kongregasi SFD ......................................................... 40

    B. Visi dan Misi SFD .............................................................................................. 47

    C. Spiritualitas Kongregasi Suster Fransiskus Dina ................................................ 50

    1. Semangat Cinta Kasih ................................................................................... 51

    2. Kesederhanaan Kristiani yang Sejati ............................................................. 53

    3. Semangat Rajin dan Giat ............................................................................... 54

    4. Lepas Bebas ................................................................................................... 55

    5. Semangat Doa ............................................................................................... 56

    D. Doa dan Karya Pelayanan dalam Kongregasi SFD ............................................. 60

    1. Doa dalam Kongregasi SFD .......................................................................... 60

    2. Pengertian Pelayanan .................................................................................... 61

    3. Pelayanan dalam Gereja ................................................................................ 62

    4. Pelayanan sebagai Fransiskan ....................................................................... 63

    5. Tujuan Pelayanan .......................................................................................... 64

    a. Demi Terwujudnya Nilai-nilai Kerajaan Allah ....................................... 65

    b. Mendampingi dan Memberdayakan Orang-orang Kecil ......................... 66

    6. Tantangan dalam Pelayanan Kongregasi SFD .............................................. 67

    a. Tantangan Internal ................................................................................... 68

    b. Tantangan Eksternal ................................................................................ 68

    7. Jenis-jenis Karya Pelayanan dalam Kongregasi SFD ................................... 70

    a. Karya Pelayanan di Bidang Pendidikan .................................................. 70

    b. Karya Pelayanan di Bidang Kesehatan ................................................... 71

    c. Karya Pelayanan di Bidang Sosial .......................................................... 72

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    d. Karya Pelayanan di Bidang Pastoral ....................................................... 73

    E. Makna Doa dalam Karya Pelayanan Para SFD ................................................... 73

    1. Doa sebagai Penopang dalam Pelayanan Para SFD ..................................... 74

    2. Doa sebagai Sumber Kekuatan bagi Para SFD dalam Berkarya ................... 75

    3. Doa sebagai Sumber Cinta Kasih dalam Pelayanan Para SFD ..................... 76

    4. Doa sebagai Sumber Persatuan dengan Umat dalam Mewartakan Kerajaan

    Allah .............................................................................................................. 77

    BAB IV KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS SEBAGAI USAHA

    MENINGKATKAN HIDUP DOA PARA SUSTER SFD DALAM KARYA

    PELAYANAN

    A. Komponen pokok dalam Katekese Shared Christian Praxis (SCP) ................... 78

    1. Praksis ........................................................................................................... 78

    2. Kristiani ......................................................................................................... 79

    3. Shared ............................................................................................................ 80

    4. Langkah-langkah Shared Christian Praxis (SCP) ........................................ 81

    a. Langkah I: Pengungkapan Pengalaman Hidup Faktual .......................... 82

    b. Langkah II: Refleksi Kritis atas Sharing Pengalaman Hidup Faktual .... 83

    c. Langkah III: Mengusahakan supaya Tradisi dan Visi Kristiani Lebih

    Terjangkau ............................................................................................... 84

    d. Langkah IV: Interpretasi/Tafsir Dialektis antara Tradisi dan Visi

    Kristiani dengan Tradisi dan Visi Peserta ............................................... 85

    e. Langkah V: Keterlibatan Baru demi makin Terwujudnya Kerajaan

    Allah di Dunia ini .................................................................................... 86

    B. Alasan Katekese Shared Christian Praxis (SCP) Digunakan sebagai Usaha

    Meningkatkan Hidup Doa dalam Karya Pelayanan Para SFD ............................ 87

    C. Usulan Program Katekese ................................................................................... 90

    1. Pengertian program ....................................................................................... 90

    2. Tujuan Program ............................................................................................. 91

    3. Rumusan Tema dan Tujuan ........................................................................... 91

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ix

    4. Petunjuk Pelaksanaan Program Kegiatan Katekese Umat Model SCP ......... 93

    5. Matriks Program ............................................................................................ 94

    6. Contoh Persiapan Katekese Model SCP ....................................................... 98

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ........................................................................................................ 121

    B. Saran .................................................................................................................. 123

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 125

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 : Lirik Lagu ................................................................................................. (1)

    Lampiran 2 : Teks Injil ................................................................................................... (3)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x

    DAFTAR SINGKAT

    A. Singkatan Kitab Suci

    Seluruh singkatan Kitab Suci dalam sikripsi ini mengikuti Kitab Suci

    Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab

    Indonesia ditambah dengan Kitab-kitab Deuterokanonika yang diselenggarakan oleh

    Lembaga Biblika Indonesia.

    Ams : Amsal

    Ef : Efesus

    Flp : Filipi

    Kid : Kidung Agung

    Kis : Kisah Para Rasul

    Luk : Lukas

    Mat : Mateus

    Mrk : Markus

    Rm : Roma

    Yoh : Yohannes

    1 Sam : 1 Samuel

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi

    B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

    CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohannes Paulus II

    kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa

    kini, 16 Oktober 1979.

    GS : Gaudium Et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II mengenai tentang

    Gereja di Dunia Dewasa ini, 7 Desember 1965.

    KGK : Katekismus Gereja Katolik

    KHK : Kitab Hukum Kanonik

    KWI : Konfrensis Wali Gereja Indonesia

    RM : Redemptoris Missio. Enssiklik (Surat Edaran) Bapa Suci Yohannes paulus

    II tentang Amanat Misioner Gereja, 7 Desember 1990

    VC : Vita Consecrata, Anjuran Apostolik Paus Yohannes Paulus II tentang

    Hidup Bakti bagi para religius, 25 Maret 1996.

    C. Singkatan Lain

    AD : Anggaran Dasar dan cara hidup ordo ketiga regular Santo Fransiskus Asisi.

    diberikan di Roma oleh Paus Yohannes Paulus II pada 8 Desember 1982

    AngTBul : Anggaran Dasar tanpa bulla

    Art : Artikel

    FAK : Fransiskus Asisi Karya-karyanya. Buku yang berisi karya-karya St.

    Fransiskus Asisi semasa Hidupnya.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii

    Konst : Konstitusi.

    SCP : Shared Christian Praxis

    SEKAFI : Sekretariat Keluarga Fransiskan Indonesia

    SFD : Suster Fransiskus Dina

    Tkapitel : Tengah Kapitel

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Dalam Konstitusi SFD (2007 art, 30-31) dirumuskan:

    Keyakinan penuh kepercayaan bahwa Allah adalah dasar penopang hidup

    dan bahwa dia adalah basis yang diandalkan oleh persekutuan kita,

    membutuhkan bentuk ungkapan yang nyata. Karena itu doa pribadi dan doa

    bersama pada hakekatnya termasuk cara hidup kita. Dalam injil kita

    berjumpa dengan Yesus yang pada banyak saat kehidupan-Nya bersatu

    dengan Bapa dalam doa (Luk 11:1-4) Fransiskus dalam memuji dan

    bersyukur tidak mempunyai cukup perkataan untuk melagukan cinta kasih

    Tuhan terhadap manusia dan seluruh ciptaan-Nya (AngTBul 23). Tentang

    pendiri kongregasi kita tertulis, bahwa dalam hidup membiara mereka yang

    diperbaharui dan aktif, doa tetap mendapat tempat yang penting. Semua

    karya mereka ditopang oleh doa dan dalam segala kebutuhan mereka, doa

    itu menjadi pernaungan mereka yang besar.

    Pernyataan di atas menegaskan tentang betapa pentingnya doa bagi

    kehidupan para SFD. Doa menjadi penopang dan dasar hidup para SFD dalam

    seluruh hidup dan karyanya. Seperti Yesus atau juga seperti para kudus, pendiri

    dalam kongregasi SFD yang menjadikan doa sebagai sumber kekuatan

    spiritualnya, demikian juga doa merupakan kekuatan dan nafas hidup bagi para

    SFD.

    Dalam doa, umat beriman mempererat relasinya dengan yang ilahi. Dalam

    doa, umat beriman berjumpa dengan Allahnya. Hayon (1987:125) menyatakan

    “Doa adalah pengalaman perjumpaan dengan Allah dan sesama”. Dalam doa, para

    SFD mengungkapkan dirinya di hadapan Allah dan sekaligus menerima pernyataan

    diri Allah kepadanya. Dalam doa, para SFD mendengar sabda Tuhan dan menaruh

    perhatian terhadap karya-Nya. “Bersabdalah Tuhan, sebab hambamu

    mendengarkan” ( 1 Sam 3: 10).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    Darminta (1983: 38-41) merumuskan:

    Doa merupakan gerak Allah menuju kepada manusia dan manusia menuju

    kepada Allah. Dalam doa ada ritme pertemuan yang terdiri dari sapaan dan

    jawaban. Dalam doa manusia diajak untuk melihat Allah, mengalami Allah

    dalam kemuliaan-Nya. Doa baru sungguh berarti bila berdampak dalam

    kehidupan nyata. Doa membuat orang lebih efektif dalam berkarya di

    tengah dunia. Doa mendorong kita untuk semakin mengusahakan

    perkembangan dan pembebasan manusia sepenuhnya, baik secara material

    maupun spiritual.

    Kutipan tersebut menegaskan bahwa hubungan personal antara manusia

    dengan Allah yang terbina melalui doa akan meningkatkan efektivitas hidup para

    SFD, serta menjadikan hidup seseorang memiliki dampak positif, baik bagi dirinya

    maupun bagi sesamanya. Melalui doa, para SFD didorong untuk semakin

    melibatkan diri dalam karya pembebasan dan penyelamatan sesama. Disadari atau

    tidak, hidup doa dan karya pelayanan saling mendukung dan menyuburkan. Hidup

    doa merupakan tiang dan tempat menimba kekuatan bagi pengabdian kepada

    Tuhan lewat pelayanan kepada sesama.

    Penulis, sebagai salah satu anggota Kongregasi Suster Fransiskus Dina

    (SFD), berusaha terus-menerus mengikuti Yesus seturut teladan dan semangat

    Santo Fransiskus Asisi, Muder Yohanna Yesus dan pendiri kongregasi dalam hal

    mendasarkan karya kerasulan pada doa. Santo Fransiskus berusaha keras untuk

    menyerupakan hidupnya dengan hidup Yesus Kristus sendiri dengan mencintai

    kemiskinan dan kerendahan hati serta melalui semangat doa yang tak kunjung

    putus. Santo Fransiskus menyadari bahwa berkat doa, ia dimampukan untuk

    melihat karya Allah dalam dirinya, serta diteguhkan untuk mengikuti Yesus secara

    total.

    Demikian juga Muder Yohana Yesus dan pendiri kongregasi menghayati

    hidupnya sebagai seorang abdi Tuhan yang melaksanakan karyanya atas dasar doa.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    Doa yang dihidupi oleh ibu pendiri sungguh memberi makna dalam pelayanan dan

    dalam hidup para suster Peniten Rekolek pada waktu itu. Bagi Muder Yohanna

    Yesus, doa adalah hal yang wajib dilakukan pada setiap jam doa yang sudah

    ditentukan dalam aturan komunitas.

    Semangat doa yang diwariskan oleh Santo Fransiskus dan Muder Yohanna

    Yesus dan pendiri SFD menjadi inspirasi yang menjiwai para Suster Fransiskus

    Dina, sebab doa yang tulus akan mengubah cara pandang para Suster Fransiskus

    Dina untuk berpikir pada hal-hal yang positif bagi perkembangan kongregasi

    melalui karya pelayanan. Doa menjadi dasar yang pertama dan utama dalam hidup

    Para Suster Fransiskus Dina.

    Di lain pihak, dalam situasi sekarang ini, penulis melihat dan merasakan,

    bahwa semangat doa Santo Fransiskus, Muder Yohanna Yesus dan pendiri SFD

    (Muder Constantia van der Linden) mengalami kemunduran dalam diri para Suster

    Fransiskus Dina. Waktu-waktu doa yang disepakati dalam komunitas sering

    dilanggar/tidak ditepati dengan alasan karena tugas pelayanan. Kerap kali doa

    dianggap hanya sebagai rutinitas saja; bahkan ada yang menjalankan doa karena

    merasa terpaksa atau bahkan supaya dilihat orang hadir waktu berdoa padahal hati

    dan pikiran entah kemana-mana. Doa seakan-akan hanya suatu tradisi yang harus

    dilakukan tanpa ada maknanya.

    Penulis melihat dan mengalami bahwa kemunduran hidup doa para SFD

    juga berpengaruh pada orientasi hidup mereka, yaitu bahwa sangat sering doa

    dinomorduakan daripada karya. Padahal, pendiri dan para pendahulu tarekat,

    seperti Santo Fransiskus dari Asisi, Muder Yohana dan Muder Constantia van der

    Linden sangat menekankan keterkaitan erat antara doa dan karya, yaitu bahwa

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    karya pelayanan SFD harus dilandaskan pada doa. Sayangnya, keheningan doa

    sebagai dasar, sering berubah menjadi kegaduhan karya. Akibatnya bisa fatal dan

    berdampak negatif bagi panggilan, pelayanan dan juga dalam persaudaraan. St.

    Yohanes dari salib berkata bahwa siapa menjauhi doa, menjauhi segala yang baik.

    Berangkat dari keprihatinan tersebut penulis terdorong untuk

    menyumbangkan suatu pemikiran penting lewat karya tulis ini untuk menemukan

    kembali makna luhur kehidupan doa yang mendasari karya. Kehidupan doa para

    SFD turut memengaruhi karya pelayanan mereka. Doa merupakan hal pokok yang

    perlu mereka hidupi, sebagaimana semangat awal para pendahulunya yang

    sungguh-sungguh mengutamakan doa dalam hidup mereka. Apabila doa dihayati

    dengan baik, maka doa akan menjadi daya yang mengembangkan persaudaraan

    dan karya pelayanan para SFD. Buku Konstitusi SFD (2007 art 31) menegaskan

    bahwa semua karya para SFD harus ditopang oleh doa, dan dalam segala

    kebutuhan, doa itu menjadi pernaungan para SFD yang besar.

    Dalam rangka penemuan kembali makna hidup doa seperti yang telah

    diteladankan oleh para pendahulu SFD, maka penulis membuat karya tulis ini

    dengan judul: “KAJIAN TERHADAP MAKNA HIDUP DOA DALAM KARYA

    PELAYANAN PARA SUSTER FRANSISKUS DINA (SFD)

    A. RUMUSAN MASALAH

    Secara garis besar penulis merumuskan beberapa permasalahan yang akan

    dibahas dalam karya tulis ini sebagai berikut:

    1. Bagaimana pengertian hidup doa dan karya pelayanan dalam hidup religius ?

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    2. Unsur-unsur apa saja yang perlu dipahami, dimengerti dan dihayati untuk dapat

    memaknai hidup doa dalam karya pelayanan para SFD?

    3. Apa yang dapat disumbangkan untuk meningkatkan semangat hidup doa dalam

    karya pelayanan para suster SFD untuk zaman sekarang ini?

    B. TUJUAN PENULISAN

    1. Menguraikan/menjelaskan pengertian hidup doa dan karya pelayanan dalam

    hidup kaum beriman /religius.

    2. Memaparkan unsur-unsur hidup doa dan karya pelayanan para suster SFD

    sesuai dengan semangat pelayanan St. Fransiskus dari Asisi dan para suster

    pendahulu (Muder Yohanna Yesus dan Sr. Constantia van der Linden).

    3. Memberikan sumbangan pemikiran bagi para suster SFD dalam usaha

    meningkatkan doa dalam karya pelayanan.

    C. MANFAAT PENULISAN

    Adapun manfaat penulisan ini adalah sebagai berikut

    1. Memberi masukan kepada tarekat SFD agar semakin memahami dan

    memaknai betapa pentingnya doa dalam karya pelayanan.

    2. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis betapa pentingnya hidup

    doa dalam karya pelayanan untuk zaman sekarang ini.

    3. Menambah wawasan para pembaca tentang makna doa dalam karya pelayanan.

    D. METODE PENULISAN

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    Metode penulisan skripsi ini menggunakan kajian pustaka dengan metode

    deskriptif. Penulis mempelajari dan mendalami buku-buku spiritualitas dan hasil

    kapitel yang diterbitkan oleh kongregasi untuk membantu dan menghayati hidup

    doa berdasarkan spiritualitas SFD. Dalam penulisan ini penulis memaparkan

    tentang spiritualitas para suster pendahulu. Artinya supaya setiap anggota kembali

    kepada semangat awal, bertanggung jawab dalam tugas perutusan dengan

    meneladani cara hidup para suster pendahulu dan Yesus sebagai pendoa. Penulis

    juga mengamati, mengalami sendiri bagaimana para suster yang sedang berkarya

    menghayati hidup doanya kemudian penulis memberi sumbangan kepada para SFD

    dalam usaha meningkatkan hidup doa supaya seimbang dengan pelayanannya.

    Selain itu, penulis juga menggunakan buku-buku dari sumber lain yang relevan

    untuk memperkaya dan memperdalam gagasan-gagasan dan refleksi rohani guna

    membantu para SFD untuk semakin memaknai hidup doa dalam karya pelayanan

    para religius.

    E. SISTEMATIKA PENULISAN

    Secara garis besar, skripsi ini dibagi ke dalam lima bab. Bab pertama,

    pendahuluan; terdiri dari latar belakang penulisan, rumusan permasalahan, tujuan

    penulisan, metode penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan. Bab

    kedua menguraikan tentang doa dan karya dalam kehidupan para religius.

    Pembahasan dimulai dengan menjelaskan doa dalam hidup religius, karya

    pelayanan religius, dan hubungan doa dan karya pelayanan. Bab ketiga berisi

    gambaran tentang makna hidup doa dalam karya pelayanan para suster SFD.

    Dalam bab ini, penulis memaparkan sejarah awal berdirinya kongregasi SFD, visi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    dan misi, spiritualitas kongregasi Suster Fransiskus Dina, karya pelayanan dalam

    kongregasi SFD dan makna doa dalam karya pelayanan para Suster SFD. Bab

    keempat berupa sumbangan pemikiran dalam bentuk katekese model Shared

    Christian Praxis (SCP) sebagai usaha untuk meningkatkan hidup doa para SFD

    yang sedang berkarya. Akhir dari keseluruhan pemaparan ini adalah bab kelima,

    bab penutup. Bagian ini berisikan kesimpulan mengenai isi penulisan dan saran.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • BAB II

    DOA DAN KARYA PELAYANAN

    DALAM HIDUP RELIGIUS

    Pada bab II ini, penulis akan membahas tentang doa dan karya dalam

    kehidupan para religius. Pembahasan dimulai dengan menjelaskan doa dalam

    hidup religius, yang mencakup tentang pengertian doa, fungsi doa, bentuk-bentuk

    doa, ciri-ciri doa Kristen, persoalan doa dan peran doa dalam hidup religius.

    Pembahasan dilanjutkan dengan penjelasan mengenai karya pelayanan religius,

    yang mencakup tentang misi pelayanan religius, pelayanan yang profetis (sebagai

    nabi) dan macam-macam karya pelayanan religius. Pembahasan selanjutnya ialah

    mengenai hubungan doa dan karya pelayanan. Juga akan dibahas mengenai praktek

    doa di tengah-tengah pelayanan religius, peran doa dalam pelayanan religius dan

    pelayanan sebagai wujud doa.

    A. Doa dalam Hidup Religius

    Hidup doa para religius merupakan sebuah warisan dari Yesus Kristus.

    Dalam Injil Markus dikatakan bahwa Yesus mengawali kegiatan-Nya dengan

    berdoa. “Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia

    pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana” (Mrk 1:35). Di tengah-tengah

    kesibukan-Nya, Yesus tetap menyediakan waktu hening untuk berdoa kepada

    Bapa-Nya. Yesus sungguh menghayati hidup doa dalam keseharian-Nya.

    Yesus menjadi teladan bagi para religius. Hidup doa yang dijalani-Nya,

    juga merupakan sumber teladan hidup doa para religius yang mengabdikan dirinya

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    untuk Allah dan pelayanan seumur hidup pada sesama. Pelayanan yang dilakukan

    oleh para religius sungguh terkait dengan hidup doa yang dihayatinya.

    Ada beberapa bentuk hidup doa yang bisa dilakukan oleh para religius

    misalnya; dengan menciptakan waktu hening sejenak, membaca Kitab Suci,

    merenungkan teks doa dan lain sebagainya. Dalam suasana doa tersebut, para

    religius diharapkan dengan rendah hati mampu mengungkapkan berbagai suasana

    hati atau perasaan yang sedang dialaminya. Perasaan tersebut bisa berupa

    ungkapan syukur, permohonan atau pun kegelisahan. Inilah yang menjadi

    persembahannya bagi Allah. Di sinilah juga tampak peran serta Allah dalam

    kehidupan para religius. Dalam doa, setiap religius dengan bantuan Allah, mampu

    merasakan campur tangan Allah dalam setiap tindakannya. Dengan kata lain,

    setiap pengalaman hidup manusia akan menjadi bermakna apabila dihubungkan

    dengan Allah melalui doa.

    1. Pengertian Doa

    Dalam Katekismus Gereja Katolik disebutkan bahwa doa merupakan suatu

    pengangkatan jiwa kepada Tuhan, atau satu permohonan kepada Tuhan demi hal-

    hal yang baik (KGK, 1995: 2559). Pengangkatan jiwa berarti suatu pengarahan

    atau penyerahan diri seutuhnya kepada Allah. Dalam hal ini, setiap religius

    diharapkan dengan sepenuh hati menyerahkan dirinya kepada Allah. Istilah

    pengangkatan jiwa mengajarkan kepada kita bahwa: 1) Tuhan itu mahabaik,

    mahapengasih, mahamurah dan tahu apa yang dibutuhkan setiap orang; 2) doa itu

    mengandaikan usaha dari pihak manusia; 3) doa itu melibatkan hati dan budi

    manusia, yakni pengertian, perasaan dan kemauannya (Green, 1988: 28).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    Doa merupakan bagian hidup keagamaan yang sentral atau penting dalam

    hidup Kristiani karena merupakan bentuk kerinduan manusia untuk berjumpa

    dengan Allah (Harjawiyata, 1979: 63-64). Kesatuan relasi antara Allah dan

    manusia tersebut kemudian tampak nyata dalam pelaksanaan kehendak Allah

    dalam hidup manusia. Inilah yang dipandang sebagai buah dari doa.

    Sebagai bentuk percakapan jiwa manusia dengan Allah, doa dipahami juga

    sebagai jalan persatuan jiwa manusia dengan Allah. Melalui persatuannya dengan

    Allah, manusia selanjutnya terdorong untuk melakukan kehendak Allah yang telah

    memenuhi dirinya (Lukasik, 1991:26). Muder Teresa (1994:13), sebagai salah

    seorang pribadi yang memiliki kedekatan yang intim dengan Kristus berpendapat

    bahwa doa adalah penyerahan diri seluruhnya, kesatuan yang menyeluruh dengan

    Kristus. Melalui doa, setiap orang diajak untuk menyerahkan hidupnya kepada

    penyelenggaraan Ilahi dan melalui doa, setiap orang secara penuh bersatu bersama

    dengan Kristus menjalin relasi dengan Allah. Doa dipandang sebagai suatu

    dorongan hati untuk mengungkapkan pengalaman-pengalaman iman yang

    menyertai perjalanan hidup keseharian seseorang berhadapan dengan orang-orang

    di sekitar. Melalui pengalaman tersebut, dia diajak untuk bersyukur kepada Allah.

    Selain sebagai bentuk perjumpaan rohani manusia dengan Allah, doa juga

    sering dimaknai sebagai permohonan, harapan, pujian, atau syukur kepada Tuhan.

    Kebanyakan orang berdoa untuk menyampaikan permohonan, harapan, pujian dan

    syukur kepada Tuhan. Dalam permohonan tersebut, setiap orang berharap supaya

    apa yang diinginkan dan diharapkannya dipenuhi oleh Tuhan. Harapan dan

    keinginan yang terkabul itu selanjutnya mendorongnya untuk bersyukur dan

    berterimakasih kepada Tuhan dengan menyampaikan doa pujian dan syukur

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    (Hendrik, 2003; 3). Dalam hal ini, baik permohonan maupun ungkapan syukur

    dipandang sebagai jalan untuk berkomunikasi dengan Allah. Manusia

    mencurahkan isi hatinya kepada Allah dan dalam keheningan mendengarkan

    sapaan dan jawaban Allah atas pengungkapan hatinya (Agudo, 1988; 176). Doa

    menjadi lambang kedekatan manusia dengan Allah. Kehadiran-Nya dirasakan

    ketika doa dipanjatkan dan dialamatkan kepada Allah sendiri (Joice, 1987; 221).

    Dalam Konstitusi SFD (Suster-suster Fransiskus Dina) 2007 art 30

    disebutkan bahwa doa merupakan cara hidup para suster SFD. “Keyakinan penuh

    bahwa Allah adalah dasar penopang hidup dan bahwa Dia adalah basis yang

    diandalkan oleh persekutuan kita, membutuhkan bentuk ungkapan yang nyata,

    karena itu doa pribadi dan bersama pada hakekatnya termasuk cara hidup kita”.

    Apa yang tertulis dalam artikel ini, selanjutnya ditegaskan lagi dalam artikel no.

    34: “Pada waktu pagi dan malam kita berkumpul untuk menghaturkan puji dan

    syukur bagi Tuhan dan membawa kebutuhan kita sendiri dan kebutuhan semua

    orang ke hadapan-Nya. Dalam doa berkala tersebut, kita mengindahkan tradisi doa

    yang berabad-abad, dan mendengarkan apa yang sekarang ini hendak disampaikan

    Tuhan kepada kita”. Kedua artikel ini ingin menyatakan bahwa bagi para suster

    SFD, doa merupakan suatu bentuk keyakinan penuh dan kepercayaan bahwa Allah

    adalah dasar, pusat dan penopang kehidupan setiap hari.

    Hal ini diinspirasikan oleh tindakan Yesus sendiri yang senantiasa berdoa

    kepada Bapa-Nya dalam menjalankan tugas perutusan-Nya. Secara khusus

    disebutkan bahwa doa yang berpusat pada perayaan Ekaristi kudus merupakan

    dasar hidup para Suster Fransiskus Dina. Perayaan Ekaristi mengingatkan para

    religius akan pentingnya kenangan, kebaikan dan keagungan kasih Kristus bagi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    dunia dalam karya penyelamatan-Nya. Di dalam doa, kita dituntut untuk senantiasa

    membangun relasi yang intim dengan Allah. Dengan demikian, doa akhirnya

    dipandang sebagai ungkapan kerinduan atau cinta manusia kepada Allah dan hidup

    di hadirat-Nya (Darminta, 1982; 49).

    Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa doa merupakan

    suatu perjumpaan pribadi manusia dengan Allah. Perjumpaan itu menjadi kekuatan

    bagi manusia untuk mengubah dan mengolah hidupnya. Selain itu, doa juga

    dimengerti sebagai kebiasaan untuk menjalin relasi dengan Tuhan.

    Doa dilakukan secara sadar dan dalam bimbingan Roh Kudus. Komunikasi

    yang terjalin antara manusia dengan Allah merupakan hakikat dari doa. Dari pihak

    Allah, Allah sendiri selalu berusaha menyapa manusia terlebih dahulu dan

    mengajak manusia untuk selalu bersatu dengan-Nya. Sementara itu, sebagai

    makhluk yang diciptakan oleh Allah, manusia berusaha untuk memohon, memuji,

    memuliakan Allah, menyerahkan diri pada-Nya dan menjawab sapaan Allah lewat

    pengalaman hidupnya.

    2. Fungsi Doa

    Doa merupakan ungkapan kenyataan hidup manusia sebagai mahluk sosial

    kepada Allah. Doa manusia mengandung dua hal pokok, yaitu permohonan kepada

    Allah dan pengangkatan jiwa kepada Allah. Yang dimaksud dengan permohonan

    kepada Allah menunjuk pada isi doa yang meliputi; ungkapan syukur, pujian, dan

    tobat sedangkan pengangkatan jiwa kepada Allah menjelaskan doa sebagai

    kegiatan manusia yang dialami oleh manusia sehari-hari yang bergerak menuju

    Allah. Artinya doa dapat dilihat sebagai suatu tindakan yang dilakukan oleh

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    manusia. Hal ini mau menunjukkan bahwa dalam diri manusia ada kemampuan

    dan kemungkinan untuk berdoa mengembangkan hidup rohani dengan

    mempersatukan diri dengan Allah. Dengan demikian doa berfungsi sebagai

    penuntun dalam hidup manusia termasuk para religius (Darminta, 1983:29-30).

    Doa tidak terpisahkan dari realita kerohanian manusia yang berhadapan

    dengan Allah. Doa berfungsi sebagai pengubahan rohani (transformasi) hidup

    dalam diri manusia yang dilandasi oleh iman yang realistis tahu akan “tanah” hati

    sendiri, sehingga mampu membentuk kesadaran yang mendalam atas inti dan

    makna hidup manusia dengan Allah. Di sini Allah tampak sebagai suatu kekuatan

    yang memberi religius tanggung jawab untuk mengarahkan hidupnya kepada

    Allah, supaya semakin mengenal, dan bersatu dengan-Nya (Darminta, 1983:61-

    63).

    Kekuatan dan semangat diperoleh dari doa. Dalam doa terdapat seribu

    macam jawaban atas apa yang dialami dan dipikirkan manusia. Pengalaman akan

    Allah dalam hidup membuat manusia semakin dewasa dalam mengatur, menata

    pribadi dan hidup manusia baik internal maupun eksternal. Fungsi doa

    mengungkapkan cinta, kepercayaan dan harapan kita dengan Tuhan. Doa menjadi

    penggerak dalam setiap langkah hidup religius. Dalam hal ini dapat dilihat

    bagaimana doa itu berfungsi dalam diri para religius yang memampukan mereka

    melihat dimensi baru dalam hidupnya. Di dalam doa-doanya, terpancar kasih Allah

    yang tidak berkesudahan.

    3. Bentuk-Bentuk Doa

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    Bentuk-bentuk doa dapat dilihat dari subyek dan cara mendoakannya.

    Bentuk doa dilihat dari cara mendoakannya dibagi menjadi tiga bentuk yaitu; doa

    lisan, doa renung, dan doa batin.

    a. Doa Lisan

    Doa lisan merupakan ungkapan spontan yang diungkapkan, sama seperti

    Yesus mengajar para murid-Nya tentang doa yang hendak disampaikan kepada

    Bapa. Kristus mengajar murid-murid-Nya dengan doa lisan yang bermakna dan

    menyentuh hati para murid ketika Dia mendoakannya. Doa itu ialah Doa Bapa

    Kami (KGK, 1995:2701). Dalam doa-Nya, Yesus menggunakan sebutan Bapa

    untuk menyapa Allah. Jika dilihat dari latar belakang doa dan hidup Yesus, sebutan

    ini mengungkapkan hubungan dan kedekatan Yesus dengan Bapa-Nya. Dengan

    meniru tindakan Yesus, yaitu dengan menyebut Allah sebagai Bapa, manusia dapat

    sepenuhnya menggantungkan dirinya pada kuasa Allah. Tujuan Yesus dalam

    mengajarkan para murid dengan menyebut Allah sebagai Bapa ialah untuk

    mengembalikan manusia ke dalam hubungan yang intim dengan Allah, yang telah

    dirusak oleh Adam.

    Selain doa Bapa kami, terdapat beberapa contoh doa lisan yang lain atau

    doa berumus yang bisa digunakan untuk berdoa, yaitu; doa rosario, mazmur dan

    doa-doa yang terdapat dalam doa pagi, siang dan malam. Doa lisan merupakan

    salah satu bentuk doa yang biasa digunakan oleh para religius dalam menjalin

    relasi dengan Allah. Melalui doa lisan, seorang religius berdoa kepada Allah Bapa

    dengan kesungguhan hatinya.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    b. Doa Renung

    Doa renung biasa juga disebut sebagai doa hening. Dasar dari doa renung

    ialah pencarian kehendak Allah dalam Sabda-Nya. Doa renung atau doa hening

    bertujuan untuk mengajak kaum religius masuk dalam penyadaran diri dan

    merasakan campur tangan Tuhan dalam hidup sehari-hari. Penyadaran tersebut

    dapat dilakukan dengan merenungkan ayat-ayat Kitab Suci yang cocok atau

    menyentuh, teks-teks liturgi pada hari yang bersangkutan atau pun memandang

    ikon/gambar kudus. Doa renung disebut juga dengan meditasi, karena dalam

    meditasi, si pendoa dibawa masuk dalam keheningan yang sungguh-sungguh

    supaya benar-benar mampu menemukan dan menjawab apa yang dikehendaki

    Allah dalam dirinya.

    Dalam keheningan, si pendoa diajak untuk bersatu dengan Allah. Dalam

    artian ini, keheningan batin perlu diperhatikan dan dijaga supaya si pendoa benar-

    benar bisa menemukan rencana Allah, melepaskan segala keterikatan dan

    keegoisan yang membuat diri larut dalam khayalan atau pikiran yang mengacau.

    Harapannya ialah bahwa dalam keheningan, kita dapat berbicara dengan Allah dari

    hati ke hati. Melalui cara inilah, para religius akan dengan mudah bermeditasi

    tentang “misteri Kristus” dalam hidup manusia sejati (KGK; 1995: 2705-2708).

    c. Doa Batin

    Santa Theresia dari kanak-kanak Yesus menuliskan, “Doa batin tidak lain

    dari suatu pergaulan yang sangat ramah, di mana kita sering kali berbicara seorang

    diri dengan Dia, tentang siapa Dia, dan kita tahu bahwa Ia mencintai kita” (KGK,

    1995: 2709). Doa batin bertujuan untuk mencari Dia, "yang jiwaku cintai" (Kid

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    1:7; 3: 1-4). Kita mencari Dia, karena secara rohani, hati kita rindu kepada-Nya.

    Kerinduan inilah yang menjadi awal cinta kasih kepada-Nya. Kita mencari Dia

    dalam iman yang murni, dan dalam iman juga kita dilahirkan dari Dia dan hidup di

    dalam Dia. Dalam doa batin, seluruh pandangan hidup kita diarahkan sepenuhnya

    kepada Tuhan.

    Oleh karena menekankan kedekatan dengan Tuhan, maka doa batin, secara

    langsung membantu religius untuk menemukan campur-tangan Allah dalam

    hidupnya. Doa batin dapat diibaratkan sebagai doa seorang anak Allah, doa

    seorang pendosa yang dosanya sudah diampuni dan menghendaki supaya

    menerima cinta kasih Allah. Melalui doa batin, si pendoa merasa dicintai dan

    terdorong untuk membalasnya dengan cinta kasih yang lebih besar lagi. Akan

    tetapi, dia mengetahui bahwa cinta kasih balasannya itu berasal dari Roh Kudus,

    yang mencurahkannya ke dalam hatinya, karena segala-galanya ialah rahmat Allah.

    Doa batin berarti penyerahan diri secara rendah hati kepada Bapa Yang penuh

    cinta, dalam persatuan yang semakin dalam dengan Putera terkasih-Nya. (KGK,

    1995: 2712).

    Dalam doa batin, yang terpenting ialah mendengarkan Sabda Allah,

    merenungkan dan memandang Yesus dengan penuh iman dan mencintai-Nya tanpa

    banyak kata. Santa Teresa dari Avila berkata bahwa yang terpenting dalam doa

    bukanlah berkata banyak, tetapi mencintai banyak.

    Doa batin adalah puncak doa, karena di dalamnya Allah mempersatukan

    kita dengan kekuatan Roh-Nya, supaya “manusia batin” diperkuat di dalam diri

    setiap manusia, sehingga Kristus tinggal di dalam hati manusia oleh iman, dan

    “berakar serta berdasar di dalam kasih” (Ef 3:16-17). Untuk berakar dan berdasar

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    dalam kasih dibutuhkan Roh Tuhan di dalam batin hingga si pendoa dikuatkan dan

    diteguhkan menurut kekayaan kemuliaan-Nya, mengijinkan Kristus tinggal dalam

    hati dan menguasai seluruh bidang kehidupannya, dan memahami serta mengenal

    kasih Kristus. Oleh karena itulah dalam doa batin tidak dibutuhkan kata-kata yang

    panjang lebar, melainkan suasana hening untuk merenung (Hetu, 2007:29-31)

    Katekismus Gereja Katolik memberikan cara atau langkah untuk masuk

    dalam doa batin. Adapun langkah itu dijelaskan sebagai berikut: di bawah

    dorongan Roh Kudus, kita “mengarahkan” hati dan seluruh diri kita, hidup dengan

    penuh kesadaran dalam kediaman Tuhan, dan menghidupkan iman untuk masuk ke

    hadirat-Nya yang menantikan kita. Dalam proses ini, kita diajak untuk membuka

    topeng kita dan mengarahkan kembali hati kepada Tuhan yang telah mencintai kita

    dan menyerahkan diri kepada-Nya (KGK, 1995:2711 ).

    4. Ciri-ciri Doa Kristiani

    Yesus pernah bersabda kepada para murid-Nya, “Jika engkau berdoa,

    masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu, dan berdoalah kepada Bapamu yang

    ada di tempat tersembunyi. Dia akan membalasnya kepada-Mu” (Mat 6:6). Melalui

    perkataan ini, Yesus ingin menyampaikan kepada para pengikut-Nya bagaimana

    cara berdoa. Yesus menyebutkan sejumlah ‘kriteria’ atau ciri yang hendak

    dilakukan ketika berdoa. Dalam berdoa dibutuhkan sikap dan kesungguhan hati

    yang mendalam. Doa orang Kristen hendaknya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

    a. Doa kepada Allah Bapa

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    Doa Kristen selalu bergerak dalam dua lingkup; lingkup obyektif yang

    berarti masuk dalam hidup Kristus dan lingkup subyektif yang berarti bahwa doa

    itu digerakkan oleh rahmat-Nya. Dalam hal ini, Roh Kudus sendirilah yang

    mempertemukan kedua lingkup itu menjadi satu realita hidup. Roh Kudus itu pula

    yang mengarahkan manusia kepada Allah Bapa. Doa kepada Allah Bapa itu

    berasal dari Bapa dan menuju kepada Bapa (Ef 1:4-14). Allah Bapa merupakan

    sumber kehidupan, segala kebaikan sekaligus tujuan akhir dari kerinduan manusia

    (Darminta, 1982; 21).

    Doa kepada Allah Bapa ini juga merupakan suatu bentuk ungkapan syukur

    sekaligus harapan atas tindakan Allah (Bapa) yang mau menyelamatkan manusia

    melalui Yesus Kristus Putera-Nya dalam Roh Kudus. Hal ini dihadirkan dan

    dinyatakan dalam bentuk doa yang dialamatkan kepada Allah Bapa. Doa berarti

    pengangkatan, penyerahan, pengungkapan hati manusia kepada kehendak Allah,

    agar manusia mengalami kemerdekaan sebagai anak-anak Allah (Darminta, 1983:

    23).

    Dalam arti tertentu, doa kepada Allah Bapa merupakan sebuah bentuk

    sapaan yang intim antara Bapa dengan Anak, yang tidak dapat dipisahkan

    melainkan suatu kesatuan yang utuh. Berkat Yesus yang menyebut Allah sebagai

    Bapa-Nya, kita juga ikut dipersatukan atau diikutsertakan dalam keputeraan-Nya,

    sehingga setiap orang (Kristen) disebut sebagai anak Allah (Bapa) juga.

    b. Doa dalam Nama Yesus

    Doa dalam nama Yesus Kristus mengungkapkan kesatuan orang Kristen

    dengan Yesus Kristus. Wajar bila dalam berdoa, Gereja selalu menyebutkan nama

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    Yesus. Yesus menghendaki agar doa dalam nama-Nya dilandasi oleh semangat

    cinta Kasih. Tanpa cinta kasih doa tidaklah bermakna.

    Sebagai seorang religius yang mau hidup selaras dengan Kristus, seseorang

    perlu menekuni apa yang dikehendaki-Nya seperti ditulis dalam Kitab Suci.

    “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul

    salibnya setiap hari dan mengikut Aku” (Luk 9:23). Mengikut Yesus berarti

    menyesuaikan dan menyatukan pilihan hidup religius dengan pilihan-Nya dan

    menghidupi nilai-nilai yang Ia wariskan. Dalam hal ini, doa dalam nama Yesus

    mengungkapkan kesatuan orang Kristen dengan Yesus Kristus. Orang-orang

    Kristen selalu berdoa dengan menyebut nama Yesus Kristus (Kis 7:59; 9:14).

    Mereka berkumpul dalam nama Yesus dan berdoa dalam nama-Nya. Yesus ada di

    tengah-tengah mereka (Mat 18:20). Dengan demikian, sebagai pengikut Kristus,

    seorang religius perlu menghayati hidup doa sebagai kesatuan iman dengan Yesus

    Kristus (Darminta, 1982: 20).

    c. Doa dengan Pengantaraan Yesus Kristus

    Doa Kristen merupakan doa yang dilakukan dalam kesatuan dan

    persekutuan rohani dengan Kristus. Yesus dilihat tidak hanya sebagai guru doa

    orang Kristen, tetapi juga pengantara. Doa-doa orang Kristen selalu dihubungkan

    dengan pribadi Yesus Kristus. Dialah pengantara setiap doa dan permohonan. Doa

    dengan pengantaraan Kristus ini mengungkapkan terlaksananya rencana

    keselamatan Allah dalam diri Yesus. Doa ini tumbuh dari kesadaran iman bahwa

    dengan kekuatan Yesus, keselamatan menjadi nyata dalam hidup manusia

    (Darminta, 1981: 21). Berdoa dengan perantaraan Yesus Kristus mengungkapkan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    kesatuan dengan-Nya. Oleh karena itu, sebagai pengikut Yesus, orang Kristen

    perlu menyatukan diri dengan Allah melalui Yesus Kristus sebagai penyelamat

    dunia.

    Keberadaan Yesus sebagai pengantara merupakan sebuah amanat yang

    pernah disampaikan oleh Yesus sendiri. Dia berkata, “Di luar Aku, kamu tak dapat

    berbuat apa-apa” (Yoh 15: 5). Ia adalah satu-satunya jalan untuk sampai pada

    Allah (Yoh 14: 6). Itulah sebabnya, dalam setiap doa termasuk doa-doa dalam

    perayaan Ekaristi (doa pembuka, persiapan persembahan, sesudah komuni) atau

    pun doa-doa pribadi lainnya, Yesus disebut sebagai pengantara. Hal ini

    diungkapkan dengan jelas dalam perumusan, “Kami menghaturkan doa ini dengan

    pengantaraan Yesus Kristus Juru Selamat kami” (KWI, 2005: 61). Rumusan ini

    menjelaskan identitas Yesus sebagai pengantara. Yesus bertindak sebagai utusan

    Bapa yang menyelamatkan manusia dari dosa (KWI, 1996: 196).

    d. Doa dalam Roh Kudus

    Sebelum Yesus menjalankan penderitaan-Nya, dalam amanat perpisahan

    bersama dengan para murid-Nya, Ia bersabda, “Namun benar yang kukatakan ini

    kepadamu; adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku

    tidak pergi, Penghibur tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku

    akan mengutus Dia kepadamu (Yoh 16: 7). Ini berarti bahwa Roh yang akan diutus

    akan membimbing serta menguatkan para murid-Nya. Perkataan Yesus ini

    digenapi-Nya pada hari raya Pentakosta, Hari Turunnya Roh Kudus. Para murid

    yang mula-mula mengalami ketakutan, akhirnya bersukacita karena Roh Kudus

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    yang dicurahkan atas diri mereka masing-masing, sehingga mereka berani untuk

    bersaksi tentang kebangkitan Yesus.

    Dalam Surat Rasul Paulus kepada umat di Roma (8: 26-27) dikatakan;

    Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita: sebab kita tidak

    tahu, bagaimana harus berdoa: tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada

    Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Dan Allah yang

    menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia,

    sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus.

    Orang-orang Kristen termasuk para religus diminta untuk selalu tekun

    berdoa dalam Roh Kudus, sebab Roh Kudus adalah Roh Kristus dan jiwa dari

    tubuh mistik-Nya, yaitu Gereja. Roh Kudus membantu untuk menyempurnakan

    doa yang dipanjatkan kepada Allah. Ia mempersatukan kita dengan Kristus, dan

    dalam Kristus satu dengan yang lainnya (Jacobs, 1988: 119).

    Sebagaimana telah dijelaskan, seorang religius tidak lepas dari doa, sebab

    dalam doa, orang menerima kekuatan yang tidak pernah habis. Kekuatan itu

    berasal dari Roh Kudus. Kekuatan bisa bertahan apabila Roh Allah menjadi

    penggerak di dalamnya. Roh Kudus membimbing seorang religius agar sadar akan

    hidupnya secara mendalam. Roh Kudus membimbing dan mengajar religius dalam

    menanti saat terjadinya keselamatan (Darminta, 1983: 22). Oleh karena itu agar

    sampai pada penghayatan doa, dibutuhkan suatu pengosongan diri dan sikap

    keterbukaan akan datangnya Roh Kudus dalam dirinya. Dengan demikian, seluruh

    gerak dan langkah hidup religius selalu diprakarsai oleh Roh Kudus.

    5. Persoalan dalam Doa

    Hidup doa tidak selalu berjalan mulus. Dalam berdoa terkadang muncul

    ‘persoalan’ yang membuat kita tidak bisa berdoa. Ada banyak faktor yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    menyebabkannya. Persoalan-persoalan tersebut bisa muncul karena banyaknya

    pekerjaan, pergulatan atau masalah pribadi, kesulitan untuk hening, tempat berdoa

    kurang nyaman, dan lain sebagainya. Kejadian-kejadian seperti ini perlu

    diperhatikan dan disadari supaya doa tidak menjadi sesuatu yang sulit dihidupi,

    melainkan suatu ungkapan cinta yang menggembirakan dan menyenangkan untuk

    berjumpa dengan Allah.

    a. Kesukaran-kesukaran Doa

    Setiap orang mempunyai pengalaman yang berbeda-beda dalam

    menghadapi kesukaran dalam berdoa. Banyaknya pikiran atau pekerjaan terkadang

    bisa menyulitkan si pendoa untuk masuk dalam suasana doa yang tenang. Tidak

    jarang juga banyaknya pikiran dan juga pekerjaan sering mengganggu kita dalam

    berdoa, sehingga yang muncul bukanlah ketenangan melainkan kekhawatiran.

    Secara khusus, kekhawatiran di sini lebih dipandang sebagai ketidakmampuan

    serta kekurangberanian si pendoa menenangkan pikirannya. Dia lebih memberikan

    dirinya dikuasai oleh pikiran-pikiran yang tidak membangun dalam berdoa.

    Dalam arti tertentu, orang sulit berdoa karena jiwa dan badannya dirasa

    belum terintegrasikan atau menyatu sepenuhnya (Darminta, 1983: 50). Dia kurang

    sadar bahwa doa itu membutuhkan ketenangan batin. Dia masih mengikuti

    kecenderungan-kecenderungan pribadi yang tidak mendukung dalam berdoa.

    Dalam Katekismus Gereja Katolik disebutkan, “kita juga harus menghadapi sikap-

    sikap mental “dunia ini”, kalau tidak berjaga-jaga, sikap itu akan merembes masuk

    ke dalam kita” (KGK, 1995: 2727). Doa seringkali juga dipersulit oleh pikiran

    yang tidak terkonsentrasi. Dalam doa lisan, kesulitan ini dapat menyangkut kata-

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    kata (KGK, 1995: 2729). Penyebab kesulitan lainnya ialah mengenai ‘kekeringan’

    yang dialami. Kekeringan ini, dalam doa batin, terjadi oleh karena hati kita seakan-

    akan terpisah dari Allah dan tanpa kerinduan akan pikiran, kenangan dan perasaan

    rohani (KGK, 1995: 2731).

    Sebagai religius yang selalu memperhatikan hidup doa, penyebab atau

    sumber dari kesukaran-kesukaran tersebut perlu disadari. Tanpa penyadaran,

    kesukaran dalam berdoa tersebut bisa melumpuhkan si pendoa (seorang religius)

    dan bahkan membuat putus asa karena dalam doa, dia seolah-olah “tidak

    menemukan” apa-apa. Untuk mengatasi kesukaran tersebut, seorang religius perlu

    meninggalkan kecenderungan-kecenderungan yang tidak membangun dalam

    kehidupan rohani religius. Kedewasaan diri dalam bersikap dan bertindak sangat

    membantu untuk keluar dari kesukaran tersebut. Dibutuhkan kerja keras dan juga

    kreativitas pribadi dalam mendisiplinkan diri serta membagi waktu dan mencari

    keheningan dalam berdoa, serta terus berusaha dan berjuang dalam doa.

    b. Pergumulan dalam Doa

    Pergumulan dalam doa kerap dirasakan oleh setiap pendoa termasuk para

    religius sebagai salah satu bentuk kekosongan rohani. Di dalamnya, si pendoa

    merasakan kekeringan, kekurangpuasan, kekecewaan sehingga ia berhenti dan

    malas berdoa karena mengalami banyak kegagalan (Hayon, 1992: 132). Suasana

    yang demikian tentulah tidak menciptakan kenyamanan dan juga keintiman dalam

    menjalin relasi dengan Tuhan lewat doa yang dipanjatkan. Hal-hal yang demikian

    ini perlu disadari oleh si pendoa sebagai suatu sikap yang tidak membangun dalam

    berdoa.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    Berhadapan dengan situasi di atas, pada dasarnya ada satu jalan yang

    kiranya bisa membuat si pendoa berhasil mengalahkan pergumulan-pergumulan

    dalam doa tersebut. Si pendoa dianjurkan untuk berani menyerahkan diri seutuhnya

    kepada Allah, termasuk pergumulan yang dialaminya. Penyerahan diri tersebut,

    juga dapat dipandang sebagai persembahannya kepada Allah, dan dapat membantu

    para religius menghadapi serta mengurangi kesulitan-kesulitan dalam hidup doa.

    Kepasrahan diri seutuhnya, yang dibarengi dengan ketekunan dalam keheningan

    batin, dapat memperkuat kesatuannya dengan Allah (Breemen, 1983: 66).

    Kesadaran semacam ini, secara tidak langsung mengajak si pendoa kembali untuk

    ‘mencari’ Allah sebagai sumber hidupnya.

    6. Peran Doa dalam Hidup Religius

    Doa selalu dihubungkan dengan jalinan hubungan antara Allah dan

    manusia, maka, doa selalu bersifat rohani. Doa menjadi salah satu lambang

    pertumbuhan dan perkembangan rohani setiap orang (Darminta, 1983: 86).

    Perkembangan hidup rohani religius berhubungan langsung dengan jalinan relasi

    bersama Allah. Allah menjadikan hidup rohaninya bertumbuh dan berkembang

    dari waktu ke waktu sehingga semakin mendalam.

    Dalam kehidupan religius doa memegang peranan penting untuk menata

    kelangsungan dan keutuhan dalam perjalanan hidupnya. Para religius mengakui

    ketergantungan hidupnya kepada Allah sehingga mampu mengagumi ciptaan-Nya

    dan kebaikan Allah dalam hidupnya. Melalui doa para religius mengungkapkan

    “isi hatinya” perasaan suka maupun duka kepada Tuhan. Melalui ungkapan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    tersebut para religius semakin sadar akan tugas dan tanggung jawabnya kepada

    Tuhan dan sesama.

    Doa juga berperan dalam menghadapi masalah atau persoalan dalam

    kehidupan religius. Dalam injil Matius 11: 28-30 disebutkan

    Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan

    memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah

    pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan

    mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-

    Kupun ringan.

    Di sini Yesus mengajak para religius untuk mau diikat dengan kuk bersama

    Dia untuk menyatukan hidup kita dengan hidup-Nya, kehendak kita dengan

    kehendak-Nya, dan hati kita dengan hati-Nya. Diikat dan disatukan dengan Yesus

    artinya bersatu dengan Dia dalam hubungan cinta, kepercayaan, dan ketaatan di

    dalam doa. Jadi tidak ada beban yang terlalu berat jika dipanggul dengan kasih dan

    dibawa dalam cinta. Oleh sebab itu peran doa dalam hidup religius sangat penting.

    a. Doa Berakar dalam Hidup Religius

    Sebagaimana telah disebutkan, doa selalu bersifat pribadi. Doa selalu

    berkaitan erat dengan perasaan-perasaan yang dialami si pendoa. Perasaan senang,

    sedih, gembira, susah, dan perasaan-perasaan yang lain, merupakan hal yang tidak

    boleh disingkirkan ketika seseorang sedang berdoa (Breemen, 1983: 55). Perasaan-

    perasaan tersebut justru membantu para religius bertumbuh dan berkembang dalam

    iman melalui pengenalan-pengenalan akan perasaannya. Perasaan-perasaan inilah

    yang menjadi jalan bagi seseorang untuk berkomunikasi dengan Allah. Hal ini

    menunjukkan bahwa situasi-situasi konkret, mengajak para religius untuk

    memandang segala sesuatu dengan mata iman, sehingga lebih mudah melihat

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    campur tangan Allah dalam setiap bentuk kehidupan. Dalam Kisah Para Rasul

    disebutkan bahwa Allah tidak jauh dari umat-Nya. “Dalam Dia kita hidup, kita

    bergerak, kita ada” (Kis 17:27-28). Setiap peristiwa selalu berbicara tentang

    tindakan Allah, dan para religius diharapkan mampu untuk mengenal dan

    mendengarkan Dia.

    Melalui doa, seorang religius dapat dibantu untuk memandang secara

    positif segala kenyataan yang terjadi, menyadari cinta dan bimbingan Allah dalam

    setiap aspek kehidupan, termasuk dalam kesusahan sekali pun. Dalam doa, setiap

    religius membiarkan diri dicintai oleh Allah. Dia dapat merasakan kehadiran Allah

    dalam diri orang lain. Dalam doa, seorang religius bertindak sebagai penerima

    rahmat, karunia, dan bimbingan Allah dengan hati terbuka di hadapan-Nya.

    Keterbukaan hati ini membuat para religius membiarkan dirinya dicintai oleh

    Allah.

    b. Hidup Berakar dalam Doa

    Karena doa merupakan tanda kehadiran Allah yang terwujud dalam

    komunikasi, maka orang yang berakar dalam doa akan hidup dalam hadirat Bapa

    Sang Pencipta. Dia adalah cinta dan dasar segala sesuatu, termasuk dasar

    kehidupan setiap manusia (Breemen, 1983: 61). Sabda Allah yang direnungkan

    sebagai tanda kehadiran Allah itu menggema dalam hati para religius, dan dengan

    demikian membiarkan Kerajaan Allah bertumbuh di dalam dirinya. Hidup berakar

    dalam doa berarti hidup yang dipersatukan dengan Allah, dan dalam kesatuan itu,

    setiap orang akan menyadari dirinya, keberadannya di hadapan Allah.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    Pengalaman jatuh bangun dalam menjalin relasi dengan Allah tentu dialami

    oleh setiap manusia termasuk religius. Untuk membina hubungan dengan Allah

    dibutuhkan perjuangan dan niat dari diri sendiri untuk bangkit lagi bila jatuh.

    Dalam doa, seseorang tekun mengisi diri dalam keheningan untuk menemukan

    Tuhan dalam hidupnya. Dia menyadari bahwa Allah selalu setia kepada umat-Nya.

    Oleh karena itu, dalam situasi apa pun, seseorang juga dituntut untuk tetap setia

    kepada Dia. Dalam kesetiaan inilah tampak kehadiran Allah yang nyata (Breemen,

    1983: 64). Seorang religius menjadi tanda kehadiran Allah bagi orang lain melalui

    kesaksian hidupnya sebagai buah dari doanya. Hidup yang berakar dalam doa

    dapat dirasakan melalui pelayanan para religius kepada orang lain.

    A. Karya Pelayanan Religius

    Pada dasarnya, hidup religius ditandai dengan kaul-kaul dan hidup bersama

    yang merupakan saksi kehidupan dalam tubuh Gereja di dunia. Kehadiran tarekat

    religius bukan untuk dirinya sendiri tetapi untuk mengembangkan Gereja di dunia.

    Hidup religius ikut ambil bagian dalam tugas Gereja, yakni menyebarkan iman dan

    memperjuangkan keadilan bagi orang yang lemah dan tertindas. Para religius

    menghadirkan cinta melalui karya pelayanan terhadap masyarakat. Dasar dari

    pelayanan itu adalah bahwa hidup religius merupakan hidup yang mengikuti

    Kristus, yaitu hidup bersama Yesus dan hidup berjuang bersama Yesus (Darminta,

    1982: 25).

    1. Misi Pelayanan Religius

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    Setiap religius mempunyai tanggung jawab dan kewajiban dalam

    membangun keutuhan ciptaan Allah. Dengan kewajiban tersebut, semua orang

    mempunyai tanggung jawab masing-masing dalam melayani dan memperhatikan

    orang yang lemah. Keadilan dalam dunia sekarang ini mulai mengendor, sebab

    sikap mementingkan diri sendiri semakin tinggi. Tingginya perhatian kepada diri

    sendiri secara langsung akan mengurangi semangat pelayanan dalam diri

    seseorang.

    Dalam Gaudium et Spes dikatakan: “Keadilan yang lebih sempurna,

    persaudaraan yang lebih luas, cara hidup sosial yang lebih manusiawi, semua itu

    lebih berharga dari pada kemajuan di bidang tehnologi” (GS, art 35). Ini

    dimaksudkan untuk menyadarkan manusia, bahwa sebagai mahluk sosial dia

    dipanggil untuk melakukan kegiatan yang terarah kepada kehidupan yang lebih

    manusiawi. Bila dia bekerja, dia bukan hanya mengubah hal-hal tertentu dalam

    masyarakat, melainkan ikut juga menyempurnakan dirinya sendiri. Ia banyak

    belajar dalam mengembangkan bakat dan kemampuannya, serta berani keluar dari

    dirinya (melampaui diri). Semuanya itu dilakukan demi sebuah misi atau

    pelayanan bagi sesamanya. Pengembangan diri dan bakat-bakatnya pertama-tama

    bukan digunakan demi kemuliannya semata, tetapi demi membantu orang lain

    ‘keluar’ dari persoalan hidupnya. Hal ini tentu terkait dengan hakikat manusia

    sebagai makhluk sosial. Demikian juga, misi dan pelayanan para religius ditujukan

    pertama-tama pada pengabdiannya kepada sesamanya, bukan kepada dirinya.

    Dalam Injil Lukas, Yesus berkata, “Apabila kamu telah melakukan segala

    sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: kami adalah hamba-

    hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang “harus” kami

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    lakukan” (Luk 17: 10). Hal ini menegaskan keberadaan para murid Kristus yang

    harus hadir untuk melayani. Pelayanan yang dilakukan bukan sesuatu yang sangat

    istimewa melainkan pengorbanan dan perjuangannya sebagai pengikut Kristus

    (KWI, 1996: 450). Melayani berarti mengikuti dan meneladani jejak Kristus yang

    melayani dengan penuh ketulusan dan rela mengorbankan diri-Nya demi sesama-

    Nya.

    2. Pelayanan yang Profetis

    Gereja mengakui dan menyadari bahwa manusia termasuk para religius

    tidak sendirian di dunia untuk mewartakan keselamatan. Melainkan, Gereja

    mengharapkan ada pihak-pihak lain baik dalam Gereja maupun di luar Gereja yang

    melayani dengan tulus. Pelayanan profetis/kenabian secara hakiki bersifat terbuka

    bagi siapa saja.

    Gereja menyadari bahwa pelayanan kenabian ini dapat juga mengalami

    ketidaksempurnaan sebagaimanan yang diharapkan, maka perlu membuka diri

    terhadap kritik dan tanggapan, entah dari berbagai pihak supaya arah pelayanan

    kenabiannya jelas. Pelayanan profetis ini dipahami sebagai sumbangan untuk

    berpartisipasi dalam usaha memajukan masyarakat dan Gereja (Dopo, 1992: 38-

    40).

    Pelayanan yang dilakukan oleh para religius kerap dihubungkan dengan

    sikap untuk meneladani Yesus Kristus, Sang Guru. Salah satu tanggapan khalayak

    ramai ketika menyaksikan apa yang diperbuat Yesus ialah, “seorang nabi besar

    telah muncul di tengah-tengah kita dan Allah telah melawat umat-Nya” (Luk 7:

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    16). Dia kemudian dikenal sebagai nabi, dan Yesus tidak keberatan jika orang

    banyak menyebut diri-Nya sebagai nabi.

    Nabi adalah seorang utusan Allah yang mewartakan keselamatan dari

    Allah, membawa pembebasan, dan melepaskan orang-orang yang terbelenggu

    kesusahan dan kesengsaraan (Darminta, 1994; 31). Dalam konteks situasi

    sekarang, tampilnya para nabi sebagai penyambung lidah Allah, tampak dalam

    karya pelayanan yang mereka lakukan. Mereka berkarya demi kesejahteraan hidup

    manusia dan keadilan bagi mereka yang menjadi korban seperti para pengungsi,

    kelompok-kelompok minoritas dan tertindas. Dalam hal ini, para religius dan

    tokoh-tokoh Gereja Katolik, melalui pelayanan sosial mereka, bisa disebut sebagai

    nabi yang hadir dan berkarya sebagai penyambung lidah Allah, mewartakan

    Kerajaan Allah dan keselamatan-Nya.

    3. Macam-macam Karya Pelayanan

    Katekismus Gereja Katolik (1995: 777) merumuskan Gereja sebagai

    “himpunan orang-orang yang digerakkan untuk berkumpul oleh Firman Allah,

    yakni, berhimpun bersama untuk membentuk Umat Allah dan yang diberi santapan

    dengan Tubuh Kristus, menjadi Tubuh Kristus”. Eksistensi himpunan Umat Allah

    ini diwujudkan secara lokal dalam hidup berparoki. Di dalam paroki inilah

    himpunan Umat Allah mengambil bagian dan terlibat dalam menghidupkan

    peribadatan yang menguduskan (liturgia), mengembangkan pewartaan kabar

    gembira (kerigma), menghadirkan dan membangun persekutuan (koinonia),

    memajukan karya cinta kasih/pelayanan (diakonia) dan memberi kesaksian sebagai

    murid-murid Tuhan Yesus Kristus (martyria).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    a. Liturgi

    Liturgi berarti ikut serta dalam perayaan ibadat resmi yang dilakukan Yesus

    Kristus dalam Gereja-Nya kepada Allah Bapa. Ini berarti mengamalkan tiga tugas

    pokok Kristus sebagai Imam, Guru dan Raja. Dalam kehidupan menggereja,

    peribadatan menjadi sumber dan pusat hidup beriman. Melalui bidang karya ini,

    setiap anggota menemukan, mengakui dan menyatakan identitas Kristiani mereka

    dalam Gereja Katolik. Partisipasi aktif umat beriman dalam bidang ini diwujudkan

    dalam memimpin perayaan liturgis tertentu seperti: memimpin ibadat Sabda/doa

    bersama; membagi komuni; menjadi: lektor, pemazmur, organis, mesdinar, paduan

    suara, penghias altar dan sakristi; dan mengambil bagian secara aktif dalam setiap

    perayaan dengan berdoa bersama, menjawab aklamasi, bernyanyi dan sikap badan.

    b. Pewartaan

    Pewartaan berarti ikut serta membawa kabar gembira bahwa Allah telah

    menyelamatkan dan menebus manusia dari dosa melalui Yesus Kristus, Putera-

    Nya (RM, 39). Melalui bidang karya ini, para religius diharapkan dapat membantu

    Umat Allah untuk mendalami kebenaran Sabda Allah, menumbuhkan semangat

    untuk menghayati hidup berdasarkan semangat Injil, dan mengusahakan

    pengenalan yang semakin mendalam akan pokok iman Kristiani supaya tidak

    mudah goyah dan tetap setia. Ensiklik (RM, 43) menegaskan:

    Gereja dipanggil untuk memberi kesaksian tentang Kristus dengan

    mengambil sikap yang berani dan profetis, di hadapan kebejatan kekuasaan

    politik ataupun kekuasaan ekonomi: dengan tidak mencari kemuliaan dan

    kekayaan materialnya sendiri; dengan menggunakan sumber-sumber

    penghasilannya sendiri untuk melayani orang-orang yang termiskin dan

    dengan meniru kesederhanaan hidup Kristus sendiri.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    Kehadiran para religius diharapkan turut serta dalam mewartakan Injil

    Yesus Kristus. Beberapa karya yang termasuk dalam bidang ini, misalnya:

    pendalaman iman, katekese para calon baptis dan persiapan penerimaan sakramen-

    sakramen lainnya.

    c. Persekutuan

    Persekutuan berarti ikut serta dalam persekutuan atau persaudaraan sebagai

    anak-anak Allah dengan pengantaraan Kristus dalam kuasa Roh Kudus-Nya.

    Sebagai orang beriman, kita dipanggil dalam persatuan erat dengan Allah Bapa dan

    sesama manusia melalui Yesus Kristus, Putera-Nya, dalam kuasa Roh Kudus.

    Bidang karya ini, dapat menjadi sarana untuk membentuk jemaat yang berpusat

    dan menampakkan kehadiran Kristus (RM, 26). Oleh karena itu, para religius

    diharapkan dapat menciptakan kesatuan: antar umat, umat dengan

    paroki/keuskupan dan umat dengan masyarakat. Paguyuban ini diwujudkan dalam

    menghayati hidup menggereja baik secara territorial (keuskupan, paroki, stasi

    /lingkungan, keluarga) maupun dalam kelompok-kelompok kategorial yang ada

    dalam Gereja.

    d. Pelayanan

    Pelayanan merupakan suatu bentuk kesaksian hidup tentang kebenaran

    pewataan Injil. Pelayanan dapat terjadi melalui karya karitatif/cinta kasih dalam

    aneka kegiatan amal kasih Kristiani, khususnya kepada mereka yang miskin,

    telantar dan tersingkir. Melalui bidang karya ini, umat beriman menyadari

    tanggungjawab pribadi mereka akan kesejahteraan sesamanya. Oleh karena itu,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    dibutuhkan adanya kerjasama dalam kasih, keterbukaan yang penuh empati,

    partisipasi dan keikhlasan hati untuk berbagi satu sama lain demi kepentingan

    seluruh jemaat (bdk. Kis 4: 32-35). Dasar pelayanan dalam Gereja adalah semangat

    pelayanan Kristus sendiri yang bertujuan demi kebaikan dan kebahagiaan umat

    pilihan-Nya.

    Diakonia harus bersifat melupakan diri sendiri, yang berarti bahwa ia akan

    membantu setiap orang yang berada dalam kekurangan. Kehadiran para religius

    bergerak dalam berbagai bidang: bidang kebudayaan; bidang pendidikan: bidang

    kesejahteraan: bidang kesehatan: bidang politik dan hukum dan lain sebagainya

    (Conterius, 2001: 94-96).

    e. Kesaksian

    Kesaksian berarti ikut serta dalam menjadi saksi Kristus bagi dunia. Hal ini

    dapat diwujudkan dalam menghayati hidup sehari-hari sebagai orang beriman di

    tempat kerja maupun di tengah masyarakat, ketika menjalin relasi dengan umat

    beriman lain, dan dalam relasi hidup bermasyarakat. Melalui bidang karya ini, para

    religius diharapkan dapat menjadi saksi, ragi, garam dan terang di tengah

    masyarakat sekitarnya. Menjadi saksi Kristus berarti menyampaikan atau

    menunjukan apa yang dialami dan diketahui tentang Kristus kepada orang lain.

    Gereja juga mewartakan injil kepada dunia dengan kesaksian hidup yang setia pada

    Tuhan Yesus (RM, 24). Menjadi saksi Kristus harus siap menanggung banyak

    resiko. Yesus berkata "Kamu akan dikucilkan bahkan akan datang saatnya bahwa

    setiap orang yang membunuhmu akan menyangka ia berbuat bakti pada Allah."

    (Yoh 16: 2).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    B. Hubungan Doa dan Karya Pelayanan

    Doa dan karya merupakan dua hal yang akrab dalam hidup para religius.

    Hidup doa merupakan simbol keterbukaan hati dan jiwa kepada karya

    keselamatan; kepada rahmat Allah dan kekuatan-Nya. Sementara itu, karya

    pelayanan sendiri didasarkan pada kelekatan hati manusia kepada Allah dan karya-

    Nya (Darminta, 1982; 51-52). Dengan kata lain, hidup doa dan karya pelayanan

    dihubungkan dengan relasi terhadap sesama. Karya pelayanan merupakan buah

    atau hasil dari hidup doa. Hidup doa dan karya pelayanan seorang religius perlu

    diseimbangkan. Keduanya tidak boleh dipisahkan karena doa dan karya merupakan

    satu kesatuan. Dalam doa, para religius mampu mengarahkan diri kepada persatuan

    dengan Tuhan. Persatuan dengan Tuhan akan terlaksana apabila religius

    melaksanakan kehendak Allah yang menyelamatkan, sebab doa mengarahkan

    manusia kepada karya keselamatan Allah dalam Gereja. Dengan demikian, doa dan

    karya pelayanan merupakan satu kesatuan dalam memahami kehendak Allah

    dalam karya keselamatan (Darminta, 1982: 51-52).

    1. Praktek Doa di Tengah-tengah Pelayanan

    Setiap tarekat religius biasanya mempunyai konstitusi dan aturan-aturan

    tertentu guna menjaga keseimbangan antara karya pelayanan dan doa. Karya

    pelayanan dan doa diatur menurut spiritualitas tarekat masing-masing (Darminta

    1982: 53). Aturan-aturan tersebut dibuat supaya dalam tarekat tersebut, setiap

    anggota tetap memperhatikan hidup doa di tengah-tengah pelayanannya.

    Kesibukan karena pekerjaan, tanpa disadari bisa meninggalkan waktu doa begitu

    saja. Supaya doa dan pelayanan religius dapat seimbang, para religius perlu

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    meluangkan waktu secara teratur dan penuh kesadaran. Dalam hal ini, hidup doa

    perlu disadari kegunaannya, terutama dalam hal pemeriksaan batin supaya

    motivasi pelayanan yang dilakukan senantiasan dimurnikan.

    Tujuan dari doa dalam kehidupan para religius ialah melaksanakan

    kehendak Allah. Oleh karena itu, sangat penting bahwa para religius membina

    hidup doa terus-menerus